Anda di halaman 1dari 338

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

H G2P1A0
DI PONED PUSKESMAS GEGESIK
KABUPATEN CIREBON
TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :
DEWI RATNASARI
4501.0318.A.002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2022
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. H G2P1A0
DI PONED PUSKESMAS GEGESIK
KABUPATEN CIREBON
TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH :
DEWI RATNASARI
4501.0318.A.002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.


H G2P1A0 DI PONED PUSKESMAS GEGESIK
KABUPATEN CIREBON TAHUN 2021
PENYUSUN : DEWI RATNASARI
NIM : 4501.0318.A.002

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji KTI

Program Studi D III Kebidanan STIKes Cirebon guna memenuhi sebagian

syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Pada Selasa, 26 Juli 2022

Pembimbing Akademik

Rif’atun Nisa, M. Tr. Keb

Penguji I Penguji II

Dewi Yuliani, S. ST Agi Yulia Ria Dini, M. Tr. Keb

Menyetujui,

Ketua Program Studi D III Kebidanan

Iis, S. ST. M. Kes

iii
PERNYATAAN

1. Karya tulis saya, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademik (diploma), baik dari STIKes Cirebon maupun perguruan tinggi

lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah pengarang dan

dicantumkan dalam daftar Pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabilla di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku diperguruan tinggi ini.

Cirebon, 26 Juli 2022

Yang membuat pernyataan,

Materai
Rp 10.000,00

(Dewi Ratnasari)
NIM. 4501.0318.A.002

iv
ABSTRAK

Kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas merupakan proses


fisiologis yang akan dialami oleh setiap wanita yang sudah di atas usia atau
pubertas, selama masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas, tidak
menutupi komplikasi yang akan menyebabkan kematian ibu dan bayi. Oleh karena
itu bidan atau tenaga kesehatan wajib melakukan deteksi dini terhadap ibu hamil,
persalinan, bayi baru lahir dan nifas.
Pengelolaan asuhan kebidanan dilakukan pada ibu hamil, persalinan, bayi
baru lahir dan nifas di Ny. H, dengan menggunakan metode dokumentasi SOAP.
Pada saat hamil Ny. H mengalami keluhan diperut bagian bawah dan
nyeri, hal ini merupakan keluhan fisiologis yang dialami ibu hamil. Masa
peralihan berjalan normal. Hal ini terjadi karena adanya observasi dan Tindakan
serta asuhan yang tepat dari awal persalinan hingga janin dapat lahir. Proses nifas
Ny. H secara keseluruhan berjalan dengan normal tanpa adanya masalah berarti.
Pada Ny. H bayi baru lahir spontan segera menangis, warna kulit kemerahan,
tonus otot aktif.
Dengan demikian, asuhan kebidanan yang berkualitas diterapkan. Asuhan
yang diberikan bidan tenaga kesehatan diharapkan dapat bermanfaat untuk
identifikasi dini ada tidaknya komplikasi pada ibu hamil, persalinan, bayi baru
lahir, nifas dan keluarga berencana untuk mencegah kematian ibu dan bayi

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Komprehensif


Daftar Pustaka : 18 buku, 8 jurnal dan 10 website (2014 - 2022)

v
ABSTRACT

Pregnancy, childbirth, newborn and postpartum are physiological


processes that will be experienced by every woman who is above the age or
puberty, during pregnancy, childbirth, newborn and postpartum, it does not cover
complications that will cause maternal and infant death. Therefore, midwive or
paramedic are required to carry out early detection of pregnant women,
childbirth, newborn and the postpartum period.

The management of midwifery care is carried out on pregnant women,


childbirth, newborn and postpartum in Ny. H, using the SOAP documentation
method.

At the time of pregnancy Mrs. H experienced complaints in the lower


abdomen and pain, this is a physiological complaint experienced by pregnant
women. The transition period is normal. This happens because of observation and
appropriate action and care from the beginning of childbirth until the fetus can be
born. The postpartum process Mrs. H overall runs normally without any major
problems. On Mrs. H spontaneous newborn cry immediately, skin color is
reddish, muscle tone is active.

Thus, quality midwifery care is implemented. The care provided by


midwive is expected to be useful for early identification of the presence or
absence of complication in pregnant women, childbirth, newborn, postpartum and
family planning to prevent maternal and infant mortality.

Keywords : Comprehensive, Midwifery Care


Bibliography : 18 books, 8 journals and 10 websites (2014 - 2022)

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Segala rasa syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang selalu

memberikan keikmatan dan keindahan disetiap jalan yang saya lalui atas kuasa

dan jalannya saya persembahkan karya kecil saya untuk orang-orang yang saya

sayangi.

1. Terimakasih kepada kedua orang tua saya (Ibu Sukenih dan Ayah Castim).

Segala perjuangan saya hingga titik ini saya persembahkan pada dua orang

paling berharga dalam hidup saya. Hidup menjadi begitu mudah dan lancar

ketika kita memiliki orang tua yang lebih memahami kita daripada diri kita

sendiri. Terima kasih telah menjadi orang tua yang sempurna.

2. Terimakasih saya ucapkan untuk Adikku tercinta Resty safitri dan

Muhammad Ferdiansyah Saputra untuk do’a dan dukungannya.

3. Terimakasih untuk Ibu Iis, SST. M. Kes selaku Ketua Program Studi DIII

Kebidanan atas arahan, dukungan serta motivasi yang diberikan.

4. Terimakasih untuk Ibu Rif’atun Nisa, M. Tr. Keb selaku pembimbing

akademik atas bimbingan dan waktunya sampai saat ini saya mampu

menyelesaikan tugas akhir saya dengan penuh kesan, pelajaran, manfaat yang

baik secara moral dan teori dalam akademik maupun kehidupan.

5. Terimakasih untuk Ibu Dewi Yuliani, SST selaku Pembimbing Lapangan atas

kelapangan dadanya untuk mengizinkan saya belajar dan menimba ilmu

dengan waktu yang singkat namun penuh dengan manfaat dan pembelajaran

yang sangat berharga.

vii
6. Terimakasih kepada teman sejawat yang dimanah sudah saling membantu

selama 3 tahun ini, ikut serta memberikan dukungan dalam menyelesaikan

tugas akhir saya.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT

yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA NY. H G2P1A0 DI PONED PUSKESMAS

GEGESIK KABUPATEN CIREBON TAHUN 2021”.

Terselesaikan tugas ini tidak terlepas juga mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan moril

maupun materil, untuk itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan

terimakasih kepada:

1. H. M. Firman Ismana, MM., selaku Ketua YASRI Indonesia.

2. Dr. Awis Hamid Dani. ST, M. MPd., selaku Ketua STIKes Cirebon.

3. Iis, S. ST. M. Kes, selaku ketua program studi Diploma III Kebidanan

kebidanan.

4. Rif’atun Nisa, M. Tr. Keb, selaku pembimbing akademik.

5. Dewi Yuliani, S. ST, selaku pembimbing lapangan dan Penguji I.

6. Agi Yulia Ria Dini, M. Tr. Keb, selaku Penguji II.

7. Seluruh Staff Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Cirebon dan

seluruh Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Cirebon

yang telah memberikan ilmunya serta membantu proses dalam penyusunan

Proposal ini.

ix
8. Untuk kedua Orang Tua dan Keluarga tercinta karena atas doa mereka

sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal ini.

9. Untuk teman-teman seperjuangan Program Studi Diploma III Kebidanan

STIKes Cirebon.

10. Seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi pada penyusunan

Proposal ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari ada kekurangan pada Proposal ini. Oleh sebab itu, saran

dan kritik yang membangun untuk perbaikan proposal ini.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Cirebon, 26 Juli 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUARHALAMAN SAMPUL DALAMLEMBAR

PENGESAHANPERNYATAANABSTRACT....................................................vi

LEMBAR PERSEMBAHANKATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR

GAMBARDAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Ruang Lingkup

1.5 Metode Pengumpulan Data

1.6 Sistematika Penulisan14

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori Medis16

2.1.1 KehamilanPersalinan

2.1.2 Bayi baru lahir

2.1.3 Nifas

2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan220

2.2.1 Dokumentasi SOAP kebidanan

2.3 Landasan Hukum dan Kewenangan BidanKewenangan Bidan

2.3.1 Standar Pelayanan BidanBAB III TINJAUAN KASUS............235

BAB IV PEMBAHASAN

xi
4.1 Kehamilan................................................................................................290

4.1.1 Tinggi Badan dan Berat badan.....................................................290

4.1.2 Tekanan Darah.............................................................................291

4.1.3 Pengukuran Lingkar Lengan Atas................................................291

4.1.4 Pengukuran Tinggi Fundus Uteri.................................................292

4.1.5 Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT).....................292

4.1.6 Tablet Tambah Darah...................................................................292

4.1.7 Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)......293

4.1.8 Pemeriksaan Hb...........................................................................293

4.1.9 Pemeriksaan Protein Urin............................................................294

4.1.10 Pengambilan Darah untuk Pemeriksaan VDRL...........................294

4.1.11 Pemeriksaan Reduksi Urin...........................................................294

4.1.12 Pelaksanaan Temu Wicara/Konseling..........................................295

4.2 Persalinan.................................................................................................295

4.2.1 Kala I............................................................................................295

4.2.2 Kala II...........................................................................................297

4.2.3 Kala III.........................................................................................298

4.2.4 Kala IV.........................................................................................298

4.3 Bayi Baru Lahir........................................................................................299

4.3.1 Bayi Baru Lahir............................................................................300

4.3.2 Kunjungan 6 Jam Post Natal (KN 1)............................................301

4.3.3 Kunjungan 3 Hari Post Natal (KN 2)...........................................301

4.3.4 Kunjungan 14 Hari Post Natal (KN 3).........................................302

xii
4.4 Nifas.........................................................................................................302

4.4.1 Kunjungan 6-48 Jam Post Partum (KF I).....................................304

4.4.2 Kunjungan 3-7 hari Post Partum (KF II)......................................305

4.4.3 Kunjungan 8-28 hari Post Partum (KF III)..................................305

4.4.4 Kunjungan 29-42 hari Post Partum (KF IV)................................306

4.5 Keluarga Berencana.................................................................................307

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan..................................................................................................309

5.2 Saran.........................................................................................................311

xiii
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Ovum dan Sperma

2. Gambar 2.2 Pembelahan Zigot

xiv
DAFTAR TABEL

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Makin tinggi angka

kematian ibu dan bayi di suatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat

kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan karena ibu hamil dan

bayi merupakan kelompok rentan yang memerlukan pelayanan Kesehatan

yang maksimal dari petugas kesehatan.(1)

Tingginya angka kematian ibu di beberapa daerah dunia

mencerminkan ketidaksetaraan dalam akses layanan kesehatan dan

menyoroti kesenjangan antara kaya dan miskin. Hampir semua kematian ibu

(94%) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah dan

hampir dua pertiga (65%) terjadi di wilayah Afrika. Menurut World Health

Organization (WHO) pada tahun 2019 Angka Kematian Ibu (AKI) dalam

kehamilan, persalinan, dan masa nifas di dunia mencapai 586.000 jiwa

setiap tahun. Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara-negara

berkembang. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua

kematian ibu adalah pendarahan hebat (kebanyakan pendarahan setelah

melahirkan), infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi

selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari

persalinan aborsi yang tidak aman, sisanya disebabkan oleh infeksi seperti

1
2

malaria atau terkait dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung dan

diabetes.(2)

Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2020

berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

menunjukkan 4.627 kematian. Jumlah ini menunjukkan peningkatan

dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan

penyebabnya, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh

perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak

1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus.(3)

Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat tahun 2020 sebanyak 416

kasus, jumlah kasus kematian ini hampir sama dengan tahun 2019 yaitu

sebanyak 417 kasus, namun pada tahun 2020 ini masih cenderung ada

kenaikan karena belum semua kabupaten/kota melaporkan kematian ibu.

Penyebab kematian ibu masih didominasi oleh Perdarahan 28% dan

Hipertensi 29%, meskipun penyebab lain-lain juga masih tinggi yaitu 24%.
(4)

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Cirebon tahun 2020 jumlah

kematian ibu sebanyak 40 ibu dari 47.530 kelahiran hidup dengan penyebab

Hipertensi dalam kehamilan 13 kasus (32,5 %) perdarahan 7 kasus (17,5 %),

3 kasus infeksi (7,5 %), gangguan sistem peredaran darah 3 kasus (7,5 %)

dan lain-lain 14 kasus (35 %).(5)

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 Angka

Kematian Bayi (AKB) 19 per 1.000 KH. Penyebab kematian bayi pada
3

tahun 2019 adalah kelahiran prematur / BBLR, komplikasi terkait persalinan

(asfiksia lahir atau sesak napas saat lahir), infeksi dan cacat lahir.(6)

Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun

2020 berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dari

28.158 kematian balita, 72,0% (20.266 kematian) diantaranya terjadi pada

masa neonatus. Dari seluruh kematian neonatus yang dilaporkan, 72,0%

(20.266 kematian) terjadi pada usia 0-28 hari. Sementara, 19,1% (5.386

kematian) terjadi pada usia 29 hari-11 bulan dan 9,9% (2.506 kematian)

terjadi pada usia 12-59 bulan. Pada tahun 2020, penyebab kematian neonatal

terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR) 35,2%. Penyebab

kematian lainnya di antaranya asfiksia 27,4%, infeksi 3,4%, kelainan

kongenital 11,4%, tetanus neonatorium 0,3%, Covid-19 0,0% dan lainnya

22,5%.(3)

Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Barat tahun 2020 sebanyak

1.649 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2019 pada periode yang sama

yaitu sebanyak 1.575 kasus. Proporsi kematian bayi 81% adalah kematian

neonatal, 19% adalah kematian post neonatal (29 hari-11 bulan). Penyebab

kematian neonatal tertinggi BBLR 42% dan Asfiksia 29%. Sedangkan pada

post neo, tertinggi akibat penyebab lain-lain 60% dan pneumonia 23%.(4)

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Cirebon tahun 2020

jumlah kematian bayi yang terlaporkan sebanyak 134 terdiri dari 124 kasus

kematian neonatal (bayi usia 0-28 hari) dan kematian post neonatal (bayi

usia 29 hari-11 bulan) sebanyak 10 kasus. Jika dibandingkan dengan jumlah


4

kelahiran hidup sebanyak 47.530 maka kematian bayi per 1.000 kelahiran

hidup adalah 2,82 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal

tertinggi adalah BBLR sebanyak 51 kasus (41,1 %), Asfiksia 40 kasus (32,3

%), kelainan kongenital 12 kasus (9,68 %), Sepsis 2 kasus (1,6 %) dan lain-

lain 19 kasus (15,32 %). Sedangkan penyebab kematian pada post neonatal

karena Diare 3 kasus (30,0 %), Pneumonia sebanyak 1 kasus (10,0 %), dan

penyeban lain-lain 6 kasus (60,0 %).(5)

Upaya pemerintah dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB

pada dasarnya telah dilakukan sejak dulu yang dimulai dari intervensi

strategis “empat pilar save motherhood”. Program keluarga berencana

sebagai pilar utama telah dianggap berhasil, namun untuk mendukung upaya

mempercepat penurunan AKI perlu penajaman sasaran. Pada saat ini banyak

upaya yang juga dilaksanakan untuk ikut serta dalam menurunkan AKI dan

AKB di Indonesia antara lain melalui penempatan bidan di desa,

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas serta

Perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

(PONEK) di rumah sakit. Namun upaya ini masih belum mendapatkan hasil

yang maksimal yang dapat menurunkan AKI dan AKB sampai dengan saat

ini. Buku KIA adalah salah satu dari program pemerintah untuk

memberikan edukasi secara langsung kepada ibu yang berisi informasi dan
5

edukasi seputar kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir hingga usia

anak 5 tahun.(7)

Adapun target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun

2030 adalah AKI mencapai 70/100.000 KH, sedangkan AKB 12/1000 KH.

Bidan sebagai salah satu profesi tertua di dunia memiliki peran sangat

penting dan strategis dalam penurunan AKI dan AKB serta persiapan

generasi penerus bangsa yang berkualitas, melalui pelayanan kebidanan

yang bermutu dan berkesinambungan. Sustainable Development Goals

(SDGs) berisi 17 tujuan dan 169 target. Pada tujuan ketiga yaitu menjamin

kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di

segala usia dengan salah satu target mengurangi AKI dan AKB.(8)

Proses permulaan kehamilan terjadi karena adanya spermatozoa,

ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi.

Bila di hitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya janin, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Sedangkan kehamilan terbagi dalam 3

Trimester, di mana Trimester I berlangsung dalam 12 minggu, Trimester II

15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), Trimester III 13 minggu (minggu

ke-28 hingga ke-40).(9)

Ibu hamil akan mengalami perubahan anatomi dan fisiologi selama

hamil, perubahan tersebut bertujuan untuk menunjang kehidupan baik ibu

maupun janin yang ada di dalam rahim, untuk memenuhi tuntutan metabolik

akibat kehamilan serta menyediakan kebutuhan pertumbuhan dan


6

perkembangan janin. Ibu hamil juga mengalami perubahan psikologis,

seperti : kekecewaan, penolakan, kecemasan, kesedihan dan ketakutan.

Perubahan anatomi, fisiologi dan psikologis dipengaruhi oleh hormon pada

ibu hamil.(10)

Perubahan yang timbul selama hamil dikenal juga dengan tanda

kehamilan, ada 3 kategori pertama tanda tidak pasti (presumtif) yaitu

perubahan yang dirasakan Wanita seperti : amenorhea, mual, muntah, lelah,

pingsan, perubahan payudara. Kedua, tanda kemungkinan kehamilan

(dugaan hamil) seperti : tanda hegar, tanda gododel’s, tanda chadwick,

pemeriksaan tes biologis kehamilan. Ketiga, tanda pasti kehamilan seperti :

terdengar denyut jantung janin, Gerakan janin dalam rahim, terlihat bagian-

bagian janin pada pemeriksaan ultrasonografi (USG). Asuhan kehamilan

yang merupakan peran penting dalam mencegah terjadinya komplikasi pada

masa kehamilan, persalinan hingga nifas yang dilakukan petugas kesehatan

guna untuk mencegah indikasi lebih lanjut pada ibu hamil.(11)

Setelah melewati proses kehamilan, ibu hamil akan mengalami proses

persalinan. Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui

vagina secara spontan. Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih

peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi

dilahirkan. Adapun tahapan dari persalinan terdiri dari 4 tahapan yaitu kala I

(dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi

serviks lengkap), kala II (tahap di mana janin diahirkan), kala III


7

(berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir), kalal IV (berlangsung

kira-kira dua jam setelah plasenta lahir).(12)

Pada saat bayi dan plasenta telah dilahirkan, ibu akan masuk masa

nifas. Masa nifas (puerperium) merupakan masa dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum

hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ±40 hari. Asuhan kebidanan

pada masa nifas terdiri dari pemantauan dan pemeriksaan. Materi

pemeriksaan antara lain mengukur suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah,

memeriksa payudara, mengkaji involusi uteri, memantau lochea. Pentingnya

tindakan untuk melakukan asuhan pada masa nifas karena masa ini masih

memiliki risiko mengalami perdarahan atau infeksi dalam 24 jam pertama

postpartum yang dapat mengakibatkan kematian ibu. Melalui tindakan ini

diharapkan kebutuhan ibu dan bayi terpenuhi melalui penyelenggaraan

pelayanan pasca persalinan yang berkualiltas melalui asuhan masa nifas.(13)

Selain memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas ada bayi baru

lahir yang juga membutuhkan asuhan kebidanan. Bayi baru lahir disebut

juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru

saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir

normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dan

beratnya 2.500 – 4.000 gram. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi

baru lahir seperti : memotong tali pusat, mempertahankan suhu tubuh dan

mencegah hipotermia. Tahapan pada bayi baru lahir ada 3 tahapan yaitu
8

tahapan I (terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama

kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring APGAR untuk fisik dan

scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu), tahapan II (disebut juga tahapan

transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam

pertama terhadap adanya perubahan perilaku), tahapan III (disebut tahap

periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi

pemeriksaan seluruh tubuh).(14)

Setelah melewati masa nifas yang berlangsung selama 6 minggu atau

±40 hari. Bidan atau tenaga kesehatan harus tetap melanjutkan asuhan

kebidanan yaitu KB pascapersalinan. Keluarga berencana adalah usaha

untuk mengatur banyaknya jumlah kelahiran sehingga ibu, bayi, ayah dan

keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai

akibat langsung dari kelahiran tersebut. Keluarga berencana merupakan

program pemerintah yang bertujuan menyeimbangkan antara kebutuhan dan

jumlah penduduk.(15)

Dalam memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan

berkesinambungan, bidan harus memahami falsafah, kode etik, dan regulasi

yang terkait dengan praktik kebidanan. Berdasarkan Pasal 46 Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan bahwa dalam

menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan memberikan pelayanan

meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, serta pelaksanaan

tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan / atau pelaksanaan tugas


9

dalam keadaan keterbatasan tertentu, dan dalam Pasal 47 mengatakan Bidan

dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan

kebidanan, penyuluh dan konselor, pendidik, pembimbing, dan fasilitator

klinik, penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan

dan/atau peneliti dalam penyelenggaraan praktik kebidanan.(16)

Standar pelayanan Antenatal Care di PONED Puskesmas Gegesik

Kabupaten Cirebon menggunakan standar 10 T yaitu penimbangan berat

badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran

lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri),

penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus sesuai

status imunisasi, pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan, penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),

pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk KB pasca persalinan), pelayanan tes laboratorium

sederhana, minimal tes haemoglobin darah (HB), pemeriksaan protein urin

dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan

sebelumnya), tatalaksana kasus sesuai indikasi.(17)

Sedangkan standar minimal kunjungan asuhan kehamilan untuk

menerima manfaat yang maksimal, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan

kunjungan minimal 6 kali selama kehamilan 2 kali pada Trimester I, 1 kali

Trimester II dan 3 kali pada Trimester III. 4 kali pemeriksaan dengan Bidan

dan 2 kali pemeriksaan dengan dokter spesialis kandungan.(35)


10

Selama melakukan kunjungan antenatal, ibu hamil akan mendapatkan

serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya ada tidaknya berbagai

kemungkinan penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang

mungkin dapat mengganggu kualitas kehamilan.(9)

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan

komprehensif pada “Ny. H” selama masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir, pemilihan alat kontrasepsi Serta dilakukan pendokumentasian

menggunakan metode SOAP dengan judul “Bagaimana Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny. H G2P1A0 di PONED Puskesmas Gegesik

Kabupaten Cirebon Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah

adalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny. H G 2P1A0 di

PONED Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon Tahun 2021?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan komprehensif Ny. H G2P1A0 di

PONED Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Memberikan asuhan kehamilan Ny. H G2P1A0 di PONED

Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon Tahun 2021.


11

2. Memberikan asuhan persalinan Ny. H G 2P1A0 di PONED

Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon Tahun 2021.

3. Memberikan asuhan Bayi Baru Lahir pada bayi Ny. H di

PONED Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon Tahun 2021.

4. Memberikan asuhan nifas pada Ny. H P2A0 di PONED

Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon Tahun 2021.

5. Memberikan asuhan Keluarga Berencana (KB) pada Ny. H P 2A0

di PONED Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon Tahun 2021.

6. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan dengan metode

SOAP yang telah diberikan Ny. H G 2P1A0 di PONED

Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon Tahun 2021.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran pada asuhan komprehensif ini adalah ibu hamil Trimester

III.

1.4.2 Tempat

Pelaksanaan asuhan komprehensif dilakukan di PONED Puskesmas

Gegesik Kabupaten Cirebon.

1.4.3 Waktu

Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan pada

bulan Oktober - Desember 2021.


12

1.4.4 Manfaat

1.4.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

menambah wawasan pengetahuan dan dapat digunakan proses

pembelajaran mengenai asuhan kebidanan secara komprehensif.

1.4.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa

Dijadikan sebagai wawasan dan ilmu pengetahuan dalam

praktek memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana

(KB).

2. Bagi Bidan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan standar asuhan

kebidanan yang berkualitas dalam memberikan asuhan

kebidanan.

3. Bagi Pasien

Mendapatkan pelayanan kebidanan yang baik dan sesuai

harapan pasien dengan asuhan kebidanan pada kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana

(KB).
13

4. Lahan Praktek

Dapat dijadikan tolak ukur, tambahan informasi dan

pengetahuan tentang bagaimana cara untuk memberikan

pelayanan yang lebih menyeluruh dan terbaru untuk

tercapainya kualitas pelayanan.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam pembuatan Proposal ini menggunakan berbagai pengumpulan data,

antara lain :

1.5.1 Studi Kasus

Mempelajari buku-buku dari berbagai sumber untuk mendapatkan dasar-

dasar ilmiah yang berhubungan dengan penulisan studi kasus.

1.5.2 Anamnesa

Dalam penulisan Proposal ini mendapatkan data yang akurat langsung

dari pasien dan keluarganya dengan menggunakan anamnesa /

wawancara agar terjalin hubungan yang lebih baik.

1.5.3 Observasi

Observasi adalah tindakan teknik dimana pengumpulan data dengan cara

penulisan melakukan observasi dan pemeriksaan fisik dan tindakan

secara langsung kepada klien untuk mendapatkan data objektif.

1.5.4 Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan head to toe atau pemeriksaan yang dilakukan

dari ujung kepala hingga kaki.

1.5.5 Pemeriksaan Penunjang


14

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan golongan darah,

hemoglobin, protein urin, glukosa urin dan VCT.

1.5.6 Intervensi

Melakukan tindakan asuhan kebidanan yang komprehensif dan

berkesinambungan sesuai dengan standar asuhan kebidanan.

1.5.7 Dokumentasi

Melakukan pendokumentasian dari data yang diperoleh serta yang

dilakukan yaitu hasil pemeriksaan dan menyalin data sehingga dapat

dijadikan sebagai bentuk SOAP.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai pendahuluan yang meliputi latar

belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat,

metode memperoleh data dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teori Medis, tinjauan teori manajemen kebidanan dan

landasan hukum kewenangan bidan.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Berisi tentang asuhan kebidanan komprehensif dimulai dari

pengkajian, interpretasi data, diagnosa, potensial, identifikasi

segera, perencanaan, pelaksanaan dan melakukan evaluasi

menggunakan SOAP.
15

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisi tentang kasus yang diambil tentang asuhan kebidanan

komprehensif dengan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas

dan keluarga berencana (KB) dengan menggunakan metode SOAP,

yang terdiri dari data subjektif dan data objektif, analisa dan

penatalaksanaan.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Medis

2.1.1 Kehamilan

A. Definisi Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan dan 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di

mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).(9)

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis.

Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah

mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan

seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar

kemungkinannya akan terjadi kehamilan. Apabila kehamilan

direncanakan, akan memberi rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi di

sisi lain diperlukan kemampuan bagi wanita untuk beradaptasi dengan

perubahan yang terjadi selama kehamilan, baik perubahan yang bersifat

fisiologis maupun psikologis, setiap kehamilan diharuskan

16
17

melaksanakan asuhan pelayanan antenatal terintegrasi yaitu pelayanan

kesehatan komprehensif dan berkualitas.(26)

Pada sebagian besar perempuan, ovulasi siklis spontan dengan

interval 25-35 hari terjadi terus-menerus selama hampir 40 tahun antara

menarche dan menopause. Tanpa penggunaan kontrasepsi, seorang

perempuan memiliki 400 kesempatan untuk hamil, yang dapat terjadi

bila melakukan hubungan seksual kapan pun dalam 1.200 hari, yaitu

hari saat ovulasi dan dua hari sebelumnya.(22)

B. Etiologi Kehamilan

1. Ovum

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum

terjadi di genital ridge. Menurut umur wanita, jumlah oogonium

adalah sebagai berikut :

a. Bayi baru lahir : 750.000

b. Umur 6-15 tahun : 439.000

c. Umur 16-25 tahun : 159.000

d. Umur 26-35 tahun : 59.000

e. Umur 35-45 tahun : 34.000

f. Masa menopause : semua hilang

Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis) :

a. Oogonium.

b. Oosit pertama (primary oocyte).


18

c. Primary ovarian follicle.

d. Likuor folikularis.

e. Pematangan pertama ovum.

f. Pematangan kedua ovum pada saat sperma membuahi ovum.(19)

2. Sperma

Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, yang

berbentuk lonjong agak gepengng berisi inti (nukleus) leher, yang

menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor, yang dapat

bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor

kira-kira 10x bagian kepala.

Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel-sel primitif

tubulus testis. Setelah bayi laki-laki lahir, jumlah spermatogonium

yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada

masa pubertas, di bawah pengaruh sel-sel interstisial Leydig, sel-sel

spermatogonium tadi mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah

spermatogenesis. Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) :

a. Spermatogonium, membelah dua.

b. Spermatosit pertama, membelah dua.

c. Spermatosit kedua, membelah dua.

d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi,

e. Spermatozoon (sperma).(19)
19

Gambar 2.1 Ovum dan


Sperma
Sumber : Mochtar Rustam. 2015

3. Pembuahan (Konsepsi / Fertilisasi)

Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan sel mani dengan

sel telur di tuba uterina. Hanya satu sperma yang telah mengalami

proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke

vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan

sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain. Proses tersebut diikuti

oleh penyatuan kedua pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas

acuan genetik dari wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan

menghasilkan zigot-XX, menurunkan bayi perempuan atau zigot-

XY, menurunkan bayi laki-laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan

zigot yang terjadi selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil

konsepsi tadi tetap digerakkan ke arah rongga rahim oleh :

a. Arus dan getaran rambut getar (silia).

b. Kontraksi tuba. Hasil konsepsi tiba dalam kavum uteri pada

tingkat blastula.(19)
20

4. Pembelahan

Zigot akan membelah menjadi 2 sel selama 30 jam, 4 sel, 8 sel,

sampai dengan 16 sel dan disebut Blastomer selama 3 hari. Dan

membentuk sebuah gumpalan yang bersusun longgar, setelah 3 hari

akan membelah dan membentuk arbei dari 16 sel disebut Morula

selama 4 hari. Morula akan memasuki rongga rahim hingga cairan

akan menembus zona pellusida dan masuk kedalam ruang antar sel

yang ada di massa sel yang dalam. Berangsur-angsur menyatu dan

membentuk sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut juga

dengan kata Blastoksia selama 4% atau 5 hari. Sel pada bagian

dalam rongga disebut embrioblas dan sel yang diluar bisa disebut

dengan trofoblas.
(19)

Gambar 2.2 Pembelahan zigot


21

Sumber : Mochtar Rustam. 2015

5. Nidasi (Impantasi)

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai, di sebut

trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan.

Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium

berada dalam masa sekresi. Jaringan endometrium tersebut banyak

mengandung sel-sel desidua, yaitu sel-sel besar yang mengandung

banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas.

Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell

mass) akan mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil

yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya, kadang-

kadang pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka

desidua (tanda Hartman). Umumnya, nidasi terjadi pada dinding

depan atau belakang rahim (korpus), dekat fundus uteri.

Jika nidasi telah terjadi, dimulailah di ferensiasi sel-sel

blastula. Sel-sel lebih kecil yang terletak dekat ruang eksoselom

membentuk entoderm dan kantong kuning telur, sedangkan sel-sel

yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion

(kavitas amniotika). Dengan demikian, terbentuklah suatu lempeng

embrional (embryonal plate) di antara amnion dan yolk sac (sakus

vitelinus-kantong kuning telur).


22

Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh di sekitar mudigah

(embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas. Dengan demikian,

terbentuklah sekat korionik (chorionic membrane) yang kelak

menjadi korion. Sel-sel trofoblas tumbuh menjadi 2 lapisan:

a. Sitotrofoblas, di sebelah dalam.

b. Sinsitiotrofoblas, di sebelah luar.

Vili koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh

bercabang-cabang dan disebut korion frondosum. Vili koriales yang

berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan

sehingga akhirnya meng hilang, disebut chorion laeve. Dalam

perangkat nidasi trofoblas, dihasilkan hormon human chorionic

gonadotropin (HCG).(19)

Gambar 2.3 Fertilisasi dan nidasi pada tuba dan uterus


Sumber : Mochtar Rustam. 2015

6. Plasentasi dan Mukosa Rahim

Mukosa rahim pada wanita yang tidak hamil terdiri atas

stratum kompaktum dan stratum spongiosum. Desidua adalah

mukosa rahim pada ke hamilan yang terbagi atas:


23

a. Desidua basalis: yang terletak di antara hasil konsepsi dan

dinding rahim, tempat terjadinya plasentasi.

b. Desidua kapsularis: yang meliputi hasil konsepsi ke arah rongga

rahim, dan lama kelamaan bersatu dengan desidua vera karena

obliterasi.

c. Desidua vera (parietalis) : yang meliputi lapisan dalam dinding

rahim lainnya.(19)

7. Pertumbuhan Mudigah (embryogenesis)

Pertumbuhan mudigah (embrio) bermula dari lempeng

embrional (embryonal plate), yang selanjutnya berdiferensiasi

menjadi tiga unsur lapisan, yaitu :

a. Sel-sel ektodermal,

b. Sel-sel mesodermal

c. Sel-sel entodermal.

Ruang amnion akan bertumbuh pesat mendesak eksoselom

sehingga dinding ruang amnion mendekati korion. Mesoblas di

antara ruang amnion dan mudigah menjadi padat, disebut body stalk,

yang merupakan jembatan antara mudigah dan dinding trofoblas.

Body stalk kelak menjadi tali pusat. Pada tali pusat ini terdapat :

a. Jelly Wharton: jaringan lembek yang berfungsi untuk

melindungi pembuluh darah.

b. Arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis.


24

Kedua arteri dan satu vena tadi meng hubungkan sistem

kardiovaskular janin dengan plasenta. Sistem kardiovaskular akan

terbentuk kira-kira pada kehamilan minggu kesepuluh.(19)

Gambar 2.4 Mudigah (embrio)


Sumber : Mochtar Rustam. 2015

C. Tanda-tanda Kehamilan

1. Tanda Tidak Pasti Kehamilan (Presumtive sign)

Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologi yang

dapat dikenali, antara lain :

a. Amenorhea (terlambat datang bulan)

Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium)

tidak dilepaskan sehingga amenorhea atau tidak datangnya haid

dianggap sebagai tanda kehamilan. Namun, hal ini tidak dapat

dianggap sebagai tanda pasti kehamilan karena amenorhea dapat

juga terjadi pada beberapa penyakit kronik, tumor-hipofise,


25

perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan yang paling

sering gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak

ingin hamil atau mereka yang ingin sekali hamil (pseudocyesis

atau hamil semu).(11)

b. Mual dan Muntah

Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak

enak sampai muntah yang berkepanjangan, dalam kedokteran

sering dikenal dengan morning sickness karena munculnya

sering kali pagi hari. Mual dan muntah diperberat oleh makanan

yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak

stabil. Untuk mengatasinya, perlu diberi makanan yang ringan,

mudah dicerna dan menginformasikan bahwa keadaan ini masih

dalam batas normal orang hamil. Apabila berlebihan dapat juga

diberikan obat-obatan anti muntah.(11)

c. Mastodinia

Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara

disebabkan payudara membesar. Vaskularisasi bertambah

asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh estrogen dan

progesteron.(11)

d. Quickening

Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama biasanya

didasari pada kehamilan minggu.(11)

e. Sering Buang Air Kecil


26

Frekuensi kencing bertambah dan biasanya pada malam hari

disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan

oleh uterus ke cranial. Hal ini terjadi pada trimester kedua,

keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari

rongga panggul. Pada akhir kehamilan, gejala timbul kembali

karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan

kembali kandung kemih.(11)

f. Konstipasi

Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi hormon progesteron

atau dapat juga karena perubahan pola makan.(11)

g. Perubahan Berat Badan

Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan

karena napsu makan menurun serta mual muntah. Pada bulan

selanjutnya, berat badan akan selalu meningkat sampai stabil

menjelang aterm.(11)

h. Perubahan Warna Kulit

Perubahan ini antara lain cloashma, yakni warna kulit yang

kehitam hitaman pada pipi, biasanya muncul setelah kehamilan

16 minggu. Pada daerah areola dan puting susu warna kulit

menjadi lebih hitam. Perubahan ini disebabkan stimulasi

melanocyte stimulating hormone (MSH). Pada kulit daerah

abdomen dan payudara dapat mengalami perubahan yang


27

disebut striae gravidarum, yaitu perubahan warna seperti

jaringan parut.(11)

i. Perubahan Payudara

Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya

kehamilan, akan tetapi hal ini bukan merupakan petunjuk pasti

karena kondisi serupa dapat terjadi pada pengguna kontrasepsi

hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin

obat penenang dan penderita hamil semu (psedocyesis) sebagai

akibat stimulasi prolaktin dan HPL. Payudara mensekresi

kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu (11)

j. Mengidam

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama

mengandung. Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman

tertentu, terutama pada trimester pertama, akan tetapi akan

segera menghilang dengan makin tuanya kehamilan.(11)

k. Pingsan

Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai yang

sesak dan padat dan sering pingsan ini akan hilang sesudah

kehamilan 16 minggu. Tidak dianjurkan untuk pergi ke tempat

ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan.(11)

l. Lelah (Fatique)
28

Kondisi lelah disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolik

Rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan. Dengan

meningkatnya aktivitas metabolik produk kehamilan (janin)

sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah

yang terjadi selama trimester pertama akan berangsur-angsur

menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar.(11)

m. Varises

Varises sering dijumpai pada kehamilan lanjut, yang dapat

dilihat pada daerah genitalia eksterna, kaki dan betis. Pada

multigravida, kadang kadang varises ditemukan pada kehamilan

yang lalu, timbul kembali pada trimester pertama. Terkadang

timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda.(11)

2. Tanda Kemungkinan kehamilan (Probability Sign)

Tanda kemungkinan adalah perubahan fisiologisyang dapat

diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik

kepada Wanita hamil.

a. Perubahan Pada Uterus

Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk, dan

konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak bentuknya globuler.

Teraba balotemen, tanda ini muncul pada minggu ke 16-20,

setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion

cukup banyak. Balotemen adalah tanda ada benda terapung atau

melayang dalam cairan.(11)


29

b. Tanda Piskacek's

Uterus membesar secara simestris menjauhi garis tengah tubuh

(setengah bagian terasa lebih keras dari yang lainnya) bagian

yang lebih besar tersebut terdapat pada tempat melekatnya

(implantasi) tempat kehamilan. Sejalan dengan bertambahnya

usia kehamilan, pembesaran uterus menjadi semakin simetris.

Tanda piskacek's, yaitu di mana uterus membesar ke salah satu

jurusan hingga menonjol ke jurusan pembesaran tersebut.(11)

c. Suhu Basal

Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara

37,2°C-37,8°C adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan.


(11)

d. Perubahan-Perubahan Pada Serviks

1) Tanda hegar

Tanda ini berupa pelunakan pada daerah istmus uteri

sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan

lebih tipis dan uterus mudah difleksikan dapat diketahui

melalui pemeriksaan bimanual. Tanda ini mulai terlihat pada

minggu ke-6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.

2) Tanda goodell's

Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa lebih

lunak, penggunaan kontrasepsi oral juga dapat memberikan

dampak ini,
30

3) Tanda Chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva

tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (lividea). Tanda-

tanda ini disebut tanda chadwick. Warna portio tampak

livide. Pembuluh-pembuluh darah alat genitalia interna akan

membesar, hal ini karena oksigenasi dan nutrisi meningkat.

4) Tanda Mc Donald

Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu

sama lain dan tergantung pada lunak tidaknya jaringan

itshmus.(11)

e. Pembesaran Abdomen

Pembesaran perut menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena

pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi

organ rongga perut.(11)

f. Kontraksi Uterus

Tanda ini muncul belakangan dan ibu mengeluh perutnya

kencang tetapi tidak disertai rasa sakit.(11)

g. Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan

Pada pemeriksaan ini hasilnya positif.(11)

3. Tanda Pasti Kehamilan (Positive Sign)

Tanda pasti hamil adalah yang mengindikasikan adanya buah

kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan

direkam oleh pemeriksa. Indikator pasti hamil adalah penemuan


31

keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan

dengan kondisi kesehatan yang lain.

a. Denyut Jantung Janin (DJJ)

Dapat didengar dengan stetoscope laenec pada minggu 17-18.

Dengan doppler DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar

minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga

mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali pusat,

bising uterus, dan nadi ibu.(11)

b. Gerakan Janin Dalam Rahim

Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12

minggu, akan tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia

kehamilan 16-20 minggu. Pasalnya, pada usia kehamilan

tersebut ibu dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan

kaki bayi. Gerakan pertama bayi yang dapat dirasakan ibu

disebut quickening atau yang sering disebut dengan kesan

kehidupan. Walaupun gerakan awal ini dapat dikategorikan

tanda pasti kehamilan dan estimasi usia kehamilan, akan tetapi

hal ini sering keliru dengan gerakan usus akibat perpindahan gas

di dalam lumen saluran cerna. Bagian-bagian janin dapat

dipalpasi dengan mudah mulai usia kehamilan 20 minggu.(11)

c. Terlihat Bagian-bagian Janin Pada Pemeriksaan USG


32

Pada ibu yang diyakni dalam kondisi hamil, maka dalam

pemeriksaan USG terlihat adanya gambaran janin. USG

memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan

(gestasional sac) pada minggu ke-5 hingga ke-7. Pergerakan

jantung biasanya bisa terlihat pada 42 hari setelah konsepi yang

normal atau sekitar minggu ke-8. Melalui pemeriksaan USG

dapat diketahui juga panjang, kepala dan bokong janin serta

merupakan metode yang akurat dalam menentukan usia

kehamilan.(11)

D. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kehamilan

Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis dan

biokimia yang mencolok, banyak perubahan ini dimulai segera setelah

pembuahan dan berlanjut selama kehamilan, dan sebagian besar terjadi

sebagai respon terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh

janin dan plasenta.(11)

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama karena

pengaruh estrogen dan progesteron yang meningkat. Pada

kehamilan 8 minggu uterus membesar. Minggu pertama istmus

rahim bertambah Panjang dan hipertropi sehingga terasa lebih

lunak (tanda hegar). Pada kehamilan 5 bulan rahim teraba


33

seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim tipis sehingga

bagian-bagian anak dapat diraba melalui dinding perut,

terbentuk segmen atas rahim dan segmen bawah rahim, Posisi

rahim dalam kehamilan: awal kehamilan atau akhir bulan

kedua uterus teraba 1-2 jari di atas simpisis pubis. Uterus

sering berkontraksi tanpa rasa nyeri, konsistensi lunak,

kontraksi ini disebut braxton hiks. Kontraksi ini merupakan

tanda kemungkinan hamil dan kontraksi sampai akhir

kehamilan menjadi his.(11)

b. Serviks Uteri

Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan

sehingga serviks menjadi lunak dan berwarna biru. Perubahan

serviks terutama terdiri atas jaringan fibrosa. Glandula

servikalis mensekresikan lebih banyak plak mucus yang akan

menutupi kanalis servikalis. Fungsi utama dari plak mucus ini

adalah untuk menutup kanalis servikalis dan untuk

memperkecil risiko infeksi genital yang meluas keatas.

Menjelang akhir kehamilan kadar hormon relaksin

memberikan pengaruh perlunakan kandungan kolagen pada

serviks.

Dalam persiapan persalinan, estrogen dan hormon plasenta

relaksin membuat serviks lebih lunak. Sumbat mucus yang

disebut operculum terbentuk dari sekresi kelenjar serviks pada


34

kehamilan minggu ke-8. Sumbat mucus tetap berada dalam

serviks sampai persalinan dimulai dan pada saat itu dilatasi

serviks menyebabkan sumbat tersebut terlepas. Mucus serviks

merupakan salah satu tanda awal persalinan.(11)

c. Segmen Bawah Uterus

Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis

servikalis setinggi ostium interna bersama-sama isthmus uteri.

Segmen bawah lebih tipis daripada segmen atas dan menjadi

lunak serta berdilatasi selama minggu terakhir kehamilan

sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung

presenting janin. Serviks bagian bawah baru menipis dan

menegang setelah persalinan terjadi.(11)

d. Vagina dan Vulva

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan

vulva tampak lebih merah dan agak kebiruan (livide) disebut

tanda chadwick. Vagina membiru karena pelebaran pembuluh

darah, pH 3,5 - 6 merupakan akibat meningkatnya produksi

asam laktat karena kerja laktobaci acidophilus, keputihan,

selaput lendir vagina mengalami edematus, hypertrophy, lebih

sensitif meningkat seksual terutama triwulan III, warna

kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat

kerja hormon progesteron.(11)

e. Ovarium
35

Pada permulaan kehamilan masih didapat ous luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta pada kehamilan 16

minggu. Ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxing suatu

immunoreaktif inhibin dalam sirkulasi maternal. Relaxing

mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin

menjadi baik hingga aterm.(11)

2. Payudara

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomatropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak

sehingga payudara menjadi lebih besar, areola mengalami

hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting

susu dapat keluar cairan berwarna putih jernih disebut colostrum.

Perubahan pada payudara yang membawa kepada fungsi

laktasi disebab kan oleh peningkatan kadar estrogen, progesteron,

laktogen plasental dan prolaktin. Stimulasi hormonal ini

menimbulkan proliferasi jaringan dilatasi pembuluh darah dan

perubahan sekretorik pada payudara. Payudara terus tumbuh pada

sepanjang kehamilan dan ukuran beratnya meningkat hingga

mencapai 500 gram untuk masing-masing payudara.(11)

3. Sistem Endokrin

Merupakan jaringan kelenjar dan organ yang memiliki peran

penting dalam mengatur banyak fungsi tubuh seperti pertumbuhan


36

sel, metabolisme, tumbuh kembang tubuh, dan proses reproduksi.

Korpus luteum dalam ovarium pada minggu pertama menghasilkan

estrogen dan progesteron, yang dalam stadium ini memiliki fungsi

utama untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah

pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel-sel trofoblast

menghasilkan hormon gonadotropin yang akan mempertahankan

korpus luteum sampai plasenta berkembang penuh dan mengambil

alih produk estrogen dan progesteron dari korpus luteum.

Estrogen merupakan faktor yang memengaruhi pertumbuhan

fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium, pelepasan

hormon hipofise. Sementara itu, progesteron memengaruhi tubuh

ibu melalui relaksasi otot polos, relaksasi jaringan ikat, kenaikan

suhu, pengembangan duktus loktiferus dan alveoli, perubahan

sekretorik dalam payudara.

Plasenta menghasilkan dua hormon spesifik lainnya, yaitu

hormon laktogenik dan relaksin. Hormon laktogenik meningkatkan

pertumbuhan, menstimulasi perkembangan payudara dan

mempunyai peranan yang penting dalam metabolisme lemak

maternal, sedangkan hormon relaxin memberikan efek relaksan

khususnya pada jaringan ikat.

Sekresi kelenjar hipofise menurun dan selanjutkan akan

meningkatkan sekresi semua kelenjar endokrin (kelenjar thyriod,

paratiroid, adrenal). Prolaktin meningkat secara berangsur-angsur


37

menjelang akhir kehamilan, namun fungsi prolaktin dalam memicu

laktasi disupresi sampai plasenta dilahirkan dan kadar estrogen

menurun.(11)

4. Sistem Kekebalan

Imunisasi sebagai salah satu cara presentif untuk mencegah

penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus diberikan

secara terus menerus, menyeluh, dan dilaksanakan sesuai standar

sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan

memutus mata rantai penularan. Pada hakikatnya, kekebalan tubuh

dapat memiliki secara aktif maupun pasif. Keduanya dapat

diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang

didapatkan secara alami adalah kekebalan yang didapatkan secara

transplasenta, yaitu antibodi diberikan ibu kandungnya secara pasif

melalui plasenta kepada janin yang di kandungnya. Semua bayi

yang dilahirkan memiliki sedikit atau banyak antibodi dari ibu

kandungnya. Kekebalan pasif buatan adalah pemberian antibodi

yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak.

Seperti pada bayi baru lahir dari ibu yang mempunyai HbsAg.(11)

5. Sistem Perkemihan

Progesteron dengan efek relaksan pada serabut-serabut otot

polos menyebabkan terjadinya dilatasi, pemanjangan, dan

penekukan ureter. Penumpukan urin terjadi dalam ureter bagian


38

bawah dan penurunan tonus kandung kemih dapat menimbulkan

pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas sehingga sering

terjadi pielonefritis.

Ketidakmampuan untuk mengendalikan aliran urin, khususnya

akibat desakan yang ditimbulkan oleh peningkatan tekanan intra

abdomen dapat terjadi menjelang akhir kehamilan. Keadaan ini

disebabkan oleh penurunan tonus otot pada dasar panggul (akibat

progesteron) dan peningkatan tekanan akibat penambahan isi

uterus. Akibat perubahan ini pada bulan-bulan pertama kehamilan,

kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar

sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin

tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul.

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke PAP,

keluhan sering kencing akan timbul kembali karena kandung kemih

mulai tertekan. Di samping sering kencing, terdapat pula poliuria.

Poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di

ginjal pada kehamilan sehingga filtrasi di glomerulus juga

meningkat sampai 69%. Reabsorpsi di tubulus tidak berubah,

sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam urik, glukosa,

asam amino, asam folik dalam kehamilan.(11)

6. Sistem Pencernaan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa mual

sebagai akibat hormon estrogen yang meningkat dan peningkatan


39

kadar HCG dalam darah, tonus otot traktus digestivus menurun

sehingga motilitas juga berkurang yang merupakan akibat dari

jumlah progesteron yang besar dan menurunnya kadar motalin

suatu peptida hormonal yang diketahui mempunyai efek

perangsangan otot-otot polos. Makanan lebih lama dalam lambung

dan apa yang telah dicerna lebih lama berada dalam usus. Hal ini

baik untuk reabsorpsi akan tetapi menimbulkan obstipasi yang

memang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil.

Dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah

(emesis), yang biasanya terjadi pada pagi hari dikenal dengan

morning sikcnes.

Nausea (mual) atau vornitus (muntah) yang terjadi pada awal

bulan kehamilan sering dijumpai dan biasanya ringan. Penyebab

yang pasti belum diketahui tetapi kemungkinan besar keadaan ini

merupakan reaksi terhadap peningkatan kadar hormon. Jika

berlangsung melebihi 14 minggu atau bila terjadi hiperemesis,

maka morning sikcnes ini dianggap sebagai keadaan abnormal dan

memerlukan tindakan aktif.

Haemoroid cukup sering pada kehamilan, kelainan ini

sebagian besar disebabkan oleh konstipasi dan naiknya tekanan

vena di bawah uterus. Refleks asam lambung (heartburn)

disebabkan oleh regurgitasi isi lambung esophagus bagian bawah.

Progesteron menyebabkan relaksasi sfingter cardiac pada lambung


40

dan mengurangi motilitas lambung sehingga memperlambat

pengosongan lambung. Heartburn biasanya hanya terjadi pada satu

atau dua bulan terakhir kehamilan.(11)

7. Sistem Muskuloskeletal

Lordosise progresife merupakan gambaran karakteristik pada

kehamilan normal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus

yang membesar, lordosise menggeser pusat gravitasi ke belakang

pada tungkai bawah. Mobilitas sendi saroiliaka, sacro coksigeal

dan sendi pubis bertambah besar dan karena itu menyebabkan rasa

tidak nyaman pada punggung bagian bawah, khususnya pada akhir

kehamilan.

Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik

pusat gaya tarik bumi dan garis bentuk tubuh. Lengkung tulang

belakang akan berubah bentuk untuk mengimbangi pembesaran

abdomen dan menjelang akhir kehamilan banyak wanita yang

memperlihatkan postur tubuh yang khas (lordosise). Demikian juga

jaringan ikat pada persendian panggul akan melunak dalam

mempersiapkan persalinan.(11)

8. Sistem Kardiovaskuler

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-

pembuluh darah yang membesar pula, mamae dan alat lain yang
41

memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume plasma

meternal mulai meningkat pada saat usia kehamilan 10 minggu.

Perubahan rata-rata volume plasma maternal berkisar antara 20 % -

100%, selain itu pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat

dan perubahan ini terjadi peningkatan preload. Pada akhir trimester

I terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran serta bertambahnya

cardiac output.

Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai terjadi proses

hemodilusi. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit

naik kembali sebelum aterm. Perubahan auskultasi mengiringi

perubahan ukuran dan posisi jantung. Peningkatan volume darah

dan curah jantung juga menimbulkan perubahan hasil auskultasi

yang umum terjadi selama masa hamil.(11)

9. Sistem Integumen

Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis

menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam sistem

integumen selama masa kehamilan. Perubahan yang umum terjadi

adalah peningkatan ketebalan kulit dan lemak sub dermal,

hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan

aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan

sirkulasi dan aktivitas. Jaringan elastis kulit mudah pecah,

menyebabkan striae gravidarum.


42

Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron,

kadar MSH pun meningkat, terjadi perubahan deposit pigmen dan

hyperpigmentasi karena pengaruh MSH dan pengaruh kelenjar

suprarenalis. Hyperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum

livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi

(chloasma gravidarum), setelah persalinan hyperpigmentasi ini

akan menghilang.(11)

10. Metabolisme

Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan

perubahan perubahan kimawi yang terjadi di dalam tubuh untuk

pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Dengan terjadinya

kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang

mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk

pertumbuhan janin dan persiapan memberi ASI.(11)

11. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh

Berat badan wanita hamil akan mengalami kenaikan sekitar

6,5-16,5 kg. Kenaikan berat badan terlalu banyak ditemukan pada

kasus preeklampsi dan eklampsi. Kenaikan berat badan ini

disebabkan oleh janin, uri, air ketuban, uterus, payudara, kenaikan

volume darah, protein dan retensi urin.

Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) mengidentifikasi

jumlah jaringan adiposa berdasarkan hubungan tinggi badan

terhadap berat badan dan digunakan untuk menentukan kesesuaian


43

berat badan wanita. Berikut adalah persamaan yang dapat

digunakan untuk menghitung BMI: BMI = Berat Badan (kg) Tingi

badan (m)².(11)

Tabel 2.1 BMI pada wanita

BMI Status
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 – 24, 9 Normal untuk Sebagian besar wanita
25 – 29,5 Berat badan berlebih
30 – 34,9 Obesitas I
35 – 39,9 Obesitas II
≥ 40 Obesitas berat
Sumber : Dartiwen, Yati Nurhayati. 2019

12. Darah dan Pembekuan Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan

interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya

terdapat unsur unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara

keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan

45% sisanya terdiri atas sel darah. Susunan darah terdiri dari air

91%, protein 8% dan mineral 0,9%.

Pembekuan darah adalah proses yang majemuk dan berbagai

faktor diperlukan untuk melaksanakan pembekuan dan

sebagaimana telah diterangkan. Trombin adalah alat dalam

mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Trombin tidak ada dalam

darah normal yang masih ada dalam pembuluh. Akan tetapi yang
44

ada adalah zat pendahulunya, protombin yang kemudian diubah

menjadi zat aktif trombin oleh kerja trombokinase Trombakinase

atau tromboplastin adalah zat penggerak yang dilepaskan ke darah

ditempat yang luka. Diduga terutama tromboplastin terbentuk

karena terjadi kerusakan pada trombosit, yang selama ada garam

kalsium dalam darah, akan mengubah protombin menjadi trombin

sehingga terjadi pembekuan darah.(11)

13. Sistem Pernapasan

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap

percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen

jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan

suatu cara untuk membuang karbon dioksida. Peningkatan kadar

esterogen menyebabkan ligamentum pada kerangka iga berelaksasi

sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Wanita hamil bernapas

lebih dalam tetapi frekuensi napasnya hanya sedikit meningkat.

Penigkatan pernapasan yang berhubungan dengan frekuensi napas

normal menyebabkan peningkatan volume napas satu menit sekitar

26%.

Peningkatan volume napas satu menit disebut hiperventilasi

kehamilan, yang menyebabkan konsentrasi karbondioksida di

alveoli menurun. Selain itu pada kehamilan terjadi juga perubahan

sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O₂. Di samping

itu terjadi desakan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32


45

minggu sebagai kompensasi terjadi desakan rahim dan kebutuhan

O2 yang meningkat. Karena adanya penurunan tekanan seorang

wanita hamil sering sesak sehingga usaha bernapas. Pada 32

minggu karena tertekan uterus yang membesar sehingga diafragma

kurang mengakibatkan wanita.(11)

14. Sistem Persarafan

Perubahan fungsi sistem neurologi selama masa hamil, selain

perubahan perubahan neurohormonal hipotalami-hipofisis.

Perubahan fisiologik spesifik akibat kehamilan dapat terjadi

timbulnya gejala neurologi dan neuromuscular berikut:

a. Kompresi saraf panggul atau statis vascular akibat pembesaran

uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai

bawah.

b. Lordosis dorso lumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan

pada saraf atau kompresi akar saraf.

c. Edema yang melibatkan saraf periver dapat menyebabkan

carpal tunnel syndrome selama trimester akhir kehamilan.

Edema menekan saraf median bagian bawah ligamentum

karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini di tandai oleh

paresthesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal

akibat gangguan pada sistem saraf sensori) dan nyeri pada

tangan yang menjalar ke siku.


46

d. Akroestesia (gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu

yang membungkuk. Dirasakan pada beberapa wanita selama

hamil. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen

fleksus drakialis.

e. Nyeri kapala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan

sering terjadi pada awal kehamilan karena ketidakstabilan

vasomotor, hipotensi postural atau hipoglikemi.

f. Hipokalsenia dapat menyebabkan timbulnya masalah

neuromuscular, seperti kram otot.(11)

E. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil

1. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester I

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan ibu adalah terhadap

kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan kenyataan ini

bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting.

Sebagian besar wanita merasa sedih tentang kenyataan bahwa ia

hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan,

penolakan, kecemasan, depresi, dan kesedihan.

Trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan

libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka

terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita merasakan

kebutuhan kasih sayang yang besar tanpa cinta kasih dan seks.
47

Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nause,

depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan,

kekhawatiran dan masalah-masalah lain yang merupakan normal

pada trimester pertama (17)

2. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester II

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang

baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang dialami saat hamil. Namun, trimester kedua

juga merupakan fase ketika wanita menelusuri ke dalam dan paling

banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua terbagi atas dua

fase yaitu pra quickening (sebelum adanya gerakan janin yang

dirasakan ibu) dan pasca quickening (setelah adanya gerakan janin

yang dirasakan ibu). Quickening menunjukkan kenyataan adanya

kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita

dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester

kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya

sendiri.

Kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata

dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama

dan sebelum hamil.(17)

3. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester III

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan

penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari


48

kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi

tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan cemas

mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-

jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala

persalinan muncul.

Rasa cemas dan takut akan proses persalinan dan kelahiran

meningkat, yang menjadi perhatian yaitu rasa sakit, luka saat

melahirkan, kesehatan bayinya, kemampuan jadi ibu yang

bertanggung jawab dan bagaimana perubahan hubungan dengan

suami, ada gangguan tidur, harus dijelaskan tentang proses

persalinan dan kelahiran agar timbul kepercayaan diri pada ibu

bahwa ia dapat melalui proses persalinan dengan baik.(17)

F. Kebutuhan Fisik Masa Kehamilan

1. Oksigen

Kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat kira-kira 20%,

sehingga untuk memenuhi kebutuhannya itu, ibu hamil harus

bernapas lebih dalam dan bagian bawah thorax nya juga melebar ke

sisi. Pada kehamilan 32 minggu ke atas, usus-usus tertekan oleh

uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma sulit

bergerak dan tidak jarang ibu hamil mengeluh sesak napas dan

pendek napas.
49

Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen sebaiknya yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh ibu

hamil untuk mengurangi perubahan sistem respirasi tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Tidur dengan posisi miring ke arah kiri untuk meningkatkan

perfusi uterus dan oksigenasi plasenta dengan mengurangi

tekanan pada vena asenden.

b. Melakukan senam hamil untuk melakukan latihan pernapasan.

c. Posisi tidur dengan kepala lebih tinggi.

d. Usahakan untuk berhenti makan sebelum merasa kenyang.

e. Apabila ibu merokok, segera hentikan.

f. Ada keluhan yang sangat mengganggu pada sistem respirasi,

segera konsultasi ke tenaga kesehatan.(11)

2. Nutrisi

Dalam masa kehamilan, kebutuhan akan zat gizi meningkat.

Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang

janin, pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan untuk laktasi,

baik untuk ibu maupun janin. Kekurangan nutrisi dapat

mengakibatkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri,

perdarahan pascapersalinan, sepsis peurperalis dan lain-lain.

Kelebihan nutrisi karena dianggap makan untuk dua orang dapat

berakibat kegemukan, preeklamsia, janin besar dan lain-lain.

Selama kehamilan, terjadi peningkatan kalori sekitar 80.000 kkal,


50

sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300 kkal/hari.

Penambahan kalori ini dihitung melalui protein, lemak yang ada

pada janin, lemak pada ibu dan konsumsi ibu selama 9 bulan.(11)

a. Metabolisme Basal

Meningkat 15-20 % oleh karena:

1) Pertumbuhan janin, plasenta, jaringan pada tubuh.

2) Peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar endokrin.

3) Keaktifan jaringan protoplasma janin sehingga

meningkatkan kebutuhan kalori.(11)

b. Karbohidrat

Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks

karena terdapat kecenderungan peningkatan eksresi dextrose

dalam urine. Hal ini ditunjukan oleh frekuensi glukosuria ibu

hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria pada wanita

hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral.

Normalnya, pada wanita hamil tidak terdapat glukosuria.

Kebutuhan karbohidrat lebih kurang 65% dari total kalori

sehingga perlu penambahan.(11)

c. Protein

Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus,

payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu, persiapan

laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3

dari protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi.


51

Kebutuhan protein untuk fetus adalah 925 gram selama 9

bulan. Efisiensi protein adalah 70%, terdapat protein loss di

urine ± 30 %.(11)

d. Lemak

Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan

peningkatan terjadi mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan

lemak tidak diketahui, namun kemungkinan dibutuhkan

untuk proses laktasi yang akan datang.(11)

e. Mineral

1) Ferum/Fe

Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi.

Pemasukan harus adekuat selama hamil untuk mencegah

anemia.

2) Kalsium (Ca)

Diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. vitamin D

membantu penyerapan kalsium. Kebutuhan 30-40

gram/hari untuk janin. Wanita hamil perlu tambahan 600

mg/ hari. Total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan

adalah 1200 mg/hari.

3) Natrium (Na)

Natrium bersifat mengikat cairan sehingga akan meme

ngaruhi keseimbangan cairan tubuh. Ibu hamil normal


52

kadar natrium bertambah 1,6-88 gram/minggu sehingga

cenderung akan timbul oedema. Dianjurkan ibu hamil

mengurangi makanan yang mengandung natrium.

f. Vitamin.(11)

1) Vitamin A

Untuk kesehatan kulit, membran mukosa, membantu

penglihatan pada malam hari dan untuk menyiapkan

vitamin A bagi bayi.

2) Vitamin D

Untuk absorpsi dan metabolisme kalsium dan fosfor.

3) Vitamin E

Dibutuhkan penambahan ± 10 mg.

4) Vitamin K

Untuk pembentukan protombin.

5) Vitamin B Kompleks

Untuk pembentukan enzim yang diperlukan dalam

metabolisme karbohidrat.

6) Vitamin C

Untuk pembentukan kolagen dan darah untuk membantu

pe nyerapan Fe.

7) Asam folat
53

Untuk pembentukan sel-sel darah, untuk sintesa DNA

serta

untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

8) Air

Bertambah 7 liter, untuk volume dan sirkulasi darah

bertambah ± 25% sehingga dengan demikian fungsi

jantung dan alat-alat lain akan meningkat. Peningkatan

kebutuhan gizi selama kehamilan dipergunakan antara lain

untuk pertumbuhan plasenta, pertambahan volume darah,

mamae yang membesar dan metabolisme basal yang

meningkat. Kenaikan berat badan ibu hamil rata-rata

antara 6,5-16 kg. Jika berat badan naik lebih dari

semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang

mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi,

apalagi sayur mayur dan buah-buahan. Jika berat badan

tetap saja atau menurun semua makanan dianjurkan

terutama yang mengandung protein dan besi. Jika terdapat

oedema kaki, sedangkan kenaikan berat badan sesuai

dengan kehamilan, maka dianjurkan untuk tidak memakan

makanan yang mengandung garam atau makanan yang

kaya akan ion natrium dan klorida.(11)

3. Personal Hygiene
54

Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan / higiene terutama

perawatan kulit. Pasalnya, pada masa kehamilan fungsi ekskresi

dan keringat biasanya bertambah. Personal hygiene lainnya yang

tidak kalah penting untuk diperhatikan saat hamil ialah terjadinya

karies yang berkaitan dengan emesis dan hiperemesis gravidarum,

hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi.

Memeriksakan gigi pada masa kehamilan diperlukan mencari

kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.(11)

4. Pakaian

Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih dan tidak ada

ikatan yang ketat pada daerah perut. Selain itu, wanita dianjurkan

mengenakan bra yang menyokong payudara dan memakai sepatu

dengan hak yang tidak terlalu tinggi karena titik berat wanita hamil

berubah. Pakaian dalam yang dikenakan harus selalu bersih dan

menyerap keringat. Dianjurkan pula memakai pakaian dari bahan

katun yang dapat menyerap keringat. Pakaian dalam harus selalu

kering dan harus sering diganti.(11)

5. Eliminasi

Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengonsumsi

makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain

itu, perawatan perineum dan vagina dilakukan setelah BAK / BAB

dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, menggunakan


55

pakaian dalam dari bahan katun, sering mengganti pakaian dalam

dan tidak melakukan pembilasan.(11)

6. Seksual

Berdasarkan beberapa penelitian, terdapat perbedaan respons

fisiologis terhadap seks antara ibu hamil dan wanita tidak hamil.

Terdapat empat fase selama siklus respons seksual, antara lain:

a. Fase Gairah Seksual

1) Labia mayora

Pada nulipara/tidak hamil pembesaran labia mayora sama.

Sedangkan pada multipara labia mayora lebih membesar

daripada nulipara.

2) Labia minora pada nuli dan multipara sama dan terjadi

pembesaran 2-3 kali.

b. Fase Plateau

Lanjutan dari fase gairah seksual menuju orgasmus :

1) Terjadi perubahan warna kulit labia minora dari warna

merah muda menjadi merah sekali bersamaan dengan

orgasme.

2) Umumnya, wanita hamil dan tidak hamil sama pada fase

ini.

c. Fase orgasmus

1) Merupakan puncak dari respons seksual.


56

2) Pada wanita hamil, terjadi kontraksi 1/3 distal dari vagina

dan uterus.

3) Selama trimester III, khususnya pada minggu ke-4 terakhir

kehamilan, uterus mengalami spasme tonik, di samping

ritme kontraksi yang teratur.

d. Fase resolusi

1) Umumnya pada ibu hamil, kembalinya darah tidak

seluruhnya karena tingkat ketegangan seksual ibu hamil

lebih tinggi diban dingkan wanita tidak hamil.

2) Perasaan bahagia tidak mengurangi ketegangan untuk

beberapa waktu.

Hubungan seksual tidak dilarang selama kehamilan,

kecuali pada keadaan keadaan tertentu, seperti:

1) Terdapat tanda-tanda infeksi (nyeri, panas).

2) Sering terjadi abortus/prematur.

3) Terjadi perdarahan pervaginam pada saat koitus.

4) Pengeluaran cairan (air ketuban) yang mendadak.

Sebaiknya koitus dihindari pada kehamilan muda sebelum

kehamilan 16 minggu dan pada hamil tua, karena akan

merangsang kontraksi.(11)

7. Mobilisasi / Body Mekanik

Wanita pada masa kehamilan boleh melakukan pekerjaan

seperti yang biasa dilakukan sebelum hamil. Sebagai contoh


57

bekerja di kantor, melakukan pekerjaan rumah, atau bekerja di

pabrik dengan syarat pekerjaan tersebut masih bersifat ringan dan

tidak mengganggu kesehatan ibu dan janin seperti radiasi dan

mengangkat beban yang berat. Sikap tubuh yang dianjurkan bagi

ibu hamil adalah:

a. Berdiri

Tumpuan berat tubuh seorang wanita berubah pada saat

kehamilan karena ada pembesaran uterus, sehingga dianjurkan

untuk ibu hamil tidak berdiri terlalu lama. Pada saat berdiri,

ibu hamil berdiri dengan menegakan badan serta mengangkat

pantat dengan posisi tegak lurus dari telinga sampai ke tumit

kaki.

b. Duduk

Pada saat duduk, tempatkan tangan dilutut dan tarik tubuh

ke posisi tegak, atur dagu ibu dan tarik bagian atas kepala

seperti ketika ibu berdiri.

c. Berjalan

Pada saat berdiri dan berjalan hindari sepatu bertumit

tinggi.

d. Tidur
58

Ibu hamil dianjurkan untuk tidur dengan posisi miring

untuk meng hindari adanya tekanan rahim pada pembuluh

darah. Bila tidur dengan posisi kedua tungkai kaki lebih tinggi

dari badan, ini akan mengurangi rasa lelah.

e. Mengambil atau mengangkat barang dari bawah.

Hindari posisi membungkuk pada saat mengambil barang.

Anjurkan ibu mengambil barang dari bawah dengan posisi

badan ibu tegak lurus. Hanya kaki yang menekuk untuk

menurunkan posisi badan atau bisa dengan menggunakan

pegangan untuk tumpuan.(11)

8. Istirahat / Tidur

Wanita pekerja harus istirahat. Tidur siang menguntungkan

dan baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai,

sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan

jatuh pingsan. Tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam.(11)

9. Imunisasi

Imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi terhadap

penyakit tetanus neonatorum. Imunisasi dilakukan pada trimester

I / II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu.

Lakukan penyuntikan secara IM (intramusculer) dengan dosis 0,5

ml.(11)

Tabel. 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

Antigen Selang Waktu Lama Dosis


59

Pemberian Minimal Perlindunga


n
TT 1 Pada Kunjungan antenatal pertama - 0,5 cc
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 0,5 cc
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5 cc
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 0,5 cc

Sumber : Dartiwen, Yati Nurhayati. 2019

10. Pekerjaan

Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat.

Sebuat saja perkerjaan yang berhubungan dengan radiasi atau

bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.(11)

11. Bepergian / Traveling

Ibu hamil selama kehamilannya dianjurkan untuk tidak

melakukan perjalanan yang jaraknya terlalu lama dan kondisi

perjalanan yang buruk Hindari perjalanan dengan kondisi yang jauh

terutama pada kehamilan trimester I untuk menghindari perdarahan

pada kehamilan muda dan abortus. Begitu pula pada kehamilan

trimester III, kemungkinan terjadi perdarahan pada solusio

plasenta, ketuban pecah dini atau komplikasi lainnya yang

berhubungan dengan kondisi ibu dan janin.

Dianjurkan pula untuk seorang ibu hamil melakukan

perjalanan ke suatu daerah dengan lingkungan yang menyenangkan

(rekreasi) serta didampingi pula oleh suami dan keluarga. Hal

tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan jarak tempat yang


60

dituju sebaiknya tidak terlalu jauh, kondisi perjalanan yang baik,

dan kondisi lingkungan yang tidak membahayakan ibu dan janin.(11)

12. Memantau Kesejahteraan Janin

Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan:

a. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) Tujuannya untuk

menentukan usia kehamilan, memperkirakan berat janin (TBJ)

dan memperkirakan adanya kelainan.

b. Pemantauan gerakan janin pemantauan gerakan janin dapat

dilakukan dengan menanyakan pada ibu berapa kali dalam satu

hari gerakan janin yang dirasakan. Batas nilai normal adalah

lebih dari 10 kali dalam 12 jam dan biasanya gerakan lebih

sering dan mudah dirasakan pada malam hari.

c. Amniocintesis adalah aspirasi cairan amnion untuk

pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan 15-17 minggu

guna menilai abnormalitas janin dan dilakukan pada kehamilan

20 minggu guna penilaian maturitas dan kematangan paru

janin.

d. USG dilakukan untuk mengetahui letak plasenta, menentukan

usia kehamilan, mendeteksi perkembangan janin, mendeteksi

adanya. kehamilan ganda atau keadaan patologi, menentukan

presentasi janin, volume cairan amnion, dan penentuan TBJ.

e. Pemantauan dengan denyut janin (DJJ) dilakukan dengan

doppler, fetoscop dengan nilai normal x/menit.


61

f. Non Stres Test (NST) bertujuan untuk menilai hubungan

perubahan episodik DJJ dan aktivitas gerakan janin serta

mendeteksi kemungkinan hipoksia atau asfiksia pada janin.

g. Oxytosin Challenge Test (OCT) bertujuan untuk menilai

hubungan DJJ dengan kontraksi dan mendeteksi adanya

hipoksia janin. Tindakan ini dilakukan pada kehamilan lewat

waktu serta kehamilan dengan kelainan.(11)

G. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester I, II, III

Emosi seorang wanita selama hamil akan berbeda dengan masa

sebelum hamil. Ibu hamil cenderung sensitif ketika masa kehamilannya

meningkat. Keadaan ini akan mencapai puncaknya pada 2 minggu

Postpartum dan berangsur-angsur akan turun ke tingkat normal, antara

6-8 minggu postpartum.(10)

Beberapa ibu hamil dapat mengalami stres. Hal ini terjadi

lantaran adanya penyesuaian terhadap kehamilan, kecemasan terhadap

kesejahteraan janinnya, stres yang ditimbulkan dari keluarga, aktivitas

seksual, penolakan terhadap kehamilan, tekanan sosial budaya,

pekerjaan bahkan stres yang ditimbulkan oleh tenaga kesehatan.(11)

1. Dukungan Keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi

seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat

apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Ibu akan merasa
62

tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari

orang-orang terdekat.

Dukungan keluarga senantiasa diperlukan agar kehamilan

dapat berjalan lancar. Dukungan tersebut dapat berupa :

a. Memberikan dukungan kepada ibu untuk menerima

kehamilannya.

b. Memberikan dukungan kepada ibu untuk menerima dan

mempersiap kan peran sebagai ibu.

c. Memberikan dukungan kepada ibu untuk menghilangkan rasa

takut dan cemas terhadap persalinan.

d. Memberikan dukungan kepada ibu untuk menciptakan

hubungan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungnya

melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik.

e. Menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran

anggota keluarga baru.(10)

2. Dukungan dari Tenaga Kesehatan

Bidan memiliki peran penting dalam mendukung wanita

selama kehamilan dan melahirkan. Area penting dukungan

kebidanan yang diidentifikasi oleh wanita adalah :

a. Komunikasi yang baik.


63

b. Keterampilan mendengar yang baik.

c. Menciptakan hubungan saling percaya.

d. Menjelaskan tentang fisiologi kehamilan.

e. Meyakinkan ibu bahwa bidan siap membantu.

f. Meyakinkan bahwa ibu akan menjalani kehamilan dengan

baik.

g. Mengurangi stres yang menghasilkan kepercayaaan diri lebih

besar, penurunan kecemasan, penurunan ketakutan, dan

perasaan positif terhadap kelahiran.

h. Dapat meningkatkan kepuasan terhadap asuhan dan

komunikatif.

i. Menurunkan nyeri pada saat persalinan.(10)

3. Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya

ialah ayah sang anak. Semakin banyak bukti yang menunjukkan

bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya

selama kehamilan, akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi

dan fisik, lebih sedikit mengalami komplikasi persalinan, dan lebih

mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Keterlibatan

dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan

mempererat hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan

yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan
64

nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan

yang sehat.

Dukungan yang dapat diberikan oleh suami, misalnya dengan

mengantar ibu memeriksakan kehamilannya, memenuhi keinginan

ibu hamil yang ngidam, mengingatkan dengan minum tablet Fe,

maupun membantu ibu melakukan kegiatan rumah tangga selama

ibu hamil. Walaupun suami hanya melakukan hal-hal kecil, akan

tetapi sangat diperlukan dalam meningkatkan keadaan psikologis

ibu hamil ke arah yang lebih baik.(11)

4. Persiapan Persalinan, Kelahiran dan Menjadi Orang Tua

a. Persiapan persalinan, dan kelahiran di sinilah peran seorang

bidan sangat diperlukan, di mana bidan dapat memberikan

pembinaan pada ibu, suami dan keluarga untuk

mempersiapkan ibu dan keluarga pada proses persalinan dan

kelahiran bayi.

b. Persiapan menjadi orang tua, kesiapan seorang wanita untuk

menyandang peran yang sangat berbeda dengan peran

sebelumnya, sangatlah penting. Jika tidak, calon ibu akan

mengalami konflik yang berkepanjangan ketika hamil. Di satu

pihak, ada keinginan menggebu-gebu untuk segera menimang

bayi. Di lain pihak, ada ketakutan yang sangat besar terhadap

peran yang masih awam pada dirinya. Pada tahap tertentu,

konflik ini normal dirasakan oleh setiap calon ibu. Jika


65

perasaan ini terus-menerus dialami, tentu saja dapat

memperburuk suasana hati. Bukan tidak mungkin selanjutnya

perasaan negatif yang tidak segera diatasi ini dapat membuat si

calon ibu frustasi bahkan depresi.(11)

5. Persiapan keadaan rumah / keluarga

Pada saat ini ibu dan keluarga akan :

a. Memilih nama sebagai aktivitas yang dilakukan dalam

mempersiapkan kehadiran bayi.

b. Mengikuti penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang berkaitan

dalam rangka mempersiapkan kelahiran.

c. Persiapan menjadi orang tua / ibu.

d. Membuat atau membeli pakaian bayi.

e. Mengatur ruangan.(10)

6. Promosi dan Dukungan Pada Ibu Menyusui

Persiapan psikologis untuk ibu menyusui berupa sikap ibu

dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a. Adat istiadat/kebiasaan/kebiasaan menyusui di daerah masing

masing.

b. Pengalaman menyusui sebelumnya/pengalaman menyusui

dalam keluarga.

c. Pengetahuan tentang manfaat ASI.

d. Dukungan dari tenaga kesehatan, teman atau kerabat dekat.(11)

7. Persiapan Sibling
66

Kehadiran seorang adik yang baru merupakan krisis utama

bagi seorang anak. Anak sering mengalami perasaan kehilangan

atau merasa cemburu karena digantikan oleh bayi yang baru.

Beberapa faktor yang memengaruhi respons seorang anak adalah

umur, sikap orang tua, peran ayah, lama waktu berpisah dengan

ibu, peraturan kunjungan di rumah sakit dan bagaimana anak itu

dipersiapkan untuk suatu perbuatan. Untuk mempersiapkan sang

kakak dalam menerima kehadiran adiknya dapat dilakukan

dengan :

a. Ceritakan mengenai calon adik yang disesuaikan dengan usia

dan kemampuannya untuk memahami, tapi tidak pada usia

kehamilan muda karena anak akan cepat bosan.

b. Jangan sampai dia mengetahui tentang calon adiknya dari

orang lain.

c. Biarkan dia merasakan gerakan dan bunyi jantung adiknya.

d. Gunakan gambar-gambar mengenai cara perawatan bayi.

e. Sediakan buku yang menjelaskan dengan mudah tentang

kehamilan, persalinan dan perawatan bayi.

f. Menunjukkan foto anak semasa bayi sehingga dapat

membantunya membayangkan kecilnya tubuh adiknya.

g. Mengajaknya menengok teman yang sedang memiliki bayi

sehingga anak dapat menyentuhnya dan melihat bagaimana

bayi disusui, diganti pakaiannya, dan dimandikan.


67

h. Biarkan sang kakak membantu menyiapkan kamar dan pakaian

calon adiknya.(10)

H. Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil

Tanda-tanda bahaya pada kehamilan merupakan suatu pertanda

telah terjadinya masalah yang serius pada ibu hamil atau janin yang

dikandungnya. Tanda bahaya kehamilan adalah tanda tanda yang

mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama

kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak

terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.(22)

Tujuan pentingnya mengetahui tanda bahaya kehamilan yaitu

mengenali tanda-tanda yang mengancam bagi ibu hamil dan janinnya

sejak dini. Dapat mengambil tindakan yang tepat yaitu menghubungi

tenaga kesehatan terdekat bila menemui tanda bahaya kehamilan untuk

mendapat perawatan segera.(22)

1. Tanda-Tanda Dini Bahaya / Komplikasi Ibu dan Janin Masa

Kehamilan Muda.

a. Perdarahan Pervaginam

Perarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan

oleh abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa.(10)

1) Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh

akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan berusia 22


68

minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar

kandungan. Jenis-jenis abortus antara lain :

a) Abortus Imminens

Abortus yang mengancam, perdarahan bisa berlanjut

beberapa hari atau dapat berulang. Dalam kondisi ini

masih mungkin dapat dipertahankan.(10)

b) Abortus Insipiens

Abortus insipiens didiagnosis apabila pada ibu hamil

ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar

gumpalan darah nyeri karena kontraksi rahim yang

kuat dan ditemukan. adanya dilatasi serviks sehingga

jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba.

Kadang-kadangB perdarahan dapat menyebabkan

kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat

menyebabkan infeksi sehingga harus segera dapat

penanganan. Janin biasanya sudah mati dan

mempertahankan kehamilan pada keadaan ini

merupakan kontraindikasi.(10)

c) Abortus Inkomplit

Abortus inkomplit didiagnosis apabila sebagian dari

hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina,


69

tetapi ada sebagian yang tertinggal (biasanya jaringan

plasenta). Perdarahan. terus berlangsung, banyak dan

membahayakan ibu. Serviks terbuka karena masih ada

benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda

asing. Oleh karena itu, uterus akan berusaha

mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi

sehingga ibu merasakan nyeri namun tidak sehebat

insipiens. Pada beberapa kasus perdarahan tidak

banyak dan serviks akan menutup kembali. Bila

perdarahan banyak akan terjadi syok.(11)

d) Abortus komplit

Abortus komplit adalah hasil konsepsi lahir dengan

lengkap. Pada keadaan ini kuretase tidak perlu

dilakukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi

rahim dikeluarkan dan selambat lambatnya dalam 10

hari, perdarahan akan berhenti. Karena dalam masa

ini, luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah

selesai, serviks dengan segera menutup kembali.

Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan,

abortus inkomplit atau endometritis pasca abortus

harus diperkirakan.(11)

e) Abortus Tertunda (missed Abortion)


70

Missed abortion adalah apabila buah kehamilan yang

tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.

Kematian janin kadang-kadang menimbulkan sedikit

perdarahan pervaginam sehingga seperti gambaran

abortus imminens. Selanjutnya rahim tidak membesar

bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan

maserasi janin. Abortus spontan biasanya berakhir

selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati.

Apabila janin mati pada kehamilan yang masih muda,

maka akan lebih cepat dikeluarkan. Sebaliknya, jika

kematian janin terjadi pada kehamilan lanjut, maka

retensi janin akan berlangsung lebih lama.(10)

f) Abortus Habitualis

Abortus Habitualis merupakan abortus spontan yang

terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi

abortus adalah kelainan genetik (kromosom), kelainan

hormonal (imunologik) dan kelainan anatomis.(11)

g) Abortus Febrialis

Abortus Febrialis adalah abortus yang disertai rasa

nyeri atau febris.(11)

2) Blighted Ovum

Kehamilan kosong atau blighted ovum atau anembryonic

pregnancy adalah adalah sebuah kehamilan ketika kantong


71

janin berkembang dikandungan, tapi kandungan tersebut

dan tidak mengandung embrio (bakal janin). Blighted

ovum atau lebih sering dikenal sebagai hamil palsu atau

hamil kosong merupakan kondisi di mana hasil konsepsi

tidak terbentuk secara sempurna. Meskipun sperma dapat

bertemu dengan sel telur yang matang dan membentuk

konsepsi, karena sebuah hal tertentu, hasil kon sepsi tidak

berkembang menjadi janin sempurna tetapi hanya

membentuk plasenta yang tidak berisi. Dengan kata lain

ha nya ada cairan saja di dalam rahim.(22)

Gambar 2.5 Kehamilan Kosong atau Blighted Ovum


Sumber : Meidya Pratiwi Arantika. 2019

3) Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di

luar rahim, misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut,

serviks, parts interstisialis. Kehamilan ektopik dikatakan

terganggu apabila berakhir dengan abortus atau rupture

tuba. Kejadian kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba.(11)

4) Mola Hidatidosa
72

5) Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan di mana setelah

fertilisasi. hasil konsepsi tidak berkembang menjadi

embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korialis disertai

dengan degenerasi hidrofik. Uterus melunak dan adanya

janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti

rangkaian buah anggur korialis yang seluruhnya atau

sebagian berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-

gelembung seperti anggur.(10)

b. Hipertensi Gravidarum

Hipertensi yang menetap oleh sebab apa pun, yang sudah

ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau

hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pascapersalinan.

1) Dasar Diagnosis :

a) Anamnesis: nyeri kepala, gangguan.

b) Pemeriksaan fisik: tekanan diastolik> 90 mmHg.

c) Pemeriksaan penunjang: protein urine superimposed

eklampsi.

Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan

diperberat oleh kehamilan.

2) Dasar Diagnosis :

a) Anamnesa: nyeri kepala dan gangguan penglihatan.

b) Pemeriksaan fisik: diastolik 90-110 mmHg.


73

c) Pemeriksaan penunjang: protein urine +.(11)

c. Nyeri Perut Bagian Bawah

Nyeri perut bagian pada kehamilan 22 minggu atau

kurang. Hal ini mungkin gejala utama kehamilan ektopik

terganggu.(10)

1) Kista ovarium

a) Dasar diagnosa : nyeri perut, perdrahan ringan.

b) Pemeriksaan fisik : teraba masa tumor.(10)

2) Apendiksitis

a) Dasar diagnosa : nyeri perut bagian bawah, demam,

nyeri lepas, mual muntah, anoreksia.

b) Pemeriksaan fisik : teraba masa tumor.

c) Pemeriksaan penunjang : leukositosis.(10)

3) Sistisis

a) Dasar diagnosa : sering berkemih, nyeri perut.

b) Pemeriksaan fisik : nyeri suprapubic.(10)

4) Pielonefritis akut

a) Dasar diagnosa : demam tinggi / mengigil, sering

berkemih, nyeri perut.(11)

2. Tanda-Tanda Dini Bahaya / Komplikasi Ibu dan Janin Masa

Kehamilan Lanjut

a. Perdarahan Pervaginam
74

Pengertian Perdarahan antepartum atau haemorrhagia

antepartum (HAP) adalah perdarahan dari jalan lahir, dengan

batas perdarahannya terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu.

Batasan waktu menurut berbagai referensi bervariasi. Ada juga

yang menyebutkan perdarahan pada usia kehamilan di atas 28

minggu. Karena perdarahan antepartum terjadi pada usia

kehamilan di atas 22 minggu, maka sering disebut sebagai

perdarahan pada trimester III atau perdarahan pada kehamilan

lanjut.

Klasifikasi perdarahan yang berhubungan dengan

kehamilan yaitu plasenta previa, solusio plasenta, perdarahan

pada plasenta letak rendah, pecahnya vasa previa. Perdarahan

yang tidak berhubungan dengan kehamilan yaitu pecahnya

varices vagina, perdarahan polips servikalis, perdarahan pada

perlukaan serviks, perdarahan karena keganasan serviks.(22)

1) Plasenta Previa.

Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen

bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

ostium uteri internum. Dikenal tiga klasifikasi dari

plasenta previa:

a) Plasenta previa totalis: plasenta menutupi seluruh

ostium uteri internum.


75

b) Plasenta previa partialis: plasenta menutupi sebagian

dari ostium uteri internum.

c) Plasenta previa marginalis : sebagian kecil atau hanya

pinggir ostium yang ditutupi oleh plasenta.(22)

2) Solutio Plasenta.

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum

waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan lebih

dari 28 minggu.(22)

3) Perdarahan Pada Plasenta Letak Rendah.

Pada pemeriksaan dalam, jari tangan yang dimasukkan

mencapai tepi bawah plasenta. dapat mencapai tepi bawah

plasenta. Perdarahan terjadi bila pembukaan hampir

lengkap, sehingga memberikan petunjuk untuk melakukan

pemeriksaan dalam dan selanjutnya dapat melakukan

tindakan definitif.(22)

4) Pecahnya Sinus Marginalis.

Sinus marginalis yang pecah ditandai dengan adanya

perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah

persalinan.(22)

5) Perdarahan karena Vasa Previa


76

Vasa previa adalah menyilangnya pembuluh darah

plasenta yang berasal dari insersio plasenta velamentosa

pada kanalis servikalis.(22)

6) Perdarahan yang Tidak Ada Hubungannya dengan

Kehamilan

Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan

kehamilan tidak akan membahayakan janin, namun lebih

memberatkan ibu. Perdarahan ini dapat berlangsung

sebelum hamil trimester III.(22)

b. Sakit Kepala Hebat

Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat. Sakit

kepala sering kali menjadi ketidaknyamanan yang normal

dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu

masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak

hilang dengan beristirahat. Terkadang, dengan sakit kepala

yang hebat ibu mungkin merasakan atau mengalami

penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala

yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsia.


(22)

c. Penglihatan Kabur

Penglihatan kabur, yaitu masalah visual yang

mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa, adanya


77

perubahan visual (penglihatan) yang mendadak, misalnya

pandangan kabur atau ada bayangan.

Pengaruh hormonal dapat memengaruhi ketajaman

penglihatan ibu selama masa kehamilan. Perubahan ringan

adalah normal. Perubahan penglihatan ini disertai dengan sakit

kepala yang hebat dan suatu tanda dari preeklampsia.(22)

d. Bengkak di wajah dan Jari-Jari Tangan

Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan

berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui

dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari

tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering

ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa

penting untuk penentuan diagnosis preeklampsi.

Penyebab Bengkak menunjukan adanya serius jika muncul

pada muka dan tangan. Hal ini dapat disebabkan adanya

pertanda anemia, gagal jantung dan preeklampsi.(22)

e. Keluar Cairan Pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester

III. Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak

berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhorea

yang patologis. Penyebab terbesar persalinan premature adalah

ketuban pecah sebelum waktunya. Insidensi ketuban pecah dini


78

10% mendekati dari semua persalinan dan 4% pada kehamilan

kurang dari 34 minggu.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam, belum

ada tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai

terjadi kontraksi rahim disebut "kejadian ketuban pecah dini".

Kondisi ini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur

dengan segala akibatnya. Early rupture of membrane adalah

ketuban pecah pada fase laten persalinan.

Penyebabnya adalah serviks inkompeten, ketegangan

rahim berlebih (kehamilan ganda, hidramnion), kelainan

bawaan dari selaput ketuban, infeksi.(22)

f. Gerakan Janin Tidak Teras

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada

usia kehamilan 16-18 minggu, untuk multigravida dan 18-20

minggu untuk primigravida. Jika bayi tidur, gerakannya akan

melemah.

Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3

jam (10 gerakan dalam 12 jam). Gerakan bayi akan lebih

mudah terasa jika ibu berbaring/beristirahat.

Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh aktivitas

ibu yang berlebihan sehingga gerak janin tidak dirasakan,


79

kematian janin, perut tegang akibat kontraksi berlebihan

ataupun kepala sudah masuk panggul pada kehamilan aterm.

Tanda dan gejala Gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam

periode 3 jam. Diagnosa pembandingnya adalah Jika bayi

sebelumnya bergerak dan sekarang tidak bergerak, tanyakan

pada ibu kapan terakhir bergerak. Pemeriksaan: raba gerakan

bayi, dengarkan DJJ, jika pemeriksaan radiologi tersedia,

konfirmasi kematian janin setelah lima hari. USG merupakan

sarana diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin.


(22)

g. Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan

adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mengindikasikan

mengancam jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang

setelah beristirahat, kadang-kadang dapat disertai dengan

perdarahan lewat jalan lahir.

Penyebab Hal ini bisa apendiksitis, kehamilan ektopik,

abortus, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis,

penyakit kantong empedu, solutio plasenta, penyakit menular

seksual, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.(22)

I. Pelayanan Antenatal
80

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.(9)

1. Pengkajian Data Asuhan Antenatal

a. Anamnesis / Data Subyektif.

b. Identitas Klien.

c. Keluhan saat ini.

d. Riwayat haid (HPHT).

e. Riwayat kehamilan dan persalinan

f. Riwayat penyakit dalam keluarga.

g. Riwayat kehamilan saat ini.

h. Riwayat penyakit ibu.

i. Riwayat operasi.

j. Riwayat KB / Kontrasepsi.

k. Riwayat Imunisasi.

l. Riwayat menyusui.(11)

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan setelah anamnesa, yang tujuan

nya untuk mengetahui Kesehatan ibu dan janin serta perubahan

yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya

serta mengetahui adanya abnormalitas atau tidak. Pemeriksaannya

antara lain :

a. Pengukuran tanda-tanda vital :


81

1) Tekanan darah

2) Nadi

3) Respirasi

4) Suhu

b. Pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas

(LILA) normalnya 23,5 cm jika kurang dari nilai tersebut maka

dinyatakan kurang gizi.(11)

3. Pemeriksaan Leopod dan Auskultasi

a. Leopold I

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan mengetahui

bagian yang teraba di fundus. Sifat kepala ialah keras, bulat,

melenting. Pada letak lintang fundus uteri kosong.

b. Leopold II

Untuk menentukan batas samping Rahim kanan kiri.

Menentukan punggung janin dan bagian-bagian kecil

(ektremitas).

c. Leopold III

Untuk menentukan bagian terbawah janin dan bagian

bawah janin apakah sudah masuk PAP atau belum.

d. Leopold IV

Untuk menentukan seberapa bagian bawah janin masuk

PAP. Dengan sistem perlimaan.(11)


82

Gambar 2.6 Pemeriksaan Leopold Pada Ibu


Sumber : Meidya Pratiwi Arantika. 2019

4. Pemeriksaan Umum

a. Kepala.

b. Muka.

c. Mata.

d. Mulut.

e. Leher.

f. Dada dan payudara.

g. Abdomen.

h. Pemeriksaan punggung di bagian ginjal (CVAT).

i. Genetalia.

j. Ektremitas Atas dan bawah.

k. Pemeriksaan lutut (patella).

l. Pemeriksaan penunjang (urin, darah, USG dan lain-lain).(11)

J. Tujuan Asuhan Antenatal


83

Tujuan Ante Natal Care (ANC) adalah sebagai berikut :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial pada ibu dan bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau implikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran.

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.(11)

K. Program Asuhan Antenatal

Segera ke dokter atau bidan jika terlambat datang bulan. Periksa

kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan dan minimal 2x

pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3 :

1. 2 kali kunjungan Trimester pertama (kehamilan hingga 12

minggu).

2. 1 kali kunjungan Trimester kedua (kehamilan diatas 12 minggu

sampai 24 minggu).
84

3. 3 kali kunjungan Trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu

sampai 40 minggu).(35)

L. Standar Minimal Asuhan Antenatal “10 T”

Dalam penerapan praktis pelayanan ANC. Standar minimal 10 T

antara lain :

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

2. Pengukuran tekanan darah.

3. Pengukuran lingkar lengan atas.

4. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU).

5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan.

7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

8. Pelaksanaan temu wicara.

9. Pelayanan tes laboratorium sederhana.

10. Tata laksana kasus.(23)

M. Perawatan Payudara

Perawatan Payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian

penting yang harus di perhatikan selama persiapan dalam pemberian

ASI selama kehamilan payudara akan membengkak dan daerah sekitar


85

puting warnanya akan lebih gelap dengan adanya pembengkakan

tersebut payudara menjadi mudah teriritasi bahkan mudah luka. Oleh

karena itu perlu dilakukan perawatan payudara selama kehamilan.

Apabila seorang ibu melakukan perawatan payudara dengan

baik dan hanya melakukan perawatan menjelang melahirkan maka

dapat berakibat seperti terjadinya kasus-kasus yang sering dijumpai

antara lain : ASI tidak keluar, puting susu tidak menonjol, produksi

ASI sedikit, infeksi pada payudara, payudara bengkak dan bernanah.

Kasus-kasus tersebut dapat dicegah dengan melakukan perawatan

payudara sedini mungkin.(20)

Selama kehamilan, papilla harus disiapkan agar menjadi lentur,

kuat dan tidak ada sumbatan. Persiapan dilakukan setiap hari sebanyak

dua kali sehari setelah usia kehamilan tujuh bulan. Caranya dengan

kompres masing-masing puting susu selama dua sampai tiga menit

dengan kapas yang dibasahi minyak, kemudian Tarik dan putar puting

kearah luar 20 kali, kearah dalam 20 kali. Pijat daerah areola untuk

membuka saluran susu. Bila keluar cairan, oleskan ke papila dan

sekitarnya. Kemudian payudara dibersihkan dengan handuk yang

lembut. Putting susu yang terbenam atau datar perlu dikoreksi agar

dapat menonjol keluar sehingga siap untuk disusukan kepada bayi.

Masalah ini dapat diatasi dengan bantuan pompa puting (nipplepuller)

pada minggu terakhir kehamilan.(21)


86

N. Senam Hamil

Melalui latihan senam hamil yang teratur dapat dijaga kondisi

otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses mekanisme

persalinan. Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan

diri sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan. Membimbing

ibu hamil menuju suatu persalinan yang fisiologis.(11)

1. Tujuan Khusus Senam Hamil

a. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding

perut, otot-otot dasar panggul, ligamen, dan jaringan serta fasia

yang berperan dalam mekanisme persalinan.

b. Melonggarkan persendian-persendian yang berhubungan

dengan proses persalinan.

c. Membentuk sikap tubuh yang prima sehingga dapat membantu

mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan sesak napas.

d. Memperoleh cara melakukan kontraksi dan relaksasi yang

sempurna.

e. Menguasai teknik-teknik pernapasan dalam persalinan.

f. Dapat mengatur diri pada ketenangan.(11)

2. Syarat Mengikuti Senam Hamil

a. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh

dokter / bidan.

b. Latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai 24 minggu.


87

c. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin.

d. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik

bersalin, di bawah pimpinan instruktur senam hamil.(11)

O. Persiapan Laktasi

1. Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat

sukses dalam menyusui bayinya, serta menjelaskan pada ibu bahwa

persalinan dan menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua

ibu berhasil menjalaninya.

2. Keyakinan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu

botol/formula.

3. Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyal

pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau

keluarga lain.

4. Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan

dalam keluarga, ibu harus dapat beristirahat cukup untuk ke

sehatannya dan bayinya sehingga perlu adanya pembagian tugas

dalam keluarga.

5. Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan tenaga

kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya

dalam membantu ibu sehingga keraguan atau ketakutan untuk

bertanya tentang masalah yang dihadapinya.(11)


88

2.1.2 Persalinan

A. Definisi Persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang

sudah cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya

plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Dalam ilmu kebidanan, ada

berbagai jenis persalinan, di antaranya adalah persalinan spontan,

persalinan buatan, dan persalinan anjuran.(24)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari Rahim melalui jalan lahir

atau dengan jalan lain.(19)

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus

melalui vagina secara spontan. Pada akhir kehamilan, uterus secara

progresif lebih peka sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara

ritmis sehingga bayi dilahirkan. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin.(25)

B. Macam – Macam Persalinan


89

1. Persalinan Spontan

Persalinan spontan yaitu yang berlangsung dengan adanya

kekuatan ibu melalui jalan lahir.

2. Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang dibantu

dengan tenaga dari luar atau selain dari ibu yang akan melahirkan,

tenaga yang dimaksud misalnya ekstraksi forceps atau ketika

dilakukan operasi sectio caesaria.

3. Persalinan Anjuran

Proses persalinan yang tidak dimulai dengan proses yang

seperti biasanya, akan tetapi baru berlangsung setelah pemecahan

ketuban, pemberian pitocin, atau prostaglandin.(24)

C. Sebab - Sebab Mulainya Persalinan

1. Penurunan Kadar Progesteron

Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot rahim,

sedangkan hormon progesteron dapat menimbulkan relaksasi otot-

otot rahim. Selama masa kehamilan terdapat keseimbangan antara

kadar progesteron dan estrogen di dalam darah. Namun, pada akhir

kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Hal

inilah yang menandakan sebab-sebab mulainya persalinan.(24)

2. Teori Oxytocin
90

Pada akhir usia kehamilan, kadar oxytocin bertambah sehingga

menimbulkan kontraksi otot-otot rahim.(24)

3. Ketegangan Otot – Otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila

dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka terjadi

kontraksi untuk mengeluarkan yang ada di dalamnya. Demikian

pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan atau

bertambahnya ukuran perut semakin teregang pula otot - otot rahim

dan akan menjadi semakin rentan.(24)

4. Pengaruh Janin

Hypofise dan kelenjar - kelenjar suprarenal janin rupa rupanya

juga memegang peranan karena anencephalus ke hamilan sering

lebih lama dari biasanya.(24)

5. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, diduga menjadi

salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan

menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan

secara intravena, dan extra amnial menimbulkan kontraksi

myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga didukung

dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air

ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum

melahirkan atau selama persalinan. Penyebab terjadinya proses

persalinan masih tetap belum bisa dipastikan, besar kemungkinan


91

semua faktor bekerja bersama, sehingga pemicu persalinan menjadi

multifaktor.(24)

6. Teori Berkurangnya Nutrisi

Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh

Hippocrates untuk pertama kalinya. Hasil konsepsi akan segera

dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang.(25)

7. Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan

progesterone sehingga timbul kontraksi rahim.(25)

D. Tahapan - Tahapan Persalinan

Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan

wanita tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show).

Lendir yang disertai darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis

karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya

berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis

servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks

membuka.(25)

1. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur

dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat

berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan


92

multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi

dalam waktu kurang dari 24 jam.(25)

Perbedaan pembukaan serviks pada primigravida dengan

multigravida adalah sebagai berikut :

a. Primi

Serviks mendatar (effacement) dulu, baru berdilatasi

berlangsung 13 – 14 jam.

b. Multi

Mendatar dan membuka dapat terjadi bersamaan berlangsung 6

– 7 jam.(19)

Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2

fase, yaitu :

a. Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampal mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten

diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur

yang menghasilkan perubahan serviks.(25)

b. Fase aktif

Di bagi dalam 3 fase lagi yakni :

1) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.


93

3) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali.

Dalam waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi

lengkap.

Fase - fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada

multigravida pun terjadi. demikian akan tetapi terjadi dalam waktu

yang lebih pendek.(25)

2. Kala II (Pengeluaran)

Kala Il persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada

kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3

menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang panggul,

maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,

yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita

merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air besar.

Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan

anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian

kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan

kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan

presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu.

Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan

dan anggota badan bayi.

Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat

dan batas waktu yang dianggap normal. Batas dan lama tahap

persalinan kala II berbeda - beda tergantung paritasnya. Durasi kala


94

II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan

menyebabkan hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida,

waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah 25-57 menit. Rata-

rata durasi kala Il yaitu 50 menit.

Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian, sendiri, takut dan

cemas, maka ibu akan mengalami persalinan yang lebih lama

dibandingkan dengan jika ibu merasa percaya diri dan tenang.(25)

3. Kala III (Kala Uri)

Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai

plasenta lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus

uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir

dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim

dengan cara Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta

diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak

menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan

sekunder.(25)

4. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)

Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam

setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang

terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik. Pada


95

tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga buluh darah

terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan

observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot

rahim dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga

dilakukan penjahitan luka episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan

baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama bayinya.(25)

E. Tanda – Tanda Persalinan

Tanda – tanda akan melahirkan merupakan isyarat bahwa proses

melahirkan sebentar lagi akan terjadi. Jika tanda – tanda melahirkan ini

sudah ada dan akan terjadi berarti sudah waktunya bagi ibu hamil untuk

bersiap – siap pergi ke dokter, rumah sakit atau bidan.

Tanda – tanda melahirkan bisa saja muncul beberapa hari,

seminggu atau sehari sebelum si jabang bayi lahir. Tidak sedikit ibu

hamil yang terkecoh dan memutuskan ke rumah sakit, bahkan sampai

menginap, namum masih diizinkan pulang oleh dokter karena belum

waktunya melahirkan. Itulah sebabnya, ibu hamil sebaiknya mengenali

tanda – tanda persalinan akan berlangsung sekaligus dalam kondisi

seperti apa ia harus mendatangi rumah sakit.(24)

1. Tanda – tanda Bahwa Persalinan Sudah Dekat

a. Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa

bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. la merasa kurang


96

sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih

sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota

bawah.(24)

b. Pollakisuria

Pada akhir bulan ke-IX, berdasarkan hasil pemeriksaan

didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari

pada kedudukannya, dan kepala janin sudah mulai masuk ke

dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung

kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering

kencing yang disebut pollakisuria.(24)

c. False Labor

Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu

diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya

merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His

pendahuluan ini bersifat :

1) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah.

2) Tidak teratur.

3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan

majunya waktu dan bila dibawa jalan malah sering

berkurang.

4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembu kaan

serviks.(24)

d. Perubahan Serviks
97

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan serviks

menunjukkan bahwa serviks yang tadinya tertutup, panjang,

dan kurang lunak. Namun kondisinya berubah. menjadi lebih

lembut, beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan

penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu.

Misalnya, pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm

namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan

tertutup.(24)

e. Energi Spurt

Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-

kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa

hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya

kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan

dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak

dari aktivitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,

mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah

lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang

kelahiran bayi, persalinan menjadi panjang dan sulit.(24)

f. Gastrointestinal Upsets

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda - tanda,

seperti diare, obstipasi, mual, dan muntah karena efek

penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.(24)

2. Tanda – tanda Awal Persalinan


98

a. Timbulnya His Persalinan

1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian

depan.

2) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat

intensitasnya.

3) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat.

4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau

pembukaan serviks.(24)

b. Bloody Show

Bloddy show merupakan lendir disertai darah dari jalan

lahir dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis

cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan

yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada

bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair

darah terputus.(24)

c. Premature Rupture of Membrane

Premature rupture of membrane adalah keluarnya. cairan

banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini

terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban

biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap

dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang

lambat sekali. Kadang kadang ketuban pecah pada pembukaan

kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum


99

persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan

mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.(24)

3. Tanda – tanda Pada Kala I

a. His belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan tidak

seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat

berjalan.

b. Lambat laun his bertambah kuat: interval lebih pendek,

kontraksi lebih kuat dan lebih lama.

c. Bloody show bertambah banyak.

d. Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam.

e. Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah:

"Kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi primi dan 2 cm sejam

bagi multi, walaupun ketentuan ini sebetulnya kurang tepat

seperti akan diuraikan nanti".(24)

4. Tanda – tanda Pada Kala II

a. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 - 100 detik,

datangnya tiap 2 -3 menit.

b. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan

keluarnya cairan kekuning-kuningan sekonyong - konyong dan

banyak. Pasien mulai mengejan.


100

c. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di

dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga, dan

rektum terbuka.

d. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan

hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak

lebih besar. Kejadian ini disebut: "Kepala membuka pintu".

e. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva

sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun

telah lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut

"Kepala keluar pintu”.

f. Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun ubun

besar, dahi, dan mulut pada commissura posterior.

g. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada

pinggir depannya karena tidak dapat menahan regangan yang

kuat tersebut.

h. Setelah kepala lahir dilanjut dengan putaran paksi luar,

sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan

dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar

lendir dan cairan.

i. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan

disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan

paksi jalan lahir.


101

j. Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak

keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadang bercampur darah.

k. Lama kala II pada primi ± 50 menit pada multi ± 20 menit.(24)

5. Tanda – tanda Pada Kala III

a. Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa

menit timbul lagi disebut "his pengeluaran uri" yaitu his yang

melepaskan uri sehingga terletak pada segmen bawah rahim

(SBR) atau bagian atas dari vagina.

b. Setelah anak lahir uterus teraba seperti tumor yang keras,

segmen atas lebar karena mengandung plasenta, fundus uteri

teraba sedikit di bawah pusat.

c. Bila plasenta telah lepas bentuk uterus menjadi bundar dan

tetap bundar hingga perubahan bentuk ini dapat diambil

sebagai tanda pelepasan plasenta.

d. Jika keadaan ini dibiarkan, maka setelah plasenta lepas fundus

uteri naik sedikit hingga setinggi pusat atau lebih dan bagian

tali pusat di luar vulva menjadi lebih panjang.

e. Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh di

dalam SBR atau bagian atas vagina dan dengan demikian

mengangkat uterus yang berkontraksi dengan sendirinya akibat

lepasnya plasenta maka bagian tali pusat yang lahir menjadi

panjang.
102

f. Lamanya kala uri ± 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya

memakan waktu 2 - 3 menit.(24)

F. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan

Perubahan fisiologis dan psikologis selama persalinan bersifat

dramatis dan sering dianggap ringan. Waktu dan intensitas eru bahan

bervariasi antar berbagai sistem, tetapi semuanya dirancang guna

memberi kesempatan kepada ibu untuk merawat janinnya medan

mempersiapkan proses persalinannya. Sebagian besar wanita

menganggap bahwa persalinan adalah peristiwa kodrati yang harus

dilalui tetapi ada juga yang menganggap sebagai peristiwa khusus yang

sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisiologis ini

nantinya akan mempengaruhi jalannya persalinan. Beberapa perubahan

fisiologi yang terjadi di antaranya :

1. Perubahan Uterus

a. Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus dan terus menyebar

ke depan dan ke bawah abdomen dan berakhir mata dengan

masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus uteri.

b. Segmen atas rahim (SAR), dibentuk oleh korpus uteri yang

bersifat aktif dan berkontraksi. Dinding SAR akan bertambah

tebal dengan majunya persalinan sehingga mendorong bayi

keluar.
103

c. Segmen bawah rahim (SBR), dibentuk oleh istmus uteri

bersifat aktif relokasi dan dilatasi. Dilatasi makin tipis, karena

terus diregang dengan majunya persalinan.

d. Dominasi fundus bermula dari fundus dan merembet kebawah.

e. Perubahan uterus berlangsung paling lama dan paling kuat di

fundus.

f. Perubahan fisiologi mencapai puncak kontraksi bersamaan

pada seluruh bagian uterus dan mereda bersamaan dengan

serviks membuka dan mengalami proses pengeluaran janin.(24)

2. Perubahan Bentuk Rahim

Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah.

panjang, sedangkan ukuran melintang dan ukuran muka belakang

berkurang. Perubahan bentuk rahim ini adalah sebagai berikut.

a. Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan

panggung bayi turun dan menjadi lurus. Bagian atas bayi

tertekan fundus, dan bagian bawah bayi tertekan pintu. atas

panggul.

b. Rahim bertambah panjang, sehingga otot-otot meman jang

diregang dan menarik segmen bawah rahim dan serviks.

Peristiwa tersebut menimbulkan terjadinya pembukaan serviks,

sehingga segmen atas rahim (SAR) dan serviks bawah rahim

(SBR) juga terbuka.(24)

3. Faal Ligamentum Rotundum


104

Faal ligamentum rotundum terletak pada sisi uterus, yaitu di

bawah dan di depan insersi tuba falopi. Ligamentum ini melintasi

atau bersilangan pada lipatan paritoneum, melewati saluran

pencernaan dan memasuki bagian depan labía mayora pada sisi atas

parineum. Perubahan yang terjadi pada ligamentum rotundum ini

adalah sebagai berikut.

a. Pada saat kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang

punggung berpindah ke depan mendesak dinding perut ke arah

depan. Perubahan letak uterus pada waktu kontraksi ini penting

karena menyebabkan sumbu rahim menjadi searah dengan

sumbu jalan lahir.

b. Kontraksi yang terjadi pada ligamentum rotundum tersebut

menyebabkan fundus uteri tertambat sehingga ked fundus tidak

dapat naik ke atas.(24)

4. Perubahan Serviks

Pada saat persalinan serviks akan mengalami beberapa

perubahan, di antaranya sebagai berikut.

a. Pendataran serviks (effacement), yaitu pemendekan kanalis

servikalis dari 1-2 cm menjadi satu lubang dengan pinggir

yang tipis.

b. Pembukaan serviks, yaitu pembesaran dari ostium eksternum

yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa

milimeter menjadi bagian lubang kira-kira 10 cm dan nantinya


105

dapat dilalui bayi. Saat nonmal pembukaan lengkap, bibir

portio tidak teraba lagi, kepala janin akan menekan serviks,

dan membantu pembukaan secara efisien.(24)

5. Perubahan Sistem Urinaria

Pada akhir bulan ke-9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih

rendah, kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, dan

menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu

untuk sering kencing. Pada kala I, adanya kontraksi uterus

menyebabkan kandung kencing semakin tertekan. Poliuria sering

terjadi selama persalinan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan

cardiac output, peningkatan filtrasi glomerolus, dan peningkatan

aliran plasma ginjal. Poliuri akan berkurang pada posisi terlentang.

Wanita bersalin mungkin tidak menyadari bahwa dalam

kandung kemihnya penuh karena intensitas kontraksi uterus dan

tekanan bagian presentasi janin atau efek anestesia lokal. Kandung

kemih yang penuh dapat menahan penurunan kepala janin dan

dapat memicu trauma mukosa kandung kemih selama proses

perslinan. Pencegahaannya dapat dilakukan dengan mengingatkan

ibu bersalin untuk buang air kecil sesering mungkin.(24)

6. Perubahan Vagina dan Dasar Panggul

Pada kala 1, ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina

sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala

perubahan yang ditimbulkan oleh bagian depan bayi pada dasar


106

panggul menjadi sebuah saluran dengan bagian dinding yang tipis.

Ketika kepala sampai ke vulva, lubang vulva menghadap ke depan

atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada

perineum yang menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus

menjadi terbuka. Regangan yang kuat tersebut disebabkan oleh

bertambahnya pembuluh darah pada bagian vagina dan dasar

panggul, tetapi kalau jaringan tersebut robek akan menimbulkan

pendarahan yang banyak.(24)

7. Perubahan pada Metabolisme Karbohidrat dan Basal Metabolisme

Rate

Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon

progesteron yang mengakibatkan perubahan pada sistem

pencernaan menjadi lebih lambat. Hal ini menyebabkan makanan

menjadi lama di lambung sehingga banyak ibu bersalin yang

mengalami obstivasi atau peningkatan getah lambung yang

kemudian akan sering mual dan muntah. Metabolisme aerob dan

anaerob meningkat secara perlahan akibat adanya aktivitas otot

rangka dan kecemasan ibu. Peningkatan ini ditandai dengan adanya

peningkatan suhu badan, nadi, pernapasan, cardiac output, dan

hilangnya cairan pada ibu bersalin.(24)

8. Perubahan Pada Sistem Pernapasan

Pada saat persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak

karbondioksida dalam setiap napasnya. Selama kontraksi uterus


107

yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernapasan juga semakin

meningkat. Peningkatan frekuensi pernapasan ini sebagai respon

terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat bertambahnya laju

metabolik.

Masalah yang umum terjadi ketika perubahan sistem

pernapasan ini adalah hiperventilasi maternal. Kondisi ini dapat

dimanifestasikan dengan kesemutan pada tangan dan kaki yang

dialami ibu bersalin. Jika pernapasan dangkal dan berlebihan, maka

situasi kebalikan dapat terjadi kare tingkat volume yang rendah.

Mengejan yang berlebihan atau berkepanjangan selama kala II

dapat menyebabkan penurunan oksigen sebagai akibat sekunder

dari mehanan napas. Pernapasan sedikit meningkat karena adanya

kontraksi uterus dan peningkatan metabolisme dan diafragma

tertekan oleh janin.(24)

9. Perubahan Pada Hematologi

Haemoglobin akan meningkat selama persalinan sebesar 1,2 gr

% dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan pada

hari pertama pasca persalinan kecuali terjadi dan perdarahan.

Peningkatan leukosit secara progresif pada awal kala 1 (5.000)

hingga mencapai ukuran jumlah maksimal pada pembukaan

lengkap (15.000). Haemoglobin akan meningkat alincselama

persalinan sebesar 1,2 gr % dan akan kembali pada mofen tingkat


108

seperti sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan

kecuali terjadi perdarahan.(24)

10. Nyeri

Nyeri dalam proses persalinan merupakan bagian dari respon

fisiologis yang normal terhadap beberapa faktor. Selama kala I

persalinan, nyeri yang terjadi disebabkan oleh dilatasi serviks dan

distensi segmen uterus bawah. Pada kala II, nyeri yang terjadi

disebabkan oleh distensi dan kemungkinan gangguan pada bagian

bawah vagina dan perineum.(24)

G. Perubahan Psikologis Pada Ibu Bersalin

Pada persalinan kala I selain pada saat kontraksi uterus.

Umumnya, ibu dalam keadaan santai, tenang dan tidak terlalu pucat.

Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita bersalin adalah

sebagai berikut.

1. Rasa cemas dan takut pada dosa-dosa atau kesalahan kesalahan

sendiri. Ketakutan tersebut dapat berupa rasa takut jika bayi yang

akan dilahirkan dalam keadaan cacat, kurang sehat, atau yang

lainnya.

2. Adanya rasa tegang dan konflik batin yang disebabkan oleh

semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat asan

mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman, tidak mu

bisa tidur nyenyak, sulit bernapas, dan gangguan-gangguan yang

lainnya.
109

3. Ibu bersalin terkadang merasa jengkel, tidak nyaman, selalu

kegerahan, serta tidak sabaran sehingga antara ibu dan janinnya

menjadi terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala bayi sudah

memasuki panggul dan timbulnya kontraksi kontraksi pada rahim

sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara

psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban

yang amat berat.

4. Ibu bersalin memiliki harapan mengenai jenis kelamin bayi yang

akan dilahirkan. Secara tidak langsung, relasi antara ibu dan anak

terpecah sehingga menjadikan ibu merasa cemas.

5. Ibu bersalin memiliki angan-angan negatif akan kelahiran bayinya.

Angan-angan tersebut misalnya keinginan untuk memiliki janin

yang unggul, cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim,

merasa belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu dan

lain sebagainya.

6. Kegelisahan dan ketakutan lainnya menjelang kelahiran bayi.

Perubahan sikap dan perilaku ibu bersalin pada kala 1 ini

biasanya dipengaruhi oleh dukungan dari orang-orang sekitarnya.

Beberapa respon psikologis yang dapat diobservasi pada kala I

persalinan adalah interaksi verbal, sikap tubuh, cara istirahat, mampuan

pemahaman terutama dalam menerima pengalaman persalinan,

tingkatan kekuatan ibu, reaksi ibu terhadap kontraksi rahim, dan latar

belakang budaya. Ketika ibu bersalin mengalami fase ini, hendaknya


110

ada dorongan motivasi dan perhatian yang lebih dari keluarga, teman,

dan orang-orang yang ada di sekitarnya.(24)

H. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Jalan Lahir (Passage)

Passage adalah faktor jalan lahir atau biasa disebut dengan

panggul ibu. Passage memiliki 2 bagian, yaitu bagian keras dan

bagian lunak.(19)

Gambar 2.7 Female Pelvis


Sumber : Mochtar Rustam. 2015

a. Bagian Keras

Bagian keras terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka

panggul). Deskripsi dari bagian keras ini sebagai berikut.

1) Tulang Panggul

2) Artikulasi

3) Ruang Panggul

4) Pintu Panggul

5) Bidang Hodge
111

Bagian keras di antaranya ada bidang hodge. Bidang hodge

adalah bidang yang dipakai dalam obstetri untuk

mengetahui seberapa jauh turunnya bagian bawah anak

kedalam panggul. Terdapat 4 bidang hodge yaitu:

a) Bidang hodge I : jarak antara promontorium dan pinggir

atas simfisis, sejajar dengan PAP atau bidang yang

terbentuk dari promontorium, linea inominata kiri,

simfisis pubis, linea inominata kanan kembali ke

promontorium.

b) Bidang hodge II : bidang yang sejajar dengan PAP,

melewati pinggir (tepi) bawah simfisis.

c) Bidang hodge III : bidang yang sejajar dengan PAP,

melewati spina ischiadica.

d) Bidang hodge IV : bidang yang sejajar dengan PAP,

melewati ujung tulang coccyangeus.


112

Gambar 2.8 Bidang Hodge


Sumber : Mochtar Rustam. 2015

6) Jenis Panggul

a) Ginekoid : Paling ideal, bulat 45%.

b) Android : Panggul Pri, segitiga 15%.

c) Antropoid : Agak lonjong, seperti telur 35%.

d) Platipeloid : Picak, menyempit arah muka belakang 5%.


(19)
113

Gambar 2.9 Jenis-jenis panggul


Sumber : Mochtar Rustam. 2015

b. Bagian Lunak

Bagian Lunak Bagian lunak terdiri atas otot, jaringan, dan

ligament. Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan

adalah SBR, serviks uteri dan vagina. Di samping itu otot-otot,

jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat-alat

urogenetal juga sangat berperan dalam persalinan. Bagian

lunak (otot-otot dasar panggul) ada 2 macam :

1) Musculus levator ani

2) Musculus ischio coccyangeus (19)

2. Tenaga atau Kekuatan (Power)


114

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah :

a. HIS (Kontraksi Uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim

bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifatnya kontraksi

simetris, fundus dominant, kemudian diikuti relaksasi. Pada

saat kontraksi otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal

dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong

janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks.(19)

b. Hal yang harus diperhatikan dari his

1) Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu biasanya

permenit atau per 10 menit.

2) Intensitas his adalah kekuatan his (adekuat atau lemah).

3) Durasi (lama his) adalah lamanya setiap his berlangsung

dan ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.

4) Interval his adalah jarak antara his satu dengan his

berikutnya. Misalnya his datang tiap 2 - 3 menit.

5) Datangnya his, apakah sering, teratur atau tidak.(19)

c. Perubahan - Perubahan his

1) Pada uterus dan serviks : uterus teraba keras atau padat

karena kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot yang

banyak, sehingga setiap muncul his maka terjadi pendataran

(effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.


115

2) Pada ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi

rahim, terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.

3) Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-

plasenter kurang sehingga timbul hipoksia janin. Denyut

jantung janin melembat dan kurang. jelas didengar karena

adanya iskemia fisiologis.(19)

d. Bagian dan Sifat His

1) His pendahuluan : his tidak kuat dan tidak teratur namun

menyebabkan keluarnya bloody show.

2) His pembukaan (kala 1) : menyebabkan pembukaan serviks,

semakin kuat, teratur dan sakit.

3) His pengeluaran (kala II) : untuk mengeluarkan janin;

sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinir dan lama,

koordinasi bersama antara kontraksi otot perut, diafragma

dan ligament.

4) His pelepasan uri (kala III) : kontraksi sedang untuk

melepaskan dan melahirkan plasenta.(19)

3. Janin (Passanger)

Faktor yang berpengaruh terhadap persalinan selain faktor

janin, meliputi, sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian

terbawah, serta posisi janin, juga ada plasenta dan air ketuban.(19)

a. Janin
116

1) Sikap dan letak

Sikap (Habitus) Menunjukkan hubungan bagian-

bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap

tulang punggung. Janin umumnya dalam sikap fleksi

dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan

fleksi, lengan bersilang di dada.

Letak adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap

sumbu ibu. Misalnya, letak lintang di mana sumbu janin

tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur di mana

sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak

kepala atau letak sungsang.

2) Presentasi

Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin

yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada

palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya, presentasi

kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain.

3) Bagian terbawah janin

Pada bagian ini sama dengan presentasi hanya lebih

diperjelas istilahnya.

4) Posisi janin

Indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin

apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap

sumbu ibu (materal-pelvis). Misalnya, pada letak belakang


117

kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk

kanan belakang.(19)

b. Plasenta (uri)

1) Pengertian

Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir

mengiringi kelahiran janin, yang berbentuk bundar atau

oval. Plasenta terbentuk sempurna pada minggu ke-16 di

mana desidua parietalis dan desidua kapsilaris telah

menjadi satu. Letak plasenta yang normal pada korpus

uteri bagian depan atau bagian belakang agak ke arah

fundus uteri.

2) Bagian-bagian plasenta

a) Bagian Janin (Fetal Portion)

Vili korialis yang berasal dari korion, ruang ruang

interviler. Amnion yang tampak licin, di bawah

amnion berjalan cabang-cabang pembuluh darah

pusat, tempat insentari tali pusat pada bagian fetal.

b) Bagian Maternal (Maternal Portion)

Bagian ini atas beberapa terdiri atas beberapa koledon

kurang lebih 15-20 kotiledon.

c) Tali pusat

Bagian tali pusat yang berhubungan dengan plasenta

disebut dengan insertio. Apabila di tengah disebut


118

dengan insertio sentralis. Apabila letaknya agak ke

pinggir disebut insertio lateralis (para sentralis).

Apabila letaknya di pinggir uri disebut dengan

insertio marginalis. Namun demikian, terkadang tali

pusat juga berada di luar uri dan terhubung dengan uri

melalui selaput janin dan yang demikian ini disebut

insertio valamentosa.(19)

c. Air ketuban (Liquor Amni)

Air ketuban terletak di dalam ruangan yang dilapisi oleh

selaput janin (amnion dan korion). Volume air ketuban pada

kehamilan cukup bulan kira-kira 1.000 sampai 1.500 cc. Ciri

ciri air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa

manis, sedangkan reaksinya agak alkalis dan netral dengan

berat jenis 1,008. Komposisi air ketuban terdiri atas 98% air,

sisanya albumin, urea, asam uric, kreatinin, sel-sel epitel,

rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam organik. Kadar

protein yang terkandung di dalamnya kira-kira 2,6% gram

perliter, terutama albumin.(19)

I. Macam – Macam Posisi Meneran

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu

dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala II karena hal ini
119

dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi meneran yang

paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.(25)

1. Posisi duduk atau setengah duduk

Gambar 2.10 Posisi duduk atau setengah duduk


Sumber : Yulizawati. 2019

Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa

nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk

beristirahat diantara kontraksi Keuntungan dari kedua posisi ini

adalah gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.(25)

2. Posisi jongkok, berdiri dan litotomi

Gambar 2.11 Posisi jongkok dan


posisi berdiri
Sumber : Yulizawati. 2019

Gambar 2.12 Posisi litotomi


Sumber : Yulizawati. 2019
120

Posisi jongkok atau berdiri dapat membantu mempercepat

kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri, sedangkan

posisi litotomi setengah duduk cukup efektif untuk meneran.(25)

3. Posisi telungkup atau berbaring miring ke kiri

Gambar 2.13 Posisi Telungkup


Sumber : Yulizawati. 2019

Gambar 2.14 Posisi berbaring


miring kiri
Sumber : Yulizawati. 2019

Beberapa ibu merasa bahwa telungkup (bertahan pada kedua

tangan dan lutut) atau berbaring miring ke kiri membuat mereka lebih

nyaman dan efektif untuk meneran. Kedua posisi tersebut juga akan

membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar

menjadi posisi oksiput anterior.(25)

Posisi telungkup seringkali membantu ibu mengurangi nyeri

punggung saat persalinan. Posisi berbaring miring ke kiri memudahkan

ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan

dan juga dapat mengurangi risiko terjadinya laserasi perineum.(25)

J. Mekanisme Persalinan Normal


121

Pada persalinan normal terdapat beberapa mekanisme yang

dialami oleh ibu bersalin. Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut.

1. Masuknya Kepala Janin dalam PAP

Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida

terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan. Namun, pada

multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan. Proses

tersebut biasanya dengan sutura sagitalis melintang menyesuaikan

dengan letak punggung.(24)

2. Majunya Kepala Janin

Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala

masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala

II. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam

rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala bersamaan

dengan gerakan-gerakan lain, yaitu fleksi, putaran paksi dalam, dan

ekstensi. Majunya kepala janin ini disebabkan tekanan cairan

intrauterin, tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong,

kekuatan mengejan, melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk

rahim.(24)

3. Fleksi

Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran

yang paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus

(9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm). Fleksi

disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat


122

tahanan dari pinggir PAP, servis, dinding panggul atau dasar

panggul. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi

fleksi karena momement yang menimbulkan fleksi lebih besar

daripada momen yang menimbulkan defleksi. Sampai di dasar

panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal. Kepala

turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas

ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas, diafragma pelvis dan

tekanan intrauterin maka kepala mengadakan rotasi yang disebut

sebagai putaran paksi dalam.(24)

Gambar 2.15 Kepala Fleksi


Sumber : Fitriana Yuni. 2018

4. Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian. depan

sedemikian rupa, sehingga bagian terendah dari bagian depan

memutar ke depan dan ke bawah simpisis. Pada presentasi

belakang pada bagian kepala terendah, biasanya daerah ubun-ubun

kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah simpisis.

Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala,

karena putaran.
123

Paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi

kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah

dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan

dengan majunya kepala dan tidak terjadi klara sebelum kepala

sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala

sampai di dasar panggul. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi

dalam adalah sebagai berikut.

a. Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah

dari kepala.

b. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling

sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus

genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.

c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior.(24)

Gambar 2.16 Putar


paksi dalam
Sumber : Fitriana Yuni. 2018

5. Ekstensi
124

Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar

panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini

disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan di atas, sehingga kepala de harus mengadakan

ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul. Rotasi UUK

akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul UUK

berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion

kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Saat

ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak.

Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka

dinding rektum. Kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka

berturut-turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu

dengan gerakan ekstensi. Sesudah kepala lahir, kepala akan segera

berotasi (berputar), disebut putaran paksi luar.(24)

Gambar 2.17 Fleksi, defleksi, ekstensi


Sumber : Fitriana Yuni. 2018

6. Putaran paksi luar

Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran

paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan

punggung janin. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring. Di


125

dalam rongga panggul bahu akan menyesuai akan diri dengan

bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul. Apabila

kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan

belakang. Selanjutnya, dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru

kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.(24)


126

Gambar 2.18 Persalinan kepala, resusitasi, putar paksi luar


Sumber : Fitriana Yuni. 2018

Gambar 2.19 Melahirkan bahu anterior dan posterior


Sumber : Fitriana Yuni. 2018

K. Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal.

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA

1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan

a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan vagina.

c. Perineum tampak menonjol.


127

d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Pastikan kelengkapan perlengkapan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan:

a. Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat.

b. 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu

bayi).

c. Alat penghisap lendir.

d. Alat sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

Untuk ibu:

a. Menggelar kain di perut bawah ibu.

b. Menyiapkan oksitosin 10 unit.

c. Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,

mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.


128

5. Pakai satu sarung dengan DTT atau steril yang akan digunakan

untuk pemeriksaan dalam.

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril

dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN

BAIK

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-

hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang mudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.

a. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh

kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara

mengelap dari depan ke belakang.

b. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam

wadah yang benar.

c. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan

kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan

klorin 0,5%. Pakai sarung tangan lanjutan. DTT/steril untuk

melaksanakan Langkah lanjutan.

8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap.

a. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan

sudah lengkap, lakukan amniotomi.


129

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan

terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

10. Periksa Denyut Jantung Janin (DJ) setelah kontraksi uterus

mereda untuk memastikan bahwa DJJ masih dalambatas normal

(120 - 160x/menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ

semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan pada

partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU DAN MEMBANTU PROSES MENERAN

11. Beritahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan Janin

cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai keinginannya.

a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,

lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin

(ikuti penatalaksanaan pedoman fase aktif) dan

dokumentasikan semua temuan yang ada.

b. Jelaskan kepada anggota keluarga tentang peran mereka

unyuk mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat

ibu mulai meneran.


130

12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi meneran jika

ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi

ini, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin

meneran atau timbul kontraksi yang kuat :

a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki

cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Anjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu.

f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).

g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir

setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran kurang

lebih 120 menit (2 jam) pada primigravida atau kurang lebih

60 menit (1 jam) pada multigravida.

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam selang waktu 60 menit.


131

V. PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

bagian bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm.

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas

bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT atau sterii pada kedua tangan.

VI. PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRAN BAYI

19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan

yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di belakang

kelapa untuk mempertahankan posisi fleksi dan membantu

lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau

bernapas capai dan dangkal.

20. Pemeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses

kelahiran bayi :

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.


132

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat. mengklemnya di

dua tempat dan memotongnya.

21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar secara spontan.

Lahirnya bahu

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga behu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan

bahu belakang, tangan yang lain menelusuri lengan dan siku

anterior bayi serta menjaga bayi terpegang baik.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada

di atas (anterior) dari punggung, bokong, tungkai dan kak.

Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua

mata kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari

pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar

bertemu dengan jari telunjuk).

VII. ASUHAN BAYI BARU LAHIR

25. Lakukan penilaian (selintas) :

a. Apakah bayi cukup bulan ?

b. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa

kesulitan?
133

c. Apakah bayi bergerak dengan aktif ? Bila salah satu jawaban

adalah "TIDAK" lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru

lahir dengan asfiksia.

26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa memberikan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Pastikan

bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda.

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikan okositosin

10 unit (IM) di 1/3 distal lateral paha.

30. Setelah 2 menit dari bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat

menggunakan klem kira-kira 2-3 cm dari pusar bayi. Gunakan

jari telunjuk dan jari tengah yang lain untuk mendorong isi tali

pusat ke arah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal

dari klem pertama.

31. Memotong dan pengikatan tali pusat:

a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi). dan lakukan pengguntingan tali pusat

diantara 2 klem tersebut.


134

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah

disediakan.

32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-

bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel dengan

dada ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu

dengan posisi lebih rendar dari puting susu atau aerola mamae

ibu.

VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN (MAK III)

33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bagian bawah ibu

(di atas simfisis) untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

memegang klem untuk menegangkan tali pusat.

35. Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah

belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah

inversio uteri). Jika plasenta tidak lepas setelah 30-40 detik,

hentikan penanganan tali pusat dan tunggu hingga ada kontraksi

berikutnya kemudian ulangi kembali prosedur di atas.

a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu/suami untuk

melakukan stimulasi puting susu.


135

Mengeluarkan plasenta.

36. Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah

distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta

dapat dilahirkan.

a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan

(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak

berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah

bawah-sejajar lantai-atas).

b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

c. Jika plasenta tidak lepas setelah menegangkan tali pusat: 15

menit.

1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

2) Lakukan katerisasi (gunakan teknik aseptik) jika

kandung kemih penuh.

3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat

15 menit berikutnya.

5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir

atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan

plasenta manual.
136

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada

wadah yang telah disediakan.

a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau

steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian

gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DIT/steril tertinggal.

untuk mengeluarkan selaput yang

Rangsang taktil (masase) uterus

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras).

a. Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual

internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-

kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

rangsangan taktil/masase.

IX. PENILAIAN PERDARAHAN

39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau

derajat 2 dan atau menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan

yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.


137

40. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta

telah dilahirkan lengkap. Masukan plasenta ke dalam kantung

plastik atau tempat khusus.

X. ASUHAN PASCA PERSALINAN

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42. Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh lakukan katerisasi.

Evaluasi

43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5% bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan

bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan cara

menilai kontraksi.

45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60x/ menit).


138

a. Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi

dan segera merujuk kerumah sakit.

b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke

RS rujukan.

c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan

kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam

satu selimut.

Kebersihan dan keamanan

48. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Menggunakan

larutan klorin 0,5% lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu

menggunakan pakaian yang bersih dan kering.

49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI,

anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yang diinginkannya.

50. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi.

51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.


139

53. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih

dan kering.

55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan vitamin K1

(1 mg) intramuskuler di pada kiri bawah lateral dan salep mata

profilaksis infeksi dalam 1 jam pertama kelahiran.

56. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran

bayi) Pastikan kondisi bayi tetap baik (pernafasan normal 40-

60x menit dan temperatur tubuh normal 36.5 - 37.5℃) setiap 15

menit.

57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan

bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu dapat

disusukan.

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di

dalam larutan klorin 0,5% dalam 10 menit.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

Dokumentasi
140

60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang).(9)

L. Partograf

1. Definisi Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk

mencapai hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui VT dan mendeteksi dini adanya

kemungkinan partus lama.(25)

2. Fungsi Partograf

Apabila digunakan secara tepat, partograf akan membantu

penolong persalinan untuk.

a. Mencatat kemajuan persalinan.

b. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran.

c. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini

mengidentifikasi adanya penyulit.

d. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat Insoll auda

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu partograf harus

digunakan.

e. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai

elemen penting asuhan persalinan. Partograf digunakan baik

tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan memantau


141

penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi, dan

membantu klinik baik persalinan normal maupun disertai

dengan penyulit.

f. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah,

puskesmas, BPS, rumah sakit).

g. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan kepada ibu selama bersalin dan kelahiran (Sp. OG,

bidan, dokter umum, residen, mahasiswa).(25)

3. Waktu pengisian partograf

Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses

persalinan telah berada dalam kalal fase aktif, yaitu saat mulai

terjainya pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir

pada pemantauan kala IV.(25)

4. Pengisian lembar depan partograf

Partograf dapat dikatakan sebagai data yang lengkap bila

seluruh informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu

dan jam, kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan,

pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik, dan asuhan atau

tindakan yang diberikan telat dicatat secara rinci sesuai dengan cara

pencatatan partograf. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dicatat

dalam partograf.(25)

a. Informasi Tentang Ibu

1) Nama dan umur.


142

2) Gravida, para, abortus.

3) Nomor catatan medik atau nomor puskesmas.

4) Tanggal dan waktu mulai dirawat.

5) Waktu pecahnya selaput ketuban.(25)

b. Kondisi janin

1) Denyut Jantung janin (DJJ)

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30

menit (lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat janin).

Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Kisaran normal

DJJ tertera diantara garis tebal angka harus waspada jika

mengarah di bawah 120 menit (bradicardi) atau diatas

permenit (tachikardi). Beri tanda titik) pada kisaran angka

180 dan Hubungkan satu titik dengan yang lainnya.

2) Warna dan Adanya Air Ketuban

Nilai ketuban setiap kali VT dan nilai warna air selaput

ketuban pecah. Penggu anaan lambangnya, adalah sebagai

berikut.

a) U : ketuban utuh (belum pecah) ketuban sudah pecah

warna jernih

b) M: ketuban sudah pecah & ketuban bercampur

mekonium.

c) D : ketuban sudah pecah bercampur darah.


143

d) K : ketuban sudah pecah tidak ada.

3) Penyusupan (Molase) Kepala

Janin Indikator penting tentang sebarapa kepala bayi

menyesuaikan dengan bagian panggul Lakukan penilaian

penyusupan kepala setiap melakukan Penggunaan

lambanya, adalah sebagai berikut.

a) 0: Tulang kepala sutura mudah dipalpasi.

b) 1: Tulang kepala janin hanya saling bersen tuhan.

c) 2: Tulang kepala janin saling bertumpang tindih, tapi

masih dapat dipisahkan.

d) 3 Tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan.(25)

c. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partografdigunakan untuk

mencatat kemajuan persalinan. Masing – masing kolom

menunjukkan waktu 30 menit.

Kemajuan persalinan yang harus ditulis dalam partograf

adalah sebagai berikut.

1) Pembukaan Serviks

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam memantau mihatag mln

pembukaan serviks adalah sebagai berikut.

a) Nilai dan catat pembukaan seviks tiap jam (lebih sering

dilakukan bila ada tanda penyulit).


144

b) Angka 0- 10 yang tertera paling kiri adalah besarnya

dilatasi serviks, setiap angka atau kolom menunjukkan

besarnnya pembukaan serviks

c) Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan (pembukaan

4 cm) catat pembukaan serviks digaris waspada dengan

menulis tanda "X".

d) Selanjutnya catat setiap kali melakukan VT kemudian

hubungkan dengan garis utuh (tidak putus).

e) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin. Pada

pengecekan bagian ini berilah tanda "0" untuk

menunjukkan penurunan bagian bawah janin pada garis

waktu yang sesuai.

f) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan

berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan mencapai 1 cm

perjam. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah

kanan garis waspada, maka harus dipertimbangkan

adanya penyulit. Garis bertindak tertera sejajar dan di

sebelah. kanan (berjarak 4 jam) pada garis wasapada.

Jika pembukaan serviks telah melampaui ustem melah

atau berada di sebelah kanan bertindak, maka gelegen

tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus


145

Sebaiknya ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum

garis bertindak terlampaui.(25)

d. Waktu dan jam

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan. Dibagian bawah

partograf (pembukaan serviks dan dan penurunan) terdapat

kotak yang diberi angka 1-16 setiap kotak menyatakan

waktu 1 jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

a) Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan

dengan 2 kotak 30 menit pada fenud lajur kotak di

atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.

b) Saat itu masuk fase aktif catat pembukaan serviks,

catatlah pembukaan serviks di garis waspada, kemudian

catat waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang

sesuai.

c) Contoh jika VT berukuran 6 cm pada pukul 15.00.

Tuliskan X di garis waspada yang sesuai dengan angka

6 dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di

bawahnya (kotak ketiga dari kiri).(25)

e. Kontraksi uterus
146

1) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit Setiap 30 menit,

raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan

lamanya kontraksi dalam.

2) Lama kontraksi (dalam detik).(25)

f. Obat-obatan yang Diberikan

a. Oksitosi, diberikan jika tetesan drip sudah dimu lai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang

diberikan pervolume cairan dan dalam satuan tetes per

menit.

b. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan. Lakukan

pencatatan terhadap semua obat yang digunakan dalam

kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.(25)

g. Kondisi ibu

1) Nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh.

a) Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (.) pada

kolom yang sesuai.

b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering.

Jika diduga ada penyulit, maka berilah tanda panah

pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.


147

c) Suhu tubuh diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih

sering. Jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga

ada infeksi. Catatlah suhu tubuh pada kotak yang

sesuai.

2) Volume urin, protein, dan aseton. muka. Lakukan

pengukuran dan pencatatan jumlah produksi urin setiap 2

jam (setiap ibu berkemih). Apabila memungkinkan, lakukan

pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.(25)


148

Gambar 2.20 Lembar Partograf bagian depan


Sumber : Yulizawati, Lusiana El Sinta B. 2019
149

5. Pengisian lembar belakang partograf

Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang

berguna untuk mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I,

kala II, kala III, kala IV dan bayi baru lahir.(25)

a. Data dasar

Data dasar terdiri dari tangal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, ala san merujuk,

tempat merujuk, pendamping saat merujuk, dan masalah dalam

kehamilan atau persalinan.(25)

b. Kala I

Pada bagian ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang

partograf saat melewati garis waspada, masalah yang timbul,

penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.(25)

c. Kala II

Pada bagian ini terdiri dari laporan tentang episio tomo,

pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, dan masalah

penatalaksanaannya.(25)

d. Kala III

Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyu sui dini,

lama kala III, pemberian oksitosin, pene gangan tali pusat

terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan plasenta >30

menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain,

penatalaksanaan, dan lainnya.(25)


150

e. Kala IV

Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh,

tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

perdarahan.(25)

f. Bayi baru lahir

Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan,

pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.(25)


151

Gambar 2.21 Lembar Partograf bagian belakang

Sumber : Yulizawati, Lusiana El Sinta B. 2019


152

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengisian partograf

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengisian partograf di

antaranya adalah sebagai berikut.

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia,

meliputi, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang.(24)

b. Pendidikan

Perbedaan pendidikan tenaga kesehatan mempengaruhi

proses pengisian partograf serta outcomes dari persalinan.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin dalam

pemahaman serta pengetahuan yang diperoleh.(24)

c. Kompetensi dan Keterampilan

Perilaku dalam bentuk praktik yang sudah konkrit berupa

perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

Kompetnsi dan ketrampilan bidan terbukti berpengaruh

terhadap proses pengisian partograf.(24)


153

d. Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang

dapat di pakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud

dan tujuan dari suatu proses, sedangkan prasarana adalah

segala sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya proses. Sumber daya yang dimaksud adalah

termasuk ketersediaan kertas grafik partograf, peralatan untuk

melaksanakan observasi tanda-tanda vital alat tulis.(24)

e. Sikap

Perilaku dalam bentuk sikap atau tanggapan atau

rangsangan dari luar diri seseorang untuk melakukan

pencatatan dengan baik.(24)

f. Dukungan Sosial dan Pujian

Peran serta pemimpin (stakeholder) sangat berpe ngaruh

dalam hal ini. Pemimpin memberikan perha tian terhadap apa

yang diinginkan pegawai (provider kesehatan), akan

memotivasi pegawai untuk melakukan apa yang diinginkan

oleh pemimpin.(24)

g. Pengawasan

Supervisi dan evaluasi penting dilakukan untuk

memutuskan tindakan apa yang seharusnya dilakukan serta

perencanaan menejemen apa yang akan dilakukan setelah

dievaluasi. Ketika seorang tenaga kesehatan dilatih kemudian


154

dilakukan pencatatan pelaporan partograf ternyata masih

banyak yang belum lengkap terutama pada alur pelaporan ke

tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Petugas

kesehatan tidak melakukan pengawasan dan tindak lanjut pada

ranah yang lebih tinggi.(24)

2.1.3 Bayi Baru Lahir

A. Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan

individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma

kelahiran serta harus dapat melakukan diri dari kehidupan intrauterin ke

kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000

gram.(29)

Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim

sampai dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan

yang sangat besar dari kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba

bergantung pada ibu menjadi di luar rahim yang harus hidup secara

mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua

sistem. Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko

gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat

muncul sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa berakibat

fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap


155

bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada

saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari.(30)

B. Tanda – Tanda Bayi Baru Lahir

Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal yaitu :

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu.

2. Berat badan 2.500-4.000 gram.

3. Panjang badan 48-52 cm.

4. Lingkar dada 30-38 cm.

5. Lingkar kepala 33-35 cm.

6. Lingkar lengan 11-12 cm.

7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

8. Pernapasan ± 40-60 x/menit.

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

11. Kuku agak panjang dan lemas.

12. Nilai APGAR>7.

13. Gerak aktif.

14. Bayi lahir langsung menangis kuat.

15. Retleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.


156

16. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.

17. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik.

18. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik.

19. Genitalia

a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang.

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.

20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam

24 jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan.(29)

C. Tahapan Bayi Baru Lahir

1. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama

kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk

fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

2. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II

dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan perilaku.

3. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24

jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.(29)

D. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir


157

Ada beberapa perubahan fisiologis pada bayi baru lahir antara lain :

1. Sistem pernapasan

Pada saat didalam rahim janin mendapatkan O2 dan

melepaskan CO2 melalui plasenta. Paru-paru janin mengandung

cairan yang disebut surfaktan. Surfaktan berfungsi untuk

mengurangi tekanan permukaan alveoli dan menstabilkan dinding

alveoli sehingga tidak kolaps. Pada proses persalinan pervaginam

terjadi tekanan mekanik dalam dada yang mengakibatkan

pengempisan paru-paru dan tekanan negatif pada intra toraks

sehingga merangsang udara masuk. Tali pusat dipotong maka akan

terjadi pengurangan dan akumulasi CO2 dalam darah bayi,

sehingga akan merangsang pusat pernafasan untuk memulai

pernafasan pertama.

Pernafasan yang pertama pada bayi berfungsi untuk

mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan

alveoli paru-paru untuk pertama kali sehingga merangsang udara

masuk. Ketika bernafas, udara memenuhi paruparu dan sisa

surfaktan diserap oleh pembuluh darah dan linfe sehingga semua

alveoli terisi oleh udara pada saat ini maka terjadi peningkatan

tekanan 02 dalam alveolar sehingga pembuluh darah paru-paru

meningkat dan memperlancar pertukaran gas dalam alveoli

sehingga terjadi perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar

rahim. Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,


158

kecepatan dan iramanya serta bervariasi 30-60 kali per menit,

sebagaimana kecepatan nadi, kecepatan pernafasan juga

dipengaruhi oleh menangis.(24)

2. Sistem Sirkulasi Darah

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok

setelah bayi lahir. Foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus

venosus menutup. Arteri umbilikus dan vena umbilikalis dan arteri

hepatika menjadi tigamen. Nafas pertama yang dilakukan oleh bayi

baru lahir membuat paru paru berkembang dan menurunkan

resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah mengalir, tekanan

arteri pulmoner menurun. Rangkaian peristiwa merupakan

mekanisme besar yang menyebabkan tekanan atrium kanan

menurun.

Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan

masuk ke kanan bagian kiri sehingga tekanan dalam atrium kiri

meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale

menutup. Selama beberapa hari pertama kehidupan. tangisan dapat

mengembalikan aliran darah melalui foramen ovele sementara dan

mengakibatkan sianosis ringan.

Frekuensi jantung bayi rata-rata 140 x/menit saat lahir,

dengan variasi berkisar antara 120-140 x/menit. Frekuensi saat bayi

tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada saat usia satu

minggu frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 128 x/ menit dan


159

163 x/ menit saat bangun. Aritmia sinus (denyut jantung yang tidak

teratur pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena

fisiologis dan sebagai indikasi fungsi jantung yang baik). Ketika

dilahirkan bayi memiliki kadar haemoglobin yang tinggi sekitar 17

gr/dl dan sebagian besar terdiri dari haemoglobin fetal type (HbF).

Jumlah HbF yang tinggi ketika didalam rahim diperlukan untuk

meningkatkan kapasitas pengangkutan Oz dalam darah saat darah

yang teroksigenasi dari plasenta bercampur dengan darah dari

bagian bawah janin. Keadaan ini tidak berlangsung lama, ketika

bayi lahir banyak sel darah merah tidak diperlukan sehingga terjadi

hemolisis sel darah merah. Hal ini menyebabkan ikterus fisiologi

pada bayi baru lahir dalam 2-3 hari pertama kelahiran.(24)

3. Sistem Pencernaan

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna,

memetabolisme, mengabsorbsi protein dan karbohidrat. Mekonium

merupakan sampah pencernaan yang disekresikan oleh bayi baru

lahir. Mekonium diakumulasikan dalam usus saat umur kehamilan

16 minggu. Sehingga Warnanya hijau kehitam-hitaman dan lembut,

terdiri dari mucus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam

lemak dan pigmen empedu. Mekonium dikeluarkan seluruhnya

sekitar 2-3 hari setelah bayi lahir. Mekonium yang pertama

dikeluarkan dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir. Ketika bayi

sudah mendapatkan makanan feses bayi berubah menjadi warna


160

kuning kecoklatan, mekonium yang dikeluarkan menandakan anus

yang berfungsi, sedangkan faeces bayi yang berubah warna

menandakan seluruh saluran gastrointestinal berfungsi.

Dalam waktu 4 atau 5 hari feses berubah menjadi kuning.

Bayi yang diberi ASI, feses lembut, kuning terang dan tidak bau.

Sedangkan bayi yang diberi susu formula berwarna pucat dan agak

berbau. Bayi yang diberi ASI dapat BAB sebanyak 5 kali atau lebih

dalam sehari, ASI sudah mula banyak diproduksi pada hari ke 4

atau ke 5 persalinan. Walaupun demikian setelah 3-4 minggu, bayi

hanya setiap 2 hari. Sedangkan bayi yang diberi susu formula lebih

sering BAB tetapi lebih cenderung mengalami kontipasi. Kapasitas

lambung bayi baru lahir sekitar 15-30 ml dan hingga meningkat

dengan cepat pada minggu pertama kehidupan. Pengosongan

lambung pada bayi baru lahir sekitar 2,5-3 jam. Imaturitas hati

yang fisiologis menghasilkan produksi glukoronil transferase yang

rendah untuk konjugasi bilirubin dan juga tingginya jumlah sel

darah merah yang mengalami hemolisis mengakibatkan ikterus

fisiologis yang dapat terlihat pada hari ketiga atau kelima.

Simpanan glikogen cepat berkurang sehingga early feeding

diperlukan untuk mempertahankan glukosa darah normal. Early

feeding diperlukan untuk menstimulasi fungsi liver dan membantu

pembentukan vitamin K.(24)

4. Sistem pengaturan suhu tubuh


161

Bayi baru lahir memiliki pengaturan suhu tubuh halin dapat

dihindari jika bayi dilahirkan dalam lingkungan yang hangat

dengan suhu sekitar 21- 24°C, keringkan bayi dan bedong bayi

dengan hangat. Bayi baru lahir tidak akan mengalami kedinginan

dan dapat meningkatkan produksi panas dengan cara ini. Simpanan

lemak coklat sudah tersedia pada bayi saat dilahirkan, tetapi suhu

tubuh bayi menurun lebih banyak energi yang digunakan untuk

memproduksi panas ketika diperlukan saja.

Bayi baru lahir yang kedinginan akan terlihat tidak aktif dan

dia akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan

meningkatkan pernafasannya serta menangis. Sehingga terjadi

peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi

yang akan ditimbulkan dari efek hipotermi begitu juga hipoksia dan

hyperbilirubinemia. Suhu yang tidak stabil juga mengindikasikan

terjadinya infeksi sehingga setiap tindakan yang dilakukan harus

menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir.

Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5 - 37,5°C.(24)

5. Sistem Ginjal

Janin mengeluarkan urine dalam cairan amnion selama

kehamilan. Ginjal pada bayi sudah berfungsi, tapi belum sempurna

untuk menjalankan fungsinya. Kemampuan filtrasi glomerular

masih sangat rendah, maka kemampuan untuk menyaring urine

belum sempurna. Sehingga cairan dalam jumlah yang banyak


162

diperlukan untuk mengeluarkan zat padat. Jika bayi mengalami

dehidrasi ekskresi zat padat seperti urea dan sodium klorida akan

terganggu. Sehingga bayi baru lahir harus BAK dalam waktu 24

jam setelah lahir. Awalnya urine yang keluar sekitar 20-30 ml/ hari

dan meningkat menjadi 100 200 ml/ hari pada akhir minggu

pertama ketika intake cairan meningkat.(24)

6. Sistem Adaptasi Imunologi

Bayi baru lahir sangat rentang terhadap infeksi terutama yang

masuk melalui mukosa yang berhubungan dengan sistem

pernafasan dan Gastrointestinal. Antibody yang terbentuk

memberikan kekebalan pasif pada bayi sekitar 6 bulan, sedangkan

IgM dan IgA tidak mampu untuk melewati barrier plasenta tetapi

dapat dihasilkan oleh janin beberapa hari setelah lahir.

IgA dapat memberikan perlindungan pada bayi terhadap

infeksi pada saluran pernafasan, gastrointestinal, dan mata. ASI

terutama kolostrum dapat memberikan kekebalan pasif pada bayi

sebagai perlindungan terhadap infeksi dalam bentuk

Lactobacilluabifidus, lactoferin, lysozym dan pengeluaran IgA.

Pemberian ASI juga membantu perkembangbiakan bakteri

tertentu dalam usus yang akan mengakibatkan suasana asam yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Oleh karena itu

setiap tindakan pada bayi harus berprinsip untuk mencegah

terjadinya infeksi.(24)
163

7. Sistem Reproduksi

Spermatogenesis pada bayi laki-laki belum terjadi sampai

mencapai pubertas, tetapi pada bayi perempuan sudah terbentuk

folikel primodial yang mengandung ovum pada saat lahir. Pada

kedua jenis kelamin ini pengambilan hormon estrogen dari ibu

untuk pertumbuhan payudara yang kadang kadang disertai secret

pada hari keempat atau kelima. Hal ini tidak membutuhkan

perawatan karena akan hilang dengan sendirinya. Pada bayi

perempuan kadang terjadi pseudomenstruasi dan labia mayora

sudah terbentuk menutupi labia minora. Pada laki-laki testis sudah

turun kedalam skrotum pada akhir 36 minggu kehamilan.(24)

8. Sistem Rangka Tubuh

Pertumbuhan otot lebih banyak terjadi dengan hipertropi

dibandingkan pertumbuhan dan pembentukan tulang yang belum

sempurna dapat memfasilitasi pertumbuhan episis. Tulang yang

berada dibawah tengkorak tidak mengalami pengerasan. Hal ini

penting untuk pertumbuhan otak dan memudahkan proses molase

pada waktu persalinan. Molase dapat hilang beberapa hal setelah

kelahiran. Fontanela posterior menutup setelah 6-8 minggu,

sedangkan fontanela anterior membuka sampai 18 bulan.

Pengkajian terhadap hidrasi dan tekanan intrakaranial dapat

dilakukan dengan palpasi fontanel.(24)

9. Sistem Syaraf
164

Apabila dibandingkan dengan sistem tubuh lainnya, sistem

syaraf belum matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini

mengakibatkan kontrol yang minim oleh kortex serebri terhadap

sebagian besar batang otak dan aktivitas refleks tulang belakang

pada bulan pertama kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi

sosial. Adanya beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada bayi

baru lahir menandakan adanya kerjasama antara sistem syaraf dan

sistem muskuloskeretal. Reflek tersebut antara lain :

a. Reflek Morro

Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-

lebar dan melebarkan jari-jari lalu mengembalikan dengan

tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang. Reflek

dapat diperoleh dengan memukul permukaan yang rata yang

ada didekatnya dimana dia terbaring dengan posisi terlentang.

Bayi seharusnya membentangkan dan menarik tangannya

secara sistematis. Jari-jari akan meregang dengan ibu jari dan

telunjuk membentuk huruf C, kemudian tangan terlipat dengan

gerakan memeluk dan kembali pada posisi rileks. Kaki juga

dapat mengikuti gerakan serupa. Reflek Morro biasanya ada

pada saat lahir dan hilang setelah usia 3-4 bulan.(24)

b. Reflek Rooting

Reflek ini timbul karena adanya stimulasi taktil pada pipi

dan daerah mulut, bayi akan memutar kepala seakan-akan


165

mencari puting susu. Reflek Rooting ini berkaitan erat dengan

reflek menghisap dan dapat dilihat jika pipi atau sudut mulut

dengan pelan disentuh bayi, akan menengok secara spontan

kearah sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mulai menghisap.

Reflek ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan.(24)

c. Reflek Sucking

Reflek ini timbul bersama dengan reflek rooting untuk

menghisap puting susu dan menelan ASI.(24)

d. Reflek Graps

Refleks yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak

tangan bayi maka bayi akan menutup telapak tangannya.

Respon yang dapat diperoleh ketika telapak kaki digores dekat

ujung jari kaki, menyebabkan jari kaki menekuk. Ketika jari-

jari kaki diletakkan pada telapak tangan bayi. bayi

menggenggam erat jari-jari. Genggaman telapak tangan bayi

biasanya berlangsung sampai usia 3-4 bulan. Jari kaki

menekuk kebawah, reflek ini menurun pada usia 8 bulan, tapi

masih dapat dilihat sampai usia 1 tahun.(24)

e. Reflek Tonic Neck

Reflek jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan

atau kekiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini tidak dapat

dilihat pada bayi yang berusia 1 hari, meskipun sekali reflek


166

ini kelihatan, reflek ini dapat diamati sampai bayi berusia 3-4

bulan.(24)

f. Reflek Babinsky

Reflek bila ada rangsangan pada telapak kaki akan

bergerak keatas dan jari-jari jari lain membuka. Reflek ini

biasanya hilang setelah berusia 1 tahun.(24)

10. Sistem Intergumentary

Kulit bayi sangat sensitif terhadap infeksi oleh karena itu

penting untuk menjaga keutuhan kulit. Masuknya mikroorganisme

dapat menyebabkan infeksi. Oleh karena itu Ig A tdak ada pada

saat lahir dan baru terbentuk sekitar 2 minggu setelah lahir, maka

imunitas kulit dan usus berkurang. Kelenjar keringat sudah ada

pada saat lahir tapi kadang-kadang belum berfungsi secara efisien.

Verniks kaseosa yang melindungi kulit bayi dan diproduksi oleh

kelenjar sebasea sedangkan bintik bintik putih kecil yang

dinamakan milia sudah ada pada waktu lahir. Pengelupasan kulit

hanya dimulai beberapa hari setelah lahir, sedangkan jika kulit bayi

sudah mengelupas pada saat lahir hal ini mengidentifikasi bahwa

sudah terjadi serotinus, IUGR atau infeksi intra uterin seperti sifilis.
(24)

E. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Ada beberapa tanda bahaya pada bayi yang perlu diketahui dengan

sebagai berikut.
167

1. Pernafasan > 60X/ menit.

2. Kehangatan > 37,5℃.

3. Warna kuning (24 jam 1), biru/ pucat, memar.

4. Muntah.

5. Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan/ nanah, bau busuk dan

berdarah.

6. Infeksi ditandai dengan suhu tinggi, merah, bengkak (nanah, bau

busuk, pernafasan sulit).

7. Tinja/ kemih dalam waktu 24 jam, tinja lembek dan sering. hijau

tua, ada lender ada darah pada tinja.

8. Aktifitas menggigil, tangis, kejang halus, lemas dan mengantuk.(29)

F. Manajemen Bayi Baru Lahir

1. Penilaian

a. Menilai kondisi bayi apakah bayi cukup bulan ?.

b. Apakah air ketuban jernih dan tidak tercampur mekonium ?.

c. Apakah bayi menangis atau bernafas ?.

d. Apakah tonus otot kuat atau gerakan aktif ?.(29)

2. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

a. Jaga bayi tetap hangat bedong bayi dengan kain bersih dan

kering.

b. Isap lendir dari mulut dan hidung.


168

c. Keringkan dengan kain bersih dan lembut.

d. Pemantauan tanda bahaya pada bayi baru lahir.

e. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun,

kira - kira 2 menit setelah lahir. Memotong dan mengikat tali

pusat klem.

f. Letakkan bayi tengkurap di atas dada ibu untuk upaya Inisiasi

Menyusu Dini (IMD).

g. Memberikan suntik Vitamin K1 1 mg dengan cara

intramuscular dipaha kiri anterolateral setelah menyusu dini.

h. Memberikan salep mata antibiotika pada kedua mata.

i. Pemeriksaan fisik head to too.

j. Beri imunisasi hepatitis B 0,5% intramuskuler dipaha kanan

anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.


(29)

3. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin.

eksklusif selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan

makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga

meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi

terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).(29)

4. Vitamin K

Suntik vitamin K 1 mg intramuskular, di paha kiri

anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk mencegah


169

kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir. Suntikan

Vitamin K dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian

imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan

sediaan Vitamin K yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh

disimpan untuk dipergunakan kembali.(29)

5. Pemberian Salep Mata

Antibiotika pada kedua mata salep atau tetes mata untuk

pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan

bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan

infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik

tetrasiklin 1%.(29)

6. Pemeriksaan Fisik

Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak

perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari

kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemeriksaan

BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat

kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24

jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas

kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas

kesehatan selama 24 jam pertama.(29)

7. Imunisasi HB 0

Pemberian imunisasi Hepatitis B 0,5 mL, secara

intramuskular, di paha kanan anteroleteral, kira-kira 1-2 jam


170

setelah pemberian vitamin K1. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat

untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur

penularan ibu ke bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir

dapat terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu

persalinan) dan horizontal (penularan dari orang lain). Dengan

demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus

diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin. Penderita Hepatitis B ada

yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B

didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis.(29)

8. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

Pemotongan sebaiknya dilakukan sekitar 2 menit setelah lahir

atau setelah bidan menyuntikkan oksitosin kepada ibu untuk

memberi waktu tali pusat mengalirkan darah dengan demikian juga

zat besi kepada bayi.(29)

9. Waktu Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatal adalah pelayanan kesehatan kepada

neonatus sedikitnya 3 kali yaitu :

a. 0 – 6 jam

1) Keadaan Umum bayi.

2) Penimbangan BB.

3) Pengukuran panjang badan, lingkar kepala.

4) Melakukan IMD.
171

5) Pemberian Vit K1 dan Salep/tetes mata.

6) Imunisasi HB 0.(35)

b. Kunjungan neonatal I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48

jam setelah lahir.

1) Menyusu.

2) Perawatan tali pusat.

3) Pemberian Vit K1 dan Salep/tetes mata.

4) Imunisasi HB 0.(35)

c. Kunjungan neonatal II (KN 2) pada hari ke-3 sampai dengan 7

hari.

1) Menyusu.

2) Tali pusat.

3) Tanda bahaya.

4) Identifikasi kuning.(35)

d. Kunjungan neonatal III (KN 3) pada hari ke-8 sampai dengan

28 hari.

1) Menyusu.

2) Tali pusat.

3) Tanda bahaya.

4) Identifikasi kuning.(35)

Tabel 2.3 APGAR SKOR

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
172

Pulse Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit


(denyut jantung)
Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit fleksi
Activity Lemah Ekstremitas dalam Gerakan aktif
(aktivitas) sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/merintih Menangis Kuat
(pernapasan) atau baik

Sumber : Nanny Lia Dewi Vivian. 2014

10. Evaluasi Nilai APGAR

Evaluasi ini digunakan mulai 5 menit pertama sampai 10

menit.Hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam

skor 0-2 Hasil APGAR skor dinilai setiap variabel dinilai dengan

angka 0,1 dan 2 nilai tertinggi 10, dengan ditentukan keadaan bayi

sebagai berikut :

a. Nilai 7-10 menunjukan dalam keadaan baik (Vigorous Baby).

b. Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan

membutuhkan tindakan resisutasi.

c. Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan

membutuhkan resisutasi segera sampai ventilasi.

d. Pengukuran antropometri.(29)

11. Penilaian Perubahan Pada Bayi Baru Lahir

a. Kehilangan panas

1) Evaporasi: kehilangan panas tubuh bayi karena

menguapkan air ketuban yang tidak cepat dikeringkan,


173

atau terjadi setelah bayi dimandikan dan tidak

dikeringkan/diselimuti.

2) Konduksi kehilangan panas melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin,

misalnya meja, timbangan.

3) Konveksi: kehilangan panas terjadi pada saat bayi terpapar

dengan udara disekitar yang lebih dingin, misalnya

hembusan angin, pendingin ruangan.

4) Radiasi: kehilangan panas karena bayi diletakan dekat

benda yang punya suhu lebih rendah dari bayi.(29)

b. Pernafasan Pertama

Pernafasan bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik

sesudah kelahiran. Hal ini terkait dengan mekanisme

persalinan pervaginam yang menyebabkan adanya tekanan

rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir

mengakibatkan paru-paru, mengandung 80 sampai 100 ml

cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Setelah bayi lahir, cairan

yang hilang akan diganti dengan udara sehingga paru-paru

berkembang dan rongga dada akan kembali ke bentuk semula.


(29)

12. Sistem Sirkulasi

Paru - paru berkembang karena oksigenasi meningkat dan

tekanan karbondioksida menurun. Terjadi resistens pembuluh darah


174

paru menurun dan aliran darah meningkat. Hal ini menyebabkan

darah dari arteri pulominalis mengalir ke paru - paru dan duktus

arteriosus menutup.(29)

G. Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1. Langkah I: lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan

a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran

b. Sambil meletakan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian

apakah bayi perlu resusitasi atau tidak.

c. Jika bayi normal, keringkan seluruh tubuh bayi tanpa

membersihkan verniks.

d. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi (bau amnion

membantu bayi mencari puting susu).

e. Pastikan bayi tunggal (tidak ada lagi bayi kedua) sebelum

menyuntikan oksitosin pada ibu.(29)

2. Langkah II: lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama

paling sedikit satu jam

a. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap

di dada ibu dengan meluruskan bahu bayi dan kepala berada

diantara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.

b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi.
175

c. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling

sedikit 1 jam.

d. Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum

menyusu.(29)

3. Langkah III

a. Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai

menyusu.

b. Anjurkan ibu atau orang lain untuk tidak memindahkan bayi

baik dari payudara kiri atau ke kanan, biasanya sekitar 10 - 15

menit dapat menyusu yang pertama.(29)

2.1.4 Nifas

A. Definisi Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat - alat kandungan kembali seperti

prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.(19)

Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan

mencakup enam. minggu berikutnya Periode postnatal dimulai segera

setelah kelahiran bayi sampai enam minggu (42 hari) setelah lahir.(27)

Masa nifas (Puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ±40 hari.

Waktu mulai tertentu setelah melahirkan seorang anak, dalam bahasa


176

latin disebut Puerperium. Secara etimologi, puer berarti bayi dan

parous adalah melahirkan. Jadi Puerperium adalah masa setelah

melahirkan bayi dan biasa disebut juga dengan masa pulih kembali,

dengan maksud keadaaan pulihnya alat reproduksi seperti sebelum

hamil. Asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat

kebidanan.(28)

B. Tujuan Masa Nifas

1. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.

2. Menjaga Kesehatan ibu dan bayi.

3. Menjaga kebersihan diri.

4. Melaksanakan screening secara komprehensif.

5. Memberikan Pendidikan laktasi dan perawatan payudara.

6. Pendidikan tentang peningkatan pengembangan hubungan yang

baik antara ibu dan anak.

7. Konseling Keluarga Berencana (KB).

8. Mempercepat involusi alat kandungan.

9. Melancarkan fungsi gastrointestisinal atau perkemihan.

10. Melancarkan pengeluaran lochea.

11. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat

fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme.(28)


177

C. Tahapan Masa Nifas

1. Puerperium dini

Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih

dan boleh bekerja setelah 40 hari.(19)

2. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat - alat

genitalia yang lamanya 6-8 minggu.(19)

3. Puerperium lanjut

Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlu kan untuk pulih dan

kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu

persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat

sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.(19)

D. Perubahan Fisiologi dan Proses Adaptasi pada Masa Nifas

1. Perubahan Sistem Reproduksi

Keajaiban tubuh seorang wanita dapat dibuktikan dengan

perubahan ukuran rahim (uterus) dari 60 gram pada masa sebelum

hamil menjadi perlahan-lahan mencapai 1 kg. berat tersebut

dialami selama masa kehamilan dan setelah persalinan ukurannya

akan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat


178

genital yang berangsur pulih ke keadaan semula ini disebut dengan

involusi.(28)

a. Involusi Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras

karena kontraksi dan retraksi otot - ototnya, sehingga dapat

menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas

implantasi plasenta. Otot rahim tersebut terdiri dari tiga lapis

otot yang membentuk anyaman sehigga pembuluh darah dapat

tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan

Postpartum. Fundus uteri 3 jari di bawah pusat selama 2 hari

berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2

hari ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari ke

10 tidak teraba lagi dari luar, dan sampai dengan 6 minggu

tercapai lagi ukurannya yang normal. Proses dalam involusi

uterus adalah sebagai berikut.(28)

1) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan

memendekkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan

lima kali lebar dari semula selama kehamilan.

2) Terdapat polymorph phagolitik dan macrophages di

dalam sistem vaskuler dan limfasik.


179

3) Efek oksitosin, menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan mengokompres

pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya suplai

darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi

situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan.(28)

Tabel 2.4 Perbandingan Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Dimasa
Involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1.000 gr
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr

Sumber : Vita Sutanto Andina. 2019


180

Gambar 2.22 Perubahan TFU Selama Masa Nifas


Sumber : Vita Sutanto Andina. 2019

b. Involusi Tempat Plasenta

Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat

dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira besarnya

setelapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir

minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2cm.

Pada pemulihan nifas bekas plasenta mengandung banyak

pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus pada luka

bekas plasenta, endometrium tumbuh dari pinggir beluka dan

juga dari sisa - sisa kelenjar pada dasar luka sehingga bekas

luka plasenta tidak meninggalkan luka parut.(28)

c. Lochea

Pada bagian pertama masa nifas biasanya keluar cairan

sibu dari vagina yang dinamakan lochea. Lochea berasal dari


181

luka dalamrahim terutama luka plasenta. Jadi, sifat lochea

berubah seperti secret lukaberubah menurut tingkat

penyembuhan luka.

Pada 2 hari pertama lochea berupa darah dan disebut

lochea rubra. Setelah 2-4 hari merupakan darah encer yang

disebut lochea serosa dan pada hari ke 10 menjadi cairan putih

atau kekuning – kuningan yang disebut lochea alba. Warna ini

disebabkan karena banyak leucocyt terdapat didalamnya bau

lochea khas amis dan yang berbau busuk menandakan infeksi.


(28)

1) Lochea Rubra (Kruenta)

Berlangsung selama 1–3 hari, warna merah

kehitaman. Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi),

dan sisa meconium. Lochea rubra yang menetap pada awal

priode Postpartum menunjukan adanya perdarahan

Postpartum sekunder yang mungkin di sebabkan

tinggalnya sisa atau selaput plasenta.(28)

2) Lochea Sanginolenta

Berlangsung selama 4–7 hari, warna merah

kecoklatan dan berlendir. Terdiri dari darah bercampur

lendir.(28)
182

3) Lochea Serosa

Berlangsung selama 7–14 hari, warna kuning

kecoklatan. Terdiri dari darah bercampur lendir.(28)

4) Lochea Alba

Berlangsung selama >14 hari, warna putih.

Mengandung leukosit, sel desidua dan sel epitel, selaput

lendir serviks serta serabut jaringan yang mati.(28)

5) Lochea Purulenta

Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.


(28)

6) Locheastasis

Lochea tidak lancar keluarnya.(28)

d. Serviks dan Vagina

Serviks dan Vagina Beberapa hari setelah persalinan,

osteum eksternum dapat dilalui oleh 2 jari. Pinggir-pinggirnya

tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan.

Selain itu, disebabkan hiperplasi ini dan retraksi serta sobekan

serviks menjadi sembuh. Namun, setelah involusi selesai

osteum eksternum tidak dapat serupa seperti sebelum hamil.

Vagina yang sangat diregang waktu persalinan lambat laun

mencapai ukuran-ukurannya yang normal pada minggu ke 3

Postpartum rugae mulai nampak kembali.


183

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara

berangsur angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali dapat

kembali seperti semula atau seperti ukuran seorang nulipara.

Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Hymen tampak

sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses

pembentukan berubah menjadi kurunkula mitiformis yang khas

pada wanita multipara.(28)

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang

bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebgaian besar tonusnya sekalipun tetap

kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.(28)

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas,

dikarenakan kurangnya makanan berserat selama proses persalinan

dan adanya rasa takut dari ibu karena perineum sakit, terutama jika

terdapat luka perineum. Namun kebanyakan kasus sembuh secara

spontan, dengan adanya ambulasi dini dan dengan mengonsumsi

makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan supositoria

biskodil per rektal untuk melunakan tinja. Defekasi (proses


184

pengeluaran sisa-sisa pencernaan atau zat yang tidak mengalami

pencernaan) harus terjadi dalam 3 hari Postpartum.(28)

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Sesuai dengan adanya peningkatan sirkulasi darah selama

hamil, maka laju filtrasi glomerulus pada ginjal juga meningkat,

sehingga produksi urin meningkat. Kondisi hiperfiltrasi dibutuhkan

hingga beberapa hari pascasalin untuk mengeluarkan kelebihan

cairan intravaskular akibat redistribusi cairan dari ekstravaskular ke

intravaskular dalam tubuh ibu. Volume dan frekuensi berkemih

diharapkan kembali dalam keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu

saja.

Hal yang perlu diwaspadai adalah trauma pada kandung kemih

akibat tindakan persalinan yang dapat menyebabkan laserasi

kandung kemih. Dinding saluran kemih memperlihatkan edema dan

hiperemia. Kadang, edema dari trigonum menimbulkan obstruksi

dari uretra sehingga terjadi retensio urin, dan kadang kandung

kemih menjadi tidak peka terhadap tekanan air kemih di dalamnya

dan. rasa ingin berkemih ini hilang. Ibu perlu dibiasakan berkemih

paling sedikit 4 jam sekali. Jika pada pemeriksaan fundus uteri

lebih besar dari yang seharusnya, maka perlu dipikirkan

kemungkinan adanya retensi urin. Ibu perlu diminta untuk

berkemih sebelum melanjutkan pemeriksaan, pikirkan

kemungkinan adanya sisa cairan berkemih meskipun ibu sudah


185

berkemih, biasanya hal ini ditandai oleh rasa berkemih yang tidak

tuntas. Risiko infeksi dari sisa cairan kemih ini dan trauma pada

kandung kemih pada saat persalinan memudahkan terjadinya

infeksi.(27)

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang

begitu lama, tetapi biasanya pulih dalam 6 minggu. Ligamen, fasia,

dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,

setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan

menjadi retrofleksi. Alasannya, ligamen rotundum menjadi kendor.

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan. Akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi

yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil,

dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.

Pemulihannya dibantu dengan latihan.(28)

5. Perubahan Sistem Endokrin

a. Hormon Plasenta

Selama periode Postpartum terjadi perubahan hormon

yang besar. Pengeluran plasenta menyebabkan penurunan

signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta.

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.


186

Penurunan hormone Human Placental Enzyme (HPL),

estrogen dan progesteron serta plasental enzyme insulinase

membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula

darah menurun secara bermakna pada nifas. Ibu diabetik

biasanya membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih

kecil selama beberapa hari. Alasannya, perubahan hormon

normal ini membuat masa nifas menjadi suatu periode transisi

untuk metabolisme karbohidrat, interpretasi tes toleransi

glukosa lebih sulit pada saat ini.

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan

cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7

Postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari

ke-3 Postpartum.(28)

b. Hormon Pituitari

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita

tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH

meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3,

dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.(28)

c. Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian.

belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan


187

payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin

menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya

bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengrangi tempat

plasenta dan menncegah perdarahan. Pada wanita yang

memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang

keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke

bentuk normal serta pengeluaran air susu.(28)

d. Hipotalamik Pituitari Ovarium

Bagi wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali

menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan

rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di antara wanita

laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu

dan 45% setelah 12 minggu, sedangkan wanita yang tidak

laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, setelah 12 minggu

dan 905 setelah 24 minggu. Umumnya, wanita laktasi 80%

menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak

laktasi 50% siklus pertama anovulasi.(28)

6. Perubahan Tanda – Tanda Vital

a. Suhu

Dalam 24 jam Postpartum suhu akan naik sekitar 37,5 °C-

38 °C yang merupakan pengaruh dari proses persalinan dimana

ibu kehilangan banyak cairan dan kelelahan. Hari ke-3 suhu


188

akan naik lagi karena proses pembentukan ASI payudara

menjadi bengkak, berwarna merah. Peningkatan suhu bisa juga

disebabkan karena infeksi pada endometrium, mastitis, infeksi

tractus urogenitalis. Kita harus mewaspadai bila suhu lebih

dari 38°C dalam 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama

Postpartum dan suhu harus terus diobservasi minimal 4 kali

sehari.(28)

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa berkisar 60-80

kali permenit. Setelah persalinan denyut nadi menjadi lebih

cepat. Denyut nadi yang cepat (>100x/menit) biasa disebabkan

karena infeksi atau perdarahan Postpartum yang tertunda.(28)

c. Pernapasan

Pernapasan selalu terkait dengan kondisi suhu dan denyut

nadi. Apabila nadi dan suhu tidak normal, pernapasan juga

akan mengikutinya, kecuali pada kondisi gangguan saluran

pernapasan. Umumnya, respirasi cenderung lambat atau

normal karena ibu dalam kondisi pemulihan. Bila respirasi

cepat >30 per menit mungkin diikuti oleh tanda tanda shock.(28)

d. Tekanan Darah

Tekanan darah relatif rendah karena ada proses kehilangan

darah karena persalinan. Tekanan darah yang tinggi

mengindikasikan adanya preeklamsi Postpartum. Biasanya,


189

tekanan darah normal yaitu <140/90 mmHg. Namun, dapat

mengalami peningkatan dari pra persalinan pada 1-3 hari

pospartum. Setelah persalinan sebagian besar wanita

mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu.

Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila

tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya

perdarahan Postpartum. Sebaliknya, bila tekanan darah tinggi,

merupakan petunjuk kemungkinan adanya preeklampsi yang

bisa timbul pada masa nifas, tetapi hal seperti itu jarang terjadi.

Masa nifas setelah persalinan terjadi beberapa perubahan

penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin

untuk mengurangi hemodilusi darah. Terjadi penyerapan

beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena.

Akibatnya, terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5°C yang

bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada

hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat

masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan

infeksi pada kala nifas.(28)

7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Segera setelah bayi lahir, kerja jantung mengalami peningkatan

80% lebih tinggi daripada sebelum persalinan karena autotransfusi

dari uteroplacenter. Resistensi pembuluh perifer meningkat karena


190

hilangnya proses uteroplacenter dan kembali normal setelah 3

minggu.

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 - 400

cc. Bila kelahiran melalui sectio sesaria kehilangan darah dapat

dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan

haemokonsentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam

haemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6

minggu. Setelah melahirkan akan hilang dengan tiba-tiba. Volume

darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan

beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kordis

pada penderita vitium cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan

mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi

sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Umumnya hal

ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 hari Postpartum.(28)

8. Perubahan Sistem Hematologi

Jumlah kehilangan darah yang normal dalam persalinan:

a. Persalinan pervaginam : 300-400 ml

b. Persalinan section secaria: 1.000 ml

c. Histerektomi secaria : 1.500 ml

Total volume darah kembali normal dalam waktu 3 minggu

Postpartum. Jumlah sel darah putih akan meningkat terutama pada

kondisi persalinan lama berkisar 25.000 - 30.000. Semua ini


191

dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari ibu. Selama minggu

minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen, dan plasma serta

faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama

Postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun.

Namun, darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas

(kekentalan) sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.(28)

E. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Perubahan emosi dan psikologis ibu pada masa nifas terjadi

karena perubahan peran, tugas, dan tanggung jawab menjadi orang tua.

Suami istri mengalami perubahan peran menjadi orang tua sejak masa

kehamilan. Dalam periode masa nifas, muncul tugas orang tua dan

tanggung jawab baru yang disertai dengan perubahan-perubahan

perilaku.

Periode masa nifas merupakan masa perubahan besar bagi ibu

baru dan keluarganya. Peran dan harapan sering berubah sebagai

keluarga yang menyesuaikan dengan tambahan keluarga baru mereka

dan mereka belajar untuk menjadi “ibu”.

Banyak perubahan psikologis terjadi pada ibu selama waktu ini.

Asuhan kebidanan harus berfokus pada membantu ibu dan keluarganya

untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan meringankan

transisi ke peran orangtua.


192

Penyesuaian dilakukan terhadap semua perubahan baru.

Keluarga memulai peran baru, pada beberapa ibu dapat menyebabkan

gangguan psikologis, seperti Postpartum blues dan bila tidak ditangani

dapat berlanjut menjadi depresi Postpartum.

Menjadi orangtua merupakan pengalaman yang kompleks, dan

dipengaruhi oleh harapan dari keluarga, masyarakat, dan harapan

orangtua itu sendiri. Perawatan bayi sangat membawa perubahan dalam

kehidupan ibu dan ayahnya, serta anggota keluarga lainnya. Beberapa

ibu mempunyai sedikit atau tidak memiliki pengalaman merawat bayi,

sedangkan ibu merasa harus bertanggung jawab. Hal ini kemungkinan

akan membatasi ibu dalam kehidupan sosialnya. Kekhawatiran yang ibu

rasakan antara lain merasa terabaikan dan rasa kekecewaan.(27)

F. Periode Masa Nifas

1. Fase taking in (fase ketergantungan)

Lamanya 3 hari pertama setelah melahirkan. Fokus pada diri

ibu sendiri, tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu untuk tidur

dan istirahat. Pasif, ibu mempunyai ketergantungan dan tidak bisa

membuat keputusan. Ibu memerlukan bimbingan dalam merawat

bayi dan mempunyai perasaan takjub ketika melihat bayinya yang

baru lahir.(27)

2. Fase taking hold (fase independen)


193

Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10. Aktif, mandiri, dan bisa

membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, fokus pada

perut, dan kandung kemih. Fokus pada bayi dan menyusui.

Merespons instruksi tentang perawatan bayi dan perawatan diri,

dapat mengungkapkan kurangnya kepercayaan diri dalam merawat

bayi.(27)

3. Letting go (fase interdependen)

Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu Postpartum. Ibu sudah

mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan bagian dari

dirinya. Ibu sudah dapat menjalankan perannya.(27)

G. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas.

1. Postpartum blues (Baby Blues)

Postpartum blues dikenal juga dengan kemurungan masa

nifas. Keadaan ini umumnya sering menggelayuti pada ibu baru

yang pertama kali melahirkan. Biasanya disebabkan oleh

perubahan-perubahan yang terjadi dengan sifat yang berbeda secara

drastis antara perubahan satu dengan perubahan yang lain. Baik

perubahan yang terjadi ketika masa kehamilan, melahirkan

disampai pada cara hidupnya sesudah bayinya lahir. Postpartum

blues adalah bentuk depresi yang paling ringan, biasanya timbul

antara hari ke-2 sampai ke-14.(28)


194

a. Faktor-faktor penyebab Postpartum blues

1) Faktor Hormonal yaitu perubahan hormonal pada

pertengahan masa Postpartum. Perubahannya terjadi pada

kadar estrogen, progesteron, prolaktin, serta estriol yang

terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara tajam setelah

melahirkan dan estrogen memiliki efek supresi aktivitas

enzim non-adrenalin maupun serotin yang berperan dalam

suasana hati dan kejadian depresi.

2) Faktor demografik, yaitu faktor penyebab yang

berhubungan dengan umur dan paritas. Biasanya umur ibu

yang terlalu muda saat melahirkan cenderung memiliki

kemungkinan lebih besar terkena kondisi al ini karena

mereka memikirkan tentang tanggung jawab sebagai ibu

untuk mengurus anak. Tindakan itu merupakan sebuah

bentuk ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang

terjadi pada mereka.

3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persali. nan.

Biasanya, kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama

kehamilan, dan persalinan akan memper buruk kondisi ibu

pasca melahirkan.

4) Latar belakang pikologis ibu yang bersangkutan. Tingkat

pendidikan, status perkawinan, kondisi ekonomi, status

sosial serta kedekatan dengan keluarga suami dapat


195

menjadi salah satu pemicu gangguan psikologis ini.

Dukungan yang diberikan dari lingkungan. Misalnya,

suami, orang tua, dan keluarga akan menjadi obat yang

ampuh bagi ibu.

5) Aktivitas fisik berhubungan dengan aktivitas mengasuh

bayi, menyusui ataupun menggantikan popok yang

biasanya terjadi di malam hari dimana hal tersebut

menjadi hal yang baru bagi ibu bersalin. Ditambah lagi

dengan ketidaknyamanan fisik, seperti rasa sakit akibat

luka jahit atau bengkak pada payudara yang dialami

sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca

melahirkan. Fisik yang sudah lelah dan kondisi psikis

yang kaget dengan perubahan-perubahan tersebut dapat

menjadi salah satu pemicu gangguan psikologis ini.

6) Faktor umur dan jumlah anak pada sebagian ibu yang

memiliki anak dengan jarak usia yang terlalu dekat dapat

memicu terjadinya gangguan psikologis ini. Hal tersebut

berkaitan. dengan kebutuhan dasar anak sebelumnya

yang masih memerlukan perhatian dari orangtua ditam

bah dengan kelahiran anak berikutnya yang akan

menyita perhatian lebih besar lagi dari orangtua.


196

7) Stress yang dialami oleh wanita itu sendiri. Misalnya,

belum bisa menyusui bayinya atau rasa bosan terhadap

rutinitas barunya.

8) Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam sehingga takut

yang berlebihan akan kehilangan bayinya.

9) Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan

perubahan yang terjadi.(28)

b. Gejala-gejala terjadinya Postpartum blues

1) Reaksi: depresi/ sedih/disforia.

2) Sering menangis.

3) Mudah tersinggung dan pelupa.

4) Cemas.

5) Labilitas perasaan.

6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.

7) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

8) Kelelahan.

9) Mudah sedih.

10) Cepat marah.

11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula

menjadi gembira.

12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya,

serta bayinya.

13) Perasaan bersalah.(28)


197

c. Langkah mengatasi Postpartum blues

1) Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk

menghadapi masa nifas.

2) Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin

disampaikan.

3) Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami.

4) Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang di alami dan

berusaha melakukan peran barunya sebagai seorang ibu

dengan baik.

5) Cukup istirahat.

6) Menghindari perubahan hidup yang drastis.

7) Berolahraga ringan.

8) Berikan dukungan dari semua keluarga, suami atau

saudara.

9) Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang

professional agar dapat memfasilitasi faktor resiko lainnya

selama masa nifas dan membantu dalam melakukan upaya

pengawasan.(28)

2. Depresi Berat (Depresi Postpartum)

Gangguan psikologis ini sebenarnya tak jauh beda dengan

gangguan psikologis yang sudah disampaikan sebelumnya. Hanya

saja yang membedakan terletak pada frekuensi, intensitas serta

durasi berlangsungnya gejala-gejala yang timbul. Ibu yang depresi


198

akan merasakan gejala dengan intensitas lebih sering, lebih hebat,

dan lebih lama. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan

pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan

bayi, sehingga biasanya mereka tidak bisa menjalin hubungan

kedekatan dengan bayi yang baru dilahirkannya. Penyebab depresi

terjadi karena reaksi. terhadap rasa sakit yang muncul saat

melahirkan dan penyebab yang kompleks lainnya.(28)

a. Gejala-gejala depresi berat

1) Perubahan pada mood disertai dengan tangisan tanpa

sebab.

2) Gangguan pada pola tidur dan pola makan.

3) Perubahan mental dan libido.

4) Dapat pula muncul fobia, serta ketakutan akan menyakiti

dirinya sendiri, dan bayinya.

5) Tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja tenaga yang

dimiliki.

6) Tidak dapat berkonsentrasi.

7) Ada perasaan bersalah dan tidak berharga pada dirinya.

8) Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau terlalu

memperhatikan dan menghawatirkan bayinya.

9) Terdapat perasaan takut untuk menyakiti dirinya sendiri

dan bayinya.
199

10) Depresi berat akan terjadi biasanya pada wanita atau

keluarga yang pernah mempunyai riwayat kelainan

psikiatrik. Selain itu, kemungkinan dapat terjadi pada

kehamilan selanjutnya.(28)

b. Penatalaksanaan depresi berat

1) Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.

2) Terapi psikologis dari psikiater.

3) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antidepresan

(perlu diperhatikan pemberian antidepresan pada wanita

hamil dan menyusui).

4) Jangan ditinggal sendirian di rumah.

5) Jika diperlukan lakukan perawatan di rumah sakit.

6) Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in) dengan

bayinya pada penderita depresi berat.(28)

3. Postpartum Psikosis (Postpartum Kejiwaan)

Postpartum psikosis, yaitu masalah kejiwaan serius yang

dialami ibu setelah proses persalinan dan ditandai dengan agitasi

yang hebat, pergantian perasaan yang cepat, depresi dan delusi.

Wanita yang mengalami Postpartum psikosis ini membutuhkan

perawatan segera dan pengobatan psikiater. Penyebabnya dapat

terjadi karena perubahan hormon, rendahnya dukungan sosial dan

emosional, rasa rendah diri, merasa terpencil atau bisa jadi masalah
200

keuangan. Berikut ini diantaranya gejala ynag timbul akibat

Postpartum psikosis :

a. Adanya perasaan atau halusinasi yang diperintahkan oleh

kekuatan dari luar untuk melakukan hal yang tidak bisa

dilakukan.

b. Adanya perasaan bingung yang intens.

b. Melihat hal-hal lain yang tidak nyata.

c. Perubahan mood atau tenaga yang ekstrem.

d. Ketidakmampuan untuk merawat bayi.

a. Terjadi periode kebingungan yang serupa dengan amnesia

(memory lapse).

e. Serangan kegelisahan yang tak terkendali.

f. Pembiacaraannya tidak dimengerti (mengalami gangguan

komunikasi).(28)

H. Tanda Bahaya pada Masa Nifas

Tanda-tanda bahaya pada ibu yang perlu diperhatikan pada masa

nifas adalah :

1. Demam tinggi lebih dari 38°C

2. Pendarahan vagina luar biasa/ tiba-tiba bertambah banyak

penggantian pembalut 2x dalam setengah jam), disertai dengan

(lebih dari pendarahan haid biasa/bila memerlukan gumpalan darah

yang besar-besar dan berbau busuk pada daerah vagina.


201

3. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau

punggung serta ulu hati.

2. Sakit kepala parah/ terus menerus dan pandangan mata kabur.

3. Pembengkakan pada wajah atau jari-jari tangan.

4. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis dan kaki.

5. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam.

6. Puting payudara berdarah atau merekah sehingga sulit untuk

menyusui.

7. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih

lesu atau nafas terengah-engah.

8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.

9. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu

buang air kecil.

10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus bayinya atau diri

sendiri.

11. Depresi pada masa nifas.(28)

I. Kebutuhan dasar Ibu Masa Nifas

1. Nutrisi dan Cairan

Gizi yang terpenuhi pada ibu menyusui akan sangat

berpengaruh pada produksi air susu yang sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bila pemberian ASI berhasil


202

baik maka berat badan bayi meningkat, kebiasaan makan anak

memuaskan, integritas kulit, dan tonus otot baik.

Umumnya, selama menyusui seorang ibu yang menyusui

akan merasakan lapar yang meningkat jika dibanding sebelum ibu

menjalankan perannya sebagai seorang ibu hamil. Menyusui akibat

nutrisi yang ibu miliki juga akan diolah menjadi nutrisi ASI untuk

kebutuhan makan bayi.(28)

Tabel 2.5 Kecukupan Gizi Rata-Rata Untuk Ibu Menyusui

No Zat Gizi Kebutuhan + Ibu Bahan Makanan


wanita dewasa menyusui
1. Energi 1900 500 Beras, kentang, ubi,
(kkal) jagung, sagu dan
margarin.
2. Protein (gr) 50 17 Daging ayam, ikan,
tahu, tempe.
3. Vitamin A 500 350 Hati, kuning telur,
sayuran hijau, wortel.
4. Thiamin 1,0 0,3 Gandum, kedelai,
(mg) kacang-kacangan.
5. Riboflavin 1,1 0,4 Susu, yogurt, ikan,
(B2) ayam.
6. Niacin (mg) 14 3 Gandum, beras.
7. B12 (gr) 2,4 0,4 Susu, yogurt, ikan,
daging, telur.
8. Asam Folat 400 100 Sayuran hijau, sereal.
(mg)
9. Vitamin C 75 45 Jeruk, jambu, papaya,
203

(mg) tomat.
10 Calcium 800 150 Susu, ikan, udang,
. (mg) bayam, kedelai.
11 Fe (mg) 26 6 Hati, ikan, udang,
. sayuran.
12 Zn (mg) 9,3 4,6 Hati, susu, kacang-
. kacangan.
13 Iodine (mg) 150 50 Ikan laut, susu, rumput
. laut.
14 Se (mg) 30 18 Susu, telur, hati.
.
Sumber : Vita Susanto Andina. 2019

2. Ambulasi dan Mobilisasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing ibu bersalin keluar dari tempat tidur dan

membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ambulasi dini

dilakukan secara berangsur-angsur. Pada persalinan normal,

sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke

kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosit).(28)

3. Eliminasi

a. Buang Air Kecil (BAK)

Ibu bersalin akan sulit nyeri dan panas saat buang air kecil

kurang lebih selama 1-2 hari, terutama dialami oleh ibu yang

baru pertama kali melahirkan melalui persalinan normal

padahal BAK secara spontan normalnya terjadi seriap 3-4 jam.

Penyebabnya, trauma kandung kemih dan nyeri serta

pembengkakan (edema) pada perineum yang mengakibatkan

kejang pada saluran kencing.(28)


204

b. Buang Air Besar (BAB)

Kesulitan BAB bagi ibu bersalin disebabkan oleh trauma

usus bawah akibat persalinan sehingga untuk sementara usus

tidak berfungsi dengan baik. Faktor psikologis juga turut

memengaruhi. Ibu bersalin umumnya takut BAB karena

khawatir perineum robek semakin besar lagi.

Defekasi atau BAB normalnya harus terjadi dalam 3 hari

Postpartum. Apabila terjadi obstipasi dan timbul koprostase.

hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun dalam rektum,

akan berpotensi terjadi febris. Bila hal tersebut terjadi dapat

dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).

Biasanya apabila Ibu bersalin tidak BAB selama 2 hari setelah

persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserine

atau obat-obatan.(28)

4. Kebersihan Diri (Perineum)

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi

dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2

kali sehari, mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan

dimana tempat ibu tinggal.

Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah terjadi

infeksi, meningkatkan rasa nyaman, dan mempercepat penyem

buhan. Perawatan kebersihan pada daerah kelamin bagi ibu bersalin


205

secara normal lebih kompleks daripada ibu bersalin secara operasi

karena akan mempunyai luka episotomi pada daerah perineum.

Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan

daerah kelamin dengan sabun dan air. Bidan mengajarinya untuk

membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke

belakang, kemudian baru membersihkan daerah sekitar anus.

Sarankan kepada ibu untuk mencuci tangan menggunakan sabun

dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

Bagi ibu melahirkan yang mempunyai luka episotomi, saran

kan untuk tidak menyentuh luka. Berikut tips merawat perineum

ibu melahirkan normal.(28)

a. Ganti pembalut setiap 3-4 jam sekali atau bila pembalut

sudah penuh, agar tidak tercemar bakteri.

b. Lepas pembalut dengan hati-hati dari arah depan ke

belakang untuk mencegah pindahnya bakteri dari anus ke

vagina.

c. Bilas perineum dengan larutan antiseptik sehabis buang air

kecil atau saat ganti pembalut. Keringkan dengan handuk,

ditepuk-tepuk lembut.

d. Jangan pegang area perineum sampai pulih.

e. Jangan duduk terlalu lama untuk menghindari tekanan lama

ke perineum. Sarankan ibu bersalin untuk duduk di atas


206

bantal untuk mendukung otot-otot di sekitar perineum dan

berbaring miring saat tidur.

f. Rasa gatal menunjukkan luka perineum hampir sembuh. Ibu

dapat meredakan gatal dengan mandi berendam air hangat

atau kompres panas.

g. Sarankan untuk melakukan latihan kegel untuk merangsang

peredaran darah di perineum, agar cepat sembuh.(28)

5. Seksual

Dinding vagina akan kembali pada keadaan sebelum hamil

dalam waktu 6-8 minggu. Pada saat itu, secara fisik aman untuk

memulai hubungan suami istri begitu darah merah merah telah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam

vagina tanpa rasa nyeri.

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka

episotomi telah sembuh dan lochea telah berhenti dan sebaiknya

dapat ditunda sedapat mungkin hingga 40 hari setelah persalinan.

Pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih. Ibu

mungkin mengalami ovulasi sehingga memungkinkan terjadinya

kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan.

Oleh karena itu, pasangan perlu mencari metode keluarga

berencana yang paling cocok dengan kondisi yang dialami.(28)

6. Keluarga Berencana (KB)


207

Istilah Keluarga Berencana (KB) dapat didukung dengan

istilah kontrasepsi yang berarti mencegah pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sel sperma yang akan mengakibatkan

kehamilan (kontra: mencegah, konsepsi: pembuahan). Biasanya

wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia

mendapatkan lagi haidnya selama menyusui (amenorhea laktasi).

Hal tersebut dapat dipertimbangkan sebagai salah satu metode

keluarga berencana.(28)

7. Istirahat

Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah

kelelahan berlebihan, sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan

rumah tangga namun jangan terlalu berat dan perlahan-lahan,

anjurkan ibu untuk istirahat, tidur siang, beristirahat selama bayi

tertidur. Karena kurangnya istirahat mempengaruhi kualitas

produksi ASI, memperlambat proses involusi uteri, memperbanyak

perdarahan dan menyebabkan ibu depresi untuk merawat anaknya

sendiri dan dirinya sendiri.(28)

8. Latihan Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu Postpartum

setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Semua wanita akan

sembuh dari persalinannya dengan waktu yang berbeda-beda.

Senam nifas ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan,

mencegah timbulnya komplikasi serta memulihkan dan


208

menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul, dan otot perut

sekitar rahim. Ditambah otot vagina saat hamil organ-organ tubuh

tersebut meregang dan lemah. Banyak diantara senam Postpartum

sebenarnya adalah sama dengan senam antenatal.(28)

J. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program kunjungan pada masa nifas yaitu paling

sedikit 4 kali dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir

untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah – masalah yang

terjadi.

Tujuan kunjungan masa nifas secara garis besar yaitu sebagai

berikut.

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas.

4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya.(35)


209

Tabel 2.6 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas


Kunjunga Waktu Pelayanan Kesehatan ibu nifas
n
Pertama 6-48 a. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum
jam b. Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
setelah pernapasan, dan nadi.
persalin c. Pemeriksaan lokhea dan perdarahan.
Kedua an d. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.
e. Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus
3-7 uteri.
hari f. Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI
Ketiga setelah Eksklusif.
persalin g. Pemberian kapsul vitamin A (2 kapsul)
an h. Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan
i. Konseling.
Keempat 8 - 28 j. Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas
hari dengan komplikasi.
setelah k. Memberikan nasihat yaitu:
persalin 1) Makan makanan yang beraneka ragam yang
an mengandung karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, sayur, dan buahbuahan.
28 - 42 2) Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada
hari 6 bulan pertama adalah 14 gelas sehari dan
setelah pada 6 bulan kedua adalah 12 gelas sehari.
persalin 3) Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan
an daerah kemaluan, ganti pembalut sesering
mungkin.
4) Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat.
5) Melakukan aktivitas fisik pasca melahirkan
dengan intensitas ringan sampai sedang
selama 30 menit, frekuensi 3 - 5 kali dalam
seminggu
6) Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi
caesar maka harus menjaga kebersihan luka
bekas operasi. Latihan fisik dapat dilakukan
setelah 3 (tiga) bulan pasca melahirkan.
7) Cara menyusui yang benar dan hanya
memberi ASI saja selama 6 bulan.
8) Perawatan bayi yang benar.
9) Jangan membiarkan bayi menangis terlalu
lama, karena akan membuat bayi stress.
10) Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi
sedini mungkin bersama suami dan keluarga.
11) Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan
untuk pelayanan
210

12) KB setelah persalinan.


Sumber : Buku Kesehatan Ibu dan Anak 2020
2.1.5 Keluarga Berencana (KB)

A. Definisi KB

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan

peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan

sejahtera.

Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur banyaknya

jumlah kelahiran sehingga ibu maupun bayinya dan ayah serta keluarga

yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat

langsung dari kelahiran tersebut. Keluarga berencana merupakan

program pemerintah yang bertujuan menyeimbangkan antara kebutuhan

dan jumlah penduduk. Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa

diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang.(15)

B. Tujuan Kontrasepsi
211

1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka

mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia) yang

menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan

mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya

pertambahan penduduk.

2. Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan Kesehatan keluarga

berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran.

3. KB juga memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami-

istri, keluarga dan masyarakat Perencanaan KB harus dimiliki oleh

setiap keluarga termasuk calon pengantin, misalnya kapan usia

ideal untuk melahirkan, berapa jumlah anak, dan jarak kelahiran

yang ideal, bagaimana perawatan kehamilan, serta tanda-tanda

bahaya dalam kehamilan. Selain pengetahuan, pasangan suami-istri

harus memiliki akses terhadap pelayanan kontrasepsi yang

berkualitas. Sehingga, mereka mudah merencanakan kehamilan

seperti yang diinginkan dan menghindari kehamilan yang tidak

diinginkan. Degan demikian, pprogram KB menjadi salah satu

program pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan

kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak.(15)

C. KIE dalam Pelayanan KB

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi dalam pelayanan KB

sangat diperlukan karena ada banyak sekali informasi mengenai KB


212

yang harus disampaikan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat.

Informasi ini harus disampaikan secara jelas agar masyarakat dapat

memahami dengan jelas tentang KB. KIE tidak serta merta dimasukkan

dalam pelayanan KB tanpa alasan dan tujuan yang jelas. Berikut adalah

tujuan diadakannya KIE dalam Pelayanan KB :

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik KB sehingga

masyarakat tertarik dengan program KB dan bisa menjadi perserta

baru.

2. Membina kelestarian para peserta agar tetap mengikuti program

KB.

3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-cultural yang dapat

menjamin berlangsungnya proses penerimaan.

4. Dengan adanya program KIE, diharapkan dapat mendorong

terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Contohnya meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang KB

sehingga masyarakat menjadi lebih yakin untuk mengikuti program

KB.(15)

D. Konseling KB

Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak,

dimana satu pihak membantu pihak lain untuk mengambil keputusan

yang tepat bagi dirinya sendiri dan kemudian bertindak sesuai

keputusannya. Konseling merupakan proses yang berjalan dan menyatu


213

dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya

informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni

pada saat pemberian pelayanan. Konseling merupakan aspek yang

sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencanal (KB) dan

Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti

petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis

kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Di samping

itu, konseling dapat membuat klien merasa lebih puas. Tujuan dalam

pemberian konseling keluarga berencana antara lain:

1. Menemukan metode yang diambil.

2. Bila dilakukan dengan objektif Langkah ini akan membantu klien

untuk memilih jenin KB yang cocok untuknya.

3. Yang perlu diperhatikan adalah menanyakan langkah yang disukai

klien apa yang diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan

kekurangannya.(15)

E. Kontrasepsi Selama Masa Postpartum

Pada tahun 2010, CDC telah menyimpulkan U.S. Medical

Eligbility Criteria for Contraceptive Use (US MEC) yang merupakan

pedoman penggunaan kontrasepsi, yang dilengkapi dengan evidenci-

based sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode kontrasepsi.

Dalam pemilihan metode kontrasepsi, keamanan penggunaan menjadi


214

hal utama yang harus diperhatikan khususnya untuk wanita, termasuk

wanita dalam masa Postpartum.(15)

F. Pentingnya Penggunaan Kontrasepsi Selama Postpartum

Kehamilan yang tidak direncanakan biasanya diikuti dengan

perilaku kehamilan yang merugikan dan memberikan beberapa dampak

negatif, seperti terlambat prenatal care. kebiasaan merokok,

meningkatkan insidensi bayi berat rendah, dan tidak menyusui secara

eklusif. Selain itu, interval kehamilan yang terlalu dekat juga dapat

menghasilkan dampak negatif sperti kelahiran bayi berat rendah dan

bayi prematur. Masa Postpartum merupakan msa yang cukup penting

untuk memulai penggunaan kontrasepsi untuk menjaga kesehatan

wanita. Masa ovilasi dapat terjadi secepatnya pada umur 25 hari

Postpartum pada wanita yang tidak menyusui, yang menjadi alasan

kuat buat wanita untuk menggunakan kontrasepsi secepat mungkin.

Keamanan penggunaan kontrasepsi postpartum tetap juga harus

dipertimbangkan perubahan hematologi secara normal akan terjadi

selama kehamilan, termasuk peningkatan faktor koagulasi dan

fibrinogen dan penurunan bahan anti koagulasi alami, yang

menyebabkan risiko tromboembol vena (TEV) selama masa

postpartum. Banyak wanita postpartum memiliki faktor risiko

tambahan yang meningkatkan risiko tromboemboli, misalnya umur 35


215

tahun, merokok, atau melahirkan secara caesar Hal-hal tersebut

memengaruhi penentuan penggunaan kontrasepsi oleh karena

kontrasepsi hormonal kombinasi (estrogen dan progestin) memiliki efek

samping yang bisa meningkatkan risiko tromboemboli pada wanita usia

produktif.(31)

G. Rekomendasi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal kombinasi

Selama Masa Postpartum

Rekomendasi penggunaan kontrasepsi untuk wanita menyusui

tidak mengalami perubahan. Rekomendasi ini dibuat berdasarkan bukti

yang mengacu pada efek negatif yang dapat ditimbulkan dari

pengguanaan kontrasepsi hormonal pada ibu menyusui, misalnya

menigkatnya waktu untuk menyusui dan meningkatkan jumlah

suplemen makanan tambahan. Pada wanita yang menyusui dan

melahirkan kurang dari 1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi

dimasukan dalam kategori 3 karena perhatian terhadap efek menyusui,

Setelah 1 bulan, kontrasepsi hormonal kombinasi dimasukan

dalam kategori 2 untuk ibu memnyusui. Meskipun demikian, beberapa

revisi rekomendasi berdasrkan risiko TEV telah menggantikan

ketentuan penggunaan kontrasepsi untuk kriteria ibu yang menyusui.

Contohnya: kontrasepsi hormonal kombinasi dikalsifikasikan dalam

kategori 4 untuk semua ibu postpartum, termasuk ibu menyusui yang

melahirkan ≤21 hari. Revisi rekomendasi penggunaan kontrasepsi


216

hormonal kombinasi, termasuk kontrasepsi oral, tempel, cincin vagina,

selama masa post-partum pada ibu yang menyusui.(19)

H. Rekomendasi Penggunaan Kontrasepsi Lainnya Selama Masa

Postpartum

Rekomendasi penggunaan Kontrasepsi untuk ibu masa nifas :

1. Kondom

Kondom adalah kantong kecil yang terbuat dari karet tipis

dan digunakan pria atau wanita. Kondom berfungsi untuk

menampung sprema pria sehingga sperma tidak dapat masuk ke

dalam vagina atau rahim wanita. Kondom juga memiliki fungsi lain

yaitu sebagai pencegah penularan infeksi menular seksual (IMS)

termasuk HIV.(31)

2. Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

Metode ini mengandalkan manajemen laktasi. Syarat MAL

dapat diterapkan sebagai metode kontrasepsi apabila :

a. Ibu menyusui bayi secara penuh, tanpa susu formula, dan

makanan pendamping.

b. Ibu belum haid sejak masa nifas selesai.

c. Umur bayi kurang dari 6 bulan.(28)

Metode MAL ini mengandalkan kinerja dari hormon

prolaktin yang diproduksi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior di

otak. Kadar hormon prolaktin yang tinggi akan menyebabkan


217

produksi GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone) dan FSH

(Follicle Stimulating Hormone) terbatas. Padahal kedua hormon ini

merupakan hormon yang digunakan untuk pertumbuhan sel telur

dalam ovarium, sehingga jika kadar hormon prolaktin di dalam

tubuh tinggi maka tidak akan terjadi ovulasi sehingga akan sulit

untuk terjadinya kehamilan.(28)

Prolaktin bertanggung jawab untuk produksi ASI di alveolus.

Sekresi Prolaktin dirangsang oleh pengosongan ASI dari gudang

ASI (sinus lactiferus), sehingga ketika semakin banyak ASI yang di

keluarkan dari payudara, maka produksi ASI akan semakin

bertambah banyak. Sebaliknya, apabila bayi berhenti menghisap

atau jarang menyusu maka produksi ASI akan berkurang. Itulah

alasan mengapa metode MAL hanya dapat bisa dilakukan apabila

ibu menyusui dengan eksklusif karena prolaktin sangat tergantung

pada pengosongan payudara untuk terus memproduksi ASI dan ibu

harus menerapkan manajemen laktasi yang bagus.(28)

a. Kelebihan

1) Efektivitas tinggi terjadi karena keberhasilan 98% pada 6

bulan pasca persalinan.

2) Segera aktif.

3) Tidak mengganggu seksual.

4) Tidak ada efek samping secara sistem.

5) Tidak perlu pengawasan medis.


218

6) Tidak perlu obat atau alat.

7) Tanpa biaya.(28)

b. Kekurangan

1) Perlu persiapan perawatan kehamilan agar ibu benar-benar

bisa menyusui dengan intensif.

2) Hanya bertahan sebentar saja sampai sebelum ibu

mendapatkan haid pertama pasca persalinan.

3) Keadaan – keadaan yang menjadi syarat MAL merupakan

hal yang alami sehingga tidak dapat diprediksi kapan akan

selesai metode tersebut.

4) Ibu harus mempertahankan jumlah ASI yang cukup sesuai

kebutuhan bayi agar dapat terus menyusui (manajemen

laktasi yang baik).(28)

3. Pil KB

Pil KB kombinasi yang memiliki kandungan progestin dan

estrogen. Sedangkan Mini pil (Pil KB progestin) hanya terdiri dari

pil aktif, yang di dalamnya terdapat progestin dengan jumlah yang

konstan.

Pil KB bahkan akan mengentalkan lendir leher rahim

sehingga sperma akan sulit masuk dan mencapai sel telur. Lapisan

dinding rahim juga akan diubah sehingga tidak siap menerima dan

menghidupi sel telur yang telah dibuahi.(31)

a. Cara penggunaan metode pil KB


219

1) Diminum mulai hari 1-5 siklus haid setelah masa nifas.

2) Diminum setiap hari pada saat yang sama.

3) Jika minumnya terlambat dalam jangka waktu lebih dari 3

jam, maka minum pil begitu ingat dan gunakan metode

pelindung selama 48 jam.

4) Jika lupa tidak minum 1-2 pil, maka segera minum ketika

ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.

5) Bila tidak haid, mulai dengan paket baru sehari setelah

paket terakhir habis.(31)

b. Kelebihan

1) Dapat dipakai sebagai kon trasepsi darurat.

2) Pemakaian dalam dosis yang rendah.

3) Sangat efektif bila dilakukan secara benar.

4) Tidak mengganggu seksual.

5) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

6) Kesuburan cepat kembali apabila dihentikan

penggunaannya.(31)

c. Kekurangan

1) Hampir 30-60% mengalami gang guan haid (perdarahan

sela dan spotting amenorea).

2) Peningkatan atau penurunan berat badan.

3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.

Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.


220

4) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau

jerawat.(31)

4. KB Suntik

KB suntik satu bulan kontrasepsi ini berisi hormon progestin

dan estrogen sehingga sering disebut juga dengan KB suntik

kombinasi. Untuk KB suntik Andalan, komposisinya adalah 50 mg

Medroxprogesteron Acetate (hormon progestin) dan 10 mg

Estradiol Cypionate (hormon estrogen). Sedangkan KB suntik 3

bulan merupakan KB suntik yang hanya berisi hormon progestin.

Metode ini cocok untuk ibu yang masih menyusui karena tidak

mengganggu produksi ASI. Walau demikian KB suntik 3 bulan

dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur atau bahkan tidak haid

sama sekali. Selain itu sebagian wanita merasa nafsu makannya

meningkat setelah mendapatkan kontrasepsi ini.

Cara kerja dari metode kontrasepsi ini adalah mencegah

pembuahan (ovulasi), mengentalkan lendir leher rahim. Gunanya

menurunkan kemampuan sperma untuk masuk ke dalam rahim,

menjadikan dinding dalam rahim tipis sehingga hasil pembuahan

sulit menempel di trahim serta menghambat perjalanan hasil

pembuahan oleh saluran telur.(28)

a. Kelebihan

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.


221

3) Tidak mempengaruhi seksual.

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit-penyakit jantung dan gangguan

pembekuan darah.

5) Tidak berpengaruh terhadap ASI.

6) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

7) Mencegah beberapa pe nyakit radang panggul.(28)

b. Kekurangan

1) Sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan

(harus kembali disuntik).

2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya.

3) Kesuburan kembali terlambat setelah pengehentian

pemakaian, karena belum habisnya pelepasan obat

suntikan dari Deponya.

4) Sering ditemukan gangguan haid. Berupa, siklus haid

(memendek atau memanjang), perdarahan (banyak atau

sedikit), perdarahan (tidak teratur atau spotting, bahkan

tidak haid sama sekali).

5) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan

emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.


222

6) Selama 7 hari setelah suntikan perta ma, tidak boleh

melakukan hubungan seks.(28)

5. Kontrasepsi implant

a. Jenis dan jangka waktu efektifitas

1) Norplant : 5 tahun.

2) Jedena : 3 tahun.

3) Indoplant : 3 tahun.

4) Implanon : 3 tahun.(28)

b. Mekanisme kerja kontrasepsi implan

Mekanisme kerja kontrasepsi implan adalah disu supkan

di bawah kulit. KB implan ini berisi hormon yang dilepaskan

ke dalam darah secara konstan dan berkelanjutan atau terus

menerus. Hormon inilah yang mencegah kehamilan dengan

mekanisme. Cara kerjanya adalah sebagai berikut ini.

1) Menghambat ovulasi atau pelepasan sel telur.

2) Membuat endometrium atau lapisan dalam rahim tidak

siap untuk menerima sel telur yang mi telah dibuahi.

3) Mempertebal lendir mulut rahim, sehingga sulit untuk

masuk.(28)

c. Kelebihan

1) Perlindungan jangka Panjang.

2) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan

implan.
223

3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

4) Bebas dari pengaruh estrogen.

5) Tidak menganggu seksual.

6) Tidak mengganggu produksi ASI sehingga aman dipakai

saat laktasi.

7) Dapat dicabut seitan saat sesuai dengan kebutuhan.(28)

d. Kekurangan

1) Pada kebanyakan pemakai, dapat menyebabkan perubahan

pola haid seperti perdarahan bercak atau spotting,

hipermenorea (meningkatnya jumlah darah haid) serta

amenorea.

2) Timbul keluhan seperti nyeri kepala, nyeri dada, mual,

pusing dan peningkatan atau penurunan berat badan.

3) Membutuhkan tindak pembedahan minor.(28)

6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device

(IUD)

Secara garis besar bentuk dari AKDR/IUD ini adalah seperti

huruf T di mana kedua lengannya terdapat benang chromic catgut

dengan maksud agar benang tersebut tertanam dalam endometrium

dan menahan. IUD ditempatnya selama involusi uterus. Benang

tersebut akan larut dalam waktu 6 minggu.(28)

a. Kelebihan
224

1) Metode jangka panjang T (10 tahun proteksi dari CuT-380

A dan tidak perlu diganti).

2) Efektifitas tinggi (0,6-0,8 T kehamilan/100 kehamilan

dalam 1 tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125-170

kehamilan).

3) Tidak mempengaruhi seksual bahkan meningkatakan

kenyamanan karena tidak perlu takut hamil.

4) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

5) Dapat dipasang segera telah melahirkan.

6) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir).

7) Tidak memerlukan obat obatan.(28)

b. Kekurangan

1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama

dan akan berkurang setelah 3 bulan).

2) Haid lebih lama dan banyak.

3) Perdarahan spotting antar masa haid.

4) Haid lebih sakit.(28)

2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan

2.2.1 Dokumentasi SOAP kebidanan

Pendokumentasian dengan metode SOAP sudah dibahas pada

Bab IV yaitu tentang metode dokumentasi. Namun di Bab II ini kita ulas
225

kembali. Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data

objektif, A adalah assesment, P adalah penatalaksanaan. Metode ini

merupakan dokumentasi yang sederhana akan tetapi mengandung semua

unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas,

logis.(32)

A. Data Subjektif

Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan

langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara,

dibagian data dibagian data dibelakang huruf "S", diberi tanda huruf

"O" atau "X". Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah

penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan

diagnosis yang akan disusun.(32)

B. Data Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi

yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan

laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain

dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data

ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis.(32)


226

C. Assesment

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil

analisa/assesment dan intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami

perubahan, dan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun

data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis. Di dalam assesment menuntut bidan untuk sering melakukan

Asessment yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien

akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus

diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Asessment adalah

melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup

diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.(32)

D. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraanya.(32)

2.3 Landasan Hukum dan Kewenangan Bidan

2.3.1 Kewenangan Bidan


227

A. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN

2019 TENTANG KEBIDANAN

Bagian Kedua

Tugas dan Wewenang

Pasal 46

(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas

memberikan pelayanan yang meliputi :

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak;

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana;

d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;

dan/atau

e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan secara bersama atau sendiri.

(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 47

(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat

berperan sebagai :
228

a. pemberi Pelayanan Kebidanan;

b. pengelola Pelayanan Kebidanan;

c. penyuluh dan konselor;

d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;

e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan

perempuan; dan/atau

f. peneliti.

(2) Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 48

Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47,

harus sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.

Paragraf 1

Pelayanan Kesehatan Ibu

Pasal 49

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan

kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat

(1) huruf a, Bidan berwenang:

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;

b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;

c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan

dan menolong persalinan normal;


229

d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;

e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu

hamil, bersalin, nifas, dan rujukan; dan

f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa

kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta

asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

Paragraf 2

Pelayanan Kesehatan Anak

Pasal 50

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan

kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46

ayat (1) huruf b, Bidan berwenang:

a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir,

bayi, balita, dan anak prasekolah;

b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah

Pusat;

c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi,

balita, dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus

penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan;

dan

d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan

pada bayi baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.


230

Paragraf 3

Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan

Keluarga Berencana

Pasal 51

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c,

Bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi,

edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan kontrasepsi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(16)

B. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR

PROFESI BIDAN

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.01.07/Menkes/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan, asuhan

kebidanan komprehensif dan berkualitas yang dilakukan pada :

1. Bayi baru lahir (neonatus).

2. Bayi.

3. Balita.

4. Anak Prasekolah.

5. Remaja.
231

6. Masa sebelum hamil.

7. Masa Kehamilan.

8. Masa Persalinan.

9. Masa pasca keguguran.

10. Masa nifas.

11. Masa klimakterium.

12. Pelayanan Keluarga Berencana (KB).

13. Kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.(34)

2.3.2 Standar Pelayanan Bidan

1. Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat

penyuluhan kepada perorangan keluarga dan

masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan

dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan

umum, gizi, keluaraga berencana. kesiapan dalam

menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang

tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan

mendukung kebiasaan yang baik.

2. Standar 2 : Pencatatan dan Pelaporan

Bidan melakukan pencatatan semua yang

dilakukanya, yaitu registrasi semua ibu hamil di

wilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan

kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi


232

baru lahir. Semua kunjungan rumah dan

penyuluhan kepada mayarakat. Bidan hendaknya

mengikut sertakan kader untuk mencatat semua ibu

hamil dan meninjau upaya masyakarat yang

berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir. Bidan

meninjau secara teratur catatan tersebut untuk

menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan

ntuk meningkatkan pelayanannya.

3. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan

berinteraksi dengan masyarakat secara berkala

untuk memberikan penyuluhan untuk memotivasi

Ibu, suami mendorong dan anggota keluarganya

agar ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak

dini dan secara teratur.

4. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan

antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan

pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk

menilai apakah perkembangan berlangsung dengan

normal. Bidan juga harus mengenali kehamilan

risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,

hipertensi, PMS/Infeksi HIV, memberikan


233

pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan

kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan

oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang

tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan

kelainan, mereka harus mampu mengambil

tindakan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

5. Standar 5 : Palpasi Abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal

secara seksama dan melakukan palpasi untuk

memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur

kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian

terendah janin dan masuknya kepala janin kedalam

rongga panggul, untuk mencari kelainan serta

melakukan rujukan tepat waktu.

6. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan.

penemuan, penanganan dan/atau rujukan semua

kasus anemia pada kehamilan sesuai ketentuan

yang berlaku.

7. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi dalam Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap tekanan

darah pada kehamilan dan mengenali tanda dan


234

gejala pre-eklamsi lainnya, serta mengambil

tindakan yang tepat dan merujuknya.

8. Standar 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada

ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester

ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan

persalinan yang berssih dan aman serta suasana

yang menyenangkan akan direncanakan dengan

baik, disamping persiapan transportasi dan biaya

untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat

darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan

rumah untuk hal ini.

9. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I

Bidan menilai secara tepat kepada ibu hamil,

suami serta keluarganya pada trimester ketiga.

untuk memastikan bahwa persiapan persalinan

yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan direncanakan dengan baik,

disamping persiapan transportasi dan biaya untuk

merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat

darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan

rumah untuk hal ini,

10. Standar 10 : Persalinan Kala 11 yang Aman


235

Bidan melakukan pertolongan persalinan

yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan

terhadap klien serta memperhatikan tradisi

setempat.

11. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan

benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan

selaput ketuban secara lengkap.

12. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Darurat Janin

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda

gawat janin pada kala II yang lama, dan segera

melakukan eposiotomi dengan aman untuk

memperlancar persalinan, diikuti dengan

penjahitan perineum.

13. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir

untuk memastikan pernapasan spontan mencegah

hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan

melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan

kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau

menangani hipotermi.
236

14. Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah

Persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi

terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam

setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang

diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan

penjelasan tentang hal hal yang mempercepat

pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk

memulai pemberian ASI.

15. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas

Bidan melakukan kunjungan rumah pada hari

ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah

persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu

dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,

penemuan dini penanganan atau rujukan

komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas,

serta memberikan penjelasan tentang kesehatan

secara umum, kebersihan perorangan, makan

bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,

imunisasi dan keluarga berencana.


237

16. Standar 16 : Penanganan Pendarahan dalam Kehamilan pada

Trimester III

Bidan mengenali secara tepat tanda dan

gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan

pertolongan pertama dan merujuknya.

17. Standar 17 : Penanganan Kegawatan pada Eklamsi

Bidan mengenali secara tepat tanda dan

gejala eklamsi mengancam serta merujuk dan/atau

memberikan pertolongan pertama,

18. Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama / Macet

Bidan mengenali secara tepat tanda dan

gejala partus lama/ macet serta melakukan

penanganan yang memadai dan tepat waktu atau

merujuknya.

19. Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Estraktor

Bidan mengenali kapan diperlukan ekstrasi

vakum melakukannya secara benar dalam

memberikan pertolongan persalinan dengan

memastikan keamanannya bagi ibu dan bayinya.

20. Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta

Bidan mampu mengenali retensio plasenta,

dan memberikan pertolongan pertama termasuk


238

plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai

dengan kebutuhannya.

21. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Postpartum Primer

Bidan mampu mengenali perdarahan yang

berlebihan dalam 24 jam pertama setelah

persalinan (perdarahan postpartum primer) dan

segera melakukan pertolongan mengendalikan

perdarahan.

22. Standar 22 : Penanganan Perdarahan postpartum Sekunder

Bidan mampu mengenali secara tepat dan

dini tanda serta gejala perdarahan postpartum

sekunder, dan melakukan pertolongan pertama

penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.

23. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis

Bidan mampu mengamati secara tepat tanda

dan gejala sepsis puerperalis, serta melakukan

pertolongan pertama atau merujuknya

24. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum

Bidan mampu mengenali secara tepat dan

dini tanda serta gejala perdarahan postpartum

sekunder, dan melakukan pertolongan pertama

untuk penyelamatan jiwa ibu atau merujuknya.(33)


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H G2P1A0 37 MINGGU

DENGAN KEHAMILAN NORMAL

Tanggal Pengkajian : 25 Oktober 2021

Pukul : 09.40 WIB

Tempat : PUSKESDES BAYALANGU KIDUL

A. DATA SUBYEKTIF

1. Biodata

Nama : Ny. H Nama : Tn. S

Umur : 34 tahun Umur : 38 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dsn 02 RT/RW 012/004 Ds Bayalangu kidul Kec.

Gegesik Kab. Cirebon

235
236

2. Riwayat kehamilan sekarang

Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan, ingin periksa untuk

mengetahui keadaan Kesehatan dirinya dan janinnya. Saat ini tidak ada

keluhan yang dapat mengganggu kenyamanannya.

Ini merupakan kehamilan yang kedua, HPHT: 7-2-2021, TP: 14-11-

2021. Sudah merasakan gerakan janin sejak usia kehamilan 4 bulan sampai

sekarang, lebih dari 10 x dalam 12 jam. Sudah tahu cara menghitung

gerakan janin, periksa hamil sejak kehamilan ±1 bulan ke PMB 1 x,

Puskesdes 7 x. Sudah mendapat imunisasi TT 2 kali pada usia kehamilan 5

bulan dan 7 bulan, tablet tambah darah 80 tablet diminum dengan air putih

pada malam hari. Ibu tidak pernah minum jamu dan obat-obatan lain selain

dari petugas kesehatan. Belum mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan

Trimester III dan Tanda-tanda Persalinan.

3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan BBL yang lalu

Ibu mengatakan ini merupakan kehamian yang kedua, pernah

melahirkan 1 kali di tolong oleh Bidan, tidak pernah keguguran, anaknya

hidup sampai sekarang. Anak pertama usia 7 tahun, jenis kelamin laki-laki,

berat lahir 3500 gram. Selama hamil, melahirkan, nifas dan BBL tidak

pernah ada masalah.

4. Riwayat penyakit yang diderita sekarang dan dulu

Baik ibu maupun keluarga tidak pernah menderita penyakit yang

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi kehamilan. Seperti: Hipertensi,

jantung, ashma, diabetes melitus ataupun HIV/AIDS.


237

5. Riwayat sosial ekonomi dan spiritual

Ini merupakan pernikahan yang pertama dan sudah 10 tahun.

Sebelum hamil ikut KB suntik 3 bulan selama 2 tahun. Tinggal Bersama

suami, penerimaan dan dukungan keluarga terhadap kehamilan baik, yang

mengambil keputusan dalam keluarga adalah suami yang

dimusyawarahkan dengan ibu serta keluarga. Selama kehamilan pola

makan teratur, yaitu sehari 3 kali. Jenis makanan bervariasi seperti: nasi,

sayur, daging, tempe, tahu, telur, ikan, susu dan buah. Selama hamil ibu

tidur siang kurang lebih 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, BAK ibu selama

hamil 7-8 x/hari dan BAB 1 x/hari. Ibu dan suami tidak merokok, tidak

mempunyai kebiasaan minum-minuman keras ataupun mengkonsumsi

obat-obatan/narkotika. Peran ibu dalam keluarga adalah mengurus rumah

tangga sehari-hari dibantu oleh suami. Hubungan seksual tidak ada

masalah. Rencana melahirkan di tolong oleh Bidan. Sudah memiliki

asuransi yaitu BPJS.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 100/70 mmHg

b) Nadi : 80x/menit

c) Respirasi : 20x/menit
238

d) Suhu : 36,6 ℃

d. Berat badan sebelum hamil: 65 kg

e. Berat badan setelah hamil : 77 kg

f. Tinggi badan : 160 cm

g. LILA : 27 cm

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema dan chloashma

gravidarum.

b. Mata : Konjungtiva merah, sclera putih.

c. Mulut dan Gigi : Gusi tidak pucat, gigi tidak caries.

d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis.

e. Payudara : Tampak bersih, bentuk simetris, puting

susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi

pada areola mamae. Tidak ada

benjolan, nyeri tekan dan bekas luka

operasi.

f. Dada : Irama jantung regular, paru-paru tidak ada

wheezing dan ronchi.

g. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, stretch mark,

ada linea nigra.

a) Leopold I : TFU 32 cm dan teraba bokong.

b) Leopold II : Puka, DJJ 135x/menit.


239

c) Leopold III : Presentasi Kepala.

d) Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, penurunan 4/5.

e) TBBJ :(TFU-12) x 155

(32-12) x 155 = 3100 gram.

f) Kandung Kemih :Kosong

h. Genetalia :Vulva/vagina tidak ada oedema,

pembengkakan kelenjar bartholini maupun

skene.

i. Anus :Tidak ada haemoroid

j. CVAT :Tidak ada nyeri ketuk

k. Ekstremitas

a) Atas :Tidak ada oedema, kuku kanan dan kiri

tidak pucat.

b) Bawah :Tidak ada oedema, tidak ada varises, kuku

kanan dan kiri tidak pucat, reflek patella

positif.

3. Pemeriksaan laboratorium (18/10/2021)

a. HB :12,6 gr/dL

b. Protein urin :Negatif

c. Glukosa urin :Negatif

d. VCT :Negatif

e. Golongan darah :AB

C. ASSESMENT / ANALISA
240

Ny. H 34 tahun, G2P1A0 Usia kehamilan 37 minggu dengan kehamilan normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga  Hubungan terbina

baik.

2. Melakukan informed consent sebelum pemeriksaan  Ibu bersedia untuk

dilakukan pemeriksaan.

3. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasilnya

tidak ada indikasi gejala covid-19.

4. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

5. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan Trimester III (Perdarahan

pervaginam, KPD (Ketuban Pecah Dini), PER (Pre-Eklamsi Ringan) /

PEB (Pre-Eklamsi Berat), demam)  Ibu mengerti dan dapat menjelaskan

kembali.

6. Menjelaskan tanda-tanda persalinan pada ibu, seperti : mules semakin

sering, mules menjalas ke bagian pinggang ibu, sakit bagian bawah perut,

keluar lendir campur darah dan cairan ketuban  ibu mengerti dan dapat

menjelaskan kembali.

7. Menanyakan persiapan persalinan (Persiapan ibu, bayi, keluarga,

transportasi, keuangan, donor darah)  Ibu segera mempersiapkannya.


241

8. Menganjurkan ibu makan dan minum dengan nutrisi dan gizi seimbang

pada trimester III (Protein : daging, ikan, sayur dan buah-buahan yang

berserat)  Ibu mengerti dan akan melaksanakannya.

9. Memberi pujian kepada ibu karena minum tablet tambah darah secara

teratur  Ibu akan terus rutin melakukannya.

10. Menganjurkan ibu untuk melakukan olah raga ringan di rumah seperti :

jalan-jalan pagi atau sore hari  Ibu mengerti dan mau melakukannya.

11. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu atau jika ada keluhan pada

tanggal 1 November 2021  Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

12. Mendokumentasikan Asuhan  pendokumentasian asuhan dibuat dalam

bentuk SOAP.
242

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H G2P1A0 38 MINGGU

DENGAN KEHAMILAN NORMAL

Tanggal Pengkajian : 1 November 2021

Pukul : 09.30 WIB

Tempat : PUSKESDES BAYALANGU KIDUL

A. DATA SUBYEKTIF

1. Riwayat kehamilan sekarang

Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan, ingin periksa untuk

mengetahui keadaan Kesehatan dirinya dan janinnya. Saat ini ibu

mengeluh sakit pada perut bagian bawah.

Ini merupakan kehamilan yang kedua, HPHT: 7-2-2021, TP: 14-11-

2021. sudah merasakan gerakan janin sejak usia kehamilan 4 bulan sampai

sekarang, lebih dari 10 x dalam 12 jam. Sudah tahu cara menghitung

gerakan janin, periksa hamil sejak kehamilan ±1 bulan ke PMB 1 x,

Puskesdes 7 x. Sudah mendapat imunisasi TT 2 kali pada usia kehamilan 5

bulan dan 7 bulan, tablet tambah darah 90 tablet diminum dengan air putih

pada malam hari. Ibu tidak pernah minum jamu dan obat-obatan lain selain

dari petugas kesehatan. Sudah mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan

Trimester III dan Tanda-tanda Persalinan.


243

2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan BBL yang lalu

Ibu mengatakan ini merupakan kehamian yang kedua, pernah

melahirkan 1 kali di tolong oleh Bidan, tidak pernah keguguran, anaknya

hidup sampai sekarang. Anak pertama usia 7 tahun, jenis kelamin laki-laki,

berat lahir 3500 gram. Selama hamil, melahirkan, nifas dan BBL tidak

pernah ada masalah.

3. Riwayat penyakit yang diderita sekarang dan dulu

Baik ibu maupun keluarga tidak pernah menderita penyakit yang

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi kehamilan. Seperti: Hipertensi,

jantung, ashma, diabetes melitus ataupun HIV/AIDS.

4. Riwayat sosial ekonomi dan spiritual

Ini merupakan pernikahan yang pertama dan sudah 10 tahun.

