Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN

KELUARGA BERENCANA
(KONTRASEPSI SUNTIK 1 BULAN)

Selly Widianti (1610331007)

Pembimbing Lapangan:
Yeni Herawati, S.SiT

Pembimbing Akademik:
Uliy Iffah, SST., M.Keb

PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Lapangan dan
Pembimbing Akademik Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas

Padang, 12 Januari 2020

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Yeni Herawati, S.SiT Uliy Iffah, SST., M.Keb


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Population Data Sheet tahun 2013, Indonesia merupakan


negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249
juta. Diantara negara ASEAN, Indonesia salah satu negara dengan luas
wilayah terbesar dengan penduduk terbanyak. Dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan
akan kesehatan reproduksi, Program KB digunakan sebagai salah satu cara
untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan
ibu dan anak (Kemenkes RI, 2014)
Keluarga berencana merupakan suatu cara yang memungkinkan setiap
orang untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan dan jarak kehamilan yang
melalui informasi, pendidikan dan penggunaan metode kontrasepsi
(WHO,2014). Keluarga Berencana (KB) bertujuan membantu pasangan suami
istri untuk mengaturan dan merencanakan kehamilan terkait usia, jumlah anak,
serta mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara,
alat, dan obat kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau
pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan
kontrasepsi kepada calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan
dalam fasilitas pelayanan KB.
Menurut jangka waktu pemakaiannya kontrasepsi dibagi menjadi Metode
Kontrasepsi jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (Non-MKJP) (PMK No.97 tahun 2014). Alat kontrasepsi jangka
pnjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda,
menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan yang digunakan
dengan jangka pnajang, yang meliputi IUD, Implan dan kontrasepsi mantap.
non metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP) meliputi kondom, pil,
suntik dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.
Berdasarkan Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di
Indonesia berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun
mengalami penurunan, namun masih jauh dari target yang dharapkan sehingga
upaya untuk menurunkan AKI perlu dilakukan dengan melihat target
Sustainable Development Goals (SDGs) dalam The 2030 Agenda For
Sustainable Development yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup
Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu melalui: 1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah
kehamilan 2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan
hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas. 3. Mencegah atau memperkecil terjadinya
kematian pada seorang perempuan yang mengalami komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan nifas. Peranan KB sangat diperlukan untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi
yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu.
Program Keluarga Berencana dapat membantu dalam mengurangi risiko
kematian ibu pada waktu melahirkan yang disebabkan oleh faktor 4T yaitu
terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat, dan terlalu banyak (Prawirohardjo,
2005). Data SDKI 2012 menunjukkan peningkatan tren penggunaan alat
kontrasepsi (CPR)sejak tahun 1991-2012. Sejalan dengan meningkatnya
angka pengguna alat kontrasepsi, diikuti turunnya total fertility rate (TFR) di
Indonesia. Angka CPR ini telah melampuai target RPJM 2014 (60,1%) dengan
capaian 61,9%.
Metode Jumlah %
IUD 658.632 7,75
MOW 128793 1,52
MOP 21.374 0,25
Kondom 517.638 6,09
Implant 784.215 9,23
Suntikan 4.128.115 48,56
Pil 2.61.480 26,60
Total 8.500.247 100
Table 1 Peserta Baru KB Menurut Metode Kontrasepsi di Indonesia,
Tahun 2013.BKKBN 2014.
Berdasarkan table data BKKBN menunjukkan pada tahun 2013 metode
kontrasepsi paling popular adalah suntikan dan pil. ada 4.128.115PUS peserta
KB baru yang memilih menggunakan metode kontrasepsi suntikan, 2.61.480
pengguna KB pil. KB implan menduduki peringkat ketiga terbanyak diminati
oleh PUS yaitu sebanyak 784.215 atau 9,23% dari keseluruhan.
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

2.1 Kontrasepsi Suntik

Metode KB suntik telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional


serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai KB suntik yaitu
dikarenakan efektif, aman, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pasca
persalinan (Manuaba, 1998).

Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99% dan 100% dalam


mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi yang sangat
efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil (Everett, 2007).

