Di Susun Oleh :
Ayu Silvia
161212027
1. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi
pada anak. WHO memperkirakan insiden ISPA di negara berkembang dengan angka
kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15-20% pertahun pada
golongan usia balita. Menurut WHO kurang lebih 13 juta anak balita di dunia meninggal
setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang, dimana
ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak
balita setiap tahun (Rudianto, 2013).
Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta, China 21 juta, Pakistan 10 jutadan
Bangladesh, Indonesia, masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di
masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. ISPA merupakan salah
satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%)
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL, 2011).
Di Indonesia kasus ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian bayi.
Sebanyak 36,4% kematian bayi pada tahun 2008 (32,1%) pada tahun 2009 (18,2%) pada tahun
2010 dan38,8%pada tahun 2011 disebabkan karena ISPA. Selain itu, ISPA sering berada pada
daftar sepuluh penyakit terbanyak penderitanya di rumah sakit. Berdasarkan data dari P2 program
ISPA tahun 2009, cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang diperoleh 18.749
penderita. Survei mortalitas yang dilakukan Subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA sebagai
penyebab terbesar kematian bayi di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian
balita (Depkes RI, 2012).
Dari hasil survei yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Semarang pada 37 Puskesmas,
diketahui jumlah penderita ISPA usia 0-4 tahun sebanyak 5.881 anak pada tahun 2002. Dari hasil
penelitian yang dilakukan bahwa salah satu penyebab terjadinya ISPA pada balita bukan hanya
faktor lingkungan fisik rumah akan tetapi diperoleh fakta bahwa rata-rata lama pemberian ASI
secara ekslusif terdapat hubungan yang yang signifikan Antara lama pemberian ASI secara
ekslusif dengan frekuensi kejadian ISPA dalam 1 bulan (p<0,05). Arah hubungan adalah negativ
yang berarti semakin lama pemberian ASI secara ekslusif maka frekuensi kejadian ISPA dalam 1
bulan terakhir akan semakin kecil (Prameswari, 2009). Hasil peneltiain lain dikatakan bahwa
tersebut terlihat bahwa penderita ISPA terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Erlien,
2013).
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pada An. R Umur 1,5 Tahun Dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika
c. Merumuskan diagnose pada pada An. R Umur 1,5 Tahun Dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada An. R Umur 1,5 Tahun Dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika
f. Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada An. R Umur 1,5 Tahun
Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang di klinik Isti Medika
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada An. R umur 1,5 tahun dengan ISPA di
klinik Isti Medika.
3. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence based practice
pemberian asuhan kebidanan balita.
2. Bagi lahan praktik
Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan gambaran dan
masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik dalam memberikan asuhan
kebidanan
3. Bagi klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan dan evidence based practice
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis
1. Balita
a. Pengertian
Balita adalah semua anak termasuk bayi baru lahir yang berusia nol
(Nursalam, 2005).
1) Umur 2 – 2 ½ tahun
a) Bahasa
menggunakan kata ganti seperti ia, dia, dan kata depan seperti di
Dapat melompat di lantai dalam jarak dekat dari posisi berdiri dan
2) Umur 2 ½ - 3 tahun
a) Bahasa
diawal dengan kata ‘Siapa?’ dan ‘Di mana?’) adalah cara yang
b) Belajar
d) Gerakan
baik.
3) Umur 3 – 3 ½ tahun
a) Bahasa
sehari – hari, pada tahap ini ia hanya menggunakan dua atau tiga
b) Belajar
membersihkan giginya.
d) Gerakan
nyaman.
4) Umur 3 ½ - 4 tahun
a) Bahasa
Bisa memasangkan kata – kata dengan hanya dua atau tiga kata
b) Belajar
makan pada masing – masing tangan, dan dapat minum dari gelas.
d) Gerakan
balita yaitu :
menyerang salah satu bagian dari saluran nafas bagian atas maupun
bagian bawah
3) Diare adalah keadaan dimana BAB anak lebih 3 kali sehari dengan
konsistensi encer.
penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga
lebih besar memiliki demam ringan, yang muncul pada waktu sakit.
Pada anak – anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba – tiba terjadi
bervariasi antara lain bersin, rasa menggigil, nyeri otot, ingus hidung
c. Klasifikasi ISPA
1) Bukan pneumonia, batuk atau pilek yaitu jika tidak ada penarikan
pernafasan cepat yaitu 50 kali per menit atau lebih pada anak 2
bulan hingga 12 bulan, 40 kali per menit atau lebih pada anak usia
dapat minum.
d. Etiologi
e. Epidemiologi
kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama dari waktu ke waktu.
ada puncak kejadian pada bulan September kira – kira pada saat
sekolah di mulai, pada akhir januari, dan mendekati akhir bulan April.
Anak menderita rata – rata lima sampai delapan infeksi setahun, dan
f. Patologi
(Nelson, 2007).
g. Manifestasi klinis
lebih besar memiliki demam ringan, yang muncul pada waktu sakit.
Pada anak – anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba – tiba terjadi
Muntah dan diare mungkin juga bisa muncul (Hartono dkk, 2012).
h. Komplikasi
dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering adalah otitis media, yang
i. Pencegahan
keadaan ini. Namun, karena komplikasi pada bayi yang amat muda
(Nelson, 2007).
a. Pengertian
ISPA sedang bila ada gejala ringan dan ditambah dengan salah
satu atau lebih gejala : frekwensi pernafasan lebih dari 50/menit, suhu
campak, OMP yang kurang dari 2 minggu (Imran lubis dkk, 2013).
penyakit ISPA sedang jika dijumpai gejala ISPA ringan disertai satu
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih
untuk umur 2 - < 12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada
umur 12 bulan - < 5 tahun, suhu tubuh lebih dari 39˚C, tenggorokan
berwarna merah, timbul bercak – bercak merah pada kulit
(mendengkur).
kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak
berdasarkan atas umur dan tanda – tanda klinis yang didapat yaitu :
dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya
lebih rendah.
a) Pneumonia berat
sianosis (pucat).
1 tahun – 5 tahun.
e. Penyebaran penyakit ISPA sedang
yaitu :
1) Usia
2) Status Imunisasi
g. Penatalaksanaan
1) Suportif
pemberian multivitamin
2) Antibiotik
puyer/x bungkus
quinolon 5 mg,dll.
h. Pencegahan
satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak
Untuk anak berumur 6 bulan atau lebih, berilah makanan dengan nilai
Bisa juga ditambahkan makanan dari susu dan telur. Berilah makanan
pada anak selama anak masih menghendaki. Bila umur anak kurang
1. Pengertian
Langkah I : Pengkajian
1) Identitas
(Matondang, 2007).
(Matondang, 2007).
(Matondang, 2007).
(Matondang, 2007).
f) Agama : menggambarkan pola nilai spiritual dan keyakinan
(Matondang, 2007).
2) Keluhan utama
a) Imunisasi
(Nelson, 2007).
(Dowcsheri, 2006).
c) Pola hygiene
(Mansjoer, 2005).
d) Pola aktivitas
e) Pola eliminasi
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
(Matondang, 2007).
a) Denyut nadi
b) Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit.
(Nelson, 2007).
c) Suhu demam > 39° C dan hipotermi bila < 35,5 ˚C. Pada
(Nelson, 2007).
c. Antropometri
1) Lingkar kepala
(Hidayat, 2008).
2) Lingkar dada
3) Panjang badan
d. Pemeriksaan sistematis
(Prabu, 2009).
(Nelson, 2007).
(WHO, 2009).
8) Dada :
Menurut depkes RI (2007), pemeriksaan dada pada balita
dalam.
tanda bahaya.
(Farrer, 2006)
10) Anogenital : Jika laki – laki apakah testi sudah turun, jika
(Nursalam, 2009).
1) Motorik kasar
2) Motorik halus
3) Perkembangan sensorik
f. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penunjang.
a. Diagnosa kebidanan
Data subyektik
2) Kesadaran : Somnolen
a. Masalah
(WHO, 2006).
b. Kebutuhan
2) Pemberian makanan
3) Pemberian cairan
Langkah III : Diagnosa Potensial
sedang yaitu ISPA berat. Diagnosa potensial pada balita dengan ISPA
sedang dibuat jika terjadi gejala atau tanda bahaya pada anak
( Matondang, 2007).
Langkah IV :Antisipasi
(WHO, 2006).
Langkah V : Perencanaan
a. Suportif
pemberian multivitamin.
b. Antibiotik
prokain 1 mg.
Langkah VI : Pelaksanaan
C. Informed Consent
klien/pasien atau walinya (bagi bayi, anak dibawah umur dan klien/pasien
tidak sadar misalnya pasien ISPA) kepada bidan untuk melakukan tindakan
D. Landasan Hukum
bayi meliputi : pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan
bayi, resusitasi pada bayi baru lahir, pemberian imunisasi dan pemberian
kewenangan, kolaborasi atau merujuk dengan cepat dan tepat sesuai keadaan
KASUS
A. TINJAUAN KASUS
No. Registrasi : -
I. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Anak
4) Anak Ke : 2
Bergas, Semarang
c. Anamnesa (Data Subyektif)
2) Riwayat Kesehatan
a) Imunisasi
HB 1 : Tanggal 20-10-2020
HB 2 : Tanggal 10-02-2021
HB 3 : Tanggal 10-03-2021
Polio.
4) Riwayat penyakit sekarang
6) Riwayat Sosial
a) Yang Mengasuh
lain.
a) Nutrisi
WIB
minum ASI.
minum ASI.
sebelum tidur.
b) Istirahat / tidur
ditidurkan.
c) Mandi
d) Aktivitas
dipanggil.
dipanggil.
e) Eliminasi
BAK
5-6 x/hari dengan konsistensi
amoniak, memancar.
a. Status Generalis
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : R : 42 x/menit, S :
4) BB / TB : 8, 9 kg /-
5) LK : Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan Sistematis
bersih.
keluar.
mengorok.
Tidak dilakukan
d. Pemeriksaan penunjang
1. Diagnosa Kebidanan
Data Dasar
Data Subjektif
makannya menurun.
Data Objektif
b. Kesadaran : Composmentis
°C, N: 110x/menit
d. Pemeriksaan Sistemik
kemerahan
3) Pernafasan : Mendengkur
2. Masalah
3. Kebutuhan
b. Pemberian makanan
c. Pemberian cairan
ISPA
IV. Antisipasi
cairan infus.
2. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk memberikan
terapi antibiotik
V. Perencanaan
VI. Pelaksanaaan
sedang pada anak beserta tanda bahaya dan tindakan yang harus
yang seimbang.
300cc.
VII. Evaluasi
penyakit ISPA.
Pada bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil
VIII. Pengkajian
diperoleh data pada kulit timbul bercak pada kulit seperti campak
tahun, nafsu makan anak menurun, batuk dan pilek. Pada data
campak sedangkan pada kasus turgor kulit baik dan lembab, tidak
umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang, masalah yang muncul adalah
dan kasus.
X. Diagnosa Potensial
ISPA sedang dibuat jika terjadi gejala atau bahaya pada anak
(Matondang, 2007).
pereda batuk, pilek dan panas. Pada langkah ini tidak terdapat
XI. Antisipasi
dilakukan pada An. R umur 1,5 tahun dengan ISPA sedang yaitu
XII.Perencanaan
teh.
paracetamol 500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua
menjadi 12 bungkus diminum 3x1 per hari. Pada langkah ini tidak
XIII. Pelaksanaan
rumah. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus.
XIV. Evaluasi
Depkes RI 92006) :
Keadaan anak nafsu makannya baik, sudah tidak batuk, tidak pilek
dan nafas tidak mengorok, dan aktifitas anak sudah aktif dan sudah
PENUTUP
A. Kesimpulan
anaknya batuk, pilek, panas, nafsu makan menurun, dan rewel. Pada
kemerahan.
umur 1,5 tahun ISPA sedang, masalah yang muncul pada An. R umur
1,5 tahun adalah batuk, pilek, panas dan rewel (pada pemeriksaan
terjadi.
cth, paracetamol 500mg, CTM 4mg, Dexa 0,5 mg, GG 100 mg. Semua
nafsu makan anak baik, pemeriksaan fisik dan TTV baik, dan anak
dinyatakan sembuh.
suhu, turgor kulit, mata dan telinga. Pada teori menjelaskan keadaan
39°C sedangkan pada kasus hanya 37,7°C, pada turgor kulit teori
menyerupai bercak campak sedangkan pada kasus turgor kulit baik dan
kasus conjungtiva merah muda sampai pucat sklera putih. Pada telinga
telinga sedangkan pada kasus tidak terdapat nanah pada lubang telinga
9. Alternatif pemecahan masalah pada kasus ini adalah bahwa tidak semua
balita dengan ISPA sedang kondisi atau keadaanya sesuai dengan teori.
Pada An. R tanda dan gejala yang sesuai dengan teori adalah respirasi
masukan berupa :
1. Bagi Profesi
ISPA sedang, dan mampu memberikan informasi secara jelas dan rinci
tentang yang dialami oleh anak sehingga keluarga dan masyarakat dapat
sehat serta tidak menganggap remeh setiap penyakit pada balita yang
2. Bagi Institusi
Ferry, A. G. At. All. 2007. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta
:EGC.
Fitri, yuli. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Dengan ISPA. (online) http
://yulifitri34.wordpress.com/2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/. Diakses
pada tanggal 14 Mei 2022
Handayani, dkk. 2005. Kamus Perkembangan Bayi Dan Balita. Jakarta : Esensi
Imron lubis, dkk. 2013. Etiologi Infeksi Saluran Prnafasan Akut (ISPA) dan
Faktor Lingkungan. Available:http://ejournal . litbang. depkes. go. id/
index. php/ BPK/article/download/510/1357. Di akses pada tanggal 15
Mei 2022.
Manjoer Arif. Dkk. 2005. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Media Aesculaplus
Matondang, dkk. 2007. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 3. Jakarta : PT. Sagung
Seto. Jakarta : EGC.
Nandia. I. S. 2013. Asuhan Kebidanan pada An. A umur 4 bulan dengan ISPA
sedang di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Akademi Kebidanan Kusuma
Husada Surakarta. KTI. Tidak dipublikasikan
Octopus Publising Group Ltd. 2005. Kamus Perkembangan Bayi dan Balita.
Jakarta: ESENSI
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP. SP.
WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak Dirumah Sakit Kecil Negara
Berkembang.Pedoman Untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior.
Jakarta : EGC
.2006. Manajemen Bayi Baru Lahir, Panduan Untuk Dokter,
Perawatan Dan Bidan. Jakara: EGC