Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRA KNSEPSI KONSELING


KONTRASEPSI PADA NY. Y DI PRAKTIK MANDRI
BIDAN ULFATUL AZIJAH S.Tr.KEb
JULI
2023

Di susun oleh:
ULFATUL AZIJAH
NPM 220503784576

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi Koseling Kontrasepsi terhadap Ny.
Y di Praktik Mandiri Ulfatul Azijah S.Tr.Keb Juli 2023”.
Pada kesempatan ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta
wawasan kita khususnya mengenai asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi
koseling kontrasepsi.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang kita
harapkan. Oleh karena itu, dengan senang hati saya senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
dikemudian hari.
Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
dan semoga usaha kita mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Bogor, 06 Juli 2023

Ulfatul Azijah

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................9

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................26

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali merupakan tantangan

bagi bangsa yang masih dalam proses pertumbuhan. Sama halnya yang

terjadi di Indonesia. Menurut perkiraan populasi global untuk tahun 2013,

Indonesia akan menjadi negara terpadat kelima dengan 249 juta penduduk.

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya pemerintah untuk

mengimbangkan jumlah penduduk dan kebutuhan. Keluarga selaku salah

satu bagian kecil dalam negara diharapkan dapat memiliki NKKBS

(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang mengarah pada kemajuan

yang seimbang. Keluarga Berencana (KB) sudah menjadi bagian dari

pencapaian di era ke-20. Secara internasional, Pasangan usia refroduktif

yang menggunakan kontrasepsi mendekati angka 60 %.

Dari sepuluh negara ASEAN, Indonesia dengan wilayah yang

besar masih menjadi negara berpenduduk terbanyak dibandingkan dengan

9 negara lain. Total jumlah fertilitas di Indonesia adalah 2,6 dan masih

paling tinggi dibandingkan rata-rata total jumlah fertilitas negara ASEAN

yaitu 2,4. KB (Keluarga Berencana) merupakan upaya mengontrol

banyaknya jumlah kelahiran yang bertujuan untuk mengurangi resiko

terhadap ibu, bayi, dan suami serta eluarga akibat dari kelahiran tersebut.

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

59,7 persen WUS saat ini menggunakan beberapa jenis kontrasepsi.

4
Sebanyak 59,3 persen wanita di WUS menggunakan kontrasepsi modern,

sedangkan hanya sekitar 0,4 persen wanita yang menggunakan metode

non-modern. Disamping itu, sekitar 24,8 % dari WUS mengatakan pernah

memakai kontrasepsi, walaupun sekarang sedang tidak memakainya,

sedangkan 15,5% WUS mengatakan tidak pernah memakai

kontrasepsi. Penggunaan KB di Indonesia didominasi oleh kontrasepsi

jenis suntik 32% dan pil 14 %.

Menurut BKKBN Provinsi Jawa Barat 2017 Terdapat 9,333,302

jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu jumlah peserta KB yang

memakai IUD (0.09%) MOW (0,19%) MOP (0,07%) kondom (0,24%)

implant (0,08%) suntik (6,02%) Pil (0,26%) (BKKBN, 2017).

Total pasangan usia subur di Kabupaten Bogor pada tahun 2010

skitar 884 ribu, sekitar 735 ribu (85,2 %) adalah akseptor KB dengan 539

ribu sebagai pengguna aktif dan 139 ribu pengguna baru. Rincian

pemakian masing- masing kontrasepsi diantaranya, IUD (4,43%),

MOP/MOW (2,12%) implant (2,83%), Suntik (47,28%), Pil (30,03%),

sedangkan kontrasespi vaginal tidak ada (Profil dinas kesehatan Bogor,

2011).

Alat kontrasepsi digunakan untuk menjarangkan kehamilan atau

menjaga jarak kelahiran. Dengan demikian, penggunaan alat kontrasepsi

juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi karena jarak kelahiran

yang terlalu dekat atau terlalu sering. Selain itu, mengatur jarak atau

jumlah kelahiran diharapkan dapat meningkatkan kualitas keluarga,

5
khususnya kehidupan perekonomian keluarga.

Kasus kehamilan yang tidak diinginkan sering terjadi di sekitar

kita. Pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan kerap berujung pada

tindakan aborsi yang berdampak pada kesehatan ibu. Penggunaan alat

kontrasepsi dapat menjadi solusi untuk mengatur jarak kelahiran sehingga

meminimalisir terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.

Perecanaan kehamilan yang baik dapat membantu pertumbuhan

anak. Anak akan dapat memperoleh kasih sayang dan perhatian yang lebih

banyak dari kedua orang tuanya, khususnya dalam masa tumbuh

kembangnya. Ibu juga dapat memaksimalkan pemberian air susu ibu (ASI)

eksklusif bagi bayinya. Hal ini tentunya akan berbeda jika dibandingkan

dengan keluarga yang memiliki banyak anak.

Metode kontrasepsi modern yang paling banyak dipakai yaitu

metode suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate) atau suntik 3

bulan memiliki kandungan hormon alamiah progesteron. Mekanisme dari

kontrasepsi DMPA ialah mencegah terjadinya ovulasi, mengentalkan

lendir di bagian servik, menjadikan kondisi endometrium kurang baik

sebagai tempat dari ovum yang telah dibuahi dan mempercepat

pemindahan ovum di dalam tuba falopi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

6
Memberikan asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi konselig

kontrasepsi terhadap Ny. Y di Praktik Mandiri Bidan Ulfatul Azijah

S.Tr.Keb Juli 2023.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Jenis Pilihan Metode Kontrasepsi di Praktik

Mandiri Bidan Ulfatul Azijah S.Tr.Keb.

2. Untuk Menegtahui Kelebihan dan Kekurangan Setiap Jnis

Kontrasepsi di Praktik Mandiri Bidan Ulfatul Azijah S.Tr.Keb.

3. Untuk mengetahui Efek Samping, Cara Penggunaan, dan Kontra

Indikasi Kontrasepsi Horomonal Suntik Depo Medroxy

Progesterone Acetate (DMPA) atau KB Suntk 3 Bulan di Praktik

Mandiri Bidan Ulfatul Azijah S.Tr.Keb.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam makalah ini yaitu praktik memberikan

asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi Konseling Kontrasepsi

terhadap Akseptor KB Ny. Y di Praktik Mandiri Bidan Ulfatul Azijah

S.Tr.Keb pada Juli 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Meningkatkan wawasan dan pengalaman belajar dalam melakukan

penelitian khususnya pada konseling kontrasepsi terhadap akseptor

KB.

1.4.2 Bagi tempat penelitian

7
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat khususnya pada konseling kontrasepsi

terhadap akseptor KB.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

data dasar untuk penelitian selanjutnya.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kontrasepsi

 Kontrasepsi adalah cara atau alat yang digunakan dengan tujuan

untuk mencegah terjadinya kehamilan. Seorang wanita bisa mendapatkan

kehamilan apabila sperma bertemu dengan sel telur. Penggunaan alat

kontrasepsi akan mencegah sel telur dan sel sperma bertemu,

menghentikan produksi sel telur, menghentikan penggabungan sel sperma

dan sel telur yang telah dibuahi yang menempel pada lapisan rahim.

Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan. Saat ini

tersedia berbagai jenis kontrasepsi yang memiliki cara kerja berbeda-beda.

Beberapa di antaranya bekerja dengan memengaruhi hormon, namun ada

juga yang menghalangi secara fisik proses masuknya sperma ke

vagina. Namun, beberapa jenis alat kontrasepsi juga bertujuan untuk

melindungi diri dari kemungkinan infeksi virus, bakteri, atau parasit yang

dapat menular melalui hubungan seksual. Mari ketahui lebih jauh

mengenai jenis alat kontrasepsi dalam ulasan berikut ini.

2.2 Jenis Kontrasepsi

2.2.1 Kontrasepsi Alami

9
Jenis-jenis kontrasepsi alamiah seperti Metode Kalender,

Metode Suhu Basal Tubuh, Metode Simtothermal, Metode Lendir

Serviks, Metode Coitus Interuptus, dan Metode Amenore Laktasi.

1. Metode Kalender

Metode ini dilakukan dengan mencari tahu jadwal

menstruasi dan masa subu. Jika memiliki siklus menstruasi 28

hari, kemungkinan masa ovulasi Anda adalah pada hari ke-14.

Hari ke-1 adalah hari pertama menstruasi Anda dan hari ke-28

adalah hari terakhir sebelum hari pertama menstruasi Anda

selanjutnya.

Setelah mengetahui perkiraan hari menstruasi, Anda

bisa menghitung mundur sebanyak 12–16 hari dan ini

merupakan perkiraan masa subur Anda. Dalam rentang waktu

tersebut, Anda dianjurkan untuk tidak berhubungan intim guna

mencegah kehamilan.

2. Metode Suhu Basal

Suhu basal tubuh adalah suhu ketika tubuh sedang

beristirahat, misalnya ketika bangun tidur di pagi hari. Untuk

mengetahui suhu basal tubuh, Anda bisa memakai

termometer digital.

Saat ovulasi, suhu basal tubuh wanita akan meningkat

hingga 0,3o Celcius. Jika suhu tubuh Anda tetap sama selama

10
3 hari atau lebih, kemungkinan besar Anda sedang pada masa

subur dan dianjurkan untuk tidak berhubungan intim.

Waktu pengukuran suhu basal tubuh terbaik adalah pagi

hari sebelum Anda beranjak dari tempat tidur. Pastikan Anda

tidur nyenyak dan lakukan metode yang sama setiap harinya

untuk mendapatkan hasil yang akurat.

3. Metode Simptothermal

Metode simptothermal adalah metode yang

mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi, metode ini

enggabungkan dua metode kontrasepsi alami yaitu

mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa

lender serviks. Menghindari kehamilan dengan tidak

melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur (pantang

saat masa subur)

4. Metode Lendir Serviks

Metode ini mengharuskan untuk memeriksa pola lendir

serviks selama siklus menstruasi. Sebelum proses ovulasi

terjadi, vagina lebih banak mngeluarkan lendir yang lebih

encer dari biasanya.

Untuk mengetahui perubahan lendir serviks, perhatikan

dan catat kondisi cairan yang keluar dari vagina sejak satu hari

setelah menstruasi selesai. Lendir bisa terlihat dari cairan yang

11
menempel di celana dalam atau menyeka organ intim

menggunakan kain atau tisu.

Untuk mencegah kehamilan, hindari berhubungan

seksual sejak hari pertama lendir serviks keluar dengan tekstur

berbeda hingga empat hari setelah hari puncak masa ovulasi.

5. Metode Coitus Interuptus

Metde ini cocok digunakan jika ingin berhubungan

seksual di waktu yang diinginkan tanpa hamil. Cara ini

dilakukan dengan mengeluarkan penis dari vagina saat akan

mengeluarkan sperma atau ejakulasi.

Teknik ini disebut juga dengan istilah senggama

terputus. Agar hasilnya efektif, pria harus bisa mengontrol diri

dengan kuat dan mampu memperkirakan waktu yang tepat saat

menarik penisnya.

6. Amenore Laktasi

Selain bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI eksklusif

juga bisa baik untuk mencegah kehamilan pada ibu menyusui.

Ini karena proses menyusui bisa menghambat ovulasi dan

menstruasi pada ibu yang baru melahirkan. Metode KB alami

ini disebut metode amenore laktasi. Untuk menggunakan cara

ini harus siap menyusui kapan pun ia membutuhkannya, baik

pada siang dan malam hari. Jeda menyusui sebaiknya tidak

lebih dari 4 jam di siang hari dan 6 jam pada malam hari.

12
Namun, jika telah menstruasi kembali, hal ini

menandakan bahwa ovarium telah melepas sel telur sehingga

bisa kembali hamil. Jika hal ini terjadi, maka dianjurkan untuk

menggunakan metode kontrasepsi lainnya.

2.2.2 Kontrasepsi Hormonal

Terdapat dua macam kontrasepsi hormonal, yaitu jangka

pendek dan jangka panjang. Pilihan kontrasepsi jangka pendek

yaitu pil kombinasi, pil mini, dan suntik. Adapun kontrasepsi

hormonal jangka panjang meliputi implan, dan IUD hormonal

1. Hormonal Jangka Pendek

a. Pil kombinasi

Terdiri atas campuran hormon progestin dan

estrogen. Kedua hormon tersebut bekerja dengan cara

mencegah ovarium (indung telur) melepaskan sel telur

selama siklus menstruasi (disebut ovulasi). Kontrasepsi Ini

dilakukan dengan mengubah kadar hormon alami yang

diproduksi oleh tubuh. Penggunaan kontrasepsi pil ini harus

dikonsumsi setiap hari.

Di samping mencegah kehamilan, pil kombinasi

juga bisa mengurangi risiko kanker ovarium, perdarahan

menstruasi, gejala PMS, serta sindrom ovarium polikistik

(PCOS).

13
Sementara itu, efek samping penggunaan

kontrasepsi KB kombinasi adalah bertambahnya berat

badan, hipertensi, hingga meningkatnya risiko penyakit

kardiovaskular

b. Pil Progestin

Progestin adalah hormon progesteron sintetik

(buatan) yang fungsinya mirip dengan hormon progesteron

alami. Progestin juga membuat lendir di sekitar leher rahim

wanita menjadi kental dan lengket, sehingga membuat

sperma berjalan lambat dan dapat dicegah memasuki rahim

dan melakukan pembuahan.

Pil ini disebut dengan mini pil ini akan mencegah

kehamilan dengan cara mengentalkan lendir serviks

sehingga sperma tidak bisa bertemu sel telur.

Risiko penggunaan pil ini tidak sebesar pil

kombinasi. Mini pil tidak akan meningkatkan risiko

hipertensi, tetapi tetap berisiko meningkatkan berat badan

dan membuat siklus menstruasi jadi tidak teratur.

Namun, aturan pakainya memang lebih ketat. Pil ini

harus diminum pada waktu yang sama setiap harinya. Jika

14
terlambat tiga jam dari jadwal minum, efektivitasnya akan

jauh berkurang.

c. Suntik

Kontrasepsi suntik dilakukan dengan menyuntikkan

cairan yang mengandung hormon ke dalam tubuh. Terdapat

dua jenis kontrasepsi suntik, yaitu kontrasepsi suntik

Kombinasi (1 bulan) dan kontrasepsi suntik progetin (3

bulan).

1). Metode Suntik Kombinasi

Jenis kontrasepsi ini diberikan setiap 30 hari

sekali. kontrasepsi suntik kombinasi (1 bulan)

mengandung hormon estrogen dan progestin yang

dapat mencegah terjadinya kehamilan.

Dibandingkan dengan suntik KB 3 bulan, suntik

KB 1 bulan tidak terlalu berdampak pada siklus

menstruasi sehingga penggunanya masih memiliki

siklus haid yang teratur. Selain itu, tingkat kesuburan

dapat kembali normal dalam waktu yang relatif cepat,

yaitu 3 bulan setelah suntikan dihentikan.

Meski demikian, ada beberapa kekurangan dari

suntik KB 1 bulan, antara lain: Memiliki risiko

terjadinya perdarahan tidak normal, meski jarang

terjadi, Menyebabkan pusing dan payudara lebih terasa

15
sensitif atau nyeri, Memicu terjadinya perubahan

suasana hati, Tidak dianjurkan bagi wanita yang

menderita migraine, Tidak melindungi dari infeksi

menular seksual.

2). Metode Suntik Progestin (3 bulan)

Progestin merupakan hormon yang serupa dengan

progesteron dan diproduksi ovarium. Hormon ini

bekerja dengan cara menghentikan pelepasan sel telur

ke dalam rahim, sehingga mencegah terjadinya proses

pembuahan.

Selain itu, hormon ini juga mencegah sperma

untuk mencapai sel telur dengan menebalkan cairan

vagina dan mencegah pertumbuhan janin dengan

menipiskan dinding rahim.

a) Efek Samping Kontrasepsi

 Gangguan Siklus Haid

Gejalanya termasuk tidak mengalami

menstruasi sama sekali (amenore), periode ringan

atau berat (bercak dan perdarahan berat),

perdarahan di luar siklus menstruasi (metroragia /

perdarahan terobosan), dan pola perdarahan

abnormal lainnya (menorrhagia). Hal tersebut

terjadi karena endometrium berubah secara

16
histologi yang menyebabkan ketidakseimbangan

pada hormone.

 Peningkata Berat Badan

Hormon progesteron menyebabkan

seseorang menambah berat badan karena

mempromosikan penyimpanan gula dan

karbohidrat sebagai lemak. Selain itu, ada

peningkatan kelaparan dan penurunan aktivitas

fisik.

 Penurunan Gairah Seksual

Meskipun tidak semua wanita akan

mengalami disfungsi seksual, penggunaan jangka

panjang dapat menyebabkan pergeseran hormon

yang mengeringkan vagina dan membuat

aktivitas seksual tidak nyaman.

 Kekeringan pada Vagina

 Depresi

 Keputihan (Lechorea)

 Jerawat

 Rambut rontok

 Pusing/ Sakit Kepala/Migrain.

b). Kelebihan Kontrasepsi

 Tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain

17
 Relatif aman untuk ibu menyusui

 Tidak perlu repot mengingat untuk

mengonsumsi pil kontrasepsi setiap hari

 Tidak perlu menghitung masa subur jika hendak

berhubungan seksual

 Jika ingin berhenti, cukup hentikan

pemakaiannya dan tidak perlu ke dokter

 Dapat mengurangi risiko munculnya kanker

ovarium dan kanker rahim

c). Kekurangan Kontrasepsi

 Efek samping berupa sakit kepala, kenaikan

berat badan, nyeri payudara, perdarahan, dan

menstruasi tidak teratur. Efek ini bisa muncul

selama suntik kontrasepsi masih digunakan.

 Butuh waktu cukup lama agar tingkat kesuburan

kembali normal, setidaknya setahun setelah

suntik kontrasepsi dihentikan. Hal ini membuat

jenis kontrasepsi ini tidak dianjurkan untuk

mereka yang ingin segera memiliki anak.

 Berisiko mengurangi kepadatan tulang, tetapi

risiko ini akan menurun bila suntik kontrasepsi

dihentikan.

18
 Tidak memberikan perlindungan dari penyakit

menular seksual, sehingga perlu tetap

menggunakan kondom saat berhubungan

seksual.

d). Cara Penggunaan

Kontrasepsi suntik progestin bisa

disuntikkan ke bokong atau lengan atas. Rata-rata

penyuntikan dilakukan di area gluteus maximus

(bokong) pada di suntikan seara Intra Muskular

melalui otot ventrogluteal. Dibandingkan dengan

kontrasepsi pil, kontrasepsi suntik lebih praktis

karena tidak dilakukan setiap hari, sebab setiap

suntikan dari alat kontrasepsi ini bisa bertahan

selama 8-13 minggu.

e). Kontraindikasi

Kontrasepsi suntik progestin tidak bisa

digunakan oleh semua wanita, terutama bila

merasa dirinya sedang hamil, menginginkan siklus

19
menstruasinya tetap teratur, atau memiliki kondisi

sebagai berikut:

 Migrain

 Gangguan hati

 Pembekuan darah

 Riwayat penyakit jantung

 Pendarahan di antara masa menstruasi

 Diabetes

 Kanker payudara

 Berisiko tinggi menderita osteoporosis

2. Hormonal Jangka Panjang

a. KB Implan

Metode kontrasepsi implan merupakan alat

kontrasepsi yang berukuran kecil dan tampak seperti batang

korek api. Kontrasepsi implan akan mengeluarkan hormon

progestin secara perlahan, dan bisa mencegah terjadinya

kehamilan hingga tiga tahun. Cara penggunaan adalah

dengan memasukkan alat ini ke bagian bawah kulit,

umumnya di lengan bagian atas.

Di balik efektivitasnya yang cukup tinggi,

penggunaan alat ini diketahui dapat menyebabkan siklus

menstruasi tidak teratur serta menimbulkan memar pada

kulit saat baru dilakukan pemasangan implan. Kontrasepsi

20
implan terbilang mahal dan memiliki beberapa efek

samping, seperti menstruasi tidak teratur, pembengkakan

dan memar pada area kulit yang terpasang, dan tidak efektif

untuk mencegah penularan IMS.

b. IUD Progestin

IUD (Intra-Uterine Device) atau yang dikenal juga

dengan KB spiral adalah alat kontrasepsi wanita. IUD

memiliki kelebihan bisa bertahan lama di dalam rahim,

namun posisinya bisa bergeser dan menyebabkan rasa tidak

nyaman pada rahim atau saat berhubungan intim. IUD juga

berpotensi menimbulkan kram dan meningkatkan volume

darah saat menstruasi. IUD merupakan singkatan dari

intrauterine device, memiliki bentuk seperti huruf T. Alat

KB ini dipasang pada rahim untuk menghalangi sperma dari

proses pembuahan. Secara umum, IUD yang memiliki

kandungan hormon, seperti Mirena yang harus diperbarui

setiap lima tahun.

2.2.3 Kontrasepsi Non Hormonal

1. Kondom

Alat kontrasepsi ini dipasang pada alat kelamin pria

untuk mencegah masuknya sperma ke dalam vagina ketika

sedang berhubungan. Kelebihan dari kondom adalah harganya

yang terjangkau, memberikan perlindungan dari bahaya

21
penularan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), dan sangat

mudah didapatkan. Namun, alat kontrasepsi ini hanya bersifat

sekali pakai. Alat pencegah kehamilan ini juga bisa bergeser,

terlepas, dan bahkan tersangkut di dalam vagina saat

berhubungan intim. Bahan lateks pada kondom mungkin juga

menimbulkan alergi bagi orang-orang yang sensitif

terhadapnya.

2. Spermisida

Spermisida adalah alat kontrasepsi berbentuk jeli, krim,

atau busa yang mengandung bahan kimia untuk mematikan

sperma. Spermisida dimasukkan ke dalam vagina 30 menit

sebelum berhubungan intim. Penggunaan spermisida terlalu

sering berpotensi menyebabkan iritasi pada organ intim.

Penggunaannya perlu dikombinasikan dengan kontrasepsi lain

seperti kondom, karena tingkat kegagalannya dapat mencapai

29%. Alat ini bekerja dengan merusak sperma sehingga

sperma tidak bisa membuahi sel telur. Cara menggunakan alat

kontrasepsi satu ini adalah dengan mengoleskannya ke penis

atau vagina. Meski terbilang mudah digunakan, sayangnya

efektivitas spermisida akan berkurang setelah digunakan lebih

dari satu jam.

22
3. Diafragma

Diafragma adalah jenis alat kontrasepsi yang berbentuk

kubah atau seperti setengah lingkaran yang berukuran kecil

dan terbuat dari silikon. Cara menggunakannya adalah dengan

menempatkannya di mulut rahim sebelum berhubungan intim

dengan melipatnya menjadi dua bagian. Seorang wanita

memasukkan diafragma ke dalam vagina sehingga bisa

menutupi leher rahim atau serviks. Alat ini biasanya

dikombinasikan dengan spermisida. Perlu diingat bahwa

diafragma harus berada di dalam vagina hingga 6 jam setelah

berhubungan seksual, namun tidak boleh lebih dari 24

jam. diafragma merupakan alat kontrasepsi fisik yang bisa

digunakan kembali atau reusable. Diafragma memiliki tingkat

kegagalan hingga 16% jika tidak digunakan secara tepat, serta

tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular

seksual.

4. Spons

Spons adalah kontrasepsi yang terbuat dari busa plastik

dan mengandung spermisida. Spons ini membantu Anda

mencegah kehamilan dengan cara menghalangi serviks

sehingga tidak ada sel sperma yang bisa masuk. Selain itu,

kontrasepsi ini juga melepaskan spermisida untuk membunuh

sperma yang terlanjur masuk ke dalam vagina. Penggunaannya

23
dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam vagina sebelum

melakukan hubungan intim dengan pasangan. Setelah

berhubungan seksual, spons dikeluarkan dari vagina dengan

bantuan alat yang disebut nylon loop. Efek samping spons

dapat meningkatkan risiko mengalami infeksi jamur dan alat

kontrasepsi ini tidak disarankan untuk dibiarkan berada di

dalam vagina lebih dari 30 jam. Kontrasepsi ini merupakan

kontrasepsi sekali pakai.

5. IUD tembaga

Terdapat dua jenis IUD atau spiral, salah satunya

adalah IUD yang dilapisi dengan tembaga. Berbeda dengan

KB IUD hormonal, IUD tembaga tidak mengandung hormon

sama sekali. Lapisan tembaga pada badan IUD itu sendiri

ternyata cukup dalam membantu menunda kehamilan.

Penggunaan IUD tembaga ini harus dilakukan dengan bantuan

dokter atau ahli medis profesional lainnya. IUD tembaga

termasuk kontrasepsi non hormonal yang mudah digunakan

untuk jangka panjang hingga 10 tahun. Tingkat efektivitas

mencapai angka 99 persen.

Namun, Anda harus tetap memerhatikan efek samping

yang mungkin ditimbulkan seperti perdarahan pada vagina saat

sedang tidak haid. Selain itu, penggunaan IUD tembaga juga

24
tidak dapat melindungi Anda dari penularan penyakit menular

seksual.

2.2.4 Kontrasepsi Permanen

Jika Anda dan pasangan sudah yakin untuk tidak memiliki

anak lagi, maka kontrasepsi permanen atau steril adalah pilihan alat

kontrasepsi yang tepat. Metode ini memiliki efektivitas untuk

mencegah kehamilan hampir 100%. Kontrasepsi permanen dapat

dilakukan pada pria dan wanita. Pada pria, kontrasepsi permanen

dilakukan dengan vasektomi (memutus penyaluran sperma ke air

mani). Sementara pada wanita menggunakan metode tubektomi

atau pengikatan tuba falopi yang merupakan sistem reproduksi

wanita yang berperan penting dalam proses pembuahan

2.3 Tempat Pelayanan Kontrasepsi

1. Puskesmas / Pelayanan Bergerak

2. Praktik Dokter

3. Praktek Bidan

4. Rumah Sakit

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 06 Juli 2023

Pukul : 18.30 WIB

A. Identitas

Nama klien : Ny . Y Nama suami : Tn. A

Umur : 28 tahun Umur : 34 tahun

Suku/bangsa : Sunda/Indonesia Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Karyawan Swasta

26
Alamat rumah : Kp. Cibungur RT 01 RW 01

Data Subjektif

Keluhan utama:

1. Ibu mengatakan ingin melakukan konseling pemilihan alat kontrasepsi.

2. Ibu mengataan sudah 5 hari yang lalu berhenti haid

3. Ibu mengatakan belum berhubungan seksual

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No Kehamilan Persalinan Nifas Bayi

Umur Jenis Penolong JK BB PB


Tahun

Komplikasi

Komplikasi

Komplikasi

Sekarang

Keadaan
(kg) (cm)

1. 2023 38 mg - Spontan Bidan - - P 3 kg 49 cm Hidup

c. Konsumsi zat besi : Ya

d. Riwayat penyakit : Tidak ada

e. Pemberian ASI : Ya

f. Penggunaan kontrasepsi : Belum

g. Ada/tidaknya tanda-tanda bahaya : Tidak ada

OBJEKTIF

27
a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan emosional: Stabil

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Suhu : 36,8 ºC

Pernafasan : 20 x/menit

b. Pemeriksaan fisik

1. Kepala

a) Rambut : Bersih

b) Muka : Tidak oedem, tidak pucat

c) Mata

(1) Konjungtiva : Tidak anemis

(2) Sklera : Tidak ikterik

(3) Palpebra : Normal

d) Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran

e) Telinga : Simetris, tidak ada serumen

f) Mulut (gigi, gusi) : Bersih, tidak ada caries, tidak ada stomatitis

2. Leher

1) Kel. Gondok/ thyroid : Tidak ada pembesaran

28
2) Tumor : Tidak ada

3) Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada

3. Dada dan axilla (ketiak) : Tidak ada retraksi dada dan tidak

ada pembesaran kelenjar limfe

4. Mammae

a) Pembesaran : Tidak ada

b) Tumor : Tidak ada

c) Simetris : Ya

d) Abses : Tidak ada

e) Kelenjar : Tidak ada

5. Abdomen

1) Inspeksi

Luka bekas operasi : Tidak ada

2) Palpasi

a) Fundus uteri : Normal

b) Posisi uterus : Normal

c) Konsistensi uterus : Normal

d) Diastatis rekti : Tidak ada

e) Vesika urinaria : Kosong

6. Kaki

1) Varices : Tidak ada

2) Oedem : Tidak ada

3) Kemerahan pada betis : Tidak ada

29
4) Tanda Homan : Tidak ada

7. Vulva dan vagina

1) Keadaan luka laserasi : Tidak ada

2) Lochea

a) Warna : Tidak ada

b) Konsistensi : Tidak ada

Analisa

Ny. Y usia 28 tahun dengan konseling kontrasepsi dan pemilihan kontrasepsi

Kebutuhan: Memberikan asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi mengenai

konselig kontrasepsi

Penatalaksanaan

1. Menyambut pasien dengan sopan dan ramah

- Pasien merasa nyaman

2. Memperkenalkan diri dan menanyakan apa maksud dan tujuan pasien

- Ibu menceritakan mengenai maksud dan tujuannya

3. Menanyakan Informasi pasien mengenai pengalaman KB sebelumnya serta

riwayat kesehatan lainya

- Pasien belum pernah KB dari setelah melahirkan, saat ini sedang

menyusui ekslusif dan tidak memiliki riwayat penyakit

4. Menjelaskan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi pasien yaitu

kontrasepsi alami seperti amenore laktasi, kontrasepsi non hormonal seperti

kondom, dan kontrasepsi hormonal (pil progestin, suntik progestin, dan IUD

hormon)

30
- Pasien mengerti mengenai pilihan kontrasepsi yang telah dijelaskan

5. Membantu pasien menentukan pilihan kontrasepsi yang tepat yaitu

kontrasepsi hormonal suntik progesterone

- Pasien bersedia untuk menggunakan kontrasepsi hormonal suntik

progesterone

6. Menjelaskan efek samping penggunaan kontrasepsi suntik progestin yaitu

mual, berjerawat, gangguan siklus haid, peningkatan berat badan, gairah

seks menurun.

- Pasien mengetahui efek samping kontasepsi hormonal suntik progestin (3

bulan)

7. Menjelaskan cara penggunaan kontrasepsi hormonal suntik progestin yaitu

tujuh hari setelah hari pertama berhenti menstruasi atau 3 minggu pertama

setelah persalinan, maka setelah penyuntikan ibu bisa bebas berhubungan

seksual. Untuk penyuntikan ulang dijadwalkan kembali 3 bulan kemudia

namun tanggal kembali dikurangi 1 minggu dr tnggal penyuntikan

sebelumnya.

- Ibu mengerti mengenai cara penggunaan kontrasepsi hormonal suntik

progesterone

8. Menjelaskan kontraindikasi penggunaan kontrasepsi hormonal suntik

progestin yaitu pada kondisi darah tinggi, kolestrol tinggi, diabetes, benjolan

pada payudara, gagal jantung atau pernah dan sedag menderita penyakit

ginjal.

31
- Ibu mengerti mengenai kontraindikasi kotrasepsi hormonal suntik

progesterone

9. Menjadwalkan kunjungan ulang apabila ibu telah menentukan pilihannya

- Ibu bersedia untuk kunjungan ulang

10. Mendokumentasi hasil tindakan

- Hasil kegiatan sudah didokuentasikan

BAB IV

PEMBAHASAN

 Kontrasepsi adalah cara atau alat yang digunakan dengan tujuan untuk

mencegah terjadinya kehamilan. Seorang wanita bisa mendapatkan kehamilan

apabila sperma bertemu dengan sel telur. Penggunaan alat kontrasepsi akan

mencegah sel telur dan sel sperma bertemu, menghentikan produksi sel telur,

menghentikan penggabungan sel sperma dan sel telur yang telah dibuahi yang

menempel pada lapisan rahim.

Alat kontrasepsi digunakan untuk menjarangkan kehamilan atau menjaga

jarak kelahiran. Dengan demikian, penggunaan alat kontrasepsi juga dapat

mengurangi risiko kematian ibu dan bayi karena jarak kelahiran yang terlalu dekat

32
atau terlalu sering. Selain itu, kasus kehamilan yang tidak diinginkan kerap

berujung pada tindakan aborsi yang berdampak pada kesehatan ibu. Penggunaan

alat kontrasepsi dapat menjadi solusi untuk mengatur jarak kelahiran sehingga

meminimalisir terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.

Terdapat berbagai jenis kontrasepsi sesuai fungsi dan kegunaannya. Jenis

kontrasepsi sendiri terbagi menjadi beberapa bagian terdiri dari kontrasepsi alami,

kontrasepsi hormonal, kontrasepsi non hormonal, dan permanen.

Kontrasepsi alami sendiri terdiri dari metode kalender, metode suhu basal,

metode simptothermal, metode lender serviks, metode coitus interuptusm, dan

metode amenore laktasi.

Sedangkan kontrasepsi hormonal terdiri dari kontrasepsi jangka panjang

dan jangka pendek. Kontrasepsi hormonal jangka pendek terdiri dari kontrasepsi

pil dan suntik, sedangkan kontrasepsi hormonal jangka panjang terdapat

kontrasepsi implant da IUD progestin.

Kontrasepsi non hormonal terdiri dari kondom spermisida, diafragma,

spons, dan IUD tembaga.

Kontrasepsi permanen sendiri terdiri dari vasektomi (memutus penyaluran

sperma ke air mani) dan tubektomi atau pengikatan tuba falopi yang merupakan

sistem reproduksi wanita yang berperan penting dalam proses pembuahan.

Perecanaan kehamilan yang baik dapat membantu pertumbuhan anak.

Anak akan dapat memperoleh kasih sayang dan perhatian yang lebih banyak dari

kedua orang tuanya, khususnya dalam masa tumbuh kembangnya. Ibu juga dapat

memaksimalkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif bagi bayinya.

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi

konseling kontrasepsi di Praktik Mandiri Ulfatul Azijah S.Tr.Keb Juli

2023 dapat disimpulkan:

a. Terdapat berbagai pilihan jenis kontrasepsi yang dapat di pilih oleh

akseptor KB sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.

b. Terdapat efek samping, cara penggunaan, dan kontraindikasi yang

berbeda pada masing-masing alat kontrasepsi.

34
5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga

Sesuai yang telah disampaikan dalam makalah bahwa

diharapkan pasien dan keluarga dapat melakukan kunjungan ulang

sesuai jadwal yang telah ditentukan dan agar berkonsultasi jika

terdaat masalah atau keluhan laiya setelah penggunaan alat

kontrasepsi.

5.2.2 Bagi Tempat Praktik

Informasi yang diperoleh dapat di aplikasikan oleh tenaga

kesehatan dalam meningkatkan pelayanan khususnya pada

konseling kontrasepsi untuk memberikan penjelasan secara

lengkap terkait kebutuhan alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan

memberikan menjelaskan prosedur pelaksanaan sebelum dilakukan

tindakan.

5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis,

sehingga dapat dijadikan sumber referensi dalam memberikan

asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi, serta bagi institusi

pendidikan agar selalu meningkatkan penelitian-penelitian

dibidang kesehatan.

5.2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi untuk mengembangkan makalah- makalah selanjutnya.

35
36
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. Infodatin - Pusdatin Kemkes - Kementerian Kesehatan [Internet].

2010. [cited 2020 Mei 27]. Available from: http://pusdatin.kemkes.go.id

Irianto, K. Keluarga Berencana untuk Paramedis dan Nonmedis. Bandung: Yrama

Widya; 2012.

Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI. 2013.

Dinas Kesehatan SDKI Jakarta. Profil Kesehatan DKI Jakarta. Dinkes DKI. 2012.

BKKBN. Data KB Provinsi Jawa Barat. 2017.

Dinkes Bogor. Profil Kesehatan Kabupaten Bogor. 2011.

Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan; 2010.

Riska. Hubungan lama penggunaan alat kontrasepsi suntik Depo

Medroxyprogesteron Asetat (DMPA) dengan Gangguan Menstruasi pada

Akseptor DMPA Di Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2017.

Politeknik Kesehatan Kendari; 2017.

Nina Siti Mulyani D. KB Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Nuha

Medika Persada; 2013.

Anggraini, Yetti. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rehima Press;

2012.

Anda mungkin juga menyukai