Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KONTRASEPSI (KB)
Pada Ny. Y dengan aseptor KB IUD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu: Ns. Ayut Merdekawati, S.Kep.

Oleh :
Ainun Umi Lestari MF
NIM : 220170100111034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) (2016) penggunaan
kontrasepsi meningkat dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun
2014 dan 60,3% pada tahun 2016. Secara regional, proporsi pasangan usia
subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah
meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di
Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6 % sedangkan di Amerika latin
dan Karibia naik sedikit dari 66,0% menjadi 66,7%. Diperkirakan 225 juta
perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda atau menghentikan
kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi. Data profil kesehatan
Indonesia tahun 2016, cakupan KB aktif secara nasilan sebesar 74,87%.
Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2016 dengan
jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 48.536.690. Peserta KB baru
sebesar 6.663.156 (13,73%) meliputi suntik sebanyak 3.433.666 (51,53%) pil
KB sebanyak 1.544.079 (23,17 %) kondom sebanyak 318.625 (4,78%) implant
sebanyak 757.928 (11,37%).
Keluarga Berencana (KB) memungkinkan pasangan usia subur untuk
mengantisipasi kelahiran, mencapai jumlah anak yang mereka inginkan, dan
mengatur jarak dan waktu kelahiran mereka. Hal ini dapat dicapai melalui
penggunaan metode kontrasepsi dan tindakan infertilitas.Indonesia merupakan
sebuah Negara berkembang dengan jumlah penduduk sebanyak 262.000.000
jiwa (Depkes RI, 2016). Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju
pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi yaitu 1,48%. Menekan jumlah
penduduk dengan meggalakkan program Keluarga Berencana.
Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus
dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek,
salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat
kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom.(Ekawati,
2010). Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi
suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat
(NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan Cyclofem
(Sarwono, 2005).
KB hormonal tidak hanya menyebabkan peningkatan berat badan tetapi
juga menurunkan berat badan. Berat badan berkurang setiap tahunnya rata-rata
penurunan berat badan 1,6-1,9 kg (Saifuddin, 2006). Hal ini dapat terjadi pada
wanita yang mempunyai aktivitas berlebih dan wanita dengan riwayat penyakit
kronis (misal: kanker,TBC, DM). Perubahan kenaikan berat badan merupakan
kelainan metabolisme yang paling sering dialami oleh manusia. Perubahan
kenaikan berat badan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor
hormonal yang terkandung dalam kontrasepsi suntik yaitu hormon estrogen
dan progesteron. Peningkatan dan penurunan berat badan juga dapat
mengakibatkan Resiko penyakit dan Konsep diri wanita pada sesorang dengan
berat badan berlebih dan berkurang misalnya Obesitas akan membuat
seseorang merasa tersisih, Terlalu kurus bisa membuat sesorang kuang percaya
diri adapun resiko penyakit yang dapat ditimbulkan dari peningkatan dan
penurunan berat badan meningkatkan resiko terkena serangan jantung dan
diabetes (Ahira, 2012).
1.2 Tujuan
Tujuan laporan pendahuluan sebagai literatur dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada ibu dengan KB.
1.3 Manfaat
Manfaat dari laporan pendahuluan ini adalah sebagai literatur untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada ibu dengan KB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KELUARGA BERENCANA (KB)
2.1.1 Definisi
KB adalah suatu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran
dalam mewujudkan kesehatan ibu dan anak serat kesejahteraan keluarga
(BKKBN, 2017). KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan, usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga untuk mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera
(Kurniawati,2015:23).
KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera adalah yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual, material yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan serasi, selaras,seimbang
antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat serta lingkungan (Sari,
2014).
2.1.2 Tujuan
Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2015), tujuan umum program KB nasional
adalah memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi. Keduanya menyatakan bahwa pelayanan
keluaraga berencana yang berkualitas, berguna dalam menurunkan (AKI) dan
(AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membentukkeluarga kecil berkualitas. Tujuan khusus KB adalah
meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan KB dengan cara
pengaturan jarak kelahiran (Purwoastuti dan Walyani, 2015: 182).
2.1.3 Jenis Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
1. Suntik Progestin
Menurut (Affandi, 2014), tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu:
a. Depo Medroxi Progesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150
mg yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah
bokong)
b. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200
mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik IM
2. Suntik Kombinasi
Menurut (Affandi, 2014), jenis suntikan kombinasi adalah:
a. 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estraduiol sipionat
yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem)
b. 50 mg Noretindon Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan
injeksi IM sebulan sekali
3. Pil Kombinasi
a. Monofasik
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormone aktif esterogen dan progesteron dalam
dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.. Pil jenis ini
adalah jenis pil yang paling banyak digunakan,
b. Bifasik
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif esterogen dan progesteron dengan dua
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif. Masih
menurut Everett (2008), Biasanya pil ini diberi kode dengan warna
berbeda, misalnya BiNovum.
c. Trifasik
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif esterogen dan progesterone dengan tiga
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif (Marmi, 2016).
4. Pil Progestin (Mini pil)
a. Kemasan dengan isi 35 pil
Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300 µg
levonogestrel atau 350 µg noretindron
b. Kemasan dengan isi 28 pil
Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil mengandung 75 µg
desogestrel (Affandi, 2014).
5. AKDR
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan alat kontrasepsi yang
terbuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/solid yang ditempatkan di
dalam rahim (Rusman, 2020).
Jenis IUD/AKDR Yang Beredar:
a. AKDR yang mengandung tembaga, yaitu copper T (CuT 380A) dan
nova T. Alat kontrasepsi IUD berbentuk T, yang terbuat dari bahan
polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat
tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD jenis ini
mencegah kehamilan dengan cara mengganggu pergerakan sperma
untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun
(Affandi, 2014).

