Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA


NY. SU USIA 31 TAHUN P3A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN
DI PUSKESMAS MATESIH

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Keluarga Berencana

Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh :
Rachma Fatikasari
P27224022346
Prodi Profesi Bidan Reguler

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA


NY. SU USIA 31 TAHUN P3A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN
DI PUSKESMAS MATESIH

Disusun oleh :

Nama : Rachma Fatikasari


NIM : P27224022346
Kelas : Program Studi Profesi Kebidanan Reguler

Tanggal Pemberian Asuhan : 24 Agustus 2022


Disetujui :

CI/Pembimbing Lahan
Tanggal : 24 Agustus 2022
Di : Puskesmas Matesih

Dosen Pembimbing
Tanggal : 26 November 2022
Di : Poltekkes Kemenkes Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World
Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran,
dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati,
2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur
jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan
metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat
sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi
memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati,
2014).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria
dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih
sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria
yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama
terputus) dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang menggunakan
kontrasepsi suami mempunyai peranan 2 mempunyai peranan penting dalam
mendukung istri dan menjamin efektifitas pemakaian kontrasepsi ( Saifudin,
2020 )
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari
itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk
menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB
dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan
kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh
akseptor (Depkes, 2010).
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 jumlah PUS yang menjadi
peserta KB aktif tercatat sebanyak 4.874.250 peserta dengan rincian, KB
dengan metode IUD sebanyak 416.240 orang (8,53%), MOW sebanyak
262.760 orang (5,39%), MOP sebanyak 52.758 orang (1,08%), kondom
sebanyak 92.272 orang (1,89%), implant sebanyak 463.790 orang (9,51%),
suntik sebanyak 2.753.967 orang (56,50%), dan pil sebanyak 832.463 orang
(17,07%).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah
pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan
seseorang tentang kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan
kontrasepsi. Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi yang dipilih
merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman baik akan selalu dijadikan
acuan untuk mengikuti program keluarga berencana (Gustikawati, 2014).
Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena
istri yang mendapat dukungan dari suami akan menggunakan kontrasepsi
secara terus menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan
sedikit yang menggunakan kontrasepsi (Aryanti,2014).
Sebagai bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan pada
Akseptor KB sesuaj kompetensi yang kedua yaitu:Bidan memberikan asuhan
yang bermutu tinggi pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan
pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangaka untuk meningkatkan
dasarkehidupan yang seha,perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang
tua.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis merasa tertarik untuk
mengambil judul “ ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA DI
PUSKESMAS MATESIH KARANGANYAR“.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan kenyataan yang ada
penulis dapat merumuskan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan
Fisiologis Holistik KB dan KESPRO“ di Puskesmas Matesih dengan
mengguakan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
b. Dapat melakukan interpretasi data pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
c. Dapat merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi pada akseptor
KB di Puskesmas Matesih.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
e. Dapat membuat rencana tindakan pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
f. Dapat membuat implementasi data pada akseptor KB di Puskesmas
Matesih.
g. Dapat membuat evaluasi pada akseptor KB di Puskesmas Matesih.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung
pada ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam
melaksanakan tugas sebagai bidan dengan manajemen kebidanan.
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat menjadi bahan masukan dan referensi data bagi puskesmas untuk
menambah pengetahuan tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan pada
pasien kontrasepsi sehingga dapat mengetahui penanganan masalah pada
perimenopause dengan tepat.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang kontrasepsi.
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis
1. Kontrasepsi
a. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah
dibuahi ke dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014) keluarga
berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala
hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini
dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda
ataucerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan
metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan
dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan
kualitas generasi yang akan datang (Manuaba.2015)
b. Macam-macam kontrasepsi Menurut (Atikah proverawati, 2010)
1) Kontrasepsi Sederhana
a) Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang
dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma
yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak
tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah
pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa
mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis
kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan
kondom ini 5-21%.
b) Coitus Interuptus Coitus interuptus atau senggama terputus
adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis dari
vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat
sehingga relatif sehat untuk digunakan wanita dibandingkan
dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode
ini cukup tinggi.
c) KB Alami KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan
tidak masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi.
Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode
kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
d) Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak
memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8%
kehamilan.
e) Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat
mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi
sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan
jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila
dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
2) Kontrasepsi Hormonal
a) PIL
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau
tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron
(Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron
saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk
mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur,
mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk
masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium.
Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat
tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi,
dan 3-10% untuk mini
Manfaat Pil KB :
i. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai
efektifitas tubektomi), bila digunakan tiap hari.
ii. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
iii. Tidak mengganggu hubungan seksual.
iv. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
v. Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
vi. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
vii. Mudah dihentikan setiap saat.
viii. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan.
ix. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
x. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium
dan endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul
Efek samping :
i. Gangguan siklus haid
ii. Tekanan darah tinggi
iii. Kenaikan berat badan
iv. Jerawat
v. Bercak bercak coklat pada wajah
b) SUNTIK
Suntik KB Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan
(cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA).
Cara kerjanya sama dengan pil KB..Efek sampingnya dapat
terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan
berat badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan
libido, dan densitas tulang.
c) IMPLANT
Implant Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan
dibawah kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama
dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan
dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun,
kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.
Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%. 4.

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR adalah alat


kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang
dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada
pula yang batangnya hanya berisi hormon progesteron. Cara
kerjanya, meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu
blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap menerima
nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi
penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan
lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya
tinggi, angka kegagalannya 1%.

4) Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)


a) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum
dengan cara mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba
fallopi (pembawa sel telur ke rahim), efektivitasnya mencapai
99 %.c)
b) Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk
menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan
memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma
tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%. (Suratun,
2008)

c. PATHWAY
Pil KOmbinasi Pil Tunggal

Mengganggu hormon Mengandung dosis kecil


esterogen dan bahan progestin senteses
PIL progesteron
Mencegah kehamilan
Mencegah kehamilan

Efek samping perdarahan


diluar haid,mual,bercak
Efektif bila di minum hitam di ppi
teratur

Mencegah kehamilan Kerugian perubahan siklus


lebih efektif, tak haid
berpengaruh ke ASI

IMPLANT

Efetifitas tinggi, tak Kegugian: rasa nyeri,


KB mempengaruhi gangguan haid, IUD lepas,
hubungan sex, tak radang panggul
berpengaruh ke
kwalitas ASI
IUD

Tubektomi Vasektomi

Efektifitas Efektifitas
tinggi tinggi

KONTAP Tak berpengaruh Morbiditas dan


ke ASI,tak mortalitas
mengganggu hub jarang
sex
Efektif dalam
jangka panjang
Efek samping perdarahan diluar
haid, mual, bercak hitam di pipii

B. Implikasi Untuk Praktek dan Strategi Pengajaran (Implications For


Practice And Teaching Strategies)
Di dalam menerapkan rekomendasi praktik pilihan pada program,
praktik pelayanan yang penting dalam amannya penggunaan kontrasepsi
harus dibedakan dengan praktik layanan kesehatan lainnya yang tidak terkait
dengan peng gunaan metode kontrasepsi.
Promosi terhadap praktik layanan kesehatan yang tidak berhubungan
dengan amannya kontrasepsi jangan dipandang sebagai prasyarat atau
hambatan dalam penyediaan layanan kontrasepsi, tapi lebih sebagai
pelengkap. Selanjutnya, rekomendasi-rekomendasi terpilih tersebut perlu
dipertimbangkan dalam konteks lingkungan negara sehingga dapat diterapkan
oleh penyedia layanan pada semua tingkat.
Setiap negara akan perlu menetapkan jangkauan dan cara memperluas
pelayanan hingga tingkat yang lebih kecil. Upaya ini melibatkan peningkatan
keterampilan staf dan sarana sesuai kemampuan, peningkatan keterampilan
petugas kesehatan dalam bidang tertentu, penambahan peralatan dan
persediaan serta pengaturan ulang tata ruang.
Penting juga untuk membahas berbagai pertanyaan mengenai
kesalahan persepsi yang kadang dimiliki oleh para penyedia dan pengguna
layanan mengenai risiko dan efek samping suatu metode dan untuk
mencermati kebutuhan serta pandangan pengguna (baik perempuan maupun
laki-laki) dalam konteks informed choice
Perempuan dalam masa pascapersalinan yang kurang dari 6 minggu,
terutama sedang menyusui, tidak boleh meng-gunakan kontrasepsi oral
kombinasi. Pada perempuan dalam masa pascapersalinan yang melebihi 6
minggu tapi kurang dari 6 bulan, terutama sedang menyusui, penggunaan
kontrasepsi oral kombinasi biasanya tidak dianjurkankecuali tidak ada metode
lain yang sesuai atau metode lain yang ada tidak dapat digunakan
Seorang perempuan sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami
ovulasi dan berisiko hamil selama 21 hari pertama pasca persalinan. Akan
tetapi, untuk kepentingan program, beberapa metode kontrasepsi dapat
diberikan dalam periode ini. Pada perempuan dalam masa pascapersalinan
kurang dari 21 hari, penggunaan kontrasepsi oral kombinasi biasanya tidak
dianjurkan kecuali tidak ada metode lain yang sesuai, atau metode lain yang
ada tidak dapat digunakan.
Kelompok Kerja pakar mengamati bahwa risiko ovulasi dalam 5 hari
pertama siklus men-struasi rendah. Jika kontrasepsi oral kombinasi mulai
digunakan sesudah hari kelima, kemungkinan terjadinya supresi ovulasi
diperkirakan berkurang. Penggunaan kon tra sepsi oral kombinasi secara
terus-menerus selama 7 hari dianggap perlu untuk secara pasti men-cegah
ovulasi. Kebutuhan akan perlindungan kontrasepsi tambahan bagi mereka
yang ber ganti dari metode hormon lain bergantung pada metode yang
digunakan sebelumnya.Terdapat beberapa kekhawatiran mengenai risiko
kehamilan jika AKDR di lepas di dalam siklus ketika sudah terjadi hubungan
seksual. Kekhawatiran tersebut melahirkan reko men-dasi untuk tidak me
lepas AKDR hingga siklus menstruasi berikutn
Kelompok Kerja pakar menyimpulkan bahwa kunjungan kontrol atau
kontak setidaknya harus mencakup konseling untuk membahas permasalahan
mengenai efek samping atau masalah lain, penggunaan metode yang tepat dan
konsisten, serta perlindungan terhadap PHS. Penilaian tambahan mungkin
diperlukan, misalnya: pemeriksaan pelvis untuk menge-tahui adanya
pergeseran letak AKDR

C. Implikasi Hasil Penelitian (Implication For Research)


Terdapat beberapa jurnalyang dapat sebagai acuan dalam melaksanakan
asuhan berdasarkan evidence based :
1. Menurut penelitian yang di lakukan oleh Erika E Levi, MD, MPH*,
dengan judul Intrauterine Device Placement During Cesarean Delivery
And Continued Use 6 Months Postpartum:A Rand omized Controlled
Trial, didapatkan hasil dari Maret 2012 hingga Juni 2014, 172 wanita
diskrining dan 112 wanita diacak ke dalam uji coba. Karakteristik dasar
serupa antar kelompok. Data mengenai penggunaan IUD pada 6 bulan
pascapartum tersedia untuk 98 wanita, 48 dan 50 wanita dalam kelompok
intracesarean dan interval. Sebagian besar wanita dalam kelompok
intracesarean menggunakan IUD pada 6 bulan pascapersalinan ((40/48),
83%) dibandingkan dengan kelompok interval ((32/50) 64%, risiko relatif
[RR] = 1,3, interval kepercayaan 95% [CI]: 1,02, 1,66). Di antara 56
wanita yang diacak untuk pemasangan IUD interval, 22 (39%) di
antaranya tidak pernah menerima IUD; 14 (25%) tidak pernah kembali
untuk pemasangan IUD, lima (9%) perempuan menolak IUD, dan tiga
(5%) gagal memasang IUD.
Kesimpulan Penempatan AKDR pada saat persalinan sesar menyebabkan
proporsi penggunaan IUD yang lebih tinggi pada 6 bulan pascapersalinan
dibandingkan dengan penempatan IUD interval.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Vera Lesmana1, Gunawan Irianto2,
Khoidar Amirus yang berjudul Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Kb Suntik Dengan Gangguan Siklus Haid Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rantau Tijang Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun 2012
dengan hasil penelitian menemukan ada sebanyak 67 (36,0%) responden
yang mengalami gangguan siklus haid dan terdapat jumlah pemakaian
kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu 140 (75,3%) responden, sedangkan
responden dengan kontrasepsi suntik I bulan adalah sebanyak 46 (24,7%)
responden. Ada hubungan yang bermakna penggunaan alat kontrasepsi KB
suntik dengan gangguan siklus haid di wilayah kerja Puskesmas Rantau
Tijang Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 dengan p
vallue : 0,005. Nilai OR = 2,78 artinya yang menggunaan alat kontrasepsi
KB suntik 3 bulan berpeluang 2,78 kali lebih tinggi untuk mengalami
gangguan siklus haid dibandingkan responden yang menggunaan alat
kontrasepsi KB suntik 1 bulan. Saran yang dapat diberikan kepada
akseptor KB suntik yang mengalami gangguan siklus haid agar
menggunakan alat kontrasepsi KB non hormonal untuk menghindari efek
samping yang berat.
3. Hasil penelitian dari Van derWijden C, Manion C tahun 2015 yang
berjudul Locational Amerorhoe methode for family Plaining.
Untuk hasil utama, kehamilan, dua penelitian terkontrol terhadap
pengguna LAM melaporkan tingkat kehamilan tabel kehidupan pada enam
bulan sebesar 0,45% dan 2,45%, satu studi terkontrol melaporkan 5%
kehamilan tanpa adanya tabel kehidupan per bulan, dan delapan studi yang
tidak terkontrol. pengguna LAM melaporkan tingkat kehamilan 0% hingga
7,5%. Angka kehamilan tabel hidup untuk wanita menyusui penuh yang
amenore tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi 0,88% dalam satu
penelitian dan 0,9% hingga 1,2% (interval kepercayaan 95% 0,0 hingga
2,4) dalam satu penelitian. Metode amenore laktasi untuk keluarga
berencana tergantung pada definisi menstruasi yang digunakan.
Tingkat menstruasi tabel kehidupan pada enam bulan di semua penelitian
bervariasi antara 11,1% dan 39,4%.
Kesimpulan penulis Kami tidak menemukan perbedaan yang jelas
dalam angka kehamilan tabel kehidupan antara wanita yang menggunakan
LAM dan didukung dalam melakukannya, dan sepenuhnya wanita
amenore menyusui tidak menggunakan metode apapun. Karena lamanya
amenore laktasi pada wanita yang menggunakan LAM sangat berbeda
antara populasi yang diteliti, dan spesifik populasi, tidak pasti apakah
LAM memperpanjang amenore laktasi.
4. Dari penelitaian yang berjudul Hubungan antara Tingkat Kepatuhan
dengan Keberhasilan Akseptor KB Pil yang di dilakukan oleh Iit Ermawati
dengan hasil penelitian yaitu Ada hubungan yang signifikan antara tingkat
kepatuhan dengan keberhasilan akseptor KB PIL di Desa Pajurangan
Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo dengan perhitungan uji
statistic ρ = 0,000 ≤α = 0,05 maka H0 di tolak dan H1 di terima. Melihat
hasil penelitian ini, diharapkan bidan selalu menginformasikan kepada
akseptor cara meminum KB pil, sehingga kejadian hamil di luar rencana
dapat diminimalisir.
Sampel terdiri dari sebagian akseptor KB pil sejumlah 45orang.
Sampling dilakukan dengan cara simple random sampling berdasarkan
kriteria inklusi. Ada 2 variabel yang digunakan, yaknivariabel independen
tingkat kepatuhan akseptor KB pil dan variabel dependen keberhasilan
akseptor KB pil. Instrumen menggunakankuesioner, kemudian dilakukan
pengumpulan dan pengolahan data (editing, coding, scoring, tabulating)
lalu dilakukan analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan α 0,05.

D. Managemen Kebidanan
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif. Berdasarkan
Kepmenkes No 938/Menkes/SK/VIII/2007, standar asuhan kebidanan
meliputi 7 langkah, antara lain :
a. Data Subyektif
1) Identitas
a) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur : Semakin tua usia seseorang berpengaruh terhadap
semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih
lambat dan penurunan aktivitas fibroblast (Johnson dan Taylor,
2005).
c) Suku / Bangsa : Asal daerah atau bangsa seorang wanita
berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan,
pola kebiasaan sehari-hari (Pola nutrisi, pola eliminasi,
personal hygiene, pola istirahat dan aktivitas) dan adat istiadat
yang dianut.
d) Agama : Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat
membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan
keyakinannya.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga
tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi dengan istilah
bahasa yang sesuai dengan pendidikan terakhirnya, termasuk
dalam hal pemberian konseling.
f) Pekerjaan : Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizinya (Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal ini
dapat dikaitkan antara status gizi dengan proses penyembuhan
luka ibu. Jika tingkat sosial ekonominya rendah, kemungkinan
penyembuhan luka pada jalan lahir berlangsung lama.
Ditambah dengan rasa malas untuk merawat dirinya.
g) Alamat : Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
2) Alasan datang
Untuk mengetahui alasan ibu saat datang ke puskesmas
3) Keluhan utama
Keluhan ditanyakan untuk mendukung data diagnosa dan
mengetahui apa yang dirasakan ibu pada waktu pengkajian, karena
pasien dengan keluhan memiliki varises di kaki, hipertensi, ibu
menyusui dan ibu dengan riwayat TBC non pelvik, maka klien
dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi nonhormonal
(Saifuddin, 2006).
a) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang pernah diderita
Riwayat kesehatan yang pernah diderita ditujukan pada
pengkajian penyakit yang diderita pasien, seperti, jantung,
hepatitis, hipertensi, DM, malaria, ibu dengan riwayat
penyakit jantung, hepatitis, hipertensi, DM, malaria,
diperbolehkan menggunakan KB IUD karena tidak
mempengaruhi dan bukan merupakan kontraindikasi untuk
pemasangan KB IUD, khusus untuk penyakit keputihan,
serviksitis dan vaginitis perlu dikaji untuk mengetahui
apakah ibu mempunyai penyakit menular seksual terutama
pada infeksi seviksitis atau pada vaginitis, karena penyakit-
penyakit tersebut merupakan kontra indikasi untuk
menggunakan KB IUD (Saifuddin, 2006).
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan yang sekarang dikaji untuk mengetahui
adakah penyakit yang diderita. Jika pasien sedang
menderita penyakit seperti, jantung, TBC, DM, malaria,
hepatitis, hipertensi, diperbolehkan menggunakan KB IUD
karena tidak mempengaruhi alat kontrasepsi yang akan
digunakan. Untuk penyakit keputihan, penyakit menular
seksual terutama pada serviksitis dan vaginitis. Jika klien
menderita vaginitis harus diobati sebelum klien
menggunakan KB IUD karena akan mempengaruhi
terhadap alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh ibu
(Saifuddin, 2006).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dikaji untuk mengetahui
apakah ada penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu disaat ibu menggunakan alat kontrasepsi
IUD. Misalnya penyakit keturunan seperti hipertensi,
jantung, DM, penyakit keturunan tersebut tidak
mempengaruhi terhadap pemakaian KB IUD (Saifuddin,
2006).
(4) Riwayat Obstetri
Riwayat haid dikaji untuk mengetaui apakah siklus
menstruasi pada ibu teratur karena berhubungan dengan
efek samping KB IUD yaitu perubahan siklus haid pada
tiga bulan pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan,
haid lebih lama dan banyak, dan dapat menyebabkan resiko
terjadinya anemia (BKKBN, 2009).
(5) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan ibu, usia perkawinan
ibu
apakah kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
karena berhubungan dengan kematangan organ reproduksi
dan juga kesiapan organ reproduksi (Prawiroharjo, 2007).
(6) Riwayat KB
Riwayat KB perlu dikaji karena disesuaikan dengan kondisi
dan keluhan yang di alami oleh klien sebelumnya untuk
menganjurkan alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan klien (Saifuddin, 2006).
4) Pola kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
ibu, karena kebutuhan nutrisi sangat berpengaruh terhadap
fungsi reproduksi, jika kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi
maka dapat mengurangi resiko terjadinya anemia karena
berhubungan dengan efek samping KB IUD yaitu haid lebih
banyak dan lama dan dapat menyebabkan anemia (BKKBN,
2009).
b) Pola eliminasi
Pola eliminasi perlu dikaji untuk mengetahui Kebiasaan
BAB (terakhir BAB, warna, konsistensi, keluhan) dan
kebiasaan BAK (terakhir BAK, warna, konsistensi dan
keluhan), terutama BAK perlu dikaji untuk mengetahui ada
keluhan atau tidak karena KB IUD dapat menimbulkan
gejala infeksi traktus genitalia pada wanita yaitu buang air
kecil sukar atau sakit dan adanya rasa panas atau terbakar
(Hanafi, 2004).
c) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu
berat, sehingga dapat berpengaruh terhadap alat kontrasepsi
yang akan ibu gunakan, karena pekerjaan ibu yang berat
dapat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi yang
akan digunakan karena dapat menyebabkan ekspulsi
(Handayani, 2010)

d) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam
ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena
berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu.
e) Pola personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien, misalnya berapa kali
ganti pakaian dalam, membersihkan alat kelaminnya agar
tidak terjadi keputihan. Pola ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan alat
kelaminnya, karena jika pasien tidak menjaga personal
hygiene dengan baik maka akan berpengaruh pada
kesehatan alat reproduksinya karena berhubungan dengan
KB IUD yaitu terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi
akibat produksi cairan rahim yang berlebihan, hal ini tidak
berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak terasa
gatal, dan tidak terasa panas
(BKKBN, 2008).
f) Pola seksual
Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui kapan ibu
terakhir melakukan hubungan seksual dengan suami, dan
memberitahu ibu hal-hal yang harus diketahui ibu timbul
rasa nyeri sesudah melakukan hubungan seksual dan suami
mengeluh mengalami perasaan kurang enak sewaktu
melakukan hubungan seksual (BKKBN, 2009).
5) Psikososial, kultural dan spiritual
a) Psikososial
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon
dan dukungan yang diberikan suami dan keluarga kepada
ibu untuk menggunakan KB IUD.
b) Kultural
Hal ini perlu dikjaji karena setiap daerah memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda dan dapat mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi (Varney, 2007).
c) Spiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui ketaatan ibu
dalam menjalankan ibadahnya maupun aktifitas keagamaan.
b. Data Obyektif
a) Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
9ref):
Keadaan umum dikaji untuk mengetahui kesadaraan umum klien,
pada akseptor yang mengalami anemia umumnya keadaan
akseptor lemah. Efek samping dari pemakaian KB IUD adalah
perubahan siklus haid dan perdarahan spooting, sehingga dapat
mempengaruhi aksetor KB IUD jika menderita anemia maka
dapat memperparah terjadinya anemia sedang atau berat
(Saifuddin, 2006; Musttaqin, 2010).
b) Tingkat kesadaran
Untuk menilai status kesadaran ibu, ini dilakukan dengan
penilaian composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma, delirium.
Tingkat kesadaran yang baik adalah composmetis dimana ibu
dalam keadaan sadar penuh, dan dapat menggunakan KB IUD
(Muttaqin, 2010).
c) Tanda Vital
i. Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah ibu
ketika akan menggunakan KB IUD, karena IUD copper T
Cu380-A merupakan jenis IUD non hormonal, dan dapat
digunakan pada penderita tekanan darah tinggi (Saifuddin,
2006).
ii. Nadi : untuk mengetahui nadi ibu normal atau tidak, nilai
normal nadi orang dewasa 69- 100x/menit, dalam keadaan
demam dapat menyebabkan peningkatan denyut nadi dan
mempengaruhi tingkat kesadaran (Muttaqin, 2010).
iii. Pernafasan : Pada penderita asma dan gangguan sistem
respirasi, diperbolehkan menggunakan IUD Copper T Cu
380A, karena bukan termasuk kontra indikasi pemasangan
IUD Copper T Cu380A (Saifuddin, 2006). Suhu : untuk
mengetahui keadaan suhu pada ibu normal atau tidak.
Suhu normal orang dewasa yaitu 360-380C. Suhu tubuh
yang lebih dari 380C merupakan tanda dan gejala
terjadinya infeksi pada tubuh dan dapat mempengaruhi
pemakaian KB IUD, karena kontraindikasi KB IUD
adalah infeksi alat genitalia (seriksitis, vaginitis), penyakit
radang panggul (PRP), yang ditandai dengan demam
(Muttaqin, 2010).
d) Berat badan : untuk mengetahui tingkat kenormalan berat badan
ibu
berkaitan dengan keadaan nutrisi ibu (Muttaqin, 2010).
e) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu normal atau
tidak.
f) LILA : Untuk mengukur lingkar lengan atas bagian kiri untuk
indikasi apakah ibu dinyatakan kurang gizi, jika diketahui ukuran
lila ibu kurang dari 23,5 cm (Mufdlilah, 2009) gunanya untuk
mengetahui status gizi pada ibu normal atau tidak, karena
berhubungan dengan alat kontrasepsi yang akan digunakan yaitu
KB IUD yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.
g) Status present
(1) Bentuk kepala :untuk mengetahui bentuk
kepala dan keadaan
kebersihan kulit kepala (Muttaqin, 2010).
(2) Rambut : untuk mengetahui apakah
rambut ibu rontok
atau tidak, karena penggunaan alat
kontrasepsi
(Saifuddin, 2006).
(3) Muka : Odema, anemis, ada bintik-
bintik
(4) Mata : untuk mengetahui adanya
anemis dengan
menilai sclera dan konjungtiva (Saifuddin,
2006). Pada penderita anemia dianjurkan
tidak
memakai KB IUD karena efek samping KB
IUD adalah terjadi perubahan siklus haid,
haid
lebih banyak dan lama. Sehingga apabila
akseptor dengan anemia melakukan
pemasangan KB IUD maka akan
berpotensi terjadi anemia sedang atau berat
(Saifuddin, 2006).
(5) Leher : untuk mengetahui
apakah terdapat
kelainan seperti terdapat pembesaran
kelenjar
tyroid, limfe dan vena jugularis, pada
penggunaan KB dengan hormonal akan
berpengaruh terhadap adanya pembesaran
kelenjar.
(6) Dada dan axilla : Pada penderita tumor
jinak payudara
disarankan untuk menggunakan IUD
Copper T
Cu 380A, karena tidak mengandung
hormon.
Pada wanita yang sedang menyusui,
penggunaan IUD tidak berpengaruh pada
kualitas atau volume ASI (Saifuddin,
2006).
(7) Abdomen : untuk mengetahui
bentuk abdomen,
adakah luka bekas operasi, pembesaran
kelenjar limfe/hati dan nyeri tekan, untuk
mengetahui adanya PRP (penyakit radang
panggul) karena penyakit radang panggul
merupakan kontraindikasi KB IUD
(Saifuddin,
2006).
(8) Genetalia : Pada pemeriksaan
genetalia perlu dikaji ada
tidaknya infeksi pada vagina dan serviks.
Infeksi pada vagina dan serviks ditandai
dengan adanya peradangan, pengeluaran
pervagina yang berlebihan, berwarna putih,
kuning hijau, atau abu- abu, berbau amis,
disuria, disparenia, dan perdarahan pasca
coitus (Varney, 2001).
(9) Ekstremitas : untuk mengetahui apakah
terdapat oedem dan
varices, oedema pada kaki dan tangan
merupakan tanda penderita tekanan darah
tinggi disarankan untuk menggunakan alat
kontrasepsi IUD (Saifuddin, 2006).

c. Diagnosa
Diagnosa ditentukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil
anamnesa dan pemeriksaan pada akseptor sehingga diperoleh data
yang mendukung diagnose tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh,
interpretasi data yang didapatkan adalah :
Ny…. umur…. P… Ah….Ab…., calon akseptor baru KB
.Perumusan maalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Menurut Varney,
dkk (2007),
d. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif.
Rencana tindakan asuhan kebidanan pada akseptor KB antara lain :
1) Berikan konseling sebelum di berikan kontrasepesi pilihan ibu
2) Lakukan inform consent
3) Lakukan tindakan
4) Berikan konseling paska di berikan pelayanan konteasepsi
I, A, 1, a, 1),a), (1), (a)
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan aplikasi dari rencana tindakan pada akseptor
KB ,pelaksanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat.
1) Memberikan konseling sebelum di berikana pelayanan
kontrasepsi
a). Menjelaskan pengertian
b). Menjelaskan cara kerja
c). Menjelaskan efektifitas
d). Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi
e). Menjelaskan efek samping
f). Menjelaskan waktu penggunaan
2) Melakukan informed consent
3) Melakukan tindakan apa yanag akan di berikan
kepada pasien ( pil,
IUD,AKDR,KONTAP, ataupun metode lain sesuai keinginan
pasien)
4) Memberikan konseling pasca di berikan
pelayanan kontrasepesi
5) Melakukan dokumentasi
6) Menjadwalkan ulang kapan ibu untuk kontrol

f. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan
dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan
kondisi ibu.
2. Pengkajian dengan SOAP
7 langkah Varney disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subyekif,
Obyektif, Asessment, dan Planning). SOAP disarikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan
kemajuan keadaan pasien
a. S = SUBYEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
b. O = OBYEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien, hasil
laboraturium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. Data
obyektif yang dikumpulkan pertama kali pada kasus ini adalah hasil
pemeriksaan fisik seperti keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-
tanda vital, selanjutnya hasil pemeriksaan obstetri meliputi bagaimana
perdarahannya apakah masih berlanjut atau sudah dalam batas normal,
apakah kontrkasi uterus sudah membaik. Setelah itu kita
mengumpulkan data pendukung dari pemeriksaan penunjang, seperti
misalnya hasil pemeriksaan ulang kadar Hb.
c. A = ANALISIS
Menggambarkan pendokumntasian hasil analisi dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa
2. Masalah
3. Kebutuhan
d. P = PENATALAKSANAAN
Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan dan dukungan, kolaborasi, evaluasi atau
follow up dari rujukan sebagai langkah 3,4,5,6 dan 7 Varney.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA


NY. SU USIA 31 TAHUN P3A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN
DIPUSKESMAS MATESIH

Tanggal, Jam : 24 Agustus 2022

A. Data Subjektif
Biodata
Nama Ibu :NY. SU Nama Suami :Tn. G
Umur :31 TAHUN Umur :28 Tahun
Suku / Bangsa : Indonesia Suku / Bangsa : Indonesia
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMU Pendidikan :SMU
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta
Alamat : Sonoharjo

1. Alasan Datang
NY. SU mengatakan ini adalah kunjungan ulang untuk melakukan KB
suntik 1 bulan
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa dirinya mengalamipenambahan BB yang
drastis
3. Status Perkawinan
Kawin , perkawinan pertama, umur saat menikah 22 tahun, lamanya
pernikahan 4 tahun.
4. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche pada usia 12 tahun, siklus teratur (29 hari), lamanya 5-6
hari, sifat darah kental, warna darah merah kecoklatan, bau khas
darah haid, tidak ada flour albous, tidak ada nyeri saat menstruasi,
banyaknya menstruasi 4 kali ganti pembalut tiap hari.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Hamil Persalinan Nifas
Ke- Tanggal UK Jenis Penol Ko JK BB Lakta Ko
Lahir Persalina ong mp L si mp
n
1 7Januari 39 Spontan Bidan Tid Lak 270 ASI Tid
2017 mgg ak i- 0 samp ak
ada laki gra ai ada
m umur
1
tahun

c. Riwayat Kontrasepsi yang Pernah Digunakan


No Jenis Mulai (kapan, Keluh Berhenti Alasan Berhenti
oleh, di) an (kapan)
1 Suntik 1 Mulai Mei 2020 Tidak
bulan Oleh Bidan ada
Di PMB

5. Data Kesehatan
a. Penyakit yang pernah diderita
NY.J mengatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit seperti
Infeksi Menular Seksual (IMS), Diabetes Mellitus, Hipertensi,
Epilepsi, Hepatitis, Tuberculosis, dan HIV/AIDS
b. Penyakit yang sedang diderita
NY. SU mengatakan bahwa tidak sedang menderita penyakit
seperti Infeksi Menular Seksual (IMS), Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Epilepsi, Hepatitis, Tuberculosis, dan HIV/AIDS
c. Riwayat penyakit gynekologi
NY.J mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit
gynekologi.seperti kanker payudara, kanker serviks dan gangguan
menstruasi.
6. Data Kebutuhan Dasar
a. Nutrisi
Makan : NY.j mengatakan bahwa makan sehari 3 kali dengan porsi
satu piring penuh setiap makan dengan jenis makanan nasi, sayur,
lauk pauk (tempe, tahu, ikan, daging, telur). NY.J mengatakan
bahwa tidak ada keluhan setiap makan dan tidak ada pantangan
makan.
Minum: NY.J mengatakan bahwa minum sehari 7-8 gelas, dengan
jenis minuman air putih dan teh. NY.J mengatakan bahwa tidak
ada pantangan minum dan tidak ada keluhan setiap minum.
b. Eliminasi :
1) BAK
a) Sifat : cair
b) Jumlah : 6-7 kali sehari
c) Warna : kekuningan jernih
d) Bau : khas urin
e) Keluhan : tidak ada
2) BAB
a) Sifat : lunak
b) Jumlah : 2 hari sekali
c) Warna : kuning kecoklatan
d) Bau : khas feses
e) Keluhan : tidak ada

