PENDAHULUAN
Ledakan penduduk tersebut merupakan salah satu pemicu angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) disebabkan karena kemiskinan bayi yang sehat (Suryani dan
Tiurna, 2016).
Jumlah penduduk provinsi nusa tenggara timur dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan pada tahun 2016 sebanyak 5.203.514. jiwa, (BPS provinsi NTT, 2016). Menurut
dinas kesehatan provinsi NTT (2016), KB merupakan salah satu cara yang efektif untuk
menekan jumlah penduduk dan dapat meningkat ketahanan dan kesejahteraan keluarga,
kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Capaian peserta KB baru sampai
desember 2016 sebanyak 68.844 jiwa (8,6%) dengan peserta KB Baru yang memakai KB
paling banyak digunakan adalah KB suntik sebanyak 34.060 jiwa (49,5%), sedangkan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada KB implant sebanyak 14.955 (21,7%).
Capaian peserta KB aktif sebanyak 459.132 jiwa (57.2%) dengan peserta KB aktif yang
memakai KB Paling banyak digunakan adalah KB suntik sebanyak 256.365 jiwa (55,9%).
Sedangkan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada KB implant sebanyak 62.260
jiwa (14,2%).
Laporan dinas kesehatan kabupaten timor tenggah utara tahun 2016 bahwa jumlah
pasangan usia subur (PUS) yang terdata pada tahun 2016 sebesar 45.982, jumlah peserta KB
aktif sebanyak 18.59 (40,4%) sedangkan peserta KB baru sebanyak 3.554 (77,7%) dengan
peserta penggunaan alat kontrasepsi terbanyak di kabupaten timor tengah utara adalah suntik
68,1% diikuti implant 19,2% (Prof. Din Kes. TTU, 2016).
Berdasarkan data yang diambil dari puskesmas Bitefa tahun 2021 peserta KB baru
sebanyak 57 jiwa dengan pemakaian KB paling banyak KB suntik 43 orang, implant 10
orang, IUD 4 orang.. Hal ini berarti tingkat kesadaran masyarakat sudah mulai meningkat
akan pentingnya menggunakan alat kontrasepsi, namun pengetahuan masyarakat tentang alat
kontrasepsi masih sangat kurang, sehingga perlu diadakan sosialisasi terus menerus dari
tenaga kesehatan tentang alat kontrasepsi (profil puskesmas Bitefa, 2021).
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Bitefa , penulis tertarik untuk
melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ny, A.K Umur 25 tahun PIA0AHI Dengan Akseptor
Baru KB Implant Di Puskesmas Bitefa Tahun 2021.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. A.K umur 25 tahun PIA0AHI Dengan Akseptor
Baru KB Implan di Puskesmas Bitefa Tahun 2021?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat memahami dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. A.K umur 25 tahun
PIA0AHI Dengan Akseptor Baru KB Implan di Puskesmas Bitefa Tahun 2021 sesuai
dengan manajemen 7 langkah varney.
1.3.1 Tujuan Khusus
2.1 IMPLAN
2.1.2 Definisi
Kontrasepsi terpopuler dengan nama susuk KB ini berisi progestin yang memiliki
efektivitas yang cukup tinggi dengan angka kegagalan kurang dari 1 kegagalan dalam setiap
100 wanita/ tahun untuk 5 tahun pertama. Kontrasepsi Implan sangat anfitik, bekerja lama
dan cocok untuk semua wanita untuk menunda atau membatasi kehamilan. Implan
memberikan perlindungan yang sangat efektif 3-5 tahun. Implan adalah alat kontrasepsi yang
bernetuk batang dengan panjang 4 cm yang dalamnya terdapat sejenis karet silastik yang
berisi hormon, kemudian dipasang pada bagian lengan atas (Sri Handayani, 2016).
2.2.2 Jenis KB Implan
Menurut affandi dkk (2016), jenis-jenis alat kontrasepsi hormonal implan dibagi atas
tiga antara lain:
1. Norplan
Norplan terdiri dari 6 kapsul yang secara total mengandung 216 mg levonorgestrel,
panjang kapsul adlah 34 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul terbuat dari bahan
silastik medik yang felksibel diaman kedua ujungnya terdapat penyumbat sinetik
yang tidak menganggu kesehatan klie, enam kapsul yang diapsang menurut
konfigurasi kipas di lapisan subdermal lengan atas.
