Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN REFLEKTIF LEARNING

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT An. R UMUR 1,5 TAHUN DENGAN


INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) SEDANG
DI KLINIK ISTI MEDIKA

Dosen Pembimbing: Wahyu Kristiningrum, S.Si.T., M.H

Di Susun Oleh :
Ayu Silvia

161212027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak. WHO memperkirakan insiden ISPA di negara berkembang dengan angka
kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15-20% pertahun pada
golongan usia balita. Menurut WHO kurang lebih 13 juta anak balita di dunia meninggal
setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang, dimana
ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak
balita setiap tahun (Rudianto, 2013).
Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta, China 21 juta, Pakistan 10 jutadan
Bangladesh, Indonesia, masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di
masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. ISPA merupakan salah
satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%)
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL, 2011).
Di Indonesia kasus ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian bayi.
Sebanyak 36,4% kematian bayi pada tahun 2008 (32,1%) pada tahun 2009 (18,2%) pada tahun
2010 dan38,8%pada tahun 2011 disebabkan karena ISPA. Selain itu, ISPA sering berada pada
daftar sepuluh penyakit terbanyak penderitanya di rumah sakit. Berdasarkan data dari P2 program
ISPA tahun 2009, cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang diperoleh 18.749
penderita. Survei mortalitas yang dilakukan Subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA sebagai
penyebab terbesar kematian bayi di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian
balita (Depkes RI, 2012).
Dari hasil survei yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Semarang pada 37 Puskesmas,
diketahui jumlah penderita ISPA usia 0-4 tahun sebanyak 5.881 anak pada tahun 2002. Dari hasil
penelitian yang dilakukan bahwa salah satu penyebab terjadinya ISPA pada balita bukan hanya
faktor lingkungan fisik rumah akan tetapi diperoleh fakta bahwa rata-rata lama pemberian ASI
secara ekslusif terdapat hubungan yang yang signifikan Antara lama pemberian ASI secara
ekslusif dengan frekuensi kejadian ISPA dalam 1 bulan (p<0,05). Arah hubungan adalah negativ
yang berarti semakin lama pemberian ASI secara ekslusif maka frekuensi kejadian ISPA dalam 1
bulan terakhir akan semakin kecil (Prameswari, 2009). Hasil peneltiain lain dikatakan bahwa
tersebut terlihat bahwa penderita ISPA terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Erlien,
2013).
1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan asuhan


kebidanan pada keluarga berencana pada An. R Umur 1,5 Tahun Dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pada An. R Umur 1,5 Tahun Dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika

b. Menginterprestasikan data meliputi diagnose, masalah dan kebutuhan pada pada


An. R Umur 1,5 Tahun Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang
di klinik Isti Medika

c. Merumuskan diagnose pada pada An. R Umur 1,5 Tahun Dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika

d. Mengidentifikasi masalah yang memerlukan penanganan segera dan melakukan


tindakan antisipasi pada An. R Umur 1,5 Tahun Dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika

e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada An. R Umur 1,5 Tahun Dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika

f. Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada An. R Umur 1,5 Tahun
Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika

g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada An. R umur 1,5 tahun dengan ISPA di
klinik Isti Medika.
3. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence based practice
pemberian asuhan kebidanan balita.
2. Bagi lahan praktik
Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan gambaran dan
masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik dalam memberikan asuhan
kebidanan
3. Bagi klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan dan evidence based practice
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Balita
a. Pengertian

Balita adalah semua anak termasuk bayi baru lahir yang berusia nol

sampai menjelang lima tahun (Ferry, 2007).

Balita adalah masa anak berusia dua sampai tiga tahun

(Nursalam, 2005).

Balita adalah anak berusia 12 sampai 59 bulan (Depkes RI, 2005).

b. Tahapan Perkembangan Balita menurut Handayani dkk (2005)

1) Umur 2 – 2 ½ tahun

a) Bahasa

Ia senang jika Anda membacakan cerita sebelum tidur. Sering

bertanya dan antusias mendengarkan jawaban Anda. Kosa

katanya mencapai beberapa ratus kata tunggal. Menikmati

pembicaraan sederhana dengan orang dewasa yang ia kenal dan

anak lain. Menggunakan bahasa untuk meningkatkan

kompleksitas pemainan imajinatif, seperti berdandan. Mulai

menggunakan kata ganti seperti ia, dia, dan kata depan seperti di

dalam atau di atas. Bisa mengingat informasi seperti usia dan

nama panjang. Juga dapat menggunakan informasi tersebut.


b) Belajar

Mulai memasangkan warna, misalnya, dengan menemukan dua

balok berwarna sama. Memahami koin adalah uang, tetapi

memiliki pemahaman sedikit mengenai nilainya. Dapat memilah

benda berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya membedakan

mainan menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenisnya, seperti

binatang atau mobil. Mulai mengembangkan pengertian mengenai

waktu. Misalnya, ia bisa membedakan antara hari ini dan besuk.

Dapat mengidentifikasi wajahnya dalam foto. Haus akan

pengalaman baru, misalnya kebun binatang. Menjelaskan

karakter manusia pada benda mati sebagai ekspesi imajinasinya

yang aktif dan sebagai ekspresi imajinasinya yang aktif dari

sebagai cara memahami dunia sekitarnya.

c) Koordinasi tangan – mata

Dapat merangkai manik – manik menjadi kalung. Saat melukis

dan menggambar ia menggenggam krayon atau kuas dan dapat

membuat goresan yang terkontrol, misalnya dapat menirukan

garis vertikal yang Anda gambar. Dapat memahami mainan,

permainan dan puzzle yang harus disusun dengan lebih baik.

Mulai belajar cara menggunakan alat makan selain sendok. Dapat

memilih untuk menggunakan tangan tertentu.


d) Gerakan

Dapat melompat di lantai dalam jarak dekat dari posisi berdiri dan

dengan banyak latihan dapat melompat melewati halangan yang

rendah. Dapat bermanuver di sekitar halangan saat melakukan

kegiatan lain. Dapat berjalan – jalan sendiri dalam jarak dekat

tanpa harus didorong di kereta. Naik dan turun tangga di rumah

tanpa bantuan. Berjinjit selama beberapa detik.

2) Umur 2 ½ - 3 tahun

a) Bahasa

Dapat menginstruksikan perintah dengan percaya diri. Sering

menggunakan kata ganti seperti saya dan aku, walaupun tidak

selalu benar. Menemukan bahwa pertanyakan (terutama yang

diawal dengan kata ‘Siapa?’ dan ‘Di mana?’) adalah cara yang

baik untuk mengumpulkan cerita yang lebih kompleks dengan

beberapa karakter. Sering bertanya mengenai arti kata – kata yang

asing saat mendengarnya. Menunjukan pemahaman akan

peraturan tata bahasa, dan menggunakannya dalam percakapan.

b) Belajar

Membandingkan dua benda dari ukuran atau tinggi, walaupun

tidak selalu tepat. Membuat cerita sederhana dari imajinasinya.

Mengingat sesuatu yang Anda lakukan kemarin dan menceritakan

kembali kejadian yang menyenangkan beberapa waktu yang lalu.

Menyelesaikan puzzle dengan tiga atau empat potongan besar.


Dapat mengingat informasi seperti nama benda dengan cara

mengucapkannya berulang – ulang.

Mengantispasi akibat dari sebuah kejadian. Misalnya, jika cangkir

terdorong maka isinya akan tumpah.

c) Koordinasi tangan – mata

Dapat bermain dengan berbagai jenis alat permainan dan aktifitas

pekerjaan tangan di kelompok bermain dan tempat penitipan

anak. Dapat menyusun menara balok hingga delapan atau lebih.

Mulai bisa menggunting dengan gunting khusus anak – anak,

walaupun masih kesulitan melakukannya. Dapat menyelesaikan

puzzle sederhana. Karena kemampuan pengendaliannya yang

lebih baik, gambarnya lebih teratur dan subyek gambarnya

biasanya dapat dikenali. Dapat menirukan bentuk – bentuk

sederhanan yang Anda gambarkan. Melakukan pekerjaan rumah

tangga sederhana seperti meletakkan alat makan di meja makan

atau mainan di dalam kotak.

d) Gerakan

Melompat dari undakan pendek, seperti satu buah anak tangga,

tanpa kehilangan keseimbangan. Dapat melakukan aktivitas

keseimbangan tubuh, seperti meniti di atas balok atau melompat,

walaupun belum tentu berhasil. Dapat menaiki tangga dan

meluncur dari perosotan di tempat bermain di luar ruangan.