Gambar 2.1 Copper T 380 A

b. IUD Progestin
IUD Progestin terdapat dua jenis yaitu Prigestase yang mengandung
progesterone dan Mirena yang mengandung levonorgestrel. Cara
kerja dari IUD jenis ini yaitu menutup jalan pertemuan sperma dan sel
telur, mengurangi jumlah sperma yang bisa masuk ke saluran tuba
falopii, menjadikan selaput lender rahim tipis dan tidak siap ditempati
sel telur, serta meng-inaktifkan sperma (Sutarno, 2018, p. 121).
Gambar 2.3 IUD Progestin
c. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene yang berbentuk spiral atau huruf
S bersambung. Merubah dari bentuk cincin ke bentuk loop untuk
mempermudah pengambilan (Rehatta et al., 2014).

Gambar 2.4 Lippes Loop Sumber: (Malhotra & Jeffcoate, 2019, p. 989)
6. Implan
a. Non-Biodegradable Implant
1) Norplant
Terdiri dari 6 kapsul kosong Silastic (karet silicone) yang di isi
dengan hormon Levonorgestrel dan ujung-ujung kapsul ditutup
dengan Silastic-adhesive. Panjang kapsul 34 mm, diameter 2,4 mm
dan berisi 36 mg Levonorgestrel. Sangat efektif dalam mencegah
kehamilan untuk 5 tahun.
Norplant, terdiri dari 6 batang silasyk lembut berongga dengan
panjang 3,4cm dengan diameter2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg
Levonogestrel dan lama kerja 5 tahun (Marmi, 2016).
2) Norplant-2
Terdiri dari 2 batang Silastic yang padat, dengan panjang tiap
batang 44 mm. Masing-masing batang diisi dengan 70 mg
Levonorgestrel di dalam matriks batangnya. Sangat efektif untuk
mencegah kehamilan selama 3 tahun.
Pada kedua macam Implant tersebut, Levonorgestrel berdifusi
melalui membran Silastic dengan kecepatan yang lambat dan
konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormon dalam plasma
darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi. Pelepasan
hormon setiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada tahun
pertama kemudian menurun sampai 30-35 mcg per hari untuk lima
tahun berikutnya.
3) Implanon
Implanon terdiri dari 1 batang yang berisi progestin generasi
ketiga yang dimasukkan ke dalam inserter steril dan sekali
pakai/disposible. Batang Implan terdiri dari suatu inti EVA
(Ethylene Vinyl Acetable) berisi 60 mg3-ketodesogestrel yang
diselubungi oleh suatu membran EVA. Panjang batang Implan 4 cm
dan berdiameter 2 mm. Pada permulaannya kecepatan pelepasan
hormon adalah 60 mcg per hari yang perlahan menurun menjadi 30
mcg per hari selama masa kerjanya. Daya kerja Implanon minimal 2
tahun dan mungkin dapat sampai 3 tahun.
4) Implant 1-batang ST-1435
ST-1435 merupakan progestin baru dengan efek kontraseptif dan
efek samping serupa dengan Levonorgestrel. Implan ini efektif
untuk 2 tahun dan berisi kristal ST-1435 yang terbungkus oleh
membran selulose di dalam kapsul Silastic dengan pelepasan 100
mcg hormonnya per hari. ST-1435 tidak mempunyai efek pada
kolesterol darah (Hartanto, 2015).
b. Biodegradable Implant
Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan
pembawa/pengangkut/carrier yang secara perlahan larut dalam jaringan
tubuh. Jenin implan ini ada dua yaitu:
1) Capronor
Capronor mengandung levonorgestrel yang dilarutkan dalam
minyak ethyl-oleate dengan diameter kapsul <0,24 cm dan
panjangnya ada dua ukuran:
- 2,5 cm berisi 16 mg levonorgestrel melepaskan hormon 20 mcg per
hari
- 4 cm berisi 26 mg levonorgestrel melepaskan hormon 30-50 mcg
per hari
Efektivitasnya pada wanita menunjukkan hanya 8-10 bulan
karena kecepatan pelepasan hormon yang tidak tetap atau konstan
oleh minyak ethyloleate.
2) Norethindrone Pellets
Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90%
Norethindrone (NET). Setiap Pellet memiliki panjag 8 mm berisi
35 mg NET yang akan dilepaskan saat Pellets dengan perlahan
melarut. Sediaan empat Pellets memberikan perlindungan yang
besar terhadap kehamilan sekurang-kurangnya 12 bulan (Hartanto,
2015).
2.1.4 Cara Kerja Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
1. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Suntik Progestin
a. Mencegah ovulasi.
b. Mengentalkan lendir serviks, sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Affandi, 2014,).
2. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Suntik Kombinasi
a. Menekan ovulasi
b. Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implatansi terganggu
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Affandi, 2014).
3. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Pil Kombinasi
a. Menekan ovulasi.
b. Mencegah implantasi.
c. Lendir serviks mengental, sehingga sulit dilalui sperma.
d. Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur dengan
sendirinya juga akan terganggu (Affandi, 2014).
4. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Minipil
a. Menekan sekresi gonadothropin dan sintesis steroid seks di ovarium
b. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi
lebih sulit.
c. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
d. Mengubah motilitas tuba, sehingga transportasi sperma terganggu
(Affandi, 2014).
5. Cara Kerja Alat Kontrasepsi AKDR
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.
b. Mencegah sperma dan ovum bertemu.
c. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
d. Mencegah implantasi telur didalam uterus (Affandi, 2014).
6. Cara Kerja Alat Kontrasepsi AKDR Progestin
a. Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi
sehingga mengganggu implantasi.
b. Mencegah terjadinya pembuahan dengan membentengi bersatunya
ovum dengan sperma.
c. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi.
d. Menginaktifkan sperma(Affandi, 2014)
7. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Implan
a. Menebalkan mukus serviks, sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma.
b. Menekan pengeluaran Follicle Stimulating Horomone (FSH) dan
luteinizing Hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise. Lonjakan LH
direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh levonorgestrel. Level LH
ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi ovulasi pada
3 tahun pertama penggunaan implant (Affandi, 2014).
2.1.5 PATHWAY KB
1. KB Suntik
Suntik