2. Implanon
Terdiri dari satu batang putih yang lentur memiliki panjang kira-kira 40 mm dan
diameter 20 mm, yang diisi dengan 68 mg 3 ketosogestrel dan lama kerjanya 3
tahun.
3. Jadena atau norplant II
Jadena terdiri dari 2 batang yang berisi levonorgestrel dan memiliki daya kerja 3
tahun (Sri Handayani, 2016). Alat tersebut telah dikembangkan sejak 20 tahun yang
lalu dan setelah diproduksi dan penggunaannya disetujui oleh badan pengawasan
obat internasional, impan ini banyak digunakan dibanyak negara, cara kerja jadena
ini adalah sama dengan norplan yaitu dengan melepaskan secara perlahan
kandungan hormon levonorgestrel.
2.3.2 Cara kerja
Cara kerja implan menurut Saifuddin (2015: MK-29), adalah menekan ovulasi,
menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma, mengurangi transportasi sprema.
Menurut Affandi (2016: MK-58), mekanisme kerja implan yaitu implan mencegah terjadinya
kehamilan melalui berbagai cara sama halnya dengan mekanisme kerja kontrasepsi yang
mengandung progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan lendir
serviks sehingga tidak bisa dilewati oleh sperma, perubahan terjadi setelah pemasangan
implan progestin menekan pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofisis,
levonogestrel yang terkandung pada kapsul implan menekan lonjakan LH agar tidak terjadi
ovulasi, penggunaan progestin dalam jangka panjang dapat menyebakan hipotropisme pada
endometrium sehingga dapat menganggu proses implantasi.
2.4.2 Efektifitas
Menurut The NSW Ministry of Health (2015), implan adalah metode yang sangat
efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari 99,9% efektif. Menekan ovulasi, mengganggu
proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi
sperma, lendir seviks menjadi kental (Tresnawati, 2017).
2.5.2 Keuntungan KB Implan
1. Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen
2. Dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat reversible.
3. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan.
4. Perdarahan terjadi lebih ringan, tidak menaikkan darah
5. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian
alat kontrasepsi dalam rahim. (Sri Handayani, 2016)
6. Daya guna tinggi ( kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan )
7. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut
8. Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam
9. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu produksi ASI.
10. Dapat dicabut setiap saat jika menurut kebutuhan.
2.6.2 Keuntungan
Saifudin (2015), menyatkan bahwa keuntungan impan dibagi atau dua yaitu
keuntungan sebagai kontrasepsi dan nonktrasepsi. Adapun keuntungan implan sebagai
kontrasepsi menurut Yehude dan Kurniawati (2016), yaitu daya guna tinggi, perlindungan
jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
menganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI, klien hanya perlu kembali ke klinik
bila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan
nonkontrasepsi yaitu mengurangi ras anyeri dan jumlah darah haid serta menurunkan angka
kejadian endometriosis (Saifuddin, 2015).
2.7.2 Kerugian
1. Susuk KB/Implan harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.
2. Lebih mahal.
3. Sering timbul perubahan pola haid
4. Beberapa orang wanita mungkin enggan untuk menggunakannya kerena kurang
mengenalnya. (Sri Handayani, 2016)
5. Nyeri kepala, pening/pusing kepala.
6. Peningkatan/penurunan berat badan.
7. Nyeri payudara
8. Perubahan mood atau kegelisahan
9. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS
10. Memerlukan tindakan pembedahan minor untuk memasang/insersi dan
pencabutannya, sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya
sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
11. Efektifitasnya menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan penggunaan
obat ubtuk epilepsi dan tuberkulosis.
2.8.2 Kontra Indikasi KB Implan
1. Kehamilan atau disangka hamil
2. Penderita penyakit hati akut
3. Mioma uterus dan kanker payudara
4. Kelainan jiwa
5. Penyakit jantung , hipertensi, diabetes mellitus
6. Penyakit trombo emboli
7. Riwayat kehamilan ektopik (Sri Handayani, 2016)
8. perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
9. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
10. Gangguan toleransi glukosa.
2.9.2 Indikasi KB Implan
1. Wanita – wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama
tetapi tidak bersedia menjalani kontap/menggunakan AKDR.
2. Wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen (Sri
Handayani 2016)
3. Usia reproduksi
4. Telah memiliki anak ataupun belum
5. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
6. Paska keguguran
7. Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi
8. Tekanan darah
2.10.2 Waktu Pemasangan KB Implan
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai ke-7. Bila insersi setelah hari ke-7
klien jangan hubungan seks atau gunakan kontrasepsi lain selama 24 jam setelah
insersi.
2. Dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil
3. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil,
jangan hubungan seks atau gunakan kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi
4. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat
dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh tidak perlu kontrasepsi lain.
5. Bila setelah 6 minggu kelahiran dan terjadi haid lagi insersi dapat dilakukan setiap
saat. Bila menyususi penuh tidak perlu kontrasepsi lain
6. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin ganti implant, insersi dapat
dilakukan setian saat tapi diyakini tidak hamil atau klien menggunakan kontrasepsi
terdahulu dengan benar.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntik, implant dapat diberikan pada saat jadwal
kontrasepsi suntik tersebut. Tidak diperlukan kontrasepsi lain.
8. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin
mengganti dengan implan, dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien
jangan hubungan seks selama 24 jam atau gunakan metode kontrasepsi lain selama
24 jam setelah insersi. AKDR segera dicabut.
9. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan. (Tresnawati, 2017).
2.11.2 Prosedur Pemasangan
Prosedur pemasangan menurut Sri Handayani (2016:122 ) yaitu :
1) Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap mungkin
mengenal norplant ini sehingga calon akseptor benar – benar mengerti dan
menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakainya dan diberikan
informed consent untuk ditanda tangani oleh suami isteri.
2) Persiapan alat – alat yang diperlukan :
a) Sabun antiseptik
b) Kasa steril
c) Cara aseptik
d) Kain steril yang mempunyai lubang
e) Obat anestesi lokal
f) Semprit dan jarum suntik
g) Trokar no. 10
h) Sepasang sarung tangan steril
i) Satu set kapsul norplant (2 buah)
j) Scapel yang tajam
3) Teknik Pemasangan
a) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
b) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan sabun
antiseptik.
c) Calon akseptor dibaringkan terlentang ditempat tidur dan lengan kiri diletakkan
pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor
d) Gunakan hand scoon steril dengan benar.
e) Lengan kiri pasien yang akan dipasang diolesi dengan cairan antiseptik /
betadin.
f) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril yang berlubang
g) Dilakukan injeksi obat anestesi kira – kira 6 – 10 cm diatas lipatan siku
h) Menguji efek anestesi sebelum melakukan insisi pada kulit.
i) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan scapel yang
tajam.
j) Trokar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah
kulit.
k) Kemudian kapsul dimasukan didalam trokar.
l) Demikian dilakukan berturut – turut dengan kapsul kedua, kapsul dibawah kulit
diletakkan demikian rupa sehingga susunannya seperti kipas.
m) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, trokar ditarik pelan – pelan keluar.
n) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak
o) Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban untuk
mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi hematom.
p) Nasehat pada aseptor agar luka jangan basah, selama lebih kurang 3 hari dan
datang kembali jika terjadi keluhan – keluhan yang menganggu.
2.12.2 Efek Samping dan Penanganan
Menurut Yuhedi dan Kuniawati (2016), efek samping dan penanganan implan adalah
sebagai berikut:
1. Amenorea
Penanganan:
Lakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan apakah klien hamil atau tidak.
Apabila klien tidak hamil, tidak perlu penanganan khusus. Apabila terjadi kehamilan
dan ingin melanjutkan kehamilan cabut implan. Ujuk klien jika diduga terjadi
kehamilan.
2. Perdarahan bercak (Sptting ) ringan
Penanganan :
Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama.
Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun. Bila klien tetap saja mengelu masalah perdarahan dan ingi melanjutkan
pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu siklus atau ibu profen 3x800
mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan siklus pil kombinasi.
3. Ekspulsi
Penanganan:
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih ditempat dan
apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul
lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersi
yang berbeda. Bila infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru
pada lengan yang lain atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan cara anamnesa (identitas, keluhan, riwayat kesehatan, dll)
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, pemeriksaan fisik sesuai denga
kebutuhan, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Affandi dkk, 2016).
1. Data Subjektif
2. Data obyektif
Data obyektif adalah daya yang didapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik seblum atau selama pemakaian KB.
a) Pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum untuk mengetahui keadaan
pasien sehat serta berat badan pasien karena merupakan salah satu efek
samping KB implan.
c) Pemeriksaan fisik
Kepala: menilai keadaan kulit dan rambut kepala bersih atau tidak,
adanya nyeri tekan atau benjolan.
Mulut: untuk mengetahui mulut bersih apa tidak ada caries atau
tidak dan ada karang gigi atau tidak.
Ekstremitas atas dan bawah: ada cacat atau tidak, oedema atau
tidak, terdapat varises atau tidak.
Rasional : membangun kepercayaan ibu dan keluarga serta suami terhadap tenaga
kesehatan dan menjalin hubungan yang baik (Saifuddin, 2015)
Rasional : informasi yang didapatkan dari masalah yang dialami ibu dapat
membatu dalam memilih cara atau alat KB yang cocok dengan keadaan dan
kebutuhannya (Sulistyawati, 2017).
Rasional : untuk menambah pengetahuan klien tentang alat kontrasepsi yng akan
digunakan (Sulistyawati, 2017).
4) Lakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan yang
akan dilakukan.
Rasional : menurut Tresnawati (2017), kontra indikasi implan yaitu hamil atau
diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima
perubahan pola haid yang terjadi, menderita mioma uterus dan kanker payudara ,
penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit tromboeboli, gangguan
toleransi glukosa . Hal ini yang akan dicegah sehingga dilakukan pemeriksaan
yang lenkap pada calon akseptor.
6) Lakukan tehnik pemasangan implant yang baik dan benar sesuai standard yang
berlaku.
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman. Implementasi merupakan
pelaksanaan dari asuhan yang telah direncanakan secara efesien dan aman. Pada
kasus di mana bidan harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
penatalaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Affandi dkk, 2016). Menurut
Saifuddin (2015), rencana efisiensi dan aman.
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. “A.K” USIA 25
TAHUN P1 A0 AH1 DENGAN AKSEPTOR KB IMPLAN DI PUSKESMAS BITEFA
TAHUN 2021
I 40 Aterm Spontan PKM Bidan Tdk Tdk 50/ Baik Baik Lancar
hari Bitefa ada ada 3,2/
L
C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum: Baik Kesadaran : Composmntis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82 kali/menit
- Suhu : 36,5oc
- Respirasi : 20 kali/menit
- Berat badan : 58 kg
- Tinggi badan : 154 cm
- LILA : 27 cm
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Postur tubuh : Tegak
Kepala : Bersih, rambut tidak ada ketombe dan tidak bercabang
Muka : Ovale, bersih, tidak pucat dan tidak ada odema tidak ada
cloasma
Mata : Simetris Conjungtiva: Merah muda Sclera: Putih
Hidung : Bersih dan tidak ada Polip
Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan masa
Mulut/bibir : Bersih, tidak berbau/ lembab dan tidak pecah-pecah
Gigi : Bersih, gusi tidak berdarah, gigi tidak berlubang dan tidak ada
karies gigi
Palpasi
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan vena jungularis
Payudara : Bentuk simetris, tidak ada Benjolan,
Perut :Tidak ada oedema, tidak ada bekas luka operasi maupun jaringan
parut, serta kandung kemih dalam keadaan kosong
Ekstremitas :
Atas : Tidak ada oedema, turgor kulit elastis
Bawah : Tidak ada oedema, dan tidak ada varises
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi
- Berat badan : 58 kg
- Tinggi badan : 154 cm
- LILA : 27 cm
Masalah: Tidak ada
Kebutuhan: Tidak ada
III. ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI/RUJUK
Tidak dilakukan
V. INTERVENSI
Tanggal 11/06/2021 Jam : 11.25 wita
No Intervensi Rasional
1 Lakukan pendekatan pada ibu dan Lakukan pendekatan sehingga ibu dan keluarga
keluarga serta memberitahukan lebih kooperatif dalam tindakan serta dapat
hasil pemeriksaan pada ibu mengetahui kondisi kesehatannya
4 Jelaskan efek samping kontrasepsi Dengan menjelaskan efek samping dari penggunaan
implant KB implan sehingga ibu dapat mengetahui efek
samping dari penggunaan KB implan
9 Beritahu ibu untuk kembali Karena cara kerja obat Indoplant, terdiri dari 2
pencabutan KB implant atau susuk batang. Berisi 75 mg hormon Levonorgestrel, daya
pada tanggal: 11/06/2024 kerja 3 tahun
10 Beritahu ibu untuk jangan bekerja Dengan memberitahukan ibu untuk tidak bekerja
keras menggunakan tangan yang menggunakan tangan yang sudah di pasang susuk
sudah di pasang susuk karena akan menimbulkan infeksi pada tempat
pemasangan.
