Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS MATA KULIAH PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN

KELUARGA BERENCANA DAN KESPRO PADA NY.N AKSEPTOR


KB IUD DI PMB MARISASANTI PUTRI TAHUN 2024

Dosen Pembimbing :
Bdn. Ajeng Galuh W, SST, MPH

Oleh :
Nama : Rizki Amalia
NIM : PO71242230130
Kelas : C (Batang Hari)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Ahamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas,berkat,dan


karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Keluarga Berencana dan Kespro pada Ny.N Akseptor KB IUD di
PMB Marisasanti Putri tahun 2024 dengan tepat waktu.
Penulisan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik
kebidanan stase KB yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang
harus dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam penyusunan
laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Yuli Suryati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Ibu Bdn. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Jambi
3. Ibu Bdn. Ajeng Galuh W, SST. MPH selaku pembimbing institusi yang telah
banyak memberikan petunjuk dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi
dalam pembuatan laporan ini.
4. Ibu Bdn. Marisasanti Putri, S.Tr.Keb selaku pembimbing lahan praktik
5. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih belum sempurna maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
laporan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.
Jambi, April 2024

Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif Keluarga


Berencana dan Kespro Pada Ny.N Akseptor Kb IUD di PMB Marisasanti Putri
Tahun 2024” guna memenuhi tugas Stase Keluarga Berencana program studi profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2024.

Jambi, April 2024

Mahasiswa

Rizki Amalia
PO71242230130

Mengetahui:

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Bdn. Ajeng Galuh W, SST,MPH) (Bdn.Marisasanti Putri, S.Tr.Keb)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................4
D. Manfaat.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi.......................................................................................................7
B. IUD (Intra Uterine Device)..............................................................................9
C. Teori EBM (Evidence Based Midwifery)..........................................................23
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Nifas dengan Luka Perineum............................................27
B. Catatan Perkembangan.....................................................................................36
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data Dasar.................................................................................39
B. Interpretasi Data Dasar.....................................................................................40
C. Diagnosa/Masalah Potensial.............................................................................41
D. Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi.........................................................41
E. Perencanaan......................................................................................................41
F. Pelaksanaan.......................................................................................................42
G. Evaluasi.............................................................................................................43
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.............................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................45
B. Saran.................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi pemberian
KIE, konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontarsepsi, pemasangan
atau pencabutan, dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya
mencegah kehamilan. Pelayanan kontrasepsi yang diberikan meliputi kondom,
pil, suntik, pemasangan atau pencabutan implan, pemasangan atau pencabutan
alat kontrasepsi dalam rahim, pelayanan tubektomi, dan pelayanan vasektomi.
KB Pascapersalinan (KBPP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada PUS
setelah persalinan sampaikurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk
menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan. Beberapa studi
menunjukkan pelayanan KB (termasuk KBPP) yang efektif dapat mengurangi
kematian ibu dengan cara mengurangi kehamilan dan mengurangi kelahiran
risiko tinggi (Kemenkes, 2020).
Salah satu faktor memberikan dampak pada peningkatan Angka Kematian
Ibu adalah risiko 4 Terlalu (Terlalu muda melahirkan dibawah usia 21 tahun,
Terlalu tua melahirkan diatas 35 tahun,Terlalu dekat jarak kelahiran kurang dari
3 tahun dan Terlalu banyak jumlah anak lebih dari2). Persentase ibu meninggal
yang melahirkan berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun adalah33% dari
seluruh kematian ibu, sehingga apabila program KB dapat dilaksanakan dengan
baik lagi, kemungkinan 33% kematian ibu dapat dicegah melalui pemakaian
kontrasepsi (Kemenkes, 2020).
Tren penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin di Indonesia sejak tahun
1991 sampai 2017. Terlihat adanya peningkatan prevalensi kontrasepsi dari 50
persen pada tahun 1991 menjadi 64 persen pada tahun 2017. Namun, ada
perlambatan peningkatan sejak tahun 2002- 2003 di mana selama lima belas
tahun terakhir penggunaan kontrasepsi modern cenderung stagnan (Kemenkes,
2020).
KB aktif tertinggi terdapat di Bengkulu yaitu sebesar 71,4% dan yang
terendah di PapuaBarat sebesar 25,4%. Terdapat 11 (sebelas) provinsi dengan

1
cakupan KB aktif mencapai targetRPJMN 66% yaitu Provinsi Bengkulu,
Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi, Kepulauan BangkaBelitung, Bali, Jawa
Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Sebagian besar peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat
kontrasepsi bahkan sangat dominan (lebih dari 80%) dibanding metode lainnya
suntikan 63,7% dan pil 17,0% (Kemenkes, 2020).
Metoda kontrasepsi menurut jangka waktu pemakaiannya dibagi atas dua
kelompok, yaitu metoda kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan metoda
kontrasepsi jangka pendek (Non-MKJP). Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) merupakan metoda kontrasepsi yang paling efektif untuk menurunkan
angka kelahiran. Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang adalah kontrasepsi yang
dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien
untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari tiga tahun atau
mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin menambah anak
lagi. Jenis metoda yang termasuk ke dalam MKJP adalah kontrasepsi mantap pria
dan wanita(tubektomi dan vasektomi), Implant dan IUD atau Intra Uterine
Device(BKKBN, 2017).
IUD dapat digunakan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi
dengan tingkat efektivitas yang tinggi, dan jangka panjang; dan tidak ingin punya
anak lagi atau ingin menjarangkan anak. Beberapa indikasi penggunaan IUD
antara lain: Usiareproduktif, keadaan nulipara, menyusui yang menginginkan
Menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya,
setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari
IMS, tidak menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk mengingat-
ingat minum pil setiaphari, tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari
senggama (Ariffin, 2014).
Efek samping yang mungkin terjadi pada akseptor KB IUD di antaranya
mengalami perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama danakan
berkurang setelah 3 bulan), perdarahan dan kram selama minggu-minggu
pertama setelah pemasangan, dapat juga terjadi spotting antar waktu menstruasi.
Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu
pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari

2
posisi)sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa
tidak nyaman, dan dihubungkan dengan resikoinfeksi rahim (Ariffin, 2014).
Penelitian Irawati (2017) yang bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepi IUD. Populasi pada
penelitian ini adalah akseptor KB aktif pada tahun 2017. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 22% responden memilih kontrasepsi IUD. Hasil uji regresi
logisticmenunjukkan bahwa faktor penghasilan, paritas, dan pengetahuan
mempengaruhi responden dalam memilih alat kontrasepsi IUD. Hasil uji
statistic multivariate menunjukkan bahwa faktor pengetahuan merupakan faktor
terkuat yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi IUD dengan nilai P
sebesar 0.01.
PMB Marisasanti Putri merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang
melayani pemasangan alat kontrasepsi IUD. Dalam semester pertama di tahun
2023 PMB Marfuah telah melayani 2 akseptor KB IUD.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana asuhan kebidanan KB IUD pada Ny. N di PMB Marisasanti Putri
tahun 2024.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
laporan ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan KB IUD pada Ny.N di PMB
Marisasanti Putri Tahun 2024?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanan asuhan kebidanan Asuhan Kebidanan KB IUD pada
Ny.N di PMB Marisasanti Putri Tahun 2024.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan identifikasi dan analisis data dasar pada Ny. N di
PMB Marisasanti Putri Tahun 2024.
b. Mampu mengintepretasi data dasar pada Ny. N di PMB Marisasanti Putri
Tahun 2024.