Berlari kencang dengan percaya diri. Melakukan satu atau lebih


aktivitas fisik secara bersamaan dengan koordinasi yang lebih

baik.

3) Umur 3 – 3 ½ tahun

a) Bahasa

Senang mendengarkan cerita dan lebih terlibat, mungkin dengan

mendiskusikan cerita saat Anda membacakan cerita tersebut.

Mencoba membalikkan halaman buku dan menunjuk gambar –

gambar yang ada. Tidak lagi menggunakan kata – kata terbatas

untuk mengekspresikan keinginannya, tetapi menggunakan

kalimat yang terdiri dari empat hingga lima kata. Menggunakan

kata sifat untuk menjelaskan benda atau orang yang ia temui

sehari – hari, pada tahap ini ia hanya menggunakan dua atau tiga

kata secara teratur. Dapat memahami dan melakukan instruksi

verbal yang mengandung hingga tiga informasi.

b) Belajar

Mengembangkan pemahaman dasar mengenai angka dengan

mendengar dan melihat orang lain menggunakannya. Menunjukan

kedewasaan intelektual yang semakin tinggi melalui gambar,

walaupun gambar yang ia buat menunjukan Anda dengan kepala

berukuran besar tanpa tubuh menempel pada kepala dan kaki

yang timbul di bawahnya. Memiliki daya ingat jangka pendek -

dapat menyimpan informasi baru selama beberapa detik, lalu

melaporkannya pada Anda. Memahami peraturan bertingkah laku


dan alasan di baliknya jika dijelaskan dengan jelas. Mungkin

bingung dengan sebab – akibat dan munghubungkan dua kejadian

yang tidak berhubungan sama sekali.

c) Koordinasi tangan – mata

Memegang benda kecil dengan tangan yang kuat dan

memindahkannya tanpa menjatuhkan dari genggamannya. Dapat

menggenggam gunting dengan kuat dan menggunting kertas

berukuran besar. Menggunakan perata adonan kecil untuk

meratakan plastisin, lalu menghancurkannya kembali untuk

mengulang dari awal. Dapat memegang sikat gigi dengan benar

jika ditunjukan caranya, dan dalam batasan tertentu dapat

membersihkan giginya.

d) Gerakan

Dapat mengayuh pedal mainan seperti sepeda roda tiga dengan

perlahan di permukaan yang rata. Dapat menaiki jalan yang

sedikit menanjak. Dapat melompat dari anak tangga ke dua

hingga kelantai, dengan kedua kaki, setelah melihat Anda

melakukannya. Berjinjit selama beberapa detik tanpa meletakkan

tumit ke lantai, dan dapat berjalan maju sambil berjinjit. Senang

menari mengikuti musik, memutar – mutarkan tubuh serta

menggoyangkan lengan dan kaki mengikuti musik. Naik ke kursi

saat makan dan memutar tubuhnya untuk mencari posisi yang

nyaman.
4) Umur 3 ½ - 4 tahun

a) Bahasa

Kemampuan humornya timbul, mayoritas pada area bahasa, yang

menunjukan kemampuan untuk memahami diluar pemahaman

harfiah sebuah kata dalam percakapan. Meningkatkan panjang

kalimat dengan menggunakan kata ‘dan’ sebagai penghubung.

Bisa memasangkan kata – kata dengan hanya dua atau tiga kata

yang tertulis dengan jelas pada kartu – kartu tunggal. Memahami

dasar – dasar peraturan bahasa, seperti bentuk jamak dan kata

kerja saat ini, dan menggunakan dalam percakapan sehari – hari

b) Belajar

Memiliki daya ingat jangka pendek yang semakin baik, dapat

mengingat misalnya puisi pendek atau nomor telepon dengan cara

diulang – ulang. Daya konsentrasi meningkat, jadi ia melakukan

aktivitas tertentu atau menonton televisi selama beberapa menit

sebelum perhatiannya beralih. Peningkatan keterampilan

menyusun, jadi ia dapat mencari sesuatu dengan lebih sistematis.

Menggunakan imajinasi untuk menciptakan bayangan yang

sebenarnya tidak ada, dan menjelaskan secara detail. Dapat

berhitung tahap pertama, misalnya, menghitung barisan balok

kecil hingga susunan kedua atau ketiga, dan menghitung jari.


c) Koordinasi tangan – mata

Dapat menirukan garis yang membentuk sebuah huruf, tetapi

belum dapat menulis huruf secara utuh. Dapat memegang alat

makan pada masing – masing tangan, dan dapat minum dari gelas.

Senang mencampur bahan – bahan dengan sendok kayu,

meratakan adonan, menggunting bentuk – bentuk tertentu, dan

meletakkannya di oven dengan bantuan Anda. Senang melakukan

aktivitas sulit yang melibatkan koordinasi tangan – mata, seperti

menyelesaikan puzzle, dan berusaha untuk menyelesaikannya.

Dapat menemukan dan mengumpulkan benda – benda tertentu

dari rak di supermarket dengan menggabungkan ketrampilan

visual dan koordinasi tangan – mata.

d) Gerakan

Percaya diri untuk mencoba semua mainan di taman bermain,

termasuk memanjat ke ayunan dan memanjat palang panjatan

yang lebih tinggi. Senang melompat – lompat di atas trampolin

atau istana lompat. Dapat berjalan ke atas dan kebawah dengan

meletakkan kaki di anak tangga satu per satu, sambil berpegangan

pada besi atau dinding. Senang menendang bola di taman atau

mengambil dan melemparnya, tetapi sulit menangkapnya. Meniru

Anda melompat satu atau dua langkah jika berkonsentrasi dan

tidak melompat terlalu tinggi. Menggabungkan aktivitas fisik


yang masing – masing membutuhkan koordinasi, seperti

membawa barang sambil menaiki tangga.

c. Penyakit yang biasa terjadi pada balita

Menurut kishore (2007), masalah yang sering timbul pada

balita yaitu :

1) Demam atau suhu tubuh diatas 37,5°C

2) Infeksi saluran pernafasan adalah penyakit infeksi yang

menyerang salah satu bagian dari saluran nafas bagian atas maupun

bagian bawah

3) Diare adalah keadaan dimana BAB anak lebih 3 kali sehari dengan

konsistensi encer.

2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut


a. Pengertian

Infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama

mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi

kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah

secara simultan atau berurutan (Nelson, 2007).

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan padanan

istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI) adalah

penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari

saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga

tengah dan pleura (selaput paru) (Profil Kesehatan Indonesia, 2008).

b. Tanda dan gejala

Pada umumnya demam, terutama pada anak kecil. Anak yang

lebih besar memiliki demam ringan, yang muncul pada waktu sakit.

Pada anak – anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba – tiba terjadi

dan berkaitan dengan mudah marah, gelisah, nafsu makan menurun,

dan penurunan aktifitas (Hartono dkk, 2012).

Menurut Nelson (2007), tanda dan gejala ISPA sangat

bervariasi antara lain bersin, rasa menggigil, nyeri otot, ingus hidung

yang encer, kadang – kadang batuk, nyeri kepala, anoreksia

(kehilangan nafsu makan), dan demam ringan.

c. Klasifikasi ISPA

Menurut derajat keparahannya, ISPA dibagi menjadi 4

golongan menurut WHO (2003), yaitu :

1) Bukan pneumonia, batuk atau pilek yaitu jika tidak ada penarikan

dinding dada dan tidak ada pernafasan cepat.

2) Pneomonia yaitu jika tidak ada penarikan dinding dada dan

pernafasan cepat yaitu 50 kali per menit atau lebih pada anak 2

bulan hingga 12 bulan, 40 kali per menit atau lebih pada anak usia

12 bulan hingga 5 tahun.

3) Pneomonia berat yaitu jika adanya penarikan dinding dada dan

tanpa sianosis sentra atau dapat minum.


4) Pneumonia sangat berat yaitu jika sianosis sentral atau tidak

dapat minum.

d. Etiologi

Kebanyakan, infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh

virus dan mikroplasma, kecuali epiglotitis akut. Organisme

streptokokus dan difteria merupakan agen primer, bahkan pada kasus

tonsilofaringitis akut, sebagian besar penyakit berasal nonbakteri.

Walaupun ada banyak hal yang tumpang tindih, beberapa

mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom pernafasan

tertentu daripada yang lain, dan agen tertentu mempunyai

kecenderungan lebih mungkin menimbulkan sindrom pernafasan

tertentu mempunyai kecenderungan lebih besar dari pada yang lain

untuk menimbulkan penyakit yang berat. Beberapa virus (misalnya,

campak) dapat dihubungkan dengan banyak sekali variasi gejala

saluran pernafasan atas dan bawah sebagian dari gambaran klinis

umum yang melibatkan sistem organ lainnya (Nelson, 2007).

e. Epidemiologi

Kerentanan terhadap agen yang menyebabkan nasofaringitis

akut adalah universal, tetapi karena alasan yang kurang dimengerti

kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama dari waktu ke waktu.

