Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI PADA NY. Y DENGAN INFERTIL


SEKUNDER DI PMB BIDAN NINING SUMARNI
TAHUN 2023

OLEH: SITI ASMAYA AKA PUTRI

NIM: 2307102054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI PADA NY. Y DENGAN INFERTIL
SEKUNDER DI PMB BIDAN NINING SUMARNI
TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I
(Tanda Tangan)

Lili Farlikhatun, MKeb


NIDN 0323018601
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS STASE PRANIKAH, PRAKONSEPSI DAN REMAJA


ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI PADA NY. Y DENGAN INFERTIL
SEKUNDER DI PMB BIDAN NINING SUMARNI
TAHUN 2023

Pada
25 OKTOBER 2023

Pembimbing Penguji I
Profesi kebidanan

(Lili Farlikhatun, M.Keb) ( )


NIDN: 0323018601 NIDN:
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “ Asuhan
Kebidanan Prakonsepsi Pada Ny. Y dengan Infertil Sekunder Di PMB Bidan Nining
Sumarni” Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Hj. Maryati Sutarno, SPd, SST, Bd, MARS, MH selaku Ketua Yayasan Abadi
Nusantara.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, Bd, MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara.
3. Ibu Mariyani, SSiT, Bd, M.keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan STIKes
Abdi Nusantara.
4. Ibu Lili Farlikhatun, MKeb Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan,
pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan penulis.
5. Ibu penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan bantuan
kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempuranaan laporan
penulis.
6. Kepada keluarga dan rekan-rekan yang telah memotivasi penulis dalam
menyelesaikan laporan studi kasus.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua.

Jakarta, 25 Oktober 2023

Penulis

Siti Asmaya Aka Putri


DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................


Lembar Persetujuan .........................................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................................
BAB 1 Pendahuluan .........................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................................
BAB II Tinjauan Teori .....................................................................................................
2.1 Infertilitas .............................................................................................................
2.1.1Definisi............................................................................................................
2.1.2Epidemologi ...................................................................................................
2.1.3Penyebab Dan Faktor Resiko ..........................................................................
2.1.4Klasifikasi ......................................................................................................
2.1.5Jenis – Jenis Infertil.........................................................................................
2.1.6Ciri – Ciri Pasangan Yang Mengalami Infertil ...............................................
2.1.7Faktor – Faktor Yang Mengalami Infertil ......................................................
2.1.8Perundang-undangan Terkait Penatalaksanaan Infertil oleh Bidan ................
BAB III Tinjauan Kasus ..................................................................................................
BAB IV Pembahasan ........................................................................................................
BAB V Penutup .................................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
Daftar Pustaka .................................................................................................................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12
bulan atau lebih menikah melalui hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan
alat kontrasepsi. Infertilitas diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu primer dan
sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil sama sekali,
sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah hamil.

World Health Organization (WHO, 2021) menyatakan satu dari setiap empat
pasangan di negara-negara berkembang telah mengalami infertilitas. Kejadian
infertilitas primer di Asia banyak ditemukan pada usia 20-24 tahun yaitu 30.8% di
Kamboja, 10% di Kazakhstan, 43.7% di Turkmenistan, 9.3% di Uzbekistan dan 21.3%
di Indonesia. Prevalensi infertilitas menurut WHO diperkirakan 8-10% pasangan di
dunia mempunyai riwayat sulit untuk memperoleh anak. Data yang diperoleh dari Riset
Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2010 didapatkan bahwa 2.2% rata-rata belum atau
tidak punya anak pada perempuan Indonesia yang pernah menikah pada usia 10-59
tahun.

Pemeriksaan pada perempuan gangguan ovulasi terjadi pada sekitar 15%


pasangan infertilitas dan menyumbang sekitar 40% infertilitas pada perempuan.
Beberapa pemeriksaan infertilitas yang dapat dilakukan adalah penilaian kelainan uterus
pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak terdapat indikasi, karena
efektifitas pembedahan sebagai terapi kelainan uterus untuk meningkatkan angka
kehamilan belum dapat ditegakkan.
Infertilitas telah menjadi masalah utama di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena
hampir 15% pasangan suami-istri mendapat kesulitan untuk memiliki keturunan.
Penyebab dari infertilitas itu sendiri diketahui bahwa sekitar 61% sebabnya datang dari
istri dan 36% dari pihak suami. Dari istri sebabnya adalah faktor tuba, ovulasi,
endometriosis, vagina, serviks, korpus dan endometrium, psikogeni. Sedangkan dari
suami istri sebab endrokinologik dalam infertilitas adalah sebesar 20% dan sebab
imunologik cukup rendah, sekitar 2%. Sekitar 10% pasangan usia subur yang telah
menikah menderita infertilitas primer, 10% lainnya telah mempunyai anak satu atau
dua dan tidak berhasil untuk hamil lagi (Hastiara, 2018).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
memberikan asuhan dengan judul “Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Pada Ny. Y dengan
Infertil Sekunder di PMB Bidan Nining Sumarni Tahun 2023”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
studi kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Asuhan Kebidanan
Prakonsepsi Pada Ny. Y dengan Infertil Sekunder di PMB Bidan Nining Sumarni
Tahun 2023”

1.3 Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan diagnosa,melakukan
asuhan kebidanan dengan benar dan tepat sesuai teori yang berhubungan dengan
Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Pada Ny. Y dengan Infertil Sekunder di PMB
Bidan Nining Sumarni Tahun 2023
2. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan pengumpulan data dasar pada Ny. Y dengan infertil
Sekunder di PMB Bidan Nining Sumarni tahun 2023
- Mampu menginterpretasi data dasar pada Ny. Y dengan infertil Sekunder di
PMB Bidan Nining Sumarni tahun 2023
- Mampu mengidentifikasikan diagnosa potensial pada Ny. Y dengan infertile
sekunder di PMB Bidan Nining Sumarni tahun 2023
- Mampu menetapkan kebutuhan tindakan segera pada asuhan kebidanan pada
Ny. Y dengan Infertil Sekunder Di PMB Bidan Nining Sumarni tahun 2023
- Mampu melaksanakan perencanaan yang sesuai dengan pengkajian
pada Ny. Y dengan Infertil Sekunder Di PMB Bidan Nining Sumarni tahun
2023
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infertilitas
2.1.1 Definisi
Infertilitas atau ketidaksuburan di definisikan sebagai kegagalan pasangan untuk
mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama
dua belas bulan atau lebih tanpa memakai alat kontrasepsi. Infertilitas dibedakan
menjadi dua bagian yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas
primer adalah pasangan suami istri yang belum pernah mengalami kehamilan,
sementara infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri gagal untuk memperoleh
kehamilan setelah satu tahun paska persalinan atau paska abortus tanpa menggunakan
kontrasepsi apapun. Tentu hal ini diakibatkan berbagai faktor. Potensi infertilitas
dianggap sebagai masalah kesehatan serius di seluruh dunia.

Infertilitas adalah penyakit system refroduksi yang ditandai dengan kegagalan


pasangan untuk mencapai kehamilan setelah pasangan berhubungan seksual tanpa
proteksi atau kontrasepsi selama 12 bulan. Infertilitas dibagi menjadi 2 yaitu
infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer terjadi Ketika pasangan
tidak pernah sama sekali memilikianak atau tidak terjadi kehamilan sama sekali.
Sementara infertilitas sekunder adalah Ketika pasangan suami istri yang sudah
memiliki anak namun kesulitan untuk bisa hamil kembali atau mendapatkan anak
yang berikutnya (WHO, 2021). Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi
yang ditandai dengan kegagalan mengalami kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan
telah melakukan hubungan sanggama tanpa kontrasepsi secara teratur. Infertilitas
dapat dibagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer
adalah jika seorang wanita belum pernah memiliki anak karena tidak pernah terjadi
kehamilan atau pernah mengalami kehamilan tetapi tidak pernah terjadi kelahiran
hidup. Sedangkan infertilitas sekunder jika seorang wanita tidak mampu untuk
memiliki anak yang disebabkan karena tidak terjadinya kehamilan atau pernah
mengalami kehamilan tetapi tidak terjadi kelahiran hidup dengan syarat sebelumnya
wanita tersebut pernah mengalami kehamilan atau pernah terjadi kelahiran hidup.
2.1.2 Epidemiologi
Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak istri maupun suami kondisi yang menyebabkan
infertilitas dari factor istri 65%, faktor suami 20%, kondisi lain-lain dan tidak diketahui 15%.
Suatu penelitian menunjukkan penyebab infertilitas terkait dengan pemasalahan dari pihak istri
adalah tuba (27,4%),tidak diketahui (24,5%),masalah menstruasi (20%).
Hingga saat ini, tingginya angka infertilitas masih menjadi permasalahan di dunia (Inhorn and
Patrizio, 2014). Studi yang dilakukan Boiven et al. pada tahun 2010 mengatakan bahwa 72,4
juta wanita di dunia mengalami infertilitas. Sementara itu, menurut Mascarenhas et al., 48,5 juta
pasangan di dunia mengalami masalah infertilitas pada 9 tahun 2010. Perbedaan ini dikarenakan
pada studi yang dilakukan Boiven et al menggunakan algoritma yang berbeda dan menggunakan
sumber data yang lebih sedikit dibandingkan dengan studi yang dilakukan oleh Mascarenhas et
al (Mascarenhas et al., 2012). Studi lainnya yang dilakukan oleh Ombelet et al. pada tahun 2010
mengatakan bahwa sekitar 8% – 12% pasangan usia reproduktif di dunia mengalami masalah
infertilitas, dengan rata-rata prevlensi dunia yaitu sebesar 9%.
Insidensi infertilitas dikaitkan dengan perbedaan geografis. Di
beberapa negara di barat Afrika, tingkat infertilitas mencapai 50%,
sedangkan di barat Eropa tingkat infertilitas berkisar 12%. Penyebab
infertilitas juga dikaitkan dengan perbedaan geografis. Faktor risiko
infertilitas paling umum di negara-negara bagian barat adalah usia,
sedangkan di Afrika adalah penyakit menular seksual. Distribusi
penyebab infertilitas yang hampir sama ditemukan di Asia, Amerika
Latin, Timur Tengah, tetapi berbeda dengan Afrika yang mayoritas
penyebab infertilitas pada wanita adalah faktor tuba. PID karena
penyakit menular seksual adalah 10 penyebab utama infertilitas
karena masalah pada tuba.