Sebelum hamil ikut KB suntik 3 bulan selama 2 tahun. Tinggal Bersama

suami, penerimaan dan dukungan keluarga terhadap kehamilan baik, yang

mengambil keputusan dalam keluarga adalah suami yang

dimusyawarahkan dengan ibu serta keluarga. Selama kehamilan pola

makan teratur, yaitu sehari 3 kali. Jenis makanan bervariasi seperti: nasi,

sayur, daging, tempe, tahu, telur, ikan, susu dan buah. Selama hamil ibu

tidur siang kurang lebih 1-2 jam, tidur malam 6-7 jam, BAK ibu selama

hamil 7-8 x/hari dan BAB 1 x/hari. Ibu dan suami tidak merokok, tidak

mempunyai kebiasaan minum-minuman keras ataupun mengkonsumsi

obat-obatan/narkotika. Peran ibu dalam keluarga adalah mengurus rumah

tangga sehari-hari dibantu oleh suami. Hubungan seksual tidak ada


244

masalah. Rencana melahirkan di tolong oleh Bidan, teah menyiapkan

persiapan persalinan seperti : persiapan ibu, bayi, keluarga, transportasi,

keuangan, donor darah, sudah memiliki asuransi yaitu BPJS.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 90/70 mmHg

b) Nadi : 82x/menit

c) Respirasi : 19x/menit

d) Suhu : 36,7 ℃

d. Berat badan sebelum hamil: 65 kg

e. Berat badan setelah hamil : 77,5 kg

f. Tinggi badan : 160 cm

g. LILA : 27 cm

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema dan chloashma.

b. Mata : Konjungtiva merah, sclera putih.

c. Mulut dan Gigi : Gusi tidak pucat, gigi tidak caries.

d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis.


245

e. Payudara :Tampak bersih, bentuk simetris, puting susu

menonjol, terdapat hyperpigmentasi pada

areola mamae. Tidak ada benjolan, nyeri

tekan, bekas luka operasi.

f. Dada :Irama jantung regular, paru-paru tidak ada

wheezing dan ronchi.

g. Abdomen :Tidak ada bekas luka operasi, stretch mark,

ada linea nigra.

a) Leopold I :TFU 32 cm dan teraba bokong.

b) Leopold II :Puka, DJJ 142x/menit

c) Leopold III :Presentasi Kepala, penurunan 4/5

d) Leopold IV :Kepala sudah masuk PAP

e) TBBJ :(TFU-12) x 155

(32-12) x 155 = 3100 gram

f) Kandung Kemih :Kosong

h. Genetalia :Vulva/vagina tidak ada oedema,

pembengkakan kelenjar bartholini maupun

skene.

i. Anus :Tidak ada haemoroid

j. CVAT :Tidak ada nyeri ketuk

k. Ekstremitas

a) Atas :Tidak ada oedema, kuku kanan dan kiri

tidak pucat.
246

b) Bawah : Tidak ada oedema, tidak ada varises, kuku

kanan dan kiri tidak pucat, reflek patella

positif.

3. Pemeriksaan laboratorium (2/11/2021)

a. HB : 12,6 gr/dL

b. Protein urin : Negatif

c. Glukosa urin : Negatif

d. VCT : Negatif

e. Golongan darah : AB

C. ASSESMENT / ANALISA

Ny. H 34 tahun, G2P1A0 Usia kehamilan 38 minggu dengan kehamilan normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga  Hubungan terbina

baik.

2. Melakukan informed consent sebelum pemeriksaan  Ibu bersedia untuk

dilakukan pemeriksaan.

3. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasilnya

tidak ada indikasi gejala covid-19.

4. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas

yang berlebih  Ibu mengerti dan mau melakukannya.

6. Mengingatkan kembali tanda bahaya kehamilan Trimester III (Perdarahan

pervaginam, KPD (Ketuban Pecah Dini), PER (Pre-Eklamsi Ringan) /


247

PEB (Pre-Eklamsi Berat), demam)  Ibu masih mengingatnya dan dapat

menjelaskan kembali.

7. Mengingatkan kembali tanda-tanda persalinan pada ibu, seperti : mules

semakin sering, mules menjalas ke bagian pinggang ibu, sakit bagian

bawah perut, keluar lendir campur darah dan cairan ketuban  Ibu masih

mengingatnya dan dapat menjelaskan kembali.

8. Menanyakan persiapan persalinan (Persiapan ibu, bayi, keluarga,

transportasi, keuangan, donor darah)  Ibu sudah mempersiapkannya.

9. Menganjurkan ibu makan dan minum dengan nutrisi dan gizi seimbang

pada trimester III (Protein : daging, ikan, sayur dan buah-buahan yang

berserat)  Ibu mengerti dan akan melaksanakannya.

10. Memberi pujian kepada ibu karena minum tablet tambah darah secara

teratur  Ibu akan terus rutin melakukannya.

11. Menganjurkan ibu untuk melakukan olah raga ringan di rumah seperti :

jalan-jalan pagi atau sore hari  Ibu mengerti dan mau melakukannya.

12. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu atau jika ada keluhan pada

tanggal pada tanggal 8 November 2021 Ibu mengerti dan bersedia

melakukannya.

13. Mendokumentasikan Asuhan  pendokumentasian asuhan dibuat dalam

bentuk SOAP.
248

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H G2P1A0 38 MINGGU

DENGAN PERSALINAN NORMAL

Tanggal Pengkajian : 2 November 2021

Pukul : 18.30 WIB

Tempat : PONED PUSKESMAS GEGESIK

A. DATA SUBYEKTIF

1. Riwayat Datang ke PONED

Ibu datang ke PONED diantar suaminya dengan keluhan mules-

mules sejak tanggal 2 november 2021 pukul 09.00 WIB. Terasa mules di

perut bagian bawah menjalar ke pinggang serta keluar lendir campur

darah. Pergerakan janin masih dirasakan dalam 24 jam terakhir lebih dari

10 x. Makan terakhir jam 17.10 WIB, BAB terkahir jam 07.00 WIB, BAK

terakhir jam 17.00 WIB, pagi ibu cukup istirahat.

Ibu mengatakan ini pernikahan pertama dan kehamilan yang kedua,

tidak pernah keguguran, HPHT: 7-2-2021, TP: 14-11-2021. Periksa hamil

sejak kehamilan 1 bulan ke PMB 1 x, Puskesdes 9 x dan Puskesmas 1 x.

Sudah mendapat imunisasi TT 2 kali pada usia kehamilan 5 bulan dan 7

bulan, tablet tambah darah 90 tablet, melahirkan ditolong oleh bidan, anak

hidup, usia 7 tahun, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3500 gram. Selama
249

hamil, melahirkan, nifas dan BBL tidak pernah ada masalah dan tidak

pernah menderita penyakit yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh kehamilan, seperti: Hipertensi, jantung, ashma, diabetes melitus,

ataupun HIV/AIDS. Sebelum hamil pernah ikut KB suntik 3 bulan,

keluarga sangat mendukung, pengambilan keputusan dalam keluarga

adalah suami yang dimusyawarahkan dulu dengan istri, makanan tidak ada

pantangan, sudah mempersiapkan perslinan dengan kegawatdaruratan.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 100/70 mmHg

b) Nadi : 80 x/menit

c) Respirasi : 21 x/menit

d) Suhu : 36,6 ℃

e) Berat badan : 77,5 Kg

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema dan chloasma.

b. Mata : Konjungtiva merah, sclera putih.

c. Hidung : Tidak ada polip.

d. Telinga : Tidak ada penumpukan serumen.

e. Mulut : Bibir tidak pucat, gigi tidak caries.


250

f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis.

g. Dada : Bunyi jantung regular.

h. Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing dan ronchi.

i. Payudara : Tampak bersih, bentuk simetris, puting

susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi

pada areola mamae, Colostrum

sudah keluar. Tidak ada benjolan,

nyeri tekan, bekas luka operasi.

j. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, stretch mark,

ada linea nigra.

a) Leopold I : TFU 32 cm dan teraba bokong.

b) Leopold II : Puka, DJJ 135x/menit.

c) Leopold III : Presentasi kepala.

d) Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, penurunan 3/5.

e) HIS : 2 x dalam 10 menit, lamanya 20 detik

f) TBBJ : (TFU-12) x 155

(32-12) x 155 = 3100 gram

g) Kandung Kemih : Kosong

k. Ekstremitas

c) Atas : Tidak ada oedema, kuku kanan dan kiri

tidak pucat.
251

d) Bawah : Tidak ada oedema, kuku kanan dan kiri

tidak pucat, tidak ada varises, reflek patella

positif.

l. Genetalia : Tampak pengeluaran lendir campur darah.

m. Pemeriksaan dalam

a) Vulva/vagina : Tidak ada oedema, varises, pembengkakan

kelenjar bartholini maupun skene.

b) Portio : Teraba, Tebal lunak.

c) Pembukaan : 2 cm

d) Ketuban : Positif

e) Presentase : Kepala

f) Penurunan : H II

g) Penunjuk : Ubun-ubun kecil

h) Moulage : Tidak ada

i) Bagian-bagian kecil : Tidak teraba

3. Pemeriksaan Penunjang (2/11/2021)

a. HB : 12,6 gr/dL

b. Protein urin : Negatif

c. Glukosa urin : Negatif

d. VCT : Negatif

e. Golongan darah : AB

C. ASSESMENT / ANALISA

Ny. H 34 tahun, G2P1A0 dengan kala I fase laten persalinan normal.


252

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga  Hubungan terbina

baik.

2. Melakukan informed consent secara lisan dan tertulis untuk dilakukan

pemeriksaan dan pertolongan persalinan pada ibu  Ibu dan keluarga

menandatangani informed consent serta bersedia dilakukan pemeriksaan

dan pertolongan persalinan

3. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasil test

swab negatif.

4. Melakukan pemeriksaan fisik  Sudah dilakukan.

5. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga  Sudah

diberitahukan.

6. Menawarkan pendamping Persalinan  Ibu didampingi suami.

7. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan menarik napas panjang dari

hidung dan mengeluarkannya dari mulut ketika ada kontraksi  Ibu dapat

melakukannya.

8. Mengajarkan keluarga cara massage punggung ibu untuk mengurangi rasa

sakit  Sudah dilakukan.

9. Mengajarkan ibu untuk minum  Ibu mau minum teh manis ±100 cc.

10. Menganjurkan ibu agar jalan-jalan bila masih mampu  Ibu mau

melakukannya.

11. Menganjurkan ibu untuk BAK bila menginginkan  Ibu mau

melakukannya.
253

12. Menyiapkan partus set, perlengkapan ibu, bayi dan alat partus  Sudah

disiapkan.

13. Memberikan dukungan moral  Sudah diberikan.

14. Menganjurkan ibu untuk membersihkan daerah vulva dan anus setelah

BAK dan apabila lendir darah banyak  Ibu mau melakukannya.

15. Menganjurkan ibu cara mengedan dan metode persalinan sekarang  Ibu

dapat melakukannya.

16. Melakukan evaluasi kemajuan persalinan 4 jam kemudian atau bila ada

indikasi.

Kala II

Tanggal Pengkajian : 2-11-2021, Pukul 22.00 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan mulesnya semakin sering, keluar air - air dan rasa ingin

meneran.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Fisik

a. Perineum : Tampak menonjol

b. Vulva : Tampak membuka

c. Anus : Tampak membuka

d. Show : Meningkat
254

e. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, stretch mark,

ada linea nigra.

a) Penurunan kepala : 1/5

b) His : 5 x dalam 10 menit, lamanya 45 detik

c) Kandung kemih : ± 100 cc

d) DJJ : 136 x/menit

f. Pemeriksaan dalam

a) Vulva/vagina : Tidak ada oedema, varises, pembengkakan

kelenjar bartholini maupun skene

b) Portio : Tidak teraba

c) Pembukaan : 10 cm

d) Ketuban : Negatif, warna jernih

e) Presentase : Kepala

f) Penurunan : H IV

g) Penunjuk : Ubun-ubun kecil

h) Moulage : Tidak ada

i) Bagian-bagian kecil : Tidak teraba

C. ASSESMENT/ANALISA

Ny. H 34 tahun G2P1A0 dengan kala II persalinan normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu akan dilakukan pemeriksaan  Ibu bersedia

dilakukan pemeriksaan.
255

2. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga  Hasil

pemeriksaan pembukaan lengkap, ketuban pecah spontan (warna

jernih).

3. Memberikan dukungan moral dan spiritual  Dukungan sudah

diberikan, ibu tapak berdo’a dan bersemangat untuk proses

persallinan.

4. Mengecek kembali kelengkapan alat dan mendekatkan troli persalinan

 Alat sudah di cek dan troli persalinan sudah didekatkan.

5. Mengatur posisi senyaman ibu  Ibu memilih posisi setengah duduk.

6. Menganjurkan ibu makan dan minum  Ibu mau minum air putih ±

50 cc.

7. Membimbing ibu mengedan saat ada dorongan meneran dan

memberikan pujian atau dukungan moral  Ibu dapat meneran

dengan baik tampak kepala janin ada kemajuan.

8. Memonitor DJJ diantara His, Terlampir dalam partograf  DJJ 136

x/menit.

9. Menganjurkan ibu istirahat saat tidak ada kontraksi dan menganjurkan

keluarga untuk memberikan minum, rangsangan puting susu,

mengelap keringat  Ibu dan keluarga mau melakukannya.

10. Melakukan pemberian anestesi (lidokain + aquabides 1 : 1)  Sudah

diberikan.

11. Melakukan episiotomi medio lateral saat ada kontraksi  Episiotomi

sudah dilakukan.
256

12. Menolong persalinan dengan cara APN jam 22.15 WIB  bayi lahir

spontan, segera menangis, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan,

gerakan aktif, jenis kelamin laki-laki.

13. Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering  Sudah

dilakukan.

14. Melakukan pemotongan tali pusat  Sudah dilakukan.

Kala III

Tanggal Pengkajian : 2-11-2021, Pukul 22.15 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu merasa perut masih terasa mules dan lemas.

B. DATA OBYEKTIF

Tampak tali pusat di depan vulva, plasenta belum lahir.

C. ASSESMENT/ANALISA

Ny. H 34 Tahun P2A0 dengan kala III persalinan normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Meletakkan bayi diatas perut ibu  Sudah diletakkan.

2. Memastikan janin tunggal atau ganda  Sudah dipastikan dan tidak

ada Janin kedua.

3. Melakukan manajemen aktif kala III :

a) Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM 1 menit setellah

bayi lahir di sepertiga paha atas bagian antero lateral  Oksitosin

sudah disuntikan.
257

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali setiap ada kontraksi,

terasa tali pusat memanjang, melahirkan plasenta dan selaput

plasenta setelah ada tanda-tanda pelepasan seperti : tali pusat

memanang, semburan darah, uterus globuler  Jam 22.25 WIB

Plasenta dan selaput palsenta lahir.

c) Massage uterus 15 x dalam 15 detik, kontraksi uterus baik,

perdarahan dalam batas normal  ±250 cc.

Kala IV

Tanggal Pengkajian : 2-11-2021, Pukul 22.25 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu merasa perut masih terasa mules dan lemas.

B. DATA OBYEKTIF

KU baik, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran darah

dalam batas normal.

C. ASSESMENT / ANALISA

Ny. H 34 Tahun P2A0 dengan kala IV persalinan normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput plasenta  Plasenta dan

selaput lengkap.

2. Memeriksa robekan jalan lahir  Ada robekan jalan lahir derajat II

(mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum).

3. Melakukan pemberian anestesi (lidokain + aquabides 1 : 1) pada

laserasi derajat II  Sudah diberikan.


258

4. Melakukan penjahitan laserasi derajat II  Sudah dilakukan dengan

Teknik jahitan jelujur.

5. Memeriksa kontraksi uterus dan estimasi pengeluaran darah  ±50 cc.

6. Mengajarkan ibu untuk memeriksa kontraksi uterus yang baik dan cara

melakukan massage bila kontraksi uterus menjasi lembek  Ibu dapat

melakukan massage uterus.

7. Membersihkan ibu dengan air DTT dan dekontaminasi tempat tidur

dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci bilas dengan air

detergen dan air mengalir  Sudah dilakukan.

8. Mengganti kain ibu dengan kain bersih dan kering serta memakaian

pembalut  Kain sudah diganti dan sudah memakai pembalut.

9. Memberikan ucapan selamat sambil menganjurkan ibu makan dan

minum  Ibu bersedia minum.

10. Pemantauan kala IV setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit

pada jam kedua, yang dipantau pada 3 atas (Tekanan darah, nadi, suhu)

dan 4 bawah (TFU, kontraksi, kandung kemih, pengeluaran darah) 

Sudah dilakukan pemantauan dan hasil terlampir dalam partograf.


259

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H

DENGAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

Tanggal Pengkajian : 2 November 2021

Pukul : 22.15 WIB

Tempat : PONED PUSKESMAS GEGESIK

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan bayinya menangis kuat, pergerakan aktif.

B. DATA OBYEKTIF

Bayi lahir pada tanggal 2 November 2021 jam 22.15 WIB. Bayi lahir

hidup, segera menangis, pergerakan aktif, warna kulit kemerahan, jenis

kelamin laki-laki.

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Bayi menangis kuat, pergerakan aktif

b. Tanda-tanda vital

1) Bunyi Jantung : 135 x/menit

2) Pernapasan : 44 x/menit

3) Suhu : 36,5 ℃
260

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Tidak ada cephal haematoma, caput succedaneum.

b. Mata : Normal, letak simetris, konjungtiva merah muda,

sclera putih.

c. Telinga : Norma, tidak ada kelainan, letak simetris, sudah

dan matur.

d. Hidung : Normal, etak simetris, tidak ada pengeuaran secret,

tidak ada pernapasan cuping hidung.

e. Mulut : Bibir simetris, tidak ada kelainan labioskizis,

f. Leher : Tonik reflek positif, neckrighting positif

g. Dada : Lingkar dada 33 cm, pergerakan aktif, pernapasan

teratur, tidak ada bunyi wheezing, ronchi, tidak ada

retraksi dinding dada dan bunyi jantung regular.

h. Abdomen : Tali pusat terikat kuat, bersih, tidak ada perdarahan

atau infeksi, terdengar bising usus.

i. Punggung : Tidak ada kelainan (spina bifida)

j. Genetalia : Jenis kelamin laki-laki, testis sudah masuk

kedalam kandung testis, sudah BAK.

k. Anus : Berfungsi dengan baik, tidak ada atresia ani.

l. Kulit : Kulit kemerah-merahan.

m. Ekstremitas atas : Tidak ada sindactili dan polidactili, pergerakan

aktif, tidak ada fraktur, tonus otot baik.


261

n. Ekstremitas bawah : Tidak ada sindactili dan polidactili, pergerakan

aktif, tidak ada fraktur, tonus otot baik

o. Refleks Syaraf

1) Refleks rooting : Positif

2) Refleks sucking : Positif

3) Refleks swallowing : Positif

4) Refleks morro : Positif

5) Refleks graps : Positif

6) Refleks tonik neck : Positif

7) Refleks babynski : Positif

C. ASSESMENT / ANALISA

Bayi Ny. H, jenis kelamin laki-laki dengan bayi baru lahir normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Menilai keadaan umum  Bayi menangis kuat, pergerakan aktif, tonus otot

kuat, warna kulit kemerahan.

2. Meletakkan bayi diatas perut ibu kepala lebih rendah dari pada badan bayi

 Bayi sudah diletakan diatas perut ibu.

3. Mengeringkan bayi  Bayi sudah dikeringkan.

4. Mengganti handuk dengan kain bersih dan kering  Bayi sudah

diselimuti/bedong dengan kain bersih dan kering.

5. Menghisap lendir dari mulut dan hidung  Lendir sudah dihisap dan

menggunakan delee.

6. Melakukan jepit-jepit potong tali pusat  Sudah dilakukan.


262

a. Mengklem tali pusat diantara 2 klem, 3 cm pertama dari pangkal pusat

dan 2 cm dari klem pertama  Tali pusat sudah di klem.

b. Jepit tali pusat dengan klem umbilical  Tali pusat sudah di klem.

c. Mendekapkan bayi ke ibu untuk dilakukan IMD, letakkan di dada ibu

dan IMD selama 1 jam  Bayi sudah di IMD kan, bayi mulai mengenal

puting.

7. Penatalaksanaan asuhan bayi baru lahir setelah IMD :

a. Memakaikan kain pada bayi dengan kain bersih dan kering  Sudah

dilakukan.

b. Memeriksa jenis kelamin bayi  Jenis kelamin laki-laki.

c. Mengukur lingkar kepala, lingkar dada dan Panjang badan  Lingkar

kepala/lingkar dada (34/33) dan Panjang badan 51 cm.

d. Menimbang BB  BB 3560 gram.

e. Memberikan suntik Vitamin K1 1 Mg  Vk1 sudah disuntikkan pada 1/3

paha kiri anterolateral.

f. Memberikan salep mata oxytetracycline 1 % dengan arah medial ke

lateral pada kedua mata  Salep sudah diberikan.

g. Memberikan informasi hasil pemeriksaan bayi kepada ibu dan keluarga

 Sudah diberitahu.

8. Memberikan bayi kepada ibu untuk di susui Ibu bersedia menyusui

bayinya dan kolostrum sudah keluar  Bayi bisa menyusu.


263

9. Mendokumentasikan asuhan  Pendokumentasian asuhan dilakukan dalam

bentuk SOAP.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H

6 JAM POST NATAL NORMAL

Tanggal Pengkajian : 3 November 2021

Pukul : 04.15 WIB

Tempat : PONED PUSKESMAS GEGESIK

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan bayinya sudah bisa menyusu kuat, pergerakan aktif.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Bayi menangis kuat, menyusu kuat, pergerakan

aktif.

b. Tanda-tanda vital

1) Suhu : 36,5 ℃

2) Pernapasan : 45 x/menit

3) Bunyi Jantung : 137 x/menit

4) Berat badan : 3560 gram

5) Panjang badan : 51 cm

6) Lingkar kepala : 34 cm

7) Lingkar dada : 33 cm
264

4. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Tidak ada caput succedaneum, cephal haematoma

b. Mata : Normal, letak simetris, bersih, konjungtiva merah

muda, sclera putih, tidak ada pengeluaran secret.

c. Telinga : Normal, tidak ada kelainan, letak simetris dan

sudah matur.

d. Hidung : Normal, letak simetris, tidak ada pengeluaran

secret, tidak ada pernapasan cuping hidung.

e. Mulut : Bibir dan lidah tidak pucat, bibir simetris, tidak

ada kelainan labioskizis, palatoskizis,

labiopalatoskizis.

f. Leher : Tidak ada benjolan, pembesaran kelenjar tiroid,

limfe dan vena jugularis.

g. Dada : Lingkar dada 33 cm, pergerakan aktif, pernapasan

teratur, tidak ada bunyi wheezing, ronchi, tidak ada

retraksi dinding dada dan bunyi jantung regular.

h. Abdomen : Tali pusat terikat kuat, bersih, tidak ada perdarahan

atau infeksi, terdengar bising usus.

i. Punggung : Tidak ada kelainan (spina bifida).

j. Genetalia : Testis sudah turun kedalam skrotum, sudah BAK.

k. Anus : Berfungsi dengan baik, tidak ada atresia ani dan

sudah BAB.

l. Kulit : Kulit kemerah-merahan.


265

m. Ekstremitas atas : Tidak ada sindactili dan polidactili, pergerakan

aktif, tidak ada fraktur, tonus otot baik.

n. Ekstremitas bawah : Tidak ada sindactili dan polidactili, pergerakan

aktif, tidak ada fraktur, tonus otot baik

o. Refleks Syaraf

1) Refleks rooting : Positif

2) Refleks sucking : Positif

3) Refleks swallowing : Positif

4) Refleks morro : Positif

5) Refleks graps : Positif

6) Refleks tonik neck : Positif

7) Refleks babynski : Positif

C. ASSESMENT / ANALISA

By. Ny. H 6 jam postnatal normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed consent  Ibu mengizinkan bayinya di periksa.

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi (tidak mau menyusu,

kejang, merintih, demam, kebiruan, bayi kuning)  Ibu mengerti dan

sudah mengetahuinya.

4. Menjaga bayi agar tetap hangat dengan membedong untuk mencegah

hipotermi pada bayi  Ibu mengerti dan akan melakukannya.


266

5. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat dengan cara menjaga agar tetap

kering dan bersih  Ibu mengerti dan mau melakukannya.

6. Memberitahu ibu cara menyusui yang baik dan benar  Ibu mengerti dan

dapat melakukannya.

7. Memberitahu ibu manfaat ASI ekslusif  Ibu mengerti.

8. Memberitahu ibu manfaat imunisasi HB 0 (Mencegah tertular penyakit,

mengurangi kecacatan dan kematian) dan memberikannya secara IM

disuntikkan pada 1/3 paha kanan anterolateral  Imunisasi HB 0 sudah di

suntikkan.

9. Memberitahu ibu untuk selalu mengganti popok bayi setiap kali bayi BAK

dan BAB  Ibu mengerti dan mau melakukannya.

10. Menjadwalkan pemeriksaan selanjutnya 3 hari kemudian pada tanggal 5

november 2021 atau apabila ada tanda-tanda bahaya pada bayi segera

periksakan ke bidan terdekat  Ibu mengerti dan bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan selanjutnya.

11. Mendokumentasikan asuhan  Pendokumentasian asuhan dilakukan

dalam bentuk SOAP.


267

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H

3 HARI POST NATAL NORMAL

Tanggal Pengkajian : 5 November 2021

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien Ny. H

Alamat : Dsn 02 RT/RW 012/004 Ds Bayalangu kidul Kec.

Gegesik Kab. Cirebon.

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, bayinya aktif, menyusu kuat,

bayinya diberi ASI Ekslusif, bayi sudah BAK ± 8 kali sehari, BAB 3 kali

sehari.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik, menangiskuat, pergerakan aktif, warna tubuh

kemerahan, menyusu kuat, tidak ada tanda-tanda

infeksi pada tali pusat, tali pusat kering.

b. Tanda-tanda vital

1) Suhu : 36,5 ℃

2) Pernapasan : 46 x/menit

3) Bunyi Jantung : 136 x/menit

4) Berat badan : 3500 gram

5) Panjang badan : 51 cm
268

5. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Tidak ada caput succedaneum, cephal haematoma

b. Mata : Normal, letak simetris, bersih, konjungtiva merah

muda, sclera putih, tidak ada pengeluaran secret.

c. Telinga : Normal, tidak ada kelainan, letak simetris dan

sudah matur.

d. Hidung : Normal, letak simetris, tidak ada pengeluaran

secret, tidak ada pernapasan cuping hidung.

e. Mulut : Bibir dan lidah tidak pucat, bibir simetris, tidak

ada kelainan labioskizis, palatoskizis,

labiopalatoskizis.

f. Leher : Tidak ada benjolan, pembesaran kelenjar tiroid,

limfe dan vena jugularis.

g. Dada : Pernapasan teratur, tidak ada bunyi wheezing,

ronchi, tidak ada retraksi dinding dada dan bunyi

jantung regular.

h. Abdomen : Tali pusat sudah kering, bersih, tidak ada

perdarahan atau infeksi, terdengar bising usus.

i. Punggung : Tidak ada kelainan (spina bifida).

j. Genetalia : Testis sudah turun kedalam skrotum, sudah BAK.

k. Anus : Berfungsi dengan baik, tidak ada atresia ani dan

sudah BAB.
269

l. Kulit : Kulit kemerah-merahan.

m. Ekstremitas atas : Tidak ada sindactili dan polidactili, pergerakan

aktif, tidak ada fraktur, tonus otot baik.

n. Ekstremitas bawah : Tidak ada sindactili dan polidactili, pergerakan

aktif, tidak ada fraktur, tonus otot baik

o. Eliminasi

1) BAK : Sudah BAK berwarna jernih.

2) BAB : Sudah BAB berwarna kuning.

p. Refleks Syaraf

1) Refleks rooting : Positif

2) Refleks sucking : Positif

3) Refleks swallowing : Positif

4) Refleks morro : Positif

5) Refleks graps : Positif

6) Refleks tonik neck : Positif

7) Refleks babynski : Positif

C. ASSESMENT / ANALISA

By. Ny. H 3 hari postnatal normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed consent  Ibu mengizinkan bayinya di periksa.

2. Memberitahu hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

3. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasilnya

tidak ada indikasi gejala covid-19.


270

4. Mengingatkan kembali tanda bahaya pada bayi seperti (tidak bisa menyusu,

merintih, tali pusat berbau dan ada tanda-tanda infeksi, demam)  Ibu

mengerti dan dapat menjelaskan kembali.

5. Menganjurkan ibu menjaga bayi agar tetap hangat dan memberitahu ibu

untuk menjemur bayi di pagi hari ±15 menit  Ibu mengerti dan akan

melakukannya.

6. Mengingatkan kembali cara perawatan tali pusat dengan cara menjaga agar

tetap kering dan bersih  Ibu mengerti dan mau melakukannya.

7. Menganjurkan ibu untuk memandikan bayinya 2x sehari dan menjaga

personal hygiene  Ibu mengerti dan akan melakukannya.

8. Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI sesering mungkin dan setelah

selesai menyusui bayi disendawakan dengan cara punggung dimassase agar

bayi tidak muntah  Ibu mengerti dan dapat melakukannya.

9. Menjadwalkan pemeriksaan selanjutnya 14 hari kemudian pada tanggal 19

november 2021 atau apabila ada tanda-tanda bahaya pada bayi segera

periksakan ke bidan terdekat  Ibu mengerti dan bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan selanjutnya.

10. Mendokumentasikan hasil asuhan  Pendokumentasian asuhan dilakukan

dalam bentuk SOAP.


271

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. H

14 HARI POST NATAL NORMAL

Tanggal Pengkajian : 19 November 2021

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien Ny. H

Alamat : Dsn 02 RT/RW 012/004 Ds Bayalangu kidul Kec.

Gegesik Kab. Cirebon.

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, BAB ± 3 kali sehari

dan BAK ± 8 kali sehari, bayi hanya diberi ASI saja dan menyusu dengan aktif,

ibu belum mengetahui jadwal imunisasi BCG dan Polio.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Tanda-tanda vital

1) Suhu : 36,5 ℃

2) Pernapasan : 48 x/menit

3) Bunyi Jantung : 142 x/menit

4) Berat badan : 4100 gram

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Tidak ada caput succedaneum, cephal haematoma


272

b. Mata : Normal, letak simetris, bersih, konjungtiva merah

muda, sclera putih, tidak ada pengeluaran secret.

c. Telinga : Normal, tidak ada kelainan, letak simetris dan

sudah matur.

d. Hidung : Normal, letak simetris, tidak ada pengeluaran

secret, tidak ada pernapasan cuping hidung.

e. Mulut : Bibir dan lidah tidak pucat, bibir simetris, tidak

ada kelainan labioskizis, palatoskizis,

labiopalatoskizis.

f. Leher : Tidak ada benjolan, pembesaran kelenjar tiroid,

limfe dan vena jugularis.

g. Dada : Pernapasan teratur, tidak ada bunyi wheezing,

ronchi, tidak ada retraksi dinding dada dan bunyi

jantung regular.

h. Abdomen : Tali pusat sudah lepas, bersih, tidak ada

perdarahan atau infeksi, terdengar bising usus.

i. Punggung : Tidak ada kelainan (spina bifida).

j. Genetalia : Testis sudah turun kedalam skrotum, sudah BAK.

k. Anus : Berfungsi dengan baik, tidak ada atresia ani dan

sudah BAB.

l. Kulit : Kulit kemerah-merahan.

m. Ekstremitas atas : Tidak ada sindactili dan polidactili, pergerakan

aktif, tidak ada fraktur, tonus otot baik.


273

n. Ekstremitas bawah : Tidak ada sindactili dan polidactili, pergerakan

aktif, tidak ada fraktur, tonus otot baik

o. Eliminasi

1) BAK : Sudah BAK berwarna jernih.

2) BAB : Sudah BAB berwarna kuning.

p. Refleks Syaraf

1) Refleks rooting : Positif

2) Refleks sucking : Positif

3) Refleks swallowing : Positif

4) Refleks morro : Positif

5) Refleks graps : Positif

6) Refleks tonik neck : Positif

7) Refleks babynski : Positif

C. ASSESMENT / ANALISA

By. Ny. H 14 hari postnatal normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed consent  Ibu mengizinkan bayinya di periksa.

2. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasilnya

tidak ada indikasi gejala covid-19.

3. Memberitahu hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

4. Mengingatkan kembali tanda bahaya pada bayi (tidak bisa menyusu,

merintih, demam)  Ibu masih mengingatnya.


274

5. Menjaga bayi agar tetap hangat dan memberitahu ibu untuk menjemur bayi

di pagi hari ±15 menit  Ibu akan melakukannya.

6. Mengingatkan Kembali untuk memandikan bayinya 2x sehari dan menjaga

personal hygiene  Ibu mengerti dan akan melakukannya.

7. Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI sesering mungkin dan setelah

selesai menyusui agar bayi disendawakan dengan cara punggung dimassase

agar bayi tidak muntah  Ibu mengerti dan dapat melakukannya.

8. Menjelaskan ibu tentang imunisasi dasar, jadwal pemberian, manfaat, efek

saping serta menganjurkan dating ke posyandu terdekat agar bayinya

mendapat imunisasi  Ibu mengerti dan akanmelakukannya.

9. Menjadwalkan imunisasi BCG dan Polio 1 saat bayi usia 1 bulan  Ibu

mengerti dan mau melakukannya.

10. Memberitahu ibu untuk segera menghubungi tenaga Kesehatan apabila

terdapat keluhan/masalah dengan bayinya  Ibu mengerti dan akan

melakukannya.

11. Mendokumentasikan hasil asuhan  Pendokumentasian asuhan dilakukan

dalam bentuk SOAP.


275

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H P2A0

6 JAM POST PARTUM NORMAL

Tanggal Pengkajian : 3 November 2021

Pukul : 04.15 WIB

Tempat : PONED PUSKESMAS GEGESIK

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan masih terasa lemas, perut masih terasa mules, belum

BAB dan sudah BAK, pengeluaran darah sedikit, ASI sudah keluar, ibu sudah

menyusui bayinya, ibu sudah bisa istirahat, sudah makan dan minum, sudah

bisa miring kanan miring kiri, sudah bisa duduk. Obat antibiotik, penambah

darah, Vit A yang diberikan oleh bidan sudah diminum. Belum mengetahui

tanda-tanda bahaya nifas.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 120/70 mmHg

b) Nadi : 85x/menit

c) Respirasi : 20x/menit

d) Suhu : 36,6 ℃
276

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah

a) Muka : Tidak ada oedema dan chloashma.

b) Mata : Konjungtiva merah, sclera putih.

b. Payudara : Tampak bersih, bentuk simetris, puting

susu menonjol, tidak ada benjolan, nyeri

tekan dan bekas luka operasi.

Colostrum sudah keluar.

c. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus

baik, kandung kemih kosong.

d. Genitalia : Vulva vagina tidak ada oedema, varises,

pembengkakan kelenjar bartholini maupun

skene. Tampak luka jahitan perineum tidak

ada tanda-tanda infeksi, lochea rubra.

e. Ektremitas

a) Atas : Oedema -/-, kuku ka/ki tidak pucat

b) Bawah : Oedema -/-, varises -/-, kuku ka/ki tidak

pucat, refleks patella +/+.

C. ASSESMENT / ANALISA

Ny. H 34 tahun P2A0 dengan 6 jam postpartum normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed consent  Ibu bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan.
277

2. Memberitahu hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas (perdarahan, demam tinggi,

sakit kepala hebat, mata kunang-kunang, payudara bengkak)  Ibu

mengerti dan dapat menjelaskan kembali.

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup  Ibu mau melakukannya.

5. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK karena akan mengganggu

kontraksi pada uterus ibu  Ibu mengerti dan akan melakukannya.

6. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan yang bergizi (karbohidrat,

protein, sayur, buah)  Ibu mengerti dan akan melakukannya.

7. Memberitahu ibu tentang perawatan personal hygiene khusunya daerah

genetalia  Ibu akan melakukannya.

8. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin untuk

merangsang ASI nya keluar  Colostrum sudah keluar, ibu mengerti dan

mau melakukannya.

9. Menjadwalkan pemeriksaan selanjutnya 3 hari kemudian pada tanggal 5

november 2021  Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya.

10. Mendokumentasikan asuhan  Pendokumentasian asuhan dilakukan

dalam bentuk SOAP.


278

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H P2A0

3 HARI POST PARTUM NORMAL

Tanggal Pengkajian : 5 November 2021

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien Ny. H

Alamat : Dsn 02 RT/RW 012/004 Ds Bayalangu kidul Kec.

Gegesik Kab. Cirebon.

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan keadaan ibu sudah lebih baik dari sebelumnya, perut

masih terasa mules. Ibu masih memberi ASI ekslusif. Ibu sudah bisa BAB dan

BAK, pengeluaran darah sedikit, dalam 1 hari ibu mengganti pembalut 3 kali.

Ibu sudah mengetahui tanda-tanda bahaya nifas.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Nadi : 82 x/menit

c) Respirasi : 19 x/menit

d) Suhu : 36,7 ℃
279

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah

a) Muka : Tidak ada oedema dan chloashma.

b) Mata : Konjungtiva merah, sclera putih.

b. Payudara : Tampak bersih, bentuk simetris, puting

susu menonjol, tidak ada benjolan, nyeri

tekan dan bekas luka operasi,

pengeluaran ASI lancar.

c. Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus

baik, kandung kemih kosong.

d. Genitalia : Vulva vagina tidak ada oedema, varises,

pembengkakan kelenjar bartholini maupun

skene. Tampak luka jahitan perineum tidak

ada tanda-tanda infeksi, lochea rubra.

e. Ektremitas

a) Atas : Oedema -/-, kuku ka/ki tidak pucat

b) Bawah : Oedema -/-, varises -/-, kuku ka/ki tidak

pucat, refleks patella +/+, tanda homan -.

C. ASSESMENT / ANALISA

Ny. H 34 tahun, P2A0 dengan 3 hari postpartum normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed consent  Ibu bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan.
280

2. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasilnya

tidak ada indikasi gejala covid-19.

3. Memberitahu hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

4. Menilai tanda bahaya nifas seperti perdarahan, demam, payudara bengkak

dan merah mengkilat, penglihatan buram, lochea berbau busuk  Tidak

ditemukan adanya tanda-tanda bahaya.

5. Mengingatkan kembali cara perawatan luka perineum (menjaga agar tetap

bersih, kering, tidak membasuh area genitalia dengan air hangat)  Ibu

masih mengingatnya.

6. Mengajarkan ibu cara senam kegel  Ibu mampu melakukannya.

7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup  Ibu mengerti dan akan

melakukannya.

8. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan yang bergizi (karbohidrat,

protein, sayur, buah)  Ibu mengerti dan akan melakukannya.

9. Memberitahu ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan berikan ASI

ekslusif  Ibu mengerti dan mau melakukannya.

10. Menjadwalkan pemeriksaan selanjutnya 14 hari kemudian pada tanggal 19

november 2021  Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya.


281

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H P2A0

14 HARI POST PARTUM NORMAL

Tanggal Pengkajian : 19 November 2021

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien Ny. H

Alamat : Dsn 02 RT/RW 012/004 Ds Bayalangu kidul Kec.

Gegesik Kab. Cirebon.

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan keadaan ibu sudah lebih baik dari sebelumnya dan tidak

ada keluhan, pengeluaran darah sedikit, dalam 1 hari ibu mengganti pembalut 3

kali. Ibu masih memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Tidak ada pantangan

makanan, ibu mengatakan cukup istirahat.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 120/70 mmHg

b) Nadi : 81 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,5 ℃
282

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah

a) Muka : Tidak ada oedema dan chloashma.

b) Mata : Konjungtiva merah, sclera putih.

b. Payudara : Tampak bersih, bentuk simetris, puting

susu menonjol, tidak ada benjolan, nyeri

tekan dan bekas luka operasi,

pengeluaran ASI lancar.

c. Abdomen : TFU tidak teraba, diastasis rektus

abdominalis.

d. Genitalia : Vulva vagina tidak ada oedema, varises,

pembengkakan kelenjar bartholini maupun

skene. Tampak luka jahitan perineum

sudah kering tidak ada tanda-tanda

infeksi, lochea Alba.

e. Ektremitas

a) Atas : Oedema -/-, kuku ka/ki tidak pucat

b) Bawah : Oedema -/-, varises -/-, kuku ka/ki tidak

pucat, refleks patella +/+, tanda homan -.

C. ASSESMENT / ANALISA

Ny. H 34 tahun, P2A0 dengan 14 hari postpartum normal.

D. PENATALAKSANAAN
283

1. Melakukan informed consent  Ibu bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan.

2. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasilnya

tidak ada indikasi gejala covid-19.

3. Memberitahu hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

4. Mengingatkan kembali tanda - tanda bahaya nifas (perdarahan, demam,

payudara bengkak)  Ibu masih mengingatnya.

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup tidur malam 5-6 jam dan

tidur siang mengikuti tidur bayi  Ibu mengerti dan akan melakukannya.

6. Memastikan ibu melakukan mobilisasi berjalan dengan lancar  Ibu

sudah melakukan mobilisasi.

7. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene dengan baik 

Ibu mau melakukannya.

8. Mengingatkan kembali ibu untuk makan dan minum dengan nutrisi pada

ibu nifas yang bergizi seimbang untuk ibu yang sedang menyusui seperti :

ikan, telur, daging merah, sayuran hijau dan buah-buahan yang

mengandung serat  Ibu mengerti dan akan melakukannya.

9. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya setiap 2 jam

sekali  Ibu akan melakukannya.

10. Menganjurkan ibu untuk tidak telalu tergesa-gesa dalam melakukan

hubungan seksual, tunggu hingga 40 hari  Ibu mengerti dan akan

melaksanakannya sesuai apa yang dianjurkan dan ketetapan syariat islam.


284

11. Mengingatkan ibu untuk tetap melaksanakan senam nifas  Ibu akan

melakukannya.

12. Menjadwalkan pemeriksaan selanjutnya 19 hari kemudian pada tanggal 8

Desember 2021  Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya.


285

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H P2A0

36 HARI POST PARTUM NORMAL

Tanggal Pengkajian : 8 Desember 2021

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien Ny. H

Alamat : Dsn 02 RT/RW 012/004 Ds Bayalangu kidul Kec.

Gegesik Kab. Cirebon.

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan keadaan ibu sudah lebih jauh baik dan tidak ada keluhan.

Ibu masih memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Tidak ada pantangan

makanan, ibu mengatakan cukup istirahat.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 120/70 mmHg

b) Nadi : 81 x/menit

c) Respirasi : 20 x/menit

d) Suhu : 36,6 ℃
286

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah

c) Muka : Tidak ada oedema dan chloashma.

d) Mata : Konjungtiva merah, sclera putih.

b. Payudara : Tampak bersih, bentuk simetris, puting

susu menonjol, tidak ada benjolan, nyeri

tekan dan bekas luka operasi,

pengeluaran ASI lancar.

c. Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.

d. Genitalia : Vulva vagina tidak ada oedema, varises,

pembengkakan kelenjar bartholini maupun

skene. Tampak luka jahitan perineum

sudah kering tidak ada tanda-tanda

infeksi, lochea Alba.

e. Ektremitas

c) Atas : Oedema -/-, kuku ka/ki tidak pucat

d) Bawah : Oedema -/-, varises -/-, kuku ka/ki tidak

pucat, refleks patella +/+, tanda homan -.

C. ASSESMENT / ANALISA

Ny. H 34 tahun, P2A0 dengan 36 hari postpartum normal.

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan informed consent  Ibu bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan.
287

2. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasilnya

tidak ada indikasi gejala covid-19.

3. Memberitahu hasil pemeriksaan  Sudah diberitahu.

4. Mengingatkan kembali tanda - tanda bahaya nifas (perdarahan, demam

tinggi, sakit kepala hebat, kesulitan bernapas)  Ibu masih mengingatnya.

5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene dengan baik 

Ibu mau melakukannya.

6. Mengingatkan kembali ibu untuk makan dan minum dengan nutrisi pada

ibu nifas yang bergizi seimbang untuk ibu yang sedang menyusui seperti :

ikan, telur, daging merah, sayuran hijau dan buah-buahan yang

mengandung serat  Ibu mengerti dan akan melakukannya.

7. Mengingatkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya setiap 2 jam

sekali  Ibu masih mengingatnya dan mau melakukannya.

8. Memberitahu ibu untuk melakukan penggunaan kontrasepsi setelah masa

nifas 40 hari  Ibu mengerti dan mau melakukannya.

9. Memberitahu ibu untuk segera menghubungi tenaga kesehatan apabila

terdapat keluhan/masalah pada ibu  Ibu mengerti dan akan

melakukannya.

10. Mendokumentasikan hasil asuhan  Pendokumentasian asuhan dilakukan

dalam bentuk SOAP.


288
289

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. H

AKSEPTOR KB DENGAN METODE SUNTIK 3 BULAN

Tanggal Pengkajian : 16 Desember 2021

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : PUSKESMAS GEGESIK

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu datang ke Puskesmas Gegesik, mengatakan ingin ber KB tapi belum

punya pilihan. Ini merupakan pernikahan pertama dan persalinan yang kedua,

tidak pernah keguguran, melahirkan ditolong oleh bidan, selama hamil,

melahirkan, nifas, BBL tidak pernah ada masalah dan tidak mempunyai

penyakit seperti hipertensi, jantung, sakit kuning, perdarahan pervaginam yang

tidak diketahui penyebabnya, keputihan yang lama, tumor : payudara, Rahim,

indung telur. Sebelum hamil pernah ikut KB suntik 3 bulan, anak terkecil usia

7 tahun.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Nadi : 84x/menit
290

c) Respirasi : 20x/menit

d) Suhu : 36,7 ℃

d. Berat badan : 65 kg

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema.

b. Mata : Konjungtiva merah, sclera putih.

c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis.

d. Payudara : Tampak bersih, tidak ada benjolan, nyeri

tekan, bekas luka operasi.

e. Dada : Irama jantung regular, paru-paru tidak ada

wheezing dan ronchi.

f. Abdomen : Tidak teraba pembesaran rahim dan masa.

g. Genetalia

a) V/V : Tidak ada oedema, varises, pembengkakan

kelenjar bartholini maupun skene.

b) Pemeriksaan Bimanual : Tidak ada nyeri tekan.

C. ASSESMENT / ANALISA

Ny. H 34 tahun P2A0 Akseptor baru KB suntik 3 bulan.

D. PENATALAKSANAAN

1. Melakukan Screening Covid-19 pada ibu  Sudah dilakukan dan hasilnya

tidak ada indikasi gejala covid-19.


291

2. Memberitahu macam-macam alat kontrasepsi (mini pil, pil kombinasi,

suntik 1 dan 3 bulan, IUD, implant)  Ibu mengerti dan mengetahui

macam-macam KB.

3. Memberitahu ibu manfaat dan efek samping dari setiap macam-macam

KB,  Ibu mengerti dan mengetahui manfaat dan efek saping masing-

masing KB.

4. Membantu ibu menentukan metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET) 

Ibu memilih suntik 3 bulan.

5. Melakukan informed consent  Ibu bersedia untuk dilakukan

pemeriksaan.

6. Menyiapkan alat (spuit/jarum 3 ml, obat KB suntik 3 bulan progestin 3 ml

medroxy progesterone acetate, alkohol swab, bengkok)  Alat sudah

disiapkan.

7. Melakukan penyuntikan KB depo secara IM pada 1/3 sias bokong  KB

depo sudah disuntikkan.

8. Memberikan kartu kunjungan KB atau kartu identitas ibu untuk melakukan

kunjungan selanjutnya  Ibu mengerti dan mau membawanya setiap

kunjungan.

9. Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 6 maret 2022  Ibu bersedia

datang kembali.
BAB IV

PEMBAHASAN

Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease

2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional, sehingga pelayanan Kesehatan

maternal dan neonatal menjadi salah satu layanan yang terkena dampak baik

secara akses maupun kualitas. Maka dari itu, dalam melakukan pelayanan

maternal dan neonatal terlebih dahulu melaksanakan skrining awal covid-19.(36)

4.1 Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang

organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya akan terjadi

kehamilan.(26)

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan dan 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),

dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).(9)

291
292

4.1.1 Tinggi Badan dan Berat Badan

Bila tinggi badan < 145 cm, maka risiko panggul sempit,

kemungkinan sulit melahirkan secara normal dan timbangan berat

badan diukur setiap kali ibu melakukan pemeriksaan atau kunjungan,

kenaikan berat badan ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai

dengan 16 kg.(23)

Pada kasus Ny. H tinggi badannya adalah 160 cm dan

penambahan berat badan pada Ny. H yaitu 12 kg. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.

4.1.2 Tekanan Darah

Tekanan darah pada ibu hamil diukur setiap melakukan

pemeriksaan atau kunjungan, tekanan darah normal, tinggi maupun

rendah untuk mengukur indikasi pada kehamilan ibu, tekanan darah

tinggi atau hipertensi akan menyebabkan preeklamsia atau eklamsi

dan apabila tekanan darah turun dibawah normal bisa memicu

beberapa masalah diantaranya yaitu : anemia, janin tidak

berkembang (IUGR), BBLR. Tekanan darah normal berkisar

systole/diastole 100/70 – 120/80 mmHg.(23)

Pada kasus Ny. H tekanan darah selama kehamilan di trimester

I yaitu : Sistolik 90 – 110 mmHg dan diastolik 60 – 70 mmHg,

trimester II yaitu : Sistolik 100 – 110 mmHg dan diastolik 70 mmHg,

trimester III yaitu : Sistolik 90 – 120 mmHg dan diastolik 70 – 80


293

mmHg. Sehingga tidak ada indikasi hipertensi serta kesenjangan

antara teori dan kondisi ibu.

4.1.3 Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Pengukuran lingkar lengan atas bertujuan untuk menilai status

gizi. Adapun nilai normal LILA yaitu 23,5 cm, jika nilainya kurang

dari nilai normal maka dikatakan kekurangan energi kronis (KEK),

untuk mengukurnya menggunakan Pita LILA, cara mengukur LILA

tetapkan posisi bahu dan siku, letakkan pita antara bahu dan siku,

tentukan titik tengah lengan, lingkarkan pita LILA pada tengah

lengan.(23)

LILA Ny. H yaitu 27 cm, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kondisi ibu.

4.1.4 Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan pita pengukuran

sentimeter, angka 0 ditepi sympisis dan rentangkan sampai fundus

uteri.(23)

Tinggi fundus uteri Ny. H pada usia kehamilan 29 minggu

yaitu 22 cm dan pada usia kehamilan 38 minggu tinggi fundus

uterinya yaitu 32 cm. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan kondisi ibu.


294

4.1.5 Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin

dari tetanus, efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerahan dan

bengkak 1-2 hari pada tempat penyuntikan dan akan sembuh tanpa

pengobatan.(23)

Sedangkan pada Ny. H untuk skrining TT diberikan TT 1 pada

usia kehamilan 23 minggu dan TT 2 pada usia kehamilan 29 minggu.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.

4.1.6 Tablet Tambah Darah

Tablet tambah darah mengandung 200 mg sulfat ferrous 0,25

mg asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet

Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas,

karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin.(23)

Ny. H mengkonsumsi tablet tambah darah 90 tablet selama

kehamilan. Sehingga tidak ada kesenjangan pemberian tablet tambah

darah antara teori dan kondisi ibu.

4.1.7 Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) biasanya dilakukan

saat usia kehamilan memasuki 16 minggu. Tujuan dari pemeriksaan

janin dan denyut jantung janin adalah untuk memantau, mendeteksi,

menghindari faktor resiko kematian prenatal yang disebabkan oleh


295

infeksi, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan dan hipoksia. DJJ

normal antara 120-160 x/menit.(23)

Presentasi janin Ny. H pada usia kehamilan 38 minggu adalah

presentasi kepala dan denyut jantung janinnya 142x/menit. Sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dengan kondisi ibu.

4.1.8 Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb yang dilakukan pada pemeriksaan pertama

dan diulang ketika menjelang persalinan, upaya ini untuk mendeteksi

anemia pada ibu hamil.(23)

Sedangkan pemeriksaan Hb yang dilakukan pada Ny. H

dilakukan 2 kali pada usia kehamilan 13-14 minggu Hb 13,2 gr/dL

dan usia kehamilan 37 minggu dengan Hb 12,6 gr/dL. Sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.

4.1.9 Pemeriksaan Protein Urin

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein urin

dalam urin ibu hamil, pemeriksaan dengan asam asetat 2-3%

ditunjukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi dan

dengan tanda kaki oedema, pemeriksaan ini dilakukan mengarah

kepada indikasi preeklamsia.(23)

Hasil pemeriksaan protein urin pada Ny. H yaitu (-) negatif.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.


296

4.1.10 Pengambilan Darah untuk Pemeriksaan VDRL

Pemeriksaan Veneral Desease Reseach Laboratory (VDRL)

untuk mengetahui adanya treponema pallidum / penyakit menular

seksual, antara lain : syphilis dengan cara pengambilan specimen

darah vena ± 2 cc apabila tes yang dilakukan hasilnya (+) maka ibu

dilakukan pengobatan rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah

kematian janin pada kehamilan < 16 minggu dan apabila berlanjut

dapat menyebabkan persalinan prematur atau cacat bawaan.(23)

Hasil pemeriksaan VDRL pada Ny. H yaitu (-) negatif.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.

4.1.11 Pemeriksaan Reduksi Urin

Pemerksaan ini dilakukan hanya kepada ibu hamil dengan

indikasi penyakit diabetes mellitus atau Riwayat penyakit diabetes

mellitus pada keluarga, apabila tes tersebut (+) maka perlu diikuti

pemeriksaan ggula darah untuk memastikan adanya penyakit

diabetes mellitus gestasional (DMG), penyakit ini menyebabkan

bayi besar atau makrosomia pada janin yang akan lahir.(23)

Pada pemeriksaan reduksi urin Ny. H yaitu (-) negatif.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.

4.1.12 Pelaksanaan Temu Wicara/Konseling

Konseling merupakan suatu bentuk wawancara (tatap muka)

untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik


297

mengenai dirinya untuk memahami dan mengatasi permasalahan

yang sedang dihadapinya.(23)

Menurut standar asuhan bidan melakukan kunjungan rumah

dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk

memberikan penyuluhan serta memotivasi ibu, suami dan anggota

keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya

sejak dini dan secara teratur.(23)

Pada Ny. H diberikan konseling sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi ibu. Tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.

4.2 Persalinan

4.2.1 Kala I

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur

dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat

berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian kehamilan

multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi

dalam waktu kurang dari 24 jam. Kala I memiliki 2 fase diantaranya,

fase laten pembukaan serviks dari 1-3 cm dan fase aktif pembukaan

serviks dari 4-10 cm.(25)

Asuhan kebidanan pada kala I dapat dilakukan dengan

permberian dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada

ibu dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran, melakukan

pengkajian, membuat diagnosa, mencegah, menangani komplikasi


298

dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini selama persalinan dan

kelahiran, melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa

ditangani sendiri untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu,

memberikan asuhan yang adekuat kepada ibu dengan intervensi

minimal, sesuai dengan tahapan persalinan, memperkecil resiko

infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang aman, selalu

memberitahu iba dan keluarga mengenai kemajuan persalinan.

Adanya penyulit mapun intervensi yang akan dilakukan dalam

persalinan, memberikan asuhan yang tepat untuk ibu dan bayi segera

setelah lahir, membantu ibu dengan pemberian ASI dini.(25)

Kala I pada Ny. H G2P1A0 berlangsung normal. Pasien datang

tanggal 2 November 2021 pada pukul 18.30 WIB terasa mules di

perut bagian bawah menjalar ke pinggang serta keluar lendir campur

darah dan belum keluar air-air. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital

dalam keadaan normal, pada pemeriksaan dalam teraba portio tebal

lunak, pembukaan 2 cm, ketuban utuh / positif, presentasi kepala,

penurunan H II, kontraksi 2x10 menit lamanya 20 detik dan sampai

pembukaan 10 cm berlangsung ± 4 jam tidak ditemukan penyulit

atau komplikasi pada ibu serta pemberian dukungan pada Ny. H

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.


299

4.2.2 Kala II

Proses pengeluaran bayi pada persalinan kala II ini dimulai

dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahir bayi. Proses ini

biasanya berlangsung 2 jam pada primi gravida dan 1 jam pada

multigravida.(25)

Tanda-tanda kala II pada persalinan, yaitu mendengar dan

melihat adanya tanda kala dua persalinan, ibu merasa ada dorongan

kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat

pada rektum dan vagina, perinium tampak menonjol, vulva dan

sfingter ani membuka.(24)

Kala II persalinan pada Ny. H ditandai dengan pembukaan

lengkap dan kemajuan persalinan baik. Ibu tampak bersemangat dan

berdo'a. Persalinan berjalan lancar dan normal persalinan ditolong

dengan 60 langkah APN (Asuhan Persalinan Normal) dan

berlangsung 15 menit sampai bayi lahir. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan kondisi ibu.

4.2.3 Kala III

Tahap persalinan kala III dimulai dari lahirnya bayi sampai

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Melakukan

manajemen aktif kala III yaitu : pemberian suntikan oksitosin 10 IU,

penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus uterus 15 x

dalam 15 detik.(25)
300

Menurut standar asuhan bidan melakukan penegangan tali

pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan

selaput ketuban secara lengkap.(9)

Pada Ny. H manajemen aktif kala III sudah dilakukan sesuai

dengan teori, plasenta lahir berlangsung selama 5 menit setelah bayi

lahir, dengan demikian selama kala III tidak ada penyulit sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.

4.2.4 Kala IV

Dalam klinik atas pertimbangan praktis masih diakui adanya

Kala IV persalinan, meskipun masa setelah plasenta lahir adalah

masa dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini

sering timbul pendarahan, masa 1-2 jam setelah plasenta lahir.

Pengawasan pada kala IV dilakukan selama 2 jam, 15 menit pada

jam pertama setelah proses persalinan, 30 menit pada jam kedua

setelah proses persalinan.(25)

Asuhan yang harus diberikan setelah plasenta lahir adalah

sebagai berikut, rangsangan taktil uterus untuk merangsang uterus,

evaluasi tinggi fundus uteri. Evaluasi ini dilakukan dengan cara

meletakan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri.

Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau di bawah pusat,

perkiraan darah yang hilang secara keseluruhan, pemeriksaan

perineum dari perdarahan aktif, evaluasi kondisi umum ibu dan bayi,

pendekumentasian, penilaian klinik.(25)


301

Pada kasus Ny. H terdapat robekan jalan lahir derajat 2 yaitu

dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot

perineum, serta dilakukan penjahitan dengan anastesi lidokain 2% +

aquabides 1:1. Penjahitan dilakukan dengan teknik jelujur.

Selanjutnya pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit

pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua pada Ny. H selama 2

jam dilakukan pemantauan yang meliputi: Tanda-tanda vital normal

yaitu 100/70 mmHg, nadi 85x/menit, pernapasan 21x/menit, suhu

36,6°C. tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus

keras, kandung kemih kosong, pendarahan dalam batas normal ± 10

cc dan terdapat pengeluaran darah rubra. Ny. H, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.

4.3 Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram.(29)

Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap bayi

baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi

berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari.(30)

4.3.1 Bayi Baru Lahir


302

Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang

disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama

proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.

Beberapa mikroorganisme harus diwaspadaikarena dapat ditularkan

lewat percikan darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV dan

Hepatitis B.(29)

Adaptasi Bayi Baru Lahir terhadap kehidupan diluar uterus.

Pada waktu kelahiran ada beberapa adaptasi fisik atau psikologis

mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, bayi baru lahir juga

membutuhkan perawatan yang dapat menunjang untuk kehidupan

selanjutnya.(29)

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk

memastikan pernapasan spontan mencegah hipoksia sekunder,

menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai

dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani

hipotermi.(30)

Bayi Ny. H lahir hidup segera menangis, pergerakan aktif,

warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki. Berat badan saat

lahir 3.560 gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala 34 cm dan

lingkar dada 33 cm dengan usia kehamilan 38 minggu.

4.3.2 Kunjungan 6 Jam Post Natal (KN 1)

kunjungan neonatal I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48 jam

setelah lahir. Asuhan yang dilakukan pada KN 1 yaitu : pemberian


303

ASI, perawatan tali pusat, suntikan Vit K1 bila belum diberikan,

pemberian salep/tetes mata, imunisasi HB 0, pemeriksaan

antropometri.(35)

Pemeriksaan bayi Ny. H usia 6 Jam post natal didapatkan hasil

pemeriksaan suhu 36,5°C, pernapasan 45x/menit, bunyi jantung

137x/menit, berat badan 3.560 gram dan panjang 51 cm, terdengar

bising usus, tidak terdapat kelainan pada kepala, mata, telinga,

hidung, mulut, dada, abdomen, punggung, ekstremitas, genetalia,

anus serta kulit. Pergerakan aktif tonus otot kuat, reflek sucking,

swallowing, rotting, graps dan babinski positif, BAK dan BAB

sudah lancar dan normal, tali pusat bersih, basah, tidak ada

pendarahan atau tanda-tanda infeksi pada tali pusat, warna kulit

kemerahan, bayi menetek kuat, pegerakan aktif dan bebas. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan kondisi bayi.

4.3.3 Kunjungan 3 Hari Post Natal (KN 2)

Kunjungan neonatal II (KN 2) pada hari ke-3 sampai dengan 7

hari post natal. Asuhan yang dilakukan pada KN 2 yaitu : Pemberian

ASI, perawatan tali pusat, tanda bahaya pada bayi, identifikasi

kuning, imunisasi HB 0 bila belum dilakukan.(35)

Pemeriksaan bayi Ny. H usia 3 hari post natal didapatkan hasil

pemeriksaan suhu 36,5°C, pernapasan 46x/menit, bunyi jantung

136x/menit, berat badan 3.500 gram dan panjang 51 cm, terdengar

bising usus, tidak terdapat kelainan pada kepala, mata, telinga,


304

hidung. mulut, dada, abdomen, punggung, ekstremitas, genetalia,

anus serta kulit. Pergerakan aktif tonus otot kuat, reflek sucking,

swallowing, rotting, graps dan babinski positif, BAK dan BAB

sudah lancar dan normal, tali pusat bersih, kering, tidak ada

pendarahan ataupun tanda-tanda infeksi pada tali pusat, warna kulit

kemerahan, bayi menetek kuat, pegerakan aktif dan bebas. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan kondisi bayi.

4.3.4 Kunjungan 14 Hari Post Natal (KN 3)

Kunjungan neonatal III (KN 3) pada hari ke-8 sampai dengan

28 hari. Asuhan yang dilakukan pada KN 3 yaitu : Pemberian ASI,

perawatan tal pusat, tanda bahaya pada bayi, identifikasi kuning.

Pada Kasus Bayi Ny. H 14 hari post natal normal dengan hasil

pemeriksaan suhu 36,5°C, pernapasan 48x/menit, bunyi jantung

142x/menit, berat badan 4.100 gram. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan kondisi bayi.

4.4 Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat - alat kandungan kembali seperti prahamil.

Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas merupakan masa yang penting

untuk ibu atau bayi baru lahir, pada masa nifas terjadi perubahan fisik,

emosi dan kondisi psikologis ibu.(19)


305

Waktu Kunjungan masa nifas atau post partum 6-48 Jam bertujuan

mencegah pendarahan pada masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan

merawat penyebab lain pendarahan, rujuk apabila ada pendarahan berlanjut,

memberikan konseling pada ibu dan salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah pendarahan pada masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI

awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi

tetap hangat, memantau ibu selama 2 jam pertama setelah kelahiran sampai

bayi dan ibu dalam keadaan stabil.(35)

Waktu kunjungan masa nifas 3-7 hari setelah post partum,

memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikalis, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau daerah

genetalia, menilai apakah ada tanda-tanda infeksi, atau pendarahan normal,

memastikan ibu mendapat cukup makanan dan minum serta istirahat yang

cukup, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyakit, memberikan asuhan konseling pada ibu untuk

perawatan bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.(35)

Waktu kunjungan masa nifas 8-28 hari Setelah Persalinan.

Memastikan apakah ada keluhan atau tidak, memastikan keadaan fisik dan

ibu baik, memastikan ibu mampu menyusui bayinya dnegan benar,

memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikalis, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau daerah

genetalia, menilai apakah ada tanda-tanda infeksi, atau pendarahan normal,


306

memastikan ibu mendapat cukup makanan dan minum serta istirahat yang

cukup, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyakit, memberikan asuhan konseling pada ibu untuk

perawatan bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.(35)

Waktu kunjungan masa nifas 29-42 hari setelah persalinan,

memastikan keadaan umum ibu baik, menanyakan apakah ada tanda-tanda

penyulit yang ibu atau bayi alami, memastikan pendarahan pada lochea

masih ada atau sudah menghilang, memberikan konseling pada ibu untuk

KB secara dini.(35)

4.4.1 Kunjungan 6-48 Jam Post Partum (KF I)

Waktu Kunjungan masa nifas atau post partum 6-48 Jam

bertujuan mencegah pendarahan pada masa nifas karena atonia uteri,

mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk apabila

ada pendarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu dan salah

satu anggota keluarga bagaimana mencegah pendarahan pada masa

nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan

antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap hangat, memantau

ibu selama 2 jam pertama setelah kelahiran sampai bayi dan ibu

dalam keadaan stabil.(28)

Pemeriksaan 6 jam post partum pada Ny. H yaitu terdapat hasil

pemeriksaan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 85x/menit,

pernapasan 20x/menit, suhu 36,6°C, TFU (Tinggi Fundus Uteri) 2


307

jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong.

pengeluaran darah ± 10 cc, tampak jahitan bekas luka pada jalan

lahir masih basah, tidak terdapat tanda-tanda infeksi, terdapat lochea

rubra (merah), pengeluaran ASI sudah keluar. Tidak ada

kesenjangan anatara teori dan kondisi ibu.

4.4.2 Kunjungan 3-7 hari Post Partum (KF II)

Waktu kunjungan masa nifas 3 hari setelah post partum,

memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikalis, tidak ada pendarahan abnormal, tidak

ada bau daerah genetalia, menilai apakah ada tanda-tanda infeksi

atau pendarahan normal, memastikan ibu mendapat cukup makanan

dan minum serta istirahat yang cukup, memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakit,

memberikan asuhan konseling pada ibu untuk perawatan bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.(28)

Pemeriksaan 3 hari post partum pada Ny. H yaitu terdapat hasil

pemeriksaan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit

pernapasan 19x/menit, suhu 36,7°C, TFU (Tinggi Fundus Uteri) 3

jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras. kandung kemih kosong,

pengeluaran darah dalam batas normal, tampak jahitan bekas luka

pada jalan lahir masih basah, tidak terdapat tanda-tanda infeksi,

terdapat lochea sangunolenta (merah kekuningan), pengeluaran ASI


308

berjalan lancar dan tidak ada bendungan ASI. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan kondisi ibu.

4.4.3 Kunjungan 8-28 hari Post Partum (KF III)

Waktu kunjungan masa nifas 14 hari setelah persalinan.

Memastikan apakah ada keluhan atau tidak, memastikan keadaan

fisik dan ibu baik, memastikan ibu mampu menyusui bayinya

dengan benar, memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikal, tidak ada pendarahan

abnormal, tidak ada bau daerah genetalia, menilai apakah ada tanda-

tanda infeksi, atau pendarahan normal, memastikan ibu mendapat

cukup makanan dan minum serta istirahat yang cukup, memastikan

ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyakit, memberikan asuhan konseling pada ibu untuk perawatan

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.(28)

Sedangkan pemeriksaan 14 hari post partum pada Ny. H yaitu

terdapat hasil pemeriksaan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi

81x/menit, pernapasan 20x/menit, sahu 36,5°C, TFU (Tinggi Fundus

Uteri) tidak teraba, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong.

pengeluaran darah dalam batas normal, tampak jahitan bekas luka

pada jalan lahir sudah kering, tidak terdapat tanda tanda infeksi,

lochea alba (putih). ASI sudah keluar dan tidak ada bendungan ASI.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan kondisi ibu.


309

4.4.4 Kunjungan 29-42 hari Post Partum (KF IV)

Waktu kunjungan masa nifas 36 hari setelah persalinan.

Memberikan konseling tentang KB karena pada 6 minggu atau 40

hari organ reproduksi dan organ lainnya sudah kembali seperti

sebelum hamil oleh karena itu untuk menjaga terjadinya kehamilan

kembali, mengurangi angka risiko pada ibu dan bayinya maka

dianjurkan ibu untuk menggunakan KB. Ny. H berencana memakai

kontrasepsi KB suntik 3 bulan. Tidak ada kesenjangan antara teori

dan kondisi ibu.

4.5 Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.(15)

Adapun beberapa kontraindikasi dari penggunaan KB suntik 3 bulan

yaitu : sedang hamil, memiliki Riwayat kanker payudara, perdarahan

pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya, gangguan hati seperti

(hepatitis, darah tinggi, diabetes), varises.(15)

Pada 6 minggu atau 40 hari organ reproduksi dan organ tubuh

lainnya sudah kembali seperti sebelum hamil oleh karena itu untuk menjaga

terjadinya kehamilan kembali, mengurangi angka risiko dan Ny. H memilih

untuk menggunakan KB Suntik 3 bulan.


310

Suntik kontrasepsi yang diberikan dengan jangka waktu 3 bulan

sekali pada wanita subur, kontrasepsi ini mengandung hormon progesterone

yang diproduksi oleh wanita subur dengan jangka waktu per 2 minggu

setiap awal siklus menstruasi, hormon ini merupakan pencegah terjadinya

pelepasan sel telur untuk terjadinya kehamilan. Suntik diberikan mulai hari

ke-3 sampai hari ke-5 pasca persalinan segera setelah keguguran atau pada

interval lima hari haid pertama. Cara penyuntikan secara intramuskular

didaerah gluterus maksimus dan deltoid. Jenis obatnya yaitu Depo Prover 3

bulan sekali.(28)

Keuntungan kontrasepsi suntik sangat efektif, mencegah kehamilann

jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak

mengandung hormon estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI

(KB 3 Bulan).(28)

Ny. H berencana menggunakan alat kontrasepsi suntik, dikarenakan

ibu sedang menyusui agar tidak mempengaruhi pengeluaran ASI dan tidak

ada kontraindikasi KB suntik 3 bulan. Ibu menentukan pilihan

menggunakan KB suntik 3 bulan atau obat Depo Prover yang 3 bulan. Ny.

H sudah diberikan macam-macam konseling kontrasepsi sebelum dan

sesudah penggunaan kontrasepsi, efektivitas, cara kerja, keuntungan dan

keterbatasan/efek samping serta jadwal kunjungan penyutikan KB

berikutnya. Asuhan diberikan sesuai teori, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kondisi ibu.


311
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. H di

PONED Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon dengan menggunakan

pendokumentasian SOAP maka penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

5.1.1 Kehamilan

Pada Ny. H asuhan kebidanan selama kehamilan sudah

dilakukan sesuai teori, kebutuhan, kewenangan bidan dan sudah

memenuhi standar 10 T. Pengkajian pada Ny. H dilakukan

anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk

menegakan diagosa sehingga pemberian asuhan dan konseling sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi ibu.

5.1.2 Persalinan

Pada Ny. H asuhan persalinan selama Kala I fase laten, fase

aktif sampai kala IV persalinan tergolong proses persalinan yang

cepat, tidak ditemukan penyulit pada proses persalinan baik pada

saat proses Kala I, II, III atau Kala IV persalinan dalam partograf

tidak melewati garis waspada.

5.1.3 Nifas

Pada Ny. H selama masa nifas sudah diberikan sesuai dengan

standar asuhan pada masa nifas. Kunjungan nifas dilakukan 4 kali

311
312

guna untuk mendeteksi dan mengatasi masalah selama masa nifas.

Asuhan masa nifas pada Ny. H dilakukan pada saat 6 jam post

partum, 3 hari post partum, 14 hari post partum, 36 hari post partum.

Proses involusi uterus berjalan baik dan normal, keluhan yang

dirasakan Ny. H yaitu nyeri pada luka jahitan jalan lahir, kurang

istirahat, perut terasa mules tetapi keluhan tersebut masih normal

karena adanya proses perubahan antara ibu tidak hamil dan pada ibu

pasca persalinan dan dapat diatasi dengan asuhan yang sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi Ny. H.

5.1.4 Bayi Baru Lahir

Pada bayi Ny. H asuhan kebidanan menunjukan hasil

pemeriksaan bayi yang normal dan tidak ada masalah. Asuhan

kebidanan diberikan pada saat bayi baru lahir, 6 jam post natal, 3

hari post natal, 14 hari post natal. Asuhan yang diberikan sudah

sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

5.1.5 Kontrasepsi/Keluarga Berencana

Ny. H sebelum menggunakan kontrasepsi, ibu sudah diberikan

konseling untuk menentukan pilihan penggunaan kontrasepsi,

macam-macam alat kontrasepsi, cara kerja kontrasepsi, efektivitas

kontrasepsi, keuntungan KB, keterbatasan/efek samping kontrasepsi

dan jadwal kunjungan ulang berikutnya. Setelah diberikan konseling

mengenai KB terpilih, Ny. H memilih untuk menggunakan KB

suntik 3 bulan atau Depo Progestin. Sehingga asuhan yang diberikan


313

sesuai dengan teori dan sesuai dengan kebutuhan serta kondisi Ny.

H.

5.2 Saran

A. Bagi Intitusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi guna meningkatkan

pengetahuan mahasiswa memperlancar penyusunan makalah khusunya

asuhan kebidanan komprehensif dan pengembangan materi dalam

melaksanakan studi kasus ini.

B. Bagi Lahan Praktik

1. Menjaga kualitas pelayanan, fasilitas kesehatan khususnya di

PONED Puskesmas Gegesik Kabupaten Cirebon dalam melakukan

asuhan kebidanan secara komprehensif.

2. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta asuhan

yang diberikan klien dengan tertanamkan prinsip 5S yaitu :

senyum, salam, sapa, sopan dan santun, untuk tetap menjalin

hubungan baik dengan klien atau teman sejawat.

C. Bagi Penulis

1. Diharapkan dapat melakukan asuhan yang tepat dan sesuai dengan

keadaan, kebutuhan ibu dan bayinya serta dapat melakukan asuhan

sesuai standar asuhan dan kewenangan bidan.

2. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang terbaru, bermutu, berkualitas

dalam aspek pelayanan harus selalu ditingkatkan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Natalia Melani. 2019. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Demand

Atas Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Provinsi Banten: Analisis Data

Susenas 2019. Jurnal Inovasi Penelitian. Volume 02 No 10, Hal 2.

2. World Health Organization. 2019. Maternal mortality.

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality

(diakses 16 maret 2022).

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil Kesehatan Indonesia

2020. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2020. Upaya Sektor Kesehatan

Masyarakat Dalam Tantangan Bonus Demografi di Jawa Barat.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. 2020. Profil Kesehatan Kabupaten

Cirebon 2020.

6. World Health Organization. 2019. https://www.who.int/news-room/fact-

sheets/detail/newborns-reducing-mortality (diakses 16 maret 2022).

7. Zuliati, Nita Hestiyana dan Dewi Pusparani Sinambela. 2022. Pemanfaatan

Buku KIA Untuk Persiapan Persalinan Bersih dan Aman (utilization Of Kia

Book For Safe Delivery Preparation). Jurnal Kesehatan. Vol 1 Hal 325.

8. Badan Pusat Statisik. 2014. Kajian Indikator Sustainable Development Goals

(SDGs). Jakarta : Badan Pusat Statistik.

9. Prawirohardjo Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


10. Kamariyah nurul, Yasi anggasari, dan Siti muflihah. 2014. Buku Ajar

Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika.

11. Dartiwen, Yati Nurhayati. 2019. Asuhan kebidanan pada kehamilan.

Yogyakarta : Penerbit Andi.

12. Yulizawati, Aldina Ayunda Insani dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan

pada Persalinan. Sidoarjo : Indomedika Pustaka.

13. Vita Sutanto Andina. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.

Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

14. Nanny Lia Dewi Vivian. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :

Salemba Medika.

15. Jitowiyono Sugeng, Masniah Abdul Rouf. 2019. Keluarga Berencana (KB)

dalam Perspektif Bidan. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.

16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang

Kebidanan Pasal 46 tentang kewenangan bidan dan pasal 47 tentang peran

bidan.

17. Vita Sutanto Andina. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

18. Iklia Marita, Budiyono dan Hartuti Purnaweni. 2021. Kualitas Standar

Pelayanan Minimal Kesehatan Ibu Hamildi Kabupaten Brebes. Higeiajournal

Of Public Health Research And Development. Vol 5 No. 1 Hal 41.

19. Mochtar Rustam. 2015. Sinopsis Obtetri Jilid I. Jakarta : EGC.


20. Justina Maria dan Tri Maharani. 2022. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Perawatan Payudaya Pada Masa Kehamilan Di Bpm Mariam

Pontianak. Jurnal Medika Usada. Volume 5 Nomor 1, Hal 29.

21. Rahmah Hida Nurrizka dan Dwi Mutia Wenny. 2022. Pelatihan Perawatan

Payudara dengan Media Phantom Sebagai Treatment Keberhasilan ASI

Ekslusif. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6, No. 1 Hal 123-124.

22. Meidya Pratiwi Arantika, Fatimah. 2019 Patologi Kehamilan Memahami

Berbagai Penyakit dan Komplikasi Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru

Press.

23. Ririn Widyastuti dan Yuliana Dafroyati. 2021. Penerapan Komponen

Pelayanan Antenatal Care (10T) dengan Kunjungan Ibu Hamil (K4) Di

Puskesmas. Jurnal Kebidanan Vol. 6 No.2 Hal 56.

24. Fitriana Yuni, Widy Nurwiandani. 2018. Asuhan Persalinan Konsep

Persalinan secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.

25. Yulizawati, Lusiana El Sinta B. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada

Persalinan. Sidoarjo : Indomedika Pustaka.

26. Dewi Rismauli Bancin, Friska Sitorus, Surya Anita. 2022. Hubungan

Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Dengan Kejadian Tanda Bahaya Di Desa

Tanjung Morawa A Deli Serdang. Jurnal Delima Harapan Vol No, Hal 1.

27. Astuti Sri, Tina Dewi Judistiani dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan

Menyusui. Jakarta : Erlangga.


28. Vita Susanto Andina. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.

Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

29. Nanny Lia Dewi Vivian. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

Jakarta: Salemba Medika.

30. Sunarti dan Vera Iriani Abdullah. 2021. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Fisiologis Pada Bayi Ny.“H” Usia 0 Hari Di Puskesmas Fak-Fak Tahun 2021.

Jurnal Cakrawala Kesehatan Vol. XIII No. 12 Hal 1.

31. Purwoastuti, dkk. 2014. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan

Keluarga Berencana. Yogyakarta : PT Pustaka Baru.

32. Nurwiandani Windy. 2019. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka

Baru Press.

33. Purwoastuti Endang dan Elisabeth Siwi Walyani. 2017. Etikolegal Dalam

Praktik Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

34. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR PROFESI

BIDAN.

35. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Kesehatan Ibu dan Anak

2020.

36. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman bagi ibu hamil,

bersalin, nifas dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai