Anda di halaman 1dari 117

LAPORAN KASUS CONTINUITY OF

MIDWIFERY CARE

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S W N


DI PUSKESMAS KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA
UTARA
TAHUN 2023

Disusun oleh :

IMARA ARIWIDYA PUTRI


P3.73.24.1.20.012

JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
LAPORAN KASUS CONTINUITY OF MIDWIFERY CARE

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S W N


DENGAN PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS
KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
TAHUN 2023

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Praktik Integrasi Asuhan Kebidanan Sepanjang
Siklus Kehidupan Perempuan

Disusun oleh :

IMARA ARIWIDYA PUTRI

P3.73.24.1.20.012

JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS CONTINUITY OF MIDWIFERY CARE

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. SWN

DI PUSKESMAS KECAMATAN

PENJARINGAN JAKARTA UTARA

2023

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing


Untuk dipertahankan dihadapan penguji

PEMBIMBING

Sri Mulyati S. Pd., M. Kes

NIP. 196511111990012001

3
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS CONTINUITY OF MIDWIFERY CARE
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S W N
DI PUSKESMAS KECAMATAN PENJARINGAN
JAKARTA UTARA
TAHUN 2023

Laporan kasus ini telah di ujikan dan dipertahankan pada sidang


studi kasus komprehensif pada tanggal 14 Juni 2023

PENGUJI I PEMBIMBING

Bdn. Winancy, SST, M.Keb Sri Mulyati, SPd, M.Kes


NIP. 198107022007102014 NIP. 196511111990012001

Mengesahkan,
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Program Pendidikan Profesi Bidan
Ketua

Bdn. Shentya Fitriana, SST, M.Keb


NIP. 19790826 200212 2 001

4
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
PROGRAM PENDIDIKAN
PROFESI BIDAN

Nama penulis : Imara Ariwidya Putri


Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Ny. SWN di Puskesmas Kecamatan
Penjaringan tahun 2023
Jumlah BAB & Halaman : V BAB & 93 Halaman
GAMBARAN KASUS
Kasus ini diambil di puskesmas kecamatan Penjaringan Jakarta utara yang
dilakukan sejak tanggal 03 April 2023. Ny. S W N G3P2A0 umur 26 tahun,
HPHT 23 Juni 2022, taksiran persalinan 2 April 2023. Ny. S W N mulai
memeriksakan kehamilannya pada usia kehamilan 17 minggu di Puskesmas
Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Penulis melakukan Asuhan Kehamilan
(ANC) sebanyak 1 kali yang dimulai pada usia kehamilan 40 minggu. Masa
kehamilan Ny.S W N berjalan dengan baik. Pada tanggal 05 April pukul 00.05
WIB, Ny. S W N datang ke Puskesmas dengan keluhan perut terasa mulas
sejak pukul 16.00 WIB. Hasil pemeriksaan G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu
kala I fase aktif. Pada tanggal 05 April 2023 pukul 01.05 WIB, ibu mengatakan
ada rasa ingin meneran seperti BAB dan mulas yang semakin sering. Hasil
pemeriksaan Ny. S W N G3P2A0 hamil 40 minggu partus kala II dengan
persalinan pervaginam, keadaan ibu dan janin baik. Pukul 02.00 WIB, bayi
lahir spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, jenis
kelamin Laki-laki, anus (+), cacat (-). Pukul 02.05 WIB, Ny. S W N partus
kala III. Keadaan ibu baik. Pukul 02.10 WIB, plasenta lahir spontan lengkap,
selaput ketuban utuh, panjang tali pusat ±50 cm, diameter ±20 cm, tebal ±3cm.
Tidak Terdapat laserasi pada perineum, Jumlah perdarahan pada kala III ±200
ml. Pada pukul 02.15 WIB, Ny. S W N P3A0 partus kala IV. Kontraksi uterus
baik, perdarahan normal. Asuhan bayi baru lahir usia 1 jam, keadaan bayi baik,
berat badan 3500 gram, Panjang badan 50 cm, BAB (-), BAK (+), Bayi telah

5
disuntikkan vitamin K 1 mg/IM di paha bagian luar sebelah kiri dan sudah
diolesi salep Erythromycin pada kedua matanya. Pada tanggal 05 April 2023
pukul 09.00 WIB, Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 jam,
keadaan bayi baik, tali pusat tidak ada perdarahan. Tanggal 11 April 2023 jam
10.00 WIB, neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari ,
keadaan bayi baik, tali pusat sudah puput. Pada tanggal 05 April 2023 pukul
08.00 Ny. SWN Nifas 6 jam, keadaan ibu baik dengan tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,6ºC, tanggal 11 April
2023 pukul 10.00 Ny. SWN Nifas 6 hari, keadaan ibu baik dengan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 84 x/m, suhu 36,6ºC dan 16 April 2023 pukul 10.30
WIB Ny.S W N nifas 11 hari, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/m,
pernapasan 20 x/m, suhu 36,5ºC. Ny.SWN sudah melakukan kunjungan nifas 3
kali.

6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. S W N di Kecamatan
Penjaringan” yang diajukan guna memenuhi salah satu mata kuliah
Praktik Integrasi Asuhan Kebidanan Sepanjang Siklus Kehidupan
Perempuan.
Dalam menyelesaikan laporan ini banyak pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan kepada penulis,
untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat:

1. Yupi Supartini, S.Kp., MSc selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Jakarata III
2. Erika Yulita Ichwan, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Shentya Fitriana, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Program Sarjana Poltekkes Kemenkes
Jakarta III.
4. Puskesmas Kecamatan Penjaringan dan kakak bidan pada
puskesmas tersebut atas segala kesempatan dan bimbingan
selama penulis mencari pasien untuk laporan kasus
komprehensif serta melakukan asuhan kebidanan di lahan
praktik.
5. Ibu Sri Mulyati selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, memberikan
dukungan, serta memberikan saran dan masukan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
komprehensif ini hingga akhir dengan tepat waktu.
6. Ny. S W N dan keluarga yang telah bersedia menjadi pasien dari

1
penulis, terima kasih ibu bapak dan adik karena telah mengizinkan
penulis untuk berada di tengah-tengah keluarga yang hangat dan
telah mempercayai penulis untuk mendampingi ibu, serta menjadi
tempat bertanya bagi ibu dan tempat berbagi.

7. Kedua orangtua dan adik dari penulis yang telah memberikan do’a,
dukungan, dan semangat kepada penulis di setiap penulis merasa
kesulitan dalam mengerjakan laporan ini.
8. Teman-teman seperjuangan OSTRETICA, khususnya Hanifah Al
Aulawiyah dan Rosa Amelia Sebayang yang telah memberikan
semangat, dukungan, do’a, serta masukan kepada penulis sedari
awal proses perkuliahan hingga sekarang, semoga kita kelak akan
menjadi pribadi yang sukses dan menjadi bidan yang professional.
9. Sahabat dari penulis yaitu Gusmi Adinar Anggian Dana dan
Angelina Rosa Irawan yang telah menghibur dan memberikan
motivasi dalam proses pembuatan laporan ini.
10. Beserta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan
ini.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa Laporan Kasus ini masih jauh


dari kesempurnaan, karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang
ada pada diri penulis. Oleh sebab itu, penulis telah berusaha sebaik
mungkin untuk mengelola data dan menganalisis data yang akan
disusun ke dalam Laporan Kasus ini. Dengan laporan kasus ini,
penulis berharap dapat memberikan pengetahuan kepada pembacanya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang
membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Jakarta, 02 Juni 2023

2
Imara Ariwidya Putri

DAFTAR ISI

GAMBARAN KASUS...........................................................................................5
KATA PENGANTAR............................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................3
1. Tujuan Umum............................................................................................3
2. Tujuan Khusus...........................................................................................3
C. Waktu dan tempat pengambilan kasus............................................................3
BAB II...................................................................................................................44
A. Asuhan Kehamilan (Trimester III)................................................................44
1. Kehamilan...............................................................................................44
2. Adaptasi Perubahan Fisik........................................................................44
3. Adaptasi Perubahan Psikologis...............................................................46
4. Evidance Based.......................................................................................47
5. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan....................................................50
B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) Usia 1 Jam....................................51
1. Persalinan................................................................................................51
2. Evidance Based.......................................................................................57
3. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan........................................................59
C. BBL Usia 1 Jam...............................................................................................62
1. Bayi Baru Lahir.......................................................................................62
2. Evidance Based.......................................................................................62
3. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.......................................................64
D. Bayi....................................................................................................................67
1. Asuhan Neonatus Umur 8-28 hari...........................................................69
2. Evidance Based........................................................................................69
E. Nifas...................................................................................................................70
1. Tahapan Masa Nifas................................................................................70
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas.....................................................................70
3. Tanda Bahaya Nifas................................................................................71

3
4. Asuhan Masa Nifas Berdasarkan Waktu Kunjungan Nifas.......................74
5. Perubahan Psikologis Masa Nifas...........................................................75
6. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas.....................................................76
BAB III..................................................................................................................79
A. Kehamilan.........................................................................................................79
B. Persalinan..........................................................................................................85
C. Bayi Baru Lahir................................................................................................93
D. Masa Nifas......................................................................................................106
BAB IV................................................................................................................114
A. Asuhan Kehamilan.........................................................................................114
B. Asuhan Persalinan..........................................................................................116
C. Asuhan Bayi Baru Lahir...............................................................................119
D. Asuhan Nifas..................................................................................................123
BAB V..................................................................................................................125
A. SIMPULAN....................................................................................................125
B. SARAN...........................................................................................................126
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….128
LAMPIRAN……………………………………………………………………………131

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Indah dkk (2019), Komplikasi pada kehamilan dan


persalinan dapat menyebabkan tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator untuk mencerminkan derajat kesehatan ibu dan anak,
serta cerminan dari status kesehatan suatu negara. (1)

Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program


kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan meningkat setiap
tahun. Pada tahun 2021 menunjukkan 7.389 kematian di Indonesia.
Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2020
sebesar 4.627 kematian. (2)

Sebanyak 80% komplikasi yang menyebabkan kematian ibu


antara lain, pendarahan pasca persalinan, infeksi yang umumnya
terjadi setelah persalinan, tekanan darah tinggi selama kehamilan
(preeklamsia dan eklampsia), dan aborsi yang tidak aman.
Penyebab utama kematian ibu di seluruh Indonesia meliputi
perdarahan pasca persalinan, hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi. (3)

Menurut profil kesehatan Indonesia (2021), sebagian besar


kematian ibu pada tahun 2021 terkait COVID-19 sebanyak 2.982
kasus, perdarahan sebanyak 1.330 kasus, dan hipertensi dalam
kehamilan sebanyak 1.077 kasus.

Keseluruhan masalah selama kehamilan dapat dideteksi dengan


program kunjungan kehamilan (ANC). Hal ini sejalan dengan fakta
bahwa bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan riwayat kunjungan
kehamilan ANC sebanyak 4 kali atau lebih memiliki resiko yang

5
lebih rendah dibandingkan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan
kunjungan ANC kurang dari 4 kali. Menurut hasil Riskesdas 2018,
proporsi pemeriksaan kehamilan (ANC akses) di Indonesia sudah
efektif. (3)

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan neonatal,


peran pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan. Tenaga
kesehatan (bidan) merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
berperan sebagai garda terdepan pelayan kesehatan yang dituntut
memiliki kompetensi profesional dalam menyikapi tuntutan
masyarakat di dalam pelayanan kebidanan. (3)

Model asuhan kebidanan komprehensif bertujuan untuk


meningkatkan asuhan yang berkesinambungan selama periode
tertentu. Asuhan kebidanan komprehensif dimana bidan berperan
sebagai tenaga profesional yang mampu memimpin dalam
perencanaan, organisasi dan pemberian asuhan selama kehamilan,
kelahiran, periode postpartum, termasuk bayi dan program keluarga
berencana, mampu memberikan kontribusi untuk kualitas asuhan
yang lebih baik. Filosofi model continuity of care menekankan
pada kondisi alamiah yaitu membantu perempuan agar mampu
melahirkan dengan intervensi minimal dan pemantauan fisik,
kesehatan psikologis, spiritual dan sosial perempuan dan keluarga.
(4)

Berdasarkan tinjauan diatas, penulis sebagai mahasiswi DIV


Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III akan menerapkan
Asuhan Kebidanan Secara Komprehensif yang mencakup Asuhan
Kehamilan, Persalinan, Nifas, serta penanganan terhadap bayi baru
lahir pada Ny. S W N G3P2A0.

6
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Secara Komprehensif Pada
Ny. S W N Di Puskesmas Kecamatan Penjaringan Jakarta
Utara Tahun 2023
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian Pada Ibu Hamil, Bersalin, Bayi


Baru Lahir Dan Nifas pada Ny. SWN.
b. Menganalisa Masalah, Diagnosa Kebidanan Pada Ibu
Hamil, Bersalin, Bayi Baru Lahir Dan Nifas pada Ny.
SWN.
c. Merumuskan Diagnosa Kebidanan Potensial Pada Ibu
Hamil, Bersalin, Bayi Baru Lahir Dan Nifas pada Ny.
SWN.
d. Merencanakan Tindakan Pada Ibu Hamil, Bersalin,
Bayi Baru Lahir Dan Nifas pada Ny. SWN
e. Melaksanakan Rencana Pada Ibu Hamil, Bersalin, Bayi
Baru Lahir Dan Nifas PAda Ny. SWN
f. Melaksanakan Evaluasi Pada Ibu Hamil, Bersalin, Bayi
Baru Lahir Dan Nifas pada Ny. SWN.
g. Melakukan Pendokumentasian Dengan Metode SOAP
pada Ny. SWN.
C. Waktu dan tempat pengambilan kasus

Pengambilan kasus dilakukan di ruang KIA dan Ruang Bersalin


Puskesmas Kecamatan penjaringan Jakarta Utara dengan
menerapkan Asuhan Kebidanan yang dimulai tanggal :
1. 03 April 2023 : Pemeriksaan Kehamilan Pertama

2. 05 April 2023 : Pertolongan Persalinan

3. 05 April 2023 : Kunjungan Neontatus 6 Jam Dan

7
Kunjungan Nifas 6 Jam

4. 11 April 2023 : Kunjungan Rumah Pertama , Kunjungan


Neonatus 6 Hari Dan Nifas 6 Hari
5. 16 April 2023 : Kunjungan Neonatus 11 Hari Dan
Kunjungan Nifas 11 Hari

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kehamilan (Trimester III)

1. Kehamilan
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi hingga
lahirnya janin. Lama kehamilan ini berlangsung selama 280 hari (40
minggu atau sama dengan sembilan bulan tujuh hari). Kehamilan
merupakan proses yang diawali dengan pertemuan sel ovum dan sel
sperma di dalam uterus tepatnya di tuba fallopi. Setelah itu terjadi proses
konsepsi dan terjadi nidasi, kemudain terjadi implantasi pada dinding
uterus, tepatnya pada lapisan edomentrium yang terjadi pada hari
keenam dan ketujuh setelah konsepsi. (5)
2. Adaptasi Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Hormon Estrogen menyebabkan hiperplasi
jaringan, hormon progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan
uterus.Taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi
fundus:
1) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
2) Kehamilan 8 minggu : telur bebek
3) Kehamilan 12 minggu : telur angsa
4) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
5) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
6) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
7) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
8) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
9) minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

44
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit
ditentukan pada kehamilan trimester I memanjang dan lebih kuat. Pada
kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan korpus, dan pada
kehamilan akhir, di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus.
Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan
perlunakan akibat progesteron (tanda Goodell). Sekresi lendir serviks
meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan. Ismus uteri
mengalami hipertropi kemudian memanjang dan melunak yang disebut
tanda Hegar.Berat uterus perempuan tidak hamil adalah 30 gram, pada
saat mulai hamil maka uterus mengalami peningkatan sampai pada akhir
kehamilan (40 minggu) mencapai 1000 gram (1 kg). (6)
Vagina/Vulva
Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi yang dapat
menimbulkan warna merah ungu kebiruan yang dimaksud dengan
tanda Chadwick. Vagina ibu hamil mengalamu peningkatan kadar
asam (PH), kadar asam (pH) berubah dari 4 menjadi 6.5 sehingga
menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina
terutama infeksi yang disebabkan oleh jamur. Hypervaskularisasi
pada vagina dapat menyebabkan hypersensitivitas sehingga dapat
meningkatkan libido atau gairah seksual terutama pada kehamilan
trimester dua.(6)
Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama
kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan
dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi
siklus hormonal menstruasi.(6)
Payudara
Pada ibu hamil payudara membesar dan tegang, terjadi
hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery,
terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor,
puting susu membesar dan menonjol. Hypertropi kelenjar sabasea
(lemak) muncul pada aeola mamae disebut tuberkel. Kelenjar

45
sebasea ini berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan
puting susu terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan
sabun. Puting susu akan mengeluarkan kolostrum yaitu cairan
sebelum menjadi susu yang berwarna putih kekuningan pada
trimester ketiga.(6)
b. Sistem Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otototot saluran kemih menurun. Kencing lebih
sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69%.
Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang
terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan
mungkin hidronefrosis atau bisa disebut pembengkakan pada salah
satu ginjal sementara.(6)
c. Sistem pernapasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh
karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan
mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm
sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita hamil
meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan
oksigen wanita hamil bernapas dalam. (6)
d. Sistem Pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut
Morning Sickness. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltic
dengan gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada keadaan
patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih
dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).(6)

3. Adaptasi Perubahan Psikologis


Pada trimester 1 adaptasi psikologi kehamilan yang dialami saat ini
sebagai calon ibu adalah berupaya untuk dapat menerima kehamilannya,

46
selain itu karena peningkatan hormone esterogen dan progesterone pada
tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan fisik sehingga banyak
ibu hamil memrasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan
kesedihan.
Pada trimester ke 2 sering disebut pancaran kesehatan yaitu ibu
merasa sehat. Hal ini disebabkan wanita sudah merasa baik dan terbebas
dari ketidaknyamanan kehamilan dan sudah menerima kehamilannya
dengan hati yang senang.
Pada trimester ke 3 disebut periode penantian. Trimester ke 3
adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran. Ibu mulai khawatir
terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak tahu kapan dia melahirkan rasa
tidak nyaman timbul kembali karena perubahan Body image yaitu
merasa dirinya aneh dan jelak, ibu membutuhkan dukungan dari suami,
keluarga dan bidan.(7)

4. Evidance Based
Evidence based practice adalah praktik berdasarkan penelitian yang
terpilih dan terbukti bermanfaat serta merupakan penerapan yang
sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam
pengambilan keputusan asuhan kebidanan. Hal ini menghasilkan asuhan
yang efektif. Hadirnya evidence based practice menjadikan praktik
asuhan antenatal menjadi lebih terfokus pada pilihan praktik yang
terbukti menguntungkan klien (refocusing antenatal).

a. Kunjungan ANC

Ibu hamil disarankan untuk melakukan kunjungan ANC


minimal 4 kali selama kehamilan dengan waktu kunjungan satu kali
pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada
trimester III. Menurut standar pelayanan kebidanan, jadwal
kunjungan ANC, adalah sebagai berikut; satu kali setiap bulan pada

47
trimester I, satu kali setiap 2 minggu pada trimester II, dan satu kali
setiap minggu pada trimester 3.(6)
Kebijakan program pelayanan antenatal yang ditetapkan oleh
Depkes (2014), yaitu tentang frekuensi kunjungan sebaiknya
dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan:

1) Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (<


14 minggu) = K1.
2) Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke
14-28) = K2.
3) Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke
28-36 dan sesudah minggu ke 36) = K3 dan K4.

Apabila terdapat kelainan atau penyulit kehamilan seperti mual,


muntah, keracunan kehamilan, perdarahan, kelainan letak dan lain-
lain, frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan. (8)

b. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi


Persiapan persalinan bertujuan untuk menyiapkan semua kebutuhan
selama kehamilan maupun proses persalinan. Persiapan persalinan
adalah segala sesuatu yang disiapkan dalam hal menyambut
kelahiran anak oleh ibu hamil. (9)
1) Pemilihan metode persalinan.
Dalam hal ini penting adanya komunikasi antara dokter atau
bidan dan pasangan suami-istri. Sesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan.Pertimbangkan juga segi resiko dan efek yang
terjadi setelahnya. Misalnya dengan melahirkan normal maupun
operasi caesar. (9)
2) Tempat melahirkan
Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan jarak tempuh
dari rumah untuk memperkirakan waktu sampai ke rumah sakit
atau Bidan Praktik Mandiri (BPM). Perhatikan kepadatan lalu

48
lintas pada jam jam tertentu sehingga dapat mempersiapkan jalur
alternatif untuk sampai ke rumah sakit atau BPM tersebut. (9)
3) Tenaga medis penolong persalinan
Dokter kandungan maupun bidan yang sekiranya akan
menangani proses persalinan sebaiknya ditentukan dari jauh-jauh
hari. Ada baiknya menciptakan kesinambungan antara tenaga
medis yang memantau kehamilan ibu sedari awal, sehingga
dapat tahu betul perihal perkembangan ibu dan janin. (9)
4) Persiapan mental ibu
Menghindari kepanikan dan ketakutan, menyiapkan diri
mengingat bahwa setelah semua ini ibu akan mendapatkan buah
hati yang didambakan. Menyimpan tenaga untuk melahirkan,
tenaga akan terkuras jika berteriak-teriak dan bersikap gelisah.
Dengan bersikap tenang, ibu dapat melalui saat persalinan
dengan baik dan lebih siap. Dukungan dari orang-orang terdekat,
perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan
semangat untuk ibu yang akan melahirkan.(10)
5) Persiapan kebutuhan
Macam-macam persiapan melahirkan atau bersalin menurut (Depkes.
RI, 2014), adalah :
a) Mengetahui tanggal perkiraan persalinan.
b) Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat bersalin.
c) Siapkan tabungan untuk biaya persalinan.
d) Suami, keluarga, dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika
sewaktu-waktu diperlukan
e) Merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan.
f) Menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika
sewaktu-waktu diperlukan dengan golongan darah yang sama
dengan ibu hamil.
g) Membuat rencana pembuatan keputusan jika terjadi
kegawatdaruratan. Hal ini meliputi siapa pembuat keputusan

49
utama dalam keluarga dan siapa yang akan membuat keputusan
jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi
kegawatdaruratan. (9)

5. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan


Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu
dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka post partum sehat dan normal. Kunjungan antenatal care adalah
kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak
wanita merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal.(8)
Tujuan asuhan kehamilan yang harus di upayakan oleh bidan
melalui asuhan antenatal yang efektif adalah mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik mental sosial ibu dan bayi dengan pendidikan
kesehatan, gizi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi. Di dalamnya
juga harus dilakukan deteksi abnormalitas atau komplikasi dan
penatalaksanaan komplikasi pada kehamilan. Pada asuhan kehamilan
juga dikembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi, membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan
sosial dan mempersiapkan rujukan apabila diperlukan.(6)
Menurut laporan kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun
Anggaran 2021 pelayanan antenatal minimal dilakukan sebanyak 4 kali
dan dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T antara lain:

1) Penimbangan berat badan badan


2) Pengukuran tinggi badan
3) Pengukuran tekanan darah
4) Penilaian status gizi melalui pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
5) Pengukuran tinggi fundus uteri, penentuan presentasi janin dan
denyut jantung janin

50
6) Skrining status imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT sesuai
status imunisasi ibu.
7) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan)
8) Pemeriksaan test lab sederhana (Golongan Darah, Hb, Glukoprotein
Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HBsAg, Sifilis, HIV, Malaria,
TBC),
9) Tata laksana kasus
10) Temu wicara/konseling termasuk P4K serta KB PP. Pada konseling
yang aktif dan efektif, diharapkan ibu hamil dapat melakukan
perencanaan kehamilan dan persalinannya dengan baik serta
mendorong ibu hamil dan keluarganya untuk melahirkan ditolong
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) Usia 1 Jam

1. Persalinan

a. Persalinan

Persalinan merupakan serangkaian kejadian yang berakhir


dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu.(11)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang
terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan
ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui
jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau
bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan
janin.(1)
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

51
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat
dikatagorikan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan atau pembukaan serviks.(4)

Tanda-Tanda Persalinan

Ada 3 tanda pasti persalinan, yaitu:

1) Timbulnya Kontraksi (HIS)


Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon oksitosin
yang secara fisiologis membantu dalam proses pengeluaran
janin. Kontraksi bersifat fundal recumbent/nyeri yang
dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut
atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul
serta perut bagian bawah. Terdapat 2 jenis kontraksi, yaitu:
a) Braxton hicks atau biasa disebut dengan kontraksi palsu,
kontraksi ini hanya berlangsung sebentar, tidak terlalu sering
dan tidak teratur, semakin lama tidak ada peningkatan
kekuatan kontraksi.
b) Kontraksi yang sebenarnya terjadi bila ibu hamil merasakan
kenceng-kenceng makin sering, waktunya semakin lama, dan
makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut.
Perut bumil juga terasa kencang

Tidak semua ibu hamil mengalami kontraksi (His) palsu.


Kontraksi ini merupakan hal normal untuk mempersiapkan
rahim untuk bersiap mengadapi persalinan. (10)

2) Pembukaan serviks
Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya
pembukaan ini disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan

52
anak kedua dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa disertai
munculnya rasa nyeri. Rasa nyeri dapat terjadi karena adanya
tekanan panggul saat kepala janin turun ke area tulang panggul
sebagai akibat melunaknya rahim. Untuk memastikan telah
terjadi pembukaan, tenaga medis biasanya akan melakukan
pemeriksaan dalam (vaginal toucher).(10)
3. Keluarnya bloody show (lendir disertai darah)
Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini
bercampur darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang
persalinan terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut
rahim. Bloody show berupa lendir yang kental dan bercampur
darah. Blood show akan muncul menjelang persalinan akibat
terpisahnya membran selaput yang menegelilingi janin dan
cairan ketuban mulai memisah dari dinding rahim.(10)
4. Pecahnya Ketuban
Dalam selaput ketuban (korioamnion) yang membungkus
janin, terdapat cairan ketuban sebagai bantalan bagi janin agar
terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari trauma luar.
Terkadang ibu tidak sadar saat sudah mengeluarkan cairan
ketuban dan terkadang menganggap bahwa yang keluar adalah air
pipisnya. Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak
berbau, dan akan terus keluar sampai ibu akan melahirkan.
Keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir ini bisa terjadi secara
normal namun bisa juga karena ibu hamil mengalami trauma,
infeksi, atau bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang
dan pecah. Setelah ketuban pecah ibu akan mengalami kontraksi
atau nyeri yang lebih intensif. Terjadinya pecah ketuban
merupakan tanda terhubungnya dengan dunia luar dan membuka
potensi kuman/bakteri untuk masuk.
Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai,

53
maka persalinan akhirnya di akhiri dengan tindakan tertentu,
misalnya section caesaria.(10)

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor – fakor yang berperan dalam persalinan antara lain,


yaitu :

a. Jalan lahir (passage)


Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.(10)
b. Passenger ( janin dan plasenta )
1. Janin
Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi
persalinan normal. Passenger pada persalinan normal
terdapat beberapa hal yang mempengaruhi seperti kondisi
janin adalah letak bujur, presentasi belakang kepala, sikap
fleksi dan tafsiran berat janin <4000 gr.(10,12)
2. Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia
dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
c. Power (kekuatan)
Power adalah faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar
dalam persalinan terdiri dari :
1. His (kontraksi otot rahim)
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan
serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.
2. Kontraksi otot dinding perut.
3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

54
4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum.(10,12)
d. Posisi
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan.
Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.(10)
e. Dukungan Psikologis
Proses persalinan pada dasarnya merupakan suatu hal fisiologis
yang dialami oleh setiap ibu bersalin, sekaligus merupakan suatu
hal yang menakjubkan bagi ibu dan keluarga. Namun, rasa
khawatir, takut maupun cemas akan muncul pada saat memasuki
proses persalinan. Dukungan psikologis yang dapat diberikan
bidan untuk dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu adalah
dengan membuatnya merasa nyaman.(13)

Tahapan Persalinan

Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua
fase yaitu fase laten dan fase aktif.
1. Fase Laten
a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan servix secara bertahap
b. Pembukaan servix kurang dari 4 cm
c. Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam (13)
2. Fase Aktif
Dibagi dalam 3 fase.
a. Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini
menjadi 4 cm.

55
b. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm). Pembukaan
lengkap berarti bibir serviks dalam keadaan tak teraba dan
diameter lubang serviks adalah 10 cm.(10)

Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primi dan 1 jam pada multi. Tanda gejala persalinan kala II adalah :
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
f) Pembukaan lengkap (10 cm )
g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara
rata-rata 0.5 jam
h) Pemantauan
Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus, penurunan
presentasi janin dan kembali normalnya detak jantung bayi setelah
kontraksi dan juga kondisi ibu.(13)

Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak lebih dari 30
menit, disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta,
melakukan Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dan dilanjutkan
pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan. Tanda-tanda pelepasan plasenta :

56
a) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena
plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim (Uterus
globuler)
c) Tali pusat memanjang
d) Terdapat semburan darah.(13)

Kala IV
Kala IV dimulai setelah plasenta lahir sampai dua jam pertama setelah
melahirkan. Lakukan pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika
kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering. Setelah plasenta
lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. (10,13)

2. Evidance Based
1) Asuhan sayang ibu pada persalinan setiap kala.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu
merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi
proses persalinan. Salah satu hal yang dapat membantu proses

57
kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang pendamping saat
proses persalinan ini berlangsung.
2) Pengaturan posisi persalinan pada persalinan kala II
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di
anjurkan untuk mulai mengatur posisi telentang/litotomi. Tetapi
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi
telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses
persalinan, hal ini dikarenankan Posisi telentang/litotomi juga
dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian bawah janin.
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara
lain posisi setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan
merangkak.

Gambar 2.1 Posisi Melahirkan


Sumber : (10)
3) Menahan nafas pada saat mengeran

58
Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering
sekali menganjurkan pasien untuk menahan nafas pada saat akan
mengeran dengan alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan
bayi lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi
lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk
menahan nafas pada saat mengeran ini tidak dianjurkan karena
menahan nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II
menjadi singkat.
4) Tindakan episiotomi
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin
dilakukan terutama pada primigravida. Padahal berdasarkan
penelitian tindakan rutin ini tidak boleh dilakukan secara rutin
pada proses persalinan karena episiotomi dapat enjadi pemacu
terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka episiotomi dapat enjadi
pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan
ibu kurang baik. Tapi ada juga indikasi yang memperbolehkan
tindakan epsiotomi pada saat persalinan seperti berat janin
diperkirakan mencapai 4 kg hal ini dapat menjadi indikasi
dilakukannya episiotomy, perineum sangat kaku, perineum
pendek dan persalinan dengan alat bantu atau sungsang.

3. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Asuhan kebidanan yang diberikan pada persalinan menurut
Yulizawati, dkk (2019) adalah :
Asuhan Pada Kala I
a. Memberikan dukungan emosional.
b. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan
sampai kelahiran bayinya.
c. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama
persalinan.
d. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara :

59
1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan
memuji ibu.
2) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
3) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
4) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
e. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
f. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi untuk mencegah
dehidrasi. Karena dehidrasi dapat menyebabkan kontraksi
tidak teratur dan kurang efektif.
g. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi
secara teratur dan spontan, jika kandung kemih penuh dapat
menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan
menghambat turunnya kepala.
h. Pencegahan infeksi berguna untuk mewujudkan persalinan
yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir. (10)
Asuhan Pada Kala II
a. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran
bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain
b. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan,
yaitu:
1) Membantu ibu untuk berganti posisi.
2) Melakukan rangsangan taktil.
3) Memberikan makanandan minuman.
4) Menjadi teman bicara/pendengar yang baik.
5) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai
kelahiran bayinya
c. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan &
kelahiran
1) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.

60
2) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.
3) Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan
kelahiran
d. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan
dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan
kepada ibu.
e. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan
umtuk meneran.
f. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
g. Memberika rasa aman dan nyaman.
h. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan
perineum ibu.
i. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.(10)
Asuhan Pada Kala III
Langkah utama manajemen aktif kala III ada tiga langkah yaitu:
a. Pemberian suntikan oksitosin.
Pemberian suntikan oksitosindilakukan dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahir. Pastikan tidak ada bayi lain
(undiagnosed twin) di dalam uterus. Karena Oksitosin dapat
menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat menurunkan
pasokan oksigen pada bayi. Suntikan oksitosin dengan dosis
10 IU diberikan secara intramuskuler (IM) pada sepertiga
bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis). Tujuan
pemberian suntikan oksitosin dapat menyebabkan uterus
berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat
membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan
darah. (10)
b. Penegangan tali pusat terkendali.
Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva
dikarenakan dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva
akan mencegah evulsi tali pusat. Meletakkan satu tangan di

61
atas simpisispubis dan tangan yang satu memegang klem di
dekat vulva. Tujuannya agar bisa merasakan uterus
berkontraksi saat plasenta lepas. Segera setelah tanda-tanda
pelepasan plasenta terlihat dan uterus mulai berkontraksi
tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain
(pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan
kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk
mencegah terjadinya inversio uteri. Lahirkan plasenta dengan
peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah panggul
(posterior kemudian anterior). Ketika plasenta tampak di
introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat
ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya. Putar
plasenta secara lembut hingga selaput ketuban terpilin
menjadi satu.(10)
c. Masase fundus uteri
Masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir, lakukan
masase fundus uteri dengan tangan kiri sedangkan tangan
kanan memastikan bahwa kotiledon dan selaput plasenta
dalam keadaan lengkap. Periksa sisi maternal dan fetal.
Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk
memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus
setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.(10)

Asuhan Pada Kala IV

a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan


perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30
menit dalam satu jam kedua pada kala IV.
b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua
kala IV.

62
c. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam
kedua pascapersalinan.
d. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan
uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi
lembek.(10)

C. BBL Usia 1 Jam

1. Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42
minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang
badan sekitar 50-55 cm.(4)

2. Evidance Based
Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang
berdasarkan evidence based kita dapat melakukan tindakan yang
diterapkan dengan mengikuti perkembangan dalam bidang
kesehatan yang diantaranya meliputi:
a. Memulai pemberian ASI sejak dini dan eksklusif
Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) adalah permulaan
kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir.
Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu
jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain
menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu
dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari
payudara.
b. Regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit ke kulit
Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka
sehingga mengalami stress dengan adanya perubahan
lingkungan. Pada saat bayi baru lahir dan masuk kedalam suhu
ruangan menyebabkan tubuh bayi cepat mendingin pada saat air

63
ketuban menguap dari tubuhnya. Luas tubuh bayi berbanding
lurus dengan lingkungan yang dingin pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi
harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat
guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya bu
menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
c. Pemotongan tali pusat
Pemotongan tali pusat dilakukan dengan adanya penundaan
selama 3 menit. Penundaan pemotongan tali pusat merupakan
suatu tindakan yang sangat penting, karena untuk mengubah
sirkulasi oksigen dari plasenta ke sirkulasi paru-paru
membutuhkan waktu. Karena di masa transisi ini sangat penting
dilakukan penundaan pemotongan tali pusat karena akan
menguntungkan bagi bayi dan menguraingi resiko trauma.
d. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah
infeksi tali pusat yang sesungguhnya merupakan tindakan
sederhana, yang terpenting adalah tali pusat dan daerah sekitar
tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan
dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali
pusat.
e. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir yang
dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem indera
(pendengaran, penglihatan perabaan, pembauan, dan
pengecapan).
Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki,
tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi serta merangsang

64
perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita.
Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus,
bervariasi dengan suasana bermain dan kasih sayang akan
memicu kecerdasan anak.
Waktu yang ideal untuk stimulasi adalah saat bayi bangun
tidur/ tidak mengantuk, tenang, siap bermain dan sehat.(14)

3. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Pengaturan Suhu
Bayi dapat kehilangan panas tubuh dengaan 4 cara, yaitu:
a) Konduksi : dengan melalui benda-benda padat yang berkontak
dengan kulit bayi.
b) Konveksi : proses kehilangan panas melalui udara di sekitar bayi
c) Evaporasi : proses kehilangan panas melalui penguapan air pada
kulit bayi yang basah.
d) Radiasi : Melalui benda padat yang berada dekat dengan tubuh
bayi namun tidak berkontak langsung dengan tubuh bayi.

Perlu diketahui bahwa bayi baru lahir memiliki suhu 0,5 - 1ºC
lebih tinggi dibandingkan suhu tubuh ibunya. Sangat disayangkan
banyak bayi yang mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35 -
35,5ºC dalam kurun waktu 15 – 30 menit karena aliran udara yang
dingin di ruang perawatan. Hal tersebut dapat dicegah dengan
melakukan pencegahan yaitu menutup semua pintu dan jendela serta
matikan pendingin ruangan yang langsung mengarah pada bayi. (15)

Resusitasi Neonatus

Resusitasi neonatus memang tidak harus dilakukan rutin pada


setiap kelahiran. Petugas wajib untuk melakukan penilaian terhadap
bayi baru lahir terlebih dahulu apakah bayi memerlukan resusitasi
atau tidak. Pada bayi yang sehat, mereka akan bernapas spontan,
tonus ototnya baik dan ketuban jernih, maka akan dilanjutkan

65
dengan perawatan rutin. Bagi bayi yang tidak memiliki ciri-ciri
tersebut, maka wajib dilakukan langkah-langkah resusitasi, sehingga
diperlukan persiapan alat dan tempat pada setiap persalinan yang
ditolong.(15)

Inisiasi Menyusui Dini

Dilakukan segera setelah dilahirkan dan jika dalam kondisi yang


baik, bayi akan diletakkan pada dada dan perut ibu tanpa halangan
kain dilakukan paling sedikit selama satu jam. Pada proses ini kita
memberi kesempatan pada bayi untuk mencari puting ibunya. Proses
IMD memiliki manfaat untuk membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan dengan
inkubator. Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih tenang
sehingga didapatkan pola tidur yang lebih baik. Bagi ibu, IMD dapat
mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin dan
secara psikologis bisa menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.
(15)

Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat

Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan


menunjukkan hal ini tidak memiliki manfaat bagi ibu atau bayi.
Penundaan pengikatan dan pemotongan tali pusat selama 2-3 menit
memfasilitasi kesempatan untuk terjadinya transfusi fetomatemal
volume darah bayi. Transfusi berlangsung paling cepat dalam menit
pertama, yaitu 75% dari jumlah transfusi, dan umumnya selesai
dalam 3 menit. Penanganan tali pusat harus dilakukan secara asepsis
untuk mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Alasan
lain ditundanya pemotongan tali pusat adalah dapat mengurangi
resiko transmisi HIV kepada tenaga kesehatan karena mengurangi
kemungkina terjadinya muncratan/cipratan darah.(15)

Provilaksis Mata

66
Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada
bayi yang lahir dari ibu dengan penyakit menular seksual seperti
gonore dan klamidiasis. Konjungtivitis lebih banyak ditemukan pada
2 minggu pertama setelah kelahiran. Pemberian antibiotik profilaksis
pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis pada
bayi. Profilaksis yang sering digunakan yaitu salep mata eritromisin.
(15)

Pemberian Vit. K

Di Indonesia 67 % dari angka kematian bayi merupakan


kematian neonatus dimana dalah satu penyebabnya adalah
perdarahan akibat defisiensi vitamin K1 (PDVK). Penyakit
perdarahan/hemoragik pada bayi baru lahir berpotensi untuk
menjadi kondisi yang serius. Pemberian vitamin K1 dengan cara
intramuskular maupun oral terbukti menurunkan kejadian PDVK
pada neonatus.(15)

Pengukuran Berat dan Panjang Lahir

Bayi baru lahir harus dilakukan pengukuran berat badan


lahirnya. Pengukuran panjang bayi dengan pita ukur rentan
menunjukkan hasil yang tidak akurat. Bila diperlukan, panjang lahir
dapat diukur menggunakan stadiometer dengan tetap menjaga posisi
bayi tetap lurus dan menjaga kehangatan bayi.(15)

Memandikan Bayi

Memandikan bayi segera setelah lahir dapat mengakibatkan


hipotermia. Saat mandi bayi berada dalam keadaan telanjang dan
basah sehingga mudah kehilangan panas. Karena itu dalam
memandikan bayi suhu ruangan harus hangat (>25º C) dan suhu air
yang baik adalah 40º C pada bayi kurang dari 2 bulan dan suhu
dapat berangsur turun pada bayi lebih dari 2 bulan.(15)

67
D. Bayi

Asuhan pada bayi usia 6-48 Jam

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53


Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial pada
Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa pelayanan neonatal esensial 0
(nol) sampai 6 (enam) jam:

1) menjaga bayi tetap hangat;


2) inisiasi menyusu dini;
3) pemotongan dan perawatan tali pusat;
4) pemberian suntikan vitamin K1;
5) pemberian salep mata antibiotik;
6) pemberian imunisasi hepatitis B0;
7) pemeriksaan fisik Bayi Baru Lahir;
8) pemantauan tanda bahaya; i.
9) penanganan asfiksia Bayi Baru Lahir
10) pemberian tanda identitas diri;
11) merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil,
tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
(16)
Asuhan Neonatus umur 2 sampai 6 hari.
Menurut Jamil Dkk (2017), Asuhan pada bayi 2-6 hari setelah lahir
harus dilakukan secara menyeluruh.
1) Pemberian minum
Memberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi
ataukebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam),
bergantianlahantara payudara kiri dan kanan. Seorang bayi yang
menyusui sesuai denganpermintaannya bisa menyusu sebanyak
12-15 kali dalam24 jam. Padaperiode usia 0-6 bulan, kebutuhan
gizi baik maupun kualitas terpenuhinyadari ASI saja, tanpa harus
diberikan makanan ataupun minuman lainnya.

68
2) Menolong buang air besar (BAB) pada bayi
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya
berbentukseperti aspal lembek. Setelah itu feses bayi bisa
bergumpal seperti jelly, padat, berbiji atau seeded dan bisa juga
berupa cairan, Umumnya di empat ataulimaminggu pertama
dalam sehari bisa lebih dari lima kali atau enamkali, tidakmasalah
selama pertumbuhannya bagus. Bayi yang pencernaannya normal
akan BAB pada 24 jam pertama setelah lahir. BAB pertama ini
disebut meconium, biasanya berwarna hitam kehijauan dan
lengket seperti aspal.
3) Menolong buang air kecil (BAK)
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10 kali sehari.
Untukmenjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah
BAKharus diganti popoknya. Umumnya bayi cukup bulan akan
mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari.
4) Kebutuhan istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering
tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama
16 jamsehari. Padaumumnya bayi terbangun sampai malam
hari sampai usia 3 bulan. Pola tidur bayi masih belum teratur
karena jam biologis yang belum matang.
5) Tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum pada
buku KIA) : apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru
lahir, bayi harus segera dibawa ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
6) Perawatan tali pusat, menjaga badan bayi tetap hangat, dan cara
memandikan bayi. (17)

Asuhan Neonatus Umur 8-28 hari


Menurut pedoman antenatal kemenkes RI 2020, asuhan neonates
umur 8-28 hari, yaitu :

69
1) ASI eksklusif.
2) Perawatan tali pusat, menjaga badan bayi tetap hangat, dan cara
memandikan bayi.
3) Khusus untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) :
apabila ditemukan tanda bahaya atau permasalahan, bayi harus
segera dibawa ke Rumah Sakit.
4) Tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang tercantum pada
buku KIA) : apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi baru
lahir, bayi harus segera dibawa ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.(9)

Evidance Based
Pemberian Asi Dini dan Ekslusif
Untuk menekan angka kematian bayi, salah satunya adalah dengan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dilanjutkan dengan pemberian ASI
secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Anak-anak yang
mendapatkan ASI Eksklusif 14 kali lebih mungkin untuk bertahan hidup
dalam enam bulan pertama kehidupan dibandingkan anak yang tidak
disusui. Mulai menyusui pada hari pertama setelah lahir dapat
mengurangi risiko kematian bayi baru lahir 45%. Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) mampu mengembangkan insting dan reflek bayi pada satu jam setelah
kelahiran. Adanya skin-to-skin contact antara ibu dan bayi mampu
menstabilkan suhu badan bayi sehingga dapat terhindar dari hipotermi.
Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Bayi juga dipengaruhi oleh
kunjungan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kepada
tenaga kesehatan (dokter dan bidan). (18,19)

E. Nifas
Masa nifas di mulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik fisiologis
maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. (4)

70
1. Tahapan Masa Nifas
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan
postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu
melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
d. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama
hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.(20)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka
kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu
masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian, interpretasi
data dan analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan
evaluasi. Sehingga dengan asuhan kebidanan masa nifas dan
menyusui dapat mendeteksi secara dini penyulit maupun
komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi.

71
c. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi
penyulit atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas
pelayanan rujukan
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan
jarak kelahiran, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya,
perawatan bayi sehat serta memberikan pelayanan keluarga
berencana, sesuai dengan pilihan ibu.(20)

3. Tanda Bahaya Nifas


Tanda-tanda bahaya nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi
selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu. Tanda-tanda bahaya postpartum, adalah
sebagai berikut:
1. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum merupakan penyebab penting kematian
maternal khususnya di negara berkembang. Perdarahan pervaginam
yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai
perdarahan postpartum.(20)
a. Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)
Perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah
anak lahir, atau perdarahan dengan volume seberapapun tetapi
terjadi perubahan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital
sudah menunjukkan analisa adanya perdarahan. Penyebab
utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan
robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.(20)
b. Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum
Hemorrhage) adalah perdarahan dengan konsep pengertian
yang sama seperti perdarahan postpartum primer namun terjadi
setelah 24 jam postpartum hingga masa nifas selesai.

72
Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam,
biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta.
(20)
c. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut
bagian bawah kemungkinan analisa diagnosisnya adalah
metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses
pelvik, peritonitis, syok septik.(20)
d. Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu)
Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub
involusi. Faktor penyebab sub involusi, antara lain: sisa
plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri. Pada
keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan uterus
lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih
tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat
pula perdarahan.(20)

e. Nyeri pada perut dan pelvis


Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan
gejala komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah
peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena
infeksi.(20)
f. Pusing dan lemas yang berlebihan
Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas. Pusing bisa
disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan
distolnya ≥90 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu
diwaspadai adanya keadaan preeklampsi/eklampsi postpartum,

73
atau keadaan hipertensi esensial. Pusing dan lemas yang
berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar
haemoglobin.(20)
g. Suhu Tubuh Ibu > 38ºC
Apabila terjadi peningkatan melebihi 380C berturut-turut
selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah
keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia
dalam masa nifas.
h. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit
Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu
secara adekuat, puting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat,
ibu dengan diet yang kurang baik, kurang istirahat, serta
anemia. Keadaan ini juga dapat merupakan tanda dan gejala
adanya komplikasi dan penyulit pada proses laktasi, misalnya
pembengkakan payudara, bendungan ASI, mastitis dan abses
payudara.(20)
h. Pembengkakan di wajah maupun ekstremitas.
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada
vena-vena di pelvis maupun tungkai yang mengalami dilatasi.
Keadaan ini secara klinis dapat menyebabkan peradangan pada
vena-vena pelvis maupun tungkai yang disebut tromboplebitis
pelvica (pada panggul) dan tromboplebitis femoralis (pada
tungkai). Pembengkakan ini juga dapat terjadi karena keadaan
udema yang merupakan tanda klinis adanya
preeklampsi/eklampsi.(20)

i. Rasa sakit waktu berkemih


Pada masa nifas awal sensitifitas kandung kemih terhadap
tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat
trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi
peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat

74
rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh episiotomi yang
lebar, laserasi, hematom dinding vagina.

4. Asuhan Masa Nifas Berdasarkan Waktu Kunjungan Nifas


a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
1) Mencegah perdarahan masa nifas.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan dan lakukan
rujukan jika perdarahan berlanjut.
3) Pemberian ASI awal, 1 jam setelah IMD (Inisiasi Menyusui
Dini) berhasil dilakukan.
4) Mengajarkan cara untuk mempererat hubungan antara ibu
dan bayi.
5) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
(21)
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusi berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada
bau menyengat.
2) Menilai adanya tanda demam, infeksi, dan perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta
memastikan tidak ada tanda-tanda penyulit dalam
menyusui.
4) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi
baru lahir (perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat, dan merawat bayi sehari-hari). (21)

c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)


1) Memastikan involusi berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada
bau menyengat.

75
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta
memastikan tidak ada tanda-tanda penyulit dalam
menyusui.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi
(perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari). (21)
d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
1) Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang
dialaminya.
2) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini.
(21)

5. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Terdapat tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, yaitu:
1. Periode “Taking In” atau “Fase Dependent”
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari ke 1-2 setelah melahirkan. Pada saat itu fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan
membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang
tidur seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu
cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya.(20,22)
2. Periode “Taking Hold” atau fase “Independent”
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
(20,22)

76
3. Periode “Letting go” atau “ Fase Mandiri” atau “Fase
Interdependen”
Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat
dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan
keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab terhadap
perawatan bayi, ibu harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi
yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak
ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go), dimana
masing-masing ibu mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri,
namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing
harus berusaha memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang
menjadi unit dasar dari sebuah keluarga.(20,22)

6. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas


a. Involusi
Involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus
dan posisi sebelum hamil. Mekanisme involusi uterus secara
ringkas adalah sebagai berikut:
a. Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi
dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
c. Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan. Proses autolisis ini terjadi karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.

77
d. Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi suplai
darah pada tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.

Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar


pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4
minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg
sebagai akibat involusi. (20)

Involusi Uteri

b. Pengeluaran Lochea Atau Pengeluaran Darah Pervaginam


Lochea berasal dari bahasa Latin, yang digunakan untuk
menggambarkan perdarahan pervaginam setelah persalinan
(Cunningham et al., 2012). Menjelang akhir minggu kedua,
pengeluaran darah menjadi berwarna putih kekuningan yang
terdiri dari mukus serviks, leukosit dan organisme. Proses ini
dapat berlangsung selama tiga minggu, dan hasil penelitian
telah menunjukkan bahwa terdapat variasi luas dalam jumlah
darah, warna, dan durasi kehilangan darah/cairan pervaginam
dalam 6 minggu pertama postpartum. (20)
Berikut ini jenis-jenis lochea pada masa nifas:
a. Lochea rubra (cruenta). Lochea ini muncul pada hari 1
sampai hari ke 4 masa postpartum Cairan yang keluar

78
berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi) dan mekonium.
b. Lochea sanguinolenta. Cairan yang keluar berwarna
merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari
ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c. Lochea serosa. Lochea ini berwarna kuning kecoklatan
karena mengandung serum, leukosit dan
robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai
hari ke 14 postpartum.
d. Lochea alba. Mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang
mati. Lochea aba bisa berlangsung selama 2 sampai 6
minggu postpartum.(23)

c. Perineum, Vulva Dan Vagina


Meskipun perineum tetap utuh pada saat melahirkan, ibu tetap
mengalami memar pada jaringan vagina dan perineum selama
beberapa hari pertama postpartum. Para ibu yang mengalami
cedera perineum akan merasakan nyeri selama beberapa hari
hingga penyembuhan terjadi. Dikatakan bahwa dampak trauma
perineum secara signifikan memperburuk pengalaman pertama
menjadi ibu, bagi kebanyakan ibu karena derajat nyeri yang
dialami dan dampaknya terhadap aktivitas hidup sehari-hari.
(20)

79
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS

A. Kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DI


PUSKESMAS KECAMATAN PENJARINGAN

KUNJUNGAN PERTAMA
Hari/ Tanggal : Senin / 03 April 2023

Tempat : Poli KIA PKC Penjaringan

Pengkaji : Imara Ariwidya Putri

IDENTITAS
Nama klien : Ny. SWN Nama suami : Tn. FA
Umur : 26 Tahun Umur : 32 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL. Bandengan Utara 80 RT 010/Rw 016, Penjaringan, Jakarta
Utara

SUBJEKTIF
Ibu datang untuk kunjungan pada pemeriksaan kehamilan rutin
dan saat ini mengeluh sakit pinggang.

Riwayat Haid
Usia pertama haid 13 tahun, lamanya 7-8 hari, banyaknya 2-3
ganti pembalut/hari, siklus 30 hari. Hari pertama haid terakhir
tanggal 23 Juni 2022, taksiran persalinan 2 April 2023.

80
Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas yang lalu

H Tahun Jenis Jenis Penolo BB/ Keada Tem ASI KB


a ng PB an pat
lahir Kela Persalin
m min an Sekar
il ang
ke
1 2017 Laki- Spontan Bidan 2600 Sehat PKC 2 Suntik
. laki 3
tahu
n bulan
( 3 th)
2 2020 Laki- Spontan Bidan 2700 Sehat BPM 2 Suntik 3
. laki bulan
tahu
n (2
tahun)
3 2016 Hamil
. Ini

Status Imunisasi Tetanus Toxoid


Status imunisasi tetanus toxoid sebanyak 2 kali.

Riwayat Keluarga Berencana


Pada anak pertama ibu menggunakan KB suntik 3 bulan setalah
melahirkan selama 3 th, pada anak kedua ibu menggunakan KB
suntik 3 bulan selama 2 tahun.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit keturunan atau
sedang mengidap penyakit berat tertentu seperti penyakit jantung,
ginjal, paru-paru, asma, hipertensi, diabetes mellitus, malaria,
hepatitis, HIV/AIDS dan belum pernah dioperasi. Ibu juga
mengatakan bahwa tidak merokok dan tidak mengkonsumsi

81
minuman beralkohol ataupun obat-obatan terlarang. Ibu tidak
memiliki alergi terhadap obat, makanan maupun udara.

82
Riwayat dan Kebiasaan Sehari-hari

1. Pola Nutrisi
Frekuensi makan ibu baik yaitu 2-3 porsi sehari. Setiap
satu porsi ibu saat makan terdiri dari karbohidrat yaitu
nasi, vitamin yang bias didapatkan dari sayur-sayuran,
protein dan lemak didapatkan dari ikan, telur, ayam, dll.
Ibu juga mengkonsumsi buah dan susu hamil.

2. Pola Eliminasi
BAB ibu 1 kali sehari, dengan konsistensi lunak, dan tidak
ada keluhan. BAK ibu mempunyai frekuensi 7 kali dalam
sehari, berwarna kuning jernih, dan ibu mengatakan tidak
ada keluhan.

3. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali dalam sehari di pagi dan sore
hari, ibu selalu cebok setiap sesudah buang air, mengganti
pakaian dalam 2-3 kali dalam sehari/setiap kali jika terasa
basah.

4. Aktivitas Sehari-hari
Pola istirahat : Selama hamil tidur ± 8 jam, kualitas
tidur malam ibu cukup.
Pola Seksualitas : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
selama berhubungan seksual.
Pekerjaan : Melakukan pekerjaan rumah tangga.

Kondisi Psikosial (Keluarga Inti, Perkawinan, dan Kehamilan)


Ibu tinggal bersama suami dan anak berjumlah 2 orang dan
juga mertua perempuan. Status perkawinan sah. Status
perkawinan ibu dan suami merupakan perkawinan pertama,

83
lama perkawinan 6 tahun yang lalu. Kehamilan ini memang
direncanakan oleh ibu dan suami.

Riwayat Kehamilan Trimester I, II, dan III

1. Trimester 1 : Ibu tidak melakukan kunjungan pada trimester


I karena tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil.

2. Trimester 2 : Kunjungan pertama kali adalah saat usia


kehamilan 17 minggu. Kunjungan dilakukan sebanyak 2
kali di Poli KIA Puskesmas Kecamatan Penjaringan Jakarta
utara ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pergerakan fetus
dirasakan pertama kali pada saat usia kehamilan 17 minggu.
Pada trimester ini mendapatkan terapi tablet penambah
darah 60 mg 1x1, vitamin C 50 mg.

3. Trimester 3 : kunjungan sudah dilakukan sebanyak 4 kali


(usia kehamilan 32 minggu sampai bersalin) di Poli KIA
Puskesmas Kecamatan Penjaringan tidak ada keluhan.
Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium 1 kali pada usia
kehamilan 37 minggu dengan hasil Hb 10.1 gr/dL, Leukosit
9.800uL, Hematokrit 32.8 % Trombosit 291.000/uL, urine
Protein negative, Gds 88 mg/dl. Pada trimester ini diberikan
terapi berupa tablet penambah darah 60 mg, vitamin C 50
mg, vitamin b12 50 mcg dan Kalk 500 mg.
Selama pemeriksaan ANC ibu mendapatkan asuhan seperti
informasi dan edukasi mengenai tanda bahaya pada kehamilan
trimester I II dan III, kebutuhan nutrisi serta pola istirahat yang
cukup pada kehamilan, persiapan laktasi beserta IMD dan tanda-
tanda persalinan beserta persiapan persalinan.

Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi


Ibu mengatakan taksiran persalinan tanggal 2 April 2023, ibu
ingin ditolong oleh bidan di Puskesmas Kecamatan Penjaringan,
didampingi oleh suami, menggunakan transportasi berupa motor,
calon pendonor darah adalah anggota keluarga.

OBJEKTIF

84
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 103/67 mmHg Nadi : 85 x/m
RR : 20 x/m Suhu : 36,7ºC

2. Antropometri
Berat Badan sebelum hamil : 44 kg

Berat badan saat ini : 56 kg

Tinggi Badan : 158 cm

LILA : 24 cm

3. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : tidak ada oedema, tidak pucat
b. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
d. Payudara : simetris, putting susu menonjol, colostrum (-/-)
e. Abdomen : terdapat Linea nigra
f. Ekstremitas :simetris, tidak ada kelainan, tidak
ada oedema, tidak ada varises, refleks patella
(+/+).
g. Genitalia : tidak ada kelainan, tidak ada oedem,
h. Anus : tidak ada kelainan, tidak ada haemoroid

4. Pemeriksaan Obstetrik
Abdomen terdapat linea nigra, TFU 30 cm, difundus teraba
bokong, dibagian kanan perut ibu teraba punggung dan
dibagian kiri perut ibu teraba ekstremitas janin, bagian
terendah teraba kepala dan sudah masuk pintu atas panggul 4/5
bagian.. Taksiran berat janin (30-11) x 155 = 2.945 gram.

85
Detak jantung janin 140x/m, teratur.

5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak melakukan pemeriksaan penunjang

ASSASMENT
Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 40 minggu
Diagnosa Janin : Janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi
Kepala
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Pemberian tablet Fe dan suplemen
kehamilan, pendkes mengenai Persiapan persalinan.

PENATALAKSANAAN
1. Melakukan informed consent untuk meminta persetujuan ibu
untuk dijadikan pasien studi kasus dan akan didampingi
selama kehamilan, persalinan, dan nifas. (Ibu bersedia menjadi
pasien).
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang di dapat bahwa
keadaan ibu dan janin saat ini dalam kondisi baik. (Ibu
mengetahui kondisinya dan mengerti dengan penjelasan yang
diberikan).
3. Menganjurkan ibu untuk meningkatkan asupan nutrisinya
dengan baik seperti makan-makanan yang mengandung tinggi
protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral dan minum 2-3
liter/hari. (Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran bidan
dengan meningkatkan asupan nutrisinya dengan memakan-
makanan yang tinggi nutrisi.).
4. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan santai pada pagi hari
untuk meregangkan otot panggul dan perineum. (Ibu mengerti
dan dapat mengulangi penjelasan yang telah diberikan dan ibu
bersedia melakukan jalan santai untuk meregangkan otot

86
panggul dan perineum)
5. Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti
perdarahan, Gerakan janin berkurang, rasa pusing yang hebat,
bengkak pada tangan, kaki/wajah dsb. (Ibu mengetahui
tandanya dan akan segera ke puskesmas apabila merasakan
salah satu dari tanda tersebut).
6. Menjelaskan pada ibu mengenai tanda-tanda persalinan dan
meminta ibu segera datang ke puskesmas atau fasilitas
Kesehatan terdekat jika ibu merasakan tanda persalinan seperti
mulas yang teratur 5 menit sekali, keluar darah segar dari jalan
lahir dan keluar air-air. (Ibu mengetahui tandanya dan akan
segera ke puskesmas apabila terdapat salah satu tanda
tersebut).

7. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan perlengkapan untuk


persalinan nanti serta kelengkapan dokumen yang diperlukan.
(Ibu mengerti serta mampu menjelaskan kembali yang telah
dijelaskan oleh bidan dan akan segera menyiapkan keperluan
perlengkapan serta dokumen yang diperlukan).
8. Memberikan terapi tablet tambah darah 60 mg 1x1, vitamin c
50 mg 1x1, vitamin B12, serta kalsium 500 mg 1x1. (Ibu telah
meminumnya secara teratur)
9. Menganjurkan ibu untuk kunjungann Kembali 1 minggu lagi
atau apabila terdapat keluhan. (Ibu mengerti dan bersedia untuk
Kembali sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan atau jika
ada keluhan).
10. Melakukan Pendokumentasian.

B. Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU
BERSALIN

Kala I

87
Tanggal : 05 April 2023

Tempat : Ruangan Bersalin Puskesmas Kecamatan Penjaringan

Waktu : 00.15 WIB

SUBJEKTIF
Ibu datang dengan keluhan mulas sejak pukul 16.00 dan sudah
keluar lendir darah. Ibu tiba dipuskesmas pada pukul 00.15 WIB.

OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
: Baik
Keadaan umum
: Composmentis
Kesadaran
: Stabil
Keadaan Emosional
Tanda-tanda Vital : TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/m
Nadi : 80 x/m Suhu : 36,3℃
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak oedem, tidak pucat
Mata : Konjungtiva kemerahan, sklera putih

Ekstremitas : Tangan dan kaki tidak ada oedem


Inspeksi : Terdapat linea nigra
Pemeriksaan Obstetrik

88
TFU 30 cm, difundus teraba bulat lunak, tidak melenting
(bokong), dibagian kanan perut ibu teraba datar keras seperti
papan (punggung) dan dibagian kiri perut ibu teraba bagian
kecil-kecil janin (ekstremitas janin), bagian terendah teraba
kepala dan sudah masuk pintu atas panggul 4/5 bagian.
Taksiran berat janin (30-11) x 155 = 2.945 gram. Detak
jantung janin 140x/m, teratur. HIS 3X10’20”
Genitalia (Vaginal toucher):
Vulva/vagina tidak ada kelainan, tidak ada oedem, tidak ada
varises dan tidak ada pembesaran kelenjar bartolinis serta
tidak ada kondiloma, portio tipis dan lunak, pembukaan
serviks 4 cm, ketuban utuh (+), presentasi kepala,
penurunan Hodge III, posisi ubun-ubun kecil didepan,
molase 0.

3. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan

89
ASSASMENT
Diagnosa Ibu : G3P2A0 hamil 40 Minggu +3 hari, Inpartu Kala I fase
Aktif
Diagnosa Janin : Janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang
kepala
Masalah : Ibu mengeluarkan lendir darah dan merasa mulas
Kebutuhan : Vulva Hygine dan teknik relaksasi

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan


(ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan).
2. Memberitahu ibu untuk menyiapkan perlengkapan persalinan (ibu
mengerti dan sudah membawa perlengkapan).
3. Membimbing ibu dalam melakukan teknik relaksasi saat mulas
datang. Dengan cara mengatur nafas, yaitu : menarik nafas panjang
lewat hidung lalu hembuskan perlahan lewat mulut. (Ibu sudah
melakukan teknik relaksasi dengan baik).
4. Menyarankan ibu untuk makan dan minum untuk menambah tenaga,
ibu disarankan makan ketika tidak mulas. (Ibu makan 1 buah roti dan
minum setengah botol air).
5. Mengobservasi kemajuan persalinan, tanda-tanda vital, DJJ, His.
6. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan seperti keluarnya lendir
darah, mules semakin sering dan lama, keluar air-air yang tidak bisa
ditahan dan berbau amis itu adalah air ketuban. (Ibu mengerti dan
dapat mengulangi penjelasan serta dapat menyebutkan kembali tanda-
tanda persalinan).
KALA II
Tanggal : 05 April 2023 (pukul 01.50 WIB)

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan mules yang dirasakan semakin kuat dan ada dorongan
ingin meneran seperti BAB serta keluar air-air.

90
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg RR : 22 x/m
Nadi : 80 x/m Suhu : 36,7℃

2. Pemeriksaan Fisik

abdomen : Detak jantung janin 130x/menit dan teratur, HIS 4X10’45”


kekuatan kuat, relaksasi ada

Pemeriksaan Obstetrik
TFU 30 cm, difundus teraba bulat lunak, tidak melenting (bokong),
dibagian kanan perut ibu teraba datar keras seperti papan (punggung)
dan dibagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas
janin), bagian terendah teraba kepala dan sudah masuk pintu atas
panggul 1/5 bagian.

Genitalia (Vaginal toucher) :


Vulva/vagina tidak ada kelainan, tidak ada oedem, tidak ada varises
dan tidak ada pembesaran kelenjar bartolinis serta tidak ada
kondiloma, portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, ketuban
pecah warna jernih berbau khas, presentasi kepala, penurunan Hodge
III+, posisi ubun-ubun kecil didepan, molase 0.

Inspeksi
1. Adanya dorongan meneran
2. Tekanan pada anus
3. Perineum menonjol
4. Vulva membuka
5. Kepala bayi crowning 5-6 cm

91
ASSASMENT
Diagnosis ibu : G3P2A0 hamil 40 minggu +3hari inpartu kala II
Diagnosis janin : Janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang
kepala
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Dukungan fisik dan psikologis, kebutuhan nutrisi dan
hidrasi, posisi dan ambulasi, tehnik meneran yang baik, pertolongan persalinan.

PENATALAKSANAAN

1. Mengkonfirmasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu telah


pembukaan lengkap sehingga ibu segera melahirkan. (Ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaan yang dijelaskan oleh bidan).
2. Mendekatkan partus setn hecting set, obat uterotonika dan alat
resusitasi. (Alat dan obat sudah disiapkan dan didekatkan).
3. Memberikan pilihan posisi ibu saat persalinan. (Ibu memilih posisi
litotomi).
4. Mengatur posisi persalinan dengan posisi litotomi yaitu meninggikan
bagian kepala ibu dan memposisikan kaki ditekuk serta kedua tangan
merangkul hingga sikut untuk membantu melebarkan jalan lahir. (ibu
telah mengubah posisinya menjadi posisi litotomi).
5. Memberitahukan ibu mengenai cara meneran yang baik seperti
meneran ketika ada his, membuka mata, gigi ketemu gigi dan melihat
keperut. (Ibu sudah melakukan teknik meneran dengan baik seperti
arahan).
6. Mengobservasi DJJ diantara his. (Sudah melakukan observasi DJJ,
dan DJJ pada batas normal.)
7. Menolong persalinan. Bayi lahir spontan pukul 02.00 WIB. Neonatus
cukup bulan, bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan, pergerakan
aktif, jenis kelamin laki-laki, tonus otot aktif, cacat (-) , dan anus (+) .
8. Mengeringkan bayi dan menjaga kehangatan bayi. (Bayi dalam
kondisi kering dan diselimuti kain diatas perut ibunya).
9. Melakukan penjepitan tali pusat, memotong tali pusat bayi dan

92
melakukan IMD selama 1 jam. (Tali pusat sudah diklem dan dipotong,
bayi dapat melaksanakan IMD dengan baik).
10. Melakukan pendokumentasian. (pendokumentasian sudah dilakukan).
KALA III
Tanggal 05 April 2023 (pukul 02.05 WIB)

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan masih terasa mulas.

OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil

2. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : Tidak ada janin kedua


TFU : sepusat
Kontraksi Uterus : Baik
Kandung Kemih : kosong

3. Tanda – tanda pelepasan plasenta

Terdapat semburan darah, tali pusat memanjang dan uterus globuler.

ASSASMENT
Diagnosa Ibu : P3A0 Partus Kala III

Masalah : Plasenta baru lahir

Kebutuhan : Manajemen aktif kala III

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan dan bayi

93
bahwa semuanya dalam batas normal dan akan dilakukan proses
melahirkan plasenta. (Ibu sudah mengerti mengenai hasil pemeriksaan
dan sudah bersedia untuk dilakukan tindakan melahirkan plasenta.)
2. Melakukan manajemen aktif kala III.
a. Melakukan pemeriksaan janin kedua. (Tidak terdapat janin kedua)
b. Memberitahu ibu akan diberikan suntik oksitoksin 10 IU di 1/3
paha bagian luar secara IM dan dilakukan aspirasi terlebih dahulu.
(Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk dilakukan tindakan,
oksitoksin sudah diberikan).
c. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT) saat uterus
berkontraksi dan terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta.
(Plasenta berhasil lahir pada pukul 02.10 WIB).
3. Melakukan masase fundus uteri selama 15 detik, serta mengajarkan
ibu untuk melakukan masase fundus uteri secara mandiri. (Sudah
dilakukan masase fundus uteri dan ibu sudah bisa melakukan masase
mandiri).
4. Memeriksa kelengkapan plasenta. (amnion dan korion utuh, kotiledon
lengkap, dengan jumlah 23 buah, tebalnya ±3cm, diameter ±25cm.
Insersi tali pusat sentralis, panjang tali pusat ±55cm, jumlah 2 arteri 1
vena).
5. Memeriksa pendarahan dan robekan jalan lahir. (Pendarahan ±150cc
dan tidak terdapat robekan jalan lahir).
6. Melakukan pemasangan IUD pasca plasenta (sudah dilakukan)
7. Memberikan ibu minum untuk mencegah dehidrasi. (ibu sudah
diberikan minum, ibu dapat menghabiskan setengah gelas air mineral).
8. Melakukan pendokumentasian.

KALA IV
(pukul 02.10 WIB)

SUBJEKTIF

94
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya dan ibu mengatakan masih merasa
nyeri dan mulas pada perutnya.

OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emonsional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 RR : 20x/m
Nadi : 85x/mSuhu : 36,7ºC
b. Pemeriksaan Fisik

TFU : sepusat
Kontraksi Uterus : Baik
Kandung Kemih : kosong
Perineum : utuh , tidak terdapat luka laserasi

ASSASMENT
Diagnosa Ibu : P3A0 Partus Kala IV
Masalah : Tidak Ada
Kebutuhan : Pemberian nutrisi dan hidrasi

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa semuanya dalam
batas normal dan tidak terdapat robekan jalan lahir. (Ibu mengerti
mengenai penjelasan yang diberikan oleh bidan).
2. Memastikan kembali uterus berkontraksi dengan baik. (Teraba keras,
uterus globuler).
3. Melakukan penilaian kehilangan darah secara keseluruhan. (Darah yang
keluar ±150cc).
4. Membersihkan ibu dengan air DTT dari daerah yang sedikit
terkontaminasi darah sampai seluruh bagian perut kebawah dan
memakaikan celana dalam dan kain.(Ibu sudah dibersihkan dan sudah
berpakaian rapih).

95
5. Merendam alat bekas pakai seperti alat partus set dan hecting set,
sarung tangan kedalam larutan klorin selama 15 menit, mencuci dengan
sabun, bilas dan keringkan. (Alat bekas pakai sudah diproses
sterilisasi).
6. Mengajari ibu masase fundus uteri dengan cara memutarnya searah
dengan jarum jam agar kontraksi uterus ibu baik dan rahim mengcil
seperti semula. (Ibu sudah bisa melakukan masase fundus uteri).
7. Menganjurkan ibu makan dan minum. (Ibu sudah menghabiskan 1 porsi
makanan dan 1 gelas air mineral).
8. Memberikan ucapan selamat kepada ibu atas hadirnya anggota keluarga
baru dan proses persalinan berjalan dengan lancar.(Ibu tampak bahagia
atas kelahiran bayinya).
9. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya dan
menjelaskan manfaat dari menyusi bagi ibu dan bayi. (Ibu dapat
mengulangi penjelasan dan bersedia untuk menyusui bayinya).
10. Memberikan ibu terapi obat sesuai anjuran dokter, yaitu vit A 1x1, vit C
2x1, paracetamol 3x1, amoxcilin 3x1, Sf (tablet tambah darah) 1x1.
(Ibu sudah minum obat secara teratur)
11. Mengobservasi kala IV pada 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan 1
jam kedua setiap 30 menit sekali yaitu tekanan darah, nadi, TFU,
kontraksi uterus, kandung kemih, jumlah pendarahan dipatograf.
(Kondisi ibu dalam keadaan normal, Tfu sepusat, tekanan darah: 110/80
mmHg, Nadi:85x/m , Kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong. )
12. Melakukan dokumentasi

C. Bayi Baru Lahir

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

UMUR 1 JAM

Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


Tanggal : 05 April 2023

Tempat : Ruang Bersalin PKC Penjaringan

Waktu : 03.00 WIB

96
Identitas Bayi
Nama Bayi : By. Ny.SWN

Usia : 1 jam

Tanggal/Waktu Lahir : 05 April 2023 pukul 03.00 WIB

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke :3

SUBJEKTIF

1. Tujuan : Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir.


2. Riwayat Persalinan
a. Jenis persalinan : spontan pervaginam
b. Ketuban : pecah spontan, jernih
c. Penolong : Bidan
d. Kondisi saat Lahir : Spontan menangis kuat, warna kulit
kemerahan, dan tonus otot aktif
e. Masa Gestasi : 40 minggu + 3 hari
3. Riwayat Penyakit Ibu dan Keluarga

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular dan


menurun seperti (HIV, Sifilis, Jantung, Asma, TBC) dan ibu
mengatakan tidak memiliki penyakit terhadap sesuatu.

4. Eliminasi dan Nutrisi


a. ASI : sudah diberikan, segera setelah lahir
b. BAB : bayi belum BAB
BAK : bayi belum BAK
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

97
Penilian awal
a. Menangis kuat : menangis kuat dan spontan
b. Warna Kulit : kemerahan
c. Tonus otot : bergerak aktif
d. Tanda – tanda Vital
1) Denyut jatung : 135 x/menit

2) Pernapasan : 53 x/menit

3) Suhu : 36.3℃

2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat badan : 3500 gram
b. Panjang badan : 50 cm
c. Lingkar kepala : 32 cm
d. Lingkar dada : 32 cm
e. Lingkar perut : 30 cm
f. LILA : 10 cm
g. Apgar score : 8/9

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kulit : Kemerahan, tidak sianosis, tidak ada tanda lahir


b. Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada kelainan (tidak ada
caput succedanum dan cephalhematoma)
c. Mata : Simetris, sejajar dengan telinga, tidak strabismus
tidak ikterik, konjungtiva merah muda.

d. Telinga : Simetris, terdapat lubang telinga, tidak ada


pengeluaran, cuping telinga membuka.
e. Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung
f. Mulut : Tidak terdapat labioskizis dan labiopalatoskizis

g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

h. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada yang dalam

98
i. Umbilikus: Tidak ada pengeluaran cairan
j. Ekstermitas
Jari / bentuk : Lengkap, tidak sindaktili atau polidaktili

Gerakan : Aktif

Kelainan : Tidak ada

k. Punggung : Tidak ada spinabifida


l. Genetalia : Terdapat lubang uretra diujung penis, dan testis
sudah turun ke skrotum
m. Anus : Terdapat lubang anus, Belum mengeluarkan
mekonium
n. Eliminasi : BAK (-), BAB (-)
o. Refleks : Moro (+), Rooting (+), Sucking (+), Grasping (+),
swallowing (+), Babinski (+), Tonic neck (+).

ASSASMENT
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1

jam

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Vitamin K, salep mata dan antropometri.

PENATALAKSANAAN
1. Melakukan identifikasi bayi baru lahir, membersihkan tubuh bayi
dan menjaga kehangatan dengan meletakan bayi di tempat yang
hangat, dan memakaikan pakaian bersih dan kering, memakaikan
sarung tangan serta sarung kaki dan topi. (Bayi sudah dikeringkan
dan dijaga kehangatannya).
2. Memberitahukan kepada ibu dan suami tentang keadaan bayinya,
bahwa bayi lahir sehat dan tidak ada kelainan dengan jenis
kelamin laki-laki, BB 3500 gram, dan panjang 50 cm. (Ibu

99
mengetahui tentang keadaan bayinya dan merasa senang bahwa
bayinya sehat)

3. Memberitahukan ibu dan suami bahwa bayinya akan diberikan


Vit K untuk mencegah perdarahan pada bayi yang akan
disuntikan di paha luar sebelah kiri secara IM dengan dosis 0,5
mg. (Bayi sudah diberikan Vit K, ibu dan suami mengetahui).
4. Memberikan salep mata untuk mencegah infeksi dengan cara
oleskan salep mata dari mata bagian dalam ke arah bagian luar
secara bergantian antara mata kanan dan kiri. (Salep mata telah
diberikan, ibu dan suami mengetahui).
5. Memberitahukan ibu dan suami bahwa 1 jam setelah pemberian
Vit K, bayi akan diberikan imunisasi Hb0 untuk mencegah
penularan virus hepatitis B pada bayi baru lahir. (Ibu dan suami
mengetahui bahwa bayi akan diberikan imunisasi Hb0 pada 1 jam
setelah pemberian vit K).
6. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang benar yaitu
mulut janin menghisap hingga tidak hanya putting susu saja
namun sampai ke bagian areola, posisi badan dan kepala bayi
sejajar, perut bayi dan perut ibu menempel, serta perhatikan
hidung bayi jangan sampai jalan nafasnya terhambat. (Ibu
mengerti dan dapat melakukan teknik menyusui dengan baik).
7. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya sesering
mungkin minimal 2 jam sekali atau secara on demand, kapan saja
bayi ingin menyusu, berikan bayi asi hingga payudara terasa
kosong, namun bila bayi sudah merasa kenyang yaitu bayi
melepas putting susu ibu. (Ibu dapat menyusui bayinya dengan
posisi perlekatan yang tepat)
8. Memakaikan baju, popok, bedong serta topi bayi. (Bayi sudah
menggunakan pakaian lengkap).
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya. (Ibu
mengerti dan bersedia untuk melakukannya)

100
10. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok sesering mungkin
untuk mencegah terjadinya iritasi. (Ibu dapat melakukan
penggantian popok saat bayi BAK atau BAB dan suami
berpartisipasi dalam menggantikan popok bayi).
11. Melakukan pemantauan BAK dan BAB pada bayi (bayi belum
BAB dan BAK)
12. Memberitahu ibu dan keluarga untuk memulai komunikasi
dengan bayi dengan sentuhan, kasih sayang, dan mengajak bicara.
(Ibu dan suami dapat mengulangi penjelasan dan melakukan
komunikasi pada bayi.

101
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU
LAHIR UMUR 6 JAM KUNJUNGAN NEONATUS
1 (KN 1)

Tanggal : 05 april 2023

Tempat : Ruang Perawatan

Nifas Waktu : 08.00 WIB

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada bayinya, gerakannya


aktif, sudah mulai menyusu, Bayi sudah BAK dan BAB, tali
pusat tidak menunjukkan tanda infeksi.

OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Tanda – tanda Vital
a. Denyut jatung : 130 x/menit

b. Pernapasan : 55 x/menit

c. Suhu : 36.8℃

2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : simetris, tidak ikterik
b. Kulit : kemerahan, tidak ikterik, tidak sianosis
c. Umbilicus/tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi
d. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
e. Abdomen : Tidak ada kelainan seperti omfalokel, tidak
ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan tali pusat
f. Ekstremitas atas : Kedua tangan sama panjang dan
simetris, jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan seperti
sindaktili dan polidaktili.

102
g. Ekstremitas bawah : Kedua kaki sama panjang dan
simetrism jumlah jari lengkap dengan bentuk dan
ukuran yang normal, tidak ada kelainan seperti
sindaktili dan polidaktili.
h. Genetalia : Tidak ada infeksi atau kelainan, testis sudah
turun ke skrotum.

ASSASMENT
Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6

Jam

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Memfasilitasi pemberian ASI Ekslusif dan pendkes


mengenai perawatan tali pusat dan tanda bahaya bayi baru lahir.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan kepada ibu dan suami tentang keadaan


bayinya, bahwa bayi sehat dan tidak ada tanda bahaya pada
bayi. (Ibu dan suami mengerti serta mengetahui tentang
keadaan bayinya dan merasa senang bahwa bayinya sehat).
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya.
Seperti menggunakan bedong, mengoleskan minyak telon, lalu
jangan arahkan kipas angin atau pedingin ruangan langsung
kepada tubuh bayi, atur suhu ruangan sesuai dengan suhu bayi
aatau jangan terlalu dingin. (Ibu dapat menjaga kehangatan
bayi).
3. Mengajarkan ibu tentang perawatan tali pusat bayi yaitu
menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering. (Ibu mengerti
dan mengetahui caranya).
4. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir
seperti bayi tidak mau menyusu, bayi tampak lemas, kulit

103
kebiruan, demam dan keluar darah pada tali pusat (Ibu
mengetahui tandanya dan akan segera ke bidan apabila
terdapat salah satu tanda tersebut)
5. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi, yaitu
menyusui bayi setiap 2 jam secara on demand , lalu mengganti
popok bayi ketika BAB dan BAK atau ketika basah. (Ibu
mengerti dan mampu menjelaskan kembali penjelasan yang
sudah diberikan)
6. Memberitahu ibu untuk jangan memberikan makanan atau
minuman apapun kepada bayinya selain ASI. (ibu mengerti
dan mampu menjelaskan kembali penjelasan yang sudah di
berikan dan ibu bersedia untuk memberikan ASI pada
bayinya).

104
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU
LAHIR UMUR 6 HARI KUNJUNGAN
NEONTUS 2 (KN 2)
KUNJUNGAN NEONATUS 6 HARI

Tanggal : 11 April 2023

Tempat : Poli KIA

Waktu : 10.00 WIB

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat, tali pusat sudah


puput pada hari ke-5, tidak ada tanda bahaya, air susu ibu sudah
keluar banyak, BAK 6-7 kali sehari dan BAB 3-5 kali sehari,
bayi menggunakan gurita.

OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital : Denyut Jantung : 140 x/menit
Pernafasan : 44 x/menit
Suhu : 36,8 ℃

2. Pemeriksaan Antropometri
BB lahir : 3500 gram
BB sekarang : 3300 gram
PB : 51 cm
Lila : 10 cm

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : simetris, tidak ada kelainan
b. Kulit : Kemerahan, tidak Ikterus, bersih tidak

105
terdapat pustus pada kulit dan lipatan.

c. Mata : Normal, simetris, tidak ikterik, konjungtiva


tidak anemis
d. Telinga : Simteris kanan dan kiri, tidak ada
pengeluaran serumen
e. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
f. Umbilikus/tali pusat : Sudah puput dan
tidak ada tanda-tanda infeksi
g. Punggung : Tidak ada spina bifida
h. Ekstremitas : Tidak ada oedem, bergerak aktif

ASSASMENT
Diagnosa : NCB-SMK usia 6 hari

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan kepada ibu dan suami tentang keadaan


bayinya, bahwa bayi sehat dan tidak ada tanda bahaya pada
bayi. (Ibu dan suami mengerti serta mengetahui tentang
keadaan bayinya dan merasa senang bahwa bayinya sehat).
2. Memberitahu ibu dan suami bahwa berat badan bayi nya
turun 200 gr namun masih dalam batas normal. (Ibu dan
suami mengerti dan tidak khawatir)
3. Menginformasikan ibu bahwa selama 6 bulan asupan nutrisi
yang diperlukan bayi hanya ASI ekslusif (ASI saja tanpa
tambahan bahan makanan atau minuman lainnya seperti
madu, buah-buahan, dll). (Ibu dapat mengulangi penjelasan
tentang ASI dan bersedia untuk memberikan ASI Eksklusif
selama 6 bulan).
4. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok sesering mungkin
untuk mencegah terjadinya iritasi. (Ibu mengerti dan bersedia
untuk melakukannya).

106
5. Memberikan pendidikan kesehatan ibu dan suami mengenai
tidak diperlukannya penggunaan gurita pada bayi. (Ibu dan
suami paham dan bersedia untuk tidak menggunakan gurita
pada bayi)
6. Mengingatkan ibu mengenai tanda bahaya bayi baru lahir
yaitu seperti demam, tidak mau menyusu, merintih, sesak
nafas, kulit kebiruan, bayi tampak lemas. (ibu mengerti dan
dapat mengulangi penjelasan tentang tanda bahaya pada bayi)
7. Memberikan KIE mengenai perawatan bayi baru lahir yaitu
seperti menjaga bayi tetap hangat, mengganti pakaian, atau
popok bayi setiap BAK/BAB/basah, menganjurkan ibu untuk
tidak memakaikan bedak atau minyak wangi karena kulit
bayi sensitif, menjaga sisa tali pusat yang sudah puput agar
tetap bersih dan kering serta jangan diberikan apapun kepada
tali pusat. (ibu dapat mengulangi penjelasan mengenai
perawatan bayi baru lahir).
8. Mengingatkan ibu Kembali untuk pengontrolan ibu dan bayi
sesuai jadwal yang diberikan oleh Puskesmas. (Ibu paham
dan bersedia melakukan kunjungan)

107
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU
LAHIR UMUR 11 HARI KUNJUNGAN
NEONTUS 3 (KN 3)
Tanggal : 16 April 2023

Tempat : Rumah Klien

Waktu : 10.30 WIB

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan bayinya sehat dan aktif, keinginin menyusu sangat


kuat, ibu rajin menjemur bayinya 10-15 menit setiap pagi hari dan
bayi sudah tidak menggunakan gurita.

OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital : Denyut Jantung : 144 x/menit
Pernafasan : 40 x/menit
Suhu : 36,5 ℃

2. Pemeriksaan Antropometri
BB lahir : 3500 gram
BB sekarang : 3400 gram
PB : 52 cm
Lila : 11 cm

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : simetris, tidak ada kelainan


b. Kulit : Kemerahan, tidak Ikterus.
c. Mata : normal, simetris, tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis
d. Telinga : Simteris kanan dan kiri, tidak ada

108
pengeluaran serumen
e. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
f. Umbilikus/tali pusat : Sudah puput dan tidak ada
tanda-tanda infeksi
g. Punggung : tidak ada spina bifida
h. Ekstremitas : tidak ada oedem, bergerak aktif

ASSASMENT
Diagnosa

Masalah

Kebutuhan : tidak ada

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan kepada ibu tentang keadaan bayinya, bahwa


bayi sehat dan tidak ada tanda bahaya pada bayi. (Ibu mengerti
serta mengetahui tentang keadaan bayinya dan merasa senang
bahwa bayinya sehat).

2. Menginformasikan ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif


sehingga ibunya diminta untuk menjaga pola nutrisinya baik
dari konsumsi air mineral maupun sayur-sayuran dan buah-
buahan. (Ibu mengerti dan menjalankan pola nutrisi yang baik
dan sehat)
3. Mengevaluasi akan penggunaan gurita pada bayi. (Ibu sudah
tidak menggunakan gurita pada bayinya).
4. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu atau
puskesmas setiap bulan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayi. (Ibu bersedia untuk dating ke posyandu
atau puskesmas untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayinya)
5. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dan

109
lingkungan. (ibu dapat mengingatnya dengan baik)
6. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada
tanggal 05 Mei 2023 saat bayi berusia 1 bulan untuk
melakukan imunisasi BCG dan polio tetes. (Ibu dapat
mengulangi penjelasan dan bersedia melakukan kunjungan
ulang).

110
D. Masa Nifas
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
KUNJUNGAN NIFAS I (KF I)

Kunjungan Nifas 6 jam


Tanggal : 05 April 2023

Tempat : Ruang perawatan Nifas

Waktu : 08.00 WIB

SUBJEKTIF
Ibu merasa mulas dan dapat memperaktikan tehnik masase fundus
uterus yang telah diajarkan, ibu sudah mobilisasi dan Sudah ke
kamar mandi untuk BAK namunbelum BAB, ASI sudah keluar,
Perdarahan normal, sudah makan dan minum obat vitamin yang
telah diberikan, ibu sudah mengganti pembalut 2 kali dalam 6 jam.

OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vital : TD : 105/75 mmHg RR : 20 x/m


Nadi : 86 x/m Suhu : 36,6℃
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : tidak ada oedema, tidak pucat
b. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.dan
kelenjar getah bening

111
d. Payudara : tidak ada pembengkakan, putting susu
menonjol, ASI sudah keluar sedikit.
e. Abdomen
1) TFU : 1 jari dibawah pusat
2) Kontraksi : Baik, Teraba keras
3) Kandung kemih : kosong
4) Distatis rectus Abdominis : Normal, tidak
ditemukan pelebaran sebesar >3 jari
f. Genitalia
1) Vulva vagina : tidak ada keluhan
2) Luka jahitan : tidak terdapat luka jahitan
3) Perdarahan : Normal, ± 20 cc
4) Lochea : Rubra
g. Ekstremitas : tidak ada oedema

ASSASMENT

Diagnosa : P3A0 postpartum 6 jam

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Istirahat yang cukup, pemantauan tanda-


tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu dan menjelaskan pada ibu dan suami hasil


pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik. (Ibu mengetahui
dan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan).
2. Memindahkan ibu dan bayi dari ruang bersalin ke ruang
perawatan agar ibu bisa istirahat dengan nyaman. (Ibu dan bayi
telah dipindahkan ke ruang perawatan).

112
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk
mengembalikan tenaga setelah bersalin. (Ibu mengerti dan
sudah makan 1 buah roti dan setengah botol air mineral).
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya untuk
merangsang pengeluaran ASI. (Ibu mengerti dan bersedia
untuk melakukannya).
5. Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara selama masa
nifas dan teknik menyusui yaitu perut ibu bertemu dengan
perut bayi, dan bayi menyusi sampai aerola agar
memaksimalkan dalam pemberian ASI. (Ibu dapat mengulangi
penjelasan dan bersedia untuk melakukannya).
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene yaitu
dengan ganti pembalut 2-3 kali sehari atau jika dirasa sudah
penuh, dan cebok dari arah depan kebelakang lalu dikeringkan.
(Ibu dapat mengulangi penjelasan tentang personal hygiene
dan akan menerapkannya).
7. Menganjurkan ibu untuk rajin mobilisasi mandiri disekitar
ruangan agar sirkulasi darah berjalan dengan lancar. (Ibu
mengerti dan bersedia untuk melakukannya dibantu oleh
suami).

8. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas


yaitu demam, sakit kepala, pandangan kabur, kejang,
perdarahan, pengeluaranpervaginam yang berbau, dsb (Ibu
mengetahui tandanya dan akan segera memanggil bidan
apabila terdapat salah satu tanda-tanda tersebut).
9. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi terapi yang
diberikan yaitu amoxillin 3x500 mg, paracetamol 3x500 mg, sf
1x1, vitamin B12 1x1, vitamin A 1x1, vitamin C 1x1. (Ibu
mengkonsumsi terapi dengan teratur).

113
114
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
KUNJUNGAN NIFAS 2
Kunjungan nifas 6 hari

Tanggal : 11 April 2023

Tempat : Poli KIA

Waktu : 10.00 WIB

SUBJEKTIF

Ibu makan teratur sebanyak 3 kali sehari, banyak minum air mineral
dengan frekuensi 7-8 gelas per hari. Ibu mengkonsumsi obat dan
vitamin secara rutin. Pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna
kecoklatan dan tidak ada keluhan pada pengeluaran pervaginam, ibu
memberikan ASI setiap 2 jam sekali. Ibu merasa sedikit lelah karena
tidur malam kadang terbangun untuk menyusi dan mengganti popok,
ibu sudah BAK dan BAB tanpa keluhan, ibu mengganti pembalut 3
kali sehari, dan mengganti celana dalam setiap ibu merasa tidak
nyaman. Ibu merasa bersyukur ASInya yang keluar sudah banyak.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/m
Nadi : 84 x/m Suhu : 36,6℃

2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : tidak ada oedema, tidak pucat

115
b. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.dan kelenjar
getah bening
d. Payudara : ASI sudah keluar banyak dan tidak ada
tanda-tanda bendungan ASI
e. Abdomen
1) TFU : Pertengahan pusat-sympisis
2) Kontraksi : Baik
3) Kandung kemih : kosong
4) Distatis rectus Abdominis : Normal, tidak
ditemukan pelebaran sebesar >3 jari
f. Genitalia
1) Vulva vagina : tidak ada keluhan
2) Luka jahitan : tidak terdapat luka jahitan
3) Perdarahan : Normal, ± 5cc
4) Lochea : Sanguinolenta
g. Ekstremitas : tidak ada oedema

ASSASMENT
Diagnosa : P3A0 Postpartum 6 hari

Masalah : Tidak ada

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu dan menjelaskan pada ibu dan suami hasil
pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik. (Ibu mengetahui
dan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan).

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya,


termasuk kebersihan daerah kemaluan. (Ibu mengerti dan dapat

116
menjaga kebersihan diri).
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola istirahat yang
cukup yaitu dengan cara saat bayi tidur, ibu istirahat dan ikut
tidur. (Ibu mengerti dan dapat menjaga pola tidur).
4. Mengajarkan ibu cara perawatan payudara selama nifas untuk
mencegah terjadinya bendungan ASI. (Ibu mengerti dan
bersedia dan dapat melakukannya).
5. Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu. (Ibu
dalam keadaan baik dan tidak terdapat tanda-tanda demam dan
infeksi)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


KUNJUNGAN NIFAS 3 (KF 3)

Kunjungan nifas 11 hari

Tanggal : 16 April 2023

Tempat : Rumah Klien

Waktu : 10.30 WIB

SUBJEKTIF
Ibu sudah mulai terbiasa dengan perubahan setelah melahirkan,
Mengenai pola makan, istirahat, aktivitas, dan menyusui dilakukan
seperti biasa. Pengeluaran pervaginam tidak ada cairan berbau, pola
makan ibu baik dengan makanan yang bergizi dan minum air
mineral yang banyak, makan sayur-sayuran, lauk yang
mengandung protein dan tanpa ada pantangan makanan, ibu tidak
takut untuk dalam membersihkan alat genitalia dan ibu tidak
memiliki keluhan mengenai mobilisasi, BAK dan BABnya.

117
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital : TD: 120/70 mmHg RR : 20 x/m
Nadi : 82 x/m Suhu : 36,5℃

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : tidak ada oedema, tidak pucat


b. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.dan
kelenjar getah bening
d. Payudara : ASI sudah keluar banyak dan tidak ada
tanda-tanda bendungan ASI
e. Abdomen
1) TFU : tidak teraba diatas sympisis
2) Kontraksi : Baik
3) Kandung kemih : kosong
4) Distatis rectus Abdominis : Normal, tidak
ditemukan pelebaran sebesar >3 jari
f. Genitalia
1) Vulva vagina : tidak ada keluhan
2) Luka jahitan : tidak terdapat luka jahitan
3) Perdarahan : Normal, ± 5cc
4) Lochea : serosa
g. Ekstremitas : tidak ada oedem

118
ASSASMENT
Diagnosa : P3A0 Postpartum 11 hari

Masalah : Tidak ada

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu dan menjelaskan pada ibu dan suami hasil
pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik. (Ibu mengetahui
dan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan).
2. Memberikan pujian kepada ibu telah menyusui bayinya
sesering mungkin dan berhasil memberikan ASI ekslusif,
serta memberikan dukungan untuk terus memberikan ASI
ekslusif. (Ibu merasa senang karena dapat memberikan ASI
eksklusif untuk bayinya)
3. Mengapresiasi kepada ibu dan keluarga karena sudah mampu
bekerja sama dalam merawat anak-anak dengan baik dan
mengingatkan kepada ibu dan keluarga untuk
mempertahankan seluruh pola hidup seperti pola makan,
istirahat, aktivitas, dan pola asuh yang telah dilaksanakan
sebelumnya dengan baik. (Ibu dan keluarga mengerti dan
akan mempertahankan seluruh kegiatan positif yang telah
dilakukan sebelumnya)
4. Mengingatkan ibu untuk imunisasi BCG dan polio tetes saat
bayi berusia 1 bulan, yaitu pada tanggal 05 Mei 2023. (Ibu
mengerti dan akan melakukan imunisasi).

119
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A. Asuhan Kehamilan
Pada tanggal 03 April 2023, penulis bertemu dengan Ny. SWN di poli
KIA puskesmas kecamatan Penjaringan. Setelah di anamnesa diketahui
bahwa Ny. SWN berusia 26 tahun, hamil anak ketiga dengan usia kehamilan
40 minggu. Pada awal kehamilan Ny. SWN tidak melakukan kunjungan
antenatal saat trimester pertama. Trimester 2 Ny. SWN melakukan
kunjungan sebanyak 2 kali di poli KIA, Ny. SWN melakukan kunjungan
pertamanya pada usia kehamilan 17 minggu. Pada trimester 3 Ny. SWN
melakukan kunjungan sebanyak 4 kali. Sedangkan pada teori kunjungan
antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut:
kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali maupun kunjungan,
kehamilan trimester kedua layanan (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan
kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua
kali kunjungan. (24)

Jumlah kunjungan Ny. SWN sesuai pada teori yang ada namun pada
trimester 1 Ny. SWN tidak melakukan kunjungan sama sekali karena tidak
menyadari bahwa dirinya hamil. Menurut laporan kinerja Direktorat
Kesehatan Keluarga Tahun Anggaran 2021 pelayanan antenatal dilakukan 4
kali dengan sesuai standar kualitas melalui 10 T. Asuhan Ny.SWN sudah
dilakukan dengan baik sesuai standar kualitas melalui 10 T. (25)

Pengkonsumsian suplemen maupun vitamin yang diberikan sudah


dikonsumsi dengan teratur oleh Ny. SWN. Sehingga, proses kehamilannya
dapat berjalan dengan baik dan normal tanpa komplikasi. Ny. SWN
menjalankan kehamilannya dengan nyaman dan didukung sepenuhnya oleh

120
keluarga, terlihat pada setiap kunjungan ANC Ny. SWN datang dengan
ekspresi ceria. Kehamilan ini adalah kehamilan ketiga yang dialami Ny.
SWN dengan HPHT 23 Juni 2022 dan taksiran persalinannya pada 02 April
2023, Ny. SWN melahirkan pada tanggal 05 April 2023 terdapat selisih
waktu dengan hpht sebanyak 3 hari.

Berat badan Ny. SWN sebelum hamil adalah 44 kg dan tinggi


badannya 158 cm. Berat badan setelah hamil 56kg. IMT Ny.SWN adalah
17.6 Maka menurut teori Ny. SWN memiliki IMT underweight, sedangkan
menurut teori ibu dengan IMT underweight, lebih sering mengalami anemia,
melahirkan prematur, dan memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah.
(26)

Hasil pengukuran Lila Ny. SWN adalah 24 cm, (Pengukuran LILA


dimaksudkan untuk mengetahui apakah seorang mempunyai risiko KEK,
apabila ukuran LILA < 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan
bayi berat lahir rendah. Penulis melakukan informed consent untuk meminta
ketersediaan Ny. SWN untuk dilakukan pendampingan sebagai pasien
asuhan komprehensif. Informed consent atau persetujuan tindakan medis
sangat penting untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakitnya
dan tidakan maupun alternatif tindakan yang akan dilakukan kepadanya.
(27,28)

Setelah melakukan informed consent penulis melakukan anamnesa


kepada Ny. SWN untuk mengetahui informasi yang dimiliki oleh pasien
seperti identitas, riwayat kesehatan, riwayat obstetri, riwayat medis lainnya
dan riwayat sosial ekonomi yang bisa penulis gunakan untuk menegakkan
diagnosis dan melakukan rencana asuhan selanjutnya.

Selama proses kehamilan ini, tidak ditemukan adanya tanda bahaya

121
kehamilan pada ibu, pemeriksaan rutin dilakukan dengan Pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal. Dilakukan juga pemeriksaan abdomen, terlihat ada
striae gravidarum dan linea nigra pada abdomen Ny. SWN tinggi fundus
pada pemeriksaan kali ini 30 cm.

Konseling yang diberikan pada saat ini adalah mengenai tanda-tanda


persalinan yaitu seperti kontraksi yang mulai sering dan teratur, keluarnya
lendir darah dan keluar air-air. (10)

Penulis mengingatkan juga untuk mempersiapkan persalinan seperti


menurut Januarto, dkk (2020) adalah pemilihan metode persalinan ibu,
tenaga medis, penolong persalinan, tempat melahirkan. Begitu pula menurut
(10) persiapan kebutuhan dan persiapan mental. Lalu perlu juga
mempersiapkan perlengkapan persalinan seperti baju ibu, baju bayi, bedong
bayi, popok bayi, perlengkapan mandi ibu dan bayi, dll.

B. Asuhan Persalinan
Kala I Fase Aktif
Kala I Ny. dimulai sejak tanggal 05 April 2023, pukul 00.15 WIB ibu
datang ke puskesmas kecamatan Penjaringan dengan keluhan perut terasa
mulas sejak pukul 16.00 WIB, sudah keluar lender darah, namun belum
keluar air-air. Hal ini sesuai bahwa Tanda-tanda persalinan itu terdiri dari
tanda persalinan adanya Timbulnya kontraksi uterus, Penipisan dan
pembukaan servix, Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) dan
Premature Rupture of Membrane atau bisa disebut ketuban pecah. (13)
Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan bahwa keadaan umum baik,
tanda-tanda vital dalam batas normal, namun pada tekanan darah hasil
pemeriksaan pada saat datang yaitu 120/80. Pemeriksaan kebidanan dengan
pemeriksaan leopold didapatkan TFU 30 cm, letak janin memanjang, posisi
punggung kanan, presentasi letak belakang kepala, Djj positif dengan

122
frekuensi 140 kali per menit. Pada pemeriksaan kontraksi didapatkan
kontraksi sebanyak 3 kali dalam 10 menit lamanya 20 detik, kekuatan
kontraksi kuat dan terdapat relaksasi. Pada pemeriksaan dalam (vaginal
toucher) vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tipis dan lunak,
pembukaan 4 cm, ketubah utuh, presentasi belakang kepala, tidak ada
molase, dan pengeluaran pervaginam yaitu lendir campur darah.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
kebidanan yang sudah dilakukan kepada Ny.SWN maka dapat disimpulkan
diagnosa yaitu G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif, janin
tunggal hidup dengan presentasi belakang kepala. Sedangkan menurut teori
Sabila, dkk (2021) Bayi akan dikatakan postmatur jika usia kelahiran
melebihi 42 minggu. Maka Ny. SWN belum masuk kepada kategori
kelahiran postmatur.
Selanjutnya asuhan yang penulis berikan adalah memantau kemajuan
persalinan dengan menggunakan lembar partograf, lalu memenuhi
kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu dengan menganjurkan ibu untuk makan
dan minum terlebih dahulu sebagai penambahan energi selama proses
persalinan, melakukan pendampingan selama proses persalinan, membantu
ibu dalam memilih posisi litotomi yang nyaman dan sesuai keinginan ibu.
mengajarkan ibu tehnik relaksasi pernapasan saat ada kontraksi,
menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke arah kiri agar dapat
memberikan oksigen kepada janin, memberikan dukungan kepada ibu,
melakukan teknik massage punggung untuk memberikan perasaan nyaman
pada ibu agar melalui proses persalinan dengan perasaan senang. Metode
massage pada punggung saat persalinan dapat berfungsi sebagai analgesik
epidural yang dapat mengurangi nyeri dan stres, serta dapat memberikan
kenyaman pada ibu bersalin. (29)
Kala II

123
Pada pukul 01.50 WIB Ny.SWN mengatakan rasa mulasnya semakin
kuat, ada dorongan meneran seperti ingin BAB. Ny. SWN menunjukkan
tanda gejala kala II sesuai dengan teori yang tercantum yaitu adanya
dorongan ingin meneran, tekananan pada anus, perineum menonjol, dan
vulva yang membuka. (13)

Penulis memeriksa DJJ didapatkan hasil DJJ 130 kali per menit,
teratur. Dalam pemeriksaan DJJ pada Kala II terdapat perubahan atau
penurunan yang disebakan posisi ibu dalam pemeriksaan DJJ yaitu posisi
litotomi yang menyebabkan DJJ tidak teratur namun masih dalam batas
normal. Kemudian melakukan pemeriksaan dalam, berdasarkan hasil
pemeriksaan dalam diketahui bahwa pembukaan sudah lengkap, portio tidak
teraba, presentasi belakang kepala, tidak ada molase, ketuban sudah pecah
berwarna jernih dan berbau khas, penurunan Hodge III+, dan penyusupan 0.
His sebanyak 4 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik. Dari hasil
pemeriksaan, maka penulis menyimpulkan klien dengan diagnosa
G3P2A0 hamil 40 partus kala II, janin tunggal hidup intra uterine presentasi
letak belakang kepala.

Dengan hasil pemeriksaan berikut telah diketahui bahwa pembukaan


serviks telah lengkap maka penolong segera melakukan persiapan persalinan
dengan menginformasikan hasil pemeriksaan, mengatur posisi ibu dengan
posisi litotomi lalu kedua tangan merangkul kedua paha sampai sebatas siku,
kepala diangkat, dagu menempel pada dada, mata melihat kearah perut, gigi
dirapatkan, menganjurkan ibu meneran ketika ada kontraksi jika tidak ada
kontraksi ibu dianjurkan untuk tidak meneran dan pada saat meneran tidak
menahan nafas serta ibu bersalin tidak diperbolehkan mengangkat bokong
saat meneran karena akan mengakibatkan rupture perineum. (30). Karena
ibu mampu mengikuti arahan dari bidan maka ibu tidak mengalami rupture
perineum. Namun terdapat kesenjangan pada teori dikarenakan ibu memilih

124
posisi litotomi sedangkan pada teori menyebutkan bahwa posisi litotomi ini
sudah tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kesulitan penurunan
bagian bawah janin. (10)

Menurut teori asuhan pada kala II salah satunya adalah pendampingan


ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya. (10). Namun pada
proses persalinan kali ini tidak dilakukan pendampingan karena suami
pasien sedang tidak berada di puskesmas melainkan sedang pulang untuk
mengambil beberapa barang yang dibutuhkan.

Bayi lahir spontan pukul 02.00 WIB. Neonatus cukup bulan, bayi
menangis kuat, warna kulit kemerahan, pergerakan aktif, jenis kelamin laki-
laki, tonus otot aktif, cacat (-) , dan anus (+). Segera melakukan pengeringan
pada tubuh bayi yang basah oleh cairan ketuban dan darah untuk
menghindari proses kehilangan panas pada bayi, sesuai dengan teori yang
tercantum yaitu proses kehilangan panas evaporasi. Evaporasi adalah
hilangnya panas tubuh karena penguapan air pada tubuh. (31)

Jika keadaan bayi sudah dalam keadaan baik maka dilanjutkan dengan
proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan dengan air susu ibunya sendiri dalam satu jam pertama
kelahiran. IMD juga menjadi salah satu asuhan untuk mencegah kejadian
hipotermia. (32)
Kala III
Penulis melakukan pemeriksaan abdomen untuk menentukan bahwa tidak
ada janin kedua untuk melakukan penyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada
1/3 paha bagian atas luar yang berguna untuk membantu pengeluaran plasenta.
Hal tersebut sudah sesuai pada teori asuhan pada kala III yang tercantum pada
Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan. (10)
Terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta sesuai yang terdapat pada teori,
yaitu uterus globuler, terdapat semburan darah dan tali pusat memanjang. (13).

125
Selanjutnya melakukan penegangan tali pusat terkendali, hal ini sudah sesuai
dengan teori yang penulis temukan. (10).
Plasenta lahir pada pukul 02.10 WIB. Selanjutnya penulis segera
melakukan masase fundus uteri searah dengan jarum jam selama 15 detik sesuai
dengan teori yang penulis temukan. (10). Setelah itu melakukan pengecekan
kelengkapan plasenta, laserasi dan jumlah perdarahan. Plasenta kesan lengkap,
tidak terdapat rupture, perdarahan ±150 ml. Sedangkan perdarahan postpartum
adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi setelah
anak lahir, Maka Ny.SWN tidak mengalami perdarahan. (33)
Kala IV
Penulis melakukan pemantauan kala 4 setelah plasenta lahir, seperti luka
perineum dan jumlah perdarahan sesuai dengan teori yang penulis dapatkan
yaitu dianggap terjadi perdarahan jika jumlahnya tidak melebihi 500 cc.
(10,13). Ny. SWN tidak mengalami robekan perineum dan tidak mengalami
perdarahan. Setelah itu dilanjutkan dengan membersihkan tubuh ibu dan tempat
sekitar ibu dari paparan darah dan mengganti pakaian ibu agar ibu merasa
nyaman. Hal ini sebetulnya tidak tercantum pada asuhan kala IV namun demi
kenyamanan ibu bersalin asuhan ini diberikan.
Melakukan pemantauan setiap 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan sesuai
dengan teori yang penulis temukan. (13) Pemantauan dan observasi harus
dilakukan pada kala IV sebab perdarahan postpartum paling sering terjadi pada
2 jam pertama setelah persalinan.(34)

C. Asuhan Bayi Baru Lahir


Bayi Ny. SWN lahir spontan pada usia kehamilan 40 minggu yang
dimana bayi sudah cukup bulan dan berat badan lahir 3500 gram yang masih
termasuk ke dalam kategori normal. Sesuai dengan teori bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dengan presentasi belakang kepala melalui

126
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai APGAR >7
dan tanpa cacat bawaan. (35)
Setelah bayi lahir, bayi langsung di keringkan untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi. Bayi baru lahir kehilangan panas empat kali
lebih besar dari pada orang dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan suhu, hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Bayi
baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa,
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Suhu bayi yang rendah
mengakibatkan proses metabolik dan fisiologi melambat. Kecepatan
pernafasan dan denyut jantung sangat melambat, tekanan darah rendah dan
kesadaran menghilang. Bila keadaan ini terus berlanjut dan tidak
mendapatkan penanganan maka dapat menimbulkan kematian pada bayi
baru lahir. (32)
Setelah bayi dikeringkan lalu dilanjutkan dengan membedong bayi
menggunakan handuk hangat akan mempertahankan suhu tubuh bayi.
Selanjutnya melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam. IMD
berhasil dengan dibuktikan bayi tampak mencari puting susu ibu. Tujuan
IMD adalah untuk mencegah bayi mengalami hipotermi, bayi dan ibu
menjadi lebih tenang tidak stres, pernafasan dan detak jantung lebih stabil,
dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi. Sentuhan, emutan dan
jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon
oxytosin yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga mengurangi
perdarahaan ibu dan membantu pelepasan plasenta. Bayi juga akan terlatih
motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan posisi menyusu
dan mempererat hubungan ikatan ibu dan anak. (32,36)
Setelah itu maka dilakukan pemeriksaan antropometri dan
pemeriksaan fisik pada bayi secara sistematis dan dari hasil pemeriksaan
tersebut tidak ditemukan adanya masalah ataupun kelainan yang

127
memerlukan Tindakan segera. Bayi Ny. SWN lalu diberikan salep mata
erythromycin 0,5% pada kedua konjungtiva mata, yang berguna untuk
mencegah penularan infeksi dari ibu ke bayi. Lalu Memberikan injeksi
vitamin K pada bayi yang disuntikan di bagian paha luar sebelah kiri secara
IM untuk mencegah terjadinya perdarahan intra cranial. Sesuai dengan teori,
setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata. Pemberian obat mata
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penularan
infeksi, dan juga semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K untuk
mencegah perdarahan pada otak akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian BBL dan menyatakan bahwa pemberian vitamin K
dan salep mata termasuk ke dalam asuhan segera untuk pencegahan infeksi
pada bayi baru lahir. (37)
Selanjutnya, memakaikan pakaian bayi beserta sarung tangan dan kaki,
serta membungkus bayi menggunakan kain bedong dan topi bayi untuk
menjaga kehangatan tubuh bayi. Setelah 1 jam pemberian Vitamin K bayi
juga diberikan imunisasi HB-0 yang pertama kali pada paha 1/3 paha kanan
secara IM dengan dosis 0,5 cc. Imunisasi HB-0 bermanfaat untuk mencegah
infeksi hepatitis B pada bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi . Penulis
juga melakukan perawatan tali pusat dengan membersihkan dan menjaga tali
pusat dalam keadaan tetap kering sesuai dengan perawatan tali pusat dengan
teknik kering dan bersih. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa dalam melakukan perawatan tali pusat upayakan tali pusat tidak
dalam kondisi basah dan lembab, serta saat memakaikan popok bayi
usahakan tali pusat tidak tertutup oleh popok untuk menghindari terjadinya
infeksi pada tali pusat karena terkena atau tercemar air seni dan tinja bayi.
(37)
Selanjutnya penulis melakukan kunjungan neonatus pertama 6-48 jam,
kunjungan neonatus kedua pada hari ke 3-7, dan kunjungan neonatus ketiga
saat bayi berusia 8-28 hari. Pada kunjungan neonatus pertama, penulis

128
melakukan kunjungan saat bayi berusia 6 jam. Pada pemeriksaan ditemukan
hasil yang baik seperti suhu 36,8℃, pernapasan 55 kali per menit, dan detak
jantung bayi 130 kali permenit. Tidak terdapat infeksi pada kedua mata, kulit
berwarna kemerahan dan tidak terdapat pustul pada kulit, serta tidak terdapat
perdarahan pada tali pusat.
Pada kunjungan neonatus ke 2 pada tanggal 11 April 2023 usia bayi 6
hari. Diketahui bahwa tali pusat sudah puput pada usia bayi 5 hari.
Berdasarkan pemeriksaan, keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam
batas normal, dan tidak ditemukan adanya masalah serta tanda-tanda infeksi
disekitar perut bayi. namun ibu mengatakan berat bayinya turun 200 gr.
Dengan demikian menurut teori Setelah neonatus lahir, berat badanya akan
mengalami penurunan yang bersifat fisiologis. Penurunan berat badan
neonatus dalam 10 hari pasca kelahiran sekitar 10% dari berat badan saat
lahir. Hal ini dikarenakan keluarnya mekonium serta air seni yang belum
diimbangi dengan konsumsi yang dibutuhkan, seperti produksi ASI yang
belum sempurna namun berat badan akan kembali saat hari kesepuluh. (38)
Adapun asuhan dan pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu
memberitahu ibu bahwa penurunan berat badan yang dialami bayinya masih
dalam batas normal dan menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering
mungkin minimal 2 jam sekali atau secara on demand (kapan saja bayi ingin
menyusu); mengajarkan ibu mengenai perawatan pasca tali pusat puput yaitu
dengan cara membersihkan disekitar kulit pusar dengan menggunakan kassa
steril yang sudah dibasahi dengan air hangat atau air DTT (Desinfektan
Tingkat Tinggi) serta pastikan disekitar pusar untuk tetap kering dan tidak
lembab; menganjurkan ibu untuk memberikan sedikit tekanan dan
memberikan gosokan ringan pada saat memandikan bayinya; menganjurkan
ibu untuk mengganti popok sesering mungkin untuk mencegah terjadinya

129
iritasi pada kulit bayi; dan juga memberitahu ibu agar bayinya tidak perlu
menggunakan gurita bayi.
Pada kunjungan neonatus ke 3 pada tanggal 16 April 2023 usia bayi 11
hari, keadaan bayi sehat dan normal, selain itu berat badan bayi bertambah
sehingga dapat dilihat bahwa proses laktasi ibu dapat berlangsung dengan
baik dan lancar, hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik, tanda-tanda
vital dalam batas normal, tidak terdapat tanda bahaya dan infeksi pada bayi.
Dalam melakukan perawatan bayi ibu selalu dibantu dan didukung
oleh suami dan ibu mertua. Suami dan ibu mertua berpartisipasi dalam
perawatan bayi baru lahir seperti menjemur bayi dipagi hari secara
bergantian dengan ibu, menjaga dan menggantikan popok bayi pada saat
malam hari.

D. Asuhan Nifas
Masa nifas Ny. SWN berlangsung dengan baik, keadaan umum dan
tanda- tanda vital dalam batas normal. Proses involusi uteri pada Ny. SWN
berlangsung normal pada 2 jam postpartum TFU setinggi 2 jari dibawah
pusat, pada 6 jam postpartum TFU setinggi 2 jari dibawah pusat, pada hari
ke 6 berada di pertengahan pusat-sympisis, pada hari ke 11 Tidak teraba
diatas simfisis. Hal ini menandakan bahwa proses involusi uterus yang
dialami oleh ibu dalam batas normal dan sesuai dengan teori.

Pengeluaran lochea yang dialami Ny. SWN juga berlangsung secara


fisiologis dan normal sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada hari
pertama dan kedua lochea rubra yang berupa cairan berwarna merah
mengandung darah segar; lochea sanguinolenta pada hari ke-3 sampai hari
ke-7 yang berupa cairan berwarna merah kekuningan yang berisi sisa darah
bercampur lendir; lochea serosa pada hari ke-7 sampai hari ke-14 yang
berupa cairan berwarna kecoklatan yang mengandung lebih banyak serum

130
dan lebih sedikit darah; serta lochea alba pada 2 sampai 6 minggu pasca
persalinan yang berupa cairan berwarna putih kekuningan yang mengandung
leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. (13)

Selama masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik. Penulis


menganjurkan agar ibu memberikan hanya ASI saja tanpa makanan atau
minuman tambahan apapun. Penulis juga memberitahukan mengenai
manfaat dari pemberian ASI, Banyak penelitian yang membuktikan bahwa
Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi karena di
dalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan
penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi
pertama karena ASI mengandung bergbagai zat kekebalan antara lain
immunoglobulin. (39)

Adaptasi psikologis Ny. SWN juga dalam keadaan baik. Hal tersebut
dapat terlihat dari sikap ibu yang merasa sangat senang atas kelahiran
bayinya dan terlihat juga dari cara ibu merawat bayinya yang dibantu oleh
suami dan ibu mertuanya dengan penuh rasa tanggung jawab diantaranya
seperti menyusui bayinya sesuai dengan keinginan bayi, menjaga
kehangatan bayi, memandikan bayi, merawat talipusat dan mengganti popok
jika bayi BAB dan BAK.

131
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Penulis telah melakukan asuhan komprehensif kepada Ny. SWN yang
meliputi asuhan kebidanan yang menyeluruh dari masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir bertujuan agar penulis mampu
menerapkan pelaksanaannya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengkajian dan pendokumentasian data subjektif dan objektif yang


lengkap dilakukan sejak pertemuan pertama dengan klien yaitu pada
usia kehamilan 40 minggu hingga masa nifas 11 hari.
2. Analisa masalah dan diagnosa kebidanan telah dilakukan pengkajian
sehingga dapat masalah dan kebutuhan ibu telah diatasi dengan baik.
3. Diagnosa kebidanan potensial pada Pada Ibu Hamil, Bersalin, Bayi
Baru Lahir Dan Nifas pada Ny. SWN telah dilakukan pengkajian
sesuai dengan manajemen kebidanan.
4. Perencanaan Tindakan Pada Ibu Hamil, Bersalin, Bayi Baru Lahir
Dan Nifas pada Ny. SWN sudah dilakukan berdasarkan analisis dan
diagnosa yang telah dilakukan pada saat pengkajian sesuai dengan
kebutuhan.
5. Selalu melakukan evaluasi asuhan setelah memberikan asuhan
kepada Ny. SWN mulai dari hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas,
dan memastikan Ny. SWN beserta keluarga mengerti tentang edukasi
dan tatalaksana yang ditandai dengan Ny.SWN dan keluarga dapat
mengulangi anjuran yang didapat selama pelaksanaan asuhan.
6. Diagnosa potensial pada asuhan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir sudah dilakukan pengkajian berdasarkan manajemen
kebidanan.
7. Dokumentasi asuhan kebidanan pada Ny. A pada masa kehamilan,

132
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir dibuat dalam bentuk SOAP dan
laporan studi kasus.

B. SARAN

1. Untuk Institusi Pendidikan


a. Meningkatkan mutu pendidikan pada masa sekarang maupun
masa yang akan datang sehingga dapat mencetak lulusan yang
bermutu dan kompeten dibidangnya.
b. Meningkatkan kualitas pengetahuan baik materi maupun teori
mengenai asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas,
dan bayi baru lahir.
c. Menyiapkan waktu yang terstuktur untuk penerapan asuhan
kebidanan secarakomprehensif
2. Untuk Mahasiswa
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dengan banyak
membaca danmencari informasi dari berbagai sumber yang
ada.
b. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam
memberikan asuhankebidanan pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
c. Mampu melakukan pendokumentasian yang baik dan benar.
3. Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Menerapkan asuhan yang berkesinambungan dalam setiap
asuhanyangdiberikan kepada klien sepanjang siklus
kehidupannya agar dapat memberikanasuhan yang maksimal.
b. Meningkatkan kualitas asuhan kebidanan yang diberikan
kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
c. Meningkatkan promosi kesehatan dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kebidanan.

133
4. Untuk klien dan keluarga
a. Diharapkan klien dan keluarga mendapatkan informasi yang
tepat danbenar tentang kehamilan, persalinan, nifas dan
menyusui, serta bayi baru lahir.
b. Diharapkan keluarga dapat mendampingi serta terus
memotivasi ibu dalammelewati masa-masa kehamilan,
persalinan, nifas dan menyusui, serta membantu ibu.

134
DAFTAR PUSTAKA
1. Indah I, Firdayanti F, Nadyah N. Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal
Pada Ny “N” dengan Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Tanggal 01 Juli 2018. J Midwifery. 2019;1(1):1–14.
2. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2021. Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
2022. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Ibrahim T, Ridwan DA. Determinan Penyebab Kematian Ibu dan Neonatal di
Indonesia. J Kedokt Nanggroe Med. 2022;5(2):43–8.
4. Aprianti SP, Arpa M, Nur FW, Sulfi, Maharani. Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan/Continuity of Care. Asuhan Kebidanan Contiunity Care Di Klin
Med Utama Siduarjo. 2023;5(4).
5. Kasmiati MK, Dian Purnamasari, S.ST. MK, Ernawati. S.ST. MK, Juwita MK,
Salina, S.ST. MK, Winda Dwi Puspita, S.ST MK, et al. Asuhan Kehamilan
[Internet]. 1st ed. Putri : Ira Atika, editor. Kota Malang: PT. Literasi Nusantara
Abadi Grup; 2023. 1–170 p. Available from: http://repo.poltekkes-
maluku.ac.id/id/eprint/218/1/BUKU Asuhan Kehamilan full %281%29 -
Kasmiati lpt.pdf
6. Tyastuti S, Wahyuningsih PH. Asuhan Kebidanan Kehamilan. 1st ed.
Pangaribuan N, editor. Jakarta Selatan: Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2016.
7. Febrianti LD, Zakiyah Z. HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN ADAPTASI PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU HAMIL. J
Kebidanan Indones. 2022;13(1):23–31.
8. Liana. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Care (Anc) Dan Faktor Yang
Mempengaruhinya. Bandar Publishing. Banda Aceh; 2019. 91 p.
9. Januarto AK, Octaviyanti D, Wiweko B, Wibowo N, Aryati, Aziz MA, et al.
Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. Kemenkes
RI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
10. Yulizawati, Insani AA, Sinta L El, Andriani F. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
pada Persalinan. 1st ed. Sidoarjo: Indomedia Pustaka; 2019. 156 p.
11. Kesehatan FI, Bangsa UD, Komputer FI, Bangsa UD, Mojolaban K, Sukoharjo
K. Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Persiapan Persalinan Di Desa
Wonorejo Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Ana Yuliana * , 2 Tri
Wahyuni. J Infokes. 2020;10(2).
12. Rosyati H. BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN. Fakultas

135
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl.; 2017.
13. Kurniarum A. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2016.
14. Handayani TE, Setiyani A, Sa’adab N. Modul Ajar Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi dan Balita. Poltekkes Kemenkes Surabaya. 2018;296.
15. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Pt. Bina Pustaka
Prawirohardjo; 2020. 982 p.
16. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial. 2014.
17. Jamil SN, Sukma F, Hamidah. BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PADA
NEONATUS, BAYI, BALITA dan ANAK PRA SEKOLAH. 1st ed. 2017. 1–
302 p.
18. Pariselo H. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Keberhasilan ASI
Eksklusif di Puskesmas Wara Barat Kota Palopo. J Kesehat Luwu Raya.
2021;7(2):156–61.
19. Mawaddah S. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pemberian Asi
Ekslusif Pada Bayi. J Info Kesehat. 2018;16(2):214–25.
20. Wahyuni ED. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. 1st ed. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan Dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2018. 286 p.
21. Azizah N, Rosyidah R. Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan NIfas dan
Menyusui. Umsida Press; 2019.
22. Lail NH. Modul asuhan kebidanan komprehensif. 2019.
23. Amalia A, Mafticha E. Jenis Persalinan Dengan Skala Nyeri Involusi Uterus
Masa Nifas Di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari Mojokerto. J Hosp
Majapahit. 2012;4(Kolisch 1996):49–56.
24. Aisyah D risqi, Rusmariana A, Mujiati D. Frekuensi Kunjungan ANC
(Antenatal Care) pada Ibu Hamil Trimester III. J Ilm Kesehat. 2019;VIII(2):1–
5.
25. Departemen Kesehatan. Laporan Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga
Tahun 2021. Kementeri Kesehat RI [Internet]. 2022;5201590(021):4.
Available from: https://www.depkes.go.id/article/view/19020100003/hari-
kanker-sedunia-2019.html

136
26. Weku RCF, Wantania JJE, Sondakh JM. Hubungan indeks massa tubuh (IMT)
awal kehamilan dengan luaran maternal neonatal. e-CliniC. 2016;4(2).
27. Sumiaty, Restu S. Kurang Energi Kronis ( KEK ) Ibu Hamil Dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR). J Husada Mahakam. 2016;IV(3):162–70.
28. Realita F, Widanti A, Wibowo DB. Implementasi Persetujuan Tindakan Medis
(Informed Consent) Pada Kegiatan Bakti Sosial Kesehatan Di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang. Soepra J Huk Kesehat. 2016;2(1):30.
29. Supliyani E. Pengaruh Masase Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan
Kala 1 Di Kota Bogor. J Bidan. 2017;3(01):22–9.
30. Syahroni D. Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Cara Meneran Ibu
dengan Ruptur Perineum di Klinik Nurma Tahun 2018. J Kesehat Budi Luhur.
2019;12(2):202–7.
31. Istiqomah SBT, Mufida N. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU
NIFAS PARITAS I TENTANG PERANAN PERAWATAN BAYI BARU
LAHIR DENGAN KEJADIAN HIPOTERMI. J Edu Heal. 2014;4(1).
32. Hutagaol HS, Darwin E, Yantri E. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. J Kesehat
Andalas. 2014;3(3):332–8.
33. Rifdiani I. Pengaruh paritas, bbl, jarak kehamilan dan riwayat perdarahan
terhadap kejadian perdarahan postpartum. J Berk Epidemiol. 2016;4(3):396–
407.
34. Cahyangtyas M, Sunanto, Hidayati T. Hubungan Penambahan Misoprostol
Dengan Jumlah Perdarahan Kala IV Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit
Bhayangkara Lumajang. J Ilm Obs. 2023;15(1).
35. Chairunnisa RO, Juliarti W. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU
LAHIR NORMAL DI PMB HASNA DEWI PEKANBARU. J Kebidanan
Terkini. 2022;2(1):23–8.
36. Adam A, Alim A, Sari NP. PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI PADA
BAYI BARU LAHIR. J Kesehat Manarang. 2016;2(2).
37. Setyani A, Sukesi, esyumanik. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Pra Sekolah. 2016.
38. Anandita MYR, Anggraeni L, Nurfaizah. Hubungan Delayed Cord Clamping
terhadap Kenaikan Berat Badan Neonatus. J Kesehat. 2022;13(1):86.
39. Umboh E, Wilar R, Mantik MFJ. Pengetahuan Ibu Mengenai Manfaat Asi
Pada Bayi. J e-Biomedik. 2013;1(1):210–4.

137
138
LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan
 Pemeriksaan Kehamilan

 Persalinan dan pemeriksaan BBL

139
 KN 1 dan KF 1

 KN 2 dan KF 2

140
 KN 3 dan KF 3

141
INFORMED CONSENT

142
PATOGRAF

143
144
LEMBAR KONSULTASI

145
LEMBAR KUNJUNGAN

146

Anda mungkin juga menyukai