2.1.3 Penyebab dan Faktor Resiko


2.1.3.1 Wanita
1. Gangguan ovulasi

Gangguan ovulasi jumlahnya sekitar 30-40% dari seluruh kasus infertilitas


wanita. Gangguan-gangguan ini umumnya sangat mudah didiagnosis menjadi
penyebab infertilitas. Karena ovulasi sangat berperan dalam konsepsi, ovulasi
harus dicatat sebagai bagian dari penilaian dasar pasangan infertil. Terjadinya
anovulasi dapat disebabkan tidak ada atau sedikitnya produksi gonadotropin
releasing hormone (GnRH) oleh hipotalamus (40 % kasus), sekresi hormon
prolaktin oleh tumor hipopise (20 % kasus), polycystic ovary syndrome (PCOS)
(30 % kasus), kegagalan ovarium dini (10%).16

WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas:

a. Kelas 1: Kegagalan pada hipotalamus hipopise (hipogonadotropin


hipogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin yang rendah,
prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi sekitar 10 %
dari seluruh kelainan ovulasi.
b. Kelas 2: Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-normogonadism).
Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun
estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85 % dari seluruh kasus
kelainan ovulasi. Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah
oligomenorea atau amenorea yang banyak terjadi pada kasus PCOS. Delapan
puluh sampai sembilan puluh persen pasien PCOS akan mengalami
oligomenorea dan 30 % akan mengalami amenorea.
c. Kelas 3: Kegagalan ovarium (hipogonadotropin hipogonadism).
Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan
kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan
ovulasi kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat gangguan
cadangan ovarium (premature ovarian failure/diminissed ovarian reserved).
d. Kelas 4: Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat
disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin yang tinggi
(hiperprolaktinemia).

2. Kelainan Anatomis

Kelainan anatomis yang sering ditemukan berhubungan dengan infertilitas


adalah abnormalitas tuba fallopii dan peritoneum, faktor serviks, serta faktor
uterus.

a. Infertilitas faktor tuba dan peritoneum

Selama 20 tahun terakhir terdapat pergeseran penyebab infertilitas, dari


faktor ovarium dan uterus mengarah ke faktor tuba. Faktor tuba dan peritoneum
menjadi penyebab kasus infertilitas yang cukup banyak dan merupakan
diagnosis primer pada 30-40% pasangan infertil. Faktor tuba mencakup
kerusakan atau obstruksi tuba fallopii berhubungan dengan penyakit
peradangan panggul, pembedahan panggul atau tuba sebelumnya.
Adanya riwayat Pelvic Inflamatory Disease (PID), abortus septik, ruptur
apendiks, pembedahan tuba, atau kehamilan ektopik sebelumnya menjadi faktor
resiko besar untuk terjadinya kerusakan tuba. PID tidak diragukan lagi menjadi
penyebab utama infertilitas faktor tuba dan kehamilan ektopik. 16,17 Studi klasik
pada wanita dengan diagnosis PID setelah dilaparoskopi menunjukkan bahwa
resiko infertilitas tuba sekunder meningkat seiring dengan jumlah dan tingkat
keparahan infeksi panggul; secara keseluruhan, insidensi berkisar pada 10-12%
setelah 1 kali menderita PID, 23-35% setelah 2 kali menderita PID, dan 54-75%
setelah menderita 3 kali episode akut PID.

