Anda di halaman 1dari 162

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. K G2 P1 A0 FISIOLOGIS DIPUSKESMAS


TELAGASARI KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2023

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi D III Kebidanan
Universitas Singaperbangsa Karawang

DISUSUN OLEH :
NAMA : NADILA RIZKIANA
NPM : 201063010006

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN AKADEMIK 2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


PADA NY. K G2 P1 A0 FISIOLOGIS DI PUSKESMAS TELAGASARI
TAHUN 2023

NAMA : Nadila Rizkiana


NPM : 2010630100006

Mengesahkan Tanda Tangan Tanggal

1. Penguji 1,

………………………. ………………………. ……………………….


2. Penguji 2,

………………………. ………………………. ……………………….

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Koordinator Prodi Kebidanan

Dr. Undang Ruslan Wahyudin, M.Pd Irma Yanti, S.Sit., M.Kes

ii
ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


PADA NY. K G2 P1 A0 FISIOLOGIS DI PUSKESMAS TELAGASARI
KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2023

Nadila Rizkiana
2010630100006
Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Singaperbangsa Karawang

Setiap wanita akan melalui proses kehamilan,persalinan dan


nifas,hal tersebut merupakan proses fisiologis. Masalah kesehatan
mungkin terjadi dalam menjalani proses tersebut,sehingga meningkatkan
kesakitan bahkan kematian pada ibu dan bayi.Tujuan laporan tugas akhir
PKK III ini adalah pemberian asuhan secara komperehensif dari
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dengan metode
pengambilan data berdasarkan dokumentasi dari buku KIA dan asuhan
secara langsung.
Asuhan kehamilan Ny. K dilakukan sebanyak 2 kali dengan
kehamilan normal dan tidak ada komplikasi. Pada saat persalinan Ny. K
dilakukan observasi dan tindakan sesuai dengan standar asuhan
persalinan,nifas dan bbl. Pada Ny. K bayi lahir spontan,segera
menangis,tidak ada cacat bawaan, warna kulit kemerahan, pergerakan
aktif, jenis kelamin laki laki. Masa nifas Ny. K secara keseluruhan
dilakukan kunjungan 2 kali berjalan dengan normal,tanpa adanya
masalah, hal ini disebabkan karena ibu besikap koopreratif dengan
petugas kesehatan ,dapat memahami konseling yang diberikan dan mau
mengikuti anjuran dan pendidikan kesehatan yang diberikan oleh bidan.
Setelah melewati masa nifas Ny. K mau menggunakan alat kontrasepsi.
Setelah hari ke-40 post partum ,Ny. K bersedia menggunakan KB suntik 3
bulan.

Kata Kunci : Kehamilan, Persalinan, Nifas Dan Bayi baru lahir

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ASUHAN

KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. K G2 P1 DI PUSKESMAS

TELAGASARI TAHUN 2023”.

Dalam melakukan pengambilan kasus asuhan kebidanan ini,

penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, penulis

banyak mendapat masukan, pengarahan, bimbingan dan bantuan yang

sangat berharga dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Sri Mulyani, Ak, CA. selaku Rektor Universitas

Singaperbangsa Karawang.

2. Dr. H. Undang Ruslan Wahyudin,M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang.

3. Ibu Irma Yanti, S.SiT., M.Kes selaku koordinator Program Studi

Kebidanan Universitas Singaperbangsa Karawang.

4. Ibu Rina Marlina, S.SiT., Kes MKM. Selaku penanggung jawab laporan

tugas akhir yang banyak memberikan kritik dan saran yang bermanfaat

bagi penulis.

iv
5. Oon Sopiah, S.SiT., M.Kes. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan kesabaran selama membimbing

penulis dalam penyusunan laporan tugas PKK III ini.

6. Ibu Tuti Hikmawati, AM.Keb selaku Bidan Koordinator dan selaku

bidan pembimbing yang selalu memberi semangat, memberikan izin

untuk melakukan pengambilan kasus, serta membantu dan memberi

masukan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Kebidanan Universitas

Singaperbangsa Karawang yang turut membantu dalam proses

penyusunan laporan.

8. Ny. K dan seluruh keluarga yang telah terbuka dan bersedia untuk

menerima Asuhan Kebidanan Komprehensif yang dilakukan penulis.

9. Kepada Orang tua tercinta dan keluarga yang tersayang yang tiada

henti memberikan dukungan baik secara moril,material,spiritual dan

semangat yang besar dalam penulisan laporan tugas akhir.

10. Alga, yang telah menjadi tempat keluh kesah saya selama 1 tahun

belakangan ini.

11. Teman-teman saya yang telah menemani awal perkuliahan saya, dan

selalu memberikan dukungan sampai saat ini.

12. Teman-teman seperjuangan mahasiswa kebidanan UNSIKA angkatan

yang saling menyemangati satu sama lain demi terselesaikannya

laporan ini, serta semua pihak yang turut mendukung penulis dalam

penyusunan laporan tugas Akhir PKK III ini dari awal hingga selesai.

v
Dalam penyusunan dan penulisan laporan tugas Akhir PKK III ini,

penulis menyadari banyak kekurangan dan masih jauh dari kata

sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari

para pembaca yang bersifat membangun.

Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi

mahasiswi ataupun para pembaca dan atas partisipasi dari semua

pihak penulis, saya ucapkan terimakasih.

Karawang, 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii
ABSTRAK..................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................viii
DAFTAR TABEL........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...............................................................................5
C. Manfaat Penulisan.............................................................................7
D. Gambaran Kasus...............................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................11
A. Kehamilan........................................................................................11
1. Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan........................................13
2.Tanda-Tanda Kehamilan.................................................................15
3. Diagnostik Kehamilan....................................................................17
4. Ketidaknyamanan Selama Masa Kehamilan................................20
5. Standar Pelayanan Pada Masa Kehamilan...................................23
6. Pemeriksaan Fisik Pada Masa Kehamilan...................................30
B. Persalinan........................................................................................37
1. Jenis-Jenis Persalinan...................................................................37
2. Etiologi Persalinan..........................................................................41
3. Tanda-Tanda Persalinan................................................................43
4. Tahapan-Tahapan Persalinan........................................................44
5. Asuhan Persalinan Normal............................................................46

vii
6. Patograf…………………………………………………………………….....47

C. Nifas..................................................................................................54
1. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas........................................56
2. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas.......................................61
3. Kebutuhan Dasar Masa Nifas........................................................64
4. Tanda Bahaya Masa Nifas..............................................................67
5. Pemeriksaan Fisik Masa Nifas.......................................................72
D. Bayi Baru Lahir................................................................................74
1. Perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran....................75
2. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan..............................76
3. Inisiasi Menyusui Dini....................................................................78
4. Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi...................................................79
5. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir...............................................80
6. Jadwal Imunisasi............................................................................86
D. Pendokumentasian.........................................................................87
1. Manajemen Asuhan Kebidanan.....................................................87
2. Metode Pendokumentasian Kebidanan........................................89
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................91
1. Asuhan Kehamilan..........................................................................91
2. Asuhan Persalinan........................................................................110
3. Asuhan Nifas..................................................................................113
4. Asuhan Bayi Baru Lahir................................................................125
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................131
A. Kehamilan......................................................................................131
1. Usia dan Jarak Kehamilan...........................................................131
2. Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil................................................132
3. Imunisasi TT dan Pemeriksaan Labolatorium...........................133
4. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG).............................................135
B. Persalinan......................................................................................136
1. Inisiasi Menyusui Dini..................................................................136
B. Nifas................................................................................................137

viii
C. Bayi Baru Lahir..............................................................................137
1. Penimbangan Berat Badan..........................................................137
2. Pemakaian Gurita..........................................................................137
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................139
1. Kesimpulan.....................................................................................139
2. Saran...............................................................................................141
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................142
LAMPIRAN.............................................................................................144
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................145
LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................166
RIWAYAT HIDUP...................................................................................167

ix
DAFTAR TABEL

Table 1. Tinggi Fundus Uteri Menurut Leopold...................................13


Table 2. Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Hamil Menurut Indeks
Masa Tubuh (IMT) yang Dianjurkan Institute Of Medicine..................24
Table 3. Imunisasi TT ibu hamil............................................................26
Table 4. Imunisasi TT bayi dan BIAS....................................................27
Table 5. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal.................................46
Table 6. Perubahan Uterus pada Masa Nifas.......................................56
Table 7. Macam-Macam Lochea............................................................57
Table 8. APGAR SCORE........................................................................85
Table 9. Jadwal Imunisasi......................................................................86

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kartu Tanda Pengenal Pasien dan Suami.....................................146


Gambar 2. Kartu Keluarga Pasien........................................................................147
Gambar 3. Buku KIA pasien..................................................................................148
Gambar 4. Buku KIA pasien..................................................................................149
Gambar 5. Buku KIA pasien..................................................................................150
Gambar 6. Surat Keterangan Lahir......................................................................151
Gambar 7. Catatan Kesehatan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir...............152
Gambar 8. Catatan Hasil Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir.................153
Gambar 9. Catatan Kesehatan Ibu Nifas.............................................................154

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses Kehamilan, dan persalinan merupakan proses normal yang

terjadi oleh seluruh wanita, begitu pula masa nifas. Walau tidak dipungkiri

dalam beberapa masalah mungkin terjadi komplikasi sejak awal, karena

kondisi tertentu atau komplikasi tersebut terjadi kemudian (Walyani, 2019).

Sebagian besar komplikasi tidak dapat diprediksi sebagai akibat sehingga

diperlukan kesiapan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang

berkualitas secara berkesinambungan yang dilakukan setiap saat dalam

24 jam atau selama 7 hari, dengan harapan dapat menurunkan kematian

ibu dan bayi (Achadi, 2019).

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan kesehatan ibu

dan anak. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa

kehamilan,persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,

persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab

sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran

hidup (Kemenkes RI, 2019). World Health Organization (WHO)

menyampaikan bahwa pada tahun 2018, AKI di dunia diperkirakan

sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup yang terjadi karena komplikasi

kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ini terjadi akibat faktor

1
2

yang sebenarnya dapat dicegah dengan pengaturan pelayanan kesehatan

yang baik. Sedangkan untuk AKB di dunia diperkirakan sebanyak 19 per

1000 hidup kelahiran pada masa neonatal dengan penyebab utama

prematuritas, komplikasi persalinan (asfiksia lahir) dan neonatal sepsis

(Fitriani, 2021)

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021, AKI di

Indonesia sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data

tersebut, terdapat 7.389 jumlah ini menunjukan peningkatan di

bandingkan tahun 2020 sebesar 4.627 kematian ibu di Indonesia

Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun

2021 terkait COVID-19 sebanyak 2.982 kasus, perdarahan sebanyak

1.330 kasus, dan hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.077 kasus

(Kemenkes, 2021). Menurut data yang tercatat dalam Program Kesehatan

Keluarga di Kementrian Kesehatan, pada tahun 2021 AKI mengalami

kenaikan menjadi 7.627. AKI tersebut disebabkan oleh COVID -19,

perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan gangguan sisem peredaran

darah (Kemenkes RI, 2021). Selain itu menurut data Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI), pada tahun 2020 AKB berjumlah 90 per

1.000 kelahiran hidup. Tentunya AKB tersebut diharapkan akan terus

mengalami penurunan melalui intervensi yang dapat mendukung

kelangsungan hidup anak yang ditujukan untuk menurunkan AKB menjadi

per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2024. Bedasarkan data dari Direktoran

Kesehatan melalui Kemenkes tahun 2018 bahwa AKB pada periode enam

2
3

hari pertama kehidupan sebanyak (16.156 kematian), pada usia 29 hari –

11 bulan sebanyak (6.5151 kematian) dan pada usia 12-59 bulan

sebanyak (2.927 kematian), penyebab utama AKB pada tahun 2019

terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR). Penyebab

AKB lainnya asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus neonatorium,

(Prabhakara 2010). Berdasarkan data dari Direktorat Kesehatan Keluarga

melalui kemenkes tahun 2021 bahwa jumlah AKB terjadi pada masa

neonates dengan usia 0-28 hari sebanyak (20.266 kematian), usia 29 hari-

11 bulan sebanyak (5.386 kematian) dan usia 12-59 bulan sebanyak

(2.506 kematian). Penyebab AKB terbanyak adalah BBLRS. Penyebab

lainnya asfiksia,infeksi,kelainan kongenital, tetanus neonatorium

(Kemenkes, 2021).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Dinkes Jawa Barat tahun 2021,

jumlah AKI pada tahun 2021 sebanyak 1.206 kasus atau 147,43 per

100.000 KH, meningkat 461 kasus dibandingkan Tahun 2020 yaitu 746

kasus. Penyebab AKI di dominasi oleh perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan, infeksi, gangguan sistem peredaran darah (Jantung),

gangguan metabolik dan penyebab lainnya. Sedangkan AKB pada tahun

2021 sebesar 2.903 kasus, menurun 0,38 poin dibandingkan pada tahun

2020 sebesar 2.760 kasus.. Penyebab utama AKB adalah BBLR, Asfiksia,

Tetanus Neonatorum, Sepsis, Kelainan bawaan, dan penyebab lainnya

(Sudartini, 2020).

3
4

Pada tahun 2022, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten

Karawang kasus kematian ibu pada tahun 2022 sebanyak 52 kasus.

Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, preeklamsi berat,

infeksi, dan komplikasi lain. Sedangkan kematian bayi sebanyak 178

kasus. Penyebabnya adalah asfiksia, infeksi, aspirasi, diare, dan

penyebab lain yang tidak diketahui. Kabupaten karawang adalah

kabupaten paling baik dalam menjalankan program si jari emas (Gadway)

karena mampu mengurangi jumlah kematian ibu dan bayi. Program ini

berupaya menurunkan jumlah kematian ibu dan kematian bayi dengan

cara meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru

lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkemas

PONED, dan memperkuat system rujukan yang efisien dan efektif antar

puskesmas dan rumah sakit (Laporan MDPN dan laporan Puskesmas,

2021-2022).

Pada tahun 2023 berdasarkan data Puskesmas Telagasari jumlah

kematian ibu dan bayi di Puskesmas Telagasari ialah 0 kematian pada

ibu,dan 0 kematian pada bayi. Penanganan puskesmas dalam

menurunkan AKI dan AKB ialah dengan melakukan pemantauan dan

memberikan asuhan sejak ibu hamil hingga ibu menggunakan alat

kontrasepsi. Hal tersebut dapat mempermudah tenaga kesehatan untuk

terus memantau kesehatan pada pasien (Pupuy, 2023)

Berdasarkan hasil penilaian yang penulis lakukan terkait Pusat

Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) mengenai fasilitas kesehatan,

4
5

Kinerja Tenaga Kesehatan serta Pelayanan Kesehatan yang diberikan

oleh Puskesmas Telagasari telah sesuai dengan peraturan Mentri

kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang pusat

Kesehatan Masyarakat. Fasilitas Kesehatan di puskesmas Telagasari

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif diwilayah kerjannya, hal tersebut telah sesuai

dengan pasal 1 ayat 2. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan

puskesmas Telagasari bersedia mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatannya masing-masing dan telah memiliki

kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan, hal tersebut telah

sesuai pada pasal 1 ayat 5. Pelayanan kesehatan yang diberikan

puskesmas kepada masyarakat telah mencangkup perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, dan pelaporan yang dituangkan dalam

suatu sistem hal tersebut telah sesuai pada pasal 1 ayat 9 (PERMENKES,

2019).

Tingginya kasus AKI dan AKB dapat menimbulkan beberapa

akibat, diantarannya : (1) perubahan populasi, sebagai contoh yaitu ketika

anak anak yang ibunya meninggal saat melahirkan turut memiliki resiko

bertahan hidup yang kecil (2) Dapat menyebabkan kerugian besar bagi

prekonomian negara (Inzam, 2021).

5
6

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

mengetahui lebih dalam mengenai penerapan manajemen kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir dengan judul “ASUHAN

KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS

DAN BAYI BARU LAHIR PADA NY. K G2P1A0 FISIOLOGIS DI

PUSKESMAS TELAGASARI TAHUN 2023” dengan harapan bahwa

manajemen asuhan kebidanan komperhensif dapat berlangsung

normal dengan mengurangi komplikasi pada ibu hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir, sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam

mengurangi AKI dan AKB.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan mengenai laporan asuhan komprehensif, yaitu :

1. Tujuan Umum

Penulis dapat melakukan study kasus atau menerapkan manajemen

asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. K di Puskesmas

Telagasari Tahun 2023, dengan melakukan pendekatan pada klien sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas,

dan bayi baru lahir serta di dokumentasikan secara SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu mengumpulkan data subjektif dan objektif

secara komprehensif pada Ny. K di Puskesmas Telagasari

Tahun 2023.

6
7

b. Penulis mampu melakukan interpretasi data subjektif dan

objektif secara komprehensif pada Ny. K di Puskesmas

Telagasari Tahun 2023.

c. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah

potensial secara komprehensif pada Ny. K di Puskesmas

Telagasari Tahun 2023.

d. Penulis mampu menentukan kebutuhan tindakan segera secara

komprehensif pada Ny. K di Puskesmas Telagasari Tahun 2023.

e. Penulis mampu menyusun rencana asuhan secara

komprehensif pada Ny. K di Puskesmas Telagasari Tahun 2023.

f. Penulis mampu melakukan penatalaksanaan asuhan secara

komprehensif pada Ny. K di Puskesmas Telagasari Tahun 2023.

g. Penulis mampu mengevaluasi asuhan secara komprehensif

pada Ny. K di Puskesmas Telagasari Tahun 2023.

h. Penulis mampu melakukan dokumentasi secara komprehensif

pada Ny. K di Puskesmas Telagasari Tahun 2023.

C. Manfaat Penulisan

Terdapat 2 (dua) manfaat penulisan laporan asuhan komprehensif

ini, diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya asuhan komprehensif ini, diharapkan dapat

menambah referensi dan sumber bacaan di perpustakaan tentang

7
8

asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas dan bayi baru lahir .

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Institusi

Pendidikan Institusi dapat memperoleh masukan untuk

pengembangan materi yang telah diberikan baik dalam perkuliahan

maupun praktik lapangan agar dapat menerapkan secara langsung

mengenai asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan pendekatan manajemen

kebidanan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

b. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan dengan adanya asuhan komprehensif ini dapat

menjadi kontribusi yang positif dalam meningkatkan kualitas

mutu pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas dalam

upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian

Bayi.

c. Bagi Pasien

Pasien mendapatkan informasi tentang pentingnya pemeriksaan

kehamilan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan secara

komprehensif selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi

baru lahir.

d. Bagi Penulis

8
9

Diharapkan penulis dapat meningkatkan pengetahuan,

pemahaman, bagi penerapan ilmu yang diterima selama masa kuliah

dan peneliti memperoleh pengalaman secara langsung berkaitan

dengan asuhan kebidanan berkelanjutan.

D. Gambaran Kasus

1. Kehamilan

Ny. K usia 32 tahun hamil ke 2 pernah melahirkan 1 kali, tidak pernah

keguguran, memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas, PMB, dan

Dokter. HPHT : 10 Agustus 2022 TP : 18 Mei 2023. Ny. K memeriksakan

kehamilannya sebanyak 8 kali, pada trimester I ibu melakukan kunjungan

sebanyak 2 kali, kunjungan 1 mengeluh mual, untuk tindakan yang

diberikan tes HCG (+), untuk obat yang diberikan Capiflex dan diberi

nasihat tentang pola istirahat dan menganjurkan ibu untuk USG. Pada

kunjungan ke 2 tidak ada keluhan, untuk tindakan yang diberikan

melakukan suntik TT3, dan melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap,

untuk obat yang diberikan SF.

Pada trimester II sebanyak 2 kali, Kunjungan 1 tidak ada keluhan,

untuk obat yang diberikan FE dan asam folat, dan diberi nasihat tentang

pola nutrisi dan melakukan kunjungan ulang 1 bulan sekali atau jika ada

keluhan.

Pada kunjungan ke 2 tidak ada keluhan, melakukan pemeriksaan

USG obat yang diberikan FE dan kalk.

9
10

Pada trimester III ibu melakukan kunjungan sebanyak 4 kali,

Kunjungan 1 tidak ada keluhan, untuk obat yang diberikan FE dan asam

folat, dan diberi nasihat tentang pola nutrisi dan melakukan kunjungan

ulang 2 minggu sekali atau jika ada keluhan.

Pada kunjungan ke 2 tidak ada keluhan, untuk obat yang diberikan FE

dan kalk dan diberi nasihat tentang persiapan persalinan dan tanda

bahaya persalinan, menganjurkan melakukan kunjungan ulang 1 minggu

sekali atau jika ada keluhan.

Pada kunjungan ke 3 tidak ada keluhan, untuk obat yang diberikan FE

dan asam folat,kalk dan diberi nasihat tentang persiapan persalinan dan

tanda bahaya persalinan, menganjurkan untuk USG dan melakukan

kunjungan ulang 1 minggu sekali atau jika ada keluhan.

Pada kunjungan ke 4 tidak ada keluhan, melakukan pemeriksaan

USG obat yang diberikan FE dan kalk.

2. Persalinan

Pada tanggal 08 Mei 2023 pukul 19.00 WIB Ny.K dating ke PMB Bd E,

mengeluh perut mulas-mulas dari sore .Keadaan ibu baik,tekanan darah

ibu 110/80 mmHg,nadi 80x/menit,pernapasan 20x/menit,suhu 36,6 derajat

celcius,tinggi fundus uteri 33 cm,detak jantung janin 145x/menit,his 3 kali

dalam 10 menit selama 35 detik,portio tebal lunak,pembukaan 10

cm,bidang hodge IV+.Pukul 21.10 WIB bayi lahir

spontan,menangis,gerakan aktif,kulit kemerahan.Pukul 21.20, plasenta

lahir spontan selaput serta kotiledon lengkap.Melakukan massage uterus

10
11

dan tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat.Kandung kemih

kosong,kontraksi baik.

3. Nifas

Kunjungan Nifas dilakukan sebanyak 4 kali. Pada kunjungan ke-1

yaitu pemeriksaan 6 jam,hasil pemeriksaan ibu dan bayi baik ,ibu sudah

dapat berjalan dan sudah dapat di pulangkan.Pada Kunjungan ke-2

pemeriksaan 4 hari,hasil pemeriksaan ibu dan bayi baik tanpa ada

keluhan.

4. Bayi Baru Lahir

Kunjungan BBL dilakukan sebanyak 3 kali.Kunjungan hari ke-1 yaitu

pemeriksaan 6 jam bayi sudah di suntikan imunisasi HB0 dan pulang

bersama ibunya.Pada kunjungan ke-2 pemeriksaan 4 hari,hasil

pemeriksaan bayi tidak ada keluhan untuk saat ini dan sudah digantikan

kasa yang baru untuk tali pusatnya.

11
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau gabungan dari spermatozoa dan

ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

dari awal fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu, 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional. Kesimpulannya, kehamilan adalah bertemunya sel

telur dan sperma di dalam atau diluar rahim dan berakhir dengan

keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir. (Siti Tyastuti, 2017)

Pembagian kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yakni trimester I,

yang dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu); trimester II,

dimulai dari bulan 4 sampai bulan ke 6 (13-28 minggu); trimester III dari

bulan 7 sampai bulan ke 9 (29-42 minggu). (Ika Yulianti, 2020)

WHO dalam Kemenkes RI (2013), kehamilan lebih dari 42 minggu

dinakaman dengan kehamilan serotinus, prolonged pregnancy, atau post-

term pregnancy yang terhitung sejak hari pertama menstruasi. Kehamilan

serotinus lebih sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua

atau pada grandemultiparitas. Kehamilan serotinus Sebagian akan

menghasilkan keadaan neonatus dengan dysmaturitas. Kematian

perinatalnya 2-3 kali lebih besar dari bayi yang cukup bulan.

12
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi

keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Karakteristik

ibu hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi pada

kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun karena dikatakan usia

tidak aman karena saat bereproduksi pada usia itu, kondisi organ

reproduksi wanita sudah mengalami penuruan kemampuan untuk

bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145 cm, berat badan kurang dari

45 Kg, jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2

tahun, jumlah anak lebih dari 4.

Jarak ideal kehamilan antara persalinan terakhir dengan kehamilan

berikutnya (pregnancy spacing) sebaiknya antara 2 sampai 5 tahun.

Umur adalah lamanya seorang individu mengalami kehidupan sejak lahir

sampai saat ini. Kehamilan resiko tinggi dapat timbul pada keadaan 4T

(terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, dan terlalu dekat). Pada

kelompok umur beresiko yaitu < 20 tahun dan >30 tahun. Kelompok umur

tidak beresiko atau resiko ringan yaitu 20 tahun sampai 35 tahun, pada

kehamilan usia muda ≤ 20 tahun yang membutuhkan asupan gizi lebih

banyak untuk perkembangan ibu dan janin.

Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani

pada ibu dapat mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang

paling buruk yaitu kematian pada ibu dan bayi. Bahaya yang dapat terjadi

pada ibu hamil dengan resiko tinggi ialah tekanan darah tinggi dan pre-

13
eklamsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar atau macet, dan

perdarahan setelah bayi lahir. (Podungge, 2020)

1.Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan

Perubahan fisiologis pada masa kehamilan salah satunya ialah

perubahan uterus. Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama

dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.

Berat uterus normal kurang lebih 30 gram, kemudian berubah menjadi

1.000 gram pada akhir kehamilan (40 minggu). Perubahan uterus pada

minggu ke-16 dari luar, fundus uteri kira-kira terletak diantara setengah

jarak pusat ke simfisis, pada minggu ke-20 fundus uteri terletak kira-kira

dipinggir bawah pusat, pada minggu ke-24 fundus uteri berada tepat

dipinggir atas pusat, pada minggu ke-28 fundus uteri terletak kira-kira 3

jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke prosessus xifodeus

(PX), pada minggu ke-39 fundus uteri terletak diantara setengah jarak

pusat dari PX, pada minggu ke-36 fundus uteri terleterletak kira-kira 3 jari

dibawah PX, pada minggu ke-40 fundus uteri turun kembali disebabkan

oleh kepala janin yang pada kehamilan primigravida turun dan masuk ke

dalam rongga panggul kemudian pembuluh darah vagina bertambah,

hingga warna selaput lendirnya membiru (tanda Chadwick), kekenyalan

(elastis). Vagina bertambah artinya daya direnggang bertambah, sebagai

persiapan persalinan. Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus

mencapai 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. hal ini

memungkinkan bagi adekuatnya pertumbuhan janin.

14
Table 1. Tinggi Fundus Uteri Menurut Leopold

UK (minggu) Tinggu Fundus Uteri (TFU)


12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xipoideus (PX)
36 3 jari di bawah prosesus xipoidesus (PX)
40 Pertengahan pusat-prosesu xipoideus (PX)

( (Wiknjosastro, 2006)

Volume darah juga semakin meningkat karena jumlah serum darah

lebih banyak dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam

pengenceran darah (hemodilusi) yang biasa terjadi ketika usia kehamilan

32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25% sampai 30%

sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Sarwono, 2005).

Pada kehamilan, juga terjadi perubahan sistem respirasi untuk

memenuhi kebutuhan oksigen (O2). Terjadi perubahan desakan

diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan

32 minggu.

Terjadinya perubahan hormon estrogen pada pengeluaran asam

lambung yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya mual, pusing

kepala pada pagi hari atau yang biasa disebut morning sickness, muntah

(emesis gravidarum), muntah yang berlebihan sehingga mengganggu

kehidupan sehari-hari disebut (hiperemisis progesteron) yang juga

15
menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan

obstipasi.

Serviks juga mengalami perubahan menjadi lebih lunak atau, hal ini

disebut juga tanda Goodell sebagai akibat dari hipervaskularisasi,

meningkatnya aliran darah ke serviks, dan lebih banyaknya jaringan ikat

yang mengandung kolagen.

Vagina dan vulva juga mengalami perubahan karena pengaruh

estrogen. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah

atau kebiruan. Warna livid pada vagina atau portio serviks disebut tanda

Chadwick. Tanda Chadwick sendiri yaitu uterus, serviks, dan itsmus

melunak secara progresif dan serviks menjadi kebiruan. ( (Rustam

Mochtar, 1998: 35) Pembesaran rahim pada dinding perut menimbulkan

peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastik di bawah kulit

sehingga timbul striae gravidarum. Sedangnkan bertambah pigmentasinya

linea alba disebut linea nigra (Rustam Mochtar, 1998: 36)

2.Tanda-Tanda Kehamilan

Secara klinis, tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 3 kategori, ada

tanda tidak pasti, tanda pasti, dan tanda kemungkinan hamil.

Tanda tidak pasti hamil (presumtif) ditandai dengan mual dan

muntah yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehamilan hingga akhir

triwulan pertama. Rasa mual dan muntah lebih sering terjadi di pagi hari

sehingga biasa disebut morning sickness, namun bila rasa mual dan

muntah terjadi secara berlebihan atau terlalu sering disebut hyperemesis

16
gravidarum. Ngidam, tidak tahan bau-bauan tertentu, tidak ada selera

makan, dan payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri juga bukanlah

suatu tanda pasti hamil.

Tanda kemungkinan atau dugaan hamil ditandai dengan

pembesaran perut setelah 16 minggu, konraksi uterus yang muncul

belakangan dan ibu mengeluh perutnya kencang tetapi tidak disertai

dengan rasa sakit. Uterus yang mengalami perubahan pada ukuran,

bentuk, dan konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak dengan bentuk

globuler. Selanjutnya, adanya tanda piskacek’s yaitu di mana uterus

membesar atau menonjol ke salah satu bagian pembesaran uterus.

Peningkatan suhu basal tubuh sesudah ovulasi antara 37,2 OC-37,8OC juga

merupakan tanda akan adanya kehamilan.

Tanda kemungkinan hamil selanjutnya adalah perubahan-

perubahan yang terjadi pada serviks. Seperti tanda hegar yang ditemukan

pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya uterus segmen bawah rahim

yang lebih lunak dari bagian yang lain. Tanda goodell’s yang dapat

diketahui melalui pemeriksaan abdominal dengan serviks terasa lebih

lunak, dan adanya hipervaskularisasi yang mengakibatkan vagina atau

vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide) atau disebut juga

dengan tanda chadwick.

Sedangkan tanda pasti kehamilan yang pertama ialah gerakan

janin yang bermula pada usia kehamilan 12 minggu, akan tetapi baru

dapat dirasakan oleh ibu pad ausia 16-20 minggu, yang dapat dilihat

17
melalui pemeriksaan USG, dirasa, dan diraba bagian-bagian janin di

dalam perut. Selain itu, denyut jantung janin yang dapat didengar

menggunakan setoskop monoral laennec, dapat dicatat dan dapat

didengar menggunakan alat doppler, dapat dilihat dengan menggunakan

Ultrasonografi (USG), dan dapat terlihat tulang – tulang janin dalam foto

rontgen.

3.Diagnostik Kehamilan

Alasan dilakukannya tes kehamilan adalah untuk memastikan

kehamilan setelah menjalani perawatan medis dan untuk memastikan

kehamilan normal.

Pemeriksaan diagnostik kehamilan ini antara lain dapat dilakukan di

laboratorium dan pemeriksaan dengan USG. Pemeriksaan laboratorium

meliputi tes urin dan tes darah, kedua tes ini ditujukan untuk mencari

adanya hCG didalam sampel yang diambil. Perbedaannya tes darah

dilakukan di rumah sakit, sedangkan tes urin bisa dilakukan sendiri di

rumah. (Mujahidatul Musfiroh, 2017)

Tes darah dinilai lebih sensitif, tapi harganya lebih mahal dan tidak

mudah dilakukan. Dokter mengguakan dua jenis tes darah untuk

memeriksa kehamilan yakni kualitatif dan kuantitatif. Tes darah dapat

mendeteksi HCG lebih awal daripada tes urin. Tes darah dapat

mendeteksi kehamilan sekitar enam sampai delapan hari setelah ovulasi.

Tes darah kuantitatif atau disebut juga beta HCG dapat menunjukan kadar

HCG dalam darah, sedangkan tes darah kualitatif hanya akan

18
menunjukan apakah ada HCG atau tidak. Jenis tes darah ini memiliki

akurasi yang sama dengan tes urin. Selama masa kehamilan dilakukan

pemeriksaan darah beberapa kali dan tidak beresiko pada janin.

Pemeriksaan darah untuk mengetahui beberapa hal berikut.

Kadar zat besi dalam darah bila rendah, maka ibu hamil akan

mudah lelah dan lesu. Jika kadar zat besi ibu berubah-ubah selama

kehamilan, dianjurkan untuk melakukan tes darah pada masa kehamillan

28 minggu.

Golongan darah dan faktor rhesus ibu. Dokter harus mengetahui

golongan darah ibu, apakah darah ibu rhesus positive (RH+) atau rhesus

negative. Bila darah ibu RH- dan ibu mengandung bayi dengan RH+,

tubuh ibu akan memperoleh antibody untuk melawan/menentang sel-sel

darah RH+. Ini berbahaya bagi bayi ibu.

Pemeriksaan TORCH. Infeksi akibat virus Toxoplasma, Rubella,

dan Cytomegalovirus yang berbahaya bagi kesehatan bayi, pemeriksaan

yang disebut TORCH ini perlu untuk melihat adanya antibody dalam darah

ibu.

Penyakit lain seperti HIV B, Syphilis, bahkan HIV/AIDS perlu tes

darah. Selain itu tes darah juga untuk memeriksa adanya anemia (kurang

darah), dan mendeteksi adanya sifilis, AIDS, Hepatitis B, juga untuk

memastikan golongan darah dan antibodi Rh.

Tes urine biasanya lebih akurat bila dilakukan sekitar 14 hari

setelah ovulasi, atau sekitar saat ibu tidak mendapatkan haid. Tes urin

19
dapat dilakukan pada pagi hari, saat pertama kali bangun tidur

menggunakan alat strip test yang dijual hampir di semua apotik. Alat tes

kehamilan mendeteksi hormone khusus yang ada dalam urin atau darah

yang hanya ada ketika seorang perempuan hamil. Hormon ini sering

disebut dengan HCG atau Human Chorionic gonadotropin.

Pemeriksaan USG. Ultrasonography (USG) adalah metode

menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi yang dapat

menampilkan gambar dan melihat keadaan di dalam tubuh. USG dalam

kehamilan dapat digunakan untuk memantau keadaan janin di dalam

kandungan.Pemeriksaan USG dilakukan dengan cara ibu berbaring di

tempat tidur kemudian dioleskan gel diatas kulit perut yang akan di

periksa, gel digunakan untuk mempermudah gerakan alat pemindai atau

disebut transducer. Alat transducer akan mengeluarkan gelombang suara

kedalam tubuh dan gelombang suara terebut akan menampilan gambar di

monitor.

USG pada kehamilan dianjurkan 3 kali dalam masa kehamilan yaitu

: USG saat Trimester I dilakukan ketika usia kehamilan 6 minggu untuk

mengetahui usia kehamilan yang pasti dan menentukan perkiraan

persalinan, memastikan kehamilan didalam atau diluar rahim, mengetahui

denyut jantung janin. USG saat Trimester II dilakukan ketika usia

kehamilan 18-22 minggu untuk mengetahui jenis kelamin janin, keadaan

janin, memastikan janin kembar atau tunggal, mengecek jumlah cairan

ketuban, melihat kelengkapan organ vital seperti jantung, otak, dan paru-

20
paru, serta dapat mendeteksi adanya masalah plasenta. USG saat

Trimester IIIdilakukan untuk mengetahui posisi janin didalam rahim,

melihat apakah ada kecacatan pada janin menjelang persalinan dan

mendeteksi fungsi plasenta menjelang persalinan. USG trimester III

dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan janin semuanya baik

menjelang persalinan.

4.Ketidaknyamanan Selama Masa Kehamilan

Pada awal kehamilan, banyak perubahan yang dapat terjadi

sehingga menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama masa kehamilan.

Pada trimester I, ketidaknyamanan yang sering terjadi adalah

sering buang air kecil. Dalam penanganannya, cukup menjelaskan kepada

ibu bahwa ini merupakan hal yang alami. Penyebab sering BAK

dikarenakan pembesaran uterus menyesuaikan kehamilan sehingga akan

menekan kandung kemih, jadi ibu tidak perlu khawatir.

Ketidaknyamanan lainnya yang dirasakan ibu ialah mual dan

muntah. Keadaan ini lebih sering terjadi di pagi hari, walaupun

keadaannya dapat muncul kapan saja dan hanya dirasakan oleh 50% ibu

hamil. Namun hal ini biasanya hanya berlangsung selama 3 bulan

pertama kehamilan, dan berhenti begitu masuk bulan ke-4. Bila ibu

merasa mual dan muntah, sarankan ibu untuk makan sedikit-sedikit

namun sering dan hindari makanan yang dapat membuat ibu merasa

mual, misalnya makanan berminyak dan berbau amis. Apabila ibu

21
membutuhkan terapi dapat diberikan vitamin B6 untuk mengurangi rasa

mual.

Keputihan yang berlebih juga merupakan salah satu

ketidaknyamanan yang disebabkan oleh adanya peningkatan hormon

estrogen. Selain itu, menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal

hygiene, terutama bagian genetalia dengan mengganti pakaian dalam

minimal 2 kali sehari dan mengajarkan kepada ibu untuk mencuci

genetalianya sesudah BAK dari arah depan ke belakang serta

mengeringkan daerah genetalia agar tidak lembab dan selalu terjaga

kebersihannya.

Ketidaknyamanan pada trimester II adalah edema yang disebabkan

oleh adanya perubahan hormonal dan menyebabkan retensi cairan.

sarankan pada ibu untuk tidak terlalu lama berjalan dan berdiri,

meninggikan kaki dengan mengganjal menggunakan bantal ketika tidur,

juga menyarankan kepada ibu untuk tidak memakai sandal atau sepatu

yang berhak tinggi.

Varices juga merupakan ketidaknyamanan yang dapat terjadi pada

trimester kedua dan ketiga. Akibat tekanan pembuluh vena besar yang

terletak dibelakang uterus, darah balik dari tubuh bagian bawah terhambat

dan menyebabkan peningkatn tekanan pembuluh vena. Akibatnya,

muncul varises. Vena membesar dan terasa nyeri, lokasi paling sering

munculnya adalah di betis, paha, dan vagina. Sehingga dianjurkan untuk

22
jangan berdiri lama, berbaringlah dengan posisi miring atau duduk dengan

kaki ditinggikan.

Tampak garis-garis di perut yang biasanya terasa gatal. Jelaskan

pada ibu bahwa hal ini adalah hal yang normal terjadi pada wanita hamil,

dan ibu disarankan untuk tidak menggaruk karena akan berbekas.

Susah BAB atau sembelit juga merupakan ketidaknyamanan

selama masa kehamilan karena hormone progesteron dan usus yang

terdesak oleh rahim yang membesar atau bisa juga dikarenakan efek

terapi tablet zat besi. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi

dan berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Membiasakan BAB

secara teratur, dan BAB segera setelah ada dorongan.

Kram pada kaki yang penyebabnya masih tidak jelas bisa

dikarenakan kebutuhan akan kalsium (kadarnya rendah dalam tubuh) atau

perubahan sirkulasi darah, tekanan pada syaraf dan kaki. Menganjurkan

pada ibu untuk merendam kaki dalam air hangat, dan mengurangi

kegiatan yang membuat ibu berdiri terlalu lama.

Nyeri punggung bawah (nyeri pinggang) merupakan nyeri

punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung bawah

biasanya akan meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, karena

hal ini merupakan akibat bergesernya pusat gravitasi wanita dan postur

tubuhnya. Perubahan-perubahan ini juga disebabkan oleh berat uterus

yang membesar.

23
Perubahan warna areola mammae atau chloasma, biasanya

berwarna coklat kekuningan atau bintik-bintik, yang disebabkan oleh

paparan sinar matahari. Chloasma biasa terjadi selama kehamilan, dan

penggelapan kulit biasanya terjadi selama 16 minggu usia kehamilan. Lesi

dapat menghilang setelah melahirkan, namun muncul lagi selama

kehamilan berikutnya pada kondisi lain, lesi terkadang tidak dapat hilang

meski bertahun-tahun setelah melahirkan.

Ketidaknyamanan pada trimester III sendiri ialah sering buang air

kecil yang dikarenakan kepala janin mulai mencari jalan lahir dan

menekan kandung kemih. Anjurkan ibu untuk banyak minum air putih

pada siang hari, dan menghindari minum yang mengandung kafein.

5.Standar Pelayanan Pada Masa Kehamilan

Sebagai bidan yang profesional, dalam melaksanakan praktiknya

harus sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang telah berlaku.

Standar mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang

telah disepakati oleh profesi. Penerapan standar pelayanan akan

sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan

hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam

praktik terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard dan

terbukti membahayakan. (Cut Sriyanti, 2017; Enny Fitriahadi, 2017)

Pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil dilakukan paling sedikit 6

kali selama kehamilan dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada

trimester 1 dan 3. Pemeriksaan ini dilakukan 2 kali pada trimester pertama

24
sampai usia kehamilan 12 minggu, 1 kali pada trimester kedua ketika usia

kehamilan diatas 12 minggu sampai 24 minggu, dan 3 kali pada trimester

3 ketika usia kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu. (Buku KIA,

2020)

Terdapat juga 10 standar dalam standar pelayanan antenatal,

Standar Pertama ialah Pengukuran Tinggi Badan dan Penimbangan

Berat Badan (T1). Pengukuran tinggi badan cukup dilakukan sekali pada

saat ANC ini dilakukan untuk mengetahui ukuran panggul ibu hamil. Hal

ini sangat penting dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap

kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

Sementara penimbangan berat badan dilakukan setiap kali pada

saat melakukan kunjungan ANC. Tujuan dilakukannya adalah untuk

mengetahui faktor resiko dari kelebihan berat badan pada saat kehamilan

yang dapat meningkatkan resiko komplikasi selama hamil dan saat

persalinan seperti tekanan darah tinggi saat hamil (hipertensi gestasional),

(diabetes gestasional) bayi besar, dan kelahiran caesar. Adapun ibu hamil

dengan berat badan yang kurang selama kehamilan dapat meningkatkan

resiko bayi lahir prematur (kelahiran kurang dari 37 minggu) dan Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR).

Kenaikan berat badan selama kehamilan sebagian besar

diakibatkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan volume

darah serta cairan. Sebagian kecil kenaikan berat badan tersebut

diakibatkan oleh perubahan metaboliK yang megakibatkan kenaikan air,

25
penumpukan lemak dan protein baru, yang disebut cadangan ibu. Hytten

melaporkan suatu kenaikan berat badan rata-rata sebanyak 12,5 kg.

Di Indonesia, berat badan ideal calon ibu pada saat mulai

kehamilan adalah 45-65 kg. Jika kurang dari 45 kg, sebaiknya berat badan

dinaikkan lebih dahulu hingga mencapai 45 kg sebelum hamil. Sebaliknya,

bila berat badan diturunkan samapi 65 kg sebelum hamil.

Pola kenaikan berat badan ibu selama hamil yang sehat tergantung

pada berat badan awal ibu sebelum hamil. Ibu yang memiliki berat badan

berlebih seharusnya memiliki kenaikan berat badan yang lebih sedikit dari

ibu yang normal, begitu pula sebaliknya.

Table 2. Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Hamil Menurut Indeks Masa Tubuh (IMT)
yang Dianjurkan Institute Of Medicine

IMT (Kg/m2) Total Kenaikan BB Selama TM II dan TM III


yang Disarankan
Berat Kurang (IMT 12,5 – 18 Kg 0,53 kg/minggu
<18,5 Kg/m2)
Normal 11,5 – 16 Kg 0,45 kg/minggu
(IMT 18,5 – 24,9
kg/m2)

Berat Berlebih 7 – 11,5 Kg 0,27 kg/minggu


(Overweight)
(IMT 25 – 29,9
kg/m2)

Obesitas (IMT >30 5 – 9,1 Kg 0,23 kg/minggu


kg/m2)
( Susanti,emi 2013)

Standar Kedua, ialah Pengukuran Tekanan Darah (T2).

Pengukuran tekanan darah yang dilakukan setiap kunjungan dengan

normalnya 120/80 mmHg. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi

26
apakah tekanan darah normal atau tidak, tekanan darah yang tinggi

mencapai 180/100 mmHg yang dapat membuat ibu mengalami keracunan

kehamilan, baik ringan maupun berat bahkan sampai kejang. Sementara

tekanan darah yang rendah juga dapat menyebabkan pusing dan lemah.

Standar Ketiga, Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) (T3).

Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan cukup sekali diawal kunjungan

ANC, tujuannya adalah untuk mengetahui status gizi ibu hamil (screening

KEK) dengan normal Lila 23 cm, jika ukuran Lila kurang dari 23,5 cm

maka perlu perhatian khusus mengenai asupan gizi selama kehamilan.

Bila ibu hamil kurang gizi, maka daya tahan tubuh untuk melawan kuman

akan melemah dan mudah sakit maupun infeksi. Keadaan ini tidak baik

bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya dan juga dapat menyebabkan

anemia yang berakibat buruk pada proses persalinan nanti sehingga

dapat memicu terjadinya perdarahan.

Standar Keempat, Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4).

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan pada saat usia

kehamilan masuk 22-24 minggu dengan menggunakan alat ukur capiler,

dan bisa juga menggunakan pita ukur, pengukuran ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui usia kehamilan dan tafsiran berat badan janin

agar terhindar dari resiko persalinan lewat waktu yang berakibat pada

gawat janin.

Standar Kelima, Pengukuran Presentasi Janin dan Detak Jantung

Janin (DJJ) (T5). Menentukan persentasi janin dilakukan pada akhir

27
trimester III untuk menentukan pada bagian terbawah janin kepala, atau

kepala janin belum masuk panggul berarti ada kelainan letak panggul

sempit atau ada masalah lain. Pengukuran detak jantung janin dilakukan

menggunakan stetoskop monoaural atau doppler sebagai acuan untuk

mengetahui kesehatan ibu dan janin khususnya denyut jantung janin

dalam rahim dengan detak jantung janin yang normal nya 120x / menit

dilakukan pada ibu hamil pada akhir minggu ke 20.

Standar Keenam, Melakukan Skrining TT (Tetanus Toksoid) (T6)

Skrining TT (Tetanus Toksoid) menanyakan kepada ibu hamil jumlah

vaksin yang telah diperoleh dan sejauh mana ibu sudah mendapatkan

imunisasi TT, secara idealnya WUS (Wanita Usia Subur) mendapatkan

imunisasi TT sebanyak 5 kali (long life) mulai dari TT1 sampai TT5.

Dengan selang waktu meliputi :

Table 3. Imunisasi TT ibu hamil

TT Interval Perlindungan Perlindungan (%)


Pada kunjungan
TT 1 - -
antenatal pertama
4 minggu setelah TT
TT 2 3 tahun 80%
1
TT 3 6 setelah TT 2 5 tahun 95%
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
25 tahun / seumur
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99%
hidup
(Kusmiyati,Yuni,dkk,2010)

Dengan mengetahui status imunisasi TT bagi wanita usia subur

diharapkan dapat membantu program imunisasi dalam penurunan kasus

28
penyakit Tetanus khususnya bagi bayi yang baru lahir. Cara pemberian

Imunisasi TT dengan menyuntikkan secara intramuscular atau sub kutan

dengan dosis pemberian 0,5 ml.

Pemberian imunisasi 5 dosis melalui program imunisasi dasar dan

bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).

Table 4. Imunisasi TT bayi dan BIAS

Program
Jenis Imunisasi Waku Imunisasi Status TT
Imunisasi
DPT 1 Usia 2 bulan TT 0
Bayi DPT 2 Usia 3 bulan TT 1
DPT 3 Usia 4 bulan TT 2
DT Kelas 1 SD TT 3
Bias TT Kelas 2 SD TT4
TT Kelas 3 SD TT 5
(Krakatamedika.2010)

Standar Ketujuh, Pemberian Tablet Fe (T7). Zat besi adalah unsur

pembentukan sel darah merah yang dibutuhkan oleh ibu hamil yang

berguna untuk mencegah terjadinya anemia atau kurang darah selama

kehamilan. Pemberian tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)

diberikan pada ibu hamil sebanyak satu tablet (60 mg) setiap hari berturu-

turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg

ferro sulfat yang setara dengan 60 ml besi elemental dan 0,25 mg asam

folat baik yang diminum dengan air jeruk yang mengandung vitamin C

untuk mempermudah penyerapan (Depkes RI, 2010).