Progesterone Estrogen

Sirkulasi GIT Reproduksi Faktor


pembekuan
Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan darah
cairan pusat hipotalamus lender serviks meningkat
reseptor
Peningkatan makanan Menekan Menghambat Trombosis
TD LH,FSH penetrasi
Nafsu makan sperma
Menghambat meningkat Ovulasi
sikluas terhambat Sperma &
oksigenasi BB ovum tidak
Menghambat meningkat Perubahan bertemu
Nyeri kepala produksi maturasi
prostaglandin Kelebihan endometrium Lender
Nyeri nutrisi meningkat
Peningkatan Atropi
proteksi Perubahan Keputihan
Asam terhadap body image Dinding
lambung mukosa rahim sulit Resiko infeksi
meningkat lambung lepas

Merangsang Iritasi Amenorrhea


muntah mukosa
lambung Ansietas
Devisit
vol.cairan Nyeri

2. KB Pil
pil

Progesterone Estrogen
Sirkulasi GIT Reproduksi Faktor
pembekuan
Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan darah
cairan & Na pusat nafsu hipotalamus lender meningkat
makan serviks
Peningkatan LH,FSH Trombosis
TD Nafsu makan menurun Menghambat
meningkat penetrasi
Menghambat Ovulasi sperma
sikluas BB terhambat
oksigenasi meningkat Sperma &
Menghambat Perubahan ovum tidak
Nyeri kepala produksi Perubahan maturasi bertemu
prostaglandin body image endometrium
Nyeri Lender
Peningkatan Atropi meningkat
proteksi
Asam terhadap Dinding Konsepsi
lambung mukosa rahim sulit tidak terjadi
meningkat lambung lepas

Merangsang Iritasi Amenorrhea


muntah mukosa
lambung Ansietas
Devisit
vol.cairan

3. KB IUD
IUD

Benda asing dalam uterus

Reaksi Perubahan Terjadi efek mekanik Kurang


radang di reaksi kimia pengetahua
cavum uteri n tentang
Perubahan Erosi Kontraksi prosedur
Fagosit reaksi endometriu uterus pemasanga
meningkat enzimatik m n dan efek
uterus Iskemia yg terjadi
Perubahan Spotting otot uterus
endometriu Perubahan Ansietas
m endometriu Infeksi Pelepasan
m mediator
Keputihan Makrofag inflamasi
meningkat Nidasi tidak meningkat
terjadi Stimulasi
Infeksi Menekan saraf
pelvis sperma simpatis &
parasimpati
Hipertermi Sperma dan s
ovum tidak
bertemu Persepsi
nyeri

Nyeri

2.1.6 Indikasi Akseptor Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
1. Suntik Progestin
a. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
b. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
c. Setelah abortus atau keguguran
d. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
e. Perokok
f. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
g. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin)
h. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
i. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil
j. Anemia defisiensi besi
k. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
2. Suntik Kombinasi
a. Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
b. Pascapersalinan dan tidak menyusui
c. Anemia
d. Nyeri haid hebat
e. Haid teratur
f. Riwayat kehamilan ektopik
g. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
3. Pil Kombinasi
a. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
b. Setelah melahirkan 6 bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif
c. Pasca keguguran
d. Anemia karena haid berlebihan, nyeri haid hebat, siklus haid tidak
teratur
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Kelainan payudara jinak
g. Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata,
dan saraf.
h. Menderita tuberkulosis
i. Varises vena
4. Pil Laktasi
a. Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa menyusui
b. Pasca persalinan dan tidak menyusui
c. Pasca keguguran
d. Perokok segala usia
e. Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmhg) atau
dengan masalah pembekuan darah
f. Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan esterogen.
5. AKDR
a. Keadaan nulipara.
b. Perempuan menyusui yang mengingingkan kontrasepsi.
c. Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya.
d. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
e. Perempuan dengan risiko rendah IMS.
f. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
g. Perokok.
h. Sedang memakai obat antibiotic dan anti kejang.
i. Penderita tumor jinak maupun ganas payudara.
j. Pusing-pusing atau nyeri kepala.
k. Varises kaki dan vulva.
l. Pernah menderita penyakit seperti stroke, DM, liver dan empedu.
m. Menderita hipertendi, jantung, malaria, skistomiasis (tanpa anemia),
penyakit tyroid, epilepsy, atau TBC non pelvis.
n. Pasca KET.
6. Implan
a. Usia reproduksi
b. Menyusui dan belum membutuhkan kontrasepsi
c. Pasca persalinan dan tidak menyusui
d. Pasca keguguran
e. Pasca persalinan
f. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
g. Riwayat kehamilan ektopik
h. Tekanan darah >180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah,
atau anemia bulan sabit (sicle cell)
i. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
esterogen
j. Sering lupa menggunakan pil

2.1.7 Kontra-indikasi Akseptor Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
Berikut merupakan Kontra-indikasi Akseptor Alat Kontrasepsi Suntik, Pil,
AKDR, dan Implan menurut (Affandi, 2014):
1. Suntik Progestin
a. Hamil atau diicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e. Diabetes mellitus disertai komplikasi
2. Suntik Kombinasi
a. Hamil atau dicurigai hami
b. Menyusi dibawah 6 minggu pascapersalinan
c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d. Penyakit hati akut (hepatitis)
e. Usia >35 tahun yang merokok
f. Riwayat penyakit jantung, stoke, atau dengan hipertensi
(>180/110mmHg)
g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
i. Keganasan pada payudara
3. Pil Kombinasi
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Menyusui eksklusif
c. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
d. Penyati hati akut (hepatitis)
e. Perokok dengan usia > 35 tahun
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg
g. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20
tahun
h. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
i. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi / riwayat epilepsi)
j. Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
4. Pil Laktasi
a. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
b. Menggunakan obat tuberculosis (rifapisin), atau obat untuk epilepsi
(fenitoin dan barbiturat)
c. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d. Sering lupa menggunakan pil
e. Miom uterus. Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus
f. Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah
5. AKDR
a. Infeksi pelvis yang aktif (akut atau sub-akut), termasuk persangkaan
Gonorrhoe atau Chlamydia
b. Partner seksual yang banyak
c. Partner seksual yang banyak dari partner akseptor AKDR
d. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi
e. Inkomoatibilitas golongan darah misalnya Rh negative
f. Pernah mengalami problem ekspulsi AKDR
g. Leukor atau infeksi vagina
h. Riwayat infeksi pelvis
i. Riwayat operasi pelvis
j. Keinginan untuk mendapatkan anak di kemudian hari atau
pertimbangan kesuburan dimasa yang akan dating (Hartanto, 2015).
6. Implan
a. Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara
b. Diabetes mellitus/ penyakit endokrin lainnya
c. Psikosis, neurosis
d. Ada riwayat mola hidatosa
e. Varises berat
f. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
g. Mioma uterus dan kanker payudara
h. Gangguan toleransi glukosa
i. Penyakit jantung dan hipertensi (kardiovaskuler)
j. Hamil dana tau dicurigai adanya kehamilan
k. Perdarahan abdominal dari uterus yang belum diketahui diagnosisnya
(Marmi, 2016).
2.1.8 Keuntungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
1. Suntik Progestin
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruhpada hubungan suami-istri
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f. Sedikit efek samping
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
h. Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun sampai perimenopause
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
k. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Affandi, 2014).
2. Suntik Kombinasi
a. Keuntungan kontrasepsi
1) Sangat efektif
2) Risiko terhadap kesehatan kecil
3) Tidak bberpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5) Pencegahan kehamilan jangka panjang
6) Efeksamping sangat kecil
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik (Affandi, 2014).
b. Keuntungan non kontrasepsi
1) Mengurangi jumlah pendarahan
2) Mengurangi nyeri saat haid
3) Mencegah anemia
4) Pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium
5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
6) Mencegah kehamilan ektopik
7) Melindungi dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul
8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause
3. Pil Kombinasi
a. Keuntungan Kontrasepsi
1) Tidak mengganggu hubungan seksual.
2) Mudah dihentikan setiap saat.
3) Jangka panjang.
4) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
5) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
6) Memiliki efektivitas yang tinggi (hamper menyerupai efektivitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan)
7) Membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, disminorce,
dan jerawat (Affandi, 2014).
2. Keuntungan nonkontrasepsi
1) Mengurangi jumlah perdarahan, lama/hari haid dan mengurangi rasa
nyeri selama haid (dismenore)
2) Menyebabkan siklus haid lebih teratur.
3) Meniadakan mittelschmerz (sakit yang timbul saat ovulasi).
4) Mengurangi anemia (Fe Defisiensi).
5) Kadang-kadang mengurangi ketegangan pra haid (gelisah, mudah
tersinggung, emosi yang tidak stabil dan depresi) yang terjadi 7-10
hari sebelum haid yang akan datang.
6) Perlindungan terhadap ca ovarium dan ca endometrium.
7) Mengurangi kejadian penyakit payudara jinak.
8) Mengurangi risiko timbulnya kehmilan ektopik
9) Mengurangi jerawat
10) Pertambahan berat badan pada beberapa wanita
11) Payudara membesar
4. Pil Laktasi
a. Manfaat Kontrasepsi
1) Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten.
2) Tidak mempengaruhi ASI
3) Nyaman dan mudah digunakan
4) Hubungan seksual tidak terganggu
5) Kesuburan cepat kembali
6) Efek samping sedikit
7) Dapat dihentikan setiap saat
8) Tidak mengandung estrogen
b. Manfaat Non Konstrasepsi
1) Mengurangi jumlah darah haid
2) Mengurangi kejadian anemia
3) Menurunkan pembekuan darah.
4) Mengurangi nyeri haid
5) Mencegah kanker endometrium
6) Melindungi dari penyakit radang panggul (Marmi, 2016)
5. AKDR
1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi diingat-ingat
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
5) Meningkatkan kenyamaan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
6) Tidak efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
7) Tidak mempengaruhi kualitas dan produksi ASI
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
9) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir) (Affandi, 2014).
6. Implan
1) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
2) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
3) Bebas dari pengaruh esterogen
4) Tidak mengganggu ASI
5) Tidak mengganggu kegiatan senggama
6) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
7) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
8) Mengurangi/memperbaiki anemia
9) Melindungi terjadinya kanker endometrium
10) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara (Marmi, 2016)
2.1 Komplikasi
1. Gangguan haid
Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium
mengalami perubahan histologi. Keadaan amenore disebabkan atrofi
endometrium.
2. Depresi
Penyebabnya diperkirakan dengan adanya hormone progesterone
terutama yang berisi 19-norsteroid menyebabkan kurangnya Vitamin B6
(Pyridoxin) di dalam tubuh.
3. Keputihan
Penyebab oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina,
sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan
keputihan.
4. Tindakan medis
a. Bila disertai rasa gatal, cairan berwarna kuning kehijauan atau
berbau tidak sedap, dapat diberikan pengobatan antimikotik secara
per-vaginam: nistatin 100.000 IU intravaginal selama 14 hari.
b. Bila keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan
dihentikan sementara.
5. Jerawat
Penyebab adalah progestin terutama 19-norprogestine menyebabkan
peningkatan kadar lemak
6. Rambut rontok
Penyebabnya progesteron terutama 19-norprogesterone dapat
mempengaruhi folikel rambut, sehingga tinbul kerontokan rambut.
7. Perubahan berat badan
Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon
progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi
lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon
progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan
menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat
menyebabkan berat badan bertambah.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Ibu pengguna KB
2.2.1Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses pengambilan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada
waktu saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan piola
respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Potter & Perry, 2009)
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk evaluasi keadaan secara lengkap,
menyeluruh dan fokus yaitu menanyakan riwayat kesehatan
1. Anamnese, meliputi:
Melakukan Tanya jawab untuk memperoleh data meliputi: riwayat
kesehatan, riwayat reproduksi: riwayat haid, riwayat obstetri,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi,
riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial
ekonomi dan psikologi. Amanorhea pada umumnya akan
dikeluhkan seorang akseptor pada penggunaan 12 bulan. Pada awal
pemakaian sebagian ibu akan mengeluh perdarahan yang tidak
teratur yang tidak dapat diprediksi dan bercak darah yang
berlangsung selama 7 hari atau lebih atau perdarahan hebat selama
beberapa bulan pertama penggunaan DMPA. Semua kejadian ini
secara bertahap menjadi lebih jarang dengan durasi lebih pendek
sampai klien mengalami amenorhea. Ibu akan mengeluhtidak haid
sampai tiga bulan berturut-turut bahkan lebih. Mungkin juga akan
disertai dengan keluhan lainnya, diantaranyakenaikan berat badan
2. Pemeriksaan fisik, meliputi:
Keadaan umum klien, tanta-tanda vital dan pemeriksaan fisik
dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan pemeriksaan
penunjang bila perlu. Tahap ini merupakan langkah yang
menentukan langkah berikutnya.Kelengkapan data yang sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi
yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau
masukan klien yang sebenarnya.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Menurut SDKI 2018, pada langkah ini identifikasi yang benar
terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
atas data yang dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah dan diagnosa. Keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat terselesaikan, tetapi sudah
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan
terhadap klien. Masalah amenorhea ditetapkan berdasarkan interpretasi data
dasar yang dikumpulkan bahwa akseptor tidak mengalami haid selama 3
bulan berturu-turut atau lebih sejak pemakain kontrasepsi suntikan DMPA
1. Ansietas (kecemasan)
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman. (SDKI, 2018)
b. Penyebab
Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional,
ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian,
kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi system keluarga,
hubunga orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan
(temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat,
terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-lain),
kurang terpapar informasi.
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.
b) Objektif : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi,
merasa tidak berdaya.
b) Objektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, diaporesis, tremor, muka tampak pucat,
suara bergetar, kontak mata buruk, suka berkemih,
berorientasi pada masa lalu.
3) Kondisi klinis terkait
Penyakit kronis progresif (mis. kanker, penyakit autoimun),
penyakit akut, hospitalisasi, rencana operasi, kondisidiagnosis
penyakit belum jelas, kondisi neurologis, tahap tumbuh
kembang.
2. Defisit Pengetahuan
a. Definisi
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016)
b. Penyebab
Penyebab defisit pengetahuan adalah keterbatasan kognitif, salah
intrepretasi informasi, kurang pajanan, kurangminat dalam
belajar, kurang dapat mengingat dan tidak familier dengan
informasi (SDKI,2018)
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) objektif : menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah.
2) Gejala dan tanda minor
a. Menjalani pemeriksaan yang tepat
b. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.apatis,
bermusuhan, agitasi, histeria)
3) Kondisi klinis terkait
a. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
b. Penyakit akut
c. Penyakit kronis
3. Gangguan Citra Tubuh
a) Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan
fungsu fisik individu
b) Gejala dan tanda mayor
- Subjek : mengungkapkan kekacauan/ kehilangan bagian tubuh
- Objektif : kehilangan bagian tubuh, fungsi/struktur tubuh
berubah/ hilang
c) Gejala dan tanda minor
- Subjektif : tidak mau mengungkapkan kecacatan/ kehilangan
bagian tubuh, mengungkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuh, mengungkapkan kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang lain, mengungkapkan perubahan gaya
hidup.
- Objektif : menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh
secara berlebihan, menghindari melihat dan/atau menyentuh
bagian tubuh, fokus berlebihan perubahan tubuh, fokus pada
penampilan dan kekuatan masa lalu, hubungan sosial berubah.
d) Objektif : tindakan sesuai Kondisi klinis terkait.
3. Perencanaan keperawatan
Menurut SIKI (2018), rencana tindakan asuhan yang menyeluruh rencana
untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan
dan evaluasi. Rencana ini disusun berdasarkan kondisi klien (diagnosa,
masalah dan diagnosa potensial) berkaitan dengan semua aspek asuhan
keperawatan. Rencana dibuat harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance terkini
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Table 1. Perencanaan keperawatan ansietas
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas a) Mengetahui
keperawatan 3 kali
1) Observasi tingkat
pertemuan selama 20 menit a) Monitor tanda- tanda kecemasan klien
diharapakan tingkat ansietas (verbal-non dan tindakan yang
ansietas menurun dengan verbal). akan dilakukan.
kriteria hasil: 2) Terapeutik b) Memberi
1) Verbalisasi a) Ciptakan suasana ketenangan pada
kebingungan terapeutik untuk ibu
menurun. menumbuhkan c) Membantu ibu
2) Verbalisasi kepercayaan. mengungkapk
khawatir b) Pahami situasi yang an perasaan
akibatkondis membuat ansietas. dan
i yang c) Dengarkan kecemasannya
dihadapi penuhperhatian. d) Mengalihkan
menurun. d) Gunakan pendekatan perhatian ibu agar
3) Perilakugelis yang tenang dan tidak tefokus pada
ah menurun. menyakinkan. penyakitnya
4) Perilaku 3) Edukasi
tegang a) Anjurkan suami untuk
menurun. tetap bersama pasien.
5) Polatidur b) Anjurkan
membaik. mengungkapkan
(SLKI, L.09093) perasaan dan
persepsi.
c) Latih relaksasi napas
dalam ketika ansietas
muncul.
(SIKI, I.09314)
Sumber: SLKI, 2018, SIKI, 2018

Table 2.perencanaan keperawatan defisit pengetahuan


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan Tingkat pengetahuan a. Belajar tergantung


tindakan keperawatan 1) Observasi pada emosi dan
selama 3 kali pertemuan a) Identifikasi kesiapan kesiapan fisik
selama 20 menit dan kemampuan b. Memberi pengetahuan
diharapkan tingkat menerima informasi pada ibu tentang alat
pengetahuan membaik b) Identifikasi faktor- kontrasepsi yang
dengan kriteria hasil: faktor yang dapat digunakan dan efek
1) Perilaku sesuai meningkatkan dan samping dari alat
anjuran menurunkan motivasi kontrasepsi tersebut
meningkat. perilaku-perilaku hidup c. Memberi pengetahuan
2) Kemampuan bersih dan sehat pada ibu tentang
menjelaskan penyakitnya
pengetahuan 2) Terapeutik
suatu topik a) Sediakan materi dan
meningkat. media pendidikan
3) Pertanyaan kesehatan.
tentang masalah b) Jadwalkan pendidikan
yang dihadapi kesehatan sesuai
menurun. kesepakatan.
4) Persepsi yang c) Berikan kesempatan
keliru terhadap untuk bertanya
masalah 3) Edukasi
menurun. a. jelaskan faktor risiko
5) Menjalani yang dapat
pemeriksaan mempengaruhi kesehatan
yang tidak tepat b. ajarkan perilaku hidup
menurun. bersih dan sehat
6) Perilaku c. ajarkan strategi yang
menurun. dapat digunakan untuk
(SLKI, L.12111) meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
(SIKI, 2018. )
Sumber: SLKI, 2018, SIKI, 2018.

Table 3.perencanaan keperawatan Gangguan Citra Tubuh


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi a. Meningkatkan
keperawatan selama 3kali harga diri
pertemuan selama 20 menit a) identifikasi harapan citra sehingga ibu
diharapkan gangguan citra tubuh berdasarkan tahap mampu
tubuh meningkat dengan perkembangan mengungkapkan
kriteria hasil: b) identifikasi budaya, agama, masalahnya
1) Verbalisasi jenis kelamin, dan umur b. Ibu lebih
perasaan terkait citra tubuh kooperatif
negative c)identifikasi perubahan citra mengenai
tentang tubuh yang mengakibatkan penjelasan dari
perubahan isolasi social petugas
tubuh d) monitor frekuensi pernyataan
menurun kritik terhadap diri sendiri c. Dukungan
2) Verbalisasi e) monitor apakah pasien bias keluarga akan
kekhawatiran melihat bagian tubuh yang meningkatkan
pada reaksi berubah harga diri
orang lain 2. Terapeutik
menurun a)diskusikan perubahan tubuh
3) Melihat dan fungsinya
bagian tubuh b)diskusikan perbedaan
membaik penampilan fisik terhadap
4) Menyentuh harga diri
bagian tubuh c) diskusikan akibat perubahan
membaik pubertas, kehamilan, dan
(SLKI, L. 09068) penuaan
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
d) diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi citra
tubuh
e) diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
f) diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
3. Edukasi
a) jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan
citra tubuh
b)anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
c)anjurkan menggunakan alat
bantu(mis. Pakaian, wig,
kosmetik)
d) anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
e) latih fungsi tubuh yang
dimiliki
f) latih peningkatan penampilan
diri
g)latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok
(SIKI,I.09305)
Sumber: SLKI, 2018, SIKI, 2018.
2.2.3 Implementasi keperawatan
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan menjamin rasa
aman klien.Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan, klien,
keluarga klien, dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya.Bidan harus
melaksanakan implementasi yang efisien terhadap waktu, biaya dan
kualitas pelayanan
2.2.4 Evaluasi keperawatan
Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan
asuhan yang diberikan. Hasil evaluasi dapat menjadi data dasar untuk
menegakkan diagnosa dan rencana selanjutnya. Yang dievaluasi adalah
apakah diagnosa sesuai, rencana asuhan efektif, masalah teratasi, masalah
telah berkurang, timbul masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi
2.2.5 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan metode sistematis untuk
mengidenfikasi masih klien, merencanakan, menimplementasi strategi
pemecahan masalah mengevaluasi efektifitas dari tindakan keperawatan
yang telah diberikan (Kozier dan ERB).Dokumentasi keperawatan, proses
keperawatan yang meliputi : Metode pemecahan masalah sistematis yang
diterapkan dalam askep dan Indentifikasi dalam pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Hartanto, H. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.
Marmi. (2016). Buku Ajar Pelayanan KB. Pustaka Pelajar.
Rusman, M. R. (2020). Budaya dan Kontrasepsi. Qiara Media.
Sutarno, M. (2018). Awas Perempuan Bisa Celaka Jika Tidak Memahami
Kesehatan Reproduksinya. Zifatama Jawara.
https://books.google.co.id/books?id=rOoJEAAAQBAJ&pg=PA121&dq=k
erugian+iud&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwihodauwKztAhXKIbcAHcIfD
08Q6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=kerugian%20iud&f=false
Potter & Perry. 2012. Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7 alih bahasa Adrina
Ferderika. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
PENGKAJIAN KONTRASEPSI
Nama mahasiswa: Ainun Umi L MF Tanggal pengkajian: 28-10-22, jam: 09.00
NIM: 220170100111034 Ruangan/ RS/ PKM: PKM Kepanjen
DATA UMUM KLIEN DAN PASANGAN
Initial klien : Ny. Y
No. RM :-
Status Obstetrik : P2Ab0
Diagnosa Medis :-
Usia : 33th
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat : Jatirejoso
Inisial Suami : Tn. L
Usia : 37th
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat : Jatirejoso
KELUHAN UTAMA : Px mengatakan ingin memasang KB IUD dan sudah
berdiskusi dengan suaminya
RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI : Px datang dengan keinginan memasang
KB IUD, saat dilakukan pemasangan IUD, px merasa nyeri saat spekulum
dimasukkan dan saat pemasangan KB IUD. Nyeri terasa cekot-cekot, hilang
timbul dan skala nyeri 5. Sebelumnya px menggunakan KB implan selama 3th
dan saat ini px akan menggunakan KB IUD dikarenakan tidak mempengaruhi
hormon dan tidak mengganggu silus mentruasi
RIWAYAT KESEHATAN UMUM :
1. Riwayat Operasi: Tidak pernah melakukan operasi apapun
2. Riwayat Penyakit, Trauma, dan infeksi (TORCH): px tidak pernah mengalami
penyakit TORCH
3. Riwayat alergi: Tidak memiliki alergi makanan, obat, maupun plester
4. Riwayat penggunaan obat-obatan: tidak mengkonsumsi obat
5. Riwayat penyakit keluarga :
a. Riwayat penyakit keturunan (DM, HT, Asma, dll) : Ibu px menderita HT
b. Riwayat gangguan psikiatri: Tidak memiliki gangguan psikiatri
RIWAYAT OBSTETRIC DAN GINEKOLOGI
Riwayat Obstetric
1. Usia saat Menarche : 14 th
2. Lama Menstruasi : 6 Hari
3. Siklus Menstruasi : 1x/bulan, teratu
4. Keluhan saat menstruasi : nyeri haid saat hari pertama
5. Kebiasaan ganti pembalut dalam sehari 3x.
Riwayat ginekologi:
1. Riwayat keputihan sebelumnya: ya
a. Warna: Jernih
b. Bau: Tidak
2. Gatal: tidak
3. Perdarahan diluar siklus haid : Tidak pernah pendarahan diluar siklus haid
4. Penyakit ginekologi : Tidak memiliki penyakit ginekologi
5. Riwayat Kuretase : Tidak pernah mengalami kuretase
Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
Jenis Jenis Masalah Usia anak Lama Masalah
No Th kelamin persalinan Penolong selama sekarang menyusui dalam
kehamilan menyusui
1 2010 L Normal Bidan Tidak ada 12th 1,5th Tidak
masalah memiliki
kehamilan masalah
2 2014 P Normal Bidan Tidak ada 5th 2th Tidak
masalah memiliki
kehamilan masalah
RIWAYAT PENGGUNAAN KONTRASEPSI (alam/hormonal/meanik/operasi)
No Jenis KB Lama Pemakaian Alasan pelepasan Efek Samping
1 Implan 3th Tidak mengganggu hormon Siklus mentruasi terganggu
2
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis GCS 4-5-6
a. Tanda – tanda vital
TD : 110/80mmHg
Nadi : 92x/mnt
Suhu : 36,4˚C
Pernafasan : 20x/mnt
b. Golongan darah : O
c. Antrophometri
BB : 55Kg, TB : 155cm
d. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala Leher
• Kepala: Simetris , Sebaran rambut: merata, nyeri kepala: tidak
• Wajah : tidak ada gangguan
• Mata : Ketajaman visual normal, konjungtiva normal
• Hidung : Simetris, deformitas: tidak, perdarahan: tidak
• Mulut dan gigi : mukosa bibir: lembab, warna mukosa: merah, caries
dentis: tidak, stomatitis: tidak.
• Telinga : bentuk normal, kebersihan: bersih, gangguan pendengaran: tidak
• Leher : pembesaran vena jugularis: tidak, posisi trakea: simetris,
pembesaran kelenjar tiroid: tidak, nyeri telan: tidak
Masalah khusus dalam pemeriksaan fisik kepala leher: Tidak ada masalah
khusus
2. Thorak
• Jantung : suara jantung normal
• Paru : Suara nafas bersih
• Payudara
o Puting susu :
Kanan : menonjol
Kiri : menonjol
Masalah khusus dalam pemeriksaan fisik thorak: Tidak ada masalah khusus
3. Abdomen
Fungsi pencernaan
• Mual : tidak
• Muntah : tidak
• Bising Usus : 20x/menit
• Eliminasi
BAK
Di rumah
Frekuensi ±6-8x/hari
Jumlah urin ±600-800cc/hari
Warna Urin kuning jernih
BAB
Di rumah
Frekuensi 1x/hari
Konsistensi Lunak
Konstipasi Tidak
• Nutrisi dan cairan perhari Asupan nutrisi
Di rumah
Nafsu Makan Baik
Pola Makan 2x/hari, 1 porsi penuh
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk
• Asupan cairan
Di rumah
Jumlah minum (cc) 1.600cc
Jenis minuman Air putih
Masalah khusus dalam pemeriksaan fisik abdomen:
4. Perineum dan genital
• Kebersihan vagina : Bersih
• Keluaran vagina : tidak ada
• Kebersihan: Bersih
• Hemorrhoid: ya
Derajat : 3
Berapa lama: 1,5th
Nyeri: ya
Masalah khusus dalam pemeriksaan fisik perineum dan genital: Tidak ada
masalah khusus
5. Ekstremitas
• Ekstremitas atas :
• Kesimetrisan : simetris
• Edema : tidak
• Ekstremitas bawah
• Kesimetrisan : simetris
• Edema : tidak
• Reflex patella :-
Masalah khusus dalam pemeriksaan fisik ekstrimitas: Tidak ada masalah
khusus
6. Istirahat dan kenyamanan
• Kebiasaan tidur : Lama 7 jam, frekuensi 1x
• Pola tidur saat ini : Teratur
• Keluhan ketidaknyamanan : Tidak
Masalah khusus dalam istirahat dan kenyamanan: Tidak ada masalah khusus
7. Keadaan mental
• Perasaan ibu dengan pemasangan KB saat ini: senang karena tidak
mengganggu hormon, px mengatakan tidak ada pemaksaan dari pihak
manapun untuk memasang KB IUD
Masalah khusus dalam keadaan mental: Tidak ada masalah khusus
RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN
1. Metode/jenis kontrasepsi yang dipilih : KB IUD
2. Tanggal dilayani : 22-09-2022
3. Tanggal kontrol ulang : 22-03-2023
4. Pendidikan kesehatan yang diberikan : kontrol tepat waktu, relaksasi nafas
dalam, makan makanan bergizi, jika ada keluhan sebelum tanggal kontrol segera
periksa di PKM atau PMB terdekat
5. Masalah keperawatan :
- Nyeri Akut
- Resiko Infeksi
- Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Px mengatakan nyeri KB IUD Nyeri Akut
saat spekulum dimasukkan
dan saat pemasangan KB Prosedur invasif
IUD
P: Nyeri peasangan KB
IUD Pemasangan spekulum
Q: Cekot-cekot
R: Vagina hingga rahim Benda asing masuk
S: 5 kedalam vagina
T: Hilang-timbul
Px merasa nyeri dan
DO:
tidak nyaman
- Px tampak meringis
- TD: 110/80mmHg
- N: 92x/menit Pelepasan mediator
- Rr: 20x/menit inflamasi (histamin,
prostaglandin, dan
bradikinin)

Stimulasi saraf
simpatis dan
parasimpatis

Implus menuju sistem


syaraf pusat

Wajah meringis

Nyeri Akut
2. Faktor Risiko Pemasangan KB IUD Resiko Infeksi
Efek Prosedur Invasis
- Pemasangan KB IUD Prosedur invasif
- Spekulum masuk
kedalam vagina Pemasangan spekulum
- Tindakan Invasif
- Px tampak meringis
Benda asing masuk
- TD: 110/80mmHg
kedalam vagina
- N: 92x/menit
- Rr: 20x/menit
Resiko Infeksi
3. DS: Px mengatakan ingin Penggunaan KB Kesiapan
menggunakan KB IUD Implan peningkatan
dikarenakan tidak pengetahuan
mempengaruhi hormon Mempengaruhi
dan tidak mengganggu hormon
siklus mentruasi
DO:
- Px datang ke PKM Siklus mentruasi dan
dengan keininan lama haid tidak teratur
memasang KB IUD
Px merasa tidak
nyaman

Px mendapatka
informasi dari
tetangga dan kelurga

Px mengetahui
kelebihan dan
kekuragan
pemasangan KB IUD

Px berdiskusi dengan
pasangan

Pemasangan KB IUD

Kesiapan peningkatan
pengetahuan
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Ruang : PKM Kepanjen
Nama Pasien : Ny. Y

No TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA


DX MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
1. 28 Oktober Nyeri Akut b.d agen
2022 pencedera fisik
2. 28 Oktober Resiko Infeksi d.d efek
2022 prosedur invasif
3. 28 Oktober Kesiapan peningkatan
2022 pengetahuan
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. Y
No. RM :-
Ruang : PKM Kepanjen
Tanggal : 28-10-22

No. Diagnosa Luaran Intervensi


1. Nyeri Akut b.d agen Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238)
pencedera fisik 1x30menit, diharapkan tingkat nyeri Observasi
menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Tingkat Nyeri (L.08066) kualitas, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Frekuensi nadi membaaik 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
- Tekanan daraj membaik nyeri
- Pola nafas membaik Terapeutik
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
9. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
10. Ajarkan teknik noonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Resiko Infeksi d.d Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi (1.14539)
efek prosedur invasif 1x30menit, diharapkan tingkat infeksi Observasi
menurun dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Tingkat Infeksi (L.14137) Terapeutik
- Nyeri menurun 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik aseptik
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
3. Kesiapan peningkatan Setelah diberikan asuhan keperawatan Edukasi Kesehatan (1.12383)
pengetahuan 1x30menit, diharapkan tingkat Observasi
pengetahuan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Tigkat Pengetahuan (L.12111) menurunkan motivasi perilaku px
- Perilaku sesuai anjuran meningkat Terapeutik
- Perilaku sesuai dengan pengetahuan 3. Sediakan materi dan media edukasi pendidikan kesehatan
menngkat 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Perilaku membaik 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
6. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Nama Pasien : Ny. Y
No. RM :-
Ruang : PKM Kepanjen

Diagnosa Tgl/Jam Catatan Perkembangan PPA


Nyeri Akut 28 Implementasi
b.d agen Oktober 1. Melakukan pengkajian nyeri
pencedera 2022 2. Mengkaji respon nyeri non verbal
fisik 3. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
4. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis tarik nafas
dalam untuk mengurangi rasa
nyeri
5. Menjelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
6. Menganjurkan px untuk
memonitor nyeri secara mandiri
7. Menganjurkan px untuk
menggunakan obat analgetik
secara tepat dosis dan tepat waktu
8. Berkolaborasi pemberian
analgetik mefenamic acid 3x1
Evaluasi
S:
- Px mengatakan memahami cara
melakukan teknik relaksasi nafas
dalam dan dapat
mempraktikkannya
- Px mengatakan nyeri berkurang
setelah melakukan teknik relaksasi
nafas dalam
- Pengkajian nyeri:
• P: Nyeri saat spekulum vagina
dan pemasangan IUD
• Q: cekot-cekot
• R: vagina bagian dalam
• S:3
• T: hilang timbul
O: Px tampak tidak meringis saat
pemasangan KB IUD
- k/u: baik
- TD: 110/70
- N: 87x/menit
- Rr 20x/menit
- Px telah terpasang KB IUD
- Px telah diberikan analgetik
mefenamic acid 3x1
A: Masalah teratasi sebagian
P: Hentikan intervensi, Px KRS
- KIE penggunaan obat
- KIE melakukan teknik relaksasi
nafas dalam di rumah saat nyeri
Resiko 28 Implementasi
Infeksi d.d Oktober 1. Memonitor tanda dan gejala
efek 2022 infeksi lokal dan sistemik
prosedur 2. Mencuci tangan sebelum dan
invasif sesudah kontak dengan
lingkungan pasien
3. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
4. Mengajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
5. Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Menganjurkan meningkatkan
asupan cairan
Evaluasi
S: - Px mengatakan dapat
mempraktikkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Px mengetahui tanda dan gejala
infeksi
O: Px dapat melakukan cuci tangan
dengan baik dan benar
- Px dapat menyebutkan tanda dan
gejala infeksi
- TD: 110/70
- N: 87x/menit
- Rr 20x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Hentikan intervensi, Px KRS
- KIE makan dan minum cukup
Kesiapan 28 Implementasi
peningkatan Oktober 1. Mengidentifikasi kesiapan dan
pengetahuan 2022 kemampuan menerima informasi
2. Memberikan edukasi tentang
tanda, bahaya, dan faktor risiko
pemasangan KB IUD
3. Memberikan edukasi tentang
kunjungi bidan atau PKM saat ada
keluhan sebelum jadwal kontrol
4. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
Evaluasi
S: Px mengatakan mengetahui
tentang tanda, bahaya, dan faktor
risiko pemasangan KB IUD
- Px mengatakan mengatakan
mengetahui tanggal kontrol ulang
- Px mengatakan akan pergi ke bidan
atau ke PKM jika muncul keluhan
sebelum tanggal kontrol
O: Px dapat menyebutkan tanda,
bahaya, dan faktor risiko
pemasangan KB IUD
- Px dapat menyebutkan tanggal
kontrol
- Px berminat untuk melakukan
pemeriksaan sebelum kontrol jika
ada keluhan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Henitkan intervensi, Px KRS

Anda mungkin juga menyukai