c. Pola tidur / Istirahat


Tidur siang : NY.J mengatakan bahwa tidur siang selama 1 jam
Tidur malam : NY.J mengatakan bahwa tidur malam selama 6-7
jam
d. Aktivitas
NY.J mengatakan bahwa ia melakukan aktivitas rumah tangga
seperti memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, dan lain –
lain.
e. Pola seksual
NY.J mengatakan bahwa tidak ada keluhan saat melakukan
hubungan seksual dengan suaminya.
f. Personal hygiene
1) Mandi : NY. SUmengatakan bahwa mandi 2 kali dalam
sehari, pagi dan sore
2) Keramas : NY.J mengatakan bahwa keramas 3 kali dalam
seminggu
3) Ganti pakaian : NY.J mengatakan bahwa ganti pakaian 2 kali
dalam sehari atau saat sudah merasa tidak nyaman

7. Data psikososial
a. Dukungan suami / keluarga
NY.Jmengatakan bahwa suami dan keluarganya mendukung NY.J
dalam melakukan KB untuk menjarangkan kehamilan.
b. Pengetahuan KB tentang alat kontrasepsi
NY.J mengatakan bahwa telah mengetahui alat kontrasepsi
sebagai metode KB seperti suntik, pil, IUD dan implan
c. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang dipakai saat ini
NY.J mengatakan bahwa yang ia ketahui tentang alat kontrasepsi
suntik KB 1 bulan adalah kontrasepsi hormonal yang memiliki
beberapa efek samping.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat Badan : 59 Kg (sebelum suntik) , 61 (setelah suntik)
d. Tinggi Badan : 154 cm
e. Vital Sign
Suhu Badan : 36,6oC
Tekanan darah : 120/90 mmhg
Nadi : 89 kali/menit
Pernafasan : 22 kali/menit

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Warna hitam, bersih,tidak mudah rontok
2) Muka : Tidak ada oedem
3) Mata : Konjungtiva kemerahan tidak pucat, Sklera putih
bersih
4) Hidung : Bersih, tidak ada sekret,tidak ada polip
5) Telinga : Simetris, bersih tidak ada sekret dan benda asing.
6) Mulut : Bibir tidak pecah-pecah, tidak ada karies gigi,gusi
tidakoedem,lidah bersih
b. Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar lymfe dan
kelenjar tyroidtidak ada pembesaran vena
jugularis
c. Mammae : Mammae simetris, tidak ada dimpling, tidak ada
benjolan, putting susu menonjol, tidak ada
dimpling, tidak ada benjolan,tidak ada
pengeluaran pada putting susu, tidak ada
hipergmentasi pada putting susu.
d. Abdomen : sismetris, tidak ada pembesaran uterus,tidak ada
bekas luka SC tidak ada massa.

e. Ekstremitas
1) Atas : Simetris, tidak ada oedema, jari kuku kemerahan
tidak pucat.
2) Bawah : Simetris, tidak ada oedema,jari kuku kemerahan
tidak pucat dan adanya refleks patella pada kaki
kiri dan kanan.
f. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan genetalia karena ibu
tidak berkenan

3. Pemeriksaan Ginekologi : Tidak dilakukan


4. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

C. ANALISA DATA
NY.J P3A0 Umur 31 TAHUN akseptor KB Suntik 1bulan

D. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
a. Keadaan umum : Baik
b. Tekanan darah : 120/90 mmhg
c. Suhu tubuh :36,60c
d. Nadi :89 kali / menit
e. Pernafasan :22 kali / menit
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa kenaikan badan yang dialaminya
dikarenakan kontrasepsi hormonal yang sedang digunakan sekarang.

Rasionalisasi : Menurut Hartanto (2004), penggunaan alat kontrasepsi


hormonal dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai
efek samping salah satunya adalah perubahan berat badan. Namun
demikian, berat badan yang bertambah umumnya tidak terlalu besar,
hal ini bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun
pertama. Sebagian besar wanita dari pasangan usia subur yang
merupakan akseptor pengguna alat kontrasepsi mengalami
peningkatan berat badan.
Hasil: Ibu paham dengan penjelasan bidan.
3. Memberikan inform consent dan inform choice kepada ibu mengenai
KB yang mau di gunakan.
Hasil : Ibu masih mau menggunakan KB suntik 1 bulan dengan alasan
lebih mudah.
4. Menyiapkan alat dan obat untuk KB Suntik 1 bulan
a. Menyiapkan kapas alkohol
b. Menyiapkan spuit
c. Menyiapkan obat KB suntik 1 bulan (Cyclofem)
d. Menyiapkan obat dalam spuit
e. Menjaga keadaan jarum tetap steril
5. Memberitahu kepada ibu tindakan yang akan dilakukan
6. Memberikan suntikan KB 1 bulan pada 1/3 bagian spina illiaca
anterior superior (SIAS) ke tulang ekor (cociygis) secara IM.
7. Mengevaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah
diakukan.
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan suntik ulang pada tanggal 3
Agustus2020 atau melakukan kunjungan ulang apabila ada
keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian asuhan dan pengakjian serta pemeriksaan yang telah


dilakukan pada NY. SU di Puskesmas Matesih terdapat data subjektif bahwa ibu
datang ingin suntik KB 1 bulan dengan keluhan kenaikan berat badan.
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektif dan reversible untuk mencegah terjadinya konsepsi. Metode kontrasepsi
hormonal dibagi menjadi 3 yaitu : metode kontrasepsi pil, metode kontrasepsi
suntik, dan metode kontrasepsi implant (Handayani, 2017).
Metode kontrasepsi suntik terdiri dari 2 macam yaitu suntik progestin
(suntikan 3 bulanan) dan suntikan kombinasi (suntikan 1 bulanan). Pada ibu yang
tidak menyusui, suntik progestin dapat diberikan segera setelah persalinan, dan
suntik kombinasi dapat diberikan setelah 3 minggu pascapersalinan. Sedangkan
bagi ibu yang menyusui, suntik progestin hanya bisa diberikan setelah 6 minggu
pascapersalinan, dan suntik kombinasi hanya bisa diberikan ketika bayi berusia 6
bulan atau lebih.
Kontrasepsi suntik 1 bulan merupakan jenis kontrasepsi suntik yang berisi
Cyclofem yaitu kombinasi dari 28mg medroxyprostrogen acetate dan 5 mg
estradiol cypionate yang disuntikkan setiap bulan untuk mencegah kehamilan.
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik adalah sebagai berikut: 1) menghalangi
terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasi faktor dari
hipotalamus; 2) lendir servik bertambah kental sehingga menghambat penetrasi
sperma melalui servik uteri; 3) kecepatan transportasi oleh ovum berubah; 4)
implantasi ovum dihambat oleh estrogen tingkat tinggi yang diberikan pada
pertengahan siklus haid, maka produksi progesteron dari korpus luteum akan
berkurang sehingga implantasi terhambat atau dihalangi (Sarwono, 2003).
Keuntungan penggunaan Kontrasepsi suntik 1 bulan yaitu tingkat
efektifitasnya tinggi, tidak mengganggu hubungan seks, menstruasi lancar,
kesuburan cepat kembali dan tidak perlu pengawasan yang ketat. Kekurangan dan
efek sampingnya yaitu perlu kunjungan ulang setiap bulan, kenaikan berat badan,
flek, perubahan mood, pusing, sakit kepala serta kenaikan tekanan darah.
Menurut Hartanto (2004), penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam ja
ngka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai efek samping salah satunya adal
ah perubahan berat badan. Namun demikian, berat badan yang bertambah umumn
ya tidak terlalu besar, hal ini bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam
tahun pertama. Sebagian besar wanita dari pasangan usia subur yang merupakan a
kseptor pengguna alat kontrasepsi mengalami peningkatan berat badan.
Berdasarkan penelitian dari Anisa Khoiriyah dengan judul Hubungan
Penambahan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal di BPM Zuniawati
Palembang didapatkan hasil analisa data menggunakan uji Chi Square didapatkan
bahwa ada hubungan antara penambahan berat badan dengan akseptor kontrasepsi
hormonal (p-value = 0,001). Responden yang mengalami penambahan berat bada
n selama menggunakan alat kontrasepsi hormonal sebesar 66 responden (94,3%),
sedangkan responden yang tidak mengalami penambahan berat badan sebesar 5 re
sponden (17,2%).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan kontrasepsi suntik 1 bulan yang diberikan pada NY. SU
telah sesuai dengan tujuan antara lain :
a. Dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, data yang
ditemukan sudah lengkap.
b. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnosa
sesuai teori dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial.
c. Rencana disusun sesuai kebutuhan dan sesuai dengan teori serta
Evidence Based yang ada.
d. Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil
pemeriksaan, melaksanakan prosedur pemberian KB suntik 1 bulan, dan
memberitahu ibu tanggal kembali.
B. Saran
1. Bagi petugas yang memberikan asuhan kebidanan diharapkan mengingat
langkah-langkah yang sudah ditetapkan dan tetap mempertahankan
jalinan komunikasi dalam upaya menjalin kerja sama antara petugas dan
klien untuk keberhasilan asuhan yang diberikan.
2. Bagi klien/ibu harus bisa mengingat jadual kembali untuk melakukan
suntikan ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi.1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan

Manuaba, Ida Bagus Gede.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : ECG

Prawirohardjo, Sarwono.2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – BP

Saifuddin, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP

________, 2002. Buku Acuan Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan


Reproduksi. Jakarta
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS
HOLISTIK KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI
A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik
Kenapa saya mempelajari materi ini ?

Karena ingin mempelajari dan mengetahui dari penatalaksanaan kebidanan pada ibu
kb.
Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?

Saya menyiapkan jurnal-jurnal yang sudah diteliti dan mengakses nya melalui web
dan mudah untuk di akses, jurnal yang saya pelajari yaitu :

Comparing the satisfaction and effi cacy of Cyclofem and contraceptive


pills among females in Northern Iran: A randomized controlled trial
study

Yang kemudian saya telaah dengan metode critical appraisal

Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ?


Yang saya harapkan dengan mempelajari topic ini adalah terapi tersebut applicable
(dapat di terapkan).

Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana
perencanaannya ?

Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari topic ini adalah


1. Apakah hasil penelitian penting
2. Apakah hasil penelitian valid
3. Apakah hasil penelitian dapat diterapkan dalam praktik kebidanan pada ibu kb.

B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan capaian pembelajaran yang tertera pada panduan:

Melakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir berdasarkan


evidence based.

Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam capaian pembelajaran tersebut
adalah:

Dengan melakukan peniliaian serta mengkritisi mengenai pembelajaran yang


saya dapatkan maka saya mendapatkan pencapaian positif dan diharapakan
mampu untuk menerapkan dalam praktik kebidanan tidak hanya mengetahui
bagaimana ilmu itu ada tetapi mengkritisi bagaimana ilmu tersebut mempunyai
makna dan berguna bagi ibu kb.

Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini


adalah:

Selain dari hasil penelitian yang dapat diukur , saya menemukan hal yang
menarik

a. Referensi jurnal
b. Ide yang menarik dan dapat diperluas

Capaian pembelajaran yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan
adalah :

1. Adakah inovasi yang baru dari penelitian ini


2. Adakah kepentingan nya bagi dunia kerja
3. Dapatkah di terapkan dilapangan

Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :

Praktik klinik lapangan

Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses


pembelajaran saya adalah:

Kurang lengkapnya penjelasan di jurnal, agak kesulitan untuk menjawab criteria


dari setiap pertanyaan di lembar critical appraisal

Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik
ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:

Terkadang abstrak dan judul jurnal tidak sesuai dengan apa yang akan di telaah

Rencana : mengupas lebih jelas serta mendiskusikan jurnal yang di telaah.

C. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan


Menggunakan Lembar Kerja EBM (Evidence Based Midwifery)

Judul : Comparing the satisfaction and effi cacy of Cyclofem and contraceptive
pills among females in Northern Iran: A randomized controlled trial
study
Tahun : 2014
1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian Ya, penelitian tersebut bersifat random.


dirandomisasi? Hal ini dijelaskan pada judul :

Comparing the satisfaction and effi


cacy of Cyclofem and contraceptive
pills among females in Northern Iran: A
randomized controlled trial study.
Apakah cara melakukan randomisasi Ya, cara melakukan randomisasi
dirahasiakan? dirahasiakan karena penelitian ini
adalah penelitian RCT (acak). Hal ini
dapat dibuktikan pada:
To determine the sample size, the
Pocock formula was used. 80 females
selected and randomized in two
groups (N = 40 each group). The
subjects selected through two-stage
cluster sampling method so among
the Health Care Centers in Babol six
Centers were chosen by random.
Apakah follow-up kepada pasien Ya, pasien di follow up selama 2 bulan.
cukup panjang dan lengkap? Hal ini dibuktikan pada :
Gathering subjects and follow up steps
lasted from November 2011 to January
2012.
Apakah pasien dianalisis di dalam Ya, Pada kelompok perlakuan dan
grup di mana mereka dirandomisasi? kelompok kontrol dianalisis dalam grup
dimana mereka dirandomisasi. Hal ini
dijelaskan pada:
The individual characteristics of the
users of the OC and Cyclofem
presented in presented Table 1. There
was no significant difference in the two
groups in case of age (PV = 0.216),
number of pregnancies (PV = 0.192),
abortions (PV = 0.536), alive birth (PV
= 0.275) and their previous
contraceptive method (PV = 0.170), but
they were diff erent in education (PV =
0.038), partner’s education (PV =
0.001), and occupation (PV = 0.039).
Apakah pasien, klinisi, dan peneliti Tidak, peneliti tidak blind terhadap
blind terhadap terapi? terapi
Apakah grup pasien diperlakukan Ya, baik kelompok perlakuan maupun
sama, selain dari terapi yang kelompok kontrol diperlakukan sama
diberikan? mulai dari wawancara dan follow up.
Hal ini dibuktikan pada :
The subjects selected through two-stage
cluster sampling method so among the
Health Care Centers in Babol six
Centers were chosen by random. Then
among the referrals, after the required
explanation about the research, the
subjects were chosen through an
introductory interview and also based
on their own will (by fi lling out a
consent form) to participate in the
study. Gathering subjects and follow up
steps lasted from November 2011 to
January 2012. The exclusion criteria
were the subjects with any forms of
contraindications to OC, for instance;
those women with chronic blood
pressure > 160.90, diabetes, chronic
headaches, and obesity. The research
units accepted to use their
contraceptive method in 26 weeks (6
months).
Apakah karakteristik grup pasien Ya, Pasien memiliki karakteristik yang
sama pada awal penelitian, selain sama berdasarkan karakteristik dasar
dari terapi yang diberikan? subjek penelitian. Subjek penelitian
yang tidak memenuhi kriteria eksklusi
yaitu Kriteria eksklusi adalah subjek
dengan bentuk kontraindikasi OC,
wanita dengan tekanan darah kronis>
160,90, diabetes, sakit kepala kronis,
dan obesitas.. Hal ini terdapat pada:
The exclusion criteria were the subjects
with any forms of contraindications to
OC, for instance; those women with
chronic blood pressure > 160.90,
diabetes, chronic headaches,and
obesity.

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Penting. Dengan penelitian ini, telah
ditemukan alternatif lain untuk
mencegah kehamilan dengan
dilakukannya suntik kb 1 bulan.
Seberapa tepat estimasi dari efek Tepat. Hasil penelitian membuktikan
terapi? adanya efek suntik kb 1 bulan berupa
pencegahan kehamilan setelah
dilakukan selama dan di follow up
selama 2 bulan.

Mencegah Kehamilan
Total
Ada Tidak Ada
KB Suntik 1 Bulan 40 0 40
Kontrasepsi oral 39 1 40

Control event rate (CER) = c/ c+d


Experimental event rate (EER) = a/ a+b

Rumus Nilai Makna

Control c / (c+d) 0,97 Kejadian pencegahan kehamilan


Event Rate 39/ (39+1) pada kelompok kontrasepsi oral
(CER) adalah 0,97 atau 97%.

Experiment a / (a+b) 1,00 Kejadian pencegahan kehamilan


Event Rate 40/(40+0) dengan kb suntik 1 bulan adalah 1,00
(EER) atau 100%.

Relative EER/CER 1,02 Kemungkinan subjek kb suntik 1


Risk (RR) bulan dapat mencegah kehamilan
sekitar 1,02 kali di bandingkan
dengan kontrasepsi oral.

Relative CER-EER/ CER 0,03 Bila kb suntik 1 bulan di gunakan


Risk untuk mencegah kehamilan maka
Reduction jumlah insiden pengurangannya
(RRR) sebesar 0,03% dari kelompok
kontrasepsi oral.

Absolute CER-EER 0,03 Apabila dilakukan kb suntik 1 bulan


Risk sebagai terapi, maka selisih jumlah
Reduction insiden pencegahan kehamilan pada
(ARR) kelompok kontrasepsi oral sebesar
0.03%

Number 1/ARR 33,3 Kita perlu melakukan kb suntik 1


Needed to bulan terhadap 33 pasien untuk
Treat mencegah kehamilan.
(NNT)

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien
eksperimen]
= 1,96 √[0.97 x (1-0.97)/ 40+ 1 x (1-1)/40
= 0.0528

3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?

Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?


Dapat.
Keterangan :
Karena banyak ibu kb yang menginginkan pencegahan kehamilan yang efektif
dan dapat digunakan kb suntik 1 bulan.
Apakah karakteristik pasien kita Tidak
sangat berbeda dibandingkan pasien Alasan :
pada penelitian sehingga hasilnya Karakteristik pasien kita tidak
tidak dapat diterapkan? memiliki perbedaan dibandingkan
dengan subjek atau responden pada
penelitian. Sehingga hasil penelitian
ini dapat diterapkan pada pasien kita.
Apakah hasilnya mungkin dikerjakan Dengan telaah jurnal penelitian ini
di tempat kerja kita? tentunya kita (bidan) akan mempunyai
penilaian yang jelas dan tepat akan
value dan preferensi pasien kita karena
dengan kb suntik 1 bulan terbukti
memiliki persentase yang lebih besar
menjadi pencegahan kehamilan yang
efektif.
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif
terhadap pasien pada penelitian.

Diekspresikan dalam bentuk desimal:


1/ ARR = 33,3

Makna :
Kita membutuhkan 33 pasien yang
untuk membuktikan keefektifan kb
suntik 1 bulan ini dalam mencegah
kehamilan.
Metode II: 1/ (PEERxRRR) KPEER (patient’s expected event rate)
adalah event rate dari pasien kita bila
mereka menerima kontrol pada
penelitian tersebut

1/ (PEERxRRR) = 1/(0,97x0,03)= 34

Makna :
Kita membutuhkan 34 pasien yang
diobati untuk mencegah kehamilan
dengan kb suntik 1 bulan.
Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Apakah kita dan pasien kita Dengan telaah jurnal penelitian ini
mempunyai penilaian yang jelas dan tentunya kita (bidan) akan mempunyai
tepat akan value dan preferensi pasien penilaian yang jelas dan tepat akan
kita? value dan preferensi pasien kita karena
kb suntik 1 bulan dapat menjadi
pencegahan kehamilan. Tetapi untuk
penilaian pasien terhadap value dan
preferensinya itu tergantung pada
pilihan dari pasien itu sendiri, apakah
pasien mau memilih kb suntik 1 bulan
ataukah pasien memilih menggunakan
option lain yang mungkin juga dapat
mencegah kehamilan.
Apakah value dan preferensi pasien Seperti yang telah dijelaskan di atas
kita dipenuhi dengan terapi yang akan bahwa value dan preferensi pasien
kita berikan? terhadap kb suntik 1 bulan sebagai
pencegah kehamilan tergantung pada
pilihan dari pasien itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai