Anda di halaman 1dari 325

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

DENGAN ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS

PONED LOSARI KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :

AMANDA RAMADANI

NIM 4501.0320.A.017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2023
HALAMAN SAMPUL DALAM

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R

DENGAN ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS

PONED LOSARI KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk mendapatkan Gelar Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH :

AMANDA RAMADANI

NIM 4501.0320.A.017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R


DENGAN ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS PONED
LOSARI KABUPATEN CIREBON
PENYUSUN : AMANDA RAMADANI
NIM : 4501.0320.A.017

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diperesentasikan dihadapan


Tim Penguji KTI Program Studi DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

Cirebon, Agustus 2023

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

Heny Puspasari S.ST.M.Kes

Pembimbing, I Pembimbing, II

Ela Rohaeni, S.ST.,M.Kes Eti Suparti, S.ST,Bd

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Iis,S.ST.,M.Kes

ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
CIREBON
2023
ABSTRAK
AMANDA RAMADANI
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R DENGAN
ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS PONED LOSARI KABUPATEN
CIREBON
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu proses
fisiologis namun dalam prosesnya kemungkinan keadaan tersebut dapat
mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh sebab
itu, perlu suatu pelayanan kesehatan untuk mendeteksi secara dini komplikasi
yang mungkin terjadi.
Asuhan kebidanan mencangkup pemeriksaan asuhan kebidanan
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas. Asuhan kebidanan komprehensif ini
dilakukan agar dapat mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi pada seorang
wanita semenjak hamil, bersalin, nifas, sampai dengan bayi yang dilahirkan.
Manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
pada Ny. R dengan menerapkan metode SOAP.
Pada masa kehamilan, Ny. R mengalami nyeri perut bagian bawah, keluhan
ini merupakan keluhan yang normal. Masa persalinan berjalan dengan normal dan
baik hal ini terjadi karena adanya observasi dan tindakan serta asuhan yang tepat
dari awal persalinan hingga janin dapat lahir, kelancaran persalinan ibu dapat
mengontrol emosinya dan dapat meneran dengan baik. Proses nifas Ny. R secara
keseluruhan prosesnya berjalan dengan normal tanpa adanya masalah yang
berarti. Pada kasus Ny. R bayi lahir spontan segera menangis, tonus otot kuat dan
kulit kemerahan.
Dengan diterapkan asuhan kebidanan yang berkualitas diharapkan asuhan
yang diberikan dapat bermanfaat dan identifikasi kehamilan dalam rangka
penapisan untuk mencegah adanya komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif


Daftar Pustaka : 21 Buku dan 9 Website (Tahun 2016 – 2023)

iii
HIGHT SCHOOL HEALT SCIENCE (STIKES)
MIDWIFE STUDIES DIPLOMA III
CIREBON
2023
ABSTRACT
AMANDA RAMADANI
COMPREHENSIVE CARE ON MIDWIFERY Mrs. R WITH MILD ANAEMIA AT
THE PONED LOSARI PUBLIC HEALTH CENTER, CIREBON REGENSI
Pregnancy, childbirth, childbirth and newborn is a physiological process but in
the process the possibility of such circumstances can be life-threatening mother and baby
can even cause death. Therefore, it needs a health service to detect early complications that
may occur.
Midwifery care includes examination of midwifery care during pregnancy,
newborn delivery, puerperium. Comprehensive midwifery care is carried out in order to
be able to find out what things happen to a woman from pregnancy, childbirth postpartum,
to the baby being born. Midwifery care management in pregnant women, childbirth,
childbirth and newborns in Mrs. R by applying the SOAP method.
During pregnancy, Mrs. R has a sore waist and cough, this complaint is a normal
complaint. Childbirth periods are normal and well this happens because of the observation
and action and proper upbringing from the beginning of labor to the fetus can be born,
the smooth delivery of mother can control her emotions and can act well. Postpartum Mrs.
R as a whole the process runs normally without any significant problems. In the case of
Mrs. R spontaneous birth baby immediately cry, strong muscle tone and reddish skin.
By applying quality midwifery care, it is hoped that the care provided can be
useful and the identification of pregnancy in screening to prevent complications of
pregnancy, childbirth, childbirth and infant.
Keywords : Comprehensive Midwifery Care
Library of list : 21 Books and 9 Websites (2016-2022)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga dengan izinnya penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny. R Dengan Anemia Ringan Di Puskesmas PONED Losari

Kabupaten Cirebon” yang disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Diploma III Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Cirebon.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat bapak/ibu:

1. H. Moh. Firman Ismana, S.Kom, M.M., selaku ketua yayasan RISE

2. Dr. Awis Hamid Dhani, M.KM., selaku ketua sekolah tinggi ilmu kesehatan

(STIKes) Cirebon

3. Iis, SST., M.kes selaku ketua program studi DIII Kebidanan STIKes Cirebon.

4. Heny Puspasari, SST., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, saran serta dukungan moral selama penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Eti Suparti, SST. Bd selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan izin

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Ny. R yang bersedia menjadi pasien asuhan komprehensif saya.

v
7. Orang tuaku tercinta, serta keluarga yang telah memberikan dukungan baik

materi maupun moral, dorongan semangat dan Do’a yang tiada hentinya

8. Teman seperjuangan DIII Kebidanan

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan

yang diberikan. Saya menyadari Karya Tulis Ilmiah Ini ini masih banyak

kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya

harapkan.

Akhir kata sayaa berharap semoga Karya Tulis ilmiah ini bermanfaat bagi

saya khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya

Cirebon, Agustus 2023

Amanda Ramadani

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................v
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................................4
1.4 Manfaat ....................................................................................................................5
1.4.1 Manfaat Praktis ................................................................................................5
1.4.2 Manfaat Teoritis ...............................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup ........................................................................................................7
1.5.1 Sasaran .............................................................................................................7
1.5.2 Tempat .............................................................................................................7
1.5.3 Waktu ...............................................................................................................7
1.6 Metode Pengumpulan Data ......................................................................................7
1.7 Sistematika Penulisan ..............................................................................................9
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 10
2.1 Tinjauan materi ...................................................................................................... 10
2.1.1 Kehamilan ...................................................................................................... 10
2.1.2 Persalinan ..................................................................................................... 104
2.1.3 Nifas ............................................................................................................. 174
2.1.4 Bayi Baru Lahir ............................................................................................ 201
2.1.5 Keluarga Berencana ..................................................................................... 211
2.1.6 Dokumentasi Asuhan Kebidanan ................................................................. 222
2.1.7 Undang Undang Kebidanan ......................................................................... 224
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................................... 231
3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan ............................................................................. 231
3.2 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas ............................................................................... 253

vii
3.2.1 Asuhan Kebidanan 6 Jam Post Partum ......................................................... 253
3.2.2 Asuhan Kebidanan 4 Hari Post Partum ........................................................ 256
3.2.3 Asuhan Kebidanan 20 Hari Post Partum ...................................................... 259
3.2.4 Asuhan Kebidanan 42 Hari Post partum....................................................... 262
3.3 Asuhan Kebidanan Post Natal .............................................................................. 265
3.3.1 Asuhan Kebidanan Pada BBL ...................................................................... 265
3.3.2 Asuhan Kebidanan 6 Jam Postnatal Normal ................................................. 267
3.3.3 Asuhan Kebidanan 4 Hari Postnatal ............................................................. 270
3.3.4 Asuhan kebidanan 20 Hari Post Natal .......................................................... 273
3.4 Asuhan Keluarga Berencana ................................................................................ 275
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 278
4.1 Antenatal Care ..................................................................................................... 278
4.1.1 Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan ............................................ 278
4.1.2 Pemeriksaan Tekanan Darah ........................................................................ 279
4.1.3 Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) .............................................................. 279
4.1.4 Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri ................................................................ 279
4.1.5 Tentukan Presentasi Janin Dan DJJ .............................................................. 279
4.1.6 Skirining Status TT ...................................................................................... 280
4.1.7 Pemberian Tablet FE .................................................................................... 280
4.1.8 Tes Laboratorium ......................................................................................... 281
4.1.9 Tata Laksana Kasus ...................................................................................... 281
4.1.10Temu Wicara ................................................................................................ 282
4.2 Intranatal Care ..................................................................................................... 282
4.2.1 Kala I ............................................................................................................ 282
4.2.2 Kala II .......................................................................................................... 283
4.2.3 Kala III ......................................................................................................... 284
4.2.4 Kala IV ......................................................................................................... 284
4.3 Postpartum ........................................................................................................... 285
4.3.1 KF 1 (6 jam - 2 hari)..................................................................................... 285
4.3.2 KF II (3-7 hari setelah persalinan) ................................................................ 286
4.3.3 KF III (8-28 hari setelah persalinan) ............................................................ 287
4.3.4 KF IV (29-42 hari setelah persalinan) .......................................................... 287
4.4 Neonatus .............................................................................................................. 288
4.4.1 Asuhan (0-6 jam setelah lahir)...................................................................... 288
4.4.2 KN I (6-48 Jam setelah lahir) ....................................................................... 289
4.4.3 KN II (3-7 hari setelah lahir) ........................................................................ 290

viii
4.5 Keluarga Berencana ............................................................................................. 291
4.5.1 Kontrasepsi................................................................................................... 291
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 292
5.1 Simpulan .............................................................................................................. 292
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 293
LAMPIRAN ................................................................................................................. 296

ix
DAFTAR TABEL

2.1 Ketidaknyamanan Wanita hamil TM III .......................................................68

2.2 Tanda Bahaya pada Masa Kehamilan ...........................................................70

2.3 Interval dan Masa Perlindungan Imunisasi TT ....................................................... 90

x
DAFTAR GAMBAR

2.1 Posisi Meneran Persalinan ............................................................................136


2.2 Posisi Berbaring Atau Litothmi ....................................................................140
2.3 Posisi Duduk Atau Setengah Duduk .............................................................141
2.4 Posisi Merangkak .........................................................................................142
2.5 Posisi Jongkok Atau Berdiri..........................................................................142
2.6 Posisi Miring Dengan Satu Kaki Diangkat ...................................................143
2.7 Synclitismus ..................................................................................................145
2.8 Asynclitismus Anterior .................................................................................145
2.9 Asynclitismus Posterior ................................................................................145
2.10 Fleksi ...........................................................................................................148
2.11 Putar Paksi Dalam .......................................................................................149
2.12 Ekstensi, Fleksi, Defleksi ............................................................................151
2.13 Putar Paksi Luar ..........................................................................................152
2.14 Ekspulsi .......................................................................................................152

xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent

Lampiran 2 : Surat Melaksanakan Kegiatan

Lampiran 3 : Lembar Bimbingan

Lampiran 4 : Identitas Pasien

Lampiran 5 : Catatan Kesehatan Ibu Hamil

Lampiran 6 : Catatan Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 7 : Catatan SOAP

Lampiran 8 : Partograf

Lampiran 9 : Surat Keterangan Lahir

Lampiran 10 : Catatan Kesehatan Neonatus

Lampiran 11 : Catatan Kesehatan Ibu Nifas

Lampiran 12 : Catatan Imunisasi Pertama bayi Baru Lahir

Lampiran 13 : Dokumentasi

Lampiran 14 : Riwayat Hidup

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan yang perlu

mendapat perhatian yang lebih karena mempunyai dampak yang besar terhadap

pembangunan di bidang kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia (SDM). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator drajat kesehatan masyarakat, makin tinggi angka

kematian ibu dan bayi di suatu Negara maka dapat di pastikan bahwa drajat

kesehatan Negara tersebut buruk. (1)

Kesehatan ibu meliputi kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan.

Kehamilan, persalinan, pasca persalinan, selama proses tersebut seorang wanita

akan mengalami pengalaman baru yang sebagian besar mengalami kesakitan

bahkan kematian. (2)

Menurut World health organization (WHO) Angka kematian Ibu (AKI) tahun

2020 yaitu (295.000/1000.000 KH) kematian dengan penyebab kematian ibu

adalah tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsiaa dan eklampsia),

pendarahan, infeksi postpartum, dan aborsi yang tidak aman. Angka kematian bayi

menurut WHO tahun 2020 yaitu (2,350/1000 KH).(3) Hasil survey demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukan AKI 305/100.000 KH. Dan

AKB 24/1.000 KH. (4)

1
2

Menurut profil Kesehatan Indonesia tahun 2021 Angka Kematian Ibu (AKI)

menunjukan 7.389 kematian. Berdasarkan penyebab, Sebagian besar kematian ibu

pada tahun 2021 terkait COVID-19 sebanyak 2.982 kasus, dan masalah lainnya

seperti: perdarahan, hipertensi dalam kehailam, jantung, infeksi, gangguan

metabolik, gangguan system peredaran darah, abortus. Angka kematian bayi

(AKB) di Indonesia tahun 2021 yang dilaporkan sebanyak (20.154 kematian per

1000 KH. Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahir

rendah (BBLR) sebesar 34,5%, asfiksia sebesar 27,8% dan penyebab lainnya

diantaranya kelainan kongenital, infeksi, COVID-19, tetanus neonatorium. (5)

Menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2021 Angka Kematian

Ibu (AKI) tahun 2021 yaitu sebanyak 1206 kasus atau 147,43 per 100.000 KH.

Penyebab kematian ibu pada tahun 2021 didominasikan oleh 38.97% COVID-19,

19.32% perdarahan dan masalah lainnya seperti : hipertensi dalam kehamilan,

jantung, infeksi, gangguan metabolik, gangguan sistem peredaran darah, abortus,

dan penyebab kematian lainnya. Sedangkan rasio kematian Bayi pada tahun 2021

sebesar 3,56/ 1000 kelahiran hidup atau 2.903 kasus. Dari kematian bayi sebesar

3,56/1.000 kelahiran hidup, 86,03% terjadi pada saat neonatal. Penyebab kematian

neonatal masih di dominasi oleh 38,08% BBLR, 30,68% asfiksia, dan masalah

lainnya diantaranya : tetanus neonatorum, sepsis, kelainan bawaan. (6)

Jumlah kematian ibu (AKI) di kabupaten Cirebon tahun 2021 sebanyak 52

ibu dari 46.341 KH. Dengan penyebab pendarahan 7 kasus (13,46%), hipertensi

dalam kehamilan 6 kasus (11,54%), gangguan sistem peredaran darah 4 kasus

(7,69%), infeksi 1 kasus dan paling banyak disebabkan oleh COVID-19 sebanyak
3

29 orang (55,77%) dan lain-lain 5 kasus. Angka kematian bayi (AKB) di

kabupaten Cirebon tahun 2021 sebanyak 104/46.341 KH. Penyebab kematian

neonatal tertinggi adalah BBLR sebanyak 42 kasus (46,67%) penyebab lainnya

asfiksia, kelainan kongenital, sepsis, dan lain-lain.(7)

Berdasarkan data dari Puskesmas PONED Losari Kabupaten Cirebon tahun

2021 mencatat bahwa terdapat 1 kasus kematian ibu, dan 1 kasus kematian bayi.(8)

Dalam hal ini, peran tenaga kesehatan terutama bidan sangat di butuhkan

untuk membantu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) dengan melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif. Asuhan

kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang di berikan secara

lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling. Asuhan kebidanan

mencangkup pemeriksaan asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, bayi baru

lahir, nifas. Asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan agar dapat mengetahui

hal-hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas,

sampai dengan bayi yang dilahirkan. Serta melatih dalam pengkajian, menegakan

diagnosa secara tepat, antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan

tindakan segera, melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta

melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. (9)

Tujuan asuhan kebidanan komprehensif adalah untuk menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Agar kesehatan ibu dan

bayi terus meningkat dengan cara memberikan Asuhan Kebidanan secara berkala

mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,dan KB.
4

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif dengan judul ʺ Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED Losari di Kabupaten

Cirebonʺ.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di diatas, maka didapat rumusan masalah dalam

asuhan kebidanan ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED Losari

Kabupaten Cirebon ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan secara

Komprehensif pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED

Losari dengan menggunakan pola fikir varney dan pendokumentasian

SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data secara komprehensif

pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED Losari

Kabupaten Cirebon.

2. Mahasiswa mampu melakukan menginterpretasi data secara

komprehensif pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED


5

Losari Cirebon.

3. Mahasiswa mampu melakukan mengidentifikasikan diagnosa atau

masalah potensial secara komprehensif pada Ny. R dengan Anemia

Ringan di Puskesmas PONED Losari Kabupaten Cirebon.

4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan segera secara komprehensif

pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED Losari

Kabupaten Cirebon.

5. Mahasiswa mampu merencanakan Asuhan Kebidanan secara

komprehensif pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED

Lossari Kabupaten. Cirebon.

6. Mahasiswa mampu melaksanaan Asuhan Kebidanan secara

komprehensif pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED

Losari Kabupaten Cirebon.

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan secara

komprehensif pada Ny. R dengan Anemia Ringan di Puskesmas PONED

Losari Cirebon.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai metode penilaian pada mahasiswa dalam melaksanakan

tugasnya serta untuk mendidik dan membimbing mahasiswi agar

dapat lebih berkompeten dalam memberikan asuhan kebidanan pada


6

ibu hamil, bersalin, BBL, nifas, dan KB. Sehingga mahasiwa dapat

melaksanakan asuhan kebidanan yang sesuai standar pelayanan

kebidanan.

2. Bagi Penulis

Sebagai penerapan mata kuliah dan bisa mempraktikan teori

secara langsung di lapangan guna memberikan asuhan kebidanan

komprehensif.

3. Bagi Lahan Praktik

Hasil asuhan ini dapat bermanfaat bagi lahan praktik agar dapat

menerapkan asuhan kebidanan dalam rangka meningkatkan kualitas

kebidanan serta dapat memberikan informasi dan gambaran tentang

pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BB, KB.

4. Bagi Klien

Klien mendapatkan Asuhan Kebidanan Komprehensif sesuai

dengan standard dan klien mendapatkan ilmu pengetahuan serta

pelayanan kebidanan yang baik sesuai dengan harapan dan klien

merasa puas aman dan nyaman dengan pelayanan bermutu dan

berkualitas secara berkesinambungan. Klien diharapkan mampu

melakukan deteksi dini komplikasi/permasalahan yang mungkin

timbul pada masa kehamilan, persalinan, nifas bayi baru lahir,

sehingga bisa segera mencari pertolongan ke kesehatan terdekat

seperti ke Bidan, Puskesmas, dan lain-lain.


7

1.4.2 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Pelayanan Kebidanan

serta referensi bagi mahasiswi dalam memahami pelaksanaan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, BBL, nifas dan

KB. Serta dapat mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses

perkuliahan serta mampu memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif yang bermutu dan berkualitas.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Sasaran

Sasaran dari Asuhan Kebidanan Komprehensif ini akan dilakukan

pada Ny. R dimulai dari usia kehamilan 37 minggu.

1.5.2 Tempat

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini akan di

lakukan di Puskesmas PONED Losari Kabupaten Cirebon tahun 2022

1.5.3 Waktu

Waktu pengambilan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini akan di

laksanakan pada tanggal 03 Oktober 2022 s/d 17 Desember 2022.

1.6 Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Suatu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara

lisan kepada klien terutama untuk klien yang tidak dapat membaca, menulis

atau sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan untuk mengetahui

keluhan atau masalah klien.


8

2. Anamnesa

Suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan

data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dengan seorang

peneliti (responden) atau bercakap cakap berhadapan muka dengan orang

tersebut.

3. Observasi

Dilakukan untuk mengamati dan memperoleh gambaran secara langsung

suatu keadaan umum klien dan perubahan-perubahan yang terjadi pada klien.

4. Pemeriksaan Fisik Dan Pemeriksaan Kebidanan

Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dari ujung kepala sampai ujung kaki

(head to toe). Teknik pengkajian fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan atas izin pembimbing lahan dan atas

izin pasien berupa informed consent.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, dan USG.

Metode ini pemeriksaan yang dilakukan dari pengambilan sempel berupa

darah atau urin untuk menegakan diagnose pada klien.

6. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data kualitatif dengan

melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri

atau oleh orang lain tentang subjek. Penulis melengkapi data melalui catatan

status klien, status perkembangan klien, dan hasil pemeriksaan kebidanan.

7. Studi Kepustakaan
9

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan

kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen dokumen baik

dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik, yang

mendukung dalam proses penulisan.

1.7 Sistematika Penulisan

1.7.1 BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, ruang lingkup, manfaat, metode pengumpulan data, dan sistematika

penulisan.

1.7.2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi tentang tinjauan teori (kehamilan, persalinan, bayi baru

lahir, nifas, KB), tinjauan teori manajemenasuhan kebidanan (manajemen varney,

SOAP), landasan hukum kewenanga

1.7.3 BAB III

Tinjauan Kasus yang memuat hasil dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan

pada Ny “R” secara komprehensif.

1.7.4 BAB IV

Pembahasan dari hasil asuhan yang di berikan secara komprehensif apakah terjadi

berkesinambungan atau bertentangan dengan teori kemudian

1.7.5 BAB V

BAB V memuat Kesimpulan dari hasil asuhan komprehensif dan Saran untuk

perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan materi

2.1.1 Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester

kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga

13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (10)

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-

perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah

bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang

diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan

harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari

tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti

manfaatnya.(11)

10
11

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin

yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di

dalam rahim). Kehamilan pada man usia berkisar 40 minggu atau 9

bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai

melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan

mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini

bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara

tiba-tiba dapat berisiko tinggi (12)

2. Proses Terjadinya Kehamilan

Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari

indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrai) dan

masuk ke dalam sel telur. Waktu parsetubuhan, cairan semen tumpah

ke dalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak

memasuki rongga rahim lalu masuk ke sel telur.

Pembuahan sel telur oleh sperma biasa terjadi dibagian yang

mengembang dari tuba fallopi. Sekitar sel telur banyak berkumpul

sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-yang

melindungi ovum kemudian pada tempat yang paling mudah

dimasuki, masuklah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel

telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi fertilisasi).


12

Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil

bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim kemudian

melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarung di ruang

rahim. Peristiwa ini disebut nidasi (implantasi) Dari pembuahan.

sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira enam sampai tujuh hari.

Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin,

dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap

kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani),

pembuahan (konsepsi - fertilisasi). nidasi dan plasenta.

1) Pembuahan

Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-

mikrofilamen fimbria infundibulum tuba ke arah ostium tuba

abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial Ovum ini mempunyai

diameter 100 (0,1 mm).

Di tengah-tengahnya dijumpai nukleus yang berada dalam

metafase pada pembelahan pematangan kedua, terapung-apung dalam

sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitelus. Vitelus ini

mengandung banyak zat karbohidrat dan asam amino.

Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Di luar zona pelusida ini

ditemukan sel-sel korona radiata, dan di dalamnya terdapat ruang

perivitelina, tempat benda-benda kutub. Bahan-bahan dari sel-sel

korona radiata dapat disalurkan ke ovum melalui saluran - saluran halus

di zona pelusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan


13

ovum di ampula tuba makin berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari

oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampula

dan ismus tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi. Jutaan

spermatozoa ditumpahkan di formiks vagina dan di sekitar porsio pada

waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke

kavum uteri dan tuba dan hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian

ampula tuba di mana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah

siap untuk dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai

kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa

ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di aukleusnya, dan kaputnya

lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat

melepaskan hyaluronidase.

Fertilisasi (pembuhan) adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel

mani dengan sel telur di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba,

pada hari ke sebelas sampai empat belas dalam siklus menstruasi.

Wanita mengalami ovulasi (peristiwa matangnya sel telur) sehingga

siap untuk dibuahi, bila saat ini dilakukan coitus, sperma yang

mengandung kurang lebih seratus sepuluh sampai seratus dua puluh

juta sel sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus naik ke

serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi disinilah ovum dibuahi.

Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapitasi yang dapat

melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona

pelisuda mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma


14

lain. Proses ini diikuti oleh penyatuan ke dua pronuklei yang disebut

zigot. yang terdiri atas acuan genetic dari wanita dan pria. Pembuahan

mungkin akan menghasilkan xx zigot menurunkan bayi perempuan dan

xy zigot menurunkan bayi laki-laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan

zigot selama tiga hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi ini tetap

digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar

(silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada

tingkat blastula.

2) Nidasi

Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula

disebut blas- tokista (blastocyst), suatu bentuk yang di bagian luarnya

adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell.

Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan

berkembang menjadi plasenta.

Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang

disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan

kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi

hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran

darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas

terbentuk, produksi hormon buman chorionic gonadotropin (HCG)

dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan

menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio.


15

Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh

dan berkembang di dalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan

dari darah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan sitotrofoblas

(mononuclear trophoblast) di sisi bagian dalam dan sinsisio- trofoblas

(multinuclear trophoblast) di sisi bagian luar. Kondisi ini kritis tidak

hanya untuk pertukaran nutrisi, tetapi juga untuk melindungi janin yang

bertumbuh dan ber- kembang dari serangan imunologik maternal.

Bila nidasi telah terjadi, mulailah dife- rensiasi sel-sel blastokista.

Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk

entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi

ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam

blastokista terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua

ruangan, yakni ruang amnion dan yolk sac. Pertumbuhan embrio terjadi

dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga unsur lapisan,

yakni sel-sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu, ruang

amnion tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom akhirnya

dinding ruang am- nion mendekati korion.

Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, di-

namakan body stalk, dan merupakan hubungan antara embrio dan

dinding trofoblas. Body stalk, menjadi tali pusat. Yolk sac dan alantois

pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa-sisanya dapat ditemukan

dalam tali pusat.


16

3) Plasentasi

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.

setelah nidasi dari endrometrium, plasentasi di mulai. Pada manusia

plasenta berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.

Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi

karena pengaruh hormon terus tumbuh sehingga makin lama menjadi

tebal. Desidua adalah mukosa Rahim pada kehamilan yang terbagi atas:

1. Desidua basalis

Terletak di antara hasil konsepsi dan dinding rahim, disini

plasentater bentuk.

2. Desidua kapsularis

Meliputi hasil konsepsi ke arah rongga rahim yang lama kelamaan

Bersatu dengan desidua vera karena obliterasi.

3. Desidua vera (parietalis)

Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya. (11)

3. Pertumbuhan Dan Perkembangan hasil Konsepsi

Pertumbuhan Dan Perkembangan Embrio

1) Minggu 0

Perkembangan janin Sperma membuahi ovum yang kemudian

membagi dan masuk ke dalam uterus menempel sekitar hari ke 11

2) Mingu ke empat atau bulan ke Satu

Dari diskus embrionik, bagian tubuh pertama muncul yang

kemudian akan menjadi tulang belakang, otak dan saraf tulan


17

belakang. Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernaan terbentuk.

Embrio kurang dari 0,64 cm.

3) Minggu ke enam

Pembentukan hiudung, dagu, palatum, dan tonjolan paru, jari-

jari telah terbentuk, namun masih tergenggam. Jantunng telah

terbentuk penuh

4) Minggu ke delapan atau bulan ke dua

Jantungnya mulai memompa darah. Anggota badan mulai

terbentuk baik. Perut muka dan bagian utama otak dapat dilihat.

Telinga terbentuk dari lipatan kulit tulang dan otot yang kecil

terbentuk dibawah kulit.

5) Minggu ke dua belas atau bulan ke tiga

Embrio menjadi janin. Denyut jantung dapat terlihat dengan

ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena tubuh

berkembang.

6) Minggu ke enam belas

Sistem musculoskeletal sudah matang. Sistem syaraf mulai

melaksanakan kontrol. Pembuluh darah berkembang dengan cepat,

tangan janin dapat menggenggam, kaki menendang dengan aktif.

7) Minggu ke tujuh belas sampai dua puluh empat

Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh

diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). janin memiliki refleks.


18

8) Hari ke dua puluh lima sampai dua puluh delapan

Saat ini disebut dengan permulaan trimester ke 3, dimana

terdapat perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf

mengendalikan Gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka.

9) Hari ke dua puluh Sembilan sampai tiga puluh dua

Tulang mulai terbentuk sempurna, Gerakan nafas mulai regular,

suhu relative stabil

10) Hari ke tiga puluh tiga sampai tiga puluh enam

Berat janin 1.500-2.500 gram, bulu kulit janin (lanugo) mulai

berkembang pada saat 35 minggu paru telah matur, janin akan dapat

hidup tanpa kesulitan

11) Hari ke tiga puluh delapan sampai empat puluh

Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan

meliputi seluruh uterus, air ketuban mulai berkurang, tetapi masih

batas normal. (11)

4. Tanda-tanda Kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita

berubah. Untuk dapat menegakkan diagnosa kehamilan ditetapkan

dengan melakukan penilaian terhadap tanda dan gejala kehamilan.

Seorang perempuan bisa saja memiliki semua tanda dan gejala

kehamilan tetapi tidak hamil. Atau hanya mempunyai beberapa tanda

dan gejala tetpai jelas hamil. Berbagai tanda dan gejala kehamilan

hanyalah merupakan petunjuk. Penting untuk memperhatikannya


19

namun kita tidak bisa mengandalkannya guna mendapatkan kepastian.

Berikut tanda-tanda kehamilan antara lain:

1) Tanda Dugaan Hamil

(1) Amenorea (berhentinya mentruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan

folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.

Lamanya amenorea dapat diinf ormasikan dengan memastikan

hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk

memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

(2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh ekstrogen dan progesteron terjadi pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah

yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning

sicknes. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila

terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang

disebut dengan hiperemesis gravidarum.

(3) Ngidam (menginginkan makan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi

pada bulan-bulanan pertama kehamilan dan akan menghilang

dengan tuanya kehamilan.


20

(4) Syncope (pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada

pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.

(5) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan

kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate-BMR)

pada kehamilan yang akan meningkat seiring pertambahan usia

kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

(6) Payudara Tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada

payudara, sedangkan progestron menstimulasi perkembangan

sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-

hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan

perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan,

pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.

(7) Sering Miksi (sering BAK)

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat

terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering,

terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus kekandung

kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan

berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga


21

panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin

mulai masuk kerongga panggul dan menekan kembali kandung

kemih.

(8) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus

(tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

(9) Pigmentasi Kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.

Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.

(10) Epulis

Hipertropi papila ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan

pertama

(11) Varises

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran

pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.

Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis,

serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang

setelah persalinan.

2. Tanda Tidak Pasti (Probability sign)

Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang

dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan

fisik kepada wanita hamil.


22

Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini:

a. Pembesaran perut, Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini

terjadi pada bulan keempat kehamilan.

b. Tanda hegar, Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat

ditekannya isthimus uteri.

c. Tanda goodel, Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak

hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil

melunak seperi bibir

d. Tanda Chadwick, Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva

dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.

e. Tanda piscaseck, Merupakan pembesaran uterus yang tidak

simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat

dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

f. Kontraksi braxton hick, Merupakan peregangan sel-sel otot

uterus, akibat meningkatnya actomysin didalam otot uterus.

Kontraksi ini tidak bermitrik, sporadis, tidak nyeri, biasanya

timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati

daeri pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini

akan terus meningkat frekuensinyam, lamanya dan kekuatannya

sampai mendekati persalinan.

g. Teraba ballottement, Ketukan yang mendadak pada uterus

menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat


23

dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal iini harus ada pada

pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk

janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri

h. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human

cjorionic gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon direkresi ini

peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan dieksresi pada urine

ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah

konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat

tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada

hari ke 100-130.

3. Tanda Pasti Hamil ( positif sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung

keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda

pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini.

a. Gerakan janin dalam Rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar

20 minggu.

b. Denyut jantung janin

Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler).


24

Dengan stethoscope laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia

kehamilan 18-20 minggu.

c. Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)

serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan

jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian

janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

d. Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupe USG. (11)

5. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan

1) Uterus

Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomik yang paling

nyata pada ibu hamil. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan

progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan hipertrofi

miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan peningkatan yang

nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan fibrosa

sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap

regangan dan distensi. Hipertrofi miometrium juga disertai dengan

peningkatan vaskularisasi dan pembuluh limfatik.

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak

dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi

dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan


25

terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.

Berbeda kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10-15%

otot polos. Jaringan ikat ekstraselular serviks terutama kolagen tipe

1 dan 3 dan sedikit tipe 4 pada mem- brana basalis. Di antara

molekul-molekul kolagen itu, berkatalasi glikosaminoglikan dan

proteoglikan, terutama dermatan sulfat, asam hialuronat, dan heparin

sulfat. Juga di- temukan fibronektin dan elastin di antara serabut

kolagen. Rasio tertinggi elastin terhadap kolagen terdapat di ostium

interna. Baik elastin maupun otot polos semakin menurun jumlahnya

mulai dari ostium interna ke ostium eksterna

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama

6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai

penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.

Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai struktur mirip

dengan insulin dan insulin like growth factor I dan II, disekresikan

oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati. Aksi biologi

utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan ikat pada

saluran reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan

dan keberhasilan proses persalinan. Perannya belum diketahui


26

secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek pada

perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium yang

akan berimplikasi pada kehamilan preterm

4) Vagina Dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal

dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa

dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot

polos. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya

jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini

mengakibatkan bertambah panjangnya dinding, vagina. Papilla

mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku

sepatu. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, di mana

sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6 yang

merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen

yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus

acidophilus.

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah


27

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali

ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik

dari striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecokelatan yang disebut

dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang

bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau

melasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan daerah genital juga

akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.

Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat

jauh berkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa

menyebabkan ter- jadinya hiperpigmentasi yang sama.

Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah

epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui.

Adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone

pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai

penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran

dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya

6) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting


28

payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan

pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum

dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus

yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum

dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin

inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan

estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesteron

terhadap alaktalbulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan

merangsang sintesis laktose dan pada akhirnya akan me- ningkatkan

produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan

kehitaman.

Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan

membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara

makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan

muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai

hubungan dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan.

7) Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isi- nya. Kemudian payudara, volume darah,

dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan

akan bertambah 12,5 kg.


29

Tabel 1.1
Rekomendasi penambahan berat badan selama
Kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh
Kategori IMT Rekomendasi Kg
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemelli 16 – 20,5
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik

dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,

sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih

dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing

sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.

Tabel 1.2
Penambahan berat badan selama hamil
Jaringan & cairan 10 20 30 40
minggu minggu minggu minggu
Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan 0 30 80 1480
ekstraselular 310 2050 3480 3345
Lemak
Total 650 4000 8500 12500
30

Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal

yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari 10

mOsm/kg yang di induksi oleh makin rendahnya ambang rasa haus

dan sekresi vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal

kehamilan.

Pada saat aterm ± 3,5 | cairan berasal dari janin, plasenta, dan

cairan amnion, sedangkan 3liter lainnya berasal dari akumulasi

peningkatan volume darah ibu, uterus, dan payudara sehingga

minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 1.

Penambahan tekanan vena di bagian bawah uterus dan

mengakibatkan oklusi parsial vena kava yang bermanifestasi pada

adanya pitting edema di kaki dan tungkai terutama pada akhir

kehamilan. Penurunan tekanan osmotik koloid di interstisial juga

akan menyebabkan edema pada akhir kehamilan.

8) Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan

perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik.

Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu

ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga

terjadi peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan

dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan

perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular juga akan

meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan


31

progesteron juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan

penurunan resistensi vaskular perifer.

Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah

sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan

volume plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi dan

penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl,

dan pada 6% perempuan bisa mencapai di bawah 11 g/dl. Pada

kehamilan lanjut kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl itu merupakan

suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan

defisiensi zat besi daripada dengan hipervolemia. Jumlah zat besi

yang diabsorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya

tidak mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga

penambahan asupan zat besi dan asam folat dapat membantu

mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi selama

kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari.

Hipervolemia selama kehamilan mempunyai fungsi berikut:

a) Untuk menyesuaikan pembesaran uterus terhadap hipertrofi

sistem vaskular.

b) Untuk melindungi ibu dan janin terhadap efek yang merusak dari

arus balik vena dalam posisi terlentang dan berdiri.

c) Untuk menjaga ibu dari efek kehilangan darah yang banyak pada

saat persalinan. Terjadi suatu "autotransfusi" dari sistem

vaskularisasi dengan mengompensasi kehi- langan darah 500-600


32

ml pada persalinan pervaginam tunggal atau 1.000 ml pada

persalinan dengan seksio sesarea atau persalinan pervaginam

gemeli. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-

6 minggu setelah persalinan.

9) Sistem Respirasi

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm,

tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan

volume residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ± 4

cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami

sedikit perubahan selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume

ventilasi per menit dan pengambilan oksigen per menit akan

bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini

akan mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali

hampir seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan.

10) Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan

tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang

akan bergeser ke arah atas dan lateral.Perubahan yang nyata akan

terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus

dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung

sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang

disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai

akibat perubahan posisi lambung dan me- nurunnya tonus sfingter


33

esofagus bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam

hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai akibat

penurunan motilitas usus besar.

11) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan

sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya

kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir

kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul,

keluhan itu akan timbul kembali. Pada bulan-bulan pertama

kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai

membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini

akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari

rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai

turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

12) Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±

135%. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting

dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi

persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan

meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah

persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga

ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui.


34

Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat

dengan magnesium, fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan

kalsitonin. Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan

menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma

hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan

kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari

hormon paratiroid ini adalah untuk memasok janin dengan kalsium

yang adekuat. Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam

pro- duksi peptida pada janin, plasenta, dan ibu. Pada saat hamil dan

menyusui dianjurkan untuk mendapat asupan vitamin D 10 ug atau

400 IU¹0.

13) Sistem Muskuloskelutal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah

dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan

meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh

hormonal.

Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu

dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian

bawah punggung terutama pada akhir kehamilan. (13)


35

6. Perubahan Adaptasi Psikologis Dalam Masa Kehamilan

1) Trimester Pertama

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap

kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan kenyataan ini

dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang

paling penting pada trimester pertama kehamilan. Sebagian besar

wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia

hamil. Kurang lebih 80 % wanita mengalami kekecewaan,

penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Hingga kini masih

diragukan bahwa seorang wanita lajang yang bahkan telah

merencanakan dan menginginkan kehamilan atau telah berusaha

keras untuk tidak hamilia mengatakan pada dirinya sendiri

sedikitnya satu kali bahwa ia sebenarnya berharap tidak hamil.

Keseragaman kebutuhan ini perlu dibicarakan dengan wanita

karena ia cenderung menyembunyikan ambivalensi atau perasaan

negatifnya ini karena perasaan tersebut bertentangan dengan apa

menurutnya semestinya ia rasakan. Jika ia tidak dinbantu memahami

dan menerima ambivalensi dan perasaan negative tersdebut sebagai

suatu hal yang normal dalam kehamilan, maka ia akan merasa sangat

bersalah jika nantinya bayi yang dikandungnya meninggal saat

dilahirkan atau terlahir cacat atau abnormal. la akan mengingat

pikiran-pikiran yang ia miliki selama trimester pertama dan merasa


36

bahwa ialah penyebab tragedy tersebut. Hal ini dapat dihindari bila

ia dapat menerima pikiran-pikiran tersebut dengan baik.

Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara

wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami

peningkatan seksual, tetapi secara umum trimester pertama

merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini

memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan

masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang

yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat

dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang

membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-

masalah lain yang merupakan normal pada trimester pertama.

2) Trimester Kedua

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang

baik. yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester

kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan

paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya

terbagi atas dua fase; pra- quickening dan pasca-quickening.

Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang

terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan

tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni

mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, dari


37

ibunya. yang berbeda. Menjelang akhir trimester pertama dan selama

porsi pra-quickening trimester kedua berlangsung, wanita tersebut

akan mengalami lagi, sekaligus mengevaluasi kembali, semua aspek

hubungan yang ia jalani denghan ibunya sendiri. Wanita tersebut

mencermati semua perasaan ini dan menghidupkan kembali

beberapa hal yang mendasar bagi dirinya.

Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah dialami oleh

wanita dan ibunya. atau mungkin masih dirasakan hingga kini,

dianalisis. Dengan timbulnya quickening, muncul sejumlah

perubahan karena kehamilan telah menjadi jelas dalam pikirannya.

Kontak socialnya berubah. Ia lebih banyak bersosialisaai denagn

wanita hamil atau ibu baru lainnya, dan minat serta aktivitasnya

berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak, dan persiapan

untuk menerima peran yang baru. Pergeseran nilai social ini

menimbulkan kebutuhan akan sejumlah proses duka cita, yang

kemudian menjadi katalis dalam memperkirakan peran baru. Duka

cita tersebut timbul karena ia harus merelakan hubungan, kedekatan,

dan peristiwa maupun aspek tertentu yang ia miliki dalam peran

sebelumnya yang akan terpengaruh dengan hadirnya bayi dan peran

baru. Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester

kedua, kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata

dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama

dan sebelum hamil. trimester kedua relative terbebas dari segala


38

ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi

masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini,

kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya

menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah

mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari

ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari

pasangannya, dan semua factor ini turut mempengaruhi peningkatan

libido dan kepuasan seksual.

3) Trimester Ketiga

Trimester tiga sering di sebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran

bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar

menanati kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat

bayi dapat lahir kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga

sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala

persalinan muncul.

Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat

dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara

perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera

dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya,

menjadi hal yang terus menerus mengingatkan tentang keberadaan

bayi. Orang-orang di sekitarnya kini mulai membuat rencana untuk

bayi yang di nantikan. Wanita tersebut menjadi lebih protektif


39

terhadap bayi, mulai menghindari keramaian atau seseorang atau

apapun yang ia anggap berbahaya. Ia membayangkan bahaya

mengintip dalam dunia di luar sana. Memilih nama untuk bayinya

merupakan persiapan menanti kelahiran bayi. Ia menghadiri kelas-

kelas srbagai persiapan menjadi orang tua. Pakaian-pakaian bayi

mulai di buat atau di beli. Kamar-kamar di susun atau di rapikan.

Sebagian besar pemikiran di fokuskan pada perawatan bayi.

Sejumlah kekuatan muncul pada trimester ketiga. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya

sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait

persalinan dan pelahiran, apakah ia akan menyadari bahwa ia akan

bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah

luar biasa besar,atau apakah organ vitalnya akan mengalami cidera

akibat tendangan bayi. Ia kemudian menyibukkan diri tidak

memikirkan hal-hal lain agar yang tidak diketahuinya.

Ia juga mengalami prosesduka lain ketika ia mengantisipasi

hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil,

perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindarkan, dan

perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh tiba-tiba akan

mengempis dan menjadi kosong. ruang tersebut. Wanita akan

kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat

menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek,

berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan


40

konsisten dari pasangangannya. Pada pertengahan trimester ketiga,

peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya

akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi

halangan. Alternative posisi dalam berhubungan seksual dan metode

aiternative untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat

menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tiodak nyaman

dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan

perasaan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat

penting. (11)

7. Hormon yang paling berkaitan dengan kehamilan


Perubahan hormonal selama kehamilan.

1) Estrogen

Produksi ekstrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada

akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil

2) Progesteron

Produksi produksi progesteron bahkan lebih banyak dibandingkan

ekstrogen, pada akhir kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari.

3) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi

fungsinya adalah untuk mempertahankan korpus luteum.

4) Human Placenta Lactogen

Hormon ini diproduksi terus naik dan pada saat aterm mencapai 2

gram/hari. Ia bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin

wanita hamil naik.


41

5) Pituitary Gonadotropin

FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan

karena ditekan oleh ekstrogen dan progesteron plasenta.

6) Prolaktin

Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi

ekstrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh ekstrogen.

7) Growth Hormone (STH)

Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan oleh HPL

8) TSH, ACHT, DAN MSH

Hormon-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan

9) Titoksin

Kelenjar tyroid mengalami hipertropi dan produksi T4 menika

10) Aldosteron, Renin dan angiotensin

Hormon ini naik, yang menyebabkan naiknya volum intravaskuler.

11) Insulin

Produksi insulin meningkat sebagai akibat ekstrogen, progesteron

HPL

12) Parathormon

Hormon ini relative tidak dipengaruhi oleh kehamilan. (11)

8. Tanda- Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil

Ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu :

a. Pendarahan pervaginam

b. Kepala yang hebat


42

c. Penglihatan kabur

d. Bengkak diwajah dan jari-jari tangan

e. Keluar cairan pervaginam

f. Gerakan janin tidak terasa

g. Nyeri abdomen yang hebat (11)

9. Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan TM I , II, III

1) Tanda Bahaya Trimester 1

(1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari

22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan

pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa

abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik terganggu

(KET).(14)

1. Abortus

Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil

konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebe- lum

pelekatan pada plasenta selesai. abortus yaitu berakhirnya

suatu kehamilan (akibat faktor tertentu) pada atau sebelum

kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan

belum mampu untuk hidup bayi di luar kandungan.

Bermacam-macam abortus yaitu:

(1) Abortus spontan

Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi secara


43

alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri

kehamilan. Cara penanganannya yaitu segera upayakan

stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan tindakan

lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan

hentikan perdarahan, lakukan pemantauan ketat tentang

kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan.

(2) Abortus provokatus (induced abortion)

Abortus yang disengaja, baik dengan menggunakan obat

maupun alat-alat.

(3) Abortus medisinalis

Abortus karena tindakan dari diri sendiri dengan alasan

kehamilan tidak dilanjutkan, kehamilan dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis dengan

persetujuan 2-3 dokter ahli).

(4) Abortus kriminalis

Abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang

tidak legal dan tidak berdasarkan indikasi medis.

(5) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)

Perdarahan yang ringan hingga sedang pada kehamilan

muda dengan hasil konsepsi yang masih berada pada kavum

uteri. Pada abortus yang sedang berlangsung, ostius sudah

terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak bisa

dipertahankan lagi. Kondisi ini menunjukkan proses abortus


44

sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus

inkomplet atau komplet. Penangannnya yaitu jika ada tanda-

tanda syok maka berikan cairan dan transfusi darah.

Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan

metode digital atau kuretase. Setelah itu beri obat-obat

uterotonika dan antibiotika.

(6) Abortus inkompletus (keguguran bersisa)

Sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang

tertinggal adalah desidua dan plasenta. Jika ada tanda- tanda

syok maka diatasi dengan pemberian cairan dan transfusi

darah. Setelah itu keluarkan jaringan segera dengan metode

digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat uterotonika

dan antibiotika.

(7) Abortus komplet

Perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20

minggu disertai keluarnya sebagian hasil konsepsi (sebagian

tertinggal di dalam uterus) dan dapat menimbulkan

perdarahan yang kadang-kadang menyebabkan syok.

Penanganan kasus ini sama dengan abortus inkomplet.

(8) Abortus imminens (keguguran membakat)

Keguguran membakat adalah keguguran membakat dan

akan terjadi. Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan

ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam hal


45

ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan

obat-obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat yang

cukup. Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah

baring total, tidak boleh melakukan aktivitas fisik berlebihan

atau hubungan seksual. Jika perdarahan berhenti, lakukan

asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika

perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung,

maka nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) dan

lakukan konfirmasi kemungkinan ada penyebab lainnya.

(9) Missed abortion

Keadaan janin yang telah mati, tetapi tetap berada dalam

Rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus

yang meninggal ini dapat mengalami hal-hal berikut:

a. Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan

b. setelah fetus mati. Diresorpsi kembali sehingga hilang.

c. Mengering dan menipis yang disebut fetus papyracetus.

d. Jika molakarnosa, karena janin sudah mati 1 minggu

akan mengalami degenerasi dan air ketubannya

diresorpsi.

Penangannnya yaitu berikan obat dengan maksud agar

terjadi his, sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan.

Jika tidak berhasil, maka dilatasi dan kuretase. Selain itu juga

diberikan uterotonika dan antibiotika.


46

2. Mola Hidatidosa

Mola Hidatidosa secara awam dikenal dengan hamil

anggur. Hamil anggur adalah pertumbuhan massa jari- ngan

dalam rahim (uterus) yang tidak akan berkembang menjadi janin

dan merupakan hasil konsepsi yang abnormal. Jenis masalah

kehamilan ini adalah jenis penyakit trofoblas gestasional, dan

bentuk kanker dari penyakit trofoblas gestasional disebut

koriokarsinoma.

Massa sel abnormal tumbuh sebagai kantung berisi cairan

(kista) seperti rangkaian buah anggur. Sel-sel ini tumbuh pesat

dalam rahim dan sel yang abnormal ini disebut sebagai mol,

yang berasal dari bahasa Latin yang artinya massa atau benjolan.

Kehamilan ini terjadi dengan gejala perdarahan pervaginam

pada tri semester pertama.

Pada Trisemester I gambaran mola hidatidosa tidak

spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari kehamilan

anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma

uteri.

1) Penyebab Mola Hidatisoda

Penyebab kehamilan mola karena adanya ketidak-

seimbangan dalam bahan genetik (kromosom) pada masa

kehamilan. Yang sering terjadi adalah ketika telur yang

tidak mengandung informasi genetik dibuahi oleh sperma,


47

atau ketika sel telur normal dibuahi oleh dua sel sperma.

Adapun faktor yang memicu masalah kehamilan ini sampai

sekarang belum diketahui dengan pasti, tetapi beberapa

faktor berikut ini kemungkinan saja dapat terlibat seperti:

a. Sel telur yang secara patologi sudah mati, tetapi

terlambat untuk dikeluarkan.

b. Adanya Imunoseletif dari trofoblas.

c. Paritas yang tinggi.

d. Akibat infeksi virus dan faktor kromosom yang belum

jelas

2) Gejala Mola Hidatidosa

Wanita yang mengalami hamil mola akan tampak

seperti kehamilan normal pada awalnya, tetapi kemudian

kehamilan ini menimbulkan tanda dan gejala tidak seperti

kehamilan biasa, misalnya:

(1) Perdarahan pervaginam dengan warna coklat gelap

sampai merah terang pada tri semester pertama. Ini

merupakan tanda yang palingsering.

(2) Mual dan muntah, hyperemesis gravidarum.

(3) Adanya cairan kista seperti anggur, kista ovarian theca

luteal.

(4) Adanya tekanan atau sakit di panggul, tetapi jarang

terjadi.
48

(5) Pada USG tampak gambaran badal salju 'snowstorm'

(multiple echos) pada mola komplit, janin tidak ada.

(6) Pemeriksaan HCG tampak meningkat secara signifikan.

Penyebab kehamilan mola, lainnya yaitu:

a) Pertumbuhan rahim yang pesat (rahim terlalu besar

untuk tahap kehamilan).

b) Preeklamsia, suatu kondisi yang menyebabkan

tekanan darah tinggi dan protein dalam urin setelah

20 minggu kehamilan.

c) Kista ovarium.

d) Anemia.

e) Tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme).

3) Patologi Kehamilan Mola

Mola Hidatidosa merupakan kehamilan patologis

yang ditandai dengan pembesaran vili plasenta atau vili

korialis. Klasifikasi Mola Hidatidosa secara klinik

opatologi dibagi menjadi dua yaitu mola komplet dan

mola parsial.

(1) Mola Hidatidosa Komplet

Pada mola hidatidosa komplet terjadi ketika sel

telur yang kurang kromosom pelengkap dan dibuahi

oleh sperma haploid, biasanya mengandung

kromosom X. Duplikasi kromosom ini menghasilkan


49

kariotipe 46, XX yang berasal dari ayah. Tidak ada

janin berkembang, tetapi ada plasenta yang abnormal

terdiri dari massa jaringan seperti anggur, villi

chorionic gembung bengkak.

(2) Mola Hidatidosa Parsial

Mola hidatidosa parsial vili tersebar seperti

anggur, ovum dibuahi oleh dua set kromosom haploid

paternal. Hal ini dapat terjadi dengan dispermy ketika

dua sperma membuahi ovum tunggal, atau ketika

sperma diploid membuahi ovum, atau jika sperma

haploid membuahi ovum diploid.

3. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Kehamilan ektopik terganggu (KET) merupakan salah satu

bahaya yang mengancam setiap wanita hamil. Gejala yang

dikeluhkan penderita yaitu berupa perdarahan pada tri semester

awal kehamilan yang disertai nyeri perut hebat. Secara normal

proses kehamilan terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi

tertanam di dalam rahim berkembang dengan baik karena asupan

nutrisi dari pembuluh darah Rahim.

(1) Tanda dan Gejala Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Kehamilan ektopik pada wanita hamil 95% terjadi pada

saluran tuba yang menghubungkan indung telur dengan

rahim seorang wanita. Pecahnya saluran tuba merupakan


50

salah satu kondisi gawat darurat yang membutuhkan

penegakan diagnosis juga terapi yang cepat, karena bisa

membahayakan bagi wanita yang mengalaminya. Beberapa

gejala yang dikeluhkan oleh wanita dengan kehamilan

ektopik terganggu:

a. Nyeri perut Nyeri perut yang dikeluhkan oleh seorang

wanita dengan kehamilan ektopik terganggu biasanya

berlangsung secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh

pecahnya saluran tuba tempat hasil pembuahan

tertanam. Tipe nyeri perut yang dikeluhkan juga

beragam, misalnya dirasakan pada lokasi tertentu seperti

pada perut kanan atau kiri bawah atau bersifat

menyeluruh dan dirasakan sama di seluruh perut.

b. Perdarahan dari jalan lahir Perdarahan dari jalan lahir

biasanya hanya berupa bercak bercak (spotting) yang

terjadi pada usia kehamilan muda yakni di bawah 20

minggu. Selain mengalami bercak-bercak perdarahan

yang dapat dilihat dari luar, sebenarnya pada kondisi

rupturnya saluran tuba, seorang wanita mengalami

perdarahan dalam rongga perut yang cukup hebat.

Perdarahan ini dapat menyebabkan seorang wanita

mengalami syok yang terjadi akibat kehilangan darah

dalam jumlah yang cukup banyak.


51

c. Abdominal pelvic tenderness Abdominal pelvic

tenderness merupakan kondi- si di mana daerah perut

terutama bagian ba- wah teraba tegang saat diperiksa.

Keadaan itu disebabkan oleh proses peradangan pada

lapisan perut bagian dalam (peritoneum) yang terjadi

akibat pecahnya saluran tuba. Abdominal pelvic

tenderness ini juga dapat terjadi secara difus

(menyeluruh) maupun terlokalisir.

d. Tanda syok pecahnya saluran tuba pada kasus kehamilan

ektopik dapat menyebabkan perdarahan hebat. pada

penderitanya. Kondisi perdarahan ini dapat

menyebabkan seorang wanita mengalami syok

hemoragik (kondisi syok yang disebabkan oleh

perdarahan). Seseorang yang mengalami syok akan

terlihat sangat lemas, ujung-ujung tangan dan kakinya

akan teraba dingin dan lembap. Selain itu tekanan darah

penderita menurun, nadi sulit diraba dan pernafasan

terkesan cepat bahkan pada kondisi lebih lanjut

penderita mengalami pingsan.

(2) Faktor-faktor Penyebab terjadinya Kehamilan Ektopik


Terganggu (KET)
Faktor risiko penyebab kehamilan ektopik terganggu

menjadi tiga golongan yakni, risiko tinggi, risiko sedang dan

juga risiko rendah.


52

a. Kelompok risiko tinggi Wanita yang masuk dalam

kelompok risiko tinggi merupakan wanita-wanita yang

memiliki riwayat operasi pada saluran tuba sebelumnya,

terutama akibat penyakit pada saluran tuba seperti pada

Pelvic Inflamatory Disease (PID) maupun untuk upaya

sterilisasi. Selain itu, mereka pernah mengalami

kehamilan ektopik terganggu sebelumnya dan juga

penggunaan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

yang tidak terkontrol dengan baik juga dapat

meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

b. Kelompok risiko sedang pada kelompok risiko sedang

biasanya meliputi wanita-wanita dengan riwayat

infertilitas atau susah hamil selama bertahun-tahun.

Misalnya, wanita dengan riwayat infeksi genital seperti

PMS (Penyakit Menular Seksual) dan juga wanita-

wanita memiliki pasangan seksual lebih dari 1 orang.

c. Kelompok risiko rendah tidak jauh berbeda dengan

kelompok risiko sedang, pada kelompok dengan faktor

risiko rendah didapatkan bahwa kehamilan ektopik

terganggu mungkin dapat disebabkan oleh kebiasaan

bilas genital dengan berbagai produk yang belum jelas

khasiatnya dan juga kebiasaan merokok.


53

(2) Mual Muntah Berlebihan

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah

gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan tri semester

I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul

setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi

6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung

selama kurang lebih 10 minggu. Rasa mual ini disebabkan oleh

karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam

serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas,

mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung

yang berkurang. Secara umum ibu hamil dapat menyesuaikan

dengan keadaan ini walaupun gejala mual muntah yang berat

dapat berlangsung hingga 4 bulan, jika muntah terus menerus

bisa mengakibatkan kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah

perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya

tekanan darah ketika penderita muntah menyatakan, secara

umum mual dan muntah dapat diatasi dengan:

a) Makan sedikit tapi sering.

b) Hindari makanan yang sulit dicerna dan ber- lemak.

c) Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah diserap

daripada makanan padat.

d) Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan

hanya makanan kering pada satu waktu makan, kemudian


54

makanan berkuah pada waktu berikutnya.

e) Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan

bersama sayuran serta makanan lain.

f) Isap sepotong jeruk yang segar ketika merasa mual.

g) Hindari hal-hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau

bunyi.

h) Istirahat cukup.

i) Hindari semua hal yang membuat ibu berke- ringat atau

kepanasan yang dapat memicu rasa mual

4. Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius dalam

kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak

hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat

menyebabkan penglihatan ibu hamil menjadi kabur atau

terbayang. Hal ini merupakan gejala dari preeklamsia dan jika

tidak diatasi dapat menyebabkan kejang, stroke, dan

koagulopati. Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan

gejala preeklamsia, suatu penyakit yang terjadi hanya pada

wanita hamil, dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang

maternal, stroke, dan koagulopati.

Secara umum kondisi sakit kepala hemat dapat ditangani

sebagai berikut:

1) Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh


55

tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat

daruratan.

2) Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk

tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil

mencari riwayat penyakit dari pasien dan keluarganya.

5. Penglihatan Kabur

Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan

oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak

dan meningkatkan resistensi otak yang memengaruhi sistem

saraf pusat. Sakit kepala hebat juga dapat menimbulkan

kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan

penglihatan. Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia

merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya preeklamsia

berat yang mengarah pada eklamsia. Hal ini disebabkan adanya

perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks

cerebri atau di dalam retina (oedema retina dan spasme

pembuluh darah). Untuk menangani hal ini menyarankan:

1) Jika tidak sadar atau kejang lakukanlah mobilisasi seluruh

tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat

darurat.

2) Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk

tanda-tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit

sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.


56

6. Nyeri Perut Yang Hebat

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini

mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus.

Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat

antara lain: kehamilan ektopik, pre-eklampsia, persalinan

prematur, solusio plasenta, abortus, ruptur uteri imminens.

Untuk menangani hal tersebut menyarankan:

1) Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital

(nadi, tensi, respirasi, suhu).

2) Jika mengalami syok, mulai pengobatan sekalipun gejala

syok tidak jelas, waspada dan evaluasi ketat karena keadaan

dapat memburuk.

3) Jika ada syok segera terapi dengan baik.

7. Pengeluaran Lemdir Vagina (flour albus/ keputihan)

Beberapa keputihan adalah normal. Namun dalam beberapa

kasus, keputihan diduga akibat tanda-tanda infeksi atau penyakit

menular seksual. Infeksi ini akan membahayakan untuk bayi.

Segera hubungi dokter untuk pengobatan yang mungkin

diperlukan untuk kesehatan janin. Penyebab pengeluaran lendir

vagina yaitu:

a) Peningkatan produksi lendir di kelenjar endoservikal (tanpa

sebab patologis), sering tidak menimbulkan keluahan.

b) Jika fluor albus sangat banyak, penyebabnya antara lain:


57

Gonokokus yaitu flour seperti nanah, Trichomonas

vaginalis yaitu fluor yang putih berbuih, dan candida

albicans yaitu fluor dengan gumpalan.

Cara menanganinya yaitu:

1) Lakukan hygiene vulva.

2) Pakai celana dalam dari bahan yang menyerap.

3) Ganti celana jika basah dan keringkan.

8. Nyeri Atau Panas Selama Buang Air Kecil

Nyeri atau panas selama buang air kecil menjadi tanda

gangguan kandung kemih atau infeksi saluran kemih. Jika tidak

diobati, gangguan ini dapat menyebabkan penyakit yang lebih

serius, infeksi dan kelahiran prematur. Jika infeksi, obati hal itu

untuk meredakan rasa sakit dan membantu memastikan

kehamilan yang sehat.

9. Waspadai Penyakit Kronis

Wanita yang memiliki kondisi medis tertentu yang sudah

ada -seperti tiroid, penyakit, diabetes, tekanan darah tinggi,

asma, dan lupus- harus mencatat setiap perubahan kondisi

mereka selama kehamilan. Jika penyakit yang telah diderita

sebeluum hamil ini bergejolak atau tidak terkontrol dengan baik,

dapat dapat memiliki konsekuensi serius bagi kesehatn ibu dan

bayi.
58

2. Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan Trimester II

Trisemester II adalah usia kehamilan 4-6 bulan atau kehamilan

berusia 13- 28 minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Tri- mester II yaitu:

1) Bengkak Pada Wajah, Kaki, Dan Tangan

Bengkak atau oedema adalah penimbunan cairan yang

berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan

berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.

Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan

biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis

preeklamsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami

bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah

beristirahat atau meninggikan kaki. Yang mengkhawatirkan adalah

oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Ibu hamil

yang mengalami keracunan kehamilan juga ditandai dengan

oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka.

Kondisi ini juga disebabkan oleh tekanan darah tinggi dan dalam

air seni ibu hamil terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin

dan laboratorium. Untuk mengatasi oedema, maka perlu istirahat

cukup dan mengatur diet yaitu meningkatkan konsumsi makanan

yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang

mengandung karbohidrat serta lemak. Jika keadaan memburuk,

dokter dapat memberikan pertimbangan untuk segera melahirkan

bayi demi keselamatan ibu dan bayi.


59

2) Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air ketuban dari vagina setelah

kehamilan 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi

sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban

dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37

minggu maupun kehamilan aterm.

Untuk menangani masalah keluar ketuban sebelum waktunya,

maka bidan dapat melakukan hal-hal berikut:

1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.

2) Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT)

untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan

membedakan dengan urin.

3) Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22

minggu), jangan lakukan, pemeriksaan dalam secara digital.

4) Mengobservasi tidak ada infeksi. Mengobservasi tanda tanda

inpartu.

3) Perdarahan Hebat

Perdarahan massif atau hebat pada kehamilan muda

4) Gerakan Bayi Berkurang

Ibu hamil mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-

5 atau ke-6, bahkan beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya

lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah.

Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.


60

Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Apabila

ibu tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini merupakan

suatu tanda bahaya. Bayi kurang bergerak seperti biasa dapat

disebabkan oleh aktivitas ibu yang terlalu berlebihan, keadaan

psikologis ibu maupun kecelakaan.

5) Pusing Yang Hebat

Sering pusing saat hamil sering dikeluhkan oleh ibu baik yang

sedang hamil muda maupun hamil tua. Penyebabnya antara lain:

a) Morning Sickness

Morning sickness dapat mengakibatkan pusing. Pemicu

munculnya morning sickness itu adalah tubuh mulai menyesuaikan

diri dengan perubahan yang ada pada tubuh ibu hamil. Morning

sickness juga merupakan penyesuaian tubuh terhadap bakal janin

yang menempel di dinding rahim yang mulai tumbuh dan

berkembang di dalam rahim ibu.

b) Pembuluh darah melebar

Pelebaran pembuluh darah di dalam tubuh ibu hamil dipicu

oleh perubahan hormon. Pelebaran pembuluh darah itu memiliki

dampak yang baik untuk janin, yaitu aliran darah ke tubuh janin

menjadi lebih lancar. Adapun dampak buruknya adalah detak

jantung dan sistem di dalam jantung semakin meningkat, sebab

darah yang dipompa menjadi meningkat. Hal tersebutlah yang


61

membuat ibu yang sedang hamil akan sering merasakan pusing.

c) Aliran darah meningkat

Sistem kardiovaskuler jantung yang meningkat menyebabkan

aliran darah ke janin ibu semakin meningkat. Dampaknya adalah

ibu akan mengalami tekanan darah yang menurun atau biasa

disebut dengan tekanan darah rendah. Sistem syaraf dan juga

sistem kardiovaskuler sudah tahu dan siap akan mengalami hal

tersebut.

Akan tetapi kesiapan tersebut diikuti dengan aliran darah ke

otak yang menjadi tidak mencukupi. Aliran darah ke otak yang

tidak mencukupi tersebutlah yang menyebabkan Ibu hamil sering

pusing bahkan sampai pingsan.

d) Gula darah menurun

Ibu yang sedang hamil mengalami sistem metabolisme yang

berubah. Sistem metabolisme yang berubah itu berakibat pada

penurunan gula darah yang ada di dalam tubuh ibu hamil.

Penurunan gula darah secara tiba-tiba berimbas pada rasa pusing

yang akan dialami oleh ibu. Orang yang kekurangan gula darah

juga menjadi lemas dan tidak bertenaga.


62

e) Rasa lapar

Rasa lapar itu bisa dipengaruhi oleh kondisi lambung ibu yang

menolak untuk diisi makanan. Hal itu terjadi pada ibu yang hamil

muda di mana perutnya akan terasa tidak enak ketika diisi dengan

makanan dan minuman. Meski begitu harus dijadwalkan untuk

makan tepat waktu, sebab rasa pusing akan semakin menjadi saat

ibu hamil dalam kondisi lapar. Rasa lapar membuat pusing karena

tidak ada makanan yang bisa diubah menjadi energi, selain itu ibu

hamil yang sedang lapar juga memiliki kadar gula yang rendah.

f) Lelah

Ibu hamil yang bekerja akan sering terkena pusing. Hal itu

dikarenakan ada proses pembuatan energi secara tiba-tiba ketika

ibu sedang melakukan aktivitas yang membuat dirinya kelelahan.

g) Anemia

Ibu hamil yang kekurangan zat besi akan terkena anemia.

Anemia merupakan penyakit kekurangan sel darah merah yang ada

di dalam tubuh ibu hamil. Ketika jumlah sel darah merah

berkurang, asupan oksigen dan aliran darah menuju ke otak

semakin berkurang. Hal tersebutlah yang menyebabkan ibu hamil

akan mengalami pusing bahkan sampai pingsan.

h) Gangguan emosional

Ibu yang sedang hamil akan mengalami mood yang berubah-

ubah yang berpengaruh terhadap emosional ibu hamil. Syaraf yang


63

mengkerut terutama di bagian otak bisa menyebabkan aliran darah

menjadi tidak lancar. Hal tersebutlah yang menyebabkan mengapa

ibu hamil sering mengalami pusing ketika emosional.

i) Hipertensi dalam kehamilan

Pelebaran pembuluh darah menjadikan tekanan darah ibu

hamil mendadak menjadi rendah kemudian menyebabkan rasa

pusing. Sebaliknya, penyempitan pembuluh darah saat hamil bisa

menyebabkan ibu hamil terkena penyakit penyempitan pembuluh

darah. Ibu yang memiliki penyakit seperti kolesterol dan asam urat

rentan untuk terkena penyempitan pembuluh darah, sehingga

penyempitan pembuluh darah itu berdampak pada tekanan darah

ibu yang menjadi tinggi. Aliran: darah ke otak menjadi tidak lancar

akibat penyempitan pembuluh darah yang dialami oleh penderita

hipertensi.

j) Dehidrasi

Saat dehidrasi, aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh

menjadi tidak lancar. Begitu pula dengan aliran darah dan oksigen

menuju ke otak. Ibu yang tidak memiliki darah dan oksigen yang

cukup di dalam otak bisa menjadikannya pusing bahkan sampai

pingsan.

k) Tekanan darah menurun secara tiba-tiba

Penurunan darah secara tiba-tiba dapat terjadi jika ibu hamil

sering berdiri terlalu cepat dari posisi jongkok. maupun duduk.


64

Penyebabnya adalah darah biasanya akan berkumpul di bagian kaki

dan juga mata kaki. Sehingga saat ibu hamil berdiri dengan cepat,

darah dari kaki menuju ke jantung menjadi tidak cukup. Hal itulah

yang menyebabkan tekanan darah tiba-tiba menjadi menurun

kemudian menyebabkan pusing

l) Penurunan sirkulasi oksigen dan darah

Saat ibu hamil memasuki tri semester kedua, pertumbuhan

janin di dalam kandungan semakin pesat, sehingga menyebabkan

penurunan sirkulasi oksigen dan juga penurunan aliran darah yang

berasal dari jantung. Hal tersebut menjadi penyebab mengapa ibu

hamil mengalami pusing selama kehamilan.

m) Hypotensive

Hypotensive akan dialami ketika ibu hamil tidur dengan posisi

telentang dalam waktu yang lama. Posisi itu membuat aliran darah

menuju ke otak menjadi tidak lancar. Hypotensive merupakan

sindrom di mana ibu yang sedang hamil tidur dengan posisi

terlentang dalam waktu yang lama, menyebabkan sirkulasi darah

maupun oksigen ke otak menjadi terhambat.

Sindrom itu juga menyebabkan denyut jantung ibu menjadi

meningkat serta tekanan darah ibu hamil menjadi menurun.. Posisi

miring dianjurkan untuk ibu yang sudah memasuki usia kehamilan

tri semester kedua.


65

n) Kepanasan

Udara panas bisa membuat pembuluh darah melebar menjadi

tiba-tiba, saat pembuluh darah melebar, aliran darah menuju ke

janin menjadi meningkat, sehingga tekanan darah ibu yang sedang

kepanasan tersebut akan rendah secara tiba- tiba

o) Penyakit kronis

Ibu hamil yang mengalami penyakit tertentu seperti diabetes,

kolesterol dan asam urat bisa mengalami pusing. Hal itu

dikarenakan ibu hamil dengan penyakit kronis tersebut akan

mengalami penyempitan pembuluh darah terutama pembuluh

darah menuju ke otak. Akibatnya adalah aliran darah dan oksigen

menuju ke otak menjadi tidak lancar.

p) Hindari Makanan Pemicu Sakit Kepala

Agar menghindari sakit kepala yang terjadi saat hamil,

hindari berbagai macam makanan yang bisa memicu sakit kepala:

a) Makanan dengan banyak MSG.

b) Makanan yang terdapat kandungan nitrit di dalam- nya.

c) Kandungan nitrat, zat itu sering ditemukan pada hotdog, burger,

pizza dan lain-lain.

d) Pemanis buatan.

e) Keju seperti buttermilk.

f) Buah pemicu rasa sakit kepala seperti pisang, pepaya, alpukat

dan juga jeruk.


66

g) Makanan difermentasi.

h) Ikan asap.

3. Tanda Bahaya Pada Masa Kehamilan Trimester III

Memasuki tri semester III, posisi dan ukuran bayi semakin

membesar sehingga ibu hamil merasa tidak nyaman. Adapun secara

umum ketidaknyamanan pada periode ini yaitu :

Tabel 1.3
Ketidak nyamanan Wanita hamil pada trimester III

No. Ketidak Fisiologi Intervensi


nyamanan
Posisi badan bila tidur
Diafragma
1. Sesak nafas menggunakan exstra
terdorong ke atas
bantal
Gerakan janin
menguat, keram Sering berkomunikasi
2. Insomnia
oto, sering buang dengan kerabat/ suami
air kecil
Gangguan hormonal Relaksasi, masase
: penyesuaian perut, minum susu
Rasa khawatir hormonal dan hangat , tidur dengan
3.
dan cemas khawatir berperan exstra bantal ( ginjal
sebagai ibu setelah bagian punggung agar
melahirkan nyaman)
Rasa tidak
Pembesaran uterus
nyaman dan
terutama waktu
4. tertekan pada Istirahat, relaksasi
berdiri dan jalan
bagian
serta akibat gemelli
perineum
67

Kontraksi usus Istirahat , gunakan


Kontraksi
5. mempersiapkan teknik bernafas yang
braxton hick
persalinan benar
Karena penekanan
pada syaraf yang
terkait dengan
uterus yang
membesar.
Cek apakah ada tanda
Perubahan kadar
homan, bila tidak ada
kalsium, fosfor,
6. Kram betis lakukan massase dan
keadaan ini
kompres hangat pada
diperparah oleh
otot yang terkena.
kelenjar sirkulasi
darah tepi yang
buruk. Akibat
minum susu lebih 1
liter/ hari
Asupan cairan dibatasi
Karena berdiri dan
hingga berkemih
duduk lama, postur
Edema kaki secukupnya saja.
7. tubuh jelek, tidak
sampai tungkal Istirahat posisi kaki
latihan fisik, baju
lebih tinggi dari
ketat, cuaca panas
kepala.
Lakukan Teknik
Ketegangan otot,
relaksasi dengan
Sakit kepala pengaruh hormon,
menghirup nafas
yang terjadi tegangan mata,
8. dalam. Massase leher
selama kongesti hidung,
dan otot bahu,
kehamilan dan dinamika cairan
gunakan kompres
saraf yang berubah
panas atau di leher.
68

Tabel. 1.4
Tanda -tanda bahaya pada masa kehamilan

Tanda -tanda Penjelasan Pengumpulan data


bahaya
Bengkak / Sebagian ibu hamil 1. Tanyakan pada ibu
oedema pada mengalami bengkak/
apakah ia mengalami
muka atau oedema yang normal
sakit kepala atau masalah
tangan pada kaki, biasanya
muncul pada sore hari penglihatan
dan hilang setelah
2. Periksa bengkak
istirahat atau
3. Ukur tekanan darah
menaikkan kaki lebih
tinggi. Bengkak bisa dan protein urin
menunjukan adanya
4. Periksa hemoglobin
masalah serius jika
(atau warna konjungtiva/
muncul pada muka
dan tangan, tidak telapak tangan) dan
hilang setelah istiahat
tanyakan tanda/ gejala
dan di ikuti dengan
lain dari anemia
keluhan fisik lainya.
Nyeri Nyeri abdomen yang 1. Tanyakan pada ibu
abdomen tidak berhubungan karakteristik dan kapan
yang hebat dengan persalinan terjadi nyeri, seberapa
adalah tidak normal. hebat, kapan mulai
Nyeri abdomen yang dirasakan, dll.
dapat mengancam jiwa 2. Tanyakan pada ibu
adalah nyeri yang apakah ada muntah,
hebat, menetap, dan diare, demam
tidak hilang setelah 3. Ukur tekanan darah,
69

istirahat. Hal ini bisa suhu, nadi


disebabkan karena 4. Lakukan pemeriksaan
appendicitis, luar, pemeriksaan dalam,
kehamilan ektopik, raba nyeri abdomen atau
aborsi, radang pelvic, rebound tenderness,
persalinan pre-term, periksa nyeri sudut
gastritis, penyakit costovertebral
kandung empedu, 5. Periksa protein urine.
iritasi uterus, abrupsi
plasenta, STIs, infeksi
saluran kemih atau
infeksi lain
Berkurangnya 1. Ibu mulai Jika bayi tidak bergerak,
merasakan gerakan tanyakan pada ibu:
Gerakan janin
bayinya mulai bulan 1. Kapan terkahir
ke-5 atau ke-6, kadang bayinya bergerak?
lebih awal 2. Raba gerakan bayi
2. Pada saat bayi tidur, 3. Dengarkan denyut
gerakannya akan jantung bayi
melemah 4. Anjurkan ibu untuk
3. Bayi harus bergerak memeriksa gerakan
paling sedikit 3 kali setiap hari mulai
dalam 3 jam kehamilan 32 minggu
4. Gerakan bayi akan sampai saat persalinan
lebih mudah terasa 5. Bila gerakan
bila ibu berbaring atau berkurang selama 2 hari
beristirahat dan jika berturut-turut segera
ibu makan atau minum periksa
dengan baik

Urine
70

Perdarahan Perdarahan 1. Minta ibu


menyebutkan
pervaginam pervaginam dalam
karakteristik
kehamilan cukup
perdarahannya kapan
normal. Pada masa mulai, berapa banyak,
bagaimana warnanya,
awal kehamilan ibu
apakah bergumpal, dll
pasti akan mengalami

perdarahan atau 2. Tanyakan pada ibu


apakah ia merasa
spotting.
nyeri/sakit ketika
Pendarahan ini adalah
mengalami pendarahan
perdarahan implantasi, tersebut

dan merupakan keadan


3. Periksa tekanan darah,
normal.
suhu, nadi dan denyut
Pada akhir kehamilan, jantung janin.

perdarahan yang tidak


4. Lakukan pemeriksaan
normal adalah merah,
eksternal, raba apakah
jumblah banyak dan ada nyeri abdomen
bagian bawah, lakukan
kadang-kadang tetapi
pemeriksaan psekulum
tidak selalu, disertai
(jika memungkinkan)
dengan rasa nyeri.
5. Jangan melakukan
Perdarahan semacam
pemeriksaan vagina pada
ini bisa disebabkan
perdarahan tri semester
karena plasenta previa tiga

atau abrupsi plasenta.


71

Sakit kepala Sakit kepala selama 1. Tanyakan pada ibu


kehamilan merupakan apakah ia mengalami
hebat
hal yang umum, edema pada muka/tangan
seringkali merupakan atau masalah penglihatan
keluhan yang normal 2. Periksa tekanan darah,
dalam kehamilan. protein urine,refleks dan
Sakit kepala yang edema/bengkak
menunjukkan suatu 3. Periksa suhu dan jika
masalah yang serius tinggi, pikirkan untuk
adalah sakit kepala melakukan permeriksaan
hebat yang menetap darah guna mengetahui
dan tidak hilang adanya parasit malaria.
dengan beristirahat.

10. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

1) Kebutuhan Fisik

Kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat diperlukan, yaitu meliputi

oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian, eliminasi, seksual,

mobilisasi & body mekanik, exercise/senam hamil, istirahat/tidur,

imunisasi, traveling, persiapan laktasi, persiapan kelahiran bayi,

memantau kesejahteraan bayi, ketidaknyamanan dan cara

mengatasinya, kunjungan ulang, pekerjaan, dan tanda bahaya dalam

kehamilan.

(1) Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada

manusia termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan bisa

terjadi saat hamil sehingga akan menganggu pemenuhan


72

kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi

yang dikandung. Untuk mencegah haltersebut di atas dan untuk

memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu melakukan :

a. Latihan nafas melalui senam hamil

b. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi

c. Makan tidak terlalu banyak

d. Kurangi atau hentikan merokok

e. Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernapasan

seperti asma dan lain-lain.

(2) Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung

nila gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang

mahal. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300

kalori, ibu hamil harusnya mengonsumsi yang mengandung

protein, zat besi, dan minum cukup cairan (menu seimbang).

(3) Personal Hygine

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang

dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan

infeksi, karena badan yang kotor yang banyak mengandung

kuman-kuman. Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan

seorang wanita, dimana dengan adanya proses ini terjadi

perubahan-perubahan yang meliputi perubahan fisik, mental,

psikologis dan sosial.


73

(4) Pakaian

Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya

yang longgar dan mudah dipakai serta bahan yang mudah

menyerap keringat. Ada dua hal yang harus diperhatikan dan

dihindari yaitu: 1) sabuk dan stoking yang terlalu ketat. Karena

akan mengganggu aliran balik 2) sepatu dengan hak tinggi, akan

menambah lordosis sehingga sakit pinggang akan bertambah.

(5) Eliminasi

Trimester I: frekuensi BAK meningkat karena kandung

kencing tertekan oleh pembesaran uterus, BAB normal

konstitensi lunak.

Trimester II: frekuensi BAK normal kembali karena uterus

telah keluar dari rongga panggul,Sering buang air kecil

merupakan keluhan yang umum dirasakan oleh ibu hamil,

terutama pada trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang

fisiologis. Ini terjadi karena pada awal kehamilan terjadi

pembesaran uterus yang mendesak kantung kemih sehingga

kapasitasnya berkurang. Sedangkan pada trimester III terjadi

pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan pada kantung

kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi

keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan

dehidrasi.
74

(6) Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama

tidak ada riwayat penyakit seperti berikut ini :

1. Sering abortus dan kelahiran premature

2. Perdarahan pervaginam

3. Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu

terakhir kehamilan

4. Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat

menyebabkan infeksi janin intra uteri.

Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang

sekarang, sebaiknya coitus ditunda sampai kehamilan 16

minggu. Pada waktu itu plasenta sudah terbentuk, serta

kemungkinan abortus menjadi lebih kecil.

a. kebutuhan Seksual Pada Tiap Trimester

a) Trimester pertama: minat menurun pada trimester (3 bulan)

pertama, biasanya gairah seks menurun.

b) Trimester kedua minat meningkat (kembali) memasuki trimester

kedua, umumnya libido timbul kembali. Tubuh sudah dapat

menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan sehingga ibu

hamil dapat menikmati aktifitas dengan lebih leluasa dari pada di

trimester pertama.

c) Trimester ketiga minat menurun lagi libido dapat turun kembali

ketika kehamilan memasuki trimester ketiga. Rasa nyaman sudah


75

jauh berkurang. Pegel di punggung dan pinggul, tubuh bertambah

berar dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin

mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual, itulah

beberapa penyebab menurunnya minat seksual. (11)

(7) Mobilisasi Dan Bodi Mekanik

Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi

fisiologis, guna mempertahankan kemandirian.

Ibu hamil perlu memperhatikan beberapa sikap tubuh

a. Duduk

Duduk dengan posisi punggung tegak. Atur dagu ibu dan Tarik

bagian atas kepala seperti ketika ibu berdiri.

b. Bangun dari duduk

Pijakkan kaki dengan mantap. Majukan badan ke depan. bangun

dengan pelan, kedua lutut jangan bertemu dan doronglah tubuh, jika

perlu dengan tangan. Pusatkan pikiran ke bagian atas tubuh ditarik ke

atas dengan benang yang diikat di kepala.

c. Berdiri

Sikap berdiri yang benar sangat membantu sewaktu hamil di saat

berat janin semakin bertambah, jangan berdiri untuk jangka waktu yang

lama. Berdiri dengan menegakkan bahu dan mengangkat pantat. Tegak

lurus dari telinga sampai ke tumit kaki. Berdiri tegak. Perut jangan

menarik punggung ke depan dan bahu tertarik ke belakang sehingga

membentuk lengkungan.
76

d. Berjalan

Ibu hamil penting untuk tidak memakai sepatu ber-hak tinggi atau

tanpa hak. Hindari juga sepatu bertumit runcing karena mudah

menghilangkan keseimbangan.

e. Posisi tidur

Ibu hamil boleh tidur tengkurap, kalau sudah terbiasa, namun

tekuklah sebelah kaki dan pakailah guling, supaya ada ruangan bagi

bayi Posisi miring juga menyenangkan, namun jangan lupa memakai

guling untuk menopang berat rahim.

Sebaiknya setelah usia kehamilan 6 bulan, hindari tidur telentang.

Karena tekanan rahim pada pembuluh darah utama dapat menyebabkan

pingsan.

f. Bangun dari berbaring

Terlebih dahulu menekuk lutut dan gunakan otot kaki untuk tegak

kembali. Hindari membungkuk yang dapat membuat punggung tegang,

termasuk untuk mengambil sesuatu yang ringan sekalipun. Jika

mengambil sesuatu di lantai berjongkoklah. Ketika berdiri, pertahankan

agar punggung tetap tegak. Hati-hati mengangkat barang agak berat.

8. Latihan Atau Senam Hamil

Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot- otot,

sehingga dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam

persalinan normal.
77

1. langkah-langkah senam hamil

a. Jalan-jalan saat hamil

b. Senam Pernafasan

c. Senam kaki

d. Senam Relaksasi

e. Jongkok dan bangun di tepi Tempat Tidur

f. Mengepel lantai

g. Merangkak dilantai

h. Melatih kontraksi dan relaksasi otot dasar panggul

i. Senam panggul

j. Sikap tegak senam panggul

9. Imunisasi TT

a) Injeksi 1: TT caten (paling baik diberikan pada usia kanak- kanak,

tapi dapat diberikan pada usia berapapun).

b) Injeksi ke-2: 4 minggu setelah injeksi pertama.

c) Injeksi ke-3: minimal 6 bulan setelah injeksi kedua.

d) Injeksi ke-4: 1 hingga 3 tahun setelah injeksi ketiga.

e) Injeksi ke-5: 1 hingga 5 tahun setelah injeksi keempat.

Apabila jarak injeksi pertama dan kedua terlalu jauh, maka selama

kehamilan, ibu dapat diberikan injeksi TT sebanyak 2 kali, asalkan

injeksi kedua minimal 4 minggu sebelum akhir kehamilan. (14)


78

10. Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibi Hamil

1. Umur : Semakin muda umur ibu hamil, maka energi yang dibutuhkan

lebih banyak.

2. Berat Badan : Berat badan lebih ataupun kurang dari berat badan rata-

rata untuk umur tertentu, merupakan faktor menentukan jumlah zat

makanan yang harus dicukupi selama hamil.

3. Suhu Lingkungan : Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5-37 derajat

celcius yang digunakan untuk metabolism optimum.

4. Aktifitas : Semakin banyak aktivitas banyak yang dilakukan, maka

semakin banyak energi yang dibutuhkan oleh tubuh.

5. Status Kesehatan : pada saat kondisi tidak sehat, maka asupan energi

yang di pertahatikan

6. Pengetahuan Zat Gizi Makanan : Perencanaan dan penyusunan

makanan kaum ibu atau Wanita dewasa mempunyai peranan

penting.(14)

11. Suplemen Untuk Ibu Hamil

Selama hamil ibu memerlukan vitamin dan mineral yang harus

dikonsumsi setiap hari. Setiap ibu hamil memerlukannya dalam jumlah

yang cukup untuk bayi dan dirinya sendiri.

1. Asam Folat

Fungsi asam folat yaitu :

a. Mencegah anemia pada ibu dan berkurangnya berat badan bayi.

b. Penting untuk pertumbuhan sel embrio. Asam folat sangat


79

dibutuhkan pada minggu-minggu awal kehamilan. Selama hamil,

tubuh membutuhkanm empat sampai lima kali dari jumlah asam

folat normal.

c. Mencegah cacat tulang belakang dan gangguan pertumbuhan otak

janin (kerusakan tabung saraf).

d. Tubuh tidak bisa menyimpan asam folat, maka selama masa hamil,

ibu harus mengonsumsi asam folat atau makanan yang banyak

mengandung asam folat. Makanan yang banyak mengandung asam

folat yaitu:

1) Sayur berdaun hijau tua.

2) Daging (terutama hati, ginjal, dan jeroan).

3) Kacang polong dan buncis.

4) Biji bunga matahari dan labu.

5) Bulir padi utuh (beras merah atau gandum utuh).

6) Ikan, telur, jamur.

2. Tablet Fe

Dari sekitar 1000 mg besi yang dibutuhkan selama kehamilan

normal, sekitar 300 mg secara aktif dipindahkan ke janin dan plasenta,

dan 200 mg lainnya keluar melalui berbagai rute ekskresi normal,

terutama saluran cerna. Pengeluaran inl bersifat obligatorik dan

berlangsung, meskipun ibu mengalami defisiensi besi. Peningkatan

rata-rata volume total eritrosit dalam darah sekitar 450 mL,

memerlukan 500 mg lainnya karena 1 mg eritrosit mengandung 1,1 mg


80

besi. Karena sebagian besar besi digunakan selama paruh kedua

kehamilan, maka kebutuhan besi meningkat setelah pertengahan

kehamilan dan mencapai sekitar 6 sampai 7 mg/hari.

Zat besi membuat darah menjadi sehat dan mencegah anemia. Ibu

hamil memerlukan banyak zat besi untuk memperoleh cukup tenaga,

mencegah perdarahan hebat saat melahirkan, dan memastikan bahwa

bayi yang sedang tumbuh dapat membentuk darah yang sehat, dan

menyimpan zat besi untuk beberapa bulan pertama setelah melahirkan.

Adapun makanan yang mengandung banyak zat besi yaitu:

a. Daging, terutama hati, ginjal, dan jeroan.

b. Unggas dan burung. Belalang, jangkrik, dan rayap.

c. Ikan, remis, dan tiram.

d. Telur.

e. Buncis dan kacang polong, Brokoli.

f. Biji bunga matahari, biji labu, Sukun dan Ubi jalar.

3. Kalk

Kalsium (Kalk) dibutuhkan bagi bayi yang sedang tumbuh untuk

membentuk tulang baru, terutama pada minggu ke-4 dan ke-5 atau

bahkan telah di mulai bulan pertama. Menjelang minggu ke-25 atau

memasuki bulan ke-6 kehamilan lebih satu minggu, kalsium yang

dibutuhkan lebih dari dua kali lipat.

Makanan yang banyak mengandung kalsium:

1. susu dadih, yogurt, dan keju,


81

2. wijen, almond, sayur berdaun hijau, ubi jalar,

3. kerrang.

4. Yodium

Pemakaian garam dan produk roti beryodium dianjurkan selama

kehamilan untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan oleh adanya

janin dan hilangnya yodium ibu melalui ginjal. Adapun fungsi yodium

yaitu :

a. Yodium mencegah goiter (gondok, pembengkakan teng- gorokan),

dan masalah lain pada orang dewasa.

b. Kurang yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan anak mengalami

hipotiroidisme (kretinisme) yang mem- pengaruhi perkembangan

otak dan pikiran.

c. Pada saat hamil perlu lebih banyak asupan garam yodium, karena

garam dalam tubuh menjadi encer seiring dengan meningkatnya

cairan-cairan tubuh.

d. Garam yodium mampu menghasilkan hormon tiroksin yang

berfungsi dalam pertumbuhan serta dapat mence- gah keguguran.

e. Cara mudah untuk memperoleh cukup yodium adalah menggunakan

garam beryodium, bukan garam biasa. Adapun makanan yang

mengandung banyak yodium:

1) Kerang-kerangan, udang dan sejenisnya

2) Rumput laut,Kuning telur, hati


82

5. Kalium

Konsentrasi kalium dalam plasma ibu menurun sekitar 0,5 mEq/L

pada pertengahan kehamilan. Defisiensi kalium terjadi pada keadan-

keadaan yang sama dengan ketika wanita tidak hamil.

6. Serat

Makanan yang mengandung serat perlu dikonsumsi ibu hamil,

fungsinya yaitu:

a. Makanan berserat dapat mencegah sembelit atau ambeien. Ketika

rahim mekin besar mengakibatkan tekanan pada poros usus sehingga

bisa menimbulkan ambeien.

b. Makanan yang banyak mengandung serat akan memperlancar sistem

pencernaan sehingga gangguan sembelit tidak muncul.

c. Sumber makanan berkadar serat tinggi adalah sayur- sayuran, buah-

buahan, beras merah, roti yang berbahan gandum, dan sereal.

7. Cairan

Fungsi cairan bagi ibu hamil yaitu:

a. Memperlancar sistem pencernaan dengan banyak mengonsumsi air

putih. Selain itu jus dan buah-buah segar juga banyak mengandung

kadar air.

b. Cairan berguna untuk membangun sel darah merah bayi dan cairan

ketuban, serta mengganti cairan yang hilang jika ibu sering

mengalami muntah pada masa kehamilan.


83

8. Vitamin

Beragam vitamin yang harus dipenuhi saat kehamilan, antara lain:

1) Vitamin A

Asupan vitamin A dari makanan cukup memadai dan suplementasi

rutin selama kehamilan tidak dianjurkan. Sebaliknya, terdapat

keterkaitan antara cacat lahir dengan pemberian vitamin A dosis yang

sangat tinggi selama kehamilan 10.000-50.000 IU per hari, Vitamin A

mencegah rabun senja dan membantu melawan infeksi. Kurangnya

vitamin A juga mengakibatkan kebutaan pada anak. Ibu harus banyak

mengonsumsi vitamin A saat hamil dan menyusui. Sumber vitamin A

antara lain sayur berdaun kuning tua dan hijau serta buah yang kuning,

misalnya labu.

2) Vitamin D

Fungsi vitamin D untuk ibu hamil yaitu:

a) Berguna dalam membantu penyerapan kalsium dalam tubuh. Karena

tanpa bantuan vitamin D, kalsium tidak bisa diserap dengan baik.

b) Sinar matahari merupakan sumber vitamin D. Tubuh dapat membuat

vitamin D sendiri dengan bantuan sinar matahari.

3) Vitamin C

Asupan yang dianjurkan untuk vitamin C selama kehamilan adalah

80 sampai 85 mg/hari atau sekitar 20 persen lebih banyak daripada

keadaan tidak hamil. Kadar vitamin C dalam plasma ibu menurun

selama kehamilan, sementara kadar di darah tali pusat lebih tinggi.


84

Fenomena tersebut dijumpai pada sebagian besar vitamin yang larut

dalam air. Fungsi vitamin C selama kehamilan yaitu:

a) Berguna untuk membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.

b) Ibu hamil yang darahnya mengandung banyak vitamin C

mempunyai kesempatan hidup lebih lama, dibandingkan yang

berkadar vitamin C dalam darahnya rendah.

c) Vitamin C menjaga kekebalan tubuh, menetralkan polusi, dan

membuat antibodi.

d) Membantu penyerapan nutrisi dalam usus dan melancarkan

peredaran darah.

e) Sumber vitamin C antara lain tomat, jeruk, stroberi, dan sayuran

hijau.(14)

12. Tujuan Asuhan Kehamilan

Tujuan Asuhan Ante Natal (ANC) adalah sebagai berikut:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial pada ibu dan bayi

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau implikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin


85

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI ekslusif.

6) Memepersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. (11)

13. Asuhan Antenatal Yang Terfokus

Tujuan asuhan antenatal terfokus meliputi :

1) Peningkatan Kesehatan dan kelangsungan hidup meliputi

a. Pendidikan dan konseling kesehatan tentang:

1) Tanda-tanda bahaya dan tindakan yang tepat

2) Gizi termasuk suplemen mikronutrisi serta hidrasi

3) Persiapan untuk pemberian ASI eksklusif segera

4) Pencegahan dan pengenalan gejala-gejala PMS

5) Pencegahan malaria dan infstasi helmith

2) Pembuatan rencana persalinan termasuk kesiapan menghadapi

3) Penyediann TT

4) Suplemen zat besi dan folat, vitamin A, yodium dan kalsium

5) Penyediaan pengobatan penyakit cacing dan daerah endemi

malaria

6) Melibatkan ibu secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

dan kesiapan menghadapi persalinan

b. Deteksi dini penyakit dapat mempengaruhi Kesehatan ibu dan janin:

1. Anemia parah

2. Proteinura
86

3. Hypertensi

4. Syphilis dan PMS 5) HIV

5. Malpresentasi janin setelah minggu ke 36

6. Gerakan janin dan DJJ

c. Intervensi yang tepat waktu untuk menatalaksana suatu penyakit atau

komplikasi

1. Anemia parah

2. Pendarahan selama kehamilan

3. Hypertensi, pre-eklamsia dan eklamsia

4. Syphilis, chlamidia, GO, herpes serta PMS lainnya

5. HIV

6. Malpresentasi setelah minggu ke-36 Kematian janin dalam

kandungan

7. Penyakit lainnya seperti TBC, diabetes, hepatitis, demam

reumatik, Isi asuhan antenatal terfokus :

Setiap wanita hamil, melahirkan atau nifas mengalami resiko

komplikasi yang serius dan mengancam jiwanya. Meskipun

pertimbangan 'resiko' ini bisa digunakan oleh individu-individu

bidan, perawat dan dokter untuk menyusun advis pengobatan.

Kadang kala wanita hamil yang beresiko rendah sering terabaikan

sehingga mengembangkan komplikasi dan banyak yang lainnya

yang memiliki RESTI malah melahirkan tanpa masalah sama

sekali.
87

d. Peningkatan Kesehatan dan komunikasi antar pribadi

1. Pendidikan kesehatan yang bersifat mengikutsertakan dan tidak

memecahkan masalah kekhawatiran daripada klien sering sekali

dipersyaratkan' sebagai bagian dari asuhan antenatal yang rutin.

2. Para klien harus dilibatkan sebagai peserta aktif dalam

pendekatan terhadap pendidikan beserta pemecahan masalahnya.

3. Kesiapan mental untuk melahirkan dan mengasuh kelahiran yang

akan datang.

e. Kesiapan kelahiran yang berfokus pada klien dan masyarakat

1. Rencana persalinan: tempat persalinan, penolong yang terampil,

serta perlengkapan ibu & bayi, transportasi yang inovatif serta

sistem perujukannya. dana darurat.


2.
Asuhan antenatal secara terus menerus terfokus pada klien serta

lingkungannya untuk memaksimalkan kesempatan memperoleh

hasil kehamilan yang sehar ibu dan anak. (11)

14. Standar Asuhan Kehamilan

Periksa kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan 2 x

pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3.

Trimester 1 : 2 kali ( kehamilan hingga 12 minggu)

Trimester 2 : 1 kali ( kehamilan diatas 12 minggu sampai 24 minggu )

Trimester 3 : 3 kali ( kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu ).

Standar Minimal Asuhan Antenatal : 10 T


88

1. Timbang berat badan dan tinggi badan

Tinggi badan ibu menentukan status gizi ibu, dan minimal BB ibu

naik sebanyak 9 kg atau 1 kg setiap bulannya.

2. Ukur tekanan darah

Tekanan darah > 140/90 mmHg (hipertensi)

3. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas/ LILA)

LILA < 23,5 cm, risiko KEK ( kurang energi kronis)

4. Ukur tinggi fundus uteri/ Rahim

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Untuk melihat kelainan letak janin, atau masalah lain.

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus bila

diperlukan.

Tabel. 2.3

Interval dan masa perlindungan TT

Status T Interval minimal Massa perlindungan


pemberian
T1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit tetanus
T2 1 bulan setelah T1 3 tahun

T3 6 bulan setelah T2 5 tahun

T4 12 bulan setelah T3 10 tahun

T5 12 bulan setelah T4 Lebihi dari 25 tahun


89

7. Beri tablet tambah darah

Ibu mendapatkan minimal 90 tablet selama kehamilan

8. Tes / periksa laboratorium

9. Tata laksana/ penanganan kasus

Apabila ditemukan masalah, segera ditangani atau dirujuk

10. Tamu wicara/ konseling.

Dilakukan pada saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. (15)

15. Kehamilan Dengan Anemia

1) Pengertian

Anemia dalam kehamilan dapat diartikan ibu hamil yang mengalami

defisiensi zat besi dalam darah. Selain itu anemia dalam kehamilan

dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin (Hb) <11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada

trimester II kadar hemoglobin <10,5 gr%. Anemia kehamilan disebut

"potentional danger to mother and child" (potensi membahayakan ibu

dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari

semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan

2) Tanda dan gejala

Gejala umum anemia seperti yang telah dijelaskan dalam bab

sebelumnya disebut juga sebagai mekanisme kompensasi tubuh

terhadap penurunan kadar Hb. Gejala ini muncul pada setiap kasus

anemia setelah penurunan Hb sampai kadar tertentu (Hb <8 g/dl).

Sindrom anemia terdiri atas rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga
90

mendenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, dan sesak

nafas. Pada pemeriksaan seperti kasus anemia lainnya, ibu hamil

tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut,

telapak tangan dan jaringan dibawah kuku

Gejala anemia di antaranya:

1. Keleahan

2. Kelemahan

3. Telinga berdengung

4. Pernafasan pendek

5. Kulit pucat

6. Nyeri dada

7. Kepala terasa ringan/berat

8. Tegang dan kaki terasa dingin

3) Drajat Anemia

Penentuaan anemia tidaknya seorang ibu hamil menggunakan dasar

kadar Hb dalam darah. Dalam penentuan derajat anemia terdapat

bermacam-macam pendapat, yaitu:

Derajat anemia berdasar kadar Hb menurut WHO adalah:

a. Ringan sekali: Hb 10 g/dL-batas normal

b. Ringan : Hb 8 g/dL-9,9 g/dL

c. Sedang : Hb 6 g/dL-7,9 g/dL

d. Berat: Hb < 5 g/dL

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menetapkan


91

derajat anemia sebagai berikut

a. Ringan sekali : Hb 11 g/dL - Batas normal

b. Ringan: Hb 8 g/dL - <11 g/dl

c. Sedang : Hb 5 g/dl - <8 g/dl

d. Berat: Hb <5 g/dl

Klasifikasi anemia pada ibu hamil berdasarkan berat ringannya,

anemia pada ibu hamil dikategorikan adalah anemia ringan dan anemia

berat. Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah adalah 8 gr%

sampai kurang dari 11 gr%, anemia berat apabila kadar Hb dalam darah

kurang dari 8 gr%. Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa selama kehamilan, indikasi terjadi anemia jika konsentrasi Hb

<10,5-11 g/dl.

16. Pengkajian Data Subyektif

1) Anamnesa Pada Ibu Hamil

Maksud dari anamnesis kehamilan adalah mendeteksi komplikasi-

komplikasi dan menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan

kehamilan ibu sekarang, kehamilan dan kelahiran terdahulu, kesehatan

umum, dan kondisi sosial ekonomi. Informasi lengkap yang diperoleh,

memudahkan petugas kesehatan untuk menentukan anjuran atau

pengobatan yang akan diberikan.

Pada kunjungan antenatal pertama, mulai dikumpulkan informasi

mengenai ibu hamil yang akan membantu dalam membangun hubungan

kepercayaan antara pemberi pelayanan dengan ibu, mendeteksi


92

komplikasi, dan menyusun rencana khusus bila diperlukan. Sementara

itu, kunjungan berikutnya dikumpulkan informasi mengenai kehamilan

untuk mendeteksi komplikasi dan melanjutkan pemberian pelayanan

yang diperlukan.

Anamnesis pada kunjungan pelayananan antenatal pertama dari ibu

hamil meliputi:

(1) Identitas

Identifikasi ibu (nama, nama suami, usia, pekerjaan, agama, dan

alamat ibu). Untuk mengenal ibu hamil dan menentukan status sosial

ekonominya, serta menentukan anjuran pengobatan yang diperlukan

(2) Keluhan

Keluhan utama apa yang diderita, apakah ibu datang untuk

memeriksakan kehamilan atau ada masalah lain. Keluhan dikaji untuk

mengetahui tanda dan gejala yang berhubungan dengan kondisi

kehamilan ibu saat ini dan untuk keperluan penegakan diagnose

(3) Riwayat menstruasi

Riwayat menstruasi antara lain untuk mengetahui faal alat

kandungan. Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk

menentukan taksiran persalinan (TP).

(4) Riwayat perkawinan

Ditanyakan untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, umur ibu

waktu menikah, lama menikah untuk mengetahui adanya kemungkinan

infertil.
93

(5) Riwayat kesehatan pasangan

Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang

berhubungan dengan masalah genetik, penyakit kronis. dan infeksi.

Penggunaan obat-obatan seperti kokain dan alkohol akan berpengaruh

pada kemampuan keluarga untuk mendapatkan kehamilan dan

persalinan. Rokok yang digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada

ibu dan janin. terutama risiko mengalami komplikasi pernapasan akibat

sebagai perokok pasif. Golongan darah dan tipe rhesus ayah penting,

jika ibu dengan Rh negatif dan kemungkinan Inkompabilitas darah bisa

terjadi.

(6) Riwayat KB

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu

atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan

pada saat kunjungan pertama.

Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut saat

kehamilan yang tidak diketahui, dapat berakibat buruk pada

perkembangan organ seksual janin.

(7) Riwayat kehamilan sekarang, meliputi:

1) HPHT (hari Pertama Haid Terakhir).

2) Gerak janin (kapan mulai dirasakan, apakah ada peru- bahan).

3) Masalah atau tanda-tanda bahaya (termasuk penglihatan kabur)

4) Keluhan-keluahan yang lazim pada kehamilan.

5) Penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-jamuan).


94

6) Kekhawatiran-kekhawatiran lain yang dirasakan.

Dari informasi riwayat kehamilan yang sekarang ini, dapat dipakai

untuk membantu dalam menentukan usia kehamilan dengan cepat.

(8) Riwayat kebidanan yang lalu meliputi :

a. Berapa kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu,

persalinan prematur, keguguran atau kegagalan kehamilan,

persalinan dengan tindakan (dengan forcep vakum ekstraksi atau

operasi caesar)

b. Perdarahan pada kehamilan, persalinan, kelahiran atau

pascapersalinan.

c. Persalinan yang lalu: spontan atau buatan, aterm atau prematur,

perdarahan, siapa yang menolong.

d. Riwayat hipertensi.

e. Melahirkan BBs 2.5 kg atau 2 4 kg.

f. Nifas dan laktasi.

g. Bayi yang dilahirkan jenis kelamin, berat dan panjang badan, hidup

atau mati, bila mati umur berapa dan apa penyebabnya

h. Masalah-masalah lain yang dialami.

Riwayat kebidanan yang lalu sangat memengaruhi prognosa

persalinan dan pimpinan persalinan, membantu dalam penanganan

pelayanan kehamilan (konseling khusus, tes, tindak lanjut dan rencana

persalinan).
95

(9) Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal berikut:

a. Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok

risiko tinggi untuk masalah genetis seperti anemia sickle sel,

talasemia).

b. Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi.

c. Penyakit kronis (menahun/terus-menerus) seperti asma dan jantung.

d. Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan cedera (pelvis dan

pinggang).

e. Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan

tuberkulosis.

f. Riwayat dan perawatan anemia.

g. Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).

h. Jumlah konsumsi kafein setiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan
minuman ringan lainnya.
i. Merokok (jumlah batang per hari).

j. Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan

risiko toksoplasma.

k. Alergi dan sensitif dengan obat.

l. Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.

m. Riwayat imunisasi tetanus toksoid.

n. Status imunisasi TT.

o. Lain-lain.
96

(10) Riwayat keluarga

Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk

riwayat gemeli/kembar, penyakit kronis (menahun/ terus-menerus)

seperti diabetes mellitus daan jantung, infeksi seperti tuberculosis dan

hepatitis dan lain-lain.

(11) Riwayat social ekonomi dan budaya meliputi hal-hal berikut :

a. Status perkawinan.

b. Riwayat KB.

c. Reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan.

d. Dukungan keluarga.

e. Pengambil keputusan dalam keluarga.

f. Kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi (gizi seimbang),

dengan perhatian pada vitamin A dan zat besi.

g. Kebiasaan hidup sehat meliputi kebiasaan merokok, minum

obat/alkohol/obat tradisional dan olahraga.

h. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari.

i. Tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan

Dari anamnesis, dapat membantu untuk mengetahui dukungan terhadap

ibu dan pengambil keputusan dalam keluarga, sehingga membantu ibu

dalam merencanakan persalinan dengan baik.

2) Menentukan Taksiran Persalinan

TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk

menentukan TP berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus Naegle


97

yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan. Saat

persalinan sudah dapat ditentukan pada kunjungan antenatal yang

pertama, yaitu dengan rumus Naegle:

a. Untuk siklus 28 hari

Hari pertama Haid Terakhir (+7), Bulan (-3), Tahun (+1) = Tanggal

persalinan

b. Untuk siklus 35 hari

Hari Pertama Haid Terakhir (+14), Bulan (-3), Tahun (+1)= Tanggal

persalinan

Contoh:

HPHT 10 Agustus 2016 (10+7, 8-3, 2016+1) berarti TP tanggal 17 Mei

2017.

Aturan Naegle lebih akurat dilakukan pada wanita dengan siklus

menstruasi yang teratur, kurang akurat pada wanita dengan siklus

mentruasi yang tidak teratur. Rumus Naegle tidak dapat digunakan jika:

1) Ibu mempunyai riwayat haid yang tidak teratur atau tidak haid.

2) Ibu hamil saat masih menyusui dan belum pernah haid lagi.

3) Ibu hamil setelah berhenti mengonsumsi pil KB dan,belum haid lagi.

17. Pengkajian Data Objektif Pada Ibu Hamil

Pemeriksaan fisik ini adalah untuk membantu mendeteksi penyulit

komplikasi-komplikasi kehamilan. Dengan demikian dapat membantu

mengurangi angka kesakitan maupun kematian ibu dan janin.

1) Pemeriksaan fisik pada ibu hamil meliputi:


98

Pemeriksaan fisik pada kunjungan antenatal pertama meliputi:

Pemeriksaan luar/pemeriksaan umum

(1) Bagaimana keadaan umum ibu, keadaan gizi, kelainan bentuk badan,

kesadaran.

(2) Adakah anemia, cyanose, icterus atau dyspnoe.

(3) Keadaan jantung dan paru, periksa suhu badan, tekanan darah,

denyut nadi dan pernafasan.

(4) Oedema.

(5) Tinggi badan.

(6) Berat badan.

(7) Refleks.

(8) Pemeriksaan laboratorium sederhana bila ada, untuk kadar Hb,

golongan darah dan urine rutin.

(9) Pemeriksaan kebidanan

(10) Inspeksi (periksa pandang)

1) Kepala dan leher, adakah:

a) Rambut rontok.

b) Edema dan chloasma di wajah.

c) Mata: Conyungtiva & Sklera

d) Mulut: bibir pucat, lidah pucat, dan caries gigi.

e) Leher: pembesaran vena jogolaris, pem- bengkakan saluran limfa,

kelenjar tyroid dan tonsil.


99

2) Dada

Bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan putting susu

(simetris atau tidak), keluarnya kolostrum (dilakukan pemeriksaan

setelah usia kehamilan 28 minggu).

3) Perut

Membesar ke depan atau ke samping (ascites). keadaan pusat,

linea alba, ada gerakan janin atau tidak, kontraksi rahim, striae

gravidarum dan bekas luka operasi.

4) Vulva

Keadaan perineum, varises, tanda Chadwick, flour dan conyloma

a. Palpasi (periksa Raba)

Periksa raba dilakukan untuk menentukan :

1. Besarnya rahim untuk menentukan tuanya kehamilan

2. Letak janin dalam Rahim.

Cara melakukan palpasi menurut leopod terdiri 4 bagian yaitu :

1. Leoplod I untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang

terdapat dalam fundus

2. Leoplod II untuk menentukan letak punggung janin dan letak

bagian-bagian kecil janin.

3. Leoplod III untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah

rahim dan apakah bagian bawah janin ini sudah terpegang oleh pintu

atas panggul.

4. Leoplod IV untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan


100

berapa jauhnya bagian bawah ini masuk ke dalam rongga panggul.

Perkiraan usia kehamilan setelah minggu 24, cara yang paling

efektif adalah dengan menggunakan pita ukuran.

b. Ausultasi (pemeriksaan dengar)

Digunakan stetoskop atau Doppler untuk men- dengarkan bunyi

jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim, bunyi aorta,

dan bising usus.

1) Lokasi auskultasi DJJ Dari usia kehamilan 10 sampai 18 minggu,

DJJ terletak di sepanjang garis tengah perut bagian bawah janin.

Setelah itu, DJJ paling didengar di punggung atau dada dan

tergantung pada posisi janin: manuver Leopold dapat membantu

mengidentifikasi posisi janin.

2) Jumlah per-menit DJJ DJJ berkisar antara 120 dan 160 denyut per

menit. Jika denyut yang terdengar sejumlah 60 sampai 90 per menit,

biasanya denyut itu denyut jantung ibu. DJJ yang pasti harus tetap

dicari.

3) Ritme DJJ

DJJ mempunyai variasi antara 10 sampai 15 per menit jika di hitung

terus menerus, dan semakin bervariasi seiring dengan bertambahnya

usia kehamilan. Setelah 32-34 minggu, variasi DJJ dihubungkan

dengan meningkatnya aktivitas janin.

c. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat kunjungan pertama


101

pemeriksaan antenatal pada hamil muda dan sekali lagi pada kehamilan

tri semester III untuk menentukan keadaan panggul.

d. Pemeriksaan anggota bawah

Pemeriksaan anggota bawah antara lain :

1. Pemeriksaa Genitalia

a) Genetalia eksterna ibu hamil

Inspeksigenitalia eksternal. Relaksasi introitusvagina dan

pembesaran labia juga klitoris merupakan perubahan yang normal

selama kehamilan. Pada wanita multiparitas, bekas luka dari laserasi

peri- neum atau sayatan episiotomi mungkin akan tampak.

Inspeksi pada labial untuk mengidentifikasi adanya varises,

cystoceles, dan rectoceles. Palpasi juga kelenjar Bartholin dan Skene.

b) Genetalia interna ibu hamil

Pemeriksaan spekulum

karena adanya peningkatan vaskularisasi dari struktur vagina dan

serviks menyebabkan kerapuhan jaringan, proses memasukan dan

membuka spekulum harus dilakukan dengan lembut untuk mencegah

trauma pada jaringan dan perdarahan.

1. Inspeksi serviks untuk mengidentifikasi warna, bentuk, dan

penutupan.

2. Lakukan pap smear jika diindikasikan, dan mengumpulkan

spesimen vagina lainnya.

3. Inspeksi dinding vagina saat menarik spekulum. Identifikasi


102

warna, relaksasi, rugae, dan cai- ran discharge. Pada masa

kehamilan warna ke- biruan, rugae yang dalam, dan leukorrhea

ada- lah normal.

2. Pemeriksaan Bimanual

Pemeriksaan bimanual lebih mudah dilakukan pada masa kehamilan,

karena dasar panggul relaksasi.

a. Serviks.

Karena pelunakan jaringan selama kehamilan, sulit untuk

membedakan serviks pada awalnya. Tentukan panjang serviks dengan

meraba permukaan lateral ujung serviks ke forniks lateral. Pada umur

kehamilan 34-36 minggu, leher rahim mempunyai panjang 3 cm atau

lebih. Selanjutnya temukan ostium serviks. Ostium eksternal dapat saja

terbuka pada ibu multiparitas. Ostium internal, antara kanal endoserviks

dan rongga rahim, harus tertutup sampai akhir kehamilan. Permukaan

serviks pada ibu multiparitas akan terasa tidak teratur karena luka yang

sembuh dari kelahiran sebelumnya.

b. Uterus

Dengan jari-jari internal ditempatkan di kedua sisi leher rahim dan

tangan eksternal pada perut pasien di area fundus uteri. Selanjutnya,

gunakan jari-jari internal untuk mengangkat rahim dengan lembut ke

atas menuju sisi perut. Dengan posisi tangan seperti "menangkap"

fundus uteri di antara dua tangan ukuran uterus dapat dinilai. Penilaian

diteruskan untuk bentuk, konsistensi, dan posisi uterus.


103

c. Adneksa

Palpasi adneksa kanan dan kiri. Korpus luteum akan teraba sebagai

nodul kecil di ovarium pada minggu pertama setelah pembuahan.

Setelah tri semester pertama, massa adneksa menjadi sulit dirasakan.

d. Dasar panggul

Evaluasi kekuatan dasar panggul saat Anda menarik keluar jari.

17. Analisa

Analisa merupakan kesimpulan yang didapat dari hal anamnesa,

pemeriksaan umum, pemeriksaan kebidanan, pemeriksaan dalam, dan

pemeriksaan penunjang, Sehingga didapat diagnose, masalah, dan

kebutuhan.

18. Perencanaan

Tujuan dari perencanaan pada wanita hamil untuk mencapai taraf

kesehatan yang setinggi-tingginya dalam kehamilan dan menjelang

persalinan. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaa,

memberikan imunisasi TT dan tambahan vitamin A (jika di butuhkan),

serta suplemen zat besi/ folate dan menjelaskan bagaimana

mengkonsumsinya serta kemungkinan efek samping.

Selanjutnya memberikan nasihat kepada ibu mengenai nutrisi, olah

raga ringan/exercise, istirahat, kebersihan diri, pemberian ASI. KB pasca

bersalin, tanda-tanda bahaya, aktifitas seksual, kegiatan sehari-hari.

pekerjaan, obat-obatan, merokok, cara berpakaian dan bersepatu,

persiapan kelahiran, komplikasi gawat darurat, dan sebagainya. (14)


104

2.1.2 Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan atau kelahiran normal adalah pengeluaran hasil

konsepsi yang telah mampu hidup di luar uterus yang diawali dengan

adanya kontraksi yang teratur dan semakin kuat hingga menyebabkan

terjadinya dilatasi serviks, pengeluaran janin, dan pengeluran

plasenta.(16)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan adalah

rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh

ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri

dengan pelahiran plasenta. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung selama 18 jam. tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin. (17)

Definisi persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada

kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur). mempunyai onset

yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24

jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama),

mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala)

dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan

artificial (seperti forceps), tidak mencakup komplikasi (seperti


105

perdarahan hebat), dan mencakup kelahiran plasenta yang normal. (18)

Adapun proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai

berikut :

1) Persalinan SpontanYaitu persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan Ibu sendiri melalui jalan lahir Ibu tersebut.

2) Persalinan Buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi

forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria

3) Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau

prostaglandin.

4) Persalinan berdasarkan umur kehamilan

(1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu

atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr

(2) Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 atau bayi

dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram

(3) Partus prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu

atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram
106

(4) Partus maturus atau aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu

atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

(5) Partus postmaturus atau serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu. (16)

2. Teori-Teori Persalinan

1) Penurunan Kadar Progesteron

Progesteron menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya

estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam

darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun

sehingga timbul his.

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu. dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh

darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron

mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap

oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai

tingkat penurunan progesteron tertentu.

2) Teori Oxytosin

Oxsitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi palsu

(Braxton Hicks). Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun


107

sehingga exitosin bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot

rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-

tanda persalinan.

3) Keregangan Otot-Otot

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan

lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka

timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan

rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot

dan otot- otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda

sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga

menimbulkan proses persalinan.

4) Pengaruh janin

Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering

lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus.

Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan

induksi (mulainya) persalinan.

5) Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang

dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan


108

persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin

F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial

menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan.

Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi

otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat

dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga

didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik

dalam air ketuban maupun daerah perifer pada Ibu hamil, sebelum

melahirkan atau selama persalinan. (16)

3. Tanda-Tanda Persalinan

1) Adanya Kontraksi Rahim

Umumnya kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir

untuk membesar dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta.

Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu:Increment:

(1) Ketika intensitas terbentuk.

(2) Acme: Puncak atau maximum.

(3) Decement: Ketika otot relaksasi.

Kontraksi uterus memiliki perioderelaksasi yang memiliki

fungsi penting untuk mengistirahatkan otot uterus, memberi

kesempatan istirahat bagi wanita, dan mempertahankan

kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus menyebabkan konstraksi

pembuluh darah plasenta.

Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala


109

persalinan wanita tersebut. Kontraksi pada persalinan aktif

berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik.

Pada persalinan awal, kontraksi mungkin hanya berlangsung 15

sampai 20 detik. Frekuensi kontraksi ditentukan dengan mengukur

waktu dari permulaan satu kontraksi ke permulaan kontraksi

selanjutnya. Kontraksi biasanya disertai rasa sakit, nyeri. makin

mendekati kelahiran.

2) Keluarnya Lendir Campur Darah

Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir servik

pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim,

sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga

menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan

bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka

mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak

dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody slim.

3) Keluarnya Air-air (Ketuban)

Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air

ketuban. Selama sembilan bulan masa gestasi bayi aman melayang

dalam cairan amnion. Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup

banyak, berasal dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang

makin sering terjadi. Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu sampai

pada saat persalinan. Kebocoran cairan amniotik bervariasi dari yang

mengalir deras sampai yang menetes sedikit demi sedikit, sehingga


110

dapat ditahan dengan memakai pembalut yang bersih. Tidak ada rasa

sakit yang menyertai pemecahan ketuban dan alirannya tergantung

pada ukuran, dan kemungkinan kepala bayi telah memasuki rongga

panggul ataupun belum.

4) Pembukaan Servik

Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-pertama aktivitas

uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan

kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat.

Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang

berkembang.

Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui

dengan pemeriksaan dalam. Petugas akan melakukan pemeriksaan

untuk menentukan pematangan, penipisan, dan pembukaan leher

rahim. Servik menjadi matang selama periode yang berbeda- beda

sebelum persalinan, kematangan servik mengindikasikan

kesiapanya untuk persalinan. (17)

4. Tahapan Persalinan

Pada proses persalinan dibagi 4 kala yaitu:

1) Kala I: Kala Pembukaan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap 10 cm. Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

(1) Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan


111

pembukaan serviks secara bertahap.

1. Pembukaan kurang dari 4 cm

2. Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam

(2) Fase Aktif

1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih)

2. Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan

1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10)

3. Terjadi penurunan bagian terbawah janin

4. Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu:

Berdasarkan kurna friedman :

a. Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan

menjadi 4 cm

b. Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm

c. Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi 10 cm/lengkap

2) Kala II : Pengeluaran janin

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan

mendorong janin hingga keluar.

Pada kala II memiliki ciri khas :

1. His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2 - 3menit


112

sekali.

2. kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara

reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan

3. Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB Anus membuka

Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin

kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.

Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu:

1. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam

2. Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam

Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak

berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai

baras siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada,

mulut dikarup, dengan sikap seperti di atas, tetapi badan miring

kearah dimana punggung janin berada dan hanya satu kaki yang

dirangkul yaitu yang sebelah atas.

3) Kala III : Kala Uri

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi

lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan

fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2

kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran

dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas

terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan


113

sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran

plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-

200cc.

Tanda Kala III Terdiri Dari 2 Fase :

(1) Fase Pelepasan Uri

Mekanisme Pelepasan Uri Terdiri Atas :

a. Schhultze Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu

ditengah kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang

menolak uri mula-mula di tengah kemudian seluruhnya,

menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri

lahir dan banyak setelah uri lahir.

b. Dunchan

1. Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih

dahulu dari pinggir (20%)

2. Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban

3) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta

(2) Fase Pengeluaran Uri

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu:

1) Kustner

Meletakkan tangan dengan tekanan pada/di atas simfisis, tali

pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas,

bila tali pusat diam dan maju berarti plasenta sudah terlepas.
114

2) Klien

Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat

kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah

terlepas.

3) Strastman

Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, apabila tali pusat

bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah

terlepas.

4) Rahim menonjol di atas symfisis

5) Tali pusar bertambah Panjang

6) Rahim bundar dan keras

7) Keluar darah secara tiba-tiba

4. Kala IV (Tahap Pengawasan)

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap

bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih 2

jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi

tidak banyak , yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding

rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan

mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari

sisa-sisa jaringan.

Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran

menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya.

kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu
115

dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat. dapat

dilakukan tindakan secepatnya. (17)

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir dibagi atas :


a. Bagian keras tulang–tulang panggul (rangka panggl)

b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, ligment-ligament.

Ukuran panggul

1) Alat Pengukur ukuran panggul

a) Pita meter

b) Jangka panggul: martin, oseander, collin, dan baudelokue

c) Pelvimetri klinis dengan periksa dalam

d) Pelvimetri rongenoogis

2) Ukuran-ukuran panggul

a) Distansia spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior

superior 24-26 cm

b) Distansia kristarum: jarak antara kedua Krista iliaka kanan dan

kiri 28-30 cm

c) Konjungata eksterna: 18-20 cm

d) Lingkaran panggul: 80-100 cm

e) Conjugate diagonalis: 12,5 cm

f) Distansia tuberum: 10,5 cm

3) Ukuran dalam panggul

a) pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang di bentuk oleh


116

promontorim,linea innuminata dan pinggir atas simpisis pubis.

b) Konjugata vera: dengan periksa dalam di peroleh konjugata

diagonalis 10,5-11 cm

c) Konjugata tranversa: 12-13 cm

d) Konjugata oblingua: 13 cm Konjugata obstetrika adalah jarak

bagian tengah simfisis ke promontorium

e) Ruang tengah panggul:

f) Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm

g) Bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm

h) Jarak antara spina isciadika 11 cm

i) Pintu bawah panggul (outlet)

j) Ukuran anterior-posterior 10-12 cm

k) Ukuran melintang 10,5 cm

l) Arcus pubis membentuk sudut 90 derajat lebih, padalaki-laki

kurang dari 80 derajat.

2. Power (His dan mengejan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, aksi dari ligament.

a. His (kontraksi uterus)

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding

uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi

memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari

"pacemaker" yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut.


117

Pada waktu kontraksi, otot-otot polos rahim bekerja dengan baik

dan sempurna memiliki sifat :

1) Kontraksi simetris

2) Fundus dominan

3) Relaksasi

His memiliki sifat :

1) Involutir ( tidak dibawah kendali sadar)

2) Intermiten (tidak tetap/berjeda)

3) Terasa sakit

4) Terkoordinasi

5) Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia,psikis.

Perubahan-perubahan akibat His :

a) Pada uterus dan servik: uterus teraba keras/padat karena

kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauteri

naik serta menyebabkan servik menjadi mendatar (affecement)

dan terbuka (dilatasi).

b) Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi uterus.

Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.

c) Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi utero- plasenta

kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyur jantung janin

melambar kurang jelas didengar krena. adanya iskemia

fisiologis, jika benar-benar terjadi hipoksia janin yang agak

lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin


118

asfiksia dengan denyut jantung janin di atas 160 per menit, tidak

teratur. Pembagian dari sifatnya :

1. His palsu atau pendahuluan

a. His tidak kuat

b. Dilatasi serviks tidak terjadi

2. His pembukaan kaa 1

a. His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan

lengkap 10

b. Mulai makin teratur dan sakit

3. His pengeluaran atau his mengejan ( kala II)

a. Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama

b. His untuk mengeluarkan janin

c. Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut,

kontraksi diafragma dan ligament

1. His pelepasan Uri (kala III)

a. Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan

plasenta

2. His pengiring (kala IV)

a. Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (mriang)

pengecilan Rahim dalam beberapa jam atau hari.

b. Mengejan

Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat

menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan


119

power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancar, ketiga

komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi

yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan

lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar,

kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar. Ketika

kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan

sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik,

pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bias dihindari.

Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin.

Yang harus dilakukan :

1) Mulai trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil. Ini akan

sangat membantu dalam melemaskan otot panggul, menguatkan

nafas, mengejan, dan sebagainya yang amat diperlukan saat

persalinan tiba

2) Usahakan jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan

melemaskan seluruh otot tubuh. Ketegangan hanya akan

menyulitkan di saat ibu harus mengejan.

3) Jangan panik ikuti saja instruksi dengan baik. Kepanikan hanya

akan membuat segalanya kacau karena dorongan jadi tidak

teratur dan tidak efisien karena bayi malah jadi lebih susah lahir.

3. Passangger ( Bayi )

Pessengger terdiri dari :


120

a. Janin

Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu

pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic dan kebiasaan

ibu yang buruk dapat manjadikan pertumbuhannya tidak normal

antara lain:

1) Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus, hidrosefalus,

janin makrosomia.

2) Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi

muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput.

3) Selain letak janin: letak sungsang, letak lintang, letak

mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki,

kepala tali pusat)

4) Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses

persalinan dan memiliki cirri sebagai berikut:

5) Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir. maka

bagian lainnya lebih mudah lahir.

6) Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan

kesegala arah dan memberikan kemungkinan untuk

melakukan putaran paksi dalam.

7) Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala

melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.

Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami

kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu
121

dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan

persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya

karena dapat terjadi asfeksia. Persendian leher yang masih lemah

dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.

b. Plasenta

Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm

tebal 2 - 3 cm, berat 500-600 gram.

Sebab-sebab terlepasnya plasenta adalah:

1) Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah

bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal

sedangkan rongga rahim hamper tidak ada. Fundus uteri

terdapat sedikit di bawah pusat, karena pengecilan rahim

yang tiba-tiba ini tempat perlekatan plasenta jika sangat

mengecil.

2) Plasenta sendiri harus mengikuti pengecilan ini hingga

menjadi dua kali setebal pada permulaan persalinan dank

arena pengecilan tempat melekatnya plasenta dengan kuat,

maka plasenta juga berlipat-lipat dan ada bagian-bagian

yang terlepas dari dinding rahim karena tak dapat mengkuti

pengecilan dari dasarnya.

3) Pelepasan plasenta ini terjadi dalam stratum spongeosum

yang sangat banyak lubang-lubangnya jadi secara singakart


122

faktor yang sangat penting dalam pelepasan plasenta ialah

retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.

Ditempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta.

4) dan desiduabasalis dank arena hematoma ini membesar,

maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh

hematoma tersebut sehingga didaerah pelepasan.

5) Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak

lahir, mungkin pelepasan setelah anak lahir. Juga selaput

janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding

rahim. Oleh kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan

sebagian karena tarikan waktu plasenta lahir.

c. Air Ketuban

Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan

perkembangan janin, Air ketuban berfungsi sebagai "bantalan

untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. Tak hanya itu

saja, air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari

infeksi,menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang

memungkinkan janin bergerak bebas.

Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin.

Untuk menjaga kestabilan air ketuban,bayi meminum air ketuban

didalam tubuh ibunya dan kemudian mengeluarkan nya dalam

bentuk kencing.
123

Kekurangan cairan ketuban bias disebabkan berbagai hal, di

antaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang

melebihi waktu, ketuban yang bocor atau kelainan janin yang

berhubungan dengan penyumbatan kandung kemih.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pad setiap saat

sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah

pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44

minggu.

Beberapa faktor mempermudah terjadinya ketuban pecah dini:

1) Infeksi, contohnya korioamonitis

2) Trauma, contoh amniosentesis. pemeriksaan panggul, atau

koitus

3) Inkompeten serviks.

4) Kelainan letak atau presentase janin

5) Peningkatan tekanan intrauterine, contoh: kehamilan ganda

dan hidramnion

Diagnosis ketuban pecah dini :

1) Keluarnya cairan jernih dari vagina.

2) Inspekulo: keluar cairan dari orivisium utero eksterna saat

fundus uteri ditekan atau digerakkan.

3) Adannya perubahan kertas lakmus merah (nitrazin merah)

menjadi biru.

4) Periksa dalam vagina: ketuban negative.


124

Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :

1) USG

2) Leukosit dan suhu badan (37,5 derajat celcius) untuk menilai

adanya infeksi (leukositosis).

3) Pemantauan kesejahteraan janin.

4) Pemeriksaan labolatorium, contoh: TORCH. (17)

6. Kebutuhan Fisiologis Ibu Bersalin

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia adalah suatu

kebutuhan manusia yang paling dasar/pokok/utama yang apabila tidak

terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan di dalam diri manusia.

Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis (tingkatan

yang paling rendah/dasar), kebutuhan rasa aman dan perlindungan,

kebutuhan akan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, dan

kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan

dasar pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan

dapat berjalan dengan lancar. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus

diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen, cairan dan

nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal), istirahat, posisi dan

ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika

diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan persalinan yang

terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda, tergantung

pada tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV.


125

Adapun kebutuhanfisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu

diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana

oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin

melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat

menghambat kemajuan persalinan dan dapat mengganggu

kesejahteraan janin.

Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan

sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Ventilasi udara perlu

diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena menggunakan AC,

maka pastikan bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak

orang. Hindari menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya

penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi kekencangannya.

Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut

Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.

2. Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan

kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses

persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II,

III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang

cukup. Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun

makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa darah, yang


126

merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula

darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia.

Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan

dehidrasi pada ibi bersalin. Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada

ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat

kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan

tindakan, serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum.

Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.

3. Kebutuhan Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu

difasilitasi oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan

meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih

secara spontan sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali

selama persalinan.

Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:

1) Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam

rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika

2) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his

3) Meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena

Bersama dengan munculnya kontraksi uterus

4) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II


127

5) Memperlambat kelahiran plasenta

6) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung

kemih yang penuh menghambat kontraksi uterus.

Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk berkemih di

kamar mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan, bidan

dapat membantu ibu untuk berkemih dengan wadah penampung

urin, Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung

kemih secara rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan

placenta.

4. Kebutuhan Hygiene ( Kebutuhan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan

bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal

hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax,

mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan

sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan dan

memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow

dan ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus

membantu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk

menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan

kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat

dilakukan dengan melakukan vulva hygiene menggunakan kapas

bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi


128

(DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun

lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus).

Tindakan ini dilakukan apabila diperlukan, misalnya setelah ibu

BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban pecah spontan.

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan

diri ibu bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad)

yang dapat menyerap cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban)

dengan baik.

Apabila saat mengejan diikuti dengan faeses, maka bidan harus

segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang

seharusnya.

5. Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada

ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan

(kala I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan

kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan

emosional dan fisik.

Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa

berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau

minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas

lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala

II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.


129

6. Posisi Dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan

pada kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang

dimaksud adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I. Bidan

harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan

posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi

persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak

efektif. Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan

untuk menjaga agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal

mungkin. Dengan memahami posisi persalinan yang tepat, maka

diharapkan dapat menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga

meningkatkan persalinan normal. Semakin normal proses kelahiran,

semakin aman kelahiran bayi itu sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan posisi

melahirkan:

1) Klien/ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan,

menimbulkan perasaan sejahtera secara emosional, dan ibu dapat

mengendalikan persalinannya secara alamiah.

2) Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa

nyaman.

3) Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri

bukanlah posisi berbaring. Menurut sejarah, posisi berbaring

diciptakan agar penolong lebih nyaman dalam bekerja.


130

Sedangkan posisi tegak, merupakan cara yang umum digunakan

dari sejarah penciptaan manusia sampai abad ke-18.

Macam-macam posisi meneran diantaranya:

1) uduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam

membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan

perineum

2) Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan

dengan rasa sakit pada punggung, mempermudah janin dalam

melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang

3) Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan

penurunan kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih

besar pada pintu bawah panggul, dan memperkuat dorongan

meneran. Namun posisi ini beresiko memperbesar terjadinya

laserasi (perlukaan) jalan lahir

4) Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi

penekanan pada vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya hipoksia janin karena suplai oksigen

tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang

mengalami kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan

jalan lahir

5) Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat

mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya syok dan

berkurangnya suplai oksigen dalam sirkulasi uteroplacenter,


131

sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang

bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mengalami

gangguan untuk bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi

ibu kurang bebas, ibu kurang semangat, dan dapat mengakibatkan

kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

Berdasarkan posisi meneran di atas, maka secara umum posisi

melahirkan dibagi menjadi 2, yaitu posisi tegak lurus dan posisi

berbaring.

Secara anatomi, posisi tegak lurus (berdiri, jongkok, duduk)

merupakan posisi yang paling sesuai untuk melahirkan, kerena

sumbu panggul dan posisi janin berada pada arah gravitasi. Adapun

keuntungan dari posisi tegak lurus adalah:

1. Kekuatan daya tarik, meningkatkan efektivitas kontraksi dan

tekanan pada leher rahim dan mengurangi lamanya proses

persalinan.

Pada kala 1 :

a) Kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat berdiri pada sumbu

aksis pintu masuk panggul dan kepala mendorong cerviks,

sehingga intensitas kontraksi meningkat.

b) Pada posisi tegak tidak ada hambatan dari gerakan uterus.

c) Sedangkan pada posisi berbaring, otot uterus lebih banyak

bekerja dan proses persalinan berlangsung lebih lama.


132

Pada kala 2 :

1) Posisi tegak lurus mengakibatkan kepala menekan dengan

kekuatan yang lebih besar, sehingga keinginan untuk

mendorong lebih kuat dan mempersingkat kala 2

2) Posisi tegak lurus dengan berjongkok, mengakibatkan lebih

banyak ruang di sekitar otot dasar panggul untuk menarik syaraf

penerima dasar panggul yang ditekan, sehingga kadar oksitosin

meningkat.

3) Posisi tegak lurus pada kala 2 dapat mendorong janin sesuai

dengan anatomi dasar panggul, sehingga mengurangi hambatan

dalam meneran.

4) Sedangkan pada posisi berbaring, leher rahim menekuk ke atas,

sehingga meningkatkan hambatan dalam meneran.

2. Meningkatkan dimensi panggul

1) Perubahan hormone kehamilan, menjadikan struktur panggul

dinamis/fleksibel.

2) Pergantian posisi, meningkatkan derajat mobilitas panggul.

3) Posisi jongkok, sudut arkus pubis melebar mengakibatkan pintu

atas panggul sedikit melebar, sehingga memudahkan rotasi

kepala janin.

4) Sendi sakroiliaka, meningkatkan fleksibilitas sacrum (bergerak

ke belakang).

5) Pintu bawah panggul menjadi lentur maksimum


133

6) Pada posisi tegak, sacrum bergerak ke dapan mangakibatkan

tulang ekor tertarik ke belakang

7) Sedangkan pada posisi berbaring, tulang ekor tidak bergerak ke

belakang tetapi ke depan (tekanan yang berlawanan)

3. Gambaran jantung janin abnormal lebih sedikit dengan kecilnya

tekanan pada pembuluh vena cava inferior

1) Pada posisi berbaring, berat uterus/cairan amnion/janin

mengakibatkan adanya tekanan pada vena cava inferior, dan

dapat menurunkan tekanan darah ibu. Serta perbaikan aliran

darah berkurang setelah adanya kontraksi.

2) Pada posisi tegak, aliran darah tidak terganggu, sehingga aliran

oksigen ke janin lebih baik.

4. Kesejahteraan secara psikologis

1) Pada posisi berbaring, ibu/klien menjadi lebih pasif dan menjadi

kurang kooperatif, ibu lebih banyak mengeluarkan tenaga pada

posisi ini

2) Pada posisi tegak, ibu/klien secara fisik menjadi lebih aktif,

meneran lebih alami, menjadi lebih fleksibel untuk segera

dilakukan 'bounding' (setelah bayi lahir dapat langsung dilihat,

dipegang ibu, dan disusui). Ada beberapa keuntungan pada

persalinan dengan posisi tegak lurus. Namun ada beberapa

kerugian yang mungkin ditimbulkan dari persalinan dengan

posisi tegak, diantaranya adalah:


134

(1) Meningkatkan kehilangan darah

a) Gaya gravitasi mengakibatkan keluarnya darah sekaligus

dari jalan lahir setelah kelahiran janin, dan kontraksi

meningkat sehingga placenta segera lahir

b) Meningkatkan terjadinya odema vulva, dapat dicegah

dengan mengganti-ganti posisi

(2) Meningkatkan terjadinya perlukaan/laserasi pada jalan lahir

a) Odema vulva, dapat dicegah dengan mengganti posisi

(darah mengalir ke bagian tubuh yang lebih rendah).

b) Luka kecil pada labia meningkat, tetapi luka akan cepat

sembuh

c) Berat janin mendorong ke arah simfisis, mengakibatkan

tekanan pada perineum meningkat, sehingga resiko rupture

perineum meningkat.

(3) Untuk memudahkan proses kelahiran bayi pada kala 11,

maka ibu dianjurkan untuk meneran dengan benar, yaitu:

a) Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah

selama kontraksi berlangsung.

b) Hindari menahan nafas pada saat meneran. Menahan nafas

saat meneran mengakibatkan suplai oksigen berkurang

c) Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan istirahat

saat tidak ada kontraksi/his


135

d) Apabila ibu memilih meneran dengan posisi berbaring

miring atau setengah duduk, maka menarik lutut ke arah

dada dan menempelkan dagu ke dada akan memudahkan

proses meneran

e) Menganjurkan ibu untuk tidak menggerakkan anggota

badannya (terutama pantat) saat meneran. Hal ini bertujuan

agar ibu fokus pada proses ekspulsi janin.

f) Bidan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan

pada fundus untuk membantu kelahiran janin, karena

dorongan pada fundus dapat meningkatkan distosia bahu

dan ruptur uteri.


136

Gambar 2.1

Posisi meneran persalinan

Sumber : Gita Kostania 2014

Keterangan :

A. Posisi duduk pada meja persalinan yang dirancang khusus


137

B. Posisi duduk pada kursi berlubang

C. Posisi duduk dengan bersandar pada pasangan

D. Posisi telentang/dorsal recumbent (posisi ini tidak

disarankan untuk meneran/selama persalinan)

E. Posisi setengah duduk kombinasi litothomi

F. Posisi setengah duduk dengan bersandar pada pasangan

G. Posisi setengah duduk dengan bersandar pada bantal

H. Posisi merangkak

I. Posisi jongkok

J. Posisi miring

K. Posisi miring dengan satu kaki diangkat

L. Posisi berdiri dengan bersandar pada meja khusus.

7. Pengurangan Rasa Nyeri

Menurut Peny Simpkin, beberapa cara untuk mengurangi nyeri

persalinan adalah: mengurangi rasa sakit dari sumbernya,

memberikan rangsangan alternatif yang kuat, serta mengurangi

reaksi mental/emosional yang negatif dan reaksi fisik ibu terhadap

rasa sakit. Adapun pendekatan-pendekatan yang dilakukan bidan

untuk mengurangi rasa sakit pada persalinan menurut Hellen Varney

adalah: pendamping persalinan, pengaturan posisi, relaksasi dan

latihan pernafasan, istirahat dan privasi, penjelasan tentang

kemajuan persalinan, asuhan diri, dan sentuhan.


138

8. Penjahitan Perieum ( Jika Diperlukan)

Robekan perineum yang tidak diperbaiki, akan mempengaruhi

fungsi dan estetika. Oleh karena itu, penjahitan perineum merupakan

salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin. Dalam melakukan

penjahitan perineum, bidan perlu memperhatikan prinsip sterilitas

dan asuhan sayang ibu. Berikanlah selalu anastesi sebelum

dilakukan penjahitan. Perhatikan juga posisi bidan saat melakukan

penjahitan perineum. Posisikan badan ibu dengan posisi

litotomi/dorsal recumbent, tepat berada di depan bidan. Hindari

posisi bidan yang berada di sisi ibu saat menjahit, karena hal ini

dapat mengganggu kelancaran dan kenyamanan tindakan.

9. Kebutuhan Akan Proses Persalinan Yang Terstandar

Hal yang perlu disiapkan bidan dalam memberikan pertolongan

persalinan terstandar dimulai dari penerapan upaya pencegahan

infeksi. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

dengan menggunakan sabun dan air mengalir dapat mengurangi

risiko penularan infeksi pada ibu maupun bayi. Dilanjutkan dengan

penggunaan APD (alat perlindungan diri) yang telah disepakati.

Tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai standar,

dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah direkomendasikan

Kemenkes dan IBI.

Ruang persalinan harus memiliki sistem pencahayaan yang

cukup dan sirkulasi udara yang baik. Dalam melakukan pertolongan


139

persalinan, bidan sebaiknya tetap menerapkan APN (asuhan

persalinan normal) pada setiap kasus yang dihadapi ibu. Lakukan

penapisan awal sebelum melakukan APN agar asuhan yang

diberikan sesuai. Segera lakukan rujukan apabila ditemukan

ketidaknormalan. (18)

7. Perubahan Psiologi Pada Ibu Bersalin

Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan,baik fisik maupun

psikologis. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui

oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pendamping atau penolong persalinan.

Perubahan psikologis pada kala satu

Beberapa keadan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama

pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai berikut:

1. perasaan tidak enak

2. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi

3. Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal

4. Menganggap persalinan sebagai percobaan

5. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam

menolongnya

6. Apakah bayinya normal ара tidak

7. Apakah sanggup merawat bayinya

8. Ibu merasa cemas. (17)


140

8. MACAM-MACAM POSISI MENERAN

1) Posisi Berbaring Atau Litotomi

Gambar 2.2

Posisi Meneran litothomi

Sumber : Gita Kostania 2014

Ibu terlentang ditempat tidur bersalin dengan menggantung kedua

pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Kalangan medis

akrab menyebutnya dengan posisi litotomi. Pada posisi ini, Ibu

dibiarkan terlentang seraya menggantung kedua pahanya pada

penopang kursi khusus untuk Ibu bersalin. Bidan bisa lebih leluasa

membantu proses persalinan. Jalan lahir pun menghadap kedepan,

sehingga bidan dapat lebih mudah mengukur perkembangan

pembukaan dan waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih

akurat. Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan. Sehingga

apabila terjadi perubahan posisi kepala bayi, maka bidan langsung bisa

mengarahkan pada posisi yang seharusnya. Lainnya, waktu persalinan

pun bisa diprediksi secara lebih akurat


141

Adapun kelemahannya :

(1) Hipotensi dapat berisiko terjadinya syok dan berkurangnya

suplay oksigen dalam sirkulasi uteroplacenta sehingga dapat

menyebabkan hipoksia bagi janin.

(2) Rasa nyeri yang bertambah

(3) Kemajuan persalinan bertambah lama.

(4) Ibu mengalami gangguan untuk bernapas.

(5) Buang air kecil terganggu.

(6) Mobilisasi Ibu kurang bebas.

(7) Ibu kurang semangat.

(8) Risiko laserasi jalan lahir bertambah.

(9) Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

2) Duduk Atau Setengah Duduk

Gambar 2.3

Posisi Duduk Atau Setengah Duduk

Sumber : Gita Kostania 2014

Pada posisi ini, Ibu duduk dengan punggung bersandar bantal,


142

kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup

membuat Ibu nyaman. Posisi yang paling umum diterapkan

diberbagai RS/RSB disegenap penjuru tanah air.

3) Posisi Merangkak

Gambar. 2.4
Posisi Merangkak
Sumber : Gita Kostania 2014

Posisi merangkak sangat cocok untuk mengurangi rasa nyeri

pada punggung dan mempermudah janin dalam melakukan rotasi

serta peregangan pada perineum berkurang.

4) Jongkok Atau Berdiri

Gambar 2.5
Posisi Jongkok
Sumber : Gita Kostania 2014

Biasanya Ibu berjongkok diatas bantalan empuk yang berguna


143

menahan kepala dan tubuh bayi. Walau tidak lazim pada orang

Indonesia bagian barat, cara bersalin jongkok sudah dikenal diposisi

bersalin yang alami bagi Ibu di beberapa suku di Papua dan daerah

lainnya. Oleh karena memanfaatkan gravitasi tubuh, Ibu tidak terlalu

kuat mengejan. Sementara bayi lebih cepat keluar lewat jalan lahir

a. kelebihan :

Merupakan posisi melahirkan yang alami karena memanfaatkan

gaya gravitasi bumi, sehingga Ibu tidak usah terlalu kuat

mengejan.

b. Kekurangan :

Selain berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini dinilai

kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan

perkembangan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal

episiotomi.

5) Berbaring Miring Dengan Satu Kaki Di Angkat

Gambar 2.6
Posisi Miring Dengan Satu Kaki Diangkat
Sumber : Gita Kostania 2014

Ibu berbaring miring kekiri atau kekanan dengan salah satu kaki

diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini


144

umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Cara ini

memang tidak lazim dilakukan Ibu-ibu di Indonesia. Posisi ini sering

disebut posisi lateral. Posisi lahiran ini juga sangat cocok bagi Ibu

yang merasa pegal-pegal dipunggung atau kelelahan karena

mencoba posisi yang lain, umumnya dilakukan bila posisi kepala

bayi belum tepat.

a. Kelebihan :

Keunggulan posisi ini, peredaran darah balik Ibu bisa mengalir

lancar, pengiriman oksigen dalam darah Ibu ke janin melalui

plasenta juga tidak terganggu.

b. Kelemahan :

Posisi miring ini menyulitkan bidan membantu proses persalinan

karena letak kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun

diarahkan. Bidan pun akan mengalami kesulitan saat melakukan

tindakan episiotomi (16)

9. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan adalah putaran dan penyesuaian lain yang terjadi

pada proses kelahiran manusia. Tujuh gerakan kondisi presentasi puncak

kepala pada mekanisme persalinan adalah engagement, descent

(penurunan), fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar dan

akhirnya kelahiran melalui ekspulsi.

1. Engagment (masuknya kepala janin dalam PAP)


145

Gambar 2.7 Synclitismus


Sumber : Ari Kurniawan 2016

Gambar 2.8 Asynclitismus anterior


Sumber : Ari Kurniawan 2016

Gambar 2.9 Asynclitismus posterior


Sumber : Ari Kurniawan 2016
146

a. Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida

terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara

biasanya terjadi pada permulaan persalinan.

b. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh:

apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura

sagitalis akan teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau

sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis

melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam

posisi fleksi ringan.

c. Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP

maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati

ukuran yang terkecil dari PAP

d. Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu

tepat di antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan

dalam posisi "synclitismus" pada posisi synclitismus os parietale

depan dan belakang sama tingginya.

e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak

ke belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi

adalah posisi "asynclitismus"

f. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati

symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari

osparietaleg depan.
147

g. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati

promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os

parietale belakang

h. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus

posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan

terfiksasi yang disebut dengan engagement.

2. Descent ( Penurunan)

a. Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk

ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II

b. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam

rongga panggul terjadi bersamaan.

c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain

yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi

d. Majunya kepala disebabkan karena:

1) Tekanan cairan intrauterine

2) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong

3) Kekuatan mengejan

4) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim

3. Fleksi

a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang

paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5

cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm)

b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya


148

mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau

dasar panggul

c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi

karena momement yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada

moment yang menimbulkan defleksi

d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi

maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan

dari belakang atas ke bawah depan

e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra

uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala

mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam

Gambar 2.10 Fleksi


Sumber : Ari Kuniawan 2016

4. Putaran Paksi Dalam

a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan

sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan

memutar ke depan ke bawah symphisis

b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah


149

ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah

symphysis

c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala,

karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan

posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang

tengah dan pintu bawah panggul

d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala

dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-

kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul

e. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:

1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah

dari kepala

2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling

sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus

genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan

3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior

Gambar 2.11 Putaran Paksi Dalam


Sumber : Ari Kurniawan 2016
150

5. Ekstensi

a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di

dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.

Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu

bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga kepala

harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu

bawah panggul.

b. Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di

dasar panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan

suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan

gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan

c. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin

makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus

membuka dinding rektum.

d. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-

turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu

dengan gerakan ekstensi.

e. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang

disebut putaran paksi luar

6. Ekstensi

a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di

dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.

Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu


151

bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga kepala

harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu

bawah panggul

b. Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada

perineum dan menembusnya

c. Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke

bawah dan satunya lagi menolak ke atas karena adanya

tahanan dasar panggul

d. Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis,

maka yang dapat maju adalah bagian yang berhadapan

dengan subocciput

Gambar 2.12 Fleksi, defleksi, ekstensi


Sumber : https://www.curhatbidan.com/persalinan/persalinan-
macet-yangdisebabkan-oleh-presentasi-puncak-kepala/
7. Putar Paksi Luar

a. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran

paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala

dengan punggung janin.

b. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.


152

c. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri

dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar

panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada

dalam posisi depan belakang.

d. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru

kemudian bahu belakang. kemudian bayi lahir seluruhnya.

Gambar 2.13 putaran paksi luar


Sumber : Ari Kurniawan 2016

Gambar 2.14 Ekspulsi


Sumber : Ari Kurniawan 2016 (18)
153

10. Asuhan Persalinan Normal

Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan

komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan

asfiksia bayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah

mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran

paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi

mencegah komplikasi yang mung kin terjadi.

Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir

akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka

kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar

persalinan di Indonesia masih terjadi di tangkat pelayanan kesehatan

primer dengan penguasaan keterampilan dan pengetahuan petugas

kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut. masih belum memadai.

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi

ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap

serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Kegiatan yang

tercakup dalam asuhan persalinan normal, adalah sebagai berikut.

1) Secara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan

infeksi, misalnya mencuci tangan secara rutin, menggunakan sarung


154

tangan sesuai dengan yang diharapkan, menjaga lingkungan yang

bersih bagi proses persalinan dan kelahiran bayi, serta menerapkan

standar proses peralatan.

2) Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan

setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf. Partograf

digunakan sebagai alat bantu untuk membuat suatu keputusan klinik,

berkaitan dengan pengenalan dini komplikasi yang mungkin terjadi

dan memilih tindakan yang paling sesuai.

3) Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,

pascapersalinan, dan nifas, termasuk menjelaskan kepada ibu dan

keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan meminta para

suami dan kerabat untuk turut berpartisipasi dalam proses persalinan

dan kelahiran bayi.

4) Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi

5) Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya, seperti

episiotomi rutin, amniotomi, kateterisasi, dan penghisapan lendir

secara rutin sebagai upaya untuk mencegah perdarahan

pascapersalinan.

6) Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk mengeringkan dan

menghangatkan tubuh bayi, memberi ASI secara dini, mengenal

sejak dini komplikasi dan melakukan tindakan yang bermanfaat

secara rutin.

7) Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir,


155

termasuk dalam masa nifas dini secara rutin. Asuhan ini akan

memastikan ibu dan bayinya berada dalam kondisi aman dan

nyaman, mengenal sejak dini komplikasi pascapersalinan dan

mengambil tindakan yang sesuai dengan kebutuhan.

8) Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali secara

dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi

baru lahir.
9)
Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan. (13)

11. Asuhan Kebidanan 60 Langkah Persalinan Normal

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
156

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai yang bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan

kembali di partus set atau wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril

tanpa mengontaminasi tabung suntik).

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati- hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah

dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau

anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan

seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang

kapas arau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.

Mengganti taning tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung

tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi)

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila

selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5

% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta


157

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci

kedua tangan.

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

kali/menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan

Meneran

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.

b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan

ia merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
158

untuk meneran:

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran

b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu

f. Menganjurkan asupan cairan per oral

g. Menilai DJJ setiap lima menit.

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau

60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu

tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-

kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontrakti.

j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
159

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15. Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

16. Membuka partus set.

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Lahirnya Kepala

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadı, letakkan tangan

yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-

lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau

bernapas cepat saat kepala lahir.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain

atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi:

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua

tempat dan memotongnya.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.
160

Lahir Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke

arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan

ke arah luar untuk melahirkan bahu postenor.

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati peri- neum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan

siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya

saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan

hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan

bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya (bila tali terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat

yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan


161

resusitasi.

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu dengan bayi. Lakukan penyuntikan

oksitosin secara IM.

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi

bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

Oksitosin

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau ½ atas paha kanan ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.


162

Penegangan Tali Pusat Terkendali

34. Memindahkan klem pada tali pusat.

35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis. dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus Memegang tali pusat dan

klem dengan tangan yang lain.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusar dengan lembut. Lakukan

tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan

cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)

dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

Mengeluarkan Plasenta

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan

arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat


163

selama 15 menit:

a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput

ketuban tersebut.

a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu

dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau

forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan

bagian selaput yang tertinggal.

Pemijitan Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus menjadi keras).


164

Menilai Perdarahan

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam

kantung plastik atau tempat khusus.

a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15

detik mengambil tindakan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pascapersalinan

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung

tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44. Menempatkan klem fali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin

0,5%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.


165

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam:

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan

yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang

sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama saru jam pertama pascapersalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pascapersalinan.

a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam

pertama par capersalinan.

b. Melakukan tindakan yang sesuai temuan yang tidak normal

Kebersihan dan Keamanan

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk


166

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi.

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu

ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang). (13)

12. Partoraf

Partograf merupakan alat yang efektif untuk mengetahui kemajuan

persalianan dan mengidentifikasi kapan intervensi diperlukan.

Mempengaruhi keputusan klinis dan berhubungan dengan luaran persaliann

yang lebih baik. Mengurangi kejadian persalianan lama, rupture uteri,


167

persalinan macet yang memerlukan augmentasi oksitosin, mengurangi

angka operasi sesar, angka kejadianstillbirth dan perdarahan postpartum.

Merupakan alat yang dapat digunakan sebagai komunikasi saat melakukan

rujukan.

Partograf harus digunakan pada semua ibu dalam fase aktif kala satu

persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Selama

persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik

bidan swasta, rumah sakit, dll). Secara rutin oleh semua penolong persalinan

yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran

bayinya (spesialis obstetri, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa

kedokteran).

Komponen untuk menilai kondisi ibu :

1) Informasi Pasien, bidan mengisi nama pasien, gravida, para, nomor

registrasi dirumah sakit, tanggal dan jam masuk serta jam berapa

ketuban pecah.

2) Status Graviditas/ Paritas. Diperlukan penjelasan tentang jumlah

gravida dan para pada ibu untuk mengidentifikasi masalah potensial

pada kelahiran kali ini dan pascaapartum. Paritas akan mempengaruhi

lama persalinan serta kemungkinan komplikasi. Pada multipara lama

persalinan lebih pendek dibanding primi para.

3) Denyut Jantung Janin, mencatat setiap setengah jam.

4) Cairan Ketuban, mencatat warna air ketuban setiap kali pemeriksaan

dalam, sesuai dengan hasil pemeriksaan dalam, diberi simbol:


168

(1) U : untuk selaput ketuban utuh

(2) J : untuk selaput ketuban pecah, cairan ketuban jernih

(3) M : untuk cairan ketuban yang bercampur meconium

(4) D : untuk cairan ketuban yang bercampur darah

(5) K : untuk cairan pada pemeriksaan cairan kering.

5) Molase atau penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras

(tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau

tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko

disproporsi kepala-panggul (CPD).

Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu

dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas

kesehatan rujukan menilai penyusupan sutura sagitalis pada saat

pemeriksaan dalam, diberi lambang :

1) Lambang 0 bila sutura sagitalis terpisah dan dapat di palpasi.

2) Lambang 1 bila sutura sagitalis beradu

3) Lambang 2 bila sutura sagitalis tumpeng tindih tetapi masih dapat

dipisahkan dengan jari telunjuk.

4) Lambang 3 bila sutura sagitalis tumpeng tindih dan tidak dapat

dipisahkan dengan jari telunjuk.

6) Pembukaan Serviks dinilai pada saat melakukan pemeriksaan dalam

dan diberi tanda (X). Syarat memulai pengisian partograph pada saat

pembukaan serviks (dilatasi serviks) diatas 4 cm.


169

Garis Waspada berarti garis dimulai pada saat pembukaan serviks 4

cm hingga titik pembukaan lengkap yang diperkirakan dengan laju

1 cm per jam. Garis Bertindak berarti Paralel dan 4 jam kesebelah

kanan garis waspada

7) Penurunan dinilai melalui palpasi abdomen, dinilai mengacu pada

bagian kepala (dibagi menjadi 5 bagian) yang dapat dipalpasi diatas

simfisis pubis; dicatat dengan lambang lingkaran (0) setiap

melakukan pemeriksaan dalam. Nilai 0/5, sinsiput (S) berada pada

tingkat simfisis pubis.

Penurunan bagian terbawah janin dengan metode lima jari

(perlimaan) adalah: (18)

(1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis

pubis.

(2) 4/5 jika sebagian bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas

panggul.

(3) 3/5 jika sebagian bagian terbawah janin telah memasuki rongga

panggul.

(4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada

diatas simfisis dan bagian telah turun melewati bidang tengah

rongga panggul (tidak dapat digerakkan).

(5) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah

janin yang berada di atas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke

dalam rongga panggul. (16)


170

8) Waktu, menyatakan berapa lama penanganan sejak pasien diterima

pertama kali oleh petugas kesehatan. Mencatat jam sesungguhnya

sesuai waktu pemeriksaan evaluasi pemeriksaan dalam dan fisik

sebagai evaluai kemajuan persalinan.

9) Kontraksi, melakukan pemeriksaan palpasi untuk menghitung

banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya. Lama kontraksi

dibagi dalam hitungan detik: < 20 detik, 20-40 detik, dan > 40 detik.

10) Oksitosin, mencatat jumlah oksitosin pervolum cairan infus serta

jumlah tetes permenit.

11) Obat-obatan lain yang diberikan dan cairan IV Mencatat semua

pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak

yang sesuai dengan kolom waktunya.

12) Nadi, mengukur nadi ibu memberi tanda dengan titik besar Nilai dan

catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan atau lebih

sering jika dicurigai adanya penyulit. Tulis dengan menggunakan

tanda titik () pada kolom waktu yang sama. Indikasi untuk

melakukan tindakan dan atau rujukan segera selama kala satu

apabila menemui kasus tanda dan gejala syok, yang ditandai:

(1) Nadi cepat lemah (lebih dari 110x/ menit)


(2) Tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg).

(3) Pucat

(4) Berkeringat atau kulit lembab, dingin.

(5) Napas cepat, bingung atau tidak sadar.

(6) Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam).


171

13) Tekanan darah, melakukan pemeriksaan tekanan darah ibu.

Memberi tanda panah ke atas untuk nilai sistolik dan tanda panah ke

bawah untuk nilai diastolik.

14) Suhu tubuh, mengukur suhu tubuh ibu.

15) Pemeriksaan Urin meliputi protein, aseton, volume urin.(18)


172

Gambar 2.15

Partograf Depan
173

Gambar 2.16

Partograf Belakang
174

2.1.3 Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta

sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. Masa

nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari).(19)

Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu

serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya,

ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna

selama hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional.

perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan: serta

penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk di dalamnya

perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu di samping

masa pascapersalinan mungkin menjadi masa perubahan dan

penyesuaian sosial atau pun perseorangan (individual).(13)

Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah

masa persalanian, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta,

yakni setelah berakhirnya kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai

dengan 6 minggu yang ditandai dengan berhentinya perdarahan. Masa

nifas berasal dari bahasa latin dari kata puer yang artinya bayi, dan

paros artinya melahirkan yang berarti masa pulihnya kembali, mulai

dari persalinan organ reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan.(20)


175

2. Tahapan Masa Nifas

1) Puerperium dini, kepulihan apabila ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial kepulihan menyuluh alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin

beberapa minggu, bulan, atau tahun.(19)

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2 yaitu :

1) Tujuan umum: Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi

awal mengasuh anak.

2) Tujuan khusus: Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun

psikologisnya Melaksanakan skrining yang komprehensif

Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu dan bayinya Memberikan pendidikan

kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui,

pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat Memberikan

pelayanan keluarga berencana.(19)

4. Perubahan Fisiologis
176

1) System kardiovaskular

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah

melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang

mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan

pembuluh darah kembali ke ukuran semula.

2) System haematologi

(1) Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit

menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas

sehingga meningkatkan pembekuan darah. Haematokrit dan

haemoglobin pada hari ke 3-7 setelah persalinan

(2) Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm' selama

persalinan dan tetap tinggidalam beberapa hari postpartum.

(3) Faktor pembekuan, yakni suatu aktivasi faktor pembekuan darah

terjadi setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan dengan

tidak adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong

terjadinya tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari

pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran dari tempat

plasenta.

(4) Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-

tanda trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak

kemerahan yang dirasakan keras atau padat ketika disentuh).

(5) Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali
177

setelah persalinan

3) System reproduksi

(1) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat berat uterus 1000 gr

2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari

Bawah pusat dengan berata uterus 750 gr

3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba

pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr

4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba

diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr

5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil

dengan berat uterus 50 gr

(2) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea:

1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,

dam mekonium, selama 2 hari postpartum.

2) Lochea sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan

lendir, hari 3-7 postpartum.

3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah. lagi.


178

pada hari ke 7-14 postpartum

4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau

busuk

6) Locheastasis: lochea tidak lancar keluarnya

(3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

(4) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa

hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia

manjadi lebih menonjol

(5) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Pada postpartum hari ke 5, perineum sudah mendapatkan

kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur

daripada keadaan sebelum melahirkan.


179

(6) Payudara

Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior

meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormon

plasenta menghambat produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta,

konsentrasi estrogen dan progesterone menurun, prolaktin

dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara

meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara.

Air susu, saat diproduksi, disimpan di alveoli dan harus

dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi untuk

pengadaan dan keberlangsungan laktasi.

perubahan pada payudara dapat meliputi:

1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan

peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan

2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi

pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan

3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi

4) System perkemihan

Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang

bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok.

Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan

kembali normal dalam tempo 6 minggu.

5) Sistem Gastrointestinal
180

Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali

normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,

namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau

dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering

kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit

didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.

6) Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post

partum. Progesteron turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar

prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.

7) Sistem Muskulosklebal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum.

Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat proses involusi.

8) Sistem Integumen

a. Penurunan melanin umumnya setelam persalinan menyebabkan

berkurangnya hyperpigmentasi kulit.

b. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena

kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun. (19)

5. Perubahan Psikologis

1) Fase taking in
181

Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang

berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali

menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai

akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyaman fisik

yang dialami ibu pada fase ini seperti mules, nyeri pada jahitan,

kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat

dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk

mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami. seperti

menangis, dan mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung

lebih pasif terhadap lingkungannya.

Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :

(1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan

tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis

rambut dan lainnya

(2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang

dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk

kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka

jahitan.

(3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

(4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat

bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan

merasakan tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan


182

hanya tanggung jawab ibu semata.

2) Fase taking hold

Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10

hari setelah melahirkan. Pada fase ibu timbul rasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif, sehingga mudah

tersinggung dan marah. Dukungan moril sangat diperlukan untuk

menumbuhkan kepercayaan diri ibu.

Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan

yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan

kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas petugas kesehatan

adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar,

cara merawt luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan

kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat, dan kebersihan

diri.

3) Fase letting go

Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu

memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk

memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan

bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri
183

dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang

diberikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu

lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.

Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu.

Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan

urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu

memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi

fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya. (19)

6. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1) Kebutuhan nutrisi

Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila

menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses

kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air

susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan meningkat

tiga kali dari kebutuhan biasa.

Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan

cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisms tubuh, kerja

organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan

2.200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan

wanita dewasa + 700 k. kalori pada 6 bulan pertama kemudian +

500k. kalori bulan selanjutnya. Menu makanan seimbang yang harus

dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas
184

atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan

pengawet atau pewarna. Di samping itu harus mengandung sumber

tenaga, pembangun, dan pengatur/pelindung. Petunjuk untuk

mengolah makanan sehat :

(1) Pilih sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan ikan yang segar.

(2) Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengelola

makanan.

(3) Cuci bahan makanan sampai bersih lalu potong-potong

(4) Masak sayuran sampai layu.

(5) Olah makanan sampai matang

(6) Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet ( vetsin ).

(7) Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali dipakai

(8) Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi makanan. Jika

dikemasan dalam kaleng

(9) Jangan emilih kaleng yang telah penyok atau karatan

(10) Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman.

(11) Jangan biarkan binatang berkeliaran di dapur.

2) Kebutuhan cairan

Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme

tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak

dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama

40 hari postpartum. Minum kapsul Vit A (200.000 unit). Kegunaan

cairan bagi tubuh menyangkut beberapa fungsi berikut :


185

a. Fungsi system perkemihan

1) Mencapai hemostatis internal Keseimbangan Cairan dan

Elektrolit. Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri dari air dan

unsur-unsur yang terlarut di dalamnya.

2) Keseimbangan asam basa tubuh

Batas normal pH cairan tubuh adalah 7,35-7,40.

3) Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin Ginjal

mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang

mengandung nitrogen terutama: urea, asam urat, dan kreatinin.

b. Keseimbangan dan keseleraan berbagai proses di dalam tubuh

1) Pengaturan tekanan darah

2) Perangsangan sel darah merah

c. System urinarius

penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian

menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pasca

partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan

setelah wanita melahirkan, diperlukan kira-kira 2-8 minggu

supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis

ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.

3) Kebutuhan ambulasi

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah

persalinan usai. Aktivitas tersebut amat berguna bagi semua sistem

tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-


186

paru. Hal tersebut juga membantu mencegah thrombosis pada

pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan

peran sakit menjadi sehat.

Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak

antara aktivitas dan istirahat. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus

sudah bisa melakukan mobilisasi. Dilakukan secara perlahan-lahan

dan bertahap. Dapat dilakukan dengan miring kanan atau kiri

terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri

dan jalan.

Mobilisasi dini (early mobilization) bermanfaat untuk :

a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium

b. Ibu merasa lebih sehat dan kuat

c. Mempercepat involusi alat kandungan

d. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik

e. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme

f. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada

g. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai.

4) Kebutuhan eliminasi

Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar

tidak mengalami hambatan apapun. Kebanyakan pasien dapat

melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.


187

Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang wanita

mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi musculus spinchter selama persalinan,

juga karena adanya edema kandung kemih terjadi saat persalinan.

Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat berkemih, dapat dilakukan

rangsangan untuk berkemih dengan mengkompres vesica urinaria

dengan air hangat, jika ibu belum bisa melakukan maka ajarkan ibu

untuk berkemih sambil membuka kran air, jika tetap belum bisa

melakukan juga maka dapat dilakukan kateterisasi. Buang air besar

akan biasa setelah sehari, kecuali bila ibu takut dengan luka

episiotomy. Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya

dilakukan diberikan obat ransangan per oral atau per rektal

5) Kebersihan diri

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2

kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan

dimana ibu tinggal.

Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum

dengan baik dengan menggunakan antiseptik dan selalu diingat

bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga

kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik

pada luka jahitan maupun kulit.


188

6) Kebutuhan istirahat dan tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan. yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-

kegiatan rumah tangga secara perlahan. Kurang istirahat akan

memengaruhi ibu dalam berbagai hal, di antaranya mengurangi

jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus

dan memperbanyak perdarahan, serta menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya.

Kegunaan atau fungsi dari tidury yang cukup :

a. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru

b. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.

c. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.

d. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakitt

e. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik

7) Kebutuhan seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua

jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah

berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai,

melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.


189

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual

kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu

didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat

persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section

cesarean (SC) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu

persalinan di pastikan tidak ada luka atau perobekan jaringan,

hubungan seks bahkan telah boteh dilakukan 3-4 minggu setelah

proses melahirkan itu.

Agar gairah seks segera kembali berkobar setelah masa nifas, berikut

ini hal-hal bermanfaat yang bisa dilakukan, yaitu:

a. Menjaga agar badan tetap sehat. Ingat badan sehat berarti

hubungan seks juga sehat.

b. Makan makanan yang bergizi cukup, cukup berarti tidak

berlebihan dan tidak kurang.

c. Cukup istirahat.

d. Olahraga secara teratur.

e. Hindari stres.

f. Hindari merokok dan mengonsumsi alkohol.

g. Lakukan perawatan diri.

8) Kebutuhan perawatan payudara

a. Sebaiknya perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil

supaya puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan

untuk menyusui bayinya


190

b. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara:

pembalutan mammae sampai tertekan, pemberian obat estrogen

untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Pardolel

c. Ibu menyusui harus menjaga payudaranya untuk tetap bersih dan

kering.

d. Menggunakan bra yang menyokong payudara.

e. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar

pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui, kemudian

apabila lecetnya sangat berat dapat diistirahatkan salam 24 jam.

Asi dikeluarkan dan diminumkam dengan menggunakan sendok.

Selain itu, untuk menghilangkan rasa nyeri dapat minum

paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam

9) Latihan senam nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami

perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya

liang senggama dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan

kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima,

senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan.

Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan

ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam

melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali ke bentuk

semula.
191

10) Rencana KB

Rencana KB setelah ibu melahirkan itu sangatlah penting,

dikerenakan secara tidak langsung KB dapat membantu ibu untuk

dapat merawat anaknya dengan baik serta mengistirahatkan alat

kandungannya (pemulihan alat kandungan). Ibu dan suami dapat

memiih alat kontrasepsi KB apa saja yang ingin digunakan. Ibu perlu

ikut KB? Agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal 2 tahun) dan agar

ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, keluarga. (19)

7. Tanda Bahaya Nifas

Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal

yang mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat

terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi

bisa menyebabkan kematian ibu. Tanda-tanda bahaya postpartum,

adalah sebagai berikut.

1) Perdarahan Postpartum

(1) Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)

adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam

setelah anak lahir, atau perdarahan dengan volume seberapapun

tetapi terjadi perubahan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital

sudah menunjukkan analisa adanya perdarahan. Penyebab utama

adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan

jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

(2) Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage)


192

adalah perdarahan dengan konsep pengertian yang sama seperti

perdarahan postpartum primer namun terjadi setelah 24 jam

postpartum hingga masa nifas selesai. Perdarahan postpartum

sekunder yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari

ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab utama adalah robekan jalan

lahir dan sisa placenta

2) Infeksi pada masa postpartum

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,

Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas ibu. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas.

Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pasca

pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi.

Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi

cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa

nyeri pada payudara atau adanya disuria.

3) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina

dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari

pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir

(cairan ini berasal dari bekas melekatnya atau implantasi placenta).

Lochea dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

a. Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan


193

mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 pasca persalinan.

d. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

e. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk

f. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan

di atas kemungkinan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi

uterus yang kurang baik.

b. Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra

lebih banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.

c. Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik

sehingga lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau

anyir atau amis

d. Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut

bagian bawah. kemungkinan analisa diagnosisnya adalah

metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang

merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila

pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses


194

pelvik, peritonitis, syok septik.

4) Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu)

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim

dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-

60 mg pada 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik

atau terganggu di sebut sub involusi. Faktor penyebab sub involusi,

antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma

uteri. Pada keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan

uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih

tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula

perdarahan.

Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin

setiap hari di tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa

plasenta lakukan kuretase. Berikan Antibiotika sebagai pelindung

infeksi. Bidan mempunyai peran untuk mendeteksi keadaan ini dan

mengambil keputusan untuk merujuk pada fasilitas kesehatan

rujukan

5) Nyeri pada perut dan pelvis

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan

gejala komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah

peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan

kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi. Gejala klinis

peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :


195

a. Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis

Tanda dan gejalanya adalah demam, nyeri perut bagian bawah

tetapi keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum

dauglas menonjol karena ada abses.

b. Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya adalah suhu meningkat nadi cepat dan kecil,

perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexia,

kadang-kadang muntah.

6) Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik, dan

penglihatan Kabur

Pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas. Pusing bisa

disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan

distolnya 290 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu

diwaspadai adanya keadaan preeklampsi/eklampsi postpartum, atau

keadaan hipertensi esensial.

Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh

anemia bila kadar haemoglobin <10 gr%. Lemas yang berlebihan

juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas dapat

disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori

sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah. Upaya

penatalaksanaan pada keadaan ini dengan cara sebagai berikut:

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,


196

mineral dan vitamin yang cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

d. Minum suplemen zat besi untuk menambah zat besi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.

e. Minum suplemen kapsul vitamin A (200.000 IU), untuk

meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah infeksi, membantu

pemulihan keadaan ibu serta mentransmisi vitamin A kepada

bayinya melalui proses menyusui.

f. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan

memperlambat proses involusi uterus.

7) Suhu Tubuh Ibu > 38 °C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit

meningkat antara 37,2°C-37,8°C oleh karena reabsorbsi proses

perlukaan dalam uterus, proses autolisis, proses iskemic serta

mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal ini

adalah peristiwa fisiologis apabila tidak diserta tanda-tanda infeksi

yang lain.

Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 38°C berturut-turut

selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah

keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam

masa nifas. Penanganan umum bila terjadi demam adalah sebagai

berikut :
197

1. Istirahat baring

2. Rehidrasi peroral atau infus

3. Kompres hangat untuk menurunkan suhu

4. Jika ada syok, segera berikan pertolongan kegawat daruratan

maternal, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus waspada untuk

menilai berkala karena kondisi ini ibu dapat memburuk.

8) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.

Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu

secara adekuat, puting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu

dengan diet yang kurang baik, kurang istirahat, serta anemia.

Keadaan ini juga dapat merupakan tanda dan gejala adanya

komplikasi dan penyulit pada proses laktasi, misalnya

pembengkakan payudara, bendungan ASI, mastitis dan abses

payudara.

9) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat

mempengaruhi makan, sehingga terkadang ibu tidak ingin makan

sampai kelelahan itu hilang. Hendak setelah bersalin berikan ibu

minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula untuk

mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang

sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu proses guna


198

memulihkan keadaanya kembali pada masa postpartum.

10) Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun

ekstremitas

Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada

vena-vena di pelvis maupun tungkai yang mengalami dilatasi.

Keadaan ini secara klinis dapat menyebabkan peradangan pada

vena-vena pelvis maupun tungkai yang disebut tromboplebitis

pelvica (pada panggul) dan tromboplebitis femoralis (pada tungkai).

Pembengkakan ini juga dapat terjadi karena keadaan udema yang

merupakan tanda klinis adanya preeklampsi/eklampsi.

11) Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih

Pada masa nifas awal sensitifitas kandung kemih terhadap

tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma

persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan

kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman,

yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi, hematom

dinding vagina. (21)

8. Kunjungan Pada Ibu Masa Nifas

4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

ibu dan bayi baru tahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang terjadi.

Frekuensi kunjungan pada masa nifas adalah :

1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)


199

Tujuan:

(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika

perdarahan berlanjut.

(3) Memberikan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga,

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

(4) Pemberian ASI awal.

(5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi

hipotermi.

(7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan:

(1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal atau tidak ada bau.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

(3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirah

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.
200

(5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan: sama dengan kunjungan II yaitu:

(1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal atau tidak ada bau.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

(3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat.

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

(5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan:

1) Menanyakan pada ibu, penyulit yang ia atau bayi alami.

2) Memberikan konseling KB secara dini. (19)


201

2.1.4 Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke

kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000

gram. (22)

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama

kelahiran. Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu.

Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. Bayi baru lahir

normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000 gram. Bayi

baru lahir normal adalah berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup

bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital

(cacat bawaan) yang berat. (23)

Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru lahir selama 1 jam

pertama kelahiran, bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan

usia gestasi 37 minggu sampai 42 minggu dengan BB lahir 2500-4000

gram. Bayi yang lahir pada presentasi belakang kepala melalui vagina

tanpa alat menggunakan alat, di usia kehamilan genap 37 minggu

hingga 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar>7

dan tanpa cacat bawaan. (24)


202

2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir

1) Lahir aterm (cukup bulan) antara 37-42 minggu.

2) Berat badan 2.500-4.000 gram.

3) Panjang badan 48-52 cm.

4) Lingkar dada 30-38 cm.

5) Lingkar kepala 33-35 cm.

6) Lingkar lengan 11-12 cm.

7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

8) Pernapasan ± 40-60 x/menit.

9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.

10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

11) Kuku sedikit panjang dan lemas.

12) Nilai APGAR >7.

13) Gerak aktif.

14) Bayi lahir langsung menangis kuat.

15) Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

16) Reflek sucking (menghisap dan menelan) sudah terbentuk dengan

baik.

17) Reflex morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik.
203

18) Reflex grasping (menggenggam) sudah baik.

19) Genitalia:

(1) Pada laki-laki: kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang.

(2) Pada perempuan: kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang, serta adanya labia mayora dan labia minora.

20) Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya meconium dalam 24

jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan. (16)

3. Fisiologi Bayi Baru Lahir

1) Sistem pernapasan

Pemafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam

30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang

dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih

sehingga udara tertahan di dalam Respirasinya biasanya pernafasan

diafragmatik dan abdominal

2) Suhu Tubuh

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga

akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari

dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu

tubuh aksila pada bayi normal adalah 36,5 sampai 37,5 °C. Terdapat

empat kemungkin mekanisme yang dapat menyebabkan bayi

kehilangan panas yaitu:


204

(1) Konduksi

Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam

kontak langsung dengan objek yang lebih dingin Panas

dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di sekitamya yang kontak

langsung dengan tubuh.

(2) Radiasi

Kehilangan panas melalui radiasi terjadi ketika panas

dipancarkan dari bayi baru lahir keluar dari tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin.

(3) Konveksi

Konveksi terjadi saat panas hilang dari tubuh bayi ke udara

di sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang

bergantung pada kecepatan dan suhu udara).

(4) Evaporasi

Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir

tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan

panas tubuh bayi sendiri.

Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat

dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan

diselimuti.

3) Metabolisme

Luas permukaan tubuh nonatus, relatif lebih luas dari orang

dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar.


205

Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

sehingga energi metabolisme karbohidrat dan lemak. diperoleh dari

Pada jam jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.

Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.

Setelah mendapatkan susu kurang lebih pada hari ke enam,

pemenuhan kebutuhan energy bayi 60% didapatkan dari lemak dan

40% didapatkan dari karbohidrat.

4) Sistem peredaran darah

Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada

bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses

penghantaran oksigen ke seluruh tubuh, maka terdapat perubahan,

yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan dan

penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.

Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem

pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem

pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau

mengurangi resistensi.

5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan

kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan

ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna kama jumlah

nefron masih belum sebanyak orang dewasa, keseimbangan luas

permukaan glomerolus dan volume tubulus proksimal, sertarenal


206

Blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang.

6) Keseimbangan asam basa

Tingkat keasaman (PH) darah pada waktu lahir umumnya

rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam,

neonatus telah mengkompensasi asidosis.

7) Warna kulit

Pada saat kelahiran tangan dan kaki warnanya akan kelihatan

lebih gelap daripada bagian tubuh lainnya, tetapi dengan

bertambahnya umur bagian ini akan lebih merah. (25)

4. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

1) Kehangatan

Terlalu panas (> 38 °C) terlalu dingin (<36 °C)

2) Warna

Kuning, terutama pada 24 jam pertama, biru atau pucat

3) Pemberian makan

Hisapan lemah, ngantuk berlebih, rewel banyak muntah, tinja

lembek sering hijau tua ada lendir atau darah pada tinja.

4) Tali pusat

Merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah

5) Infeksi

Suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), berbau

busuk, dan pernafasan sulit.

6) Tinja / kemih
207

Tidak berkemih dalam 3 hari, tidak BAB dalam 24 jam

7) Aktifitas

Menggigil, atau tangis yang tidak biasa, rewel, lemas, terlalu

mengantuk, lunglai, kejang.

8) Pernafasan

sulit atau lebih dari 60 kali per menit. (25)

5. Perawatan Bayi Baru Lahir

1) Pencegahan Infeksi

Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan

dengan bayi Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi

yang belum dimandikan Pastikan semua peralatan dan bahan yang

digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir Delee dan

benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

2) Melakukan penilaian

(1) Apakah bayi cukup bulan/tidak

(2) Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak

(3) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

(4) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas maka segera

lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

3) Pencegahan kehilangan panas

Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga

merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai

pernapasannya.
208

Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Ganti

handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan

selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)

4) Membebaskan jalan nafas

5) Merawat tali pusat

6) Mempertahankan suhu tubuh bayi

a. Keringkan bayi secara seksama

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

c. Tutup bagian kepala bayi

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

e. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakalan

f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

7) Pencegahan infeksi

(1) Memberikan vit. K

mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K

pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin

K per oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di

beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.

(2) Memberikan obat tetes atau salep mata

pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit

menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama

persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5% atau

tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam


209

setelah bayi lahir.

8) Identifikasi bayi

Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di

pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus

diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap

ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. (25)

6. Reflek Bayi Baru Lahir

1) Reflek Moro

Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari, lalu

membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk

seseorang.

2) Reflek rooting

Seakan mencari putting susu. Refleks ini menghilang pada usia 7

bulan.

3) Reflek sucking

Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap putting

susu dan menelan ASI

4) Reflek graps

Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi

akan menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki digores

dekat ujung jari kaki, jari kaki menekuk

5) Reflek walking dan stapping


210

Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan

spontan kaki melangkah ke depan walaupun hayi tersebut belum bisa

berjalan. Menghilang pada usia 4 bulan.

6) Reflek tonic neck

Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan

atau kiri jika diposisikan tengkurap, bisa diamati saat bayi berusia 3-

4 bulan.

7) Reflek Babinsky

Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan

bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada

usia 1 tahun.

8) Reflek membengkokkan badan (Reflek Galant)

Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung menyebabkan

pelvis membengkok ke samping, Berkurang pada usia 2-3 bulan.

9) Reflek Bauer/merangkak

BBL akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan

lengan dan tungkai. Menghilang pada usia 6 minggu. (25)

7. Imunisasi Dassar Pada Bayi

1) BCG, memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC).

Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi

kemungkinan anak akan menderita penyakit TBC ringan, tetapi

terhindar dari TBC berat- ringan. (diberikan 1x pada usia 1 bulan )

2) DPT (Diptheri, partusis, tetanus), memberikan Memberikan


211

kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus. (diberikan 3x

pada usia 2,3 dan 4 bulan)

3) Hepatitis B, memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

hepatitis. (diberikan 1x pada usia 0-7 hari)

4) Polio, memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis.

(diberikan 4x pada usia 1,2,3 dan 4 bulan)

5) Campak, memberikan kekebalan terhadap penyakit campak.

(diberikan 1x pada usia 9 bulan). (23)

8. Jadwal Kunjungan Ulang Bayi Baru Lahir

Pelayana Kesehatan neonatus menggunakan pendekatan MTBS

algoritma bayi muda umur <2 bulan .

1) 0-6 jam setelah bayi lahir

2) 6-48 jam setelah bayi lahir (KN1)

3) 3-7 hari setelah bayi lahir (KN2)

4) 8-28 hari setelah bayi lahir (KN3). (15)

2.1.5 Keluarga Berencana

1. Pengertian

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

berarti "melawan" atau "mencegah", sedangkan konsepsi adalah


212

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari /

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan

antara sel telur dengan sel sperma. (26)

KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,

pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB merupakan

tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran

yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB

adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah

dan jarak anak serta waktu kelahiran. (27)

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur banyaknya

jumlah kelahiran sehingga ibu maupun bayinya dan ayah serta keluarga

yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat

langsung dari kelahiran tersebut. Keluarga berencana merupakan

program pemerintah yang bertujuan menyeimbangkan antara

kebutuhan dan jumlah penduduk. Keluarga sebagai unit terkecil

kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang

seimbang. (28)

2. Tujuan KB

Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan


213

anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat

menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu

pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat

kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan,

dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola

KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan

kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga.

yang berkualitas, keluarga sejahtera. (27)

3. Jenis-Jenis KB, Keuntungan dan Kerugian

1. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil KB Kombinasi

a. Mekanisme : Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah

implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui

oleh sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga

transportasi telur terganggu Pil ini diminum setiap hari.

b. Efektivitas: Bila diguakan secara benar, risiko kehamilan

kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.

c. Efek samping : Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau

semakin pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau tidak


214

haid), sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara, perubahan

berat badan, perubahaan suasana perasaan, jerawat ( dapat

membaik atau memburuk, tapi biasanya membai, dan

peningkatan tekanan darah

2) Pil Hormon Progestin

a. Mekanisme : Minipil menekan sekresi gonadotropin dan

sintesis steroid seks di ovarium, endometrium mengalami

transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit,

mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi

sperma, mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma

terganggu. Pil diminum setiap hari.

b. Efektivitas : Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan

kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.

c. Efek samping : Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama

pada ibu menyusui, haid tidak teratur, haid memanjang atau

sering, haid jarang atau tidak haid, sakit kepala, nyeri

payudara, dan mual.

3) Pil KB Darurat ( Emergency Contraceptive Pils)

Kontrasepsi darurat digunakan dalam 5 hari pasca senggama

yang tidak terlindung dengan kontrasepsi yang tepat dan

konsisten. Semakin cepat minum pil kontrasepsi darurat, semakin

efektif. Kontrasepsi darurat banyak digunakan pada korban

perkosaan dan hubungan seksual tidak terproteksi.


215

Penggunaan kontrasepsi darurat tidak konsisten dan tidak tepat

dilakukan pada:

a. Kondom terlepas atau bocor

b. Pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi alamiah

dengan tepat (misalnya gagal abstinens, gagal menggunakan

metoda lain saat masa subur).

c. Terlanjur ejakulasi pada metoda senggama terputus.

d. Klien lupa minum 3 pil kombinasi atau lebih, atau terlambat

mulai papan pil baru 3 hari atau lebih.

e. AKDR terlepas

f. Klien terlambat 2 minggu lebih untuk suntikan progesteron 3

bulanan atau terlambat 7 hari atau lebih untuk metoda suntikan

kombinasi bulanan.

4) KB Suntik Kombinasi

a. Mekanisme: Suntikan kombinasi menekan ovulasi,

mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma

terganggu, atrofi pada endometrium sehingga implantasi

terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.

b. Efektifitas : Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan

kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.

c. Efeksamping : Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau

semakin pendek, haid tidak teratur, haid memanjang, haid


216

jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, nyeri payudara,

kenaikan berat badan.

5) KB Suntik Progestin

a. Mekanisme: Suntikan progestin mencegah ovulasi,

mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma

terganggu, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan

menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan diberikan

3 bulan sekali (DMPA).

b. Efektivitas : Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan

kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Kesuburan tidak

langsung kembali setelah berhenti, biasanya dalam waktu

beberapa bulan.

c. Efek samping : Perubahan pola haid (haid tidak teratur atau

memanjang dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur

atau tidak haid dalam 1 tahun), sakit kepala, pusing, kenaikan

berat badan, perut kembung atau tidak nyaman, perubahan

suasana perasaan, dan penurunan hasrat seksual.

6) Implan

a. Mekanisme: Kontrasepsi implan menekan ovulasi,

mengentalkan lendir serviks, menjadikan selaput rahim tipis

dan atrofi, dan mengurangi transportasi sperma. Implant

dimasukkan di bawah kulit dan dapat bertahan higga 3-7

tahun, tergantung jenisnya.


217

b. Efektifitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1

diantara 100 ibu dalam 1 tahun, mengurangi risiko penyakit

radang panggul simptomatik.

c. Efek samping : Perubahan pola haid (pada beberapa bulan

pertama: haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur lebih dari

8 hari, haid jarang, atau tidak haid;setelah setahun: haid sedikit

dan singkat, haid tidak teratur, dan haid jarang), sakit kepala,

pusing, perubahan suasana perasaan, perubahan berat badan,

jerawat (dapat membaik atau memburuk), nyeri payudara,

nyeri perut, dan mual.

2. Kontrasepsi Non Hormonal

1) Tubektomi

a. Mekanisme : Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong

atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat ber- temu

dengan ovum

b. Efektifitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di

antara 100 dalam 1 tahun. Mengurangi risiko penyakit radang

panggul. Dapat mengurangi risiko kanker endometrium

c. Efeksamping : Komplikasi bedah dan anestesi

2) Vasektomi

a. Mekanisme : Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan


218

jalan melakukan oklusi vasa deferens sehingga alur

transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak

terjadi.

b. Efektifitas : Bila pria dapat memeriksakan semennya segera

setelah vasektomi, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara

100 dalam 1 tahun.

c. Efeksamping : Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di

lokasi operasi (sangat jarang), dan hematoma (jarang).

Vasektomi tidak mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual

pria, ataupun maskulinitasnya.

3) Kondom

a. Mekanisme : Kondom menghalangi terjadinya pertemuan

sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung

selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma

tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi

perempuan.

b. Efektivitas : Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan

adalah 2 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Mencegah penularan

penyakit menular seksual, konsekuesinya (kanker serviks).

c. Efek samping : Dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang

dengan alergi lateks.

4) Senggama Terputus (Coitus Interuptus)

a. Mekanisme : Metode keluarga berencana tradisional, di mana


219

pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina se-

belum pria mencapai ejakulasi.

b. Efektivitas : Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan

adalah 4 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.

c. Tidak ada efek samping

5) Lactational Amenorrhea Method

a. Mekanisme : Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi

Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi. Metode ini memiliki

tiga syarat yang harus dipernuhi:

Ibu belum mengalami haid, Bayi disususi secara ekslusif dan

sering, sepanjang siang dan malam, Bayi berusia kurang dari

6 bulan

b. Efektivitas : Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui

bayinya secara benar. Bila dilakukan secara benar, risiko keha-

milan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 bulan setelah

persalinan.

c. Tidak ada efek samping

6) Diafragma

a. Mekanisme : Diafragma adalah kap berbentuk cembung,

terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina

sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks sehingga

sperma tidak dapat mencapai saluran alat reproduksi bagian


220

atas (uterus dan tuba falopii). Dapat pula digunakan dengan

spermisida.

b. Efektivitas : Bila digunakan dengan benar bersama spermisida,

risiko kehamilan adalah 6 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.

Mencegah penularan penyakit menular seksual dan kanker

serviks.

c. Infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial, kadidiasis,

sindroma syok toksik. Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina.

7) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Mekanisme : Dalam Rahim AKDR dimasukkan ke dalam

uterus. AKDR menghambat (AKDR) kemampuan sperma

untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum

ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum

bertemu, mencegah implantasi telur dalam uterus.

b. Efektivitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di

antara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan lama,

hingga 12 tahun. Mengurangi risiko kanker endometrium.

c. Efek samping : Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi

ibu rendah sebelum pemasangan dan AKDR menye- babkan

haid yag lebih banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang

panggul billa ibu sudah terinfeksi klamidia atau gonorea

sebelum pemasangan. Perubahan pola haid terutama dalam 3-


221

6 bulan pertama (haid memanjang dan banyak, haid tidak

teratur, dan nyeri haid).

8) AKDR Dengan Progestin

a. Mekenisme : Progestin AKDR dengan progestin membuat

endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel

atrofi sehingga menganggu implantasi; mencegah terjadinya

pembuahan dengan memblok bersatunya ovum dengan

sperma; mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba

falopii; dan menginaktifkan sperma

b. Efektivitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di

antara 100 ibu dalam 1 tahun. Mengurangi risiko anemia

defisiensi besi. Dapat mengu- rangi risiko penyakit radang

panggul. Mengurangi nyeri haid dan gejala endometriosis.

c. Efek samping : Perubahan pola haid (haid sedikit dan singkat,

haid tidak teratur, haid jarang, haid memanjang, atau tidak

haid), jerawat, sakit kepala, pusing, nyeri payudara, mual,

kenaikan berat badan, perubahan suasana perasaan, dan kista

ovarium. (28)

3. Kontrasepsi mantap

1) Tubektomi

(1) Mekanisme: Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau

memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan

ovum.
222

(2) Efektivitas : Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di

antara 100 dalam 1 tahun. Mengurangi risiko penyakit radang

panggul. Dapat mengurangi risiko kanker endometrium

(3) Efek samping : tidak ada

2) Vasektomi

(1) Mekanisme : Menghentikan kapasitas reproduksi pría dengan jalan

melakukan oklusi vasa deferens sehingga alur transportasi sperma

terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.

(2) Efektivitas : Bila pria dapat memeriksakan semennya segera

setelah vasektomi, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100

dalam 1 tahun.

(3) Risiko bagi Kesehatan : Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi

di lokasi operasi (sangat jarang). dan hematoma (jarang),

Vasektomi tidak mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual pria,

ataupun maskulinitasnya. (29)

2.1.6 Dokumentasi Asuhan Kebidanan

1. Metode Dokumentasi SOAP

Metode Dokumentasi SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data

objektif, A adalah analysis, P adalah planning. Metode ini

merupakandokumentasi yang sederhana akan tetapi mengandung

semua. unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan

kebidanan, jelas, logis. Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan
223

metode dokumentasi yang lain seperti yang telah dijelaskan diatas.

Sekarang kita akan membahas satu persatu langkah metode SOAP.

1. Subjektif

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang

menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang hruf

"S", diberi tanda huruf "O" atau "X". Tanda ini akan menjelaskan

bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini

nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

2. Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi

yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan

laboratorium Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang

lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data

penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan

fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3. Analysis

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena

keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data


224

objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.

Saudara-saudara, di dalam analisis menuntut hidan untuk

sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka

mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat

mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat

diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil

keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan

intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis,

masalah kebidanan, dan kebutuhan

4. Planning /Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan

penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien

seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya. (30)

2.1.7 Undang Undang Kebidanan

Bagian kedua

Tugas dan Wewenang

Pasal 26

1. Pasal 46

1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas


225

memberikan pelayanan yang meliputi:

a. pelayanan kesehatan ibu

b. pelayanan kesehatan anak

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau

e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan secara bersama atau sendiri.

3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

2. Pasal 47

1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan

sebagai:

a. pemberi Pelayanan Kebidanan

b. pengelola Pelayanan Kebidanan

c. penyuluh dan konselor

d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik

e. penggerak peran serta masyarakat pemberdayaan perempuan

dan/atau

f. peneliti

2. Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


226

3. Pasal 48

Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan kompetensi

dan kewenangannya.

Paragraf 1

Pelayanan Kesehatan Ibu

4. Pasal 49

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan

berwenang:

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil

b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal

c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan

menolong persalinan normal

d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas

e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,

bersalin, nifas, dan rujukan dan

f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa

kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, kehamilan, masa serta

asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.


227

Paragraf 2

Pelayanan Kesehatan Anak

5. Pasal 50

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan

berwenang:

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita,

dan anak prasekolah

b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat

c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak

prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh

kembang, dan rujukan dan

d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru

lahir dilanjutkan dengan rujukan

Paragraf 3

Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Perempuan dan Keluarga Berencana

6. Pasal 51

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang melakukan

komunikasi, informasi,edukasi, konseling , dan memberikan pelayanan


228

kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Pasal 52

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu,

pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

49 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.

Paragraf 4

Pelimpahan Wewenang

8. Pasal 53

Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46

ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. pelimpahan secara mandat dan

b. pelimpahan secara delegatif

9. Pasal 54

1. Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 53 huruf a diberikan oleh dokter kepada Bidan sesuai

kompetensinya.

2. Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus dilakukan secara tertulis.

3. Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dengan tanggung jawab berada pada pemberi pelimpahan

wewenang.
229

4. Dokter yang memberikan pelimpahan wewenang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus melakukan pengawasan dan evaluasi

secara berkala.

10. Pasal 55

1. Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 53 huruf b diberikan oleh Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah kepada Bidan.

2. Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) yang diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah

Daerah dalam rangka:

a. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu atau

b. program pemerintah.

3. Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.

11. Pasal 56

1. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf e merupakan penugasan

pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga

medis dan/atau tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan

bertugas.

2. Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kesehatan lain


230

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah.

3. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bidan yang telah

mengikuti pelatihan dengan memperhatikan Kompetensi Bidan.

4. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh

Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah


5.
Dalam menyelenggarakan pelatihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4), Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat

melibatkan Organisasi Profesi Bidan dan/atau organisasi profesi

terkait yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah

terakreditasi.(30)
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Tanggal : 04 Oktober 2022

Waktu : 09.30 WIB

Tempat : Poskesdes Losari Kidul

A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas/Biodata

Nama : Ny. R Nama : Tn. M

Umur : 24 tahun Umur : 28 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Supir

Alamat : losari Kidul, Blok Kepudang 20/07

2. Riwayat Kehamilan

Ibu mengatakan hamil 9 bulan, ingin periksa untuk mengetahui keadaan

dirinya dan bayinya. Ibu mengeluh perutnya kencang-kencang. Ini

merupakan kehamilan yang ke 3 tidak pernah keguguran, HPHT : 15 januari

2022, tapsiran persalinan : 22 oktober 2022. Usia kehamilan 37 minggu

lebih 4 hari. Ibu memeriksakan kehamilannya pertama kali pada usia

kehamilan 4 bulan di Poskesdes dan puskesmas. Ibu tidak melakukan ANC

231
232

pada trimester 1 dan baru mengetahui dirinya hamil pada trimester 2 di

poskesdes. Melakukan pemeriksaan ANC TM 2 sebanyak 2 kali di

poskesdes dan puskesmas. Dan Pemeriksaan ANC pada TM 3 sebanyak 3

kali di poskesdes dan puskesmas. Sudah merasakan gerakan janin sejak usia

kehamilan 5 bulan sampai sekarang lebih dari 10x/hari. Sudah tahu cara

menghitung gerakan janin. Sudah mendapatkan imunisasi TT 4x. Ibu

minum obat tablet tambah darah dan suplemen lainnya ( vit C, kalsium )

setiap hari dengan menggunakan air teh. Ibu tidak pernah minum jamu

kemasan atau obat-obatan selain dari petugas kesehatan. Ibu belum

mengetahui tanda bahaya kehamilan.

3. Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL sebelumnya

Ibu pernah melahirkan 2 kali, tidak pernah keguguran, anak pertama (2017),

BB 3000 gram lahir spontan ditolong bidan, jenis kelamin laki-laki, di RS.

Mutiara Bunda, anak ke-dua (2020) lahir spontan, BB 3300gram ditolong

oleh bidan, jenis kelamin perempuan, di PMB anaknya hidup sampai

sekarang, umur anak terkecil 2 tahun. Selama hamil, melahirkan, nifas, dan

BBL tidak pernah ada masalah.

4. Riwayat Kesehatan

Baik ibu maupun keluarga tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang

dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kehamilan seperti hipertensi,

jantung, ashma, diabetes melitus, hepatitis, maupun HIV/AIDS.


233

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama dan sudah 8 tahun

menikah. Sebelum hamil sekarang ibu pernah ikut KB suntik 3 bulan.

Penerimaan dan dukungan keluargaterhadap kehamilan sekarang baik. Ibu

tinggal dirumah oang tuanya bersama suami. pengambilan keputusan dalam

keluarga adalah suami yang di musyawarakan terlebih dahulu dengan istri.

Selama hamil makanan tidak ada pantangan, ibu makan sayur, nasi, telur,

daging, buah dll. Pola makan ibu selama hamil 4x sehari dan minum air

putih 8 gelas perhari. Pola istirahat ibu selama hamil, ibu cukup istirahat. Ibu

tidur siang 2 jam,dan tidur malam hari 7 jam.

Ibu BAK 7-8x sehari dan BAB 1x sehari. Ibu dan suami tidak memiliki

kebiasaan merokok. Ibu dan suami tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi

obat obatan, seperti narkotikadan minum-minuman keras. Peran ibu dalam

keluarga adalah mengurusrumah tangga dan dibantu oleh suami. Hubungan

seksual tidak ada masalah, ibu solat 5 waktu. Rencana persalinan di

pasyankes di puskesmas. Ibu sudah menyiapkan persalinan dengan kegawat

daruratan.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Tensi : 100/70 mmhg


234

Nadi : 77x/menit

Suhu : 36,7ºC

Respirasi : 22x/menit

d. BB sebelum hamil : 38 kg

e. BB setelah hamil : 50 kg

f. Tinggi badan : 145 cm

g. LILA : 24,5cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda, Seclera putih

c. Gigi : Gusi merah muda, tidak ada caries

d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe,

dan vena jugularis

e. Jantung : Irama jantung reguler

f. Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing/ronchi

g. Payudara : Tampak bersih, simetris, putting

susu menonjol, tidak ada benjolan,

Dimpling sign maupun retraksi, tidak ada

nyeri tekan, colostrum belum keluar

h. Abdomen : Tidak ada luka bekas oprasi

Leopod I : TFU 29 cm, TBJ: (29-11) x 155

= 2.790 gram, teraba bokong

pada bagian fundus uteri


235

Leopod II : letak memanjang, posisi

punggung kiri

Leopod III : presentasi kepala

Leopod IV : kepala sudah masuk PAP (4/5)

kandung kemih kosong,

DJJ=138x/menit

i. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan, Ibu tidak

bersedia di periksa

j. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan ibu tidak

bersedia diperiksa

k. CVAT : Tidak ada nyeri ketuk

l. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak ada oedema pada kaki kanan maupun

pada kaki kiri, tidak ada varises, refleks

patella +/+

3. Pemeriksaan Laboratorium (12-9-2022)

a. HB : 9,6 gram %

b. Gol. Darah : AB

c. Glukosa Darah :-

d. HbsAg : Non reaktif

e. Syfilish : Non reaktif

f. HIV/AIDS : Non reaktif


236

4. Hasil USG (12-09-2022)

a. Usia kehamilan : 34 mingu

b. TBJ : 3000 gram

c. Presentasi : Kepala

d. Plasenta : lateral

e. Ketuban : Cukup

f. Jenis kelamin : Laki-laki

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun G3P2A0 Gravida 37 minggu 4 hari janin tunggal hidup,

presentasi kepala, dengan kehamilan anemia sedang. Sudah mempersiapkan

perlengkapan persalinan dengan kegawat daruratan.

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik, hubungan terbina dengan baik.

2. Memfasilitasi informed consent bahwa akan dilakukan pemeriksaan ,

ibu bersedia diperiksa

3. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, ibu dan keluarga

merasa senang keadaan ibu dan janinnya baik

4. KIE

a) Pola istirahat yang cukup, dan mengurangi aktifitas berlebih dan

mengurangi aktifitas yang berat. Ibu mengerti

b) Nutrisi yang mengandung zat besi seperti sayuran hijau bayam,


237

brokoli, kangkung, hati ayam/ sapi, dan buah naga. Ibu mengerti

c) Tablet fe diminum setiap hari dengan menggunakan air putih, atau

dengan vit.C atau air jeruk. Di malam hari sebelum tidur. Tidak

dianjurkan meminum nyadengan air teh. Ibu mengerti

d) Tanda bahaya TM 3 seperti : perdarahan pervaginam, KPD,

PEB,PER, kejang,Gerakan bayi berkurang kurang dari 10x/menit.

Ibu mengerti

e) Tanda - tanda persalinan mules yang teratur, keluar lender campur

darah, dan keluar air ketuban. Ibu mengerti.

5. Memberikan terapi obat sesuai kolaborasi dengan Dokter Puskesmas,

Fe 2x1, vit C 1x1, kalcium 1x. Ibu mengerti

6. Menjadwalkan kunjungan 1 minggu berikutnya pada tanggal 11 oktober

2022, atau jika ada indikasi segera periksa ke pelayanan kesehatan. Ibu

mengerti
238

Tanggal : 10 Oktober 2022

Waktu : 10.30 WIB

Tempat : Puskesmas Losari

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan ingin periksa kehamilan dan tidak ada keluhan

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Tensi : 110/70 mmhg

Nadi : 79x/menit

Suhu : 36,6ºC

Respirasi : 20x/menit

d. BB sebelum hamil : 38 kg

e. BB setelah hamil : 51kg

f. Tinggi badan : 145 cm

g. LILA : 24,5cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda, Seclera putih

c. Gigi : Gusi merah muda, tidak ada caries


239

d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

limfe, vena jugularis

e. Jantung : Irama jantung regular

f. Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing/ronchi

g. Payudara : Tampak bersih, simetris, putting susu menonjol,

tidak ada benjolan, Dimpling sign maupun

retraksi, tidak ada nyeri tekan, colostrum belum

keluar

h. Abdomen : Tidak ada luka bekas oprasi

Leopod I : TFU 30 cm, TBJ: (30-11) x 155=

2.945 gram,teraba bokong pada bagian

fundus uteri

Leopod II : letak memanjang, posisi punggung

kiri, DJJ regular 138x/m

Leopod III: presentasi kepala

Leopod IV: kepala sudah masuk PAP (4/5)

kandung kemih kosong

i. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan, Ibu tidak

bersedia di periksa

j. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan ibu tidak

bersedia diperiksa

k. CVAT : Tidak ada nyeri ketuk


240

l. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak ada oedema pada kaki kanan maupun


pada kaki kiri, tidak ada varises, reflex
patella +/+
3. Pemeriksaan Laboratorium (10-10-2022)

a. HB : 8,9 gram/dl

b. Gol. Darah : AB

c. Glukosa darah : 81 ml/dl

d. HbsAg : Non reaktif

e. Syfilish : Non reaktif

f. HIV/AIDS : Non reaktif

4. Hasil USG (12-09-2022)

a. Usia kehamilan : 34 mingu

b. TBJ : 3000 gram

c. Presentasi : Kepala

d. Plasenta : lateral

e. Ketuban : Cukup

f. Jenis kelamin : Laki-laki

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun G3P2A0 Gravida 38 minggu lebih 2 hari janin tunggal

hidup, presentasi kepala, dengan kehamilan anemia sedang. Sudah

mempersiapkan perlengkapan persalinan dengan kegawatdaruratan


241

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan terbina

dengan baik.

2. Memfasilitasi informed consent bahwa akan dilakukan pemeriksaan,

ibu bersedia diperiksa

3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dengan anemia sedang, ibu

mengerti

4. KIE

a. Nutrisi, makan makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran


hijau bayam, brokoli, kangkung, hati ayam/ sapi, dan buah naga, Ibu
mengerti

b. Pola istirahat yang cukup, dan mengurangi aktifitas berlebih dan


mengurangi aktifitas yang berat. Ibu mengerti
c. Tablet fe diminum setiap hari dengan menggunakan air putih, atau
dengan vit. C atau air jeruk. Diminum malam hari sebelum tidur.
Tidak dianjurkan meminum nyadengan air the, ibu mengerti

d. Tanda bahaya TM 3 seperti : perdarahan pervaginam, KPD,


PEB,PER, kejang,Gerakan bayi berkurang kurang dari 10x/hari, ibu
mengerti
e. Tanda - tanda persalinan mules yang teratur, keluar lendir campur
darah, dan keluar air ketuban, ibu mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk aktivitas ringan (jalan-jalan kecil, dan senam
ibu hamil,ibu mengerti.
6. Melanjutkan terapi obat dari Dokter, Fe 2x1, vit C 1x1, kalcium 1x1,
ibu mengerti
7. Menjadwalkan kunjungan 1 minggu berikutnya pada tanggal 17 oktober
2022 atau jika ada indikasi segera datang ke falititas pelayanan
Kesehatan, ibu mengerti. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
242

Tanggal : 25 Oktober 2022

Waktu : 13.30 WIB

Tempat : Puskesmas PONED Losari

A. DATA SUBYEKTIF

1. Riwayat Kehamilan Sekarang

Ibu datang ke puskesmas diantara oleh suami mengeluh mules-mules

sejak jam 10:00 WIB. Ibu mengatakan mules perut bagian bawah

kemudian menjalar ke punggung. Ketuban belum pecah. Pengeluaran

dari vagina lendir campur darah. Gerakan janin masih dirasakan ibu

selama 24 jam terakhir dan lebih dari 10x. Makan terakhir pukul 08.00

WIB.BAK terakhir pukul 11:15, BAB terakhir pukul 08:00 WIB. Ibu

istirahat cukup.

2. Riwayat Persalinan Terakhir

Anak ke 2 lahir tahun 2020 hidup, aterem, lahir spontan di PMB

ditolong oleh bidan BB 3300 gram dan tidak ada komplikas.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Tensi : 110/80 mmhg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,8ºC

Respirasi : 22x/menit
243

2. Pemeriksaan Fisik

a) Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b) Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera

putih

c) Gusi : Merah muda, gigi tidak ada caries

d) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid

Limfe ataupun pembesaran kelenjar

vena Jugularis.

e) Dada

a) Jantung : Irama reguller

b) Paru-paru : Tidak ada ronchi dan wheezing

f) Payudara : Tampak bersih, tidak nyeri tekan tidak

ada benjolan dimpling sign maupun

retraksi.

g) Abdomen : Tidak ada luka bekas oprasi

Leopod I: TFU 30 cm, TBJ: (30-12)

x 155= 2.790 gram, teraba

bokong pada bagian

fundus uteri

Leopod II: Letak memanjang, posisi

punggung kiri, DJJ regular

129x/menit.

Leopod III: Presentasi kepala


244

Leopod IV: Kepala sudah masuk

PAP (3/5)

His : 3x10’45”, kandung kemih

kosong

h) Genitalia : Terdapat pengeluaran lender ber

campur darah

i) Pemeriksaan dalam

a) V/v : T.a.k

b) Portio : Tipis Lunak

c) Pembukaan : 7 cm

d) Ketuban : (+) Positif

e) Presentase : Kepala

f) Penurunan : H II

g) Penunjuk : UUK kiri depan

h) Moulage : Tidak ada

i) Tidak ada bagian kecil yang menumbung

j) Anus : Tidak ada haemoroid

k) Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak ada oedema pada kaki kanan

maupun kiri, tidak ada varices,

refleks patella +/+.


245

3. Pemeriksaan Penunjang ( 25-10-2022)

Haemoglobin : 10 gram/dl

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun G3P2A0 usia kehamilan 40 minggu 3 hari Kala I

fase aktif janin tunggal hidup, presentasi kepala, dengan keadaan ibu

anemia ringan

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, terbina dengan

baik

2. Memfasilitasi informed consent pada ibu, bu bersedia diperiksa

3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dengan anemia ringan, ibu

mengerti

4. KIE

a. Teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang dari

hidung dan dikeluarkandari mulut, ibu mengerti

b. Nutrisi, makan dan minum disela his untuk tenaga ketika

ingin mengedan, ibu bersedia minum disela his

c. Mobilisasi miring kanan, miring kiri, ibu bersedia miring ke kiri

5. Menawarkan ibu BAK setiap mengiginkannya, dan tidak boleh

ditahan, ibu mau BAK di pispot

6. Menyiapkan partus set, perlengkapan bayi, perlengkapan ibu,

alat resusitasi, sudah disiapkan.


246

7. Melakukan pemantauan setiap 30 menit sekali nadi, his, DJJ,

pemantauan telah dilakukan

8. Melakukan evaluasi kemajuan persalinan 4 jam kemudian atau

jika ada indikasi


247

Tanggal pengkajian Kala II : 25 Otober 2022 Pukul : 16.00 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan mulesnya semakin bertambah dan ingin mengedan

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Suhu : 36,6ºC

Respirasi : 22x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

1. Abdomen

a) Penurunan: 1/5

b) His : 5 x dalam 10 menit, lama 45 detik

c) DJJ : Reguler 137x/menit

d) Kandung Kemih : Kosong

2. Genitalia

a) Perineum : Tampak Menonjol

b) Vulva : Tampak Membuka

c) Anus : Tampak membuka

d) Blood Show : Meningkat


248

3. Pemeriksaan Dalam

a) V/v : T.a.k

b) Portio : Tidak teraba

c) Pembukaan : 10 cm

d) Ketuban : (-) Negatif (Spontan Jernih 16.10 WIB)

e) Presentase : Kepala

f) Penurunan : H IV

g) Penunjuk : UUB kiri depan

h) Moulage : Tidak ada

i) Tidak ada bagian terkecil yang terkemuka

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun G3P2A0 dengan kala II Persalinan normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu akan dilakukan pemeriksaan dalam, ibu bersedia

2. Mendekatkan alat, alat sudah di dekatkan

3. Melakukan pemeriksaan dalam dan memberitahu hasil pemeriksaan,

hasil pemeriksaan pembukaan lengkap, penurunan hodge IV dan

ketuban sudah pecah

4. Mengecek DJJ diantara His, hasil normal

5. Memberikan pilihan posisi sesuai dengan keinginan ibu. Ibu memilih

setengah duduk
249

6. Membimbing ibu cara mengedan dan memberikan pujian, dukungan

moral, ibu dapat melakukannya. Ibu dapat meneran dengan baik

tampak kepala janin ada kemajuan dan sudah diberikan dengan

dukungan moral

7. Memberikan asupan minuman. Ibu minum air teh manis ½ gelas

8. Menganjurkan ibu istirahat di saat his tidak ada, dan menganjurkan

keluarga mengelap keringat ibu, ibu dan keluarga bersedia

melakukannya

9. Menolong persalinan dengan APN. Jam 16:15 WIB. Bayi lahir

spontan,segera menangis, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan. Jenis

kelamin : laki-laki.
250

Tanggal Pengkajian Kala III : 25 Oktober 2022 Pukul 16:15 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas

B. DATA OBYEKTIF

Tampak tali pusat didepan vulva, placenta belum lahir, uterus globuler,

adanya semburan darah, dan tali pusat memanjang

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun P3 A0 dengan kala III persalinan normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Memastikan janin tunggal , sudah dilakukan

2. Melakukan manajemen aktif kala III :

a. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik, memberi injeksi

Oxcitocyn 10 IU secara IM 1/3 pada paha bagian luar, Oxcitocyn,

telah diberikan.

b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali setiap ada kontraksi,

terasa tali pusat memanjang, melahirkan plasenta setelah ada

tanda – tanda pelepasan plasenta, pukul 16.20 WIB plasenta lahir

c. Melakukan massage uterus 15 kali dalam 15 detik, kontraksi

uterus kuat, perdarahan dalam batas normal -/+ 150 cc, sudah

dilakukan
251

Tangga Pengkajian Kala IV : 25 Oktober 2022, Pukul 16.35 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas

B. DATA OBYEKTIF

Keadaan umum baik, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosog dan

pengeluarandarah dalam batas normal ± 150 cc

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun P3A0 Kala IV persalinan normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Memeriksa kelengkapan plasenta, selaput plasenta, kortiledon, plasenta

lahir lengkap

2. Memeriksa robekan jalan lahir, terdapat robekan drajat 2 di mukosa

vagina, dikulit vagina. Dilakukan penjahitan dengan anestesi dengan

perbandingan aquabides dan lidocaine 1:1, sudah dilakukan

3. Memeriksa kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat,

pengeluaran darah dalam batas normal, sudah dilakukan

4. Memantau perdarahan dengan: memeriksa nadi 85x/menit, kontraksi

uterus Baik, perdarahan ±150cc, sudah dilakukan

5. Mengajarkan ibu memeriksa kontraksi uterus dengan baik dan benar,

lakukan massage uterus jika terasa lembek. Ibu mengerti dan bersedia

6. Membersihkan ibu dengan air DTT dan dekontaminasi tempat tidur

dengan clorin 0,5%, kemudian dibersihkan dengan air DTT, sudah

dilakukan
252

7. Memberikan rasa nyaman ibu dengan membersihkan bagian tubuh ibu

yang terkena kotoran atau darah dari yang terjauh sampai ke yang

terdekat. Kemudian menggantikan pakaian ibu yang bersih dan kering,

sudah dilakukan dan ibu tampak nyaman

8. Dekontaminasi alat dengan larutan clorin 0,5% selama 10 menit,

membersihkan dengan deterjen dan bilas dengan air mengalir,

kemudian apabila air sudah mendidih lakukan DTT dengan merebus alat

selama 20 menit, sudah dilakukan

9. Memberikan ucapan slamat atas kelahiran anak ke tiga dan

menganjurkan ibu untuk makan dan minum, ibu mau minum dan makan

roti

10. Melakukan pemantauan kala IV jam pertama 15 menit dan jam kedua

30 menit hasil terlampi di partograf, sudah dilakukan

11. Melengkapi dokumentasi.


3.2 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

3.2.1 Asuhan Kebidanan 6 Jam Post Partum

Tanggal Pengkajian : 25 Oktober 2022


Waktu : 22.15 WIB

A. DATA SUBYEKTIF
1. Riwayat

Ibu mengatakan ibu masih lemas, ibu sudah miring kanan, kiri dan

duduk mengeluh perutnya masih mulas. Ibu sudah BAK dan belum

BAB. Pengeluaran dara masih sedikit ±15 cc. ASI belum keluar.

Obat anti biotik, vit A dan penambah darah yang diberikan oleh

bidan sudah di minum. Belum mengetahui tanda bahaya post partum

2. Riwayat Persalinan

Melahirkan ditolong oleh Bidan, bayi lahir spontan menangis kuat

pada tanggal 25 Oktober 2022 jam 16:15 WIB jenis kelamin laki-

laki BB 3570 gram, PB 51 cm.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV: Tensi : 100/70 mmHg

Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,6ºC
Resprasi : 20x/menit

253
2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda,sklera putih

c. Mulut : Gusi merah muda

d. Leher : Tidak ada pemesaran kelenjar tyroid limfe

maupun pembesaran vena jugularis

e. Dada

a) Jantung : Irama regular

b) Paru – paru : Tidak ada bunyi ronchi dan whizeeng

f. Payudara : Tidak ada benjolan, dimpling sign dan

Retraksi, Colostrum sudah keluar

g. Abdomen : TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik,

kandung kemih kosong

h. Genitalia : Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini

tampak pengeluaran darah 5cc, lochea rubra

i. Ekstremitas

a. Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b. Bawah : Tidak ada oedema, kuku kaki tidak pucat,

reflek patela +/+

C. ANALISA

Ny. R umur 24 thun P3A0 dengan 6 jam Post partum normal


D. PENATALAKSANAAN

1. Memfasilitasi informed consect sebelum pemeriksaan, ibu bersedia


dilakukan pemeriksaan

2. Memberitahu hasil pemeriksaan, sudah diberitahukan

3. Memberikan KIE

1) Tanda bahaya post partum/ nifas seperti perdarahan pervaginam,

lochea berbau,pusing, lemas berlebih, luka jahitan kemerahan atau

bengkak, demam, ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali

2) Manfaat ASI eksklusif nutrisi yang terbaik bagi bayi, sebagai

antibody untuk bayi,mencerdaskan bayi, ibu mengerti

3) Nutrisi makan makanan yang bergizi ikan, sayuran, buah, telur,

daging, tempe, tahu. Ibu mengerti

4) Perawatan Personal hygine, sudah dilakukan

5) Pola istirahat cukup, tidur siang minimal 1-2 jam, ibu mengerti

6) Mengajari teknik menyusui yang baik dan benar, sudah dilakukan

4. Menganjurkan ibu mobilisasi ke wc, ibu bersedia

5. Memberitahu ibu cara peawatan luka jahitan perineum, ibu mengerti

6. Pemberian terapi obat sesuai dengan advis Dokter fe 2x1, amoxcilin

3x1, paracetamol 3x1. Sudah diberikan

7. Menjadwalkan kunjungan ulang 3-7 hari berikutnya pada tanggal 29

oktober 2022, ibu bersedia

8. Dokumentasi
3.2.2 Asuhan Kebidanan 4 Hari Post Partum

Tanggal : 29 Oktober 2022

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

A. DATA SUBYEKTIF

1. Riwayat

Ibu mengatakan keadaannya lebih baik dari sebelumnya. Sudah

beraktivitas melakukan pekerjaan rumah. Tidak ada keluhan,

pengeluaran darah merah sedikit. Asi sudah keluar, obat-obatan yang

diberikan oleh bidan selalu diminum. Sudah mengetahui tanda

bahaya post partum.

2. Riwayat persalinan

Melahirkan ditolong oleh bidan, bayi lahir spontan menangis kuat

pada tanggal 25 Oktober 2022 jam 16:15 WIB jenis kelamin laki-

laki BB 3570 gram, PB 51.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV: Tensi : 100/70 mmHg


Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5ºC
2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera putih

c. Payudara : Tampak bersih, tidak ada benjolan, dimpling sign,

dan retraksi, ASI sudah keluar banyak dan lancar.

d. Abdomen : TFU: 3 jari dibawah pusat, involusi uterus baik,

kandung kemih kosong.

e. Genetalia : Tampak pengeluaran darah sedikit, lochea

sanguinolenta, Luka perineum masih sedikit basah,

tidak ada tanda-tanda infeksi.

f. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak ada oedema, dan varises, refleks patella +/+

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun P3A0 dengan 4 Hari Post partum normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, terjalin baik

2. Memfasilitasi informed conset pada ibu, ibu bersedia diperiksa

3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, sudah diberitahu

4. Memberikan KIE
a. pola istiraha tidur siang minimal 2 jam dan tidur malam 7 jam,

ibu mengerti

b. Tanda bahaya post partum seperti, perdarahan pervaginam, lochea

berbau, pusing,lemes berlebih, demam, ibu mengerti

c. Personal hygine khususnya daerah genetalia, ibu mengerti

d. Nutrisi makan makanan yang bergizi ikan, telor, sayuran, buah

buahan Ibu mengerti

5. Melakukan pemerikaan luka jahita perineum, luka perineum masih

sedikit basah, tidak ada tanda-tanda infeksi

6. Menjadwalkan kunjungan ulang 8-28 hari kemudian. Ibu bersedia


3.2.3 Asuhan Kebidanan 20 Hari Post Partum

Tanggal : 14 November 2022

Waktu : 10.30 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

A. DATA SUBYEKTIF

1. Riwayat

Ibu mengatakan keadaannya baik. Sudah beraktifitas melakukan

pekerjaan rumah. Tidak ada keluhan, lochea bening, ASI banyak.

Sudah mengetahui tanda bahaya post partum.

2. Riwayat persalinan

Melahirkan ditolong oleh bidan, bayi lahir spontan, menangis kuat.

Bayi lahir tanggal 25 Oktober 2022. Jam16:15 WIB jenis kelamin

laki-laki BB 3570 gram, PB 51 cm.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV: Tensi : 110/80mmHg

Nadi : 79x/menit

Respirasi : 19x/menit

Suhu : 36,6ºC

259
2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih

c. Payudara : simetris, Tampak bersih, tidak ada benjolan,

dimpling sign dan retraksi. ASI keluar banyak,

tidak ada bendungan ASI, payudara lunak.

d. Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.

e. Genitalia : Tidak ada oedema, luka jahitan perineum kering,

lochea alba, tidak berbau, tidak ada tanda-tanda

infeksi.

f. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak oedema dan varices, refleks patella +/+ ,

tanda homan -/-

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun P3A0 dengan 20 Hari Post partum Normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, terjalin baik

2. Memfasilitasi informed conset pada ibu, ibu mengatakan bersedia

diperiksa

3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, sudah diperiksa


4. Memberikan KIE

a. Rencana alat kontrasepsi yang akan digunakan, ibu berencana

menggunakan KB suntik 3 bulan

b. Pola istirahat menganjurkan ibu tidur ketika bayinya tertidur,

ibu mengerti

c. Personal hygine khususnya daerah genetalia, ibu mengerti

d. Nutrisi makan makanan yang bergizi ikan, telor, sayuran, buah

buahan, daging, hati ayam,susu, tempe, tahu, ibu mengerti

5. Menjadwalkan kunjungan ulang 28-40 hari, ibu bersedia


3.2.4 Asuhan Kebidanan 42 Hari Post partum

Tanggal : 06 Desember 2022

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Poskesdes Losari Kidul

A. DATA SUBYEKTIF

1. Riwayat

Ibu mengatakan keadaannya baik. sudah beraktivitas melakukan

pekerjaan rumah. Tidak ada keluhan, pengeluran sudah tidak ada. ASI

yang keluar banyak.

2. Riwayat Persalinan

Melahirkan ditolong oleh bidan di puskesmas, bayi lahir spontan

menangis kuat pada hari selasa tanggal 25 oktober 2022 Jam 16.15

WIB jenis kelamin laki laki BB 3570 gram, PB 51 cm.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV: Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Respirasi : 21x/menit

Suhu : 36,6ºC
2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda, skleraputih

c. Payudara : simetris, Tampak bersih, tidak ada benjolan,

dimpling sign dan retraksi. ASI keluar banyak.

d. Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong

e. Genitalia : Tidak ada oedema, luka jahitan perineum kering,

bersih, Lochea alba, tidak ada tanda-tanda infeksi

f. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak oedema dan varices, refleks patella +/+,

tanda homan -/-

C. ANALISA

Ny. R umur 24 tahun P3A0 dengan 42 hari Post partum normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik, hubungan terbina dengan baik.

2. Memfasilitasi informed consent untuk dilakukan pemeriksaan, ibu

bersedia diperiksa.

3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu senang dengan hasil

pemeriksaan yang baik

4. Menganjurkan ibu untuk senam nifas agar pemulihan rahim dapat

optimal, ibu paham dan akan melakukannya.


5. Mengingatkan kembali tanda bahaya ibu nifas seperti demam tinggi,

pusing, pengeluaran darah, keputihan banyak berbau dan berwarna,

bengkak pada tangan dan wajah, nyeri payudara. Ibu paham dan dapat

mengulanginya.

6. Mengingatkan kembali tentang Gizi seimbang bagi ibu menyusui,

diharapkan makan, buah, sayur serta daging hewani agar ASI keluar

banyak, ibu bersedia melakukannya.

7. Memberikan konseling tentang kontrasepsi yang akan dipakai ibu

setelah persalinan ada beberapa macam kontrasepsi yang dapat ibu

pakai seperti : pil, suntik 3 bulan, IUD, Implant , ibu mengerti

8. Menjelaskan mengenai kontrasepsi hormonal KB suntik 3 bulan, ibu

berencana ingin memakai KB suntik 3 bulan

9. Menjadwalkan kunjungan ulang untuk pemasangan Kontrasepsi, ibu

bersedia datang kembali


3.3 Asuhan Kebidanan Post Natal

3.3.1 Asuhan Kebidanan Pada BBL

Tanggal : 25 Oktober 2022

Waktu : 16.15 WIB

Tempat : Puskesmas Losari

A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas

Nama bayi : By. Ny.R

Nama Ayah : Tn. M

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Ds. Losari kidul blok kepudang Rt 20/ Rw 07

B. DATA OBYEKTIF

Bayi lahir pukul 16:15 WIB spontan, segera menangis, tonus otot kuat,

warna kulit kemerahan, gerakan aktif, jenis kelamin laki-laki

C. ANALISA

By. Ny. R dengan dengan Bayi Baru Lahir Normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan penilaian pada bayi baru lahir, sudah dilakukan

2. Mengeringkan bayi dengan kain bersih, dan kering, dan menjaga bayi

agar tetap hangat, sudah dilakukan


3. Melakukan klem tali pusat. Klem pertama 3 cm, dari pangkal

umbilikus, dan klem kedua, 2 cm dari klem pertama, sudah dilakukan

4. Melakukan pemotongan tali pusat diantara 2 klem, sudah dilakukan

5. Memakaikan baju bayi, timbang dan ukur BB 3570 graam PB 51 cm

LK 34 cm LD 33 cm, sudah dilakukan

6. Suntik vit. K 1 mg secara IM pada paha kiri, sudah dilakukan

7. Bedong bayi. Sudah dilakukan

8. Memberikan salep mata oxytetracycline 1%, sudah dilakukan.

9. Merencanakan pemeriksaan 6 jam selanjutnya pada pukul 22.15 WIB,

Ibu mengizinkan anak nya di periksa kembali.


3.3.2 Asuhan Kebidanan 6 Jam Postnatal Normal

Tanggal : 25 Oktober 2022

Waktu : 22.15 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Bayi lahir Spontan pukul 11.20 WIB segera menangis, tonus otot kuat,

warna kulit kemerahan, gerakan aktif, jenis kelamin Perempuan,

BAB/BAK : +/+

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Menangis kuat, menetek kuat, pergerakan aktif

2. Tanda-tanda vital

a. Suhu : 36,8ºC

b. Pernafasan : 43x/menit

c. Bunyi jantung :133x/menit

3. Pemeriksaan Antropometri

a. Berat Badan : 3570 gram

b. Panjang Badan : 51 cm

c. Lingkar Kepala : 34 cm

d. Lingkar Dada : 33 cm

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Lingkar kepala 34cm, tidak terdapat Cepal

haematoom dan caput succedaneum.


b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih,

reflek glabela (+)

c. Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung

d. Telinga : Simetris dan sudah matur

e. Mulut : Bibir kemerahan, simetris, tidak ada kelainan

labioskizis, tidak ada kelainan palatoskizis

dan tidak ada labio palatoskizis, reflek

sucking (+), reflek swalowing (+).

f. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.

kelenjar limfe, dan vena jugularis, tonic

neck rekflek (+), reflek rooting (+)

g. Dada : Lingkar dada 33 cm, pernapasan teratur, tidak

ada bunyi wheezing, tidak ada bunyi ronchi,

tidak ada retraksi, bunyi jantung regular

h. Abdomen : Terdengar bising usus, tali pusat bersih,

tidak ada distensi abdomen, tali pusat tidak

ada tanda-tanda infeksi.

i. Punggung : Tidak ada kelainan (spina bifida)

j. Ekstermitas : Pergerakan bebas tidak ada polidaktil dan

sindaktili, reflek graps (+), reflek babinsky (+)

k. Genetalia : Labia mayor sudah menutupi labia minor.

l. Anus : Bayi sudah BAK dan BAB

m. Kulit : Warna kemerah – merahan


C. ANALISA

By. Ny. R dengan 6 jam post natal normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Memfasilitasi informe d consent pada ibu dan keluarga bahwa

bayinya akan dilakukanpemeriksaan, ibu bersedia bayinya diperiksa

2. Menginformasikan hasil pemeriksaan baik. Sudah diberikan

3. Memberikan KIE

a. Tanda bahaya bayi baru lahir: t idak mau menyusu, kejang,

demam, merintih, sesak, tali pusat kemerahan/berdarah, ibu

mengerti

b. Menjaga bayi agar tetap hangat, ibu mengerti

c. Manfaat ASI eksklusif untuk menjaga kekebalan tubuh, nutrisi

lengkap yang baik untuk bayi, meningkatkan kecerdasan, ibu

mengerti

4. Pemberian imunisasi HB 0 secara IM dipaha kanan, Sudah diberikan

5. Menjadwalkan kunjungan ulang 3 hari berikutnya, ibu mengerti


3.3.3 Asuhan Kebidanan 4 Hari Postnatal

Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2022

Waktu : 10:00 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayinya tidak rewel, bergerak aktif,

menyusu kuat, BAK sering BAB 4-5 kali sehari.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Menangis kuat, menetek kuat, pergerakan aktif

2. Tanda-tanda vital

a. Suhu : 36,8ºC

b. Pernafasan : 40x/menit

c. Bunyi jantung : 138x/menit

d. Berat Badan : 3600 gram

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Lingkar kepala 34 cm, tidak terdapat Cepal

haematoom dan caput succedaneum.

b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih,

reflek glabela (+)

c. Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung

d. Telinga : Simetris dan sudah matur

270
e. Mulut : Bibir kemerahan, simetris , tidak ada

kelainan labioskizis, tidak ada kelainan

palatoskizis dan tidak ada labio

palatoskizis, reflek sucking (+), reflek

swalowing (+).

f. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.

kelenjar limfe, dan vena jugularis, tonic

neck rekflek (+), reflek rooting (+)

g. Dada : Lingkar dada 33 cm, pernapasan teratur,

tidak ada bunyi wheezing, tidak ada bunyi

ronchi, tidak ada retraksi, bunyi jantung

regular.

h. Abdomen : Terdengar bising usus, tali pusat bersih,

tidak ada distensi abdomen, tali pusat tidak

ada tanda-tanda infeksi.

i. Ekstermitas : Pergerakan bebas, tidak ada polidaktil dan

sindaktili, reflek graps (+), reflek babinsky (+)

j. Genetalia : Labia mayor sudah menutupi labia minor.

k. Kulit : Warna kulit kemerahan

C. ANALISA

By. Ny. R dengan 3 hari post natal normal


D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, terjalin baik

2. Memfasilitasi inform consent pada keluarga bahwa bayinya akan

dilakukanpemeriksaan, ibu bersedia Bayinya diperiksa

3. Memeriksa tali pusat bayi, belum lepas, bersih, sedikit kering

4. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan baik, sudah diberitahu

5. Memberikan KIE

a. Tanda bahaya bayi baru lahir, bayi tidak mau menyusu, kejang,

demam, merintih,sesak, kekuningan, ibu mengerti

b. Perawatan tali pusat, tidak dianjurkan diberikan rempah-rempah

atau betadine, ibu mengerti

6. Memberitahu ibu untuk memandikan bayinya minimal 2x sehari

dan selalu menjaga kebersihan genetalia bayi, ibu mengerti

7. Mengajarkan ibu cara menyusui yang bener dengan tangan

memegang payudara membentuk huruf C, dan areola masuk ke

mulut bayi, ibu mengerti dan dapat melakukannya

8. Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 8-28 hari kemudian,

ibu bersedia
3.3.4 Asuhan kebidanan 20 Hari Post Natal

Tanggal pengkajian : 14 November 2022

Waktu : 10.30 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan, bayinya menangis kuat, tali pusat puput 1 minggu

lebih, sudah menetek, BAB dan BAK dalam batas normal

B. DATA OBYEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Tanda-tanda vital

a. Suhu : 36,7ºC

b. Pernafasan : 40x/menit

c. Bunyi jantung : 129 x/menit

d. Berat Badan : 3800 gram

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Tidak ada kelainan

b. Mata : Konjungtiva Merah muda, Sklera putih

c. Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping Hidung

d. Dada : Pernapasan teratur 40x/menit, tidak ada

bunyi wheezing, tidak ada bunyi ronchi,

tidak ada retraksi, irama jantung regular.


e. Abdomen : Terdengar bising usus, tidak ada distensi

abdomen tali pusat tidak ada tanda-tanda

infeksi.

f. Ekstermitas : Pergerakan bebas dan aktif

g. Kulit : Warna kemerahan

C. ANALISA

By. Ny. R dengan 20 hari post natal normal

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, terjalin baik

2. Memfasilitasi informed consent pada keluarga untuk dilakukan

pemeriksaan, ibu bersedia diperiksa

3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan baik, sudah diberitahu

4. Memberikan KIE

1) Tanda bahaya bayi baru lahir seperti tidak mau menyusu, kejang,

demam, merintih,sesak nafas, warna kulit kuning, ibu mengerti

2) Bayi sesering mungkin disusukan minimal 2 jam sekali, ibu

mengerti

3) Merencanakan imunisasi BCG setelah bayi berusia 1 bulan, ibu

bersedia

5. Menjadwalkan kunjungan 28-40 hari berikutnya, ibu bersedia


3.4 Asuhan Keluarga Berencana

Tanggal : 06 Desember 2022

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Postkesdes Losari Kidul

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan. ini merupakan

kunjungan pertama. Ibu sudah memiliki anak 3. Anak pertama lahir tahun

2017, anak ke 2 lahirtahun 2020, anak terkecil berusia 42 hari, anak hidup

semua ibu sedang menyusui tidak mempunyai Riwayat penyakit jantung,

hipertensi, penyakit kuning, keputihan yang lama, pendarahan pervagina yang

tidak diketahui penyebabnya, tumor payudara. Sebelum hamilterakhir ibu ikut

KB suntik 3 bulan selama 6 bulan.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 110/80 mmHg

b) Nadi : 82x/menit

c) Respirasi : 21x/menit

d) Suhu : 36,6ºC

e) Berat Badan : 44 kg
2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak pucat, tidak ada oedema

b. Mata : Konjuntiva merah muda, seclera putih

c. Payudara : Tampak bersih, simetris, putting susu menonjol,

ASI keluar lancar, tidak ada benjolan, dimpling

sign, tidak ada nyeri tekan

d. Jantung : Bunyi irama reguler

e. Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing dan ronchi

f. Abdoment : Tidak ada massa atau pembesaran rahim

C. ASSESMENT

Ny. R umur 24 tahun akseptor baru KB suntik 3 bulan

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan terjalin

dengan baik.

2. Melakukan informed consent dilakukan pemeriksaan, ibu bersedia diperiksa

3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu senang hasil pemeriksaan baik

4. Menjelaskan keuntungan, keterbatasan KB suntik 3 bulan:

a. Keuntungan

1) Pemakaian efektif dan praktis

2) Mudah dan cepat

3) Tidak bersifat permanent

4) Tidak mengganggu hubungan suami istiri

5) Tingkat keberhasilan mencegah kehamilan tinggi


b. Keterbatasan

1) Gangguan haid

2) Meningkatnya berat badan

3) Tidak bisa melindungi dari PMS

4) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

Ibu mengerti dan mampu memahaminya.

5. Menanyakan kembali apakah ibu dapat memahaminya, ibu memahami dan

mampu menyebutkan Kembali

6. Menyiapkan alat suntik 3 bulan (Depo) seperti spuit 3 cc, obat suntik KB

Depo, dan alkoho swab, alat sudah disiapkan

7. Mempersiapkan ibu, Ibu menghadap ke kiri

8. Memberi tahu ibu akan dilakukan penyuntikan, sudah dilakukan secara IM

di 1/3 sias Bokong.

9. Merencanakan kunjungan ulang tanggal 22 Februari 2023, ibu bersedia

kembali 3 bulan yang akan dating

10. Memberikan kartu KB kunjungan ulang, Kartu KB sudah di berikan

11. Membuat dokumentasi dalam bentuk soap, sudah dilakuka


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan yang

diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, dan KB yang akan dilaksanakan

dari usia kehamilan Trimester III sampai 6 minggu Postpartum yang dimulai dari

tanggal 3 Oktober 2022 sampai 17 desember 2022 di Puskesmas Losari

Bab ini berisi mengenai pembahasan kasus yang diambil, penulis akan

membahas dengan membandingkan antara teori dan praktek dilapangan. Untuk

sistematis maka penulis membuat pembahasan dengan mengacu pada pendekatan

Asuhan Kebidanan, mengumpulkan data, menganalisa data dan melakukan

penatalaksanaan Asuhan sesuai dengan Asuhan kebidanan.

4.1 Antenatal Care

4.1.1 Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Tinggi badan ibu hamil <145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya

CPD. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau

kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan

pertumbuhan janin (17) Pada pemeriksaan Berat Badan Ny. R sebelum hamil

38 kg, pada pemeriksaan trimester III Berat Badan Ny. R 50 kg sehingga

kenaikan Berat Badan ibu selama hamil adalah 12 kg. Sedangkan untuk

Tinggi Badan Ny. R adalah 145 cm. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek.

278
4.1.2 Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan darah yang normal adalah 110/80 mmHg sampai 140/90

mmHg. Bila >140/90 mmHg, hati-hati adanya hipertensi (tekanan darah

tingi) dalam kehamilan.(17) Pada pemeriksaan tekanan darah Ny. R didapatkan

hasil normal yaitu 110/70 mmHg. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek

4.1.3 Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA)

Menurut buku KIA 2021, LILA < 23,5 cm menunjukan ibu hamil

menderita Kurang Energi Kronis (Kek).(17) Pada saat pemeriksaan antenatal

awal didapatkan hasil LILA Ny. R adalah 25 cm. Ini menunjukan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktektek.

4.1.4 Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri

Normalnya, TFU saat usia kehamilan 22-28 minggu adalah 24-25 cm, 30

minggu adalah 29,5 cm, 32 minggu adalah 30 cm, 34 minggu adalah 31 cm,

dan usia kehamilan 35 minggu akan memiliki tinggi fundus uteri sekitar 31-

32 cm.(17) hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri pada Ny. R pada usia

Kehamilan 38 minggu TFU 30 cm. Ini menunjukan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

4.1.5 Tentukan Presentasi Janin Dan DJJ

Leopod III untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah rahim

dan apakah kepala janin sudah masuk PAP atau belum. Normalnya DJJ

berkisar antara 120-160 kali per menit.(27) Pada pemeriksaan Ny. R

didapatkan hasil Leopod III presentasi kepala dan sudah masuk PAP, DJJ
135x/menit. Ini menunjukan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek

4.1.6 Skirining Status TT

Menurut buku KIA 2021, Untuk mencegah terjadinya tetanus

neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT minimal memiliki status

imunisasi TT2, agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. TT2

1 bulan setelah TT1 (3 tahun), TT3 6 bulan setelah TT2 (5 tahun), TT4 12

bulan setelah TT3 (10 tahun) dan TT5 12 bulan setelah TT4 (≥25 tahun).(15)

Pada kasus Ny. R penyuntikan imunisasi TT1 dan TT2 dilakukan pada

kehamialan anak pertama pada tahun 2017, TT3 dan TT4 dilakukan pada

kehamilan anak kedua pada tahun 2020, masa perlindungan ibu 10 tahun

sehingga pada kehamilan anak ke tiga tidak di berikan imunisasi dikarenakan

sudah mendapatkan imunisasi TT4. Pada kasus Ny. R Imunisasi TT tidak ada

kesenjangan antara teori dengan praktek

4.1.7 Pemberian Tablet FE

Menurut buku KIA 2021, Ibu hamil sejak awal kehamilan minum tablet

tambah darah satu tablet setiap hari minimal selama 90 hari. (17) Tablet tambah

darah diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual. Pada kasus Ny.

R sudah minum tablet Fe sebanyak 70 tablet (7x pemeriksaan). Penulis

menganjurkan minum tablet fe dengan menggunakan air putih pada malam

hari untuk menghindari mual. Ini menunjukan ada kesenjangan antara teori

dengan praktek.
4.1.8 Tes Laboratorium

Tes golongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila

diperlukan.(17) Tes hemoglobin untuk mengetahui apakah ibu tidak

kekurangan darah (anemia) HB normal 11gram/dl, Anemia Ringan: Hb 8

g/dL - <11 g/dl, Sedang : Hb 5 g/dl - <8 g/dl, Berat: Hb <5 g/dl. Tes urine

(air kencing) untuk mengetahui kadar protein pada ibu hamil bila tinggi

termasuk (Preeklamsia). Tes darah lainnya dilakukan sesuai indikasi seperti

malaria, HIV, Sifilis, dan lain-lain.

Ny. R sudah melakukan tes labolatorium 3 kali selama hamil dengan

hasil kadar HB terakhir tanggal 10 oktober 2022 8,9 gram% ibu dengan

anemia ringan sedangkan normal nya HB pada ibu hamil yaitu 11 gram/dl,

glukosa urine (-), protein urine (-), dan golongan darah AB, HbsAg (Non

Reaktif), Sifilis (Non Reaktif), HIV/AIDS (Non Reaktif). Dari hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan terdapat pemeriksaan haemoglobin

kurang dari batas normal. Ada kesenjangan antara teori dengan praktek

dilapangan, tetapi pasien sudah diberikan penatalaksaan sesuai dengan

kasus atau masalah yaitu dengan menganjurkan ibu mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran hijau, buah-buahan dan

pemberian suplementasi susu ibu hamil serta konsul ke dokter SPOG.

4.1.9 Tata Laksana Kasus

Menurut buku KIA 2021, tata laksana / penanganan kasus. Apabila

ditemukan masalah, segera ditangani atau dirujuk.(17) Setelah dilakukan

pemeriksaan pada Ny. R hasil pemeriksaan terdapat kesenjangan HB ibu 8,9


gram% ibu mengalami anemia sedang, telah diberikan asuhan dengan

menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi seperti hati ayam, hati sapi,

kacang-kacangan, dan memberikan tablet FE diminum 2x1 setiap hari

menggunakan Air Putih. Hal ini menunjukan tidak ada kesenjangan antra

teori dengan praktek.

4.1.10 Temu Wicara

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan,

persalinan, pencegahan kelainan bawaan, perawatan bayi baru lahir, KB dan

imunisasi pada bayi.(17) Pada kasus Ny. R Penulis sudah memberikan

konseling sesuai kebutuhan serta asuhan yang harus di berikan pada Ny. R.

Ini menunjukan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

4.2 Intranatal Care

4.2.1 Kala I

Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (pembukaan

kurang dari 4 cm) dan fase aktif (pembukaan 4- 10 cm). Fase laten biasanya

berlangsung kurang dari 8 jam dan fase aktif biasanya berlangsung dalam

waktu 6 jam.(18) Anamnesa yang dilakukan Ny. R pada tanggal 25 Oktober

2022 jam 13.30 WIB didapatkan keluhan mulas-mulas pada perut bagian

bawah menjalar ke pinggang sejak jam 10.00 WIB, sudah keluar lendir

bercampur darah dan belum keluar air-air. Ibu mengatakan pergerakan masih

aktif.
Pada kasus Ny. R memasuki Kala I Fase Aktif, Kala I ke Kala II

berlangsung selama ±3jam, kemajuan persalinan berlangsung cepat dan his

semakin adekuat. Mengingat Ny. R adalah multipara, Dilakukan pemeriksaan

umum baik dan pemeriksaan fisik dalam batas normal, tekanan darah 110/80

mmHg, Nadi 80x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36,8ºC, TFU 30 cm,

posisi punggung kiri, DJJ 129x/menit, kontraksi 3 kali dalam 10 menit

lamanya 45 detik, pemeriksaan dalam Vulva/Vagina tidak ada kelainan,

portio tipis lunak, pembukaan 7 cm, ketuban utuh, presentasi kepala,

penurunan hodge II, dan tidak ada molase. Dengan demikian dapat

disimpulkan Kala I fase Aktif pada kasus Ny. R tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek.

4.2.2 Kala II

Dimulai dari pembukaan serviks dan berakhir dengan lahirnya seorang

bayi. Proses ini berlangsung selama 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida.(18) Pada kasus Ny. R yaitu multigravida Pukul 16.00 WIB ibu

merasa mulas semakin kuat dan merasa ingin mengedan, disertai keluar air-

air. Dilakukan pemeriksaan umum baik dan pemeriksaan fisik dalam batas

normal, tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 82x/menit, pernafasan 22x/menit,

suhu 36,8ºC, TFU 30 cm, posisi Punggung kiri, DJJ 137x/menit kontraksi 5

kali dalam 10 menit lamanya 45 detik, pemeriksaan dalam vulva/vagina tidak

ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban negative

(spontan), presentasi kepala, penurunan Hodge IV, dan tidak ada molase.
Pada kasus Ny. R kala II berlangsung selama 15 menit, asuhan yang

diberikan adalah memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan dan

membantu pertolongan persalinan, setelah pembukaan lengkap, lalu

dilakukan pimpinan persalinan dimana sebelumnya ditawarkan pendamping

persalinan yaitu suami dan keluarga dengan memberikan sentuhan atau

pijatan dan motivasi serta posisi yang nyaman bagi Ny. R dalam persalinan.

Pada pukul 16.15 WIB bayi lahir spontan segera menangis, gerakan aktif dan

kulit kemerahan, jenis kelamin Laki-laki, dengan Ini menunjukan tidak ada

kesenjangan antara teori dengan praktek.

4.2.3 Kala III

Dimulai setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya plasenta. Pelepasan

plasenta biasanya berlangsung selama 5 sampai 30 menit setelah bayi lahir,

dan plasenta keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. (18) setelah

bayi lahir memastikan janin tunggal, dan melakukan manajemen aktif Kala

III, Pada Kasus Ny. R , Kala III setelah diberikan oxcytoxin terlihat adanya

tanda-tanda lepasnya plasenta, dilakukan penegangan tali pusat terkendali

ketika ada kontraksi. Jam 16:20 WIB plasenta (selaput dan kotiledon) lahir

lengkap, dilakukan massase 15 kali dalam 15 detik. Total waktu yang

dibutuhkan untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta adalah ±5 menit.

sehingga didapatkan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

4.2.4 Kala IV

Persalinan kala IV yaitu persalinan berlangsung 1-2 jam setelah plasenta

lahir, Kala IV disebut kala pengawasan karena pada kala ini ibu post partum
perlu diawasi tekanan darahnya, suhu tubuh, dan jumlah perdarahan yang

keluar melalui vagina.(18) Pada kasus Ny. R Kala IV dimulai pukul 16.35 WIB

– 18-20 WIB. Observasi yang dilakukan yaitu pemeriksaan tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36,6ºC, TFU 3 jari dibawah pusat,

kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, dan jumlah pengeluaran darah

±5 cc. 1 jam pertama dilakukan pemeriksaan 15 menit sekali dan 1 jam kedua

dilakukan pemeriksaan 30 menit sekali. Hasil observasi selama 2 jam dalam

batas normal semua hasilnya normal. Pada Kasus Ny. R Ini menunjukan tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktek.

4.3 Postpartum

4.3.1 KF 1 (6 jam - 2 hari)

Berdasarkan buku KIA tahun 2021, kunjungan nifas yang pertama

yaitu 6 jam - 2 hari setelah melahirkan asuhan yang diberikan pada KF I

yaitu mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan

perawatan penyebab lain pendarahan serta melakukan rujukan bila

pendarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu dankeluarga tentang

cara mencegah pendarahan yang disebabkan atonia uteri, pemberian ASI

awal, menjaga hubungan antara ibu dan bayi, menjaga bayi tetap sehat

melalui pencegahan hipotermi, setelah bidan melakukan pertolongan

persalinan maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan

baik(17)
Pada tanggal 25 Oktober 2022 Pukul 22.15 WIB, Ny. R dilakukan

pemeriksaan 6 jam post partum sebelum pulang. Hasil anamnesa Ny. R

sudah merasa jauh lebih Baik, ibu mengatakan sudah mampu duduk,

berjalan ke kamar mandi, BAK tanpa kesulitan, dan ASI sudah keluar.

Dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tanda-tanda vital dalam batas

normal, TFU 3 jari bawa pusat, kandung kemih kosong, lochea rubra,

pengeluaran darah normal. Ini menunjukan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

4.3.2 KF II (3-7 hari setelah persalinan)

Menurut buku KIA 2021, kunjungan nifas kedua yaitu mulai dari 3 -7

hari setelah melahirkan(16). Asuhan yang diberikan Pada KF II yaitu

memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, atau tidak ada

bau, memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat,

memastikan ibu menyusui dengan baik, personal hygiene.

Pada kasus Ny. R dilakukan KF II tanggal 29 Oktober 2022 pukul 10.00

WIB penulis melakukan kunjungan ulang 4 hari post partum ke rumah Ny. R

hasil anamnesa ibu mengatakan sudah lebih baik, sudah bisa beraktifitas

mengerjakan pekerjaan rumah, tidak ada keluhan yang dirasakan. ASI sudah

keluar banyak, ibu menyusui bayinya dengan baik, penulis melakukan

pemeriksaan didapatkan hasil tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU 3

jari dibawah pusat, pengeluaran darah normal, kandung kemih kosong, lochea

sanguinolenta, terdapat luka jahitan yang masih belum mengering dan Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi. Sehingga Tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik.

4.3.3 KF III (8-28 hari setelah persalinan)

Menurut buku KIA 2021, kunjungan nifas ketiga yaitu mulai dari 8-28

hari setelah persalian(17). Asuhan yang diberikan Pada KF III yaitu

memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, atau tidak ada

bau, memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat,

memastikan ibu menyusui dengan baik, perencanaan kontrasepsi setelah 40

hari. Kunjungan nifas 20 hari postpartum Pada kasus Ny. R tanggal 14

November 2022 pukul 10.30 WIB ke rumah Ny.R, mengatakan kondisinya

sudah jauh lebih baik pengeluaran ASI sudah lancar, bayi tidak rewel, tidak

terdapat penyulit pada ibu. Penulis melakukan pemeriksaan didapatkan hasil

tanda-tanda vital dalam batas normal, ASI keluar banyak, TFU tidak teraba,

luka jahitan perineum sudah bersih dan kering, pengeluaran lokhea alba.

Penulis menganjurkan Ny. R mendiskusikan tentang perencanaan

kontrasepsi setelah nifas 40 hari, dan mengatakan akan mendiskusikan

dengan suaminya, telah di berikan koseling macam macam Kontrasepsi.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.3.4 KF IV (29-42 hari setelah persalinan)

Menurut buku KIA 2021, kunjungan nifas keempat yaitu mulai dari 29 –

42 hari setelah persalian.(17) Asuhan yang diberikan pada KF IV yaitu

memberikan konseling KB secara dini dan menanyakan Hal-hal yang


menyulitkan ibu selama masa nifas. Pada saat kunjungan 42 hari tanggal 06

Desember 2022.

Penulis memberikan informasi tentang macam-macam alat kontrasepsi.

Ny R sudah mempunyai rencana memakai KB suntik 3 bulan karena menurut

Ny R paling efektif, Penatalaksanaan yang dilakukan pada kunjungan ke

empat ini yaitu menjelaskan tentang KB suntik 3 bulan, cara kerja,

keuntungan, dan kerugiannya.

Ini menunjukan bahwa teori dengan kasus tidak ada kesenjangan karena

Ny R sudah berencana akan memakai KB suntik 3 bulan. Selama kunjungan

ibu tidak ada keluhan dan proses nifas berjalan dengan baik sesuai teori.

Kondisi psikologis ibu pun normal tidak ada masalah. Penyuluhan yang telah

diberikan dilaksanakan ibu dengan sebaik mungkin.

Ini menunjukkan kesesuaian antara pelaksanaan pada teori dan kasus

nyata. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan

keluarga. Sehingga hasil pada kasus Ny. Y tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktek

4.4 Neonatus

4.4.1 Asuhan (0-6 jam setelah lahir)

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan 37-40 minggu dan

dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.(21) Pada tanggal 25 Oktober 2022

pukul 16.15 WIB bayi Ny. R lahir spontan segera menangis, warna kulit

kemerahan, jenis kelamin laki-laki.


Asuhan yang diberikan yaitu mengeringkan bayi dengan handuk yang

sudah disediakan diatas perut ibu, bayi sudah dikeringkan dari mulai muka,

kepala dan bagian tubuh lainnya, mengganti kain dengan yang bersih dan

kering kemudian melakukan jepit- jepit potong dan mengikat talipusat.

Setelah itu melakukan asuhan bayi baru lahir diantaranya melakukan

pemantauan, pencegahan hipotermi, kemudian melakukan IMD. Setelah

IMD, penulis melakukan pengukuran pada bayi didapatkan hasil lingkar

kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm, Panjang badan 51 cm, dan penimbangan

bayi didaptkan berat badan 3570 gram. Kemudian penulis melakukan

pemberian salep mata erythromycin 0,5% dan injeksi vit K 1 mg, setelah itu

menjaga kehangatan bayi dengan cara bayi di bedong. Sehingga Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

4.4.2 KN I (6-48 Jam setelah lahir)


(17)
Menurut buku KIA KN 1 yaitu 6 jam-48 jam setelah lahir Asuhan

yang diberikan pada KN I yaitu mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap

hangat, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi, konseling mengenaijaga

kehangatan, pemberian ASI, tanda bahaya BBL.

Pada kasus bayi Ny. R dilakukan pemeriksaan 6 jam postnatal hasil

pemeriksaan tanggal 25 Oktober 2022. pukul 22.15 WIB adalah kulit

kemerahan, tonus otot aktif. Menetek kuat, laju jantung 138x/menit,

pernafasan 58 x/menit. Suhu 36,6°C, dilakukan pemeriksaan fisik tidak ada

kelainan kongenital, tali pusat bersih, tidak ada tanda infeksi dan perdarahan,

sudah BAK dan BAB. Asuhan yang diberikan berupa konseling menjaga
kehangatan bayi, konseling tanda bahaya seperti hipotermi, sesak nafas,

ikterus, tali pusat bernanah, kejang, tidak mau menyusu, pemberian ASI

ondemand dan ASI ekslusif, perawatan tali pusat, serta diberikan imunisasi

HB0. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

4.4.3 KN II (3-7 hari setelah lahir)

KN II yaitu 3-7 hari setelah lahir (17). Asuhan yang diberikan pada KN II

yaitu pemeriksaan fisik, menjaga kehangatan, menjaga tali pusat dalam

keadaan bersih dan kering, konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan ASI ekslusif dan mengajarkan tehnik menyusui yang benar.

Pada tanggal 25 Oktober 2022 jam 10.00 WIB Penulis melakukan

kunjungan ulang 4 hari postnatal kerumah Ny. R. didapatkan hasil anamnesa

bayi tidak ada keluhan, sehat, aktif, dan menghisap putting susu dengan kuat.

Tanda-tanda vital: laju jantung 138x/menit, pernafasan 40x/menit, suhu

36,8°C, Serta dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil tidak ada tanda-

tanda infeksi disekitar tali pusat, BAB dan BAK sudah lancar dan tidak ada

tanda-tanda bahaya. Ibu dapat merawat bayinya dengan baik dan menyusui

ASI sesuai dengan kebutuhan dibantu oleh keluarga, ibu bersedia

mempraktikan tehnik menyusui yang benar. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktek.

4.4.1 KN III (8-28 hari setelah lahir)


KN II yaitu 8-28 hari setelah lahir(17). Asuhan yang diberikan pada KN

III yaitu pemeriksaan fisik, menjaga kehangatan, memastikan pemberian

ASI minimal 10-15 kali dalam 24 jam, memberikan konseling tentang

pemberian imunisasi BCG pada bayi.


Pada tanggal 14 November 2022 jam 10.00 WIB. Penulis melakukan

kunjungan ulang 20 hari postnatal, didapatkan hasil anamnesa bayi tidak ada

keluhan, sehat, dan aktif. Tonus otot aktif, warna kulit kemerahan, menetek

kuat, pernafasan 32x/menit, laju jantung 129x/menit, suhu 36,7°C.

Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan atau masalah, tidak ada ikterus dan

infeksi, BAK dan BAB lancar, refleks-refleks pada bayi normal. Ibu dan

keluarga sudah diberikan konseling sesuai dengan keluhan dan kebutuhan

bayi. Sudah direncanakan kunjungan ulang untuk imunisasi BCG dan Ny.R

bersedia datang ke Posyandu maupun di BPM. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

4.5 Keluarga Berencana

4.5.1 Kontrasepsi

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur banyaknya jumlah

kelahiran sehingga ibu maupun bayinya dan ayah serta keluarga yang

bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari

kelahiran tersebut. Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan

ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagiadan sejahtera. (25).

Penggunaan kontrasepsi pada Ny Y sudah sesuai teori.

Ibu mennetukan pilihan menggunakan kontrasepsi suntik Depo progestin

3 bulan, dikarenakan ibu merasa cocok dengan kontrasepsi suntik 3 bulan,

serta tidak mengganggu produksi ASI untuk ibu yang sedang menyusui. Ibu

sudah mengetahui tentang efektivitas, efeksamping dan tentang kunjungan

ulang sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas,

neonatus dan keluarga berencana di Puskesmas PONED Losari pada Ny R dengan

menggunakan manajemen kebidanan Varney dan pendokumentasian SOAP, maka

penulis dapat mengambil kesimpulkan sebagai berikut :

1. Asuhan kebidanan pada Ny. R selama kehamilan berjalan normal sudah

dilakukan sesuai kebutuhan, teori, kewenangan bidan dan sudah memenuhi

standar 10T

2. Asuhan kebidanan pada Ny. R selama persalinan normal sudah diberikan

sesuai dengan standar persalinan normal yaitu dengan 60 langkah APN.

3. Asuhan kebidanan pada Ny. R selama nifas normal sudah diberikan sesuai

dengan standar asuhan masa nifas.

4. Asuhan kebidanan pada bayi Ny. R sudah diberikan sesuai dengan standar

asuhan pelayanan pada bayi. Hasil pemeriksaan tidak ada kelainan.

5. Asuhan kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. R sudah diberikan sesuai

standar pelayanan KB, Ny Rbersedia memakai KB suntik 3 Bulan

292
DAFTAR PUSTAKA

1. Natalia, M. Analis Faktor yang berhubungan dengan demand Aas

Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Provinsi Banten. JIP-Jurnal

Inovasi Penelitian. Vol.2,No.2, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. 2019

2. Rosyida, D. Buku Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Yogyakarta:

Pustaka Baru. 2023

3. Febriani, D. Asuhan Kebidanan Pada Ny. I Umur 35 Tahun Dengan

Kehamilan Tua Indonesian. Journal of Health Science Volume 2

No.2022

4. Nisa, R. Article Hubungan Beberapa Faktor dengan Kehamilan Tidak

Diinginkan di Indonesia Tahun 2017 (Analisis Data Sekunder SDKI

Tahun 2017). jurnal riset kesehatan Masyarakat. Universitas

Diponegoro. 2017

5. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta:

Kemenkes RI. 2022

6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun

2021. Bandung: Dinkes Jabar. 2022

7. Dinas Kesehatan Kab. Cirebon. Profil kesehatan kab cirebon tahun 2021.

Cirebon:Dinkes Cirebon. 2022

8. Puskesmas Losari Kabupaten Cirebon. Data Angka Kematian Ibu dan Bayi

Tahun 2021
9. Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2016

10. Walyuni, Elisabet Siwi. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press. 2021

11. Andaruni, N. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Tanda-Tanda Bahaya

Kehamilan Trimester I di Puskesmas Karang Pule: Midwifery Journal

Vol2.No2. UM.Mataram. 2017

12. Susanto, A. Asuhan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru. 2017

13. Kemenkes RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI 2021

14. Ilmi, Indriani. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dan BBL. Yogyakarta:

Gosyen Publishing. 2023

15. Walyani, Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL. Yogyakarta:

PustakaBaruPress. 2021

16. Walyani, Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui.

Yogyakarta: Pustaka Baru 2022

17. Indriani, Sulfianti. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Medan: Yayasan Kita

Menulis. 2020

18. Wilyani, Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui.

Yogyakarta: Pustaka Baru. 2022

19. Azizah, Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Sidoarjo:

UMSIDA Press. 2019

20. Wahyuni, D. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta: Kemenkes RI

2018
21. Dewi, Vivian. Asuhan Neonatus Dan Anak Balita. Jakarta: salemba medika.

2016

22. Maternity, Dainty . Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, Dan Anak. Yogyakarta:

Penerbit Andi. 2018

23. Damayanti, Nurdiyanah. Asuhan kebidanan Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas,

BBL, dan KB. Purbalingga: Eureka Medika Asara. 2022

24. Kemenkes RI. Modul asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Pra-

sekolah. Palangkaraya: Poltekes Kemenkes RI Palangka Raya. 2019

25. Sinta, Lusiana. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita.

Sidoarjo: Pindomedia Pustaka. 2019

26. Nadia, Rahayu. KesehataReproduksi Dan Keluarga Berencana (KB).

Yogyakarta : Gosyen Publishing. 2021

27. Matahari, R Buku Ajar Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Yogyakarta :

Pustaka Ilmu. 2018

28. Jitowiyono, Keluarga Berencana (KB) Dalam Perspektif Bidan. Yogyakarta :

PT. PUSTAKABARU. 2019

29. Surtinah, Nani. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Magetan : Prodi

Kebidanan Magetan. 2019

30. Undang-undang RI No. 4. Tahun 2019. Tentang Kebidanan. 2019


LAMPIRAN
311

Anda mungkin juga menyukai