Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH PADA Nn. N DENGAN KEK


DI UPT PUSKESMAS CIOMAS KAB SERANG - BANTEN TAHUN 2023

OLEH :
NURLELA AZZLINA
NIM : 220706249

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ABDI NUSANTARA JAKARTA TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH PADA Nn. N DENGAN KEK
DI UPT PUSKESMAS CIOMAS KAB SERANG - BANTEN TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, Dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing

(Dr Maryati,Sutarno,S.Pd,SST,Bd,MARS,MH)
NIDN: 8904820021

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Stase Pranikah dan Prakonsepsi


ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH PADA Nn. N DENGAN KEK
DI UPT PUSKESMAS CIOMAS
KAB SERANG - BANTEN TAHUN 2023

Pada
Mei 2023

Pembimbing Penguji I
Profesi kebidanan

(Dr Maryati,Sutarno,S.Pd,SST,Bd,MARS,MH)
(……………………….) NIDN:
8904820021 NIDN:
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul ‟Asuhan Kebidanan Pranikah Pada Nn. N dengan KEK di UPT
Puskesmas Ciomas, Kab Serang-Banten Tahun 2023”.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbaga pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abdi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, S.ST, MARS Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Dr Maryati S.Pd.SST.Bd.MARS. MH pembimbing yang telah memberikan
banyak masukan, pengarahan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan
perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
4. H.Saepudin, SKM, Kepala UPT Puskesmas Ciomas yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk pengambilan data.
5. Ibu penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan bantuan
kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempuranaan
laporan penulis.
6. Kepada keluarga dan rekan-rekan yang telah memotivasi penulis dalam
menyelesaikan laporan studi kasus.

Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang


bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua.

Serang, Mei 2023

Nurlela Azzlina
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................


KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................
B. Tujuan ....................................................................................................
1.Tujuan Umum……………………………………………………………….
2.Tujuan Khusus………………………………………………………………
C. Manfaat ..................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Prakonsepsi ...........................................................................................
B. Konseling ...............................................................................................
C. Kehamilan ..............................................................................................
D. Kekurangan Energi Kronis (KEK) ...........................................................
E. Usia Kehamilan Normal .........................................................................
F. Perundang-undagan ..............................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Laporan Kasus dengan Metode SOAP ..................................................
B. Laporan Kasus dengan Metode Pathway ..............................................
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKAN
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan


yang sudah menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling
mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan
ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi. Tentulah
persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang
paling indah adalah layak untuk dilakukan.

Calon pengantin merupakan pasangan laki-laki dan perempuan


yang akan segera hidup bersama dalam mahligai rumah tangga dan
membentuk keluarga dalam ikatan pernikahan (Kemenag, 2009).
Masalah pra nikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena
setelah menikah akan segera menjalani proses konsepsi. Kualitas
seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi sejak sebelum
hamil dan selama kehamilan. Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat
penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam
upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan
outcome kehamilan (Paratmanitya & Hadi, 2012).

Kehamilan merupakan impian bagi pasangan suami istri dengan


memiliki seorang anak, salah satu tujuan dari pernikahan telah
terpenuhi. Bagi beberapa wanita, hamil adalah hal yang sangat mudah
didapatkan. Namun, ada beberapa wanita yang harus melakukan
banyak usaha untuk dapat hamil. Pengetahuan gizi sangat diperlukan
bagi pasangan suami istri dalam mempersiapkan kehamilan terutama
bagi pasangan yang akan menikah (Nuryani, 2012). Kehamilan yang
sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena itu
perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak
positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada
kehamilan menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat
berperan dalam proses pembentukan sperma dan sel telur yang
sehat. Status gizi yang baik dapat mencegah masalah gizi pada saat
kehamilan seperti KEK, pencegahan infeksi dan komplikasi kehamilan
( Oktaria dan Juli , 2016).

KEK merupakan masalah yang sering terjadi pada kelompok usia


dewasa terutama pada wanita hamil. Berdasarkan dari data WHO
pada tahun 2008.

Faktor lain yang berhubungan dengan masalah gizi pra hamil


adalah rendahnya pengetahuan gizi. Rendahnya pengetahuan gizi
dapat menyebabkan rendahnya pemilihan makanan dan memiliki
peran dalam masalah gizi. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan
menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat
kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi juga
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
kebiasaan makan seseorang. Pendidikan gizi suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan gizi kepada masyarakat, kelompok atau
individu dengan harapan agar bisa memperoleh pengetahuan tentang
gizi yang lebih baik sehingga dapat berpengaruh pada sikap dan
prilaku (Notoatmojo, 2010).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan


pranikah pada Nn. N dengan
KEK di UPT Puskesmas Ciomas, Kab Serang-Banten

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan asuhan
kebidanan pranikah pada Nn.N dengan KEK melalui
metode SOAP

b. Mampu melakukan dan mendokumentasikan asuhan


kebidanan pranikah pada Nn.N melalui metode
PATHWAY
c. Untuk mengetahui evaluasi dari tindakan yang diberikan
pada Nn.N dengan KEK
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian KEK

