Anda di halaman 1dari 275

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

DI PUSKESMAS PONED SEDONG

KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :

DINA AGUSNINA

NIM 4501.0320.A.004

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2023
HALAMAN SAMPUL DALAM

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S

DI PUSKESMAS PONED SEDONG

KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk mendapatkan Gelar Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH :

DINA AGUSNINA

NIM 4501.0320.A.004

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S DI


PUSKESMAS PONED SEDONG KABUPATEN CIREBON
PENYUSUN : DINA AGUSNINA
NIM : 4501.0320.A.004

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diperesentasikan dihadapan


Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon
Cirebon, Agustus 2023

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

Ika Choirin Nisa,S.ST.M.Kes

Pembimbing Lapangan

Bd Hayati Ningsih, SST

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Iis,S.ST.,M.Kes

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Dina Agusnina

NIM : 45010320A013

Tempat dan tanggal lahir : Kuningan, 03 Agustus 2001

Agama : Islam

Alamat Rumah : Dsn. Wage II, Rt.02/Rw. 04, Desa. Cileuya, Kec.

Cimahi, Kab. Kuningan

No Telp : 085787974509

Dengan ini menyatakan bahwa saya sebenar-benarnya telah melakukan asuhan

kebidanan secara mandiri kepada klient mulai dari masa kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir serta kontrasepsi.

Karya Tulis ini dengan penuh tanggung jawab adalah murni hasil karya sendiri.

Dengan demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai

mana mestinya

Cirebon, Agustus 2023

Mahasiswa

Dina Agusnina

iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
CIREBON
2023
ABSTRAK
DINA AGUSNINA
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S DI PUSKESMAS
PONED SEDONG KABUPATEN CIREBON
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu proses
fisiologis namun dalam prosesnya kemungkinan keadaan tersebut dapat
mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh sebab
itu, perlu suatu pelayanan kesehatan untuk mendeteksi secara dini komplikasi
yang mungkin terjadi.
Asuhan kebidanan mencangkup pemeriksaan asuhan kebidanan
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas. Asuhan kebidanan komprehensif
ini dilakukan agar dapat mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi pada seorang
wanita semenjak hamil, bersalin, nifas, sampai dengan bayi yang dilahirkan.
Manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
pada Ny. S dengan menerapkan metode SOAP.
Pada masa kehamilan, Ny. S mengalami nyeri perut bagian bawah,
keluhan ini merupakan keluhan yang normal. Masa persalinan berjalan dengan
normal dan baik hal ini terjadi karena adanya observasi dan tindakan serta
asuhan yang tepat dari awal persalinan hingga janin dapat lahir, kelancaran
persalinan ibu dapat mengontrol emosinya dan dapat meneran dengan baik.
Proses nifas Ny. S secara keseluruhan prosesnya berjalan dengan normal tanpa
adanya masalah yang berarti. Pada kasus Ny. S bayi lahir spontan segera
menangis, tonus otot kuat dan kulit kemerahan.
Dengan diterapkan asuhan kebidanan yang berkualitas diharapkan asuhan
yang diberikan dapat bermanfaat dan identifikasi kehamilan dalam rangka
penapisan untuk mencegah adanya komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif


Daftar Pustaka : 13 Buku dan 20 Website (Tahun 2018– 2022)

iv
HIGHT SCHOOL HEALT SCIENCE (STIKES)
MIDWIFE STUDIES DIPLOMA III
CIREBON
2023
ABSTRACT
DINA AGUSNINA
COMPREHENSIVE CARE ON MIDWIFERY Mrs. S AT THE PONED SEDONG
PUBLIC HEALTH CENTER, CIREBON REGENSI
Pregnancy, childbirth, childbirth and newborn is a physiological process but in
the process the possibility of such circumstances can be life-threatening mother and
baby can even cause death. Therefore, it needs a health service to detect early
complications that may occur.
Midwifery care includes examination of midwifery care during pregnancy,
newborn delivery, puerperium. Comprehensive midwifery care is carried out in order to
be able to find out what things happen to a woman from pregnancy, childbirth
postpartum, to the baby being born. Midwifery care management in pregnant women,
childbirth, childbirth and newborns in Mrs. S by applying the SOAP method.
During pregnancy, Mrs. S has a sore waist and cough, this complaint is a
normal complaint. Childbirth periods are normal and well this happens because of the
observation and action and proper upbringing from the beginning of labor to the fetus
can be born, the smooth delivery of mother can control her emotions and can act well.
Postpartum Mrs. S as a whole the process runs normally without any significant
problems. In the case of Mrs. S spontaneous birth baby immediately cry, strong muscle
tone and reddish skin.
By applying quality midwifery care, it is hoped that the care provided can be
useful and the identification of pregnancy in screening to prevent complications of
pregnancy, childbirth, childbirth and infant.
Keywords : Comprehensive Midwifery Care
Library of list : 21 Books and 9 Websites (2016-2022)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga dengan izinnya penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny. S Di Puskesmas PONED Sedong Kabupaten Cirebon”

yang disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III

Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat bapal/ibu:

1. H. Moh. Firman Ismana, S.Kom, M.M., selaku ketua yayasan RISE

2. Dr. Awis Hamid Dhani, M.KM., selaku ketua sekolah tinggi ilmu kesehatan

(STIKes) Cirebon

3. Iis, SST., M.kes selaku ketua program studi DIII Kebidanan STIKes Cirebon.

4. Ika Choirin Nisa, SST., M.Kes,, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, saran serta dukungan moral selama penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

5. Bd. Hayati Ningsih, SST, selaku pembimbing lapangan yang telah

memberikan izin kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini

6. Ny. S yang bersedia menjadi pasien asuhan komprehensif saya.

7. Orang tuaku tercinta, serta keluarga yang telah memberikan dukungan baik

vi
materi maupun moral, dorongan semangat dan Do’a yang tiada hentinya

8. Teman seperjuangan DIII Kebidanan

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan

yang diberikan. Saya menyadari Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini ini masih

banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat saya harapkan.

Akhir kata sayaa berharap semoga Karya Tulis ilmiah ini bermanfaat bagi

saya khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya

Cirebon, Juni 2023

Dina Agusnina

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................v

DAFTAR TABEL .............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................5

1.3 Tujuan ....................................................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................5

1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................5

1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................6

1.4.1 Sasaran .....................................................................................6

1.4.2 Tempat ......................................................................................6

1.4.3 Waktu .......................................................................................6

1.5 Manfaat ..................................................................................................7

1.4.1 Manfaat Praktis ........................................................................7

1.4.2 Manfaat Teoritis .......................................................................7

viii
1.6 Metode Pengumpulan Data.....................................................................8

1.7 Sistematis Penulisan................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ....................................................................................10

2.1.1 Kehamilan ................................................................................10

2.1.2 Persalinan .................................................................................58

2.1.3 Nifas .........................................................................................118

2.1.4 Bayi Baru Lahir ........................................................................134

2.1.5 Keluarga Berencana .................................................................148

2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan...............................................156

2.2.1 Manajemen Varney...................................................................156

2.2.2 Dokumentasi SOAP..................................................................160

2.2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan .....................................164

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan kebidanan pada kehamilan………….....................…......….292

3.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan……………...........................…298

3.3 Asuhan Kebidanan Pada Nifas…………….....................………......309

3.4 Asuhan Kebidanan Pada BBL……………....................……………317

3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana…...................……...…….334

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Antenatal Care………………………………........................………...........347

4.2 Intranatal Care…………………………...............................………..……..334

4.3 Postnatal Care…………………………..............................………..……...346

ix
4.4 Neonatal Care…………………………..............................……….………148

4.5 Kontrasepsi…………………………………...........................………..….150

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan………………………………….….….............................……...151

5.2 Saran……………………………………….….............................………..152

DAFTAR PUSTAKA……………………………………................………………….293

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid..............................................33

2.2 Imunisasi TT ...............................................................................................43

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent

Lampiran 2 : Surat Melaksanakan Kegiatan

Lampiran 3 : Lembar Bimbingan

Lampiran 4 : Buku KIA

Lampiran 5 : Catatan Kesehatan Ibu Hamil

Lampiran 6 : Catatan SOAP

Lampiran 7 : Partograf

Lampiran 8 : Surat Keterangan Lahir

Lampiran 9 : Catatan Kesehatan Neonatus

Lampiran 10 : Catatan Kesehatan Ibu Nifas

Lampiran 11 : Catatan Imunisasi Pertama bayi Baru Lahir

Lampiran 12 : Catatan Kartu KB

Lampiran 13 : Dokumentasi

Lampiran 14 : Riwayat Hidup

xii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Partograf depan...............................................................................................116

2.2 Partograf belakang .........................................................................................117

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan

yang perlu mendapat perhatian yang lebih karena mempunyai dampak

yang besar terhadap pembangunan di bidang Kesehatan dan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Salah satu derajat Kesehatan masyarakat

adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Makin tinggi angkat kematian ibu dan bayi di suatu negara maka dapat

dipastikan bahwa derajat Kesehatan negara tersebut buruk.(1)

Hal ini disebabkan karena ibu hamil dan bayi merupakan kelompok

yang memerlukan pelayanan dari petugas kesehatan, setiap tahun sekitar

160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini

berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi

berat. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu

setiap tahun. Dari jumlah ini diperkiraan 90% terjadi di Asia, 10% di

negara berkembang lainnya, dan kurang dari 1% di negara-negara maju. Di

beberapa negara risiko kematian ibu lebih tinggi dari 1 dalam 10

kehamilan, sedangkan di negara maju risiko ini kurang dari 1 dalam 6000.

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.

Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,

persalinan, atau masa nifas, dan secara intervensi atau penanganan tidak

tepat dari komplikasi tersebut. Sedangkan kematian ibu tidak langsung

1
2

merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul

sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya

Malaria, Anemia, HIV/AIDS, dan Penyakit Kadiovaskular. Kematian ibu

tergolong pada kematian ibu langsung. Penyebab langsung kematian

dimana-mana sama, yaitu pendarahan 25%, sepsi 15%, hipertensi dalam

kehamilan 12%, partus macet 8%, dan eklampsia 0,5%.(2)

Menurut World health organization (WHO) Angka kematian Ibu (AKI)

tahun 2020 yaitu (295.000/1000.000 KH) kematian dengan penyebab

kematian ibu adalah tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-

eklampsiaa dan eklampsia), pendarahan, infeksi postpartum, dan aborsi

yang tidak aman. Angka kematian bayi menurut WHO tahun 2020 yaitu

(2,350/1000 KH).(3) Hasil survey demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2017 menunjukan AKI 305/100.000 KH. Dan AKB

24/1.000 KH. (4)

Menurut profil Kesehatan Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) pada

tahun 2020 sebanyak (4.627 kematian/100.000KH). Sebagian besar

penyebab kematian ibu di sebabkan oleh penyebab lain-lain 34,2%,

pendarahan sebesar 28,7%, hipertensi dalam kehamilan 23,9%, dan infeksi

sebesar 4. Aangka Kematian Bayi (AKB) yang dilaporkan sebanyak

(20,266 kematian/1.000KH). Penyebab kematian terbanyak adalah BBLR,

asfiksia, infeksi, kelainan kngenital, dan tetanus neonatorum.(5)

Menurut Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2020 Angka Kematian Ibu

(AKI) yaitu sebanyak 85,77/100.000KH diatas target yang ditetapkan


3

sebesar 85/100.000KH. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kasus

kematian ibu di Jawa Barat yaitu 684 kasus pada tahun 2019 dibandingkan

tahun 2020 yaitu 745 kasus. Penyebab kematian ibu anatara lain

pendarahan sebanyak 27,65%, Hipertensi dalam kehamilan (HDK)

sebanyak 28,72%, gangguan darah sebanyak 9,80%, gangguan metabolic

sebanyak 3,49% dan 26,58% disebabkan lain-lain. Angka Kematian Bayi

tahun 2020 3,18/1000 KH, penyebab kematian neonatal pada tahun 2020

oleh 40,04% diakibatkan oleh BBLR 29,16% disebabkan Asfiksia, 14,91%

penyebab lain-lian dan 11,98% lainya disebabkan oleh kelainan bawaan.

(4)

Jumlah Kematian Ibu Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon

Tahun 2021 adalah 40/47.530KH dengan penyebab hipertensi,

pendarahan, infeksi, gangguan sistem peredaran darah. Jumlah Kematian

Bayi (AKB) di Kabupaten Cirebon Tahun 2020 yaitu sebanyak

2,82/1.000KH dengan penyebab kemayian tertinggi adah BBLR sebanyak

51 kasus, asfiksia, kelainan kongenital, sepsi, dan lain-lain. (5)

Berdasarkan data Puskesmas Sedong kabupaten Cirebon Tahun 2020

mencatat terdapat 2 kasus kematian bayi dengan penyebab kemtian

Asfiksia, Aspirasi Mekonial dan tidak terdapat kasus kematian Ibu.(5)

Bidan merupakan salah sata tenaga kesehatan yang mempunyai peran

penting dan posisi yang stategis untuk menurunkan angka kematian,

kesakitan ibu dan bayi. Sebagai seorang bidan, belajar sejarah merupakan

hal penting yang tidak boleh ditinggalkan karena dengan belajar sejarah
4

bidan juga dapat mempelajari latar belakang, alasan, pengaruh filsafat

sosial, teknologi, serta sudut pandang budaya tentang pelayanan

kebidanan. Dengan demikian, kewajiban bidan terhadap pemerintah,

bangsa dan tanah air tentang kesehatan tidak terlepas dari posisi dan

perannya.

Kewajiban bidan terhadap kesehatan dapat di jabarkan sebagai berikut:

Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan

ketentuan-ketentuan pemerintahan dalam bidang kesehatan, khususnya

dalam pelayanan KIA/KB serta kesehatan keluarga dan masyarakat. Bidan

sebagai tenaga professional terlatih mempunyai peranan dan stategi dalam

menurunkan angka kematian ibu (AKI) serta angka kesakitan dan

kematian bayi (AKB), melalui pemberian pelayanan kebidanan, baik

secara mandiri, kolaborasi maupun rujukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik menggambil judul

“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. S di Puskesmas PONED

Sedong Kabupaten Cirebon”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka dapat

dirumusan masalah Asuhan Kebidanan adalah sebagai berikut “Bagaimana

Pelayanan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. S di Puskemas

PONED Kabupaten Cirebon.


5

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada Ny. S di Puskemas PONED Kabupaten Cirebon. Dengan

menggunakan 7 pola pikir Varney dan didokumentasikan dalam bentuk

SOAP sesua Standar Asuhanan Kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian data Asuhan Kebidanan secara

komprehensif pada Ny. S di Puskesmas PONED Sedong

Kabupaten Cirebon

2. Mampu melakukan interpretasi data Asuhan Kebidanan secara

komprehensif pada Ny. S di Puskesmas PONED Sedong

Kabupaten Cirebon

3. Mampu mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial

Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada Ny. S di Puskesmas

PONED Sedong Kabupaten Cirebon

4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan tindakan segera Asuhan

Kebidanan secara komprehensif pada Ny. S di Puskesmas PONED

Sedong Kabupaten Cirebon

5. Mampu merencanakan Asuhan Kebidanan secara komprehensif

pada Ny. S di Puskesmas PONED Sedong Kabupaten Cirebon


6

6. Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan secara komprehensif

pada Ny. S di Puskesmas PONED Sedong Kabupaten Cirebon

7. Mampu melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan secara

komprehensif pada Ny. S di Puskesmas PONED Sedong

Kabupaten Cirebon

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran akan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini adalah Ny. S dimulai

dari usia kehamilan 38-39 minggu.

1.4.2 Tempat

Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini akan dilaksanakan

Pukesmas Sedong.

1.4.3 Waktu Pelaksanaan

Asuhan Kebidanan ini akan dilaksanakan dari 03 Oktober – 17

Desember 2022.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teorittis

Diharapkan memberikan ilmu pengetahuan seta dapat dijadikan

sebagai tambahan pertimbangan bagi pembaca untuk menambah

wawasan pengetahuan dan dapat digunakan sebagai proses

pembelajaran mengenai Asuhan Kebidanan secara Komprehensif.


7

1.5.2 Manfaat Praktik

1. Manfaat bagi Klien, Keluarga, dan Masyarakat.

Untuk memberikan informasi tentang Kehamilan, Persalinan,

Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB. Ibu mendapatkan pelayanan

Kebidanan secara Komperhensif

2. Bagi Mahasiswa Kebidanan

Sebagai penerapan mata kuliah dan bisa memperkritikan teori

secara langsung di lapangan guna memberikan Asuhan Kebidanan

Komprehensif.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menerapkan

teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dengan menerapkan di

lahan.

4. Bagi bidan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan

Asuhan Kebidanan secara Komprehensif.

1.6 Metode Pengumpulan Data

1.6.1 Wawancara

Suatu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan

secara lisan kepada klien terutama untuk klieen yang tidak dapat
8

membaca, menulis atau sejenis pertanyaan yang memerlukan

penjelasan untuk mengetahui keluhan atau masalah klien.

1.6.2 Anamnesa

Suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan

secara lisan dengan seorang peneliti (responden) atau bercakap

cakap berhadapan muka dengan orang tersebut.

Anamnesa dilakukan untuk memperoleh data subyektif ibu

hamil seperti: Identitas pasien, Riwayat kehamilan, persalinan, dan

nifas yang lalu, riwayat penyakit ibu dan keluarga, dan riwayat KB

yang pernah digunakan, ibu hamil pertama, mempunyai riwayat

penyakit keluarga DM, tidak mempunyai riwayat penyakit yang di

derita dan belum pernah menggunakan KB

1.6.3 Observasi

Dilakukan untuk mengamati dan memperoleh gambaran secara

langsung suatu keadaan umum klien dan perubahan-perubahan yang

terjadi pada klien.

1.6.4 Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Kebidanan

Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dari ujung kepala sampai ujung

kaki (head to toe), Teknik pengkajian fisik meliputi inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan atas izin

pembimbing lahan dan atas izin pasien berupa informed consent.

1.6.5 Pemeriksaan Penunjang


9

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, dan

USG. Metode ini pemeriksaan yang dilakukan dari pengambilan sempel

berupa darah atau urin untuk menegakan diagnose pada klien.

1.6.6 Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh

subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Penulis melengkapi

data melalui catatan status klien, status perkembangan klien, dan hasil

pemeriksaan kebidanan.

1.6.7 Studi Kepustakaan

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan

kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen dokumen baik

dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik, yang

mendukung dalam proses penulisan.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

rumusan, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode memperoleh data, dan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teori Medis


10

Bersisi tentang teori Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas dan

KB

2. Tinjaunan Teori Manajemen Kebidana

Berisi tentang 7 langkah Varney dan teori pendokumentasian SOAP.

3. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Berisi tentang undang-undang tentang Kebidanan, Kewenangan Bidan,

Standar Kompetensi Bidan, Standar Pelayanan Bidan.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori Medis

2.1.1 Kehamilan

1. Pengertian

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau

10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28

hingga ke-40).(6)

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin

intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus

kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43

minggu). Kehamilan 40 minggu ini di sebut kehamilan matur (cukup

bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu maka di sebut

kehamilan post matur.(7)

Kehamilan adalah suatu psroses pembentukan janin yang dimulai

11
12

dari masa konsepsi samapi lahirnya janin.(8)

2. Proses Kehamilan

Proses kehamilan dimulai ketika terjadinya konsepsi.

Konsepsi merupakan bersatunya sel telur (ovum) dan sperma.

Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280

hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan

sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal

konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang terjadi dua

minggu setelahnya. Fertilisasi pada manusia diawali dengan

terjadinya persetubuhan (koitus).(9)

Setiap bulan wanita melepaskan satu samapi dua sel telur dari

indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbrai)

dan masuk ke dalam sel telur. Waktu persetubuh, cairan semen

tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma)

bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke sel telur.

Perubahan sel telur oleh sperma bisa terjadi dibagian yang

mengembang dari fallopi. Sekitar sel telur banyak berkumpul

sperma yang mengluarkan ragi untuk mencairkan zat-nya

melindungi ovum kemudian pada tempat yang paling mudah

dimasuki, ini disebut pembuahan (Konsepsi=Fertilisasi). Ovum

yang telah dibuahi ini segera membela diri sambil bergerak oleh

rambut getar tuba menuju bersarung di ruang rahim. Peristiwa ini

disebut nidasi (implantasi). Dari perubahan samapai nidasi


13

diperlukan waktu kira-kira enam samapi tujuh hari. Untuk

menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin,

dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa setiap

kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani),

pembuahan (konsepsi=fertilisasi), nidasi dan plasenta.(9)

1) Sel telur (Ovum)

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi

ovum terjadi digenital ridge. Menurut umur wanita, jumlah

oogonium adalah :

(1) BBL = 750.00

(2) Umur 6-15 = 439.000

(3) Umur 16-25 tahun = 159.000

(4) Umur 26-35 tahun = 59. 000

(5) Umur 35-45 tahun = 39.000

(6) Masa menopause = semua hilang

Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis) :

(1) Oogonia

(2) Oosit pertama (primary oocyte)

(3) Primary ovarian follicle

(4) Liquar folliculi

(5) Pematangan pertama ovum

(6) Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi

ovum.
14

2) Sel Mani (spermatozoa)

Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala

berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus) leher yang

menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang

dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.

Panjang ekor kira-kira sepuluh kali panjang kepala.

Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel-sel

primitif tubulus testis. Setelah bayi laki-laki lahir, jumlah

spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan samapi

masa akil baliq. Pada masa pubertas di bawah pengaruh sel-sel

insterstial leyding. Sel-sel spermatogonium ini mulai aktif

mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis ini

pertumbuhan sperma (spermatogenesis).

a. Spermatogonium (membelah dua)

b. Spermatosit pertama (membelah dua)

c. Spermatosit kedua (membelah dua)

d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi

e. Spermatozoa (sperma)

3) Pembuahan ( Konsepsi = Fertilisasi )

Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel

mani dengan sel telur di tuba fallopi, umumnya terjadi di

ampula tuba, pada hari ke 11-14 dalam siklus menstruasi.

Wanita mengalami ovulasi (peristiwa matangnya sel telur)


15

sehingga siap dibuahi, bila saat dilakukan coitus, sperma yang

mengandung kurang lebih 110-120 juta sel sperma dipancarkan

ke bagian atas dingding vagina terus naik ke serviks dan

melintas uterus menuju tuba fallopi disinilah ovum dibuahi.

Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapitasi

yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum.

Setelah itu, zona pelisuda mengalami perubahan sehingga tidak

dapat dilalui oleh sperma lain. Proses ini diikuti oleh penyatuan

ke dua pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan

genetic dari wanita dan pria. Pembuahan dan xy zigot

menurunkan bayi laki-laki.

4) Nidasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi

ke dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh sutu samapi

disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencaikan

jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan

endometrium berada dalam masa sekresi. Jaringan

endrometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua yaitu sel-

sel besar yang mengandung banyak glikogen serta mudah

dihancurkan oleh trofoblas. Blastura dengan bagian yag berisi

massa sel dalam (inner cel mass) akan mudah masuk kedalam

desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan

menutup lagi.
16

Itulah sebabnya kadang-kadang pada saat nidasi terjadi

sedikit pendarahan akibat luka desidua (tanda Hartman).

Umumnya nidasi terjadi pada depan atau belakang rahim

(korpus) dekat fundus uteri. Bila nidasi telah terjadi, dimulailah

diferensiasi sel-sel blastula. Sel lebih kecil yang terletak dekat

ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac

sedangkan sel-sel yang tumbuh besar menjadi entoderm dan

membentuk ruang amniom. Maka terbentuklah suatu lempeng

embrional (embrional plate) di antara amnion dan yolk sac.

5) Plasenta

Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi

konsepsi karena pengaruh hormone terus tumbuh sehingga

makin lama menjadi tebal. Desidua adalah mukosa rahim pada

kehamilan yang terbagi atas :

(1) Desidua

Terletak di antara hasil konsepsi dan dinding rahim,

disini plasentater terbentuk.

(2) Desidua kapsularis

Meliputi hasil konsepsi kea rah rongga rahim yang lama

kelamaan bersatu dengan desidua vera karena obliterasi.

(3) Desidua vera (parietalis)

Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.


17

3. Tanda-tanda Kehamilan

1) Tanda-tanda dugaan kehamilan

(1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de graff dan ovulasi sehingga

menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat

diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid

terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memeperkirakan usia

kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi, amenorrhea juga

dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor

pituitary, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan

biasanya gangguan emosional seperti ketakukan akan

kehamilan.

(2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh ekstogen dan progesterone terjadi

pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan

menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi

hari yang disebut morning sicknes. Dalam batas tertentu hal

ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat

menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan

hyperemesis gravidarum.

(3) Ngidam (meninginkan makan tertentu)


18

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering

terjadi pada bulan-bilanan pertama kehamilan dan akan

menghilang dengan tuannya kehamilan.

(4) Syncope (pingsan)

terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf dan menimbulkan

syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika

berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah

16 minggu.

(5) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari

penurunan kecepatan basal metabolism (basal metabolism

rate-BMR) pada kehamilan yang akan meningkat seiring

pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolism

hasil konsepsi.

(6) Payudara tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus

payudara, sedangkan progesterone menstimulasi

perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama

somatomamotropin, hormone-hormon ini menimbulkan

pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan

nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran


19

putting susu, serta pengeluaran kolostrum.

(7) Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang

sering, terjadi pada trimulan pertama akibat desakan uterus

kekandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan

ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar

rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul

karena janin mulai masuk kerongga panggul dan menekan

kembali kandung kemih.

(8) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic

usu (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

(9) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan leboh dari 12

minggu. Terjadi akibat pengaruh hormone kortikosteroid

plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi

ini meliputi tempat-tempat berikut ini :

1) Sekitar pipi

2) Sekitar leher tampak lebih hitam

3) Dingding perut

4) Sektar payudara

5) Sekitar pantat dan paha atas


20

(10) Epulis

Hipertropi papilla gingivae?gusi, sering terjadi pada

triwulan pertama.

(11) Varises

Pengaruh estogren dan progestoren menyebabkan

pelebaran pembuluh darah terumata bagi wanita yang

mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genitalia

eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penambakan

pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.(9)

2) Tanda kehamilan palsu (pseudocyesis)

Gejalanya dapat sama dengan kehamilan, seperti amenorea,

perut membesar, mual muntah, air susu kelur dan bahkan ibu

merasakan gerakan janin. Namun pada pemeriksaan, uterus

tidak membesar, tanda-tanda kehamilan laindan reaksi

kehamilan lainnya. (5)

(1) Tanda Pasti (positive sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menujukan langsung

keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh

pemeriksaan.

Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini.


21

1) Gerakan janin dalam rahim

Gerajakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas

oleh pemeriksaan. Gerakan janin baru dapat dirasakan

pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.

2) Denyut jantung janin

Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya

dopler). Dengan stethoscope laenec, DJJ baru dapat

didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.

3) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala

dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki)

dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua

(trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih

sempurna lagi menggunakan USG.

4) Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen

maupun USG.(9)

4. Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan


22

1) Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama karena

pengaruh estrogen dan progesterone yang meningkat. Pada

kehamilan 8 minggu uterus membesar, pada minggu pertama

istmus rahim bertambah panjang dan hipertropi sehingga terasa

lebih lunak (tanda hegar). Pada kehamilan 5 bulan rahim teraba

seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim tipis sehingga

bagian-bagian anak dapat diraba melalui dinding perut,

terbentuk segmen atas rahim dan segmen bawah rahim.

2) Payudara

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomatropi, estrogen dan progesterone, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak

sehingga payudara menjadi lebih besar, areola mengalami

hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari putting

susu dapat keluar cairan berwarnaa putih jernih disebut

colostrum.

3) Sistem endoktrin

Ovarium pada minggu pertama menghasilkan estrogen dan

progesterone, yanag dalam stadium ini memiliki fungsi utama

untuk mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah

pelepasan seta pembesaran desidua tersebut. Sel-sel trofoblast

menghasilkan hormon korionik gonadotropin yang akan


23

mempertahankan korpus luteum samapi plasenta berkembang

penuh dan mengabil alih produksi estrogen dan progesteron dari

korpus luteum.

4) Sistem kekebalan

Pada hakikatnya, kekebalan tubuh dapat memiliki secara

aktif maupun pasif. Keduanya dapat diperoleh secara alami

maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan secara alami

adalah kekebalan yang didapatkan secara transplasenta, yaitu

antibody diberikan ibu kandungnya secara pasif melalui plasenta

kepada janin yang di kandungnya.

5) Sistem perkemihan

Perubahan strukstur organ sistem perkemihan terjadi

akibat aktivitas hormone estrogen dan progesterone selama

hamil; adanya kompresi akibat uterus yang membesar dan

peningkatan volume darah. Pada awal kehamilan sering

dilaporkan ibu mengalami urinary frequency (sering berkemih),

iribilitas kandung kemih, nokturia dan urgensi (tanpa disuria).

6) Sistem pencernaan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan

enak (nause) sebagai akibat hormone estrogen yang meningkat

dan peningkatan kadar HCG dalam darah. Nausea (mual) atau

vornitus (muntah) yang terjadi pada awal bulan kehamilan

sering dijumpai dan biasanya ringan. Penyebab yang pasti belum


24

diketahui tetapi kemungkinan besar keadaan ini merupakan

reaksi terhadap peningkatan kadar hormon.

7) Sistem musculoskeletal

Untuk mengkompensasi posis anterior uterus yang

membesar, lordosis menggeser pusat gravitasi ke belakang pada

tungkai bawah. Berat uterus dan isinya menyebabkan perubahan

pada titik pusat gaya tarik bumi dan garis bentuk tubuh.

Lengkung tulang belakang, akan berubah bentuk untuk

mengimbangi pembesaran abdomen dan menjelang akhir

kehamilan banyak wanita yang memperlihatkan postur tubuh

yang khas (lordosis).

8) Sistem Kordiovaskular

Uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah

yang membesar pula, mamae dan alat lain yang memang

berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume plasma maternal

mulai meningkat pada saat usia kehamilan 10 minggu. Pada usia

kehamilan 16 minggu, mulai terjadi proses hemodilusi. Setelah

24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali

sebelum aterm

9) Sistem Integumen

Perubahan yang umum terjadi adalah peningkatan


25

ketebalan kulit dan lemak sub dermal, hiperpigmentasi,

pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar

keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan

aktivitas. Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan

progesterone, kadar MSH pun meningkat, terjadi perubahan

deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh MSH dan

pengaruh kelenjar suprarenalis

10) Metabolisme

Sistem metabolism adalah istilah untuk menunjukkan

perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk

pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Pada wanita hamil basal

metabolic rate (BMR) meningkat hingga 15% - 20% yang

terjadi umumnya terjadi pada triwulan terakhir. BMR kembali

setelah hari ke-5 atau ke-6 postpartum. Peningkatan BMR

mencerminkan kebutuhan oksigen pada janin, plasenta, uterus

serta meningkatkan konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja

jantung ibu

11) Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh

Berat badan wanita hamil akan mengalami kenaikan

sekitar 6,5-16,5 kg (19). kenaikan ini disebabkanoleh janin, uri,

air ketuban, uterus, payudara, kenaikan volume darah, protein

dan retensi urine. Indeks masa tubuh (body mass index, BMI)

mengidentifikasi jumlah jaringan adipose berdasarkan hubungan


26

tinggi badan terhadap berat badan dan digunakan untuk

menentukan kesesuaian berat badan wanita

12) Darah dan Pembekuan Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian.

Pembekuan darah adalah proses yang majemuk dan berbagai

faktor diperlukan untuk melaksanakan pembekuan dan

sebagaimana telah diterangkan. Thrombin adalah alat mengubah

fibrinogen menjadi fibrin

13) Sistem Pernafasan

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons

terhadap percepatan laju metabolic dan peningkatan kebutuhan

oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan

oksigen dan suatu cara untuk membuang karbon dioksida.

Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamentum pada

kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada

meningkat.(10)

5. Perubahan Psikologis Selama Kehamilan

1) Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan Trimester I

Trimester pertama sering dianggap sebagai priode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan ibu adalah terhadap

kenyatan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan kenyataan

ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting.

Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan


27

kehamilan atau lebih berusa keras untuk hamil, mereka suka cita

dan tidak percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari bukti

kehamilan pada setiap perubahannya. Trimester pertama sering

menjadi waktu yang sangat menyenangkan untuk melihat

apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hasrat

seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita

yang satu dengan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami

peningkatan seksual, tetapi secara umum trimester pertama

merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini

memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap

pasangan masing-masing. Wanita terkadang merasa senang dan

sedih, biasanya juga dipengaruhi oleh rasa lelah, mual dan

sering kencing. Perubahan yang terjadi tersebut sering kali

menampakan episode penuh dengan air mata dan menjadi

sangkat peka.

2) Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan Trimester II

Trimester II sering dikenal sebagai priode kesehatan yang

baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang dialami saat hamil. Trimester kedus

terbagi atas dua fase yaitu pra quickening (sebelumadanya

gerakan janin dirasakan ibu) dan pasca quickening (setelah

adanya gerakan janin yang dirasakan ibu). sebagian besar wanita

merasa lebih erotis selama trimester kedua. Kurang lebih 80 %


28

wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan

seksual mereka dibandingkan pada trimester pertama dan

sebelum hamil. Trimester kedua relative terbebas dari segala

ketidaknyamanan fisik dan ukuran perut wanita belum menjadi

masalh besar. Lubrikasi vagina semakin banyak, kecemasan,

kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya

menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda.

3) Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan Trimester II

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan

penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari

kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia

menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. sementara

perhatian wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan.

Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduannya menjadi hal

yang terus menurus meningkatkan tentang keberadaan bayi.

sejumlah kekuatan muncul pada trimester ketiga. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan

kehidupannya sendiri seperti apakah nanti bayinya akan lahir

abnormal. Wanita akan kembali merasa ketidaknyamanan fisik

yang semakin, kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa

canggung, jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang

sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan

trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada


29

trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya

yang semakin besar menjadi halangan. (11)

6. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada

manusia termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan

bisa terjadi saat hamil sehingga akan menganggu pemenuhan

kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi

yang di kandung. Untuk mencegah hal tersebut di atas dan

untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil

melakukan :

(1) Latihan nafas melalui senam hamil

(2) Tidur dengan bantal yang tinggi

(3) Makan tidak terlalu banyak

(4) Kurangi atau hentikan merokok

(5) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan

pernafasan seperti asma dan lain-lain.(10)

2) Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang

mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti

makanan yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus

ditingkatkan hingga 300 kalori per hari, ibu hamil harusnya

mengonsumsi yang mengandung protein, zat besi, dan minum


30

cukup cairan (menu seimbang).

3) Personal hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang

dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan

infeksi, karena badan yang kotor yang banyak mengandung

kuman-kuman. Hal ini dapat dilakukan di antaranyadengan

memperhatikan kebersihan diri (personal hygiene) pada ibu

hamil itu sendiri, sehingga dapat mengurangi hal-hal yang

dapat memberikan efek negative pada ibu hamil, misalnya

pencegahan terhadap infeksi. Mandi dianjurkan sedikitnya dua

kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan

banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit

(ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan cara

dibersihkan dengan air dan keringkan. Kebersihan gigi dan

mulut perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah

terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan

kalsium.

4) Pakaian

Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju

hendaknya yang longgar dan mudah dipakai serta bahan yang

mudah menyerap keringat. Ada dua hal yang harus

diperhatikan dan di hindari yaitu :


31

a. Sabuk dan stoking yang terlalu ketat. Karena akan

mengganggu aliran balik.

b. Sepatu dengan hak tinggi, akan menambah lordosis

sehingga sakit pinggang akan bertambah.

Payudara perlu ditopang dengan BH yang memadai untuk

mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran dan

kecenderungan menjadi pendulan. Pakaian yang dikenakan ibu

hamil harus nyaman tanpa sabuk/pita yang menekan dibagian

perut/pergelangan tangan, pakaian juga tidak baik terlalu ketat

dileher, stoking tungkai yang sering digunakan oleh sebagian

wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi

darah.

5) Eliminasi

Keluhan yang sering mucul pada ibu hamil berkaitan

dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih.

Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormone

progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos,

salah satunya otot usus. Sering buang air kecil merupakan

keluhan yang umum dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada

trimester I dan III. Hal tersebut adalh kondisi yang fisiologis.

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan

cukup lancar. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal,

sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah.


32

6) Seksual

Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang

sekarang, sebaiknya coitus ditunda samapi kehamilan 16

minggu. Pada waktu itu plasenta sudah terbentuk, serta

kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Hubungan seksual

selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat

penyakit seperti berikut ini.

(1) Sering abortus dan kelahiran premature

(2) Pendarahan pervaginam

(3) Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada

minggu terakhir kehamilan

(4) Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat

menyebabkan infeksi janin intra uteri

Sebagian perempuan takut melakukan hubungan seksual

saat hamil. Beberapa merasa gairah seksualnya menurun karena

tubuh mereka melakukan banyak penyesuaian terhadap bentuk

kehidupan baru yang berkembang di dalam rahim mereka.

7) Mobilisasi/body mekanik

Wanita pada masa kehamilan boleh melakukan pekerjaan

seperti yang bisa dilakukan sebelum hamil. Sebagai contoh

bekerja di kantor, melakukan pekerjaan rumah, atau bekerja di

pabrik dengan syarat pekerjaan tersebut masih bersifat ringan

dan tidak mengganggu kesehatan ibu dan janin seperti radiasi


33

dan mengangkat beban yang berat.

8) Istirahat tidur

Wanita pekerja harus istirahat. Tidur siang

menguntungkan dan baik untuk kesehatan. Tempat hiburan

yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena

dapat menyebabkan jatuh pingsan. Tidur malam ± 8 jam dan

tidur siang ± 1 jam.

9) Imunisasi

Imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi terhadap

penyakit tetanus neonatorum. Imunisasi dilakukan pada

trimester I/II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval

minimal 4 minggu. Lakukan penyuntikan secara IM

(Intramusculer) dengan dosis 0,5 ml.

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

TT Selang waktu Lama dosis

pemberian minimal perlindungan

TT 1 Pada kunjungan ANC 0,5 cc

pertama

TT 2 4 minggu serelah TT 1 3 tahun 0,5 cc

TT 3 5 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc

TT 4 1 Tahun setelah TT3 10 tahun 0,5 cc

TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 0,5 cc


34

10) Pekerja

Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat.

Sebut saja pekerjaan yang berhubungan dengan radiasi atau

bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.

11) Traveling

Ibu hamil selama kehamilannya dianjurkan untuk tidak

melakukan perjalanan yang jaraknya terlalu lama dan kondisi

perjalanan yang buruk. Hindari perjalanan dengan kondisi yang

jauh terutama pada kehamilan trimester I untuk menghindari

pendarahan pada kehamilan muda dan abortus. Pada trimester

III, kemungkinan terjadi pendarahan pada solusio plasenta,

ketuban pecah dini atau komplikasi lainnya yang berhubungan

dengan kondisi ibu dan janin.

12) Memantau kesehatan janin

Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan

a) Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)

Tujuannya untuk menentukan usia kehamilan,

memperkirakan berat janin (TBJ) dan memperkirakan

adanya kelainan.

b) Pemantauan gerakan janin

Pemantauan gerakan janin dapat dilakukan dengan

menanyakan pada ibu berapa kali dalam satu hari gerakan

janin yang dirasakan. Batas nilai normal adalah lebih dari


35

10 kali dalam 12 jam dan biasanya gerakan lebih sering dan

mudah dirasakan pada malam hari

c) Amniocintesis

Adalah aspirasi cairan amnion untuk pemeriksaan yang

dilakukan pada kehamilan 15-17 minggu guna menilai

abnormalitas janin dan dilakukan pada kehamilan 20

minggu guna penilaian maturitas dan kematangan paru

janin.

d) USG

USG dilakukan untuk mengetahui letak plasenta,

menentukan usia kehamilan, mendeteksi perkembangan

janin, mendeteksi adanya kehamilan ganda atau keadaan

patologis, menetukan presentasi janin, volume cairan

amnion, dan penentuan TBJ.

e) DJJ

Pemantauan dengan Denyeut Jantung Janin (DJJ)

dilakukan dengan Doppler, fetoscop denangan nilai normal

120-160 x/menit.

f) Non Stres Test (NTS)

Bertujuan untuk menilai hubungan perubahan episodic

DJJ dan aktivitas gerakan janin serta mendeteksi

kemungkinan hipoksia atau asfiksia pada janin.

g) Oxytosin Challengen Test (OCT)


36

Bertujuan untuk menilai hubungan DJJ dengan

kontraksi dan mendeteksi adanya hipoksia janin. Tindakan

ini dilakukan pada kehamilan lewat waktu serta kehamilan

dengan kelainan.(10)

7. Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil

1) Perdarahan pervaginam

Pendarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan

oleh abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa.

(1) Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-

akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut

berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup

diluar kandungan.

1) Abortus Spontan adalah abortus terjadi secara alamiah

tanpa intervensi luar (buatan) utuk mengakhiri kehamilan

tersebut. Terminology umum untuk masalah ini adalah

keguguran atau miscarriage.

2) Abortus Buatan adalah abortus yang terjadi akibat

intervensi tertentu dengan tujuan untuk mengakhiri

proses kehamilan. Terminology untuk keadaan ini adalah

pengguguran, aborsi atau abortus provokatus.

Jenis Abortus:
37

1) Abortus Imminens

Abortus yang mengancam, pendarahannya bisa

berlanjut beberapa hari atau dapat berulang. Dalam

kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin

berlanjut atau dipertahankan. Beberapa resiko untuk

terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan

dalam rahim. Pendarahan yang sedikit pada hamil

muda mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain

misalnya plasenta sign yaitu pendarahan dari

pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta.

2) Abortus Insipiens

Abortus insipiens didiagnosis apabila pada

wanita hamil ditemukan pendarahan banyak, kadang-

kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena

kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi

serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan

ketuban dapat diraba. Kadang-kadang pendarahan

dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan

yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga

evakuasi harus dilakukan.

3) Abortus Incomplitus
38

Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi

telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian

tetinggal (biasnya jaringan plasenta). Pendarahan

biasanya terus berlangsung, banyak dan

membahayakan ibu. serviks terbuka karena masih

ada benda di dalam rahim yang di anggap sebagai

benda asing. Oleh karena itu, uterus akan berusaha

mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi

sehingga ibu merasa nyeri namun tidak sehebat

insipiens.

4) Abortus Complitus

Hasil konsepsi lahir dengan lengkap pada

keadaan ini curettage tidak perlu dilakukan.

Pendarahan segera berkurang setelah rahim

dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari

pendarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam

masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi

telah selesai.

5) Abortus Tertunda (missed abortion)

Apabila buah kehaamilan yang bertahan dalam

rahim selama 8 minggu atau lebih. Sekitar kematian

janin kadang-kadang ada pendarahan pervaginam

sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus


39

imminens. Selajutnya, rahim membesar bahkan

mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi

janin. Abortus spontan biasanya berakhir

selambat0lambanya 6 minggu setelah janin mati,

kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda

sekali, janin akan lebih cepat dikeluarkan, namun

sebaliknya jika kematian janin terjadi pada

kehamilan yang lebih lanjut, maka retensi janin akan

berlangsung lebih lama.

6) Abortus Habitualis

Merupakan abortus spontan yang terjadi tiga

kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus adalah

kelainan genetic (kromosom). Kelainan hormonal

(imunologik) dan kelainan anatomis.

7) Abortus Febrialis

Abortus yang disertai rasa nyeri atau febris.(3)

(2) Kehamilan ektopik

Kehamilan ektipok adalah kehamilan yang terjadi

diluar rahim, misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut,

serviks, partsinterstisialis tuba atau dalam tanduk rudimenter

rahim. Kehamilan ektofik dikatakan terganggu apabila

berakhir dengan abortus atau rupture tuba.

(3) Mola hidatidosa


40

Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah

fertilisasi, hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio

tetapi terjadi proliferasi dan vili korialis disertai dengan

degenerasi hidrofik. Uterus melunak dan adanya janin,

cavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah

anggur korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang

tidak wajar berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur.

1. Hipertensi gravidarum

Hipertensi Kronik

Hipertensi yang menetap oeh sebab apapun, yang sudah

ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, atau

hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan

2. Nyeri perut bagian bawah

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal

ini mungkin gejala utama kehamilan ektopik atau abortus.

Deteksi ini dalam pelayanan anternatal adalah mengarah pada

penemuan ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara

memadai sehingga kesakitan atau kematian dapat dicegah.

Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih

memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif

mengamati sendiri kehamilannya. Alat bantu tersebut juga

bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam mengidentifikasipre

eklamsia.
41

3. Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester

3. Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak

berupa pendarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang

patologis. Penyebab terbesar persalinan premature adalah

ketuban pecah sebelum waktunya. Insidensi ketuban pecah dini

10 % mendekati dari semua persalinan dan 4 % pada kehamilan

kurang 34 minggu.

4. Gerakan janin tidak teraba

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan janin banyinya

pada usia kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah

hamil dan melahirkan sebelumnya). Jika bayi tidur, gerakan

akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam

periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam). Gerkan bayi akan

lebih mudah terasa jika ibu berbaring/beristirahat dan jika ibu

makan dan minum dengan baik.

5. Nyeri perut yang hebat

Nyeri pada abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang

tidak berhubungan dengan persalinan adalah tidak normal

6. Pemeriksaan Kardiopulmonary

Pemeriksaan kardiopulmonary/resusitasi adalh tindakan

pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas

karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka


42

kembali jalan napas menyempit atau tertutup sama sekali. (3)

2) Asuhan Antenatal Care

1. Pengertian Asuhan Anternatal Care

Asuhan anternatal care adalah suatu program yang

terencana berupa observasi, edukasi, dan penangana mendidik

pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan

persiapan persalinan yang aman dan memuaskan.(4)

2. Tujuan Asuhan Anternatal Care

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental

dan sosial ibu juga bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidal normalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan terutama seminimal

mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Eksusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

3. Jadwal Pemeriksaan Anternatal


43

Pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan dan

minimal 2x pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3 :

a. 2 kali pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu)

b. 1 kali pada trimester kedua ( kehamilan diatas 12 minggu

sampai 24 minggu

c. 3 kali pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu

sampai 40 minggu).(4)

4. Pengkajian Data Kesehatan Ibu Hamil(4)

a. Anamnesis

Indentitas klien meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan,

suku/budaya, agama, identitas suami dan alamat.

b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama, ditanyakan untuk mengetahui alasan

klien datang, apakah untuk memeriksakan kehamilan

atau untuk memeriksa keluhan lain.

2) Riwayat kesehatan personal, ditanyakan untuk

mengetahui karakteristik personal termasuk hubungan

klien dengan orang lain, riwayat pengobatan termasuk

apakah klien mempunyai riwayat penyakit

menular/keturunan.

3) Riwayat mesntruasi, ditanyakan untuk mengetahui

tentang faal alat reproduksi. Hal yang dikaji adalah usia

saat menarche, siklus, lama menstruasi, nyeri,


44

konsistensi, pendarahan intra menstruasi, problem, dan

prosedur.

4) Riwayat seksual, ditanyakan untuk mengetahui

penggunaan kontrasepsi klien serta masalah yang dialami

selama penggunaanya, penyakit trasmisi seksual jika ada.

5) Riwayat ginekologi, ditanyakan untuk mengetahui

adanya masalah/penyakit ginekologi

6) Riwayat kesehatan keluarga, ditanyakan untuk

mengetahui adanya risiko penyakit menular atau

keturunan, kelainan-kelainan dalam genetic.

c. Riwayat obstetrik

1) Paritas klien, dituliskan dengan G.P.A dimana G adalah

gravida (jumlah kehamilan samapi dengan kehamilan

saat ini), P adalah paritas (jumlah kelahiran), dan A

adalah abortus (berapa kali ibu mengalami abortus pada

kehamilan sebelumnya).

2) Hari pertama haid terakhir (HPHT) ditanyakan untuk

memperkirakan tanggal persalinan. Apabila siklus

menstruasi 28 hari, hari perkiraan lahir (HPL) dapat

dihitung dengan menambahkan 7 pada tanggal,

mengurangi 3 pasca bulan atau menambah 9 pada bulan,

dan menambah 1 pada tahun atau tetap tahun (+7-3+1)/

(+7+9+0), sementara kalau siklus menstruasi 35 hari,


45

maka tanggal ditambahkan 14 hari (+14-3+1)

/(+14+9+0).

3) Usia kehamilan, dituliskan dalam minggu.

4) Gerakan janin pertama kali, ditanyakan untuk

mengetahui gerakan janin yang pertama dirasakan ibu

pada umur kehamilan berapa minggu dan mengetahui

masalah yang mungkin terjadi pada janin yang di

kandung.

5) Keluhan yang dialami selama kehamilan, seperti nausea

(mual), frekuensi kencing, nyeri kepala, leukorhea

(keputihan), odema, konstipasi, pendarahan, nyeri

abdomen, dan lain-lain.

6) Pengobatan atau obat-obatan yang digunakan sejak

kehamilan, paparan terhadap penyakit khususnya rubella

dan penyakit imun, sakiat yang dialami selama/sejak

kehamilan, paparan terhadap toksin ditempat kerja (bila

bekerja atau di tempat tinggal) diperlukan untuk

mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari masalah

tersebut pada kehamilan.

7) Reaksi dan adaptasi terhadap kehamilan, reaksi dan

adaptasi terhadap kehamilan bagi pasangan dan

keluarga, hubungan suami dengan klien dan keluarga,

ditanyakan untuk mengetahui penerimaan klien,


46

pasangan, dan keluarga terhadap kehamilan yang dapat

memengaruhi pemeliharaan kehamilan.

d. Kebutuhan dasar sehari-hari

1) Nutrisi, ditanyakan pada klien jenis, kesukaan,

pantangan, intake untuk mengetahui pemenuhan nutrisi

selama hamil.

2) Eliminasi, tanyakan pada klien perubahan yang terjadi

baik BAB maupun BAK selama hamil.

3) Aktivitas dan latihan, tanyakan ada gangguan atau tidak.

4) Istirahat atau tidur, tanyakan tentang pola, lama, dan

gangguan tidur baik pada waktu siang dan malam.

5) Seksualitas, tanyakan tentang pendidikan seksual dan

kesiapan fungsi seksual, konsep seksual diri dan

identitas, sikap terhadap seksualitas dan efek terhadap

kehamilan.

6) Persepsi dan kognitif, kaji tentang status mental,

pendengaran, berbicara, penciuman, perabaan, kejang,

dan nyeri.

7) Persepsi diri dan konsep diri, tanyakan motivasi terhadap

kehamilan, efek kehamilan terhadap body image, orang

terdekat dan tujuan dari kehamilan.

8) Keyakinan budaya (culture)

9) Kepercayaan dan ibadah


47

10) Kebiasaan yang merugikan, seperti merokok, minum

alcohol, dan lain-lain.

5. Pemeriksaan fisik

1) Pendahuluan

Pemeriksaan fisik dilakukan setelah anamnesa,

sebelum melakukan pengkajian bidan perlu menjelaskan

pada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan. Selain itu bidan juga memberikan kesempatan

pada klien dan keluarga untuk bertanya sehingga mereka

dapat memahami pentingnya pemeriksaan tersebut.

2) Peralatan

Alat yang digunakan bervariasi namun penggunaan

indera yaitu mata, telingga, hidung dan tanggan yang

cermat diperlukan untuk mengetahui ibu hamil yang

diperiksannya. Alat-alat yang dibutuhkan dalam

pemeriksaan adalah timbangan berat badan, pengukur

tinggi badan, tensimeter, stetoskop, fetoskop,

thermometer, meteran/midline, hammer reflex, seta alat

pemeriksaan laboratorium kehamilan (pemeriksaan

hemoglobin, protein urine, urin reduksi jika diperlukan).

3) Langkah-langkah pemeriksaan :
48

a) Perhatikan tanda-tanda tubuh sehat.

Perhatikan sikap tubuh, keadaan punggung dan cara

berjalan. Apakah cenderung lordosis, kifosis,

sikoliosis atau pincang? Perhatikan pula kekuatan ibu

ketika berjalan tampak nyaman dan gembira/lemah.

b) Pengukuran tinggi badan dan berat badan serta lingkar

lengan atas (lila).

Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali

kunjungan, selama kehamilan berat badan akan naik

6,5-16 Kg. melakukan pemeriksaaan lingkar lengan

atas dinyatakan kurang gizi bila kurang dari 23,5 cm.

4) Tanda vital

a) Apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau

lebih, mintalah ibu berbaring miring ke kiri dan santai

sampai terkantuk selama 20 menit kemudian ukurlah

tekanan darahnya

b) Denyut nadi

c) Suhu

5) Pemeriksaan cephalo caudal

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan melalui

pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

a) Kepala, muka, dan leher


49

Perhatihan adanya closma gravidaru, pucat seta

pembengkaka pada wajah. Bila terdapat pucat pada

wajah, periksa konjungtiva mata dan kuku.

Konjungtiva mata dan kuku pucat menandakan ibu

menderita anemia, sehingga memerlukan tindakan

lebih lanjut. Bila terdapat oedema di wajah,

perhatikan adanya bengkak pada tanggan dan kaki

bengkak.

b) Mulut klien, perhatikan beberapa ciri-ciri seperti

pucat pada bibir, pecah-pecah, stomatitis, gingivitis,

gigi tanggal, gigi berlubang, caries gigi, dan bau

mulut.

c) Leher (pembengkakan saluran limfe atau kelenjar

tyroid).

d) Dada dan payudara

e) Periksa adanya kemungkinan benjolan yang tidak

normal. Perhatikan ukuran payudara simetris/tidak.

Putting payudara (menonjol, datar atau masuk), keluar

kolostum?cairan lain, hiperpigmentasi areola mamae

dan kebersihannya. Perhatikan pulla retraksi dada dan

adanya kemungkinan massa/nodul pada aksila.

a) Abdomen
50

Tujuan pemeriksaan abdomen dalah untuk

menetukan letak dan presentasi janin, turunnya

bagian janin yang terbawah, tinggi fundus uteri dan

denyut jantung janin.

Perhatikan pembesaran perut (melintang,

memanjang, atau asimetris) adalah pigmentasi di

linea alba/nigra, striae gravidarum, uka bekas infeksi,

gerakan janin. Lakukan juga palpasi untuk

merasakan adanya gerakan janin, kemudian pastikan

apakah pembesaran perut sesuai umur kehamilan.

Perhatikan pula pertumbuhan janin dari tinggi fundus

uteri. Biasanya semakin tua umur kehamilan, maka

semakin tinggi fundus uterinya. Namun pada

kehamilan 9 bulan, fundus uteri akan turun karena

kepala telah turun atau masuk panggul. Pada

kunjungan pertama TFU dicocokan dengan

perhitungan usia kehamilan dari HPHT. Selanjutnya

lihat prosedur pemeriksaan leopold dan perhitungan

DJJ yang dapat terdengar pada usia kehamilan di atas

18 minggu.

6) Pemeriksaan punggul di bagian ginjal

Tepuk punggung dibagian ginjal dengan bagian sisi

tanggan yang dikepalkan. Bila ibu merasa nyeri, mungkin


51

terdapat gangguan ginjal dan salurannya.

7) Genetalia

Lakukan cuci tanggan dan kenakan sarung tanggan

sebelum memeriksa vulva. Pada vulva mungkin

didapatkan cairan jernih atau sedikit berwarna putih, tidak

berbau. Pada keadan normal, tidak aka nada rasa gatal,

luka, atau pendarahan. Raba kulit pada daerah

selangkangan. Pada keadaan normal tidak teraba benjolan

kelenjar. Perhatikan pula varises. Setelah selesai, cuci

tanggan dengan sarung tangan yang masih terpasang,

lepaskan sarung tangan dan lakukan cuci tangan lagi

dengan sabun.

8) Ekstemitas

Periksa adanya oedema yang paling mudah dilakukan

pretibin dan mata kaki, dengan cara menekan jari

beberapa detik. Apabila terjadi cekung yang tidak lekas

kembali, berarti oedema positif. Oedema posistif pada

tungkai menandakan adanya preeklamsi. Posistif (+) 1

apabila cekung 2 mm, +2 apabila cekung 4 mm, +3

apabila cekung 6 mm.

9) Pemeriksaan lutut (patella)


52

Minta ibu duduk dengan tungkai tergantung bebas,

jelaskan apa yang hendak dilakukan. Raba tendo dibawah

lutut. Dengan menggunakan hammer ketuklah tendo pada

lutut bagian depan. Tungkai bawah akah bergerak sedikit

ketikatendo diketutk. Bila reflek lutut negative

kemungkinan klien kekurangan B1, bila gerakan

berlebihan dan cepat, hal menunjukan pre eklamsi.

e. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan tambahan, misalnya urine, feses, darah, USG,

dan lain-lain.

f. Pengkajian Emosional

1) Respon ibu terhadap kehamilan.

Ada bermacam-macam respons wanita hamil

terhadap kehamilannya. Respons ibu hamil pada

kehamilannya yang diharapkan, yaitu ibu siap untuk

kehamilan dan siap menjadi ibu karena sudah lama

didambakan serta sebagai salah satu tujuan perkawinan.

Sementara itu respons ibu hamil pada kehamilan yang

tidak diharapkan, yaitu belum siap dan kehamilan sebagai

beban (mengubah bentuk tubuh, mengganggu aktivitas).

Oleh karena itu, bidan harus pintar mencari celah

hati terdalam ibu apabila ibu berada dalam kondisi

kehamilannya yang tidak diinginkan agar ia dapat


53

menerima dengan dengan lapang dada kehamilan

tersebut.

2) Respons suami terhadap kehamilan.

Respons suami terhadap kehamilan perlu diketahui

untuk lebih memeperlancar asuhan kehamilan.

Mengingat, suami merupakan sumber dukungan utama

bagi klien dalam menjalani masa-masa sulit kehamilan.

Apabila respons suami kurang bahagia menyambut

kehamilan istrinya, maka bidan harus bisa memengaruhi

suami klien agar bisa menerima kehamilan istrinya

tersebut dengan kebahagiaan.

3) Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan.

Respons keluarga akan menyambut hangat

kehamilan klien, apabila keluarga menganggap kehamilan

merupakan salah satu tujuan dari perkawinan, rencana

untuk menambah jumlah anggota keluarga, penerus

keturunan dan utuk memperkuat tali perkawinan.

Sebaliknya, respons keluarga akan dingin terhadap

kehamilan klien apabila keluarga menganggap kehamilan

merupakan salah satu faktor keturunan tidak baik,

ekonomi kurang mendukung, ketidakstabilan dalam

keluarga, karier belum tercapai, jumlah anak sudah

cukup, dan kegagalan kontrasepsi.


54

g. Pengkajian fetal

Pemeriksaan pertumbuhan janin dilakukan bidan

dengan cara mengukur TFU, apakah sesuai dengan usia

kehamilan berdasarkan HPHT dan menghitung denyut

jantung janin. Jika ditemukan kelainan, maka klien

disarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut, ke dokter

spesialis atau rumah sakit.

h. Menentukan diagnose

Pengumpulan data dasar melalui pengkajian riwayat,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul, tes laboratorium

dan tes penunjang lain, merupakan langkah pertama pada

proses penatalaksanaan. Langkah-langkah berikutnya pada

proses penatalaksanaan ini bergantung pada data dasar yang

diperoleh dari interpretasi data tersebut. Interpretasi terhadap

data dasar mencakup :

1) Menetapkan abnormalitas kehamilan.

2) Membedakan antara ketidaknyamanan kehamilan dan

kemungkinan komplikasi.

3) Mengidentifikasi tanda dan gejala penyimpangan dari

keadan normal

4) Mengidentifikasi kemungkinan kebutuhan belajar

6. Pelayanan Asuhan Standar Anternatal


55

Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan pemeriksaan

kehamilan yang meliputi :

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Pengukuran tinggi badan cukup dilakukan sekali pada

saat ANC. Ini dilakukan untuk mengetahui ukuran panggul

ibu hamil. Bila tinggi badan ≤145 cm maka faktor resiko

panggul sempit.

Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali pada saat

melakukan kunjungan ANC, sejak bulan ke 4 penambahan

berat badan paling sedikit 1kg per bulan.

b. Ukur tekanan darah

Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Bila tekanan

darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, maka

ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam

kehamilan.

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)

Bila kurang dari 23,5 cm, menunjukkan ibu hamil menderita

Kurang energi kronis (KEK) dan berisiko melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

d. Ukur tinggi fundus uteri/tinggi rahim

Pengukuran TFU untuk melihat pertumbuhan janin, apakah

sesuai dengan usia kehamilan. Normalnya, TFU saat usia

kehamilan 22-28 minggu adalah 24-25 cm, 30 minggu


56

adalah 29,5 cm, 32 minggu adalah 30 cm, 34 minggu adalah

31 cm, dan usia kehamilan 35 minggu akan memiliki tinggi

fundus uteri sekitar 31-32 cm.

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Untuk melihat kelainan letak janin, atau masalh lain

f. Skring status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi

tetanus bila diperlukan.

Tabel 2.2 Imunisasi TT

Interval Minimal
Status TT Masa Perlindungan
Pemberian

Langkah awal
pembentukan kekebalan
TT 1
tubuh terhadap penyakit
tetanus

1 bulan setelah
TT 2 3 tahun
TT 1

6 bulan setelah
TT 3 5 tahun
TT 2

12 bulan setelah
TT 4 10 tahun
TT 3

12 bulan setelah
TT 5 Lebih dari 25 tahun
TT 4

g. Beri tablet tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum tablet tambah darah

satu tablet setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah

darah bermanfaat untuk mencegah dan mengobati anemia


57

pada ibu hamil. Anemia pada kehamilan akan meningkatkan

risiko kelahiran premature dan bayi dengan berat lahir

rendah.

h. Tes / periksa laboratorium

1. Ibu hamil akan diperiksa golongan darah untuk

persispan apabila membutuhkan donor darah.

2. Tes Hemoglobin (Hb) untuk mengetahui apakah ibu

kekurangan darah (Anemia).

3. Tes HbSAg untuk mengetahui apakah ibu pernah

tertular hepatitis B.

4. Tes pemeriksaan urin.

5. Tes pemeriksaan darah dan pemeriksaan lainnya sesuai

indikasi.

i. Tata laksana / penanganan kasus

Pengobatan diberikan apabila ibu mempunyai masalah

kesehatan saat hamil.

j. Temu wicara / konseling

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai

perawatan kehamilan, persalinan, pencegahan kelainan

bawaan, perawatan bayi baru lahir, KB dan imunisasi pada

bayi.(4)

7. Informasi kesehatan untuk kehamilan


58

a. Pemberian obat-obatan

Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu

memperjatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh

terhadap tumbuh kembang janin.

Pengaruh obat terhadap janin dapat digolongkan

sebagai berikut :

1) Obat yang tergolong tidak boleh diberikan saat hamil

2) Obat yang dapat diberikan saat hamil dengan keamanan

terbatas umumnya diberikan setelah hamil trimester II.

3) Obat yang aman diberikan namun tidak ada keterangan

tertulis yang lengkap

4) Obat atau bahan kimia yang pemberiannya saat hamil

memerlukan pertimbangan dengan seksama.

5) Obat atau bahan kimia yang aman jika diberikan pada

kehamilan, yaitu vitamin khusus untuk ibu hamil.

b. Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan

Alkohol dan obat terlarang bagi wanita hamil dan janin.

Ketiga kebiasaan tersebut secara langsung dapat

memengaruhi pertumbuhan, perkembangan janin, dan

menimbulkan pula menimbulkan cacat bawaan atau

kelahiran dengan pertumbuhan dan perkembangan mental

yang kurang.
59

c. Akibat yang ditularkan oleh binatang tertentu terhadap

kehamilan (toxoplasmosis)

Infeksi toxoplasmosis disebabkan oleh toksoplasmosis

gondii yang bersumber dari kuning, tikus dan hewan

peliharaan lain. Jalur kontaminasi adalah melalui makanan

yang berkontaminasi oleh kotoran hewan tersebut dalam

bentuk kista tyang mati saat dimasak. Gejala klinisnya yang

pertama adalah demam, kelenjar limfa membengkak dan

terjadi abses. Bentuk marifestasi klinis lain adalah

pneumonia, poliomyelitis dan miokarditis. Pengaruhnya

terhadap kehamilan dapat menimbulkan cacat kongenital

yang berat serta multiple, persalinan premature atau abortus.

Diagnosisnya hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

serologis. Bila infeksi masih aktif sebaiknya menunda

kehamilan sehingga terhindar dari kemungkinan cacat

bayinya. Hasil serologi yang dianggap cukup berbahaya

adalah 1/256. Tetapi untuk infeksinya adalah dengan

spiramisin, sulfadoksin atau pirametamin.(4)

2.1.2 Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Fokus utama asuhan persalinan adalah mencegah terjadinya

komplikasi. Hal ini merupakan suatu perdesaran paradigm dari


60

sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi mencegah

komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama

persalinan dan setelah bayi baru lahir akan mengurangi kesakitan

dan kematian ibu serta bayi baru lahir.(5)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat

hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).(6)

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang

sudah cukup berada dalm rahim ibunya, dengan disusul oleh

keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.(7)

2. Jenis-jenis Persalinan

Ada 2 jenis-jenis persalinan, yaitu berdasarkan bentuk persalinan

dan menurut usia kehamilan :

1) Jenis persalian berdasarkan bentuk persalinan:

(1) Persalinan spontan

Adalah proses persalinan seluruhnya berlangsung

dengan kekuatan ibu sendiri.

(2) Persalinan buatan

Adalah proses persalinan dengan buatan tenanga dari

luar.

(3) Persalinan anjuran


61

Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

2) Jenis persalinan menurut usia kehamilan

(1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia

kehamilan 20 minggu atau berat badan janin kurang dari

500 gram.

(2) Partus immature

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan

antara usia kehamilan 20 minggu dan 28 minggu atau berat

badan janin antara 500 gram dan kurang dari 1000 gram.

(3) Partus prematur

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan

28 minggu dan < 37 minggu atau berat badan janin antara

1000 gram dan kurang dari 2500 gram.

(4) Partus matur atau partus aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan

37 minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih dari

2500 gram.

(5) Partus serotinum atau partus posmatur

Pengeluaran buah kehamilan labih dari 42 minggu.(6)

3. Sebab-sebab Persalinan

1) Penurunan kadar progesteron


62

Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot

rahim, sedangkan hormone progesterone dapat menimbulkan

relaksasi otot-otot rahim. Selama masa kehamilan terhadap

keseimbangan anatara kadar progesterone dan estogren di dalam

darah. Namun, pada akhir kehamilan kadar progesterone

menurun sehingga timbul his. Hal inilah yang menandakan

sebab-sebab mulainya persalinan.

2) Teori oxytocin

Pada akhir usia kehamilan, kadar oxytocin bertambah

sehingga menimbulkan kontraksi otot-otot rahim.

3) Ketegangan otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila

dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka terjadi

kontraksi untuk mengeluarkan yang ada di dalamnya. Demikian

pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan atau

bertambahnya ukuran perut semakin teregang pula otot-otot

rahim dan akan terjadi semakin rentan.

4) Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar-kelenjar suprarenal janin rupa-

rupanya juga memegang peranan karena anencephalus

kehamilan sering lebih lama dari biasanya.


63

5) Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, diduga

menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari

percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang

diberikan secara intravena, dan extra amnial menimbulkan

kontraksi myometrium pasa setiap umur kehamilan. Hal ini juga

didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik

dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil

sebelum melahirkan atau selama persalinan. Penyebab

terjadinya proses persalinan masih tetap belum bisa dipastikan,

besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama, sehingga

pemicu persalinan menjadi multifaktor.

4. Tahapan-tahapan Persalinan

Pada proses persalinan dibagi menjadi 4 yaitu :

1) Kala I : Kala Pembukaan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi

pembukaan lengkap (10 cm). dalam kala pembuka dibagi

menjadi 2 fase :

a. Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

(1) Pembuka kurang dari 4 cm

(2) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam


64

b. Fase aktif

1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya

meningkat (kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10

menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

2) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan

kecepatan 1 cm/lebih perjam hingga hingga pembukaan

(10)

3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

4) Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase , yaitu

berdasarkan kurva friedman :

a) Periode ekselerasi, berlangsung selama 2 jam

pembukaan menjadi 4cm.

b) Periode dilatasi maksimal, berlangsungselama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm

c) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalm waktu

2 jam pembukaan 9cm menjadi 10cm/lengkap.

2) Kala II : Kala Pengeluaran Janin

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan

mengejan mendorong janin hingga keluar. Pada kala II ini

memiliki ciri khas :


65

a. His terkoordinir, kuat, cepet dan lebih lama kira-kira 2-3

menit sekali

b. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara

reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan

c. Tekanan pada rectum, ibu merasa ingin BAB

d. Anus membuka

Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka dan perineum meregang, dengan his dan mengejan

yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan

janin. Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda

yaitu:

a. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam-2 jam

b. Multipara kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam

Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut

dalam letak berbaring, merangkul kedua pahanya dengan

kedua lengan sampai batas sikut, kepala diangkat sedikit

sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup dengan sikap

seperti di atas, setapi badan miring kearah dimana

punggung janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul

yaitu yang sebelah atas.

3) Kala III : Kala Uri

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (psalenta).

Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus


66

teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi

plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat

kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam

waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina

dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand

androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5=30 menit

setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya

disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc).

Tanda kala III terdiri dari 2 fase :

a. Fase pelepasan uri

Mekanisme pelepasan uri terdiri atas

1) Schultze

Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih

dahulu di tengah kemudian terjadi

reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula-

mula di tengah kemudian seluruhnya, menurut cara

ini pendarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir

dan banyak setelah uri lahir.

2) Dunchan

Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir

terlebih dahulu dari pinggir (20%). Darah akan

mengalir semua antara selaput ketuban


67

3) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta

b. Fase pengeluaran uri

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :

1) Kustner

Meletakan tangan dengan tekanan pada/di atas

simfisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk

berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju

(memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.

2) Klien

Sewaktu ada his kita dorongsedikit rahim, bila

tali pusat kembali berarti belum lepas, bila diam/turun

berarti sudah lepas.

3) Strastman

Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus,

bila tali pusat bergetar belum lepas, bila tidak bergetar

berarti sudah terlepas.

4) Rahim menonjol di atas symfisis

5) Tali pusat bertambah panjang

6) Rahim bundar dank eras

7) Keluar darah secara tiba-tiba

4) Kala IV ( Tahap Pengawasan)

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan

terhadap bahaya pendarahaan. Pengawasan ini dilakukan


68

selama kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih

mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang

berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat

terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan

mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokia yang

berasal dari sisa-sia jaringan. Pada beberapa keadaan,

pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini

disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau

tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengawasan sehingga jika pendarahan semakin

hebat, dapar dilakukan tindakan secepatnya. (12)

5. Mekanisme Persalinan

1) Turunnya Kepala

Turunnya kepala dibagi dalam :

(1) Masuknya kepala dalam pintu atas panggul

(PAP)/engagement. Masuknya kepala ke dalam PAP pada

prmigravida terjadi dibulan akhir kehamilan sedangkan pada

multigravida biasanya terjadi pada awal persalinan. Kepala

masuk ke PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang

dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melintas

PAP dalam kuadran syinclitismus, yaitu arah sumbu kepala

janin tegak lurus dengan bidang PAP atau sutura sagitalis

terdapat di tengah-tengah jalan lahir/tepat diantara simfisis


69

dan promontorium, sehingga dari parietal depan dan

belakang sama tingginya.

(2) Kepala yang dapat masuk dengan keadaan asyinclistismus

yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang PAP

atau sutura sagitalis agak ke depan mendekati simfisis/agak

ke belakang mendekati promontorium. Asyinclistismus

posterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati simfisis dan

parietal belakang lebih rendah dari parietal depan, atau

apabila ara sumbu kepala membuat sudut lancip ke belakang

dengan PAP. Asyinclitismus anterior yaitu bila sutura

Sagitaris mendekati promontorium sehingga parietal depan

lebih rendah dari parietal belakang atau apabila arah sumbu

kepala membuat suduh lancip ke depan PAP.

2) Majunya Kepala

Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala

masuk rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II.

Pada multipara majunya kepala dan masuknya kepala dalam

rongga panggul terjadi secara bersamaan. Majunya kepala

bersamaan dengan gerakan fleksi, putaran faksi dalam, dan

extensi.

Penyebab majunya kepala :

a. Tingkat cairan intra uterin

b. Tekanan langsung oleh fundus pada bokong


70

c. Kekuatan mengedan

d. Melurusnya badan anak oleh pelurusan bentuk rahim.

3) Fleksi

Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah

hingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.

Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran

kepala yang lebih kecil mulai jalan lahir : diameter subocipito

bregmatika (9,5 cm) menggantikan subocci[ito frontalis (11

cm).

Penyebab fleksi :

1) Anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari

pinggir pintu atas panggul, cerviks, dinding panggul atau

dasar panggul.

2) Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris

dengan sumbu lebih mendekati subociput, tahanan oleh

jaringan dibawahnya terhadap kepala anak akan menurun/

menurut hukum Koppel.

4) Putaran Paksi Dalam

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah

pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian

terrendah dari bagian depan memutar kedepan ke bawah


71

symfisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah

ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan bawah simfisis.

Putaran paksi dalam mutlak utuk kelahiran kepala karena

putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posis

kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang

tengah dan pintu bawah panggul. Puataran paksi dalam tidak

terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya

kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai hodge III,

kadang-kadang baru setelah kepala sampai didasar panggul.

Penyebab putaran paksi dalam :

1) Pada letal fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian

terendah dari kepala.

2) Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang

paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat

hiatus genitalis, m. levator ani kiri dan kanan.

3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior.

5) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala samapi didasar

panggul, terjadilah extensi atau defleksi dari kepala. Hal ini

disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul


72

mengarah kedepan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan

extensi untuk melaluinya. Pada kepala terjadi dua kekuatan,

yang satu mendesaknya kebawah dan satunya disebabkan

tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultasinya

ialah kekuatan kearah depan atas.

Setelah subociput tertahan pada pinggir bawah syimfisis

maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas bagian

yang berhadapan dengan subociput, maka lahirlah berturut-turut

pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung,

mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan extensi. Subociput

yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion.

6) Putaran Paksi Luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali

kea rah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher

yang terjadi karena puataran paksi dalam. Gerakan ini desebut

putaran teribusi (putaran balasan). Selanjutnya puataran

dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber

ischiadicumsepihak (disis kiri). Gerakan yang terakhir ini adalah

puataran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena

ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior

dari pintu bawah panggul.

7) Ekpulsi

Setelah puataran paksi luar bahu depan sampai dibawah


73

sympysis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu

belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya

seluruh badan anak akan lahir searah dengan paksi jalan lahir.

6. Tanda-tanda Persalinan

1) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat

(1) Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa

bahwa keadaanya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang

sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit

lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada

anggota bawah

(2) Pollakisuria

Pada akhir bulan ke-IX, berdasarkan hasil pemeriksaan

didapatkan episgastrium kendor, fundus uteri lebih rendah

dari kedudukannya, dan kepala janin sudah mulai masuk ke

dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan

kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk

sering kencing yang disebut pollakisuria.

(3) False Labor

Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu

diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya

merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His


74

pendahuluan ini bersifat :

1) Nyeri yang hanya terasa diperut bagian bawah.

2) Tidak teratur.

3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan

majunya waktu dan bila dibawah jalan malah sering

berkurang.

4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan

serviks.

(4) Perubahan Serviks

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan serviks

menunjukan bahwa serviks yang tedinya tertuutup, panjang,

dan kurang lunak. Namun kondisinya berubah menjadi lebih

lembut, beberapa menunjukan telah terjadi pembukaan dan

penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu.

misalnya, pada multipara sudah pembukaan 2 cm namun

pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan

tertutup.

(5) Energy Spurt

Beberapan ibu akan mengalami peningkatan energy

kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah

beberapahari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena


75

tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum

persalinan dengan energy yang penuh. Peningkatan energy

ibu ini tampak dari aktivitas yang dilakukannya seperti

membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabotan rumah,

dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan

tenaga menjelang kelahiran bayi, persalinan menjadi panjang

dan sulit.

(6) Gastrointestinal Upsets

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda,

seperti diare, obstipasi, mual , dan muntah karena efek

penurunan hormone terhadap sistem pencernaan.

2) Tanda-tanda Awal Persalinan

a. Timbulnya His Persalinan

1) Nyeri melingkar dari punggung memencar ke perut

bagian depan.

2) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat

intensitasnya

3) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau

pembukaan serviks.

b. Bloody Show

Bloody show merupakan lender disertai darah dari jalan

lahir dengan pendataran dan pembukaan, lender dari canalis


76

cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Pendarahan

yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin

pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa

capillair darah putus.

c. Premature Rupture Of Membrane

Premature rupture of membrane adalah keluarnya

cairan banyak dengan sekoyong-koyong dari jalan lahir. Hal

ini terjadi akibat ketuban pecah dan selaput janin robek.

Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap dan

hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan

merupakan tanda yang lambat sekali. Kadang-kadang

ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-

kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun

demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam

setelah air ketuban keluar.

3) Tanda-Tanda Pada Kala I

a. His belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan

tidak seberapa mengganggu ibu sehingga ia sering masih

dapat berjalan.
77

b. Lambat laun his bertambah kuat : interval lebih pendek,

kontraksi lebih kuat dan lebih lama.

c. Bloody show bertambah banyak.

d. Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam.

e. Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah :

“kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi primi dan 2 cm

sejam bagi multi, walaupun ketentuan ini sebetulnya kurang

tepat seperti akan diuraikan nanti.”

4) Tanda-Tanda Pada Kala II

a. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik,

datangnya tiap 2-3 menit.

b. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan

keluarnya cairan kekuning-kuningan sekonyong-konyong

dan banyak. Pasien mulai mengejan.

c. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai

di dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga, dan

rectum membuka.

d. Pada puncak his, bagian kecilkepala Nampak di vulva dan

hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga Nampak

lebih besar. Kejadian ini disebut : “kepala membuka pintu”

e. Pada akhirnya lingkar kepala terbesar kepala terpegang oleh

vulva sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang


78

ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada dibawah

symphisis disebut “kepala keluar pintu”

f. Pada his berikutnya dengan ekstendi maka lahirlah ubun-

ubun besar, dahi, dan mulut pada commissura posterior.

g. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek

pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan

rangsangan yang kuat tersebut.

h. Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan puataran paksi

luar, sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher

dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak

keluar lender dan cairan.

i. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu

depan disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral,

sesuai dengan paksi jalan lahir.

j. Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang

tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadang

bercampur darah.

k. Lama kala II primi ± 20 menit.

5) Tanda-Tanda Pada Kala III

a. Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah

beberapa menit timbul lagi disebut “his pengeluaran uri”

yaitu his yang melepaskan uri sehingga terletak pada

segmen bawah rahim (SBR) atau bagian atas dari vagina.


79

b. Setelah anak lahir uterus teraba seperti tumor yang keras,

segmen atas lebar karena mengandung plasenta, fundus

uteri teraba sedikit dibawah pusat.

c. Bila plasenta telah lepas bentuk uterus menjadi bundar dan

tetap bundar hingga perubahan bentuk ini dapat diambil

sebagai tanda pelepasan plasenta.

d. Jika keadaan ini dibiarkan, maka setelah plasenta lepas

fundus uteri naik sedikit hingga setinggi pusat atau lebih

dan bagian tali pusat di luar vulva menjadi lebih panjang.

e. Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh

dalam SBR atau bagian atas vagina dan dengan demikian

mengangkat uterus yang berkontraksi dengan sendirinya

akibat lepasnya plasenta plasenta maka bagian tali pusat

yang lahir menjadi panjang.

f. Lamanya kala uri ± 8,5 menit, dan pelepasan palsenta hanya

memakan waktu 2-3 menit.

7. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Persalinan

1) Perubahan fisiologis pada persalinan

(1) Perubahan tekanan darah

Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus

dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan


80

kenaikan diastolic rata-rata 5-10 mmHg di antara kontraksi-

kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum

masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi.

Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan

tekanan darah yang sesungguhnya, sehingga diperlukan

pengukuran di antara kontraksi. Jika seorang ibu dalam

keadaan yang sangat takut/khawatir, rasa takutnyalah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini

dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan

preeklamsia. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang

mendukung yang dapat menimbulkan ibu rilek/santai.

(2) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan baik metabilosme karbohidrat

aerobic maupun anaerobic akan naik secara perlahan.

Kenaikan ini sebagai besar diakibatkan karena kecemasan

serta kegiatan otot rangka tubuh. Kegiatan metabolism yang

meningkat tercermindengan kenaikan suhu badan, denyut

nadi, pernafasan, kardiak output dan kehilangan cairan.

(3) Perubahan Suhu Badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,

suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera

setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak

melebihi 0,5-1 derajat C. suhu badan yang naik sedikit


81

merupakan hal yang wajar, namun keadaan ini berlangsung

lama, keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi.

Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput

ketuban pecah atau belum, karena hal ini merupakan tanda

infeksi.

(4) Denyut Jantung

Penurunan yang menyolok selama acme kontraksi

uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring

bukan posisi terlentang. Denyut jantung di antara kontraksi

sedikit lebih tinggi disanding selama periode persalinan

atau belum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan

kenaikan dalam metabolism yang terjadi selama persalinan.

Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang

normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode

untuk mengidentifikasi infeksi.

(5) Pernafasan

Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya

rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan tehnik

pernafasan yang tidak benar.

(6) Perubahan Renal


82

Polyuria sering terjadi selama persalinan, hal ini

disebabkan oleh kerdiak output yang meningkat serta

glomelurus serta aliran plasma ke renal. Polyuria tidak

begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang mempunyai

efek mengurangi aliran urine selama persalinan. Protein

dalam urine (+1) selama persalinan merupakan hal yang

tidak wajar, tetapi proteinuria (+2) merupakan hal yang

tidak wajar, keadaan ini lebih sering pada ibu primipara,

anemia, persalinan lama atau pada kasus pre ekslamsia.

(7) Perubahan Gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastik serta penyerapan

makanan padat berkurang akan menyebabkan pencernaan

hampir berhenti selama persalinan dan akan menyebabkan

konstipasi.

(8) Perubahan Hematologis

Hematologis akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama

persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari

pertama. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara

progessif selama kala satu persalinan sebesar 5000s/d

15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal

ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah akan turun

selama dan akan turun secara menyolok pada persalinan

yang mengalami penyulit atau persalinan lama.


83

(9) Kontraksi Uterus

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada

otot polos uterus dan penurunan hormone progesterone

yang menyebabkan keluarnya hormone oksitosin.

(10) Pembukaan Segmen atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim

Segmen atas rahim (SAR) terbentuk pada uterus

bagianatas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif,

terdapat banyak otot sorong dan memanjang. Sar terbentuk

dari fundus samapi ishimus uteri.

Segmen bawah rahim (SBR) terbentang di uterus

bagian bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat

otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini banyak terdapat

otot yang melingkar dan memanjang.

(11) Perkembangan Retraksi Ring

Retraksi ring adalah batas pinggir antara SAR dan

SBR, dalam keadan persalinan normal tidak tampak dan

akan kelihatan pada persalinan abnormal, karena kontraksi

uterus yang berlebihan, retraksi ring akan tampak sebagian

garis atau batas yang menonjol di atas sympisis yang

merupakan tanda dan ancaman rupture uterus.

(12) Penarikan Serviks

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium

uteri insternum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan


84

serviks menjadi pendekdan menjadi bagian SBR. Bentuk

serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan

membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagian ujung

dan bentuknya menjadi sempit.

(13) Pembukaan Ostium Oteri Interna dan Ostiun Oteri Exsterna

Pembukaan serviks disebabkan karena membesarnya

OUE karena otot yang melingkar disekitar ostium

meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri

tidak saja terjadi karena penarikan SAR akan tetapi karena

tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada

primigravida dimulai dari ostium uteri interim terbuka lebih

dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan

terjadi. Sedangkan pada multi gravida ostium uteri

internum dan eksternum membuka secara bersama-sama

pada saat persalinan terjadi.

(14) Show

Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit

lender yang bercampur darah, lender ini berasal dari

esktruksi lender yang menyebut canalis servikalis

sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dari desidua

vera yang lepas.

(15) Tonjolan Kantong Ketuban

Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya


85

regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput

korion yang menempel pada uterus, dengan adanya tekanan

maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang

menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan ini

terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi

melindungi selaput amnio agar tidak terlepas seluruhnya.

Tekanan yang diarahkan ke aciran sama dengan tekanan ke

uterus sehingga akan timbul generasi floud presur.

(16) Pemecahan Kantong Ketuban

Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap

dan tidak ada tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang

kuat serta desakan janin yang menyebabkan kantong

ketuban pecah, diikuti dengan proses kelahiran bayi.

2) Perubahan Psikologis Pada Persalinan

Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik

maupun psikologis. Perubahan psikologis selama persalinan

perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan

tugasnya sebagian pendamping atau penolong persalinan.

Perubahan psikologis pada kala satu

Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,

terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai

berikut:

a. Perasaan tidak enak


86

b. Takut dan ragu akan persalinanyang dihadapi

c. Sering menimbulkan antara lain apakah persalinan

berjalan normal

d. Menganggap persalinan sebagian percobaan

e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana

dalam menolongnya

f. Apakah bayinya normal apa tidak

g. Apakah ia sanggup merawat bayinya

h. Ibu merasa cemas.(5)

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1) Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir dibagi atas :

a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)

b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, ligamen-

ligament.

Ukuran-ukuran panggul :

a. Alat pengukur ukuran panggul :

1) Pita meter

2) Jangka panggul: martin, oseander, Collin, dan

baudelokue

3) Pelvimetri klinis dengan periksa dalam

4) Pelvimetri rongenologis

b. Ukuran-ukuran panggul :
87

1) Distansi spinarum: jarak antara kedua spina iliaka

anterior superior 24-26 cm

2) Distansi kristarum: jarak antara kedua kista iliaka

kanan dan kiri 28-30 cm

3) Konjungata eksterna: 18-20 cm

4) Lingkaran panggul: 80-100 cm

5) Conjugate diagonalis: 12,5 cm

6) Distansia tuberum: 10,5 cm

c. Ukuran dalam panggul :

1) Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang di

bentuk oleh promontorim, linea innuminata dan

pinngir atas simpisis pubis.

2) Konjugata vera: dengan periksa dalam di

perbolehkan konjugata diagonalis 10,5-11 cm

3) Konjugata tranversa: 10,5-11 cm

4) Konjugata oblingua: 13 cm

5) Konjugata obstetrika adalah jarak bagian tengah

simfisis ke promontorium

6) Rungan tengah panggul

7) Bidang terluas ukurannya13 x 12,5 cm

8) Bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm

9) Jarak antara spina isciadika 11 cm

10) Pintu bawah panggul (outlet)


88

11) Ukuran anterior-posterior 10-12 cm

12) Ukuran melintang 10,5 cm

13) Arcus pubis membentuk sudut 90 derajat lebih, pada

laki-laki kurang dari 80 derajat.

2) Power (His dan Mengejan) (24)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah

his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari

ligament.

a. His (kontraksi uterus)

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding

uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba

falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut

didapat dari “pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus

derah tersebut.

Pada waktu kontraksi, otot-otot polos rahim

bekerja dengan baik dan sempeirna memiliki sifat:

1) Kontraksi simetris

2) Fundus dominan

3) Relaksasi

b. Mengejan

Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang

amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan

lahir), dan power (kontraksi). Agar proses persalinan


89

berjalan lancar, ketiga komponen tersebut haru sama-

samadalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu

besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan

lahur yang akan memudahkan bayi keluar. Kekuatan ibu

mengejan akan mendorong bayi lebih cepat keluar.

Yang harus dilakukan :

1) Mulai trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil.

Ini akan sangat membantu dalam melepaskan otot

panggul, menguatkan nafas, mengejan, dan sebagainya

yang amat diperlukan saat persalinan tiba

2) Usahakan jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan

melemaskan seluruh otot tubuh. Ketegangan hanya

akan menyulitkan di saat ibu harus mengejan.

3) Jangan panik. Ikuti saja intruksi dengan baik.

Kepanikan hanya akan membuat segalanya kacau

karena dorongan jadi tidak teratur sementara tenaga

terhambat sia-sia dan efisien karena bayi malah jdi

lebih susah lahir.

3) Passenger

Passenger terdiri dari :

a. Janin

Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum

tentu pertumbuhanya normal, adanya kelinan genetic dan


90

kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan

pertumbuhannya tidak normal antara lain:

1) Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus,

hidrosefalus, janin makrosomia.

2) Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak,

presentasi muka, presentasi dahi, dan kelainan oksiput

3) Selain letak janin: letak sungsang, letak lintang, letak

mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala

kaki, kepala tali pusar)

4) Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam

proses persalinan dan meiliki ciri sebagai berikut

5) Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir,

maka bagian lainnya lebih mudah lahir

6) Persalinan kepala terbentuk kogel, sehingga dapat

digerakkan kesegala arah dan memberikan

kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam

7) Letak persedian kepala sedikit kebelakang, sehingga

kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.

b. Plasenta

Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter

15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram. Sebab-sebab

terlepasnya plasenta adalah:

Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan


91

setelah bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding

yang tebal sedangkan rongga rahim hampir tidak ada.

Fundus uteri terdapat sedikit di bawah pusat, karena

pengecilan rahim yang tiba-tiba ini tempat perletakan

plasenta jika mengecil. Pelepasan plasenta ini terjadi dalam

stratum spongeosum yang sangat banyak lubang-lubangnya

jadi secara faktor yang sangat penting dalam pelepasan

plasenta ialah retraksi dan kontaksi otot-otot rahim setelah

anak lahir.

c. Air ketuban

Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan

perkembangan janin, air ketuban berfungsi sebagai

‘bantalan’ untuk melindungi janin terhadap trauma dari

luar. Tak hanya itu saja, air ketuban berfungsi melindungi

janin dari infeksi, menstabilkan perubahan suhu, dan

menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.

Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas

organ tubuh janin juga memengaruhi cairan ketuban. Saat

usia kehamilan mulai memasuki 25 minggu, rat-rat air

ketuban didalam rahim 239 ml, yang kemudian meningkat

menjadi 984 ml pada usia kehamilan 33 minggu. (12)

9. Macam – Macam Posisi Meneran

Dalam memimpin mengedan dapat dipilih posisi sebagai berikut:


92

1. Posisi berbaring miring

Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri

atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya

dalam keadaan lurus. Posisi ini umunya dilakukan bila posisi

kepala bayi belum tepat (ubun-ubun berada di belakang atau

disamping.

Keuntungan posisi berbaring miring yaitu: (25)

a. Peredaran darah balik ibu berjalan lancer sehingga

pengiriman Oksigen dalam darah dari ibu ke jalan

melalui plasenta tidak terganggu.

b. Kontraksi uterus lebih efektif

c. Memudahkan bidan dalam memberikan pertolongan

persalinan

d. Karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan akan

langsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan

berlangsung lebih nyaman.

Kerugian posisi berbaring yaitu:

a. Memerlukan bantuan untuk memegangi paha kanan ibu.

2. Jongkok

Posisi ini dapat membantu mempercepat kemajuan

persalinan kala dua dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.

Keuntungan posisi jongkok yaitu:


93

a. Memperluas rongga panggul, diameter transversa

bertambah 1 cm dan diameter anteroposterior

bertambah 2 cm.

b. Proses persalinan lebih mudah

c. Posisi ini menggunakan gaya gravitasi untuk membantu

turunya bayi.

d. Mengurangi trauma pada perineum.

Kerugian posis jongkok antara lain:

a. Memungkinkan timbul cedera pada kepala bayi, karena

tubuh bayi yang berada di jalan lahir bias meluncur

dengan cepat. Untuk menghindari cedera, biasanya

berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna

menahan kepala.

3. Merangkak

Pada posis ini ibu merebahkan badan dengan posisi

merangkak, kedua tangan menyanggah tubuh dan kedua kaki

diketuk sambil dibuka. Keuntungan posisi merangkak adalah:

a. Posisi merangkak seringkali merupakan posisi paling baik

bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan

b. Mengurangi rasa sakit

c. Mengurangi keluhan hemoroid

d. Semi duduk

4. Duduk
94

Pada posisi ini, duduklah di atas tempat tidur dengan beberapa

bantal atau bersandar pada tubuh pasangan. Kedua kaki diketuk

dan dibuka, tangan memegang lutus dan tangan pasangan

membantu memegang perut ibu.

Keuntungan posisi ini adalah:

a. Posisi ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu

turunya bayi

b. Memberi kesempatan untuk istirahat antara dua kontraksi

c. Memudahkan melahirkan kepala bayi.(15)

10. Asuhan Persalinan Normal

1) Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rectum dan vagina

c. Perineum menonjol

d. Vulva – vagina dan sfingter ani membuka

2) Menyiapkan Pertolongan Persalinan

(2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial

siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam

partus set.
95

(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang

bersih.

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

memcuci kedua tangan dengan mengunakan handuk satu

kali pakai/pribadi yang bersih.

(5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

(6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril)

dan meletakkan kembali di partus set/wadah disifeksi

tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung

suntik).

3) Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat

tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan

seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.

Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam

wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika

terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut

dengan benar di dalam larutan dekontaminasi.


96

(8) Dengan mengunakan teknik aseptic, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,

sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian

melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya

di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci

kedua tangan (seperti di atas)

(10) Memastikan denyut jantung janin (DJJ) setelah

kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam

batas normal (120-160x/menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

lainnya pada partograf.

4) Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Mmembantu Proses

Pimpinan Meneran.

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi

yang nyaman sesuai dengan keinginannya.


97

a. Menunggu hingga ibu mempunayi keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-

temuan.

b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi

ibu meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posis

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran:

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran

b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posis yang nyaman sesuai

dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring

terlentang).

d. Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.


98

f. Menganjurkan asupan peroral

g. Menilai DJJ setiap 5 menit

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran

untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu

multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai

keinginan untuk meneran.

i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai

meneran pada puncak kontraksi-kontaksi tersebut dan

beristirahat di antara kontraksi.

j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu

dengan segera.

5) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

(14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk

mengeringkan bayi.

(15) Meletakan kain yang dilipat 1/3 di bawah bokong ibu.

(16) Membuka partus set.


99

(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

6) Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya Kepala

(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan

tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala

bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.

Menganjurkan ibu untuk meneran perlaan-lahan atau

bernafas cepat saat kepala lahir.

(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi

dengan kain atau kasa yang bersih. (langkah ini tidak

harus dilakukan).

(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan

segera proses kelahiran bayi:

a. Jika tali pusar melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusar melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar spontan.
100

Lahirnya bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

du tangan di masing-masing sisi muka bayi. menganjurkan

ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan

lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar hingga

bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian

dengan lembut menarik keatas dan kearah luar untuk

melahirkan bahu posterior.

(23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan

mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kearah

perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke

tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan

bayi saat melewati perineum menggunakan lengan bagian

bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat

keduannya lahir.

(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang

ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi

untuk menyangganya saat punggung kaki lahir.

Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati

membantu kelahiran kaki.

7) Penanganan Bayi Baru Lahir


101

(25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

metelakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusar terlalu

pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).

Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

(26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk

dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. lakukan penyuntikan

oksitosin.

(27) Menjepit tali pusar menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. melakukan urutan pada tali pusat mulai dari

klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem

pertama (kearah ibu).

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusar di antara dua klem

tersebut.

(29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil

tindakan yang sesuai.

(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika

ibu menghendakinya.
102

Oksitosin

(31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

(32) Memberitahu kepada ibu akan dilakukan penyuntikan.

(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan

suntikkan oksitosin 10 unti IM di gluteus atau 1/


3 atas paha

kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih

dahulu.

Penegangan Tali Pusat Terkendali

(34) Memindahkan klem pada tali pusat.

(35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada perut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan

belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu

mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak

lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat

dan menunggu hingga kontraksi berikutnya.


103

a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seorang anggota keluarga untuk melakukan rangangan

putting susu.

Mengeluarkan Plasenta

(37) Setlah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

sehingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelag melakukan penegangan

tali pusat selama 15 menit:

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan

kateterisasi kandung kemih dengan

menggunakan teknik aseptic jika perlu.

3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15

menit berikutnya.

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam

waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

(38) Jika plasenta terlihat introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.


104

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-

hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilih.

Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban

tersebut.

a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa

vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan

jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat

tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang

tertinggal.

Pemijatan Uterus

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

massase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan

lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai Pendarahan

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan

bahwa palsenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Melakukan plasenta di dalam kantung plsatik atau tempat

khusus.
105

a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

massase selama 15 detik mengambil tindakan yang

sesuai.

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum

dan segera menjahit laserasi yang mengalami pendarahan

aktif.

8) Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

(42) Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan

baik.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

ke dalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang

masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi

tingkat tinggi dan mengeringkanya dengan kain yang bersih

dan kering.

(44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau

steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan

sampul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

(45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

(46) Melepaskan klem bedah dan meletakannya ke dalam

larutan klorin 0,5%.

(47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kain bersih atau kering.


106

(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan pendarahan

pervaginam:

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia

uteri.

e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukkan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anesthesia local dan

menggunakan teknik yang sesuai.

(50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagiamana melakukan

massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

(51) Mengevaluasi kehilangan darah.

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandung kemih setiap

15 menit selama satu jam persalinan pertama

pscapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan.

a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam

sekali selama dua jam pertama pascapersalinan.

b. Melakukan tindakan yang sesuai utuk temuan yang

tidak normal.
107

Kebersihan da keamanan

(53) Menempatkan semua perlatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk mendokumnetasikan (10 menit). Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi.

(54) Membuang bahan-bahan yang tekontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

(55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan

darah. Membantu ibu memakai pakainan yang bersih dan

kering.

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minum dan makan yang diinginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas

dengan air bersih.

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

(60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

11. Teori Partograf


108

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama

persalinan. Tujuannya utama penggunaan partograf adalah untuk

mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dan mendekteksi

apakah proses persalinan berjalan secara normal.

1. Penggunaan partograf

World Health Organization telah memodifikasi partograf

agar lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Fase laten

telah dihilangkan dan pencatatan pada partograf dimulai fase

aktif ketika pembukaan serviks 4 cm.

Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase

aktif kala satu persalinan samapi dengan kelahiran bayi,

sebagai elemen penting asuhan persalinan, semua tempat

pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta,

rumah sakit, dan lain-lain), semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan

kelahiran.

2. Halaman depan partograf

Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi

yang dimulai fase aktif persalinan, dan menyediakan lajut dan

kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase

aktif persalinan, termasuk:

a. Informasi tentang ibu:

1) Nama, umur
109

2) Gravida, para abortus

3) Nomor catatan medic/nomor puskemas

4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah

sakita: tanggal dan waktu persalinan mulai merawat

ibu)

b. Waktu pecahnya selaput ketuban

c. Kondisi janin

1) DJJ (denyut jantung janin)

2) Warna dan adanya air ketuban

3) Penyusupan (molase) kepala janin

d. Kemajuan persalinan

1) Pembukaan serviks

2) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin

3) Garis waspada dan garis bertindak

e. Jam dan waktu

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

2) Waktu actual saat pemeriksaan atau penilaian.

f. Kontraksi uterus

1) Frekuensi dan lamanya

g. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

1) Oksitosin

2) Obat-obatan lainnya dan cairan I.V. yang diberikan

h. Kondisi ibu
110

1) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh

2) Urin (volume, aseton, atau protein)

i. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya

(dicatat dalam kolam tersedia di sisi partograf atau di

catatan kemajuan persalinan)

Cara Pengisian Halaman Depan Partograf

1. Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal atau partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis

sebagai: jam pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu

datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya

pecah ketuban.

2. Kesehatan dan kenyaman janin

Kolom, lajut, dan skala angka pada partograf adalah utuk

pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan

penyusupan tulang kepala janin.

a. Denyut jantung janin

Dengan menggunakan metode seperti yang

diuraikan pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat

denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering

jika ada tanda-tanda gawat janin). Catat DJJ dengan

memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan

angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan


111

titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis

yang tidak terputus.

b. Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan

dalam dan nilai warna iar ketuban jika selaput ketuban

pecah. Catat temuan-temuan dalan kotak yang sesuai di

bawah DJJ. Gunakan lambing-lambang berikut.

U : ketuban utuh (belum pecah)

J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur meconium

D : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah

K : ketuban sudah pecahdan tidak ada air ketuban

(kering)

c. Molase (penyusupan tulang kepada janin)

Penyusupan adalah indicator penting tentang

seberapa jauh kepala janin dapat menyesuaikan diri

dengan bagian keras panggul ibu. tulang kepala yang

saling menyusup atau tumbang tindih, menunjukan

kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul.

Ketidaknyaman akomodasi akan benar-benar terjadi

jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat


112

dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang

panggul. Penting sekali untuk tetap memantau kondisi

janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan

pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan

tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas

kesehatan yang memadai

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan

2 : tulang-tulang janin saling tumpang tindih, tapi

masih dapat dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan

tidak dapat dipisahkan

3. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua partograf adalah untuk

pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di

tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Tiap

angka mempunyai lajur dan kotak yang lain pada lajur di

atasnya, menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Tiap

kotak dibagian ini menyatakan waktu 30 menit.


113

a. Pembukaan serviks

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di

bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat pembukaan

serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada

tanda-tandapenyulit).

b. Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin

Setiap kali pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau

lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat

turunya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada

persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks

umunya diikuti dengan turunya bagian terbawah janin

atau presentasi.

c. Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4

cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.

Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di

garis waspada.

4. Jam dan waktu

a. Waktu mulainya fase aktif persalinan

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan

penurunan) tertera kotak-kotak di beri angka 1-16.

Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak


114

dimulainya fase aktif persalinan.

b. Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan

Di bawah lajur kotak untuk mulainya fase aktif,

tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu actual saat

pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu

jam penuh dan berkaitan dengan kotak.

5. Kontraksi uterus

Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur

kotak dengan tulisan ‘kontraksi 10 menit’ di sebelah luar

kolam paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi

setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10

menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.

6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus sertera

lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainnya,

cairan I.V

a. Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin

yang diberikan per volume cairan I.V dan dalam satuan

tetesan permenit.

b. Obat-obatan lain dan cairan I.V

Catata semua pemberian obat-obatan tambahan


115

dan/atau cairan I.V dalam kotak yang sesuai dengan

kolam waktunya.

7. Kesehatan dan kenyamanan ibu

Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan

dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.

a. Nadi, tekanan darah dan temperature tubuh

Angka di sebelah kri bagian partograf ini berkaitan

dengan nadi dan tekanan darah ibu.

1) Nilai dan catat nadi di setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya

penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang

sesuia

2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama

fase aktif persalinan (lebih sering jika danggap adanya

penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada

kolom waktu yang sesuai.

3) Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering

jika meningkat atau dianggap adanya infeksi) setiap 2

jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang

sesui.

b. Volume urin, protein, aseton

Ukur dan catat jumlah produksi uri ibu sedikitnya

setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika


116

memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan pemeriksaan

adanya aseton atau protein dalam urin.

Lembar Belakang Prtograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian utuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan

kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak

persalinan kala I sehingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).

1. Cara pengsian lembar belakang partograf

Berbeda dengan halaman depan yang harus diis pada akhir

setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi

setelah seluruh proses persalinan selesai.

a. Data dasar

Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamet tempat persalinan, catatan, alasan

merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat

merujuk.

b. Kala I

Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang

partograf saat melewatigaris waspada, masalah-masalah

yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil

penatalaksanaan tersebut.

c. Kala II
117

Kala II terdiri atas episiotomi persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan

hasilnya.

d. Kala III

Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus,

plsenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit,

laserasi, atonia uteri, jumlah pendarahan, masalah

penyerta, penatalaksanaan dan hasil.

e. Bayi baru lahir

Informasi bayi baru lahir terdiri atas berat

dan panjang badan, jenis kelamin, penilai kondisi

bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta,

tatalaksana terpilih dan hasilnya.

f. Kala IV

Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi

fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

pendarahan. Pemantauan kala IV ini sangat penting

terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau

terjadi pendarahan pascapersalinan. (2)


118
119

12. Partograf

Gabar 2.1 Partograf depan


120

Gambar 2.2 Partograf belakang


121

2.1.3 Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kehalhiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ±40 hari.(17)

Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketik

alat-alat kandungan kembali seperti keadaaan sebelum hamil,

biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih

dalam waktu 3 bulan. (18)

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali

organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih

6 minggu.(19)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik

ataupun psikis berupa organ reproduksi, terjadinya proses laktasi,

terbentuknya hubungan antara orang tua dan bayi dengan

memberikan dukungan. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu

pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan.

Adapun tujuan asuhan masa nifas adalah sebagai berikut:


122

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikis

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik

pada ibu maupun bayi

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi

dan perawatan bayi sehat

4) Memberikan pelayan KB

5) Untuk mendapatkan kesehatan emosi

6) Memperlancarkan pembentukan air susu ibu (ASI)

7) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri

samapi masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik,

sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan

perkembangan.(10)

3. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu :

1. Puerperiumdini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan

2. Peurperium intermedial, yaitu kepulihan menyelurula alat-alat

genital

3. Remote peurperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pelih

dan sehat sempurna, tertutama bila selama hamil atau waktu


123

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.(10)

4. Peruhana Fisiologis Masa Nifas

1) Sistem Kardiovaskular

(1) Volume darah

Perubahan pada volume darah tergantung pada beberpa

variabel. Contohnya kehilangan darah selama persalinan,

mobilisasi dan pengeluaran cairan ekstravaskular.

Kehilangan darah mengakibatkan perubahan volume darah

tetapi hanya terbatas pada volume darah total. Kemudian,

perubahan cairan tubuh normal mengakibatkan suatu

penurunan yang lambat pada volume darah. Dalam 2

samapai 3 minggu, setelah persalinan volume darah

seringkali menurun samapai pada nilai sebelum kehamilan.

(2) Cardiac output

Cairdiac output terus meningkat selama kala I dan

kala II persalinan. Puncaknya selama masa nifas dengan

tidak baik memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan

anastesi. Cardiac ouput tetap tinggi dalam beberapa waktu

samapai 48 jam postpartum, ini umumnya mungkin diikuti

dengan peningkatan stroke volume akibat dari peningkatan

venosus return, bradicardi terlihat selama waktu ini.

Cardiac output akan kembali pada keadaan semula seperti


124

sebelum hamil dalam 2-3 minggu.

2) Sistem Haematologi

(1) Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma

sedikit menurun, tetapi darah lebih kental dengan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan

pembekuan darah. Haematologi dan haemoglobin pada

hari ke 3-7 setelah persalinan.

(2) Leukositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3

selama persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa hari

postpartum. Jumlah sel darah putih normal rata-rata pada

wanita hamil kira-kira 12000/mm3. Selama 10-12 hari

setelah persalinan umumnya bernilai antara 20000-

25000/mm3, neurotropil berjumlah lebih banyak dari sel

darah putih, dengan konsekuensi akan berubahan.

(3) Faktor pembekuan, yakni suatu aktivitas faktor

pembekuan darah terjadi setelah persalinan. Aktivitas ini,

bersamaan dengan tidak adanya pergerakan, trutama atau

sepsis, yang mendorong terjadinya tromboemboli.

Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin

mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta.

(4) Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya

tanda-tanda trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena

bengkak kemerahan yang dirasakan keras atau padat


125

ketika disentuh). Mungkin positif terdapat tanda-tanda

human’s (doso fleksi kaki di mana menyebabkan otot-

otot mengompresi vena tibia dan ada nyeri jika ada

trombosis). Penting untuk diingat bahwa thrombosis

vena-vena dalam kemungkinan tidak terlihat namun itu

tidak menyebabkan nyeri.

(5) Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah

umum pada kehamilan. Varises pada vulva umunya

kurang dan akan segera kembali setelah persalinan.

3) Sistem Reproduksi

a. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat

uterus 1000 gr

2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2

jari bawah pusat dengan berat uterus 750 gr

3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba

pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr

4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak

teraba diatas sumpisis dengan berat 350 gr

5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah

kecil dengan berat uterus 50 gr.


126

b. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea :

1) Lochea rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,

lanugo, dan meconium, selama 2 hari postpartum.

2) Lochea sanguinolenta berwarna kuning berisi darah

dan lender, hari 3-7 postpartum

3) Lochea serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah

lagi, pada hari ke 7-14 postpartum

4) Lochea alba cairan putih, setelah 2 minggu

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga

3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks

menutup.

d. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina megalami penekanan serta pergerakan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan

dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,

kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur


127

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi

yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum

sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum

melahirkan.

f. Payudara

Kadar prolaktin yang disertai oleh kelenjar hypofisis

anterior meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi

hormone plasenta menghambat produksi ASI. Setelah

pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesterone

menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai.

4) System Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam.

Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-

buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala

janin dan tulang pubis selama persalinan.

5) System Gastrointestinal

Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun

setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami

penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang

dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan

diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat


128

menghalangi keinginan kebelakang.

6) System Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam

post partum. Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum.

Kadar prolactin dalam darah berangsur-angsur hilang.

7) System Muskulosklebal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum.

Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi

dan mempercepat proses involusi.

8) System Integumen

a. Penurunan melanin umunya setelah persalinan

menyebabkan berkurang hyperpigmentasi kulit

b. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit

karena kehamilan dan akan menghilang pada saat

estrogen menurun.(20)

5. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat

penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga

diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan

sangat penting dalam hal memberi pengarahan pada keluarga

tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan

bidan pada ibu nifas.


129

1. Masa Taking in (Fokus pada Diri Sendiri)

Masa ini terjadi 1-3 hari pasca persalinan, ibu yang baru

akan melahirkan bersikap pasif dan sangat tergantung pada

dirinya (trauma), segala energinya difokuskan pada

kekhawatiran tentang badannya. Dia akan bercerita tentang

persalinannya secara berulang-ulang. (33) Kelelahanya

membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala

kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu

cenderung menjadi pasif terhadap lingkunganya. Oleh karena

itu, kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi

yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra

makanan untuk proses pemulihannya, di samping nafsu makan

ibu yang memang sedang meningkat.

2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)

Masa ini terjadi 3-10 pasca persalinan, ibu menjadi

khawatir akan kemampuanya merawat bayi dan menerima

tanggung jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin

besar. Ibu berupaya untuk menguasai keterampilan perawatan

bayinya. (34) Selain itu, perasaan yang sangat sensifit sehingga

mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh

karena itu, ibu memerlukan dukungan karena saat ini

merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh


130

rasa percaya diri.

3. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas Sebagai Ibu Tanpa

Bantuan NAKES)

Masa ini biasanya terjadi bila ibu sudah pulang dari RS

dan melibatkan keluarga. Fase ini merupakan fase menerima

tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari

setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung tanggung jawab

dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan

tuntutan keterangan bayinya, dan terhadap interaksi social. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada

fase ini.(21)

6. Ketubuhan Dasar Pada Ibu Nifas

1) Nutrisis dan Cairan

Nutrsis atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk

keperluan metabolismenya, ketubuhan gizi pada masa nifas

terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna

untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan untuk

memproduksi air susuyang cukup untuk menyehatkan bayi.

Semua itu akan meningkat tiga kali dari ketubuhan biasa. Menu

makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup

dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak


131

megandung alcohol, nikotin serta bahan pegawet atau

perawatan.

2) Ambulasi Dini

Sebagaian besar pasien dapat melakukan ambulasi

segera setelah persalinan usai. Aktivitas tersebut amat

berguna bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus,

kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga

membantu mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai dan

membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit

menjadi sehat. Ambulasi dini (Early ambulation) adalah

kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar

dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin

berjalan.

3) Eliminasi

a. Miksi

Miksi tersebut normal bila data buang air kecil

spontan setiap 3-4 jam, karena enema perpersalinan, diit

cairan, obat-obatan analgesic selama persalinan dan

pereneumyang sakit. Memberikan asupan cairan yang

cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur

dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.


132

b. Defeksi

Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang

air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga buang

air besar maka diberikan laksan supositoria dan minum

air hangat. Agar dapar buang air besar secara teratur

dapat dilakukan dengan diet teratur. Pemberian cairan

yang banyak, makanan cukup serat, olahraga.

4) Hygiene Personal

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber

infeksi dan meningkat perasaan nyaman pada ibu dan

penyembuhan luka perineum. Upaya yang harus dilakukan di

antaranya:

a. Mandi

Mandi teratur minimal 2 kali sehari. Mandi di

tempat tidur dilakukan samapi ibu dapat mandi sendiri

di kamar mandi, mengganti pakaian dan alas tempat

tidur, serta lingkungan di mana ibu tinggal, yang

terutama dibersihkan adalah putting susu dan mamae

dilanjutkan perawatan perineum.

b. Perawatan perineum

Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah

infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat

penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat daerah


133

dilakukan dengan cara mencuci genital dengan air dan

sabun setiap kali habis BAB/BAK yang dimulai dengan

mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus.

c. Perawatan Gigi dan Mulut

5) Istirahat

Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit

istirahat. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia akan

mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini mengakibatkan

sulit tidur, juga akan terjadi gangguan pola tidur karena

beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk

mentee atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah

dilakukan.

6) Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika

luka episiotomi telah sembuh dan lokea telah berhenti.

Hendaknya pula hubungan seksual dapat di tunda sedapat

mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada

waktu itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali.

7) Rencana KB

Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan

pada masa nifas. Kontrasepsi yang mengandung hormone

bila digunakan harus menggunakan obat yang tidak

mengganggu produksi ASI (air susu ibu)


134

a. Idealnya pasangan harus menunggusekurang-kurangnya

2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan

harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka

ingin merencakan tentang keluarganya.

b. Biasanya ibu postpartum tidak akan menghasilkan telur

(ovulasi) sebelum mendapatkan haidnya selama

menetek. Oleh karena itu, amenorea laktasi dapat

dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah

terjadinya kehamilan.

c. Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut

sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu, meliputi:

1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan

serta metodenya. Kelebihan dan kekurangan

2) Efek samping

3) Kekurangannya

4) Bagaimana memakai metode itu.

5) Kapan medote itu dapat mulai digunakan untuk

wanita pasca persalinan yang menyusui

d. Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada

baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua

minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin

ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk melihat

apakah metode tersebut bekerja dengan baik.


135

8) Senam Nifas

a. Pengertian

Senam nifas adalah senam yang dilakukan pada saat

seorang ibu mengalami masa nifas atau masa setelah

melahirkan. Senam nifas dapat dimulai 6 jam setelah

melahirkan dan dalam pelaksanaannya harus dilakukan

secara bertahap, sistematis dan kontinu.

b. Tujuan senam nifas

Tujuan senam nifas diantaranya:

1) Memperlancar terjadinya proses involusi urine

(kembalinya Rahim ke bentuk semula).

2) Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah

melahirkan pada kondisi semula.

3) Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama

menjalani masa nifas

4) Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot

dasar panggul, serta otot pergerakan.

5) Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah

hamil dan melahirkan, tonus otot pelvis, regangan otot

tungkai bawah.

6) Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki

dan mencegah timbulnya varises.


136

c. Manfaat senam nifas

1) Membantu penyembuhan rahim, perut dan otot

pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat

kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal.

2) Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi

longgar diakibatkan kehamilan.

3) Menghasilkan manfaat psikologis menambah

kemampuan menghadapi stress dan bersantai

sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.

7. Tanda Bahaya Nifas

1. Demam tinggi lebih dari 2 hari

2. Pendarahan lewat jalan lahir

3. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa (sebab)

4. Bengkak diwajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan

kejang-kejang

5. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

6. Keluar cairan berbau dari jalan lahir.(23)

8. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas

yaitu:

1. KF 1 : pada 6 jam samapi dengan 2 hari setelah melahirkan.

2. KF 2 : pada 3 hari samapi dengan 7 hari setelah melahirkan.

3. KF 3 : pada 8 hari samapi dengan 28 hari setelah melahirkan.


137

4. KF 4 : pada 29 hari samapai dengan 42 hari setelah

melahirkan.

2.1.4 Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dalam presentasi kepala melalui vagina tanpa memakai

alat.(18)

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan umur kehamilan

lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500-

4000 gram.(24)

2. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir

1) System Pernapasan

Masa yang paling kritis neonates adalah ketika harus

mengatasi resistensi paru pada saat pernafasan janin atau bayi

pertama. Pada saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan

khususnya toraks berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi

dan cairan yang terdapat dalam percabangan trakheobronkial

keluar sebanyak 10-28 cc. setelah torak lahir terjadi mekanisme

balik yang menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai

berikut:
138

(1) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan

lahir

(2) Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan

perubahan penting: pembuluh darah kapiler paru makin

terbuka untuk persiapan pertukaran oksigen dan

karbondioksida.

(3) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selajutnya

terjadi dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang

untuk meningkat pengeluaran lender.

2) System Kardiovaskular

Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi

karena paru mulai berkurang dan sirkulasi tali pusar putus.

Perubahan ini menyebabkan berbagai bentuk perubahan

hemodinamik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

(1) Darah vena umbilicus mempunyai tekanan 30-35 mmHg

dengan saturasi oksigen sebesar 80-90% karena

hemoglobin janin afinitas yang tinggi terhadap oksigen.

(2) Darah vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi

langsung masuk oramen ovale dari aytrium kanan menuju

atrium kiri. Atrium kanan menerima aliran darah yang

berasal dari vena pulmonalis.

(3) Aliran darah dari vena cava superior, yang berasal dari

sirkulasi darah ekstermitas bagian atas, otak, dan jantung,


139

akan langsung masuk atrium kanan dan selanjutnya

langsung menuju ventrikel kanan.

(4) Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah

sekitar 450 cc/kg/menit dari kedua ventrikel jantung janin.

(5) Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg

dengan saturasi 60% sksn menuju ke arteri coroner

jantung, eketremitas bagian atas, dan 10% menuju aorta

desenden.

(6) Aliran dari ventrikel kanan, dengan tekanan oksigen 20-23

mmHg dengan saturasi 55% akan menujuk ke aorta

desenden yang selajutnya menuju ke sirkulasi abdomen

dan ekstremitas bagian bawah.

3) Pengaturan Suhu

Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:

a. Konveksi: pendinginan melaui aliran udara disekitar bayi

suhu. Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang

20 C dan sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada

pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angina dan AC

yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli

resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan

konveksi ke udara sekitar bayi.

b. Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada

kulit bayi yang basah. Bayi baru lahir yang dalam


140

keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui

cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya,

termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah

dilahirkan.

c. Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak

berkontrak secara langsung dengan kulit bayi. Panas

dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat,

misalnya jendela pada musim dingin. Karena itu, bayi

harus diselimuti, termasuk kepalanya, idealnya dengan

handuk hangat.

d. Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontrak

dengan kulit bayi.

4) System Ginjal

Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju

filtrasi glomerulus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular

terbatas. Urin pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan

frekuensi yang semakin sering sesuai intake.

5) System Pencernaan

Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna,

mukosa mulut lembab dan pink. Lapisan keratin berwarna pink,

kapasitas lambung sektar 15-30 ml, fases pertama berwarna

hijau kehitaman.(25)

3. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir


141

1) Pencegahan Infeksi

a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah

bersentuhan dengan bayi

b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan

c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,

terutama klem, gunting, penghisap lender Delee dan

benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau

steril

d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih.

Demikian pula dengan timbangan, pita pengukur,

thermometer, stetoskop

2) Melakukan Penilaian

a. Apakah bayi cukup bulan/tidak

b. Apakah air ketuban bercampur meconium/tidak

c. Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan

d. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas jika bayi

tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah

maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir

3) Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas:

a. Evaporasi
142

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh

oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah cairan,

tubuh bayi segera dikeringkan

b. Konduksi

Kehilangan panas tubuh kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin,

seperti:meja, tempat tidur, timbangan yang

temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan

menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas

benda-benda tersebut

c. Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin, ruangan yang

dingin,adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan

udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan

d. Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi di

tempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu

tubuh rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda-benda

tersebut menyerap radiasi [panas tubuh bayi (walaupun

tidak bersentuhan secara langsung)

Mencegah kehilangan panas melalui upaya berikut:


143

a. Keringkan bayi dengan seksama

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

c. Selimuti bagian kepala bayi

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

e. Jangan segera menimbang atau menmandikan bayi baru

lahir

4) Membebaskan Jalan Nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,

apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera

membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:

a. Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras

dan hangat

b. Gulung sepotong kain dan letakan di bawah bahu

sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk

c. Bersihkan hidung, rongga mulut tenggorokkan bayi

dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau

gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar

e. Alat penghisap lender mulut (De Lee) atau alat penghisap

lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya

harus sudah di tempat

f. Segera lakukan usaha menghisap mulut hidung


144

g. Memantau dan mencatat usaha bernafas yang pertama

(Apgar Score)

h. Warna kulit, adanya cairan atau meconium dalam hidung

atau mulut harus di perhatikan

5) Merawat Tali Pusat

a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap

stabil, ikat atau jepitkan klem plastic tali pusat pada

punting tali pusat

b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan

ke dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah

dan sekresi tubuh lainnya

c. Bilas tangan dengan iar matang atau disinfeksi tingkat

tinggi

d. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan

handuk atau kain bersih dan kering

e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem

plastic tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril).

Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap

klem tali pusat tertentu

f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang

sekililing ujung tali pusat dan lakukan peningkatan kedua


145

dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada isi yang

berlawanan

g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam

larutan klorin 0,5%

h. Selimutin ulang bayi dengan kain bersih dan kering,

pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik

6) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk

membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus

hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur ketubuhan akan

tempat tidur yang hangat samapi suhu tubuhnya sudah stabil.

Suhu tubuh bayi harus dicatat. Bayi baru lahir tidak dapat

mengatur temperature tubuhnya secara memadai dan dapat

dengan cara kedinginan jika kehilangan panas tidak segera

dicegah.

7) Pencegah Infeksi

a. Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena

defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau

cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mmg/hari

selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K

parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM


146

b. Memberikan obat tetes salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia

(penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata

pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata

eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1 % sedangkan salep

mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.

8) Indentifikasi Bayi

a. Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu

di pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang

efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir

dan harus tetap ditempatnya samapai waktu bayi

dipulangkan

b. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia

di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan ruang

rawat bayi

c. Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi

yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan

tidak mudah lepas

d. Pada alat atau gelang idemtifikasi harus tercantum nama

(bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin,

unit, nama lengkap ibu

e. Disetiap tempat tidur harus dibi tanda dengan

mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.(26)


147

4. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

1. Tidak mau menyusu

2. Kejang

3. Sesak nafas

4. Menangis atau merintih terus menerus

5. Dingin

6. Lemah

7. Kulit dan mata bayi kuning

8. Muntah-muntah

9. Diare

10. Demam/ panas tinggi

11. Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat

12. Tali pusat kemerahan samapi dinging perut, berbau atau

bernanah.(10)

5. Imunisasi Pada Bayi Asuhan

1. BCG

a. Imunisasi BCG diberikan pada umum sebelum 2 bulan.

Imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan

b. Dosis untuk bayi < 1 tahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10

ml, diberikan intrakutan di daerah insersio M. deltoideus

kanan

c. BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya

diragukan mengingaT:
148

1) Efektivitas perlindungan hanya 40%,

2) 70% kasus TBC berat (meningitis) ternyata mempunyai

parut BCG, dan

3) kasus dewasa dengan BTA (bakteri tahan asam) positif

di indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun mereka

telah mendapatkan BCG pada masa kanak-kanak

d. BCG tidal diberikan pada pasien imunokompromais

(leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang,

infeksi HIV, dan lain-lain)

e. Apabila BCG diberikan pada umur > 3 bulan, sebaiknya

dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.

2. Hepatitis B

a. Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah

lahir, mengingat paling tidak 3,9* ibu hamil merupakan

pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal

kurang lebih sebesar 45%.

b. Pemberian imunisasi hepatitis B harus berdasarkan

satatus HBsAg pada saat melahirkan.

c. Ulangan imunisasi hepatitis B (HepB4) dapat

dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.

d. Idealnya dilakukan pemeriksaan anti BHs (paling cepat) 1

bulan pasca imunisasi hepatitis B ketiga.


149

3. DPT

a. Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan

dengan interval 4-6 minggu, DPT 1 diberikan pada umur

2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan dan DPT 3 yaitu

pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk

sekolah umur 5-7 tahun.

b. Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan

imunisasi disekolah dasar (BIAS).

c. Sebaiknya ulangan DT 6 pada umur 12 tahun diberikan

dT (adult dose), tetapi di Indonesia dt belum ada di

pasaran.

d. Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuscular, baik untuk

imunisasi dasar maupun ulangan.

4. Polio

a. Untuk imunisasi dasar (polio 2,3,4), vaksin diberikan 2

tetes per-oral, dengan interval tidak kurang dari 4

minggu.

b. Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat

bayi masih berada di rumah bersalin/rumah sakit,

dianjurkan vaksin polio diberikan pada saat bayi akan

dipulangkan agar tidak mencemari bayi lain mengingat

virus polio hidup dapat diekskresi melalui tinja.


150

c. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak

imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6

tahun).

5. Campak

Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml

secara subkutan dalam, pada umur 9 bulan.(27)

6. Kunjungan Neonatal

Kunjungan neonates adalah pelayanan kesehatan kepada neonates

sedikitnya 3 kali:

1. Kunjungan neonates I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48

jam setelah lahir.

Tujuan: Melakukan pengukuran berat badan, panjang badan,

dan lingkar kepala, inisiasi menyusui dini IMD, vit K dan salep

mata.

2. Kunjungan neonates II (KN II) pada hari ke 3 sampai dengan

hari ke 7 setelah melahirkan, dan

Tujuan: Memberitahu cara menyusui, perawatan tali pusat,

memberitahu jadwal imunisasi HBo dan melakukan

pemeriksaan pengukuran berat badan, panjang badan dan

lingkar kepala.

3. Kunjungan neonates III (KN III) pada hari ke 8 sampai dengan

hari ke 28 setelah melahirkan.

Tujuan: memberitahu cara menyusui, perawatan tali pusat, dan


151

tanda-tanda bahaya.(28)

2.1.5 Keluarga Berencana

1. Pengertian

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian

masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia

sejahtera.(28)

Keluarga berencana berasal dari kata kontra berarti

‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan

antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan

kehamilan.(29)

Keluarga berencana adalah usaha peningkatan kepedulian

dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga kecil bahagia sejahtera.


(30)

2. Tujuan

1) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social-

ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak,

agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya.

2) Tujua utama program KB nasional adalah untuk memenuhi

perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan

reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka

kematian ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan


152

reproduksi dalam rangka membanga keluarga kecil yang

berkualitas.(31)

3. Jenis-jenis Kontrasepsi

Jenis kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia yaitu:

1) Kontrasepsi Alami

(1) Metode Kalender

1) Pengertian

Cara atau metode kontrasepsi sederhana yang

digunakan oleh sepasang suami istri dengan tidak

melakukan senggama atau hubugan seksual pada masa

subur/ovulasi.

2) Manfaat

Cara atau metode kontrasepsi sederhana bermanfaat

sebagai kontrasepsi maupun konsepsi. Kontrasepsi

sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah

kehamilan, sedangkan konsepsi dapat digunakan oleh

para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan

melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi

untuk meningkatkan kesempatan bias hamil.

(2) Coitus Interruptus


153

1) Pengertian

Coitus interruptus atau senggama terputus adalah

metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di

mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari

vagina sebelum mencapai ejakulasi.

2) Manfaat

a) Alamiah

b) Efektif bila dilalukan dengan benar

c) Tidak mengganggu produksi ASI

d) Tidak ada efek samping

e) Tidak membutuhkan biaya

f) Tidak memerlukan persiapan khusus

g) Dapat dikombinasikan dengan metode

kontrasepsi lain

h) Dapat digunakan setiap waktu

i) Adanya peran suami dalam keluarga berencana

dan kesehatan reproduksi

j) Menanamkan sifat saling pengertian

k) Tanggung jawab bersama dalam ber-KB

3) Keterbatasan

a) Sangat tergantung dari pihak pria dalam

mengkontrol, ejakulasi, dan tumpahan sperma

selama senggama
154

b) Memutuskan kenikmatan dalam berhubungan

seksual (orgasme)

c) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama

penetrasi, sesaat dan setelah interupsi coitus

d) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual

e) Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.

(3) Metode Amonera Laktasi

1) Pengertian

Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) Ekslusif untuk menekan ovulasi.

Metode ini memiliki tiga syarat yang harus dipenuhi:

a) Ibu belum mengalami haid

b) Bayi disusui secara ekslusif dan sering,

sepanjang siang dan malam

c) Bayi berusia kurang 6 bulan

2) Efektivitas

Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui

bayinya secara benar. Bila dilakukan secara benar,

risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu

dalam 6 bulan setelah persalinan

3) Keuntungan

Mendorong pola menyusui yang benar, sehingga

membawa manfaat bagi ibu dan bayi.


155

2) Metode Hormonal

a. Pil oral kombinasi

1) Pengertian

Minipil adalah pil KB yang hanya mengandung

hormone progesterone dalam dosis rendah. Minipil

atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis

progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet.

Mini pil terbagi dalam 2 jenis yaitu.

a) Mini pil dalam kemasan dengan isi 2pil:

mengandung 75 mikro gram desogestrel,

b) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil:

mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau

3550 mikro gram moretindron.

2) Efektifitas

a) Minum pil setiap hari pada saat yang sama

b) Penggunaan minipil jangan sampai ada yang

lupa

c) Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum

minipil

d) Dari bukti penelitian kehandalan minipil lebih

pada wanita yang berusia tua dibandingkan

dengan yang berusia muda.

3) Keuntungan
156

a) Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk

perempuan yang sedang menyusu

b) Sangat efektif untuk laktasi

c) Dosis gestagen rendah

d) Tidak menurunkan produksi ASI

e) Tidak mengganggu hubungan seksual

f) Kesuburan cepat kembali

g) Tidak memberikan efek samping estrogen

h) Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit

kardiovaskular, resiko tromboemboli vena dan

resiko hipertensi

i) Cocok untuk perempuan yang tidak bias

mengkomsumsi estrogen

j) Dapat mengurangi disminorhea

b. Implan

1) Pengertian

Kontrasepsi implant menekan ovulasi,

mengentalkan lender serviks, menjadikan selaput

ramih tipis dan atrofi, dan mengurangi transportasi

sperma. Implant dimasukan dibawah kulit dan dapat

bertahan sehingga 3-7 tahun, tergantung jenisnya.

2) Keuntungan

Mengurangi risiko penyakit radang panggul


157

simptomatik. Dapat mengurangi risiko anemia

defisiensi besi.

3) Efek samping

Perubahan pola haid (pada beberapa bulan

pertama: haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur

lebih dari 8 hari, haid jarang, atau tidak haid: setelah

setahun haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur,

dan haid jarang), sakit kepala, pusing, perubahan

suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat

(dapat membaik atau memburuk), nyeri payudara,

nyeri perut dan mual.

c. Suntik kontrasepsi

1) Pengertian

Hormon progesterone yang disuntikan ke

bokong/otot panggul atas tiap 3 atau 1 bulan

(hormone estrogen).

2) Kerugian

a) Kembalinya kesuburan agar telat

b) Harus kembali ke tempat pelayanan

c) Tidak dianjurkan bagi penderita kanker, darah

tinggi, jantung, dan liver tingkat keberhasilan

(efektifitas) > 99% sangat efektif keuntunganya

d) Praktis, efektif, dan aman


158

e) Tidak mempengaruhi ASI, cocok untuk

menyusui

f) Tidak terbatas umur cara penggunaannya

3) Metode Non Hormonal

a. AKDR/IUD

1) Pengertian

Alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastic

lentur yang dimasukan ke dalam rongga rahim dilihat

tembaga atau campuran tembaga dengan plastik.

Jenis-jenis AKDR tersebut:

a) Copper – T

b) Copper -7

c) Multi load

d) Lippes loop

2) Keuntungan

a) Sangat efektif

b) Efektif segera setelah pemasngan

c) Jangka panjang

d) Tidak mempunyai hunbungan seksual

e) Tidak takut untuk hamil

f) Tidak mempunyai kualitas ASI

g) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau

abortus
159

h) Dapat digunakan samapi menopause

i) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

3) Efek samping

a) Perubahan siklus haid (3 bulan pertama), lebih

lama dan banyak, perdarahan/spotting antara

menstruasi, saat haid lebih sakit

b) Sakit dan kejang samapai dengan 3-5 hari pasca

pemasangan

c) Perdarahan berat

d) Perforasi

e) PRP.(32)

2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan

2.2.1 Manajemen Varney

1. Pengertian

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi

tanggung jawab praktik profesi bidan dalam system pelayanan

kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak

dalam rangka mewujudkan kesehatan kelaurga dan masyarakat.

Pelayanan kebidanan merupakan bagian intergral dari pelayanan

kesehatan dan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga

dalam rangka tercapainnya keluarga kecil bahagia sejahtera. (32)

2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan Menurut ACNM


160

1) Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data

yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang

komprehensif terhadap kesehatan setiap klien (ibu atau bayi

baru lahir), termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan

pemeriksaan fisik.

2) Mengidentifikasi masalah atau diagnosis atau kebutuhan

perawat kesehatan yang akurat berdasarkan interpretasi data

dasar yang benar. Kata masalah dan diagnosis sama-sama

digunakan karena beberapa masalah tidak dapar didefinisikan

sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan

dalam mengembangkan rencana asuhan kebidanan yang

menyuluruh.

3) Mengantisipasi masalah diagnosis atau kebutuhan yang akan

terjadi lainnya, yang dapat menjadi tujuan yang diharapkan,

karena telah ada masalah atau diagnosis yang terindentifikasi.

Langkah ini merupakan langkah sangat penting dalam

memberikan asuhan kebidanan yang aman.

4) Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan konsultasi bidan

atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta manajemen

kolaburasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lain, sesuai

dengan kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir.

5) Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang

menyuluruh, didukung oleh penjelasan rasional yang valid,


161

yang mendasari keputusan yang dibuat dan didasarkan pada

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini mengembangkan

sebuah rencana asuhan yang menyeluruh.

6) Mengembangkan tanggung jawab terhadap pelaksanaan

rencana perawatan yang efisiensi dan aman. Langkah ke enam

adalah melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

menyuluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan

oleh bidan atau dilakukan sebagaian oleh ibu atau orang tua,

bidan, atau anggota tim kesehatan lain.

7) Mengevaluasi keefektifan perawat kesehatan yang diberikan,

mengolah kembali dengan tepat setiap aspek perawatan yang

belum efektif memulai proses penatalaksanaan di atas. langkah

terakhir adalah evaluasi, meruapakan tindakan untuk

memeriksa apakah rencana asuhan yang dilakukan benar-benar

telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu.

3. Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Dilakukan pengkajian dengan pengumpulkan semua data

yang diperlakukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap. Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2. Langkah II : Interpretasi data dasar

Dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnosa atau


162

masalah klien atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Kata “masalah dan

diagnosa” keduanya digunakan beberapa masalah tidak dapat

diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan

yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan terhadap

klien.

3. Langkah III : Mengidentifikasi atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diindentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin

dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang

aman.

4. Langkah IV : Indentifikasi kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera.

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh

meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari klien dan dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti


163

apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.

6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara

efisien dan aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.

7. Langkah VII : Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan

diagnosa.
164

2.2.2 Dokumentasi SOAP

1. Pengertian Dokumentasi

SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas,

logis, dan tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi

SOAP ketekia bertemu pasien. Alasannya, SOAP terdiri dari

urutan-urutan kegiatan yang dapat membantu bidan dalam

mengorganinasikan pikiran dan memberikan asuhan yang

menyeluruh. Selain itu, metode SOAP adalah penyulingan intisari

dari proses penatalaksanaan kebidanan.(32)

2. Pembagian Data SOAP

1) Data Subjektif

Langkah pertama adalah pengkajian data, terutama

melalui anamnesis (wawancara). Dari sinilah terungkap dua

data, yaitu data subjektif dan data objektif.

Data sunjektif berkaitan dengan masalah yang dilihat dari

sudut pandangan pasien. Ketika dating ke sebuah unit

pelayanan kesehatan, pasien tersebut sudah membawa sudut

pandangnya sendiri tentang masalah atau penyakit yang

dideritanya.

Dalam kasus ibu hamil, data subjektif yang tersedia meliputi

hal-hal berikut ini.


165

a. Biodata pasien, termasuk di dalamnya nama pasien,

umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, dan keluarga dekat yang mudah dilindungi.

b. Alasan masuk dan keluhan utama

c. Riwayat menstruasi

d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

e. Kontrasepsi

f. Riwayat kehamilan sekarang

g. Obat yang dikonsumsi

h. Imunisasi

i. Riwayat kesehatan ibu

j. Riwayat kesehatan keluarga

k. Riwayat psikososial

l. Riwayat perkawinan

m. Keadaan ekonomi

n. Kebiasaan sehari-hari

2) Data Objektif

Data objektif ini didapatkan melalui observasi, baik

beruapa pengamatan maupun tindakan terhadap keadaan

pasien saat ini. Obsevasi tersebut ini meliputi gejala yang

diukur, dilihat, didengarkan, disentuh, dirasakan, atau berbau.

Data objektif meliputi hal-hal berikut:


166

a. Hasil pemeriksaan umum. Misalnya dalam kasus

kehamilan adalah berat badan sebelum hamil, berat badan

sekarang, tinggi badan, dan lingkar lengan atas (LILA).

b. Tanda-tanda vital (TTV), yang meliputi suhu tubuh,

denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.

c. Hasil pemeriksaan fisik, yang dilakukan untuk

mengetahui ada atau tidaknya abnormalitas secara fisik

pada bagian tubuh pasien. Pemerikasaan fisik dilakukan

secara sisntematis dari kepala hingga ujung kaki.

d. Hasil pemeriksaan penunjang atau tes laboratorium, yang

dilakukan untuk memeriksa kondisi pasien, dengan

informasi yang belum didapatkan dari pemeriksaan-

pemeriksaan sebelumnya.

3) Analisis (Asisment)

Komponen ketiga dalam SOAP adalah assessment atau

penilaian. Di Indonesia, untuk menyesuaikan dengan struktur

akronim SOAP, assessment juga dapat disebut sebagai analisis.

Pada kenyataannya, komponen ini memang analisis dan

interpretasi (kesimpulan), yaitu pendapat bidan terhadap

masalah pasien berdasarkan data subjektif dan objektif.

Analisis ini merupakan bentuk dokumentasi langkah

kedua, ketiga dan keempat dalam manajemen kebidanan

varney. Oleh karena itu, analisis ini mencakup


167

diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis masalah potensial, dan

evalusi kebutuhan yang membutuhkan penanganan segera.

4) Perencanaan (planning)

Komponen terakhir adalah perencanaan atau planning.

Perencanaan berarti membuat rencana asuhan untuk saat ini

dan untuk yang akan dating. Rencana asuhan ini disusun

berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Tujuannya

untuk mengupayakan tercapainya kondisi pasien yang

seoptimal mungkin.

Komponen perencanaan ini adalah bentuk penjabaran dari

langkah kelima, keenam, dan ketujuh yaitu perencanaan

asuhan, prenatalaksanaan, dan evaluasi, yang digabungkan

menjadi satu. (30)


168

2.2.3 Landasan Hukum Undang-Undang Tentang Kebidanan

Bagian kedua tugas dan wewenang

1. Pasal 46

1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas

memberikan pelayanan yang meliputi :

(1) pelayanan kesehatan ibu

(2) pelayanan kesehatan anak

(3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

(4) pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;

dan/atau

(5) pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan secara bersama atau sendiri.

3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

2. Pasal 47

1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat

berperan sebagai:

(1) pemberi Pelayanan Kebidanan

(2) pengelola Pelayanan Kebidanan

(3) penyuluh dan konselor;


169

(4) pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik

(5) penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan

perempuan; dan/atau peneliti.

1) Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

3. Pasal 48

Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan

kompetensi dan kewenangannya.

Paragraf 1

Pelayanan Kesehatan Ibu

4. Pasal 49

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan

berwenang :

1) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;

2) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;

3) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan

menolong persalinan normal;

4) memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;

5) melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,

bersalin, nifas, dan rujukan; dan


170

6) melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa

kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta

asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

Paragraf 2

Pelayanan Kesehatan Anak

5. Pasal 50

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan

anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b,

Bidan berwenang :

1) memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi,

balita, dan anak prasekolah;

2) memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;

3) melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita,

dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit,

gangguan tumbuh kembang, dan rujukan; dan memberikan

pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir

dilanjutkan dengan rujukan.

Paragraf 3

Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan

Keluarga Berencana

6. Pasal 51

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana


171

dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang

melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan

memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

7. Pasal 52

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu,

pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan

Menteri.

Paragraf 4

Pelimpahan Wewenang

8. Pasal 53

Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46

ayat (1) huruf d terdiri atas :

1) pelimpahan secara mandat; dan

2) pelimpahan secara delegatif.

9. Pasal 54

1) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 53 huruf a diberikan oleh dokter

kepada Bidan sesuai kompetensinya.


172

2) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis.

3) Pelimpahan wewenang secara mandat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dengan tanggung jawab berada pada

pemberi pelimpahan wewenang.

4) Dokter yang memberikan pelimpahan wewenang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan

pengawasan dan evaluasi secara berkala.

10. Pasal 55

Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 53 huruf b diberikan oleh Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah kepada Bidan.

1) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yang diberikan oleh Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah dalam rangka :

a. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu;

atau

b. program pemerintah.

2) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diberikan dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.

11. Pasal 56

1) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf e


173

merupakan penugasan pemerintah yang dilaksanakan pada

keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga

kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan bertugas.

2) Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga

kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

3) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh

Bidan yang telah mengikuti pelatihan dengan

memperhatikan Kompetensi Bidan.

4) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan

oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.

Dalam menyelenggarakan pelatihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4), Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat

melibatkan Organisasi Profesi Bidan dan/atau organisasi profesi

terkait yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah

terakreditasi..(33
BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Asuhan Kebidanan Kehamilan

Tanggal : 14 Oktober 2022

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Puskesmas Sedong

A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas/Biodata

Nama : Ny. S Nama : Tn. S

Umur : 36 tahun Umur : 47 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh petani

Alamat : Dusun I RT01/RW01,Desa Windujaya, Kec. Sedong,

Kab. Cirebon

2. Riwayat Kehamilan

Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan, Ingin periksa untuk

mengetahui keadaan kesehatan dirinya dan janinnya, Saat ini ibu

tidak ada keluhan yang dapat menggangu kenyamanannya, Ini

merupakan kehamilan yang ke tiga, tidak pernah keguguran, HPHT

tangga 18-01-2022, HPL tanggal 25-10-2022. Sudah merasakan

174
175

gerakan janin pada usia 3 bulan samapi sekarang sehari lebih 10 kali,

Sudah tau cara menghitung gerakan janin, Periksa hamil sejak usia

kehamilan 1 bulan ke BPM dan Puskesmas, Mendapatkan Imunisasi

TT 6 kali, Tablet tambah darah diminum lebih 90 kali di minum

dengan mengunakan air putih, Ibu tidak minum jamu kemasan dan

obat-obatan selain dari petugas kesehatan, Ibu sudah mengetahui

tanda-tanda bahaya kehamilan.

3. Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas, dan BBL sebelumnya

Ibu pernah melahirkan normal 2 kali, tidak pernah ke guguran, kedua

anaknya hidup sampai sekarang, anak terkecil usia 10 tahun, lahir di

tolong bidan, selama hamil, melahirkan, nifas, dan BBL tidak ada

masalah

4. Riwayat Kesehatan

Baik ibu maupun keluarga tidak pernah memiliki riwayat penyakit

yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kehamilan seperti

jantung, Ibu ashma, diabetes melitus, maupun HIV/AIDS.

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Ini merupakan pernikahan yang pertama dan sudah 12 tahun,

Sebelum hamil ibu pernah ikut KB suntik 3 bulan, Tinggal bersama

suami,penerimaan dan dukungan keluarga terhadap kehamilan baik,

yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah suami yang di

musyawarakan dulu dengan istri dan keluarga, Selama kehamilan

pola makan teratur yaitu sehari 3-4 kali, jenis makanan bervariasi
176

seperti:tempe,tahu,sayuran,buah-buahan,daging,ikan,telur,dan susu,

Selama hamil ibu tidur siang ± 1-2 jam, tidur malam 7 jam, BAK ibu

selama hamil 7-8 x/hari dan BAB 1 x/hari,Ibu tidak merokok dan

suami merokok, tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman keras

ataupun mengonsumsi obat-obatan/narkotika, Peran ibu dalam

keluarga adalah mengurus rumah tangga sehari-hari di bantu oleh

suami, Hubungan seksual tidak ada masalah, ibu menjalankan sholat

5 waktu, Rencana melahirkan di tolong oleh bidan, Sudah

mempersiapkan persalinan dengan kegawatdaruratan.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Tensi : 110/70 mmhg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 35,5ºC

Respirasi : 23x/menit

d. BB sebelum hamil : 40 kg

e. BB setelah hamil : 51,8 kg

f. Tinggi badan : 150 cm

g. LILA : 24 cm
177

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda, Seclera

putih

c. Gigi : Gusi merah muda, tidak ada caries

d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, limfe, vena jugularis

e. Jantung : Irama jantung reguler

f. Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing/ronchi

g. Payudara : Tampak bersih, simetris, putting

susu menonjol, tidak ada benjolan,

Dimpling sign maupun retraksi,

tidak ada nyeri tekan, colostrum

belum keluar

h. Abdomen : Tidak ada luka bekas oprasi

Leopod I: TFU 30 cm, , teraba

bokong pada bagian

fundus uteri

Leopod II: Letak memanjang, posisi

punggung kiri

Leopod III: Presentasi kepala

Leopod IV: kepala sudah masuk

PAP (4/5)
178

kandung kemih kosong, DJJ=

140x/menit, TBJ: (30-12) x 155=

2.790 gram

i. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan, Ibu

tidak bersedia di periksa

j. Anus :Tidak dilakukan pemeriksaan ibu

tidak bersedia diperiksa

k. CVAT : Tidak ada nyeri ketuk

l. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak ada oedema pada kaki kanan

maupun pada kaki kiri, tidak ada

varises, refleks patella +/+

3. Pemeriksaan Laboratorium ( 16-09-2022)

a. HB : 12,4 gram %

b. Protein urine : (-) Negatif

c. Glukosa urine : (-) Negatif

d. Gol. Darah :O

e. HbsAg : Non Reaktif

f. Syfilish : Non Reaktif

g. HIV/AIDS : Non Reaktif


179

C. ASESSMENT

Ny.S umur 36 tahun G3P2A0 Gravida 38-39 minggu janin tunggal

hidup, presentasi kepala, dengan kehamilan normal, keadaan ibu dan

janin baik. Sudah mempersiapkan perlengkapan persalinan dengan

kegawatdaruratan

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik, hubungan terbina dengan baik.

2. Melakukan informed consent bahwa akan dilakukan

pemeriksaan , ibu bersedia diperiksa

3. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, ibu dan

keluarga merasa senang keadaan ibu dan janinnya baik

4. Memberitahu ibu bahwa sakit perut bagian bawah yang

dirasakan ibu merupakan hal wajar pada usia kehamilan

trimester III karena tekanan kepala pada jalan lahir, ibu paham

dan merasa tenang.

5. Mengingatkan kembali tentang tanda bahaya kehamilan

trimester III (pusing hebat, bengkak pada tangan dan wajah,

nyeri perut hebat, demam tinggi), ibu paham dan dapat

mengulanginya.

6. Mengingatkan kembali tanda–tanda persalinan (mules yang

teratur dalam 10 menit ada 3 kali, keluar darah bercampur


180

lendir, keluar air–air secara tiba – tiba), ibu paham dan dapat

mengulanginya.

7. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan dengan

kegawatdaruratan dengan menyiapkan transportasi, orang

dengan golongan darah yang sama, dana (BPJS), ibu sudah

mempersiapkannya.

8. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan kecil di pagi hari atau sore

hari, ibu bersedia melakukannya.

9. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan kecil di pagi hari atau sore

hari, ibu bersedia melakukannya.

10. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu yang akan datang

pada tanggal (25/10/2022) kecuali apabila ada keluhan, ibu

bersedia datang kembali


181

Tanggal : 19 Oktober 2022

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : Puskesmas Sedong

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan ingin periksa kehamilan dan tidak ada keluhan

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Tensi : 100/60 mmhg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36ºC

Respirasi : 24x/menit

d. BB sebelum hamil : 51,8 kg

e. BB setelah hamil : 41 kg

f. Tinggi badan : 145 cm

g. LILA : 24 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda, Seclera

putih
182

c. Gigi : Gusi merah muda, tidak ada caries

d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, limfe, vena jugularis

e. Jantung : Irama jantung reguler

f. Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing/ronchi

g. Payudara : Tampak bersih, simetris, putting

susu menonjol, tidak ada benjolan,

Dimpling sign maupun retraksi,

tidak ada nyeri tekan, colostrum

belum keluar

h. Abdomen : Tidak ada luka bekas oprasi

Leopod I : TFU 30 cm, , teraba

bokong pada bagian

fundus uteri

Leopod II : letak memanjang, posisi

punggung kiri, DJJ

regular 138x/m

Leopod III: presentasi kepala

Leopod IV: kepala sudah masuk

PAP (4/5)

kandung kemih kosong, TBJ: (30-11) x

155= 2.945 gram


183

i. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan, Ibu

tidak bersedia di periksa

j. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan ibu

tidak bersedia diperiksa

k. CVAT : Tidak ada nyeri ketuk

l. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak ada oedema pada kaki kanan

maupun pada kaki kiri, tidak ada

varises, refleks patella +/+

3. Pemeriksaan Laboratorium (10-10-2022)

a. HB : 12,4 gram/dl

b. Glukosa Urine : (-) Negative

c. Protein Urine : (-) Negative

d. Gol. Darah :O

e. Glukosa darah : 81 ml/dl

f. HbsAg : Non reaktif

g. Syfilish : Non reaktif

h. HIV/AIDS : Non reaktif

C. ANALISA

Ny. S umur 36 tahun G3P2A0 Gravida 38-39 minggu janin tunggal

hidup, presentasi kepala, dengan kehamilan anemia sedang. Sudah

mempersiapkan perlengkapan persalinan dengan kegawatdaruratan


184

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan

terbina dengan baik.

2. Memfasilitasi informed consent bahwa akan dilakukan

pemeriksaan, ibu bersedia diperiksa

3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dengan anemia sedang,

ibu mengerti

4. KIE

a. Nutrisi, makan makanan yang mengandung zat besi seperti

sayuran hijau bayam, brokoli, kangkung, hati ayam/ sapi,

dan buah naga, Ibu mengerti

b. Pola istirahat yang cukup, dan mengurangi aktifitas berlebih

dan mengurangi aktifitas yang berat. Ibu mengerti

c. Tablet fe diminum setiap hari dengan menggunakan air

putih, atau dengan vit. C atau air jeruk. Diminum malam

hari sebelum tidur. Tidak dianjurkan meminum nya dengan

air the, ibu mengerti

d. Tanda bahaya TM 3 seperti : perdarahan pervaginam, KPD,

PEB,PER, kejang, Gerakan bayi berkurang kurang dari

10x/hari, ibu mengerti

e. Tanda - tanda persalinan mules yang teratur, keluar lendir

campur darah, dan keluar air ketuban, ibu mengerti


185

5. Menganjurkan ibu untuk aktivitas ringan (jalan-jalan kecil,

dan senam ibu hamil, ibu mengerti.

6. Melanjutkan terapi obat dari Dokter, Fe 2x1, vit C 1x1,

kalcium 1x1, ibu mengerti

7. Menjadwalkan kunjungan 1 minggu berikutnya pada tanggal

25 oktober 2022 atau jika ada indikasi segera datang ke

falititas pelayanan Kesehatan, ibu mengerti.


186

3.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Tanggal : 27 Oktober 2022

Waktu : 18.00 WIB

Tempat : Puskesmas PONED Sedong

A. DATA SUBYEKTIF

Ny. S datang ke PONED Puskesmas Sedong diantar

suaminya,dengan keluhan mules-mules sejak 13.00 WIB, terasa mules

di perut bagian bawah menjalar ke punggung serta keluar lendir campur

darah, pergerakan janin masih dirasakan oleh ibu lebih dari 10 kali,

makan terakhir jam 16.00 WIB, BAB terakhir jam 05.00 WIB, BAK

terakhir jam 17.30 WIB, siang ibu cukup istirahat.

Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama dan

kehamilan yang ketiga, tidak pernah keguguran, HPHT : 18-01-2022,

HPL : 25-10-2022, periksa hamil di BPM dan Puskesmas, sejak hamil 1

bulan, mendapatkan imunisasi TT3 kali, tablet tambah darah lebih dari

90 tablet, selama hamil tidak pernah mempunyai penyakit yang dapat

mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan, seperti : Hipertensi,

Jantung, Ashma, Diabetes Melitus, dan HIV/AIDS, sebelum hamil

pernah ikut KB suntik yang 3 bulan, keluarga sangat mendukung,

pengambilan keputusan dalam keluarga oleh suami yang

dimusyawarakan dulu dengan ibu dan keluarga, makan tidak ada


187

pantangan, sudah mempersiapakan persalinan dengan

kegawatdaruratan.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Tensi : 110/70 mmhg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,6ºC

Respirasi : 22x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema

b. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera

putih

c. Gusi : Merah muda, Gigi tidak caries

d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid

Limfe ataupun pembesaran kelenjar

vena Jugularis.

e. Dada

a) Jantung : Irama reguller

b) Paru-paru : Tidak ada ronchi dan wheezing


188

f. Payudara : Tampak bersih, tidak nyeri tekan

tidak ada benjolan dimpling sign

maupun retraksi.

g. Abdomen : Tidak ada luka bekas oprasi

Leopod I: TFU 30 cm, TBJ: (30-12)

x 155= 2.790 gram, teraba

bokong pada bagian

fundus uteri

Leopod II: Letak memanjang, posisi

punggung kiri

Leopod III: Presentasi kepala

Leopod IV: Kepala sudah masuk

PAP (4/5)

His: 3x10’35”, DJJ= 142x/menit,

kandung kemih kosong

h. Genitalia : Terdapat pengeluaran lendir

bercampur darah

i. Pemeriksaan dalam

a) V/v : T.a.k

b) Portio : Tebal Lunak

c) Pembukaan : 3 cm

d) Ketuban : (+) Positif

e) Presentase : Kepala
189

f) Penurunan : H II

g) Penunjuk : UUK kiri depan

h) Moulage : Tidak ada

i) Tidak ada bagian kecil yang menyertai

j. Anus : Tidak ada haemoroid

k. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak ada oedema pada kaki kanan

maupun kiri, tidak ada varices,

refleks patella +/+.

C. ASESSMENT

Parturient Aterm Kala I fase laten, janin tunggal hidup, presentasi

kepala. Keadaan ibu dan janin baik.

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik

terbina.

2. Melakukan informed consent untuk pemeriksaan, ibu bersedia

dilakukan pemeriksaan.

3. Melakukan pemeriksaan fisik dan memberitahu ibu dan keluarga,

bahwa ibu sudah masuk di pembukaan 3, ibu dan keluarga senang

dengan hasil pemeriksaan yang baik.

4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam dan


190

menghembuskan lewat mulut ketika ada kontraksi, ibu dapat

melakukannya

5. Menganjurkan ibu bermain gym ball, atau berjalan-jalan kecil di

sekitar ruangan, ibu bersedia melakukannya.

6. Menganjurkan ibu mobilisasi miring kanan/miring kiri, ibu

mengerti dan bersedia melakukannya.

7. Menganjurkan keluarga cara massase punggung untuk mengurangi

rasa sakit, keluarga dapat melakukannya.

8. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, ibu mau minu teh

manis +/- 100 cc

9. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK/BAB jika

menginginkannya, ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

10. Menawarkan pendamping persalinan, ibu ingin didampingi oleh

suami .

11. Memberikan dukungan moral dan spiritual, ibu tampak tenang.

12. Menyiapkan alat partus set, hacting set, perlengkapan ibu dan bayi,

alat dan perlengkapan sudah siap.

13. Merencanakan evaluasi kemajuan persalinan pemeriksaan dalam

(PD) 4 jam kemudian pukul: 22.00 WIB atau bila ada indikasi dan

memeriksa his, djj, nadi setiap 30 menit , hasil terlampir.


191

Tanggal pengkajian Kala II : 27 Otober 2022 Pukul : 20.00 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan mules nya semakin sering dan kuat ada rasa ingin

mengedan serta keluar air-air

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Suhu : 36,6ºC

Respirasi :22x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

1. Abdomen

a) Penurunan : 1/5

b) His : 5 x 10’ x 45”

c) DJJ : 140x/menit

d) Kandung Kemih : Kosong

2. Genitalia

a) Perineum : Tampak Menonjol

b) Vulva : Tampak Membuka

c) Anus : Tampak membuka

d) Blood Show : Meningkat


192

3. Pemeriksaan Dalam

a) V/v : T.a.k

b) Portio : Tidak teraba

c) Pembukaan : 10 cm

d) Ketuban : (-) Negatif (Spontan Jernih)

e) Presentase : Kepala

f) Penurunan : H IV

g) Penunjuk : UUB

h) Moulage : Tidak ada

i) Tidak ada bagian kecil yang menyertai

C. ASSESMENT

Parturient Aterm Kala II Persalinan, keadaan ibu dan janin baik.

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu akan dilakukan pemeriksaan, ibu bersedia diperiksa.

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, hasil

pemeriksaan pembukaan sudah lengkap (10 cm) ibu dan keluarga

menerima hasil pemeriksaan dengan baik.

3. Mengecek kembali peralatan dan kelengkapan bersalin ibu dan bayi,

alat dan perlengkapan siap di gunakan.

4. Mencuci tangan dan memakai APD lengkap sesuai protokol

kesehatan, APD sudah terpakai.

5. Mendekatkan partus set dan bengkok, tindakan telah di lakukan.


193

6. Menggunakan sarung tangan DTT, tindakan telah dilakukan.

7. Mengatur posisi sesuai keinginan ibu, ibu memilih posisi setengah

duduk.

8. Membimbing ibu mengedan saat ada dorongan meneran dan

memberikan pujian atau dukungan moral setiap ada kemajuan

persalinan, ibu meneran dengan baik tampak kepala janin ada

kemajuan.

9. Memonitor DJJ diantara his, hasil terlampir dalam partograf. Hasil

147x/menit

10. Menganjurkan ibu istirahat saat tidak ada kontraksi dan menganjurkan

keluarga untuk memberi minum, ibu mau minum air teh manis -/+ 100

cc.

11. Menganjurkan keluarga/suami untuk rangsang putting susu serta

mengelap kringat, Keluarga dan suami bersedia melakukannya

12. Memimpin ibu mengejan kembali ketika ada dorongan mengejan, ibu

mengejan dengan baik.

13. Menolong persalinan dengan APN, Pukul: 20.25 WIB Bayi lahir

spontan, segera menangis, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan,

jenis kelamin perempuan.

14. Melakukan manajemen asuhan bayi baru lahir normal dengan

mengeringkan segera tubuh bayi, memotong dan mengikat tali pusat

dan melakukan IMD selama 1 Jam, tindakan sudah dilakukan

15. Dokumentasi terlampir di partograf.


194

Tanggal Pengkajian Kala III : 27 Oktober 2022 Pukul 20.25 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas

B. DATA OBYEKTIF

C. Tampak tali pusat di depan vulva, plasenta belum lahir

D. ASSESMENT

P3A0 Kala III Persalinan dengan keadaan ibu baik

E. PENATALAKSANAAN

1. Memastikan janin tunggal , janin tunggal

2. Melakukan manajemen aktif kala III :

a) Memberitahu ibu bahwa akan disuntik, memberi injeksi

Oxcitocyn 10 IU secara IM pada paha bagian luar, Oxcitocyn

telah diberikan.