Standar Kedepalan, Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus)

(T8). Pemeriksaan laboratorium dilakukan intuk mencegah hal-hal buruk

29
yang bisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk skrining atau

mendeteksi jika terdapat kelainan yang perlu dilakukan tindak lebih lanjut.

Pemeriksaan Labolatorium yang pertama ialah pemeriksaan golongan

darah, yang berfungsi tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah

ibu melainkan unutk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-

waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. Selanjutnya,

pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) ibu hamil yang dilakukan

minimal 1 kali pada trimester pertama dan 1 kali pada trimester ketiga.

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui apakah ibu hamil tersebut

menderita anemia atau tidak selama kehamilannya, karena kondisi

anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam

kandungan. Masih dengan pemeriksaan darah, ibu hamil yang dicurigai

menderita Diabetes Melitus (DM) harus dilakukan pemeriksaan gula darah

selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada

trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga terutama ada akhir

trimester ketiga.

Pemeriksaan protein dalam urin juga dilakukan pada ibu hamil,

yang biasa dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu

hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia

pada ibu hamil.

Pemeriksaan tes Sifilis dan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

juga dilakukan pada ibu hamil yang diduga menderita penyakit sifilis atau

30
HIV. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada

kehamilan. Sedangkan tes HIV pada Ibu hamil biasanya disertai dengan

konseling sebelum dan sesudah tes serta menanda tangani informed

consent.

Standar Kesembilan, Tatalaksana atau penanaganan khusus

(T9). Berdasarkan semua hasil pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan sebelumnya, atau setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus ditangani sesuai dengan standar kewenangan tenaga

kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani layak mendapat

rujukan sesuai dengan sistem rujukan.

Standar Kesepuluh, Temu wicara (konseling) (T10). Menurut

Depkes (2013), Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap

kunjungan antenatal yang meliputi kesehatan ibu hamil, dengan

beristirahat yang cukup selama kehamilanya (sekitar 7-8 jam per hari) dan

tidak bekerja berat. Perilaku hidup sehat dan bersih dengan cara menjaga

kebersihan badan selama kehamilanya, misalnya mencuci tangan

sebelum makan, mandi dua kali sehari menggukakan sabun dan menjaga

personal hygiene agar tetap bersih dan terhindar dari rasa lembab serta

melakukan olah raga ringan. Peran suami atau keluarga dalam kehamilan

dan perencanaan persalinan juga sangat penting dengan memberi

dukungan mental, serta menyiapkan biaya persalinan dan kebutuhan bayi

lainya serta transportasi rujukan dan donor darah.

31
6.Pemeriksaan Fisik Pada Masa Kehamilan

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan untuk mengetahui ada

atau tidaknya ketidak normalan secara fisik. Pemeriksaan fisik ini

dilakukan secara sistematis dari ujung kepala hingga ujung kaki (head to

toe). Pemeriksaan fisik sendiri meliputi IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi

dan Auskultasi).

Pada bagian kepala, amati bentuk kepala apakah terdapat benjolan

yang tidak normal. Pada bagian wajah, perhatikan adanya pembengkakan

pada wajah, apabila terdapat pembengkakan atau edema di wajah,

perhatikan adanya pembengkakan pada tangan dan kaki, apabila di tekan

menggunakan jari akan berbekas cekungan yang lambat kembali seperti

semula. Apabila bengkak terjadi pada wajah, tangan dan kaki, maka

merupakan pertanda terjadinya pre eklampsia. Pada pemeriksaan mata,

periksa perubahan warna konjungtiva mata. Konjungtiva yang pucat

menandakan bahwa ibu menderita anemia sehingga harus dilakukan

penanganan lebih lanjut. Pada pemeriksaan mata juga lihat warna sklera,

apabila sklera berwarna kekuningan, maka ibu dicurigai memiliki riwayat

penyakit hepatitis. Mulut dan gigi bu hamil pun mengalami perubahan

hormon baik itu progesterone maupun estrogen. Dampak dari perubahan

hormon kehamilan itu dapat mempengaruhi kesehatan mulut dan gigi,

peningkatan resiko terjadinya pembengkakan gusi maupun pendarahan

pada gusi. Hal ini terjadi karena pelunakan dari jaringan daerah gusi

32
akibat peningkatan hormone, kadang timbul benjolan-benjolan bengkak

kemerahan pada gusi dan menyebabkan gusi mudah berdarah.

Pada pemeriksaan leher, periksa adanya pembengkan pada leher

yang biasanya disebabkan oleh pembengkakan kelenjar thyroid dan

apabila ada pembesaran pada vena jugularis, curigai bahwa ibu memiliki

penyakit jantung.

Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah yang meliputi

pemeriksaan tangan dan kaki untuk mengetahui adanya pembengkakan

atau edema sebagai indikasi dari preeklamsia. Pada kaki dilakukan

pemeriksaan varices dan edema. Pemeriksaan edema dilakukan dengan

cara menekan pada bagian pretibia, dorsopedis dan malleolus selama 5

detik, apabila terdapat bekas cekungan yang lambat kembali menandakan

bahwa terjadi pembengkakan pada kaki ibu, selain itu warna kuku yang

kebiruan menandakan bahwa ibu anemia.

Pemeriksaan payudara, perhatikan kesimetrisan bentuk payudara,

bentuk puting payudara menonjol atau mendatar, apabila putting payudara

mendatar, berikan konseling melakukan perawatan payudara agar putting

payudara menonjol. Kemudian perhatikan adanya bekas operasi dan

lakukan palpasi untuk mengetahui adanya benjolan yang tidak normal dan

nyeri tekan, dimulai dari daerah axilla sampai seluruh bagian payudara.

Periksa adanya pengeluaran colostrum atau cairan lain. Pemeriksaan

payudara ini bertujuan untuk mempersiapkan ibu dalam menyusui bayinya

nanti.

33
Pemeriksaan abdomen, apakah pembesaran abdomen sesuai usia

kehamilan, ada tidaknya luka bekas operasi dan menentukan letak

presentasi, posisi dan penurunan kepala. Pembesaran abdomen yang

tidak sesuai usia kehamilan ialah faktor resiko terjadinya kehamilan

dengan mola hidatidosa, kehamilan kembar, polihidramnion. Sedangkan

mengkaji adanya luka bekas operasi untuk mengetahui adanya faktor

resiko terjadinya robekan pada luka parut uterus karena bekas operasi

SC. Untuk menentukan letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala

yaitu dengan melakukan pemeriksaan leopold yang terbagi menjadi 4

tahap yaitu, Leopold I dengan tujuan pemeriksaan untuk mengetahui

tinggi fundus uteri untuk memperkirakan usia kehamilan, dan

menenetukan bagian-bagian janin yang berada di fundus uteri. Cara

pemeriksaannya, minta ibu untuk menekuk kaki, kemudian mulai

pemeriksaan dengan mengumpulkan fundus uteri kearah tengah dengan

menggunakan jari-jari, tangan kiri mengukur tinggi fundus uteri dengan

batasan Sympisis Pubis - Pusat - PX. Berdasarkan hasil pengukuran dari

pemeriksaan palpasi, dapat diperkirakan usia kehamilan dan disesuaikan

dengan hasil anamnesis HPHT. Setelah fundus uteri terukur lanjutkan

untuk meraba bagian yang berada di fundus. Bila teraba bagian yang

bulat keras dan terasa melenting , merupakan sifat dari kepala janin.

Apabila kepala janin berada di fundus uteri maka janin dalam presentasi

bokong. Apabila teraba bagian yang besar bulat, lunak, dan tidak

melenting itu merupakan sifat dari bokong janin. Apabila bokong janin

34
berada di fundus uteri maka janin dalam presentasi kepala. Namun,

apabila teraba bagian yang melebar dan datar pada fundus uteri

merupakan sifat dari punggung janin, sehingga posisi janin melintang.

Leopold II dengan tujuan pemeriksaan, mengetahui bagian-bagian

janin yang berada pada bagian samping kanan dan kiri abdomen. Cara

pemeriksaannya, setelah melakukan Leopold I pindahkan tangan ke

bagian kanan dan kiri uterus ibu, tangan kanan meraba bagian janin yang

berada di samping kiri uterus sedangkan tangan kiri menahan pada sisi

sebelahnya, begitupula sebaliknya. Apabila teraba bagian yang keras,

datar dan memanjang itu adalah sifat dari punggung janin, kemudian

tentukan pada bagian sebelah mana punggung janin berada. Lalu, apabila

pada bagian samping kanan atau kiri ibu teraba bulat, keras dan

melenting (kepala) dan pada sisi sebaliknya teraba bulat, besar, dan lunak

(bokong) maka janin dalam posisi melintang.

Leopold III, dengan tujuan pemeriksaan untuk menentukan

presentasi janin, apakah presentasi sudah masuk ke pintu atas panggul

aau belum. Cara pemeriksaannya dilakukan setelah meraba samping

kanan dan kiri uterus, pindahkan tangan kiri kearah fundus dan tangan

kanan ke bagian bawah uterus. Apabila teraba keras dan saat

digoyangkan terasa lentingan pertanda kepala janin. Apabila teraba lunak

dan bila digoyangkan tidak ada lentingan ialah bokong janin. Jika pada

bagian terbawah janin dapat digoyangkan, berarti bagian terbawah janin

belum masuk pintu atas panggul. Sebaliknya, apabila saat digoyangkan

35
bagian terbawah janin tidak bergoyang, maka bagian terbawah janin

belum masuk Pintu Atas Panggul.

Leopold IV, dengan tujuan untuk memastikan bagian terbawah

janin sudah masuk PAP, menentukan seberapa jauh bagian terbawah

janin sudah memasuki PAP. Cara pemeriksaan, pemeriksa merubah

posisi menjadi membelakangi ibu, minta ibu untuk meluruskan kaki.

Setelah melakukan palpasi Leopold III, pindahkan tangan ke sebelah

kanan dan kiri ibu pada perut bagian bawah, raba dan susuri bagian

terbawah janin. Pertemukan ujung-ujung jari pada tangan kanan dan kiri,

apabila jari-jari dapat bertemu maka disebut konvergen yang artinya

bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul. Apabila ujung-

ujung jari tidak dapat dipertemukan disebut divergen yang artinya

sebagian besar bagian terbawah janin sudah memasuki pintu atas

panggul.

Pemeriksaan leopold ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 28

minggu. Namun jika pemeriksaan leopold dilakukan sebelum usia

kehamilan 36 minggu, maka dianggap tidak efektif dikarenakan letak

posisi dan presentasi janin masih dapat berubah.

Selanjutnya masih pada bagian pemeriksaan abdomen, mengukur

tinggi fundus uteri dengan Mc Donald. Dengan menggunakan pita meter,

dimulai dari tepi atas symfisis pubis sampai fundus uteri. Tujuan

pemeriksaan TFU dengan Mc Donald ialah untuk mengetahui

pembesaran uterus apakah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak, dan

36
untuk menghitung taksiran berat janin. Cara menghitung taksiran berat

janin dapat dengan menggunakan teori Johnson-Tausack, yaitu jika

bagian terbawah janin belum masuk PAP maka Taksiran Berat Janin =

(TFU-12) x 155. Jika bagian terbawah janin sudah masuk PAP maka

Taksiran Berat Janin = (TFU-11) x 155.

Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ). Pemeriksaan DJJ pada

ibu hamil dengan menggunakan fetoskop atau doppler. Denyut Jantung

janin dapat terdengar dengan fetoskop atau leanec pada usia kehamilan

20 minggu, dan menggunakan doppler pada usia kehamilan 12 minggu.

Bunyi-bunyi yang terdengar meliputi bunyi jantung, gerakan, dan bising tali

pusat. Sedangkan bunyi yang terdengar dari ibu berasal dari bising usus

dan bising aorta. Tujuan pemeriksaannya untuk mendengarkan denyut

jantung janin sebagai tanda pasti kehamilan dan menilai apakah janin

hidup atau mati, dapat diketahui presentasi, posisi, letak dan adanya janin

kembar, mendengarkan irama dan menghitung frekuensi denyut jantung

janin sehingga dapat diketahui mengenai kondisi janin dalam kandungan

baik atau dalam keadaan gawat janin.

Pemeriksaan genetalia, yaitu genetalia eksterna dan anus untuk

mengetahui kondisi anatomis genetalia eksternal dan mengetahui ada

tidaknya tanda infeksi dan penyakit menular seksual. Karena dengan

adanya peningkatan hormon sekresi cairan vagina semakin mennigkat,

membuat rasa tak nyaman pada ibu, periksa apakah cairan pervaginaan

(scret) berwarna dan berbau. Lakukan pemeriksaan anus bersamaan

37
pemeriksaan genetalia, lihat adakah kelainan, misalnya hemorrhoid

(pelebaran vena) di anus dan perineum, lihat kebersihannya.

Pemeriksaan refleks patella, dengan cara melakukan pengetukan

pada tendon patella menggunakan refleks hammer. Pada saat

pemeriksaan refleks patella, ibu harus dalam keadaan rileks dengan kaki

yang menggantung. Pada kondisi normal, apabila tendon patella diketuk

maka akan terjadi refleks pada otot paha depan di paha berkontraksi, dan

menyebabkan kaki menendang keluar. Jika reaksi negatif kemungkinan

ibu hamil mengalami kekurangan vitamin B1. Jika dihubungkan dengan

persalinannya nanti, ibu hamil dengan refleks patella negatif pada

preeklampsia atau eklampsia tidak dapat diberikan MgS04. Jika refleks

negatif, ada kemungkinan ibu mengalami keracunan MgS04.

B.Persalinan

Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan adalah rangkaian proses yang

berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai

dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif

pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney et al,

2007:672).

1.Jenis-Jenis Persalinan

Adapun jenis-jenis persalinan menurut proses berlangsung

persalinan yang dibedakan menjadi 3 yaitu Persalinan Spontan,

Persalinan Buatan, dan Persalinan Anjuran.

38
Persalinan Spontan, persalinan yang berlangsung dengan kekuatan

ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rasangan misalnya

pemberian pitocin dan prostaglandin.

Persalinan Buatan, adalah proses persalinan yang berlangsung

dengan buatan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps atau

dilakukan operasi Sectio Caesarea.

Sectio Caesarea atau bedah caesar merupakan persalinan yang

berlangsung cepat yaitu kurang dari 3 jam. Bedah caesar merupakan

proses pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen dan dinding

rahim. Bedah Caesar dilakukan apabila ibu tidak dapat melahirkan secara

pervaginam yang dapat disebabkan oleh adanya kelainan seperti placenta

previa, presentasi atau letak abnormal pada janin, serta indikasi-indikasi

yang lain. Persalinan dengan bedah caesar juga dilakukan ketika terdapat

resiko yang dapat membahayakan nyawa ibu ataupun janin.

Berdasarkan kondisi pasien, tindakan bedah caesar dibedakan

menjadi 2, yaitu bedah caesar terencana (elektif) dan bedah caesar

darurat (emergency).

Bedah caesar terencana (elektif) yaitu tindakan operasi yang sudah

direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Kondisi ini dilakukan apabila

dokter menemukan ada masalah kesehatan pada ibu atau ibu menderita

suatu penyakit, sehingga tidak memungkinkan untuk melahirkan secara

39
normal, misalnya ibu menderita diabetes, HIV/AIDS, ataupun penyakit

jantung.

Bedah caesar darurat (emergency) dilakukan ketika proses

persalinan normal sedang berlangsung, namun karena suatu keadaan

yang gawatan maka bedah caesar harus segera dilakukan.

Indikasi pada section caesarea sendiri dibagi menjadi 2 faktor,

faktor dari diri ibu sendiri dan faktor janin. Faktor dari ibu salah satunya

ialah preeklampsia berat. Dalam persalinan ini harus terjadi dalam 24 jam

sejak gejala eklamsia timbul. Preeklampsia merupakan tekanan darah

>160/110 mmHg, proteinuria ≥ +2, dapat disertai dengan keluhan seperti

sakit kepala, dan gangguan pengelihatan. (Buku Ajar Asuhan Persalinan

dan Manajemen Nyeri et al., n.d.)

Plasenta previa juga merupakan indikator mutlak untuk tindakan

section caesarea tanpa melihat adanya faktor yang lain. Plasenta previa

parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk sectio caesarea.

Perdarahan banyak dan berulang merupakan indikasi mutlak untuk sectio

caesarea karena perdarahan itu biasanya disebabkan oleh plasenta

previa yang lebih tinggi derajatnya.

Panggul yang sempit, batas terendah untuk melahirkan janin vias

naturalis adalah dengan conjugatafera 8 cm. Panggul dengan

conjugatafera 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahrikan janin dengan

normal dan harus diselesaikan dengan sectio caesarea.

40
Partus lama atau persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24

jam di golongkan sebagai persalinan lama menimbulkan efek berbahaya

baik terhadap ibu maupun anak dapat menyebabkan atonia uteri, laserasi,

perdarahan, infeksi, gawat janin dan kematian perinatal maka dari itu perlu

segera dilakukan sectio caesarea untuk penanganannya.

Pada wanita yang pernah mengalami sectio caesarea sebelumnya

biasanya kembali mengalami hal yang sama pada kehamilan dan

persalinan berikutnya, hal ini disebabkan karena mengingat adanya

bahaya ruptur uteri karena sectio caesarea sebelumnya.

Selanjutnya faktor dari janin sendiri adalah gawat janin dalam

rahim, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, kematian janin dalam

rahim, tali pusat janinmenumbang pada kehamilan dan persalinan kala I

yang dapat menyebabkan gawat janin harus segera dilakukan section

caesarea.

Malpresentasi pada janin seperti letak lintang, bila ada kesempitan

panggul maka sectio caesarea adalah cara terbaik dalam segala letak

lintang dengan janin hidup dan besar biasa. Semua primigravida dengan

letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada

perkiraan panggul sempit. Letak sungsang, apabila ada indikasi panggul

sempit, janin besar, dan primigravida dengan komplikasi pertolongan

persalinan letak sungsang melalui jalan vagina sebagian besar

pertolongan juga persalinan di lakukan dengan sectio caesarea.

Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal juga tidak

41
dapat lahir spontan normal sehingga harus dilahirkan secara section

caesarea.

2.Etiologi Persalinan

Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan di mulai, terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja

sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan

kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron

menurun. Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena

itu, timbul kontraksi otot-otot rahim.

Teori Keregangan Otot-Otot yang mempunyai kemampuan

meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut,

terjadilah kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Sama halnya

dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya teregang karena

isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.

Contoh lain, pada kehamilan multigravida sering terjadi kontraksi setelah

keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

Teori Penurunan Progesterone. Proses penuaan placenta terjadi

pada usia kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi

progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif

terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah

tercapai tingkatan penuruan progesterone tertentu.

42
Teori Oksitosin Internal yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis

parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone

dapat mengubah sensitifitas oto rahim, sehingga sering terjadi kontraksi

Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin dapat menignkatkan aktivitas, sehingga

persalinan dapat dimulai.

Teori Prostaglandin. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak

usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian

prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim

sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. Prostaglandin juga dapat

dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.

Teori Hipotalamus-Pituari dan Glandula Suprarenalis. Teori ini

menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi

keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori

ini ditemukan oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat

otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci menjadi lebih

lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas

janin, induksi persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut

disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitary dengan

mulainya persalinan.

43
3.Tanda-Tanda Persalinan

Ada sejumlah tanda dan gejala yang akan terjadi pada wanita

bersalin beberapa minggu sebelum persalinan, dengan tanda-tanda

berikut.

Lightening, yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum

persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis

minor terutama pada primigravida, sedangkan pada multigravida tidak

begitu terlihat. Pada presentasi sefalik, kepala bayi bisanya menancap

(engaged) setelah lightening, yang bisanya oleh wanita awam disebut

“kepala bayi sudah turun”.

Pollakisuria atau sering merasa susah buang air kencing. Pada

akhir bulan ke 9 hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus

uteri lebih rendah dari pada kedudukannya, dan kepala janin sudah mulai

masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini meyebabkan kandung

kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing.

False Labor Pains. Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus

yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks.

Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi

braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar 6 minggu

kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara

inrermiten bahkan 3 atau 4 minggu sebelum awitan persalinan sejati.

Persalinan palsu sangat nyeri. Wanita dapat mengalami kurang tidur dan

44
kehilangan energi dalam menghadapinya. Bagaimanapun persalian palsu

juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.

Perubahan Serviks. Mendekati persalinan, serviks semakin

“matang”. Selama masa kehamilan, serviks masih lunak, dengan

konsistensi seperti puding dan mengalami sedikit penipisan (effacement)

dan kemungkinan sedikut dilatasi. Perubahan serviks diduga terjadi akibat

peningkatan intensitas kontraksi braxton hicks. Serviks menjadi matang

atau melembek, mulai mendatar dan sekresinya bisa bercampur dengan

darah (bloody show) selama periode yang berbeda-beda sebelum

persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk

persalinan.

4.Tahapan-Tahapan Persalinan

Tahapan dalam persalinan dibagi menjadi 4 kala atau pembukaan

yaitu Kala I, Kala II, Kala III, dan Kala IV. Pembukaan adalah periode

persalinan yang dimulai dari his persalinan pertama sampai pembukaan

serviks menjadi lengkap.

Kala I (Kala Pembukaan). Ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (diltasi)

dan mendatar (affecement). Dara tersebut berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika

serviks mendatar dan membuka.

Berdasarkan kemajuan pembukaan, Kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu

Fase Laten yang berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

45
lambat dari diameter 0-3 cm. Fase Aktif, dibagi menjadi 3 fase. Fase

Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm dalam 2

jam.Fase Dilatasi Maximal yang terjadi sangat cepat dari pembukaan 4 cm

sampai 9 cm dalam 2 jam. Fase Decelerasi, pembukaan menjadi lambat

dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm (lengkap) dalam 2 jam. Mekanisme

membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada

primigravida ostium uteri internium akan membuka lebih dulu, sehingga

serviks akan mendatar dan menipis. Kemudian ostium internium

eksternum membuka. Pada multigravida ostium internium sudah sedikit

terbuka. Ostium uteri internium dan eksternum serta penipisan dan

pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.

Kala II (Kala Pengeluaran Janin). Pada kala ini, his teratur, kuat,

cepat, dan lebih lama, kira kira 2-3 menit. Kepala janin pun telah turusn

dan masuk rongga panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot

pada dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin

mengedan. Karena tekanan pada rectum (anus terbuka), ibu merasa

seperti ingin buang air besar. Pada waktu his terjadi, kepala janin mulai

terlihat, vulva trbuka, dan perineum meregang. Dengan his mengedan

yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Lama

kala II pada kehamilan primigravida terjadi 1½ sampai 2 jam, sedangkan

pada kehmilan multigravida ½ sampai 1 jam.

Kala III (Kala Pengeluaran Placenta) adalah periode persalinan

yang dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung

46
tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, ada jeda pada kontraksi rahim.

Uterus teraba keras dan fundus uteri diatas pusat. Beberapa menit

kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya.

Tanda-tanda lepasnya placenta diantaranya uterus menjadi bundar,

uterus terdorong ke atas karena placenta dilepas ke segment bawah

rahim, tali pusat bertambah panjang, dan terjadi perdarahan secara

spontan. Melahirkan placenta dilakukan dengan dorongan ringan secara

crede pada fundus uteri dan diertai dengan pengeluaran darah kira-kira

sekitar 100-200 cc.

Kala IV (Kala 2 jam Post Partum) merupakan kala pengawasan

selama 2 jam setelah bayi lahir yang bertujuan untuk mengamati keadaan

ibu terhadap bahaya perdarahan post partum. Adapun observasi yang

harus dilakukan pada kala ini, adalah tingkat kesadaran ibu bersalin,

pemeriksaan TTV yang meliputi TD, nadi, suhu, dan pernapasan.

Kontraksi uterus, dan terjadinya perdarahan. Perdarahan normal bila

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

5.Asuhan Persalinan Normal

Dasar asuhan persalinan normal ialah asuhan yang bersih dan

aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta merupakan upaya

pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan,

hipotermia, dan asfiksia pada bayi baru lahir. Tujuan utamanya ialah untuk

mencegah terjadinya komplikasi. Pencegahan komplikasi selama

47
persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan

kematian ibu serta bayi baru lahir. Penyesuaian ini sangat penting dalam

upaya penuruan angka kematian ibu dan bayi baru lahir (Utami & Fitriahadi,

n.d.)

Berikut merupakan 60 langkah asuhan persalinan secara normal

yang disajikan dalam bentuk tabel.

Table 5. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

NO. Langkah Asuhan Persalinan Normal


Mengamati tanda dan gejala kala II yaitu ibu memiliki keinginan untuk
1. meneran, ibu merasa tekanan pada anus semakin meningkat,
perineum menonjol, dan vulva vagina dan sfingter anal membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan dengan memastikan
2. kelengkapan alat, patahkan ampul oksitosin dan dan memasukan
spuit 3 ml ke dalam wadah partus set.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.
Melepas semua perhiasan yang dipakai di tangan, mencuci kedua
4.
tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
Memakai sarung tangan Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau steril
5.
untuk semua pemeriksaan dalam.
Mengambil alat suntik dengan tangan kanan, isi dengan oksitosin 10
unit, dan meletakkan kembali kedalam wadah partus set dan pakai
6.
heandscoond sebelah kiri (bila ketuban belum pecah : pinggirkan ½
kocher pada partus set).
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik. Membersihkan
7. vulva dan perineum dari depan ke belakang menggunakan kapas
DTT
Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
8.
pembukaan sudah lengkap

48
9. Melepaskan sarung tangan dalam tempat sampah infeksius.
Melakukan pemeriksaan DJJ setelah kontraksi uterus berkurang,
10.
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan meminta ibu untuk
11.
meneran saat ada his bila sudah merasa ingin meneran,
Meminta bantuan keluarga untuk membantu menyiapkan posisi ibu
12.
untuk meneran.
Melakukan pimpinan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
14.
atau timbul kontraksi yang kuat
Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok, dan mengambil posisi
15. yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam selang waktu 60 menit.
Persiapan pertolongan bayi
Meletakkan pernel dan handuk bersih (jika kepala bayi telah
16.
membuka vulva diameter 5-6 cm)
Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dan meletakkannya di
17.
bawah bokong ibu
18. Membuka tutup partus set
19. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi
Setelah kepala bayi tampak diameter sekitar 5-6cm membuka vulva
lakukan steneng ritgen lindungi perineum dengan satu tangan yang
20. dilapisi dengan kain berih dan kering, tangan yang lain menahan
belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.
21. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
Segera lanjutkan proses kelahiran bayi, menunggu hingga kepala
22.
bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepa bayi dengan teknik
biparietal anjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
23. lembut gerakan kepala kearah bawah yang bertujuan untuk
mengeluarkan bahu depan dan gerakan keatas untuk mengeluarkan
bahu belakang.
24. Melakukan sanggah susur
Memegang kedua mata kaki, masukan jari telunjuk diantara kaki,
25. pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari yang
lainnya.
Penanganan Bayi Baru Lahir
Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik) (warna kulit, pergerakan,
26.
tangisan).
27. Segera keringkan bayi kecuali tangan.
28. Periksa fundus uteri ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua.
29. Memberitahukan kepada ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin.

49
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM)
30.
di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi).
Menjepit tali pusat menggunakan dua klem dengan jarak 2-3 cm dari
31.
klem yang pertama.
32. Memotong tali pusat diantara dua klem dan mengikat tali pusat.
Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di bagian dada ibu untuk
33. kontak kulit ibu dan bayi atau skin to skin, selimuti ibu dengan kain
kering dan pasang topi untuk bayi.
Memindahkan gunting klem pada tali pusat berjarak 5-10 cm dari
34.
vulva.
Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
Letakan tangan kiri di atas tepi sympisis, tangan yang lain memegang
tali pusat. Setelah uterus berkontraksi regangkan tali pusat kearah
35.
bawah sambal tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang
(dorso cranial) secara hati-hati agar tidak terjadi inversion uteri.
Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah
36. dorsal diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka
lanjutkan kearah cranial hingga placenta dapat dilahirkan.
Pada saat plecenta muncul di introitus vagina, lahirkan placenta
37.
dengan kedua tangan.
Segera setelah placenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
38.
uterus hingga uterus berkontraksi.
Menilai perdarahan
Periksa kedua sisi placenta (maternal-fetal) pastikan telah dilahirkan
39.
lengkap dan utuh.
Mengevalusi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan
40. perineum. (jika ada laserasi lakukan penjahitan dengan anastesi
lokal).
Melakukan prosedur pasca persalinan
Memastikan kontraksi uterus dengan baik dan tidak terjadi
41.
pendarahan pervaginam.
Mencelupan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
42.
kedalam kedalam klorin 0,5% dan cuci tangan.
43. Pastikan kandung kemih ibu kosong.
Mengajarkan ibu atau keluarga untuk melakukan masase uterus dan
44.
menilai kontraksi.
45. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Pastikan keadaan umum ibu baik, memeriksa tekanan darah, nadi,
46.
dan ibu dan kandung.
Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
47.
baik (40-60 kali/mnt).
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit) cuci dan bilas peralatan setelah di

50
dekontaminasikan.
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
49.
sesuai.
Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
50.
menggunakan air DTT.
Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI, anjurkan
51.
keluarga untuk memberi ibu makan dan minum yang diinginkan.
Mendekontaminasikan tempat bersalin menggunakan larutan klorin
52.
0,5% dan membilas dengan air bersih.
Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% balikan
53. bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.
54. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Menggunakan sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan
55.
pemeriksaan fisik pada bayi.
Dalam satu jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksis
infeksi, vitamin k1 1mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan
56.
fisik baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan suhu
tubuh (normal 36,50c – 37,50c) setiap 15 menit sekali.
Setelah 1 jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi
57. hepatitis B di paha bagian bawah lateral. Letakkan bayi dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat diberikan ASI.
Lepaskan sarung tangan dengan keadaan terbalik dan rendam di
58.
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi dan lengkapi patograf (halaman depan dan belakang),
60.
periksa tanda vital dan asuhan kala IV persalinan.

6.Partograf

Teknik pencatatan partograf terbukti secara signifikan membantu

dalam kelancaran persalinan dan mengurangi angka operasi sectio

caesarea. Dokumentasi partograf yang tidak baik dapat mempengaruhi

hasil akhir dalam praktik klinis. Pencatatan partograf terkadang sulit bagi

beberapa dokter karena memakan waktu untuk melengkapi namun bukti

menunjukkan bahwa petugas kesehatan lainya seperti perawat dan bidan

dapat membantu untuk melengkapi partograf secara efektif.

51
Dokumentasi yang diselaraskan secara universal membantu setiap

petugas kesehatan untuk mengerti cara membaca partograf dan jika

didokumentasikan dengan tepat serta konsisten akan memberikan hasil

yang efektif dalam membantu proses persalinan , berikut ini merupakan

poin-poin dalam pencatatan partograf. Informasi ibu (Nama, Informasi

kehamilan (GPA), Rekam medis, Tanggal dan, Waktu rawat, Waktu

pecahnya ketuban). Kondisi janin yang dimonitor (Denyut jantung janin,

Warna air ketuban, Molase atau penyusupan kepala janin). Pemantauan

kemajuan persalinan (Pembukaan serviks, Penurunan bagian terbawah

janin, Kontraksi uterus). Penilaian Kondisi ibu (Denyut nadi, tekanan darah

dan suhu, Urin yang mencakup volume urin, protein dan aseton).

Berikut Langkah-langkah pengisisan partograf :

Melengkapi informasi bagian atas pada partograf secara teliti.

Perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Seluruh informasi

tersebut berupa informasi ibu seperti nama dan informasi kehamilan.

Informasi rekam medis juga tersedia pada kolom atas partograf. Tanggal

dan waktu kedatangan serta pencatatan waktu jika selaput ketuban

pecah.

Tepat dibawah informasi tentang ibu terdapat bagian untuk

pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan tulang

kepala janin (Molase).

Setiap satu kotak kecil menunjukan waktu 30 menit. Pencatatan

DJJ ialah setiap 30 menit pada persalinan yang dianggap normal, namun

52
penambahan frekuensi pemeriksaan DJJ dapat ditambah sesuai indikasi.

Tandai DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan

angka denyut jantung janin. Kemudian hubungkan titik tersebut pada titik

berikutnya dengan garis lurus. DDJ berkisar 100-180 kali/menit, ditandai

dengan garis tebal pada partograf. Waspadai kurang dari 120 (bradikardi)

dan diatas 120.

Pencatatan kondisi ketuban setiap melakukan pemeriksaan

ditandai dengan lambang sebagai berikut, U : Utuh, selaput ketuban

masih utuh. J : Jernih, selaput ketuban pecah dan air ketuban. M :

Mekonium, air ketuban bercampur dengan feses bayi. D : Darah, air

ketuban bercampur darah. K : Kering, tidak didapatinya cairan ketuban.

Pencatatan penyusupan antar tulang kepala janin berada tepat di bawah

kolom air ketuban, pemeriksaan ini dilakukan setiap 4 jam sekali.

Pencatatan penemuan menggunakan lambang-lambang berikut

ini : 0 : Sutura terpisah. 1: Tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan. 2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.

3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

Molase merupakan indikator yang memberikan gambaran kepada

petugas medis dalam mengetahui seberapa sanggup kepala bayi

menyesuaikan diri dengan tulang panggul ibu. Semakin besar nilai

tumpang tindih antara tulang kepala menunjukan risiko disproporsi kepala

panggul (CPD). Apabila ada dugaan CPD maka penting untuk memantau

kondisi janin dalam kemajuan persalinan.

53
Pada kolom berikutnya setelah pencatatan kondisi janin merupakan

kolom kemajuan persalinan yang terdiri dari pembukaan serviks dan

penurunan bagian terbawah janin.

Pada kolom besar kedua pada partograf adalah grafik dimana

pencatatan kemajuan dilatasi serviks ditandai dengan tanda ‘X’. Angka 0-

10 dapat terlihat di sebelah kiri kolom. Angka tersebut masing-masing

mewakili dilatasi sebanyak 1 cm. Di sepanjang bawah grafik terdapat

angka 0-24 yang menyatakan jam. Pada ibu yang datang saat fase aktif,

pencatatan dilatasi serviks ditandai pada garis waspada. Jika persalinan

berjalan dengan baik, maka pencatatan titik “X” biasanya berada pada

sebelah kiri garis waspada.

Pada kolom yang mencatat penurunan bagian terbawah janin

angka 1-5 disesuaikan dengan metode perlimaan. Pencatatan ini

didokumentasikan menggunakan lambang ‘O’. Lakukan pemeriksaan

leopold terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan VT (Vaginal

Toucher) atau pemeriksaan dalam karena kaput besar dapat memberikan

penilaian yang salah.

Hal yang perlu diperhatikan pada kolom ini saat memonitor dilatasi

serviks adalah jika penandaan X mulai bergerak kearah kanan kolom.

Karena jika penandaan pembukaan serviks mengarah kearah garis

bertindak yang berjarak 4 jam dari garis waspada maka hal ini dapat

menunjukan adanya keadaan yang menyulitkan persalinan.

54
Kolom kontraksi uterus berada tepat di bawah kolom untuk

pencatatan penurunan bagian terbawah janin. Pencatatan kolom kontraksi

uterus dilakukan setiap 30 menit sekali selama 10 menit. Selama 10 menit

petugas medis akan mencatat berapa kali kontraksi yang terjadi selama

10 menit serta berapa lama kontraksi dalam hitungan detik. Pencatatan

menggunakan simbol sebagai berikut, tandai kotak dengan titik-titik untuk

hasil kontraksi yang berlangsung selama <20 detik, tandai kotak dengan

garis-garis untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama 20-40 detik,

arsir penuh kotak untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama >40

detik.

Pada kolom pencatatan kondisi ibu, denyut nadi yang diperiksa

selama 30 menit. Tekanan darah dan suhu diperiksa setiap 4 jam. Hasil

pemeriksaan laboratorium urin juga dicatat dalam partograf, pemeriksaan

meliputi produksi urin, adanya aseton atau protein. Berikut merupakan

simbol khusus pada kolom partogram untuk pemeriksaan kondisi ibu. “∙”:

Simbol pencatatan denyut nadi ibu, “∧”: Simbol pencatatan tekanan darah

sistolik ibu, “∨”: Simbol pencatatan tekanan darah diastolik ibu.

C.Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra

hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. (Sukma et al., n.d.)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

55
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Selama 6

minggu, ibu nifas mendapatkan 4 kali asuhan disetiap kunjungannya

sesuai kebijakan program nasional masa nifas. (Kristiyanti YP Mali, 2019)

Kunjungan pertama yang dimulai pada 6 jam - 2 hari setelah

persalinan. Dengan tujuan untuk mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

lakukan rujukan jika perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu

atau salah seorang anggota keluarga mengenai bagaimana cara

mencegah perdarahan masa nifas karena atoni uteri. Pemberian ASI

Eksklusif awal. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi yang baru lahir,

menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Jika petugas

kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi

yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu

dan bayinya dalam keadaan stabil.

Kunjungan kedua dimulai dari hari ke 3-7 hari setelah persalinan

dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau). Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau

perdarahan yang tidak normal, memastikan ibu untuk mendapatkan cukup

makanan cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada

ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,

dan merawat bayi sehari-hari.

56
Kunjungan ketiga dari hari ke 8-28 hari setelah persalinan dengan

tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan yang tidak

normal, tidak ada bau). Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau

perdarahan yang tidak normal. Memastikan ibu mendapatkan cukup

makanan cairan dan istirahat, memastikan ibu dapat menyusui dengan

baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan

konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

Kunjungan keempat dari hari ke 29-41 hari setelah persalinan

dengan tujuan menanyakan pada ibu mengenai kesulitan-kesulitan yang

ia atau bayinya alami dan memberikan konseling KB secara dini.

(Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 2018)

Masa nifas ini juga dibagi dalam 3 tahap, antara lain Immadiate

Puerperium adalah keadaan yang terjadi segera setelah persalinan

sampai 24 jam setelah persalinan. Pulihnya keadaan ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Early Puerperium adalah masa

24 jam sampai hari ke-7 setelah persalinan yaitu pulihnya seluruh alat

genetalia. Renote Puerperium adalah masa minggu pertama sampai

minggu ke-6 postpartum dan merupakan waktu yang diperlukan untuk

pulih sehat sempurna. (Husada, 2017)

57
1.Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Tubuh ibu nifas mengalami perubahan setelah persalian, rahimnya

mengecil, serviks menutup, vagina kembali ke ukuran normal dan

payudaranya mengeluarkan ASI. Masa nifas berlangsung selama 6

minggu. Dalam masa itu, tubuh ibu kembali keukuran sebelum

melahirkan. Untuk menilai keadaan ibu, perlu dipahami perubahan yang

normal terjadi pada masa nifas ini.

Involusi uteri dapat diartikan kembalinya uterus seperti seperti

semula, dimana uterus akan mengalami pengerutan dan berat uterus

kembali seperti sebelum hamil yaitu sekitar 60 gram. Involusi berangsur-

angsur kembali sejak hari pertama masa nifas sampai dengan 4-6

minggu, hal yang mempengaruhi waktu pemulihannya adalah kontraksi

atau mules yang baik.

Table 6. Perubahan Uterus pada Masa Nifas

Involusi Berat Palpasi


TFU Diameter
Uteri Uterus Serviks
Plasenta Setinggi 1000
12,5 cm Lembut/lunak
Lahir pusat gram
Pertengahan
7 hari 500 gram 7,5 cm 2 cm
pusat-simfisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm 1 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

(Suherni,ddk,2009)

Beberapa hari setelah persalinan, ostium extemum dapat dilalui

oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan

58
persalinan, Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari

saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian dari canalis

cervikalis.

Cairan yang keluar dari rahim yang berisi darah dan jaringan

desidua disebbut lochea. Lochea memiliki bentuk (warna) dan banyak

yang berbeda, normalnya semakin lama akan semakin berwarna gelap

dan berkurang. Adapun macam-macam lochea.

Table 7. Macam-Macam Lochea

Lochea Waktu Warna Ciri – ciri

Terdiri dari sel


desidua, verniks
caseosa, rambut
Merah
Rubra 1 -3 hari lanugo, sisa
kehitaman
mekoneum dan sisa
darah

Putih
Sisa darah
Sanguinolenta 3 – 7 hari bercampur
bercampur lendir
merah

Lebih sedikit darah


dan lebih banyak
serum, juga terdiri
Kekuningan/
Serosa 7-14 hari dari leukosit dan
Kecoklatan
robekan laserasi
plasenta

Alba > 14 hari Putih Mengandung

59
leukosit, selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan
yang mati
(Suherni,ddk,2009)

Dinding abdominal pada system pencernaan menjadi lunak setelah

proses persalinan karena perut yang meregang selama kehamilan. Ibu

nifas akan mengalami beberapa derajat tingkat diastatis recti, yaitu

terpisahnya dua parallel otot abdomen, kondisi ini akibat peregangan otot

abdomen selama kehamilan. Tingkat keparahan diastatis recti bergantung

pada kondisi umum wanita dan tonus ototnya, apakah ibu berlatih

kontinyu untuk mendapat kembali kesamaan otot abodimalnya atau tidak.

Pada saat postpartum, nafsu makan ibu juga bertambah. Ibu dapat

mengalami obstipasi karena waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan, pengeluaran cairan yg berlebih, kurang makan, haemoroid,

laserasi jalan lahir, pembengkakan perineal yang disebabkan episiotomi.

Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi

serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil,

dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia

Kandung kemih dalam masa nifas kapasitasnya akan bertambah

hingga mencapai 3000 ml per hari pada 2-5 hari post partum. Hal ini akan

mengakibatkan kandung kemih penuh. Sisa urine dan trauma pada

dinding kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

Lebih kurang 30 – 60 % wanita mengalami inkontinensial urine selama

60
periode post partum. Bisa trauma akibat kehamilan dan persalinan, efek

anestesi dapat meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan nyeri

perineum terasa lebih lama, dengan mobilisasi dini bisa mengurangi hal

diatas. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali pada akhir postpartum

minggu ke empat.

Sekitar 40% wanita postpartum akan mempunyai proteinuria

nonpatologis pasca bersalin hingga hari kedua postpartum. Mendapatkan

urin yang valid harus diperoleh dari urin dari kateterisasi yang tidak

terkontaminasi lochea.

61
Otot-otot uterus juga berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh

darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta

diberikan.

Pada wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan,

abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti

masih hamil. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding abdomen

wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen

kembali ke keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh kambali

elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil stria menetap.

Hormon Plasenta juga menurun setelah persalinan, HCG menurun

dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke tujuh sebagai

omset pemenuhan mamae pada hari ke- 3 post partum. Pada hormon

pituitary prolaktin meningkat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam

waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada minggu ke- 3. Lamanya

seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dapat dipengerahui oleh

faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi

karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone. Setelah persalinan

terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas

prolaktin juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mammae

dalam menghasilkan ASI.

62
2.Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Periode kehamilan, persalinan, dan pascanatal merupakan masa

terjadinya stress yang hebat, kecemasan, gangguan emosi, dan

penyesuian diri. (Ball ‘94, Bick&Mc Arthur ‘95, Nieland&Roger ‘97)

Intervensi mendengarkan pada saat antenatal dapat menjadi strategi yang

berguna untuk mencegah morbiditas psikologis. Asuhan yang supportif

dan holistik membantu meningkatkan kesejahteraan emosi ibu dan

mengurangi angka morbiditas psikologis pada periode pascanatal.

(Clement ‘95, Hodnett ‘00, Wesseley, Rose&Bisson ‘00). Informasi yang

jelas dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu dan kemungkinan distress

emosi. (Newton&Raynor ’).

Setelah persalinan, ibu perlu waktu untuk menyesuaikan diri,

menjadi dirinya lagi, dan merasa terpisah dengan bayinya sebelum dapat

menyentuh bayinya. (Price ‘88) Perasaan ibu oleh bayinya bersifat

komplek dan kontradiktif. Banyak ibu merasa takut disebut sebagai ibu

yang buruk, emosi yang menyakitkan mungkin dipendam sehingga sulit

dalam koping dan tidur. Ibu menderita dalam kebisuannya sehingga

menimbulkan distress karena kemarahan terhadap situasi.

Periode ini dieskpresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada 3

tahap yaitu Taking in Period, Taking Hold Period, dan Letting go Period.

Taking in Period (Masa ketergantungan). Terjadi pada 1-2 hari

setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang

lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman


64

melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu

makan meningkat.

Taking hold period. Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih

berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab

sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat

sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu.

Leting go period. Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah.

Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu”

dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada

dirinya.

Post Partum Blues. Post Partum merupakan keadaan yg timbul

pada sebagian besar ibu nifas yaitu sekitar 50-80% ibu nifas, hal ini

merupakan hal normal pada 3-4 hari, namun dapat juga berlangsung

seminggu atau lebih. Etiologi dari postpartum blues masih belum jelas,

kemungkinan besar karena hormone, perubahan kadar estrogen,

progesteron, prolactin, peningkatan emosi terlihat bersamaan dengan

produksi ASI. Penyebab timbulnya post partum blues, ibu merasa

kehilangan fisik setelah melahirkan, merasa kehilangan menjadi pusat

perhatian dan kepedulian, emosi yang labil ditambah dgn

ketidaknyamanan fisik, terpisah dari keluarga dan bayi-bayinya, sering

terjadi karena kebijakan rumah sakit yg kaku atau tidak fleksibel.


65

Duka cita juga merupakan respon fisiologis terhadap kehilangan.

Kegagalan duka cita pada umumnya oleh karena suatu keinginan untuk

menghindari sakit yang intens. Duka cita sangat bervariasi tergantung

pada apa yang hilang dan persepsi individu. Tingkat kehilangan

dicerminkan melalui respon diri. Bentuk kehilangan dapat beragam

diantaranya Infertil, keguguran, IUFD (Intra Uterin Fetal Distress), kelainan

kongenital, bayi meninggal. Terdapat tahapan dalam proses duka cita :

Shock, merupakan respon awal terhadap kehilangan, bentuk

respon fase shock ini diantaranya; menolak, tidak percaya, putus asa,

marah.

Realitas, Penerimaan. Merupakan fakta kehilangan dan

penyesuaian/adaptasi terhadap keyataan yang terjadi. Klien membuat

penyesuaian yang perlu direncanakan dalam kehidupan karena kejadian

itu. Sering timbul pertanyaan : “mengapa:, “jika”, “bagaimana. Ketika

pertanyaan ini timbul akan meningkatkan perasaan marah, bersalah, dan

takut. Ekspresi secara utuh penting untuk kesembuhan. (contoh :

menangis).

Resolusi. Di fase ini individu mulai aktif kembali, fase resolusi

merupakan tahap individu mulai menerima kehilangannya, dan mulai

membuat hubungan baru. Orang disekitarnya sangat berperan, begitu

pula dengan peran tenaga kesehatan. Bidan sangat penting dalam

membantu ibu yang berduka. Seperti pada bayi yang lahir tidak sempurna

(kelainan kongenital), bidan berperan dalam memberi rasa aman,


66

memberi support, mendengarkan keluhan, tidak menyalahkan, dan

memberi support untuk berusaha menerima bayinya.

Beri ibu kesempatan untuk menceritakan perasaan mereka

walaupun berulang-ulang, karena hal ini merupakan manifestasi duka cita.

Memberikan informasi ; penyebab dan kejelasan tentang kelainan bayi

mereka membantu ibu untuk melalui fase duka cita.

3.Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Kebutuhan dasar masa nifas ibu yang pertama ialah nutrisi dan

cairan. Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada proses

laktasi dan involusi. Makan dengan diet seimbang, tambahan kalori 500-

800 kal/hari. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup. Minum setidaknya 3-4 liter/ hari, pil zat

besi (Fe) diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari

selama persalinan, kapsul vitamin A (200.000 IU ) agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

Kebutuhan dasar masa nifas selanjutnya adalah mobilisasi.

Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early ambulation, yaitu

upaya sesegera mungkin membimbing ibu keluar dari tempat tidurnya dan

membimbing berjalan. Ibu diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam

24-48 jam post partum. Keuntungan yang diperoleh dari early ambulation

adalah ibu merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat. Fungsi kerja

usus dan kandung kencing menjadi lebih baik, sirkulasi dan peredaran

darah menjadi lebih lancer, early ambulation akan lebih memungkinkan


67

dalam mengajari ibu untuk merawat anaknya, seperti memandikan

bayinya. Namun terdapat kondisi yang menjadikan ibu tidak bisa

melakukan early ambulation seperti penyulit misalnya anemia, penyakit

jantung, penyakit paru, dan lain-lain.

Eliminasi (BAK dan BAB). Memasuki masa nifas, normlalnya ibu

melakukan BAK ialah 8 jam setelah melahirkan. Setelah melahirkan cairan

ini dieliminasi sebagai urine, umumnya pada partus lama yang kemudian

diakhiri dengan ektraksi vakum tau cunam yang dapat mengakibatkan

retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk

memberi istirahat pada otot-otot kandung kemih.

Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari

setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diit cairan, obat-obatan

analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan

asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara

teratur juga dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.

Ibu nifas juga rentan terhadap infeksi, maka dair itu ibu nifas juga

harus menjaga kebersihan diri yang dapat membantu mengurangi sumber

infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali

sehari, mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan dimana

tempat ibu tinggal. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah

terjadi infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat

penyembuhan. Perawaan luka perineum dapat dilakuakan dengan cara


68

mencuci daerah genetalia dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/

BAB yang dimulai dengan mencuci tangan. Pembalut setidaknya diganti

minimal 2 kali sehari, bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut

bekas pakai, pembalut dapat kembali dipakai kembali dengan mencuci,

dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.

Kebutuhan hubungan seksual juga dapat dilakukan apabila darah

sudah berhenti dan luka episiotomi sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan

pada 3-4 minggu post partum. Libido menurun pada bulan pertama

postpartum, dalam hal kecepatan maupun lamanya, begitu pula

orgasmenya. Ibu perlu melakukan fase pemanasan (exittement) yang

membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini harus diinformasikan pada

pasangan suami isteri. Secara fisik aman untuk melakukan hubungan

suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat melakukan simulasi

dengan memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina, apabila sudah

tidak terdapat rasa nyeri, maka aman untuk melakukan hubungan suami

istri. Meskipun secara psikologis ibu perlu beradaptasi terhadap berbagai

perubahan postpartum, mungkin ada rasa ragu dan ketidaknyamanan

yang perlu difasilitasi pada ibu, maka dari itu bidan bisa memfasilitasi

proses konseling yang efektif, terjaga privasi ibu dan nyaman tentang

seksual sesuai kebutuhan dan kekhawatiran ibu.

Senam nifas juga merupakan kebutuhan yang dibutuhkan oleh ibu

di masa nifas. Senam nifas sendiri memiliki berbagai manfaat seperti

dapat membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang


69

mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut

ke bentuk normal, melancarkan peredaran darah, melancarkan BAK dan

BAK, dan yang paling penting ialah melancarkan produksi ASI.

4.Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda bahaya postpartum atau masa nifas adalah suatu tanda

yang tidak normal yang mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi

yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak

terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Tanda-tanda bahaya

postpartum, adalah sebagai berikut.

Perdarahan Postpartum. Perdarahan postpartum dapat dibedakan

menjadi sebagai berikut.

Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum Hemorrhage)

adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak

lahir, atau perdarahan dengan volume seberapapun tetapi terjadi

perubahan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital sudah menunjukkan

analisa adanya perdarahan. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio

placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam

pertama.

Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum Hemorrhage)

adalah perdarahan dengan konsep pengertian yang sama seperti

perdarahan postpartum primer namun terjadi setelah 24 jam postpartum

hingga masa nifas selesai. Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi

setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.


70

Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta

(Prawirohardjo, 2002). Menurut Manuaba (2005), perdarahan postpartum

merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di negara

berkembang.

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin

didefinisikan sebagai perdarahan postpartum, namun dari beberapa kajian

evidence based menunjukkan terdapat beberapa perkembangan

mengenai lingkup definisi perdarahan postpartum. Sehingga perlu

mengidentifikasi dengan cermat dalam mendiagnosis keadaan

perdarahan postpartum sebagai berikut, perkiraan kehilangan darah

biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya

setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion

atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di

dalam ember dan lantai.

Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan

kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal kadangkala

dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah, namun kehilangan

darah dapat berakibat fatal pada keadaan anemia. Seorang ibu yang

sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan

darah.

Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu

beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
71

Penilaian faktor resiko pada saat antenatal dan intranatal tidak

sepenuhnya dapat memperkirakan terjadinya perdarahan pasca

persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua ibu

yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca

persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu postpartum harus dipantau

dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan postpartum.

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,

Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas ibu. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas.

Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pasca pembedahan

merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum

infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal

dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara

atau adanya disuria.

Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina) antara lain, Lochea

purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

Lochiostasis : lochea tidak lancar keluarnya.

Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu). Involusi

adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim

dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg pada 6 minggu

kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub

involusi (Mochtar, 2002). Faktor penyebab sub involusi, antara lain: sisa

plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo,


72

2007). Pada keadaan sub involusi, pemeriksaan bimanual di temukan

uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi,

lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula perdarahan

(Prawirohardjo, 2007). Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi

Methergin setiap hari di tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa

plasenta lakukan kuretase. Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi

(Prawirohardjo, 2007). Bidan mempunyai peran untuk mendeteksi

keadaan ini dan mengambil keputusan untuk merujuk pada fasilitas

kesehatan rujukan.

Nyeri pada perut dan pelvis. Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis

dapat merupakan tanda dan gejala komplikasi nifas seperti Peritonitis.

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat

menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.

Menurut Mochtar (2002), gejala klinis peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu

Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis, tanda dan gejalanya adalah

demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik, pada

pemeriksaan dalam kavum dauglas menonjol karena ada abses.

Peritonitis umum, Tanda dan gejalanya adalah suhu meningkat nadi cepat

dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexia,

kadang-kadang muntah.

Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik,

dan penglihatan kabur. Menurut Manuaba (2008), pusing merupakan

tanda-tanda bahaya pada nifas. Pusing bisa disebabkan oleh tekanan


73

darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan distolnya ≥90 mmHg). Pusing yang

berlebihan juga perlu diwaspadai adanya keadaan preeklampsi/eklampsi

postpartum, atau keadaan hipertensi esensial. Pusing dan lemas yang

berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin

<10 gr%. Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya,

dimana keadaan lemas dapat disebabkan oleh kurangnya istirahat dan

kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah

rendah.

Upaya penatalaksanaan pada keadaan ini dengan cara

mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet

berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup,

minum sedikitnya 3 liter setiap hari, minum suplemen zat besi untuk

menambah zat besi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin, minum

suplemen kapsul vitamin A (200.000 IU), untuk meningkatkan daya tahan

tubuh, mencegah infeksi, membantu pemulihan keadaan ibu serta

mentransmisi vitamin A kepada bayinya melalui proses menyusui, istirahat

yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang istirahat

akan mempengaruhi produksi ASI dan memperlambat proses involusi

uterus.

Dalam beberapa hari setelah melahirkan, suhu badan ibu sedikit

meningkat antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi proses perlukaan

dalam uterus, proses autolisis, proses iskemic serta mulainya laktasi,

dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal ini adalah peristiwa fisiologis
74

apabila tidak diserta tanda-tanda infeksi yang lain. Namun apabila terjadi

peningkatan melebihi 380C berturut-turut selama 2 hari kemungkinan

terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua

peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar, 2002).

Penanganan umum bila terjadi demam adalah istirahat baring, rehidrasi

peroral atau infus, kompres hangat untuk menurunkan suhu.

Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.

Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama. Rasa sakit, merah,

lunak dan pembengkakan di wajah maupun ekstremitas, demam, muntah,

dan rasa sakit waktu berkemih.

5.Pemeriksaan Fisik Masa Nifas

Mengobservasi tanda-tanda vital yaitu : tekanan darah, suhu, nadi,

pernapasan.

Payudara dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,

pembesaran kelenjar, dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu

apakah menonjol atau tidak, apakah payudara ibu bernanah atau tidak.

Uterus, pemeriksaan tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan

involusi uteri, apakah kontraksi uterus baik atau tidak, apakah

konsistensinya lunak atau kelars, dari pemeriksaan diatas bertujauan

untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya

yaitu dengan memasukan kedua jari kita yaitu telunjuk dan jari tengah

kebagian diagfragma dari perut ibu. Jika jari kita masuk dua jari berarti

tidak normal.
75

Periksa kandung kemih, jika kandung kemih ibu penuh, maka bantu

ibu untuk mengkosongkan kasung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak

menahan apabila terasa ingin BAK. Jika ibu tidak data berkemih dalam 6

jam postpartum, bantu ibu dengan cara menyiram air hangat dan bersih

ke vulva perineum ibu. Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap

tidak berkemih, maka mungkin perlu dilakukan pemasangan katerisasi.

Setelah kandung kemih dikosongkan, maka lakukan massase pada

fundus agar uterus berkontasi dengan baik.

Pemeriksaan ekstremitas bawah, pada pemeriksaan kaki apakah

ada: varises, oedema, reflex patella, nyeri tekan atau panas pada betis.

Adanya tanda human caranya dengan meletakan 1 tangan pada lutut ibu

dandilakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan

nyeri pada betis dengan tindakan tersebut, tanda Hooman (+).

Pemeriksaan genetalia, pemeriksaan pengeluaran lochea, warna,

bau dan jumlahnya, hematoma vulva (gumpalan darah), gejala yang

paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks

dengan cermat, lihat kebersihan pada genitalia ibu, ibu harus selalu

menjaga kebersihan pada alat genitalianya karena pada masa nifas ini ibu

sangat mudah sekali untuk terkenan infeksi. Perineum, pada pemeriksaan

perieneum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai dilebarkan.

Saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah jahitan laserasinya.

Lochea : mengalami perubahan karena proses involusi yaitu lochea rubra,

serosa, dan alba.


76

Perawatan luka pada pasien diawali dengan pembersihan luka

selanjutnya tindakan yang dilakukan untuk merawat luka dan melakukan

pembalutan yang bertujuan untuk mencegah infeksi silang serta

mempercepat proses penyembuhan luka.

Perawatan pasca operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk

meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri

dengan cara merawat luka serta memperbaiki asupan makanan tinggi

protein dan vitamin.

Tujuan perawatan luka post SC ialah untuk mencegah dan

melindungi luka dari infeksi, menyerap eksudat, melindungi luka dari

trauma, mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut, meningkatkan

penyembukan luka dan memperoleh rasa nyaman. (Hardiana, 2016; Liza

Hartiningsih, 2020)

D.Bayi Baru Lahir

Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500-4000

gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus adalah

bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri

dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga faktor yang

mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu

maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru
77

lahir yang paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sisem

pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan glukosa. (Siti et al., n.d.)

1.Perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami

penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang

dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses ini menyebabkan cairan yang

ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru

untuk kemudian diabsorpsi. Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu,

serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi nafas untuk pertama kali.

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.

Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada

dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Karena tali pusat di

klem, sistem bertekanan rendah yang berada pada unit janin plasenta

terputus sehingga berubah menjadi sistem sirulasi tertutup, bertekanan

tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi segera setelah tali pusat di

klem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik. Hal ini yang

paling penting adalah peningkatan tahanan pembuluh darah dan tarikan

nafas pertama terjadi secara bersamaan. Oksigen dari napas pertama

terebut menyebabkan sistem pembuluh darah paru berelaksasi dan

terbuka sehingga paru menjadi sistem bertekanan rendah.

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang suhunya

lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila

dibiarkan saja dalam suhu kamar 25 OC maka bayi akan kehilangan panas
78

melalui evaporasi, konduksi,konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg

BB/menit, berikut adalah penjelasan mengenai konveki,konduksi,radiasi,

dan evaporasi. Konveksi, hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara

di sekeliling bayi, misal BBL diletakkan di dekat pintu atau jendela terbuka.

Konduksi, pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak

dengan permukaan yang lebih dingin, misalnya popok atau celana basah

tidak langsung diganti. Radiasi, panas tubuh bayi memancar ke

lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misalnya diletakkan ditempat

dingin.

Evaporasi, cairan atau air ketuban yang membasahi kulit bayi dan

menguap, misalnya bayi baru lahir idak langsung dikeringkan dari air

ketuban. Suhu lingkungan yang tidak baik (bayi tidak dapat

mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36 OC-37OC) akan menyebabkan

bayi menderit hipertermi,hipotermi, dan trauma dingin (cold injury) (M.Kes

et al., 2019).

2.Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan

Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda

kegawatan/kelainan yang menujukan suatu penyakit. Bayi baru lahir

dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda antra

lain: Sesak nafas, Frekuensi pernafasan 60 kali/menit, gerak retraksi

didada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif,

berat lahir rendah (500-2500 gram) dengan kesulitan minum.


79

Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau lebih

tanda seperti: sulit minum, sianosis setral (lidah biru), perut kembung,

priode apneu, kejang/priode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan,

sangat kuning, berat badan lahir < 1500 gram.

Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan

telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut : (1) Cuci

tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi; (2) pakai sarung

tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan; (3) Semua

peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT atau steril.

Khusus bola karet penghisap lendir jangan diapakai untuk lebih dari satu

bayi (4) Handuk, pakaian atau kain yang akan digunakan dalam keadaan

bersih. (demikian juga dengan timbangan, pita pengukur, thermometer,

stetoskop dll. (5) Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan (JNPK-KR,

2007).

Bayi yang sehat dan normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram, panjang badan bayi 48-50

cm, lingkar dada bayi 32-34 cm, lingkar kepala bayi 33-35 cm, bunyi

jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai

140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit, pernafasan cepat

pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernapasan

cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya

berlangsung 10-15 menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan

subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks caseosa, rambut lanugo


80

telah hilang, rambut kepala tumbuh baik, kuku telah agak panjang dan

lemas. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia

mayora dan minora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

Refleks hisap, menelan, dan moro telah terbentuk. Eliminasi, urin, dan

mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki

karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

3.Inisiasi Menyusui Dini

IMD adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) dengan cara kontak

dengan kulit segera setelah lahir dan menyusu sendiri dalam 1 jam

pertama setelah melahirkan (Utami Roesli, 2008). IMD dengan cara

merangkak mencari payudara (the breast crawl). Dari hasil penelitian

dalam dan luar negeri, IMD tidak hanya mensukseskan pemberian ASI

Eksklusif. Lebih dari itu terlihat hasil yang nyata yaitu menyelamatkan

nyawa bayi. Oleh karena itu menyusu di satu jam pertama bayi baru lahir

sangat berperan dalam menurunkan AKB. Faktanya dalam 1 tahun, 4 juta

bayi berusia 28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia segera lahir

diberikan kesempatan menyuu sendiri dengan membeiarkan kontak kulit

ibu ke kulit bayi setidaknya selama 1 jam maka 1 nyawa bayi dapat

diselamatkan.

Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang

dianjurkan, begitu lahir bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain

kering. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali

kedua tangan. Tali pusar dipotong lalu diikat, vernix (zat lemak putih) yang
81

melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersikan karena zat ini membuat

nyaman kulit bayi. Tanpa dibendong bayi langsung ditengkurapkan di

dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi

diselimuti bersama-sama, jika perlu bayi diberi topi untuk menurangi

pengeluaran panas dari kepalanya.

4.Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi

Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum, ini

tandanya bayi terkena infeksi berat. Pusar kemerahan sampai dinding

perut, kondisi ini menandakan bahwa bayi mengalami infeksi berat.

Demam (suhu tubuh lebih dari 37,5 OC) atau tubuh teraba dingin (suhu

tubuh bayi kurang dari 36,5OC). Mata bayi bernanah banyak, hal ini dapat

menyebabkan bayi menjadi buta jika dibiarkan begitu saja dan tidak

segera diobati. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit

akan kembali lambat. Ini menandakan bayi kekurangan cairan yang berat,

dan dapat menyebabkan kematian.

Bayi kejang, kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan

dengan gerakan normal. Jika melihat gejala/gerakan yang tidak biasa dan

terjadi secara berulang-ulang (menguap, mengunyah, menghisap, mata

berkedip-kedip, mata mendelik, bola mata berputar-putar, kaki seperti

mengayuh sepeda) yang tidak berhenti jika bayi disentuh atau dielus-elus,

kemungkinan bayi kejang. Bayi lemah, bergerak hanya dipegang, ini

tandanya bayi sakit berat. Sesak nafas (frekuensi pernafasan 60 kali/menit

atau lebih). Bayi merintih yang menandakan ia sedang mengalami sakit


82

berat.Kulit bayi terlihat kuning, kuning pada bayi berbahaya jika muncul

pada hari pertama (kurang dari 24 jam) setelah lahir, ditemukan pada

umur lebih dari 14 hari, kuning sampai telapak tangan atau kaki.

5.Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi, pemeriksaan

umumPengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang

dalam keadaan normal berkisar 32-37 cm, lingkar dada 34-36 cm, panjang

badan 45-53 cm, berat badan bayi 2500-4000 gram. Memantau berat

badan bayi dapat menjadi langkah awal untuk mendeteksi dini masalah

kekurangan gizi, agar tidak terlambat mendapatkan penanganan yang

tepat.

Pemeriksaan tanda-tanda vital, suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi

baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan. Suhu bayi,

suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,5 OC pada

pengukuran axila. Nadi, denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140

kali permenit. Pernafasan, pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur

kedalaman, kecepatan, iramanya. Pernafasannya bervariasi dari 40

sampai 60 kali permenit.

Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe). Pemeriksaan

fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai dari :

Pada bagian kepala, raba sepanjang garis sutura dan fontanel,

apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar

mengidentifikasikan yang preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus.


83

Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala

tumpeng tindih yang disebut moulding atau moulase. Fontanel anterior

harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau

hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika

fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial,

sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Periksa adanya

trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma,

perdarahan subaponeurotic atau fraktur tulang tengkorak. Perhatikan

adanya kelainan congenital seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes

dan sebagainya.

Pada pemeriksaan telinga, periksa dan pastikan jumlah, bentuk

dan posisinya pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun

telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas

dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya

rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom

tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal

ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

Pemeriksaan mata, periksa adanya strabismus yaitu koordinasi

mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaucoma congenital,

mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan

pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna

putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti

lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek


84

retina. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva

atau retina, adanya secret pada mata, konjungtivitis oleh kuman

gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.

Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami

sindrom down.

Pemeriksaan hidung atau mulut, bibir bayi baru lahir harus

kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Bibir dipastikan tidak

adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflek hisaf bayi harus

bagus, dan berespon terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung,

pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih 2,5 cm. Bayi harus bernafas

dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan

adanya obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang

hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.

Pada pemeriksaan leher, ukuran leher normalnya pendek dengan

banyak lipatan tebal. Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas

kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika

terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.

Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada

fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya

pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena

jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan dibagian belakang leher

menunjukan adanya kemungkinan trisomi 21.


85

Pada pemeriksaan dada, kesimetrisitasan dada normalnya adalah

bulat dan simetris. Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan

terlihat membesar, karena pengaruh hormone wanita dari darah ibu.

Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak simetris

kemungkinan bayi mengalami pneumotorik, paresis diafragma atau hernia

diafragmatika. pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen

bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat

bernafas perlu diperhatikan.

Pada pemeriksaan bahu, lengan dan tangan. Gerakan normal,

kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang kemungkinan

adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan

adanya plidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis

tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom,

seperti trisomi Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi

atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.

Pada pemeriksaan perut, penonjolan sekitar tali pusat pada saat

menagis, perdarahan tali pusat. Perut harus tampak bulat dan bergerak

secara bersamaan dengan gerakan dada saat beernafas. Kaji adanya

pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia

diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena hepato-

splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan

adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus

persisten.
86

Pemeriksaan genetalia, pada wanita labia minora dapat ditemukan

adanya verniks dan smegma (kelenjar kecil yang terletak dibawah

prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan. Labia

mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya

menonjol. Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon

ibu disebut juga psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai hymen.

Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua

testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada

ujung glands penis. Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk

menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan dorsal. Hipospadia

untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.

Pemeriksaan ekstermitas atas dan bawah, ekstermitas bagian atas

normalnya fleksi dengan baik dengan gerakan yang simetris. Refleks

menggengam normalnya ada. Kelemahan otot parsial atau komlet dapat

menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya

ada. Ekstermitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi

dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.

Pemeriksaan punggung dan anus, periksa spina dengan cara

menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina

bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut

yang dapat menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis atau

kolumna vertebrata.
87

Pada pemeriksaan kulit, verniks (tidak perlu dibersihkan karena

untuk menjaga kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan atau

bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo, jumlah

yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.

Beberapa refleks yang terdapat pada bayi baru lahir ketika pemeriksan

fisik dilakukan yaitu,

Moro reflex, reflex ini menunjukkan status neurologist, ini juga sering

disebut reflek kejutan.

Reflex grap, adalah reflex menggenggam menyebabkan jari

menggenggam benda tersebut, reflex ini dapat terlihat sampai umur 1

tahun.

Tonicneck reflex, reflex ini dapat di observasi pada neonatus dalam posisi

terlentang. Reflex ini tidak dapat dilihat pada bayi berusia 1 hari meskipun

reflex ini dapat diamati sampai usia bayi 3-4 bulan.

Rooting reflek ditandai dengan penghisapan secara kuat jari atau putting

susu ketika dimasukan ke dalam mulut.

Reflex menelan ditandai dengan menelan secara tepat cairan yang di

masukkan kedalam mulut, reflex ini sangat mudah di observasi pada saat

menyusui.

Babinski reflex atau reflek hiperektensi jari kaki terjadi ketika bagian lateral

dari telapak kaki bayi di gores dari tumit ke atas dan menyilang pada kaki,

reflex ini akan menghilang setelah satu tahun.


88

Table 8. APGAR SCORE

Tanda NILAI
0 1 2
A
(Appearance) Tubuh Tubuh Dan
Biru/pucat kemerahan, ekstermitas
Color
ekstremitas biru kemerahan
Warna Kulit
P (Pulse)
Heart Race Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Denyut Nadi
Grimace
Tidak ada Gerakan dikit Menangis
Refleks
Activity
Lumpuh Fleksi Lemah Aktif
Tonus Otot
Respiration
Tidak ada Lemah merintih Tangisan kuat
Usaha Napas
Penilaian :
7-10 : Normal (vigorous baby)
4-6 : Asfiksia Sedang
0-3 : Asfiksia berat
(Lowrin Bowen,2022)

6.Jadwal Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia

terpajang pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada

sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit

tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.


89

Table 9. Jadwal Imunisasi

UMUR JENIS IMUNISASI


0-7 hari Hepatitis B-1
1 bulan BCG
2 bulan Hepatitis B-2 Polio 1 DPT 1
3 bulan Hepatitis B-3 Polio 2 DPT 2
4 bulan Polio 3 DPT 3
9 bulan Campak Polio 4
(Joni iswanto,2013)

E. Pendokumentasian

1.Manajemen Asuhan Kebidanan

Terdapat 7 langkah atau standar Manajemen Asuhan Kebidanan

sesuai dengan standar asuhan kebidanan berdasarkan Kepmenkes

Nomor 938/Menkes/SK/III/2007.

Standar I : Pengkajian, bidan mengumpulkan semua informasi yang

akurat, releven dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Yang terdiri dari Data Subjektif (hasil anamnesa;

biodata,keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar

belakang sosial budaya). Data Obektif (hasil Pemeriksaan fisik, prikologis

dan pemeriksaan penunjang.

Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan, bidan

menganalisa data yang di peroleh pada hasil pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. Diagnosa sesuai dengan

nomenklatur kebidanan, masalah yang dirumuskan sesuai dengan kondisi


90

klien. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan.

Standar III : Perencanaan, bidan merencanakan asuhan kebidanan

berdasarkan diagnosa dan masalah yang di tegakkan. Rencana tindakan

disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien ; tindakan

segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif, melibatkan

klien atau pasien dan atau keluarga, mempertimbangkan kondisi

prikologis, sosial budaya klien/keluarga, memilih tindakan yang aman

sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan

memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien,

mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya

serta fasilitas yang ada.

Standar IV : Implementasi, bidan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan

evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan dengan memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-

psiko sosial spiritual-kultural, setiap tindakan asuhan harus mendapatkan

persetujuan dari klien dan atau keluarganya (inform consent).

Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based. Melibatkan

klien atau pasien dalam setiap tindakan, menjaga privasi klien atau

pasien. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi, mengikuti

perkembangan kondisi klien secara berkesinambuangan. menggunakan


91

sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai, melakukan

tindakan sesuai standar, mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

Standar V : Evaluasi, bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai

kondisi klien, hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien

atau pasien atau keluarga, evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien atau pasien.

Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan, bidan melakukan

pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai keadaan

atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan

kebidanan. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia, ditulis dalam bentuk catatan perkembangan

SOAP. S adalah data Subjektif, mencatat hasil anamnesa. O adalah data

Objektif, mencatat hasil pemeriksaan. A adalah analisa, mencatat

diagnosa dan masalah kebidanan. P adalah Penatalaksanaan, mencatat

seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan sepert

tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;

penyuluhan, dukungan, kolaborasi,evaluasi atau follow up dan rujukan


92

2.Metode Pendokumentasian Kebidanan

Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan

kebidanan adalah dengan menggunakan metode SOAP yang merupakan

catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat.

SOAP sendiri merupakan singkatan dari, Subjektif (S)

Menggambarkan hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa

sebagai Langkah I varney. Objektif (O) Menggambarkan

pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, tes

diagnostik dan dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assessment atau asuhan sebagai Langkah varney I varney. Assesment

(A) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau

masalah potensial, perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III dan

VI. Planning (P) Menggambarkan pendokumentasian dari rencana

dan evaluasi assessment langkah IV, V dan VII.


93

BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Asuhan Kehamilan

Penulis memperoleh data sekunder yang didapat dari buku KIA dari

hasil kunjungan pertama trimester 1 di Puskesmas Telagasari pada

tanggal 25 Oktober 2022 sebagai berikut : (S) keluhan mual (O) Tekanan

darah : 110/70 mmHg, berat badan 56 Kg, tinggi badan 155 cm, IMT

(Indeks Masa Tubuh) 23,5 (Normal). LILA : 24cm, TFU teraba ballotement

(-), imunisasi belum diberikan, diberikan tablet tambah darah dan vitamin

berupa caviplex, melakukan pemeriksaan HCG dan hasilnya (+), (A) Ny. K

usia 32 tahun G1POA0 usia kehamilan 8 minggu, hari pertama haid

terakhir (HPHT) 10 Agustus 2022 dengan hari perkiraan lahir (HPL) 17

Mei 2023, (P) menganjurkan ibu untuk istirahat, menganjurkan ibu untuk

USG, dan kunjungan ulang kembali 1 bulan berikutnya.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari buku KIA, Ibu

melakukan kunjungan ulang yang ke-2 trimester 1 di Puskesmas

Telagasari pada tanggal 28 November 2022 sebagai berikut :

(S) Keluhan tidak ada (O) tekanan darah ibu 100/70 mmHg, berat badan

57 Kg, LILA 25 cm, TFU teraba ballotement (+), DJJ positif (+), Imunisasi

TT3 diberikan, melakukan pemeriksaan Laboraratorium protein urin (non

reaktif), GDS 90 mg/dl, HB 11,8 g/dl, (A) Ny. K usia 32 tahun G2P1A0
94

usia kehamilan 12 minggu, (P) Konseling menganjurkan kunjungan ulang

1 bulan sekali atau jika ada keluhan.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari buku KIA, Ibu

melakukan kunjungan ulang ke-3 trimester 2 di PMB bidan E pada tanggal

05 Januari 2023 sebagai berikut : (S) keluhan batuk (O) tekanan darah

ibu 100/70 mmHg, berat badan 60,5 Kg, LILA 26 cm, TFU Pertengahan

simfisis-pusat, DJJ 128x/menit, (A) Ny. K usia 32 tahun G2P1A0 usia

kehamilan 16 minggu, (P) memberikan terapi tablet etabion, tablet calsivar

dan sirop OBH, Memberitau ibu mengenai nutrisi yang baik bagi ibu hamil,

konseling menganjurkan kunjungan ulang 1 bulan sekali atau jika ada

keluhan.

Berdasarkan buku KIA dan rekam medik pasien, Ibu melakukan

kunjungan ke-4 trimester 2 pada tanggal 16 Februari 2023 dengan

melakukan pemeriksaan USG di Klinik Telagasari. (S) Ibu mengatakan

tidak ada keluhan. (O) Hasil yang didapat dari pemeriksaan USG

presentasi kepala, ketuban cukup. Tekanan darah : 128/80 mmHg, berat

badan : 61 Kg, TBJ : 1369 gram. (A) Hasil pemeriksaan menunjukkan usia

kehamilan ibu saat ini 29 minggu. (P) Dokter memberikan anjuran kepada

ibu untuk melakukan ANC secara rutin.

Kontak pertama pasien dengan penulis di Puskesmas Telagasari

Penulis melakukan Informed Consent dan Pemeriksaan fisik.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari buku KIA, Ibu

melakukan kunjungan ulang ke-5 trimester 3 di puskesmas Telagasari


95

pada tanggal 25 Maret 2023 penulis melakukan pengkajian sebagai

berikut :

Data Subjektif (S)

Hasil pengkajian data Ny. K usia 32 tahun, agama islam,

suku/bangsa sunda/Indonesia, Pendidikan terakhir SMP (tamat), golongan

darah ibu A+, pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT). Biodata suami Tn.

D usia 34 tahun, agama islam, suku/bangsa sunda/Indonesia,

Pendidikan SD (tamat), golongan darah suami B, pekerjaan buruh

harian lepas, alamat lengkap ibu dan suami Alamat di Desa Pasir

Talaga RT 003/001, Kelurahan Telagasari, Kecamatan Telagasari

Kabupaten Karawang, No. Telp 08999426676

Alasan melakukan kunjungan pada saat ini ibu ingin mengetahui

kondisi kehamilan dan perkembangan janinnya, ibu mengaku hamil 8

bulan (33 minggu) dan mengatakan tidak ada keluhan untuk saat ini.

Ibu mengatakan tidak merasakan ketidaknyaman lainnya pada

trimester III ini seperti sakit kepala yang menetap, pandangan kabur,

nyeri ulu hati, bengkak di jari tangan, kaki dan wajah, janin tidak bergerak

dalam beberapa hari, keluar air-air tidak terasa atau tidak tertahan

(ketuban), sakit perut yang hebat dan keluar darah dari vagina.

Ibu mengatakan ini merupakan pernikahannya yang pertama,

pertama nikah usia 20 tahun, lamanya sudah 7 tahun, status nikah sah,

dan memiliki buku nikah.


96

Ibu menyampaikan bahwa pertama kali Menarche pada usia 12

tahun siklus 28 hari, lamanya 7 hari, tidak dysmenorrhea banyaknya

sekitar 250 cc atau 2x ganti pembalut, tidak ada fluor albus. HPHT (Hari

Pertama Haid Terakhir) pada tanggal 10 Agustus 2022, dan HPL (Hari

Perkiraan Lahir) pada tanggal 17 Mei 2023.

Ibu mengatakan stastus imunisasi TT2 diberikan pada kehamilan

anak pertamanya, imunisasi TT3 diberikan pada kehamilan ini, pada usia

kehamilan 14 minggu.

Ibu mengatakan pernah melahirkan 1 kali, tidak pernah keguguran,

memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas, PMB, dan Dokter. HPHT :

10 agustus 2022 TP : 17 Mei 2023. Ibu memeriksakan kehamilannya

sebanyak 6 kali, pada trimester I sebanyak 2 kali, trimester II sebanyak 2

kali, dan trimester III sebanyak 3 kali. Kenaikan berat badan selama

hamil kg. Tinggi badan 154 cm. IMT 27 (normal). Trimester I ibu

mengeluh mual, trimester II dan trimester III tidak ada keluhan.

Merasakan pergerakan janin pertama kali ketika usia kehamilan 20

minggu, tidak ada tanda-tanda bahaya atau penyulit, riwayat imunisasi

TT2.

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Ibu mengatakan

anak pertama lahir saat ini berusia 6 tahun, lahir dengan normal dan

cukup bulan, jenis kelamin Laki-laki dengan berat badan ketika lahir 3200

gram, panjang badan 48 cm, bersalin di PMB ditolong oleh bidan, tidak

ada komplikasi pada ibu dan bayi ketika bersalin dan masa nifas.
97

Riwayat kontrasepsi yang digunakan, sebelum kehamilan kedua ini,

ibu mengataka tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Ibu

mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti penyakit

PMS, HIV/AIDS,DM, jantung, asma, hepatitis, malaria, dan TBC. Di

keluarganya tidak ada yang memiliki penyalit DM, asma. Tidak memiliki

keturunan kembar dari keluarga maupun keluarga suaminya.

Ibu mengatakan frekuensi makan dalam satu hari makan 3 kali,

porsi sedang, dan habis dengan nasi, lauk, pauk, sayur, tidak ada keluhan

pola makan. Dalam sehari ibu minum 2 liter macamnya air putih, dan tidak

ada keluhan.

Dalam sehari, ibu mengatakan Buang Air Kecil (BAK) 4-6 kali

dengan warna kuning jernih, Buang Air Besar (BAB) 2 kali dengan warna

cokelat kehitaman, lembek padat dan tidak ada keluhan.

Untuk pola istirahat, tidur ibu mengatakan jarang tidur siang dan

untuk tidur malam 7 jam dari pukul 22:00 sampai pukul 05:00. Ibu

mengatakan bahwa kegiatan sehari-harinya mengerjakan pekerjaan

rumah tangga, lamanya dari pukul 06:00 sampai 08:30, aktivitas yang

dilakukan seimbang antara duduk dan beridiri, tidak ada keluhan.

Ibu mengatakan sebanyak 2 kali dalam sebulan melakukan

hubungan seksual dengan suami dan tidak ada keluhan.

Untuk kebersihan diri (personal hygiene), ibu mengatakan mandi

sebanyak 2 kali sehari menggunakan sabun, gosok gigi sebanyak 3 kali

sehari menggunakan pasta gigi, keramas 3 kali dalam seminggu


98

menggunakan shampoo. Membersihkan genetalia setelah BAK dan BAB

caranya dari depan ke belakang, dan mengganti pakaian dalam sebanyak

3-4 kali dalam sehari atau ketika sudah merasa lembab, dengan berbahan

katun dan longgar.

Kebiasaan sebelum dan ketika hamil, tidak ada pantangan

makanan dan minuman. Ibu mengatakan bahwa ibu tidak pernah

merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan telarang, tidak pernah minum

obat warung, tidak pernah minum alkohol, tidak mengkonsumsi jamu, dan

hanya minum suplemen atau obat kehamilan yang diberikan bidan.

Keluarga satu rumah ada yang merokok.

Riwayat psikososial spiritual, perasaan ibu mengenai kehamilannya

saat ini sangat bahagia dan senang karena merupakan kehamilan yang

diinginkan, tidak ada kekhawatiran khusus, ibu juga sudah mengetahui

tanda bahaya trimester III dan bagaimana perkembangan janinnya.

Tanggapan suami dan keluarga mengenai kehamilan ini baik, dan

menerima. Rencana persalinan di PMB yang akan ditolong oleh bidan

menggunakan mobil desa sebagai alat transportasi dan didampingi oleh

suami dengan menggunakan KIS sebagai biaya persalinan.

Data Objektif (O)

Pemeriksaan fisik umum dengan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, stasus emosional stabil, dilakukan pemeriksaan TTV

dengan hasil tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,6 OC,

respirasi 20x/menit. Tinggi badan ibu 155 cm, LILA 29 cm, berat badan
99

sebelum hamil 56 Kg, saat ini 66 Kg, kenaikan berat badan 14 Kg. IMT

(Indeks Masa Tubuh) 23,3(Normal).

Pada pemeriksaan kepala bersih, panjang, tidak rontok, ketombe,

tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

oedema. Wajah bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak

oedema. Mata bersih, simetris kiri dan kanan, sklera putih, conjungtiva

merah muda, tidak oedema. Hidung bersih, tidak ada scret, tidak ada

polip. Mulut bersih, lembab, tidak karies gigi, gigi tidak bolong, gusi tidak

berdarah, lembab dan tidak kering. Telinga tidak ada scret, tidak ada nyeri

tekan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada peningkatan pada vena

jugularis, tidak ada nyeri saat menelan.

Jantung berbunyi teratur lup-dep, tidak ada bunyi wheezing dan

ronchi pada paru. Payudara terlihat bersih, simetris, hiperpigmentasi

areola mammae putting susu menonjol, tidak lecet, colostrum sudah

keluar, tidak ada kemerahan tidak ada pembengkakan dan tidak ada

benjolan.

Pada pemeriksaan abdomen, telihat bersih, tidak ada luka bekas

operasi, membesar sesuai masa kehamilan, tidak ada striae gravidarum,

tidak ada linea alba, TFU (Tinggi Fundus Uteri) 29 cm. Pada perabaan

leopold I teraba satu bagian besar, bundar, lunak, dan tidak melenting

(bokong). Perabaan Leopold II teraba satu bagian besar yang luas,

panjang, ada tahanan di sebelah kanan ibu (puka), dan terba bagian-
100

bagian kecil janin di perut sebelah kiri ibu (ekstremitas). Leopold III teraba

satu bagian besar yang bulat, keras, melenting, belum masuk PAP (Pintu

Atas Panggul) (kepala). Leopold IV belum masuk PAP (convergent). DJJ

(Denyut Jantung Janin) terdengar jelas di punctum maksimum di bawah

pusat sebelah kanan ibu, teratur dengan frekuensi 145x/menit.

Ekstremitas atas bersih, kuku pendek, tidak ada bekas luka, tidak

ada varices, tidak ada oedema, CRT (Cafillary Refill Time) kembali dalam

2 detik. Ekstremitas bawah bersih, kuku pendek, tidak ada bekas luka,

tidak ada varices, tidak ada oedema, CRT (Cafillary Refill Time) positif,

dan reflex patella kembali dalam 2 detik pada kaki kanan kiri, refleks

patella +/+, tidak bengkak dan tidak edema.

Pemeriksaan genetalia inspeksi bersih, tidak ada tanda Chadwick,

tidak ada varices, tidak ada pembengkak, tidak kemerahan, tidak ada

pengeluaran fluor albus. Palpasi tidak ada benjolan. Anus tidak

haemorroid.

Pemeriksaan penunjang labolatorium tes urine Hcg tidak dikaji,

protein urine negative, reduksi urin negatif, Hb 11,8 gr%gr. VDRL/RPL

negatifi, golongan darah A+, HIV/AIDS Negatif, hepatitis negatif, rubella

tidak dikaji, siflis negatif.

Assesment (A)

Ny. K usia 32 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 33 minggu, janin

tunggal, hidup, intrauterine, presentasi kepala, fisiologis, keadaan ibu dan

janin baik untuk saat ini. Tidak ada masalah untuk saat ini.
101

Planning (P)

(1) Penulis memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa

keadaan ibu dan janinnya baik untuk saat ini. Hasil pemeriksaan TTV ibu

dalam batas normal, tekadan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu

36,6OC, pernapasan 20x/menit. DJJ : 145x/menit. Ibu sudah mengetahui

hasil pemeriksaan. (2) Penulis menganjukan ibu untuk mengonsumsi

makan makanan bergizi seimbang dengan komposisi nasi, lauk nabati

seperti tahu tempe, lauk hewani seperti telur,ikan dan ayam, makanan

berserat seperti sayur bayam,kangkung,kacang panjang,dan buah buahan

seperti apel,pusing dan jeruk. Ibu mengerti dan akan makan makanan

yang bergizi seimbang. (3) Penulis mengingatkan ibu untuk rajin

mengkonsumsi therapy obat tablet Fe 60 mg yang diminum 1x sehari

dengan air putih tanpa campuran air teh atau kopi. Diminum malam hari

ketika ingin tidur agar menghindari efek samping obat tersebut yaitu mual.

Memberikan tablet kalsium yang diminum 1x sehari pada pagi hari. Ibu

mengerti dan akan meminum sesuai anjuran. (4) Penulis menganjurkan

ibu untuk melakukan pemeriksaan USG dan cek labolatorium lebih lanjut

yang berguna untuk memastikan kondisi kesehatan bayi dan untuk

mengetahui ada tidaknya masalah tertentu pada bayi dan kondisi ibu

sendiri. Ibu bersedia untuk melakukan cek lab dan USG. (5) Penulis

menganjurkan kepada ibu untuk mempersiapkan persalinan seperti,

tempat bersalin, penolong bersalin, keluarga yang mendampingi, biaya

saat bersalin, kendaraan, donor darah, pakaian ibu dan bayi. Ibu bersedia
102

untuk mempersiapkan persiapan persalinan. (6) Penulis menjelaskan

tanda bahaya pada ibu hamil trimester III seperti KPD atau Ketuban

Pecah Dini, perdarahan, demam yang tinggi, anemia, bengkak pada

tangan dan kaki, nyeri kepala hebat, dan kurangnya pergerakan janin. Ibu

memahami tanda bahaya trimester III. (7) Penulis menjelaskan kepada ibu

tentang tanda-tanda persalinan seperti, keluar lendir bercampur darah,

mules yang sering dan lama, nyeri perut menjalar hingga ke pinggang.

Jika ibu mengalami tanda-tanda tersebut maka segera datang ke faskes

terdekat. Ibu mengerti dan bersedia datang ke faskes terdekat jika

mengalami tanda tersebut. (8) Penulis memberitahu Ibu untuk melakukan

kunjungan ulang 2 minggu kemudian. Ibu bersedia untuk melakukan

kunjungan ulang.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari buku KIA, Ibu

melakukan kunjungan ulang yang ke-6 trimester 3 di Puskesmas

Telagasari pada tanggal 08 april 2023 sebagai berikut :

(S) Keluhan tidak ada (O) tekanan darah ibu 110/70 mmHg, berat

badan 66,2 Kg, LILA 30 cm, TFU 31 cm,DJJ terdengar jelas di punctum

maksimum di bawah pusat sebelah kanan ibu, teratur dengan frekuensi

145x/menit, Melakukan pemeriksaan Laboraratorium protein urin (non

reaktif), GDS 90 mg/dl, HB 11,7 g/dl, (A) Ny. K usia 32 tahun G2P1A0

usia kehamilan 35 minggu, (P) Konseling tentang persiapan

persalinan,menganjurkan untuk USG.


103

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari buku KIA, Ibu

melakukan kunjungan ulang yang ke-7 trimester 3 di PMB pada tanggal

22 april 2023 sebagai berikut :

(S) Keluhan tidak ada (O) tekanan darah ibu 110/70 mmHg, berat

badan 66,3 Kg, LILA 30 cm, TFU 32 cm,DJJ terdengar jelas di punctum

maksimum di bawah pusat sebelah kanan ibu, teratur dengan frekuensi

143x/menit, (A) Ny. K usia 32 tahun G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu,

(P) Konseling tentang persiapan persalinan,menganjurkan untuk USG.

Berdasarkan buku KIA dan rekam medik pasien, Ibu melakukan

kunjungan ke-8 trimester 3 pada tanggal 29 April 2023 dengan melakukan

pemeriksaan USG di Klinik Telagasari. (S) Ibu mengatakan tidak ada

keluhan. (O) Hasil yang didapat dari pemeriksaan USG presentasi kepala,

ketuban cukup. Tekanan darah : 128/80 mmHg, berat badan : 66,8 Kg,

TBJ : 3.255 gram. (A) Hasil pemeriksaan menunjukkan usia kehamilan ibu

saat ini 38 minggu. (P) konseling persiapan persalinan.

B. Asuhan Persalinan

Pada Kala I Tanggal 08 Mei 2023 pukul 19.00 WIB, ibu datang kunjungan

pertama di proses persalinan, ditemani oleh suami dan keluarga datang

ke PMB Bidan E

Data Subjektif (S)

Ibu mengeluh perutnya terasa mulas sejak sore pukul 15.00 WIB.

Saat ini mulesnya semaking sering dan kuat, sudah keluar lendir darah,
104

belum keluar air air yang tak tertahan dan masih merasakan gerakan

janin. Ibu mengatakan ini kehamilan anak kedua dan belum pernah

keguguran, makan terakhir pada pukul 17.00 WIB dan BAK terakhir pada

pukul 04.30 WIB, istirahat terakhir pukul 13.00 - 15.00 WIB.

Data Objektif (O)

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil, TTV: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu

36OC, pernapasan 20x/menit, Pada pemeriksaan abdomen, telihat bersih,

tidak ada luka bekas operasi, membesar sesuai masa kehamilan, tidak

ada striae gravidarum, tidak ada linea alba, TFU (Tinggi Fundus Uteri) 33

cm. Pada perabaan leopold I teraba satu bagian besar, bundar, lunak, dan

tidak melenting (bokong). Perabaan Leopold II teraba satu bagian besar

yang luas, panjang, ada tahanan di sebelah kanan ibu (puka), dan terba

bagian-bagian kecil janin di perut sebelah kiri ibu (ekstremitas). Leopold III

teraba 1 bagian kepala sudah masuk PAP (Pintu Atas Panggul) . Leopold

IV Divergen, perlimaan 2/5 bagian, TBJ = (33 – 11) x 155 = 2410 gram.

His 4 kali dalam 10 menit lamamya 41 detik. DJJ (Denyut Jantung Janin)

terdengar jelas di punctum maksimum di bawah pusat sebelah kanan ibu,

teratur, menggunakan dopler dengan frekuensi 145x/menit. Ekstremitas

atas bersih, kuku pendek, tidak ada bekas luka, tidak ada varices, tidak

ada oedema, CRT (Cafillary Refill Time) kembali dalam 2 detik.

Ekstremitas bawah bersih, kuku pendek, tidak ada bekas luka, tidak ada

varices, tidak ada oedema, CRT (Cafillary Refill Time) positif, dan reflex
105

patella kembali dalam 2 detik pada kaki kanan kiri, refleks patella +/+,

tidak bengkak dan tidak edema.

Pemeriksaan genetalia inspeksi bersih, tidak oedema, tidak ada

varices, tampak lendir bercampur darah. Kemudian dilakukan

pemeriksaan dalam Vulva Vagina tidak ada kelainan, Portio tebal lunak,

pembukaan 8 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, kepala di hodge III+,

UUK kanan depan, tidak ada molase, (-) pengkajian data objektif tidak

dilakukan secara lengkap.

Assesment (A)

Ny. K usia 32 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu inpartu

kala 1 fase aktif dilatasi maksimal. Janin tunggal hidup intrauterine

presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik untuk saat ini. Tidak ada

masalah. Tidak ada masalah potensial. Tidak ada tindakan segera.

Planning (P)

(1) Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

bahwa ibu akan segera melahirkan, untuk saat ini pembukaan sudah 8

cm. Keadaan ibu dan janin baik untuk saat ini. Ibu dan keluarga sudah

mengetahui hasil pemeriksaan. (2) Memberikan suport dukungan dan

demnagat kepada ibu agar ibu lebih tenang dalam menghadapi persalinan

dan menganjurkan keluarga untuk mendukung ibu supaya ibu bisa

melewati persalinanya disertai dengan doa dari ibu dan keluarga. Ibu
106

terlihat lebih tenang untuk melewati persalinan. (3) Menganjurkan ibu

makan dan minum untuk menambah tenaga ibu dalam proses persalinan

nanti. ibu dan keluarga mengerti dan mengikuti anjuran yang diberikan.

(4) Menganjurkan ibu untuk baring kanan dan kiri sesekali jika pegal untuk

mempercepat kemajuan persalinan dna agar peredaran oksigen ke janin

tidak terganggu serta ibu merasa lebih nyaman. Ibu mengikuti anjuran

yang diberikan. (5) Mengajarkan teknik relaksasi yaitu dengan cara

menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut secara

perlahan-lahan, menganjurkan ibu untuk jangan mengedan terlebih

dahulu, apabila sakit bisa dibantu oleh keluarga dengan masase bagian

pinggang ibu. Ibu mengerti dan mengikuti anjuran yang diberikan. (6)

Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK, karena kandung

kemih yang penuh akan menghambat penurunan kepala janin dan

meningkarkan resiko perdarahan setelah persalinan. Ibu mengikuti

anjuran yang diberikan. (7) Memasang infus RL 20 tetes x/menit. Infus

sudah terpasang. Mempersiapkan peralatan,obat obatan dan

perlengkapan ibu dan janin serta alat partus set. Peralatan partus set,

obat obatan serta perlengkapan ibu dan janin sudah disiapkan. (8)

Mengobservasi keadaan keadaan umum ibu, His, DJJ, tanda tanda vital

dan kemajuan persalinan. Tindakan dilakukan dan terlampir dalam

patograf.
107

Kala 2 tanggal 08 Mei 2023 pukul 21.10 WIB Data Subjektif (S) :

ibu mengatakan mulesnnya semakin kuat dan seperti ada dorongan ingin

BAB yang tak tertahan dan belum keluar air air yang tak tertahankan.

Data Objektif (O) : keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

keadaan emosional stabil, TTV: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi

80x/menit, suhu 36OC, pernapasan 20x/menit. Abdomen His 5 Kali dalam

10 menit lamannya 45 detik, DJJ 150x/menit, terdengar jelas, kuat dan

teratur. Terlihat adanya tanda dan gejala kala II yaitu adannya dorongan

untuk meneran, tekanan pada anus, parinieum menonjol, vulva membuka.

Pada pemeriksaan dalam, vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak

teraba, pembukaan serviks lengkap (10 cm), presentasi kepala, ubun

ubun kanan depan, tidak ada molase, penurunan kepala di hodge IV.

Assesment (A)

Ny. K usia 32 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu inpartu

kala II fisiologis. Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

Keadaan ibu dan janin baik untuk saat ini. Tidak ada masalah. Tidak ada

masalah potensial. Tidak ada tindakan segera.

Planning (P)

(1) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa saat ini pembukaan

sudah lengkap dan ibu akan segera melahirkan dan di perbolehkan untuk

meneran apabila ada mulas. Evaluasi: Ibu mengetahui bahwa akan

segera melahirkan. (2) Menjaga privasi ibu dengan menutup tirai dan

pintu. Evaluasi: Ruangan bersalin sudah tertutup. (3) Mengatur posisi


108

sesuai dengan keinginan ibu dan menganjurkan keluarga untuk

membantu posisi ibu senyaman mungkin. Evaluasi: Ibu ingin posisi

setengah duduk. (4) Memberi support ibu. Meminta ibu untuk mengedan

ketika ada mulas dengan cara pandangan melihat keperut dan kedua

tangan menarik kedua kaki lalu membukannya, menarik nafas dari hidung

dan mengedan tanpa ada suara seperti sedang BAB. Evaluasi: Ibu

mengerti siap mengedan ketika ada mulas. (5) melakukan steneng ritgen

saat kepala bayi sudah terlihat 5-6 cm di depan vulva dan kain sudah

terpasang dibawah bokong ibu. Evaluasi: Kepala bayi lahir. (6) Mengecek

lilitan tali pusat pada leher bayi. Evaluasi: Tidak ada lilitan tali pusat. (7)

Menunggu hingga kepala bayi memutar faksi luar dengan sendirinya.

Evaluasi: Kepala bayi sudah memutar dengan sendirinya untuk

mengeluarkan bahu atas dan keatas untuk mengeluarkan bahu belakang.

Evaluasi: Bahu atas dan bahu belakang sudah lahir. (8) Melakukan

sanggah susur untuk melahirkan seluruh badan bayi. Evaluasi: Bayi lahir

spontan pukul 21.10 WIB, jenis kelamin laki laki, menangis kuat gerakan

aktif, warna kulit kemerahan.

Kala 3 tanggal 08 Mei 2023 pukul 21.20 WIB

Data Subjektif (S) : ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran

bayinnya dan merasa lelah serta perutnnya masih terasa mulas di bagian

bawah. Data Objektif (O) : keadaan umum baik dan tampak lelah,

kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, tinggi fundus uteri

sepusat, kontraksi uterus baik, uterus teraba keras tidak ada janin kedua,
109

kandung kemih kosong, tali pusat tampak di vulva dan belum ada tanda

tanda pelepasan plasenta seperti semburan darah tiba tiba, uterus

globuler, tali pusat memanjang.

Assesment (A)

Ny. K usia 32 tahun P2A0H2 partus kala III fisiologis. Tidak ada

masalah. Tidak ada masalah potensial. Tidak ada tindakan segera.

Planning (P)

(1) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik,

bayi sudah lahir dan tidak ada janin kedua. Evaluasi: Ibu senang

mendengar penjelasan bidan. (2) Memberikan injeksi oxytosin 10 IU

secara IM dipaha kanan ibu segera 1 menit setelah lahir untuk

merangsang fundus uteri berkontraksi dengan baik. Evaluasi: Ibu sudah

diberikan injeksi oxytosin. (3) Menjepit tali pusat dengan umbilical klem

dan klem kemudian memotong tali pusat diantara kedua klem dengan

jarak 2-3 cm. Evaluasi: Tali pusat sudah terpotong. (4) Menempelkan

badan bayi ke dada ibu untuk segera dilakukan inisiasi menyusui dini

(IMD) lalu menyelimuti ibu dan bayinnya. Evaluasi: Bayi sudah

ditempelkan ke badan ibu dan dilakukan IMD selama 1 jam. (5) Melihat

tanda tanda pelepasan plasenta. Evaluasi: Terdapat semburan darah tiba

tiba dan tampak tali pusat memanjang. (6) Melakukan PPT yaitu dengan

cara tangan kiri melakukan dorsol kranial dan tangan kanan melakukan

penegangan tali pusat secara terkendali. Evaluasi: PPT sudah dilakukan

dan plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya. (7) Mengeluarkan


110

plasenta searah jarum jam. Evaluasi: Plasenta lahir spontan pukul 21.20

WIB, utuh centralis, panjangnnya 50 cm, diameter 22 cm, ketebalan 2 cm.

(8) Melakukan masase pada perut ibu selama 15 detik. Kontraksi baik.

Dan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta. Evaluasi: Plasenta

lengkap. (9) Melakukan eskplorasi untuk mengecek apakah ada sisa

plasenta yang tertinggal atau tidak. Evaluasi: Sudah dilakukan dan bersih,

tidak terdapat selaput yang tertinggal. (10) Mengevaluasi jumlah

perdarahan. Evaluasi: Jumlah perdarahan normal.

C. Asuhan Nifas

Kunjungan Nifas (KF 1) hari ke 1

Pada tanggal 09 Mei 2023 pukul 07:00 wib, penulis melakukan kunjungan

KF 1 di PMB Bd E. Penulis melakukan pengkajian langsung dengan

pasien.

Hasil yang didapat, (S) : ibu mengatakan merasa senang dengan

kelahiran bayinya, luka jahitan masih terasa nyeri, ambulasi sudah

dilakukan 24 jam postpartum, sudah makan dan minum, terakhir BAK 1

jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal dan sudah

dilakukan observasi. Ibu juga mengatakan tidak mengalami tanda bahaya

masa nifas seperti perdarahan postpartum, sakit kepala berat, dan demam

tinggi >38OC. Ibu juga mengatakan sudah ada pengalaman menyusui


111

dari anak sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan

dan minuman, dan tidak ada pantangan tidur siang bagi ibu nifas. Pola

aktivitas 3 jam post partum ibu sudah bisa menggerakan tubuhnya di

tempat tidur seperti menggerakkan tangan menekuk lutut, 6 jam post

partum ibu sudah bisa miring ke kanan dan ke kiri, 10 jam post partum ibu

sudah bisa mencoba untuk duduk, dan 12 jam post partum ibu sudah

bisa berjalan ke kamar mandi. Pola nutrisi, ibu sudah makan bubur,

satu gelas teh hangat , dan satu buah apel. Pola istirahat setelah

persalinan ibu tidur 7 jam. Pola eliminasi ibu mengatakan terakhir BAK

sekitar 30 menit yang lalu, terakhir BAB tadi pagi sekitar pukul 05:00 WIB.

Riwayat psikososial dan spiritual : ibu, suami dan keluarga merasa

senang dengan kelahiran bayinya.Ibu mengatakan bahwa melakukan

hubungan seksual biasanya dilakukan setelah 4 bulan setelah persalinan

dan tidak ada keluhan.

Data Objektif

Penulis melakukan pemeriksaan umum dengan keadaan umum

baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan TTV dengan hasil tekanan

darah : 110/70 mmHg, nadi : 82x/menit, suhu : 36,8 OC, pernapasan

21x/menit. Payudara sudah ada pengeluaran colostrum, kandung kemih

kosong, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik. Lochea rubra

berwarna merah segar, 2 kali ganti pembalut.

Assesement
112

Ny. K usia 32 tahun, P2A0H2, Post partum 1 hari. Keadaan ibu

baik untuk saat ini.

Planning

(1) Penulis menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa

keadaannya baik untuk saat ini. Hasil pemeriksaan pemeriksaan TTV

dalam batas normal dengan hasil tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi :

82x/menit, suhu : 36,8OC, pernapasan 21x/menit, TFU 2 jari dibawah

pusat dan kontraksi uterus baik. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

(2) Penulis menjelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas

yaitu demam tinggi, perdarahan yang tidak seperti biasanya, payudara

bengkak, kemerahan, bernanah, puting berdarah, nyeri kepala hebat,

bengkak pada wajah, tangan dan kaki, ibu tidak ada nafsu makan, ibu

merasa tidak mampu merawat bayinya. Ibu mengerti dan sudah

mengetahui tanda bahaya masa nifas. (3) Penulis menjelaskan kebutuhan

ibu nifas meliputi pola nutrisi dengan cara makan 5-6 kali sehari, dengan

menu seimbang yang mengandung karbohidrat (nasi, ubi,

jagung),perbanyak konsumsi makanan yang mengandung protein (telur,

ikan, tempe, tahu, daging), kacang-kacangan, serta sayuran hijau (bayam,

kangkung, sawi, kelor) serta perbanyak konsumsi buah dan air minimal 8-

10 gelas dalam sehari. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengikuti saran

yang diberikan. (4) Penulis menganjurkan ibu untuk ambulasi dini dengan

cara miring kiri, miring kanan, bangun dan duduk ditempat tidur kemudian

berjalan sendiri dapat mempercepat penyembuhan masa post sc.


113

Memberi tahu ibu bahwa BAK normal biasanya terjadi setiap 2 jam.

Ambulasi sudah dilakukan selama 24 jam post partum. BAB normal terjadi

3-4 jam, apabila kesulitan BAB atau konstipasi lakukan diet teratur, cukup

cairan, serta konsumsi makanan yang kaya akan serat. Ibu mengerti dan

bersedia untuk mengikuti saran yang diberikan. (5) Penulis menganjurkan

ibu mandi 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur apabila

sudah kotor atau basah, menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal,

mengganti pembalut minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum dan

sesudah menyentuh luka operasi dan area genitalia. Ibu mengerti dan

bersedia untuk mengikuti saran yang diberikan. (6) Penulis mengingatkan

ibu istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebih karena

kurangnya istirahat dapat menyebabkan kelelahan dan berpengaruh bagi

ibu antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat

proses involunsi uterus dan memperbanyak perdarahan. Ibu mengerti dan

sudah mengetahui kebutuhan masa nifas. (7) Penulis menganjurkan ibu

untuk tidak membasuh luka jahitan dengan air hangat karena dapat

menyebabkan benang jahitan dapat terlepas dan menyebabkan

perdarahan. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengikuti saran yang

diberikan. (8) mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3-7

hari kemudian. Evaluasi : ibu sangat senang untuk melakukan kunjungan

ulang.

Kunjungan Nifas (KF 2) hari ke 4


114

Pada tanggal 12 Mei 2023 pukul 15:00 WIB, penulis melakukan

kunjungan KF 2 di rumah pasien dan melalukan pengkajian data secara

langsung dengan pasien.

Data Subjektif

Kunjungan nifas kedua pada 4 hari post partum, ibu sudah berada

di rumahnya dan mengatakan bayinya sudah menyusu secara kuat

dengan ASI, ibu sudah bisa buang air besar, sudah bisa mengurus

bayinya. Saat ini tidak ada makanan yang di pantang dan tidak ada

keluhan. Nyeri luka jahitan sudah semakin berkurang, luka tampak

mengering, dan sudah mulai rapat, dan masih balut dengan kassa.

Pola nutrisi dengan frekuensi makan ibu 3 kali sehari, porsi

sedang, habis. Macamnya nasi, lauk-pauk dan sayuran, tidak ada

pantangan dan keluhan. Minum kurang lebih 10 gelas sehari

macamnya air putih dan susu, tidak ada pantangan dan keluhan. Pola

istirahat tidur siang 1 jam dari pukul 14:00 WIB-15:00 WIB, tidur malam 6-

7 jam pada pukul 22.00 WIB sampai 05.00 WIB.

Personal hygiene mandi 3 kali sehari menggunakan sabun,

keramas 3 kali seminggu shampoo, gosok gigi 3 kali sehari

menggunakan pasta gigi, BAB 1 kali sehari, BAK 8 kali sehari.

Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok, meminum-minuman

yang beralkohol, minuman yang mengandung caffein seperti kopi,

mengkonsumsi jamu dan obat-obat warung maupun obat terlarang.


115

Pola aktivitas yang dilakukan saat ini hanya mengurus diri dan

bayinya.

Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV dengan

tekanan darah 110/70 mmHg, nadi : 78x/menit, suhu : 36,7 OC,

pernapasan : 20x/menit.

Pada bagian kepala, rambut terlihat bersih, kulit kepala tidak

ada luka dan tidak ada benjolan. Muka bersih, simetris, tidak ada

nyeri tekan dan tidak ada edema. Mata bersih, simetris, conjungtiva

tidak pucat dan sklera tidak ikterik. Hidung bersih, simetris, tidak ada

secret, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan. Mulut bersih, bibir lembab,

tidak pucat, tidak pecah-pecah, lidah bersih, gigi lengkap, tidak ada

caries, tidak bolong, tidak ada gigi palsu, dan gusi tidak ada luka.

Telinga kanan dan kiri bersih, simetris, tidak ada secret dan fungsi

pendengaran baik. Leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, getah

bening dan tidak ada peningkatan vena jugularis. Dada bersih, simtetris.

Jantung irama jantung normal, tidak ada bunyi murmur. Paru-paru tidak

ada bunyi wheezing dan ronchi.

Payudara bersih, simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol,

tidak ada pembengkakan dan tidak kemerahan, hyperpigmentasi areola

mammae, ada pengeluran ASI dan tidak ada benjolan.


116

Palpasi abdomen tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat

simpisis, kontraksi uterus baik. Genetalia terlihat lochea Rubra berwarna

Merah kecoklatan, ibu mengganti pembalut sebanyak 2 kali dalam sehari.

Ekstremitas atas bersih, tidak oedema, kuku pendek, cafillary refill

time kembali dalam dua detik. Ekstremitas bawah bersih, tidak oedema,

kuku pendek, bersih, cafillary refill time kembali dalam dua detik, tidak

ada varises. Hooman sign (-/-). CVAT (-/-).

Assesment

Ny. K usia 32 tahun, P2A0AH2, Post partum 4 hari. Keadaan ibu

baik untuk saat ini.

Planning

(1) Penulis menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa

keadaannya baik untuk saat ini. Hasil pemeriksaan pemeriksaan TTV

dalam batas normal dengan hasil tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi :

78x/menit, suhu : 36,7OC, pernapasan 20x/menit, TFU pertengahan pusat

simpisis dan kontraksi uterus baik. Ibu sudah mengetahui hasil

pemeriksaan. (2) Penulis menjelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya

masa nifas yaitu : demam tinggi, perdarahan yang tidak seperti biasanya,

payudara bengkak, kemerahan, bernanah, puting berdarah, nyeri kepala

hebat, bengkak pada wajah, tangan dan kaki, ibu tidak ada nafsu makan,

ibu merasa tidak mampu merawat bayinya. Ibu mengerti dan sudah

mengetahui tanda bahaya masa nifas. (3) Penulis menjelaskan kebutuhan

ibu nifas meliputi pola nutrisi dengan cara makan 5-6 kali sehari, dengan
117

menu seimbang yang mengandung karbohidrat (nasi, ubi, jagung), bagi

ibu dengan post sc perbanyak konsumsi makanan yang mengandung

protein (telur, ikan, tempe, tahu, daging), kacang-kacangan, serta sayuran

hijau (bayam, kangkung, sawi, kelor) serta perbanyak konsumsi buah dan

air minimal 8-10 gelas dalam sehari. Ibu mengerti dan akan mengikuti

anjuran tersebut. (4) Penulis mengingatkan ibu istirahat yang cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebih karena kurangnya istirahat dapat

menyebabkan kelelahan dan berpengaruh bagi ibu antara lain mengurangi

jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involunsi uterus dan

memperbanyak perdarahan. Ibu mengerti dan sudah mengetahui

kebutuhan masa nifas. (5) Penulis menganjurkan ibu untuk selalu

menjaga kehangatan tubuh bayinya. Bayi harus tetap dijaga

kehangatannya agar mencegah terjadinya hipotermi dan menganjurkan

ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayinya dengan selalu mengenakan

topi,dan memakaikan selimut agar tubuh bayi selalu hangat dan bayi

merasa nyaman. Ibu mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan

dan bersedia untuk selalu menjaga kehangatan bayinya. (6) Penulis

menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwal setiap 2-3 jam

dan hanya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, karena ASI

mengandung zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

bayi dan memberi perlindungan terhadap infeksi. Ibu mengerti dan

memahami penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk selalu menjaga

kehangatan bayinya. (7) Penulis menganjurkan ibu agar menyusui bayi


118

10-12 kali dalam 24 jam dengan lamanya 10-15 menit pada setiap

payudara dan selama 0-6 bulan bayi cukup diberikan ASI saja tanpa

makanan tambahan. Ibu mengerti dan memahami tentang penjelasan

yang diberikan dan bersedia untuk memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya. (8) Penulis mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang baik dan

benar pada ibu dengan badan bayi menempel pada payudara ibu dan

kepala bayi menengadah, meletakkan tangan bayi dibelakang badan ibu.

Ibu sudah bisa melakukan sesuai ajaran. (8) mengingatkan ibu untuk

melakukan kunjungan ulang 8-28 hari kemudian. Evaluasi : ibu sangat

senang untuk melakukan kunjungan ulang.

Kunjungan Nifas (KF 3) hari ke 9

Pada tanggal 17 Mei 2023 pukul 15:00 WIB, penulis melakukan

kunjungan KF 3 di rumah pasien dan melalukan pengkajian data secara

langsung dengan pasien.

Data Subjektif

Kunjungan nifas kedua pada 9 hari post partum, ibu sudah berada

di rumahnya dan mengatakan bayinya sudah menyusu secara kuat

dengan ASI, ibu sudah bisa buang air besar, sudah bisa mengurus

bayinya. Saat ini tidak ada makanan yang di pantang dan tidak ada

keluhan. Nyeri luka jahitan sudah semakin berkurang, luka tampak

mengering, dan sudah mulai rapat, dan masih balut dengan kassa.
119

Pola nutrisi dengan frekuensi makan ibu 3 kali sehari, porsi

sedang, habis. Macamnya nasi, lauk-pauk dan sayuran, tidak ada

pantangan dan keluhan. Minum kurang lebih 10 gelas sehari

macamnya air putih dan susu, tidak ada pantangan dan keluhan. Pola

istirahat tidur siang 1 jam dari pukul 14:00 WIB-15:00 WIB, tidur malam 6-

7 jam pada pukul 22.00 WIB sampai 05.00 WIB.

Personal hygiene mandi 3 kali sehari menggunakan sabun,

keramas 3 kali seminggu shampoo, gosok gigi 3 kali sehari

menggunakan pasta gigi, BAB 1 kali sehari, BAK 8 kali sehari.

Ibu tidak memiliki kebiasaan merokok, meminum-minuman

yang beralkohol, minuman yang mengandung caffein seperti kopi,

mengkonsumsi jamu dan obat-obat warung maupun obat terlarang.

Pola aktivitas yang dilakukan saat ini hanya mengurus diri dan

bayinya.

Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV dengan

tekanan darah 110/80 mmHg, nadi : 78x/menit, suhu : 36,7 OC,

pernapasan : 20x/menit.

Pada bagian kepala, rambut terlihat bersih, kulit kepala tidak

ada luka dan tidak ada benjolan. Muka bersih, simetris, tidak ada

nyeri tekan dan tidak ada edema. Mata bersih, simetris, conjungtiva

tidak pucat dan sklera tidak ikterik. Hidung bersih, simetris, tidak ada

secret, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan. Mulut bersih, bibir lembab,
120

tidak pucat, tidak pecah-pecah, lidah bersih, gigi lengkap, tidak ada

caries, tidak bolong, tidak ada gigi palsu, dan gusi tidak ada luka.

Telinga kanan dan kiri bersih, simetris, tidak ada secret dan fungsi

pendengaran baik. Leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, getah

bening dan tidak ada peningkatan vena jugularis. Dada bersih, simtetris.

Jantung irama jantung normal, tidak ada bunyi murmur. Paru-paru tidak

ada bunyi wheezing dan ronchi.

Payudara bersih, simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol,

tidak ada pembengkakan dan tidak kemerahan, hyperpigmentasi areola

mammae, ada pengeluran ASI dan tidak ada benjolan.

Palpasi abdomen tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat

simpisis, kontraksi uterus baik. Genetalia terlihat lochea serosa berwarna

kuning kecoklatan, ibu mengganti pembalut sebanyak 2 kali dalam sehari.

Ekstremitas atas bersih, tidak oedema, kuku pendek, cafillary refill

time kembali dalam dua detik. Ekstremitas bawah bersih, tidak oedema,

kuku pendek, bersih, cafillary refill time kembali dalam dua detik, tidak

ada varises. Hooman sign (-/-). CVAT (-/-).

Assesment

Ny. K usia 32 tahun, P2A0H2, Post partum 9 hari. Keadaan ibu

baik untuk saat ini.

Planning

(1) Penulis menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa

keadaannya baik untuk saat ini. Hasil pemeriksaan pemeriksaan TTV


121

dalam batas normal dengan hasil tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi :

78x/menit, suhu : 36,7OC, pernapasan 20x/menit, TFU pertengahan pusat

simpisis dan kontraksi uterus baik. Ibu sudah mengetahui hasil

pemeriksaan. (2) Penulis menjelaskan pada ibu mengenai tanda bahaya

masa nifas yaitu : demam tinggi, perdarahan yang tidak seperti biasanya,

payudara bengkak, kemerahan, bernanah, puting berdarah, nyeri kepala

hebat, bengkak pada wajah, tangan dan kaki, ibu tidak ada nafsu makan,

ibu merasa tidak mampu merawat bayinya. Ibu mengerti dan sudah

mengetahui tanda bahaya masa nifas. (3) Penulis menjelaskan kebutuhan

ibu nifas meliputi pola nutrisi dengan cara makan 5-6 kali sehari, dengan

menu seimbang yang mengandung karbohidrat (nasi, ubi, jagung), bagi

ibu dengan post sc perbanyak konsumsi makanan yang mengandung

protein (telur, ikan, tempe, tahu, daging), kacang-kacangan, serta sayuran

hijau (bayam, kangkung, sawi, kelor) serta perbanyak konsumsi buah dan

air minimal 8-10 gelas dalam sehari. Ibu mengerti dan akan mengikuti

anjuran tersebut. (4) Penulis mengingatkan ibu istirahat yang cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebih karena kurangnya istirahat dapat

menyebabkan kelelahan dan berpengaruh bagi ibu antara lain mengurangi

jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involunsi uterus dan

memperbanyak perdarahan. Ibu mengerti dan sudah mengetahui

kebutuhan masa nifas. (5) Penulis menganjurkan ibu untuk selalu

menjaga kehangatan tubuh bayinya. Bayi harus tetap dijaga

kehangatannya agar mencegah terjadinya hipotermi dan menganjurkan


122

ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayinya dengan selalu mengenakan

topi,dan memakaikan selimut agar tubuh bayi selalu hangat dan bayi

merasa nyaman. Ibu mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan

dan bersedia untuk selalu menjaga kehangatan bayinya. (6) Penulis

menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa dijadwal setiap 2-3 jam

dan hanya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, karena ASI

mengandung zat gizi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

bayi dan memberi perlindungan terhadap infeksi. Ibu mengerti dan

memahami penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk selalu menjaga

kehangatan bayinya. (7) Penulis menganjurkan ibu agar menyusui bayi

10-12 kali dalam 24 jam dengan lamanya 10-15 menit pada setiap

payudara dan selama 0-6 bulan bayi cukup diberikan ASI saja tanpa

makanan tambahan. Ibu mengerti dan memahami tentang penjelasan

yang diberikan dan bersedia untuk memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya. (8) Penulis mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang baik dan

benar pada ibu dengan badan bayi menempel pada payudara ibu dan

kepala bayi menengadah, meletakkan tangan bayi dibelakang badan ibu.

Ibu sudah bisa melakukan sesuai ajaran. . (8) mengingatkan ibu untuk

melakukan kunjungan ulang 29-42 hari kemudian. Evaluasi : ibu sangat

senang untuk melakukan kunjungan ulang.

Kunjungan Nifas (KF 4) hari ke 9


123

Pada tanggal 27 Mei 2023 pukul 15:00 WIB, penulis melakukan

kunjungan KF 3 di rumah pasien dan melalukan pengkajian data secara

langsung dengan pasien.

D. Asuhan Bayi Baru Lahir

KN 1
124

Pada tanggal 08 Mei 2023 pukul 22.00 WIB, penulis memperoleh data

sekunder melalui rekam medik pasien di PMB Bd.E dan melakukan

pemeriksaan secara langsung.

1 jam pertama setelah bayi lahir pada tanggal 08 Mei 2023 lahir secara

spontan normal , berjenis kelamin laki-laki, berat badan ketika lahir 3000

gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala 33 cm, dan lingkar dada 32

cm, menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerakan aktif.

KN 2

Pada tanggal 12 Mei 2023 pukul 15:30 WIB, penulis melakukan

pengkajian langsung di rumah pasien.

Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya bak-baik saja, sampai saat ini hanya

diberikan ASI setiap 2 jam sekali, BAK 6 kali sehari dan terakhir BAK 30

menit yang lalu, BAB 4 kali sehari dan terakhir BAB tadi pagi pukul 06:00

WIB, tali pusat juga sudah puput.

Data Objektif

Keadaan umum baik, tonus otot baik, gerakan aktif, warna kulit

kemerahan. Penulis melakukan pemeriksaan antropometri dengan lingkar

kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm, panjang 51 cm, lila 11 cm, pernapasan

47x/menit, suhu 36,8OC, nadi 143x/menit, berat badan 3200 gram.

Pada pemeriksaan kepala dengan ubun-ubun besar datar, tidak

ada mollage, tidak ada caput suksedaneum, tidak ada sefalhematoma,

dan tidak ada kelainan. Mata bersih, simetris, conjungtiva merah muda,
125

sklera putih, pupil mengecil bila ada cahaya, refleks glabella (+). Hidung

bersih, berfungsi dengan baik. Mulut merah muda, tidak kering, tidak

sumbing refleks sucking (+), refleks rooting (+). Telinga simetris kanan

dan kiri, tidak ada pengeluaran, bersih, dan tidak ada kelainan. Leher tidak

pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan pada vena jugularis,

tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening. Dada simetris, tidak ada

dada burung, bunyi jantung normal, pernapasan teratur tidak ada bunyi

ronchi atau wheezing. Ekstremitas atas simetris, jumlah jari tiap tangan

lengkap, refleks graps (+), refleks moro (+).

Pemeriksaan abdomen tidak ada perdarahan tali pusat, tali pusat

bersih dan masih basah, tidak ada pembengkakan hati, tidak kembung.

Genetalia terdapat lubang uretra pada ujung tengah penis, testis sudah

turun ke scrotum. Ekstremitas bawah simetris, jumlah jari lengkap setiap

kaki, refleks babynski (+), punggung tidak ada spina bifida, dan anus

berlubang.

Assesment

Neonatus Cukup Bulan (NCB), Sesuai Masa Kehamilan (SMK),

usia 4 hari, fisiologis. keadaan bayi baik untuk saat ini.

Planning

(1) Penulis memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa hasil

pemeriksaan bayinya dalam keadaan baik, lingkar kepala 34 cm, lingkar

dada 33 cm, panjang 51 cm, Lila 11 cm, pernapasan 45x/menit, suhu

36,8OC, nadi 143x/menit, berat badan 3700 gram. Ibu dan keluarga
126

merasa senang. (2) Penulis mengingatkan kembali kepada ibu untuk terus

menyusui bayinya hanya dengan ASI tanpa makanan tambahan apapun

sampai usia 6 bulan, menyusui tanpa terjadwal atau 2 jam sekali. Bayi

sudah menyusu 10 menit yang lalu. (3) Penulis menganjurkan ibu agar

menyusui bayi 10-12 kali dalam 24 jam dengan lamanya 10-15 menit pada

setiap payudara. Ibu mengerti dan memahami tentang penjelasan yang

diberikan dan bersedia untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

(4) Penulis mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang baik dan benar

pada ibu dengan badan bayi menempel pada payudara ibu dan kepala

bayi menengadah, meletakkan tangan bayi dibelakang badan ibu. Ibu

sudah bisa melakukan sesuai ajaran. (5) Penulis menganjurkan ibu untuk

selalu menjaga kehangatan tubuh bayinya. Bayi harus tetap dijaga

kehangatannya agar mencegah terjadinya hipotermi dan menganjurkan

ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayinya dengan selalu mengenakan

topi, dan memakaikan selimut agar tubuh bayi selalu hangat dan bayi

merasa nyaman. Ibu mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan

dan bersedia untuk selalu menjaga kehangatan bayinya. (6) Penulis

mengingatkan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene bayinya

dengan cara mengganti popok ketika popok sudah penuh oleh miksi dan

defekasi bayi. Terakhir ganti popok 1 jam yang lalu. Memberitahu ibu dan

keluarga tentang perawatan tali pusat harus kering dan jangan diberi

apapun, bila terkena air kencing segera bersihkan dengan air dan

keringkan agar tidak terjadi infeksi. Tali pusat masih basah. (7) Penulis
127

mengingatkan kepada ibu dan keluarga untuk selalu menjaga keamanan

bayi yaitu tidak mendekatkan bayi dengan benda benda tajam seperti

gunting atau pisau. Ibu dan keluarga akan melakukan anjuran tersebut. (8)

Penulis mengingkatkan kembali kepada ibu tentang bahaya pada BBL,

seperti demam tinggi, kejang, sesak nafas, tidak mau menyusu, bayi

merintih, muntah berlebihan, bayi diare, kulit bayi berwarna berwarna

kuning, kuning, tali pusat merah, bernanah, berdarah. Jika bayi

mengalami mengalami tanda bahaya tersebut segera bawa bayi ke

fasilitas kesehatan terdekat. Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran

tersebut.

KN 3

Pada tanggal 17 Mei 2023 pukul 15:30 WIB, penulis melakukan

pengkajian langsung di rumah pasien.

Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya bak-baik saja, sampai saat ini hanya

diberikan ASI setiap 2 jam sekali, BAK 6 kali sehari dan terakhir BAK 30

menit yang lalu, BAB 4 kali sehari dan terakhir BAB tadi pagi pukul 06:00

WIB, tali pusat juga sudah puput.

Data Objektif

Keadaan umum baik, tonus otot baik, gerakan aktif, warna kulit

kemerahan. Penulis melakukan pemeriksaan antropometri dengan lingkar

kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm, panjang 51 cm, lila 11 cm, pernapasan

47x/menit, suhu 36,8OC, nadi 143x/menit, berat badan 3200 gram.


128

Pada pemeriksaan kepala dengan ubun-ubun besar datar, tidak

ada mollage, tidak ada caput suksedaneum, tidak ada sefalhematoma,

dan tidak ada kelainan. Mata bersih, simetris, conjungtiva merah muda,

sklera putih, pupil mengecil bila ada cahaya, refleks glabella (+). Hidung

bersih, berfungsi dengan baik. Mulut merah muda, tidak kering, tidak

sumbing refleks sucking (+), refleks rooting (+). Telinga simetris kanan

dan kiri, tidak ada pengeluaran, bersih, dan tidak ada kelainan. Leher tidak

pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan pada vena jugularis,

tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening. Dada simetris, tidak ada

dada burung, bunyi jantung normal, pernapasan teratur tidak ada bunyi

ronchi atau wheezing. Ekstremitas atas simetris, jumlah jari tiap tangan

lengkap, refleks graps (+), refleks moro (+).

Pemeriksaan abdomen tidak ada perdarahan tali pusat, tali pusat

bersih dan masih basah, tidak ada pembengkakan hati, tidak kembung.

Genetalia terdapat lubang uretra pada ujung tengah penis, testis sudah

turun ke scrotum. Ekstremitas bawah simetris, jumlah jari lengkap setiap

kaki, refleks babynski (+), punggung tidak ada spina bifida, dan anus

berlubang.

Assesment

Neonatus Cukup Bulan (NCB), Sesuai Masa Kehamilan (SMK),

usia 9 hari, fisiologis. keadaan bayi baik untuk saat ini.

Planning
129

(1) Penulis memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa hasil

pemeriksaan bayinya dalam keadaan baik, lingkar kepala 36 cm, lingkar

dada 34 cm, panjang 52 cm, Lila 12 cm, pernapasan 45x/menit, suhu

36,8OC, nadi 143x/menit, berat badan 3480 gram. Ibu dan keluarga

merasa senang. (2) Penulis mengingatkan kembali kepada ibu untuk terus

menyusui bayinya hanya dengan ASI tanpa makanan tambahan apapun

sampai usia 6 bulan, menyusui tanpa terjadwal atau 2 jam sekali. Bayi

sudah menyusu 10 menit yang lalu. (3) Penulis menganjurkan ibu agar

menyusui bayi 10-12 kali dalam 24 jam dengan lamanya 10-15 menit pada

setiap payudara. Ibu mengerti dan memahami tentang penjelasan yang

diberikan dan bersedia untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

(4) Penulis mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang baik dan benar

pada ibu dengan badan bayi menempel pada payudara ibu dan kepala

bayi menengadah, meletakkan tangan bayi dibelakang badan ibu. Ibu

sudah bisa melakukan sesuai ajaran. (5) Penulis menganjurkan ibu untuk

selalu menjaga kehangatan tubuh bayinya. Bayi harus tetap dijaga

kehangatannya agar mencegah terjadinya hipotermi dan menganjurkan

ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayinya dengan selalu mengenakan

topi, dan memakaikan selimut agar tubuh bayi selalu hangat dan bayi

merasa nyaman. Ibu mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan

dan bersedia untuk selalu menjaga kehangatan bayinya. (6) Penulis

mengingatkan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene bayinya

dengan cara mengganti popok ketika popok sudah penuh oleh miksi dan
130

defekasi bayi. Terakhir ganti popok 1 jam yang lalu. Memberitahu ibu dan

keluarga tentang perawatan tali pusat harus kering dan jangan diberi

apapun, bila terkena air kencing segera bersihkan dengan air dan

keringkan agar tidak terjadi infeksi. Tali pusat masih basah. (7) Penulis

mengingatkan kepada ibu dan keluarga untuk selalu menjaga keamanan

bayi yaitu tidak mendekatkan bayi dengan benda benda tajam seperti

gunting atau pisau. Ibu dan keluarga akan melakukan anjuran tersebut. (8)

Penulis mengingkatkan kembali kepada ibu tentang bahaya pada BBL,

seperti demam tinggi, kejang, sesak nafas, tidak mau menyusu, bayi

merintih, muntah berlebihan, bayi diare, kulit bayi berwarna berwarna

kuning, kuning, tali pusat merah, bernanah, berdarah. Jika bayi

mengalami mengalami tanda bahaya tersebut segera bawa bayi ke

fasilitas kesehatan terdekat. Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran

tersebut.
131

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan di bab ini bertujuan untuk merumuskan kesenjangan

antara teori dan kasus nyata pada asuhan kebidanan secara

komprehensif pada NY. K G2P1A0 UK 33 minggu selama masa

kehamilan TM III, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan keluarga

berencana yang dilakukan mulai tanggal 25 Maret 2023 sampai dengan

tanggal 08 Mei 2023 di PMB Ny. E, yang menggunakan standar asuhan

kebidanan yang terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa masalah,

melaksanakan asuhan kebidanan, dan melakukan evaluasi serta

dokumentasi asuhan kebidanan dengan metode SOAP.

A.Kehamilan

1. Usia dan Jarak Kehamilan

Jarak ideal kehamilan antara persalinan terakhir dengan kehamilan

berikutnya (pregnancy spacing) sebaiknya antara 2 sampai 5 tahun.

Kehamilan resiko tinggi dapat timbul pada keadaan 4T (terlalu muda,

terlalu tua, terlalu banyak, dan terlalu dekat). Pada kelompok umur

beresiko yaitu < 20 tahun dan <30 tahun. Kelompok umur tidak beresiko

atau resiko ringan yaitu 20 tahun sampai 35 tahun, pada kehamilan usia

muda ≤ 20 tahun yang membutuhkan asupan gizi lebih banyak untuk

perkembangan ibu dan janin (Podungge, 2020)


132

Berdasarkan buku KIA ibu, penulis menemukan kesenjangan teori

dengan kenyataan. Anak terakhir lahir pada tahun 2012, jika jaraknya

dihitung dengan kelahiran anaknya yang sekarang maka jarak kehamilan

Ny. K sudah sejauh 11 tahun. Maka dari itu, kehamilan Ny. K merupakan

kehamilan resiko ringan yang mana menurut teori termasuk kedalam

kelompok umur yaitu 20 tahun sampai 35 tahun, dan pada jarak

kehamilan yang sebaiknya antara 2 sampai 5 tahun namun jarak

kehamilan Ny. K pada kehamilan terakhir dan kehamila ini telah mencapai

> 5 tahun. Hal ini dikarenakan ibu ingin mempunyai anak lagi.

C. Persalinan

1. Inisiasi Menyusui Dini

IMD adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) dengan cara kontak

dengan kulit segera setelah lahir dan menyusu sendiri dalam 1 jam

pertama setelah melahirkan.

Pada kasus Ny.K , beliau mengatakan hanya melakukan IMD

selama 1 jam . Menurut teori yang ada, IMD benar dilakukan paling sedikit

1 jam segera setelah bayi lahir. dan bayi sudah berhasil menghisap

putting susu ibunya.

D. Nifas

Tidak ditemukan kesenjangan.


133

4.2 Bayi Baru Lahir

4.4.1 Penimbangan Berat Badan

Kenaikan berat badan sesuai grafik pertumbuhan menjadi salah

satu tola ukur status gizi dan kesehatan bayi. Memantau berat badan bayi

dapat menjadi langkah awal untuk mendeteksi dini masalah kekurangan

gizi, agar tidak terlambat mendapatkan penanganan yang tepat.

Ibu mengatakan bayinya mengalami kenaikan berta badan dari

yang awalnya 2800 gram menjadi 2900 gram.

4.4.2 Pemakaian Gurita

Gumoh pada bayi dapat disebabkan karena berbagai hal yaitu

posisi menyusui yg tidak tepat, pemberian makan yang salah/terlalu

banyak, aktivitas yang berlebihan,belum sempurnanya katup antara

lambung dan kerongkongan. Selain itu gumoh juga dapat disebabkan

karena pemakaian gurita pada bayi. Pemakaian gurita membuat lambung

si bayi tertekan. Bila dalam keadaan seperti itu si bayi dipaksakan minum,

maka cairannya akan tertekan dan menjadi muntah.

Terdapat kesenjangan antara teori yang telah dipaparkan dengan

kasus Ny. S, setelah pulang dari PMB, ibu mengatakan bayinya sudah

satu minggu dipakaikan gurita. Hal ini karena keluarganya masih

mempercayai kebiasaan yang ada turun temurun, bahwa jika bayi tidak

memakai gurita, perutnya akan buncit. (Wigunantiningsih et al., n.d.)


134

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

pada Ny.K mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir di

PMB Bd. E, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Penulis telah melakukan pengkajian dengan baik secara subjektif

maupun objektif yang didapatkan melalui 2 sumber. Sumber yang

pertama melalui data sekunder yaitu buku KIA sejak usia kehamilan

12 minggu sampai 33 minggu. Sumber yang kedua didapat melalui

pengkajian secara langsung oleh penulis dengan pasien mulai dari

usia kehamilan 35 minggu sampai 4 hari post partum. Pengkajian

data baik subjektif dan objektif telah dilakukan secara sistematis

dan lengkap.

2. Diagnosa selama kehamilan dan persalinan Ny. K baik dan tidak

ada kontraindikasi.

3. Dari hasil identifikasi Ny.K, tidak ditemukan adanya diagnosa

potensial pada saat nifas.

4. Pada saat kehamilan dan persalinan kebutuhan tindakan segera

tidak ada.

5. Perencanaan asuhan kebidanan berdasarkan kebutuhan dan

masalah yang terdapat pada Ny. K selama masa kehamilan,


135

persalinan, nifas dan bayi baru lahir tidak ditulis secara menyeluruh

dan hanya mengkaji data subjektif dari bidan dan buku KIA pasien

sejak usia kehamilan 10 minggu sampai 32 minggu. Namun, ketika

usia kehamilan ibu 36 minggu sampai 42 hari post partum telah

ditulis secara menyeluh oleh pasien dan sudah didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.

6. Perencanaan dan penatalaksanaan yang berjalan sesuai dengan

asuhan dari awal kehamilan hingga nifas secara Fisiologis.

7. Asuhan selama kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

telah dilakukan sudah sesuai standar namun tidak dikaji secara

lengkap. Hasil evaluasi yang didapatkan belum sesuai dengaan

asuhan kebidanan sehingga penulis mengetahui kesesuaian dan

kesenjangan antara teori dan praktik.

8. Penulis telah melakukan dokumentasi kebidanan dalam bentuk

SOAP pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan

benar dan sistematis sehingga, mempermudah dalam memberikan

asuhan kebidanan.

5.1 Saran

5.1.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat mengasah kembali

kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif untuk mendeteksi lebih dini komplikasi pada kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir.


136

5.1.2 Bagi Penulis

Diharapkan penulis selanjutnya dapat melakukan asuhan sesuai

dengan teori dengan mengingatkan pasien untuk rutin melakukan

pemeriksaan ANC dan menganjurkan ibu untuk melakukan cek

labolatorium dan USG.

5.1.3 Bagi Pasien

Diharapkan pasien dapat mengaplikasikan pendidikan kesehatan

yang telah diberikan dengan memenuhi kebutuhan nutrisi selama hamil,

melakukan pemeriksaan laboratorium, USG, dan imunisasi dan lain-lain.

Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan baik ibu maupun bayi dan

mencegah adanya komplikasi pada ibu.

5.1.4 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan mampu meningkatkan pelayanan pada ibu hamil

sesuai dengan melakukan asuhan sesuai dengan SOP (Standar

Oprasional Prosedur) 10 T dan USG dengan memperhatikan kebutuhan

pasien, yang apabila terdapat tanda bahaya dapat terdiagnosa sejak awal

kehamilan dan dapat segera mendapat tindak lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Asuhan, P., Nuryaningsih, K., Fatimah, M. K., St, S., Km Kehamilan, M., Lahir, B., Anak,
D., & Sekolah, P. (n.d.). BUKU AJAR. www.fkkumj.ac.id

Cut Sriyanti, S. . M. K. (2017). Mutu Layanan Kebidanan dan Kebiajakan Kesehatan.

Enny Fitriahadi. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan Disertai Daftar
Tilik_Enny Fitriahadi_Unisa Yogya_2017_Cetakan 1. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Kehamilan Disertai Daftar Tilik, 1.

Husada, W. (2017). ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS.

Ika Yulianti. (2020). Pengantar Asuhan Kehamilan. Journal of Chemical Information


and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Jenderal Pelayanan Kesehatan, D., & Kementerian Kesehatan, K. (2021). “SAFE


MATERNAL & NEWBORN CARE.”

M.Kes, S., M.Kes, E. M., & Rufaida, M. sC. Z. (2019). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR (Dewi Shinta, Ed.; Cetakan Pe).

Mujahidatul Musfiroh. (2017). Pemeriksaan Diagnostik Oleh : Mujahidatul Musfiroh.

Podungge, Y. (2020). Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jambura Health and Sport


Journal, 2(2), 68–77. https://doi.org/10.37311/jhsj.v2i2.7102

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. (2018). Modul 3 ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS.

Siti, P., Jamil, N., Keb, M., Sukma, F., & Hamidah, M. K. (n.d.). ASUHAN KEBIDANAN
PADA NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH. www.fkkumj.ac.id

Siti Tyastuti. (2017). Asuhan-Kebidanan-Kehamilan-Komprehensif.

Sukma, F., Keb Elli Hidayati, M., Siti Nurhasiyah Jamil, M., & Keb, M. (n.d.). ASUHAN
KEBIDANAN PADA MASA NIFAS. www.fkkumj.ac.id

Utami, I., & Fitriahadi, E. (n.d.). BUKU AJAR ASUHAN PERSALINAN & MANAGEMEN.

Wigunantiningsih, A., Sri Eka Putri, Nk., & Nur Fakhidah, L. (n.d.). PENGARUH
PENGGUNAAN GURITA TERHADAP FREKUENSI GUMOH PADA BAYI DI
KABUPATEN KARANGANYAR.
138

 
LAMPIRAN
140

LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR
PADA NY. K G2 P1 A0 DI PMB Bd. E
TAHUN 2023

TELAH DISETUJUI OLEH PEMBIMBING PKK II A


PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

Menyetujui
Pembimbing

(Oon Sopiah., S. SIT.,M.Kes)

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Kebidanan

(Irma Yanti, S.SiT., M.Kes)


141

Gambar 1. Kartu Tanda Pengenal Pasien dan Suami


142

Gambar 2. Kartu Keluarga Pasien


143

Gambar 3. Buku KIA pasien


144

Gambar 4. Buku KIA pasien


145

Gambar 5. Buku KIA pasien


146

Gambar 6. Surat Keterangan Lahir

Gambar 7. Catatan Kesehatan Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir


147

Gambar 8. Catatan Hasil Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


148

Gambar 9. Catatan Kesehatan Ibu Nifas


149
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini yang

berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. K G2 P1 A0 Di

PMB Bd.E Tahun 2023” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada

bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain

dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-

cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dengan

masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nadila Rizkiana

NPM : 2010630100006

Tempat Tanggal Lahir :Karawang, 11 Januari 2002

Alamat : Dusun Kaumjaya RT/RW 015/004 Desa

Puseurjaya, Kecamatan Telukjambe Timur, Kab.

Karawang.

Riwayat Pendidikan : SDN II Telukjambe Timur : 2009-2014

SMPN I Telukjambe Timur : 2014-2017

SMAN II Telukjambe Timur : 2017-2020

DIII Kebidanan UNSIKA : 2020 - Sekarang

Pekerjaan : Mahasiswi

Status : Belum Menikah

Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia

151

Anda mungkin juga menyukai