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu


mengalami malnutrisi yang disebabkan kekurangan satu atau lebih zat gizi
makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut
(Sipahutar, Aritonang dan Siregar, 2013)
Sedangkan Kekurangan Energi Kronik menurut Simbolon, 2018 adalah
keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan kalori dan protein
(malnutrisi) yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada wanita usia subur (WUS) dan pada
ibu hamil. Kekurangan energi kronis terjadi karena kapasitas fisik yang
terbatas akibat mengalami kekurangan asupan makanan sehat dalam
jangka waktu lama. Remaja yang kurus atau kurang energi kronis bisa
disebabkan karena kurang asupan zat gizi, baik karena alasan ekonomi
maupun alasan psikososial seperti misalnya penampilan. Kondisi remaja
KEK meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi dan gangguan hormonal
yang berdampak buruk di kesehatan. KEK sebenarnya dapat dicegah
dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
KEK adalah Kekurangan Energi Kronik, Pola makan remaja yang
tergambar dari data Global School Health Survey tahun 2015, antara lain:
Tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian besar remaja kurang mengonsumsi
serat sayur buah (93,6%) dan sering mengkonsumsi makanan
berpenyedap (75,7%). Selain itu, remaja juga cenderung menerapkan pola
sedentary life, sehingga kurang melakukan aktifitas fisik (42,5%). Hal-hal ini
meningkatkan risiko seseorang menjadi kurus juga bahkan overweight,
bahkan obesitas
Remaja wanita akan menjadi dewasa dan calon ibu, sesuai pengertian
kekurangan energi kronis pada ibu hamil menurut WHO, ibu hamil dengan
KEK akan memiliki indeks massa tubuh (BMI) kurang dari 18,50
kg/m2.Faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil dapat berupa
makan terlalu sedikit atau pola makan yang tidak seimbang sehingga
menyebabkan kekurangan nutrisi dalam jangka waktu lama.
Seorang ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK) akan
mengalami gejala-gejala seperti berikut:
• Merasa kelelahan terus-menerus,
• Merasa kesemutan,
• Wajah pucat dan tidak bugar,
• Sangat kurus (indeks massa tubuh kurang dari 18,5),
• Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
• Mengalami penurunan berat badan dan kekurangan lemak,
• Menurunnya kalori yang terbakar saat istirahat, serta 
Menurunnya kemampuan beraktivitas fisik.

B. Kesehatan Reproduksi Remaja


Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 25 Tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun
di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau
sekitar 18 % dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja
berjumlah 1,2 milyar atau sekitar 18 % dari jumlah penduduk dunia (WHO,
2014)
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat
khas remaja merupakan rasa keingintahuan yang besar, menyukai
petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas
perbuatan tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila
keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan
jatuh ke dalam perilaku beresiko dan mungkin harus menanggung akibat
jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik
dan psikososial. Sifat dan perilaku beresiko pada remaja tersebut
memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk
kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
social secara utuh, tidak semata mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem dan proses reproduksi. Ruang lingkup
pelayanan kesehatan reproduksi menurut International Conference
Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan
infeksi menular seksual termasuk HIV/Aids, kesehatan reproduksi remaja,
pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan
penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker
saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya seperti kekerasan
seksual, sunat perempuan dan sebagainya.
Pelayanan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk :
• Mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual beresiko
dan perilaku beresiko lainnya yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan reproduksi. Perilaku seksual beresiko antara lain seks
pranikah yang dapat berakibat pada kehamilan tidak diinginkan,
perilaku seksual berganti ganti pasangan, aborsi tidak aman, dan
perilaku beresiko tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
HIV. Perilaku beresiko lain yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan reproduksi antara lain penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif (napza) dan perilaku gizi buruk yang
dapat menyebabkan masalah gizi khususnya anemia.
• Mempersiapkan remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi
yang sehat dan bertanggung jawab yang meliputi persiapn fisik,
psikis, dan sosialuntuk menikah dan menjadi orang tua pada usia
matang.

1. Program Kesehatan Reproduksi


Melihat dari program atau peraturan pemerintah tentang kesehatan
reproduksi khususnya pra nikah, kita sebagai bidan atau tenaga kesehatan
yang terlatih mempunyai andil dalam melaksanakan program ini. Ada
bebrapa program atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih khususnya bidan yaitu:
2.Promosi Kesehatan Pranikah

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan


adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang
sudah menemukan belahan jiwa. Setelah cukup lama saling mengenal satu
sama lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide- ide. Hubungan
akhirnya mencapai titik tertinggi. Tentulah persiapan yang matang untuk
menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk
dilakukan. Waktu, tenaga dan dana yang besar diberikan untuk melakukan
persiapan pernikahan. Kesibukan menjelang pernikahan tidak hanya
dirasakan oleh pasangan yang akan menikah namun pihak keluarga juga
dibuat pusing olehnya.
Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain
persiapan pesta pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan
diri untuk menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.
Pernikahan tidak semudah apa yang diceritakan oleh cerita-cerita dongeng
putri ketika masih kecil. Putri yang cantik dan baik hati yang bertemu dengan
pangeran yang tampan akhirnya menikah dan bahagia selama hidupnya
(“happily ever after”).
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga
harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan
kesehatan pasangan. Tidak hanya sehat secara fisik yang harus
diperhatikan namun juga sehat menurut definisi yang luas. Berdasarkan
definisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting
sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari
tua. Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi
masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum
dilakukan pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun
selama pernikahan belum berlangsung. Jika pada saat pengecekan ternyata
ditemui ada masalah maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.
3. Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah
a. Program Pre-Marital Screening

Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa


kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan
saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat
pasangan hamil dan memiliki anak.
Rangkaian pemeriksaan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:
b. Pemeriksaan kesehatan secara umum

Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :

1) Pemeriksaan fisik / klinis lengkap

Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk mengetahui status


tekanan darah seseorang. Tekanan darah yang normal adalah salah satu kunci
kesehatan. Tekanan darah tinggi atau hipertensi berbahaya saat perempuan
hamil, karena dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Pemeriksaan
fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena obesitas dapat mempengaruhi
tingkat kesuburan. Obesitas selama kehamilan dapat menyebabkan munculnya
beberapa resiko seperti diabetes, pre-eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk
melahirkan tepat waktu, juga meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat
melahirkan.
2) Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, sel
darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah (trombosit). Para calon ibu
perlu mengetahui kadar hb-nya untuk mendeteksi gejala anemia, juga perlu
mengetahui adanya ganguan faktor pembekuan darah. Dari hasil pemeriksaan
darah dapat diketahui kondisi kadar kolesterol tinggi yang meningkatkan.

3) Resiko penyakit jantung koroner dan stroke. Pemeriksaan gula darah


yang dilakukan sewaktu puasa dan tidak puasa, dapat mengetahui adanya
diabetes mellitus, atau adanya kelainan yang dapat berkembang menjadi diabetes
mellitus, seperti intoleransi glukosa. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak
terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti janin yang tidak
sempurna atau cacat, hipertensi, hydramnions atau meningkatnya cairan ketuban,
meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta macrosomia –yaitu bayi menerima
kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat
besar.

4) Golongan darah dan rhesus

Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi


antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam darah
dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Kebanyakan warga bangsa Asia
memiliki rhesus positif (+), sedangkan kebanyakan warga bangsa Eropa memiliki
negatif (-). Banyak pasangan suami istri tidak mengetahui rhesus darah pasangan
masing-masing. Padahal, jika rhesus mereka bersilangan, bisa mempengaruhi
kualitas keturunan. Jika seorang perempuan (rhesus negatif) menikah dengan
laki- laki (rhesus positif), bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk memiliki
rhesus negatif atau positif.

Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika bayi
memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila
ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang memiliki rhesus positif,
kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat memasuki sel
darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah jika perempuan memiliki rhesus
positif dan lelaki rhesus negatif.
Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan bergolongan darah
O adalah salah satu faktor resiko jaundice atau kuning pada bayi (ABO
Incompatibility). Bila diketahui janin memiliki rhesus positif (+) sedangkan ibu
memiliki rhesus negatif (-), akan menimbulkan inkompatibilitas rhesus yang bisa
mengakibatkan kematian pada janin.
Dengan mengatahui rhesus sebelum hamil, dokter dapat segera
mengatasinya.

5) Urinalisis lengkap

Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya infeksi


saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-lain yang
menunjukkan adanya penyakit tententu. Penyakit ISK saat kehamilan beresiko
baik bagi ibu maupun bayi, seperti kelahiran prematur, berat janin yang rendah,
bahkan resiko kematian saat persalinan.
c. Pemeriksaan penyakit hereditas

Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari


orangtua. Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua atau
garis keturunannya mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti
bisa beresiko mengidap penyakit yang sama.
Pemeriksaan ini meliputi:
1). Thalasemia

Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit ini
tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Thalasemia telah menjadi
salah satu isu kesehatan di Indonesia karena 3 – 10 % populasi di Indonesia adalah
carrier atau pembawa gen thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah pembawa gen
thalasemia alfa.Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23
per mil dari total populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka diperkirakan terdapat
3.000 bayi penderita thalassemia setiap tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000
pasien thalasemia di Indonesia dan diperkirakan angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah penderita thalasemia di Indonesia yang tidak terdata.
Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang disebabkan “sifat” darah yang
dibawa kedua orang tua. Penyakit ini membuat seseorang menjadi tergantung pada
transfusi darah dan kesempatan hidupnya terbatas. Di sisi lain, talasemia minor tidak
menyebabkan gejala berat dan penderitanya dapat hidup normal, tapi ia tetap
membawa “sifat” penyakit talasemia dalam tubuhnya. Jika kedua orang tua
mengidap talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya akan mengidap talasemia
mayor, 50 % akan mengidap talasemia minor, dan 25 % akan normal.
Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor, 50 %
kemungkinan si anak akan mengidap talasemia minor dan 50 % akan normal.
Rumus penurunan talasemia berlaku juga pada penyakit hemofilia dan albino.
Dengan pengecekan darah, kita dapat memprediksi kemungkinan yang akan muncul
dan mencegah hal yang tidak kita inginkan.

2) Hemofilia

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan


sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita
hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Penderita hemofilia
lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.
3) Sickle Cell Disease

Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit, merupakan penyakit
kelainan sel darah merah yang mudah pecah sehingga menyebabkan anemia.
Secara statistik penyakit ini lebih banyak ditemukan pada ras Afrika, Timur Tengah
dan beberapa kasus di Asia, terutama India

d. Pemeriksaan penyakit menular

Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan pranikah, di


antaranya adalah:
a. HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)

Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia yang terinfeksi HIV,
dimana 95% diantaranya berada di negara berkembang seperti sub-sahara Afrika
dan Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada tahun
2012 ditemukan 21.511 penderita HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak dibanding
tahun sebelumnya. Untuk penderita Hepatitis B saat ini diperkirakan sebanyak 1,8
milyar manusia di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah mengalami infeksi kronis; dan
diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis.

b. Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam jiwa


manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan
cairan tubuh. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi
organ tubuh. Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan terjadi pada
pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan tiga jenis penyakit
infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’ dalam jangka
waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah dengan seseorang
yang membawa virus ini beresiko membahayakan pasangan dan juga calon bayi.
Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon istrinya
harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah dengan
mendapatkan imunisasi hepatitis B.
Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan pranikah.
c. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)

Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang bisa
menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-laki maupun perempuan. Tubuh yang
terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam
kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi
lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.

d. Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS


Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain yang ditularkan
melalui hubungan seksual —sexually transmitted infections (STI), infeksi saluran
reproduksi (ISR) atau infeksi menular seksual (IMS)— selain dapat mendeteksi
adanya penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan pengobatan sekaligus
mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau Human papillomavirus,


herpes, penyakit ini semua dapat menimbulkan masalah kesuburan dan masalah
saat kehamilan. Jika salah satu calon pengantin atau keduanya menderita
ISR/IMS/STI, sebelum menikah ia harus berobat dulu sampai sembuh.Sebuah survei
yang dilakukan Durex, mengungkapkan fakta bahwa 21 % masyarakat Indonesia
tidak mengetahui apakah pasangan mereka pernah mengidap infeksi menular
seksual (IMS) atau tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak mengetahui bahwa pasangan
mereka pernah menderita IMS dan hanya 13 % perempuan yang tidak mengetahui
bahwa pasangannya pernah mengidap IMS.

e. Pemeriksaan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan


kesuburan.
Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan
kesuburan ini dilakukan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan. a. Untuk
perempuan

Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui kondisi rahim,


saluran telur dan indung telur. Pemeriksaan lebih lanjut seperti HSG
(Hysterosalpingogram) untuk mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah sumbatan
akibat kista, polip endometrium, tumor fibroid, dan lain-lain. Pemeriksaan selanjutnya
diperlukan untuk perempuan yang siklus haidnya tidak teratur atau sebaliknya
berlebihan. Hormon yang diperiksa misalnya hormon FSH (follicle stimulating
hormone), LH (lutenizing hormone) dan Estradiol (hormone estrogen). b. Untuk laki-
laki

Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan penis, skrotum, prostat


juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang berperan dalam proses pembentukan
sperma serta kadar hormon testosteron. Dapat dilakukan juga analisis semen dan
sperma.

f. Pemeriksaan tambahan

Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga beberapa


pemeriksaan dan tindakan kesehatan lainnya, seperti :
1. Alergi

Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi. Alergi adalah sistem kekebalan
tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap beberapa substansi (alergen) yang tidak
berbahaya bagi sebagian besar manusia. Kecenderungan seseorang memiliki alergi
adalah karena faktor keturunan, walaupun tidak selalu orang tua yang memiliki bakat
alergi akan menurunkannya kepada anak-anaknya. Penting untuk membuat daftar
hal-hal yang memicu alergi dari kedua pasangan terutama bila pasangan ada yang
pernah mengalami reaksi anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.
2. Vaksinasi Dewasa

Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin hepatitis B,


tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar air), influenza, serta
vaksin dewasa lainnya sesuai jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh petugas
Satgas Imunisasi Dewasa.

g. Pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu

Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga direkomendasikan


untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena mereka akan menjadi calon
ibu, juga penting dilakukan oleh para ibu yang sudah memiliki anak, yaitu:
1. Pemeriksaan periodontal

Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi untuk


menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta penyakit. Bagian
yang diperiksa adalah sambungan antara gusi dan gigi serta kemungkinan adanya
peradangan di sekitar gusi. Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki
penyakit gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur. Selain itu pada ibu
hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi akibat adanya perubahan hormon.
Karenanya ibu hamil harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter yaitu setiap 3-4
bulan sekali, terutama jika sering mengalami gusi berdarah.
2. Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)
Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid seseorang
kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid). karena kadar hormon ini
bisa mempengaruhi kesehatan perempuan. Pemeriksaan ini penting karena
gangguan tiroid dapat mengganggu kesempatan seseorang untuk hamil, misalnya
perempuan yang mengalami hipotiroid akan terganggu proses ovulasinya sedangkan
hipertiroid bisa meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.
3. Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik sumsum tulang


belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja. Jika sel darah putihnya tinggi, hal ini
menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar hemoglobin rendah, menunjukkan adanya
anemia, dan jika kadar platelet rendah menunjukkan adanya masalah dalam
pembekuan darah. Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung
memiliki periode menstruasi yang berat sehingga membuat seseorang rentan
terhadap anemia. Selain itu untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam jumlah
komponen darahnya. 4. Pap smear

Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau kanker pada
leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel cairan di leher rahim
dan memeriksakannya di laboratorium. Pemeriksaan ini penting dilakukan oleh
perempuan yang sudah menikah. Deteksi dini bisa menjegah kondisi yang lebih
serius seperti kanker leher rahim.

5. Pemeriksaan kepadatan mineral tulang

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral tulang yang


dapat memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi saat tulang mulai tipis dan lemah.
Untuk memeriksanya biasanya digunakan mesin yang disebut dengan dual energy
photon absorptiometer (DEXA). Pemeriksaan ini lebih penting lagi untuk dilakukan
bagi perempuan yang memiliki riwayat osteoporosis, atau mengkonsumsi obat tiroid
dan steroid.
Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui. Jika ia tidak
mendapatkan kalsium yang cukup, maka tubuh akan mengambilnya dari tulang dan
diberikan pada bayi. Karenanya penting untuk mengetahui apakah kepadatan
mineral tulangnya masih baik atau sudah berkurang.
C. Upaya-Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasangan Pranikah

Menurut Pratiwi 2016, upaya-upaya promosi kesehatan pada pasangan


pranikah sebagai berikut:
1. Upaya promotif
a. Penyuluhan tentang gizi pada pranikah

Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisi nya dengan alasan


sibuk mempersiapkan pernikahannya yang sebenarnya tidak perlu terlalu
dipusingkan. Al ini sering tejadi pada wanita yang sibuk dengan program diet nya
yang nanti akan berdampak pada psikologisnya.u. untuk itu penyuluhan tentang
gizi seimbang sanat diperlukan agar tidak terjadi kekurangan nutrisi
b. Sex Education
c. Personal Hygiene.
d. Imunisasi CATIN

2. Upaya Preventif

a) Pemeriksaan papsmear.
b) Pemeriksaan Hematologi
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidak nya seseorang menderita
kelainan darah. Seperti terjangkit HIV, TB, virus rubella ,virus toxoplasma dan sebagainya.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan 1 bulan sebelum pernikahan karna dalam jarak waktu
yang cukup akan keluar .hasil pemeriksaan dan jika ada kelainan dapat dilakukan
penanggulangan permasalahannya.
3. Upaya kuratif

Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan menikah dengan
memberikan pengobatan secara intensif. Menyakinkan pada pasangan kalau
terjangkitnya penyakit tersebut bukan berarti tidak dapat menikah dan menjalani
hidup sebagai seorang istri Perbaikan nutrisi pada pasangan pra nikah untuk
memperbaiki tingkat kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya infertilitas.

4. Upaya Rehabilitatif

Di dalam upaya rehabilitatif promosi kesehatan pra nikah, dapat mengenai


perawatan kanker serviks tingkat lanjut. Memberikan perawatan pada wanita yang
akan menikah dan telah menjalani pengobatan lanjutan. Disini dilakukan pemulihan
fisik dan mental. Meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri pasien sehingga
dapat menjalani hidupnya sebagai seorang istri dan ibu nantinya.