Walaupun infeksi terjadi di sepanjang tahun, di Belahan Bumi Utara

ada puncak kejadian pada bulan September kira – kira pada saat

sekolah di mulai, pada akhir januari, dan mendekati akhir bulan April.
Anak menderita rata – rata lima sampai delapan infeksi setahun, dan

angka tertinggi terjadi selama umur 2 tahun pertama. Frekuensi

nasofaringitis akut berbanding langsung dengan angka pemajanan, dan

pada sekolah taman kanak – kanak serta pusat perawatan harian

mungkin merupakan epidemi yang sebenarnya. Kerentanan dapat

bertambah karena nutrisi jelek, komplikasi purulen bertambah pada

malnutrisi (Nelson, 2007).

f. Patologi

Perubahan yang pertama adalah edema dan vasodilatasi pada

submukosa. Infiltrat sel mononuklear menyertai, yang dalam 1 – 2

hari, menjadi polimorfonuklear. Perubahan struktural dan fungsional

silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi

sedang sampai berat, epitel superfisial mengelupas. Ada produksi

mukus yang banyak sekali, mula – mula encer, kemudian mengental

dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran

pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus

(Nelson, 2007).

g. Manifestasi klinis

Pada umumnya demam, terutama pada anak kecil. Anak yang

lebih besar memiliki demam ringan, yang muncul pada waktu sakit.

Pada anak – anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba – tiba terjadi

dan berkaitan dengan mudah marah, gelisah, nafsu makan menurun,

dan penurunan aktivitas. Peradangan hidung dapat menyebabkan


sumbatan saluran, sehingga harus membuka mulut ketika bernafas.

Muntah dan diare mungkin juga bisa muncul (Hartono dkk, 2012).

h. Komplikasi

Komplikasi merupakan akibat dari invasi bakteri sinus

paranasal dan bagian – bagian lain saluran pernafasan. Limfonodi

servikalis dapat juga menjadi terlibat dan kadang – kadang bernanah,

Mastoiditis, selulitis peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital

dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering adalah otitis media, yang

ditemukan pada bayi – bayi kecil sampai sebanyak 25 persennya.

Kebanyakan, infeksi virus saluran pernafasan atas juga melibatkan

saluran pernafasan bawah, dan pada banyak kasus, fungsi paru

menurun walaupun gejala saluran pernafasan bawah tidak mencolok

atau tidak ada (Nelson, 2007).

i. Pencegahan

Vaksin yang efektif belum ada. Gammaglobulin atau vitamin

C tidak mengurangi frekuensi atau keparahan infeksi, dan

penggunaannya tidak dianjurkan. Karena selesma (common cold)

terdapat di mana – mana, maka tidak mungkin mengisolasi anak dari

keadaan ini. Namun, karena komplikasi pada bayi yang amat muda

dapat relatif serius, maka harus dilakukan beberapa upaya untuk

melindungi bayi dari kontak dengan orang – orang yang berpontesi


terinfeksi. Penyebaran infeksi adalah dengan aerosol (bersin,

batuk) atau kontak langsung dengan bahan yang terinfeksi (tangan)

(Nelson, 2007).

3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang

a. Pengertian

ISPA sedang bila ada gejala ringan dan ditambah dengan salah

satu atau lebih gejala : frekwensi pernafasan lebih dari 50/menit, suhu

≥ 39°C. Masih termasuk sedang bila ditemukan sakit telinga,

campak, OMP yang kurang dari 2 minggu (Imran lubis dkk, 2013).

ISPA sedang adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke

dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan

gejala penyakit mencangkup saluran pernafasan bagian atas, saluran

pernafasan bagian bawah yang menimbulkan infeksi yang

berlangsung sampai dengan 14 hari (Indah, 2005).

b. Gejala dan tanda

Menurut Nelson (2007), seorang anak dinyatakan menderita

penyakit ISPA sedang jika dijumpai gejala ISPA ringan disertai satu

atau lebih gejala berikut :

Penafasan cepat sesuai umur yaitu untuk kelompok umur

kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih

untuk umur 2 - < 12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada

umur 12 bulan - < 5 tahun, suhu tubuh lebih dari 39˚C, tenggorokan
berwarna merah, timbul bercak – bercak merah pada kulit

menyerupai bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah

dari lubang telinga, dan pernafasan berbunyi seperti mengorok

(mendengkur).

c. Etiologi ISPA sedang

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh

membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung

disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar

dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan

partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa.

Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga

hidung dan ke arah superior menuju faring (Lamusa, 2006).

Secara umum efek pencernaan udara terhadap saluran

pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi

lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat

membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan

pencernaan. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan

penyempitan saluran pernafasan danrusaknya sel pembuluh bakteri di

saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan

kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak

dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan (WHO, 2007).


d. Klasifikasi ISPA sedang

Menurut Depkes RI (2005), pembagian ISPA sedang

berdasarkan atas umur dan tanda – tanda klinis yang didapat yaitu :

1) Untuk anak umur 2 bulan – 5 tahun

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita

atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan

dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya

lebih rendah.

2) Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA sedang

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a) Pneumonia berat

Tanda utama yaitu adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, serta gizi

buruk. Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini

terjadi bila paru – paru menjadi kaku dan mengakibatkan

perlunya tenaga untuk menarik nafas. Tanda ini yang

mungkin ada : nafas kuping hidung, suara rintihan dan

sianosis (pucat).

b) Pneumonia tidak berat

Tanda utama yaitu tidak ada tarikan dinding dada ke dalam

dan disertai nafas cepat lebih dari 50 x/menit untuk usia 2

bulan – 1 tahun dan lebih dari 40 x/menit untuk usia

1 tahun – 5 tahun.
e. Penyebaran penyakit ISPA sedang

Pada ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi menurut WHO (2007),

yaitu :

1) Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh

karena batuk – batuk.

2) Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk –

batuk dan bersin.

3) Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda – benda

yang telah dicemari oleh jasad renik.

f. Faktor resiko ISPA sedang

Faktor resiko yang mempengaruhi ISPA sedang menurut

WHO (2007), yaitu :

1) Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk

menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar besar bila

dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya

tahan tubuhnya lebih rendah.

2) Status Imunisasi

Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan

tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status

imunisasinya tidak lengkap.


3) Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara

di kota – kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan

timbulnya penyakit ISPA pada anak.

g. Penatalaksanaan

Menurut WHO (2007), penatalaksanaan ISPA sedang meliputi :

1) Suportif

Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,

pemberian multivitamin

2) Antibiotik

a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.

b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus

c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1 mg,

amoksisillin 3 x ½ sendok teh, amplisillin (500 mg) 3 tab

puyer/x bungkus

/ 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.

d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin

(100 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.

e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh,

quinolon 5 mg,dll.

f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg,

asetaminofen 3 x ½ sendok teh.


Jika dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti

antibiotik atau rujuk dan jika anak membaik teruskan antibiotik

sampai 3 hari (Kepmenkes RI, 2011)

h. Pencegahan

Hal – hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit

ISPA sedang pada anak menurut Prabu (2009), antara lain :

1) Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya

dengan cara memberikan makanan kepada anak yang

mengandung cukup gizi.

2) Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan

tubuh terhadap penyakit baik.

3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih

4) Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah

satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak

langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang

menderita penyakit ISPA.

i. Pemberian makanan selama anak sakit

Untuk anak berumur 6 bulan atau lebih, berilah makanan dengan nilai

gizi dan kalori yang tinggi. Dengan melihat umurnya, berilah

campuran tepung dengan kacang-kacangan, atau tepung dengan

daging atau ikan. Tambahkan minyak untuk memperkaya energi.

Bisa juga ditambahkan makanan dari susu dan telur. Berilah makanan
pada anak selama anak masih menghendaki. Bila umur anak kurang

dari 6 bulan atau belum mendapat makanan tambahan, anjurkan

ibunya untuk lebih sering memberi ASI (Kepmenkes RI, 2010).

B. Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan sehingga langkah – langkah dalam manajemen kebidanan

merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau

pengambilan keputusan klinis (Sudarti dkk, 2010).

2. Proses Asuhan Kebidanan

Menurut sudarti dkk tahun 2010 langkah - langkah proses

manajemen menurut varney (2007) yaitu

Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama ini melakukan pengkajian melalui proses

pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien

secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai

dengan kebutuhan klien secara lengkap pengkajian balita dengan ISPA

sedang antara lain :


a. Anamnesa (Data subjektif)

Anamnesa adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2009).

1) Identitas

Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2009).

Identitas tersebut meliputi :

a) Nama bayi : diperlukan untuk memastikan bahwa yang

diperiksa benar – benar anak yang dimaksud nama harus

jelas dan lengkap serta ditulis juga nama panggilan akrabnya

(Matondang, 2007).

b) Umur : perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai

kekhasanya sendiri dalam mordibitas dan mortalitas anak

juga diperlukan untuk menginterprestasikan apakah data

pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai umurnya

(Matondang, 2007).

c) Jenis kelamin : dikaji untuk membedakan dengan bayi lain

(Matondang, 2007).

d) Alamat : dikaji untuk mengetahui keadaan sosial budaya di

lingkungan tempat tinggal (Matondang, 2007).

e) Nama orang tua : ditulis dengan jelas agar tidak keliru

dengan orang lain mengingat banyaknya nama yang sama

(Matondang, 2007).
f) Agama : menggambarkan pola nilai spiritual dan keyakinan

orang tua pasien, yang merupakan pedoman hidup dan

menjadi pegangan dalam mengambil keputusan

(Matondang, 2007).

g) Pendidikan : dilakukan untuk mengkaji keakuratan data

yang diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan

dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang tua juga

berperan dalam pemeriksaan penunjang dan penentuan

tatalaksana pasien selanjutnya (Matondang, 2007).

h) Pekerjaan : dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua

untuk membiayai perawatan bayi (Matondang, 2007).

2) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan

klien dibawa berobat (Matondang, 2007). Pada kasus balita

dengan ISPA sedang keluhan utama batuk pilek dan badannya

panas (Nelson, 2007).

3) Riwayat kesehatan yang lalu

a) Imunisasi

Status imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi

BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B. Hal –hal tersebut

selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan

pediatrik yang diperoleh, juga membantu diagnosa pada

beberapa keadaan tertentu (Matondang, 2007). Pada kasus


ISPA sedang anak dengan imunisasi lengkap daya tahan

tubuhnya lebih baik (WHO, 2007).

b) Riwayat kesehatan keluarga atau menurun

Dikaji untuk mengetahui apakah di dalam keluarga terdapat

riwayat hipertensi, riwayat kembar dan penyakit TBC,

hepatitis, jantung, dan lain – lain. Karena riwayat keluarga

mempunyai penyakit ISPA bisa menular (Nursalam, 2005).

c) Riwayat penyakit yang lalu

Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang lalu seperti

batuk, pilek dan demam (Matondang, 2007).

d) Riwayat penyakit sekarang

Dikaji untuk mengetahui apakah anak mengalami demam

(Nursalam, 2007). Pada kasus balita dengan ISPA sedang

batuk, pilek, badannya panas, rewel, dan susah makan

(Nelson, 2007).

4) Pola kebiasaan sehari – hari

a) Nafsu Pola nutrisi

Dikaji tentang nafsu makan, jenis makanan yang dikonsumsi

sehari – hari (Nursalam, 2005) pada kasus balita dengan

ISPA sedang pola makan berkurang, pola makan dan minum

yang harus diberikan adalah makanan yang mudah dicerna

dan tidak merangsang (tidak pedas), usahakan makan sedikit


tapi sering, pola minumnya 8-9 gelas atau sekitar 1,5

liter/hari (Hidayat, 2008).

b) Pola istirahat atau tidur

Untuk mengetahui pola istirahat atau pola tidur, berapa jam

klien tidur dalam sehari dan apakah ada gangguan

(Shaifudin, 2005). Menjelang usia 3 tahun anak tidur selama

10 sampai 12 jam, dengan tidur siang sesekali dan singkat

(Dowcsheri, 2006).

c) Pola hygiene

Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan dan

menilai kerentanan terhadap infeksi (farrer, 2006). Pada

kasus balita dengan ISPA sedang mengalami integritas kulit

(Mansjoer, 2005).

d) Pola aktivitas

Mengenai keadaan anak seperti warna kulit, frekuensi

jantung, reaksi terhadap rangsangan, tonus otot, dan usaha

nafas (Nursalam, 2009). Balita dengan ISPA sedang

aktivitasnya menurun, kelihatan letih (prabu, 2009).

e) Pola eliminasi

Pengkajian tentang BAB dan BAK yang meliputi kondisi,

frekuensi, warnanya (Nursalam, 2009).

b. Pemeriksaan fisik ( data objektif)


Pemeriksaan fisik adalah data yang dapat di observasi dan di lihat

oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009).

1) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum anak apakah baik, sedang,

jelek. Keadaan umum pada balita dengan ISPA sedang yaitu

anak rewel (sedang) (Nursalam, 2009).

2) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran balita apakah

composmentis (kesadaran penuh dengan memberikan respon

yang cukup terhadap stimulus yang diberikan), apatis (keadaan

kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya

dan sikapnya acuh tak acuh, somnolen (kesadaran yang mau

tidur saja, dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri, tetapi

jatuh tidur lagi), koma (tidak dapat bereaksi tehadap stimulan

atau rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada)

(Nursalam, 2009). Pada anak ISPA sedang kesadaran apatis

(Matondang, 2007).

3) Tanda – tanda vital meliputi

a) Denyut nadi

Menilai kecepatan irama, suara jantung jelas dan teratur.

Denyut jantung normal 120 – 160 x/menit (Setiadi, 2012).

b) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit.

Respirasi normal antara 40 – 60 x / menit(Setiadi, 2012).

Pada balita dengan ISPA sedang > 50 x/menit

(Nelson, 2007).

c) Suhu demam > 39° C dan hipotermi bila < 35,5 ˚C. Pada

kasus balita dengan ISPA sedang suhu >39˚C

(Nelson, 2007).

c. Antropometri
1) Lingkar kepala

Untuk mengetahui pertumbuhan otak (normal 31 – 35,5 cm)

(Hidayat, 2008).

2) Lingkar dada

Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 30,5 –

33 cm) (Hidayat, 2008).

3) Panjang badan

Normal 48 – 53 (Farrer, 2006)

4) Karakteristik pertumbuhan fisik balita

Apakah perkembangannya normal atau tidak sesuai dengan

umumnya (Surasmi, 2005).

d. Pemeriksaan sistematis

1) Kulit : Apakah kulit lembab atau hangat ketika disentuh, adakah

pengelupasan pada kulit (Varney, 2007). Pada kasus ISPA

sedang timbul bercak pada kulit seperti campak (Nelson, 2007).


2) Kepala : Untuk mesochepal, makrosepal, serta adakah kelainan

(Priharjo, 2007). Pada balita dengan ISPA sedang yang disertai

mal nutrisi mempunyai rambut yang jarang, kemerahan, seperti

rambut jagung dan mudah di cabut tanpa menyebabkan rasa

sakit (WHO, 2009).

3) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid (Priharjo, 2007).

Pada kasus balita dengan ISPA sedang tenggorokan berwarna

merah (Nelson, 2007).

4) Mata : Adakah kotoran dimata, merah muda sampai pucat,

sklera putih, kelopak mata cekung bila disertai panas

(Prabu, 2009).

5) Telinga : Adakah kotoran atau cairan bagaimana tulang

rawannya (Priharjo, 2007). Pada balita ISPA sedang telinga

sakit dan mengeluarkan nanah dari lubang telinga

(Nelson, 2007).

6) Hidung : Adakah nafas kotoran yang membuat jalan nafas sesak

atau terganggu (Matondang, 2007). Pada balita dengan ISPA

sedang kemungkinan pernafasan berbunyi seperti mengorok

(WHO, 2009).

7) Mulut : Bibir warna pucat, kebiruan, kemerahan, kering pecah –

pecah, lidah kemerahan (Engel, 2005).

8) Dada :
Menurut depkes RI (2007), pemeriksaan dada pada balita

dengan ISPA sedang meliputi :

a) Inspeksi : Nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke

dalam.

b) Auskultasi : Adanya sridor atau wreezing menunjukkan

tanda bahaya.

9) Perut : Adakah pembesaran hati atau limfe, lemas dan tegang

(Farrer, 2006)

10) Anogenital : Jika laki – laki apakah testi sudah turun, jika

perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora

(Nursalam, 2009).

11) Ekstremitas : Adakah oedem, tanda sianosis (Nursalam, 2007).

e. Pemeriksaan tingkat balita

Tingkat perkembangan balita usia 12 – 59 bulan menurut Depkes

(2005), adalah sebagai berikut :

1) Motorik kasar

Motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang

melihatkan otot – otot besar, pada anak usia 9 – 12 bulan seperti:

a) Anak bisa berdiri

b) Anak bisa berjalan sambil berpegangan

c) Anak bisa berjalan dengan bantuan

d) Anak bisa bermain bola


e) Anak bisa naik tangga

2) Motorik halus

Motorik halus adalah aspek yang berhubungan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh

tertentu dan dilakukan oleh otot – otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat, pada usia anak 36 – 48 bulan seperti :

a) Anak bisa memasukkan benda ke dalam wadah

b) Anak bisa bermain dengan mainan yang mengapung di air

c) Anak menyusun balok atau kotak

d) Anak bisa menggambar

3) Perkembangan sensorik

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan dengan

kemampuan mandiri anak bersosialisasi dan berintegrasi dengan

lingkungannya dan sebagainya pada 48 – 60 bulan.

a) Anak bisa bermain bola

b) Anak bisa berjalan sendiri

c) Anak bisa naik tangga

d) Anak bisa berjalan sambil berpegangan

f. Pemeriksaan penunjang

Untuk mendukung pemeriksaan yang tak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta


terapi (Nursalam, 2009). Pada kasus ISPA sedang tidak dilakukan

pemeriksaan penunjang.

Langkah II : Interpretasi Data

Interpretasi data dasar merupakan rangkaian, menghubungkan

data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untuk

mengetahi kesehatan pasien. Pada langkah ini data diinterpretasikan

menjadi diagnosa, masalah, kebutuhan (Varney, 2007).

a. Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam

lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar diagnosa

kebidanan (Nursalam, 2007).

Anak X Umur. dengan ISPA sedang

Data subyektik

1) Ibu mengatakan umur balita bulan

2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin......

3) Ibu mengatakan balitanya batuk (Nelson, 2007)

4) Ibu mengatakan nafsu makannya menurun (Hidayat, 2008)

5) Ibu mengatakan nafas anaknya cepat (Depkes RI,

2007) Menurut Nelson (2007), data obyektif meliputi :

1) Keadaan umum : Lemah

2) Kesadaran : Somnolen

3) Pernafasan lebih dari 50 kali/menit


4) Suhu lebih dari 39 ˚C

5) Tenggorokan berwarna merah

6) Timbul bercak – bercak pada kulit menyerupai bercak campak

7) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

8) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur

9) Pernafasan berbunyi seperti menciut – ciut

a. Masalah

Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan

pengalaman klien dari hasil pengkajian (Varney, 2007). Masalah

yang muncul pada balita dengan ISPA sedang umumnya anak

nafsu makan berkurang dan rewel

(WHO, 2006).

b. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal – hal yang dibutuhkan pasien

dan belum terindentifikasi dalam diagnosa dan masalah

(Varney, 2007). Kebutuhan pada penanganan balita ISPA sedang

menurut Nelson (2007), meliputi :

1) Menenangkan anak agar tidak rewel kembali

2) Pemberian makanan

3) Pemberian cairan
Langkah III : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi dengan hati – hati tanda dan gejala yang

memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi

atau mencegah masalah – masalah yang spesifik (Varney, 2007).

Diagnosa potensial yang muncul pada balita dengan ISPA

sedang yaitu ISPA berat. Diagnosa potensial pada balita dengan ISPA

sedang dibuat jika terjadi gejala atau tanda bahaya pada anak

( Matondang, 2007).

Langkah IV :Antisipasi

Mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus

bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa balita

(Varney, 2007). Antisipasi muncul jika diagnosa potensial muncul

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera. Langkah yang

perlu dilaksanakan yaitu :

Pemberian cairan tergantung keadaan pasien, pemberian obat penurun

panas contohnya paracetamol 500 mg, dan kolaborasi dengan dokter

untuk memberikan terapi antibiotik contohnya benzil penicilin

(WHO, 2006).

Langkah V : Perencanaan

Perencanaan adalah suatu tindakan yang tepat untuk

mengatasi masalah atau kebutuhan pasien berfungsi untuk menuntun

perawatan yang diberikan kepada pasien sehingga tercapai tujuan dan

hasil yang optimal atau yang diharapkan (Varney, 2007).


Menurut WHO (2007), rencana yang diberikan kepada balita

dengan ISPA sedang adalah sebagai berikut :

a. Suportif

Meningkatkan daya tahan tubub berupa nutrisi yang adekuat,

pemberian multivitamin.

b. Antibiotik

1) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak yaitu memberikan

kontrimoksasol 1 mg, amoksisillin 3x ½ sendok teh, ampisilin

(500 mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x sehari/8 jam, penisilin

prokain 1 mg.

2) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg,

asetaminofen 3 x ½ sendok teh.

Langkah VI : Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaaan dari rencana asuhan

menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima secara efisien

dan aman (Varney, 2007). Pelaksanaan kolaborasi dengan dokter

spesialis anak dilakukan berhubungan dengan diagnosa (tanda dan

gejala, masalah pada anak dengan ISPA sedang) (WHO, 2007).

Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan

tersebut yang meliputi pemenuhan kebutuhan benar – benar terpenuhi

sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007).

Hasil evaluasi yang diharapkan menurut Depkes RI (2006):


a. ISPA sudah sembuh

b. Nafsu makan meningkat

c. Demam sudah turun

d. Nafas sudah tidak mendengkur

C. Informed Consent

Informed Consent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh

klien/pasien atau walinya (bagi bayi, anak dibawah umur dan klien/pasien

tidak sadar misalnya pasien ISPA) kepada bidan untuk melakukan tindakan

sesuai kebutuhan (Sofyan, 2006).

D. Landasan Hukum

Menurut Permenkes RI No 149/Menkes/2010 tentang izin dan

penyelenggaraaan praktik bidan pasal 10 ayat 2 pelayanan kebidanan kepada

bayi meliputi : pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan

bayi, resusitasi pada bayi baru lahir, pemberian imunisasi dan pemberian

penyuluhan (Kepmenkes RI, 2010).

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita tertuang

dalam standar kompetesi ke -7 yaitu bidan memberikan pengobatan sesuai

kewenangan, kolaborasi atau merujuk dengan cepat dan tepat sesuai keadaan

bayi dan balita.


BAB III TINJAUAN

KASUS

A. TINJAUAN KASUS

Ruang : Poli Umum

No. Registrasi : -

Tanggal : 11 Mei 2022 Pukul : 09.45 WIB

I. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Anak

1) Nama Anak : An. R

2) Umur : 1,5 tahun

3) Jenis kelamin : Laki - laki

4) Anak Ke : 2

b. Identitas Ibu Identitas Ayah

1) Nama : Ny. W Nama : Tn. B

2) Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun

3) Agama : Islam Agama : Islam

4) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

5) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

6) Alamat : Jl. Pringapus, Karangjati

Bergas, Semarang
c. Anamnesa (Data Subyektif)

1) Keluhan utama / alasan datang ke puskesmas

Ibu mengatakan anaknya sejak 2 hari yang lalu batuk

pilek dan badannya terasa panas.

2) Riwayat Kesehatan

a) Imunisasi

BCG : Tanggal 20-11-2020

DPT 1 : Tanggal 10- 01-2021

DPT 2 : Tanggal 10-02-2021

DPT 3 : Tanggal 10-03-2021

Polio 1 : Tanggal 20-11-2020

Polio 2 : Tanggal 10-01-2021

Polio 3 : Tanggal 10-02-2021

Polio 4 : Tanggal 10-03-2021

HB 1 : Tanggal 20-10-2020

HB 2 : Tanggal 10-02-2021

HB 3 : Tanggal 10-03-2021

Campak : Tanggal 20-07-2021

3) Riwayat penyakit yang lalu

Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit

panas pada usia 2 bulan setelah imunisasi DPT, Hb, dan

Polio.
4) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa

panas, rewel dan susah makan sejak 2 hari yang lalu

yaitu tanggal 09 Maret 2022

5) Riwayat penyakit keluarga / menurun

Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu

tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti

asma, jantung, ginjal, hepatitis, hipertensi, DM dan

penyakit menular seperti TBC dan pneumonia.

6) Riwayat Sosial

a) Yang Mengasuh

Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu

dengan suami dan orang tuanya.

b) Hubungan dengan anggota keluarga

Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota

keluarga sangat baik

c) Hubungan dengan teman sebaya

Ibu mengatakan anaknya belum mempunyai teman

yang sebaya dengannya.


d) Lingkungan rumah

Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, rapi dan

bersih, letak rumah berdekatan dengan rumah yang

lain.

7) Pola Kebiasaan Sehari-hari

a) Nutrisi

(1) Makanan yang disukai

Ibu mengatakan anaknya hanya minum ASI dan

makanan pendamping bubur bayi serta minum

ASI sesuai dengan keinginan anaknya.

(2) Makanan yang tidak disukai : Tidak ada

(3) Pola makanan yang

digunakan Pagi jam 06.00

WIB

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya hanya

minum ASI.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya hanya

minum ASI.

Siang Jam 12.00 WIB

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya

minum ASI dan ditambah

dengan porsi bubur bayi.


Selama sakit : Ibu mengatakan nafsu makan

anaknya berkurang dan hanya

minum ASI saja.

Malam jam 18.00 WIB

Sebelum sakit : Ibu mengatakan kadang

memberikan anaknya bubur

bayi dan ASI sebelum tidur.

Selama sakit : Ibu mengatakan tidak

memberikan bubur bayi dan

hanya memberikan ASI

sebelum tidur.

b) Istirahat / tidur

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur

siang ± 3 jam dan tidur malam

± 12 jam, kadang terbangun

untuk minum dan ngompol.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidur

± 10 jam karena sering

menangis, rewel dan sulit untuk

ditidurkan.
c) Mandi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya

mandi 2 kali sehari, ganti baju

sewaktu-waktu ketika baju

kotor terkena kencing, berak

atau keringat dan selesai mandi.

Selama sakit : ibu mengatakan anaknya tidak

dimandikan karena masih

demam dan hanya dibasuh

dengan air hangat.

d) Aktivitas

Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif

dan ceria serta merespon jika

dipanggil.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak

aktif dan lemah, sering

menangis, kurang merespon jika

dipanggil.

e) Eliminasi

Sebelum sakit : Ibu mengatakan bayinya BAB

2-3 x/hari dengan

konsistensi lembek, kuning

BAK
5-6 x/hari dengan konsistensi

warna kuning jernih, bau

amoniak, memancar.

Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB

4-5 x/hari, konsistensi

lunak, warna kuning kecoklatan

dan BAK 6-7 x/hari, warna

kuning pekat dan bau khas.

2. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

a. Status Generalis

1) Keadaan umum : Cukup

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : R : 42 x/menit, S :

37,7°C N : 110 x/menit

4) BB / TB : 8, 9 kg /-

5) LK : Tidak dilakukan

b. Pemeriksaan Sistematis

1) Kulit : Kulit terasa hangat, tidak timbul bercak-

bercak campak, turgor kulit lembab.

2) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok.

3) Muka : Bersih, tidak ada oedema, agak pucat.


4) Mata : Kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna

merah muda, sklera berwarna putih dan

bersih.

5) Telinga : Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang

keluar.

6) Mulut : Bibir berwarna merah muda, tidak ada

stomatitis, gusi tidak bengkak/berdarah,

mulut tidak berbau.

7) Hidung : Hidung simetris terdapat cairan / lendir

berwarna jernih dan encer kulit hidung

bagian luar tampak kemerahan.

8) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

tenggorokan berwarna merah.

9) Dada : Tidak ada tarikan dinding dada waktu

bernafas, tampak simetris, penafasan

mengorok.

10) Perut : Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada

nyeri tekan, tidak kembung.

11) Ekstremitas : Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan

kaki lengkap, tidak ada kelainan.

c. Pemeriksaan tingkat perkembangan

Tidak dilakukan
d. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

2) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

II. Interpretasi Data


Tanggal : 2 Juni 2022 Pukul : 10.00 WIB

1. Diagnosa Kebidanan

An. R, umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang

Data Dasar

Data Subjektif

a. Ibu mengatakan anaknya bernama An. R

b. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 20 Oktober


2020

c. Ibu mengatakan umur anaknya 1,5 tahun

d. Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin laki - laki

e. Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk, pilek serta

badan terasa panas sejak 2 hari yang lalu dan nafsu

makannya menurun.

Data Objektif

a. Keadaan umum : Cukup

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : R : 42 x/menit, Suhu : 37,7

°C, N: 110x/menit
d. Pemeriksaan Sistemik

1) Muka : Tampak agak pucat

2) Hidung : Terdapat cairan jernih dan encer

kulit hidung bagian luar tampak

kemerahan

3) Pernafasan : Mendengkur

4) Tenggorokan : Berwarna merah

5) Perabaan kulit : Terasa hangat tidak timbul bercak-

bercak seperti campak

6) Telinga : Tidak mengeluarkan cairan nanah

2. Masalah

Rewel dan nafsu makan


berkurang.

3. Kebutuhan

a. Menenangkan anak agar tidak rewel

b. Pemberian makanan

c. Pemberian cairan

III. Diagnosa Potensial

ISPA

IV. Antisipasi

1. Kolaborasi denagn dokter spesialis anak dalam pemberian

cairan infus.
2. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memberikan

terapi antibiotik

V. Perencanaan

Tanggal : 11 Mei 2022 Pukul :10.10WIB

1. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik

dan obat pereda batuk

2. Beritahu ibu tentang keadaan balita ibu sekarang.

3. Beritahu ibu tentang penyuluhan pencegahan penularan ISPA.

4. Berikan KIE pada ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan.

5. Beritahu KIE pada ibu untuk melakukan perawatan dirumah.

6. Beritahu ibu untuk kontrol ulang ke Klinik Isti Medika jika

kondisi anak belum stabil atau bila ada keluhan.

VI. Pelaksanaaan

Tangga : 11 Mei 2022 Pukul : 10.20 WIB

1. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk

memberikan terapi meliputi : Contrimoksasol sirup 3 x ½ cth,

paracetamol 500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg.

Semua obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut dibuat puyer

dibagi menjadi 12 bungkus diminum 3x1 per hari.

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA

sedang pada anak beserta tanda bahaya dan tindakan yang harus

dilakukan apabila ada tanda bahaya penyakit ISPA.


3. Memberitahu ibu tentang penyuluhan penularan ISPA, yaitu

jauhkan anak dari anggota keluarga yang terkena batuk pilek

agar anak tidak tertular dengan cara menggunakan masker bagi

anggota yang terkena batuk pilek.

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan

dengan cara menjaga kebersihan ruangan selalu bersih, mencuci

pakaian dan peralatan makanan balita agar penyakit ISPA sedan

tidak tertular orang lain

5. Memberitahu ibu untuk melakukan perawatan di rumah.

1) Pemberian makanan secukupnya, beri makan dengan gizi

yang seimbang.

2) Pemberian cairan, beri minuman air putih sebanyak 200-

300cc.

3) Anjurkan pada ibu agar anak lebih banyak istirahat, tidur

siang ± 2 jam dan tidur malam ± 10 jam.

4) Anjurkan pada ibu untuk membersihkan hidung anak bila

ada lendir menggunakan kain yang lembut dan bersih.

6. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang ke poli anak jika keadaan

anak belum stabil atau bila ibu ada keluhan.

VII. Evaluasi

Tanggal : 11 Mei 2022 Pukul : 10.30 WIB

1. Ibu mengerti cara memberikan obat.


2. Sudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA

dan ibu sudah mengerti.

3. Ibu mengerti tentang penyuluhan pencegahan penularan

penyakit ISPA.

4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

5. Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan anak dirumah.

6. Ibu sudah mengerti jika ada keluhan kembali kontrol ke

Klinik Isti Medika.


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil

dibandingkan dengan teori yang ada. Pelaksanaan studi kasus ini

menggunakan menejemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari

tujuh langkah, yaitu Pengkajian, Interpretasi Data, Diagnosa Potensial,

Antisipasi, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi.

Di bawah ini akan diuraikan mengenai pembahasan dan cara

pemecahan berdasarkan kesenjangan antara teori dan praktik.

VIII. Pengkajian

Pada langkah pertama ini melakukan pengkajian dengan

mengumpulkan data dasar, data subyektif, dan obyektif semua

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Data subyektif didapatkan keluhan utama batuk pilek

dan badan panas (Nelson, 2005). Pada pemeriksaan fisik

didapatkan keadaan umum anak lemah (Nusalam, 2007), kesadaran

somnolen (Nelson, 2007), tanda-tanda vital : pernafasan > 50

x/menit, suhu > 39°C (Nelson, 2007). Pada pemeriksaan sistematis

diperoleh data pada kulit timbul bercak pada kulit seperti campak

(Nelson, 2007), tenggorokan berwarna merah, telinga sakit dan


mengeluarkan nanah dari lubang telinga (Nelson, 2007) dan

pernafasan berbunyi mengorok (WHO, 2009).

Menurut kasus An. R umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang

pada data subyektif ibu mengatakan keadaan An. R umur 1,5

tahun, nafsu makan anak menurun, batuk dan pilek. Pada data

obyektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

pemeriksaan suhu 37,7°C, tenggorokan berwarna merah,

pernafasan 42x/menit, pada hidung terdapat cairan jernih dan encer

kulit bagian luar tampak kemerahan, pernafasan seperti mengorok,

pada perabaan kulit terasa hangat timbul bercak-bercak kemerahan

seperti campak, conjungtiva merah muda.

Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus pada keadaan umum balita, kesadaran, pemeriksaan suhu,

turgor kulit telinga dan mata. Pada teori menjelaskan keadaan

umum balita lemah dan kesadaran somnolen sedangkan pada kasus

keadaan umum balita cukup dan kesadaran composmentis,

kemudian pada pemeriksaan suhu teori menjelaskan suhu tubuh

lebih dari 39°C sedangkan pada kasus menjelaskan suhu tubuh

anaknya 37,7°C, pada turgor kulit teori mengatakan turgor kulit

kering dan timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak

campak sedangkan pada kasus turgor kulit baik dan lembab, tidak

timbul bercak-bercak campak, pada pemeriksaan telinga, pada teori

menjelaskan telinga sakit dan mengeluarkan nanah pada lubang


telinga sedangkan pada kasus tidak terdapat nanah pada lubang

telinga dan tidak terasa sakit dan pada pemeriksaan mata

conjungtiva merah muda.

IX. Interpretasi Data

Interpretasi data adalah dasar merupakan rangkaian,

menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip

relevan untuk mengetahui kesehatan pasien (Varney, 2007).

Menurut Nelson (2007), mengatakan diagnosa kebidanan pada

ISPA sedang umumnya anak mengalami batuk, pilek, panas dan

nafsu makan berkurang, pernafasan lebih dari 40x/menit,

tenggorokan berwarna merah, turgor kulit kering dan timbul

bercak-bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah pada

lubang telinga. Kebutuhan yang diberikan pada ISPA sedang

menurut Nelson (2005), meliputi menenangkan anak agar tidak

rewel kembali, pemberian makanan dan pemberian cairan.

Menurut kasus yang didapat diagnosa kebidanan yaitu An. R

umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang, masalah yang muncul adalah

anak rewel dan nafsu makan berkurang. Pada pemeriksaan

pernafasan lebih dari 40x/menit, suhu 37,7°C, tenggorokan

berwarna merah, pada perabaan kulit terasa hangat tidak terdapat

bercak-bercak seperti campak, pada hidung terdapat cairan jernih

dan encer kulit bagian luar tampak kemerahan, pernafasan seperti


mengorok. Kebutuhan yang diberikan adalah memberi asupan

nutrisi makanan dan pemberian cairan.

Pada langkah ini tidak menemukan adanya kesenjangan teori

dan kasus.

X. Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang muncul pada balita dengan ISPA

sedang yaitu ISPA berat. Diagnosa potensial pada balita dengan

ISPA sedang dibuat jika terjadi gejala atau bahaya pada anak

(Matondang, 2007).

Menurut kasus An. A dengan ISPA sedang diagnosa potensial

tidak muncul karena adanya antisipasi yang baik dengan kolaborasi

pada dokter anak untuk memberikan therapy antibiotik dan obat

pereda batuk, pilek dan panas. Pada langkah ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik.

XI. Antisipasi

Menurut WHO (2006), antisipasi yang diberikan pada balita

dengan ISPA sedang yaitu pemenuhan kebutuhan cairan,

pemberian obat pereda batuk dan kolaborasi dengan dokter anak

untuk memberikan terapi paracetamol dan obat batuk pilek.

Menurut kasus An. R dengan ISPA sedang antisipasi yang

dilakukan pada An. R umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang yaitu

kolaborasi dengan dokter dan pembrian terapi berupa antibiotik,


paracetamol dan obat batuk pilek. Pada langkah ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktek.

XII.Perencanaan

Menurut WHO (2007), penanganan yang diberikan pada balita

dengan ISPA sedang adalah memberikan kebutuhan nutrisi dan

kolaborasi dengan dokter anak untuk memberikan kontrimoksasol

1 mg, amoksisillin 3x 1/2 sendok teh, ampisilin (500 mg) 3 tab

puyer/xbungkus/3x sehari/8 jam, penicilin prokain 1 mg dan

memberikan obat paracetamol 500 mg, asetaminofen 3x ½ sendok

teh.

Menurut kasus perencanaan yang dilakukan pada An. R umur

1,5 tahun dengan ISPA sedang adalah pemberian perawatan anak di

rumah, pemberian terapi obat Contrimoksasol sirup 3 x ½ cth,

paracetamol 500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua

obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut dibuat puyer dibagi

menjadi 12 bungkus diminum 3x1 per hari. Pada langkah ini tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

XIII. Pelaksanaan

Menurut varney (2007), langkah ini merupakan pelaksanaan

dari rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah kelima secara efisien dan aman. Pelaksanaan dilakukan

sehubungan dengan diagnosa (tanda dan gejala, masalah pada anak

dengan ISPA sedang).


Menurut kasus pada An. Umur 1,5 tahun, tindakan yang

dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan semua

dapat dilaksanakan dengan baik, karena adanya dukungan dari

keluarga dan tindakan yang baik dalam perawatan pada balita di

rumah. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus.

XIV. Evaluasi

Menurut varney (2007), langkah ini merupakan evaluasi

apakah rencana asuhan tersebut yang meliputi pemenuhan

kebutuhan benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam

masalah dan diagnosa. Hasil evaluasi yang diharapkan menurut

Depkes RI 92006) :

a. ISPA sudah sembuh

b. Nafsu makan meningkat

c. Demam sudah turun

d. Nafas sudah tidak mendengkur

Menurut kasus yang telah dilakukan ibu mengatakan setelah

dilakukan asuhan selama 5 hari pada anak R umur 1,5 tahun

keadaannya sudah membaik. Pada pemeriksaan telah dilakukan

semua perencanaan dan telah dilaksanakan kolaborasi, perawatan

dirumah, pendidikan kesehatan serta penyuluhan semua kebutuhan

anak terpenuhi dan anak dinyatakan sembuh ditandai dengan

pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Pada


pemeriksaan TTV S: 36,5°C, N : 120x/menit, R: 32x/menit.

Keadaan anak nafsu makannya baik, sudah tidak batuk, tidak pilek

dan nafas tidak mengorok, dan aktifitas anak sudah aktif dan sudah

sehat kembali. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan ISPA

sedang selama 5 hari dengan menerapkan managemen kebidanan Varney

dapat diambil kesimpulan :

1. Dari hasil pengkajian didapatkan An. R diklasifikasikan sebagai

balitasakit ISPA sedang. Dari data subyektif ibu mengatakan keadaan

anaknya batuk, pilek, panas, nafsu makan menurun, dan rewel. Pada

data objektif keadaan umum baik, kesadaran composmentis

pemeriksaan pernafasan cepat 42x/menit, pernafasan mengorok,

tenggorokan berwarna merah, pada perabaan kulit teraba hangat, suhu

37,7°C, hidungkeluar cairan jernihdan kulit hidung bagian luar tampak

kemerahan.

2. Dari hasil interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan pada An. R

umur 1,5 tahun ISPA sedang, masalah yang muncul pada An. R umur

1,5 tahun adalah batuk, pilek, panas dan rewel (pada pemeriksaan

pernafasan lebih dari 40x/menit,suhu 37,7°C, tenggorokan berwarna

merah, pada perabaan kulit terasa hangat, pernafasan mengorok).

Kebutuhan yang diperlukan adalah informasi tentang perawatan anak

dengan ISPA sedang dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk

meberikan terapi obat Contrimoksasol sirup 3 x ½ cth, paracetamol


500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua obat tersebut ada

2 tablet, obat-obat tersebut dibuat puyer dibagi menjadi 12 bungkus

diminum 3x1 per hari.

3. Diagnosa potensial dapat terjadi ISPA berat tapi karena adanya

penanganan yang intensif maka diagnosa potensial tersebut tidak

terjadi.

4. Upaya antisipasi yaitu dengan pemberian obat penurun panas obat

pereda batuk pilek dan kolaborasi dengan dokter anak.

5. Perencanaan tindakan telah sesuai teori yaitu kolaborasi dengan dokter

anak, perawatan di rumah, pemberian obat Contrimoksasol sirup 3 x ½

cth, paracetamol 500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua

obat tersebut ada 2 tablet, obat-obat tersebut dibuat puyer dibagi

menjadi 12 bungkus diminum 3x1 per hari.

6. Pelaksanaan tindakan dapat dilakukan dengan baik sesuai rencana yang

telah disusun karena adanya dukungan keluarga.

7. Evaluasi dilakukan selama 5 hari untuk mengetahui perkembangan

balita, dan hasilnya keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

nafsu makan anak baik, pemeriksaan fisik dan TTV baik, dan anak

dinyatakan sembuh.

8. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan ini terjadi kesenjangan antara teori

dan kasus pada pengkajian keadaan umum, kesadaran, pemeriksaan

suhu, turgor kulit, mata dan telinga. Pada teori menjelaskan keadaan

umum lemah kesadaran somnolen sedangkan pada kasus keadaan


umum baik, kesadaran composmentis. Pada teori suhu tubuh lebih dari

39°C sedangkan pada kasus hanya 37,7°C, pada turgor kulit teori

mengatakan turgor kulit kering dan timbul bercak-bercak pada kulit

menyerupai bercak campak sedangkan pada kasus turgor kulit baik dan

lembab, tidak timbul bercak- bercak campak. Pada mata teori

mengatakan conjungtiva merah muda sampai pucat sklera putih. Pada

kasus conjungtiva merah muda sampai pucat sklera putih. Pada telinga

teori menjelaskan telinga sakit dan mengeluarkan nanah pada lubang

telinga sedangkan pada kasus tidak terdapat nanah pada lubang telinga

dan telinga tidak terasa sakit.

9. Alternatif pemecahan masalah pada kasus ini adalah bahwa tidak semua

balita dengan ISPA sedang kondisi atau keadaanya sesuai dengan teori.

Pada An. R tanda dan gejala yang sesuai dengan teori adalah respirasi

42x/menit, muka tampak agak pucat, hidung terdapat cairan jernih

encer kulit hidung bagian luar tampak kemerahan pernafasan cepat

pernafasan mengorok tenggorokan berwarna merah.


B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulisan dapat memberikan

masukan berupa :

1. Bagi Profesi

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan khusus pada balita dengan

ISPA sedang, dan mampu memberikan informasi secara jelas dan rinci

tentang yang dialami oleh anak sehingga keluarga dan masyarakat dapat

mencegah terjadinya kegawatdaruratan dan mampu berperilaku hidup

sehat serta tidak menganggap remeh setiap penyakit pada balita yang

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan.

2. Bagi Institusi

a. Klinik Isti Medika

Pelayanan yang diberikan Klinik Isti Medika sudah baik diharapkan

untuk tetap mempertahankan dan dapat meningkatkan lagi mutu

pelayanan dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit

dengan ISPA sedang.

b. Pendidikan Universitas Ngudi Waluyo

Diharapkan Laporan Reflektif Learning ini digunakan sebagai

sumber bacaan atau referensi untuk menaikan kualitas pendidikan

kebidanan khususnya pada balita sakit dengan ISPA sedang.

3. Bagi Ibu dan Keluarga

Diharapkan ibu balita mengetahui informasi tentang penyakit ISPA

sedang dan informasi tentang perawatan pada anak dirumah sesuai


dengan anjuran petugas kesehatan, sehingga jika ditemukan tanda

bahaya segera membawa ke petugas kesehatan yang terdekat, dan

menjagakebersihan diri dan lingkungan untuk terhindar dari penyakit

yang dapat membahayakan balita.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.

Abdullah, dkk. 2003 . Simultaneous Weekly Supplumentation of Iron and Zinc


Associated Bangladest Infant. The Jaurnal Of Nutrition 2003;1:128-37
(online).available. http:// undip.ac.id diakses pada tanggal 14 Mei 2022.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Etiologi ISPA dan Pneumonia Litbang.


http://www.depkes.etiologi-ISPA-Pneumonia.co.id. online. Akses : 14
Mei 2022.

. 2007. Pengertian ISPA, http://www.pengertian-ispa.com.


available online. Diakses tanggal 14 Mei 2022.

. 2009. Profil Kesehatan Indonesia , available online.


http://depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indone
sia%202008.pdf. Diakses tanggal 14 Mei 2022.

Dwi. Y. H. 2009. Asuhan kebidanan pada Balita Z dengan Infeksi Saluran


Pernafasan Akut (ISPA) sedang di RS.UD kota surakarta. Akademi
Kebidanan Kusuma Husada. KTI. Tidak dipublikasikan

Dowsheri. 2006. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Engel. 2005. Prinsip-Prinsip Kesehatan dalam Bidang Keperawatan. Jakarta :


Info Medika.

Farrer, H. 2006. Perawatan Maternal. Jakarta : EGC.

Ferry, A. G. At. All. 2007. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta
:EGC.

Fitri, yuli. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan ISPA. (online) http
://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/. Diakses
pada tanggal 14 Mei 2022

Handayani, dkk. 2005. Kamus Perkembangan Bayi Dan Balita. Jakarta : Esensi

Hartono, dkk. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak. Yogjakarta : Nuha


Medika.
Hidayat, A.A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Imron lubis, dkk. 2013. Etiologi Infeksi Saluran Prnafasan Akut (ISPA) dan
Faktor Lingkungan. Available:http://ejournal . litbang. depkes. go. id/
index. php/ BPK/article/download/510/1357. Di akses pada tanggal 15
Mei 2022.

Indah. 2005. Tanda dan Pengobatan ISPA. http://www.smallcrab.com. Di


akses pada tanggal 15 Mei 2022.

Kepmenkes, RI. 2010. Permenkes Indonesia Tentang Penyelenggaraan


Praktik Bidan. Available online : http://ummukautsar.wordpress.com
Diakses tanggal 15 Mei 2022.

Kepmenkes, RI. 2010. Tatalaksana Pneumonia Balita.http//www.kepmenkes-


tatalaksana- pneumonia –balita.co.id. Available online. Diakses tanggal
15 Mei 2022

Kepmenkes, RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan


Akut.http//www.kepmenkes-infeksi-saluran-pernafasan-akut.co.id.
Available online. Diakses tanggal : 15 Mei 2022Kishore.

2007. Balita, Penyakit dan Pengobatannya. Jakarta : EGC. Lamusa.

2006. Etiologi ISPA Sedang. Jakarta : EGC.

Manjoer Arif. Dkk. 2005. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Media Aesculaplus

Matondang, dkk. 2007. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 3. Jakarta : PT. Sagung
Seto. Jakarta : EGC.

Nandia. I. S. 2013. Asuhan Kebidanan pada An. A umur 4 bulan dengan ISPA
sedang di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma
Husada Surakarta. KTI. Tidak dipublikasikan

Nelson. 2007. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : EGC.

Nursalam. 2005. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Jakarta : Salemba Medika.

. 2007. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan


Praktik. Jakarta : Salemba Medika.

. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan


Praktik. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Octopus Publising Group Ltd. 2005. Kamus Perkembangan Bayi dan Balita.
Jakarta: ESENSI

Prabu. 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).HTTP://Putra


Prabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa/
available online. Diakses tanggal 15 Mei 2022

Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Prymi. N. S. 2008. Asuhan kebidanan anak A dengan Infeksi Saluran Pernafasan


Akut (ISPA) sedang di ruang Bakung RS Panti Waluyo surakarta.
Akademi Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak dipublikasikan

Riset Kesehatan Dasar . 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan .


Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Desember 2008

Riwidikdo. H. 2013. Statistik Kesehatan, Jogjakarta : Rohima Press

Saifuddin, A.B. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP. SP.

Setiadi. 2012. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Sofyan, M. 2006. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia : Bidan Menyongsong Masa


Depan. Jakarta : PP IBI

Sudarti, dkk. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha


Medika

Surasmi. A. 2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi, Jakarta : EGC

Usman, Iskandar. 2012. Penderita ISPA (online). Available


http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4279/RIBKA%
20 di Akses pada tanggal 15 Mei 2022

Varney, H. 2007. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi. 4. Volume. 2.


Jakarta : EGC.

WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak Dirumah Sakit Kecil Negara
Berkembang.Pedoman Untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior.
Jakarta : EGC
.2006. Manajemen Bayi Baru Lahir, Panduan Untuk Dokter,
Perawatan Dan Bidan. Jakara: EGC

. 2007. Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.

. 2009. Ilmu Perawatan Bayi. Jakarta : Widya Medika.

. 2012. Data and Statistics. (online) . http ://www.who.int/gho/child-


health/en/index. Html diakses pada tanggal 15 Mei 2022.

Widiadi A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada An. S dengan Infeksi Saluran


Pernafasan Akut (ISPA) sedang di dr Moewardi Surakarta. Akademi
Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. KTI. Tidak dipublikasikan

Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai