Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NY.”N”

DENGAN MASTITIS DI PUSKESMAS TANJUNG AGUNG KABUPATEN


MUARA ENIM SUM-SEL

TAHUN 2023

OLEH :

RATNA ARIANI

NIM : 230707353

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NY. N DENGAN MASTITIS

DI PUSKESMAS TANJUNG AGUNG KABUPATEN MUARA ENIM SUM-SEL

TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing

RAHAYU KHAIRIAH, SKM,SST.Bd,M.kes


LEMBAR PENGESAHAN

Tugas stase nifas

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. “N” DENGAN MASTITIS

DI PUSKESMAS TANJUNG AGUNG KABUPATEN MUARA ENIM

TAHUN 2023

Studi Kasus ini telah diperiksa dan disahkan oleh


Tim Penguji StudiKasus Stikes Abdi Nusantara
Jakarta.

20 DESEMBER 2023

Penguji

( )

Menyetujui
Ka. Prodi Profesi Kebidanan

Prof. Maryani M.keb


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya yang melimpah tak berkesudahan,penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.”N” Di Puskesmas
Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Tahun 2023”.

Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan


dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Maryati Sutarno, SPd, SST, Bd, MARS, MH selaku Ketua Yayasan Abadi
Nusantara Jakarta.
2. I b u L i a I d e a l i s t i a n a , S K M , S S T, B d , M A R S , selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Maryani, SSiT, Bd, M.Keb, Ketua Program Studi Profesi Kebidanan Stikes Abdi
Nusantara
4. Ibu Rahayu khairiah SKM,SST.Bd,M.keb selaku Penguji yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam
melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
5. Bapak Amrula, SKM., MM selaku Kepala Pimpinan Puskesmas Tanjung Agung yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
6. Suamiku dan anak-anakku tersayang serta keluarga besar yang selalu
mendo’akan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih sayang serta selalu
memberi semangat kepada penulis.

Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang


bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat
rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Muara Enim, 20 Desember 2023

RATNA ARIANI
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
C. Ruang Lingkup................................................................................................3
D. Manfaat............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Mastitis ............................................................................................4
B. Etiologi................................................................................................................6
C. Patofisiologi ........................................................................................................7
D. Epidemiologi.......................................................................................................8
E. Penatalaksanaan..............................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Laporan Kasus dengan Metode SOAP.............................................................13
B. Laporan Kasus dengan Metode Pathway.........................................................21
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………………......................................23
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................24
B. Saran...................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mastitis peradangan payudara yang sering terjadi pada saat


laktasi ,sehingga terkadang disebut juga mastitis laktasional (Jenifer 2023).
Mastitis laktasi atau mastitis nifas biasanya disebabkan oleh
pembengkakkan saluran susu yang berkepanjangan dengan infeksi dari
masukkan bakteri melalui kerusakan pada kulit.(IGM Melodie M 2023)
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus
infeksi pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik
terus meningkat, dimana 12% kasus diantaranya merupakan infeksi
payudara yang disebabkan oleh mastitis pada wanita post partum.
Indonesia sebagai negara berkembang di dunia dengan presentasi kasus
mastitis mencapai 10% pada ibu post partum (WHO, 2022) Berdasarkan
laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2022 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami payudara
bengkak dan mastitis, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena
perawatan payudara yang tidak benar. Pengetahuan tentang perawatan
payudara sangat penting untuk diketahui pada masa nifas, ini berguna
untuk menghindari masalah dalam proses menyusui. Masalah dan
gangguan pada payudara pada waktu menyusui akan mengganggu
produksi ASI (Depkes RI, 2014).
Pada masa nifas bendungan ASI dapat menjadi awal terjadinya
mastitis. Bendungan ASI disebabkan karena pengosongan payudara yang
tidak sempurna, karena teknik menyusui yang tidak benar, pemakaian
bra yang terlalu ketat, dan pengisapan bayi yang kurang kuat. Mastitis
dapat terjadi akibat kuman, dimana kuman penyebab tersering mastitis
yaitu bakteri Staphylococcus aureus (Prawirohardjo, 2013).
Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia.
Bakteri ini biasanya terdapat di hidung pada 20-50% manusia, dan sering
ditemukan pada pakaian dan juga pada barang lain yang terkontaminasi
pada lingkungan manusia.
Pengetahuan ibu tentang proses menyusui yang kurang dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam posisi menyusui yang berakibat
terjadinya lecet pada putting susu ibu. Selain itu juga menyebabkan proses
pelepasan dan pengeluaran ASI yang kurang maksimal sehingga
menyebabkan bendungan payudara. Mastitis merupakan salah satu
penyebab penyapihan dini pada bayi karena alasan rasa sakit dan
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu menyusui. Kurangnya
pemberian informasi tentang proses menyusui dianggap sebagai salah
satu penyebab rendahnya pengetahuan ibu tentang menyusui sehingga
menyebabkan mastitis. (Pilar Mediano,2014)
.Mortalitas pada mastitis tidak secara langsung menyebabkan kematian.
Namun jika tidak diobati dengan tepat dapat berkomplikasi menjadi abses
payudara . Morbiditas berupa infeksin kronis, nyeri, dan terbentuknya jaringan
parut dapat terjadi akibat abses payudara. Selain itu mastitis peningkatan resiko
terjadinya kanker merupakan penyebab no 2 kematian terkai kanker di dunia (Livia
S 2023-2 )