Infeksi pelvis subklinik oleh Chlamydia Trachomatis yang menyebabkan


infertilitas karena faktor tuba. Meskipun banyak wanita dengan penyakit tuba
atau perlekatan pelvis tidak diketahui adanya riwayat infeksi sebelumnya,
terbukti kuat bahwa “silent infection” sekali lagi merupakan penyebab yang
paling sering. Penyebab lain faktor infertilitas tuba adalah peradangan akibat
endometriosis, Inflammatory Bowel Disease, atau trauma pembedahan.

b. Infertilitas karena faktor uterus


Kelainan Uterus yang menyebabkan infertilitas antara lain:
1. Septum Uteri
Hal ini dapat menghambat maturasi normal embrio karena kapasitas
uterus yang kecil. Septum uteri menurut tingkatan berdasarkan ukuran
septum dibagi menjadi 3 kelompok yakni:
a. Stadium I: < 1 cm
b. Stadium II: 1-3 cm
c. Stadium III: >3 cm

2. Mioma Uteri
Saat ini, mioma uteri dapat dikaitkan dengan infertilitas pada 5-10%
perempuan, dan mungkin menjadi satu-satunya penyebab infertilitas pada 2-
3%, tergantung lokasi, jumlah dan besar dari mioma itu sendiri. Mioma
khususnya mioma submukosa mungkin mempengaruhi transportasi gamet
dengan cara menghalangi ostium tuba. Pembesaran dari rahim dan distorsi
dari kontur uterus mungkin mempengaruhi implantasi, menyebabkan
disfungsional kontraktilitas uterus, yang pada gilirannya bisa mengganggu
dengan migrasi sperma, transportasi sel telur atau mengganggu nidas.

3. Kelainan endometrium.

Seperti adanya polip, endometritis, hyperplasia dan perlengketan


intrauterin (Sindroma Asherman). Dalam 1 penelitian yang melibatkan grup
wanita infertil dengan polip endometrium yang tidak direseksi (lebih besar
dari 2 cm), keluaran In Vitro Fertilisation (IVF) pada wanita yang diterapi
(sebelumnya dilakukan polipektomi histeroskopi) dan yang tidak diterapi
tidak berbeda. Prevalensi polip pada wanita infertil, ditaksir dari rentetan
kasus dengan temuan diagnostik histeroskopi sekitar 3 – 5%. Sindroma
Asherman terjadi oleh karena dilakukannya dilatasi dan kuretase yang
merupakan blind procedure sehingga terjadi intrauterine scar dan akhirnya
menjadi sinekhia intrauterin.
Bozdag dkk, mengatakan bahwa penyebab utama dari sindroma
Asherman adalah dilakukannya dilatasi dan kuretase yang mana merupakan
blind method, yang secara respektif persentase insiden terjadinya sindrom
Asherman akibat kuretase adalah 14-36 %.

3. Endometriosis

Endometriosis klasik tampak sebagai pigmen hitam-kebiruan seperti


lesi(“powder-burn”) pada permukaan kandung kemih, ovarium, tuba falopi,
kantong rekto-uterina, dan usus besar. Endometriosis non klasik tampak seperti
lesi dan vesikel merah, coklat atau putih. Endometriosis berat dengan kerusakan
tuba falopi dan ovarium menyebabkan adhesi atau munculnya endometrioma,
7

merupakan penyebab infertilitas. Selain itu pada endometriosis yang ringanpun


dapat menyebabkan infertilitas melalui beberapa mekanisme, yaitu:

a. Produksi prostaglandin sehingga mempengaruhi motilitas tuba atau


dan fungsi korpus luteum.
b. Melalui makrofag peritoneum, ditemukan peningkatan aktifitas makrofag
yang akan memfagosit sperma.
c. Dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan folikel, disfungsi ovulasi dan
kegagalan perkembangan embrio.

4. Infertlitas yang tidak dapat dijelaskan (Unexplained Infertility)

Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan merupakan keadaan kurang normal


dari distribusi efisiensi reproduksi atau abnormal dari fungsi sperma atau oosit,
fertilisasi, implantasi, atau perkembangan preembrio yang tidak dapat terdeteksi
dengan metode evaluasi standar. Unexplained Infertility dapat diartikan sebagai
ketidak mampuan untuk hamil setelah 1 tahun tanpa ditemukannya suatu
abnormalitas menggunakan prosedur pemeriksaan ginekologis rutin. Insidensi
infertilitas ini berkisar dari 10% sampai paling tinggi 30% di antara populasi
infertil, tergantung dari kriteria diagnostik yang digunakan. Minimal, diagnosis
infertilitas tak teridentifikasi menunjukkan analisis semen yang normal, bukti
objektif adanya ovulasi, rongga uterus yang normal, serta patensi tuba bilateral.
Sebelumnya, diharapkan hasil PCT yang positif dan penanggalan endometrium
“in phase”, tetapi kriteria ini tidak lagi digunakan.

2.1.3.2 Pria
Penyebab infertilitas pada pria dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu:

a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer yang


disebabkan oleh faktor genetik (Klinefelter syndrome), mikrodelesi
kromosom Y atau kerusakan langsung lainnya terkait anatomi (varikokel),
infeksi, atau endotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak ade kuat yang
8

disebabkan karena faktor genetik, efek langsung maupun tidak langsung dari tumor
hipotalamus atau pituitary, atau penggunaan androgen eksogen misalnya Danazol,
Metiltestosteron (penekanan pada sekresi gonadotropin) merupakan penyebab lain
dari produksi sperma yang buruk.
b. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi, antisperma, radang saluran genital,
varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan biokimia, atau gangguan dengan
perlengketan sperma (ke zona pelusida) atau penetrasi.
c. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas deferens bilateral, atau sumbatan
kongenital atau yang didapat (acquired) pada epididimis atau duktus ejakulatorius (penanganan infertil)

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Infertilitas dapat dibedakan menjadi primer maupun sekunder.
Infertilitas primer terjadi jika wanita belum pernah memperoleh kehamilan atau
pernah memperoleh kehamilan tanpa kelahiran bayi yang hidup. Infertilitas sekunder
terjadi pada wanita yang sebelumnya pernah memperoleh kehamilan dengan kelahiran
hidup

2.1.5 Jenis-jenis Infertilitas


Munurut WHO (2021) Secara medis infertil terbagi menjadi dua jenis, yaitu
a. Infertil Primer Yaitu pasangan suami istri yang belum mampu dan belum pernah
memliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertil sekunder
Yaitu pasangan suami istri yang telah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Sebanyak 60%
- 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada satu tahun usia
pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2
pernikahan mereka. Sebanyak 10% - 20% sisanya akan memiliki anak pada tahun
ke-3 atau lebih atau tidak akan memiliki anak, WHO (2021).

2.1.6 Ciri-ciri Pasangan yang Mengalami Infertilitas


Pasangan yang mengalami infertilitas memiliki ciri-ciri berikut:
a. Pasangan tersebut memiliki keinginan untuk memiliki anak.
9

b. Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, isteri belum mendapatkan
kehamilan
c. Melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam seminggu dalam kurun waktu satu
tahun
d. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi,
baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah
kehamilan.

2.1.7 Faktor-faktor yang Menyebabkan Infertilitas


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita adalah karena
terjadinya beberapa gangguan, yaitu:
a. Gangguan Organ Reproduksi
1) Terjadinya infeksi pada vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang
akan membunuh sperma, serta pengkerutan vagina yang akan menyebabkan
terhambatnya transportasi sperma ke vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mucus yang berada di serviks sedikit, maka
perjalanan sperma ke dalam rahim akan terganggu. Selain itu bekas operasi pada
serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga
sperma tidak bias masuk ke dalam rahim.
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan
akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
menyebabkan adhesi tuba falopii dan terjadi abstruksi sehingga ovum dan sperma
tidak dapat bertemu.
b. Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti
adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh
besar terhadap ovulasi.Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial,
stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipotalamus dan hipofise.Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
c. Kegagalan Implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan proses
10

nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak


11

berkembang dengan baik dan terjadilah abortus.


1) Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu,
maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing, reaksi
ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
2) Faktor lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas anastesi,
zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
Adapun pada pria, faktor-faktor yang menyebabkan infertilitas yaitu karena adanya
beberapa kelainan umum:
a. Abnormalitas sperma: morfologi dan motilitas.
b. Abnormalitas ejakulasi: ejakulasi retrograde dan hipospadia.
c. Abnormalitas ereksi
d. Abnormalitas cairan semenperubahan PH dan perubahan komposisi kimiawi.
e. infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga
terjadi penyempitan obstruksi pada saluran genital
f. Lingkungan: radiasi, zat kimia dan obat-obatan.

2.1.8 Perundang-undangan Terkait Penatalaksanaan Infertil oleh Bidan


Adapun Perundang-undangan yang berkaitan dengan infertil antara lain:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi Pasal 40 ayat (1) Yang dimaksud dengan “ketidaksuburan
atau infertilitas” adalah keadaan yang terjadi pada pasangan suami dan/atau istri
yang tidak berhasil memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual
secara teratur dalam 1 (satu) tahun tanpa perlindungan kontrasepsi.
2. Ayat (2) Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah
dilakukan dengan cara antara lain pembuahan di luar tubuh manusia (fertilisasi
invitro) atau teknologi lain.
Teknologi fertilisasi invitro/pembuahan di luar tubuh manusia merupakan
reproduksi dengan cara mempertemukan ovum dengan sel sperma di
laboratorium sampai terjadi pembuahan dan hasil pembuahan (embrio)
dikembalikan ke rahim si ibu untuk dibiarkan berkembang menjadi janin, yang
dimaksud dengan “embrio” adalah perkembangan lebih lanjut dari hasil
pembuahan sperma dan ovum sampai terbentuk blastokista.
12

BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENGKAJIAN KASUS

Nama pengkaji : Siti Asmaya Aka Putri


Hari/ Tanggal : Rabu, 25 Oktober 2023
Waktu pengkajian :11:00 wib
Tempat pengkajian : PMB Bidan Nining Sumarni

Data Subjektif
I. Identitas
Nama Istri Ny. Yunita
Umur 29 tahun
Agama Islam
Pendidikan SMA
Suku/ Betawi/Indonesia
Kebangsaan
Pekerjaan IRT
Alamat JL.Kenanga RT.04
Rw.04

No. Hp 089601229185

3 Keluhan saat ini


Ibu mengatakan datang ke PMB untuk konsultasi karena ingin memiliki anak
kedua, anak pertama usia 3,8 tahun, hubungan seks dilakukan kurang teratur
karena suami bekerja diluar kota dan pulangnya 1 bulan sekali

4 Riwayat menstruasi:
 Umur menarche :14 th
 Lamanya haid:5-7 hari
 Jumlah darah haid :2x ganti pembalut
 Haid terakhir: 09-10 -2023
 Gangguan haid: tidak ada
13

5 Riwayat Identitas
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama, usia ibu saat
menikah 25 tahun dan usia suami 26 tahun
, lama pernikahan 4 tahun.

6 Riwayat Ginekologi:
1. Infertilitas: Sekunder
2. Infeksivirus: belum pernah melakukan pemeriksaan
3. PMS: tidak ada tanda-tanda
4. CervisitisCronis: tidak dilakukan pemeriksaan
5. Endometriotis: tidak dilakukan pemeriksaan
6. Myoma: tidak dilakukan pemeriksaan
7. Polipservix: tidak dilakukan pemeriksaan
8. Kanker kandungan: tidak dilakukan pemeriksaan
9. Operasi kandungan: tidak dilakukan pemeriksaan
10. Perkosaan: tidak ada

7 Riwayat obstetric
Pernah melahirkan 1x
8 Riwayat Kesehatan
Ibu belum pernah mempunyai riwayat penyakit berat, belum pernah di rawat,
tidak ada alergi obat dan makanan

9 Riwayat Imuniasasi TT
Ibu pernah melakukan imunisasi 1 kali sebelum menikah

10 Riwayat Kontrasepsi
Selama menikah ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun

11 Riwayat Sosial Budaya


 Ibu dan suami tidak mengkonsumsi narkoba dan minuman beralkohol
 Ibu dan suami tidak merokok
 Ibu jarang melakukan olahraga
 Dalam sehari-hari ibu mempunyai waktu tidur yang cukup sedangkan
suami memiliki jam tidur tidak teratur
 Ibu dan suami rajin mengonsumsi sayur, ikan, dan minum yang cukup
 Beban kerja dan aktivitas sehari – hari : Melakukan pekerjaan sehari-
hari dengan bekerja sebagai ibu rumah tangga

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum: Baik
2. Kesadaran: Composmentis
3. Keadaan emosional: Stabil
14

4. TB:150 Cm BB:45 Kg IMT :20


5. TTV Tekanan Darah:110/70mmHg Nadi:84 X/Menit
Respirasi 20 X/Menit Suhu: 36, 5°C
6. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

ASESSMENT
Ny. Y umur 29 tahun P1A0 dengan Infertilitas Sekunder

PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed consent ( ibu mau dilakukan pemeriksaan)


2. Menganjurkan ibu pola hidup sehat, olahraga teratur, memakan makanan yang sehat tidak
mengandung pengawet, dan menghindari stress (ibu mengerti dengan kondisinya saat
ini)

3. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien bahwa frekuensi seksual juga


memengaruhi terjadinya kehamilan (ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
oleh bidan)

4. Memberitahu ibu untuk menghitung masa suburnya dan memeriksa tanda-tanda


dalam masa subur. Mengatur dan melakukan hubungan saat masa subur 2-3 kali
dalam seminggu (ibu mengerti dan mau melakukan anjuran bidan)

5. Menjelaskan pada pasien makanan-makanan apa saja yang dapat meningkatkan


kesuburan yaitu makanan yang banyak mengandung protein seperti daging serta
mengandung vitamin E contohnya kecambah. (ibu mau makan – makanan yang
disarankan).

6. Memberikan dukungan / support kepada ibu dan suami supaya untuk meyakinkan
diri (ibu dan suami merasa tenang)

7. Menganjurkan pasien datang lagi bila masih ada keluhan. (ibu mau kunjungan ulang
apabila ada keluhan)

8. Menyarankan ibu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter spesialis
15

untuk pemeriksaan hormone dan kualitas sperma (Ibu dan suami bersedia untuk
memeriksakan diri )
9. Melakukan pendokumentasian (pendokumentasain sudah dilakukan)
16

Dokumenatsi Asuhan Kebidanan Dalam Bentuk Patshway

Tanda / Gejala / keluhan yang dialami


PRAKONSEPSI
pasien :
Diagnosa : Ny. Y Umur 29 Tahun
Subjektif : Pasien mengatakan datang ke
Tanda / Gejala / keluhan secara P1A0 pra konsepsi Dengan Infertil
PMB untuk konsultasi karena ingin
teori: Infertil Sekunder adalah Sekunder memiliki anak ke dua, hubungan seks
Ketika pasangan suami istri yang Masalah : ibu berencana memiliki anak kurang teratur ,tidak menggunakan alat
sudah memiliki anak namun ke 2 kontrasepsi apapun, suami kerja di luar kota
kesulitan untuk bisa hamil Kembali dan pulang sebulan sekali
atau mendapatkan anak berikutnya Objektif
(WHO, 2021) Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / Keadaanumum :baik Kesadaran
Faktor penyebab Infertilitas
sekunder keluhan yang dialami pasien) : :composmentis Keadaan emosional:
• Gangguan organ reproduksi Infertil Sekunder adalah Ketika pasangan suami
istri yang sudah memiliki anak namun kesulitan stabil
• Gangguan ovulasi
untuk bisa hamil Kembali atau mendapatkan anak Tb:150cm bb:45 kg IMT :20 TTV
• Kegagalan Implantasi berikutnya (WHO, 2021)
Tekanan Darah :110/70mmHg Nadi:84
Patofisiologi infertilitas wanita dapat X/Menit Respirasi20 X/Menit Suhu: 36,
melibatkan gangguan ovulasi, adhesi pelvis 5°C
atau tuba, endometriosis, atau penyebab uterus
lainnya (dr.novita, 2023)

Asuhan yang diberikan : Rasionaliasai :


1. Frekuensi hubungan normal diwaktu masa subur
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien bahwa frekuensi 2. Dengan menerapkan pola hidup sehat maka akan meningkatkan
seksual juga memengaruhi terjadinya kehamilan tingkat kesuburan dan berolahraga dapat menurunkan risiko
2. Menganjurkan ibu pola hidup sehat , olahraga teratur , memakan terjadinya obesitas
makanan yang sehat tidak mengandung pengawet, dan 3. Masa subur akan mempermudah terjadinya pembuahan antara sel telur
menghindari stres dan sperma
3. Menjelaskan kepada pasien pentingnya berhubungan saat masa 4. Dengan mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan
subur vitamin E seperti kecambah dapat meningkatkan kesuburan
4. Menjelaskan pada pasien makanan-makanan apa saja yang dapat 5. Dengan diberikan dukungan pasien akan tetap optimis dalam
meningkatkan kesuburan yaitu makanan yang banyak merencanakan kehamilan
mengandung protein seperti daging serta mengandung vitamin E 6. Asam folat dapat meningkatkan kesuburan karena dapat memelihara
5. Mengajari ibu menghitung masa subur kesehatan dan fungsi indung telur ( ovarium)
6. Memberikan suplemen asam folat 400mcg 1x1 7. Dengan melakukan pemeriksaan dengan dokter kandungan, pasien
7. Menganjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan dengan akan mengetahui apakah ada kelainan yang menyebabkan terjadinya
dokter spesialis kandungan infertilitas
8. Melakukan pendokumentasian 8. Dengan melakukan pendokumentasian kita dapat mengetahui hasil
asuhan yang diberikan

Evaluasi :
Ibu merasa tenang dengan penjelasan yang diberikan dan
ibu bersedia mengikuti saran/anjuran bidan
17

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tanggal 25 Oktober 2023 Ny. Y Usia 29 tahun dating ke PMB mengatakan ingin
hamil anak kedua , pernah hamil dan melahirkan 1x. Ibu sudah menikah 4 tahun yang
lalu. Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama. Berdasarkan hasil pengkajian data
subjektif ibu memiliki usia 29 tahun. Artinya dari aspek usia ibu memenuhi kriteria
reproduksi untuk hamil. Hal ini sesuai teori yang di kemukakan Stickler (2018) bahwa
usia rr eproduksi ideal wanita adalah 20-35 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa wanita
yang hamil di bawah usia 20 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami
preeklamsi dan plasenta previa (Stickler, 2018) tidak ada kesenjangan teori dan fakta
dalam kasus ini.

Berdasarkan teori bahwa kasus Ny. Y yang sudah menikah 4 lamanya ibu ingin segera
menambah keturunan. hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa adalah
Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri yang sudah mempunyai anak
sebelumnya tetapi belum memiliki anak lagi sesudah satu tahun berhubungan seksual
rutin tanpa memakai alat kontrasepsi atau metode alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Tidak ada kesenjangan teori dan fakta dalam kasus ini.

Dalam kasus Ny. Y seperti ini asuhan yang diberikan oleh bidan adalah : Melakukan
informed consent , menjelaskan pada pasien makanan-makanan apa saja yang dapat
meningkatkan kesuburan yaitu makanan yang banyak mengandung protein seperti
daging serta mengandung vitamin N contohnya kecambah,, mengajarkan ibu cara
menghitung waktu usia subur, Menganjurkan pasien datang lagi bila masih ada keluhan,
Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis, Melakukan pendokumentasian
18

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan asuhan kebidanan prakonsepsi pada Ny. Y dengan Infertil Sekunder
sudah dilakukan sesuai dengan teori dan kewenangan bidan, segala sesuatu yang
berhubungan dengan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada
perempuan selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan, pasca
persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan
wewenangnya.

B. Saran
- Bagi pasien
Di harapkan mengurangi stres dan mengkonsumsi makan- makanan yang bergizi
sehingga dapat mengurangi kejadian ganggunan reproduksi khususnya infertil
sekunder,
- Bagi Institusi
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder dan
memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani
kasus gangguan reproduksi khususnya infertil sekunder dengan standar asuhan
kebidanan.
- Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi tentang gangguan reproduksi dan dapat
menjadi referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.
19

DAFTAR PUSTAKA

Susilawati. Hubungan Obesitas Dan Siklus Menstruasi Dengan Kejadian Infertilitas Pada Pasangan Usia Subur
Di Klinik DR.HJ. Putri Sri Lasmini SpOG (K) Periode Januari-Juli Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Mercusuar.
Vol 2(1) Oktober 2019

Robker, L.R, Lisa K.A,.Btenton D.B, Penny, N.T, Lindsay, R.C, Darryl, L.R, Michelle, L, and Robert, J.N.
Obese Women Exhibit Differences in Ovarian Metabolites, Hormones, and Gene Expression Compared with
Moderate-Weight Women. The journal of Clinical Endocrinology & Metabolism Vol. 94, No. 55 1533-1540;
2019.

Anggraini S, Hasan Z, Afrida. 2018. Pengaruh Obesitas Terhadap Infertilitas Pada Wanita Pasangan Usia
Subur Di Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, April 2018 Hlm
49-58.

Novrika, Bri dkk (2019) analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasangan

infertil yang sedang menjalani pengobatan infertilitas di Rumah Sakit Kota Jambi dan padang,

Vol.10 No.1

Manuaba, Ida Bagus.2018. Ilmu Kebidanan Penyakit dan Kandungan dan Kb untuk Pendidikan

Bidan. Jakatra : EGC

Notoatmodjo, S. 2018, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.


20

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Ny. Yunita

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 28/11/1993

Alamat : Kp. Kenanga RT.04/04

Bersama ini menyatakan kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan prosedur pengobatan
pada diri saya, persetujuan ini saya berikan setelah mendapat penjelasan dari
operator/petugas kesehatan yang berwenang di fasilitas Kesehatan tersebut diatas

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan agar dapat di
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 25 Oktober 2023


Mengetahui Pembuat pernyataan
Pemeriksa

Siti Asmaya Aka Putri Yunita


21

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai