Tugas Resume Materi Ppam Meiliani
Tugas Resume Materi Ppam Meiliani
NIM : PO71240200029
Standar hak asasi manusia Hak privasi menurut hukum hak asasi manusia internasional
melindungi hak untuk privasi dan kerahasiaan informasi kesehatan, termasuk informasi
mengenai kesehatan reproduksi, fungsi reproduksi, kehidupan seksual maupun seksualitas
seseorang. Oleh karena itu, hak privasi membebankan kewajiban bagi para penyedia
layanan dan siapapun yang mengumpulkan data terkait dengan kesehatan untuk menjaga
kerahasiaan informasi itu.
Bencana alam adalah segala jenis bencana yang sumber, perilaku, dan faktor
penyebab atau pengaruhnya berasal dari alam, seperti : banjir, tanahlongsor,
gempabumi, erupsi gunungapi, kekeringan, angin ribut dan tsunami.
Bencana non alam adalah adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror.
Situasi darurat bencana adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
telah mengakibatkan ancaman yang kritis terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan
atau kesejahteraan suatu masyarakat atau sekelompok besar orang. Kemampuan
bertahan dari masyarakat yang terdampak menjadi kewalahan dan bantuan dari luar
dibutuhkan. Hal ini bisa merupakan akibat dari peristiwa seperti konflik bersenjata,
bencana alam, epidemi atau kelaparan dan sering kali menyebabkan penduduk harus
mengungsi. Prinsip dasar dalam penyusunan program kesehatan reproduksi dalam
situasi darurat bencana yaitu koordinasi, kualitas pelayanan, komunikasi, partisipasi
masyarakat, pengembangan kapasitas teknis dan manajemen, akuntabilitas, hak asasi
manusia serta advokasi. Perempuan memiliki resiko yang sangat riskan terhadap
kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana sehingga perempuan memiliki hak-
hak perlindungan kesehatan reproduksinya. Komnas perempuan sebagai komisi
nasional anti kekerasan yang melindungi perempuan, dituntut untuk tanggap dalam
menangani berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, sekaligus
sigap dalam memahami berbagai perkembangan.
Layanan asuhan pasca keguguran yang komprehensif terdiri dari beberapa elemen
untuk membantu perempuan memenuhi hak seksual dan reproduksinya, yaitu:
1. Konseling untuk mengidentifikasi dan menjawab kebutuhan fisik dan emosional
perempuan serta kekhawatiran lainnya.
2. Tatalaksana medis untuk mengatasi atau mencegah terjadinya komplikasi yang
mengancam jiwa, termasuk tatalaksana kegawatdaruratan, pencegahan infeksi,
evakuasi hasil konsepsi, manajemen nyeri, dan tatalaksana komplikasi.
3. Layanan kontrasepsi atau KB untuk membantu perempuan merencanakan dan
mengatur kehamilannya.
4. Rujukan ke layanan kesehatan reproduksi atau layanan kesehatan lain yang
dibutuhkan, baik itu di dalam maupun di luar fasilitas kesehatan di mana saat ini
pasien dilayani.
5. Kemitraan dengan masyarakat dan penyedia layanan lain untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan serta induksi keguguran yang tidak aman,
menggerakkan sumber daya untuk membantu perempuan mendapatkan asuhan pasca
keguguran yang baik dan tepat waktu, dan memastikan bahwa layanan kesehatan telah
memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia
sejak lahir sampai mati (life cycle approach) agar di peroleh sasaran yang pasti dan
komponen pelayanan yang jelas serta dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas
dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dan bertumpu pada program
pelayanan yang tersedia.
Langkah-langkah/kegiatan yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV adalah:
1. Memastikan kegiatan transfusi darah aman dan rasional yang dilakukan oleh
lembaga/organisasi yang bergerak dibidangnya, misalnya: Palang Merah
Indonesia (PMI)
2. Menekankan pentingnya kewaspadaan standar sejak awal dimulainya
koordinasi dan memastikan penerapannya
3. Memastikan ketersediaan dan pemberian profilaksis pascapajanan
4. Memastikan ketersediaan kondom melalui koordinasi dengan organisasi dan
lembaga yang bekerja di bidang kesehehatan reproduksi dan keluarga
berencana (pemerintah dan non pemerintah)
5. Memastikan pemberian obat ARV dan IMS terutama pada perempuan yang
terdaftar dalam program PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak)
6. Memasang informasi dengan nomor telepon yang bisa dihubungi 24 jam untuk
kelanjutan pengobatan ARV bersama dengan obat rutin lainnya.