KONTRASEPSI (KB)
Pada Ny. Y dengan aseptor KB IUD
Oleh :
Ainun Umi Lestari MF
NIM : 220170100111034
b. IUD Progestin
IUD Progestin terdapat dua jenis yaitu Prigestase yang mengandung
progesterone dan Mirena yang mengandung levonorgestrel. Cara
kerja dari IUD jenis ini yaitu menutup jalan pertemuan sperma dan sel
telur, mengurangi jumlah sperma yang bisa masuk ke saluran tuba
falopii, menjadikan selaput lender rahim tipis dan tidak siap ditempati
sel telur, serta meng-inaktifkan sperma (Sutarno, 2018, p. 121).
Gambar 2.3 IUD Progestin
c. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene yang berbentuk spiral atau huruf
S bersambung. Merubah dari bentuk cincin ke bentuk loop untuk
mempermudah pengambilan (Rehatta et al., 2014).
Gambar 2.4 Lippes Loop Sumber: (Malhotra & Jeffcoate, 2019, p. 989)
6. Implan
a. Non-Biodegradable Implant
1) Norplant
Terdiri dari 6 kapsul kosong Silastic (karet silicone) yang di isi
dengan hormon Levonorgestrel dan ujung-ujung kapsul ditutup
dengan Silastic-adhesive. Panjang kapsul 34 mm, diameter 2,4 mm
dan berisi 36 mg Levonorgestrel. Sangat efektif dalam mencegah
kehamilan untuk 5 tahun.
Norplant, terdiri dari 6 batang silasyk lembut berongga dengan
panjang 3,4cm dengan diameter2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg
Levonogestrel dan lama kerja 5 tahun (Marmi, 2016).
2) Norplant-2
Terdiri dari 2 batang Silastic yang padat, dengan panjang tiap
batang 44 mm. Masing-masing batang diisi dengan 70 mg
Levonorgestrel di dalam matriks batangnya. Sangat efektif untuk
mencegah kehamilan selama 3 tahun.
Pada kedua macam Implant tersebut, Levonorgestrel berdifusi
melalui membran Silastic dengan kecepatan yang lambat dan
konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormon dalam plasma
darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi. Pelepasan
hormon setiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada tahun
pertama kemudian menurun sampai 30-35 mcg per hari untuk lima
tahun berikutnya.
3) Implanon
Implanon terdiri dari 1 batang yang berisi progestin generasi
ketiga yang dimasukkan ke dalam inserter steril dan sekali
pakai/disposible. Batang Implan terdiri dari suatu inti EVA
(Ethylene Vinyl Acetable) berisi 60 mg3-ketodesogestrel yang
diselubungi oleh suatu membran EVA. Panjang batang Implan 4 cm
dan berdiameter 2 mm. Pada permulaannya kecepatan pelepasan
hormon adalah 60 mcg per hari yang perlahan menurun menjadi 30
mcg per hari selama masa kerjanya. Daya kerja Implanon minimal 2
tahun dan mungkin dapat sampai 3 tahun.
4) Implant 1-batang ST-1435
ST-1435 merupakan progestin baru dengan efek kontraseptif dan
efek samping serupa dengan Levonorgestrel. Implan ini efektif
untuk 2 tahun dan berisi kristal ST-1435 yang terbungkus oleh
membran selulose di dalam kapsul Silastic dengan pelepasan 100
mcg hormonnya per hari. ST-1435 tidak mempunyai efek pada
kolesterol darah (Hartanto, 2015).
b. Biodegradable Implant
Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan
pembawa/pengangkut/carrier yang secara perlahan larut dalam jaringan
tubuh. Jenin implan ini ada dua yaitu:
1) Capronor
Capronor mengandung levonorgestrel yang dilarutkan dalam
minyak ethyl-oleate dengan diameter kapsul <0,24 cm dan
panjangnya ada dua ukuran:
- 2,5 cm berisi 16 mg levonorgestrel melepaskan hormon 20 mcg per
hari
- 4 cm berisi 26 mg levonorgestrel melepaskan hormon 30-50 mcg
per hari
Efektivitasnya pada wanita menunjukkan hanya 8-10 bulan
karena kecepatan pelepasan hormon yang tidak tetap atau konstan
oleh minyak ethyloleate.