3
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny. N di
PMB Marisasanti Putri Tahun 2024.
d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera pada Ny.di
PMB Marisasanti Putri Tahun 2024.
e. Mampu menentukan rencana tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. N di
PMB Marisasanti Putri Tahun 2024.
f. Mampu melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. N di PMB
Marisasanti Putri Tahun 2024.
g. Mampu melaksanakan Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan pada Ny. N
di PMB Marisasanti Putri Tahun 2024.
h. Mampu melaksanakan pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ny. N
di PMB Marisasanti Putri Tahun 2024.

D. Manfaat
1. Bagi PMB Marisasanti Putri
Dapat di jadikan sebagai bahan masukan dan gambaran informasi bagi
PMB Marisasanti Putri sehingga dapat meningkatkan manajemen asuhan
kebidanan KB IUD.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Hasil Laporan diharapkan dapat menambah wawasan khususnya
mahasiswa kebidanan dalam menerapkan asuhan pada ibu dengan KB IUD
serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jambi sehingga menjadikan sumber ilmu bagi pembaca.
3. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan serta dapat mengaplikasikan apa
yang telah di dapat selama perkuliahan dalam asuhan kebidanan KB
khususnya asuhan kebidanan KB IUD.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasepsi
1. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau‘melawan’
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sperma tersebut (Ariffin, 2014).
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yangtelah dibuahi ke
dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014).
keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hakreproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).
2. AkseptorKB
Akseptor KB menurut sasarannya (Kemenkes, 2016), meliputi:
a. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20
tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak
dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu
kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya
kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini
pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR.
b. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2 – 4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas

5
tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya
anak lagi. Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuaijarak kelahiran yang
direncanakan.
c. Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari
30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi
kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak
mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan
disarankanadalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.
3. Syarat Kontrasepsi
Adapun syarat - syarat kontrasepsi (Kemenkes, 2016), yaitu:
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. Efek samping yang merugikan tidak ada.
c. Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
f. Cara penggunaannya sederhana
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

B. IUD (Intra Uterin Device)


1. Pengertian
Intra Uterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim
merupakan alat kontrasepsi berbentuk huruf T, kecil, berupa kerangka dari
plastik yang fleksibel yang diselubungi kawat halus yang terbuat dari
tembaga (Cu), sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai
10 tahun : CuT.380A). IUDdapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi, kecuali oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Seksual (Ariffin, 2014).

6
2. Jenis
Tersedia dua jenis IUD yaitu hormonal (mengeluarkan hormon
progesterone) dan non-hormonal. IUD jenis CuT.380A berbentuk huruf T,
diselubungi kawat halus yang terbuat daritembaga (Cu), dan tersedia di
Indonesia. IUD jenis lain yang beredar di Indonesia adalah NOVA T
(Schering)
3. Cara Kerja
IUD bekerja dengan cara menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dan
mencegah terjadinya implantasi telur dalam uterus (Ariffin, 2014)
4. Efektivitas
IUD merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif. Dari 0,6-0,8
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama terdapat 1 kegagalan dalam
125 – 170 kehamilan (Ariffin, 2014).
5. Keuntungan
Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan sekali
pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah.
Selain itu, keuntungan dari pemaikaian IUD diantaranya tidak menimbulkan
efek sistemik, efektivitas cukup tinggi, reversible, dan cocok untuk
penggunaan secara massal. Keuntungan yang lain dari IUD antara lain dapat
diterima masyarakat dengan baik, pemasangan tidak memerlukan medisteknis
yang sulit, kontrol medis ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya
kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik (Wikojoastro, 2013).
Pemakaian IUD juga memiliki keuntungan yaitu tidak mempengaruhi
hubungan seksual, tidak mahal jika ditinjau dari rasio biaya dan waktu
penggunaan kontrasepsi, metode yang nyaman, tidak perlu disediakan setiap
bulan dan pemeriksaan berulang. IUD dapat digunakan sampai menopause (1
tahun atau lebih setelah haid terakhir), dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), tidak ada
interaksi dengan obat-obat (Ariffin, 2014).

7
6. Kerugian
Adapun beberapa kerugian pemakaian IUD antara lain :Terdapat
perdarahan (spotting atau perdarahan bercak, dan menometroragia), tali IUD
dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan
seksual (Wikojoastro, 2013). Pemakaian IUD juga dapat mengalami
komplikasi seperti;merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia, perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila
pemasangannya benar). IUD tidak mencegahIMS termasuk HIV/AIDS, tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan, penyakit radang panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan
dengan IMS memakai IUD karena PRP dapat memicu infertilitas, dantidak
mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi IUD untuk
mencegah kehamilan normal (Ariffin, 2014)
7. Indikasi
IUD dapat digunakan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi
dengan tingkat efektivitas yang tinggi, dan jangka panjang; dan tidak ingin
punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak. Beberapa indikasi
penggunaan IUD antara lain: Usia reproduktif, keadaan nulipara, menyusui
yang menginginkan menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak
menyusui bayinya, setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya
infeksi, risiko rendah dari IMS, tidak menghendaki metode hormonal, tidak
menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari, tidak menghendaki
kehamilan setelah 1-5 hari senggama (Ariffin, 2014).
8. Kontraindikasi
Adapun kontraindikasi pengguna IUD diantaranya : Hamil atau diduga
hamil, infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin, pernah menderita radang rongga panggul, penderita perdarahan
pervaginam yang abnormal, riwayat kehamilan ektopik, penderita kanker alat
kelamin. Kontraindikasi yang lain yaitu : Alergi terhadap tembaga(hanya

8
untuk alat yang mengandung tembaga), dan ukuran rongga rahim kurang dari
5 cm (Wikojoastro, 2013).
9. Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi di antaranya mengalami perubahan
siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan),
perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan,
dapat juga terjadi spotting antar waktu menstruasi. Kadang-kadang ditemukan
keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat
berhubungan(senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)sebagian
atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman,
dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim (Ariffin, 2014).
10. Pemasangan IUD
Langkah-langkah Pemasangan IUD jenis CuT 380A menurut Kemenkes
(2016) yaitu:
a. Konseling Awal
1) Profil atau gambaran umum AKDR CuT 380A
a) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat digunakan
sampai10 tahun untuk Cu T).
b) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
c) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
d) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif.
e) Tidak boleh dipakai oleh semua perempuan yang terpapar infeksi
menularseksual (IMS).
2) Keuntungan AKDR CuT 380A
a) Sangat efektif : 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama(1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
b) Dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T-380A dan
tidak perludiganti).
d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
e) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak khawatir hamil.

9
g) Sedikit efek samping hormonal dengan Cu T-380A.
h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i) Dapat dipasang setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila
terjadi infeksi).
j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haidterakhir.
k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
l) Membantu mencegah kehamilan
3) Kerugian AKDR CuT 380A
Efek samping yang umum terjadi:
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akanberkurang setelah 3 bulan).
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Perdarahan (spotting) antara menstruasi.
d) Saat haid lebih sakit
4) Mekanisme kerja AKDR CuT 380A
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri.
c) AKDR CuT 380A bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu.
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi ovum dalam uterus.
b. Melakukan Konseling metode khusus
1) Mendiskusikan dengan klien tentang kontrasepsi yang dipilih.
2) Bila klien memilih AKDR CuT 380A, berikan pujian.
3) Menjelaskan kembali informasi umum tentang AKDR CuT380A.
4) Menanyakan kepercayaan/agama yang dianut.
5) Menanyakan apakah ada kekhawatiran tentang penggunaan KB.
6) Mengkaji data-data pribadi klien (nama, agama, umur, alamat dll
c. Melakukan konseling prapemasangan dan seleksi klien
Tujuan penapisan/seleksi klien untuk:
1) Mengetahui latar belakang klien yang akan menjadi aseptor.
2) Mengenali identitas klien supaya tidak terjadi kekeliruan.

10
3) Memilihkan cara alat kontrasepsi yang sesuai.
4) Mendeteksi adanya kelainan-kelainan yang merupakan kontraindikasi.
5) Menemukan efek samping akibat dari pelayanan kontrasepsi.
d. Anamnesa riwayat kesehatan reproduksi
1) Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola pedarahan haid.
2) Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir.
3) Riwayat kehamilan ektopik.
4) Nyeri yang hebat setiap haid.
5) Anemia yang berat (Hb < 9 gr% atau hematokrit < 30).
6) Riwayat infeksi genital, penyakit hubungan seksual, radang panggul
dankondiloma akuminata.
7) Berganti-ganti pasangan.
8) Kanker serviks ditandai sering keputihan, erosi porsio, bila
berhubungan seksualterjadi perdarahan.
e. Melakukan Pemeriksaan Fisik
1) Palpasi perut
Tujuan untuk:
a) Mengetahui adakah pembesaran hepar, limpa, atau benjolan lain
yangdapat diraba
b) Mengetahui apakah rahim ada perbesaran
c) Mengetahui apakah ada rasa nyeri waktu diraba
Langkah-langkah palpasi pada perut
a) Mengatur posisi klien tidur terlentang
b) Jari tangan kanan dilempengkan, meraba pelan-pelan pada daerah
hepar, limpa ada pembesaran atau tidak, adnexa kiri dan kanan
bila nyeri kemungkinan adanya adneksitis, supra pubik nyeri/tidak
bila nyeri terdapatradang panggul, ada benjolan/tidak
kemungkinan adanya tumor.
2) Inspeksi
a) Mengatur posisi klien litotomi dan lakukan inspeksi pada genitalia
eksterna.

11
b) Palpasi kelenjar skene dan bartolini adakah nyeri, ada
pembengkakan merah(bartolinitis).
c) Vulvitis, ditandai adanya pembengkakan, kelihatan merah, gatal
pada sekitarlabia, nyeri dan panas waktu kencing.
d) Kondiloma akuminata disebabkan oleh gonorrhea, ditandai pada
daerah labia ada tumor seperti kutil yang runcing seperti cengger
ayam.
e) Kondilomatalata disebabkan oleh sifilis ditandai adanya borok
sebesar uang logam, bila ditekan keluar cairan.
f) Vaginitis (kolpitis) ditandai adanya secret berbau anyir, rasa panas
dan gatal.
3) Pemeriksaan spekulum
Tujuannya untuk melihat secara langsung keadaan vagina dan
sekitarnya, serta erosiporsio. Langkah pemeriksaan porsio:
a) Menjelaskan tujuan pemeriksaan inspekulo.
b) Memasukkan speculum cocor bebek dalam keadaan miring dan
tertutup, putarspeculum 90 derajat dengan hati-hati, bukalah
bilahnya dengan gerakan sedikitsehingga porsio kelihatan,
kemudian dikunci.
c) Periksa dinding vagina normalnya warna merah jambu, lipatan
memanjang, dan melingkar.
d) Inspeksi serviks normalnya warna merah jambu dengan
permukaan licin dilapisi lendir yang jernih agak keputihan, ostium
uteri eksternum kemerahan dan bentuknya oval.
e) Bila ada kelainan seperti adanya erosi, kanker serviks, polip dan
infeksi dalamrahim.
4) Pemeriksaan bimanual
Tujuannya untuk mengetahui:
a) Kedudukan rahim antefleksi atau retrofleksi.
b) Adanya infeksi panggul.
c) Adanya kehamilan

12
5) Melakukan tindakan prapemasangan AKDR CuT 380A
a) Menjelaskan proses pemasangan AKDR CuT 380A dan apa yang
akan dirasakanoleh klien.
b) Persiapan alat:
(1) Satu set AKDR CuT 380A.
(2) Betadin 1%, larutan klorin 0,5% dalam tempatnya untuk
merendam alat-alat dari logam dan satu tempat lagi untuk
merendam handscoen dan duk.
(3) Handuk kecil.
(4) Kapas lembab (kapas savlon), deppers dengan tempatnya.
(5) Speculum cocor bebek.
(6) Gunting panjang tumpul.
(7) Sonde uterus.
(8) Tenakulum satu gigi.
(9) Tampon tang, pincet panjang.
(10) Sarung tangan steril dua pasang.
(11) Busi.
(12) Lampu sorot.
c) Persiapan klien
(1) Menganjurkan klien untuk kencing dan membersihkan alat
kelamin.
(2) Mengatur posisi klien litothomi.
d) Persiapan Lingkungan
(1) Memasang sampiran.
(2) Ruangan dengan penerangan yang cukup.
(3) Menjaga privasi klien.
e) Persiapan Petugas
(1) Memperhatikan prosedur pencegahan infeksi.
(2) Memberi konseling (menganjurkan klien untuk kencing dan
membersihkan alat kelaminnya dengan menggunakan sabun
dan keringkan).
(3) Cuci tangan 7 langkah.

13
(4) Memakai sarung tangan steril.
(5) Menyusun alat-alat di atas tempat steril.
(6) Mengatur posisi klien lithotomi.
(7) Menyalakan lampu yang terang untuk melihat serviks.
Memeriksa genetalia eksterna.
(8) Lakukan pemeriksaan dengan speculum:
(a) Periksa adanya cairan vagina.
(b) Periksa serviks dan uretra.
(c) Ambil spesimen dari secret vagina dan serviks untuk
pemeriksaan mokroskopik bila ada indikasi.
(9) Mengeluarkan speculum dan letakkan kembali pada tempat
alat-alat
(10) Melakukan pemeriksaan dalam
(a) Periksa gerakan dari serviks.
(b) Tentukan ukuran, bentuk dan posisi uterus.
(c) Periksa adanya kehamilan.
(d) Periksa kedua adnexa.
(e) Periksa kavum douglasi.
(11) Lepaskan sarung tangan dan direndam dalam larutan klorin
(12) Masukkan lengan AKDR Cu T 380 A di dalam kemasan
sterilnya
(a) Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang.
(b) Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa
menyentuh bendatidak steril.
(c) Letakkan kemasan pada tempat yang datar.
(d) Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR CuT
380A.
(e) Pegang kedua ujung lengan AKDR CuT 380A dan
dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan
sehingga lengan akan melipat.
(f) Setelah lengan melipat sampai menyentuh lubang
inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan lengan.

14
(g) Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk
memasukkan lengan AKDR CuT 380A yang sudah
terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
(13) Melakukan prosedur pemasangan AKDR CuT 380A
(a) Pakai sarung tangan yang baru.
(b) Pakai speculum dan lihat serviks.
(c) Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik.
(d) Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati.
(e) Masukkan sonde uterus dengan cara “NO TOUCH
TECHNIQUE” (teknik tidakmenyentuh) yaitu secara
hati-hati masukkan sonde ke dalam rongga Rahim(sekali
masuk) tanpa menyentuh dinding vagina atau speculum.
(f) Tentukan kedalaman uterus dan posisi uterus.
(g) Keluarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung
inserter yang masihberada dalam kemasan sterilnya
dengan menggeser leher biru tabung inserter.
(h) Masukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam uterus
sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa
ada tahanan.
(i) Lepaskan lengan AKDR CuT 380A dengan
menggunakan “WITHDRAWLTECHNIQUE” yaitu
menarik keluar tabung inserter dengan tetap
menahanpendorong.
(j) Keluarkan pendorong AKDR CuT 380A dan tabung
inserter didorong kembali keserviks secara hati-hati
sampai batas leher biru.
(k) Lepaskan tenakulum secara hati-hati.
(l) Keluarkan sebagian benang AKDR CuT 380A kurang
lebih 3-4 cm dari tabung inserter kemudian digunting.
(m)Keluarkan seluruh tabung inserter.

15
(n) Periksa serviks, bila ada perdarahan pada tempat bekas
penjepitan tenakulum tekan dengan kassa steril yang
diberi betadin selama 30-60 detik.
(o) Keluarkan speculum dengan hati-hati, rendam dalam
larutan klorin 0,5%.
(14) Melakukan tindakan pasca pemasangan AKDR CuT 380A
(a) Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk tindakan
dekontaminasi.
(b) Buang kassa yang sudah tidak dipakai ke dalam kantong
plastik.
(c) Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin
selama 10 menit.
(d) Cuci tangan dengan air mengalir memakai sabun dan
keringkan.
(e) Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati
selama 15 menit sebelum memperbolehkan pulang.
(15) Melakukan konseling pascapemasangan AKDR CuT 380A
(a) Mengajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri
benang AKDR CuT 380 dan kapan harus dilakukan.
(b) Menjelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping
(c) Memberitahu klien waktu untuk kontrol.
(d) Mengingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380
A adalah 10 tahun.
(e) Meyakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap
saat.
(f) Meminta klien untuk mengulang kembali penjelasan yang
telah diberikan.
(g) Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR CuT 380A untuk
klien.

16
C. Teori EBM (Evidence Based Midwifery)
Berikut ini adalah beberapa jurnal penelitian yang berhubungan dengan
KB IUD.
1. Penelitian SeptikaYani Veronica (2019) dengan judul Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemakaian KB IUD PADA Wanita Usia Subur. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif, dengan metode penelitian survey analitik
dengan rancangan cross sectional. Populasi yang digunakan 100 WUS dan
sample yang diambil 80 WUS. Hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan
pengetahuan dengan pemakaian KB IUD pada WUS dengan nilai (p=0.026),
tidak ada hubungan pendidikan dengan pemakaian KB IUD pada WUS
dengan nilai (p=0,199), tidak ada hubungan usia dengan pemakaian KB
IUDJenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan metode penelitian survey
analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi yang digunakan 100
WUS dan sample yang diambil 80 WUS. Hasil penelitian menunjukkan Ada
hubungan pengetahuan dengan pemakaian KB IUD pada WUS dengan nilai
(p=0.026), tidak ada hubungan pendidikan dengan pemakaian KB IUD pada
WUS dengan nilai (p=0,199), tidak ada hubungan usia dengan pemakaian KB
IUD.
2. Penelitian Lia Natalia (2019) Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Iud (Intra Uterine Device) Pada Akseptor
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2019. Rancangan
penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control.
Kasus adalah akseptor KB IUD dengan jumlah 128 responden. Kontrol
adalah akseptor KB implan dan MOW dengan jumlah 128 responden, cara
pengambilan sampel dengan purposive sampling. Instrumen yang
digunakan adalah angket. Analisis yang dilakukan meliputi univariat,
bivariat dan multivariat. Hasilpenelitian didapatkan faktor yang berhubungan
bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD yaitu pengetahuan(p =
0,001), pendidikan(p = 0,001), pekerjaan(p = 0,001), paritas (p = 0,001),
umur (p = 0,001), sosial ekonomi (p= 0,001), budaya(p = 0,001), tarif
pelayanan (p= 0,026), informasi oleh petugas lapangan KB(p = 0,002),

17
penyedia pelayanan(p = 0,001) dan dukungan suami(p = 0,001), dan faktor
yang tidak berhubungan adalah ketersediaan alat(p = 0,617) dan
ketersediaan tenaga (p = 0,142). Hasil analisis multivariat, variabel yang
paling dominan berhubungan dengan alat kontrasepsi IUD adalah dukungan
suami (p = 0.001, OR = 5,638).
3. Penelitian Revinovita (2020) dengan judul Hubungan Lama Penggunaan
Intrauterine Device Dengan Kadar Hemoglobin Pada AkseptorKB IUD Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Tahun 2020. Penelitian ini merupakan
penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan lama penggunaan AKDR dengan
kadarhemoglobin pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Bangko
tahun 2020 dengan sampel 59 dari 117 akseptor IUD. Hasil penelitian didapat
dari 59 responden yang diteliti, 44 wanita PUS pengguna IUD pemakaian
jangka panjang, terdapat sebanyak 32 (72,7%) responden yang anemia dan
sebanyak 12 (27,3%) responden yang tidak anemia. Sedangkan dari 15
wanita PUS pengguna IUD pemakaian jangka pendek terdapat 5 (33,3%)
responden yang anemia dan sebanyak 10 (66,7%) responden yang tidak
anemia. Hasil analisis uji Chi Square diketahui nilai X2 hitung > X2 tabel
yaitu 7,397 > 3,841. Ada hubungan yang bermakna antara lama penggunaan
IUD dengan kadar Hb pada akseptor KB IUD di wilayah kerja Puskesmas
Bangko Tahun 2020.
4. Penelitian Turan G et al (2020) dengan judul The effect of a levonorgestrel-
releasing intrauterine device on female sexual function.Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh levonorgestrel-releasing intrauterine
system (LNG-IUS) terhadap fungsi seksual wanita. Partisipan yang memiliki
keluhan perdarahan uterus abnormal (AUB) dengan LNG-IUS diikutsertakan
(pendaftaran penelitian: Rumah Sakit Pelatihan dan Penelitian Kanuni Sultan
Suleyman, 2018/10/34). Data demografis dari semua peserta dicatat.
Kuesioner indeks fungsi seksual wanita (FSFI) digunakan untuk peserta
sebelum pemasangan LNG-IUS dan 6 bulan setelah pemasangannya. Skor
FSFI dihitung pada kedua titik waktu dan dibandingkan. Total skor FSFI
setelah pemasangan LNG-IUS secara signifikan lebih tinggi daripada total

18
skor aplikasi FSFI ( p < .001). Skor kategori keinginan, gairah, lubrikasi,
orgasme, kepuasan dan nyeri meningkat secara signifikan setelah LNG-IUS
dibandingkan dengan sebelum LNG-IUS. Akibatnya, penelitian ini
menunjukkan bahwa setelah pemasangan LNG-IUS, para wanita ini memiliki
skor FSFI yang lebih tinggi.
Bleeding Patterns among Adolescents Using the Levonorgestrel Intrauterine
Device: A Single Institution Review. Tujuan Studi Untuk mendeskripsikan
pola perdarahan yang berhubungan dengan penggunaan levonorgestrel
intrauterine device (IUD) pada remaja.Tinjauan grafik retrospektif pasien
remaja pascamenarik usia 8-19 tahun yang memasang IUD levonorgestrel di
Rumah Sakit Anak Phoenix dari 2012 hingga 2018.IntervensiPemasangan
IUD levonorgestrel 52 mg dan 13,5 mg. Ukuran Hasil Tingkat amenore dan
pola perdarahan lainnya setelah pemasangan AKDR levonorgestrel dan
faktor-faktor yang dapat memprediksi pola perdarahan tersebut.Hasil
penelitian Sebanyak 260 grafik diidentifikasi dengan 221/260 (85,0%) pasien
memilih AKDR 52 mg dan 39/260 (15,0%) pasien memilih AKDR 13,5 mg
untuk dipasang. Data tindak lanjut tersedia untuk 166 pasien. Tingkat
keseluruhan amenore di antara pengguna IUD adalah 39,8% (n = 66) dengan
tidak ada perbedaan antara pengguna IUD 52-mg dan 13,5-mg (P = 0,656).
Keteraturan dan aliran siklus menstruasi, riwayat gangguan perdarahan,
riwayat keterlambatan perkembangan, dan pengobatan saat ini dengan
testosteron untuk disforia gender sebelum pemasangan IUD tampaknya tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat amenore atau pola
perdarahan pasca pemasangan IUD.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA NY.N AKSEPTOR KB


IUD DI PMB MARISASANTI PUTRI TAHUN 2024

Tanggal : 25 Maret 2024 Pukul: 16.10 WIB


Tempat : PMB Marisasanti Putri
Oleh : Rizki Amalia
I. Pengkajian/Pengumpulan Data Dasar
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. L
Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun
Suku / Bangsa : Melayu/ Indonesia Suku / Bangsa : Melayu/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat: RT.22 Teratai Alamat: RT 22 Teratai
2. Alasan Kunjungan/Keluhan :
Ingin ber KB jangka panjang. Usia anak sekarang 2 bulan, Sekarang sedang
mensrtruasi hari ke 4
3. Riwayat menstruasi :
Menarche : Pada umur 12 tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 5 Hari
Banyaknya : 3x Ganti pembalut
Sifat darah : Khas Menstruasi
4. Riwayat Perkawinan :
Perkawinan ke : 1 Tahun ke : 10 tahun
Usia saat kawin : 24 tahun P2 A0 H2

20
5. Riwayat Kehamilan Persalinan Dan Nifas Yang Lalu

N Tgl Temp Umu Jenis Penolong Penyul Anak Keadaan


o Tahun at r Persalina Persalin it Kel/ Anak
Partus Partus Hami n an BB Sek
l

1 2017 PMB Ater Spontan Bidan T.a.a Lk/2,8 Sehat


m

2 2023 PMB Ater Spontan Bidan T.a.a Pr/3.1 Sehat


m

6. Riwayat KB sebelumnya
Pemakaian KB suntik 3 bulan selama 4 tahun
Komplikasi: tidak ada
7. Riwayat penyakit lainnya
Sedang mendapat pengobatan jangka panjang : Tidak
Saat ini sedang menderita penyakit kronis : TIdak
8. Riwayat sosial
Merokok : Tidak
Minuman keras : Tidak
9. Riwayat Ginekologi
Tumor : Tidak
Operasi Ginekologi : Tidak
Penyakit kelamin : Tidak
GO : Tidak
Sifilis : Tidak
Herpes : Tidak
Keputihan : Tidak
Perdarahan tanpa sebab : Tidak

21
10. Riwayatkesehatan yang lalu
DM : Tidak Ada Riwayat Penyakit DM
Jantung : Tidak Ada Riwayat penyakit Jantung
Hepatitis : Tidak Ada Riwayat Penyakit Hepatitis
Hipertensi : Tidak Sedang Menderita Penyakit Hipertensi
TBC : Tidak Ada Riwayat Penyakit TBC

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/ 70 mmHg
Nadi : 82 x/i
RR : 23 x/i
Suhu : 36,8 C
TB: 158 cm
BB: 64 Kg
c. Pemeriksaan Kasus Obstetri
1) Abdomen
Pembesaran : Tidak ada pembesaran pada Abdomen
2) Vagina dan Vulva
Varices : Tidak Ditemukan varises pada vagina dan vulva
Kemerahan : Tidak ada Kemerahan pada Vagina dan Vulva
Tanda-tanda peradangan : Tidak dijumpai adanya tanda
tandaperadangan
3) Pemeriksaan dalam (VT) :
Tidak ada nyeri
Portio : Antefleksi
4) Inspekulo
Tumor : Tidak ada dijumpai Tumor
Pendarahan : Tidak ada Perdarahan
Panjang Uterus : Panjang Uterus 7cm

22
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : Akseptor KB IUD
Masalah : ibu merasakan cemas saat pemasangan
Kebutuhan : KIE pra pemasangan IUD

III. Diagnosa/Masalah Potensial


Tidak ada

IV. Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi


Tidak ada

V. Perencanaan
1. Lakukan Informed consent pada ibu dan suami
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
3. Lakukan konseling awal sebelum pemasangan IUD
4. Lakukan Penapisan Klien
5. Lakukan Persiapan pasien, alat, tempat dan petugas
6. Lakukan Pemasangan IUD sesuai dengan SOP
7. Lakukan Konseling pasca pemasangan IUD
8. Beritahu kunjungan ulang pasca pemasangan IUD
9. Beritahu waktu pelepasan IUD
10. Lakukan dokumentasi

VI. Pelaksanaan
1. Melakukan informed consent pada ibu dan keluaga.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu dalam
keadaan baik, pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital normal
3. Melakukan konseling awal sebelum pemasangan IUD yaitu Profil atau
gambaran umum AKDR CuT 380A (Sangat efektif, reversible dan
berjangka panjang (dapat digunakan sampai 10 tahun untuk Cu T), haid
menjadi lebih lama dan lebih banyak, pemasangan dan pencabutan
memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh semua perempuan usia

23
reproduktif, Tidak boleh dipakai oleh semua perempuan yang terpapar
infeksi menular seksual (IMS). Keuntungan AKDR CuT 380A Sangat
efektif dapat efektif segera setelah pemasangan. Tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak
khawatir hamil. Sedikit efek samping hormonal dengan Cu T-380A.
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Membantu mencegah
kehamilan. Kerugian AKDR CuT 380A : Perubahan siklus haid
(umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
Haid lebih lama dan banyak. Perdarahan (spotting) antara menstruasi.
Saat haid lebih sakit.
4. Melakukan Penapisan Klien dengan memilihkan cara alat kontrasepsi
yang sesuai dan Mendeteksi adanya kelainan-kelainan yang merupakan
kontraindikasi.
5. Melakukan Persiapan klien, alat, tempat dan petugas
Persiapan klien: menganjurkan klien untuk berkemih dan membersihkan
alat kelamin dengan menggunakan sabun, air bersih dan keringkan dan
mengatur posisi klien litothomi.
Persiapan tempat: Memasang sampiran, ruangan dengan penerangan yang
cukup dan menjaga privasi klien.
Persiapan Petugas: Memperhatikan prosedur pencegahan infeksi. Cuci
tangan 7 langkah. Memakai sarung tangan steril. Menyusun alat-alat di
atas tempat steril. Mengatur posisi klien lithotomi. Menyalakan lampu
yang terang untuk melihat serviks. Memeriksa genetalia eksterna.
Persiapan alat: IUD Kit
6. Melakukan Pemasangan IUD sesuai dengan SOP:
a. Masukkan lengan AKDR Cu T 380 A di dalam kemasan sterilnya
b. Pakai sarung tangan yang baru.
c. Pakai speculum dan lihat serviks.
d. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik.
e. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati.
f. Masukkan sonde uterus dengan cara “NO TOUCH TECHNIQUE”
(teknik tidak menyentuh) yaitu secara hati-hati masukkan sonde ke

24
dalam rongga Rahim (sekali masuk) tanpa menyentuh dinding vagina
atau speculum.
g. Tentukan kedalaman uterus dan posisi uterus.
h. Keluarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung inserter
yang masih berada dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher
biru tabung inserter.
i. Masukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam uterus sampai
leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan.
7. Melakukan Konseling pasca pemasangan IUD yaitu mengajarkan klien
bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR CuT 380 dan kapan
harus dilakukan. Menjelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping. Mengingatkan kembali masa pemakaian
AKDR Cu T 380 A adalah 10 tahun.
8. Memberitahu kunjungan ulang pasca pemasangan IUD yaitu 1 minggu
pasca pemasangan IUD atau bila ada keluhan.
9. Memberitahu waktu pelepasan IUD yaitu tanggal 10 Mei 2032
10. melakukan dokumentasi.

VII. Evaluasi
Tanggal :25 Maret 2024 pukul: 17.15 WIB
1. Ibu telah menandatangani format informed consent.
2. Respon ibu baik dalam konseling awal dan pasca pemasangan IUD
3. IUD telah terpasang pukul 16.50 WIB
4. Tidak ada keluhan kram perut dalam 15 menit pertama pemasangan IUD
5. Klien dapat mengulang kembali cara pemeriksaan benang IUD sendiri
dan kapan kunjungan ulang

25
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA
BERENCANA NY. N AKSEPTOR KB IUD
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/Pukul : 1 April 2024 Pukul : 16.00 WIB


Tempat : PMB Marisasanti Putri
Oleh : Rizki Amalia

A. DATA SUBJEKTIF
1. Klien mengatakan perdarahan mestruasi telah selesai
2. Klien mengatakan Tidak ada nyeri pada perut bagian bawah setelah
dilakukan pemasangan
3. Klien mengatakan dapat meraba benang IUD

B. DATA OBJEKTIF
1. Post Pemasangan IUD 1 minggu
2. Keadaan umum ibu baik
3. Kesadaran composmentis
4. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, teratur
Suhu : 36,7ºC, aksilar
Pernapasan : 22 kali/menit
5. Berat badan sekarang : 64 kg
6. Pemeriksaan fisik terfokus
a. Wajah
Inspeksi : tidak pucat
Palpasi : tidak ada pitting oedem
b. Mata
Inspeksi : konjungtiva merah mudah, sklera tidak icterus

26
c. Payudara
Inspeksi : tampak pembesaran, tidak ada peradangan, puting
susumenonjol
d. Abdomen
Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
e. Pemeriksaan Inspekulo
Tidak tampak tanda peradangan pada serviks
Tampak benang IUD

C. ASSESMENT
Akseptor KB IUD pasca pemasangan 1 minggu

D. PLANNING
Tanggal 1 April 2024 Pukul: 16.20 WIB
1. Memberitahu kepada ibu bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan baik.
Hasil: ibu mengerti dan telah mengetahui kondisinya saat ini
2. Mempersilahkan ibu untuk melakukan pembilasan vagina dan
sekaligusmenganjurkan ibu mengosogkan kandung kemih.
Hasil: Ibu mengerti dan telah mengosongkan kadung kemih
3. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan kontrol iud.
Hasil: Alat-alat telah dipersiapkan.
4. Mempersilahkan ibu untuk naik kemeja ginekologi dan mengatur
posisiibu pada posisi obstetric.
Hasil: ibu mengerti dan sudah dalam posisi lithotomi
5. Melakukan pemeriksaan Inspekulo untuk memeriksa IUD
Hasil: IUD terpasang dengan baik, tampak benang Iud dan tidak ada
tanda-tanda perdangan pada portio.
6. Melakukan Konseling kepada klien tentang menjaga personal hygiene,
mengulang kembali efek samping dan keluhan umum pasca pemasangan
IUD.

27
Hasil: ibu mengerti dan dapat mengulang kembali pesan yang
disampaikan.
7. Melakukan dokumentasi
Hasil: pendokumentasian telah dilakukan

28
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori
danhasil tinjauan kasus pelaksanaan asuhan kebidanan Keluarga Berencana Ny. N
akseptor KB IUD di PMB Marfuah tanggal 17 Mei 2022 dan 24 Mei 2022 dengan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah Varney (2007).

A. Pengumpulan Data Dasar


Pengumpulan data dasar adalah menghimpun informasi tentang klien.
Data yang dikumpulkan adalah data yang tepat yaitu data yang relefan dengan
situasi yang sedang ditinjau atau data yang memiliki berhubungan dengan situasi
yang ditinjau.Tehnik pengumpulan data ada tiga, yaitu: observasi, wawancara,
pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data melalui indra penglihatan
(perilaku, tandafisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran (bunyi batuk,
bunyi napas), penciuman(bau nafas, bau luka) serta perabaan (suhu badan, nadi)
(Asri dan Clervo,2012).
Pada tahap pengumpulan data dasar, penulis tidak menemukan hambatan
yang berarti, karena pada saat pengumpulan data pada Ny. N dapat memberikan
informasi secara terbuka sehingga dapat memudahkan penulis untuk memperoleh
data-data yang diinginkan sesuai dengan permasalahan yang diangkat.
Pengkajian data dasar pada Ny Ndilakukan pertama kali pada saat ibu
datang ke PMB. Pengkajian meliputi anamnesis langsung diperoleh dari ibu
sendiri.Pengkajian ini berupa identitas ibu, riwayat kehamilan dan persalinan,
riwayat kesehatan yang lalu, riwayat keluarga berencana, riwayat psikososial,
riwayat kesehatan reproduksi. Pengkajian data objektif diperoleh melalui
pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik.
Pada kasus Ny. N pemeriksaan yang telah dilakukan menunjukkan
pemeriksaan fisik dalam batas normal, tanda-tanda vital normal, pemeriksaan
inspekulotidak terdapat peradangan porsio dan kelainan. Hasil penapisan klien
menunjukkan klien layak untuk menjadi akseptor KB IUD. Hal ini sesuai dengan

29
indikasi IUD yang dapat digunakan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi
dengan tingkat efektivitas yang tinggi, dan jangk apanjang; dan tidak ingin punya
anak lagi atau ingin menjarangkan anak (Ariffin, 2014).

B. Interpretasi Data Dasar


Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau disgnosa
khusus yang terindetifikasi. Masalah dan diagnosa sama-sama dipakai karena
beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa tetapi tetap perlu
dipertimbangkan untuk membuat suatu perencanaan yang menyeluruh dalam
penaganan pasien/klien (Varney, 2007).
Hasil pengkajian pada kasus Ny. N didapatkan data subjektif dan objektif
yang diperoleh sehingga ditegakkan diagnosa akseptor KB IUD. Masalah yang
muncul pada asuhan ini adalah rasa cemas klien saat pemasangan IUD sehingga
kebutuhan yang diperlukan adalah konseling awal pemasangan KB IUD. Rasa
cemas yang muncul dalam pemasangan IUD pada kasus Ny.N sejalan dengan
penelitian Anggara (2015) bahwa ada hubungan tingkat kecemasan akseptor KB
dengan pemilihan KB IUD. Untuk mengurangi tingkat kecemasan pada calon dan
akseptor KB diperlukan upaya yang lebih terencana dan efektif dalam
memberikan penyuluhan dan konseling keluarga berencana bagi calon maupun
akseptor KB (Apriyanti, 2020).Berdasarkan keterangan diatas tidak didapatkan
kesenjangan antara teori dengan kasus.

C. Diagnosa/Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lainnya berdasarkan
masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi/pencegahan yang dirasa
perlu, serta suatu bentuk kewaspadaan dan persiapan dalam menghadapi
masalah/penyulit sehingga dapat memberikan asuhan yang aman dan sesuai
standar (Varney, 2007).Pada kasus Ny. N tidak ada diagnosa potensial yang
terjadi.

30
D. Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi
Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa atau masalah
potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin
muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu.(Varney 2007). Pada kasus
Ny N tidak diperlukan tindakan segera.

E. Perencanaan
Dibuat berdasarkan diagnosa yang muncul serta membantu klien
mengatasi masalah dan kebutuhannya.Membuat rencana asuhan yang
komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya yaitu dari masalah dan
diagnosa yang sedang terjadi serta mencakup bimbingan atau konseling yang
berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat itu untuk mengantisipasi hal-hal
yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku klien sesuai harapan (Varney,
2007).
Rencana asuhan kebidanan keluarga berencana dengan akseptor KB IUD
pada Ny. N adalah lakukan Informed consent pada ibu dan suami, beritahu ibu
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, lakukan konseling awal sebelum
pemasangan IUD, lakukan Penapisan Klien, lakukan Persiapan pasien, alat,
tempat dan petugas, lakukan Pemasangan IUD sesuai dengan SOP, lakukan
konseling pasca pemasangan IUD, beritahu kunjungan ulang pasca pemasangan
IUD, beritahu waktu pelepasan IUD dan lakukan dokumentasi. Menurut
kemenkes (2016) langkah dalam pemasangan IUD adalah lakukan konseling
awal, konseling prapemasangan IUD, Penapisan klien, persiapan alat,
lingkungan, klien, petugas, pemasangan IUD, konseling pasca pemasangan, dan
dokumentasi. Dalam asuhan ini klien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
pemeriksaan kadar Haemoglobin dikarenakan hasil pemeriksaan inspeksi mata
menunjukkan konjungtiva merah muda. Hasil penelitian Revinovita (2020)
menunjukkan adanya hubungan lamanya pemakaian IUD dengan kejadian
anemia oleh karena itupengecekan Hb pada awal pemasangan IUD dan pada saat
kunjungan ulang akseptor serta memberikan tablet Fe pada akseptor Kb IUD
jangka panjang (Revinovita, 2020).

31
F. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis,
membuat suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini, pelaksanaan
adalah melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh. Perencanaan ini
dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya,
atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa pelaksanaan yang tidak
dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap berkewajiban untuk
mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan langkah-langkah tersebut benar-
benar terlaksana (Varney, 2006).
Tindakan yang dilakukan dalam asuhan kebidanan Keluarga Berencana
pada Ny. N Akseptor IUD dilaksanakan sesuai yang telah direncanakan. Dalam
pelaksanaan asuhan tidak terdapat hambatan dan pelaksanaan asihan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah yang dialami ibu.

G. Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telahterpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
diagnosa dan masalah. Rencana asuhan apakah sudah efektif dalam
pelaksanaannya (Varney, 2007). Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwaproses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
makaperlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
manajemen kebidanan serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan
tersebut(Kemenkes, 2018).
Evaluasi dalam asuhan kebidanan Ny. N Ibu telah menandatangani format
informed consent, respon ibu baik dalam konseling awal dan pasca pemasangan
IUD, IUD telah terpasang pukul 16.50 WIB, tidak ada keluhan kram perut dalam
15 menit pertama pemasangan IUD, klien dapat mengulang kembali cara
pemeriksaan benang IUD sendiri dan kapan kunjungan ulang.

32
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Setelah dilakukan pendokumentasian dengan 7 langkah manajemen
Varney pada asuhan kebidanan masa nifas normal, dilanjutkan dengan
pendokumentasian dengan catatan perkembangan SOAP. Langkah ini dilakukan
sesuai dengan teori sehingga pendokumentasian pada kasus Ny. N, dilakukan
secara menyeluruh dan sistematis. Oleh Karena itu, tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik.

33
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada
Ny. N Akseptor KB IUD di PMB Marisasanti Putri menggunakan manajemen
kebidanan menurut Varney, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data dasar
Pengumpulan data Dasar atau pengkajian dilakukan dengan anamnesa untuk
memperoleh data subjektif dan dengan Pemeriksaan untuk memperoleh data
objektif. Pada kasus Ny. N, tahap pengumpulan data ini dilakukan sesuai
dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan penerapan
kasus di lahan praktik.
2. Intepretasi Data
Intepretasi data dilakukan dengan menganalisa data dasar yang diperoleh
sehingga bisa menegakkan diagnosa dan masalah sesuai dengan keadaan
klien. Pada kasus Ny. N, ditegakkan diagnosa yaitu akseptor KB IUD
dengan masalah cemas saat pemasangan IUD dan kebutuhannya adalah
konseling awal pemasangan IUD. Pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik.
3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada kasus Ny. N tidak ada diagnosa potensial yang ditegakkan.
4. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera/Kolaborasi
Pada kasus Ny. Ntidak ada kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
5. Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh
Rencana asuhan dibuat sesuai degan kebutuhan pasien dan teori asuhan
kebidanan KB IUD.
6. Melaksanakan Perencanaan/Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Pada kasus Ny. Nsemua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan

34
diagnosa, masalah dan kebutuhan klien sehingga tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik.
7. Evaluasi
Pada evaluasi kasus Ny. N respon ibu baik dalam konseling awal dan pasca
pemasangan IUD, IUD telah terpasang pukul 16.50 WIB, tidak ada keluhan
kram perut dalam 15 menit pertama pemasangan IUD, klien dapat
mengulang kembali cara pemeriksaan benang IUD sendiri dan kapan
kunjungan ulang N, Pada langkah ini, tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan praktik kasus di lahan karena secara garis besar terdapat persamaan.
8. Pendokumentasian Kegitan/Asuhan
Pendokumentasian Asuhan dilakukan dengan manjemen 7 langkah Varney
dan dengan catatan perkembangan SOAP sehingga pendokumentasian
dilakukan secara lengkap dan menyeluruh. Oleh Karena itu, tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik

B. Saran
1. Bagi PMB Marisasanti Putri
Diharapkan dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan keluarga
berencana khususnya KB IUD.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Diharapkan dapat menambah wawasan khususnya mahasiswa
kebidanan dalam menerapkan asuhan kebidanan keluarga berencana jangka
panjang khususnya KB IUD.
3. Bagi penulis
Diharapkan dapat mengaplikasikan apa yang telah di dapat selama
perkuliahan dalam asuhan kebidanan KB IUD.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, V. S. P., & Rokhanawati, D. (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan


Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) di PKD
Kamongan Srumbung Magelang (Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah
Yogyakarta).

Apriyanti, F., & Sari, D. N. (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan Akseptor Kb Aktif
Dengan Penggunaan AlatKontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Desa
Penyasawan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kampar Tahun 2019. Jurnal
Doppler, 4(1), 27-32.

Ariffin (ed). 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Asri, H. D, dan C. Clervo, P (2012). Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha


Media.

BKKBN (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke5. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan

BKKBN (2017). Laporan Akuntabilitas Kerja Instansi Pemerintah. Jakarta:


BKKBN

Irawati, D. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi


IUD (Intra Uterine Device) di Desa Karangjeruk Jatirejo Mojokerto. Medica
Majapahit (JURNAL ILMIAH KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MAJAPAHIT), 9(2).

Kemenkes (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Pratikum Kesehatan


Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes.

Kemenkes (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Kesehatan Reproduksi


dan Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes.

Kemenkes (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:


Kemenkes.

Parks, M. A., Zwayne, N., & Temkit, M. H. (2020). Bleeding patterns among
adolescents using the levonorgestrel intrauterine device: a single institution
review. Journal of pediatric and adolescent gynecology, 33(5), 555-558.

Revinovita, R. (2020). HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN INTRAUTERINE


DEVICE DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA AKSEPTOR KB IUD DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKO TAHUN 2020. DINAMIKA
KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN, 11(1), 264-
271.
36
Nugroho, Taufan.,dkk (2014) Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Turan, G., Yalcin Bahat, P., Aslan Cetin, B., & Peker, N. (2020). The effect of
a levonorgestrel-releasing intrauterine device on female sexual
function. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 1-6.

Veronica, S. Y., Safitri, R., & Rohani, S. (2019). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Pemakaian KB IUD PADA Wanita Usia Subur. Wellness
And Healthy Magazine, 1(2), 223-230.

Wikojoastro, H. (2013). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

37

Anda mungkin juga menyukai