Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir

rendah (BBLR). Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum

waktunya (prematur), dan sebagian karena mengalami gangguan pertumbuhan

selama masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara

berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan. 2,3 BBLR

merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus. Menurut

perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus

setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama

kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut

berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia

Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip

dari State of the world’s mother 2012 (data tahun 2007-2012) dikemukakan

bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah.

Bayi berat lahir rendah merupakan faktor risiko yang mempunyai

kontribusi terhadap kematian dan kelahiran bayi khususnya pada masa perinatal.

Dampak kelahiran BBLR berpengaruh terhadap kualitas generasi mendatang,

ditandai dengan lambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak dan akan

berpengaruh penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2012). BBLR sering menghadapi

berbagai masalah yaitu: asfiksia, hipotermia, ikterus dan gangguan pernafasan.

Bayi prematur atau bayi berat lahir rendah secara umum mempunyai kematangan

1
2

dalam sistem pertahanan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bayi

prematur yang mempunyai berat badan lahir rendah cenderung mengalami

hipotermi. Hal ini disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga

sangat mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada umumnya bayi prematur

dan mempunyai berat badan lahir rendah harus dirawat dalam inkubator.

Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan

infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga

seringkali menjadi pengalaman yang sangat mengganggu bagi keluarga. Oleh

karena itu, perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan kesehatan

di negara manapun. Analisis terkini menunjukkan bahwa sekitar 3 juta kematian

bayi baru lahir (BBL) dapat dicegah per tahun menggunakan intervensi yang

tidak mahal dan tepat guna.

Perawatan metode kanguru merupakan salah satu alternatif metode

perawatan BBLR. Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat guna yang

sederhana, murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan BBLR, untuk

memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, ASI,

perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Metode

kanguru tidak hanya sekedar menggantikan peran inkubator, namun juga

memberikan berbagai keuntungan yang tidak dapat diberikan inkubator.

Dibandingkan dengan perawatan konvensional, PMK terbukti dapat menurunkan

kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta

meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi (Maryunani, 2013).

B. Rumusan Masalah
3

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini:

Adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap

ibu nifas tentang penerapan metode kanguru pada bayi BBLR di RSUD

Sawerigading Palopo tahun 2016?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang penerapan metode kanguru pada bayi

BBLR di RSUD Sawerigading Palopo tahun 2016.

2. Tujuan khusus

a. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan ibu nifas tentang penerapan metode kanguru pada bayi

BBLR di RSUD Sawerigading Palopo tahun 2016.

b. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu nifas

tentang penerapan metode kanguru pada bayi BBLR di RSUD

Sawerigading Palopo tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi

Hasil penelitian merupakan salah satu sumber informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan bacaan bagi institusi perguruan tinggi khususnya di

Stikes Kurnia Jaya Persada Palopo.

2. Bagi tempat penelitian


4

Sebagai bahan informasi dan untuk menambah keterampilan petugas

kesehatan dalam memberikan perawatan kepada bayi berat badan lahir

rendah.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan

kajian khususnya bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengembangkannya

guna pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang penerapan metode kanguru pada bayi

BBLR belum pernah dilakukan di RSUD Sawerigading Palopo. Penelitian terkait

yang pernah dilakukan, yaitu penelitian Indriani (2009) dengan judul

pengetahuan dan sikap bidan tentang metode kanguru di kecamatan sibiru – biru

kab. Deli serdang tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan

kategori pengetahuan bidan secara keseluruhan diketahui sebanyak 18 orang

(51,4%) berpengetahuan baik dalam hal pelaksanaan metode kanguru, sebanyak

15 orang (42,9%) berpengetahuan cukup baik dan 2 orang (5,7%)

berpengetahuan kurang baik. Berdasarkan kategori sikap diketahui hampir

seluruh bidan bersikap baik dalam pelaksanaan metode kanguru yaitu sebanyak

30 orang (85,7%) dan 5 orang (14,3%) lainnya bersikap kurang baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Metode Kanguru

1. Pengertian

Metode Kanguru dikenal juga dengan sebutan perawatan skin to skin,

metode kanguru adalah cara yang sederhana untuk merawat bayi baru lahir

dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayinya

(Maryunani, 2013).

Metode kanguru adalah suatu teknologi tepat guna untuk perawatan

bayi baru lahir khususnya bayi premature atau berat lahir < 2500 gram

dengan cara diletakkan pada dada terbuka ibu, keduanya kemudian ditutup

dengan selimut atau baju tipis (Roesli, 2011).

Meski namanya kanguru, metode ini bukan berasal dari Australia

melainkan dikembangkan di Kolombia. Nama kanguru digunakan karena

metode penanganan bayi premature atau BBLR yaitu kurang dari 2500 gram.

Ini meniru perilaku binatang asal Australia yang menyimpan anaknya di

kantung perutnya, sehingga diperoleh suhu optimal bagi kehidupan bayi

(Pratomo, 2009).

2. Tujuan perawatan dengan metode kanguru

a. Tujuan umum

Menurunkan angka kematian bayi akibat BBLR.

5
6

b. Tujuan khusus

1) Mendidik dan memotivasi ibu dalam merawat BBLR.

2) Mendidik ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

3) Memotivasi ibu untuk kontak langsung dengan kulit bayi.

4) Mengupayakan agar bayi yang lahir di rumah sakit dapat dipulangkan

secepat mungkin serta untuk mengurangi pemakaian inkubator.

5) Mengurangi lama perawatan BBLR di rumah sakit

3. Keuntungan metode kanguru

Keuntungan yang didapat dari metode kanguru bagi perawatan bayi

adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak.

b. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernafasan bayi.

c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik.

d. Mengurangi striae pada ibu dan bayi.

e. Mengurangi lama menangis pada bayi.

f. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi.

g. Meningkatkan produksi ASI.

h. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit.

i. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit.

(Suriviana, 2009).

4. Cara melakukan metode kanguru

Untuk melakukan metode kanguru dapat dengan menggunakan cara

sebagai berikut :

a. Beri bayi pakaian, topi, popok, dan kaus kaki yang telah dihangatkan

lebih dahulu.
7

b. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan

pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi

dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada

ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.

c. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu, dan

bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu

memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.

d. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk atau

kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk

menjaga tubuh bayi.

e. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri,

duduk, jalan, makan dan mengobrol, pada waktu tidur, posisi ibu setengah

duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal di belakang

punggung ibu.

f. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.

g. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi,

pemantauan bayi, cara pemberian ASI, dan keberhasilan ibu dan bayi.

(Suriviana, 2009).

5. Komponen metode kanguru

a. Posisi kanguru

Bayi diletakkan diantara payudara ibu dalam posisi tegak dengan

dada bayi menempel pada dada ibu. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan

atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah. Kedua tungkai bayi ditekuk

sedikit seperti posisi kodok. Dalam posisi demikian tubuh ibu dan bayi

diikat dengan kain selendang atau kemben berbahan elastis untuk


8

menahan badan bayi agar tidak jatuh. Bayi hanya mengenakan popok,

topi hangat, dan kaus kaki. Tetapi apabila suhu sedang dingin, boleh

dipakaikan baju tanpa lengan berbahan katun yang dibuka di bagian

depannya, agar dada bayi tetap dapat menempel (kulit ke kulit) pada dada

ibu.

b. Monitor

Selama bayi cukup mendapat ASI dan berada dalam dekapan ibu,

biasanya suhu akan mudah dipertahankan antara 36,5-37,5°C. Walaupun

demikian, pemantauan suhu ketiak bayi perlu dilakukan setiap 6 jam

selama 3 hari pertama PMK dimulai. Selanjutnya pengukuran dilakukan 2

kali sehari. Selain suhu, ibu perlu memantau pernapasan bayi. Pernapasan

normal bayi prematur berkisar 40-60 kali per menit dan kadang dapat

disertai periode apnu (tidak bernapas).Beberapa tanda bahaya adalah bayi

sulit bernapas, merintih, bernapas sangat cepat atau sangat lambat,

berhenti napas yang sering dan lama (>20 detik), bayi terasa dingin walau

sudah dihangatkan, sulit minum, muntah-muntah, kejang, diare, atau kulit

menjadi kuning. Bila menjumpai tanda-tanda diatas, segeralah mencari

pertolongan pada tenaga kesehatan.

c. Waktu dan siapa saja

PMK idealnya dilakukan 24 jam sehari, tetapi pada permulaan dapat

dilakukan bertahap dari minimal 60 menit, kemudian ditingkatkan sampai

terus-menerus, siang dan malam, disela hanya untuk mengganti popok.

Ibu dapat tetap melakukan pekerjaan sehari-hari seperti berdiri, duduk,

memasak, jalan-jalan, bahkan bekerja. Waktu tidur pun ibu dapat


9

berbaring atau setengah duduk sambil tetap mempertahankan posisi

kanguru (Efar, 2011).

B. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

a. Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra

yang dimilikinya. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

b. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil

mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah

dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah

orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu

(Mubarak, 2009).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

Menurut Mubarak (2009) ada tujuh faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula

mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula


10

pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat

pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar

ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan

proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf

berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Pengalaman

Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang

baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman

terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan

timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap

positif.

e. Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu

hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.


11

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga

kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan

g. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

3. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), secara garis besarnya tingkatan

pengetahuan dibagi menjadi:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari, yaitu:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginter-pretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


12

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riel (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah

didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisa (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain. Analisis dapat

dilihat dari penggunaan alat kerja dan dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan

yang baik, dan sintesis itu juga untuk menyusun formulasi yang baru dari

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sudah ada.
13

4. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua :

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperolah

kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah, atau

metode penemuan sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan

pada periode ini meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu

seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya

pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial

(coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-

kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi

ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada upacara


14

selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang

menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telur

dan sebagainya.

Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat

tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern.

Kebiasaan-kebiasaan seperti ini seolah-olah diterima dari sumbernya

sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat

berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun

informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.

Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas

atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna bahwa

pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya melalui induksi atau deduksi. Induksi

yaitu: proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-

pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Deduksi yaitu:

pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum kepada khusus.


15

b. Cara modern

1) Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian yaitu dengan

mengembangkan metode berfikir induktif. Mula-mula mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau

kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan diklasifikasikan,

akhirnya diambil kesimpulan umum.

2) Memperoleh kesimpulan dilakukan dengan observasi langsung dan

membuat pencatatan. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :

a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

b) Gejala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi tertentu.

3) Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-

ciri atau unsur-unsur yang pasti pada suatu gejala. Selanjutnya hal

tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi.

Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan sebagai dasar untuk

mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya

diadakan penggabungan antara proses berfikir deduktif-induktif, yaitu

venvikatif sehingga melahirkan suatu cara penelitian yang dikenal

dengan metode penelitian ilmiah.


16

C. Tinjauan Umum tentang Sikap

1. Pengertian sikap

a. Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek yang

melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak

senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

b. Menurut Azwar (2011), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Sikap seorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung

atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak.

Sikap sebagai reaksi dari afektif, perilaku dan kognitif terhadap suatu

objek. Ketiga komponen ini secara bersama mengorganisasikan sikap

individu.

c. Sikap menurut Sarwono (2012) adalah istilah yang mencerminkan rasa

senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang

terhadap sesuatu.

2. Komponen pokok sikap (Notoatmodjo, 2010)

a. Komponen kognitif

Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek. Sikap orang terhadap suatu penyakit misalnya, berarti

bagaimana pendapat orang tersebut terhadap penyakit itu.

b. Komponen afektif

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek. Artinya,

bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek. Seperti contoh terhadap suatu penyakit misalnya,


17

berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit, apakah penyakit yang

biasa saja atau penyakit yang membahayakan.

c. Komponen psikomotor

Kecenderungan untuk bertindak. Artinya, sikap adalah merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah

ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

Misalnya, contoh sikap terhadap penyakit, yaitu apa yang dilakukan

seseorang bila ia menderita suatu penyakit.

3. Tingkatan sikap (Notoatmodjo, 2010)

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atas tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan

orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani mengambil

resiko bila ada orang lain yang mencemohkan atau adanya resiko lain.
18

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang menurut

Sarwono (2012), yaitu:

a. Faktor internal

Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang

bersangkutan, seperti faktor pilihan. Kita tidak dapat menangkap seluruh

rangsangan dari luar melalui persepsi kita, oleh karena itu kita harus

memilih rangsangan mana yang akan kita dekati dan mana yang harus

dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif dan kecenderungan-

kecenderungan dalam diri kita. Karena harus memilih inilah kita

menyusun sikap positif terhadap satu hal dan membentuk sikap negatif

terhadap hal lainnya. Misalnya kalau kita pergi ke supermarket atau

membuka internet, begitu banyak hal yang menerpa indera kita.

Semuanya minta diperhatikan. Maka, kita harus memilih mana yang akan

dikunjungi dulu, mana yang harus dibaca dan sebagainya.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri, maka

pembentukan sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor yang berada di luar,

yaitu:

1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut

4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap

5) Situasi pada saat sikap dibentuk


19

5. Ciri-ciri sikap (Sarwono, 2012)

a. Sikap bukan dibawa lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari.

b. Sikap dapat berubah-ubah.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek.

d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan

6. Sifat sikap (Sarwono, 2012)

a. Sifat positif

Kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan

mengharapkan obyek tertentu.

b. Sifat negatif

Kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak

menyukai obyek tertentu.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Untuk mengetahui variabel yang akan diteliti, yaitu pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang penerapan

metode kanguru pada bayi BBLR akan digambarkan dalam kerangka penelitian

sebagai berikut:

Pre test
Pengetahuan
Pendidikan
Kesehatan
Sikap
Post test

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam suatu penelitian adalah pernyataan sementara tentang

hubungan antar variabel penelitian (Dharma, 2011). Adapun hipotesis dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Hipotesis alternatif (Ha):

a. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu

nifas tentang penerapan metode kanguru pada bayi BBLR di RSUD

Sawerigading Palopo tahun 2016.

20
21

b. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu nifas tentang

penerapan metode kanguru pada bayi BBLR di RSUD Sawerigading

Palopo tahun 2016.

2. Hipotesis nol (H0):

a. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu

nifas tentang penerapan metode kanguru pada bayi BBLR di RSUD

Sawerigading Palopo tahun 2016.

b. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu nifas tentang

penerapan metode kanguru pada bayi BBLR di RSUD Sawerigading

Palopo tahun 2016.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah metode yang digunakan peneliti untuk melakukan

suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Dharma,

2011). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperimen

dengan rancangan one group pre test – post test. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang penerapan

metode kanguru pada bayi BBLR sebelum dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan. Bentuk desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pre test perlakuan post test

T1 X T2

Keterangan :

1. T1 : Pre test adalah penilaian tingkat pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang

penerapan metode kanguru pada bayi BBLR sebelum diberikan pendidikan

kesehatan.

2. T2 : Post test adalah penilaian tingkat pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang

penerapan metode kanguru pada bayi BBLR setelah diberikan pendidikan

kesehatan.

3. X : Pendidikan kesehatan tentang imunisasi dasar

22
23

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Saryono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu

nifas di RSUD Sawerigading Palopo sebanyak 31 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti (Hidayat, 2009).

Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu nifas di RSUD Sawerigading Palopo

sebanyak 31 orang.

3. Sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditetapkan peneliti untuk menentukan

atau memilih sejumlah sampel dari populasinya (Dharma, 2011). Pada

penelitian ini sampel diambil menggunakan total sampling yakni jumlah

sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi yang ada.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang terlibat dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan

kesehatan.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

pengetahuan dan sikap ibu nifas.


24

D. Defenisi Operasional

Tabel 4.1 Defenisi operasional pengaruh pendidikan kesehatan terhadap


tingkat pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang penerapan metode
kanguru pada bayi BBLR.

Skala
Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur
ukur
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuisioner 1. Baik: Nominal
diketahui dan skor yang
dipahami oleh ibu diperoleh
nifas tentang ≥ 8.
penerapan metode 2. Kurang:
kanguru pada bayi skor yang
BBLR. diperoleh
< 8.
Sikap Respon atau Kuisioner 1. Positif: Nominal
tanggapan yang skor yang
diberikan oleh ibu diperoleh
nifas tentang ≥ 20.
penerapan metode 2. Negatif:
kanguru pada bayi skor yang
BBLR. diperoleh
< 20.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Sawerigading Palopo pada bulan

September 2016.

F. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa kuisioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu: data demografi

responden, pengetahuan dan sikap. Pada bagian pertama terdiri dari data

demografi ibu nifas yang meliputi umur dan pendidikan. Bagian kedua kuesioner

pengetahuan yang menggunakan Skala Gutmann dengan jawaban benar (skor 1)

dan salah (skor 0). Bagian ketiga kuesioner sikap menggunakan Skala Likert

dengan pilihan jawaban Setuju (3), Kurang Setuju (2) dan Tidak Setuju (1).
25

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data

a. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli

(tidak melalui media perantara). Peneliti mengambil data primer melalui

metode survey dan observasi.

b. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Peneliti mengambil data sekunder dari berbagai referensi buku dan

internet.

Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu peneliti

meminta izin kepada Direktur RSUD Sawerigading Palopo untuk melakukan

penelitian di rumah sakit tersebut. Setelah mendapat izin, peneliti

menyebarkan instrumen data kepada ibu nifas yang dijadikan sebagai

responden. Dimana pada saat pengisian kuisioner, peneliti menjelaskan

petunjuk pengisian data yang kurang dimengerti. Kuisioner yang telah diisi,

kemudian dikumpulkan dan dicek oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis.

2. Pengolahan data

Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu data harus diolah

dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam proses pengolahan

data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti, yaitu:

a. Seleksi

Seleksi yaitu upaya untuk memilih populasi yang akan dijadikan

sampel dalam penelitian. Sampel diambil untuk mewakili populasi yang

ada sehingga data dapat memberikan makna.


26

b. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

c. Coding

Coding merupakan kegiatan pembagian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting karena pengolahan dan analisa data dalam penelitian ini

menggunakan komputer.

d. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel, kemudian peneliti membuat

distribusi frekuensi sederhana.

H. Analisis Data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dianalisis. Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik

analisis univariat (satu variabel) dan bivariat (dua variabel).

1. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk memperlihatkan atau menjelaskan

distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen.

2. Analisis bivariat

Analisis data ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji

hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya hubungan variabel independen


27

terhadap variabel dependen dengan menggunakan sistem komputerisasi SPSS

dan diolah uji statistik Uji T dimana hipotesa diterima dengan tingkat

kemaknaan p – value < 0,05 (ada pengaruh).

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia,

maka segi etika penelitian harus senantiasa diperhatikan (Hidayat, 2009),

seperti:

1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan serta

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika

calon responden bersedia untuk diteliti, maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan. Bila calon responden menolak, maka peneliti tidak boleh

memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Tanpa nama (anonimity)

Kerahasiaan responden harus selalu terjaga. Untuk menjaga

kerahasiaan tersebut, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden,

pada lembar pengumpulan data dan pada lembar kuisioner, cukup

diberikan kode tertentu sebagai identifikasi subjek.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah


28

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

5. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy

and confidentiality).

6. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice and

inclusiveness).

7. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms

and benefits).
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik demografi responden di RSUD Sawerigading Palopo

Jumlah responden yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

sebanyak 31 responden. Pemaparan karakteristik responden ini akan

diuraikan dalam data umum meliputi umur dan pendidikan responden.

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
di RSUD Sawerigading Palopo
Tahun 2016

Umur n %
< 20 tahun 2 6,5
20-35 tahun 20 64,5
> 35 tahun 9 29
Total 31 100
Sumber: Data Primer 2016

Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden yang berumur < 20

tahun ada 2 orang (6,5%), berumur 20-35 tahun sebanyak 20 orang (64,5%)

dan berumur > 35 tahun sebanyak 9 orang (29%).

29
30

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
di RSUD Sawerigading Palopo
Tahun 2016

Pendidikan n %
SD 1 3,2
SMP 3 9,7
SMA 18 58,1
PT 9 29
Total 31 100
Sumber: Data Primer 2016

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SD

ada 1 orang (3,2%), berpendidikan SMP ada 3 orang (9,7%), berpendidikan

SMA sebanyak 18 orang (58,1%) dan berpendidikan PT sebanyak 9 orang

(29%).

2. Variabel yang diteliti

a. Analisa univariat

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pre Test
di RSUD Sawerigading Palopo
Tahun 2016

Pengetahuan n %
Baik 22 71
Kurang 9 29
Total 31 100
Sumber: Data Primer 2016

Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 22 orang (71%) dan pengetahuan kurang

sebanyak 9 orang (29%).

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Post Test
di RSUD Sawerigading Palopo
31

Tahun 2016

Pengetahuan n %
Baik 29 93,5
Kurang 2 6,5
Total 31 100
Sumber: Data Primer 2016

Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 29 orang (93,5%) dan pengetahuan kurang

ada 2 orang (6,5%).

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pre Test
di RSUD Sawerigading Palopo
Tahun 2016

Sikap n %
Positif 26 83,9
Negatif 5 16,1
Total 31 100
Sumber: Data Primer 2016

Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap

positif sebanyak 26 orang (83,9%) dan sikap negatif sebanyak 5 orang

(16,1%).
32

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Post Test
di RSUD Sawerigading Palopo
Tahun 2016

Sikap n %
Positif 30 96,8
Negatif 1 3,2
Total 31 100
Sumber: Data Primer 2016

Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap

positif sebanyak 30 orang (96,8%) dan sikap negatif ada 1 orang (3,2%).

b. Analisa bivariat

Tabel 5.7
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Ibu Nifas Tentang Penerapan Metode Kanguru Pada Bayi
BBLR di RSUD Sawerigading Palopo
Tahun 2016

Pengetahuan
Pendidikan Baik % Kurang % Total % p
Kesehatan

Pre test 22 71 9 29 31 100


0,006
Post test 29 93,5 2 6,5 31 100
Sumber: Data Primer 2016

Pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa saat pre test, responden yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 orang (71%). Setelah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang metode kanguru, pengetahuan baik

responden mengalami peningkatan menjadi 29 orang (93,5%).

Dari hasil analisis statistik dengan Uji T Berpasangan diperoleh

nilai ρ = 0,006 < α = 0,05, berarti Ha diterima sehingga ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu nifas tentang penerapan

metode kanguru pada bayi BBLR.

Tabel 5.8
33

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap Ibu Nifas


Tentang Penerapan Metode Kanguru Pada Bayi
BBLR di RSUD Sawerigading Palopo
Tahun 2016

Sikap
Pendidikan Positif % Negatif % Total % p
Kesehatan

Pre test 26 83,9 5 16,1 31 100


0,043
Post test 30 96,8 1 3,2 31 100
Sumber: Data Primer 2016

Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa saat pre test, responden yang

memiliki sikap positif sebanyak 26 orang (83,9%). Setelah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang metode kanguru, sikap positif responden

mengalami peningkatan menjadi 30 orang (96,8%).

Dari hasil analisis statistik dengan Uji T Berpasangan diperoleh

nilai ρ = 0,043 < α = 0,05, berarti Ha diterima sehingga ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu nifas tentang penerapan metode

kanguru pada bayi.

B. Pembahasan

1. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan ibu nifas tentang

penerapan metode kanguru pada bayi BBLR.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pre test, responden yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 orang (71%). Setelah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang metode kanguru, pengetahuan baik responden

mengalami peningkatan menjadi 29 orang (93,5%). Hasil uji statistik dengan

Uji T Berpasangan diperoleh nilai ρ = 0,006 < α = 0,05, berarti Ha diterima

sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu nifas

tentang penerapan metode kanguru pada bayi BBLR


34

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan pengetahuan ibu nifas

pada pretest adalah baik sebanyak 22 orang (71%), namun setelah dilakukan

intervensi berupa penyuluhan (hasil posttest) pengetahuannya meningkat

menjadi baik 29 orang (93,5%). Hakekatnya pendidikan kesehatan adalah

upaya menyampaikan pesan kesehatan kepada individu, kelompok,

masyarakat, sehingga dapat memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih

baik. Pengetahuan yang diterima pada akhirnya diharapkan dapat

memengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2010). Hal ini membuktikan bahwa

pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek/stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Pemberian penyuluhan dimaksudkan untuk mencapai tingkat pengetahuan

yang pertama, yaitu tingkat tahu. Dimana responden mampu mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan adanya peningkatan

pengetahuan di atas menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan ibu nifas

sesudah adanya penyuluhan.

Menurut Sumantri (2010) bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh

terhadap pengetahuan karena pendidikan kesehatan merupakan proses

pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang

sistematis dan terorganisir. Para peserta akan mempelajari pengetahuan dan

keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu. Yang dimaksud

praktis adalah bahwa responden yang sudah diberikan pendidikan kesehatan

dapat diaplikasikan dengan segera sehingga harus bersifat praktis.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti dkk (2012), bahwa metode

pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan

pengetahuan setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan pengetahuan


35

pre-test. Perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan

lama dari pada perlaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi

pengetahuan yang memadai sangat dibutuhkan ibu nifas terutama dalam hal

penerapan metode kanguru pada bayi BBLR.

Dari uraian di atas, maka hipotesa penelitian dapat dijawab bahwa

pendidikan kesehatan tentang metode kanguru berpengaruh terhadap

pengetahuan responden sebelum dan setelah diberikan.

2. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu nifas tentang penerapan

metode kanguru pada bayi BBLR.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat pre test, responden yang

memiliki sikap positif sebanyak 26 orang (83,9%). Setelah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang metode kanguru, sikap positif responden

mengalami peningkatan menjadi 30 orang (96,8%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai ρ = 0,043 < α = 0,05, berarti Ha diterima sehingga ada

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu nifas tentang penerapan

metode kanguru pada bayi.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat terlihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum

merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Menurut

Purwanto (2010) sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan

dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan dengan


36

objeknya. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan melalui penyuluhan

kepada ibu nifas membantu pembentukan sikap masyarakat terhadap yang

sama.

Pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Pendidikan kesehatan

membantu agar orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan

dan kualitas hidup. Penyuluhan merupakan suatu metode dalam pendidikan

kesehatan yang dapat merubah sikap seseorang menjadi lebih baik. Hal ini

terbukti dari sikap respoden setelah diberikan penyuluhan memberikan

perubahan yang berarti dari sikap negatif menjadi lebih positif bahkan sangat

positif. Setelah diberikan penyuluhan dilakukan pengujian kembali (post-test)

maka didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan sikap setelah diberikan

penyuluhan. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa kategori sikap ibu nifas

terbanyak setelah diberikan penyuluhan adalah kategori positif sebanyak 96,8

dan kategori negatif hanya 3,2%, sehingga dapat diartikan dengan adanya

intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat mempengaruhi peningkatan

sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap ibu nifas dipengaruhi oleh

pengetahuannya terhadap hal yang sama, serta ada kemungkinan juga sikap

yang sudah ada terbentuk karena faktor sosial budaya di lingkungan tempat

tinggal.

Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan kesehatan memiliki tujuan

penting untuk meningkatkan sikap dan kemampuan sebagai kriteria

keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan. Joint Commiission on

Health Education (2011), mengartikan pendidikan kesehatan adalah

kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan orang dan

membuat keputusan yang tepat sehubungan dengan pemeliharaan kesehatan.


37

Dari batasan-batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan

kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk mempengaruhi orang agar

ia atau mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Pendidikan

kesehatan juga suatu kegiatan untuk menjadikan kondisi sedemikian rupa

sehingga orang mampu untuk berperilaku hidup sehat. Pendidikan

merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan.

Dari uraian di atas, maka hipotesa penelitian dapat dijawab bahwa

pendidikan kesehatan tentang metode kanguru berpengaruh terhadap sikap

responden sebelum dan setelah diberikan.

C. Keterbatasan

Keterbatasan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu mutu

informasi yang diperoleh sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan

responden untuk bekerjasama. Selain itu juga, para responden bisa

menerjemahkan pertanyaan atau konsep secara berbeda dari yang dimaksud oleh

peneliti. Oleh karena itu, peneliti harus menjelaskan maksud dari tiap item

pertanyaan yang diajukan.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan hasil penelitian Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas

Tentang Penerapan Metode Kanguru Pada Bayi BBLR di RSUD Sawerigading

Palopo Tahun 2016, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,006 < α = 0,05, berarti Ha diterima

sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu nifas

tentang penerapan metode kanguru pada bayi BBLR.

2. Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,043 < α = 0,05, berarti Ha diterima

sehingga ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu nifas tentang

penerapan metode kanguru pada bayi.

B. Saran

1. Bagi pihak institusi, diharapkan lebih meningkatkan dan mengembangkan

mutu pendidikan di bidang pendidikan keperawatan agar mahasiswa dapat

termotivasi dalam mengembangkan kompetensi di bidang keperawatan guna

menciptakan sumber daya manusia yang berpotensial dan profesional.

2. Diharapkan agar petugas kesehatan terus melakukan penerapan metode

kanguru dengan baik dan benar untuk mengurangi angka kematian bayi

terutama bayi dengan berat badan lahir rendah.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dalam melakukan penelitian selanjutnya

menggunakan metode dan uji statistik yang berbeda dari penelitian ini supaya

38
39

hasil yang diperoleh lebih bervariasi dan dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan satu sama lain.


40

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2011. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Dharma, Kusuma Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans


Info Media.

Efar. 2011. Perawatan Metode Kangguru: “Inkubator” Alami untuk Bayi Prematur.
http://www.tanyadokteranda.com, diakses 1 September 2016.

Hidayat, Alimul AA. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.

Maryunani. 2013. Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah.
Jakarta : TIM.

Mubarak. 2009. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Roesli. 2011. Pedoman Pijat Bayi Prematur dan Bayi Usia 0 – 3 bulan. Jakarta.
Trubus Agriwidya.

Sarwono. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press.

Saryono. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang


Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.

Suriviana. 2009. Metode Kangguru untuk Merawat Bayi Prematur,


http://www.infoibu.com, diakses 1 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai