Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Pijit Oksitosin Dalam Peningkatan Produksi ASI

Elfira Sri Futriani, Chusnul Chotimah


STIKes Abdi Nusantara Jakarta

ABSTRAK

Rendahnya cakupan ASI eksklusif dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu, faktor sosial budaya,
kurangnya informasi tentang ASI eksklusif dan konseling laktasi dari tenaga kesehatan serta kuatnya promosi susu
formula (Ambarwati, Muis, & Susantini, 2013). Kegagalan Ibu dalam memberikan ASI Eksklusif, akan berdampak
pada angka kesakitan bayi yang semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan pemberian makan pada bayi yang
terlalu dini. (Juanita, 2013). Oleh karena itu diperlukan tindakan untuk meningkatkan produksi ASI untuk
keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif. Salah satu tindakan yang bisa dilakukan adalah pijat Oksitosin. Pijatan ini
berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu menyusui, sehingga
ASI pun otomatis keluar (Rahayu, Yunitasari, & Santoso, 2015). Tujuan penelitian ini membuktikan pijat oksitosin
dalam meningkatkan kenyamanan dan produksi ASI.
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre-post test design with
control group. Sampling yang digunakan adalah consecutive sampling, sebanyak 18 Responden, dibagi 2 kelompok.
Kenyamanan diukur dengan GCQ (General Comfort Questionarre), Produksi ASI diukur dengan Weighing Test.
Data diukur sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, kemudian dianalisis dengan ANOVA dengan α ≤ 0,05.
Hasil analisis untuk kenyamanan didapatkan nilai p=0,035 yang berarti ada perbedaan kenyamanan yang
signifikan antara pijat Oksitosin dan Kelompok kontrol. Hasil pengukuran produksi ASI didapatkan nilai p=0,013
yang berarti ada perbedaan produksi ASI yang signifikan antara pijat oksitosin dan Kelompok kontrol.
Pijat oksitosin dapat meningkatkan kenyamanan dan produksi ASI pada ibu postpartum. Untuk itu perlu
digunakan sebagai intervensi alternatif dalam melakukan perawatan pada ibu postpartum terutama terkait masalah
laktasi, dan perawat perlu mengajarkan teknik pijat oksitosin ini kepada pasien dan keluarga, supaya keluarga lebih
berperan serta dalam mendukung program ASI Eksklusif.

Kata Kunci: Pijat Oksitosin, Kenyamanan, ASI.

PENDAHULUAN bayi, pengaruh sosial yang permisif terhadap


Rendahnya praktik pemberian ASI
pemberian susu formula atau penghentian
eksklusif disebabkan karena kurangnya
menyusui, praktik komersil dari pabrik susu
pengetahuan ibu, faktor sosial budaya,
formula, pengenalan dini makanan
kurangnya informasi tentang ASI eksklusif
pengganti ASI, pengetahuan yang kurang
dan konseling laktasi dari tenaga kesehatan
tentang menyusui pada ibu dan petugas
serta kuatnya promosi susu formula di
kesehatan, kecemasan dan stres ibu, kurang
dalam sarana pelayanan kesehatan
percaya diri pada ibu untuk menyusui, berat
modern/swasta (Ambarwati et al., 2013).
badan bayi yang kurang, ibu malnutrisi,
Beberapa penyebab kegagalan menyusui
multi atau primipara, kontrasepsi hormonal
juga telah diidentifikasi dari beberapa
dan temperamen bayi (Juanita, 2016).
penelitian, yaitu kurangnya dukungan sosial,
Ketidakcukupan produksi ASI adalah alasan
kontak yang kurang intensif antara ibu dan
utama ibu untuk penghentian pemberian

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019


ASI, karena ibu merasa dirinya tidak
mempunyai kecukupan produksi ASI untuk METODE
memenuhi kebutuhan bayi dan mendukung Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kenaikan berat badan bayi (Rahayu et al., quasi eksperimen dengan rancangan yang

2015). digunakan adalah pre-post test design with


control group. Rancangan ini berupaya untuk
Rendahnya pemberian ASI eksklusif
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
disebabkan karena ibu belum memahami
cara melibatkan kelompok kontrol dan
manfaat ASI bagi kesehatan anak. Dukungan
kelompok ekperimental. Dalam rancangan ini
Keluarga mempengaruhi keberhasilan ASI
intervensi pijat oksitosin dilakukan pada
eksklusif selama enam bulan. Keputusan ibu kelompok intervensi ke 1 (Kelompok A) dan
untuk menyusui dipengaruhi pengetahuan pada Kelompok B (Kelompok Kontrol) tidak
anggota keluarga tentang manfaat menyusui, dilakukan tindakan. Populasi dalam penelitian
serta konsultan laktasi (Rahayu & Yunarsih, ini adalah Ibu postpartum primipara di RSUD
2017). Tidak adanya peningkatan jumlah ibu Kabupaten Kediri. Penelitian ini dilakukan pada
yang berhasil menyusui, akan berdampak bulan Januari – April 2018.

pada tanggung jawab petugas kesehatan dan Teknik pengambilan sampel pada

unit komunitas lokal terhadap angka penelitian ini menggunakan nonprobability

kesakitan bayi yang semakin meningkat. Hal sampling yaitu Consecutive sampling yang

tersebut berkaitan dengan pemberian makan merupakan teknik pengambilan sampel

pada bayi terlalu dini, di mana hal ini dengan mengambil semua subjek yang ada

memegang peranan penting dalam insiden dan memenuhi kriteria yang sesuai dengan

penyakit pada bayi. Hal tersebut juga penelitian dalam kurun waktu tertentu

nantinya akan berdampak pada peningkatan hingga jumlah subjek yang diperlukan

anggaran nasional pada pembiayaan terpenuhi. Jumlah sampel minimal yang

kesehatan (Juanita, 2013).Sekitar 80% akan diambil untuk penelitian ini sebanyak 9

sampai 90% produksi ASI ditentukan oleh ibu post partum untuk kelompok Intervensi

keadaan emosi ibu yang berkaitan dengan dan 9 ibu postppartum untuk kelompok

refleks oksitosin ibu berupa pikiran, kontrolyang memenuhi kriteria inklusi.

perasaan dan sensasi. Apabila hal tersebut Instrumen yang digunakan dalam

meningkat akan memperlancar prosuksi penelitian ini adalah Panduan pelaksanaan

ASI (Ramadani & Hadi, 2009). Pijat Oksitosin dengan modul yang dibuat

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019


oleh peneliti sesuai dengan pedoman kali sebelum dan sesudah disusui tanpa
pelaksanaan Pijat Oksitosin. Untuk variabel mengganti baju ataupun diapers. Perbedaan
Kenyamanandiukur menggunakan kuisioner berat badan bayi (dalam gram)
General Comfort Questionarre (GCQ) yang dipertimbangkan sebagai perkiraan volume
berisi 48 pertanyaan dengan pilihan air susu yang dikonsumsi (dalam mililiter).
jawaban berupa angka 1, 2, 3,4. GCQ Tes ini biasa digunakan peneliti untuk
dibuat oleh Kolcaba. Kategori penilaiannya mengukur intake susu pada bayi yang
yaitu secara interval mulai skor 48 – skor disusui ibunya maupun yang menggunakan
192). Untuk validasi quisioner digunakan susu formula. Pada praktik klinis, prosedur
juga lembar verbal rating scale dari kolcaba ini digunakan untuk mengevaluasi
yang meliputi pernyataan dari responden keadekuatan intake ASI pada bayi yang
tentang kenyamanan yang mereka rasakan. menunjukkan tanda-tanda pertumbbuhan
Penilaian ini menggunakan skor 1-10, yang terhambat (Scanlon, Serdula, Davis &
semakin tinggi nilai diartikan bahwa pasien Bowman, 2002).
memiliki tingkat kenyamanan paling tinggi. Analisa data yang digunakan adalah
Penilaian terhadap produksi ASI dapat dengan uji statistik parametrik Analysis of

menggunakan beberapa kriteria sebagai Variance (ANOVA). Pengambilan keputusan


hasil analisis dengan cara membandingkan nilai
acuan untuk mengetahui peningkatan
signifikansi (p) dengan nilai α, jika p ≥ α, maka
produksi ASI. Untuk mengetahui perkiraan
Ho diterima, jika p < α Ho ditolak. Agustus
ASI yang keluar, menggunakan weighing
2019.
test. Pada metode ini, bayi ditimbang setiap

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi frekuensi peningkatan Comfort pada Responden


No Kelompok Jumlah Rata- Standar Nilai
Responden rata Deviasi Signifikansi
1 Kontrol 9 0,44 9,44
p =0,035
2 Pijat Oksitosin 9 7,22 7,32

Pengukuran kenyamanan yang diberikan tindakan pijat oksitosin


dilakukan kepada responden sebelum menggunakan skala interval didapatkan

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019


peningkatan kenyamanan pada responden. produksi ASI juga akan menurun (Suradi,
Pada beberapa responden mengalami 2004). Penurunan produksi ASI ini
penurunan kenyamanan karena ibu dikarenakan penurunan hormon oksitosin
mengalami puting lecet dan ibu mengatakan yang fungsinya untuk meningkatkan
setiap kali menyusui merasakan sakit pada kontraktilitas kelenjar payudara untuk
putingnya, hal ini menimbulkan penurunan pengeluaran ASI. Hormon oksitosin juga
kenyamanan pada ibu. merupakan hormon yang bisa dipicu
Puting lecet merupakan salah satu keluarnya ketika ibu merasa nyaman.
faktor yang bisa menurunkan kenyamanan Dari hasil uji statistik dengan uji
pada ibu menyusui yang secara tidak statistik parametrik Analysis of Variance
langsung bisa menurunkanproduksi ASI. Ibu (ANOVA) didapatkan ada perbedaan antara
menyusui sering berhenti menyusui karena kelompok pijat oksitosin dan kelompok
faktor ketidaknyamanan yang ibu rasakan. yang tidak dilakukan perlakuan dengan nilai
Rangsangan isapan bayi otomatis berkurang p = 0,035 (p < 0.05) yang berarti ada
karena ibu berhenti menyusui sehingga perbedaan yang signifikan antara kelompok.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategori Peningkatan Kenyamanan Pada Responden


Kategori Kelompok % Kelompok Pijat %
Kenyamanan Kontrol Oksitosin
Naik 5 56% 8 89%
Turun 3 33% 0 0%
Tetap 1 11% 1 11%

Total 9 100% 9 100%

Berdasarkan tabel 1 dan 2 didapakan meningkat derajat kenyamanannya.


hasil uji statistik dengan Analysis of Pijat oksitosin adalah pemijatan yang
Variance (ANOVA) didapatkan ada dilakukan pada sepanjang tulang belakang
perbedaan yang signifikan antara kelompok (vertebrae) sampai tulang costae kelima -
pijat oksitosin dan kelompok kontrol, keenam dan merupakan upaya untuk
dimana pada kelompok yang dilakukan pijat meningkatkan produksi hormon prolaktin
oksitosin didapatkan 89% responden yang dan oksitosin setelah proses persalinan yang

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019


bertujuan untuk meningkatkan produksi ASI puas, dan bayi akan menangis ketika disusui.
(Rahayu et al., 2015). Tindakan Pijat Ketidakpuasan ini akan menyebabkan
Oksitosin ini mampu meningkatkan pemicu stress dan ketidaknyamanan bagi ibu
produksi hormon oksitosin yang mana dapat dan akan semakin menurunkan produksi
meningkatkan kenyamanan pada Ibu hormon oksitosin. Bayi yang haus dan tidak
menyusui. Selain itu produksi hormon puas menyusu ini berusaha untuk
oksitosin juga mampu meningkatkan mendapatkan ASI yang cukup dengan cara
kontraksi mioepitel kelenjar mamae sehingga menambah kuat hisapannya sehingga bisa
pengeluaran ASI semakin banyak dan menimbulkan lecet pada puting yang bisa
lancar. Bila ibu menyusui mengalami stress menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu.
atau ketidaknyamanan, maka akan terjadi Hal ini juga akan menambah stress dan
hambatan dari refleks let down sehingga ketidaknyamanan pada ibu sehingga akan
akan menurunkan produksi ASI. Hal ini terbentuk lingkaran setan (circulus vitiosus)
dikarenakan karena ada pelepasan hormon dengan akibat kegagalan dalam menyusui
adrenalin yang menyebabkan vasokonstriksi (Machfuddin, 2004).
dari pembuluh darah alveoli, sehingga Untuk memutus lingkaran setan
oksitosin yang mampu mencapai target inilah, peneliti berupaya untuk
organ mioepitelium kelenjar mammae hanya meningkatkan kenyamanan pada ibu
sedikit. Selain itu akan terjadi juga menyusui dengan melakukan tindakan pijat
pengeluaran hormon noradrenalin pada oksitosin dimana tujuannya adalah untuk
sistem syaraf pusat sehingga sesuai dengan meningkatkan produksi hormon oksitosin
mekanisme kerja kedua substansi kimia ini dan meningkatkan kenyamanan ibu
akan menyebabkan terhambatnya milk menyusui. Hormon oksitosin ini mampu
ejection reflex dan akhirnya produksi ASI untuk meningkatkan kontraksi pada
akan menurun (Riordan & Auerbach, 2010). mioepitel kelenjar mammae dan akan
Refleks let down yang tidak sempurna meningkatkan kelancaran ASI.
akan berakibat bayi yang haus menjadi tidak

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019


Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perbedaan Produksi ASI pada Kelompok Responden

No Kelompok Jumlah Rata-rata Standar Nilai Signifikansi


Responden milk intake Deviasi
1 Kontrol 9 27,22 18,21
2 Pijat Oksitosin 9 34,44 15,50 p=0,013

Berdasarkan tabel 3 didapatkan pengeluaran hormon oksitosin yang dapat


bahwa milk intake pada Responden yang meningkatkan kontraksi mioepitel kelenjar
dilakukan Pijat Oksitosin didapatkan lebih pada payudara sehingga akan semakin
tinggi dibandingkan kelompok yang tidak memperlancar pengeluaran ASI.
dilakukan perlakuan yaitu pada kelompok Berdasarkan tabel 4 didapatkan
Pijat Oksitosin didapatkan rata-rata Milk bahwa milk intake pada Responden yang
Intake sebesar 34,44 ml, sedangkan pada dilakukan Pijat Oksitosin didapatkan lebih
kelompok kontrol sebesar 27,22 ml. tinggi dibandingkan kelompok yang tidak
Perbedaan milk intake pada kelompok yang dilakukan perlakuan yaitu pada kelompok
dilakukan pijat oksitosin cukup signifikan Pijat Oksitosin didapatkan rata-rata Milk
dibandingkan kelompok kontrol. Pada Intake sebesar 34,44 ml, sedangkan pada
responden yang dilakukan Pijat oksitosin, kelompok kontrol sebesar 27,22 ml. Pada
proses menyusui akan lebih lebih efektif penelitian ini untuk mengukuran Produksi
karena dengan melakukan pemijatan pada ASI dengan cara Weighing Test dimana
sepanjangdaerah tulang belakang (vertebrae) dengan cara penimbangan berat bayi
sampai tulang costae kelima-keenam akan sebelum dan sesudah menyusui. Pengukuran
membuat ibu merasa rileks dan nyaman akurat dari durasi menyusui secara eksklusif
serta dapat merangsang produksi hormon selama 6 bulan merupakan hal yang rumit
prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan, dilakukan karena dipengaruhi oleh berbagai
sehingga produksi ASI akan semakin lancar macam faktor (Greiner, 2014). Dari hasil
dan banyak (Wijayanti & Setiyaningsih, penelitian setelah dilakukan pijat oksitosin
2017). Pada responden yang dilakukan pijat didapatkan milk intake yang lebih banyak
oksitosin didapatkan tingkat dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini
kenyamanannya semakin meningkat dan dikarenakan pijat oksitosin mampu
produksi ASI yang keluar semakin banyak. meningkatkan hormon oksitosin dan
Pijat Oksitosin terbukti meningkatkan kenyamanan Ibu sehingga bisa

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019


meningkatkan reflek let down. pada ibu menyusui.
Manfaat pijat oksitosin adalah
membantu ibu secara psikologis, KESIMPULAN DAN SARAN
menenangkan, tidak stress; membangkitkan
Pijat Oksitosin mampu meningkatkan
rasa percaya diri; membantu ibu agar
Kenyamanan dan Produksi ASI ibu
mempunyai pikiran dan perasaan baik
Postpartum. Peningkatan produksi ASI ini
tentang bayinya, meningkatkan produksi
disebabkan karena peningkatan kenyamanan
ASI; memperlancar ASI; melepas lelah,
pada ibu yang secara otomatis akan
ekonomis serta praktis (Wijayanti &
merangsang keluarnya hormon oksitosin ini.
Setiyaningsih, 2017). Oksitosin dapat
Dan efek dari hormon oksitosin ini
meningkatkan durasi menyusui dan produksi
merangsang pengeluaran ASI pada ibu
ASI, kita dapat ketahui bahwa peningkatan
menyusui.
kadar hormon oksitosin sangat diperlukan
untuk keberhasilan ASI Eksklusif.(Odent,
2013). DAFTAR PUSTAKA
Pijat oksitosin efektif dapat Abdurachman, 2005. Pengaruh Laser pada
meningkatkan Kenyamanan dan produksi Titik Pishu terhadap Jumlah dan
Fungsi sel β Pancreas Tikus Putih
ASI karena dengan melakukan pemijatan Galur Wistar yang Telah Diinjeksi
sepanjang daerah tulang belakang Streptozotocin. Disertasi. Universitas
(vertebrae) sampai tulang costae kelima- Airlangga Surabaya.
Adikara, RTS, 2008. Pengobatan Akupresur
keenam akan membuat ibu merasa rileks
untuk Kesehatan. DPP Asosiasi
dan nyaman merangsang hormon prolaktin Chiropractor dan Akupresur Seluruh
dan oksitosin setelah melahirkan (Wijayanti Indonesia
Anamed, 2013. Insufisient lactation. Ana-
& Setiyaningsih, 2017). Pada ibu yang
med acupuncture. Diakses di website
dilakukan pijat oksitosin terbukti bisa terjadi www.ana-med.co.nz
peningkatan produksi ASI. Peningkatan Ambarwati, R., Muis, S. F., & Susantini, P.
produksi ASI ini disebabkan karena (2013). Pengaruh konseling laktasi
intensif terhadap pemberian air susu
peningkatan kenyamanan pada ibu yang ibu ( ASI ) eksklusif sampai 3
secara otomatis akan merangsang keluarnya bulan, 2(1), 16–23.
hormon oksitosin ini. Dan efek dari hormon Artika, P. (2006). Pengaruh akupresur pada
titik pericardium 6 terhadap
oksitosin ini merangsang pengeluaran ASI
penurunan frekuensi muntah pada

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019


primigravida trimester pertama hypothesis. Medical Hypotheses,
dengan emesis gravidarum. Skripsi: 81(5), 889–891.
Universitas Brawijaya Malang. https://doi.org/10.1016/j.mehy.20
Fakultas Kedokteran Program Studi 13.07.044
Ilmu Keperawatan. Rahayu, D., & Yunarsih. (2017). FAKTOR
Biancuzzo, M. (2003). Breastfeeding the PREDISPOSISI YANG
newborn: Clinical strategies for MEMPENGARUHI
nurses. St. Louis: Mosby. KEBERHASILAN PEMBERIAN
Binns, C., Scott, J (2002). Breastfeeding: ASI EKSKLUSIF
Reason for starting, reason for BERDASARKAN TEORI
stoppingand problems along the way, MATERNAL ROLE ATTAINMENT
Breastfeeding Review, Volume 10, RAMONA T MERCER. Jurnal
No 2, pp 13-19. Ilmu Kesehatan, 6(1), 48–55.
Greiner, T. (2014). Exclusive breast Rahayu, D., Yunitasari, E., & Santoso, B.
feeding : measurement and (2015). PRODUKSI ASI IBU
indicators, 9(1), 1–6. DENGAN INTERVENSI
https://doi.org/10.1186/1746- 4358- ACUPRESURE POINT FOR
9-18 LACTATION DAN PIJAT
Juanita, F. (2013). RELAKSASI OKSITOSIN. Jurnal Ners, 10(1), 9–
AUTOGENIC TRAINING UNTUK 19.
MEMBANTU KEBERHASILAN Ramadani, M., & Hadi, E. N. (2009).
MASA AWAL LAKTASI PADA Dukungan Suami dalam Pemberian
IBU POSTPARTUM. Jurnal Ners, ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
8(2), 283–294. Puskesmas Air Tawar Kota Padang ,
Juanita, F. (2016). PENINGKATAN Sumatera Barat, 16424, 1–6.
DURASI PEMBERIAN ASI PADA Riordan J & Aurbach, K. G (2010).
IBU POST PARTUM MELALUI Breastfeeding and Human Lactation.
RELAKSASI AUTOGENIC London: Jones an barlett Publishers
TRAINING. Jurnal Keperawatan International
Indonesia,19(1), 24–32. Wijayanti, T., & Setiyaningsih, A. (2017).
Kolcaba (2011). Comfort Theory Kolcba. PERBEDAAN METODE PIJAT
http.currentnursing.com. Diakses OKSITOSIN DAN BREAST CARE
pada tanggal 26 September 2017. DALAM MENINGKATKAN
Machfuddin, E, (2004). Refrat Patofisiologi PRODUKSI ASI PADA IBU POST
Pembentukan ASI. Palembang: PARTUM. Jurnal Komunikasi
Departemen Obstetri dan Ginekologi Kesehatan, VIII(2), 1–12.
Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Odent, M. R. (2013). Synthetic oxytocin and
breastfeeding : Reasons for testing an

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai