Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSELING KELUARGA BERENCANA DI KLINIK PRATAMA SHAQI


YOGYAKARTA

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Studi Profesi Ners
Stase Keperawatan Maternitas STIKES Wira Husada
Yogyakarta

DI SUSUN OLEH :
Chindra Hersiana Irianti
PN 200885

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSELING KELUARGA BERENCANA DI KLINIK PRATAMA SHAQI
YOGYAKARTA

Laporan Konseling KB (Keluarga Berencana) ini telah dibaca dan diperiksa pada
Hari/tanggal: .................................................

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

(……………………………………………..) ( Chindra Hersiana Irianti )

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

(Ika Mustika Dewi, S.Kep.,Ns.,M.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN

KONSELING KELUARGA BERENCANA

A. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang diingikan. Prinsip dasar metode kontrasepsi
adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita
(fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang didalam rahim (Walyani, 2015).
Program keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur jarak interval kehamilan,
merencanakan waktu kelahiran yang tepat dalam kaitanya dengan umur istri,
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 2012)
Program Keluarga Berencana memungkinkan pasangan dan individu
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab jumlah anak dan
jarak umur antar anak (spacing) yang mereka inginkan, cara untuk
mencapainya, serta menjamin tersedianya informasi dan berbagai metode
yang aman dan efektif. Berdasarkan UU No 52 Tahun 2009, Keluarga
Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan umur ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (Hartanto, 2011).
Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui mengatur waktu,
jarak dan jumlah kehamilan, kemudian untuk mencegah atau memperkecil
kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami komplikasi yang
membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas, dan
mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan
yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas
2. Tujuan Keluarga Berencana
Menurut Kemenkes, (2014) tujuan dari program keluarga berencana dan
pelayanan kontrasepsi adalah:
a. Mengatur kehamilan dengan cara menunda usia perkawinan hingga
benar-benar matang., menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan.
Serta untuk menghentikan kehamilan bila dirasakan telah memiliki
cukup anak.
b. Membantu dan mengobati kemandulan atau infertilisasi bagi pasangan
yang telah menikah lebih dari satu tahun dan ingin memiliki anak tetapi
belum mendapat keturunan.
c. Sebagai married konseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikah. Dengan harapan nantinya pasangan
tersebut memiliki pengetahuan untuk membentuk keluarga yang
sejahtera dan berkualitas.
d. Tercapainya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera serta
membentuk keluarga yang berkualitas.
3. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung adalah
PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kotrasepsi secara berkelanjutan dan sasaran tidak langsung
pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera (Handayani,
2014).
Menurut UUD No.10 Tahun 1991 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Perkembangan Keluarga Sejahtera, Program KB adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(Purwoastuti, 2015 ).
4. Strategi Pelaksanaan Kb
Strategi Pelaksanaan Kb Terbagi dalam 2 strategi, yaitu:
a. Strategi dasar
1) Meneguhkan kembali program di daerah
2) Menjamin kesinambungan program

b. Strategi operasional
1) Peningkatan kapasitas system pelayanan program KB nasional
2) Peningkatan kualitas program dan program prioritas
3) Penggalangan dan pemantapan komitmen
4) Dukungan regulasi dan kebijakan
5) Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
B. Kontrasepsi
1. Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang
dan sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
untuk menghindari atau untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma (Sarsanto,
2012).
Menurut Harnawatiajh (2010), kontrasepsi adalah suatu cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan
kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan keluarga untuk
memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. Menurut
Suratun (2011), alat kontrasepsi adalah alat untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menghindari atau untuk mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma yang memilik 3 tujan yaitu menunda,
menjarangkan, dan mengakhiri kesuburan.
2. Tujuan Kontrasepsi
Secara umum tujuan pemakaian alat kontrasepsi ini adalah diupayakan untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda dan dalam
rangka merencanakan pembentukan keluarga kecil, bahagia sejahtera, hal ini
terbagi atas tiga masa usia produksi (Kumiawati 2014):
a. Untuk masa menunda kehamilan bagi pasangan usia subur (PUS) dengan
istri usia dibawah 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan.
b. Masa menjarangkan kehamilan periode istri usia 20 sampai 35 tahun
merupakan usia paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang
dengan jarak kelahiran 3 sampai 4 tahun.
c. Masa untuk mengakhiri setelah memiliki 2 orang anak atau lebih.
3. Pemilihan Kontrasepsi
Pemilihan kontrasepsi menentukan alat atau obat yang digunakan untuk
mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang baik yang bersifat
sementara maupun bersifat permanent (Prawirohardjo, 2012). Pemilihan
kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan
kependudukan dan KB. Selain Pelayanan Kontrasepsi (PK) juga terdapat
komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya seperti komunikasi dan
edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (Sex
Education), konsultan pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi
genetik, tes keganasan dan adopsi. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang
aman dan efektif bagi semua klien karena masing-masing mempunyai
kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum
persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut (Prawirohardjo,
2012):
a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.
b. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat
mencegah kehamilan. Kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis,
keefektifan praktis, dan keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical
effectieness) yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk
mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara
tersebut digunakan teus menerus sesuai dengan petunjuk yang diberikan
tanpa kelalaian, sedangkan keefektifan praktis (use effectiveness) adalah
keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian
jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang mempengaruhi pemakaian
seperti kesalahan, penghentian, kelalaian dan lain-lain.
c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan
budaya di masyarakat. Ada dua macam penerimaan tehadap kontrasepsi
yakni penerimaan awal (initial acceptability) dan peneriman lanjut
(continued acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagaimana
motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial
ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB dan faktor daerah (desa/kota).
d. Terjangkau harganya oleh masyarakat.
e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera
kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap
4. Macam-macam kontrasepsi
a. Metode Perintang (barrier)
1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat
dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik, atau bahan
alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan
seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga
melindungi diri dari penularan penyakit melalui hubungan seks,
termasuk HIV/AIDS (Saifuddin, 2015)
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
atau karet yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup seviks. Dengan cara sperma tidak dapat
meneruskan perjalanan menuju rahim meskipun sperma sudah masuk
vagina.
5. Metode hormonal
a. Kontrasepsi oral atau pil
Kontrasepsi pil berisi kombnasi hormon sintetis progesterone dan
esterogen bisa disebut pil kombinasi, atau hanya berisi hormon
sintetis, progesterone saja yang sering disebut dengan minipil. Pil
yang diminum setiap hari ini berguna untuk mempengaruhi
kesembangan hormon sehingga dapat menekan ovulasi, mencegah
implantasi, dan mengentalkan lendir serviks (Handayani, 2014)
b. Manfaat Pil KB
1) Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai efektifitas
tubektomi), bila digunakan tiap hari.
2) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3) Tidak mengganggu hubungan seksual.
4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
5) Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
6) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium dan
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, efek
Samping.
c. Efek samping
1) Gangguan siklus haid
2) Tekanan darah tinggi
3) Kenaikan berat badan
4) Jerawat
5) Bercak bercak coklat pada wajah
6. Kontrasepsi Suntik atau injeksi
Kontrasepsi suntik adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan degan melalui suntikan hormonal. terdapat dua macam yaitu
suntikan kombinasi yang mengandung hormon sintetis esterogen dan
progesterone, kemudian suntikan progestin yang berisi hormon
progesterone. Mekanisme kerjanya menekan ovulasi, mengentalkan mukus
serviks dan mengganggu pertumbuhan endometrium sehingga menyulitkan
implantasi (Handayani, 2014). Efek sampingnya dapat terjadi gangguan
haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian
jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.
a. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari
sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas.
Implant akan melepaskan hormon tiap harinya. Implant bekerja
menghambat ovulasi (Handayani, 2014).
b. Keuntungan
1) Sangat efektif ( kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan
2) Dapat di cabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
3) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4) Aman dipakai pada masa menyusui
5) Daya guna tinggi
c. Efek samping
1) Nyeri kepala
2) Nyeri payudara, mual, perubahan mood.
3) Penurunan/peningkatan berat badan.
7. IUD hormonal
IUD (intra Uterine Device) hormonal IUD yang mengandung hormon
adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai
lilitan tembaga atau juga mengan dung hormon dan dimasukan ke dalam
rahim melalui vagina.
a. Metode Intra Uterine Device (IUD)
IUD atau disebut juga alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah
suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversibel dan berjangka panjang. AKDR berguna untuk
mengah terjadinya penempelan sel telur pada dinding rahim atau
menangkal pembuahan sel telur oleh sperma (Uliyah, 2010).
b. Metode operasi atau sterilisasi
Metode ini bekerja dengan cara melalukan pemutusan atau pengikatan
saluran sel sperma pada laki-laki (vasektomi)
c. Metode alami atau sederhana
1) Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa
subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa
perlindungan kontrasepsipada hari ke 8-19 siklus menstruasinya.
Dasar berasal dari ovulasi umumnya terjadi pada hri ke 15 sebelum
haid beikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid
yang akan datang. (Hartanto, 2011)
2) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid
dan waktunya kurang dari enam pasca persalinan. Efektifitasnya
dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari
delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi
(Proverawati, 2010).
3) Metode suhu tubuh
Saat ovulasi terjadi peningkatan suhu basal tubuh sekitar 0,20 C-
0,50 C yang disebabkan oleh peningkatan kadar hormon
progesteron, peningkatan suhu tubuh 1-2 hari setelah ovulasi.
Selama tiga hari berikutnya diperlukan pentang berhubungan
intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa subur bukan
awalnya.
4) Senggama terputus atau koitus interuptus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum
pria mencapai ejakulasi. Efektifitas bergantung pada ketersediaan
pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap
pelaksanaannya.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetri

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kontrasepsi suntik
1) Nyeri akut
2) Deficit volume cairan
3) Perubahan body image
4) Ansietas
b. Kontrasepsi pil
1) Nyeri akut
2) Perubahan body image
c. IUD
1) Nyeri akut
2) Perubahan suhu tubuh
3) Ansietas
4) Kurang pengetahuan
3. Intervensi

No Diagnosa Perencanaan Intervensi


1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
keperawatan selama 1x24 jam klien 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi nyeri,
tidak mengalami nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
a. klien melaporkan nyeri berkurang 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
b. klien mengatakan mampu 3. Kontrol tekanan darah klien
mengontrol nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
c. klien mampu mengenali nyeri ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dada, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/dingin
6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
2. Ansietas Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi tingkat kecemasan
keperawatan selama 1x24 jam 2. Bantu klien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
kecemasan klien teratasi Kriteria 3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
hasil : 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
a. TTV klien dalam batas normal 5. Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
b. Postur tubuh, ekspresi wajah, 6. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya 7. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
kecemasan 8. Instruksikan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi
c. Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
d. Klien mampu mengungkapkan dan
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
3. Kurang Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam klien 2. Jelaskan tentang kontrasepsi, jenisjenis kontrasepsi, kekurangan dan
menunjukkan pengetahuan tentang
kelebihan masing- masing kontrasepsi dan cara penggunaannya
kontrasepsi Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan kepahaman 3. Jelaskan cara mengatasi masalah yang mungkin muncul setelah
tentang kondisi kontrasepsi, jenis pemakaian kontrasepsi
kontrasepsi, kelebihan &
4. Diskusikan pemilihan kontrasepsi
kekurangan, serta cara
menggunakannya 5. Dukung klien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
b. Klien mampu melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan secara
benar
c. Klien mampu menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
Daftar Pustaka

Astuti, E. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usi Subur Tidak Menggunakan
Alat Kontasepsi. Akademi kebidanan YLPP Purwokerto. Vol. 5 No. 2

BKKBN. 2012. Pelayannan Kontasepsi . Jakarta : BKKBN

Handayani, S. 2014. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka


Rihama

Hartanto, H. 2011. Keluarga Berencana dan Kontasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Kemenkes RI. 2014. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana Tahun 2014-
2015. Jakarta : Kemenkes RI

Kumiawati, T. 2014. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB. Jakarta : EGC

Proverawati, A. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika

Suratun, S. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi . Jakarta : Trans
Info Media

Anda mungkin juga menyukai