2) Norethindrone Pellets
Pellets dibuat dari 10% kolesterol murni dan 90%
Norethindrone (NET). Setiap Pellet memiliki panjag 8 mm berisi
35 mg NET yang akan dilepaskan saat Pellets dengan perlahan
melarut. Sediaan empat Pellets memberikan perlindungan yang
besar terhadap kehamilan sekurang-kurangnya 12 bulan (Hartanto,
2015).
2.1.4 Cara Kerja Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
1. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Suntik Progestin
a. Mencegah ovulasi.
b. Mengentalkan lendir serviks, sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Affandi, 2014,).
2. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Suntik Kombinasi
a. Menekan ovulasi
b. Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implatansi terganggu
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Affandi, 2014).
3. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Pil Kombinasi
a. Menekan ovulasi.
b. Mencegah implantasi.
c. Lendir serviks mengental, sehingga sulit dilalui sperma.
d. Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur dengan
sendirinya juga akan terganggu (Affandi, 2014).
4. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Minipil
a. Menekan sekresi gonadothropin dan sintesis steroid seks di ovarium
b. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi
lebih sulit.
c. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
d. Mengubah motilitas tuba, sehingga transportasi sperma terganggu
(Affandi, 2014).
5. Cara Kerja Alat Kontrasepsi AKDR
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.
b. Mencegah sperma dan ovum bertemu.
c. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
d. Mencegah implantasi telur didalam uterus (Affandi, 2014).
6. Cara Kerja Alat Kontrasepsi AKDR Progestin
a. Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi
sehingga mengganggu implantasi.
b. Mencegah terjadinya pembuahan dengan membentengi bersatunya
ovum dengan sperma.
c. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi.
d. Menginaktifkan sperma(Affandi, 2014)
7. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Implan
a. Menebalkan mukus serviks, sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma.
b. Menekan pengeluaran Follicle Stimulating Horomone (FSH) dan
luteinizing Hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise. Lonjakan LH
direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh levonorgestrel. Level LH
ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi ovulasi pada
3 tahun pertama penggunaan implant (Affandi, 2014).
2.1.5 PATHWAY KB
1. KB Suntik
Suntik
Progesterone Estrogen
2. KB Pil
pil
Progesterone Estrogen
Sirkulasi GIT Reproduksi Faktor
pembekuan
Retensi Merangsang Stimulasi Pengentalan darah
cairan & Na pusat nafsu hipotalamus lender meningkat
makan serviks
Peningkatan LH,FSH Trombosis
TD Nafsu makan menurun Menghambat
meningkat penetrasi
Menghambat Ovulasi sperma
sikluas BB terhambat
oksigenasi meningkat Sperma &
Menghambat Perubahan ovum tidak
Nyeri kepala produksi Perubahan maturasi bertemu
prostaglandin body image endometrium
Nyeri Lender
Peningkatan Atropi meningkat
proteksi
Asam terhadap Dinding Konsepsi
lambung mukosa rahim sulit tidak terjadi
meningkat lambung lepas
3. KB IUD
IUD
Nyeri
2.1.6 Indikasi Akseptor Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
1. Suntik Progestin
a. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
b. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
c. Setelah abortus atau keguguran
d. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
e. Perokok
f. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
g. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin)
h. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
i. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil
j. Anemia defisiensi besi
k. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
2. Suntik Kombinasi
a. Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
b. Pascapersalinan dan tidak menyusui
c. Anemia
d. Nyeri haid hebat
e. Haid teratur
f. Riwayat kehamilan ektopik
g. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
3. Pil Kombinasi
a. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
b. Setelah melahirkan 6 bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif
c. Pasca keguguran
d. Anemia karena haid berlebihan, nyeri haid hebat, siklus haid tidak
teratur
e. Riwayat kehamilan ektopik
f. Kelainan payudara jinak
g. Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata,
dan saraf.
h. Menderita tuberkulosis
i. Varises vena
4. Pil Laktasi
a. Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa menyusui
b. Pasca persalinan dan tidak menyusui
c. Pasca keguguran
d. Perokok segala usia
e. Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmhg) atau
dengan masalah pembekuan darah
f. Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan esterogen.
5. AKDR
a. Keadaan nulipara.
b. Perempuan menyusui yang mengingingkan kontrasepsi.
c. Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya.
d. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
e. Perempuan dengan risiko rendah IMS.
f. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
g. Perokok.
h. Sedang memakai obat antibiotic dan anti kejang.
i. Penderita tumor jinak maupun ganas payudara.
j. Pusing-pusing atau nyeri kepala.
k. Varises kaki dan vulva.
l. Pernah menderita penyakit seperti stroke, DM, liver dan empedu.
m. Menderita hipertendi, jantung, malaria, skistomiasis (tanpa anemia),
penyakit tyroid, epilepsy, atau TBC non pelvis.
n. Pasca KET.
6. Implan
a. Usia reproduksi
b. Menyusui dan belum membutuhkan kontrasepsi
c. Pasca persalinan dan tidak menyusui
d. Pasca keguguran
e. Pasca persalinan
f. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
g. Riwayat kehamilan ektopik
h. Tekanan darah >180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah,
atau anemia bulan sabit (sicle cell)
i. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
esterogen
j. Sering lupa menggunakan pil
2.1.7 Kontra-indikasi Akseptor Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
Berikut merupakan Kontra-indikasi Akseptor Alat Kontrasepsi Suntik, Pil,
AKDR, dan Implan menurut (Affandi, 2014):
1. Suntik Progestin
a. Hamil atau diicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea
d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e. Diabetes mellitus disertai komplikasi
2. Suntik Kombinasi
a. Hamil atau dicurigai hami
b. Menyusi dibawah 6 minggu pascapersalinan
c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d. Penyakit hati akut (hepatitis)
e. Usia >35 tahun yang merokok
f. Riwayat penyakit jantung, stoke, atau dengan hipertensi
(>180/110mmHg)
g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
i. Keganasan pada payudara
3. Pil Kombinasi
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Menyusui eksklusif
c. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
d. Penyati hati akut (hepatitis)
e. Perokok dengan usia > 35 tahun
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg
g. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20
tahun
h. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
i. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi / riwayat epilepsi)
j. Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
4. Pil Laktasi
a. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
b. Menggunakan obat tuberculosis (rifapisin), atau obat untuk epilepsi
(fenitoin dan barbiturat)
c. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d. Sering lupa menggunakan pil
e. Miom uterus. Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus
f. Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah
5. AKDR
a. Infeksi pelvis yang aktif (akut atau sub-akut), termasuk persangkaan
Gonorrhoe atau Chlamydia
b. Partner seksual yang banyak
c. Partner seksual yang banyak dari partner akseptor AKDR
d. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi
e. Inkomoatibilitas golongan darah misalnya Rh negative
f. Pernah mengalami problem ekspulsi AKDR
g. Leukor atau infeksi vagina
h. Riwayat infeksi pelvis
i. Riwayat operasi pelvis
j. Keinginan untuk mendapatkan anak di kemudian hari atau
pertimbangan kesuburan dimasa yang akan dating (Hartanto, 2015).
6. Implan
a. Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara
b. Diabetes mellitus/ penyakit endokrin lainnya
c. Psikosis, neurosis
d. Ada riwayat mola hidatosa
e. Varises berat
f. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
g. Mioma uterus dan kanker payudara
h. Gangguan toleransi glukosa
i. Penyakit jantung dan hipertensi (kardiovaskuler)
j. Hamil dana tau dicurigai adanya kehamilan
k. Perdarahan abdominal dari uterus yang belum diketahui diagnosisnya
(Marmi, 2016).
2.1.8 Keuntungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik, Pil, AKDR, dan Implan
1. Suntik Progestin
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruhpada hubungan suami-istri
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f. Sedikit efek samping
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
h. Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun sampai perimenopause
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
k. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Affandi, 2014).
2. Suntik Kombinasi
a. Keuntungan kontrasepsi
1) Sangat efektif
2) Risiko terhadap kesehatan kecil
3) Tidak bberpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5) Pencegahan kehamilan jangka panjang
6) Efeksamping sangat kecil
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik (Affandi, 2014).
b. Keuntungan non kontrasepsi
1) Mengurangi jumlah pendarahan
2) Mengurangi nyeri saat haid
3) Mencegah anemia
4) Pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium
5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
6) Mencegah kehamilan ektopik
7) Melindungi dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul
8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause
3. Pil Kombinasi
a. Keuntungan Kontrasepsi
1) Tidak mengganggu hubungan seksual.
2) Mudah dihentikan setiap saat.
3) Jangka panjang.
4) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
5) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
6) Memiliki efektivitas yang tinggi (hamper menyerupai efektivitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan)
7) Membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, disminorce,
dan jerawat (Affandi, 2014).
2. Keuntungan nonkontrasepsi
1) Mengurangi jumlah perdarahan, lama/hari haid dan mengurangi rasa
nyeri selama haid (dismenore)
2) Menyebabkan siklus haid lebih teratur.
3) Meniadakan mittelschmerz (sakit yang timbul saat ovulasi).
4) Mengurangi anemia (Fe Defisiensi).
5) Kadang-kadang mengurangi ketegangan pra haid (gelisah, mudah
tersinggung, emosi yang tidak stabil dan depresi) yang terjadi 7-10
hari sebelum haid yang akan datang.
6) Perlindungan terhadap ca ovarium dan ca endometrium.
7) Mengurangi kejadian penyakit payudara jinak.
8) Mengurangi risiko timbulnya kehmilan ektopik
9) Mengurangi jerawat
10) Pertambahan berat badan pada beberapa wanita
11) Payudara membesar
4. Pil Laktasi
a. Manfaat Kontrasepsi
1) Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten.
2) Tidak mempengaruhi ASI
3) Nyaman dan mudah digunakan
4) Hubungan seksual tidak terganggu
5) Kesuburan cepat kembali
6) Efek samping sedikit
7) Dapat dihentikan setiap saat
8) Tidak mengandung estrogen
b. Manfaat Non Konstrasepsi
1) Mengurangi jumlah darah haid
2) Mengurangi kejadian anemia
3) Menurunkan pembekuan darah.
4) Mengurangi nyeri haid
5) Mencegah kanker endometrium
6) Melindungi dari penyakit radang panggul (Marmi, 2016)
5. AKDR
1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi diingat-ingat
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
5) Meningkatkan kenyamaan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
6) Tidak efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
7) Tidak mempengaruhi kualitas dan produksi ASI
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak terjadi infeksi)
9) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir) (Affandi, 2014).
6. Implan
1) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
2) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
3) Bebas dari pengaruh esterogen
4) Tidak mengganggu ASI
5) Tidak mengganggu kegiatan senggama
6) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
7) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
8) Mengurangi/memperbaiki anemia
9) Melindungi terjadinya kanker endometrium
10) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara (Marmi, 2016)
2.1 Komplikasi
1. Gangguan haid
Karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium
mengalami perubahan histologi. Keadaan amenore disebabkan atrofi
endometrium.
2. Depresi
Penyebabnya diperkirakan dengan adanya hormone progesterone
terutama yang berisi 19-norsteroid menyebabkan kurangnya Vitamin B6
(Pyridoxin) di dalam tubuh.
3. Keputihan
Penyebab oleh karena efek progesterone merubah flora dan PH vagina,
sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan
keputihan.
4. Tindakan medis
a. Bila disertai rasa gatal, cairan berwarna kuning kehijauan atau
berbau tidak sedap, dapat diberikan pengobatan antimikotik secara
per-vaginam: nistatin 100.000 IU intravaginal selama 14 hari.
b. Bila keputihan terus berlangsung maka pemakaian suntikan
dihentikan sementara.
5. Jerawat
Penyebab adalah progestin terutama 19-norprogestine menyebabkan
peningkatan kadar lemak
6. Rambut rontok
Penyebabnya progesteron terutama 19-norprogesterone dapat
mempengaruhi folikel rambut, sehingga tinbul kerontokan rambut.
7. Perubahan berat badan
Kenaikan berat badan, kemungkinan disebabkan karena hormon
progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi
lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon
progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan
menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat
menyebabkan berat badan bertambah.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Ibu pengguna KB
2.2.1Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses pengambilan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada
waktu saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan piola
respons klien saat ini dan waktu sebelumnya (Potter & Perry, 2009)
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk evaluasi keadaan secara lengkap,
menyeluruh dan fokus yaitu menanyakan riwayat kesehatan
1. Anamnese, meliputi:
Melakukan Tanya jawab untuk memperoleh data meliputi: riwayat
kesehatan, riwayat reproduksi: riwayat haid, riwayat obstetri,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi,
riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial
ekonomi dan psikologi. Amanorhea pada umumnya akan
dikeluhkan seorang akseptor pada penggunaan 12 bulan. Pada awal
pemakaian sebagian ibu akan mengeluh perdarahan yang tidak
teratur yang tidak dapat diprediksi dan bercak darah yang
berlangsung selama 7 hari atau lebih atau perdarahan hebat selama
beberapa bulan pertama penggunaan DMPA. Semua kejadian ini
secara bertahap menjadi lebih jarang dengan durasi lebih pendek
sampai klien mengalami amenorhea. Ibu akan mengeluhtidak haid
sampai tiga bulan berturut-turut bahkan lebih. Mungkin juga akan
disertai dengan keluhan lainnya, diantaranyakenaikan berat badan
2. Pemeriksaan fisik, meliputi:
Keadaan umum klien, tanta-tanda vital dan pemeriksaan fisik
dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan pemeriksaan
penunjang bila perlu. Tahap ini merupakan langkah yang
menentukan langkah berikutnya.Kelengkapan data yang sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi
yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau
masukan klien yang sebenarnya.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Menurut SDKI 2018, pada langkah ini identifikasi yang benar
terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
atas data yang dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah dan diagnosa. Keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat terselesaikan, tetapi sudah
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan
terhadap klien. Masalah amenorhea ditetapkan berdasarkan interpretasi data
dasar yang dikumpulkan bahwa akseptor tidak mengalami haid selama 3
bulan berturu-turut atau lebih sejak pemakain kontrasepsi suntikan DMPA
1. Ansietas (kecemasan)
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman. (SDKI, 2018)
b. Penyebab
Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional,
ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian,
kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi system keluarga,
hubunga orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan
(temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat,
terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-lain),
kurang terpapar informasi.
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.
b) Objektif : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi,
merasa tidak berdaya.
b) Objektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, diaporesis, tremor, muka tampak pucat,
suara bergetar, kontak mata buruk, suka berkemih,
berorientasi pada masa lalu.
3) Kondisi klinis terkait
Penyakit kronis progresif (mis. kanker, penyakit autoimun),
penyakit akut, hospitalisasi, rencana operasi, kondisidiagnosis
penyakit belum jelas, kondisi neurologis, tahap tumbuh
kembang.
2. Defisit Pengetahuan
a. Definisi
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016)
b. Penyebab
Penyebab defisit pengetahuan adalah keterbatasan kognitif, salah
intrepretasi informasi, kurang pajanan, kurangminat dalam
belajar, kurang dapat mengingat dan tidak familier dengan
informasi (SDKI,2018)
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) objektif : menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah.
2) Gejala dan tanda minor
a. Menjalani pemeriksaan yang tepat
b. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.apatis,
bermusuhan, agitasi, histeria)
3) Kondisi klinis terkait
a. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
b. Penyakit akut
c. Penyakit kronis
3. Gangguan Citra Tubuh
a) Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan
fungsu fisik individu
b) Gejala dan tanda mayor
- Subjek : mengungkapkan kekacauan/ kehilangan bagian tubuh
- Objektif : kehilangan bagian tubuh, fungsi/struktur tubuh
berubah/ hilang
c) Gejala dan tanda minor
- Subjektif : tidak mau mengungkapkan kecacatan/ kehilangan
bagian tubuh, mengungkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuh, mengungkapkan kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang lain, mengungkapkan perubahan gaya
hidup.
- Objektif : menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh
secara berlebihan, menghindari melihat dan/atau menyentuh
bagian tubuh, fokus berlebihan perubahan tubuh, fokus pada
penampilan dan kekuatan masa lalu, hubungan sosial berubah.
d) Objektif : tindakan sesuai Kondisi klinis terkait.
3. Perencanaan keperawatan
Menurut SIKI (2018), rencana tindakan asuhan yang menyeluruh rencana
untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan
dan evaluasi. Rencana ini disusun berdasarkan kondisi klien (diagnosa,
masalah dan diagnosa potensial) berkaitan dengan semua aspek asuhan
keperawatan. Rencana dibuat harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta evidance terkini
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Table 1. Perencanaan keperawatan ansietas
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas a) Mengetahui
keperawatan 3 kali
1) Observasi tingkat
pertemuan selama 20 menit a) Monitor tanda- tanda kecemasan klien
diharapakan tingkat ansietas (verbal-non dan tindakan yang
ansietas menurun dengan verbal). akan dilakukan.
kriteria hasil: 2) Terapeutik b) Memberi
1) Verbalisasi a) Ciptakan suasana ketenangan pada
kebingungan terapeutik untuk ibu
menurun. menumbuhkan c) Membantu ibu
2) Verbalisasi kepercayaan. mengungkapk
khawatir b) Pahami situasi yang an perasaan
akibatkondis membuat ansietas. dan
i yang c) Dengarkan kecemasannya
dihadapi penuhperhatian. d) Mengalihkan
menurun. d) Gunakan pendekatan perhatian ibu agar
3) Perilakugelis yang tenang dan tidak tefokus pada
ah menurun. menyakinkan. penyakitnya
4) Perilaku 3) Edukasi
tegang a) Anjurkan suami untuk
menurun. tetap bersama pasien.
5) Polatidur b) Anjurkan
membaik. mengungkapkan
(SLKI, L.09093) perasaan dan
persepsi.
c) Latih relaksasi napas
dalam ketika ansietas
muncul.
(SIKI, I.09314)
Sumber: SLKI, 2018, SIKI, 2018
Stimulasi saraf
simpatis dan
parasimpatis
Wajah meringis
Nyeri Akut
2. Faktor Risiko Pemasangan KB IUD Resiko Infeksi
Efek Prosedur Invasis
- Pemasangan KB IUD Prosedur invasif
- Spekulum masuk
kedalam vagina Pemasangan spekulum
- Tindakan Invasif
- Px tampak meringis
Benda asing masuk
- TD: 110/80mmHg
kedalam vagina
- N: 92x/menit
- Rr: 20x/menit
Resiko Infeksi
3. DS: Px mengatakan ingin Penggunaan KB Kesiapan
menggunakan KB IUD Implan peningkatan
dikarenakan tidak pengetahuan
mempengaruhi hormon Mempengaruhi
dan tidak mengganggu hormon
siklus mentruasi
DO:
- Px datang ke PKM Siklus mentruasi dan
dengan keininan lama haid tidak teratur
memasang KB IUD
Px merasa tidak
nyaman
Px mendapatka
informasi dari
tetangga dan kelurga
Px mengetahui
kelebihan dan
kekuragan
pemasangan KB IUD
Px berdiskusi dengan
pasangan
Pemasangan KB IUD
Kesiapan peningkatan
pengetahuan
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Ruang : PKM Kepanjen
Nama Pasien : Ny. Y