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali setiap ada

kontraksi, terasa tali pusat memanjang, melahirkan plasenta

setelah ada tanda – tanda pelepasan plasenta, pukul 20.35 WIB

plasenta lahir

c) Melakukan massage uterus 15 kali dalam 15 detik, kontraksi

uterus kuat, perdarahan dalam batas normal -/+ 100 cc


195

Tangga Pengkajian Kala IV : 27 Oktober 2022, Pukul 20:50 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu merasa lemas dan perut masih terasa mulas

B. DATA OBYEKTIF

Keadaan ibu baik, TD : 110/70, Nadi 82x/menit, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong, pengeluaran darah dalam batas normal.

C. ASSESMENT

P3A0 Kala IV persalinan, dengan keadaan ibu baik.

D. PENATALAKSANAAN

1. Evaluasi perdarahan dan laserasi pada vagina dan perineum, terdapat

robekan jalan lahir Derajat 1 kulit perinium, dilakukan penjahitan

yang sebelumnya di berikan anastesi lidokain dan aquabides (1:1)

dengan jahitan jelujur, perdarahan dalam batas normal.

2. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput plasenta (periksa

bagian maternal dan fetal) , plasenta dan selaput lahir lengkap.

3. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam , uterus berkontraksi dengan baik.

4. Cuci tangan di larutan klorin dan larutan DTT, keringkan

menggunakan handuk troli

5. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa kontraksi uterus

yang baik dan mengajarkan cara massage uterus 15x/15 detik bila

kontraksi uterus menjadi lembek agar tidak terjadi perdarahan, ibu

dan keluarga paham dan dapat melakukan massage sendiri


196

6. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik, nadi

82x/menit dan keadaan umum ibu baik.

7. Evaluasi dan estimasi perdarahan, perdarahan dalam batas normal.

8. Membersihkan ibu dengan air DTT dan memasangkan pembalut ibu

serta mengganti kain kotor dengan kain yang bersih, ibu tampak

nyaman.

9. Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5%, ibu tampak

nyaman

10. Dekontaminasi alat direndam dengan air larutan klorin 0,5% selama

10 menit, mencuci alat dengan air detergen dan dibilas di air yang

mengalir, alat sudah bersih dan dikeringkan dimasukan ke mesin

autoclave untuk di sterilisasikan .

11. Memberikan selamat pada ibu sambil menganjurkan ibu untuk

makan dan minum, ibu bersedia makan dan minum.

12. Memberikan obat Fe 1x1, Vit.A 1x1 Paracetamol 1x1, dan Amoxilin

1x1 diminum setelah makan, ibu bersdia minum obat sesuai anjuran.

13. Melakukan pemantauan kala IV dengan partograf, partograf

terlampir .
3.3 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

3.3.1 Asuhan Kebidanan 6 Jam Postpartum

Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2022

Waktu : 02.25 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan keadaan ibu sudah lebh baik dari sebelumnya.

tidak memiliki keluhan umum dan tidak terdapat tanda bahaya

masa nifas (perdarahan). Ibu mengatakan tidak merasa pusing dan

lemas, sudah mampu duduk, berjalan ke kamar mandi dan buang

air kecil tanpa kesulitan, ASI sudah keluar, perut masih terasa

mulas, pengeluaran darah 1x ganti pembalut, terdapat luka jahitan

yang masih terasa nyeri, BAK sudah lancar, BAB belum.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV: Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Suhu : 36,ºC

Resprasi : 23x/menit

197
198

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema

b. Mata : Konjungtiva merah muda , sklera

putih

c. Mulut : Gusi merah muda

d. Leher : Tidak ada pemesaran kelenjar tyroid,

limfe maupun pembesaran vena jugularis.

e. Dada

a) Jantung : Irama regular

b)b) Paru – paru : Tidak ada bunyi ronchi dan whizeeng

f. Payudara : tidak ada benjolan, dimpling sign dan

Retraksi, ASI keluar banyak

g. Abdomen : TFU : 3 jari dibawah pusat, kontraksi

baik, kandung kemih kosong

h. Genitalia : Tidak ada pembesaran kelenjar

bartolini tampak pengeluaran darah

sedikit, lochea rubra

i. Ekstremitas

a. Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b. Bawah : Tidak oedema dan varices, refleks patella

+/+

C. ASSESMENT

P3A0 6 jam Postpartum normal, keadaan ibu baik


199

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

2. Melakukan informed consent, ibu mengatakan bersedia

dilakukan pemeriksaan

3. Melakukan pemeriksaan dan memberitahu hasil pemeriksaan

kepada ibu dan keluarga tampak senang dengan hasil

pemeriksaan baik

4. Memberikan KIE tentang :

a. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada nifas seperti,

pendarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan

lahir, bengkakdi kaki, wajah, tangan disertai sakit dan kejang,

demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah disertai

rasa sakit, ibu paham dan mengingatnya

b. Mengajarkan ibu cara merawat luka jahitan seperti,

membersihkanluka jahitan secara teratur, memperbanyak

makanan yang berserat, memperbanyak minum air putih, ibu

paham dan mengerti

c. Pola istirahat ibu, dianjurkantidur pada saat bayi tidur

d. Pola nutrisi ibu, dianjurkan untuk tidak ada pantangan

makanan

e. Personal hygiene daerah genetalia dengan memberitahu cara

cebok yang baik dan benar, ibu paham dan mengerti


200

f. Cara merawat payudara dengan rutin mengganti bra, serta

pemijatan payudara, ibu paham dan mengerti

5. Menganjurkan ibu meminum obat dan vitamin yang telah

diberikan, ibu akan meminumnya sesuai aturan

6. Mengajurkan kepada ibu untuk sesering mungkin menyusui

bayinya yaitu 2 jam sekali, ibu mengerti dan akan

melakukannya

7. Menjadwalkan kunjungan ulang pada 3 hari kemudian atau jika

ada keluhan, yaitu pada tanggal 29 Oktober 2022, ibu bersedia

untuk melakukan kunjungan ulang

8. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP


201

3.3.2 Asuhan Kebidanan 5 Hari Post Partum

Tanggal : 31 Oktober 2022

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Puskesmas Sedong

A. DATA SUBYEKTIF

1. Riwayat

Ibu mengatakan keadaan ibu sudah lebih baik, pengeluaran

ASI baik, ibu makan teratur sebanyak 3 kali sehari dengan

jenis makanan bervariasi dan tidak ada yang dipantang, ibu

tidur seiap kali bayinya tidur, mandi 2 kali sehari, BAB/BAK

lancar, luka jahitan masih sedikit terasa nyeri, ganti pembalut

sehari 3 kali.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV: Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 81x/menit

Respirasi : 23x/menit

Suhu : 35,6ºC

2. Pemeriksaan fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat


202

b. Mata : Konjungtiva merah muda , Sklera putih

c. Payudara : Tampak bersih, tidak ada benjolan,

dimpling sign, dan retraksi, ASI sudah

keluar banyak dan lancar.

d. Abdomen : TFU: pertengahan sympisis pusat,

involusi uterus baik, kandung kemih

kosong.

e. Genetalia : Tampak pengeluaran darah sedikit,

lochea sanguinolenta, Luka perineum

bersih dan masih sedikit basah, tidak

ada tanda-tanda infeksi.

f. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak ada oedema, dan varises, refleks

patella +/+

C. ANALISA

P3A0 dengan 5 Hari Post partum normal. Keadaan ibu baik

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga


2. Melakukan informed consent, ibu mengatakan bersedia
dilakukan pemeriksaan
3. Melakukan pemeriksaan dan memberikan hasil pemeriksaan
kepada ibu dan keluarga, ibu dan keluarga tampak senang
dengan hasil pemeriksaan
203

4. Menganjurkan ibu untuk kerja tidak terlalu berat, namun


melakukan aktivitas seperti biasanya agar kondisi ibu segera
membaik dan kembali seperti semula, ibu paham dan mengerti
5. Mengingatkan ibu KIE tentang :
a) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas seperti,
pendarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan
lahir, bengkak di kaki, wajah, tanggan disertai sakit dan
kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara pengkak, merah
disertai rasa sakit, ibu paham dan mau mengingatnya
b) Mengajarkan ibu cara merawat luka jahitan seperti,
membersihkan luka jahitan secara teratur, memperbanyak
makanan yang berserat, memperbanyak minum air putih, ibu
paham dan mengerti
c) Pola istirahatibu, dianjurkan tidur pada saat bayi tidur
d) Pola nutrisi ibu, dianjurkan untuk tidak ada pantangan
makanan
e) Personal hygiene didaerah genetalia dengan cara
memberitahu cara cebok yang baik dan benar, ibu paham dan
mengerti
f) Cara perawatan payudara dengan rutin mengganti bra, serta
pemijatan payudara, ibu paham dan mengerti
6. Mengajurkan kepada ibu untuk sesering mungkin meyususi
bayinya yaitu 2 jam sekali, ibu mengerti dan akan
melakukannya
7. Menganjurkanibu meminum obat dan vitamin yang sudah
diberikan, ibu mau meminumnya sesuai anjuran
8. Membuat kesepakan dengan ibu untuk kunjungan ulang atau
jika ada keluhan, yaitu pada tanggal 9 November 2022, ibu
bersedia untuk melakukan kunjungan ulang
9. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
204

3.3.3 Asuhan Kebidanan 15 Hari Postpartum

Tanggal : 10 November 2022

Waktu : 08:00 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan keadaan sudah jauh lebih baik, ibu sudah lancar

BAB dan BAK, pengeluaran ASI baik, makan teratur 3 kali sehari,

dengan jenis makanan bervariasi dan tidak ada pantangan, ibu tidur

setiap kali bayinya tidur, mandi 2 kali sehari, ganti pembalut sehari

tiga kali.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV: Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Respirasi : 23x/menit

Suhu :35,4ºC

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema

b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera

putih

c. Payudara : simetris,Tampak bersih, tidak ada


205

benjolan, dimpling sign dan

retraksi, ASI keluar banyak.

d. Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih

kosong, diastasi rekti 2 jari

e. Genitalia : V/V tidak ada oedema, varises,

pembengkakan kelenjar bartholini

maupun scene, luka jahitan bersih,

dan tidak ada tanda-tanda infeksi,

pengeluaran darah lochea serosa

f. Ekstremitas

a) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

b) Bawah : Tidak oedema dan varices, refleks

patella +/+

C. ASSESMENT

P3A0 15 hari Postpartum Normal, Keadaan ibu baik.

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

2. Melakukan informed consent, ibu mengatakan bersedia

dilakukan pemeriksaan
206

3. Melakukan pemeriksaan dan memberitahu hasil pemeriksaan

kepada ibu dan keluarga, ibu dan keluarga tampak senang

dengan hasil pemeriksaan baik

4. Menganjurkan ibu untuk kerja tidak terlalu berat, namun

melakukan aktivitas seperti biasanya agar kondisi ibu segera

membaik dan kembali seperti semula, ibu paham dan mengerti

5. Mengingatkan KIE tentang :

a) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas seperti,

pendarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan

lahir, bengkak di kaki, wajah, tanggan disertai rasa sakit dan

kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah

disertai rasa sakit, ibu paham dan mau mengingatnya

b) Mengajarkan ibu cara merawat luka jahitan seperti,

membersihkan luka jahitan secara teratur, memperbanyak

makanan yang berserat, memperbanyak minum air putih, ibu

paham dan mengerti

c) Pola istirahat ibu, dianjurkan tidur pada saat bayi tidur

d) Pola nutrisi ibu, dianjurkan untu tidak ada pantangan

makanan

e) Personal hygiene daerah genetalia dengan memberitahu cara

cebok yang baik dan benar, ibu paham dan mengerti

f) Cara merawat payudara dengan rutin mengganti bra, serta

pemijatan payudara, ibu paham dan mengerti


207

g) Mengajurkan ibu untuk senam kegel agar otot Vagina

kembali seperti sebelum hamil, ibu mengatakan mau

melakukanya

6. Menganjurkan kepada ibu sesering mungkin menyusui bayinya

2 jam sekali, ibu paham dan mengerti

7. Menganjurkan ibu meminum obat dan vitamin yang sudah di

berikan, ibu paham dan mengerti

8. Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang atau

jika ada keluhan, yaitu pada tanggal 25 November 2022, ibu

bersedia untuk melakukan kunjungan ulang

9. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.


208

3.3.4 Asuhan Kebidanan 30 hari Post partum

Tanggal : 25 November 2022

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. S

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan keadaan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,

ibu sudah lancar BAB dan BAK, pengeluaran ASI baik, makan

teratur 3 sehari, Dengan jenis makanan bervariasi dan tidak ada

pantangan, ibu tidur setiap kali bayinya tidur, mandi 2 kali sehari,

ganti pembalut sehari 3 kali

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV: Tensi : 120/90 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 22x/menit

Suhu : 35ºC

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera

putih
209

c. Payudara : Simetris, Tampak bersih, tidak ada

benjolan, dimpling sign dan retraksi.

ASI keluar banyak.

d. Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih

kosong

e. Genitalia : Tidak ada oedema, tidak ada

pembesaran kelenjar bartholini, luka

jahitan perineum kering, bersih,

Lochea alba, tidak ada tanda-tanda

infeksi

f. Ekstremitas

c) Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat

d) Bawah :Tidak oedema dan varices, refleks

patella +/+

C. ANALISA

P3A0 dengan 30 hari Post Partum Normal. Keadaan ibu baik

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik, hubungan terbina dengan baik.

2. Memfasilitasi informed consent untuk dilakukan pemeriksaan,

ibu bersedia diperiksa.

3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu senang dengan hasil


210

pemeriksaan yang baik

4. Menganjurkan ibu untuk senam nifas agar pemulihan rahim

dapat optimal, ibu paham dan akan melakukannya.

5. Mengingatkan kembali tanda bahaya ibu nifas seperti demam

tinggi, pusing, pengeluaran darah, keputihan banyak berbau dan

berwarna, bengkak pada tangan dan wajah, nyeri payudara. Ibu

paham dan dapat mengulanginya.

6. Mengingatkan kembali tentang Gizi seimbang bagi ibu

menyusui, diharapkan makan, buah, sayur serta daging hewani

agar ASI keluar banyak, ibu bersedia melakukannya.

7. Memberikan konseling tentang kontrasepsi yang akan dipakai

ibu setelah persalinan ada beberapa macam kontrasepsi yang

dapat ibu pakai seperti : pil, suntik 3 bulan, IUD, Implant , ibu

mengerti

8. Menjadwalkan kunjungan ulang untuk pemasangan Kontrasepsi,

ibu bersedia datang kembali


211

3.4 Asuhan Kebidanan Post Natal

3.4.1 Asuhan Kebidanan Pada BBL

Tanggal : 25 Oktober 2022

Waktu : 16.15 WIB

Tempat : Puskesmas Losari

A. DATA SUBYEKTIF

Bayi lahir di puskesmas Sedong pukul 16.15WIB, segera

menangis, jenis kelamin Perempuan. Ditolong oleh bidan.

B. DATA OBYEKTIF

Pada tanggal 27 Oktober 2022 pukul 20.25 WIB, bayi lahir

spontan, menangis spontan, warna kulit kemerahaan, tonus otot

baik, gerakan aktif, dan jenis kelamin Perempuan.

C. ANALISA

Neonatus cukup bulan usia 0 jam, kondisi umum bayi baik.

D. PENATALAKSANAAN

1. Menilai keadaan umum bayi, keadaa umum baik.


2. Meletakan bayi di atas perut ibu kepala lebih rendah dari badan
bayi sambil membaca do`a bayi lahir, sudah diletakan di atas
perut ibu.
3. Membersihkan, mengeringkan tubuh bayi, dan merangsang
taktil pada bayi, bayi sudah dibersihkan dan dikeringkan.
4. Mengganti kain basah dengan kain kering, kain sudah diganti.
212

5. Melakukan penjepitan tali pusat, dengan klem pertama 3 cm


pangkal pusat (umbilikus) dan klem kedua 2 cm dari klem
pertama, kemudian memotong tali pusat dan mengingat tali
pusat.
6. Meletakan bayi di atas dada ibu untuk dilakukan IMD, IMD
sudah dilakukan dan berhasil.
7. Penatalaksanaan bayi setelah IMD :
a. Memakaikan baju, mengganti kain bayi dengan kain yang
bersih dan kering
b. Memberikan injeksi vitamin KI 1 mg secara IM pada paha
bagian kiri 1/3 antero lateral
c. Mengukur panjang badan bayi, lingkar kepala bayi, lingkar
dada bayi, PB : 50 cm, LK : 32 cm, LD : 32 cm
d. Membedong bayi agar tetap hangat
e. Memberikan salep mata erlamycetin 0,5% ( boleh
tetrasiklin 1% )
8. Memberikan informasi hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga, ibu dan keluarga tampak senang dengan hasil
pemeriksaan.
9. Memberikan bayinya kepada ibu untuk ditetekan, ibu bersedia
menetkan bayinya, bayi bisa menetek.
10. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan, hasil
pemeriksaan dicatat di buku SOAP.
213

3.4.2 Asuhan Kebidanan 6 Jam Postnatal Normal

Tanggal : 28 Oktober 2022

Waktu : 02.25 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan tanda bahaya pada bayinya.

Bayinya sudah BAK warna urin jernih kekuningan, dan sudah BAB

feses lunak kehitaman. Bayinya dapat menyusu dengan baik.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

2. Tanda-tanda vital

a. Suhu : 36,9ºC

b. Pernafasan : 35x/menit

c. Bunyi jantung :137x/menit

3. Pemeriksaan Antropometri

a. Berat Badan : 2600 gram

b. Panjang Badan : 47 cm

c. Lingkar Kepala : 32 cm

d. Lingkar Dada : 32 cm

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Lingkar kepala 32cm, tidak terdapat Cepal


214

haematoom dan caput succedaneum.

b. Mata : Bentuk simetris,Konjungtiva merah muda,

sklera putih, reflek glabela (+)

c. Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung

d. Telinga : Simetris dan sudah matur

e. Mulut : Bibir kemerahan, simetris, tidak ada

Kelainan labioskizis, tidak ada kelainan

palatoskizis dan tidak ada labio palatoskizis,

reflek sucking (+), reflek swalowing (+).

f. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.

kelenjar limfe, dan vena jugularis, tonic neck

rekflek (+), reflek rooting (+)

g. Dada : Lingkar dada 32 cm, pernapasan teratur, tidak

ada bunyi wheezing, tidak ada bunyi ronchi,

tidak ada retraksi, bunyi jantung regular.

h. Abdomen : Terdengar bising usus, tali pusat bersih, tidak

ada distensi abdomen, tali pusat tidak ada

tanda-tanda infeksi.

i. Punggung : Tidak ada kelainan (spina bifida)

j. Ekstermitas : Pergerakan bebas tidak ada polidaktil dan

sindaktili, reflek graps (+), reflek babinsky (+)

k. Genetalia : Labia mayor sudah menutupi labia minor.

l. Anus : Bayi sudah BAK dan BAB

m. Kulit : Warna kemerah – merahan


215

5. Pemeriksa Refleks

a. Refleks Morro : Positif (+)


b. Refleks Rooting : Positif (+)
c. Refleks Sucking : Positif (+)
d. Refleks Glabella : Positif (+)
e. Reflekas Glabella : Positif (+)
f. Reflekas Graps : Positif (+)
g. Reflekas Babinsky : Positif (+)

C. ANALISA

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan 6 jam post natal,


keadaan umum bayi baik.

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga


2. Melakukan informed consent, ibu mengizinkan bayinya diperiksa
3. Melakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan tidak ada kelainan
4. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu dan
keluarga tampak senang dengan hasil pemeriksaan baik
5. Memastikan bayi diberika ASI dini oleh ibu, bayi telah di berikan
ASI
6. Memberikan imunisasi HB0 secara IM pada bagian paha sebelah
kanan, sudah dilakukan (HB0 diberikan pukul : 22.25 WIB)
7. Mejaga kehangantan bayi dengan menyelimuti dan membedong
bayi, sudah dilakukan
8. Memberikan KIE tentang :
a. Memberitahun ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti, bayi
tidak mau menyusui, lemas, kebiruan, tali pusat berbau, ibu dapat
memahaminya
216

b. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama 6


bulan, ibu memahami dan mau melakukannya
c. Pemberian ASI One Demand, ibu dan keluarga paha akan
melakukan sesuai anjuran
d. Cara atau teknik menyusui yang baik dan benar agar bayi tidak
tersedak dan penting ibu tidak lecet, ibu mengerti dan
melakukannya
e. Cara merawatan tali pusat dengan cara membersihkannya
menggunakan air matang dan biarkan hingga kering, ibu mengerti
9. Menjadwalkan kunjungan ulang pada 3 hari post natal dan jika
ada keluhan, yaitu pada tanggal 30 Oktober 2022, ibu bersedia
untuk kunjungan ulang
10. Mencatat hasil pemeriksaan bayi, hasi pemeriksaan telah dicatat
dalam bentuk SOAP
3.4.3 Asuhan Kebidanan 5 Hari Postnatal

Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2022

Waktu : 10:00 WIB

Tempat : Rumah Ny. S

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan tidak ada keluhan umum dan tidak terdapat tanda-

tanda bahaya pada bayinya. Ibu mengatakan frekuensi menyusu bayi

sering setiap harinya kira-kira >8 kali sehari, BAK kira-kira 9 kali

sehari, warna air kencingnya jernih kekuningan dan BAB kira-kira 5

kali sehari, fesesnya lunak agak cair berwarna kuning, ibu

mengatakan mendapat ASI Ekslusif tanpa makanan pendamping.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum Bayi : Bik

2. Pemmeriksaan Antropometri

a. Panjang Badan : 48 cm

b. Berat Badan : 3700 gr

3. Tanda-tanda vital

a. Suhu : 36,9ºC

b. Pernafasan : 35x/menit

c. Bunyi jantung : 137x/menit

217
218

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Lingkar kepala 32 cm, tidak terdapat Cepal

haematoom dan caput succedaneum.

b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih,

reflek glabela (+)

c. Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung

d. Telinga : Simetris dan sudah matur, tidak ada

pengeluaran secret

e. Mulut : Bibir kemerahan, simetris , tidak ada

kelainan labioskizis, tidak ada kelainan

palatoskizis dan tidak ada labio palatoskizis,

reflek sucking (+), reflek swalowing (+).

f. Leher :Tidak ada pembengkakan kelenjar

tyroid.kelenjar limfe, dan vena jugularis,

tonic neck rekflek (+), reflek rooting (+)

g. Dada : Lingkar dada 33 cm, pernapasan teratur,

tidak ada bunyi wheezing, tidak ada bunyi

ronchi, tidak ada retraksi, bunyi jantung

regular.

h. Abdomen : Terdengar bising usus, tali pusat bersih,

tidak ada distensi abdomen, tali pusat tidak

ada tanda-tanda infeksi.

i. Ekstermitas : Pergerakan bebas, tidak ada polidaktil dan


219

sindaktili, reflek graps (+), reflek babinsky

(+)

j. Genetalia : Labia mayor sudah menutupi labia minor.

k. Kulit : Warna kulit kemerahan

5. Pemeriksaan Refleks

a. Refleks Morro : Positif (+)

b. Refleks Rooting : Posistif (+)

c. Refleks Sucking : Positif (+)

d. Refleks Swallowing: Positif (+)

e. Refleks Glabella : Positif (+)

f. Refleks Graps : Positif (+)

g. Refleks Babinsky : Positif (+)

C. ANALISA

By. Ny. S Neonatus cukup bulan sesuai massa kehamilan 5 hari

Postnatal, keadaan umum bayi baik.

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

2. Melakukan informed consent, ibu mengizinkan bayinya diperiksa

3. Melakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan tidak ada kelainan

4. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu dan

keluarga tampak senang dengan hasil pemeriksaan baik

5. Mendeteksi, hipotermi, dan tetanus neonaturum, tidak terdapat

tanda bahaya bayi baru lahir


220

6. Melakukan upaya pencegahan icterus pada bayi dengan

menginformasikan ibu untuk menjemur bayi 15-30 menit setiap

pagi, informasi diterima dengan baik dan ibu akan menjemur

bayinya

7. Melakukan upaya pencegaan infeksi tali pusat dengan

menginformasikan ibu tentang perawatan tali pusat dengan prinsif

bersih dan kering serta memandikan bayi 2 kai sehari dengan air

hangat, informasi telah diterima dan bersedia melakukan perawatan

pada bayi

8. Menjadwalkan kunjungan ulang pada 2 minggu post natal dan jika

ada keluhan, yaitu pada tanggal 14 November 2022, ibu bersedia

untuk kunjungan ulang

9. Mencatat hasil pemeriksaan bayi, hasil pemeriksaan telah dicatat

dalam benduk SOAP.


221

3.4.4 Asuhan kebidanan 15 Hari Post Natal

Tanggal pengkajian : 14 November 2022

Waktu : 10.30 WIB

Tempat : Rumah Ny. S

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan tidak ada keluhan umum dan tidak terdapat tanda-

tanda bahaya pada bayinya. Ibu mengatakan frekuensi menyusu bayi

sering setiap harinya kira-kira >8 kali sehari, BAK kira-kira 9 kali

sehari, warna air kencingnya jernih kekuningan dan BAB kira-kira 5

kali sehari, fesesnya lunak agak cair berwarna kuning, ibu mengatakan

mendapat ASI Ekslusif tanpa makanan pendamping.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

2. Pemeriksaan Antropometri

a. Panjang Badan : 47 cm

b. Berat Badan : 2.700 gram

3. Tanda-tanda vital

a. Suhu : 36,7ºC

b. Pernafasan : 33x/menit

c. Bunyi jantung : 135 x/menit


222

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Tidak ada kelainan

b. Mata : Konjungtiva Merah muda, Sklera

putih

c. Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping

Hidung

d. Dada : Pernapasan teratur 33x/menit, tidak

ada bunyi wheezing, tidak ada bunyi

ronchi, tidak ada retraksi, irama

jantung regular.

e. Abdomen : Terdengar bising usus, tidak ada

distensi abdomen tali pusat sudah

lepas, bersih, tidak ada tanda-tanda

infeksi.

f. Ekstermitas : Pergerakan bebas dan aktif

g. Kulit : Warna kemerahan

C. ANALISA

By. Ny. S Neonatus cukup bulan sesuai massa kehamilan 15 hari

Postnatal, keadaan umum bayi baik.


223

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga

2. Melakukan informed consent, ibu mengizinkan bayinya diperiksa

3. Melakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan tidak ada kelainan

4. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, ibu dan

keluarga tampak senang dengan hasil pemeriksaan.

5. Mendeteksi, hipotermi, dan tetanus neonates, tidak terdapat

bahaya bayi baru lahir.

6. Melakukan upaya pencegahan icterus pada bayi dengan

menginformasikan ibu untuk menjemur bayi 15-30 menit setiap

pagi, informasi diterima dengan baik dan ibu akan menjemur

bayinya.

7. Melakukan upaya pencegahan infeksi tali pusat dengan

menginformasikan ibu tentang perawatan tali pusat dengan prinsif

bersih dan kering serta memandikan bayi 2 kali sehari dengan air

hangat, informasi telah diterima dan bersedia melakukan

perawatan pada bayi.

8. Mencatat hasil pemeriksaan bayi, hasil pemeriksaan telah dicatat

dalam bentuk SOAP.


224

3.5 Asuhan Keluarga Berencana

Tanggal : 28 Desember 2022

Pukul : 16.00 WIB

Tempat : Puskesmas Sedong

A. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan. ini

merupakan kunjungan pertama. Ibu sudah memiliki anak 3. Anak

terkecil berusia 42 hari, anak hidup semua ibu sedang menyusui tidak

mempunyai Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit kuning,

keputihan yang lama, pendarahan pervagina yang tidak diketahui

penyebabnya, tumor payudara. Sebelum hamil terakhir ibu ikut KB

suntik 3 bulan selama 6 bulan.

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 110/80 mmHg

b) Nadi : 82x/menit

c) Respirasi : 21x/menit

d) Suhu : 36,6ºC

e) Berat Badan : 44 kg
225

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : Tidak pucat, tidak ada oedema

b. Mata : konjuntiva merah muda, seclera putih

c. Payudara : Tampak bersih, simetris, putting susu

menonjol, ASI keluar lancar, tidak ada

benjolan, dimpling sign, tidak ada nyeri

tekan

d. Jantung : Bunyi irama reguler

e. Paru-paru : Tidak ada bunyi wheezing dan ronchi

f. Abdoment : Tidak ada massa atau pembesaran rahim

C. ASSESMENT

N.y S P3A0 36 tahun akseptor KB baru suntik 3 bulan

D. PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan

terjalin baik

2. Memberitahu macam-macam alat kontrasepsi, manfaat, dan efek

samping dari alat-alat kontrasepsi, ibu mengerti dan paham

3. Membantu ibu memilih metode kontasepsi, ibu mengatakan

memilih kontrasepsi KB suntik 3 bulan


226

4. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari kontrasepsi KB suntik 3

bulan :

a. Keuntungan

a) Sangat efektif dalam mencegahan kehamilan

b) Dapat diandalkan sebagai alat kontasepsi jangka panjang

c) Tidak memproduksi ASI

d) Mencegah beberapa penyakit radang panggul

e) Tidak mengandung Estrogen sehingga tidak ada dampak

serius terhadap penyakit jantung

f) Dapat digunakan oleh perempuan berusia lebih dari 35 tahun

samapi perimenepouse.

b. Kerugian

a) Pada beberapa akseptor KB dapat terjadi gangguan haid

b) Sering muncul perubahan berat

c) Kemungkinan ada pemulihan kesuburan yang lambat setel

penghentian pemakaian

d) Ibu sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan karena tidak bisa menyuntikan kontrasepsi sendiri

e) Tidak mencegah penyakit terhadap IMS, hepatitis B, dan

HIV

5. Melakukan informed consent, ibu menyetujuinya


227

6. Menyiapkan alat-alat kontrasepsi, seperti : spuit 3cc, obat KB

suntik 3 bulan Progestin 3 Mi/150 mg Medroxprogestin Acctace,

alcohol swab, bengkok, alat-alat sudah disiapkan

7. Memposisikan I u, ibu memilih berbaring tengkurep

8. Menyuntikan Medroxprogestin Acctace 3 Mi PADA 1/3 sias

bokong, sudah dilakukan

9. Merencanakan kunjungan ulang pada tanggal 21 Februari 2023

10.Mendokumentasian asuhan dalam bentuk SOAP


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan studi kasus ini penulis menyajikan pembahasan yang

membandingkan antara teori dengan Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada

Ny. S umur 36 Tahun. Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. S merupakan

kunjungan ulang dan kunjungan pertama bagi penulis. Dari kontak pertama pada

tanggal 3 Oktober 2022 – 17 Desember 2022 yang akan datang yaitu dimulai dari

masa kehamilan 39 minggu, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang

dilaksanakan di Puskesmas Poned Sedong Lor Kabupaten Cirebon dengan

pembahasan sebagai berikut.

4.1 Asuhan Kehamilan

4.1.1 Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses pembentukan janin yang dimulai dari

masa konsepsi sampai lahirnya janin(8). Pada kasus Ny. S umur 36 tahun

mengatakan hamil 9 bulan dan ini merupakan kehamilan yang ketiga.

Pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan dan minimal

2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan 3, yaitu 2 kali pada

trimester pertama (kehamilan diatas 12 minggu), 1 kali pada trimester

kedua (kehamilan diatas 12 minggu sampai 24 minggu) dan 3 kali pada

trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu)(4).

Selama hamil Ny. S melakukan ANC sebanyak 7 kali yang

228
229

dilakukan pada trimester trimester I yaitu sebanyak 2 kali pada usia 6 –

12 minggu, trimester II yaitu sebanyak 1 kali pada usia kehamilan 23

minggu, dan 4 kali pada trimester III pada usia kehamilan antara 28-38

minggu. Dengan demikian penulis berpendapat bahwa kunjungan ANC

yang telah Ny. S lakukan sudah sesuai standar minimal kunjungan

ANC, karena pada ibu melakukan pemeriksaan antenatal care lebih dari

6 kali. Pada saat pengkajian penulis melakukan pemeriksaan ANC pada

Ny. S sebanyak 2 kali. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

4.1.2 Standar Asuhan Kebidanan 10 T

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Tinggi badan ibu untuk menentukan gizi dan minimal BB ibu

naik sebanyak 9 kg atau 1 kg setap bulannya (4). Dari hasil

pemeriksaan terhadap Ny. S kenaikan berat badan selama

kehamilan yaitu 11,8 kg sebelum hamil BB Ny. S 40 kg pada usia

kehamilan 39 minggu menjadi 51,8 kg. Sedangkan tinggi badan Ny.

S yaitu 150 cm. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

2. Ukur tekanan darah

Tekanan darah >140/90 mmHg (hipertensi)(4). Tekanan darah

Ny. S rata-rata selama kunjungan asuhan berkesinambungan adalah

100/60 mmHg sampai 110/80 mmHg, tekanan darah Ny. S

tergolong normal. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.


230

3. Nilai status gizi (ukur LILA/lingkar lengan atas)

LILA < 23,5 cm, resiko KEK (kekurangan energi kronik)(4).

Pada pemeriksaan kunjungan pertama pada asuhan

berkesinambungan Ny. S memiliki LILA 24 cm dapat dikatakan

non KEK (kekurangan energi kronis). Dapat disimpulkan bahwa

Ny. S memiliki LILA normal dan tidak termasuk KEK. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

4. Ukur tinggi fundus uteri/tingi Rahim

Mengukur tinggi fundus uteri untuk mengetahui tuanya

kehamilan dalam kandungan dengan mengukur TFU dari tepi atas

sympisis pubis sampai fundus uteri (4). Hal ini sesuai dengan hasil

pemeriksaan pada Ny. S bahwa pada saat pemeriksaan usia

kehamilan 39 minggu TFU 30 cm. Penulis berpendapat bahwa

penambahan TFU pada Ny. F normal. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Untuk melihat kelainan letak janin atau masalah lain(4). Pada

kasus Ny. S tidak terdapat luka operasi, TFU 30 cm, presentasi

kepala, kepala sudah masuk PAP, DJJ 140x/m. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.


231

6. Skrinig Imunisasi TT

Pemberian imunisasi TT yaitu pada TT2 1 bulan setelah TT3

(3 tahun), TT3 6 bulan setelah TT4 (5 tahun), TT4 12 bulan setelah

TT3 (10 tahun) dan TT5 12 bulan dari TT4 (25 tahun) (4). Pada kasus

Ny. S sudah dilakukan penyuntikan imunisasi TT5 (28-04-2022),

TT6 (29-05-2022), sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

7. Beri tablet tambah darah

Ibu mendapatkan minimal 90 tablet selama kehamilan (4).

Selama kehamilan Ny. S sudah mendapatkan tablet penambah darah

± 90 tablet. Ny. S mengkonsumsi obat penambah darah dengan

dosis 1x1 sehari yang diminum dengan air putih. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

8. Tes/periksa laboratorium

Pemeriksaan laboratorium(4). Dalam data objektif

pemeriksaan penunjang hasil laboratorium khususnya hasil Hb Ny.

S yaitu hemogblobin 12,4 gram%, glukosa urine (-), protein urine

(-), golongan darah (O), hepatitis (-), IMS (-) dan HIV/AIDS (-).

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

9. Tata laksana/penanganan khusus

Apabila ditemukan masalah segara ditangani dan dirujuk(4).

Setelah dilakukan pemeriksaan pada Ny.S hasil pemeriksaan normal

tidak ada resiko yang mengarah pada kegawatdaruratan pada ibu.


232

Ini menunjukan bahwa tidak ada kesenjangan antra teori dengan

praktik.

10. Temu wicara/konseling

Dilakukan pada saat ibu melakukan pemeriksaan

kehamilan(4). Setiap kunjungan temu wicara telah dilakukan seperti

memberikan penkes yang dibutuhkan Ny. S seperti memberitahu

kebutuhan nutrisi, istirahat yang baik, memberitahu ibu tanda

bahaya pada kehamilan, memberitahu ibu tanda-tanda persalinan,

dan sebagainya. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.2 Asuhan Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup

diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir dengan bantuan

atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)(5).

Pada saat Ny. S memasuki masa inpartu usia kehamilan 40 minggu, hal

ini menunjukkan usia kehamilannya sudah cukup bulan (aterm). Ny. S datang

ke PONED Puskesmas Sedong pada pukul 18.00 WIB. Anamnesa yang

dilakukan Ny. S pada tanggal 27 Oktober 2022, HPHT: 18-01-2022, TP: 25-

10-2022. Di dapatkan Ny. S mengeluh mulas-mulas sejak pukul 13.00 WIB

sudah keluar lendir campur darah dan belum keluar air-air. Mulas semakin

sering dan kuat, ibu mengatakan pergerakan janinnya masih aktif. Dilakukan

pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam hasilnya


233

vulva/vagina tidak ada kelainan, tebal lunak, pembukaan 3 cm, selaput

ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan Hodge II, posisi UUK depan, dan

molase tidak ada. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

4.2.1 KALA I

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap (10 cm). Dalam kala pembuka dibagi menjadi 2 fase yaitu fase

laten dan fase aktif(12). pada Ny. S berlangsung 2 jam, dihitung dari ibu

merasakan mulas saat pertama kali datang ke PONED Puskesmas

Sedoang sampai pembukaan lengkap. Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik.

4.2.2 KALA II

Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan

mendorong janin hingga keluar(12). Kala II pada Ny. S berlangsung 25

menit dari pembukaan lengkap pukul 20.00 WIB. Setelah pembukaan

lengkap lalu dilakukan pimpinan persalinan dimana sebelumnya

ditawarkan pendamping persalinan. Pukul 20.25 WIB bayi lahir

spontan segera menangis, tonus otot aktif dan jenis kelamin perempuan.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.2.3 KALA III

Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta)(12). Kala

III ditentukan dari bayi lahir sampai plasenta lahir sesuai degan teori.

Jam 20.25 WIB bayi lahir hidup, plasenta lahir 20.30 WIB. Kala III

yang berlangsung pada Ny. S selama 5 menit sampai plasenta lahir


234

lengkap. Setelah bayi lahir penulis memastikan tidak ada janin kedua

dalam rahim, memberitahu akan disuntik dan telah dilakukan.

Melakukan penjepitan dan pemotongan pada tali pusat, melakukan PTT

yaitu dengan cara menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha

bagian luar, jumlah perdarahan ± 100 cc. Kala III Ny. S berjalan normal

tidak ada penyulit. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik

dilapangan.

4.2.4 KALA IV

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap

bahaya pendarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua

jam(12). Kala IV pada Ny. S terdapat robekan dijalan lahir derajat I (kulit

perineum) dilakukan hecting dengan anastesi lidokain 1:1. Tinggi

fundus uteri 2 jari dibawah pusat, pengeluaran lochea rubra. Hasil dari

tekanan darah, nadi, pernafasa, kontraksi uterus dan jumlah perdarahan

tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

4.3 Asuhan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan umur kehamilan

lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000

gram(24). Bayi Ny. S lahir spontan pervaginam pukul 20.25 WIB, segera

menangis, tonus otot baik, warna kulit kemerahan jenis kelamin perempuan.

Pada BBL dilakukan jaga kehangatan bayi, lakukan Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) dengan cara kontak kulit bayi dengan ibu selama 1 jam sehingga dapat
235

merangsang uterus berkontraksi untuk mencegah perdarahan setelah

persalinan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.3.1 KN 1 (6-48 jam setelah lahir)

Kunjungan Neonatal I (KN I) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah

lahir(28). Asuhan yang diberikan, 1-2 jam neonatus adalah menjaga

kehangatan, memberikan salep mata, menyuntikkan Vit. K1 untuk

mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi Vit. K1 pada bayi

baru lahir dan suntik HB 0. Serta melakukan IMD selama 1 jam. Tidak

ada kesenjangan karena Vit. K diberikan 1 jam setelah bayi lahir yang

cukup bulan, sehingga tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

4.3.2 KN 2 (3-7 hari setelah lahir)

Kunjungan neonates II (KN II) pada hari ke 3 sampai dengan hari

ke 7 setelah melahirkan(28). Kunjungan II, 5 hari postnatal keadaan

umum bayi normal. Berdasarkan data subjektif bayi Ny. S di berikan

ASI saja. Pada hasil pemeriksaan frekuensi menyusu setiap harinya

kira-kira >8 kali sehari, BAK ±9 kali sehari, warna air kencingnya

jernih kekuningan dan BSB kira-kira 5 kali sehari, fesesnya lunak agak

cair berwarna kuning. Tanda-tanda vital dalam keadaan normal. Tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.3.3 KN 3 (8-28 hari setelah lahir)

Kunjungan neonatus III (KN III) pada hari ke 8 sampai dengan

hari ke 28 setelah melahirkan (28). Asuhan yang diberikan pada KN III

yaitu pemeriksaan fisik, menjaga kehangatan, memastikan pemberian


236

ASI minimal 10-15 kali dalam 24 jam, memberikan konseling tentang

pemberian imunisasi BCG pada bayi.

Pada tanggal 10 November 2022 jam 09.00 WIB. Penulis

melakukan kunjungan ulang 15 hari postnatal, didapatkan hasil

anamnesa bayi tidak ada keluhan, sehat, dan aktif. Tonus otot aktif,

warna kulit kemerahan, menetek kuat, pernafasan 33x/menit, laju

jantung 135x/menit, suhu 36,7°C. Pemeriksaan fisik tidak ada

kelainan atau masalah, tidak ada ikterus dan infeksi, BAK dan BAB

lancar, refleks-refleks pada bayi normal. Ibu dan keluarga sudah

diberikan konseling sesuai dengan keluhan dan kebutuhan bayi. Sudah

direncanakan kunjungan ulang untuk imunisasi BCG saat usia bayi 1

Bulan dan Ny.S bersedia datang ke Posyandu maupun di BPM.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

4.4 Asuhan Nifas

Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami, biasanya

berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik

secara fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan(18).

Masa nifas pada 2 jam postpartum Ny. S mengeluh masih merasa mulas,

lelah, hasil pemeriksaan keadaan umum baik, tanda-tanda vital normal,

pemeriksaan abdomen TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong, pengeluarah darah ± 100 cc, payudara bentuk dan
237

ukuran simetris, tidak ada bendungan ASI, puting susu menonjol dan

bersih, tidak ada nyeri tekan, kolostrum belum keluar, tidak ada

pembengkakan, vulva/vagina tidak ada kelainan, pengeluaran darah lokhea

rubra, tidak berbau, tidak ada pembengkakan atau peradangan, ada luka

jahitan, dan perineum bersih serta tidak ada hemorroid . Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

4.4.1 KF 1 (6-2 hari setelah melahirkan)

Pada 6 jam sampai dengan 2 hari setelah melahirkan (24). Hasil

pemeriksaan pada 6 jam postpartum didapatkan tinggi fundus uteri 2

jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, konsistensi uterus baik,

kandung kemih kosong, pengeluaran lokhea rubra, semua hasil

pemantauan tidak ada kelainan dan tidak terjadi pendarahan. Tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik

4.4.2 KF 2 (3-7 hari setelah melahirkan)

Pada 3 hari sampai dengan 7 hari setelah melahirkan (24). Hasil

pemeriksaan pada Ny. S adalah 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus

baik, konsistensi uterus baik, pengeluaran lokhea sanguinolenta,

pengeluaran ASI lancar, ibu menyusui bayi nya dan sesuai dengan

kebutuhan bayi, semua hasil pemantauan tidak ada kelainan dan tidak

ada perdarahan. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktik.
238

4.4.3 KF 3 (8-28 hari setelah melahirkan)

Pada 8 hari sampai dengan 28 hari setelah melahirkan (24). Hasil

pemeriksaan pada Ny. S adalah TFU pada 15 hari postpartum diastasis

recti 2 jari dan pengeluaran lokhea serosa ±10 cc, berwarna

kekuningan atau kecoklatan, semua hasil pemantauan tidak ada

kelainan dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik

4.4.4 KF 4 (29 hari setelah melahirkan)

Pada 29 hari sampai dengan 42 hari setelah melahirkan (24). Hasil

pemeriksaan pada Ny. S adalah TFU pada 30 hari postpartum sudah

tidak teraba lagi dan pengeluaran lokhea serosa, berwarna kekuningan

atau kecoklatan, tanda-tanda vital dalam batas normal dan dari semua

hasil pemantauan tidak ada kelainan. Dari hasil pemeriksaan penulis

berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

4.5 Asuhan Keluarga Berencana

Keluarga berencana berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau

‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang

dan sperma yang mengakibatkan kehamilan (29). Suntik hormone estrogen

adalah KB yang disuntikan ke bokong/otot panggul atas tiap 3 atau 1 bulan.

Keuntungannya yaitu praktis, efektif, aman, tidak mempengaruhi ASI, cocok

untuk menyusui dan tidak terbatas umur(32).

Ibu mennetukan pilihan menggunakan kontrasepsi suntik Depo progestin 3


239

bulan, dikarenakan ibu merasa cocok dengan kontrasepsi suntik 3 bulan, serta

tidak mengganggu produksi ASI untuk ibu yang sedang menyusui. Ibu sudah

mengetahui tentang efektivitas, efeksamping dan tentang kunjungan ulang

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Telah dilakukan asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. S umur

36 tahun di PONED Puskesmas Sedong Kabupaten Cirebon Tahun 2022 dari

tanggal 3 Oktober 2022 – 17 Desember 2022 mulai dari masa kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana. Maka didapatkan

hasil sebagai berikut:

1. Asuhan kehamilan pada Ny. S dengan hasil kehamilan normal dan sudah

memenuhi standar 10T

2. Asuhan persalinan pada Ny. S dengan hasil persalinan dengan standar

asuhan persalinan normal dengan 60 langkah APN

3. Asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny. S diberikan sesuai dengan standar

asuhan neonatal yaitu 3 kali kunjungan

4. Asuhan kebidanan pada Ny. S selama nifas diberikan sesuai dengan

standar asuhan masa nifas yaitu 4 kali kunjungan

5. Asuhan keluarga berencanan pada Ny. S diberikan sesuai standar asuhan

keluarga berencana.

240
241

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat terus memberikan motivasi dan perbaikan pada mahasiswa

dalam memberikan bimbingan baik secara teori maupun praktik.

Memberikan materi atau berupa kasus – kasus yang ada di lapangan

secara real dan asuhan yang evidance based guna mengembangkan

kompetensi mahasiswa dalam menghadapi kasus patologi atau fisiolgi

di lahan praktik.

5.2.2 Bagi Mahasiswa Kebidanan

Agar mahasiswa mampu memberikan pelayanan kebidanan sesuai

standar pelayanan kebidanan yang ditentukan, serta dapat lebih

meningkatkan cara pendokumentasian secara benar dan terperinci

sehingga dapat dijadikan acuan dalam pembuatan KTI ataupun dalam

kegiatan akademik lainnya.

5.2.3 Bagi Lahan Praktik

Dapat terus meningkatkan asuhan sesuai standar asuhan kebidanan dan

serta melengkapi kembali alat-alat pemeriksaan yang dibutuhkan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Oktova, Rafika, Yulizawati and Fitria, Henni. Analisis Faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Wanita Usia Subur (WUS) terhadap Asuhan

Continuity Of Care (COC).1, 2023, Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of

Midwifery Sciences), Vol. 12, pp. 66-75.

2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 2020.

3. Sari, Fiffin Umaya Intan. Asuhan Kebidanan pada Ny ’’S’’ Masa Kehamilan

Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus, dan KB Pascasalin di PMB Siti

Rohmani, S.ST Kabupaten Madiun. Madiun : STIKES Bhakti Husada Mulia,

2021. Laporan Tugas Akhir.

4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. LKIP 2020 (Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah). Bandung : Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2021.

5. Sekarwangi, Cahya. Pelaksanaan Terapi Murottal Surah Ar-Rahman pada Ibu

Hamil Trimester III dengan Hipertensi di RSUD Arjawinangun. Tasikmalaya :

Politeknik Kesehatan, 2022. Diploma thesis.

6. Herdianti, Febiola Ayu. Asuhan Kebidanan pada Ny.”R” Masa Kehamilan

Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus dan KB Pasca Salin di PMB

Purwantini, S.TR.Keb Kabupaten Madiun. Madiun : Stikes Bhakti Husada

Mulia, 2021. Laporan Tugas Akhir.

7. Walyani, Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jogyakarta :

Pustaka Baru Press, 2022.

242
243

8. Kartika, Cindy. Asuhan Kebidanan Continuity of Care pada Ny M Masa

Hamil sampai Keluarga Berencana di PMB Setyami Nurhayati,STR., Keb.

Ponorogo : Universitas Muhammadiyah, 2021. Tugas Akhir (D3) thesis.

9. Purwoastuti, E & Elisabeth Siwi, W. 2020. Panduan Materi Kesehatan

Reproduksi & Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

10. Rahmawati, I. 2019. Pengantar Asuhan Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan

Bayi Baru Lahir. Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari

11. Siwi walyani, E. 2022. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:

Pustaka Baru Press

12. Siwi Walyani, E. 2021. Asuhan Persalinan da Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:

Pustaka Baru Press

13. Tyastuti, S. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Kementrian

Kesehatan RI

14. Fitriana, Y & Widy, N, 2021. Asuhan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press

15. Kurniaru, A. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

16. Winkjosastro, Hanifa. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawidrohadjo

17. Rosida, Eka Evina. Asuhan Kebidanan Pada Ny ”L” Masa Kehamilan

Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus, Dan KB Pasca Salin di PMB Ny.

Purwantini., S.Tr.Keb Desa Bacem Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.

Madiun : Stikes Bhakti Husada Mulia, 2020. Diploma thesis.


244

18. Eka, Maulya Julyanti. Asuhan Kebidanan Continuity of Care pada Ny. “T”

Masa Hamil sampai dengan Keluarga Berencana di Klinik Harapan Bunda

Ponorogo. Ponorogo : Universitas Muhammadiyah, 2018. Tugas Akhir (D3)

Thesis.

19. Islami, Karisma Hayu. Asuhan Kebidanan pada Ny “T” Masa Kehamilan

Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus dan KB Pascasalin di PMB Siti

Rohmani, S.ST Dagangan Kabupaten Madiun. Madiun : Stikes Bhakti Husada

Mulia, 2020. Laporan Tugas Akhir.

20. Siwi Walyani, E & Purwoastuti, E. 2021. Asuhan Kebidanan Masa Nifas &

Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

21. Purnawati, Ita. Asuhan Kebidanan pada Ny. “A” Masa Kehamilan Trimester

III, Persalinan, Nifas, Neonatus dan KB Pascasalin di PMB Purwantini,

S.tr.Keb Kabupaten Madiun. Madiun : Stikes Bhakti Husada Mulia, 2021.

Laporan Tugas Akhir.

22. Husnan, Hadijah. Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. M. M. di

Puskesmas Watuneso Periode 24 April S/D 17 Juni 2019. Kupang : Poltekkes

Kemenkes, 2019. Diploma thesis

23. Puji Wahyuningsih, H. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI

24. Lestari, Rizka CItra. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.“A”di Bidan

Praktek Mandiri SRIATIN, S.tr.Keb Kelurahan Ranomeeto Konawe Selatan.

Kendari : Poltekkes Kemenkes, 2022. Laporan Tugas Akhir.


245

25. El Sinta, L, dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi,

dan Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka

26. Widiyaningsih, Anita. Asuhan Kebidanan pada Ny. “N” Masa Kehamilan

Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus dan KB Pascasalin di PMB

Purwatini, S.tr.Keb Kabupaten Madiun. Madiun : Stikes Bhakti Husada

Mulia, 2021. Laporan Tugas Akhir.

27. Sari, Siska Yunita. Kebidanan pada Ny. “K” Masa Kehamilan Trimester III,

Persalinan, Nifas, Neonatus dan KB Pascasalin di PMB Siti Rohmani, S.ST,

Dagangan, Kabupaten Madiun. Madiun : Stikes Bhakti Husada Mulia, 2020.

Diploma thesis.

28. Rusman, Rofiatul Jannah. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. S di

Bidan Praktek Mandiri Darma Bakti Kabupaten Konawe Selatan. Kendari :

Poltekkes Kemenkes, 2021. Laporan Tugas Akhir.

29. Kurnia Sari, Eva. Asuhan Kebidanan Continuity of Care pada Ny S Masa

Hamil sampai dengan Keluarga Berencana di Praktik Mandiri Bidan Anni

Istiqomah,S.St Desa Gombang, Slahung- Ponorogo. Ponorogo : Universitas

Muhammadiyah , 2021. Tugas Akhir (D3).

30. Satriani, Titin. Asuhan Kebidanan Continuity of Care pada Ny.W Masa Hamil

Sampai Keluarga Berencana di PMB Lilis Balong Ponorogo. Ponorogo :

Universitas Muhammadiyah, 2019. Tugas Akhir (D3)


246

31. Soraya, Mutiara. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Umur 27 Tahun

di PMB EW S,tr.Keb Karangroto Genuk Kota Semarang. Semarang :

Universitas Muhammadiyah, 2019. Diploma III thesis.

32. Yunus, Nuranah. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.N dI Wilayah

Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari. Kendari : Poltekkes Kemenkes,

2021. Laporan Tugas Akhir.

33. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan. [Online] 2019.

https://ktki.kemkes.go.id/info/sites/default/files/UU%20Nomor

%204%20Tahun%202019%20ttg%20Kebidanan.pdf.
247

LAMPIRAN
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260

Anda mungkin juga menyukai