Anda di halaman 1dari 36

TUGAS LTA

Disusun Oleh :

Meiliani Puspita Sari

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI DIII JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2022

8
9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat Badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500

gr tanpa memandang usia kehamilan (Marni & Raharjo, 2018: 255). Bayi dengan

berat lahir rendah akan meningkatkan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat

menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk

jika berat badan tidak bertambah untuk waktu yang lama (Maryunani A,2015:1).

Bernt Lahir Rendah (BBLR) merupakan kondisi dirnana pada saat bayi

dilahirkan dengan berat badan kurang atau tidak mencapai berat normal yaitu

2500 gram. BBLR dikategorikan menjadi dua yaitu BBLR yang disebabkan akibat

prematur yaitu usia kehamilan tidak mencapai 37 minggu dan BBLR yang

disebabkan akibat intra uterina growth retradation (IUGR) yaitu neonatus yang lahir

cukup bulan tetapi berat badannya tidak mencapai 2500 gram (Syafrudin & Hamidah

(2016:39).

Angka kejadian bayi berat lahir rendah sendiri menurut WHO diperkirakan 15-

20% atau sekitar sebanyak 20 juta kelahiran per tahun di seluruh dunia, 96,5% di

antaranya pada negara-negara yang berkembang. Insiden bayi berat lahir rendah di

tujuh negara asia tenggara berkisar 7–20%, dimana kejadian bayi berat lahir rendah

di Indonesia 7%, Vietnam 5%, Burma 9%, Timur Leste 10%, Kamboja 11%, Laos

15%, Filiphina 21%. Dari data tersebut menunjukan Indonesia masih berada di

bawah Vietnam (World Health Organization, 2019). Kejadian bayi berat lahir rendah
10

di Indonesia menurut hasil RISKESDAS tahun 2018 sebesar 6,2 %, meningkat

dibandingkan dengan data pada tahun 2007, 2010, 2013 masing masing 5,4%, 5,8,%

5,7%. Provinsi Jambi memang memiliki proporsi terkecil kejadian BBLR menurut

data RISKESDAS 2018, namun menurut data Profil Kesehatan Ibu dan Anak, Jambi

memiliki angka kejadian BBLR yang tidak stabil. dimana pada tahun 2016 Provinsi

Jambi memiliki angka kejadian BBLR sebesar 10,91%, lalu terjadi peningkatan

angka kejadian BBLR di tahun 2017 menjadi 13,05%, Pada 2018 angka kejadian

BBLR di Provinsi Jambi mengalami penurunan menjadi 10,10 % , Namun kembali

meningkat menjadi 12,70% di tahun 2019 dan semakin meningkat di tahun 2020

dengan angka kejadian BBLR yang mencapai 14,41% . (Profil Kesehatan Provinsi

Jambi, 2020).

Menurut Prawirohardjo (1999) dalam Syafrudin & Hamidah (2016:39),

,karakteristik dari BBLR dapat berupa bayi prematur dan bayi dismatur. Bayi

dikatakan prematur jika berat lahir sama atau kurang dari 2500 gr, panjang badan

kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, ligkaran kepala

kurang dari 33 cm, usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kepala relatif lebih besar

dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering

tampak peristaltik ususnya, tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan

sering terjadi apnea. Sedangkan bayi dismatur terdapat perubahan ukuran panjang,

berat dan lingkar kepala dan organ – organ.

Dampak dari bayi berat lahir rendah dapat berupa penyakit yang berhubungan

dengan prematuritas dan dismaturitas. Penyakit yang berhubungan dengan


11

prematuritas adalah sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membran

hialin), pneumonia aspirasi, perdarahan spontan dalam ventrikal otak lateral, akibat

anoksia otak, hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang dan hipotermi.

Penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas berupa sindrom aspirasi mekonium,

hipoglikemia), hiperbilirubinemia dan hipotermi Maryunani, 2015:46-47).

Salah satu cara penatalaksanaan bayi berat lahir rendah dengan cara perawatan

dan peningkatan suhu tubuh pada bayi berat lahir rendah dan prematur yaitu dengan

cara metode kanguru dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan pernapasannya

lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke seluruh tubuhnya pun lebih baik.

Selain itu, cara ini mencegah bayi kedinginan. Sumber panas yang paling efektif

bagi bayi baru lahir baik yang lahir cukup bulan maupun bayi berat lahir rendah

adalah kehangatan yang diberikan ibu dengan metode skin to skin atau yang lebih

dikenal dengan metode kanguru. Metode kanguru mampu memberikan kebutuhan

asasi bayi dengan berat lahir rendah, caranya melalui penyediaan situasi dan kondisi

yang mirip dengan rahim ibu, sehingga memberikan peluang untuk beradaptasi lebih

baik 4 dengan dunia luar. Metode kanguru juga lebih disenangi bayi dan bermanfaat

karena dapat memberikan rasa aman, nyaman, menguatkan insting bayi dengan

merasakan detak jantung ibunya lalu mencari-cari sendiri putingnya (Sulystyowati,

2016:15)

Perawatan Metode Kanguru adalah perawatan pada bayi berat lahir rendah

dengan cara adanya kontak kulit ke kulit (skin to skin contact) yaitu melekatkan bayi

di dada ibunya dengan prinsip secara langsung adanya kontak kulit ke kulit antara ibu
12

dan bayi yang ternyata dapat membantu memperbaiki keadaan umumnya (Daswati,

2022:8)

Manfaat perawatan metode kanguru adalah meningkatkan pemberian ASI

ekslusif, mengurangi resiko kematian bayi, mengurangi infeksi / sepsis, mencegah

hipotermia dan mengurangi lama rawat inap (Nurhaila & Riyanti 2019:7).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadani (2017) tentang

manajemen asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By “E” dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar, didapatkan Hasil dari

studi kasus yang dilakukan dengan berat badan lahir rendah , tidak ditemukan

hambatan pada saat penanganan kasus ini. Penanganan yang dilakukan yaitu

mempertahankan suhu tubuh bayi dengan ketat, pengawasan nutrisi, penimbangan

ketat, pencegahan infeksi serta memberikan konseling kepada ibu tentang pemberian

ASI eksklusif secara on demand, mengganti popok bayi setiap kali basah,

mengobservasi tanda tanda vital, menimbang berat badan bayi setiap hari.

Menurut penelitian yang dilakukan Putri (2020) tentang penerapan metode

kangguru pada perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah di ruangan NICU

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang”. Dari masalah keperawatan yang ditemukan

maka dilakukan penerapan metode kangguru pada perawatan bayi baru lahir dengan

bayi berat lahir rendah sangat efektif dan bermanfaat untuk peningkatan maupun

mempertahankan suhu tubuh pada BBLR. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi

yang dilakukan selama 3 hari suhu tubuh bayi stabil dan tidak terjadi hipotermi pada

bayi.
13

Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di PMB Yasneli,

S.Tr.Keb terhadap ibu bersalin. Dimana masih ditemuinya ibu yang melahirkan

dengan bayi berat lahir rendah. Penatalaksnaan yang dilakukan di PMB Yasneli,

S.Tr.Keb. terhadap bayi berat lahir rendah salah satunya dengan inkubato, namun

penatalaksanaan dengan metode kanguru belum pernah dilakukan di PMB Yasneli,

S.Tr.Keb.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka saya tertarik melakukan Asuhan

kebidanan pada bayi berat lahir rendah pada By S dengan metode kanguru di PMB

Yasneli, S.Tr.Keb tahun 2022.

B. Batasan Masalah

Laporan studi kasus ini hanya dibatasi pada “Asuhan Kebidanan Pada Bayi

Berat Lahir Rendah Pada By S Dengan Metode Kanguru Di PMB Yasneli, S.Tr.Keb

Tahun 2022”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran tentang Asuhan kebidanan pada Bayi Berat Lahir

Rendah pada By S dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb tahun

2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran pengkajian data dasar pada bayi berat lahir rendah pada

By S dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb Tahun 2022


14

b. Diketahui gambaran diagnosa masalah dan kebutuhan pada bayi berat lahir

rendah pada By S dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb Tahun

2022

c. Diketahui gambaran tentang diagnosa masalah potensial bayi berat lahir

rendah pada By S dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb Tahun

2022

d. Diketahui gambaran tentang antisipasi atau tindakan segera pada bayi berat

lahir rendah pada By S dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb

Tahun 2022

e. Diketahui gambaran rencana asuhan kebidanan pada bayi berat lahir rendah

pada By S dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb Tahun 2022

f. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan rencana asuhan kebidanan pada

bayi berat lahir rendah pada By S dengan metode kanguru di PMB Yasneli,

S.Tr.Keb Tahun 2022

g. Untuk mengetahui gambaran evaluasi asuhan kebidanan pada bayi berat lahir

rendah pada By S dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb Tahun

2022.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi PMB Yasneli, S.Tr.Keb i

Dapat dijadikan sebagai informasi untuk melakukan cara perawatan bayi

baru lahir dengan berat badan lahir rendah pada By S dengan menggunakan

metode kanguru.

2. Bagi Poltekes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan


15

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dan menjadi

bahan kepustakaan bagi Poltekes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan.

3. Bagi Pemberi Asuhan Lainnya

Sebagai referensi dalam memberikan asuhan masyarakat dan sebagai

acuan dalam pembuatan studi kasus selanjutnya dengan variabel yang berbeda.

E. Ruang Lingkup

Asuhan kebidanan ini merupakan laporan tugas akhir yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran tentang Asuhan kebidanan pada bayi berat lahir rendah

dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb Tahun 2022. Studi kasus ini

dilaksanakan di PMB Yasneli, S.Tr.Keb pada bulan Februari – Juni 2022. Studi

kasus ini dilakukan berdasarkan dengan manajemen kebidanan Varney yang

didokumentasikan dengan SOAP. Subjek yang dipilih merupakan ibu yang

memiliki bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru di PMB Yasneli, S.Tr.Keb

Kota Jambi. Tehnik pengumpulan data dengan cara anamnesa dan pemeriksaan

fisik.
16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Klinis

1. Konsep Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

a. Pengertian

Berat Badan lahir rendah didefinisikan sebagai neonatus yang lahir

terlalu kecil yaitu bayi yang lahir dengan berat badan antara 500- 2500 gr

(Daswati, 2021:11). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari

2.500 gr tanpa memandang usia kehamilan (Marni & Raharjo, 2018: 255).

Menurut Saifuddin (2001) dalam Syafrudin & Hamidah (2016:38),

BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500

gr sampai dengan 2499gr.

b. Faktor Penyebab

Berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari

ibu maupun dari bayi itu sendiri. Faktor – faktor tersebut menurut Marni &

Raharjo (2018: 256) adalah sebagai berikut:

1) Status gizi ibu hamil

Status gizi ibu pada trimester pertama akan sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan organ

– organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan janin

terhadap zat – zat gizi ssemakin meningkat. Jika tidak terpenuhi, palsenta

akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi


17

kemampuannya dalam mensintesis zat – zat yang dibutuhkan oleh

janin.untuk mengetahui status gizi ibu hamil terssebut, dapat

menggunakan beberapa cara antara lain dengan memantau pertambahan

berat badan selama hami, mengukur lingkar lengan atas (LILA) dan

mengukur kadar Hb.

2) Umur ibu saat hamil

Kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat menimblkan banyak

permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim,

bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir kurang.

3) Umur kehamilan

Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua

kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah.

4) Kehamilan ganda

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat

menyebabkan persalinan prematur dengan bayi berat lahir rendah.

5) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tetang masalah

kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh kepada perilaku ibu,

baik pada diri maupun terhadap perawatan kehamilannya serta

pemenuhan gizi saat hamil.


18

6) Penyakit Ibu

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir bayi

jika diderita oleh ibu yang sedang hamil yaitu penyakit jantung,

hipertensi, preeklampsia dan eklampsia, diabetes melitus dan carcinoma.

7) Faktor kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu sebelum dan selama hamil yang buruk seperti merokok,

minum beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang salah dapat

menyebabkan anomali plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi

yang cukup dari arteri plasenta ataupun plasenta tidak mampu megantar

makanan ke janin (Marni & Raharjo, 2018)

c. Klasifikasi

Klasifikasi bayi berat lahir rendah menurut Daswati (2021:12) adalah

sebagai berikut:

1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan

berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau bisa

disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.

2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasinya itu. Bayi mengalami retardasi

pertubuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil unutuk masa

kehamilannya.

d. Karakteristik

Menurut Prawirohardjo (1999) dalam Syafrudin & Hamidah

(2016:39), ,karakteristik dari bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut:
19

1) Bayi prematur

Berat lahir sama atau kurang dari 2500 gr, panjang badan kurang atau

sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, ligkaran kepala

kurang dari 33 cm, usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kepala relatif

lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak

subkutan kurang, sering tampak peristaltik ususnya, tangisnya lemah

dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering terjadi apnea.

2) Bayi Dismatur

Terdapat perubahan ukuran panjang, berat dan lingkar kepala dan organ

– organ

e. Penyakit Yang Berhubungan Dengan Bayi Berat Lahir Rendah

Berat Badan Lahir Rendah mungkin prematur (kurang bulan) atau

dismaturitas (cukup bulan). Beberapa penyakit yang berhubungan dengan

bayi berat lahir rendah: Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas

menurut Maryunani (2015:46-47) adalah sebagai berikut:

1) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membran hialin)

2) Pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.

3) Perdarahan spontan dalam ventrikal otak lateral, akibat anoksia otak

(eratkaitannya dengan gangguan pernapasan)

4) Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang

5) Hipotermi
20

Penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas

1) Sindrom aspirasi mekonium

2) Hipoglikemia, karena cadangan glukosa rendah

3) Hiperbilirubinemia

4) Hipotermi

f. Dampak

Dampak dari bayi berat lahir rendah dapat berupa penyakit yang

berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas. Penyakit yang

berhubungan dengan prematuritas adalah sindrom gangguan pernapasan

idiopatik (penyakit membran hialin), pneumonia aspirasi, perdarahan spontan

dalam ventrikal otak lateral, akibat anoksia otak, hiperbilirubinemia, karena

fungsi hati belum matang dan hipotermi. Penyakit yang berhubungan dengan

dismaturitas berupa sindrom aspirasi mekonium, hipoglikemia),

hiperbilirubinemia dan hipotermi Maryunani, 2015:46-47).

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah menurut Rukiah, dkk (2015: 245-

246) adalah sebagai berikut:

1) Mempertahankan Suhu Tubuh Dengan Ketat

Karena bayi BBLR mudah mengalami hipotermi, maka itu

suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat. Cara


21

mempertahankan suhu tubuh bayi BBLR dan penangannya jika lahir di

puskesmas atau petugas kesehatan yaitu:

a) Keringkan badan bayi bayi berat lahir rendah dengan handuk hangat,

Kering dan Bersih.

b) Kain yang basah secepatnya di ganti dengan yang kering dan hangat

danpertahankan tubuhnya dengan tetap

c) Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan

bungkus bayiBBLR dengan kain hangat

d) Beri lampu 60 watt denga jarak minimal 60 cm dari bayi

e) Beri oksigen

f) Tali pusat dalam keadaan bersih

2) Mencegah infeksi dengan ketat

Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi, maka prinsip – prinsip

pencegahan infeksi termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi.

3) Pengawasan Nutrisi

Refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat lemah,

sehingga pemberian nutrisi harus di lakukan dengan cermat. Sebagai

langkah awal jika bayi BBLR bisa menelan adalah tetesi ASI dan jika

bayi BBLR belum bisa menelan segera rujuk (rujuk ke rumah sakit jika

bayi BBLRnya di tangani di puskesmas).


22

Tabel 2.3
Jumlah Cairan IV dan ASI Bayi 1750-2500 gram

Pemberian Umur (hari)


1 2 3 4 5 6 7
Kecepatan cairan IV (ml/jam
atau tetes mikro/menit) 5 4 3 2 0 0 0
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 0 6 14 22 30 35 38
Sumber : Daswati (2021:12)

4) Penimbangan Ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi

dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat. Kebutuhan

cairan untuk bayi baru lahir adalah 120-150 ml/kg/hari atau 100-

120cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan

cairan/kalori.

Selain itu kapasitas lambung bayi BBLR sangat kecil sehingga

minum harus sering di berikan tiap jam. Perhatikan apakah selama

pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut

membesar / kembung.

Pada bayi berat lahir rendah terdapat pula perawatan

Menggunakan Perawatan Bayi Lekat ((Kangaroo Mother Care),

perawatan bayi lekat ini merupakan cara yang murah, aman dan mudah

diterapkan yaitu dengan cara mempertahankan suhu tubuh bayi dengan

cara kontak ke kulit seawal mungkin, mendukung ibu untuk


23

memberikan Asi, Manfaat KMC ini yaitu dapat menjaga ikatan emosi

ibu dan bayi, dapat melatih ibu cara menyusui yang baik dan benar,

melatih bayi untuk menghisap dan menelan secara teratur dan

terkoordinasi.

Ada beberapa langkah-langkah dalam perawatan bayi lekat yaitu:

a) Letakkan Bayi diantara payudara ibu dengan kaki bayi di bawah

payudara ibu dan tangan bayi di atasnya.

b) Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit-kulit) dengan

kepala bayi menoleh pada satu sisi (kiri/kanan).

c) Gunakan baju kanguru/selendang/kain panjang untuk membungkus

bayi dan ibu dengan nyaman, caranya yaitu, letakkan bagian tengah

kain menutupi bayi di dada ibu, bungkus dengan kedua ujung kain

mengelilingi ibu di bawah lengannya ke punggung ibu, silangkan

ujung kain di belakang ibu,bawa kembali ujung kain ke depan, ikat

ujung kain untuk mengunci di bawah bayi, topang kepala bayi

dengan menarik pembungkus ke atas hanya sampai telinga bayi.

2. Konsep Perawatan Metode Kanguru

a. Pengertian

Perawatan Metode Kanguru adalah metode perawatan bayi

prematur atau bayi BBLR dengan kontak kulit ke kulit dengan ibu atau

anggota keluarga lainnya agar bayi tumbuh dan berkembang secara

optimal (Nurhaila & Riyanti 2019:7).


24

Perawatan Metode Kanguru adalah perawatan pada BBLR dengan

cara adanya kontak kulit ke kulit (skin to skin contact) yaitu melekatkan

bayi di dada ibunya dengan prinsip secara langsung adanya kontak kulit

ke kulit antara ibu dan bayi yang ternyata dapat membantu memperbaiki

keadaan umumnya (Daswati, 2021:8)

b. Manfaat

Manfaat perawatan metode kanguru adalah meningkatkan pemberian

ASI ekslusif, mengurangi resiko kematian bayi, mengurangi infeksi / sepsis,

mencegah hipotermia dan mengurangi lama rawat inap (Nurhaila & Riyanti

2019:7).

c. Tujuan

Tujuan dari perawatan metode kanguru adalah untuk memberikan

penghangatan kepada bayi dan meningkatkan bonding antara ibu dan bayi

(Ain, 2019: 31).

d. Komponen

Komponen perawatan metode kanguru menurut Nurhaila & Riyanti.

(2019 :7) adalah sebagai berikut:

1) Posisi kanguru

a) Posisi prone

Kepala bayi dimiringkan ke kanan atau ke kiri dengan posisi sedikit

ekstensi agar bayi mudah bernafas. Pangkal paha bayi dalam posisi

fleksi dan melebar persis seperti dalam posisi kodok. Lengan

harusdalam posisi fleksi.


25

b) Side Lying (posisi lateral)

Bayi diposisikan persis seperti bayi selama dalam kandungan. Bayi

dimiringkan ke kiri atau ke sebelah kanan. Tangan harus fleksi dan

diarahkan ke wajah atau mulut. Lutut juga harus fleksi.

2) Nutrisi saat perawatan metode kanguru

Pemberian nutrisi pada bayi hars tetap dilaksanakan agar ASI ekslusif

tercapai.

3) Discharge planning dan tindak lanjut

Sangat penting untuk dilaksanakan agar perawatan metode kanguru bisa

dipraktekkan di rumah. Ibu di rumah membetuhan dukungan dan tindak

lanjut agar perawatan metode kanguru bisa dilaksanakan oleh ibu selama

di rumah.

e. Hakekat perawatan metode kanguru

Perawatan Metode Kanguru sangat mudah digunakan untuk mempromosikan

kesehatan dan kesejahteraan bayi ngan berat lahir rendah. Pada hakikatnya

perawatan metode kanguru menurut Daswati (2021:17) adalah sebagai

berikut :

1) Pemberian ASI secara ekslusif (idealnya)

perawatan metode kanguru memberikan kesempatan kepada ibu untuk

seering mungkin memberikan ASI, sangat berbeda pada perawatan BBLR

dengan inkubator yang memberikan air susu dengan mengggunaan botol

susu.
26

2) Kontak badan secara langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan bayinya

secara berkelanjutan, terus enerus dan dilakukan sejak dini

3) Mulai dilakukan di rumah sakit dan dilanjutkan di rumahatan lebih

singkat)

4) Bayi dapat dipulangkan lebih cepat (lama perawatan lebih singkat)

5) Setelah di rumah, ibu perlu mendapat dukungan dan tindak lanjut yang

memadai

6) Metode ini merupakan metode yang sederhana, manusiawi, efektif untuk

menghindari berbagai stress yang dialami oleh BBLR selama di ruang

intensif.

f. Indikasi

Indikasi perawatan metode kanguru adalah pada bayi BBLR atau bayi

prematur dengan kondisi yang sudah stabil dengan berat badan antara 1500-

2000 gr (Ain, 2019: 31).

g. Prosedur

Prosedur perawatan metode kanguru menurut Ain (2019: 32) adalah

sebagai berikut:

1) Mencuci tangan

2) Ukur tanda – tanda vital

3) Buka pakaian bayi kecuali popok

4) Ajarkan ibu cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari gendongan

dengan cara memegang bayi dengan satu tangan di belakang leher


27

hingga punggung, topang bagian dagu dengan jari – jari agar kepala bayi

tidak tertekuk

5) Masukkan kaki bayi pada bagian bawah gendongan kanguru yang sudah

disediakan

6) Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke

dada ibu dengan menyilangkan kain bagian atas bahu ibu kemudian diikat.

7) Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau gendongan kanguru

Kedua ujung kain bagian bawah dilingkarkan ke belakang dan ujung –

ujungnya diikatka. Kain bagian atas dibawah telinga bayi.

8) Kepala bayi dipalingkan ke sisi kiri atau kanan dengan posisi agak

tengadah (ekstensi) untuk menjaga saluran nafas terbuka

9) Posisi kaki seperti posisi kodok, tangan dalam posisi fleksi.

10) Kenakan topi bayi

11) Minta ibu untuk memakai pakaian bagian atasnya kembali

12) Cuci tangan

13) Jika perawatan metode kanguru bersifat intermiten setelah perawatan

metode kangur seslesai bantu ibu untuk melepas ikatan gendongan dan

letakkan bayi pada inkubator seperti semula.

i. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Proses penatalaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah

klinis, membuat suatu keputusan, dan memberi perawatan, yang telah berakar

pada tindakan perawat-kebidanan di awal tahun 1970-an. Proses ini merupakan


28

sebuah metode pengorganisasian pikiran dan tindakan suatu alur logis untuk

keuntungan pasien dan memberi perawatan kesehatan. Proses ini dijelaskan

sebagai perilaku yang diharapkan oleh praktisi klinis, yang dengan jelas

merupakan buah dari proses pikiran dan tindakan yang diambil (Varney, 2007:

26).

2. Langkah Manajemen Kebidanan

Menurut Varney (2007: 26-28), proses penatalaksanaan terdiri dari tujuh

langkah berurutan, yang secara periodik disempurnakan. Proses penatalaksanaan

ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

b. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose

atau masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

dikembangkan sehingga ditemukan masalah atau langkah yang spesifik.

c. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial

berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan


29

antisipasi, pencegahan jika memungkinkan menunggu dengan waspada penuh

dan persiapan terhadap semua keadaan yang mngkin muncul. Langkah ini

adalah langkah yang sangat penting dalam memberikan keperawatan

kesehatan yang aman.

d. Identifkasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi pasien.

Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses

penatalaksaan, yang tidak hanya dilakukan selama prawatan primer atau

kunjungan prnatal periodik, tetapi juga selama bayi tersebut bersama bidan

terus menerus, misalnya pasca bayi dilahirkan sampai bayi tersebut pulang.

e. Merencanakan Rencana Asuhan yang Menyeluruh

Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang

menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah selanjutnya.

Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang di

identifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diidentifikasi serta

perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan

mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk

melengkapi data dasar.

f. Melaksanakan Perencanaan

Langkah ini dapat dilaksanakan secara keseluruhan oleh bidan atau

dilakukan benar-benar oleh orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain.
30

Apabila tidak dilakukan sendiri bidan bertanggungjawab untuk memastikan

bahwa implementasi benar-benar dilakukan.

g. Evaluasi

Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksakan

apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan

yaitu memenuhi kebutuhan pasien, seperti yang diidentifikasi pada langkah

kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan.

Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang

dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

bagan sebagai berikut.

3. Penerapan Managemen Kebidanan

Penerapan manajemen kebidanan menurut Varney Helen (2007:205),

meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial dan tindakan antisipasi

segera untuk mencegahnya, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan

evaluasi.

a. Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini semua informasi akurat dan lengkap

dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data di lakukan Anamnese meliputi: melakukan tanya jawab

kepada ibu untuk memperoleh data meliputi: riwayat kesehatan, riwayat

reproduksi: riwayat haid, riwayat obstetri, riwayat kehamilan, persalinan dan

nifas, riwayat ginekologi, riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar,

data sosial ekonomi dan psikologi.


31

Pada Anamnese akan didapatkan kemungkinan bayi berat badan lahir

rendah pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu, Namun dapat juga terjadi

pada kehamilan aterm,atau pada usia kehamilan 42 minggu. Dan pada

Anamnesis akan didapatkan pula riwayat kehamilan yang berpengaruh

terhadap berat badan janin seperti usia ibu waktu hamil kurang dari 20

tahun,atau lebih dari 35 tahun, perdarahan anterpartum. Penyakit-penyakit

yang diderita oleh ibu termasuk penyakit jantung, TBC, hipertensi dan

penyakit ginjal dapat pula berpengaruh terhadap berat badan janin.

Bayi berat badan lahir rendah juga bisa terjadi karena adanya riwayat

ibu bekerja terlalu berat dan adapula faktor lain yang menyebabakan BBLR

seperti plasenta previa, Kebiasaan Keluarga di rumah seperti pekerjaan yang

melelahkan dan merokok. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan berat

badan bayi kurang dari 2500 gram bayi bisa preterm atau aterm, jaringan

lemak bawah kulit sedikit,tulang tengkorak pada bayi lunak mudah bergerak,

kulit tipis, merah dan transparan, verniks kaseosanya sedikit/ tidak

ada,menangis lemah.

Bayi berat lahir sangat rendah mempunyai tanda-tanda vital: pernapasan

sekitar 45 sampai 50 denyut per menit (pernapasan tidak teratur dapat terjadi

apnea (gagal napas)), frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit, dan

suhu dibawah 36,5OC . Ukuran antropometri: berat badan kurang dari 2500

gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm,

lingkaran kepala kurang dari 33 cm, dan LILA dibawah dari 9,5 cm. Kepala:

relatif lebih besar, tidak mampu tegak dan


32

tulang tengkorak lunak mudah bergerak. Kulit: kulit tipis transparan, rambut

lanugo banyak, dan lemak kulit kurang.

Genetalia, bayi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labia mayora

yang belum berkembang, bayi laki-laki: skrotum yang belum berkembang

sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak turun kedalam skrotum,

ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus dan kuku jari tangan

dan kaki belum mencapai ujung jari. Refleks menelan dan menghisap yang

lemah, menangis lemah dan otot hipotonik lemah.

Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.

Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan

proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga

dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan

hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien

yang sebenarnya.

b. Interpretasi data dasar

Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah

berdasarkan interprestasi yang akurat terhadap data-data yang telah di

kumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasi sehingga

dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan masalah dan

diagnosa keduanya digunakan karena masalah tidak dapat di defenisikan

seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah BBLR ditegakkan berdasarkan interprestasi data dasar yang di

kumpulkan bahwa BBLR akan menimbulkan masalah-masalah seperti suhu


33

tubuh yang tidak stabil atau masalah dalam pengaturan temperature pada bayi,

Terjadinya Gangguan pernafasan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah,dan

gangguan persyarafan.

c. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial dan antisipasi penanganan

Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi

masalah potensial atau diagnosis potensial yang berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini

membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil

mengamati klien, bidan diharapkandapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah

potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan

asuhan yang aman. Bidan di harapkan waspada dan bersiap mencegah

diagnosis/masalah potensial terjadi.

Pada bayi berat badan lahir rendah maka perlu di lakukan antisipasi

terjadinya hipotermia, dimana hipotermi terjadi karena hanya sedikit lemak

tubuh dan pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Sindrom

gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membrane hialin), sering terjadi pada

BBLSR kurang bulan yaitu pernafasan yang tidak teratur, merintih waktu

ekspirasi, thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah, resiko aspirasi

akibat belum terkoordinirnya refleks menghisap dan reflex menelan.

Hipoglikemia adalah sedikitnya simpanan energi pada bayi sehingga

BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan berikan ASI
34

setiap 2 jam sekali pada minggu pertama. Hiperbilirubinemia Terjadi karena

fungsi hati belum matang.

d. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera,, kolaborasi dan rujukan

Pada langkah ini, bidan atau dokter mengidentifikasi perlunya segera

melakukan konsultasi atau melakukan kolaborasi bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Pada kondisi BBLR, dengan

usia kehamilan aterm dan tidak mengalami gangguan nafas atau cacat yang

harus dilakukan tindakan segera, maka tidak diperlukan tindakan emergency,

namun jika terjadi gagal nafas, sianosis, hipotermi, kejang, gemetar atau

tremor, pernafasan cepat, kulit dingin, refleks moro menurun atau tidak ada,

kegagalan menetek demgan baik, muntah yang kuat, Tonus otot menurun atau

tidak ada. Maka perlu dilakukan tindakan emergency.

e. Menyusun Rencana Asuhan Yang Komprehensif

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanan terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Adapun penatalaksanaan BBLR yaitu:

1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, karena bayi BBLR mudah

mengalami hipotermi, maka suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan

ketat. Mencegah infeksi dengan ketat pada BBLR sangat rentan akan

infeksi, maka prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk cuci tangan

sebelum memegang bayi.


35

2) Pengawasan nutrisi refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan

sangat lemah, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.

3) Penimbangan ketat perubahan berat badan mencerminkan kondisi

gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab

itu penimbanagn berat badan harus dilakukan dengan ketat.

4) Perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care), perawatan bayi lekat ini

merupakan cara yang murah, aman dan mudah diterapkan yaitu dengan

cara mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara kontak ke kulit seawal

mungkin, mendukung ibu untuk memberikan Asi, manfaat KMC ini yaitu

dapat menjaga ikatan emosi ibu dan bayi, dapat melatih ibu cara menyusui

yang baik dan benar, melatih bayi untuk menghisap dan menelan secara

teratur dan terkoordinasi.


f. Pelaksanaan Langsung Asuhan Yang Efisien Dan Aman

Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah

lima dilaksanakan secara efisien dan aman. perencanaan ini dilakukan oleh

seluruh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya

Pada kondisi dimana bayi berat lahir rendah dilakukan pengukuran

antropometri, pengukuran tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, rawat

gabung. Maka dapat dilakukan penatalaksanaan secara umum. Kecuali

apabila bayi mengalami tanda dan gejala seperti gagal nafas, hipotermia,

kejang, gemetar atau tremor, pucat dan sianosis, dll. Maka dapat dilakukan

penatalaksanaan secara khusus

g. Evaluasi

Pendokumentasian dalam asuhan kebidanan adalah suatu

pencatatan lengkap dan akurat terhadap keadaan atau kejadian yang dilihat

dalam pelaksanaan asuhan (proses asuhan kebidanan)

Pendokumentasian asuhan yang telah di berikan harus di catat

benar, jelas, singkat dan logis dalam suatu metode pendokumentasian

dalam bentuk SOAP, yaitu :S (Subjektif )

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melaluianamnesis(langkah 1 varney).

O ( Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,hasil

laboratorium, dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus
34
35

untuk mendukung asuhan (langkah 1 varney)

A (Assesment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data

subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosis/ masalah

2) Antisipasi diagnosis/ masalah potensial

3) perlunya tindakan Segera oleh bidan atau dokter/

konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (langkah I,II,III,dan IV

varney).

P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan

berdasarkan assesment (langkah V, VI dan VII varney)

(Surachmindari,RY, 2014:136 ). SOAP ini di lakukan pada asuhan tahap

berikutnya, dan atau pada sevaluasi hari berikutnya/kunjungan berikutnya

yang dilakukan setiap bulan selama 4 kali kunjungan untuk memantau

perkembangan klien. Kunjungan rumah dilakukan untuk asuhan yang

lebih efektif.
36

1) posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu dengan menyilangkan

kain bagian atas bahu ibu kemudian diikat.

2) Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau gendongan kanguru

Kedua ujung kain bagian bawah dilingkarkan ke belakang dan ujung

– ujungnya diikatka. Kain bagian atas dibawah telinga bayi.

3) Kepala bayi dipalingkan ke sisi kiri atau kanan dengan posisi agak

tengadah (ekstensi) untuk menjaga saluran nafas terbuka

4) Posisi kaki seperti posisi kodok, tangan dalam posisi fleksi.

5) Kenakan topi bayi

6) Minta ibu untuk memakai pakaian bagian atasnya kembali

7) Cuci tangan

8) Jika perawatan metode kanguru bersifat intermiten setelah perawatan

metode kangur seslesai bantu ibu untuk melepas ikatan gendongan

dan letakkan bayi pada inkubator seperti semula.

a. Pelaksanaan Asuhan

1) Mencuci tangan

2) Mengukur tanda – tanda vital

Nadi 125 x/menit, Suhu 36,2oC, Pernafasan 44 x/menit BB: 2400 gr

PB : 49 cm

3) Membuka pakaian bayi kecuali popok

4) Mengajarkan ibu cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari

gendongan dengan cara memegang bayi dengan satu tangan di

belakang leher hingga punggung, topang bagian dagu dengan jari –

jari agar kepala bayi tidak tertekuk.


35

5) Memasukkan kaki bayi pada bagian bawah gendongan kanguru yang

sudah disediakan

6) Metakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi

menempel ke dada ibu dengan menyilangkan kain bagian atas bahu

ibu kemudian diikat.

7) Memposisikan bayi diamankan dengan kain panjang atau gendongan

kanguru Kedua ujung kain bagian bawah dilingkarkan ke belakang

dan ujung – ujungnya diikatka. Kain bagian atas dibawah telinga

bayi.

8) Memposisikan kepala bayi dipalingkan ke sisi kiri atau kanan

dengan posisi agak tengadah (ekstensi) untuk menjaga saluran nafas

terbuka

9) Memposisikan kaki seperti posisi kodok, tangan dalam posisi fleksi.

10) Mengnakan topi bayi

11) Meminta ibu untuk memakai pakaian bagian atasnya kembali

12) Mencuci tangan

13) Jika perawatan metode kanguru bersifat intermiten setelah perawatan

metode kanguru selesai membantu ibu untuk melepas ikatan

gendongan dan letakkan bayi pada inkubator seperti semula.

b. Evaluasi

1) Ny.S mengerti dan paham dari seluruh hasil pemeriksaan yang telah

di informasikan

2) Ny.S memahami tentang metode kanguru

3) Ny S mau melaksanakan anjuran pemberian metode kanguru

4) Ny S dapat melakukan pemberian metode kanguru


36

1. Kunjungan keempat pada tanggal 21 Juni 2020

a. Pengumpulan Data Dasar

Pada kunjungan ulang ketiga, pengkajian dilakuan pada tanggal 20

Juni 2022 pukul 09.00 Wib, , By.S mengatakan Keadaan bayi lemah,

banyak tidur, bayi sudah bersama ibunya dan berat badan 2500 gram,

HPHT : 15 Agustus 2021. TP , kesadaran komposmentis. Nadi 130

x/menit, suhu 36,8oC, pernafasan 44 x/menit. integitas kulit tampak

tipis, lemak kulit kurang dan tidak ada lanugo, by S sudah bisa

menghisap puting susu, bayi menyusui pada ibunya dengan teratur,

b. Interpretasi Data

Diagnosa : Berat Badan Lahir Rendah

Masalah : Ibu melahirkan 9 Juni 2022 dengan berat badan 2400 gr dan

HPHT : 15 Agustus 2021. Berat badan bayi sekarang 2400 gr dan

panjang 49 cm, reflex menghisap dan menelannya masih lemah, otot

pencemaan belum sempuma, Bayi di rawat di inkobator.

a. Masalah Potensial

Terjadinya hipotermi

b. Tindakan segera

Tidak ada data yang menunjang untuk dilakukan tindakan

segera/kolaborasi

c. Rencana Asuhan

Berdasarkan diagnosa atau masalah yang ditemukan maka dapat disusun

rencana asuhan sebagai berikut:

1) Cuci tangan

2) Ukur tanda – tanda vital


37

3) Buka pakaian bayi kecuali popok

4) Ajarkan ibu cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari

gendongan dengan cara memegang bayi dengan satu tangan di

belakang leher hingga punggung, topang bagian dagu dengan jari –

jari agar kepala bayi tidak tertekuk

5) Masukkan kaki bayi pada bagian bawah gendongan kanguru yang

sudah disediakan

6) Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi

menempel ke dada ibu dengan menyilangkan kain bagian atas bahu

ibu kemudian diikat.

7) Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau gendongan kanguru

Kedua ujung kain bagian bawah dilingkarkan ke belakang dan ujung

– ujungnya diikatka. Kain bagian atas dibawah telinga bayi.

8) Kepala bayi dipalingkan ke sisi kiri atau kanan dengan posisi agak

tengadah (ekstensi) untuk menjaga saluran nafas terbuka

9) Posisi kaki seperti posisi kodok, tangan dalam posisi fleksi.

10) Kenakan topi bayi

11) Minta ibu untuk memakai pakaian bagian atasnya kembali

12) Cuci tangan

13) Jika perawatan metode kanguru bersifat intermiten setelah perawatan

metode kangur seslesai bantu ibu untuk melepas ikatan gendongan

dan letakkan bayi pada inkubator seperti semula.

d. Pelaksanaan Asuhan
1) Mencuci tangan

2) Mengukur tanda – tanda vital

Nadi 130 x/menit, Suhu 36,3oC, Pernafasan 35 x/menit BB: 2500 gr PB

: 49 cm

3) Membuka pakaian bayi kecuali popok

4) Mengajarkan ibu cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari

gendongan dengan cara memegang bayi dengan satu tangan di belakang

leher hingga punggung, topang bagian dagu dengan jari – jari agar

kepala bayi tidak tertekuk.

5) Memasukkan kaki bayi pada bagian bawah gendongan kanguru yang

sudah disediakan

6) Metakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi

menempel ke dada ibu dengan menyilangkan kain bagian atas bahu ibu

kemudian diikat.

7) Memposisikan bayi diamankan dengan kain panjang atau gendongan

kanguru Kedua ujung kain bagian bawah dilingkarkan ke belakang dan

ujung – ujungnya diikatka. Kain bagian atas dibawah telinga bayi.

8) Memposisikan kepala bayi dipalingkan ke sisi kiri atau kanan dengan

posisi agak tengadah (ekstensi) untuk menjaga saluran nafas terbuka

9) Memposisikan kaki seperti posisi kodok, tangan dalam posisi fleksi.

10) Mengnakan topi bayi

11) Meminta ibu untuk memakai pakaian bagian atasnya kembali

1
2

12) Mencuci tangan

13) Jika perawatan metode kanguru bersifat intermiten setelah perawatan

metode kanguru selesai membantu ibu untuk melepas ikatan gendongan

dan letakkan bayi pada inkubator seperti semula.

e. Evaluasi

1) Ny.S mengerti dan paham dari seluruh hasil pemeriksaan yang telah

di informasikan

2) Ny.S memahami tentang metode kanguru

3) Ny S mau melaksanakan anjuran pemberian metode kanguru

4) Ny S dapat melakukan pemberian metode kanguru

Anda mungkin juga menyukai