Anda di halaman 1dari 36

REFLECTIVE LEARNING

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.L UMUR 38 TAHUN AKSEPTOR


BARU KB MOW/TUBEKTOMI DI RS PKU MUHAMMADIYAH
TEMANGGUNG

Disusun oleh:
Aulia Putri (161212030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Reflective Learning yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. L Umur 38 Tahun Akseptor Baru Kb
Mow/Tubektomi Di Rs PKU Muhammadiyah Temanggung” ini dengan baik
tanpa hambatan.
Dengan selesainya makalah ini disusun, penulis mengucapkan terimakasih
kepada yang terhormat dosen pembimbing serta kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Walaupun makalah ini telah selesai,
namun karena keterbatasan kemampuan dan literatur yang kami miliki, sehingga
makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga besar harapan penulis untuk
menerima saran dan kritik yang bersifat konstruktif.
Penulis mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan ilmu pengetahuan khususnya.

Ungaran, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Tujuan .....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................4


BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN ...............................................................................23
BAB V PENUTUP ..........................................................................................30
A. Kesimpulan............................................................................................30

B. Saran ....................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi pemberian
KIE, konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontrasepsi,
pemasangan atau pencabutan, dan penanganan efek samping atau komplikasi
dalam upaya mencegah kehamilan. Pelayanan kontrasepsi yang diberikan
meliputi kondom, pil, suntik, pemasangan atau pencabutan implan,
pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim, pelayanan
tubektomi, dan pelayanan vasektomi (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
KB Pasca persalinan (KBPP) adalah upaya pencegahan kehamilan dengan
menggunakan metode/alat/obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai
dengan 42 hari/6 minggu setelah melahirkan. Beberapa studi menunjukkan
pelayanan KB (termasuk KBPP) yang efektif dapat mengurangi kematian ibu
dengan cara mengurangi kehamilan dan mengurangi kelahiran risiko tinggi.
Salah satu faktor memberikan dampak pada peningkatan Angka Kematian Ibu
adalah risiko 4 Terlalu (Terlalu muda melahirkan di bawah usia 21 tahun,
Terlalu tua melahirkan di atas 35 tahun, Terlalu dekat jarak kelahiran kurang
dari 3 tahun dan Terlalu banyak jumlah anak lebih dari 2 (dua). Persentase ibu
meninggal yang melahirkan berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun
adalah 33% dari seluruh kematian ibu, sehingga apabila program KB dapat
dilaksanakan dengan baik lagi, kemungkinan 33% kematian ibu dapat dicegah
melalui pemakaian kontrasepsi (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Jumlah peserta KB di Indonesia pada tahun2014 sebanyak
35.202.908 (74,87%), metode kontrasepsi nonMKJP (Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang)lebih banyak penggunanya yaitu sebesar 84,74%,
sedangkanyang menggunakanMKJP hanya sebesar 15,26%. Denganpresentase
penggunaanalat kontrasepsi IUD (11,07%), MOW (3,52%), MOP (0,69%),
kondom (3,15%), implant (10,46%), pil (23,58%), dan injeksi.
Pelayanan safari keluarga berencana adalah pelayanan KB bagi kelompok
masyarakat miskin dan kurang mampu, meliputi pelayanan kontrasepsi
(implant alat kontrasepsi, suntik, kondom, pil, MOWdan MOP), yang meliputi

1
penanganan penggunaan alat kontrasepsi komplikasi, kegagalan dan efek
samping (Yunida., dkk, 2022).
Kontrasepsi mantap merupakan satu metode kontrasepsi yang dilakukan
dengan cara mengikat atau memotong saluran telur tuba falopi (pada
perempuan) disebut MOW/tubektomi atau saluran sperma vas deferens (pada
laki-laki). Kontap pria disebut MOP/vasektomi (Biran Affandi, 2012 ).
Keuntungan MOW antara lain, perlindungan terhadap terjadinya kehamilan
sangat tinggi, tidak mengganggu kehidupan suami istri, tidak mempengaruhi
kehidupan suami istri, tidak mempengaruhi ASI, lebih aman (keluhan lebih
sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat
kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis (BKKBN, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi MOW
antara lain umur, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan (Hartanto, 2004). Ada
beberapa faktor lain yang mempengaruhi dalam memilih metode kontrasepsi
di antara lain, kunjungan berkala ke klinik, peran bertugas, frekuensi tindakan
yang dibutuhkan, kerjasama pasangan, privasi, frekuensi hubungan seksual,
biaya.
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana
pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
masyarakat, termasuk keluarga berencana. Pelayanan kesehatan dalam
keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan
usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas.
Pasangan Usia Subur bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-
tempat yang melayani program KB (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Berdasarkan uraian diatas terdapat ibu yang datang ke RSUD Tidar Kota
Magelang ingin menghentikan kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
mantap dengan MOW dalam program safari KB bersama BKKBN dan RSUD
Tidar Magelang. Sehingga penulis tertarik mengambil kasus kontrasepsi KB
MOW/Tubektomi.

2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan keluarga
berencana dengan KB MOW/Tubektomi secara tepat dengan menerapkan
asuhan kebidanan dan dapat memperoleh pengalaman nyata dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan di RS PKU Muhammadiyah Temanggung..
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
pada klien dengan KB MOW di RS PKU Muhammadiyah
Temanggung.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa yang tepat di RS PKU
Muhammadiyah Temanggung.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan kebutuhan
segera di RS PKU Muhammadiyah Temanggung.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara efektif,
efisien dan aman di RS PKU Muhammadiyah Temanggung.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kontrasepsi KB
1. Pengertian
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri telah menentukan jumlah anak dalam
keluarganya (Suratun, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan umum untuk 5 tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang
kokoh bagi pelaksana program KB dimasa yang datang untuk mencapai
keluarga KB berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan khusus program KB adalah meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk indonesia, terciptanya penduduk yang berkualitas,
sumber daya manusia yang bermut dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga.
3. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung
adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kotrasepsi secara berkelanjutan dan
sasaran tidak langsung pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas
dan keluarga sejahtera (Setiyaningrum,2015).

4
B. Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)/Tubektomi
1. Pengertian
Tubektomi atau kontap wanita ialah suatu kontrasepsi permanen
untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat dan atau
memotong pada kedua saluran tuba (Suratun ,dkk,2018).
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita
yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.
Jenis kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan penyumbatan
pada saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong
ataupun dibakar (Proverawati, 2010).
Metode operasi wanita  merupakan salah satu cara kontrasepsi
diikuti dengan tindakan pembedahan pada saluran telur wanita. Tubektomi
merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan
penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan
keturunan dalam jangka panjang sampai seumurhidup. Tubektomi ialah
tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi wanita yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan
kehamilan lagi. Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang
hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh
memiliki anak (karena alasan kesehatan), proses ini dapat dilakukan kapan
saja termasuk setelah menjalani proses persalinan normal maupun caesar
(Jalilah dan Prapitasari, 2020).
Diagnoga kebidanan dalam KB MOW adalah diagnosa yang
ditegakkan dalam praktek kebidanan dari hasil pemeriksaan data subjektif
dan data objektif (Ramos, J. N., 2017).
2. Indikasi
MOW Menurut (Matahari,. Utami dan Sugiharti, 2019), indikasi dapat
dibagi lima macam, yaitu :
a. Indikasi medis adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit
jantung, ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Penyakit gangguan

5
pernafasan, diabetus melitus, hipertensi, maligna, anemia gravis,
tumor ginekologik.
b. Indikasi obstetric
Menurut Maryunani (2016) adalah keadaan dimana resiko kehamilan
berikutnya meningkat.
c. Indikasi genetik adalah penyakit herediter yang membahayakan
keselamatan dan kesehatan anak seperti Tayschs disease.
d. Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan
kesuburan artinya pasangan tersebut tidak menginginkan kelahiran
anak lagi.
e. Indikasi ekonomi adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi
karena merasa beban ekonomi keluarga.
f. Indikasi mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan
umur ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami
istri. Sebagai contoh, umur ibu 30 tahun dengan 4 anak hidup, hasil
perkalian adalah 120.
g. Indikasi mengikuti rumus 100 yaitu Umur ibu 25 tahun ke atas dengan
jumlah anak hidup 4 orang Umur ibu 30 tahun ke atas dengan jumlah
anak hidup 3 orang Umur ibu 35 tahun ke atas dengan jumlah anak
hidup 2 orang ( Sofian, 2014) .
3. Keuntungan
Keuntungan Tubektomi Menurut (Hutomo., dkk, 2022),tubektomi
memberikan keuntungan non kontrasepsi yaitu :
a. Penggunaan sangat efektif, yaitu 0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan
b. Tidak mempengaruhi terhadap proses menyusui (breastfeeding).
c. Tidak tergantung pada faktor senggama
d. Baik bagi klien bila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang
serius.
e. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi local
f. Tidak ada efek samping dalam jangka waktu yang panjang
g. Tidak ada perubahan organ dalam

6
4. Keterbatasan
Tubektomi Menurut (Firmansya., dkk, 2022), metode tubektomi ini
juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yang harus diperhatikan yaitu :
a. Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali).
b. Klien dapat menyesal di kemudian hari.
c. Resiko komplikasi kecil namun dapat meningkat apabila
menggunakan anestesi setelah tindakan atau ketidaknyamanan muncul
dalam waktu pendek setelah tindakan.
d. Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis ginekologi untuk
proses laparoskopi.
e. Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS karena
menyebabkan penyakit radang pelvis dan peningkatan risiko
perdarahan sehingga memudahkan transmisi HIV (Richard, et al
1997) dalam (Nursalam & Kurniawati, 2017).
f. Tunda dilakukan tubektomi jika menderita tekanan darah tinggi,
stroke, kencing manis (DM), penyakit jantung, dan paru-paru
(Maryam., dkk, 2021).
5. Syarat-syarat penggunaan KB MOW
Beberapa syarat menurut (Wahyuni dan Rohmawati, 2022), hal yang
perlu diperhatikan ketika akan menggunakan kontrasepsi mantap
tubektomi ini yaitu :
a. Usia lebih dari 26 tahun
b. Jumlah anak (paritas) minimal adalah 2 dengan umur anak terkecil
lebih dari 2 tahun.
c. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
keinginannya dan pasangan
d. Bahagia terika perkawinan yang sah dan harmonis serta sudah
mempunyai anak sesuai keinginan
e. Pasca persalinan dan atau pasca keguguran.

7
f. Paham dan secara suka rela setuju dengan prosedur pelaksanaan.
Sesuai dengan keinginan ibu tanpa ada paksaan dari siapapun.
Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum
pelaksanaan prosedur ini, serta informed concent form harus
ditandatangani oleh klien sebelum prosedur dilaksanakan.
6. Komplikasi dan penanganan MOW
Dalam buku (Hutomo., dkk, 2022), Komplikasi dan penanganan
MOW bisa dilakukan sebagai berikut :
a. Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic bila
terdapat abses lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi
b. Demam pasca operasi Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.
c. Luka pada kandung kemih,intestinal Mengacu ke tingkat asuhan yang
tepat, apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu
operasi, lakukan reparasi primer, apabila ditemukan pasca operasi
dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.
d. Hematoma (Subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab di
tempat tersebut. Amati hal ini biasanya akan berhenti dengan
berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ektensif.
e. Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi Ajukan ke tingkat
asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk cara
intravena, resusitasi kardio pulmonar dan tindakan penunjang
kehidupan lainnya.
f. Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses
dan obati berdasarkan apa yang ditemukan
g. Perdarahan superficial (tepi kulit atausubkutan) Mengontrol
perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.

7. Efek samping MOW


Efek Samping MOW Menurut (Rokayah., Inayanti & Rusyanti, 2021),
kontap wanita tidak menimbulkan efek samping jangka panjang yang
jelek. Selama paling sedikit dua dasawarsa terakhir ini, timbul perdebatan
mengenai efek samping jangka panjang bila memang ada dari kontap

8
wanita. Persoalan efek samping jangka panjang kontap wanita meliputi
empat hal, yaitu:
a. Perubahan-perubahan hormonal
b. Polahaid
c. Problem ginekologis
d. Problem psikologis
Dalam buku (Jalilah dan Prapitasari, 2020), apabila efek samping tidak
kunjung berkurang atau ada indikasi-indikasi yang mengkhawatirkan,
pasien sebaiknya segera menemui dokter terutama apabila mengalami :
a. Pingsan secara berulang
b. Demam
c. Sakit perut yang parah atau perdarahan pada luka operasi yang tidak
kunjung berkurang pada 12 jam setelah operasi
d. Keluar cairan secara terus menerus dari luka operasi
e. Komplikasi yang mungkin terjadi setelah tubektomi
f. Sebagian besar wanita yang menjalani tubektomi dapat kembali
menjalani kegiatan sehati0hari tanpa mengalami komplikasi. Contoh-
contoh komplikasi yang mungkin saja bisa terjadi akibat operasi ini
adalah
g. Gangguan atau cedera pada usus, kantung kemih, dan pembuluh darah
utama, nyeri pada panggul atau perut yang berkelanjutan, infeksi pada
luka operasi, tubektomi juga mampu melindungi seseorang wanita
dari penyakit menular seksual, karena itu tetap gunakan kondom
apabila anda meragukan kesehatan pasangan atau anda memiliki lebih
dari 1 pasangan
h. Kemungkinan hamil setelah operasi ini sangat kecil, apabila terjadi,
tinggi kemungkinan bahwa itu adalah kehamilan ektopik, karena
segera lakukan tes kehamilan jika menstruasi terlambat.
8. Waktu pelaksanaan MOW
Waktu Pelaksanaan Tubektomi Menurut (Rokayah., Inayanti &
Rusyanti, 2021), waktu pelaksanaan tubektomi, yaitu:
a. Setiap saat asalkan tidak terjadi kehamilan

9
b. Pasca persalinan, sebaiknya dalam jangka waktu 48 jam pasca
persalinan. Minilaparotomi dalam waktu 2 hari/setelah 6 jam minggu
atau 12 minggu.
c. Pasca keguguran, dapat dilaksanakan pada hari yang sama dengan
evakuasi rahim atau keesokan harinya.
d. Hari ke 6-13 siklus mentruasi
e. Dalam masa interval (keadaan tidak hamil), dalam siklus menstruasi,
sebaiknya dilakukan dalam 2 minggu pertama dari siklus haid ataupun
setelahnya, seandainya calon akseptor menggunakan salah satu cara
kontrasepsi dalam siklus tersebut.
9. Persiapan pra operatif MOW
Dalam buku (Fatmayanti., Laili dan Titisari, 2022), persiapan yang
dapat dilakukan dalam persiapan pra operatif MOW yaitu:
a. Pemeriksaan keadaaan umum
Pemeriksaan keadaan umum meliputi status kesadaran, status
gizi, tanda-tanda vital dll (Hidayat, 2014) biasanya pada ibu akseptor
KB MOW harus dalam keadaan baik dan sadar
sepenuhnya/komposmentis. TTV normalnya bisa dilakukan tindakan
MOW yaitu Tekanan darah 110/70-120/80, nadi 60-80 x.m, suhu
36,0-37,6 oC, respirasi 22-24 x/m.
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui dari ujung
rambut sampai kaki terdapat kelainan atau suatu penyakit terntentu
atau tidak (Nursalam, 2008).
Pemeriksaan penunjang digunakan pasa kasus KB MOW data
penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium pemeriksaan hb dan
akseptor MOW harus memenuhi syarat kesehatan dan tidak ada
kontraindikasi absolut (Fatmayanti., Laili dan Titisari, 2022).
b. Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW termasuk
mekanisme.
Tubektomi laparoskopi lebih sering dipilih daripada mini
laparotomi dan juga menjadi pilihan dalam kontrasepsi mantap
pascaabortus. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum dalam

10
ruang operasi (paling umum) atau dengan anestesi lokal seperti
bupivacaine dan etidocaine.
Prosedur tubektomi dengan metode laparoskopi dilakukan dengan
cara:

1) Membuat sayatan kecil di dekat pusar (1–2


sayatan), sayatan sepanjang 2–3 cm di perut terkait dengan lokasi
fundus uterus.
2) Memasukkan jarum Veress ke dalam rongga perut melalui
sayatan kemudian mendistensikan rongga peritoneum dengan 2–3
liter gas (karbon dioksida atau nitrat oksida) untuk meningkatkan
visualisasi organ perut dan panggul
3) Memasukkan alat laparoskopi ke dalam rongga perut
4) Melakukan teknik tubektomi dengan elektrokoagulasi (unipolar
atau bipolar), atau oklusi tuba dengan alat mekanis seperti
klip/cincin, atau salpingektomi bilateral
5) Setelah tuba falopi dipotong atau diikat menggunakan teknik yang
dipilih maka alat laparoskopi dan alat lainnya dikeluarkan dari
rongga perut
6) Luka sayatan kemudian dijahit dan diberi perban untuk perawatan
luka (Fatmayanti., Laili dan Titisari, 2022).

c. Informed consent
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan
persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada
pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan
tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya.
d. Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang
mungkin terjadi
e. Berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta
pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol.
f. Berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang diberikan
sesudah tindakan pembedahan.

11
g. Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum
sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi.
h. Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani orang
dewasa.
i. Mengenakan baju operasi, topi operasi dan masker
Dalam buku (Nur, Akbar & Gloria, Wenny, 2022) mengganti baju
pasien dengan baju operasi karena tubuh dan pakaian yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada
daerah yang di operasi sehingga perlu mandi/sibin terlebih dahulu
kemudian ganti pakain dengan baju operasi yang sudah di sediakan.
j. Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan
dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic.
k. Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti
pemerah bibir, pemerah pipi, kutek danlain-lain.
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan
operasi/pembedahan yaitu melepaskan prosthesis seperti lensa kontak,
gigi palsu, kaki palsu, perhiasan, dll harus dilepas sebelum
pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seadanya akan
diberikan anestesi umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan
pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar selama proses operasi,
yang menurut (Novieastari, Enie ., dkk, 2020) ketika menggunakan
perhiasan atau tindik ketika dalam proses operasi dapat menimbulkan
bengkak pada tubuh saat dan setelah operasi. Misalnya menggunakan
gelang atau cincin yang ukurannya pas dengan jari dan pergelangan
tangan dapat menyebabkan aliran darah tidak lancar ke bagian tangan
karena perhiasan yang di gunakan dan penggunaan perhiasan terutama
yang terbuat dari logam bisa meningkatkan resiko terjadinya luka
bakar pada pasien, terutama jika operasi yang akan dilakukan
adalah operasi besar dengan menggunakan laser / kauter.
10. Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi
Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi Perawatan dan
pemeriksaan pasca operasi menurut (Jalilah dan Prapitasari, 2020), yaitu:

12
a. Setelah menjalani tubektomi pasien dengan anestesi lokal umum di
anjurkan menginap semalam dirumah sakit. Sementara pasien yang
menjalani anestesi lokal bisa pulang pada hari yang sama setelah 1-4
jam pasca operasi.
b. Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih rencano
selama kurang lebih 4-6 jam.
c. Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke
kereta dorong dan dari kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih
dilakukan oleh 2 orang perawat dengan mendekatkan kareta dorong ke
meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan
badannya, bila klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien
dilakukan oleh 3-4orang.
d. Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai :
1) Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit pertama, tiap 30
menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya tiap jam hingga pasien
pulang.
2) Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan pengobatan
analgetik.
3) Pendarahan dari luka dan kemaluannya.
4) Suhu badannya.
e. Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum
dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang.
f. Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk
dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak
pusing.
11. Hal yang perlu ingat
Dalam buku (Jalilah dan Prapitasari, 2020), ada beberapa hal yang harus di
sampaikan kepada pasien pasca MOW agar dapat di ingat dan di jalankan
oleh pasien dalam masa pemulihan pasca operasi tubektomi yaitu :
a. Menjaga bekas luka agar tidak terkena air selama 2 hari, serta tidak
menggosok luka operasi selama setidaknya 7 hari pasca operasi
b. Mengeringkan bekas luka secara hati-hati

13
c. Menghindari mengangkat beban berat selama 3 minggu, misalnya
menggendong anak
d. Tidak melakukan aktivitas berat atau hubungan seksual selama
setidaknya 1-2 minggu dan melakukan aktivitas secara bertahap pada
hari-hari pertama
e. Bagi pasien yang mengalami penyumbatan tuba falopi (tuba occlusive
procedure) disarankan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi
selama 3 bulan setelah tindakan.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA


“PADA NY. L UMUR 38 TAHUN AKSEPTOR BARU KB
MOW/TUBEKTOMI DI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG”

Hari/Tanggal : Sabtu, 27 Agustus 2022


Pukul : 09.00 WIB
Tempat : RS PKU Muhammadiyah Temanggung

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. L  Tn. K
Umur : 38 tahun 40 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta
2. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin mengikuti program safari KB MOW yang telah
di berikan penyuluhan kemaren oleh tim BKKBN yang dilaksanakan
di RS PKU Muhammadiyah Temanggung.
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan dahulu tidak pernah mempunyai penyakit menurun
dan menular seperti jantung, DM, asma, hipertensi, ginjal, hati,
TBC, malaria, HIV/AIDS, PMS.

15
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit
menurun dan menular seperti jantung, DM, asma, hipertensi, ginjal,
hati, TBC,malaria, HIV/AIDS, PMS, gemeli dan tidak mempunyai
alergi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit menurun dan
menular seperti jantung, DM, asma, hipertensi, ginjal, hati, malaria,
HIV/AIDS, PMS, kembar.
5. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan menikah 1x, berusia 23 tahun dengan suami usia 25
tahun, lama sudah 15 tahun ini, status pernikahan syah.
6. Riwayat Menstruasi
a. Menstruasi
Menarche : 13 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 7-8 hari Jumlah : 2- 3 x/ hari
Bau : khas Warna : merah
Konsistensi : cair Dismenorea : tidak ada
Flour albus : terkadang HPHT :-
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tahu U Jenis Penolon Tempa Penyulit JK/ Keadaan
n K Persalina g t BB/ sekaran
n TB g
1 2007 39 Spontan Bidan BPM Tidak Lk/ Baik
ada 3,000
gram/
49cm
2 2012 39 Spontan Bidan BPM Tidak PR/ Baik
ada 2.900
/
48
3 2017 40 Spontan Dokter RS Tidak LK/ Baik
indikasi ada 3.100
KPD /
50

16
7. Riwayat KB sebelumnya
Menggunakan KB suntik 3 bulan selama 4 tahun, keluhan haid tidak
lancar, KB kedua menggunakan Implant 3 tahun tidak ada keluhan,
terakhir KB Suntik 3 bulan selama 5 tahun dan sekarang rencana
menggunakan KB steril (MOW)
8. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi : Pola makan 3x sehari. Jenis makanan : nasi, lauk, sayur,
buah. Porsi makan : 1 piring habis. Minum Jumlah : ± 7 gelas sehari.
Jenis: air putih, susu ibu hamil. keluhan : tidak ada.
b. Eliminasi : BAB=Frekuensi : 1 hari sekali. Konsistensi : Lunak
Warna: Kuning.Bau : Khas Feses Masalah : Tidak Ada. BAK=
Frekuensi: ± 5x sehari. setiap kali BAK. Warna: kuning jernih.Bau :
khas . keluhan : tidak ada.
c. Aktivitas : Ibu mengatakan Aktifitas sebagai karyawan swasta
d. Personal hygiene : Mandi  : 2x sehari. keramas : 3x seminggu.
Menggosok Gigi : 2x sehari. Ganti pakaian : 2x sehari. Masalah :
tidak
e. Istirahat : Ibu tidur ± 1 siang, tidur malam + 7-8 jam/hari, ibu tidur
nyenyak. Masalah: tidak ada.
f. Hubungan seksual : ibu melakukan hubungan seksual 1x seminggu,
tidak ada keluhan.
9. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Ibu mengatakan menggunakan KB MOW atas kesepakatan bersama
dengan suami dan sudah yakin inggin menggunakan KB MOW
b. Ibu mengatakan suami mendukung ibu untuk menggunakan KB
MOW
c. Ibu mengatakan tinggal bersama suami dan anak-anak
d. Ibu mengatakan beragama islam
e. Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga baik
10. Data pengetahuan
Ibu sudah di jelaskan mengenai seputar KB MOW oleh tim BKKBN
kemarin ketika dilakukan sosialisasi.

17
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Ku : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 155 cm
BB : 60 kg
Vital Sign : TD : 120/80 mmHg R: 24X/m
S: 36,50c N: 80x/m
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, hitam, tidak ada kotombe, tidak rontok
Muka : Simetris, tidak ada closma gravidarum, tidak odem
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris, bersih tidak ada polip
Mulut : Bibir simetris, tidak ada stomatitis
Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan
vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan atau nyeri tekan
Abdomen : Tidak ada pembesaran pada abdomen
Genetalia : Tidak terdapat pengeluaran keputihan, tidak ada
infeksi
Ekstremitas : atas dan bawah tidak ada odem, varises, reflek
patela positif.
3. Pemeriksaan penunjang
Hb : 12,9 gr/dl, HbsAg : NR, Sifilis : NR, HIV/AIDS : NR, Goldar :
B, GDS normal, swab negatif
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan

18
Ny. L umur 38 tahun akseptor baru KB MOW/tubektomi
Data subjektif :
1. Ibu mengatakan bernama Ny. L berumur 38 tahun
2. Ibu mengatakan ingin menghentikan kehamilannya dengan
mengikuti program safari KB MOW yang telah di berikan
penyuluhan kemaren oleh tim BKKBN yang dilaksanakan di RSUD
Tidar Kota Magelang
3. Ibu memiliki tiga orang anak sehat, umur anak ke tiga 5 tahun
4. Ibu mengatakan haid nya lancar
5. Ibu mengatakan riwayat menggunakan KB suntik 3 bulan selama 4
tahun, keluhan haid tidak lancar, KB kedua menggunakan Implant 3
tahun tidak ada keluhan, terakhir KB Suntik 3 bulan selama 5 tahun
dan sekarang rencana menggunakan KB steril (MOW).
6. Ibu menggunakan KB MOW atas kesepakatan bersama dengan
suami dan sudah yakin ingin menggunakan KB MOW, Ibu
mengatakan suami mendukung ibu untuk menggunakan KB MOW.
7. Ibu sudah dijelaskan mengenai seputar KB MOW oleh tim BKKBN
kemarin ketika dilakukan sosialisasi.

Data Objektif
Ku : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD : 120/80 mmHg R:24X/m
S:36,5 N: 80x/m
BB : 60 kg
TB :155 cm
Pemeriksaan fisik dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang : Hb : 12,9 gr/dl, HbsAg : NR, Sifilis : NR,
HIV/AIDS : NR, Goldar : B, GDS : 75 mg/dl normal, Swab : negatif
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan

19
Tidak ada
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
IV. ANTISIPASI
Tidak ada
V. PERENCANAAN TINDAKAN
Tanggal Sabtu, 27 Agustus 2022 Pukul : 09.00 WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW dan mekanismenya
3. Yakinkan kembali ke pasien dan suami apakah yakin menggunakan KB
MOW
4. Persilahkan ibu untuk menandatangani informed consen
5. Anjurkan ibu untuk melakukan puasa mulai sekarang
6. Bantu ibu untuk melepas baju dan pakaian dalam menggunakan baju
operasi
7. Anjurkan ibu untuk melepas perhiasan yang dikenakan dan menghapus
make up yang dikenakan
8. Pasang infus sebagai persiapan tindakan MOW
9. Antarkan pasien menuju ke ruang operasi

VI. PELAKSANAAN
Tanggal Sabtu, 27 Agustus 2022 Pukul : 09.10 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
sehingga bisa dilakukan operasi KB MOW hari ini
2. Menjelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW dan
mekanismenya
Tubektomi laparoskopi lebih sering dipilih daripada minilaparotomi dan
juga menjadi pilihan dalam kontrasepsi mantap pascaabortus. Tindakan
ini dilakukan dengan anestesi umum dalam ruang operasi (paling umum)
atau dengan anestesi lokal seperti bupivacaine dan etidocaine. Prosedur
tubektomi dengan metode laparoskopi dilakukan dengan cara:
a. Membuat sayatan kecil di dekat pusar (1–2 sayatan),

20
sayatan sepanjang 2–3 cm di perut terkait dengan lokasi fundus
uterus.
b. Memasukkan jarum Veress ke dalam rongga perut melalui sayatan
kemudian mendistensikan rongga peritoneum dengan 2–3 liter gas
(karbon dioksida atau nitrat oksida) untuk meningkatkan visualisasi
organ perut dan panggul
c. Memasukkan alat laparoskopi ke dalam rongga perut
d. Melakukan teknik tubektomi dengan elektrokoagulasi (unipolar atau
bipolar), atau oklusi tuba dengan alat mekanis seperti klip/cincin,
atau salpingektomi bilateral
e. Setelah tuba falopi dipotong atau diikat menggunakan teknik yang
dipilih maka alat laparoskopi dan alat lainnya dikeluarkan dari
rongga perut
f. Luka sayatan kemudian dijahit dan diberi perban untuk perawatan
luka.
Mekanismenya setelah dilakukan tindakan pembedahan MOW klien
di rawat di ruang pulih selama kurang lebih 4-6 jam, setelah anestesi
lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke kereta dorong dan dari
kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih dilakukan oleh 2 orang
perawat dengan mendekatkan kareta dorong ke meja operasi atau tempat
tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan badannya, bila klien
memperoleh anestesi umum pemindahan pasien dilakukan oleh 2-3
orang. Selama diruang pulih klien dilakukan observasi tekanan darah,
nadi, respirasi, rasa nyeri, pendarahan dari luka kemaluannya, suhu
badanya. Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan
minum dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang, dua jam setelah
tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk dan latihan berjalan
dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing. Kemudian
pasien sudah di perbolehkan pulang sore setelah pasien stabil, dan akan
tetap didampingi dan di pantau oleh tim BKKBN yang menjadi
penanggung jawab dan RSUD Tidar.
3. Meyakinkan kembali ke pasien dan suami apakah yakin menggunakan

21
KB MOW
4. Mempersilahkan ibu dan suami untuk menandatangani informed consen
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan puasa mulai sekarang sebelum
melakukan tindakan
6. Membantu ibu untuk melepas baju dan pakaian dalam menggunakan baju
operasi sebelum dilakukan operasi
7. Menganjurkan ibu untuk melepas perhiasan yang dikenakan dan
menghapus make up yang dikenakan
8. Memasang infus sebagai persiapan tindakan MOW sebagai pemenuhan
kebutuhan cairan selama tindakan MOW yaitu menggunakan infus
asering 16-20 tpm.
9. Mengantarkan pasien menuju ke ruang operasi untuk dilakukan operasi,
Operasi dilakukan oleh dokter SpOG dan tim jam 09.15 WIB dengan
anastesi lokal yaitu bupivacaine. Sayatan tindakan operatif MOW sekitar
3 cm di atas simfisis pubis horizontal.

VII.EVALUASI
Tanggal Sabtu, 27 agustus 2022 Pukul : 09.20 WIB
1. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan yang disampaikan.
2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang di sampaikan
3. Ibu dan suami sudah yakin dan mantap untuk menggunakan KB steril
karena sudah di fikirkan secara matang dan sudah atas diskusi serta izin
dari suami.
4. Ibu mau menandatangani dan informed consen sudah di tanda tangani
5. Ibu sudah mulai melakukan puasa
6. Baju sudah di lepas dan sudah di ganti dengan baju operasi
7. Perhiasan sudah di lepas dan ibu sudah tidak mengenakan make up
8. Infus sudah di pasang dengan menggunakan cairan asering 20 tpm
9. Pasien sudah berada di ruangan operasi

22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini akan menjelaskan asuhan kebidanan kontrasepsi
MOW/tubektomi yang diberikan pada Ny. L umur 38 tahun akseptor baru KB
MOW/Tubektomi pada tanggal Sabtu, 27 Agustus 2022 asuhan diberikan sesuai
dengan teori dan hasil studi. Pembahasan ini dibuat sesuai dengan landasan
teoritis dan studi kasus yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi agar tindakan direncanakan berdasarkan rasional yang relevan yang
dapat dianalisa secara teoritis yang berupa pengkajian data subyektif, data
obyektif, menentukan analisis data, dan penatalaksanaan asuhan kebidanan
sampai evaluasi untuk memudahkan memahami kesenjangan dan kesesuaian yang
terjadi pada kasus ini.
A. Pengkajian
Hasil data subjektif pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. L umur 38
tahun yaitu bu ingin mengikuti program safari KB MOW yang telah di berikan
penyuluhan kemaren oleh tim BKKBN yang dilaksanakan di RS PKU
Muhammadiyah Temanggung, keluhan utama tidak ada keluhan hal ini dikaji
untuk mengetahui apakah ada keterpaksaan atau pasien memang sudah mantap
ingin melakukan MOW hal ini sesuai dengan teori dari (Wahyuni dan
Rohmawati, 2022), mengenai syarat bisa dilakukan tindakan KB MOW yaitu
paham dan secara suka rela setuju dengan prosedur pelaksanaan, apakah pasca
persalinan dan atau pasca keguguran.
Dalam data umur didapatkan usia 38 tahun, hal ini sesuai dengan teori
(Wahyuni dan Rohmawati, 2022), bahwa syarat menggunakan KB MOW
adalah usia ibu lebih dari 26 tahun.
Pengkajian pada riwayat kesehatan didapatkan tidak memiliki penyakit
menurun dan menular hal ini bahwa Ny. L tidak memiliki keterbatasan yang
dapat menjadi penyebab tidak bisa dilakukanya tindakan MOW yaitu karena
pada teori (Maryam., dkk, 2021) salah satu keterbatasan tindakan MOW yaitu

23
tunda dilakukan tubektomi jika menderita tekanan darah tinggi, stroke, kencing
manis (DM), penyakit jantung, IMS (HIV/AIDS, sifilis dll) dan paru-paru. Hal
ini juga sesuai dengan (Richard, et al 1997) dalam (Nursalam & Kurniawati,
2017), karena menyebabkan penyakit radang pelvis dan peningkatan risiko
perdarahan sehingga memudahkan transmisi HIV.
Riwayat perkawinan menikah 1x, berusia 23 tahun dengan suami usia 25
tahun, lama sudah 15 tahun status pernikahan syah hal ini sesuai dengan teori
(Wahyuni dan Rohmawati, 2022), salah satu syarat dari pelaksanaan MOW
adalah bahagia terika perkawinan yang sah dan harmonis serta sudah
mempunyai anak sesuai keinginan.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu didapatkan anak
pertama tahun 2007 lahir UK 39 minggu spontan di bidan, laki-laki 3.000gr, 49
cm, hidup/sehat, anak kedua tahun 2012 UK 39 minggu spontan di bidan,
Perempuan, 2.900 gram, 48 cm, hidup/sehat, anak ketiga tahun 2017 UK 40
tahun spontan dokter indikasi KPD, di RS, jk laki-laki 3.100 gr, 50 cm,
sehat/hidup, hal ini sesuai dengan teori (Wahyuni dan Rohmawati, 2022) yaitu
syarat bisa dilakukan KB MOW adalah salah satunya jumlah anak (paritas)
minimal adalah 2 dengan umur anak terkecil lebih dari 2 tahun.
Pengkajian pada Ny. L umur 38 tahun pada riwayat psikososial spiritual
yaitu menggunakan KB MOW atas kesepakatan bersama dengan suami dan
sudah yakin inggin menggunakan KB MOW hal ini sesuai dengan teori dari
(Wahyuni dan Rohmawati, 2022), mengenai syarat dilakukan tindakan MOW
yaitu paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur pelaksanaan, Sesuai
dengan keinginan ibu tanpa ada paksaan dari siapapun, yakin telah mempunyai
besar keluarga yang sesuai dengan keinginannya dan pasangan. Klien
mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum pelaksanaan
prosedur ini, serta informed concent form harus ditandatangani oleh klien
sebelum prosedur dilaksanakan.
Pengkajian data objektif diperoleh hasil pemeriksaan pada pasien secara
menyeluruh yaitu pada pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, TTV: TD: 120/80 mmHg, R:24X/m, S:36,5, N: 80x/m, TB:155
cm, BB: 60 kg. Pengkajian data obyektif yang dilakukan tersebut berdasarkan

24
teori menurut (Hidayat, 2014) Persiapan yang dapat dilakukan pada Pra
operatif MOW adalah pemeriksaan keadaaan umum meliputi status kesadaran,
status gizi, tanda-tanda vital dll biasanya pada ibu akseptor KB MOW harus
dalam keadaan baik dan sadar sepenuhnya/komposmentis, TTV normalnya
bisa dilakukan tindakan MOW yaitu Tekanan darah 110/70-120/80, nadi 60-80
x.m, suhu 36,0-37,6 oC, respirasi 22-24 x/m.
Dalam Pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal hal ini menurut
teori (Nursalam, 2008), digunakan untuk mengetahui dari ujung rambut sampai
kaki terdapat kelainan atau suatu penyakit terntentu atau tidak. Dilakukan
pemeriksaan penunjang dengan hasil Pemeriksaan penunjang : Hb : 12,9 gr/dl,
HbsAg : NR, Sifilis : NR, HIV/AIDS : NR, Goldar : B, GDS : 75 mg/dl,
pemeriksaan dilakukan jika di perlukan yang dilakukan untuk menentukan
apakah ibu dapat dilakukan tindakan pembedahan MOW atau tidak dan dalam
teori, hal ini sesuai dalam teori (Firmansya., dkk, 2022) dan ada (Maryam.,
dkk, 2021) beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan KB tubektomi yaitu jika
ada DM, IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS karena menyebabkan penyakit
radang pelvis dan peningkatan risiko perdarahan sehingga memudahkan
transmisi HIV, karena itulah pemeriksaan penunjang dilakukan.

B. Interpretasi Data
Ny. L umur 38 tahun didapatkan dari data subjektif dan objektif Ibu
mengatakan sudah yakin menggunakan KB MOW/tubektomu untuk
mengakhiri kehamilan.
Hal ini sejalan dengan teori Ramos, J. N. (2017) diagnoga kebidanan
adalah diagnosa yang ditegakkan dalam praktek kebidanan, diagnosa yang
ditegakkan adalah “Ny. L umur 38 tahun akseptor baru KB MOW/tubektomi”.
Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena
diagnosa kebidanan dapat ditegakkan.
Untuk data diagnosa potensial tidak didapatkan karena ibu datang dalam
keadaan sehat dan antisipasi tindakan segera tidak ditemukan.
C. Pelaksanaan

25
Berdasarkkan tinjauan menajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan
rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien.
Implementasi dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilaksanakan ibu serta kerja sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan
tindakan yang telah direncanakan.
1. Memberitahu bahwa keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal dan pemeriksaan fisik baik sehingga dapat dilakukan tindakan KB
MOW/Tubektomi, hal ini agar pasien mendapatkan informasi mengenai
keadaanya agar ibu mengetahui keadaanya dari hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW dan mekanismenya
Metode/tindaknya dengan laparoskopi dilakukan dengan cara:
a. Membuat sayatan kecil di dekat pusar (1–2 sayatan), sayatan sepanjang
2–3 cm di perut terkait dengan lokasi fundus uterus atau di atas simfisis
pubis.
b. Memasukkan jarum Veress ke dalam rongga perut melalui sayatan
kemudian mendistensikan rongga peritoneum dengan 2–3 liter gas
(karbon dioksida atau nitrat oksida) untuk meningkatkan visualisasi
organ perut dan panggul
c. Memasukkan alat laparoskopi ke dalam rongga perut
d. Melakukan teknik tubektomi dengan elektrokoagulasi (unipolar atau
bipolar), atau oklusi tuba dengan alat mekanis seperti klip/cincin, atau
salpingektomi bilateral
e. Setelah tuba falopi dipotong atau diikat menggunakan teknik yang dipilih
maka alat laparoskopi dan alat lainnya dikeluarkan dari rongga perut
f. Luka sayatan kemudian dijahit dan diberi perban untuk perawatan luka.
Mekanismenya setelah dilakukan tindakan pembedahan MOW klien
di rawat di ruang pulih selama kurang lebih 4-6 jam, setelah anestesi
lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke kereta dorong dan dari
kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih dilakukan oleh 2 orang
perawat dengan mendekatkan kareta dorong ke meja operasi atau tempat
tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan badannya, bila klien
memperoleh anestesi umum pemindahan pasien dilakukan oleh 2-3

26
orang. Selama diruang pulih klien dilakukan observasi tekanan darah,
nadi, respirasi, rasa nyeri, pendarahan dari luka kemaluannya, suhu
badanya. Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan
minum dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang, dua jam setelah
tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk dan latihan berjalan
dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing. Kemudian
pasien sudah di perbolehkan pulang sore setelah pasien stabil, dan akan
tetap didampingi dan di pantau oleh tim BKKBN yang menjadi
penanggung jawab dan RSUD Tidar.
Hal ini sesuai dengan teori dari (Fatmayanti., Laili dan Titisari,
2022) bahwa persiapan pra operatif MOW salah satunya jelaskan secara
lengkap mengenai tindakan MOW termasuk dari mekanisme dalam
MOW agar pasien mengerti mengenai prosedur dalam tindakan dan agar
tidak merasa khawatir dengan proses pembedahan tindakan KB MOW.
3. Yakinkan kembali ke pasien apakah yakin menggunakan KB MOW
Hal ini digunakan untuk meyakinkan kembali apakah mantap
menggunakan KB MOW menghindari dari kemudian hari pasien menyesal
menggunakan KB karena dalam teori (Firmansya., dkk, 2022), metode KB
MOW memiliki keterbatasan-keterbatasan yang perlu diperhatikan yaitu
salah satunya klien dapat menyesal di kemudian hari dan MOW bersifat
permanen.
4. Persilahkan ibu untuk menandatangani informed consen
Hal ini sebagai salah satu syarat sebelum dilakukan prosedur tindakan
medis untuk memberikan persetujuan dari pasien dan sebagai perlindungan
hukum bagi pelayanan kesehatan dan klien apabila terjadi sesuai kendala
bahwa Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko
dan konsekuensinya.
5. Anjurkan ibu untuk melakukan puasa mulai sekarang

27
Hal ini sesuai dengan teori dari (Fatmayanti., Laili dan Titisari, 2022),
persiapan pra operatif MOW yang dapat dilakukan yaitu anjurkan klien
puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum sekurang-kurangnya 2
jam sebelum operasi.
6. Bantu ibu untuk melepas baju dan pakaian dalam menggunakan baju operasi
Hal ini sesuai dengan teori (Fatmayanti., Laili dan Titisari, 2022)
sebagai salah satu prosedur tindakan pra Operatif MOW yaitu mengenakan
baju operasi, topi operasi dan masker operasi dan dalam teori (Nur, Akbar &
Gloria, Wenny, 2022) mengganti baju pasien dengan baju operasi karena
tubuh dan pakaian yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang di operasi sehingga perlu
mandi/sibin terlebih dahulu kemudian ganti pakain dengan baju operasi
yang sudah di sediakan.
7. Anjurkan ibu untuk melepas perhiasan yang dikenakan dan menghapus
make up yang dikenakan
Hal ini dalam teori (Fatmayanti., Laili dan Titisari, 2022), persiapan
yang perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan operasi/pembedahan
yaitu melepaskan prosthesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu,
perhiasan, dll harus dilepas sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus
dilepas seadanya akan diberikan anestesi umum, karena adanya resiko
terlepas dan tertelan pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar selama
proses operasi, yang menurut (Novieastari, Enie ., dkk, 2020) ketika
menggunakan perhiasan atau tindik ketika dalam proses operasi dapat
menimbulkan bengkak pada tubuh saat dan setelah operasi. Misalnya
menggunakan gelang atau cincin yang ukurannya pas dengan jari dan
pergelangan tangan dapat menyebabkan aliran darah tidak lancar ke bagian
tangan karena perhiasan yang di gunakan dan penggunaan perhiasan
terutama yang terbuat dari logam bisa meningkatkan resiko terjadinya luka
bakar pada pasien, terutama jika operasi yang akan dilakukan
adalah operasi besar dengan menggunakan laser / kauter.

28
8. Pasang infus sebagai persiapan tindakan MOW yaitu menggunakan infus
asering 16-20 tpm yang hal ini bertujuan untuk persiapan tindakan MOW
sebagai pemenuhan kebutuhan cairan selama tindakan MOW.

9. Antarkan pasien menuju ke ruang operasi


Dan operasi laparoskopi dilakukan oleh dokter SpOG dan tim jam
09.15 WIB dengan anastesi lokal yaitu bupivacaine. Sayatan tindakan
operatif MOW sekitar 3 cm di atas simfisis pubis horizontal. Hal ini sudah
sesuai dengan teori dari (Fatmayanti., Laili dan Titisari, 2022) bahwa
tindakan operatif MOW yaitu membuat sayatan kecil di dekat pusar (1–2
sayatan), sayatan sepanjang 2–3 cm di perut terkait dengan lokasi fundus
uterus atau di atas simfisis pubis.
Dalam penatalaksanaan yang dilakukan pada KB MOW tidak diberikan
konseling mengenai pengertian MOW, indikasi, kontra indikasi,
keuntungan, keterbatasan, syarat-syarat menggunakan KB MOW,
komplikasi dan penanganan MOW, efek samping dan waktu pelaksanaan
MOW karena hari sebelum dilaksanakan MOW sudah mengikuti safari KB
dari program BKKBN yang bekerjasama dengan RSUD tidar sehingga tidak
dilakukan konseling kembali mengenai beberapa point dari KB MOW.
D. Evaluasi
Pada langkah ini dilaksanakan evaluasi sebagai proses akhir dan asuhan
untuk mengetahui hasil dari asuhan yang sudah diberikan didapatkan hasil
klien mengalami tindakan KB MOW/tubektomi.
Pada kasus evaluasi yang didapatkan pada Ny. L umur 38 tahun yaitu :
1. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan yang disampaikan.
2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang di sampaikan
3. Ibu sudah yakin dan mantap untuk menggunakan KB steril karena sudah di
fikirkan secara matang dan sudah atas diskusi serta izin dari suami.
4. Ibu mau menandatangani dan informed consen sudah di tanda tangani
5. Ibu sudah mulai melakukan puasa
6. Baju sudah di lepas dan sudah di ganti dengan baju operasi
7. Perhiasan sudah di lepas dan ibu sudah tidak mengenakan make up

29
8. Infus sudah di pasang dengan menggunakan cairan asering 20 tpm
9. Pasien sudah berada di ruangan operasi dan sudah dilakukan operasi MOW.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil asuhan keterampilan dasar pada keluarga berencana yang
diberikan Ny. L umur 38 tahun pada tanggal 27 agustus 2022 dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian Data Subjektif pada Ny. L umur 38 tahun terdapat hasil ibu
mengatakan ingin mengikuti program safari KB MOW yang telah di
berikan penyuluhan kemaren oleh tim BKKBN yang dilaksanakan di RS
PKU Muhammadiyah Temanggung, ibu ingin menghentikan
kehamilannya, memiliki tiga orang anak sehat, umur anak ke tiga 5
tahun, menggunakan KB MOW atas kesepakatan bersama dengan suami
dan sudah yakin ingin menggunakan KB MOW, Ibu mengatakan suami
mendukung ibu untuk menggunakan KB MOW.
2. Pengkajian Data Objektif pada Ny. D diperoleh hasil pemeriksaan pada
pasien secara menyeluruh yaitu pada pemeriksaan keadaan umum pasien
Ny. D umur 25 tahun dalam batas normal, pemeriksaan penunjang
didapatkan hasil yang bagus tidak memiliki penyakit HIV/AIDS, IMS,
DM
3. Diagnosa kebidanan pada kasus Ny. L umur 38 tahun akseptor baru KB
MOW/tubektomi
4. Masalah yang dialami oleh Ny. L umur 38 tahun tidak ada
5. Kebutuhan yang diperlukan oleh Ny. L Umur 38 tahun tidak ada
6. Pada kasus ini diagnosa potensial yang terjadi tidak ada
7. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada KB MOW yaitu beritahu ibu hasil
pemeriksaan, jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW dan
mekanismenya, yakinkan kembali ke pasien dan suami apakah yakin
menggunakan KB MOW, persilahkan ibu untuk menandatangani

30
informed consen, anjurkan ibu untuk melakukan puasa mulai sekarang,
bantu ibu untuk melepas baju dan pakaian dalam menggunakan baju
operasi, anjurkan ibu untuk melepas perhiasan yang dikenakan dan
menghapus make up yang dikenakan, pasang infus sebagai persiapan
tindakan MOW, antarkan pasien menuju ke ruang operasi.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan ibu memahami tentang KB MOW/tubektomi yang bertujuan
untuk menghentikan kehamilan.
2. Bagi Institusi
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
sebagai referensi dalam peningkatan kualitas mahasiswi khususnya dalam
ilmu kebidanan kontrasepsi.
3. Bagi Penulis selanjutnya
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam
meningkatkan pengetahuan terkait asuahan kebidanan kontrasepsi secara
baik dan benar kepada klien, Sehingga asuhan yang diberikan berkualitas
dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Fatmayanti., Laili dan Titisari. (2022). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


berencana. Padang: Getpress.

Firmansya., dkk. (2022). Pendidikan Ilmu Kebidanan. Bandung: Media Sains


Indonesia dan Penulis.

Hidayat. (2014). Pengantar Ilmu Keperawatan anak edisi 2. Jakarta: Salemba


Medika.

Hutomo., dkk. (2022). Asuhan Kebidanan Pada Kesehatan Reproduksi dan


Keluarga Berencana. Medan: Yayasn Kita Menulis.

Jalilah dan Prapitasari. (2020). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Indramayu: Adab.

Maryam., dkk. (2021). Perempuan dan Permasalahannya dalam sistem


reproduksi. Bandung: Media sains Indonesia .

Matahari,. Utami dan Sugiharti. (2019). Buku Ajar Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Novieastari, Enie ., dkk. (2020). Dasar-Dasar keperawatan Potter I Perry Stocker


I Hall Edisi 9. Jakarta: Elsevier.

Nur, Akbar & Gloria, Wenny. (2022). Edukasi Persiapan Operasi Dan Teknik
Relaksasi Napas Dalam Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Pasien.
Sumatra Barat: Mitra Cendikia Media.

Nursalam & Kurniawati. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi


HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Purba, Deasy H., dkk. (2021). Pelayanan Keluarga Berencana (KB). Surabaya:
Yayasan Kita Menulis.

Rokayah., Inayanti & Rusyanti. (2021). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana (KB). Pekalongan: Nasya Expanding Management.

Wahyuni dan Rohmawati. (2022). Modul Pembelajaran Kesehatan Perempuan


dan Perencanaan Keluarga. Bandung: Mitra Cendekia Media.

32
Yunida., dkk. (2022). Kontrasepsi dan Antenatal Care. Malang: Literasi
Nusantara Abadi.

33

Anda mungkin juga menyukai