TELAAH JURNAL DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI

EVIDENCE BASED PADA MASA NIFAS

NAMA : RIZKI AMALIA

NIM : PO71241220197

DOSEN PENGAMPU

LIA ARTIKA SARI, M. Keb

D IV KEBIDANAN ALIH JENJANG BATANG HARI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

 TELAAH JURNAL EVIDENCE BASED PADA MASA NIFAS

Metode/ Populasi/ Hasil

N Judul, Penulis,
Tujuan Sampel/ Tekhnik Kekurangan
o Tahun Kelebihan
Penelitian
1 Yusari Asih, 2017. Untuk Metode penelitian Pijat oksitosin Ibu primipara
Pengaruh Pijat mengidentifikasi yang digunakan berpengaruh cenderung kurang
Oksitosin Terhadap perbedaan adalah terhadap dalam hal
Produksi ASI Pada produksi ASI pada eksperimental pengeluaran ASI, laktogenesis dan
Ibu Nifas ibu nifas yang dengan desain karena pijat galaktopoesis,
diberi perlakuan rancangan post test oksitosin serta kurang
pijat oksitosin dan dengan kelompok membuat ibu pengalaman
tanpa perlakuan kontrol. Jumlah rileks sehingga menyusui
pijat oksitosin. populasi sebanyak dapat merangsang dibanding dengan
80 ibu nifas, hormon oksitosin ibu multipara,
Sampel dalam yang dapat sehingga produksi
penelitian ini menghasilkan ASI cenderung
diambil melalui pengeluaran air lebih sedikit
cara puposive susu ibu. dibanding dengan
sampling, yaitu ibu multipara.
sebanyak 32 ibu
nifas yang secara
acak atau RCT dan
di kelompokkan
menjadi 16 orang
responden yang di
intervensi dan 16
orang sebagai
variabel kontrol.
Data yang
terkumpul di
analisis secara
univariat dan
bivariat
menggunakan uji
chi-square dengan
bantuan perangkat
lunak komputer
SPSS.
2 Herni Johan, Ryzky Untuk mengatasi Metode yang Daun kelor Penurunan berat
Diah Anggraini, Siti masalah menyusui digunakan adalah memiliki efek badan bayi yang
Noorbaya, 2019. pada ibu post Quasi Experiment potensial untuk berlebihan
Potensi Minuman partum dalam dengan rancangan meningkatkan disebabkan oleh
Daun Kelor pemberian therapi Nonequivalent produksi ASI pada pemberian ASI
Terhadap non farmakologis Control Group ibu post partum, yang tidak efektif
Peningkatan dengan Desain yang hal ini terbukti sehingga pasokan
Produksi ASI Pada memanfaatkan dilakukan pada 22 dari peningkatan ASI tidak
Ibu Post Partum tanaman yang ibu post partum berat badan bayi, mencukupi yang
 dapat merangsang dan dibagi menjadi peningkatan dapat
pengeluaran ASI 2 kelompok dengan frekuensi BAK, mempengaruhi
seperti daun kelor. memberikan air BAB bayi, dan nutrisi bayi.
Serta menganalisis rebusan daun kelor frekuensi
potensi daun kelor sebagai kelompok menyusui.
terhadap intervensi dan yang
peningkatan tidak diberikan
produksi ASI pada sebagai kelompok
ibu post partum. kontrol. Analisa
data menggunakan
uji Friedman dan
Mann Whitney.
3 Heni Nurakilah, Untuk mengetahui Metode penelitian Terapi kompres Usia 20-35 tahun
2022. Efektifitas efektfitas terapi yang digunakan lidah buaya (aloe pada ibu post
Terapi Kompres kompres lidah adalah pre- vera) efektif partum rentan
Lidah Buaya (Aloe buaya (aloe vera) eksperimen dengan dalam kelancaran akan terjadinya
Vera) Terhadap terhadap rancangan pengeluara ASI pembengkakan
Kelancaran kelancaran penelitian one pada ibu 2-3 hari payudara
Pengeluaran ASI pengeluaran ASI. group pretest post partum, dikarenakan
Pada Ibu 2-3 Hari posttest. Populasi karena lidah kurang
Post Partum Di sebanyak 40 orang buaya banyak pemahaman dan
Wilayah Kerja ibu nifas 2-3 hari. mengandung air informasi di masa
Puskesmas Pengambilan dan berbagai zat laktasi.
Karanganyar Kota sampel secara yang memiliki
Tasikmalaya. consecutive manfaat dalam
samplin. Dengan mengatasi nyeri
variabel ibu yang karena
kompres lidah mengandung
buaya di analisis analgesik, serta
menggunakan Uji merangsang
Wilcoxon. sistem kekebalan
tubuh untuk
memblokir
biosintesis
prostaglandin.
4 Farideh untuk menentukan Uji klinis ini Penggunaan salep Dari hasil
Eghdampour, dampak Aloe Vera melibatkan 111 Aloe vera dan penelitian secara
Fereshteh Jahdie, dan Calendula wanita primipara calendula cukup statistik derajat
Masomeh pada yang memenuhi mempercepat edema pada
Kheyrkhah, Mohsen penyembuhan syarat. Secara acak penyembuhan wanita yang
Taghizadeh, episiotomi pada dikategorikan episiotomi 5 hari diberikan salep
Somayeh wanita primipara. menjadi 3 pasca persalinan aloe vera,
Naghizadeh, kelompok, wanita dibandimgkan calendula dan
HamidHagani, dalam kelompok dengan betadine. pada wanita yang
2013. Dampak Aloe eksperimen tidak ada ibu yang hanya memakai
Vera dan Calendula menggunakan salep melaporkan betadine tidak
pada Penyembuhan aloe vera dan komplikasi menunjukkan
Perineum setelah celendula setiap 8 tambahan dari perbedaan yang
Episiotomi pada jam dan kelompok penggunaan salep signifikan.
Wanita Primipara: kontrol aloe vera dan Kesembuhan
 Uji Klinis Acak menggunakan calendula, salep berbeda pada
betadne di rumah ini digunakan setiap orang dan
sakit selama 5 hari. sebagai promotor hal ini dapat
Data dikumpulkan penyembuhan diakibatkan oleh
dengan kuesioner episiotomi pada perbedaan
demografi. Analisa wanita primipara pribadi, status
data menggunakan fisik dan status
ANOVA, uji tukey, ekonomi yang
kruskal-wallis, Chi- dapat
square. meningkatkan
atau menurunkan
kecepatan
penyembuhan
yang dianggap
sebagai batasan
penelitian.
5 Maryam Kianpour, Untuk mengetahui Dalam uji klinis, Menghirup Metode
Akram Mansouri, efek lavender pada 140 wanita yang aromaterapi aromatherapi
Tayebeh Mehrabi, pencegahan stres, dirawat di unit lavender selama 4 dapat digunakan
Gholamreza kecemasan, dan obgyn secara acak minggu dapat hanya sebagai
Asghari, 2016. depresi postpartum dibagi menjadi mencegah stres, metode pelengkap
Pengaruh inhalasi pada wanita. kelompok kecemasan, untuk mecegah
aroma lavender aromatherapi dan depresi setelah gangguan ini,
pada pencegahan non-aromatherapi melahirkan. Dapat karena pada
stres, kecemasan segera setalah meningkatkan wanita yang
dan depresi pada melahirkan. kondisi fisik dan menerima skor
periode post Analisa data psikologis ibu dan depresi akut
partum. dilakukan dengan bayi serta fasilitasi dikeluarkan dari
Mann-Whitney, intereksi ibu-bayi. penelitian ini dan
Analysis of dirujuk ke
Variance psikiater.
(ANOVA) dan post Tidak semua ibu
hoc test. yang menganggap
aromatherapi
lavender ini
menyenangkan.
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU NIFAS
Yusari Asih*
*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang
e-mail: yusariasih@gmail.com

ASI tidak keluar adalah kondisi tidak diproduksinya ASI atau sedikitnya produksi ASI. Hal ini disebabkan
pengaruh hormon oksitosin yang kurang bekerja sebab kurangnya rangsangan isapan bayi yang
mengaktifkan kerja hormon oksitosin. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan produksi ASI pada
ibu nifas yang diberi perlakuan pijat oksitosin dan tanpa perlakuan di BPM Lia Maria Kecamatan
Sukarame Bandar Lampung tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimental dengan desain rancangan posttest dengan kelompok kontrol. Populasi pada penelitian ini
adalah ibu nifas 3 jam postpartum di BPM Lia Maria berjumlah 80 orang. Sampel dalam penelitian ini
diambil melalui cara purposive sampling. Sampel berjumlah 32 orang yang terdiri dari 16 orang sebagai
responden yang di intervensi dan 16 orang sebagai variabel kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan
berupa lembar observasi untuk mengamati produksi ASI pada hari ke 6 dan timbangan. Hasil Uji statistik
menggunakan chi-square (x2) diperoleh p-value= 0,037 (p-value ≤0,05) yang berarti ada pengaruh
signifikan antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum di BPM Lia Maria Sukarame
Bandar Lampung Tahun 2017. Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan
bagi tenaga kesehatan terutama bidan sebagai pelaksana sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu
akan pijat oksitosin dan dapat memotivasi ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin dan
memberikan bimbingan serta penyuluhan kepada ibu nifas tentang manfaat pijat oksitosin.

Kata kunci: Pijat oksitosin, Produksi ASI

LATAR BELAKANG Hubungan antara perkembangan bayi

Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu
pernah memberikan ASI, namun penelitian
IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan
hanya 49,8% yang memberikan ASI secara
eksklusif selama 6 bulan sesuai
rekomendasi WHO. Rendahnya cakupan
pemberian ASI ekslusif ini dapat
berdampak pada kualitas hidup generasi
penerus bangsa dan juga pada
perekonomian nasional. (IDAI, 2016)
Dalam Riskesdas 2013 yang menjadi
salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk PHBS sesuai dengan kriteria PHBS
yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada
tahun 2011, yaitu memberi ASI eksklusif.
Proses mulai menyusui terbanyak terjadi
pada 1-6 jam setelah kelahiran (35,2%)
dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui
dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses
mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23
jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%
(Kemenkes RI, 2015)
dan pemberian ASI telah banyak diteliti.
Meta-analisis yang dilakukan Anderson et
al. (1999) menyimpulkan bahwa bayi yang
diberikan ASI memiliki tingkat
perkembangan kognitif yang lebih tinggi
dibandingkan bayi yang diberilan susu
formula. Salah satu penjelasan dari hasil
penelitian tersebut adalah 60% dari otak
bayi tersusun dari lemak, terutama DHA
dan asam arachidonat (AA), dan ASI
mengandung asam lemak tak jenuh rantai
panjang (LCPUFAs) seperti DHA dan AA
yang merupakan zat gizi ideal untuk
pertumbuhan otak bayi yang belum matang
(Fikawati dkk, 2015)
Kekurangan gizi yang terjadi pada
awal kehidupan dapat mengakibatkan
terjadinya growth faltering (gagal tumbuh)
sehingga bayi akan tumbuh menjadi anak
yang lebih pendek dari normal. Selain itu,
kekurangan gizi juga dapat berpengaruh
terhadap perkembangan kognitif,
morbiditas dan mortalitas bayi. Gizi yang
baik akan mempercepat pemulihan dan

[209]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017
mengurangi intensitas (kegawatan)
penyakit infeksi pada bayi. Kejadian
infeksi pada bayi tidak dapat disepelekan,
mengingat infeksi merupakan penyebab
utama kematian bayi di negara
berkembang( Fikawati dkk, 2015)
Kasus kematian bayi di Kota Bandar
Lampung selama tahun 2009-2014
fluktuatif. Kematian bayi tersebut tahun
2009 menjadi 127 kasus, dalam kurun
waktu 2 tahun berikutnya, AKB di Kota
Bandar Lampung dalam dua tahun terakhir
meningkat. Tahun 2010 tercatat AKB
menjadi 195 kasus. Tahun 2011 menurun
menjadi 167 kasus, namun pada tahun
2012 ini meningkat kembali menjadi 204
kasus, tahun 2013 menurun 168 kasus dan
tahun 2014 meningkat menjadi 169 kasus.
Dari 169 kasus kematian bayi, bila dilihat
berdasarkan kelompok umur maka
kematian neonatal (0-28 hari)
menyumbang angka tertinggi dari
kematian bayi yang ada, kematian neonatal
tahun ini sebanyak 135 kasus dan kematian
bayi 34 kasus. Beberapa penelitian
diperoleh bahwa salah satu faktor-faktor
yang turut mempengaruhi kematian bayi
adalah masih rendahnya pemberian air
susu ibu (ASI) eksklusif. (Profil Kesehatan
Lampung 2014, hal. 82)
Kasus kematian bayi tahun 2014
sebanyak 168 kasus tersebar di 30
puskesmas, dengan kasus tertinggi berada
di Puskesmas Kemiling 14 kasus dan yang
tidak memiliki kasus terdapat di
Puskesmas Permata Sukarame, Korpri, dan
Way Laga. Kematian bayi ini meliputi
kematian neonatal 135 kasus dan kematian
bayi 34 kasus. Data jumlah kelahiran hidup
pada tahun 2014 sebanyak 20.427 bayi.
Melihat target nasional sebanyak 23 per
1000 KH, maka kematian bayi yang
tercatat di Bandar Lampung 169 per
20.427 KH (0,0082) masih jauh di bawah
angka nasional (0,023). Walaupun
demikian masih diperlukan peningkatan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi guna
lebih menekan angka kematian bayi
melalui berbagai kegiatan baik promotif,
preventif maupun kuratif, dan
meningkatkan peran serta masyarakat serta
lintas sektor tentunya.
ISSN 1907 - 0357
ASI tidak keluar adalah kondisi tidak
diproduksinya ASI atau sedikitnya
produksi ASI. Hal ini disebabkan pengaruh
hormon oksitosin yang kurang bekerja
sebab kurangnya rangsangan isapan bayi
yang mengaktifkan kerja hormon
oksitosin.( Fikawati dkk, 2015: 83)
Hormon oksitosin bekerja merangsang otot
polos untuk meremas ASI yang ada pada
alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI
yang dikeluarkan melalui putting susu.
(Walyani dan Purwoastuti, 2015)
Menurut Fikawati, dkk (2015)
menyebutkan bahwa salah satu tindakan
yang perlu dilakukan untuk
memaksimalkan kualitas dan kuantitas
ASI, yaitu pemijatan punggung. Pemijatan
punggung ini berguna untuk merangsang
pengeluaran hormon oksitosin menjadi
lebih optimal dan pengeluaran ASI
menjadi lancar. Menurut Lowdermik,
Perry & Bobak (2000), pijat oksitosin
merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
Pijat Oksitosin adalah pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae)
sampai tulang costae kelima-keenam dan
merupakan usaha untuk merangsang
hormon prolaktin dan oksitosin setelah
melahirkan.
Dari hasil pre survey yang dilakukan
oleh peneliti di BPM Lia Maria Kec.
Sukarame Bandar Lampung belum
melakukan pijat oksitosin pada saat
memberikan asuhan kebidanan pada ibu
post partum baik untuk merangsang
keluarnya ASI maupun untuk involusi
uterus dan BPM Lia Maria yang
merupakan BPM yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Permata Sukarame yang
tidak terdapat jumlah kasus kematian bayi.
METODE
Penelitian ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin
terhadap produksi ASI pada ibu nifas di
BPM Lia Maria. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimental dengan desain rancangan
posttest dengan kelompok kontrol.
[210]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

Populasi pada penelitian ini adalah ibu Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden
nifas 3 jam postpartum di BPM Lia Maria Berdasarkan Pekerjaan
berjumlah 80 orang. Sampel dalam
penelitian ini diambil melalui cara Pekerjaan f %
purposive sampling. Sampel berjumlah 32 Bekerja 2 6,2
orang yang terdiri dari 16 orang sebagai Tidak bekerja 30 93,8
responden yang di intervensi dan 16 orang Jumlah 32 100
sebagai variabel kontrol.
Data penelitian dikumpulkan dengan Berdasarkan tabel 3 diketahui dari 32
melakukan pemijatan oksitosin setelah 3 responden sebagian besar responden tidak
jam postpartum dan selama 5 hari tiap pagi bekerja yaitu 30 responden (93,8%).
dan sore hari selanjutnya dilakukan
observasi pada hari ke-6. Data yang Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden
terkumpul selanjutnya diproses dan Berdasarkan Paritas
dianalisis secara univariat dan bivariat
menggunakan uji chi-square dengan Paritas f %
bantuan perangkat lunak komputer.
Primigravida 9 28,1
Multigravida 23 71,9
Jumlah 32 100
HASIL

Analisis Univariat Berdasarkan tabel 4 diketahui dari 32

responden sebagian besar responden
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden multigravida yaitu 23 responden (71,9%).
Berdasarkan Usia
Analisis Bivariat
Usia f %
Tabel 5: Distribusi Pengaruh Pijat
<20 1 3,1
Oksitosin terhadap Produksi ASI
20-30 21 65,6
pada Ibu Post Partum
>30 10 31,2
Jumlah 32 100 Produksi ASI p
Pijat OR
Cukup Kurang value
Oksitosin
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui f % f %
Pijat 15 93,75 1 6,25 11,667
dari 32 responden sebagian besar
Tidak Pijat 9 56,2 7 43,8 0,037 (1,227-
mempunyai usia 20-30 tahun yaitu 21 110,953)
responden (65,6%). Total 24 75 8 25

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan analisis pengaruh pijat

Berdasarkan Pendidikan oksitosin terhadap produksi ASI diketahui
bahwa dari 16 responden yang melakukan
Pendidikan f % pijat oksitosin terdapat 15 orang
SD 2 6,2 mengalami produksi ASI yang cukup,
SMP 11 34,4 sedangkan dari 16 responden yang tidak
SMA 14 43,8 melakukan pijat oksitosin terdapat 9 orang
PT 5 15,6 mengalami produksi ASI yang cukup.
Jumlah 32 100 Hasil Uji statistik menggunakan chi-square
(x2) diperoleh p-value= 0,037 (p-value
≤0,05) yang berarti ada pengaruh
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
signifikan antara pijat oksitosin terhadap
dari 32 responden sebagian besar
produksi ASI pada ibu post partum di
mempunyai pendidikan SMA yaitu 14
BPM Lia Maria Sukarame Bandar
responden (43,8%).
Lampung Tahun 2017. Dari hasil analisis

[211]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017
diperoleh pula nilai OR =11,667 (1,227-
110,953), yang artinya ibu post partum
yang melaksanakan pijat oksitosin
mempunyai peluang 11,667 kali
mengalami produksi ASI cukup
dibandingkan dengann ibu yang tidak
melakukan pijat oksitosin.
PEMBAHASAN
Produksi ASI pada Ibu Nifas yang
Melakukan Pijat Oksitosin
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 16 responden yang
melakukan pijat oksitosin terdapat 15
orang memiliki produksi ASI yang cukup
dan 1 responden yang memiliki produksi
ASI yang kurang.
Hal ini sejalan dengan teori yang ada
bahwa pijat stimulasi oksitosin untuk ibu
menyusui berfungsi untuk merangsang
hormon oksitosin agar dapat memperlancar
ASI dan meningkatkan kenyamanan ibu.
Pijat oksitosin merupakan salah satu
solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI. Pijat oksitosin adalah
pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-
keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan
oksitosin setelah melahirkan. (Rahayu,
2016) Pijat ini dilakukan untuk
merangsang refleks oksitosin atau refleks
pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat
oksitosin akan merasa lebih rileks.
(Monika, F.B. Monika, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Emy Suryani dan Kh Endah Widhi Astuti
di BPM wilayah kabupaten Klaten
didapatkan Hasil Analisa bivariat
menunjukan adanya perbedaan rata rata
berat badan bayi dengan p value : 0.001
,ada perbedaan frekuensi BAK yang
bermakna dengan p value=0,001 dan ada
perbedaan frekuensi menyusu yang
bermakna dengan p value=0,001 serta ada
perbedaan lama tidur yang bermakna
dengan p value=0,001. Dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pijat oksitosin
terhadap produksi ASI dengan indikasi
berat badan bayi, frekuensi bayi menyusu,
ISSN 1907 - 0357
frekuensi bayi BAK dan lama bayi tidur
setelah menyusu.
Menurut analisa peneliti kecukupan
produksi ASI pada ibu nifas di BPM Lia
Maria Kecamatan Sukarame Bandar
Lampung adalah baik. Pijat oksitosin yang
dilakukan pada ibu nifas dapat membuat
rileks dan nyaman, sehingga dapat
mengurangi rasa lelah setelah melahirkan
terutama pijat yang dilakukan setelah 3
jam postpartum. Ibu nifas yang dilakukan
pijat oksitosin mengatakan bahwa selama
dilakukannya pijat oksitosin ibu merasa
nyaman dan rileks sehingga selama
pemijatan ibu merasakan adanya aliran
ASI yang menetes keluar.
Pijat oksitosin juga mudah dilakukan
dengan gerakan yang tidak terlalu banyak
sehingga dapat diingat oleh keluarga untuk
dilakukan dan tak membutuhkan waktu
yang lama. Dukungan dari suami dan
keluarga juga berperan penting dalam
menyusui. Salah satu wujud dukungan
tersebut dapat dilihat dari suami dan
keluarga menyetujui untuk melakukan pijat
oksitosin sehingga ibu dapat termotivasi
untuk menyusui bayinya serta adanya
anggota keluarga yang bersedia membantu
melakukan pekerjaan rumah yang biasa
dilakukan ibu.
Produksi ASI pada Ibu Nifas yang
Tidak Melakukan Pijat Oksitosin
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 16 responden yang
tidak melakukan pijat oksitosin terdapat 9
orang memiliki produksi ASI yang cukup
dan 7 orang memiliki produksi ASI yang
kurang.
Beberapa faktor yang diidentifikasi
dapat mempengaruhi laktasi di antaranya
adalah Faktor Biologis (Nutrisi, kondisi
payudara, sistem endokrin, paritas, umur
kehamilan, kebiasaan, istirahat), faktor
psikologis, faktor sosial (sosio-emosional,
sosio-ekonomi, tingkat pendidikan, faktor
lainnya (perawatan payudara, pijat
oksitosin, teknik marmet)
Hasil penelitian yang dilakukan Siti
Nur Endah dan Imas Masdinarsah di
Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung Tahun 2011
[212]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017
yaitu, waktu pengeluaran kolostrum
kelompok perlakuan rata – rata 5,8 jam,
sedangkan lama waktu kelompok kontrol
adalah rata – rata 5,89 jam . Jumlah
kolostrum yang dikeluarkan kelompok
perlakuan rata – rata 5,333 cc sedangkan
kelompok kontrol adalah rata – rata
0,0289 cc . Pijat oksitosin berpengaruh
terhadap jumlah produksi kolostrum
dengan P-value 0,009 ,dan pijat oksitosin
tidak berpengaruh terhadap lama waktu
pengeluaran kolostrum ibu post partum
dengan P-value 0,939.
Menurut analisa peneliti kecukupan
produksi ASI baik karena pada umumnya
produksi ASI yang tidak melakukan pijat
oksitosin cukup karena sebagian besar
paritas responden adalah multipara
sehingga kehamilan atau persalinan yang
ke-2 memiliki kecenderungan lebih baik
daripada yang pertama dalam hal
laktogenesis dan galaktopoesis serta
memiliki pengalaman dalam menyusui.
Selain itu, ibu nifas yang menjadi
responden tidak memiliki pantangan dalam
makanan sehingga pola nutrisi baik protein
dari ikan, kacang-kacangan yang dapat
meningkatkan produksi ASI dapat
terpenuhi. Mayoritas pekerjaan ibu adalah
ibu rumah tangga sehingga saat siang hari
ibu memiliki waktu untuk beristirahat.
Dimana ibu menyusui sangat memerlukan
tidur yang cukup dan efektif agar
metabolisme dalam tubuhnya berjalan
lancar.
Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap
produksi ASI pada Ibu Nifas
Berdasarkan analisis pengaruh pijat
oksitosin terhadap kecukupan produksi
ASI pada ibu nifas diketahui bahwa dari 16
responden yang melakukan pijat oksitosin
terdapat 15 orang yang memiliki produksi
ASI cukup, sedangkan dari 15 responden
yang tidak melakukan pijat oksitosin
terdapat 9 orang memiliki produksi ASI
cukup.
Hasil Uji statistik menggunakan Chi
Square (x2) diperoleh p-value= 0,037 (p-
value ≤ 0,05) yang berarti bahwa ada
pengaruh signifikan antara pijat oksitosin
terhadap produksi ASI di BPM Lia Maria
ISSN 1907 - 0357
Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=
OR =11,667 (1,227-110,953) yang artinya
ibu post partum yang melakukan pijat
oksitosin mempunyai peluang 11,667 kali
memiliki peluang produksi ASI yang
cukup dibandingkan dengan ibu yang tidak
melakukan pijat oksitosin.
Produksi ASI sangat dipengaruhi
oleh kondisi psikologis ibu menyusui. Saat
ibu menyusui merasa nyaman dan rileks
pengeluaran oksitosin dapat berlangsung
dengan baik. Terdapat titik-titik yang dapat
memperlancar ASI di antaranya, tiga titik
di payudara yakni titik di atas puting, titik
tepat pada puting dan titik dibawah puting,
serta titik di punggung yang segaris dengan
payudara. Pijat stimulasi oksitosin untuk
ibu menyusui berfungsi untuk merangsang
hormon oksitosin agar dapat memperlancar
ASI dan meningkatkan kenyamanan ibu.
Pijatan di bagian punggung ibu yang
membuat ibu rileks juga dapat merangsang
pengeluaran oksitosin.
Hormon oksitosin merangsang
kontraksi lapisan miometrium uteri dalam
proses persalinan. Hormon ini juga
menghasilkan pengeluaran air susu melalui
pengadaan kontraksi sel-sel mioepitel di
kelenjar payudara sebagai respons terhadap
pengisapan putting susu yang dilakukan si
bayi, yang kemudian terjadilah refleks
neurogenik (aliran listrik saraf) yang
dihantarkan ke hipotalamus melalui
serabut-serabut saraf di medula spinalis
(daerah tulang belakang) (Hendrik H.,
2006)
Menurut Hockenberry (2002)
menuliskan bahwa pijat oksitosin lebih
efektif diberikan sebanyak dua kali dalam
sehari yaitu pagi dan sore. Hal ini juga
didukung oleh Biancuzzo (2003) bahwa
pijat oksitosin dilakukan dua kali dalam
sehari dapat memperngaruhi produksi ASI
ibu postpartum.
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan
pemijatan tulang belakang mulai dari
nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan
mempercepat kerja saraf parasimpatis
untuk menyampaikan perintah ke otak
bagian belakang sehingga oksitosin keluar
(Suherni, 2008 Suradi, 2006; Hamranani
[213]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017
2010) ( Dalam Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran, Leli Khairani dkk,
2012)
Hasil penelitian yang dilakukan Leli
Khairani, Maria Komariah, dan Wiwi
Mardiah mengenai pengaruh pijat oksitosin
terhadap involusi uterus pada ibu post
partum di ruang post partum kelas III
RSHS Bandung yaitu teridentifikasi
pengaruh oksitosin terhadap involusi
uterus pada ibu post partum di Ruang Post
Partum Kelas III RSHS Bandung, melalui
uji statistik Chi-square dengan nilai p <
0.05.
Berdasarkan teori dan hasil
penelitian di atas menurut peneliti adanya
pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi
ASI di BPM Lia Maria Kecamatan
Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017
karena dengan melakukan pijat oksitosin
dapat merangsang hormon oksitosin yang
berfungsi dalam pengeluaran ASI. Dilihat
dari segi pekerjaan, sebagian besar
responden tidak bekerja, seharusnya
memungkinkan untuk melaksanakan pijat
oksitosin baik oleh suami di pagi dan sore
hari ataupun dilakukan oleh keluarga.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan penelitian dapat disimpulkan
ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
produksi ASI pada ibu nifas di BPM Lia
Maria Kecamatan Sukarame Tahun 2017
yaitu 93,8% ibu nifas yang melakukan
pijat oksitosin sebagian besar memiliki
produksi ASI yang cukup, 56,2% ibu nifas
yang tidak melakukan pijat oksitosin
terdapat 9 orang yang memiliki produksi
ASI yang cukup.
Hasil analisis statistik lebih lanjut
menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara pijat oksitosin terhadap
produksi ASI pada ibu nifas dengan p-
value 0,037.
Berdasarkan kesimpulan tersebut
penulis menyarankan kepada BPM Lia
Maria untuk melakukan pijat oksitosin
setelah 3 jam postpartum dan mengajarkan
ISSN 1907 - 0357
ibu nifas cara melakukan pijat oksitosin,
melakukan penyuluhan mengenai pijat
oksitosin di kelas ibu dan dapat
memotivasi ibu dan keluarga untuk
melakukan pijat oksitosin selama masa
nifas, dan menyediakan leaflet atau brosur
mengenai pijat oksitosin sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan ibu nifas akan
pijat oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA
Endah, Siti Nur dan Imas Masdinarsah.
2011. Pengaruh Pijat Oksitosin
terhadap Pengeluaran Kolostrum
pada Ibu Post Partum di Ruang
Kebidanan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung Tahun
2011. Stikes Jendral A. Yani Cimahi
F.B. Monika. 2014. Buku Pintar ASI dan
Menyusui. Jakarta: Noura Books
Fikawati, Sandra; dkk. 2015. Gizi Ibu dan
Bayi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Hendrik, H. 2006. Problema Haid. Solo:
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan
Indonesia 2014. BandarLampung:
Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung
Khairani, Maria dkk. 2012. Pengaruh Pijat
Oksitosin Terhadap Involusi Uterus
pada Ibu Post Partum Di Ruang Post
Partum Kelas III RSHS Bandung.
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran
Rahayu, Anik Puji. 2016. Panduan
Praktikum Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta:DeepublishRamadhy,
Suryani, Emy & Kh Endah Widhi Astuti.
2013. Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Ibu
Postpartum Di BPM Wilayah
Kabupaten Klaten. Jurusan
Kebidanan Poltekkes Surakarta.
Walyani, Elisabeth Siwi dan Endang
Purwoastuti. 2015. Asuhan
Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru.
[214]
192 SEBATIK 2621-069X

POTENSI MINUMAN DAUN KELOR TERHADAP PENINGKATAN

PRODUKSI AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU POSTPARTUM
Herni Johan1), Ryzky Diah Anggraini2), dan Siti Noorbaya3)
1,2
Kebidanan, Akademi Kebidanan Mutiara Mahakam
1,2,3
Jl. Erry Supardjan No.49A, Samarinda,75117
E-mail : hernijohan011@gmail.com1), riskidiah1267@gmail.com2), sitinoorbayanas.y@gmail.com3)

ABSTRAK

Praktek menyusui merupakan optimalisasi kesehatan dan perkembangan anak. Namun, pemberian Air Susu Ibu terkadang
mengalami hambatan, beberapa ibu sering mengalami kesulitan dalam menyusui bayinya karena ASI yang tidak keluar
ataupun ASI yang dirasa kurang . Memanfaatkan tanaman berupa daun kelor yang mengandung laktagogum dapat
membantu merangsang produksi ASI, sehingga dapat membantu ibu dalam mengatasi masalah menyusui. Tujuan
penelitian ini menganalisis potensi daun kelor terhadap peningkatan produksi ASI Pada Ibu Postpartum. Metode yang
digunakan Quasi Experiment dengan rancangan Nonequivalent Control Group Desain yang dilakukan pada 22 ibu
postpartum dan dibagi menjadi 2 kelompok dengan memberikan air rebusan daun kelor pada kelompok intervensi.
Penelitian dilakukan selama 7 hari. Hasil dari uji Friedman dan Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai P < 0,05 hal ini
berarti terdapat perbedaan peningkatan produksi ASI antara 2 kelompok. Kesimpulannya daun kelor memiliki potensi
dalam meningkatkan produksi ASI pada ibu Postpartum.

Kata Kunci: Daun Kelor, Postpartum, Menyusui, Produksi Air Susu Ibu (ASI), Laktagogum
1. PENDAHULUAN
Praktek menyusui secara luas diakui sebagai
optimalisasi untuk kesehatan dan perkembangan anak,
termasuk inisiasi segera dan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) Eksklusif selama 6 bulan (Horta, 2013). Di
Indonesia Sendiri kesehatan ibu dan anak dipusatkan
salah satunya kepada program pemberian ASI Eksklusif
guna mendorong jumlah anak-anak yang hidup melewati
usia 5 tahun. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
2016, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada usia 0-5
bulan adalah sebesar 54,0%, sedangkan bayi yang telah
mendapatkan ASI Eksklusif sampai 6 bulan adalah
sebesar 29,5% .
Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain ASI tidak keluar setelah melahirkan,
produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap,
keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang ibu
bekerja, dan pengaruh/ promosi pengganti ASI (Siregar,
2004). Penelitian yang dilakukan Mardiah (2005) pada
ibu-ibu yang menyusui 30 menit setelah melahirkan
diperoleh rata-rata ASI yang keluar adalah 5 jam setelah
melahirkan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
menyusui pada ibu postpartum adalah pemberian terapi
farmakologis dan nonfarmakologis. Salah satu terapi
nonfarmakologis yang dapat dilakukan memanfaatkan
tanaman yang dapat merangsang pengeluaran ASI
(Mortel,2013).
Daun kelor mengandung senyawa fitosterol yakni,
alkaloid, saponin dan flavanoid yang berfungsi
meningkatkan dan memperlancar produksi ASI (Mutiara,
2011). Penelitian tentang ekstrak daun kelor yang
dilakukan oleh Zakaria menunjukkan bahwa volume ASI
pada ibu yang diberikan ekstrak daun kelor meningkat
pesat (Zakaria, 2016).
Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk
mengetahui potensi daun kelor terhadap peningkatan
produksi ASI pada ibu postpartum.
2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup :
1. Penelitian ini adalah sebagai salah satu upaya dalam
bidang kesehatan ibu dan anak dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak
terutama bayi baru lahir, selain itu penelitian ini
ditekankan pada permasalahan ASI sehingga
diperlukan usaha untuk bisa meningkatkan ASI.
2. Penelitian ini dilakukan pada ibu postpartum < 40
hari dengan riwayat persalinan normal, dengan waktu
penelitian selama 7 hari.
3. Rencana hasil yang didapatkan yakni peningkatan
produksi ASI yang berdampak pada peningkatan
berat badan bayi, frekuensi BAK dan BAB bayi dan
frekuensi menyusu bayi.
3. BAHAN DAN METODE
Periode postpartum dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi
kembali ke keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai
akibat perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan. Standar kesehatan pada ibu postpartum
setidaknya ada empat kali kunjungan masa nifas. Pada
kunjungan pertama dan kunjungan ketiga, ibu dianjurkan
untuk memberikan ASI kepada bayinya, selain itu bidan
SEBATIK 1410-3737 193

juga harus memastikan ibu menyusui dengan benar dan 4. PEMBAHASAN

tidak ada tanda-tanda penyulit. (Brown, 2002). Menurut Penelitian menggunakan Uji Friedman untuk
American College Of Nurse-midwifes (ACNM) peran mengetahui apakah terdapat perbedaan pada kelompok,
bidan dalam masa menyusui pada ibu postpartum salah selain itu peneliti juga menggunakan Uji Mann Whitney
satunya adalah mendorong identifikasi dan untuk mengetahu seberapa besar perbedaan antara
menghilangkan rintangan untuk menyusui dan kelompok yang diberikan minuman daun kelor dengan
menentang praktik yang menghentikan menyusui. kelompok yang tidak diberikan apapun.
Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan
pengeluaran ASI. Proses laktasi tidak terlepas dari 4.1 Uji Friedman
pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon
prolaktin mempunyai efek meningkatkan sekresi air susu Tabel 2. Uji Friedman
dan menstimulasi sel didalam alveoli untuk Kel. Intervensi Kel. Kontrol
memproduksi ASI (Roesli, 2005). Masalah laktasi yang Variabel Mean Rank Mean Rank
sering muncul pada ibu postpartum adalah sindrom ASI Pre Post Pre Post
kurang. Berat Badan Bayi 1,00 2,00 1,05 1,95
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan P Value 0,001 0,002
protein, laktose dan garam organik yang disekresikan Frekuensi BAK Bayi 1,00 2,00 1,32 1,68
oleh kedua kelenjar payudara ibu sebagai makanan P Value 0,001 0,046
Frekuensi BAB Bayi 1,05 1,95 1,27 1,73
utama bagi bayi (Hubertin, 2004). Tanda bayi
P Value 0,002 0,05
mendapatkan ASI yang cukup adalah bayi minum ASI
Frekuensi Menyusu 1,00 2,00 1,23 1,77
tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan P Value 0,001 0,034
ASI 8-10 kali pada 2-3 minggu pertama, bayi akan buang *Uji Friedman
air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari, berat badan
bayi naik 125 gram perminggu dan tidak terjadi Berdasarkan Tabel.2, tabel menunjukkan hasil Uji
penurunan berat bayi lebih dari 7% dari berat lahir. Friedman pada masing-masing kelompok, didapatkan p
(Restuning, 2008) value < 0,05, hal ini berarti paling tidak terdapat dua
Alasan utama pada ibu menyusui untuk tidak pengukuran yang berbeda pada kedua kelompok.
melanjutkan proses menyusui adalah sedikitnya produksi
ASI. Produks ASI merupakan proses fisiologis kompleks 4.2 Uji Mann Whitney
yang melibatkan faktor fisik dan emosional serta terkait
dengan beberapa hormon seperti, prolaktin, esterogen, Tabel 3. Uji Mann Whitney
progesteron, oksitosin, growth hormone, glucocoticoids
dan insulin. Perubahan hormon ini memicu sekresi Variabel P Value
aktivitas sel epitel mammae yang biasa disebut Berat Badan Bayi 0,036
lactatocytes. Salah satu upaya memperbanyak produksi Frekuensi BAK Bayi P < 0,01
ASI adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung Frekuensi BAB Bayi P < 0,01
laktagogum. Daun kelor mengandung senyawa fitosterol Frekuensi Menyusu P < 0,01
diantaranya kampesterol, stigmasterol, dan B- sitosterol *Uji mann Whitney
yang bersifat laktagogum yang dapat meningkatkan
produksi ASI. (Mutiara, 2011) Berdasarkan Tabel.3, tabel menunjukkan hasil Uji
Desain pada penelitian ini adalah Quasy Experiment, Mann Whitney pada masing-masing kelompok,
dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design. didapatkan p value < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
Sampel yang digunakan adalah 22 orang ibu postpartum terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan
< 40 hari yang menyusui bayinya dan dibagi menjadi 2 kelompok kontrol.
kelompok, kelompok intervensi yang diberikan minuman Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
seduhan daun kelor pada pagi, siang dan malam hari, perbedaan produksi ASI yang dilihat dari peningkatan
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan apapun. berat badan bayi, frekuensi BAK dan BAB bayi, dan
Pengukuran variabel dependen dilakukan sebelum frekuensi menyusu bayi pada kelompok intervensi yang
diberikan intervensi dan setelah intervensi. Pada variabel lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
berupa berat badan bayi, pengukuran dilakukan sebelum Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Titi
intervensi dan pada hari ke-7 setelah intervensi, Mutiara yang dilakukan pada tikus. Pemberian tepung
sedangkan variabel berupa frekuensi BAK bayi, daun kelor dapat meningkatkan produksi air susu induk
frekuensi BAB bayi, dan frekuensi menyusui pengukuran tikus secara nyata seiring denggan peningkatan
dilakukan setiap hari selama 7 hari. konsentrasi yang diberikan, karena kandungan daun
Analisis data yang digunakan untuk uji normalitas kelor yang berupa senyawa fitosterol bersifat
menggunakan rumus Shapiro Wilk, karena data laktagogum dan dapat meningkatkan produksi ASI
berdistribusi tidak normal maka peneliti menggunakan (Mutiara, 2011). Penelitian lain juga menyebutkan
uji Friedman dan Mann Whitney.
194
bahwa pemberian ekstrak daun kelor pada ibu menyusui
dapat meningkatkan volume ASI (Zakaria, 2016).
Kandungan saponin dan alkaloid yang terdapat pada
daun kelor memliki fungsi yang langsung bekerja pada
semua otot polos. Ketika otot polos berkontraksi, maka
akan terjadi pengeluaran ASI serta peningkatan jumlah
dan diameter alveoli rata-rata sebanding dengan
peningkatan ASI yang dihasilkan (Gunanegara, 2010).
Produksi ASI yang baik akan berimbas pada
peningkatan berat badan bayi, frekuensi BAK bayi,
frekuensi BAB bayi dan frekuensi menyusui bayi (
Biancuzzu, 2003).
Presentase perubahan berat badan dari berat lahir
merupakan indikator asupan nutrisi. Apabila penurunan
berat badan berlebihan biasanya disebabkan oleh
pemberian susu yang tidak efektif sehingga pasokan ASI
tidak mencukupi (Widayanti, 2013). ASI dapat
mempenngaruhi berat badan bayi karena ASI
mengandung laktose yang terdapat pada saluran
pencernaan bayi. Kemudian laktose akan diubah menjadi
glukose dan galaktose dan akhirnya dimetabolisme
menjadi energi serta kalori yang dapat berpengaruh
terhadap berat badan bayi (Wiji, 2013). ASI juga
mempengaruhi frekuensi BAK dan BAB bayi, protein
dan elektrolit dalam ASI mempengaruhi ekresi ginjal
untuk mengatur pembuangan zat-zat dalam urine.
Kandungan protein dan oligosakarida didalam ASI tidak
dapat dicerna, sehingga dapat meningkatkan volume,
osmolaritas dan dapat menigkatkan defekasi. Ketika bayi
menyusu maka akan terjadi reflek gastrolik yang
meningkatkan frekuensi BAB (Tehuteru, 2001).
Ketika produksi ASI semakin baik, maka frekuensi
menyusu juga akan meningkat. Stimulus dari isapan bayi
akan merangsang hiposfisis anterior untuk melepas
hormon prolaktin dan sel-sel alveolar pada kelenjar
mamma untuk mempertahankan sekresi ASI. (Saleh,
2011).
5. KESIMPULAN
Daun kelor memiliki efek potensial untuk
meningkatkan produksi ASI pada ibu postpartum, hal ini
terbukti dari peningkatan berat badan bayi, peningkatan
frekuensi BAK Bayi, peningkatan frekuensi BAB bayi,
dan frekuensi menyusui.
6. SARAN
Penelitian ini dapat menjadi sumber refrensi untuk
meningkatkan kualitas pemberian asuhan kebidanan
terutama pada layanan postpartum care ibu menyusui,
selain itu daun kelor juga dapat menjadi bahan alternatif
dalam mengatasi masalah air susu ibu postpartum.
SEBATIK 2621-069X
7. DAFTAR PUSTAKA
Addo, OY., Aryeh, D & Horta BL, Matrnal Height and
Child Growth Patterns. The Journal Of
Pediatrics,163(2), 549-554.
Bianncuzzu, 2003, Breastfeeding The Newborn : Clinical
Strategies For Nurses. St. Lous; Mousby.
Brown JE, Isaacs J, Krinkle B, Lechtenverg E. Nutrition
Trought the Life Cycle International Student
Edition. United States; 2002.
Hubertin SP. Penerapan ASI. Jakarta: EGC; 2004.
Gunanegara, RF., Suryawan, A., Sastrawinata, US,
Efektivitas Ekstrak Daun Katuk Dalam Produksi
Air Susu Ibu Untu Keberhasilan Menyusui.
JKM,2(9),105-17
Mortel, M., & Metha,SD, Systematic Review Of The
Efficacy Of Herbal Galactogogues. Jurnal Human
Lactation,29(2),154-62
Mutiara,T, 2011.Uji Efek Pelancar ASI Tepung Daun
Kelor (Moringa Oilefera) Pada Tikus Putih Galur
Wistar. Laporan Hasil Penelitian Disertasi Doktor.
Malang
Restuning W. Masalah-masalah dalam Menyusui.
Bandung: Universitas Padjajaran; 2008.
Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta; Trubus
Agriwisya; 2005.
Saleh, L, Faktor-Faktor Yang Menghambat Praktik ASI
Eksklusif Pada bayi Usia 0-6 Bulan (Studi
Kualitatif) di Desa Tridana Mulya, Kec. Landono
Kab. Konawe Selatan, Sulwesi Tenggara. Semarang
: Universitas Diponegoro; 2011.
Siregar, 2004, Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi, Medan; FKM USU.
Tehuteru, Hegar B, Firmansyah A, 2001, Pola Defekasi
Pada Anak, Sari Pediatri.
Widayanti, W,2013, Efektivitas Metode SPEOS
Terhadap Pengeluaran ASI Ibu Nifas ( Quasi
Eksperimen di BPM Wilayah Kabupaten Cirebon).
Wiji, 2013, ASI Dan Pedoman Ibu Menyusui.
Yogyakarta; Nuha Medika.
Zakaria, Hadju,V., As’ad, S., Bahar, B, Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Kelor Terhadap Kuantitas
Dan Kualitas Air Susu Ibu Pada Ibu Menyusui Bayi
0-6 Bulan. Jurnal IKMI, 12(3).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Yayasan
Mutiara Mahakam atas segala dukungan dan bantuan
secara moril maupun materil sehingga penelitian ini
dapat dilaksanakan.
JURNAL BIMTAS Volume: 6 Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

EFEKTIVITAS TERAPI KOMPRES LIDAH BUAYA (ALOE VERA)

TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN ASI PADA IBU 2-3 HARI POST
PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGANYAR
KOTA TASIKMALAYA

Heni Nurakilah
Universitas Bhakti Kencana PSDKU Tasikmalaya, Prodi D3 Kebidanan
(heni.nurakilah@bku.ac.id)

ABSTRAK
Penatalaksanaan pembengkakan payudara yang berdampak pada ketidaklancaran
pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan terapi non-farmakologis, yaitu dengan kompres lidah
buaya (aloe vera). Tujuan penelitian ini untuk efektivitas terapi kompres lidah buaya (aloe vera)
terhadap kelancaran pengeluaran ASI. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Karanganyar Kota
Tasikmalaya pada Bulan Januari s.d Februari 2022. Penelitian ini merupakan pre-eksperimen
dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest. Subjek penelitian sebanyak 40 orang
ibu nifas 2-3 hari. Variabel kompres lidah buaya (aloe vera) terhadap kelancaran pengeluaran
ASI di analisis menggunakan Uji Wilcoxon untuk mengetahui efektivitas sebelum dan sesudah
pemberian kompres lidah buaya (aloe vera). Hasil penelitian diperoleh kelancaran pengeluaran
ASI dengan nilai rerata posttest pada kelompok intervensi 9,10 dan nilai rerata posttest pada
kelompok kontrol 6,70. Terapi kompres lidah buaya (aloe vera) menunjukan kelancaran
pengeluaran ASI dengan rerata ±SD 9,20±0,304 (p=0,001). Simpulan: Pengompresan dengan
lidah buaya (aloe vera) memiliki efektivitas terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu 2-3
hari post partum di wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya.

Kata kunci : ASI, Lidah Buaya (Aloe Vera), Kelancaran Pengeluaran ASI.

ABSTRACT
The management of breast engorgement that results to unexpenditure of breast milk
production can be used non pharmacologist therapy with aloe vera compresses. The purpose of
this study was determine the effectiveness of aloe vera compresses therapy on smooth expulsion
of breast milk. This research was conducted at the Karanganyar Public Health Center,
Tasikmalaya City from January to February 2022. This study was a pre-experimental research
design with one group pretest-posttest. The research subjects were 40 women postpartum 2-3
days. Variable of aloe vera compress on the expenditure of breast milk were analysed using the
Wilcoxon test to determine the effectiveness before and after giving aloe vera compresses. The
results of the study obtained that flow of breast milk was smooth with the posttest mean in the
intervention group 9,10 and the posttest mean in the control group 6,70. Aloe vera compress
therapy showed smooth milk production with a mean of ±SD 9,20±0,304 (p=0,001). The
conclusion that compressing with aloe vera ha been effectiveness on the smooth expulsion of of
breast milk for mothers 2-3 days postpartum at Karanganyar Public Health Center,
Tasikmalaya City.

Keywords: Breast Milk, aloe vera, expenditure of breast milk

PENDAHULUAN menambahkan dan mengganti dengan

Air susu ibu (ASI) eksklusif adalah makanan atau minuman lain (kecuali obat,
ASI yang diberikan kepada bayi sejak vitamin, dan mineral). ASI mengandung
dilahirkan selama enam bulan, tanpa kolostrum yang kaya akan antibodi karena

28
JURNAL BIMTAS Volume: 6 Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

mengandung protein untuk daya tahan ASI yang rendah dan cara menyusui yang
tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah benar, yaitu sebesar 19,07%; pelayanan
tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif konseling laktasi dan dukungan dari
dapat mengurangi risiko kematian pada petugas kesehatan kurang sebesar 15,23%;
bayi. Kolostrum berwarna kekuningan persepsi masyarakat yang salah kaprah
dihasilkan pada hari pertama sampai hari mengartikan tentang ASI sebesar 20,40%;
ke-3. Hari ke-4 sampai hari ke-10 ASI perilaku bagi para ibu bekerja yang tidak
mengandung imunoglobulin, protein, dan memberikan ASI eksklusif sebesar 21,12%;
laktosa lebih sedikit dibanding dengan dan pemasaran agresif oleh perusahaan
kolostrum, tetapi lemak dan kalori lebih pembuat susu bayi yang tidak hanya
tinggi dengan warna susu lebih putih. memengaruhi para ibu, tetapi juga para
Selain mengandung zat-zat makanan, ASI petugas kesehatan sebesar 24,18%.
juga mengandung zat penyerap berupa (Ibrahim IA et al., 2014).
enzim tersendiri yang tidak akan Bendungan ASI dipengaruhi oleh
mengganggu enzim di usus. (Meiharti, beberapa faktor di antaranya adalah faktor
2019) ibu yang meliputi faktor psikologis, nutrisi,
Persentase pemberian ASI eksklusif teknik menyusui, perawatan payudara, dan
bayi usia 0-5 bulan secara Nasional ASI eksklusif, sedangkan faktor bayi
mencapai 71,58% pada tahun 2021, angka disebabkan oleh daya hisap bayi yang
tersebut mengalami peningkatan dari tahun lemah. Dampak pembengkakan payudara
sebelumnya yaitu 69,62%. Pemberian ASI yang berkelanjutan dapat menyebabkan
eksklusif di Jawa Barat tahun 2020 infeksi payudara (mastitis).
mencapai 68,09 %, menurut kisaran (Rahayuningsih, 2018). Payudara terasa
Kabupaten/Kota cakupan ASI eksklusif nyeri, panas, keras pada perabaan, tegang
pada bayi umur 0-6 bulan antara 20,34% di serta bengkak yang terjadi pada hari ke-3
Kabupaten Bandung sampai 113,11% di sampai hari ke-5 masa nifas dan hal ini
Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan data bersifat fisiologis. Nyeri payudara
cakupan ASI di Kota Tasikmalaya tahun meningkat pada hari ke-3 setelah
2018 mencapai 56,91 % dan tahun 2019 melahirkan karena perkembangan kelenjar
(68,31 %), sehingga gambaran ini masih di susu dan pembengkakan payudara. (Lim
bawah cakupan target nasional tahun 2019 AR et al., 2015). Pembengkakan payudara
sebesar 69,62%. dapat diatasi dengan cara terapi
Beberapa hal yang menghambat farmakologis, yakni dengan pemberian obat
pemberian ASI eksklusif adalah anti nyeri dan terapi non-farmakologis
pengetahuan para ibu mengenai manfaat dengan cara kompres panas, kompres

29
JURNAL BIMTAS Volume: 6 Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

dingin, kompres daun kubis, kompres lidah Persetujuan etik penelitian didapat dari
buaya (aloe vera), kompres gel, pijat UPMI Universitas Bhakti Kencana PSDKU
payudara, dan pengikatan payudara. (Disha Tasikmalaya dengan surat No:
AR et al., 2015). 028/03.K.TSK/UBK/I/2022.

BAHAN DAN METODE HASIL

Penelitian dilaksanakan di wilayah Tabel 1 Distribusi Karakteristik
Subjek Penelitian
kerja Puskesmas Karanganyar Kota
Tasikmalaya pada tanggal 14 Januari s.d. Kelompok
28 Februari 2022. Metode penelitian pre- Variabel Intervensi Kontrol

eksperimen dengan rancangan penelitian (n=20) (n=20)

one group pretest posttest. Pengambilan Usia (tahun):

< 20 3 7
sampel secara consecutive sampling, semua 20–35 17 13
subjek yang datang dan memenuhi kriteria Pendidikan:
penelitian dimasukan dalam penelitian SD/SMP 4 2
SMA 6 13
yakni jumlah sampel sebanyak 40 orang Perguruan Tinggi 10 5
(PT)
dengan kriteria inklusi ibu nifas primipara
yang dilakukan perawatan payudara dan Pekerjaan:
Bekerja 7 9
mengalami salah satu gejala, yakni Tidak bekerja 13 11
pembengkakan, nyeri, dan puting lecet serta
Keterangan: analisis univariat
ibu nifas yang belum pernah melakukan
Tabel 1 memperlihatkan
perawatan payudara sampai dengan
karakteristik responden penelitian
sebelum hari ke-2–3 post partum. Penelitian
mayoritas berusia 20–35 tahun pada
ini memiliki satu kriteria eksklusi yakni ibu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
nifas yang sedang tidak menyusui karena
pendidikan responden pada kelompok
memiliki riwayat penyakit payudara.
kontrol mayoritas SMA dan PT, sedangkan
Kriteria drop out ibu nifas yang
pendidikan pada kelompok intervensi
mengundurkan diri menjadi subjek selama
mayoritas PT, dan pekerjaan responden
proses penelitian.
mayoritas tidak bekerja pada kedua
Variabel terapi kompres lidah
kelompok.
buaya (aloe vera) terhadap kelancaran
pengeluaran ASI dianalisis menggunakan
Uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan
skor kelancaran pengeluaran ASI antara
sebelum dan sesudah perlakuan.

30
 JURNAL BIMTAS Volume: 6 Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

Tabel 2 Perbedaan Skor Kelancaran ASI kelancaran pengeluaran ASI sebelum

antara Sebelum dan Sesudah
diberikan perlakuan dengan sesudah
Penggunaan Warm Bra Care dan
Kompres Hangat pada Ibu 3–4 diberikan perlakuan, sedangkan pada
Hari Post partum
kelompok control (tidak dilakukan kompres
Pretest Posttest Kelancaran
Rerata Rerata Pengeluaran ASI Nilai aloe vera) dengan hasil nilai p=0,653
(±SD) (±SD) p*
artinya tidak ada perbedaan pengaruh
Turun Mening Tetap
kat kelancaran pengeluaran ASI antara sebelum
Intervensi 5,98 9,10 0 17 3 0,001 dan sesudah diberi perlakuan.
(0,920) (0,304)

Kontrol 5,93 6,70 1 8 11 0,653

(0,730) (0,992) PEMBAHASAN
Keterangan: analisis deskriptif, *Uji Wilcoxon (1) Usia
Hasil penelitian mayoritas responden
Tabel 2 memperlihatkan bahwa
yang mengalami peningkatan
nilai rerata pretest pada kelompok
kelancaran ASI adalah usia 20-35 tahun
intervensi sebesar 5,98 dan rerata pretest
sebanyak 17 orang (85 %). Menurut
pada kelompok kontrol sebesar 5,93 dapat
Rutiani (2016) dalam Sari R (2019)
diartikan bahwa nilai rerata kelompok
menyatakan bahwa usia 20-35 tahun
kontrol lebih rendah dibanding dengan
bagi seorang perempuan rentan akan
kelompok intervensi Nilai rerata postest
terjadi pembengkakan payudara
kelompok intervensi sebesar 9,10 dan nilai
dikarenakan kurang pemahaman dan
rerata postest kelompok kontrol sebesar
informasi di masa laktasi. (Sari IR et.
6,70 dapat diartikan bahwa nilai rerata
al., 2019)
postest kelompok intervensi lebih besar
(2) Pendidikan
daripada kelompok kontrol, berarti terjadi
Hasil penelitian mayoritas responden
kenaikan pada nilai rerata kelancaran ASI.
yang mengalami peningkatan
Pengeluaran ASI pada kelompok intervensi
kelancaran pengeluaran ASI adalah
terjadi peningkatan sebanyak 17 orang dan
lulusan perguruan tinggi sebanyak 10
3 orang tetap. Pengeluaran ASI pada
orang (50%). Sejalan dengan hasil
kelompok kontrol terdapat 1 orang yang
penelitian yang dilakukan oleh Rutiani
mengalami penurunan pengeluaran ASI, 8
(2016) bahwa semakin tinggi
orang mengalami peningkatan pengeluaran
pendidikan seseorang maka akan
ASI, dan 11 orang mengalami pengeluaran
berpengaruh pada pola pikir, wawasan,
ASI yang tetap antara sebelum dan sesudah
dan informasi yang dapat dijadikan
diberi perlakuan. Kelompok intervensi
tolak ukur dalam keberhasilan proses
(kompres aloe vera) dengan nilai p=0,001
menyusui. (Rutiani et. al., 2016)
artinya terdapat perbedaan pengaruh
31
JURNAL BIMTAS Volume: 6 Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

(3) Pekerjaan Hal tersebut sejalan dengan hasil

Hasil penelitian mayoritas responden penelitian Ermilda (2022) menyatakan
yang mengalami peningkatan bahwa perawatan payudara
kelancaran ASI adalah ibu nifas yang berpengaruh terhadap kelancaran
tidak bekerja sebanyak 13 orang (71%). pengeluaran ASI pada ibu postpartum.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Perawatan payudara selain dapat
Timporok (2018) menyatakan bahwa membersihkan payudara juga dapat
status pekerjaan akan mempengaruhi merangsang hormon prolaktin dan
perilaku ibu dalam proses menyusui, oksitosin serta dapat melancarkan
ibu yang bekerja akan memiliki sedikit sirkulasi darah sehingga dapat
kesempatan dalam memberikan ASI mencegah penyumbatan saluran ASI
sehingga akan sedikit dalam dan dengan perawatan yang rutin dapat
menghadapi masalah dalam pemberian melancarkan pengeluaran ASI ibu.
ASI terutama yang diakibatkan oleh (Ermilda S, 2022)
bendungan payudara. (Timporok AGA Lidah Buaya (aloe vera) banyak
et al., 2018) mengandung air dan berbagai zat yaitu
(4) Efektivitas Terapi Kompres Lidah anthraquinone, aloe emodin, enzim
Buaya (Aloe Vera) terhadap Kelancaran bradikanase, carboxypeptidase,
Pengeluaran ASI salisilat, tanin dan saponin yang
Produksi ASI dipengaruhi oleh memiliki manfaat dalam mengatasi
faktor psikologis ibu. Ibu dengan nyeri. Tanaman lidah buaya (aloe vera)
keadaan gelisah, kurang percaya diri, dapat digunakan untuk mengatasi nyeri
tertekan, dan keadaan emosional payudara dikarenakan kandungan
lainnya akan berdampak pada anthraquinone yang mengandung aloin
kegagalan dalam proses menyusui bayi. dan emodin sebagai analgesik. (Sari IR
Salah satu bagian penting untuk et. al., 2019). Hal ini sejalan dengan
mendukung keberhasilan proses penelitian Patiran (2022) menyatakan
menyusui adalah perawatan payudara bahwa terdapat penurunan skor nyeri
yang bertujuan supaya payudara bersih (0-3) setelah diberikan kompres lidah
dan mudah untuk di hisap bayi. buaya pada ibu nifas. (Patiran M et al.,
Perawatan payudara yang dilakukan 2022)
dengan benar dan teratur dapat Terapi kompres lidah buaya (aloe
menguatkan, melenturkan, dan vera) dapat membantu mengatasi
mengatasi bendungan ASI. (Muslim et pembengkakan payudara sehingga
al., 2019) pengeluaran ASI pada ibu 2-3 hari post

32
JURNAL BIMTAS Volume: 6 Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

partum menjadi lancar. Hal tersebut Ermilda S. (2022). Pengaruh perawatan

sejalan dengan hasil penelitian Sushen payudara terhadap kelancaran
pengeluaran ASI pada ibu
(2017) yang menyatakan bahwa postpartum di PMB Misni
kompres aloe vera pada payudara yang Herawati Palembang tahun
2020. Jurnal Kesehatan dan
mengalami pembengkakan akibat nyeri
Pembangunan. 12(23):
bendungan ASI dapat mengalami 100−107.
penurunan dengan cara merangsang Ibrahim IA, Azriful, Humairah. (2014).
sistem kekebalan tubuh untuk Gambaran pengetahuan dan
sikap ibu tentang manajemen
memblokir biosintesis prostaglandin.
laktasi di wilayah kerja
(Sushen et al., 2017) Puskesmas Samaenre Kabupaten
Sinjai tahun 2014. Public Health
Sci J. Juli-
SIMPULAN DAN SARAN Desember;6(2):339−49.
Simpulan penelitian ini terapi Lim AR, Song JA, Hur MY, Lee MK,
kompres lidah buaya (aloe vera) efektif Lee MS. Cabbage compression
early breast care on breast
dalam melancarkan pengeluaran ASI pada
engorgement in primiparous
ibu 2–3 hari postpartum di wilayah kerja women after cesarean birth: a
Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya. controlled clinical trial. Int J
Clin Exp Med.
Saran penelitian ini diharapkan dapat dikaji
2015;8(11):21335−42.
lebih dalam untuk mata kuliah asuhan
Meiharti, T. (2019). Hubungan antara
kebidanan pada ibu nifas dan perlu Perawatan Payudara dengan
menyebarluaskan sumber informasi Kejadian Bendungan ASI
(Engorgement) pada Ibu Nifas.
pemanfaatan terapi komplementer dengan
Jurnal Kebidanan dan
lidah buaya (aloe vera) yang dapat Keperawatan, 2-24.
dimanfaatkaan untuk mengurangi nyeri dan Muslim VY, Halimatussadiyah S.
pembengkakan payudara terutama dalam (2019). Pengaruh perawatan
payudara terhadap kelancaran
kegiatan home care di fasilitas kesehatan
pengeluaran ASI pada ibu
tingkat puskesmas. postpartum di wilayah kerja
Puskesmas Karang Pule Tahun
2017. Jurnal Midwifery Update
DAFTAR PUSTAKA (MU). 1(2): 1.
Disha RA, Rana A, Singh A, Suri V. Patiran M, Egam A, Kamalah R (2022).
Effect of chilled cabbage leaves Perbedaan efektivitas pemberian
vs. hot compression on breast kompres lidah buaya dan
engorgement among post natal kompres daun kubis dingin
mothers admitted in a tertiary terhadap intensitas nyeri
care hospital. J Nursing payudara ibu nifas. Jurnal
Midwifery Res. 2015 Kebidanan Sorong. 2(1): 24−32.
Januari;11(1):24−32.

33
JURNAL BIMTAS Volume: 6 Nomor 1
FIKes-Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya E-ISSN: 2622-075X

Rahayuningsih T, Mudigdo A, Murti B. methods. European J Pharm and Med

(2016). Effect of breast care and Res. 4(7): 820−831.
oxytocin massage on breast milk
Timporok AGA, Wowor PM, Rompas S.
production: a study in Sukoharjo
Provincial Hospital. J Maternal (2018). Hubungan status
pekerjaan ibu dengan pemberian
Child Health. 1(2):103–11.
ASI eksklusif di wilayah kerja
Rutiani CEA, Fitriana LA. (2016). Puskesmas Kawangkoan. e-
Gambaran bendungan ASI pada Jurnal Keperawatan (eKp).
ibu nifas dengan seksio sesaria 6(1): 1−6.
berdasarkan karakteristik rumah
sakit Sariningsih Bandung.
Jurnal Keperawatan Indonesia.
(2): 146−155.
Sari RI, Dewi YI, Indriati G. (2019).
Efektivitas kompres aloe vera
terhadap nyeri pembengkakan
payudara pada ibu menyusui.
Jurnal Ners Indonesia. 10(1):
38−50.
Sushen U, Unnithan CR, Rajan S,
Chouhan R. (2022). Aloe vera a
potential herb used as traditional
medicine by tribal people of
Kondagatu and Purudu of
Karimnagar district, Telanga
state, India and their preparative

34
 Journal of Caring Sciences, 2013, 2(4), 279-286
doi:10.5681/jcs.2013.033
http:// journals.tbzmed.ac.ir/ JCS

The Impact of Aloe vera and Calendula on Perineal Healing after

Episiotomy in Primiparous Women: A Randomized Clinical Trial
Farideh Eghdampour1*, Fereshteh Jahdie1, Masomeh Kheyrkhah1, Mohsen Taghizadeh2, Somayeh
Naghizadeh3, Hamid Hagani4
1
Department of Midwifery, Faculty of Nursing & Midwifery, Tehran University of Medical Sciences, Tehran, Iran
2
Department of Biochemistry and Nutrition, Kashan University of Medical Sciences, Kashan, Iran
3
Department of Midwifery, Tabriz Branch, Islamic Azad University, Tabriz, Iran
4
Department of Statistics, Tehran University of Medical Sciences, Tehran, Iran

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article Type:
Introduction: Episiotomy is used for enlarging the perineum. Aloe vera and Calendula
Original Article have been used for treating different diseases from ancient times, limited researches
have been done regarding the healing of these plants. Since the effect of their ointment
on episiotomy healing has not been studied, this study is being done for determining
Article History: the impact of Aloe vera and Calendula on episiotomy healing in primiparous women.
Received: 25 Jul. 2012
Accepted: 3 Apr. 2013
Methods: This clinical trial involves 111 qualified primiparous women admitted in
ePublished: 30 Nov. 2013 Lolagar hospital. They were randomly categorized into three groups of control (n=1)
and experimental (n=2) groups. The women in experimental group used Aloe vera and
Calendula Ointment every 8 hours and the control group used hospital routine on
Keywords: episiotomy for 5 days. The data were collected by demographic questionnaire and
Aloe vera
Calendula officinalis
redness, edema, ecchymosis, discharge and approximation scale (REEDA) which
Ointment investigated the episiotomy healing before and five days after intervention in two
Episiotomy groups. ANOVA, Tukey test, Kruskal-wallis, Chi-square were used for data analysis.
Primiparity Results: The three groups do not have statistically significant different regarding
demographic and other intervening variables. Comparing the mean of REEDA in five
days after delivery showed statistically significant difference between control and
experimental groups.
Conclusion: According to the results, using Aloe vera and Calendula ointment
considerably increases the speed of episiotomy wound healing so it can be used for
quickening the episiotomy healing.

laceration.3 Its prevalence in Netherland is

Introduction 8%, in England is 20%, Argentina is
Episiotomy means cutting the perineal 28%,Australia is 40.6%, USA is 50% and
muscles during the second stage of labor for Northern America is 54%. The frequency of
enlarging the perineum and prevention from using this method in Iran was reported as
delay in removing the fetus head which is 97.3% in primiparous women.1 The smallness
used as an auxiliary method for facilitating of episiotomy cut brings us assume that this
the vaginal delivery by Ould in 1743.1,2 operation will not cause problem to the
Routine use of episiotomy was decreased in mothers, though this area participates in
advanced countries; the women in Asian more ordinary activities such as sitting,
countries use this method due to having walking, standing, squatting and urinating
short perineal and stiff tissue prone to wide due to the availability of many muscles in the
pelvic floor and causes discomfort for
* Corresponding Author: Farideh Eghdampour (MSc), E-mail: fa_egdampour@yahoo.com
This research is registered in the Iranian Registry of Clinical Trials with the IRCT38805102248N2 code and derived from MSc thesis in Tehran
University of Medical Sciences (No: 438).

Copyright © 2013 by Tabriz University of Medical Sciences

Farideh Eghdampour et al.
postpartum women.4 According to results of
studies, perineal injury not only causes
physical damage but it also causes emotional
and psychological harms and delay in wound
healing leads to bad anatomic results in
perineal and delay in linkage of wound edges
and increasing the intensity of pain at
perineal area.5 Perineal healing is one of the
issues which shall be taken into account; in
this regard Cavanaugh wrote that “it is
necessary that perineal shall be healed as
soon as possible. This part cannot be directly
observable by mother and leads to increasing
the maternal complications.6 The delay in
perineal healing leads to increasing the
complications such as blooding, pain, pain
during intercourse, and anxiety.7 Although
these problems are not acute or life-
threatening, their potential impact on daily
function of mother is important.4 Episiotomy
needs care like any other surgery. Many
actions have been proposed for quickening
the episiotomy wound healing such as using
disinfectant techniques during healing,
prevention from unnecessary damage in
cutting area such as using round-head
needle, stitch yarns with high absorbability
and less sensitivity, observing perineum
health, keeping dry of wound area, using
localized methods such as cold or hot water
ischiadic bath including salt, cetrimide and
betadine, Kegel exercises, using herbal
extracts pads such as lavender, chamomile,
fecundity and calendula, etc.5 At now, the
researchers pay attention to using cheap,
effective, proper methods which are
accessible in health centers apart from
hospitals and meanwhile, being acceptable by
postpartum women.8 In this regard,
complementary medicine including tradi-
tional and herbal medicine, homeopathy, and
Aromatherapy solutions has special place in
promoting the care quality after delivery.
Nowadays, using non-traditional or
comprehensive treatment methods are
increasing and according to world health
organization, herbal medicine is part of the
complementary medicine which is accepted
280 | Journal of Caring Sciences, December 2013; 2(4), 279-286
by many people of the society and 40% of
common drugs are derived from plants and
natural resources.5 Aloe vera (family
Liliaceae) is from the group of flowering
plants, monocots and native North Africa
and is one of the important medicinal species
which is being used for treating many
diseases from very ancient times. It has
healing, anti-inflammation, analgesic, anti-
virus, anti-bacteria, antifungal, purgative,
anti-itching and moisturizing.9 Aloe vera
including collagen increases the tissue
granules and is effective in wound healing
due to its anti-inflammatory properties. Its
anti-inflammatory effects are due to the
availability of Salicylic acid which inhibits the
formation of Bradykinin and Histamine and
due to oxidation of arachidonic acid which
inhibits Prostaglandin synthesis.10 Several
researches have been done about studying
the effect of Aloe vera on wound healing at
other parts of the body. The results of study
by Avizhgan et al., about studying the
healing effect of Aloe vera gel for treating
pressure ulcer indicated that the time need
for reducing the redness, inflammation,
discharge and the time needed for full
wound closure were significant while using
Aloe vera gel.11 The study by Tafazolie et al.,
was done for comparing the impact of Aloe
vera Gel and Lanolin ointment on treating
the nipple fissure, showed that Aloe vera gel
is more effective than Lanolin ointment in
treating the nipple fissure.12 Calendula is the
other herb which is used for quickening the
wound healing which has anti-inflammatory
and anti-inflammation properties, anti-virus,
anti microbe and antifungal activity, anti-
cancer, anti oxidant and healing function.13
Flavonoids and saponins in calendula
prevents from releasing of harmful and
histamine enzymes which cause sensitivity
and inflammation and heal the redness and
pain and inhibits plasma discretion to the
tissues by decreasing the capillary
permeability. Meanwhile, it reduces the
immigration of white blood cells to inflamed
area. Its anti-inflammatory effects are due to
Copyright © 2013 by Tabriz University of Medical Sciences
 Aloe vera and calendula on episiotomy wound healing
triterpenoids. In a study on animals,
calendula stimulates granulation and
increases glycoprotein and collagen. No 14
research was done about studying the
healing impact of calendula on the wounds at
other parts of the body and no research has
been done regarding the studying of the
impact of Aloe vera and calendula on
episiotomy healing but similar researches
were done related to the effects of other
medicinal herbs. The results of research by
Hur et al., at one of the Korean hospitals
regarding the effects of lavender extract on
perineal wound healing indicated that
lavender quickens the healing of episiotomy
cutting.14,15 The results of study by
Golmakanie et al., in Mashhad Omolbanin
hospital indicated that turmeric ointment
quickens the episiotomy wound healing.16
The results of study by Khadivzade et al.,
regarding the effect of lavender cream on
episiotomy wound healing showed that the
wound healing at the third days does not
have statistically significant difference
between the experimental and control
group.17 Since a few researches has been done
regarding the effect of Aloe vera and
Calendula ointment on episiotomy healing,
and the findings regarding the effect of
herbal medicine on episiotomy wound are
controversial, the current study was done in
order to determine the effect of Aloe vera and
Calendula ointment on episiotomy wound
healing compared to routine of hospital
(Betadine).
Materials and methods
This is a clinical blind trial which was done in
Tehran Lolagar Hospital from 23 Sept. to 21
Dec. 2010. The sample size was determined
based on previous studies, 111 primiparous
women referring for labor who were
undergone episiotomy were selected. All
research units were the same regarding type
of episiotomy, quantity of anesthetic solution
before section and before regeneration, type
of consumed thread, type of regeneration,
Copyright © 2013 by Tabriz University of Medical Sciences
and delivery factor. The requirements for
entering included insensitivity to special
drugs in past, absence of drug addiction and
psychotropic drugs, lack of previous damage
or surgery record and observable lesions in
perineal, lack of preterm rupture of
membrane for more than 18 hours, lack of
quick or prolonged delivery, perineal
anesthesia with Lidocaine 1%, episiotomy
section as 45 degree by midwife, lack of volvo
and vaginal inflammation at the beginning of
research, lack of BMI>35. Having obtained
written permission from ethical research
committee of the university and having
obtained necessary permits from university
and authorities of hospital and physician, the
researcher started her work to collect data.
Having considered the entering requirements
and selecting the samples, the researcher
introduced herself to the mother. Having got
the written letter of consent and explaining
the confidentiality of research, the samples
were allocated randomly in three groups of
using Aloe vera ointment group, Calendula
ointment group and control group before
delivery. Such that, three first qualified
persons were allocated in one of three groups
randomly and then the other three persons
were allocated in groups, this was done until
the number of samples was completed. Then
the researcher attended on the patient’s bed
at the time of labor and after removal of fetus
and membrane, the perineal statuses were
studied to exclude the sample from study in
case of laceration. Episiotomy section was
regenerated by the midwife and the mothers
were monitored for 4 hours postpartum. A
questionnaire including demographic
particulars, personal specific- ations, at the
postpartum section were completed by the
research as the tool for gathering data. The
necessary information and data were trained
to the mother during and after consumption
face to face. A primary assessment for
determining the healing was done
immediately before intervention with REEDA
(Redness, Edema, Ecchymosis, Drainage and
Approximation) by the researcher. It shall be
Journal of Caring Sciences, December 2013; 2 (4), 279-286| 281
Farideh Eghdampour et al.
noted that REEDA is a global scale and there
is no need for measuring the reliability and
validity. Four hours after episiotomy, the
intervention was done. The subjects were
requested to cleanse the episiotomy with
water; the researcher rubbed 3 cc of
mentioned ointment for the first time on
episiotomy area by disposable glove for
training and according to given training, the
mother continued using ointment every 8
hours. The control group received the
hospital routine as episiotomy cleansing with
2 spoons betadine in 4 glasses of water every
4 hours. The researcher became aware of the
manner of using ointment by patients by call.
In order to blind the study, the second step of
assessing the episiotomy healing was done 5
days after intervention by the trained
researcher assistant in the hospital clinic and
were registered in appraisal form of REEDA.
The questions related to postpartum factors
were added to the questionnaire by her. All
subjects were given a card on which group’s
code and date of referring for mother’s
reminding and researcher’s Tel was
registered, so that the researcher assistant
could assess the episiotomy healing without
prior awareness and could record it.
Although the results of researches have not
reported any problem related to consumption
of Aloe vera or Calendula, the mother is
requested to call the researcher if there would
be any problem such as sensitivity, infection
or other evidences, so that necessary actions
were taken. It shall be noted that the primary
intervention was done by researcher and
further interventions by trained mother.
Meanwhile, the mother was trained about
observing personal health and manner of
filling the form at home. The excluding
criteria were non accurate use of Aloe vera
and Calendula ointment, sensitivity to
desired ointment, non-willingness to
continuing the participation in the study,
having sexual intercourse in first 5 days after
delivery and not referring to the clinic of
which 11 were excluded due to inaccurate
use of ointment and 9 due to not referring to
282 | Journal of Caring Sciences, December 2013; 2(4), 279-286
clinic and the qualified samples which were
considered on statistical analysis were
replaced. SPSS ver. 13 was used for analyzing
the data by independent Anova, t-test, Chi-
square and Kruskal-Wallis. It shall be noted
that the ethical considerations in this study
includes the following: the permission for
giving up the research subjects at any phase
of research, being confident of the
confidentiality of all the data of research
units, informing the subjects to disrupt using
the drug in case of any sensitivity or
inflammation at perineal area and to inform
the researcher to refer to the specialized
physician. Full observing the ethics and
trusteeship from other researches and
resources by the researcher, observing the
contents related to Helsinki convention in the
research, publishing detailed and real results
even reaching to the results which indicated
the ineffectiveness of probable complications
of ointments and announcing the research
results to the authorities of Lolagar Hospital.
Results
The three groups did not significant different
in terms of personal information such as age,
education, economical status, job experience,
episiotomy length, duration of first, second
and third stages of labor, number of surface
stitches, head circumference of child,
postpartum factors such as mother’s position
during lactation, time of starting daily
activities after delivery and BMI of mothers
(Table 1)
Comparing the sum of grades resulted from 5
variables of REEDA scale showed that the
mean of REEDA scale grade 5 days after
intervention which indicated statistically
significant difference among three groups
(P<0.001). (Table 2)
Tukey test showed that the mean of REEDA
grade 5 days after episiotomy has statically
significant different between Aloe vera
ointment group and control (P<0.001) and
between Calendula and control group
(P<0.001) but there was not significant
Copyright © 2013 by Tabriz University of Medical Sciences
 Aloe vera and calendula on episiotomy wound healing

different between Aloe vera and Calendula had statistically significant difference
ointment groups (P=0.98). between Aloe vera and control group
Studying episiotomy regarding redness 5 (P=0.009), between Calendula and control
days after intervention showed statistically group (P=0.009). There was not statistically
significant difference among three groups significant difference between Aloe vera and
(P=0.002). Tukey test showed that the mean Calendula groups (P=0.94). Studying
grade of redness 5 days after episiotomy had ecchymosis of wound 5 days after
statistically significant difference between intervention showed that the three groups
Aloe vera ointment and control group (P= had statistically significant difference
0.006) and between Calendula ointment and (P=0.005). Studying discharge of wound 5
control group (P=0.016). There was no days after intervention showed that the three
significant difference between Aloe vera and groups did not have different and did not
Calendula ointment groups (P=0.94). have statistically significant difference among
Studying edema of episiotomy area 5 days three groups and also between two
after intervention showed that edema grade experimental groups (P=0.13). Studying the
in experimental group was lower than approximation showed statistically
control group and the three groups has significant difference among three groups
statistically significant difference (P=0.003). (P=0.005). Tukey test showed that the mean
Tukey test showed that the mean of edema of approximation grade 5 days after
grade 5 days after episiotomy had statistically episiotomy had statistically significant
significant difference between Aloe vera and difference between Aloe vera and control
control group (P=0.004), between Calendula group (P=0.007), between Calendula and
and control group (P=0.001). There was not control group (P=0.04). There was not
statistically significant difference between statistically significant difference between
Aloe vera and Calendula groups (P=0.88). Aloe Vera and Calendula groups (P=0.69)
Tukey test showed that the mean of (Table 3).
Ecchymosis grade 5 days after episiotomy

Table1: demographic, maternal and neonatal characteristics in 3 groups

Groups variables Aloe vera Calendula Control group P
(n=37) (n=37) (n=37)
age 26.57(5.60) 25.59(4.20) 26.05(5.14) 0.70a
education (diploma) 15(16.3) 20(54.1) 14(37.8) 0.42b
occupation (homemaker) 36(97.3) 35(94.6) 36(97.3) 0.78b
Economical situation (earn equal to spend) 27(73) 27(73) 27(73) 0.98b
BMI 24.39(1.65) 25.56(2.47) 24.92(2.42) 0.13a
Duration of first phase of labor (min) 403.78(85.61) 403.78(85.61 391.08(90.79) 0.45a
Duration of second phase of labor (min) 61.89(34.98) 52.29(29.52) 58.51(21.66) 0.39a
Duration of third phase of labor (min) 6.57(4.60) 4.08(2.11) 5.44(3.30) 0.16a
Episiotomy length 3.78(0.71) 3.78(0.58) 3.56(0.95) 0.72a
Number of sutures 4.29(0.87) 4.10(0.69) 4.37(0.89) 0.35a
neonatal Head circumference 35.29(0.90) 35.32(0.87) 35.81(0.91) 0.99a
The onset of daily activity after delivery 7.81(3.16) 8.04(3.04) 8.21(2.98) 0.84a
Breastfeeding in sitting position 26(70.3) 28(75.7) 25(67.6) 0.62a
Mean ( Standard deviation) for quantitative variables and number (percent) for Qualitative variables. A is sings of use of ANOVA and b is
signs of use of Chi-square test

Copyright © 2013 by Tabriz University of Medical Sciences Journal of Caring Sciences, December 2013; 2 (4), 279-286| 283
Farideh Eghdampour et al.

Table2: Mean and Standard deviation REEDA in episiotomy healing before intervention and 5
days after intervention among 3 groups
Time/Group Aloe vera Calendula Control P
Mean (SD) Mean (SD) Mean (SD)
Before intervention 4.32(1.20) 4.40(1.48) 4.32(1.38) 0.939
5 days after intervention 1.62(0.92) 1.67(1.10) 3.48(1.77) < 0.001

Table3: Mean and Standard deviation Redness, Edema, Ecchymosis, Discharge and
Approximation of episiotomy base on REEDA 5 days after intervention in 3 groups

Groups variable Aloe vera Calendula Control P

Mean (SD) Mean (SD) Mean (SD)
Redness 0.59(0.59) 0.64(0.75) 1.10(0.73) <0.001a
Edema 0.27(0.45) 0.21(0.41) 0.64(0.58) <0.001b
Ecchymosis 0.18(0.51) 0.18(0.39) 0.59(0.76) <0.001b
Discharge - - - 0.10c
Approximation 0.45(0.50) 0.56(0.50) 0.86(0.67) <0.001 a
A is sings of use of ANOVA , b is signs of use of Kruskal-Wallis and c is signs of use of Fisher test

Discussion
According to the results of current study,
using Aloe vera and Calendula ointment
considerable quickens the episiotomy healing
5 days postpartum compared to Betadine. No
study has been done regarding the effect of
Aloe vera and calendula ointment on
episiotomy wound healing but difference
studies have been done regarding the effect
of herbal plants on episiotomy wound
healing. In this regard, Sheykhan et al.,
conducted a research to study the effect of
lavender extract on episiotomy healing and
the results indicated that the mean grade of
wound healing of samples who used
levender extract 5 days after episiotomy were
lower than control group (P<0.001)
Meanwhile, the study by Malek Pour et al.,
regarding the effect of Turmeric on
episiotomy wound healing is consistent with
current study.5 The current results are
consistent with the results of study by Tork
Zahrani aimed at comparing the betadine
and water in the process of episiotomy
healing. It shall be noted that the control
group in the current study used the hospital
routine that is betadine. The redness between
two groups of using betadine and water was
not statistically significant difference. The
redness below 3 mm was reported on 46% of
betadine group and 60%
of water group. Meanwhile, 5 days
postpartum, the edema less than 1 cm was
observed in 60% of samples using betadine
and 62% of samples using water.18
Meanwhile, the current study is partialy
consistent with the study by Golmakanie et
al., aimed at studying the effect of turmeric
ointment on episiotomy healing. In
Golmakanie’s study, the mean of redness
grade in experimental groups was 1.06 (0.80)
and in control group, it was 1.52 (0.76) which
showed statistically significant difference.
But the mean of edema grade in experimental
groups was 0.84 (0.72) and in control group,
it was 1.16 (0.73) which did not show
statistically significant difference. So this part
is not consistence with current study.
Meanwhile, none of the samples at the
experimental group has ecchymosis at 7 days
postpartum. The mean of ecchymosis grade
in experimental groups was 0.31 (0.64) and in
control group, it was 0.65 (0.79) which
showed statistically significant difference.
The mean of approximation grade in
experimental groups was 0.72 (0.63) and in
control group, it was 1.03(0.65) which
showed statistically significant difference, so
this is consistent with current study.16 In a
study by Vakilian et al., entitled as studying
the effect of lavender and betadine on

284 | Journal of Caring Sciences, December 2013; 2(4), 279-286 Copyright © 2013 by Tabriz University of Medical Sciences
 Aloe vera and calendula on episiotomy wound healing
episiotomy healing, the mean and standard
deviation of healing in experimental group
was 1.88 (2.66) and in control group it was
3.01 (3.12) which did not show statistically
significant difference. The edema grade was
reported lower in lavender extract
consuming group, the ecchymosis, discharge
and approximation grades did not have
statistically significant difference between
two groups.19 The reasons for inconsistency
of Vakilian et al., research with the current
research can be related to the different
manner of using Aloe vera ointment,
Lavender extract, type of used treatment,
difference mechanism of these three herbal
plants on wound healing, dosage and time of
using medicinal plant, laceration and
difference of laceration degree or the
availability of infection. The healing is
difference in different people and this can be
resulted from personal differences, physical
status and economical status which can
increase or decrease the speed of healing
which are considered as the limitation of the
research.
Conclusion
Regarding limited studies about the effect of
Aloe vera and Calendula ointment on
episiotomy healing and controversial results
References
1. Khajavi Shojae K, Davati A, Zayeri F. Frequency
and side effect of episiotomy in primiparous women:
a three- month longitudinal survey. Qom University
of Medical Sciences Journal 2009; 3(2): 1-
4.(Persian)
2. Desai P. Current practice in obstetrics and
gynecology. 1st ed. New dehli: Jaypee brother’s
medical publisher; 2009.
3. Lam KW, Wong HS, Pun TC. The Practice of
Episiotomy in Public Hospitals in Hong Kong. Hong
Kong Med J 2006; 12(2): 94-8.
4. Rowland M, Foxcroft L, Hopman WM, Patel R.
Breastfeeding and sexuality immediately after
postpartum. Canadian Family Physician 2005;
51(10): 1366-7.
Copyright © 2013 by Tabriz University of Medical Sciences
from available researches, the researchers
propose to do more studies regarding the
verification of using these ointment on
episiotomy wound healing and regarding the
effect of these ointment on quickening the
episiotomy healing, and also regarding that
none of the mothers has reported auxiliary
complication from using the ointments, these
ointments are used as promoter of
episiotomy healing in primiparous women.
Acknowledgement
All the related expenses were paid by
University of Tehran and hereby, the
researchers appreciate the research vice-
chancellor of the Faculty of Nursing and
Midwifery, Barij Essence Pharmacy
Company, the professors and reviewers with
their great accuracy, the participated mothers
and all who assisted us in doing this
research.
Ethical issues
None to be declared.
Conflict of interest
The authors declare no conflict of interest in
this study.
5. Malek Pour P. The effect of Turmeric solution on
pain intensity on episiotomy in primiparous women
[Master thesis]. [Tabriz]: Nursing and Midwifery
Faculty of Tabriz University of Medical Sciences;
2010. (Persian)
6. Cavanagh HM, Wilkinson JM. Biological activities
of lavender essential oil. Phytother Res 2002; 16(4):
301-8.
7. Fraser DM, Cooper MA. Myles text book for
midwifery. 15th ed . London: Churchill Livingstone;
2009.
8. East CE, Begg L, Henshal NE, Marchant P, Wallace
K. Local cooling for relieving pain from perineal
trauma sustained during childbirth (Cochrane
Review). The Cochrane Library 2007;17(4).
9. Eshghi F, Hosseinimehr SJ, Rahmani N, Khademloo
M, Norozi MS, Hojati O. Effects of Aloe vera cream
on posthemorrhoidectomy pain and wound healing:
results of a randomized, blind, placebo-control
Journal of Caring Sciences, December 2013; 2 (4), 279-286 | 285
 Farideh Eghdampour et al.
study. J Altern Complement Med 2010; 16(6): 647-
50.
10. Boudreau MD, Beland FA. An evaluation of the
biological and toxicological properties of Aloe
barbandesis (miller), Aloe vera. J Environ Sci
Health C Environ Carcinog Ecotoxicol Rev. 2006;
24(1): 103-54.
11. Avizheghan M. Aloe vera gel as an effective and
cheap option for treatment in chronic bed sores.
faculty of medicine of Ghilan university of
medical sciences 2003; 13(50): 45-50. (Persian)
12. Tafazolie M, Saedie R, Rebatsanghie MG,
Mazlom SR. Aloe vera gel Vs. lanolin ointment in
the treatment of nipple sore: a randomized clinical
trial. Tehran University Medical Journal (TUMS).
2010; 67(10): 699-704. (Persian)
13. Chandran P, Kuttan R. Effect of Calendula
officinalis flower extract on acute phase protein,
antioxidant defense mechanism and granuloma
formation during thermal burns. J Clin Biochem
Nutr 2008; 43: 58-64.
14. Muley BP, Khadabadi SS, Banarase NB.
Phytochemical Constituents and Pharmacological
Activities of Calendula officinalis Linn
(Asteraceae): A Review. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research 2009; 8(5): 455-65.
286 | Journal of Caring Sciences, December 2013; 2(4), 279-286
15. Hur MH, Han SH. Clinical trial of aromatherapy
on postpartum mother's perineal healing. Taehan
kanho hakhoe chi 2004; 34(1): 53-62.
16. Golmakani N,Rabiei Motlagh E,Tara F, Asili J,
Shakeri MT. The effects of turmeric (curcuma
longa L) ointment on healing of episiotomy site in
primiparous women. Iranina Journal of
Obstetrics, Gynecology and Infertility
2009;11(4): 29-38. (Persian)
17. Khadivzadeh T, Molkizadeh M, Rakhshandeh H,
Khajedaloui M. The impact of Lavender Cream
on Episiotomy Pain and Wound Healing in
Primiparous Women. Journal of Mashhad School
of Nursing & Midwifery 2009; 9(1): 19-24.
(Persian)
18. Tork Zahrani Sh, Amirali Akbari S, Valaie N.
Comparison of the effect of Betadine and water in
episiotomy wound healing. Feyz Journals of
Kashan University of Medical Sciences 2002;
5(4): 80-5. (Persian)
19. Vakilian K, Atarha M, Bekhradi R, Ghebleh F,
Hatami Z, Ceraj A. The effect of lavender in care
of postpartum episiotomy wounds. Journal of
Shahrekord university of medical sciences 2008;
10(3): 63-9. (Persian)
Copyright © 2013 by Tabriz University of Medical Sciences
Original
Article

Effect of lavender scent inhalation on prevention of

stress, anxiety and depression in the postpartum period
Maryam Kianpour1, Akram Mansouri1, Tayebeh Mehrabi2, Gholamreza Asghari3

Abstract
Background: Stress, anxiety, and postpartum depression are the most common problems among women in their childbearing
age. Research has shown that aromatherapy administered during labor reduces anxiety in mothers. With regard to the specific
biological conditions in postpartum period and the subsequent drop in hormone levels, this study investigated the effect of lavender
on prevention of stress, anxiety, and postpartum depression in women.
Materials and Methods: In a clinical trial, 140 women admitted to the obstetric and gynecological unit were randomly divided
into aromatherapy and non‑aromatherapy groups immediately after delivery. Intervention with aromatherapy consisted of inhaling
three drops of lavender essential oil every 8 h with for 4 weeks. The control group received routine care after discharge and was
followed up by telephone only. After 2 weeks, 1 and 3 months of delivery, women were assessed by the 21‑item Depression,
Anxiety, and Stress Scale and the Edinburgh stress, anxiety, and depression scale in the two groups. Data analysis was performed
by Mann–Whitney, analysis of variance (ANOVA), and post hoc tests. Level of significance was set as 0.05 for all tests.
Results: The results showed that the mean stress, anxiety, and depression at time point of 2 weeks (P = 0.012, P < 0.0001, and
P = 0.003, respectively) and stress, anxiety, and depression scores at time points of 1 month (P < 0.0001) and 3 months after
delivery (P < 0.0001) were significantly lower in the study group compared with the control group.
Conclusions: Inhaling the scent of lavender for 4 weeks can prevent stress, anxiety, and depression after childbirth.

Key words: Anxiety, depression, lavender, postpartum period, prevention, scent of lavender, stress

Introduction to psychological stimulants and lead to their mental

problems.[1,2] After delivery, women start losing self‑control

P
regnancy and delivery are pleasant physiological
phenomena, but at times, changes occur in pregnant
women’s mood that make them so sensitive
1
Nursing and Midwifery Care Research Center, Faculty of Nursing
and Midwifery, Isfahan University of Medical Sciences, Isfahan,
Iran, 2Student Research Center, Faculty of Nursing and Midwifery,
Isfahan University of Medical Sciences, Isfahan, Iran, 3Student
Research Center, School of Pharmacy, Isfahan University of Medical
Sciences, Isfahan, Iran
Address for correspondence: Ms. Maryam Kianpour,
Nursing and Midwifery Care Research Center, School of Nursing
and Midwifery, Isfahan University of Medical Sciences,
Isfahan, Iran.
E‑mail: kianpour@mail.mui.ac.ir
Submitted: 21‑Nov‑14; Accepted: 20‑Sep‑15
Access this article online
Quick Response Code:
Website:
www.ijnmrjournal.net
on the events and feel helpless, and are involved in
confusion and manifest signs such as depression, anxiety,
and posttraumatic stress disorder.[3] Modares et al. reported
the prevalence of stress disorder as 20%, while after a
traumatic delivery, it was 37.7%.[4] Post delivery anxiety
influences 5–20% of the mothers.[5] Eventually Postpartum
depression (with a variant prevalence of 5–40% in different
societies) accounts for 12.5% of the women’s hospital
admissions due to psychological problems.[6] Postpartum
depression is among the most important complications
of postpartum stress, which increases mothers’ and
infants’ vulnerability.[4] Stress can lead to anxiety which
is a mental reaction to a real or mentally made threat.
Lack of sleep, poor nutrition, high consumption of
This is an open access article distributed under the terms of the Creative
Commons Attribution‑NonCommercial‑ShareAlike 3.0 License, which allows
others to remix, tweak, and build upon the work non‑commercially, as long as the
author is credited and the new creations are licensed under the identical terms.
For reprints contact: reprints@medknow.com

How to cite: Kianpour M, Mansouri A, Mehrabi T, Asghari G. Effect

DOI: of lavender scent inhalation on prevention of stress, anxiety and
10.4103/1735-9066.178248
depression in the postpartum period. Iranian J Nursing Midwifery
Res 2016;21:197-201.

© 2016 Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research | Published by Wolters Kluwer - Medknow 197
Kianpour, et al.: The effect of the fragrances lavender on the prevention of stress, anxiety and depression in the postpartum period
caffeine, smoking, and physical diseases are among the
manifestations of anxiety.[7] Anxiety in mothers decreases
oxytocin secretion and milk production. A study in Japan
showed that postpartum anxiety and depression led to
lower self‑confidence and, consequently, decreased breast
feeding.[8] Although minor anxiety can somehow encourage
the individuals to take charge of their responsibility properly
or to learn how to modify their lifestyle and habits, severe
anxiety can be very disabling. Anxiety increasing as much
as a panic disorder can cause disability.[9] Postpartum
depression can have negative effects on mothers’ role
and, in some cases, impair maternal interest to infant and
family members. As birth is considered a pleasant event,
mothers’ mental suffering can be very confusing for the
family members. It also negatively affects their sexual desire
and, consequently, their marital relationship. Postpartum
depression is a major health problem that impairs healthy
mother–infant relationship.[10] If not treated, depression
gradually subsides normally 6 months after delivery, while a
longer period of time increases the number of complications
and their severity.[11] The first step in treatment of such
disorders is prevention. Recent studies show that treatment
interventions before and after delivery act very successfully
in reduction of risk among the women with severe
delivery‑related disorders.
Preventive treatments during delivery and immediately
after that include supportive psychotherapy, interpersonal
psychotherapy, and medication. Prophylactic medication
is recommended for high‑risk mothers immediately after
delivery.[12] Since use of psychotropic drugs by breast
feeding mothers causes problems such as severe drowsiness
and diminished response of mothers to the cries of infants
during sleep, changes in sexual function, fatigue, changes
in role, confusion, hypotension, tachycardia, etc., and also
due to their tranquilizing effect on the infant through the
milk they receive, these medications are limited during
breast feeding.[13] Research shows that one of the existing
treatments to reduce stress, anxiety, and depression is
aromatherapy.[14,15] Sahebalzamin et al. reported that
aromatherapy inhalation of lavender and rose essence
combination significantly decreased the level of anxiety
and depression among the students residing in hostels.[9]
A significant decrease in cortisol release from the adrenal
gland, a significant increase in secretion of serotonin from
the digestive system, and a significant reduction of anxiety
during delivery have been all reported after inhalation of
lavender in Mirzaei et al. ’s study.[16] Pemberton and Turpin
reported the effect of lavender and sage on the reduction of
stress resulting from working in ICU among the nurses.[17]
There are some studies on aromatherapy in postpartum
period, including Imura et al. in which mothers’ and infants’
physical and mental status improvement and facilitation of
Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research | March-April 2016 | Vol. 21 | Issue 2 198
mother–infant interaction have been reported.[18] Conrad
and Adams conducted a comparative study on the effects of
inhalation and massage aromatherapy using a combination
of lavender rose essentials and reported that both methods
significantly reduced depression and anxiety although
massage aromatherapy was more effective.[15] One of the
scented essential oils used in aromatherapy is lavender
oil. Its scientific name is Lavandula angustifolia from the
group of mints with the English name of lavender. Among
the effective ingredients is a combination of linalool and
linalyl acetate. Linalool acts as a tranquilizer by affecting
aminobutyric acid receptors in the central nervous
system.[19] Oil essence of this plant contains phenol aldehyde
or alcohol with the highest germicidal  effect.[20] With regard
to the high prevalence of stress, anxiety, and postpartum
depression and lack of adequate research on the effect of
inhalation aromatherapy on prevention of stress, anxiety,
and postpartum depression, the present study aimed to
investigate the effect of lavender on the prevention of stress,
anxiety, and postpartum depression in women.
Materials and Methods
This is a clinical trial (No. 392556) that was conducted
after obtaining permission from the ethics committee of
Isfahan and Lorestan universities of medical sciences. In
this study (2014), 171 women hospitalized in the midwifery
and gynecology ward of Charity Hospital of Asali in
Khorramabad, Iran were selected through convenient
sampling based on the inclusion criteria after delivery and
they were explained about Golkaran the goals of study
and asked to sign a written consent form. Inclusion criteria
were being literate, having Iranian nationality, a single
tone pregnancy, termination of pregnancy between 37
and 42 weeks of gestational age, birth of a healthy infant,
no postpartum complications such as acute hemorrhage
and infection, no maternal problems such as preeclampsia
during their current pregnancy, no congenital abnormality in
infants or not being hospitalized in ICU, no drugs or alcohol
consumption by the mother, mother not being affected by
known chronic or systemic diseases, no consumption of
anti‑depressant, anti‑anxiety, or anti‑stress medications
in their recent pregnancy, no history of asthma, allergy,
or dermatitis diagnosed by a physician, no history of
eczema and allergy to flowers and plants diagnosed by a
physician, and no disorder in olfactory sense. Exclusion
criterion was appearance of signs of allergy to lavender
essential in the subjects or their family members. Firstly,
the subjects’ background characteristics questionnaire
was filled. Then, the subjects were randomly assigned
to study (aromatherapy) and control (no aromatherapy)
groups by picking up the cards of the related groups.
Kianpour, et al.: The effect of the fragrances lavender on the prevention of stress, anxiety and depression in the postpartum period
One subject in the aromatherapy group in the first stage of
sampling and two subjects in the control group (one in the
first stage and the other in the second stage of sampling)
were left out of the study as they developed acute anxiety.
Also, 27 subjects were excluded in the first stage of sampling
as they were not willing to continue in the study. One
subject was excluded due to her claim that lavender was
unpleasant. Intervention in the study group consisted of
inhalation of lavender essential (prepared from the leaves
of lavender plant) manufactured by Golkaran company
(Kashan, Isfahan). Firstly, The mothers were trained
how to inhale the aroma, subsequently administered the
process once Under supervision of the researcher. In the
study group, the subjects took three drops of lavender
essential on their palms, rubbed them together three times
a day (with an 8 h interval), and continued the intervention
for 4 weeks after discharge from the hospital. The subjects
were followed up through phone calls to find out if they did
the intervention and had no allergy to the lavender essential.
The subjects in both groups filled the Edinburg stress,
anxiety, and depression scale and the 21‑item Depression,
Anxiety, and Stress Scale (DASS‑21) questionnaire 2 weeks,
1 month, and 3 months after intervention. During the
follow‑up period, the women receiving high scores of stress,
anxiety, and acute depression were excluded and referred
to a psychiatrist. Data collection tools were demographic
characteristics questionnaire and a checklist including
standard Edinburg test and DASS‑21. Edinburg standard
test includes 10 four‑option questions, each scored between
0 and 3. Based on Edinburg questionnaire, the subjects
with scores less than 13 were not depressed and those
with scores equal to or higher than 13 were counted as
depressed. Edinburg 10‑item standard questionnaire was
designed by Cocks et al. in 1978 and has been frequently
adopted for diagnosis of depression. Its sensitivity and
specificity and prediction value have been confirmed in
Iran.[6] DASS‑21 standard scale of depression, anxiety, and
stress is a self‑reporting 21‑item questionnaire that is capable
of evaluating depression, anxiety, and stress concurrently.
Each of the three subscales of depression, anxiety, and
stress contains seven questions. The subjects’ score in each
subscale is calculated by adding up all subscale scores. In
this questionnaire, the items are scored between 0 and 3.
DASS‑21 has been investigated in some studies; Among
them is a study of Honari and Vekraford (2005), which was
conducted with a large sample size in England (1794).[21]
In their study, Cronbach alpha values for the scale overall
and the three subscales of depression, anxiety, and stress
were reported as 0.93%, 0.88%, 0.82%, and 0.90%,
respectively.
Factor analysis also confirmed the subscales of depression,
anxiety, and stress (each with seven items). Validity and
Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research | March-April 2016 | Vol. 21 | Issue 2 199
reliability of DASS‑21 have been frequently investigated
and established. [22] The resultant data of study were
analayzed by SPSS19, ANOVA, Mann–Whitney, t-test, and
post hoc tests. P < 0.05 was considered significant.
Results
In the present study, 140 women who were hospitalized
in the maternity unit were studied after delivery. The
background characteristics of both groups have been
presented in Table 1 (there was no significant difference
in the background characteristics). Variance analysis
results showed a significant difference in depression
scores between the study and control groups at 2 weeks,
1 month, and 3 months after delivery (P < 0.0004).
Mean score of depression was lower in the study
group in different time points, compared to the control
group (P < 0.0001) [Table 2]. Variance analysis results
showed a significant difference in the mean scores of anxiety
between the study and control groups at 2 weeks, 1 month,
and 3 months after delivery (P < 0.0001).
Mean scores of anxiety were lower in the study group
in different time points, compared to the control
group (P < 0.0001) [Table 2]. Variance analysis results
showed a significant difference in the mean scores of
stress between the study and control groups at 2 weeks,
1 month, and 3 months after delivery (P < 0.0001).
It was less in the study group compared to control
group (P < 0.0001) [Table 2]. As observed in Table 3,
Chi‑square test showed a significant difference in the
level of depression in the two groups of study and control
at 2 weeks (P = 0.023), 1 month (P < 0.0001), and
3 months (P < 0.0001) after delivery.
Discussion
This study was conducted to investigate the effect
of lavender on the prevention of stress, anxiety, and
postpartum depression in women. The obtained results
showed that mean differences of stress, anxiety, and
postpartum depression scores and incidences of their
signs were significantly lower at the time point of 2 weeks
after delivery in the study group compared to the control
group. Mean differences in the scores of stress, anxiety,
and depression at time points of 1 month and 3 months
after delivery were significantly different in the study and
control groups; therefore, aromatherapy with lavender had
a positive effect on reducing their signs. Mean scores of
stress, anxiety, and postpartum depression had a higher
reduction in the study group compared to control at
2 months after the intervention, indicating the longevity
of lavender aromatherapy effect. Mean differences in
Kianpour, et al.: The effect of the fragrances lavender on the prevention of stress, anxiety and depression in the postpartum period
the scores of stress, anxiety, and postpartum depression through time in women after delivery. Therefore, although
were significantly different at 2 weeks, 1 month, and they normally decrease through time, this decrease was
3 months after delivery between the study and control higher with lavender aromatherapy, which prevents or
groups. Meanwhile, mean differences in the scores of reduces the complications resulting from stress, anxiety,
stress, anxiety, and postpartum depression were different and postpartum depression.
between the study and control groups at time points of
2 weeks, 1 month, and 3 months after delivery. So, the Our results are in line with Sahebalzamin et al., who
mean scores of stress and postpartum depression decreased reported a significant reduction of anxiety and depression
of the students residing in a hostel after lavender and
Table 1: Background characteristics of subjects in the study rose essential aromatherapy,[9] and Mirzaei et al., who
and control groups
reported a significant reduction in cortisol release from
Descriptive statistics Test Test Total P, t
the adrenal gland, an increase in serotonin secretion
No. (%) No. (%) No.(%)
from the digestive system, and reduction of anxiety level
Education
during delivery after aromatherapy with lavender.[16] Our
Under diploma 26 (44.1) 33 (55.9) 59 (100) P=0.599 obtained results are also consistent with the study results
t=1.873
Diploma 32 (55.2) 26 (44.8) 58 (100) of Imura et al. on the application of aromatherapy after
University education 12 (47.8) 11 (52.2) 23 (100) delivery, reporting an improvement in mothers’ and infants’
Delivery mode physical and psychological conditions as well as facilitation
Natural 29 (53.7) 25 (46.3) 54 (100) P=0.487 of maternal–infant interaction,[18] and Conrad and Adams
t=0.482 on the effect of inhalation and hand aromatherapies
Occupation with a combination of lavender and rose essentials, in
Homemaker 67 (50) 67 (50) 134(100) P=10.00 which hand massage aromatherapy was more effective.
Type of pregnancy
[15]
It should be noted that in all conducted researches,
Unwanted 8 (57.1) 6 (42.9) 14 (100) P=0.573 the goal was reduction of stress, anxiety, and diagnosed
t=0.317 depression, while the present study was conducted to
Child’s gender prevent these disorders and also investigate the longevity of
Unwanted 12 (46.2) 14 (53.8) 26 (100) P=0.664 aromatherapy, which had been ignored in previous studies.
t=0.189 The present study faced limitations such as studying the
Social satisfaction subjects immediately after delivery. Especially those who
None 4 (36.4) 7 (63.6) 11 (100) P=0.346 have underwent CS, were reluctant to fill the psychological
t=0.888 status questionnaire due to unappropriate physical and
Marital satisfaction psychological conditions. The questionnaires were not also
None 3 (37.5) 5 (62.5) 8 (100) P=0.466 completed before intervention. In order to overcome this
t=0.530
limitation and having two identical groups with regard to
Economic status satisfaction psychological conditions.
None 10 (55.6) 8 (44.4) 18 (100) P=0.614 • Conducting random sampling, meeting the inclusion
t=0.255
criteria, investigating any diagnosed incidence or history

Table 2: Comparison of mean and standard deviation (SD) of stress, anxiety, and depression scores between the two groups in
different time points
Time Group Stress Anxiety Depression
Mean (SD) P value* Mean (SD) P value, t Mean (SD) P value, t
Two weeks after intervention Study 5.31 (4.42) 0.012 2.19 (2.42) P=0.001 3.39 (2.78) P=0.003
t=−4.466 t=−3.587
Control 7.34 (5.16) 3.63 (3.88) 5.6 (4.37)
One month after intervention Study 4.10 (3.92) 0.001 1.27 (2.15) P=0.001 2.21 (2.4) P=0.001
t=26.274 t=−6.149
Control 7.59 (5.14) 4.46 (3.66) 5.73 (4.13)
Three months after intervention Study 3.81 (3.48) 0.001 1.23 (1.94) P=0.001 2.13 (2.44) P=0.001
t=−5.877 t=−5.287
Control 7.27 (5.11) 4.13 (3.43) 5.07 (3.97)
ANOVA significance level to investigate 0.001 0.001 0.001
the effect of time
ANOVA significance level to investigate 0.001 0.001 0.004
the effect of group
*Mann-Whitney test. SD: Standard deviation

Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research | March-April 2016 | Vol. 21 | Issue 2 200
Kianpour, et al.: The effect of the fragrances lavender on the prevention of stress, anxiety and depression in the postpartum period
Table 3: Comparison of frequency distribution of depression
between the two groups in different time points
Time Group No. (%)
Study Control
Two weeks Depressed 13 (18.6) 25 (35.7)
after intervention
One month Depressed 2 (2.9) 21 (30.0)
after intervention
Three months Depressed 3 (4.3) 17 (24.3)
after intervention
*Chi‑square
of mood and psychological disorders before entering the
study
• Although the subjects were randomly selected and
aromatherapy was conducted in two phases of “at
home” and “in hospital,” where the study and control
subjects could be hospitalized on the beds next to each
other and could distinguish the difference between
lavender essential from placebo making a bias in
the study, no intervention except routine care was
administered in the control group.
Conclusion
As inhalation of lavender can lead to prevention of stress,
anxiety, and postpartum depression, it can be used as a
complementary method to prevent these disorders.
Acknowledgment
This article was derived from a master thesis of akram mansuori
with project number 392556 Isfahan University of Medical
Sciences, Isfahan, Iran. We appreciate Clinical Research
Development Center of Charity Hospital Haji Karim Asli. We
greatly appreciate the authorities of Isfahan University of Medical
Sciences and the staff of Asali Charity Hospital, as well as all those
who helped us in this research (No. 392556).
Financial support and sponsorship
Isfahan University of Medical Sciences, 392556
Conflicts of interest
There are no conflicts of interest.
References
1. Moshki M, Baloochi Beydikhti T, Cheravi K. The relationship
of postpartum depression to health control beliefs and
demographic factors. Zanjan Univ Med Sci J 2014;22:74‑85.
2. Korja R, Savonlahti E, Haataja L, Lapinleimu H, Manninen H,
Piha J, et al. Attachment representations in mothers of preterm
infant. Infant Behav Dev 2009;32:305‑11.
3. Gambel G, Creedy D, Moyle W, Webster J, McAllister M,
Dickson P. Effectiveness of a counseling intervention after
a traumatic childbirth: A randomized controlled trial. Birth
Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research | March-April 2016 | Vol. 21 | Issue 2 201
2005;32:11‑9.
4. Abedini Z, Soltani N, Mokhber N, Esmaeili H. Study of
P value* posttraumatic stress disorder in women with preeclampsia in
differentiation of childbirth. IJOGI 2013;15:14‑20.
0.023
5. Azizi M, Lamyian M, Faghihzade S, Nematollahzade M. The
effect of counseling on anxiety after traumatic childbirth in
nulliparous women; a single blind randomized clinical trial.
0.001
JKUMS 2010;14:219‑27.
6. Khorramirad A, Lotfi MM, Bidgoli AS. Prevalence of postpartum
0.001 depression and related factors in Qom. PJ 2010;15:62‑6.
7. Craven RF, Hirnle CJ. Fundamentals of Nursing: Human Health
and Function. 5th ed.. Philadelphia: Lippincott, Wiliams and
Wilkins; 2007. p. 1349.
8. Nishioka E, Haruna M, Ota E, Matsuzaki M, Murayama R,
Yoshimura K, et al. A prospective study of the relationship
between breastfeeding and postpartum depressive symptoms
appearing at 1‑5 months after delivery. J Affect Disord
2011;133:553‑9.
9. Sahebalzamin M, Khanavi M, Alvi majd H, Mirkarimi S, Karimi M.
Effects of inhalation aromatherapy on female students’ anxiety
and depression settling in dormitory of Tehran University of
Medical Sciences. IAU-TMUJ 2010;20:175‑81.
10. Santos IS, Matijasevich A, Tavares BF, da Cruz Lima AC,
Riegel RE, Lopes BC. Comparing validity of Edinburgh scale
and SRQ20 in screening for post‑partum depression. Clin Pract
Epidemiol Ment Health 2007;3:18.
11. Cunningham G, Kenneth J, Leveno S, Bloom J. Williams
Obstetrics. Vol 3. New York: McGraw Hill Populations; 2010.
p.1491.
12. Steiner M, Youngers K. Depression in women translated.
1st ed. Isfahan: Jahad Daneshgahi Publication; 2004. p. 51
13. Alavi Majd H, Sadr S, Taghizade S, Nahidi F. Effects of Omega‑3
fatty acids on postpartum depression. IJOGI 2012;14:24‑31.
14. Tiran D, Mack S. Complementary Therapies for Pregnancy and
Childbirth. 1st ed. Kangash Publication; 2000. p. 176.
15. Conrad P, Adams C. The effects of clinical aromatherapy for
anxiety and depression in the high risk postpartum women ‑ a
pilot study. Complement Ther Clin Pract 2012;18:164‑8.
16. Mirzaei F, Keshtgar S, Kaviani M, Rajaeifard A. The effect
of lavender essence smelling during labor on cortisol and
serotonin plasma levels and anxiety reduction in Nulliparous
women. JKMU 2009;16:245‑54.
17. Pemberton E, Turpin PG. The effect of essential oils on
work‑related stress in intensive care unit nurses. Holist Nurs
Pract 2008;22:97‑102.
18. Imura M, Misao H, Ushijima H. The psychological effects
of aromatherapy‑massage in healthy postpartum mothers.
J Midwifery Womens Health 2006;51:e21‑7.
19. Perry R, Terry R, Watson LK, Ernst E. Is lavender an anxiolytic
drug? A systematic review of randomised clinical trials.
Phytomedicine 2012;19:825‑35.
20. Vakilian K, Atarha M, Bekhradi R, Ghebleh F, Hatami Z, Ceraj A.
The effect of lavender in care of postpartum episiotomy
wounds. J Shahrekord Univ Med Sci 2008;10:63‑9.
21. Henry J, Crawford JR. The short-form version of the Depression
Anxiety stress scales (DASS-21). The British Journal of clinical
psychology 2005;44:227-39.
22. Asghari Moghaddam M, Saed F, Dibajnia P, Zangeneh J.
A preliminary validation of the depression, anxiety and stress
scales (DASS) in non‑clinical sample. cpap 2008;1:23‑38.