Disusun oleh :
Nama: Santa Prisdawati
Nim: A022817029
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Tujuan penulisan............................................................................................2
C. Sistematika penulisan.....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori umum....................................................................................................5
B. Teori khusus...................................................................................................6
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................19
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................22
B. Penutup...........................................................................................................22
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrasepsi terdiri dari dua kata, yaitu kontra (menolak) dan
konsepsi (pertemuan antara sel telur yang telah matang dengan sel
sperma), maka kontrasepsi dapat diartikan sebagai cara untuk mencegah
pertemuan antara sel telur dan sel sperma sehingga tidak terjadi
pembuahan dan kehamilan. (Endang, 2015)
Di Indonesia, sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu
tertentu untk mencegah kehamilan. Di Papua, telah lama dikenal ramuan
dari daun-daunan yang khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam
masyarakat Hindu Bali, hanya ada nama untuk empat orang anak sebagai
suatu cara agar pasangan suami istri mengatur kelahiran anaknya sampai
empat saja. (Endang, 2015)
Keluarga berencana modern di Indonesia, mulai dikenal pada tahun
1953. Sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan tokoh masyarakat mulai
membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah penduduk. Pada
tanggal 23 Desember 1957, mereka mendirikan wadah dengan nama
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan bergerak secara
silent operation membantu masyarakat memerlukan bantuan secara
sukarela. Jadi, PKBI adalah pelopor pergerakan Keluarga Berencana
Nasional. (Endang, 2015)
Diperkirakan saat ini terdapat sekitar 3,5 juta Wanita Usia Subur
(WUS) di Indonesia yang ingin menunda, menjarangkan dan membatasi
kelahiran untuk masa dua tahun berikutnya, namun tidak menggunakan
metode kontrasepsi apapun. Berdasarkan SDKI 2007, unmet need
mencapai 9,1% dari jumlah WUS, dan alasan WUS tidak menggunakan
kontrasepsi sebagian besar adalah karena efek samping dari metode
kontrasepsi. Efek samping dari metode kontrasepsi juga merupakan faktor
3
yang menyebabkan akseptor mengalami drop-out dari KB yang digunakan
(Witjaksono, J. ,2012).
Terdapat beberapa jenis kontrasepsi yang terbagi dalam dua
kategori, yaitu metode kontrasepsi modern dan tradisional. Metode
kontrasepsi modern meliputi sterilisasi, pil KB, suntik KB, implan,
kondom, kontrasepsi darurat, sedangkan metode tradisonal terdiri dari
pantang berkala (kalender), metode amenorrhea laktasi (MAL) dan
senggama terputus. Pil KB dan suntik KB merupakan metode kontrasepsi
yang paling dikenal oleh masyarakat persentase masing-masing 97%
dibanding 98%. Di antara metode KB modern yang dipakai, suntik KB
merupakan alat kontrasepsi terbanyak yang digunakan oleh wanita yang
sudah menikah (32%), diikuti pil KB (13,6%), dan IUD (3,9%) (Badan
Pusat Statistik, 2012). Setiap metode kontrasepsi memiliki kekurangan dan
kelebihan masing-masing. KB suntik merupakan alat kontrasepsi yang
dapat bekerja dalam waktu lama dan tidak memerlukan pemakaian setiap
hari jenis kontrasepsi suntik yang sering digunakan adalah Depo Medroxy
Progesterone Acetate (DMPA) yang diberikan setiap 12 minggu (3 bulan)
dengan cara disuntik intramuskular. (Endang, 2015).
Dengan adanya uraian kasus diatas maka penulis sangat tertarik
untuk melakukan Asuhan pada ibu yan ingin ber KB
B. Tujuan
1. Umum
Mengangkat kasus KB suntik 3 bulan dan menerapkan asuhan
kebidanan apa yang diberikan pada ibu akseptor KB 3 bulan melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Helen Varney.
2. Khusus
a. Penulis mampu
1) Melakukan pengkajian terhadap ibu akseptor KB Ny. S dengan
KB Suntik 3 Bulan secara lengkap dan sistematis di Puskesmas
Sentani.
4
2) Menginterpresentasikan data yang meliputi diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu akseptor KB Ny. S
dengan KB Suntik 3 Bulan di Puskesmas Sentani.
3) Merencanakan tindakan yang menyeluruh sesuai dengan
pengkajian data pada ibu akseptor KB Ny. S dengan KB Suntik
3 Bulandi Puskesmas Sentani.
4) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu akseptor
KB Ny. S dengan KB Suntik 3 Bulan di Puskesmas Sentani.
5) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB
Ny. S dengan KB Suntik 3 Bulan di Puskesmas Sentani.
b. Mampu menganalisis kasus asuhan kebidanan akseptor KB suntik
3 bulan Ny. S umur 22 tahun antara teori dan kasus nyata
dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada ibu
akseptor KB.
C. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar
belakang masalah, tujuan penulisan yang meliputi tujuan khusus dan
tujuan umum serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan tentang teori umum yang meliputi alat kontrasepsi
suntik 3 bulan
BAB III Tinjauan Khusus
Bab ini berisi tentang tinjauan kasus asuhan kebidanan ibu akseptor
KB secara nyata sesuai dengan manajemen kebidanan menurut 7 langkah
Varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
BAB IV Pembahasan
Bab ini berisi kesenjangan antara teori dan kasus serta kesulitan yang
dialami penulis selama proses pengkajian.
BAB V Penutup
5
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban
dari tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus asuhan kebidanan
ibu akseptor KB. Sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan dan
tanggapan dari kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran . (Endang, 2015)
7
Golongan progestin, misalnya Depoprovera 150mg isi 1 cc
(disuntikkan tiap 3 bulan), depo progestin 150mg isi 3 cc
(disuntik tiap 3 bulan)
d. Profil
1) Sangat efektif
2) Aman
3) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
4) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
5) Cocok untuk laktasi karena tidak menekan produksi ASI
e. Efektifitas
1) DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3
kehamilan per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian
(BKKBN, 2003).
2) Angka kegagalan 3:1000 perempuan pertahun
f. Kelebihan
Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN
(2003):
1) Sangat efektif.
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah.
5) Tidak mempengaruhi ASI.
g. Sedikit efek samping.
1) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
2) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun
sampai
3) perimenopause.
4) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
8
5) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
6) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
h. Keterbatasan
Keterbatasan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN
(2003) :
1) Sering ditemukan ganguan haid.
2) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
3) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan.
4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B dan virus HIV.
6) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan
lipid serum.
i. Indikasi
Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN
(2003) :
1) Wanita usia reproduktif.
2) Wanita yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki
efektifitas tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Setelah abortus dan keguguran.
7) Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki
tubektomi.
8) Masalah gangguan pembekuan darah.
9) Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.
9
j. Kontra Indikasi
Menurut BKKBN (2003), kontra indikasi pada pengguna
suntik DMPA yaitu :
1) Hamil atau dicurigai hamil.
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan
haid.
4) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker
payudara.
5) Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
k. Waktu Mulai Menggunakan
Menurut Saifuddin (2003), waktu mulai menggunakan
kontrasepsi DMPA yaitu :
1) Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.
2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3) Pada ibu diberikan setiap saat, yang tidak haid atau dengan
perdarahan tidak teratur, injeksi dapat asal tidak hamil.
Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
4) Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain
secara benar dan tidak hamil kemudian ingin mengganti
dengan kontrasepsi DMPA, suntikan pertama dapat segera
diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya.
5) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
dapat segera diberikan, asal ibu tidak hamil dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila
ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari
penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
l. Cara Penggunaan
Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin
(2003) :
10
1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuscular (IM) dalam daerah
pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.
2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol
yang dibasahi etil/isopropylalcohol 60-90%. Biarkan kulit
kering sebelum disuntik, setelah kering baru disuntik.
3) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu
didinginkan. Bila terjadi endapan putih pada dasar ampul,
upayakan menghilangkannya dan dengan
menghangatkannya.
m. Efek Samping
Efek samping yang sering ditemukan menurut Baziad (2002) :
1) Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting,
menorarghia, metrorarghia. Penambahan berat badan.
2) Mual.
3) Kunang-kunang.
4) Sakit kepala.
5) Nervositas.
6) Penurunan libido.
7) Vagina kering.
n. Lokasi Penyuntikan
Lokasi penyuntikan di bokong yaitu pada musculus ventro
gluteal dalam. Musculus ini dapat di ukur dari spina iliaca
anterior superior (SIAS) sampai dengan os.coccygeus
kemudian di ambil 1/3 bagian dari SIAS.
Atau jika dianalogikan dengan kotak, kemudian kita bagi ke
dalam 4 bagian, maka yang akan di suntikan adalah bagian
kuadran luar.
11
GAMBAR
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Alasan kunjungan :
Ibu ingin ber-KB 3 bulan
3. Keluhan utama :
Ibu mengatakan ingin menunda kehamilannya
13
4. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 12 Tahun
b. Siklus : 28 Hari
c. Lama : 5-7 Hari
d. Volume : 2x ganti pembalut/hari
e. Sifat darah : Encer
f. Dismenorhea : Tidak ada
Penyulit
Ana Persalinan Nifas
persalina
k ke
n
Jenis Penolong Tempat BB PB JK ASI Keluhan
PKM 3,200 49
1 Tidak ada Spontan Bidan ♀ ASI Tidak ada
sentani Gr cm
6. Riwayat kesehatan
a. Sekarang : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular
(TBC, Hepatitis), Menahun (Stroke, Jantung),
Keturunan (Diabetes Melitus,Asma)
b. Yang lalu : Ibu mengatakan yang lalu tidak menderita
penyakit menular (TBC, Hepatitis), Menahun
(Stroke, Jantung), Keturunan (Diabetes
Melitus,Asma)
c. Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis),
Menahun (Stroke, Jantung), Keturunan (Diabetes
Melitus, Asma)
14
7. Riwayat social ekonomi
a. Riwayat pernikahan
Status pernikahan : Sah
Umur istri saat menikah : 19 tahun
Umur suami saat menikah : 22 tahun
Lama menikah : 1 tahun
b. Kesadaran psikososial
1) Suami dan keluarga sangat mendukung ibu untuk ber-KB
2) Kebiasaan ibu hidup sehat : Ibu mengatakan tidak memiliki
kebiasaan merokok dan minum-
minuman beralkohol.
8. Riwayat perekonomian
a. Pekerjaan suami : Swasta
b. Pendapatan suami : Cukup untuk kebutuhan sehari-hari
c. Pekerjaan istri : IRT
2. Eliminasi BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Bau/warna Khas/kuning kecoklatan Khas/kuning kecoklatan
Eliminasi BAK
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
15
Bau/Warna Amoniak/kuning jernih Amoniak/kuning jernih
3. Pola istirahat
Tidur siang 1-2 jam/hari 1-2 jam/hari
Tidur malam 8 jam/hari 8 jam/hari
4. Personal hygiene
Frekuensi mandi 2x/hari 2x/hari
Sikat gigi 2x/hari 2x/hari
Bersihkan alat kelamin Saat mandi, BAB, BAK Saat mandi, BAB, BAK
Ganti pakaian dalam Setelah mandi,jika lembab Setelah mandi, jika lembab
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi badan : 155cm
Berat badan sebelum : 49kg
Berat badan sekarang : 52kg
IMT : 52kg = 52
155mx155m 24.025
= 21
2. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 87x/m
SB : 370C
R : 22x/m
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Warna rambut : Hitam
Nyeri tekan : Tidak ada
16
b. Wajah
Oedem : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
c. Mata
Bentuk : simetris
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
Penglihatan : tidak kabur
d. Telinga
Bentuk : simetris
Nyeri tekan : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada
e. Mulut dan gigi
Stomatitis : tidak ada
Karies : tidak ada
Mukosa mulut : tidak ada
f. Leher
Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran
Kelenjar linfe : tidak ada pembesaran
Vena jugolaris : tidak ada pembekakan
g. Dada
Bentuk : simetris
Pernafasan : teratur
h. Abdomen
Nyeri tekan : tidak ada
i. Genetalia dan anus : tidak dilakukan
j. Ekstremitas atas : simetris
Kelengkapan jari : lengkap
Gerakan : +/+
k. Ekstremitas bawah
Kelengkapan : lengkap
Oedema : tidak ada
17
Gerakan : +/+
Reflex patella : +/+
LANGKAH V : PERENCANAAN
1. Beritahu ibu tentang kondisi saat ini
R/ Agar ibu mengetahui kondisinya
2. Lakukan pencatatan pada kartu KB ibu dan register
R/ Agar petugas mengetahui riwayat KB ibu yang lalu
3. Berikan suntikan KB 3 bulan
R/ Kebutuhan klien terpenuhi dalam kesinambungan pelayanan keluarga
berencana
4. Beritahu ibu tanggal kunjungan ulang
R/ Agar ibu datang tepat waktu sebelum kinerja obat habis
18
LANGKAH VI : PELAKSANAAN
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
KB suntik merupakan alat kontrasepsi yang dapat bekerja dalam
waktu lama dan tidak memerlukan pemakaian setiap hari jenis kontrasepsi
suntik yang sering digunakan adalah Depo Medroxy Progesterone Acetate
(DMPA) yang diberikan setiap 12 minggu (3 bulan) dengan cara di suntik
intramuskular.
Dari kasus di atas dapat di simpulkan bahwa NY S ingin
menggunakan KB suntik 3 bulan dengan tujuan untuk menunda kehamilan
dan menjarakkan umur anak.
Tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Semua teori
yang dipelajari sesuai dengan yang terjadi dilahan praktek
B. Saran
. Berdasarkan hasi kesimpulan Asuhan Kebidanan Pada Ny.”S”
Umur 20 Tahun P1A0 Dengan Akseptor Keluarga Berencana Suntik 3
Bulan Di Puskesmas Sentani :
1. Bagi Petugas Pelayanan kesehatan, dapat menyediakan sarana yang
memadai dalam upayah memberikan pelayanan yang bermutu dan
bekualitas sesuai dengan standar.
2. Bagi Mahasiswa, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih
dan keterampilan serta meningkatkan mutu asuhan kebidanan yang di
berikan kepada pasien langsung dalam asuhan kebidanan komprehetif.
21
DAFTAR PUSTAKA
22