VII. IMPLEMENTASI
Tanggal 11/06/2021 Jam : 11.40 wita
No Jam Implementasi
Susuk Kb/ implan harus di pasang dan di angkat oleh petugas kesehatan
yang terlatih
Lebih mahal
Sering timbul perubahan pola haid
Akseptor tidak dapat menghentikan implan sehendaknya sendiri
Beberapa orang wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena
kurang mengenalnya.
Tidak mencegah IMS, haid tidak teratur
8 Menganjurkan ibu untuk lakukan kunjungan ulang pada tanggal: 13/ 01/ 2021
10 Beritahu ibu untuk jangan bekerja keras menggunakan tangan yang sudah di
pasang susuk
VII. Evaluasi
Tanggal: 11-06-2021 Jam: 11.55 wita
S:
Ibu sudah mengerti dengan hasil pemeriksaan dari bidan
Ibu berjanji mengikuti saran bidan dan akan melakukan kunjungan ulang
O:
Keadaan umum: Baik Kesadaran : Composmntis
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82 kali/menit
- Suhu : 36,5oc
- Respirasi : 20 kali/menit
P:
Anjurkan ibu untuk kontrol ulang pada tanggal: 17/ 06/ 2021
Anjurkan ibu untuk kembali pencabutan KB implan atau susuk pada tanggal: 11/
06/ 2024
Beritahukan ibu untuk tidak banyak bekerja menggunakan tangan yang sudah di
pasang KB susuk
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. A.K
usia 25 tahun P1 A0 AH1 dengan akseptor baru KB implan”. Melalui pendekatan proses
kebidanan manajemen 7 langkah varney yang meliputi pengkajian, interpretasi data,
identifikasi diagnose/masalah potensial, antisipasi tindakan segera/kolaborasi/rujuk,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Maka penulis menemukan tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek nyata pada pasien Ny. A.K usia 25 tahun P1A0AH1 dengan Akseptor
baru KB Implan
4. 1 Pengkajian
Menurut (Suprapti, 2018) pengkajian merupakan suatu langkah awal yang di pakai
dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan
informasi yang akurat dan lengkap tentang klien di kumpulkan dan di analisis untuk
mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian di fokuskan pada Ny. A.K usia 25 tahun
P1 A0 AH1 dengan akseptor baru KB Implan. Setelah di lakukan penanganan di peroleh data:
Data subyektif: Ibu mengatakan ia bernama Ny. A.K usia 25 tahun, pernah melahirkan 1
kali, tidak pernah keguguran, anak yang hidup I orang, ibu ingin memakai KB Implan
dan saat ini tidak ada keluhan.
Data obyektif: Hasil pemeriksaan yang meliputi: keadaan umum: baik, kesadaran:
composmentis, Tekanan darah: 120/80mmHg, Nadi: 82 kali/menit, Suhu: 36,5 oC,
Respirasi: 20 kali/menit. Dan pemeriksaan fisik semua dalam batas normal.
Dalam proses anamesa dan pemeriksaan tidak di temukan adanya kelainan,
sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek karena pengkajian
semua di lakukan pada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. 2 Identifikasi Diagnosa, kebutuhan
Interprestasi di bentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan diagnosa kebidanan dapat ditegakan yaitu berkaitan
dengan gravid, para, abortus, umur ibu, keadaan ibu dan keluhan ibu.
Dasar dari diagnosa tersebut:
1. Pernyataan pasien mengenai jumlah persalinan
2. Pernyataan pasien mengenai pernah/ tidak mengalami abortus
3. Pernyataan pasien mengenai umurnya
4. Pernyataan pasien mengenai kebutuhan akan informasi terkait penggunaan alat
kontrasepsi yang tepat untuknya
5. Hasil pemeriksaan yang di lakukan yaitu: tanda- tanda vital
6. Pernyataan pasien mengenai keluhan datang
Pada interprestasi data ini setelah di lakukan pengkajian dan di peroleh diagnosa Ny.
A.K usia 25 tahun PIA0AHI dengan akseptor KB Implan
4. 3 Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial/diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis/masalah yang di identifikasi. Langkah ini melakukan antisipasi, bila
memungkinkan di lakukan pencegahan. Bidan di harapkan dapat waspada dan bersiap- siap
mencegah diagnosis/ masalah potensial ini benar- benar terjadi. Langkah ini penting sekali
untuk melakukan asuhan yang aman.
Pada kasus di atas antisipasi diagnosa masalah potensial tidak ada karena
pemeriksaan semua dalam batas normal dan tidak di temukan adanya kelainan dalam
pemeriksaan. Pada langkah ini tidak di temukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
4. 4 Antisipasi Tindakan Segera/Kolaborasi/Rujuk
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga
kesehatan lainnya untuk di tangani bersama sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manejemen kebidanan. Pada kasus di atas
antisipasi tindakan segera tidak ada karena asuhan yang di berikan tidak ada kelainan,
sehingga tidak di temukan kesenjangan antara teori dan praktek.
4. 5 Intervensi
Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnosa dan
problem serta data-data tambahan setelah data dasar. Rencana tindakan komprehensif bukan
hanya meliputi kondisi klien serta konseling yang mantap. Adapun tujuan keberhasilaan
dalam asuhan yang diberikan kepada klien adalah klien tetap menjadi akseptor KB Implan
dan ibu mengerti tentang amenorhea yang terjadi. Adapun kriteria keberhasilan yang
diberikan pada klien adalah klien mengerti tentang efek samping dari Kb Implan yaitu
amenorhea. Rencana asuhan yang diberikan yaitu jelaskan tentang keuntungan dan
keterbatasan, efek samping KB Implan.
Rencana intervensi pada kasus Ny. “A.K” Usia 25 Tahun PIA0AHI dengan Akseptor
KB Implan, harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan klien antara lain:
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Beri konseling awal KB Implan kepada ibu
3. Berikan konseling tentang KB Implan kepada ibu
4. Beri Informed Conset
5. Lakukan dokumentasi
Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek, karena
intervensi di rencanakan sesuai kebutuhan klien
4. 6 Implementasi
Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan serta efisiensi dan menjamin rasa aman
klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan
tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dengan melaksanakan
yang telah direncanakan, yaitu :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Memberikan konseling awal KB Implan kepada ibu
3. Memberikan konseling tentang KB Implan kepada ibu
4. Memberikan Informed Conset
5. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilaksanakan.
Implementasi di laksanakan berdasarkan rencana yang telah di susun oleh penulis.
Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek karena telah dilaksanakan
rencana asuhan yang menyeluruh sesuai kebutuhan klien atau pasien.
4. 7 Evaluasi
Langkah evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi kefektifan asuhan yang telah
diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam
diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif bila
semua asuhan yang direncanakan, dilaksanakan sesuai sehingga pasien mendapatkan asuhan
kebidanan sesuai kebutuhan klien/pasien.
Pada kasus Ny. “A.K” Usia 25 Tahun PIA0AHI dengan Akseptor KB Implan, setelah di
berikan asuhan ibu mengatakan sudah mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan serta
penjelasan bidan, dan ibu akan mengikuti semua anjuran bidan. Dalam kasus ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek karena sudah sesuai dengan kebutuhan klien/pasien.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian data pada Ny. “AK” Usia 25 Tahun PIA0AHI dengan Akseptor KB Implan
Data subjektif didapatkan dari hasil anamnesa pasien mulai dari identitas pasien,
identitas penanggung jawab, alasan datang ke Puskesmas, keluhan utama, riwayat
persalinan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat sosial dan kebutuhan dasar. Pada
langkah ini dapat disimpulkan tidak terdapat kesenjangan antara praktik dilahan dan
teori.
2. Interpretasi data meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada Ny. “A.K” Usia 25
Tahun PIA0AHI dengan Akseptor KB Implan. pada langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara praktik dilahan dengan teori.
3. Diagnosa potensial Ny. “A.K” Usia 25 Tahun PIA0AHI dengan Akseptor KB Implan
Setelah dilakukan langkah ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa teori dan
praktik dilahan tidak terdapat kesenjangan.
4. Antisipasi dan tindakan segera pada Ny. “A.K” Usia 25 Tahun PIA0AHI dengan
Akseptor KB Implan. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara praktik
dilahan dengan teori.
5. Perencanakan tindakan sesuai dengan Asuhan Kebidanan berdasarkan diagnosa
kebidanan pada Ny. “A.K” Usia 25 Tahun PIA0AHI dengan Akseptor KB Implan.
Rencana tindakan pada Ny. “A.K” Usia 25 Tahun PIA0AHI dengan Akseptor KB
Implan yaitu Beritahu orang tua hasil pemeriksaan, KIE KB IMPLAN, efek samping
KB Implan, Waktu penggunaan KB Implan, keuntungan KB Implan, kerugian KB
implan, waktu pencabutan KB implan waktu pada langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara praktik dilahan dengan teori.
6. Tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dbuat. Pada langkah ini dlakukan
sesuai dengan rencana asuhan pelaksanaan yang telah dibuat dari Puskesmas sampe
kunjungan ulang. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara praktik
dilahan dengan teori.
7. Evaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan Pada Ny. “A.K” Usia 25 Tahun PIA0AHI
dengan Akseptor KB yaitu memberikan Asuhan Kebidanan dengan baik sampai
penggunaaan KB Implan. Setelah dilakukan evaluasi dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan dilahan praktik.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan Pengetahuan dan Wawancara bagi Mahasiswa dalam
memberikan Asuhan Kebidanan pada penggunaan KB
5.2.2 Bagi Institusi Akademi kebidanan Santa Elisabeth Kefamenanu
Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses pembelajaran baik teori
maupun praktik. Agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
tentang teori-teori pada KB
5.2.3 Bagi Lahan Praktek Puskesmas Bitefa
Diharapkan mampu meningkatkan Mutu Pelayanan Asuhan Kebidanan khususnya
pada balita atau anak sehingga dapat memberikan asuhan yang lebih cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Afanddi, Biran. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 3: Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Suprawati, 2018. Jurnal keperrawatan muhammadiyah Nomor 2, Volume 10 (5 April 2018)
Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Timur. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur tahun 2017. Kupang : DinKes Prop. NTT Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan TTU. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten TTU. Kefamenanu: Dinkes TTU
Nurhayati, 2016. Keluarga Berencana Alat Kontrasepsi.Jakarta : Salemba Medika
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2018. Jakarta : KemenKes RI
Sulistyawati, 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Klien Akseptor: Jakarta Salemba
Medika
Tresnawati, 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Klien Akseptor Suntikan Depo
Progestin dan Kenaikan Berat Badan.KTI. Makasar.
Siafudin, 2015. Pelyanan Keluarga Berencana: Jakarta : Salemba Medika
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta : Kementerian RI
Sulistyawati, Ari. 2017. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika
Suprawati, Herawati Mansur. 2018. Buku Praktik Klinik Kebidan. Jakarta: Salemba Mediak
Handayani,Sri.2016.Pelayanan Keluarga Berencana.Pustaka Rihama :Yogyakarta