D. Perundang-undangan Terkait Penatalaksanaan KEK Oleh Bidan


Adapun perundang-undangan yang berkaitan dengan KEK antara lain :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 51 Tahun 2016 Tentang
Standar
Produk Suplementasi Gizi
Pada lampiran ke IV terdapat standar makanan untuk ibu hamil Kurang Energi
Kronis.
STANDAR MAKANAN TAMBAHAN UNTUK IBU HAMIL KURANG ENERGI
KRONIS
A. Kandungan
a. Komposisi
Produk berbentuk biskuit yang terbuat dari terigu, lemak nabati tanpa hidrogenasi, gula,
susu, telur, kacang-kacangan, buah kering, diperkaya dengan 11 vitamin dan 7
mineral, dengan atau tanpa penambahan Bahan Tambahan Pangan (BTP) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Bahan pewarna sintetik, pengawet, dan pemanis
buatan tidak boleh dipergunakan. Semua bahan yang digunakan harus bermutu,
bersih, aman, dan sesuai untuk dikonsumsi ibu hamil. b. Syarat Mutu
Zat Gizi yang dikandung makanan tambahan dihitung dalam 100 gram produk
No Zat Gizi Satuan Kadar
1. Energi kkal Minimum 450
2. Protein (kualitas protein tidak kurang dari 65% kasein g Minimum 10
standar)

3. Total Lemak : g Minimum 20


4. Asam Linoleat mg Minimum 300/100kka
Atau
1,5 gr/100 gr produk
5. Karbohidrat:
6. Sukrosa g Maksimum 20
7. Serat g Minimum 5
8. Vitamin A* mcg 450-900
9. Vitamin D mcg 7.5-15
10. Vitamin E mg 7.5-15
11. Thiamin mg 0.7-1.4
12. Riboflavin mg 0.8-1.6
13. Niasin mg 8-16
14. Vitamin B12 mcg 1.3-2.6
15. Folat mcg 300-600
16. Vitamin B6 mg 0.8-16
17. Asam Pantotenat mg 3-6
18. Vitamin C mg 43-85
19. Besi ** mg 11-18
20. Kalsium *** mg 250-450
21. Natrium mg Maksimum 500
22. Seng mg 7-14
23. Iodium**** mcg 70-110
24. Seng mg 2,0 – 3,75
Perbandingan Fe : Zn
= 1,0 – 2,0 : 1
25. Kalsium**** mg 225 - 450
26. Natrium mg maksimum 300
27. Selenium***** mcg 7 - 14
28. Fosfor mg 180 - 275
Perbandingan Ca : P
= 1,2 – 2,0 : 1
29. Fluor****** mg Maksimum 0,25
30. Air % Maksimum 5

Keterangan :
* Vitamin A ditambahkan dalam bentuk retinil asetat
** Besi ditambahkan dalam bentuk senyawa ferro fumarat
*** Iodium ditambahkan dalam bentuk kalium iodat
**** Kalsium ditambahkan dalam bentuk kalsium laktat
***** Selenium yang ditambahkan dalam bentuk sodium selenite
****** Fluor tidak boleh ditambahkan hanya bawaan dari bahan baku

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 Tahun 2020 Tentang


Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
Di dalam Permenkes ini di dalamnya mengatur tentang penatalaksanaan untuk
gizi masyarakat.
Gizi lebih dan gizi kurang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Termasuk
dalam kelompok gizi lebih adalah overweight (obesitas) dan ekses mikronutrien
(misalnya kelebihan natrium). Kelompok gizi kurang antara lain underweight,
wasting, stunting, dan defisiensi mikronutrien.
Penurunan prevalensi wasting dan stunting pada balita merupakan sasaran
pokok RPJMN 2020-2024. Prevalensi wasting pada balita telah menurun dari 12,1%
tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi 10,2% tahun 2018 (Riskesdas 2018) dan pada
tahun 2019 turun lagi menjadi 7,4% (SSGBI 2019). Juga telah terjadi penurunan
stunting dari 37,2% tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi 30,8% tahun 2018
(Riskesdas 2018), dan pada tahun 2019 telah turun lagi menjadi 27,7% (SSGBI
2019). Sementara itu, juga telah terjadi penurunan underweight pada balita dari
19,6% tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi 17,7% tahun 2018 (Riskesdas 2018),
dan pada tahun 2019 telah turun lagi menjadi 16,3 % (SSGBI 2019).
Upaya penurunan stunting tidak semata tugas sektor kesehatan karena
penyebabnya yang multidimensi, tetapi harus melalui aksi multisektoral. Intervensi
spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan, sementara intervensi sensitif dilakukan
oleh seluruh pemangku kepentingan. Terdapat lima pilar penanganan stunting, yakni
komitmen politik, kampanye dan edukasi, konvergensi program, akses pangan
bergizi, dan monitoring progam.
Seperti halnya gizi balita, kasus Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil telah
terjadi penurunan dari 24,2% tahun 2013 (Riskesdas 2013) menjadi 17,3%
(Riskesdas 2018). Kondisi sebaliknya justru ditunjukkan oleh kasus anemia ibu hamil
di mana terjadi peningkatan dari 37,1% (Riskesdas 2013) menjadi 48,9% (Riskesdas
2018).
Setiap tahun pemerintah telah menyediakan tablet tambah darah dengan
sasaran ibu hamil, dan penyediaan makanan tambahan untuk ibu hamil KEK. Perlu
dipertimbangkan strategi untuk memastikan agar tablet tambah darah dan makanan
tambahan dikonsumsi oleh ibu hamil sasaran.

3. Kepmenkes 320 Tahun 2020 Tentang Standar Profesi Bidan


Adapun terdapat beberapa kewenangan bidan antara lain :
• Persiapan kehamilan sehat
• Konseling pranikah
• Konseling masa sebelum hamil perencanaan kehamilan dan persiapan menjadi
orang tua
• Konseling dalam kesiapan merawat anak
• Pemberian suplemen vitamin dan mineral
• Identifikasi masalah gizi pada ibu hamil
• Penentuan status gizi ibu hamil
• Edukasi nutrisi pada ibu hamil
• Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. FORMULIR PENGKAJIAN PRANIKAH

1. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF

I. IDENTITAS
Nama Klien : Nn. Nur hayati
Asal/Suku : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Kp. sawah, Desa
Sukadana
Kab/Kota : Serang
NIK. e-KTP : 360409611202002
Tempat, tgl lahir : Serang, 04-11-2002
Telepon/HP :
Pekerjaan Klien : Belum bekerja
Pendidikan Klien : SMP

Nama Calon Suami /Suami : Tn. Wawan


Pekerjaan calon suami : Dagang
Pendidikan calon suami : SMP

II. SELF – REPORTING QUESTIONER (SRQ)


NO PERTANYAAN YA TDK
1 Apakah anda sering menderita sakit kepala? 
2 Apakah anda kehilangan nafsu makan? √
3 Apakah tidur anda tidak lelap?
4 Apakah anda mudah menjadi takut? √
5 Apakah anda merasa cemas, tegang dan khawatir? √
6 Apakah tangan anda sering gemetar? √
7 Apakah anda mengalami gangguan pencernaan? √
8 Apakah anda merasa sulit berfikir jernih? √
9 Apakah anda merasa tidak Bahagia? √
10 Apakah anda lebih sering menangis?
11 Apakah anda merasa sulit untuk menikmati aktifitas √
sehari hari?

12 Apakah anda merasa kesulitan untuk mengambil √


keputusan?

13 Apakah aktifitas/tugas sehari-hari anda √


terbengkalai?
14 Apakah anda merasa tidak mampu berperan dalam √
kehidupan ini?

15 Apakah anda kehilangan minat terhadap banyak √


hal?
16 Apakah anda merasa tidak berharga? √
17 Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri √
hidup anda?

18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu?


19 Apakah anda merasa tidak enak diperut? √
20 Apakah anda mudah lelah?

I. KELUHAN SAAT INI :


Os mengeluh kadang pusing saat bangun dari duduk
agak lama, Nn N mengaku jarang sarapan, tidak suka sayuran
dan jarang makan buah-buahan.

II. RIWAYAT IDENTITAS


Status kawin klien √ : Belum/Belum hub. Sex Menikah sekali
Menikah ke 1 Janda

Status kawin suami : Menikah sekali Menikah ke ……


√Belum Menikah

Pernah berhubungan Seksual sebelum Menikah ya Tidak



III. RIWAYAT KESEHATAN REPRODUKSI
a. Riwayat imunisasi TT :
Belum pernah TT

b. Usia pertama haid : 13 th


c. Merokok : tidak
d. Konsumsi alkohol > 1x/hr : Ya
√ Tidak
d. Konsumsi Narkoba : Ya
Tidak

e. Golongan Darah : B /+

IV. RIWAYAT PENYAKIT KETURUNAN

a. Penyakit Genetis
Hemofilia -
Thalasemia -
- Butawarna
- Anemia cell Bulan sabit
- Fenil Keton uria
- Albino
- Diabetes Melitus
Huntington Disease -
Sindrom Klenefelter -

b. Kelainan Konginetal
Spina bifida -
Labio Skisis, - Palato Skisis, Genato Skisis
- Penyakit jatung bawaan
- Fibrosistik
- Down Sindrom
c. Gangguan jiwa : tidak ada
d. Kembar : tidak ada

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. BB : 48 kg, TB : 150 cm, IMT : 21,33

2. Pemeriksaan TTV :
a. TD : 110 / 70 mmHg
b. Suhu : 36 °C
c. Nadi : 80 kali/menit
d. Pernafasan : 20 kali/menit

3. Head to too
a. Mata : Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikhterik
b. Mulut : Stomatitis : Tidak ada, Caries : Tidak ada
c. Leher : kelenjar getah bening : tidak ada Kelenjar
Tiroid : tidak ada

d. Dada : Retraksi dinding dada : tidak ada


e. Payudara : Pembesaran : tidak ada
Tarikan dinding payudara : tidak ada
Pembesaran payudara : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada
f. Abdomen : Pembesaran : tidak ada Nyeri
tekan : tidak ada

g. Ekstremitas : Atas : simetris, kekakuan sendi : tidak ada


Bawah : simetris, kekakuan sendi : tidak ada
LILA: 22,5 cm.
Palpasi : telapak tangan di lakukan tekanan terlihat
putih
h. Anogenital : tidak dilakukan pemeriksaan

4. Pemeriksaan Laboratorium
a. PMS (Sifilis) : Non Reaktif
b. HIV/AIDS : Non Reaktif
c. Hepatitis (HbsAg) : Non Reaktif

2. ASSESMENT :
Nn. N usia 20 tahun pranikah dengan KEK

3. PENATALAKSANAAN
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu (hasil kajian awal dan
hasil laboratorium). Ibu mengerti
3. Memberitahukan ibu bahwa akan diberikan imunisasi TT untuk calon
pengantin dan menjelaskan tujuan diberikannya imunisasi TT untuk
perlindungan terhadap virus tetanus toxoid. Ibu mengerti dan ibu
bersedia
4. Melakukan penyuntikan imuniasi TT dosis 0,5 cc dengan Intra Muscular
5. Memberitahu klien contoh makanan-makanan yang cepat menaikan BB
yang baik dan benar. Dan Ibu mengerti.
6. Menyampaikan tentang diet yang baik bernilai gizi seimbang sehingga
tidak salah dalam memilah makanan
7. Memberikan obat penambah darah Fe 30 tab 1x1
8. Memberikan konseling persiapan pranikah
9. Menjadwalkan kembali tanggal imunisasi TT, dan pemeriksaan fisik, dan
ibu berjanji akan datang kembali, sesuai jadwal yang diberikan.
B. Laporan Kasus Dengan Metode Program Studi : Profesi
Kebidanan
Pathway
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
Nama : Ny. N
Usia : 20 Tahun
GPA : GoP0A0 persiapan Kehamilan dengan
Dokumentasi dalam bentuk Pathway
infertil primer
Asuhan Kebidanan

Hari danTanggal : Selasa 09


Mei 2023
Tempat
Tanda Praktik
dan gejala KEK : : Puskesmas
Patofisiologi (Sesuai Tanda/Gejala/Keluhan yang di
ciomas alami pasien)
1. Merasa kelelahan terus 1.Kekurangan Energi Kronis(KEK) adalahDokumentasisalah satu
Nama
menerus : Nurlelakeadaan malnutrisi,ibu KEK menderita kekurangan
Azzlina
2. Merasa kesemutan makanan yang berlangsung menahun(kronik) yang
3. Wajah pucat dan tidak bugar mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada
4. LILA :≤ 23,5cm ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi
IMT : 18,5 (Supariasa, Bakri (Sipahutar,dtk,2013)
dan Fajar, 2013, Siklus 2. Kekurangan Energi Kronis(KEK) memberikan tanda
menstruasi yang teratur, dan gejala yang dapat di lihat dan di ukur.Tanda dan
Perdarahan yang normal, pada Gejala KEK yaitu lingkar lengan Atas (LILA) kurang
saat awal haid nyeri perut dan dari 23,5cm(Supariasa,2013)
pinggang. Badan kadang terasa
Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari asuhan tentang hasil pemeriksaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien kepada ibu sangat penting agar ibu dapat mengetahui
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu keadaaanya saat ini
(hasil kajian awal dan hasil laboratorium). Ibu
akhirnya tahu bahwa ibu termasuk dalam KEK 1. Agar pasien mengerti dengan keadaannya saat ini dan
3. Memberitahukan ibu bahwa akan diberikan kooperatif dalam asuhan
imunisasi TT untuk calon pengantin dan 2. Sekrining pemeriksaan laboratorium lebih lanjut bertujuan
menjelaskan tujuan diberikannya imunisasi TT untuk mendeteksi dini penyakit dan kelainan yang ada
4. Melakukan penyuntikan imuniasi TT dosis 0,5 cc pada pasien
dengan Intra Muscular 3. Tujuan diberikannya imunisasi TT yaitu untuk perlindungan
5. Memberitahu klien contoh makanan yang baik dan terhadap virus tetanus toxoid. Ibu mengerti dan ibu
benar agar BB pasien cepat naik,seperti,makananan bersedia
yang tinggi protein,seperti ikan salmon, ikan 4. pasien sudah di berikan suntikan imunisasi TT sesuai SOP
tuna,alpukat, keju, dan kacang-kacangan,buah- 5. Dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
buahan,dan umbi-umbian, pasien mengerti. protein,, dan zat besi,akan mempengaruhi kesehatan
6. Menyampaikan tentang diet yang baik bernilai gizi tubuh pasien.
seimbang sehingga tidak salah dalam memilah 6. Dengan makan teratur,dan gizi seimbang,di tambah
makanan agar BB meningkat sehingga LILA ibu komponen sayur dan makanan yang benar,di harapkan BB
menjadi normal pasien meningkat.
7. Meberikan obat penambah darah Fe 30 tab 1x1 7. Dengan di berikan obat penambah darah Fe tujuanya agar
8. Memberikan konseling persiapan pranikah pasien tidak terjadi anemia
9. Menjadwalkan kembali tanggal imunisasi TT, dan 8. dengan di berikan konseling pranikah maka pasien siap
pemeriksaan fisik, dan ibu berjanaji akan datang secara psikis,fisik, dan mental dalam menghadapi
kembali sesuai jadwal yang diberikan. kehamilan yang sehat.
9. Menjadwalkan kembali tanggal imunisasi TT, dan
pemeriksaan fisik. dan ibu berjanaji akan datang kembali
sesuai jadwal yang diberikan.

Evaluasi asuhan yang diberikan :


Pasien mengerti apa yang di jelaskan oleh bidan, dan pasien
akan mengikuti saran yang telah di anjurkan oleh bidan,
pasien akan mengkonsumsi makanan yg baik dan benar dan
bergizi

Data Subjektif: Ny N da
puskesmas Ciomas pada tangga
2023, pukul 09.30 wib mengata
minggu lagi akan segera
keluhan pasien saat ini adalah
kadang merasa pusing, Ny N
jarang sarapan, dan kurang suk
buah dan sayur
Data Objektif: K/U
kesadaran :composmentis, T
mmhg, suhu:36 c,N:80 x/mn
x/mnt, BB:48 kg, TB:1
IMT:21,33, LILA:22,5 cm, ko
tidak pucat,seclera putih, tid
pembesaran tiroid,payudara
benjolan, palpasi abdomen ti
nyeri tekan. Dan tidak ada
BAB IV
PEMBAHASAN

B. Pengkajian data
Pada pengkajian data ini, didapati hasil data subjektif pada tanggal 09 Mei
2023 diperoleh informasi dari hasil wawancara atau anamnesa pada Nn. N usia 20
tahun, Hasil pengkajian dari data Subjektif didapatkan, Nn. N mengatakan akan
menikah 7 hari lagi yaitu pada hari Selasa, tgl 09 Mei 2023, Dari hasil pengkajian
Objektif didapatkan hasil pemeriksaan yaitu: K/U Baik, Kes CM, Emosianal Stabil,
S: 36 °C. R 20 x/menit N: 80 x/menit, TD 100/70 mmHg, BB 48 kg, TB 150 cm,
LILA : 22,5 cm, IMT 21,33. Hasil Skrining, yaitu Hb 12,0 g/dl, Golongan Darah B+,
calon ibu sudah mendapatkan vaksin TT Catin. Dari pengkajian data diatas
didapatkan hasil Nn N akan menikah 7 hari lagi, sudah melakukan segala jenis
pemeriksaan kesehatan pranikah dan prakonsepsi,

C. Assesment (Menegakan Diagnosis & Masalah, Diagnosa & Masalah


Potensial, dan Tindakan Segera Jika Dibutuhkan).
Berdasarkan data subjektif dan objektif maka ditegakkan diagnosis yaitu,
Nn. N umur 20 th calon pengantin ingin menikah 7 hari lagi. Dan data objektif KU
Baik, S: 36 . R 20 x/menit N: 80 x/menit, TD 100/70 mmhg, lila: 22,5 cm, BB 48
kg, TB 150 cm, IMT 21,33. Hasil Skrining, Hb 12,0 gram %, kedua calon pengantin
tidak terdapat penyakit menular, sudah mendapatkan vaksin prakonsepsi.
Hal ini senada dengan Varney (2004) Manajemen Asuhan Kebidanan merupakan
suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan dan untuk
menegakkan diagnosa di perlukan pengkajian data subyektif yang di dapatkan
anamesa dan data obyektif dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang diagnostik.
Berdasarkan data diatas bidan menemukan masalah yaitu KEK pada calon ibu.

D. Asuhan Kebidanan, Rasionalisasi Kebidanan, dan Evaluasi


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa hasil pemeriksaanya dalam kondisi
baik, Secara fisik ibu dikatakan sudah sia. (Nn N sudah mengetahui dan
mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan) Rasionalisasi Dengan
memberitahu hasil pemeriksaan maka sudah memenuhi salah satu persyaratan
pranikah yaitu kondisi fisik harus baik Evaluasi Nn. N sudah mengetahui dan
mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan.
2. Menginformasikan tentang apa itu KEK dan bahaya apa yang akan terjadi
apabila ibu masih KEK pada saat akan menjadi ibu nanti dan memberikan
penyuluhan tentang gizi seimbang, memberikan tablet tambah darah,
Rasionalisasi dengan memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang dan
pemberian tablet tambah darah maka diharapkan pasien akan siap menjadi
seorang ibu yang sehat.
3. Memberikan konseling persiapan pranikah, yaitu kesiapan aspek psikologi,
kesiapan fisik, kesiapan mental, dan persiapan pengetahuan. (sudah mengerti
penjelasan bidan tentang konseling pranikah). Evaluasi Nn. N sudah mengerti
penjelasan bidan tentang konseling pranikah.
4. Memberikan jadwal kembali untuk evaluasi Berat badan ibu
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan
suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green & Keruter (2019),
pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan informasi kesehatan
dengan praktek kesehatan. Kasus pranikah ini yaitu Nn. N 20 tahun dimana usianya
masih terbilang muda bila akan menikah. Adapun upaya kesehatan bagi pranikah yaitu
upaya preventif penyuluhan gizi, sex education, personal hygine,dan imunisasi catin.
Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering tejadi pada
wanita yang sibuk dengan program dietnya yang nanti akan berdampak pada
psikologisnya untuk itu penyuluhan tentang gizi seimbang sangat diperlukan
Pada pengkajian yang telah dilakukan pada Nn. N ternyata dilihat dari Pengukuran
LILA adalah KEK sehingga asuhan yang diberikan yaitu pola nutrisi dan gizi seimbang
yang banyak mengandung multivitamin,dan banyak protein, vitamin, mineral dan kalori,
beri tahu pasien untuk menghindarimakanan seperti sushi,keju lunak,susu yang tidak
di-pasteurisasi,ikan mentah,pasien di sarankan mengganti menu bergizi dan sehat
seperti susu rendah lemak, jus buah, atau air dengan perasaan lemon, sehingga dapat
siap saat kehamilan dengan sehat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria


dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung
tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua. Pernikahan yang bisa
saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan bijaksana dan dewasa.
Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan.
Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa
kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah
kesehatan saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian
hari saat pasangan hamil dan memiliki anak.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
1) Sebagai bahan masukan dalam mendeteksi dini mengenai masalah
potensial bagi remaja sebelum menikah
2) Sebagai bahan tambahan konseling mengenai pentingnya pemeriksaan
bagi remaja sebelum menikah
3) Sebagai tambahan bahan ajar bagaimana mengetahui dan mampu
melakukan konseling bagi masyarakat menyangkut persiapan nikah dan
prakonsepsi.

1. Bagi Lahan Praktek

1) Tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan serta konseling


upaya kesehatan bagi pasangan pranikah agar lebih mengerti
kesehatan, dan bila ada masalah kesehatan bisa dapat teratasi.

2) Agar lebih meningkatkan kerjasama lintas sektoral yaitu dengan


fasilitas kesehatan (puskesmas) dan KUA setempat dalam
memberikan konseling pranikah dan pemeriksaan kesehatan
pranikah dan prakonsepsi
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Reproduksi
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 185 Tahun 2017 tentang
Konseling dan Pemeriksaan Calon Pengantin.
Kementerian Kesehatan RI, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Balitbang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Gizi Seimbang. 2014
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia . Pedoman Penatalaksanaan
Pemberian Tablet Tambah Darah. Jakarta. 2017
Permenkes No 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan (AKG) untuk masyarakat Indonesia.
Abdulsalam, M., & Daniel, A. (2002). Diagnosis, Pengobatan dan
Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Sari Pediatri, 4(2), 2–5.
Direktorat kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Lembar
balik Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi calon Pengantin
Harper JL. Iron deficiency anemia. Medscape. 2016.
Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview. Diakses tanggal 13 juni
2022
Muhammad, A. (2005). PENENTUAN DEFISIENSI BESI ANEMIA
PENYAKIT KRONIS MENGGUNAKAN PERAN INDEKS Stfr-F (
Determination of iron deficiency in chronic disease anemia by the role
of sTfR-F index ). Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Medical Laboratory, 2(1), 9–15.
Yulifah. 2019. Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan,
Yogyakarta: Fitramaya.
Willis, Sofyan. 2016. Konseling Individual Konseling dan Praktek.
Bandung: Alfabeta. CV
Wingkel. Hastuti, sri, 2016. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Jakarta: Media Abadi
https://www.kemkes.go.id/article/view/18051600005/kenali -masalah-
giziyang-ancam-remaja-indonesia.html
https://www.promkes.go.id/

Anda mungkin juga menyukai