Kontrasepsi suntik biasanya diberikan secara intramuskular biasanya pada


otot pantat (gluteas) yang dalam dan bisa juga pada otot pangkal lengan (deltoid).
Apabila suntikan yang diberikan terlalu dangkal maka penyerapan kontrasepsi
suntik akan lambat dan bekerja tidak efektif (Everett, 2007).

2.1.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya


dilakukan dengan jalan penyuntikan obat tersebut pada ibu yang subur.
Kontrasepsi Suntik mengandung hormon progesteron. Progesteron adalah suatu
steroid C21 yang diekskresikan oleh korpus luteum, plasenta dan folikel.
Progesteron berperan dalam perubahan progestasional di endometrium dan
perubahan siklik di serviks dan vagina (Ganong, 2003).

Pada wanita normal yang tidak hamil, progesteron disekresi dalam jumlah
cukup banyak selama separuh akhir dari setiap siklus ovarium. Progesteron 5
memiliki peran di dalam tuba falopi yaitu meningkatkan sekresi mukosa yang
membatasi tuba fallopi. Sekresi ini dibutuhkan untuk nutrisi ovum yang telah
dibuahi dan sedang membelah sewaktu ovum bergerak dalam tuba fallopi sebelum
berimplantasi. Efek progesteron dalam kontrasepsi suntik yaitu dengan
menebalkan mukus serviks dan perubahan endometrium, kadar sirkulasi di dalam
progestin cukup tinggi untuk menghambat lonjakan LH sehingga dapat
menghambat terjadinya pembuahan (Speroff, 2003).

Mekanisme kontrasepsi suntik dalam pencegahan kehamilan yaitu :

a. Menekan ovulasi
Kadar progestin di dalam sirkulasi cukup tinggi sehingga kadar FSH
(folicle stimulating hormon) dan LH (luteinizing hormon) menurun dan
tidak terjadi lonjakan LH, maka tidak akan terjadi lonjakan folikel dan
produksi sel telur akan berkurang sehingga kemungkinan terjadinya
pembuahan kecil (Hartanto, 2004).
b. Membuat lendir serviks kental sehingga penetrasi sperma terganggu
Kontrasepsi suntik progestin bekerja menghambat terjadinya pembuahan
dengan cara menghalangi naiknya sperma ke dalam kavum uteri dengan
membuat lendir servik menjadi kental sehingga sperma tidak mampu
untuk menembus servik dan pembuahan tidak akan terjadi
(Siswosudarmo dkk, 2001).
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) dan selaput rahim tipis
Hormon progesteron mengganggu perubahan fisiologis endometrium
sehingga mengganggu proses nidasi (proses menempelnya hasil
pertemuan antara sperma dan sel telur di dalam rahim), endometrium
menjadi kurang layak atau kurang baik untuk proses implantasi (proses
ovum menempel pada lapisan endometrium) dari ovum yang telah
dibuahi (Siswosudarmo dkk, 2001)
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Kontrasepsi suntik progestin menyebabkan perubahan peristaltik tuba
falopi sehingga pergerakan gamet dihambat dan konsepsi (pertemuan
antara sel telur dan sperma) akan dihambat maka kemungkinan terjadinya
pembuahan kecil (Hartanto, 2004).

2.2 Jenis Kontrasepsi Suntik


Kontrasepsi suntik dibedakan berdasarkan waktu pemakaian serta kandungan
hormon di dalamnya. Jenis kontrasepsi suntik ada 3 macam yaitu:
2.2.1 DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat)
Kontrasepsi suntik DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat)
mengandung progesteron sebanyak 150mg dalam bentuk partikel
kecil. Suntikan depoprovera diberikan setiap 12 minggu (3 bulan)
secara intramuskular (Manuaba, 1998). DMPA (Depo Medroksi
Progesteron Asetat) adalah derivat 17α hidroksi progesteron, dibuat
dalam bentuk suspensi air. Depo Medroksi Progesteron Asetat
diberikan setiap 3 bulan kadar DMPA (Depo Medroksi Progesteron
Asetat) dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. Setelah itu
kadar dalam darah perlahanlahan menurun dan masih dapat terdeteksi
setelah 200 hari. Dengan demikian, DMPA (Depo Medroksi
Progesteron Asetat) dapat memberikan perlindungan dengan aman
selama tiga bulan bahkan beberapa minggu sesudahnya. DMPA (Depo
Medroksi Progesteron Asetat) bekerja menekan ovulasi. Kadar
progestin di dalam sirkulasi cukup tinggi sehingga menghambat
terjadinya lonjakan LH yang berperan pada masa ovulasi sehingga LH
di dalam sirkulasi akan berkurang akibatnya akan menghambat
terjadinya pembuahan. (Siswosudarmo dkk, 2001).
2.2.2 Cyclofem
Mengandung progesteron sebanyak 50mg dan estrogen. Cyclofem
diberikan atau disuntikkan setiap bulan dan diharapkan terjadi
menstruasi setiap bulan karena komponen estrogennya. Cyclofem
merupakan suntikan kombinasi yang berisi hormon progesterone dan
hormon estrogen. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 7-11
hari. Setelah suntikan tunggal cyclofem menunjukkan efek yaitu
penghambatan pematangan folikel, penebalan lendir servik sehingga
sperma tidak bisa menebus lendir servik dan tidak akan bisa bertemu
ovum akibatnya pembuahan tidak akan terjadi dan efektifitas kerja
dari cyclofem akan menurun dan sampai tidak terdeteksi sampai 30
hari (Siswosudarmo dkk, 2001).

1. Keuntungan & Kerugian


Keuntungan kb suntik 1 bulan
1) Sangat efektif (99,6%)
2) Risiko kesehatan kecil
3) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami isteri
4) Periksa dalam tidak dibutuhkan pada saat pemeriksaan awal
5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI, kecuali suntikan
Cyclofem
7) Reaksi suntik sangat cepat (<24 jam)
8) Dapat digunakan oleh wanita tua (>35 tahun), kecuali
Cyclofem
9) Mencegah kehamilan ektopik
10) Jangka panjang
11) Sangat efektif walaupun klien terlambat suntik 1 minggu dari
jadwal yang telah ditentukan
12) Sangat berguna untuk klien yang tidak ingin hamil lagi, tetapi
belum bersedia untuk mengikuti sterilisasi (tubektomi).

2. Kerugian KB suntik 1 bulan


1) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
2) Harus kembali ke sarana pelayanan.
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.
4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
5) Dapat menyebabkan ketidakteraturan masalah haid
6) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit
menular seksual, hepatitis B, atau infeksi HIV.
7) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti
ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
8) Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaaan dengan obat-
obat epilepsi dan obat tuberklosis.
9) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan
kemungkinan timbulnya tumor hati.
10) Kemungkinan terlambat pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.

3. Indikasi Kontrasepsi Suntik


Indikasi pada pengguna suntik menurut BKKBN (2003) :
1) Wanita usia reproduktif.
2) Wanita yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki
efektifitas tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Setelah abortus dan keguguran.
7) Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
8) Masalah gangguan pembekuan darah.
9) Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.

4. Kontraindikasi kontrasepsi suntik 1 bulan


Menurut BKKBN (2003), kontra indikasi pada pengguna suntik
yaitu :
1) Hamil atau dicurigai hamil.
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
5) Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.

5. Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi


1) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus
haid
2) Bila disuntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid.
Klien tidak boleh berhubungan sex selama 7 hari /
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
3) Bila klien pasca persalinan 6 bulan, menyusui serta belum haid
suntikan pertama dapat diberikan sutnikan kombinasi
4) Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan /
dalam waktu 7 hari
5) Bila sebelumnya juga kontrasepsi hormonal dan ingin ganti
suntikan pertama dapat segera diberikan asal ibu tidak hamil
dan pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila
diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrsepsi lain
tidak diperlukan.
6) Ibu sebelumnya menggunakan AKDR, suntikan pertama
diberikan hari 1-7 siklus haid cabut segera AKDR

2.2.3 Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat)


Mengandung 200mg noretindron, diberikan setiap 2 bulan dengan
cara disuntikkan secara intramuskular (Manuaba, 1998). NET-EN
merupakan derivatif 19-nore-tisteron yang dibuat dalam larutan
minyak. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah lima hari, untuk
kemudian menurun dan tidak lagi dapat dideteksi setelah 70 hari.
Maka dari itu pemberian NET-EN adalah setiap 2 bulan. Dengan
interval setiap 2 bulan atau 8 minggu maka angka kegagalan lebih
kecil tetapi angka drop out nya lebih besar karena efek pendarahan,
terlalu seringnya suntikan dan mahalnya biaya (Siswosudarmo dkk,
2001).

2.3 Efek Pemakaian Kontrasepsi Suntik


Pemakaian kontrasepsi suntik memiliki beberapa efek samping, berikut ini
merupakan beberapa efek samping yang dihasilkan dari pemakaian KB suntik
yaitu :
a. Gangguan siklus haid
Gangguan siklus haid bisa disebabkan ketidakseimbangan hormon
sehingga endometrium mengalami perubahan histologi.
1) Tidak mengalami haid (amenore)
Amenore dibedakan menjadi dua yaitu amenore primer merupakan
masa remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami mens atau
belum menampakkan tanda-tanda fisik seksual sekunder, sedangkan
amenore sekunder bila wanita sudah mengalami menstruasi namun
kemudian tidak mengalami menstruasi dalam waktu 3-6 bulan
(Varney, 2006).
2) Perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak (spotting)
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan menurun
dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2001).
3) Perdarahan diluar siklus haid (metrorarghia)
Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika terdapat
insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi, istilah
metroragi digunakan untuk menggambarkan keadaan tersebut
(Varney, 2006)
4) Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada
biasanya (menorarghia)
Persepsi yang umum mengenai perdarahan berlebihan adalah apabila
tiga sampai empat pembalut sudah penuh selama empat jam. Jumlah
kehilangan darah yang dipertimbangkan normal selama mens adalah
30 cc sejak penelitian yang dilakukan pada tahun 1960-an dan setiap
perdarahan yang lebih dari 80 cc dinyatakan perdarahan abnormal,
seperti yang dikatakan oleh Engstrom, bahwa batas 8 cc merupakan
ukuran standar untuk menetapkan menoragi (Varney, 2006).
b. Keputihan
Penyebabnya yaitu efek progesteron merubah flora dan pH vagina,
sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan
keputihan.
c. Pertambahan berat badan
Biasanya disebabkan hormon progesteron yang menyebabkan nafsu
makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, selain itu dengan
mudah terjadi perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak sehingga
lemak di bawah kulit akan bertambah (Glasier et al, 2005).

Menurut Baziad (2002) efek samping dari kontrasepsi suntik :


a. Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting, menorarghia,
metrorarghia.
b. Penambahan berat badan.
c. Mual.
d. Kunang-kunang.
e. Sakit kepala.
f. Nervositas.
g. Penurunan libido.
h. Vagina kering.

2.4 Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik 1 Bulan


a) Lokasi penyuntikan
1. Daerah bokonh/pantat
2. Daerah otot lengan atas
b) Teknik suntikan
1. Kocok botol dengan baik, hindari terjadinya gelembung-gelembung
udara pada cylofem, dan keluarkan isinya dengan cara dihisap dengan
spuit
2. Suntikkan secara IM di daerah bokong, apabila suntikan terlalu
dangkal, penyerapan hormone menjadi lambat dan tidak bekerja segera
dan efektif
3. Kontrasepsi jenis cylofem diberikan setiap bulan
BAB 3

LAPORAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.


SULASTRI
26 TAHUN AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN
DI KLINIK BD. YENI HERAWATI

Tempat praktek : BPM Bd. Yeni Herawati S.SiT


Tanggal/ jam : 05 Januari 2020 / 16.00 WIB

A. SUBJEKTIF

1. Identitas/Biodata
a. Namaibu : Ny. S NamaSuami : Tn. n
b. Umur : 27 tahun Umur : 28 tahun
c. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
e. SukuBangsa: Minang SukuBangsa : Minang
f. Agama :Islam Agama :Islam
g. Alamat : Cendana

2. Anamnesa
a. Alasan kunjungan :
Ibu mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi Suntik 1 Bulan
b. RiwayatMenstruasi :
 Menarche : 13 tahun
 Siklus : 30 hari
 Lama : 7 hari
 Banyaknya : 2-3x ganti pembalut di hari 1-3
2x ganti pembalut di hari 4-7
 Sifat darah : Merah menggumpal higga kecoklatan
 Dismenore : Tidak ada
 Fluor albus : tidak ada
 Keluhan : tidakada

3. RiwayatObstetri
a. Jumlah anak : 1 orang
b. Usia anak : 5 bln

c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas terakhir :


Hamil Persalinanan Anak Nifas
Ha UK Tahun Penyulit Jenis Penolong Tempat Penyulit BB L Penyulit ASI
mil Lahir lahir / eks
ke P
1 39 2019 Tidak ada Norm Bidan Klinik Tidak ada 2800 L Tidak ya
ming al Bd. Yeni gr ada
gu Herawati

4. Riwayat penyakit sistemik


a. Riwayat penyakit sistemik yang pernh diderita
Jantung : Tidak ada DM : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Asma : Tidak ada
b. Riwayat penyakit sistemik keluarga
Jantung : Tidak ada DM : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Asma : Tidak ada

5. Riwayat KB
Ibu mengatakan sudah pernah menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan

6. Pola aktivitas sehari-hari


a. Pola nutrisi :
 Makan
 Jenis : nasi 1 piring porsi sedang, lauk 1 potong, sayur 2-3
sendok
 Frekuensi : 3 kali /hari
 Keluhan : tidak ada

 Minum
 Jenis : Air putih
 Frekuensi : 8-10 gelas /hari
 Keluhan : tidak ada

b. Pola istirahat dan tidur


 Malam : 6-7 jam/hari
 Siang : 1 jam

7. Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada obat-obatan : tidak ada
Alcoholic : tidak ada Konsumsi Jamu : tidak ada
8. Data Sosial – Budaya :
a. Hubungan dengan suami dan keluarga :
Ibu mengatakan hubungannya dengan keluarga dan suami harmonis.
b. Adatistiadat :
Ibu mengatakan tidak ada adatistiadat yang melarang ibu untuk
menggunakan KB

9. Data Spiritual :
Ibu mengatakan beragama islam menjalankan sholat 5 waktu sesuai dengan
kepercayaannya dan ibu mengatakan tidak ada larangan menggunakan KB
dalam kepercayaanya

10. Pengetahuan Ibu dan suami:


c. Ibu mengatakan mau menggunakan KB suntik 1 bulan karena
menjarakkan usia kehamilan
d. Ibu sudah mengetahui kerugian dan efek samping yang dapat
ditimbulkan seperti haid yang tidak teratur dan berat badan bertambah.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis cooperatif
c. Status emosional : Stabil
d. Tanda vital
 TD : 90/80 mmHg
 Nadi : 84x/ menit
 P : 23x/ menit
 Suhu : 37,2ºC
 BB : 80 kg
 TB : 155 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : simetris, tidakadaoedema, ada flek hitam.
b. Mata : conjungtiva tidak anemis,sclera tidak ikterik
c. Hidung : bersih, tidakadapengeluarancairan
d. Mulut : bersih, tidakpucat, tidak ada tanda peradangan
tonsil
e. Ekstremitas
 Atas: tonus baik, kuku tidakpucat, turgorbaik
 Bawah : tidakadaoedema, tidak ada varises, tonus baik,
tugorbaik

C. ASSASSEMENT
Diagnosa : Ny. S P1A0H0 usia 27 tahun akseptor KB Suntik 1
bulan

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Tidak ada

Diagnosa Potensial : Tidak ada

Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

D. PLANNING

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.

2. Jelaskan pada ibu efek samping penggunaan KB suntuk 1 bulan

3. Minta informed consent pada ibu

4. Lakukan tindakan penyuntikan

5. Anjurkan ibu untuk tidak terburu-buru turun dari tempat tidur

6. Informasikan pada ibu tentang perawatan pasca pemasangan KB suntik

7. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan jika ada keluhan

8. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan.


E. CATATAN PERKEMBANGAN SOAP

No Waktu Pelaksanaan Ket


1. Tanggal Memberitahu ibu dan suami tentang hasil √
05/01/2020 pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dengan
tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu dan hasil
Jam pemeriksaan fisik dalam keadaan normal.
16.02 WIB  TD : 90/80 mmHg
 Nadi : 84x/ menit
 P : 23x/ menit
 Suhu : 37,2ºC
 BB : 80 kg
 TB : 155

Evaluasi : ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan


2. Jam Menjelaskan pada ibu efek samping penggunaan √
16.08 WIB KB suntik yaitu haid yang tidak teratur, bisa
menyebabkan pertambahan berat badan

Evaluasi : ibu mengerti dengan efek samping yang


dapat ditimbulkan

3. Jam Meminta informed consent pada ibu √


16.10 WIB
Evaluasi : ibu sudah bersedia
4. Jam Melakukan tindakan pemasangan implant, √
16.15 WIB
1. Siapkan peralatan
 1 spuit
 1 ampul cyclofem
 Kapas alkohol
2. Beri penjelasan pada pasien atas tindakan yang
akan dilakukan
3. cuci tangan
4. Pakai sarung tangan steril
5. Usap tempat penyuntikan dengan kapas
alcohol
6. Suntikkan di daerah bokong secara IM jangan
lupa aspirasi
7. Setelah deep tempat penyuntikan dengan
kapas alkohol dalam beberapa detik
8. Cucitangan
9. Dokumentasi
Evaluasi : KB suntik 1 bulan telah dipasang
5. Jam Menganjurkan ibu untuk tidak terburu-buru turun √
16.30 WIB dari tempat tidur untuk kenyamanan ibu

Evaluasi : ibu mengerti.


6. Jam Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan jika i
16.32 WIB ada keluhan yang ibu rasakan.

Evaluasi : ibu mengerti kapan harus datang


kembali
7. Jam Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan √
16.38 WIB tindakan yang telah dilakukan kepada ibu.

Evaluasi : dokumentasi sudah dilakukan


BAB IV

KAJIAN ATAU ANALISIS KASUS

Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan


nasional untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas.
Manfaat dari program KB adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) dengan
perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan. Selain itu, manfaatnya
juga memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan (Yuhedi dan Kurniawati, 2013)

Berdasarkan observasi dari tanggal 21 Januari – 02 Februari 2019 yang


kami lakukan di BPM Bd. Supnaningsih, S. ST terdapat 25 orang akseptor KB
dimana ada 17 akseptor KB suntik 1 bulan, 7 akseptor KB suntik 3 bulan dan 1
akseptor KB implant. Hasil observasi kami, menunjukkan metode non-MKJP
lebih diminati oleh masyarakat di wilayah kerja bidan Supnaningsih. Hal ini
sejalan dengan hasil SDKI yaitu rasio pengguna Non-MKJP (Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang) lebih banyak daripada pengguna MKJP dan pengguna KB suntik
mencapai 48,56% di Indonesia (BKKBN 2014)

Jurnal yang ditulih oleh M. Irwan Rizali tentang Faktor yang berhubungan
dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik di kecamatan Mariso Kota Makassar
tahun 2013 menunjukkan faktor pendidikan seseorang akan mempengaruhi
metode kontrasepsi yang dipilih dan tingkat pendidikan terakhir responden
biasanya akan menunjukkan gambaran sosial dan ekonomi responden.
Penghasilan dan pendapatan seseorang berpengaruh dalam pemilihan kontrasepsi,
keluarga dengan perekonomian yang rendah akan memilih kontrasepsi yang
murah (Dharmawati,2011) Wanita yang memilih metode kontrasepsi suntik
biasanya adalah wanita usia subur yang sudah memiliki anak lebih dari 1
(Septianingrum dkk, 2018). Pemilihan metode kontrasepsi juga berdasarkan
ketersediaan alat kontrasepsi yang terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Efek
samping potensial suatu metode kontrasepsi juga akan mempengaruhi kehidupan
partisipan KB dan hal ini tentunya membuat wanita maupun pria sebagai
partisipan KB harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sesuai dan cocok untuk
digunakan

Dalam wawancara singkat yang kami lakukan, alasan klien memilih


metode suntik rata-rata dikarenakan harga yang ekonomis, proses yang cepat dan
mudah, ketersediaan fasilitas kesehatan juga menjadi alasan klien tidak
mempermasalahkan harus kembali setiap bulan atau setiap tiga bulan, klien juga
merasa cocok dengan KB suntik. Alasan klien tidak memilih MKJP karena takut.
Hal ini mungkin disebabkan karena penggunaan metode ini membutuhkan
tindakan dan keterampilan profesional tenaga kesehatan yang lebih kompleks
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 830 perempuan


meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran.
Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Rasio
kematian maternal di negara-negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per
100.000 kelahiran hidup berbanding 12 per 100.000 kelahiran hidup di negara
maju. Pada akhir tahun 2015, kira-kira 303.000 wanita meninggal selama dan
setelah kehamilan dan persalinan (WHO, 2015).

Saat merencanakan kehamilan yang harus dihindari antara lain empat T


yaitu (Manuaba, 1998); terlalu muda untuk hamil (< 20 tahun), terlalu tua untuk
hamil (> 35 tahun), terlalu sering hamil (anak > 3 orang berisiko tinggi), terlalu
dekat jarak kehamilannya (< 2 tahun). Perencanaan yang baik dapat
menghindarkan ibu dari kehamilan dan persalinan beresiko tinggi seperti
persalinan preterm, hipertensi, superimposed preeklampsia, fetal distress dan
resiko terjadinya koriamnionitis. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan ibu untuk
menggunakan kontrasepsi jangka panjang sangat tepat sehingga ibu bisa terhindar
dari berbagai macam komplikasi pada saat persalinan dan mengurangi angka
kematian ibu. (Cavzos-Rehg, 2015)
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T. Selain itu, program KB juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin. KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta
perempuan (Kemenkes RI, 2015). Wanita berkemungkinan untuk melaporkan
kehamilan tidak direncanakan mereka dalam interval 24 bulan atau kurang
(WHO) Dengan membantu wanita menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
dan kehamilan paritas tinggi / usia tinggi, program keluarga berencana memiliki
potensi untuk mengurangi kematian ibu sekitar 30-40% Dengan membantu wanita
menentukan jarak kehamilan setidaknya 24 bulan, keluarga berencana
berpotensiuntuk mengurangi angka kematian anak sekitar 20% (Cleland 2012).

Dari data subjektif Ny. S mengatakan sebelumnya sudah pernah memakai


alat kontrasepsi suntik 1 bulan . Meskipun demikian, Ny. S tetap perlu diberikan
KIE tentang alat kontrasepsi yang dipilih untuk memastikan kepahaman mulai
dari definisi, jenis-jenis, mekanisme kerja, keuntungan dan kerugian, syarat
penggunaan, cara pemasangan dan komplikasi. Dengan memberi penjelasan ini
membuat ibu tahu tentang kontrasepsi apa yang digunakan dan mengerti dari
informasi yang diperoleh prosedur apa yang akan dilakukan serta ini akan
memberikan perlindungan kepada klien dan bidan dari aspek hukum ( Heryani,
2013; Baston dan Hall, 2011).
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Keluarga berencana merupakan suatu cara yang memungkinkan setiap


orang untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan dan jarak kehamilan yang
melalui informasi, pendidikan dan penggunaan metode kontrasepsi
(WHO,2014). Keluarga Berencana (KB) bertujuan membantu pasangan suami
istri untuk mengaturan dan merencanakan kehamilan terkait usia, jumlah anak,
serta mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara,
alat, dan obat kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau
pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan
kontrasepsi kepada calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan
dalam fasilitas pelayanan KB.
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T. Selain itu, program KB juga bertujuan
untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram,
dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin. KB juga merupakan salah satu cara yang paling
efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan
ibu, anak, serta perempuan (Kemenkes RI, 2015).

Salah satu kontrasepsi yang bagus untuk digunakan untuk menjarakkan


kehamilan adalah kontrasepsi KB suntik. Yang mana kb suntik ini ekonomis,
dan tidak banyak memakan biaya. Dan juga efektif untuk menjarangkan
kehamilan

2. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan


 Untuk tenaga kesehatan sebaiknya lebih banyak memberikan
penyuluhan tentang kontrasepsi suntik agar lebih banyak
masyarakat yang menggunakannya.
 Sebagai tenaga kesehatan selalu menggunakan alat pelindung diri
untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti
HIV/AIDS

2. Bagi masyarakat
 Untuk masyarakat saling berbagi tentang manfaat penggunaan
kontrasepsi suntik
 Penguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi
yang akan digunakan baik kelebihan maupun kekurangan

Anda mungkin juga menyukai