Berdasakan latar belakang tersebut, sehingga penulis ingin mengetahui


“Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. “N” Dengan Mastitis Di
Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Tahun 2023

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
mastitis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif,
membuat analisa dan diagnosa, membuat perencanaan, melakukan intervensi
dan evaluasi serta melakukan pendokumentasian pada pasien nifas dengan
mastitis.

C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi data yang
obyektif tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pencegahan
Mastitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mastitis
Mastitis peradangan payudara yang sering terjadi pada saat
laktasi ,sehingga terkadang disebut juga mastitis laktasional (Jenifer 2023).
Mastitis laktasi atau mastitis nifas biasanya disebabkan oleh
pembengkakkan saluran susu yang berkepanjangan dengan infeksi dari
masukkan bakteri melalui kerusakan pada kulit.Pasien dapat mengalami
eritema,nyeri dan pembengkakkan pada area focus serta gejala sistemik
yang terkait, terutama demam.Hal ini paling sering terjadi pada 6
minggupertama menyusui,namun dapat kapan saja terjadi kapan saja
menyusui, dan sebagian besar kasus menurun setelah 3 bulan( Melodie M ,
IGM 2023)
Mastitis perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan luka
sehingga terjadi mastitis infeksi.
Mastitis adalah masalah umum yang signifikan pada ibu menyusui
yang dapat berkontribusi pada penyapihan menjadi masalah yang paling
banyak dilaporkan(Rsud, Margono, & Purwokerto, n.d.). Pada mastitis
terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu, mastitis biasanya dapat
menurunkan produksi ASI sehingga ibu akan berhenti menyusui.
Kemudian, mastitis juga berpotensi menyebabkan beberapa penyakit
(Nurhafni, 2018).
Ada dua jenis mastitis yaitu, mastitis non infeksi dan mastitis infeksi.
Mastitis non infeksi yang biasanya disebabkan oleh stasis susu (susu
diproduksi, tetapi tetap di payudara). Ibu yang mengalami mastitis non
infeksi biasanya merasakan payudara terasa nyeri, bengkak dan
ketidaknyaman (Chiu et al., 2010) . Stasis susu mungkin memiliki sebab-
sebab antara lain : Bayi tidak menempelkan payudara secara efektif saat
menyusui. Bayi mengalami kesulitan mengisap ASI dari payudara. Bayi jarang
mendapat ASI. Saluran susu dapat tersumbat karena tekanan pada
payudara seperti pakaian ketat. Apapun yang menghentikan ASI tidak
diekspresikan dengan benar biasanya akan menghasilkan stasis susu,
yang sering menyebabkan penyumbatan saluran susu jika dibiarkan akan
timbul luka sehingga mangakibatkan infeksi, sedangkan mastitis infeksi
disebabkan oleh bakteri yang umumnya tidak berkembang dalam saluran
susu. tetapi, jika saluran susu berhenti kemungkinan infeksi akan tumbuh
tumbuh. Para ahli percaya bahwa bakteri yang ada di permukaan kulit
payudara masuk ke payudara melalui retakan kecil atau pecah di kulit.
Mereka juga menyarankan bahwa bakteri di mulut bayi bisa masuk ke
payudara ibu saat menyusui (Walker, 2009).

B. Etiologi
Mastitis dapat terjadi sebagai akibat dari faktor ibu maupun faktor bayi.
Penyebab mastitis pada ibu meliputi praktik menyusui yang buruk seperti
kesalahan dalam posisi menyusu karena kurangnya pengetahuan atau
pendidikan tentang menyusui, saluran yang tersumbat, puting pecah atau
sistem kekebalan tubuh ibu yang terganggu, yang dapat menyebabkan
mastitis melalui mekanisme sistemik yang meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi atau mengurangi suplai susu sebagai respons terhadap
nutrisi yang buruk, stres dan kelelahan ibu. Mastitis dapat diperburuk oleh
kesehatan bayi yang buruk. Beberapa penyebab mastitis, termasuk drainase
payudara yang tidak memadai, perubahan frekuensi menyusui dan
pemberian makanan campuran
Ada beberapa penyebab terjadinya mastitis antara lain sebagai berikut:
1. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting
payudara saat menyusui.
2. Infeksi bakteri staphylococcus auereus yang masuk melalui celah atau
retakan putting payudara.
3. Saluran ASI tersumbat tidaksegera diatasi sehingga menjadi mastitis.
4. Puting pada payudara retak/lecet. Hal ini dapat terjadi akibat posisi
menyusui yang tidak benar. Akibatnya puting robek dan retak. Bakteri
menjadi lebih mudah untuk memasuki payudara. Bakteri akan
berkembang biak di dalam payudara dan hal inilah yang menyebabkan
infeksi.
5. Payudara tersentuh oleh kulit yang memang mengandung bakteri atau
dari mulut bayi. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam payudara melalui
lubang saluran susu.

C. Patofisiologi
Pada umumnya porte de entry menyebabkan puting menjadi luka dan
lecet, kemudian bakteri menjalar pada duktus-duktus yang berkembang biak
sehingga terjadi pus. Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan
di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera
dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan
mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan,
sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen
(terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke
dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons
imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan
memudahkan terjadinya infeksi (Novyaningtias, 2016).
Mastitis laktasi terjadi karena drainase susu yang tidak memadai dan masuk
bakteri, scenario umum yang menyebabkan drainase ASI buruk adalah
jarangnya pemberian ASI,kelebihan pasukan ASI, penyapihan yang cepat,
penyakit pada ibu atau anak dan saluran tersembat.ASI yang tidak terkuras
dengan baik menyebabkan infeksi. Bakteri biasanya masuk dari mulut bayi
atau kulit ibu kemungkinan masuk kedalam ASI melalui celah di putting susu.
( Melodie M , IGM 2023).

D. Epidemiologi
Insiden mastitis puerperalis sangat bervariasi. menurut penelitian, mastitis
tampaknya mempengaruhi sekitar sepuluh persen dari semua ibu yang menyusui.
Namun, hasil studi telah bervariasi secara signifikan, beberapa menunjukkan hanya tiga
persen sementara yang lain mengatakan tiga puluh tiga persen wanita terpengaruh.
Hal ini paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga postpartum dengan
sebagian besar laporan yang menunjukkan bahwa tujuh puluh empat persen
hingga sembilan puluh lima persen kasus terjadi pada 12 minggu pertama. Namun,
dapat terjadi pada setiap tahap laktasi.Mortalitas pada mastitis tidak secara
langsung menyebabkan kematian. Namun jika tidak diobati dengan tepat dapat
berkomplikasi menjadi abses payudara . Morbiditas berupa infeksin kronis, nyeri,
dan terbentuknya jaringan parut dapat terjadi akibat abses payudara. Selain itu
mastitis peningkatan resiko terjadinya kanker merupakan penyebab no 2 kematian
terkai kanker di dunia. (Livia S 2023-2 )

E. Penatalaksanaan
Dilakukan penatalaksanaan mastitis dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi
lanjut. Penatalaksanaan bisa berupa medis dan non-medis, dimana medis melibatkan
obat antibiotik dan analgesik sedangkan non-medis berupa tindakan suportif.
1. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik diberikan jika dalam 12-24 jam tidak ada perubahan
atautidak ada perubahan, antibiotik yamg diberikan berupa penicillin resistan-
penisilinase . Jika ibu alegi terhadap penisilinase dapat diberikan Eritromisin.
Terapi yang paling umum adalah adalah Dikloksasilin. Berikut antibiotik
yang efektif terhadap infeksi Staphylococcus aureus.
Tabel 2.1 Dosis Antibiotik
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
Sumber: (IDAI, 2011)

Pemberian antibiotik dikonsulkan oleh dokter supaya mendapat


antibiotik yang tepat dan aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila
badan terasa panas sebaiknya diberikan obat penurun panas. Namun
jika infeksi tidak hilang maka dilakukan kultur asi
Selanjutnya pemberian Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasa nyeri menjadi penghambat hormon oksitosin yang berperan
dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik yang diberikan berupa
ibuprofen dengan dosis 1,6gram per hari karena lebih efektif dalam
menurunkan peradangan dibandingkan dengan paracetamol dan
asetaminofen. Sehingga direkomendasikan pada ibu menyusui yang
mengalami mastitis (Novyaningtias, 2016). Selain analgesik, untuk
mengatasi nyeri dan payudara terasa keras bisa diberikan kompres
kentang.
2. Penatalaksanaan non-medis
Penatalaksanaan non-medis dapat dilakukan berupa tindakan
suportif untuk mencegah mastitis semakin buruk. Tindakan suportif yang
diberikan yaitu guna untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan
(Novyaningtias, 2016) meliputi: Sebelum menyusui sebaiknya ASI
dikeluarkan sedikit lalu oleskan pada daerah payudara dan puting. Cara ini
bertujuan untuk menjada kelembapan puting susu Kemudian bayi
diletakkan menghadap payudara ibu.
Posisi ibu bisa duduk atau berbaring dengan santai, bila bu memilih
posisi duduk sebaiknya menggunakan kursi yang lebih rendah supaya kaki
ibu tidak menggantung dan punggung ibu bisa bersandar. Selanjutnya
bayi dipegang pada belakang bahu dengan menggunakan satu lengan,
dengan posisi kepala bayi terletak di lengkung siku ibu (kepala bayi tidak
boleh menengadah dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan).
Tangan bayi diletakan dibelakan badan ibu dan tangan satu didepan,
perut bayu ditempelkan pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya menengokkan kepala bayi). Payudara dipegang
dengan jari jempol diatas dan jari lainnya menopang payudara, seperti
huruf C (Reinata, 2016).

Gambar 2.1 Bayi Mencari Puting Susu Ibu


Bayi diberi rangsangan supaya bayi ingin membuka mulut atau
disebut dengan rooting reflex yaitu menyentuhkan pipi bayi pada puting
susu atau menyuntuhkan sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut,
kepala bayi didekatkan pada payudara dan puting dimasukan pada mulut
bayi. Usahakan areola payudara masuk ke mulut bayi sehingga lidah bayi
akan menekan ASI. Posisi yang salah apabila bayi hanya menghisap
bagian puting ibu saja. Hal ini akan mengakibatkan ASI tidak keluar
secara adekuat (Monika, 2015).
Selain pengosongan payudara penatalaksanaan lainya berupa
pemberian kompre hangat dengan menggunakan shower hangat atau
lap yang sudah dibasahi air hangat. Penilitian Eman Mohammed Abd
Elhakam and Somaya Ouda Abd Elmoniem dalam jurnalnya untuk
mengatasi mastitis dapat diberikan kompres kentang dengan
menggunakan irisan kentang yang suda direndam pada air kemudian
menempelkan atau mengkompreskan pada payudara (Rizal F,2022)
Mengubah posisi menyusui (posisi tidur, duduk atau posisi
memegang bola (foot ball position). Memakai baju atau bra yang longgar
dapat mengurangi penekanan berlebihan pada payudara. Bra yang ketat
dapat menyebabkan segmental enggorgement jika tidak disusui dengan
adekut (Murniati, 2018).
Selanjutnya mengedukasi ibu atau memberi pengetahuan tentang
dan pencegahan dan penanganan mastitis. Sehingga ibu bisa
mewaspadai sebelum terjadi mastitis.Dengan cara tersebut biasanya
mastitis akan menghilang setelah 48 jam. Tetapi jika dengan cara-cara
tersebut tidak ada perubahan, maka akan diberikan antibiotika 5-10 hari
dan analgesik.

F. Kewenangan Bidan Dalam Masa Nifas


Kewenangan bidan diatur dalam Kepmenkes 320 Tahun 2020 Tentang Standar
Profesi Bidan, yakni :

1. Perubahan fisik dan psikologis pada ibu nifas

2. Masa laktasi

3. Asuhan kebidanan pada masa nifas

4. Deteksi dini, komplikasi dan penyulit masa nifas

5. Tatalaksana kegawatdaruratan pada masa nifas dan


rujukan
Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan adalah setiap kegiatan
dan/atau srangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu selama masa nifas dan
pelayanan yang mendukung bayi yang dilahirkannya sampai usia 2 tahun
( PKM 21 tahun 2021) meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan bagi ibu ;
b. Pelayanan kesehtan bagi bayi baru lahir;dan
c. Pelayanan Kesehatan bagi bayi dan anak
Pelayanan Ibu Nifas paling sedikit dilakukan 4 kali meliputi :
 1 kali periode 6 jam sampai 2 hari pasca persalinan
 1 kali pada periode 3 hari sampai dengan 7 hari pasca persalinan
 1 kali pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan
 1 kali pada periode 29 sampai dengan 42 hari pasca persalian
Pelayanan ibu nifas meliputi ;
- Pemeriksaan dan tata laksana menggunakan algoritma tata laksana
terpadu masa nifas
- Indifikasi resiko dan komplikasi
- Penanganan resiko dan komplikasi
- Konseling
- Pencatatan pada buku Kesehatan ibu dan anak,kohort ibu dan kartu
ibu/rekam medis
BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA NY. N

Pasien datang ke Puskesmas Tj Agung tanggal 20 Desember 2023 pukul 10.00 untuk
melakukan pemeriksaan pasca melahirkan.

1 PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF


I. IDENTITAS
Nama Klien : Ny. N

Umur : 24 th

Asal/Suku : Sumatera

Agama : Islam

Alamat : Desa Tanjung Agung Kp 3

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Nama suami : Tn. I

Pekerjaan suami : Swasta

Pendidikan suami : SMA

II. KELUHAN SAAT INI : Ny. N mengatakan saat ini merasakan demam dan nyeri dan
bengkak payudara, kesulitan menyusui bayinya.

III. RIWAYAT ANTENATAL


 Pemeriksaan kehamilan : di Puskesmas dan di Bidan Lenti
 Kelainan / komplikasi : Tidak ada
 Usia kehamilan : 40 minggu
 Persalinan : P1A0

IV. RIWAYAT OBSTETRI


Lahir tanggal 14 Desember 2023, anak pertama dengan usia kehamilan 40
minggu dilahirkan spontan di Polindes jenis kelamin laki laki BBL 3700 gr PB 48
cm ditolong oleh Bidan .Komplikasi / penyulit saat melahirkan tidak ada.

V. RIWAYAT NIFAS
 Sakit kepala hebat : Tidak ada
 Pandangan kabur : Tidak ada
 Kelelahan atau sesak : Tidak ada
 Demam : 38 C
 Nyeri payudara : Nyeri tekan dan bengkak
 Nyeri perut hebat : Tidak ada
 Bengkak pada tangan, wajah, tungkai : Tidak ada
 Perdarahan berlebihan : Tidak ada

VI. POLA ELIMINASI


 BAB :1x sehari, Konsistensi lunak, kuning kecoklatan
 BAK : 8-10 kali sehari warna kuning jernih
 Mobilisasi aktivitas : ibu sudah dapat beraktivitas

VII. RIWAYAT KESEHATAN


Ibu tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, kencing manis (DM), asma,
IMS/HIV, hepatitis, ginjal, malaria, epilepsi, kejiwaan disangkal , tidak ada
riwayat alergi dan transfusi darah, serta tidak pernah mengalami kecelakaan
VIII. RIWAYAT POLA MAKAN
Ibu makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk pauk, sayuran. Nafsu makan akhir
– akhir ini sedikit menurun, minum 2,5 liter / hari. Ibu tidak merokok, tidak
minum obat-obatan dan alcohol.

2 PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Kesadaran : Composmentis
2. Keadaan Umum : Baik
3. Kondisi Emosional : Stabil
4. BB : 69 kg , TB : 156 cm
5. Pemeriksaan TTV :

TD : 110/90 MmHg

Suhu : 38 ⁰ C

Nadi : 80 x/ menit

Pernafasan : 20 x/ menit

6. Head to too
a. Mata : Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
b. Mulut : Caries Dentis tidak ada, bibir tidak pucat dan tidak
kering
c. Leher : kelenjar getah bening : tidak teraba pembengkakan
Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan
d. Dada : Terlihat tegang dan bengkak
e. Payudara : ASI sudah keluar, dan membendung
f. Abdomen :
TFU : Pertengahan pusar dan symphysis

7. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi lengkap : Hb 11,7gr % , lain- lain dalam batas normal

Golongan darah : B/+

urin lengkap : hasil normal

3 ASSESMENT :
Ny. N usia 24 tahun P1A0 post partum hari ke 6 dengan mastitis

4 PENATALAKSANAAN

1. Menjelasakan kepada Ibu hasil pemeriksaan

Evaluasi : Pasien mengerti penjelasan bidan

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa yang dialaminya saat ini adalah mastitis yaitu
peradangan pada payudara dikarenakan ada bakteri ataupun karena bendungan ASI
yang tidak tertangani, perlekatan menyusui yang belum benar dan kebersihan
payudara.

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan

3. Menganjurkan ibu untuk kompres hangat dan kompres dingin bergantian, serta
melakukan pengosongan payudara, dengan menyusui langsung maupun dengan
bantuan pompa

Evaluasi : Ibu menerima saran bidan

4. Memberikan ibu paracetamol 500 mg diminum 3x1 untuk menurunkan demam dan
mengurangi nyeri,obat di hentikan minum jika nyeri sudah mereda

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan

5. Memberikan ibu antibiotic amoxcicilin 500 mg 3x1 untuk peradangannya , dan obat
harus dihabiskan

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan

6. Menganjurkan ibu untuk melakuan breast care jika demam sudah turun, diawali
dengan kompres terlebih dahulu, lalu melakukan pijitan ringan pada payudara

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan

7. Mengajurkan ibu untuk memperbaiki perlekatan menyusu dan mengajurkan


menyusui per 2-3 jam sekali

Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan

8. Mengajurkan ibu untuk istirahat cukup, dan meminta bantuan suami dan keluarga
dalam proses menyusuinya

Evaluasi : ibu menerima saran bidan

9. Mengajurkan ibu untuk melakukan kunjungan Kembali pada 14 hari pasca


melahirkan atau jika ada keluhan bisa datang sebelum tanggal control tersebut

Evaluasi : Ibu menerima saran bidan

10. Melakukan pendokumentasian

Evaluasi : Pendokumentasian telah dilakukan


DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan

Tanggal : 20 Desember 2023 jam 10. 00 WIB

Tempat Praktik : PUSKESMAS TANJUNG AGUNG

Nama : Ratna ariani

Program Studi : Profesi Bidan

Pathway Kasus Kebidanan

Nama : Ny. N
Usia : 24 tahun
P1A0 post partum hari ke 6 dengan mastitis

Tanda / Gejala / Keluhan Patofisiologi sesuai gejala : Tanda / gejala / keluhan yang
secara Teori: dialami pasien :
Pada masa nifas bendungan ASI
Mastitis peradangan payudara Data Subjektif
dapat menjadi awal terjadinya
yang sering terjadi
tttttt pada saat mastitis. Bendungan ASI Ny. N mengatakan saat ini merasakan
laktasi ,sehingga terkadang disebabkan karena pengosongan demam dan nyeri, bengkak payudara,
disebut juga mastitis laktasional kesulitan menyusui bayinya
payudara yang tidak sempurna,
(Jenifer 2023). Mastitis laktasi Data objektif
karena teknik menyusui yang
Riwayat obstetri
atau mastitis nifas biasanya tidak benar, pemakaian bra yang
Melahirkan tanggal 14 Desember 2023 (post
disebabkan oleh pembengkakkan terlalu ketat, dan pengisapan bayi partum h 6,)menyusui bayinya
saluran susu yang berkepanjangan yang kurang kuat. Mastitis dapat
Dada : Terlihat tegang dan bengkak
dengan infeksi dari masukkan terjadi akibat kuman, dimana
bakteri melalui kerusakan pada Payudara:ASIsudahkeluar,dan membendung
Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
1. Menjelasakan kepada Ibu hasil pemeriksaan 1. Dengan menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan ibu
mengerti dengan keadaan seperti ini
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa yang dialaminya 2. Dengan menjelaskan kepada ibu bahwa mastitis adalah
saat ini adalah mastitis peradangan pada payudara dikarenakan ada bakteri
ataupun karena bendungan ASI yang tidak tertangani,
3. Menganjurkan ibu untuk kompres hangat dan perlekatan menyusui yang belum benar dan kebersihan
kompres dingin bergantian, serta melakukan payudara ibu mngerti apa itu mastitisyang sedang
dialaminya(Melodie M,IGM 2023)
pengosongan payudara, dengan menyusui langsung 3. Dengan ibu melakukan kompres air hangat,kompres dingin
maupun dengan bantuan pompa bergantian,melakukan pengosongan payudara dengan
menyususi langsung maupun dengan bantuan pompa ASI
4. Memberikan ibu paracetamol 500 mg diminum 3x1 dapat mengurangi bendungan ASI (Rizal F,2022}
untuk menurunkan demam dan mengurangi 4. Parasetamol merupakan obat analgesik dan antipiretik yg
bisa mengurangi rasa nyeri serta demam diberikan kepada
nyeri,obat di hentikan minum jika nyeri sudah
ibu dapat mengurangi keluhan demam dan rasa nyeri
mereda payudara pada ibu(Rizal F 2022)
5. Setelah berkolaborasi dengan dokter ibu diberikan
5. Memberikan ibu antibiotic amoxcicilin 500 mg 3x1
antibiotic amoxcicilin untuk mengatasi berbagai penyakit
untuk peradangannya , dan obat harus dihabiskan akibat infeksi
sesuai anjuran dokter 6. Dengan melakukan breast care setelah demam sudah
turun dapat meningkatkan produk ASI,memelihara
6. Menganjurkan ibu untuk melakuan breast care jika kebersihan payudara agar terhidar dari infeksi serta
demam sudah turun, diawali dengan kompres mencegah terjadinya pembengkakkan payudara( Yumafita
2019 )
terlebih dahulu, lalu melakukan pijitan ringan pada 7. Dengan menyarankan membetulkan perlekatan
menyususi dapat meningkatkan produk ASI,memelihara
payudara
kebersihan payudara agar terhidar dari infeksi serta
7. Mengajurkan ibu untuk memperbaiki perlekatan mencegah terjadinya pembengkakkan payudara( Yumafita
2019 )
menyusu dan mengajurkan menyusui per 2-3 jam
8. menganjurkan ibu untuk cukup istirshat dan makanan
sekali yang bernutris yaitu dengan idiet ETPT( Energi Tinggi
Protein Tinggi) guna mengurangi kerusakkan jarngan
8. Mengajurkan ibu untuk istirahat cukup, dan tubuh(Wiwin Efrizal 2021)
meminta bantuan suami dan keluarga dalam proses 9. Dengan melakukan kunjungan ulang Kembali pada 14 hari
menyusuinya dan menjaga nutrisi ibu terpenuhi atau bila ada keluhan dapat melihat perkembangan
Kesehatan ibu danbayi secara fisik maupun mental, dapat
dengan makanan yg bergizidg diet ETPT
mengobati atau merujuk jika ada komplikasi pada ibu
ataupun bayi( KEMENKES RI 2019)
9. Mengajurkan ibu untuk melakukan kunjungan

Kembali pada 14 hari pasca melahirkan atau jika 10.Dengan melakukan pendokumentasian berguna untuk
sebagaininformasi tentang status Kesehatan ibu dan anak
ada keluhan bisa datang sebelum tanggal control pada semua kegiatan asuhan kebidanan kebidanan dan
tersebut untuk pencatatan pelaporan bidan.
Evaluasi asuhan yang diberikan :

1. Ibu akan menjalankan semua anjuran yang


diberikan dan akan mengkonsumsi obat
yangdiberikan ole bidan secara teratur.
2. Ibu bersedia untuk kontrol sesuai anjuran
bidan

A. Refleksi Kasus
1.Ringkasan Kasus

Dari data subyektif Ny. “N” usia 24 tahun P1A0 datang ke Puskesmas
Tanjung Agung pada tanggal 20 Desember 2023. Datang untuk melakukan
pemeriksaan pasca melahirkan dengan keluhan Ny. N mengatakan saat ini
merasakan demam dan nyeri dan bengkak payudara, kesulitan menyusui bayinya.
Dari data obyektif hasil pemeriksaan, yaitu: KU Baik, Kes CM, 69,BB : 69
kg,TB : 156 , 110/90 mmHg, Suhu: 38°C, Nadi: 80 x/menit, Respirasi : 20 x/menit,
BB 66 kg, TB 155 cm, . Riwayaat obsteri ibu melahirkan tanggal 14 Desember
2023, anak pertama dengan usia kehamilan 40 minggu dilahirkan spontan di
polindes jenis kelamin laki laki BBL 3700 gr PB 48 cm ditolong oleh Bidan
.Komplikasi / penyulit saat melahirkan tidak ada, Nyeri payudara : nyeri tekan
dan bengkak, dada : terlihat tegang dan bengkak, payudara :ASIsudah
keluar,dan membendung, Pemeriksaan laboratorium : Hb : 11,7 gr%
dan lain-lain dalam batas normal.
2.Masalah yang Dikaji
N.”N” usia 24 tahun PI AO post partum hari ke 6 dengan Mastitis
3.Analisa Kasus
Berdasarkan keluhan Ny.N sudah melahirkan anak pertama 6 hari yang lalu
menyususi bayinya mengeluh demam dan nyeri dan bengkak pada payudara,
kesulitan menyususi bayinya merupakan keluhan dari pada ibu nifas dengan
Mastitis .
Menurut (Jenifer 2023)Mastitis peradangan payudara yang sering terjadi
pada saat laktasi ,sehingga terkadang disebut juga mastitis laktasional. Mastitis
laktasi atau mastitis nifas biasanya disebabkan oleh pembengkakkan saluran susu
yang berkepanjangan dengan infeksi dari masukkan bakteri melalui kerusakan
pada kulit .( Melodie M , IGM 2023)
Pada masa nifas bendungan ASI dapat menjadi awal terjadinya mastitis.
Bendungan ASI disebabkan karena pengosongan payudara yang tidak
sempurna, karena teknik menyusui yang tidak benar, pemakaian bra yang
terlalu ketat, dan pengisapan bayi yang kurang kuat. Mastitis dapat terjadi
akibat kuman, dimana kuman penyebab tersering mastitis yaitu bakteri
Staphylococcus aureus (Prawirohardjo, 2013).
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah menjelasakan kepada Ibu hasil
pemeriksaan dengan menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan ibu mengerti
dengan keadaan seperti ini ,menjelaskan kepada ibu bahwa yang dialaminya saat
ini demam karena mastitis, yaitu murupakan peradangan pada payudara
dikarenakan ada bakteri ataupun karena bendungan ASI yang tidak tertangani,
perlekatan menyusui yang belum benar dan kebersihan payudara(Melodie
M,IGM 2023), ibu mngerti apa itu mastitis yang sedang dialaminya ,
menganjurkan ibu untuk kompres hangat dan kompres dingin bergantian, serta
melakukan pengosongan payudara, dengan menyusui langsung maupun dengan
bantuan pompa dengan ibu melakukan kompres air hangat,kompres dingin
bergantian,melakukan pengosongan payudara dengan menyususi langsung
maupun dengan bantuan pompa ASI dapat mengurangi bendungan ASI,
mengurangi rasa nyeri,dan bengkak payudara(Rizal F,2022) , memberikan ibu
paracetamol 500 mg diminum 3x1 untuk menurunkan demam dan mengurangi
nyeri,obat di hentikan minum jika nyeri sudah mereda, memberikan ibu antibiotic
amoxcicilin 500 mg 3x1 untuk peradangannya , dan obat harus dihabiskan sesuai
anjuran dokter dapat mengurangi keluhan demam dan rasa nyeri payudara dan
untuk mengatasi berbagai penyakit akibat infeksi (Rizal F 2022) , menganjurkan
ibu untuk melakuan breast care jika demam sudah turun, diawali dengan
kompres terlebih dahulu, lalu melakukan pijitan ringan pada payudara dan
mengajurkan ibu untuk memperbaiki perlekatan menyusu dan mengajurkan
menyusui per 2-3 jam sekali dapat meningkatkan produk ASI,memelihara
kebersihan payudara agar terhidar dari infeksi serta mencegah terjadinya
pembengkakkan payudara( Yumafita 2019 ) , mengajurkan ibu untuk istirahat
cukup, dan meminta bantuan suami dan keluarga dalam proses menyusuinya dan
menjaga nutrisi ibu terpenuhi dengan makanan yg bergizi dg diet ETPT ( Energi
Tinggi Protein Tinggi) guna mengurangi kerusakkan jaringan tubuh(Wiwin Efrizal
2021) , mengajurkan ibu untuk melakukan kunjungan kembali pada 14 hari pasca
melahirkan atau jika ada keluhan bisa datang sebelum tanggal control tersebut
dapat melihat perkembangan Kesehatan ibu dan bayi secara fisik maupun mental,
dapat mengobati atau merujuk jika ada komplikasi pada ibu ataupun
bayi( KEMENKES RI 2019), melakukan pendokumentasian berguna sebagai
informasi tentang status kesehatan ibu dan anak pada semua kegiatan asuhan
kebidanan dan untuk pencatatan pelaporan bidan.
Berdasarkan hal tersebut tidak adak kesenjangan antara teori dengan praktik pada Ny.
“N” dan setelah dilakukan asuhan didapat evalauasi yaitu Ibu akan menjalankan semua
anjuran yang diberikan dan akan Ibu mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan
secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, Ibu bersedia untuk kontrol sesuai anjuran
bidan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny. N dating ke Puskesmas Tanjung Agung ingin melakukan pemeriksaan pasca


melahirkan, Ny. N mengatakan melahirkan ke bidan desa 6 hari yang lalu, Ny. N
mengatakan saat ini merasa menggigil dan nyeri serta bengkak di bagian payudara.
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil pemeriksaan TD 110/90mmHg, N:
80x/m R : 20x/m S : 38C, Inspeksi : Payudara Bengkak, Palpasi, keras dan ada nyeri.
Abdomen : palpasi : TFU = pertengahan symphysis dan pusar, kontrkasi baik , Genetalia,
Inspeksi = terlihat jahitan luka perineum, tidak ada pembengkakan, tidak ada inspeksi,
lokia rubra, Nyeri payudara :nyeri tekan dan bengkak, dada : terlihat tegang dan
bengkak, payudara :ASIsudah keluar,dan membendung, Pemeriksaan
laboratorium : Hb : 11,7 gr%.
Setalah dilakukan pemeriksaan Ny. N belajar untuk menyusui langsung dengan
bayi, untuk belajar perlekatan yang benar serta melakukan kompres hangat dan
pemijatan di area yang bengkak dan nyeri. Ny. N belum merasa nyaman dengan
menyusuinya, dan kesakitan dengan bengkakknya. Setalah Ny. N paham posisi
menyusui, focus pada pemijatan dan keluarga Ny. N diajari untuk membantu Ny. N
dirumah.Diet (Energi Tinggi Protein Tinggi ) dan mau untuk kunjungan ulang

Anjuran yang diberikan kepada Ny. N

a. Menyusui dengan perlekatan yang benar dan sesering mungkin, jika bayi tidur
terus bangunkan 2-3 jam sekali
b. Kompres hangat dan duingin bergantian
c. Lakukan pemijatan di area yang sakit
d. Istrihat yang cukup
e. Makan sehat dan beraneka ragam
f. Minum paracetamol untuk anti nyeri dan amocicilin untuk antibiotik
g. Jaga kebersihan diri terutama area payudara
h. Konsululang sesuai anjuran jika ada keluhan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Tidak ada kesenjangan antara teori dengan fakta di lapangan mengenai Mastitis.
Dengan diketahui kondisi Ibu pasca melahirkan dengan mastitis diharapkan dapat
melakukan penanganan dan pencegahan lebih tepat.

2. Saran
Bagi Puskesmas Tanjung Agung di harapan dapat memonitor kondisi pasien
dengan kebutuhan khusus seperti mastitis ini agar dapat membantu ibu dalam
kondisi nifas yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

A.Rizky Amaliah,Suarni,Sriwulan Ndari 2023-4 JURNAL LIFE BIRTH p-ISSN: Effects Of


Breastfeeding Techniques On Sore Nipples In Postpartum Mothers At Siti Fatimah
Hospital Makassar

Jesse Casaubaon 2023 FSSO.


Mastitis dan Abses Payudara BMJ Best Praktice

Jenifer , Livia 2023 Epidemiologi Mastitis di Artikel Alomedika

KEMENKES RI 2019
Melodie M Blackmon Hao Nguyen, Pinaki Mukherji 2023
National Library of Medical (IGM)

Nova Linda Rambe,Meli Savira 2022


Asuhan Kebidanan Dalam Masa Nifas dengan Mastitis Jurnal Ilmiah Kebidanan

Prawirohardjo,Sarwono dkk 2013


Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)


pada tahun 2022 Pravalansi Ibu Menyusui di Indonesia

W. Efrizal 2021 Jurnal Gizi Dan Kesehatan.

Asuhan Gizi pada Ibu dengan Mastitis.


World Health Organization (WHO). (2022). It’s time to stop infant formula
marketing practices that endanger our children.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai