Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (HWO), ASI Eksklusif

adalah cara pemberian ASI tanpa diiringi pemberian cairan maupun

makanan padat yang dimulai sedini mungkin hingga bayi berusia 6

bulan kecuali untuk penanganan medis dengan pemberian obat,

suplemen vitamin dan mineral (Rewa, 2019). Air Susu Ibu atau yang

sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makanan yang

terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling

lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Rachmaniah,

2014). Maksud ASI Eksklusif disini adalah pemberian ASI selama 6

bulan tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk,

madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi umur

6 bulan (Racmaniah, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) dan United

Nations Children’s Fund (UNICEF) (2012), terdapat 136,7 juta bayi

lahir di seluruh dunia pada tahun 2011 dan hanya 32,6% bayi yang

disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Walaupun,

persentase ASI eksklusif di dunia tergolong masih rendah, akan

tetapi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut World

Health Organization (WHO) (2015), persentase ASI Eksklusif

semakin menurun seiring bertambahnya usia bayi. Trend data yang

terjadi di negara berkembang menunjukkan prevalensi pemberian

1
2

ASI eksklusif pada bayi di bawah usia enam bulan meningkat dari

33% pada tahun 1995 menjadi 39% pada tahun 2010 (Cai et all,

2012). United Nations Children’s Fund (UNICEF) (2012), juga

menunjukkan data di negara berkembang hanya 39% ibu yang

memberikan ASI eksklusif, termasuk Indonesia (Turoso, 2016).

Di Indonesia, bayi yang mendapat ASI eksklusif tahun 2017

sebesar 35,70%, artinya ada sekitar 65% bayi yang tidak

mendapatkan ASI secara Eksklusif selama 6 bulan pertama lahir.

Angka ini masih jauh dari dari target cakupan ASI Eksklusif pada

2019 yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO)

maupun Kementerian Kesehatan (Sitohang, 2018). Pada tahun 2018

cakupan ASI Eksklusif di Indonesia mengalami peningkatanmenjadi

68,74% namun cakupan ini masih jauh dari target yaitu 80% (Profil

Kesehatan Indonesia 2018).

Di Propinsi DI Yogyakarta sendiri cakupan bayi yang

mendapatkan ASI Eksklusif yaitu pada tahun 2017 sebesar 75,04%

dan tahun 2018 sebesar 75,9%. Untuk cakupan ASI Eksklusif di

propinsi DI Yogyakarta pada tahun 2018 yaitu kabupaten Kota

Yogyakarta sebesar 67,4 %, Kabupaten Sleman sebesar 81,7%,

kabupaten Bantul sebesar 77,7%, Kabupaten Kulon Progo sebesar

76,3 dan kabupaten Gunung Kidul 68,8% (Profil Kesehatan DIY).

Kabupaten Sleman memiliki cakupan ASI Eksklusif yang tinggi di

bandingkan dengan kabupaten lainnya di Propinsi DI Yogyakarta.


3

Kabupaten Sleman terdiri dari 25 Puskesmas, dengan

cakupan ASI Eksklusif masing –masing Puskesmas dapat di lihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Cakupan ASI Eksklusif Kabupaten Sleman Tahun 2019

No Nama Puskesmas Cakupan AE


1 Turi 93,02%
2 Berbah 92,00%
3 Ngemplak I 90,73%
4 Mlati II 89,61%
5 Sleman 89,04%
6 ngaglik I 87,48%
7 Godean I 88,75%
8 Godean II 87,06%
9 Minggir 86,43%
10 Tempel II 84,78%
11 Mlati I 84,52%
12 Pakem 83,75%
13 Cangkringan 83,56%
14 Depok III 83,54%
15 Kalasan 82,64%
16 Sayegan 82,35%
17 Moyudan 81,97%
18 Prambanan 81,40%
19 Depok II 81,15%
20 Ngemplak 80,61%
21 Tempel I 78,13%
22 Gamping I 74,42%
23 Ngaglik II 73,72%
24 Depok I 69,06%
25 Gamping 2 58,85%

(sumber : Profil Dinas Kesehatan Sleman tahun 2020)


4

Berdasarkan tabel menunjukkan cakupan ASI Eksklusif

tertinggi terdapat pada Puskesmas Berbah dengan persentase

sebesar 93,02% dan terendah terdapat pada Puskesmas Gamping

II dengan persentase sebesar 58,85%.Cakupan ASI Eksklusif pada

tahun 2019 terdapat 11 Puskesmas yang mencapai target

renstradan 14 Puskesmas belum mencapai target Renstra

Kabupaten Sleman yaitu 84%. Kecamatan yang paling banyak

penduduknya adalah Kecamatan Depok dengan jumlah penduduk

sebanyak 121.289 jiwa, yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu

Kelurahan Condongcatur (38.970 jiwa), Kelurahan Caturtunggal

(51.764 jiwa) dan Maguwoharjo (30.555 jiwa). Wilayah kerja

Puskesmas Depok III yaitu Kelurahan Caturtunggal dengan jumlah

penduduk terbanyak dari kelurahan Condongcatur dan

Maguwoharjo.

Upaya dalam meningkatkan cakupan ASI eksklusif di

Puskesmas Depok yaitu dengan konseling ASI kepada ibu – ibu

yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan dan kerja sama lintas program

dan lintas sektoral. Kegiatan konseling gizi tidak dilakukan

dikarenakan petugas Puskesmas tidak mengikuti kegiatan

posyandu dan tidak ada juga kegiatan penyuluhan khususnya

penyuluhan tentang ASI Eksklusif. Laporan penimbangan bayi

balita dan ASI Eksklusif didapatkan hanya melalui kader posyandu

yang dikirim ke Puskesmas menggunakan format pelaporan yang

disediakan Puskesmas.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif seperti faktor karakteristik ibu yaitu


5

pendidikan, pengetahuan, faktor predisposisi meliputi pengetahuan,

sikap dan minat, faktor pendukung meliputi sarana pelayanan

kesehatan, pendapatan keluarga, ketersediaan waktu, kesehatan

ibu. Faktor lainnya yang juga dapat mempengaruhi keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif yaitu dukungan keluarga dan dukungan

tenaga kesehatan (Juliani S. & Arma, N., 2017).

Sementara itu anak yang tidak diberikan ASI secara efektif,

tetapi diberikan susu formula akan lebih beresiko menderita alergi,

asma, obesitas, gangguan pencernaan, gangguan gigi dan

molokulasi, anemia defisiensi besi, hipertensi dan jantung, sindrom

mati mendadak dan IQ rendah (Kurnia, 2016). Anak yang tidak cukup

ASI akan terganggu proses tumbuh kembangnya. Seperti yang

diketahui, bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif sampai

6 bulan lebih rentan mengalami masalah kesehatan di masa depan

seperti kelebihan berat badan, penyakit kardiovaskuler, dan

berkurangnya kecerdasan serta frekuensi penyakit infeksi

gastrointestinal yang lebih tinggi (Destyana, Angkasa, Nuzrina.

2018).

Rendahnya angka ibu menyusui ini dilatarbelakangi oleh

minimnya kesadaran atas pentingnya ASI bagi pertumbuhan anak.

Perkaranya adalah pendidikan yang kurang memadai. Rendahnya

pengetahuan ibu sehingga gagal menjadi penyaring sebagai

informasi yang diterima oleh seorang ibu (Juniman, 2018). Selain itu

pengetahuan ibu memegang peranan penting dalam keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Diungkapkan oleh beberapa

peneliti seperti Asra (2011), Lestari, dkk (2013), Ermiyati dan


6

Irmayani (2014), Rachmaniah (2014) hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi ataupun berhubungan

dengan perilaku dan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif (Safitri,

2017).

Kurangnya pengetahuan ibu tentang keberhasilan pemberian

ASI Eksklusif dipengaruhi oleh pendidikan ibu, semakin tinggi

pendidikan, semakin tinggi pula kemampuan dasar yang dimiliki

seseorang, khususnya pemberian ASI. Pendidikan merupakan

kebutuhan dasar manusia yang sangat dibutuhkan untuk

pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin

mudah untuk menerima serta mengembangkan pengetahuan.

(Rasyid & Megawati, 2016). Menurut Notoadmojo (2014)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pengindraan manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh

melalui mata dan telinga.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

di wilayah kerja Puskesmas Depok III didapatkan data cakupan

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2019 sebesar

83,53%. Pada tahun 2019 ibu yang menyusui bayinya secara

eksklusif sebanyak 330 dan ibu yang tidak memberikan ASI secara

eksklusif pada tahun 2019 yaitu sebanyak 133 ibu. Pada periode

Januari s.d Agustus 2020 jumlah ibu menyusui secara eksklusif

berjumlah 198 ibu dari target 265 bayi. Artinya, ada bayi yang tidak di

berikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 67 bayi (25,3%). Di


7

wilayah kerja Puskesmas Depok III jumlah bayi tidak mendapatkan

ASI Eksklusif terbanyak pada Padukuhan Nologaten, Janti dan

Ambarukmo.

Masalah yang ditemukan yaitu masih ada ibu yang tidak

memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 67

ibu, ini disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan, pendidikan

dan kesibukan ibu – ibu yang bekerja. Berdasarkan wawancara

dengan beberapa ibu di posyandu Tambakbayan ibu – ibu

mengatakan bahwa jarang mendapatkan penyuluhan tentang ASI

Eksklusif di posyandu dan ada sebagian bayi yang ke posyandu di

bawah oleh neneknya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu

dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Depok III Kabupaten Sleman.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan

ibu tentang ASI Eksklusif dengan keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif;


8

b. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif;

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini berhubungan dengan mata kuliah

ilmu Keperawatan Komunitas

1. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki

bayi usia 6 – 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Depok III.

2. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskemas Depok III

(Padukuhan Nologaten, Ambarukmo dan Janti).

3. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2020.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif

sehingga dapat menjadi pedoman dalam kehidupan sehari –

hari.

b. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui tentang hubungan pengetahuan ibu

dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, sehingga dapat

menambah pengetahuan peneliti dalam bekerja di lapangan.


9

2. Manfaat praktis

a. Bagi Responden

Menambah pengetahuan sehingga ibu dapat memberikan ASI

kepada bayinya secara eksklusif dan dilanjutkan hingga usia 2

tahun.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai masukan bagi Puskesmas dan tenaga ahli untuk

menyarankan agar ibu memberikan ASI secara Eksklusif serta

menjelaskan manfaat pemberian ASI terhadap ibu dan bayinya.

c. Bagi Peneliti Lainnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan untuk memberikan ASI

Eksklusif kepada bayi sampai usia 6 bulan.

F. Keaslian Penelitian

Peneliti belum menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian

ini yang membahas tentang tingkat pengertahuan ibu dengan

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Adapun penelitian yang

hampir mirip ialah :

1. Nova Rachmaniah (2014) yang berjudul “ Hubungan tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI dengan tindakan pemberian ASI

eksklusif ”. Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat

observasioal analitik dengan pendekatan cross sectional.

Populasi yang diambil adalah Ibu yang memiliki anak usia 6-24

bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Katasura.Sampel


10

penelitian adalah ibu yang membawa anaknya datang ke wilayah

kerja Puskesmas Kecamatan Katasura.

Teknik yang digunakan cluster random sampling dengan

besar sampel 72 ibu dan anak. Hasil penelitian ini membuktikan

bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI berpengaruh pada

tindakan ASI Eksklusif.Persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti adalah variabel dependent penelitian yaitu

hubungan pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif, rancangan

penelitian yaitu Cross Sectional, sedangkan perbedaannya

adalah pada teknik pengambilan sampling dimana pada

penelitian ini menggunakan total sampling sedangkan pada

penelian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik

accidental sampling, lokasi penelitian, populasi dan sampel

penelitiannya.

2. Turoso (2016) yang berjudul “ Hubungan tingkat pengetahuan

dan Pendidikan ibu dengan keberhasilan Pemberian ASI

Ekskulsif”. Penelitian menggunakan Case Control dengan

pendekatan retrospektif. Populasi yang diambil adalah Ibu bayi di

Desa Kelapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas

tahun 2015. Jumlah ibu bayi usia 6 – 12 bulan Januari 2016 yang

ASI Eksklusif sebanyak 96 orang. Teknik sampel yang digunakan

yang adalah total sampling.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu terhadap

keberhasilan pemberianASI Eksklusif. Persamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah variabel


11

independen penelitian yaitu keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif

dan salah satu variabel dependen yaitu pengetahuan ibu tentang

ASI Eksklusif, sampel yaitu ibu yang memiliki bayi usia 6 – 12

bulan, perbedaannya adalah pada teknik pengambilan sampling

dimana pada penelitian ini menggunakan total sampling

sedangkan pada penelian yang akan dilakukan oleh peneliti

menggunakan teknik accidental sampling, metode penelitian

dimana pada penelitian ini penelitian akan menggunakan cross

sectional, lokasi penelitian, jumlah responden, waktu penelitian,

tempat penelitian.

3. Anish sulistyaningrum (2016) yang berjudul “hubungan dukungan

suami terhadap keberhasilan menyusui secara eksklusifdi wilayah

kerja Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

hubungan dukungan suami terhadap keberhasilan menyusui

secara eksklusif. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo. Sampel dalam

penelitian ini yaitu ibu yang memiliki bayi berusia enam bulan dan

tinggal satu rumah dengan suami sebanyak 32 orang. Teknik

sampling yang digunakan dengan menggunakan teknik total

sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Sedangkan

teknik analisa data yang digunakan adalah chi square dengan

menggunakan program SPSS.


12

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara dukungan suami dengan pemberian ASI secara eksklusif di

Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo. Persamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah variabel

independen penelitian yaitu keberhasilan Pemberian ASI

Eksklusif, metode penelitian yaitu cross sectional dan analisa data

sama menggunakan chi squer, sedangkan perbedaannya yaitu

pada variabel dependennya dimana variabel dependen pada

penelitian saat ini adalah pengetahuan ibu, sedangkan pada

penelitian di atas variabel dependennya adalah dukungan suami,

berarti populasi dan sampelnya pun berbeda dengan penelitian

ini, selain itu juga pada teknik pengambilan sampel waktu dan

lokasi penelitian.
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. ASI Eksklusif

a. Definisi Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) adalah istilah cairan putih yang

dihasilkan kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Air

susu ibu adalah susu alami dan formulanya tidak dapat ditiru

dengan sempurna, komposisi air susu sangat cocok dengan

kebutuhan nutrisi bayi baru lahir (Linda, 2019). Menurut

Kementerian Kesehatan, Direktorat Promkes dan

Pemberdayaan Masyarakat, Air susu ibu (ASI) adalah sumber

asupan nustrisi bagi bayi baru lahir, yang mana ASI bersifat

eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0

bulan sampai 6 bulan (Nurahman, 2019)

b. Definisi ASI Eksklusif

Menurut World Health Organization (WHO) ASI Eksklusif

adalah cara pemberian ASI tanpa diiringi pemberian cairan

maupun makanan padat yang dimulai sedini mungkin hingga

bayi berusia 6 bulan kecuali untuk penanganan medis dengan

pemberian obat, suplemen vitamin dan mineral (Rewa, 2019).

ASI Eksklusif diberikan pada bayi sejak lahir sampai umur

enam bulan tanpa menambahkan makanan tambahan lain

kecuali obat dan vitamin.


14

Pemberian ASI Eksklusif dapat memenuhi kebutuhan

gizi bayi serta melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti

diare dan infeksi saluran pernafasan (KEMENKES RI, 2010;

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012). ASI sebaiknya

diberikan sesuai kemauan dari bayi tanpa adanya batasan

waktu maupun frekuensinya (Riskesdas, 2010).

c. Manfaat dan Kebaikan ASI dan menyusui

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan dan sifat

sebagai berikut :

1) ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi,

praktis, ekonomis, mudah untuk dicerna, memiliki komposisi

zat ideal yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

pencernaan bayi.

2) ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan

dengan susu buatan (formula). Di dalam laktosa akan

difermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk

menghambat pertumbuhan bakteriyang bersifat patogen,

merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat

menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis

vitamin, memudakan terjadinya pengendapan calsium-

cassienat, memudahkan penyebaran berbagai jenis mineral

seperti kalsium dan magnesium.

3) ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat

melindungi bayi selama 5 – 6bulan pertama seperti

imunoglobulin, lysozyme, complemen C3 dan C4,

antispilococcus, lactobacillus, bifidus dan lactoferrin.


15

4) ASI tidak mengandung beta – lactoglobulin yang dapat

menyebabkan alergi pada bayi.

Verawati (2012)

5) Menurut UNICEF (2013) seorang anak yang diberikan ASI

memiliki kesempatan untuk bertahan hidup tiga kali lebih

besar dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI

(Rachmania, 2014).

6) ASI sebagai nutrisi terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh,

meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih

sayang. (Satino & Setyorini, 2014).

7) Menurut Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi

Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (2019) ASI

mencegah bayi terserang penyakit dan membantu

perkembangan otak dan fisik bayi (Nurahman, 2019).

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui juga dapat

memberikan keuntungan bagi ibu yaitu :

1) Suatu rasa kebanggan dari ibu bahwa ia dapat memberikan

kehidupan kepada bayinya.

2) Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi

kontak kulit yang erat bagi perkembangan psikis da

emosional antara ibu dan anak.

3) Dengan menyusui rahim ibu akan berkontrasi yang dapat

menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil.

4) Dengan menyusui maka kesuburan ibu akan berkurang.

(Verawati, 2012).
16

5) Mengurangi perdarahan post partum, mengurangi terjadinya

depresi dan menurunkan nyeri setelah melahirkan (Rosyadi,

2016).

6) Menyusui secara Eksklusif dapat menjarangkan kehamilan

karena hormon yang mempertahankan laktasi bekerja

menekan hormon untuk ovulasi sehingga dapat menunda

kembalinya kesuburan.

7) Lebih ekonomis karena ASI tidak perlu dibeli. (Nurliawati,

2010).

8) Ibu yang menyusui dapat mengatasi rasa trauma saat

persalinan sekaligus dengan kehadiran buah hati pertama

kalinya bisa menjadi penyemngat hidup seorang ibu.

9) Ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya juga efektif

mencegah kanker payudara (Nurahman, 2019).

d. Kerugian tidak memberikan ASI

1. Bagi ibu

Ibu yang tidak menyusui beresiko menderita berbagai

penyakit atau masalah kesehatan. Mulai dari diabetes,

obesitas, kelebihan berat badan, kanker payudara, kanker

induk telur, kanker rahim, hipertensi dan penyakit jantung

(Kurnia, 2016).

2. Bagi bayi

Bayi yang kekurangan ASI akan beresiko mengalami

mengalami neonatal hypernatremia atau kehilangan berat

badan secara signifikan dan dehidrasi. Memang tidak semua


17

bayi mengalami hal seperti ittu karena ASI dapat digantikan

dengan sus formula. Namun ternyata susu formula juga

memiliki kelemahan bahkan ada yang mendapatkan efek

buruk dari mengkonsumsi susu formula. Bayi yang tidak

diberikan ASI secara efektif, tetapi susu formula akan lebih

beresiko menderita alergi, asma, obesitas, gangguan

pencernaan, gangguan gigi dan molokulas, anemia

defisiensi besi, hipertensi dan jantung, sindrom mati

mendadak dan IQ rendah (Kurnia, 2016).

e. Komposisi ASI

1. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar

payudara setelah melahirkan (4 – 7 hari) atau cairan tahap

pertama yang dihasilkan selamam masa kehamilan dan

berakhir beberapa hari setelah kelahiran bayi (2 – 4 hari),

bewarna kuning keemasan atau krem dengan volume 150 –

300 ml / hri, serta lebih kental dibandingkan cairan susu

tahap berikutnya.

Manfaat kolostrum :

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan IgA untuk

melindungi bayi dari berbagaipenyakit infeksi terutama

diare.

b) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi,

megandung karbohidrat dan lemak yang rendah,

sehingga sesuia dengan kebutuhan gizi pada hari – hari

pertama kelahiran.
18

c) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi

yang pertma bewarna kehijauan.

(Linda, 2019)

2. Air susu masa peralihan

Merupakan ASI peralihan dari ASI kolostrum sampai yang

mejadi matur. Disekresi dari hari keempat sampai hari

kesepuluh di masa laktasi, ada juga yang menyatakan

minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein makin

rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin

tinggi dan volume akan meningkat (Linda, 2019)

3. ASI matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh sampai

seterusnya. Air susu matur merupakan nutrisi yang terus

berubah sesuai dengan perkembagan bayi sampai berumur

6 bulan. Air susu matur merupakan cairan yang bewarna

putih kekuning – kuningan. Air susu matur ini mengandung

enzim, hormon dan sifat biokimia yang khas yaitu kapasitas

buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus (Riadi, 2012)

Tabel. 2 Kandungan yang terdapat di dalam ASI

ASI
Komposisi
Kolostrom ASI Transisi ASI Matur
Protein (g %) 4,1 1,6 1,2
Lemak (g %) 2,9 2,9 3,7
Laktosa (g %) 3,5 3,5 7
Kalori (kcal/100ml) 57 63 65
Natrium (g %) 48 29 15
Kalium (g %) 74 64 57
Kalsium (g %) 39 46 35
Fosfor (g %) 14 20 15
19

f. Makanan pendamping ASI ( MP – ASI)

Makanan pendamping ASI (MP – ASI) adalah makanan

padat yang mengandung nutrien lengkap yang diberikan

kepada bayi mulai usia 6 bulan disamping ASI Eksklusif untuk

mencapai tumbuh kembang yang optimal (Lestari, Lubis,

Pertiwi, 2014).

Tujuan pemberian MP – ASI untuk menambah energi

dan zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat

memenuhi kebutuhan bayi secara terus – menerus. Makanan

tambahan bayi sebainya memiliki beberapa kriteria antara lain,

memiliki nilai dan kandungan protein yang tinggi, memiliki nilai

suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral

yang cocok dan dapat diterima oleh pencernaan yang baik. MP

– ASI baik terbuat dari bahan makanan segar seperti tempe,

kacang – kacangan, telur ayam, ikan, sayur dan buah – buahan

(Mangkat, Mayulu, Kawengian, 2016).

g. Faktor keberhasilan pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI untuk bayi ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi dalam produksi ASI dan keberhasilan

pemberian ASI secara eksklusif untuk bayi selama enam bulan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi dan

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif yaitu:

1) Makanan Ibu: asupan makanan yang ibu konsumsi sebelum

melahirkan dan pada saat sudah melahirkan terutama pada

saat sedang menyusui memiliki pengaruh dalam produksi

ASI. Nutrisi dan cairan merupakan faktor yang berpengaruh


20

dalam produksi ASI selama pemberian ASI Eksklusif karena

apabila nutrisi dan cairan pada ibu cukup maka akan

menghasilkan produksi ASI yang cukup pula (Nurliawati,

2010). Makanan yang seimbang harus mengandung

komponen seperti:

a) Karbohidrat: makanan yang dapat mengahasilkan

energi, seperti nasi, roti, kentang, dan lain sebagainya.

b) Protein: makanan yang dapat berfungsi sebagai zat

pembangun bagi tubuh dan untuk memperbaiki jaringan

tubuh yang rusak. Contoh makanan berprotein yaitu

daging merah rendah lemak, kacang-kacangan, sayuran.

c) Lemak: makanan yang dapat memberikan tambahan

energi, namun sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan,

seperti yang mengandung santan.

d) Vitamin: buah-buahan, sayuran dapat melindungi tubuh

dari penyakit dan serat dapat melindungi dari sembelit

dan beberapa jenis kanker.

e) Mineral: air putih sangat baik untuk tubuh karena dapat

memperlancar pencernaan.

2) Dukungan Suami atau Keluarga: dukungan dari keluarga

yang rendah akan mengurangi motivasi dari ibu untuk

memberikan ASI Eksklusif (Primasari & Fithri, 2019).

Dukungan dan support dari orang lain atau orang terdekat

sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Semakin

besar dukungan yang di dapat untuk terus menyusui maka


21

akan semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan

untuk terus menyusui. (Patmiari & Garbhani, 2015)

3) Pengetahuan Ibu: karena tidak mempunyai pengetahuan

yang memamdai, ibu tidak mengerti tentang cara menyusui

bayi yang tepat, manfaat ASI, berbagai dampak yang akan

ditemui apabila ibu tidak menyusui bayinya dan lain

sebagainya (Rasyid & Megawati, 2016).

4) Pendidikan : semakin tingginya pendidikan seseorang maka

akan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

(Rachmaniah, 2014).

5) Status Pekekerjaan Ibu: para ibu beralih ke susu formula

karena terhentinya pemberian ASI Eksklusif yang

diakibatkan oleh kesibukan bekerja (Okawary, 2015).

6) Peran Petugas Kesehatan : peran petugas kesehatan sangat

dibutuhkan, maka petugas kesehatan harus mampu

memberikan kondisi yang mempengaruhi perilaku positif

terhadap kesehatan, salah satunya pada ibu – ibu yang

memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (Retnani, 2016)

7) Lingkungan Sekitar: lingkungan dapat menjadi salah satu

faktor yang berpengaruh dalam pemberian ASI Eksklusif.

Lingkungan sekitar seperti sarana ruang menyusui di tempat

umum ataupun tenaga kesehatan seperti bidan, perawat, di

puskesmas yang mendukung ibu dalam pemberian ASI

eksklusif juga memiliki pengaruh yang besar dalam

pemberian ASI eksklusif dibandingkan yang kurang, karena


22

dengan begitu dapat memberikan sebuah dukungan pada

ibu (Ida, 2012).

8) Dukungan Lingkungan Kerja: dukungan lingkungan kerja

terdapat tiga dukungan yang dapat mempengaruhi dalam

pemberian asi eksklusif, yaitu:

a) Fasilitas ruang pojok laktasi

b) Dukungan Kebijakan

Seorang ibu yang melahirkan berhak mendapakan

cuti melahirkan yang dibayar selama tiga bulan sesuai

dengan kebijakan nasional.Ibu yang sedang menyusui

berhak mendapatkan waktu untuk istirahat untuk

menyusui di tempat bekerja. Waktu istirahat yang

diberikan ditempat kerja terutama bagi ibu yang

menyusui ± 1 jam (Retnani, 2016). Dukungan kebijakan

juga terdapat pada kebijakan cuti melahirkan selama

satu setengah bulan sebelum dan sesudah melahirkan,

seperti dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

(Dwi, 2016).

c) Dukungan Pimpinanan Kerja

Dukungan pimpinan kerja merupakan salah satu

dukungan yang sangat dibutuhkan ibu menyusui, karena

dukungan pemimpin pada tempat kerja memegang

peran penting dalam keberhasilan pemberian ASI

eksklusif pada ibu menyusui. Keberhasilan pemberian

ASI eksklusif di tempat kerja dipengaruhi oleh peraturan

yang dibuat oleh seorang pemimpin.


23

Pemimpin harus selalu memberikan motivasi

terhadap karyawannya yang sedang menyusui untuk

selalu memberikan ASI kepada anaknya, pemimpin

harus memberikan arahan terhadap karyawan untuk

selalu mengikuti kelas-kelas prenatal menyusui atau

kelompok ibu menyusui, pemimpin juga harus

menyediakan waktu luang untuk dilakukannya sosialisasi

oleh tenaga medis seperti perawat, dokter atau bidan

untuk memberikan pendidikan kesehatan terkait ASI

Eksklusif selama 6 bulan.

Pemimpin juga harus memberikan tempat pojok

laktasi bagi pekerja, yang didalamnya menyediakan alat-

alat untuk pemberian ASI, contohnya washtafel, lemari

es untuk penyimpanan asi, kursi yang nyaman, pompa

asi dan tirai untuk melindungi privasi ibu (Setyawati,

2013).

h. Faktor penghambat keberhasilan pemberian ASI Eksklusif

Alasan utama ibu tidak konsisten memberikan ASI

adalah ketakutan ibu akan kecukupan ASI yang bisa di

produksi. Secara biologis, selama ibu mengkonsumsi makanan

bergizi, dan selama terdapat rangsangan dari mulut bayi, maka

ASI akan secara otomatis akan terus diproduksi. Namun Ada

pengaruh psikologis ibu pada produksi ASI sehingga ibu

menyusui diupayakan untuk bahagia dan dihindarkan dari emosi

negatif (Sitohang, 2018).


24

Alasan berbeda terjadi pada ibu menyusui yang bekerja.

Sebagian besar ibu menyusui berada pada usia produktif

sehingga banyak ibu menyusui yang bekerja dan tekanan dalam

pekerjaan menjadi penghambat ibu yang bekerja untuk

memberikan ASI secara eksklusif. Tantangan lainnya berasal

dari kurangnya pengetahuan keluarga tentang ASI Eksklusif.

Budaya pemberian makanan tambahan lebih dini biasanya

merupakan anjuran dari orang tua atau mertua.

Anjuran tersebut tidak dapat ditolak karena beberapa

alasan tertentu. Pertama karena kurangnya pengetahuan ibu

tentang pencernaan bayi yang belum dapat menerima makanan

tambahan sebelum 6 bulan. Kedua rasa hormat terhadap orang

yang telah menjadi ibu terlebih dahulu sehingga meski ibu

memiliki pengetahuan tetapi tidak mampu menolak (Sitohang,

2018).

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pengindraan

manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoadmojo, 2014).
25

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan

melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga

terhadap objek tertentupengetahuan merupakan domain yang

penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior

(Donsu, 2017).

Pengertian lain menurut Soekanto (2008), pengetahuan

merupakan pesan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan

kepercayaan (Beliefe), taghayul (Supercitition), dan penerangan

– penerangan yang keliru (Misinformation) (Turoso, 2016).

b. Proses Pengetahuan

Menurut penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmojo

(2014), bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan yakni :

1) Awerenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terleih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus.

3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, orang mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


26

c. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran terhadap pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket/kuisioner yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

respoden dimana kedalaman pengetauan yang ingin diketahui

dapat disesuaikan dengan tingkat pendidikan.

Menurut Ari Kunto (2006) menjelaskan tentang hasil

pengukuran yang diperoleh dari pertanyaan obyektif (pilihan

ganda) sebagai berikut :

1) Baik, jika presentase jawaban : >75%

2) Cukup, Jika presentase jawaban : 60% - 75%

3) Kurang, jika preesntase jawaban : <60%

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseoarang, yaitu :

1) Faktor Internal, meliputi :

(a) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekrja

dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa

akan lebih percaya diri pada orang yang belum cukup

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).


27

(b) Pengetahuan

Pengalaman merupakan guru yang terbaik

(Experience is the best teacher), pepatah tersebut bisa

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman ini merupakan cara untuk

memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab

itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai

upaya untuk memperoleh suatu pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang

dihadapi pada masa lalu (Notoatmojo, 2010)

(c) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak

pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin

kurang pendidikan maka akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai – nilai

yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2011)

(d) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarga

(Menurut Thomas, dalam Nursalam, 2011)

2) Faktor Eksternal, meliputi :

(a) Informasi

Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Parianti

(2010) informasi merupakan fungsi penting untuk

membantu mengurangi rasa cemas. Seseorang yang


28

mendapat informasi akan mempertinggi tingkat

pengetahun suatu hal.

(b) Lingkungan

Menurut Notoatmojo 2014, hasil dari pengalaman dan

hasil observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat)

bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya perilaku

kesehatan, diawali dengan pengalaman – pengalaman

seseorang serta adanya faktor eksternal (Lingkungan

Fisik dan No Fisik).

(c) Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan status

sosial seseorang makan tingkat pengetahuannya

semakin tinggi pula.


29

B. Kerangka Teori

Manfaat ASI bagi bayi :


Keberhasilan - ASI sebagai nutrisi terbaik, meningkatkan
pemberian ASI daya tahan tubuh, meningkatkan
Eksklusif kecerdasan dan meningkatkan jalinan
kasih sayang.
- ASI mencegah bayi terserang penyakit
dan membantu perkembangan otak dan
Faktor Keberhasilan fisik bayi.
Pemberian ASI Manfaat memberikan ASI bagi Ibu :
Eksklusif - Suatu rasa kebanggan dari ibu bahwa ia
dapat memberikan kehidupan kepada
- Pengetahuan Ibu bayinya.
- menyusui rahim ibu akan berkontrasi
- Makanan ibu
yang dapat menyebabkan pengembalian
- Dukungan Suami
rahim keukuran sebelum hamil.
dan keluarga - Dengan menyusui maka kesuburan ibu
- Pendidikan Tingkat akan berkurang.
- Status Pekerjaan Pengetahuan - Mengurangi perdarahan post partum,
Ibu
- Baik mengurangi terjadinya depresi dan
- Peran Petugas
- Cukup menurunkan nyeri setelah melahirkan.
Kesehatan
- Kurang - Ibu yang memberikan ASI eksklusif pada
- Lingkungan Sekitar bayinya juga efektif mencegah kanker
- Dukungan payudara.
lingkungan kerja

Faktor yang
mempengaruhi
pengatahuan :
1. Faktor Internal
- Umur
- Pengetahuan
- Pendidikan
- pekerjaan
2. Faktor Ekskternal
- Informasi
- Lingkungan
- Sosial budaya

Sumber : (Nurahman, 2019, Rasyid & Megawati, 2016, Patmiari &


Barbani, 2017, Nursalam, 2011)

Gambar. 1
30

C. Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen

Pengetahuan ibu
tentang ASI Keberhasilan Pemberian ASI
Eksklusif Eksklusif
- Baik
- Kurang

Variabel Pengganggu
Faktor Keberhasilan Pemberian
ASI Eksklusif
- Makanan ibu
- Dukungan Suami dan
keluarga
- Pendidikan
- Status Pekerjaan Ibu
- Peran Petugas Kesehatan
- Lingkungan Sekitar
- Dukungan lingkungan kerja

Keterangan :

: tidak diteliti : diteliti

Gambar 2
31

D. Hipotesis

Ha : Ada Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Keberhasilan

Pemberian ASI Eksklusif.

H0 :Tidak ada Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan

Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan studi korelasi yaitu penelitian atau penelaahan

hubungan antara dua variabel pada suatu situasional subyek. Hal ini

dilakukan untuk melihat hubungan hubungan variabel satu dengan

variabel yang lain (Notoatmojo, 2012). Rancangan penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian

yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan

pada suatu saat (sekali waktu) (Nursalam, 2011).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020 (Jadwal

Terlampir).

2. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Depok III

(Padukuhan Nologten, Ambarukmo dan Janti) Kabupaten Sleman.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Dimana populasi pada penelitian

32
33

ini adalah seluruhibu yang memiliki bayi usia 6 – 12 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Depok III (Padukuhan Nologaten

Ambarukmo dan Janti) Kabupaten Sleman pada bulan Agustus

adalah 67 ibu.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Teknik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling

yaitu pengambilan kasus atau responden secara kebetulan ada

atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian

(Notoatmojo, 2014).

Besarnya sampel dihitung menggunakanrumus slovin

dengan signifikansi 0,05.

N
n= 2
1+ N (d)

67
n= 2
1+67 (0,05)

67
n=
1+0,265

67
n=
1,265

n=52,9

Dibulatkan menjadi 53.


34

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu yang memiliki bayi usia 6 – 12 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Depok III, kabupaten Sleman yang ditemui pada

saat posyandu.

2) Ibu yang memiliki bayi usia 6 – 12 bulandi wilayah kerja

Puskesmas Depok III, kabupaten Sleman yang di kunjungi

di rumah.

3) Bersedia menjadi responden penelitian sampai waktu yang

ditentukan.

b. Kriteria eksklusi

1) Mengalami gangguan jiwa

2) Responden tidak ada di tempat saat di lakukan penelitian

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari

(Kerlinger, 1973).

Variabel adalah suatu konsep dari berbagai level abstrak yang

didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran atau

manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2017).

1. Variabel Independen

Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017). Variabel


35

independen dari penelitian ini adalah keberhasilan pemberian

ASI Eksklusif.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas (Sugiyono,2017). Variabel dependen dari penelitian ini

adalah Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif.

E. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1 2 3 4 5
Pengetahua Kemampuan ibu Kuisioner Kategori Ordinal
n Ibu untuk menjawab tertutup tingkat
tentang Asi pertanyaan dengan 23 pengetahua
Eksklusif tentang ASI buah n:
Eksklusif pernyataa Baik :>75%
n (≥17)
Kurang:<60
%
(≤16)
Keberhasila Keberhasilan Diukur 1. Tidak Nominal
n pemberian pemberian ASI dengan berhasil
Asi Eksklusif saja kepada bayi mengisi 2. Berhasil
selama 6 bulan pertayaan
tanpa diberi terbuka
makanan/minuma pada
n tambahan kuesioner
36

F. Alat penelitian

Dalam penelitian ini, aspek yang diteliti yakni hubungan

pengetahuan ibu dengan keberhasilan pemberian ASI Ekslusif di

wilayah kerja Puskesmas Depok III. Jenis alat penelitian

menggunakan kuesioner berupa pertanyaan dilakukan untuk

mengetahui hasil dari dua variabel penelitian pengetahuan ibu tentang

Asi Eksklusif dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Depok III.

1. Kuisioner ibu tentang pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di ukur

menggunakan 23 peryantaan yang terdiri dari 10 item pernyataan

Favourable (Positif) dan 13 pernyataan Unfavourable (negatif)dan

untuk item pernyataan Favourable yaitu Benar = 1 dan Salah = 0

sedangkan untuk pernyataan unfavourable yaitu Benar = 0 salah

=1. Kuisioner telah dilakukan uji validitas dan reliabiltas.


37

Tabel 3. Kisi – kisi kuisioner tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

Eksklusif

No Item
Jumla
Variabel Indikator Unfavourabl
Favourable h
e
Tingkat Pengertian
1. 1, 2 2
ASI
Penegtahua
Manfaat
n ibu 2. 3 1
ASI
tentang ASI 3. Kolostrum 5 4 2
Pengertian
Eksklusif 4. ASI 6 7,8, 9 4
dan Eksklusif
Manfaat
Keberhasila
5. ASI 10 11, 12 3
n pemberian Eksklusif
Pengertian
ASI Ekslusif 6. 14 13 2
MP-ASI
Manfaat MP
7. 16 1
– ASI
Jenis MP –
8. 19 17, 22 3
ASI
Syarat MP
9. 15 20 2
– ASI
Jadwal
10
Pemberian 23, 18, 21 3
.
MP – ASI
Total 10 13 23

2. Kuisioner Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif

Alat yang digunakan adalah kuisioner berupa pertanyaan terbuka

yang telah tersedia pilihan jawabannya.

G. Uji kesahihan dan keandalan

Kuisioner yang digunakan peneliti untuk variabel tingkat

pengetahuan ibu dan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif yaitu

kuisioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari peneliti penelitian Rewa


38

(2019) tentang “Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif”.

1. Uji Kesahihan atau Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat –

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,

2013). Ketentuan yang digunakan untuk uji sahih tidaknya sebuah

pertanyaan yakni nilai r hitung > nilai r tabel, dengan nilai r tabel

0,422 maka butir pertanyaan sahih dan jika r hitung < nilai r tabel

maka butir pertanyaan tidak sahih atau gugur.

Uji validitas dilakukan terhadap instrumen (kuesioner)

tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan 27 item

pernyataan dan 2 pertanyaan terbuka tentang keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif. Data akan di olah dengan menggunakan

korelasi product moment pearson, dengan rumus :

r n ( ∑ XY ) −( ∑ X ) .(∑ Y )
xy= ¿
√ ¿¿¿

Keterangan :

r XY = Koefisien korelasi suatu butir (item)

∑ x = Skor untuk semua pertanyaan

∑Y = Jumlah skor total

n = Jumlah responden

∑ XY = Jumlah skor hasil kali skor item dengan skor total

Uji Validitas telah dilaksanakan di Padukuhan

Tambakbayan pada tanggal 16 Oktober 2020 dengan jumlah


39

responden 20 orang. Berdasarkan hasil pengujian kuesioner

Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dari 27 item pertanyaan

didapatkan 23 item pertanyaan valid nilai r ≥ 0,422 dan 4 item

pertanyaan tidak valid. Maka item pertanyaan yang tidak valid

digugurkan dalam alat penelitian, karena terdapat pertanyaan

yang sudah mewakili.

2. Uji Keandalan atau reliabilitas

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan rumus alpha cronbach. Berdasarkan rumus alfa

cronbach, item pertanyaan dikatakan reliabel apabila nilai alfa

cronbach > 0,60.

Rumus Alpha Cronbach :

r
i=
k
k−1
{ }
∑ S 2t
2
St

Keterangan :

k = Mean kuadrat antara subjek

∑ S 2t = Jumlah skor item

2
St = Jumlah skor total (item)

Uji keandalan atau reliabilitas telah dilakukan pada tanggal

16 oktober 2020 di Padukuhan Tambakbayan Kecamatan

Caturtunggal wilayah kerja Puskesmas Depok III, dengan jumlah

responden 20 orang yang mempunyai karakteristik sama dengan

responden dan letak geografis yang sama dengan penelitian yang


40

akan di teliti. Uji keandalan dengan menggunakan komputer, pada

kuisioner pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif didapatkan 23

pertanyaan yang dinyatakan handal dengan nilai alfa cronbach =

0,917 dari nilai r hitung = 0,60. Berdasarkan hasil uji statistik

makan kuisioner Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif yang

telah digunakan dalam penelitian ini dinyatakan handal.

H. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmojo (2014), langkah-langkah pengolahan data

adalah agar analisa penelitian menghasilkan informasi yang benar

maka pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :

a. Editing

Memeriksa nama dan kelengkapan identitas pengisian dan

jawaban pengisian kuesioner, seluruh item sudah terjawab, lalu

peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kesalahan

pada pengisian kuesioner oleh responden. Bila ditemukan

kesalahan atau belum lengkap, peneliti segera melakukan

tanya ulang kepada responden yang mengisi kuesioner

tersebut.

b. Coding

Pemberian kode pada masing-masing kategori untuk

mempermudah pengolahan data, penelitian ini mengumpulkan

data dari pengisian kuesioner tersebut. Kegunaan coding ini

adalah mempermudah saat analisa data.


41

c. Scoring

Setelah melakukan pengkodean kemudian dilakukan

pemberian nilai sesuai skor yang telah di tentukan.

d. Tabulating

Mengelompokan data atas jawaban yang diteliti dan teratur,

disusun dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan persentase.

e. Entry Data

Entry data merupakan proses pemasukan data jawaban dari

responden ke dalam komputer. Data yang dioleh berbentuk

deskriptif dan tabel.

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui

karakteristik dari subjek penelitian (Notoatmodjo,2012). Analisa

ini dilakukan untuk melihat proporsi semua variable yaitu umur

ibu, umur bayi, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan pada

masing-masing responden, tingkat pengetahuan ibu tentang

ASI Eksklusif dan keberhasilan memberikan ASI Eksklusif.

Hasil analisis univariat berupa distribusi frekuensi dari setiap

variabel. Selanjutnya hasil analisis univariat ditampilkan dalam

bentuk tabel.

b. Analisis Bivariat
42

Analisa ini dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga

mempunyai hubungan (Notoatmodjo,2012). Analisa data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Chi square yang

dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu

dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan :

a. Mengajukan topik dan judul penelitiankepada Ketua Prodi studi

Ilmu Keperawatan.

b. Setelah disetujui judul penelitian kemudian mengajukan surat

kepada pembimbing utama dan pembimbing pendamping.

c. Peneliti mengurus surat ijin penelitian dari kampus Stikes Wira

Husada Yogyakarta kepada Dinas Kesehatan Sleman untuk

dikeluarkan surat ijin penelitian di Puskesmas Depok III.

d. Peneliti melakukan studi literatur untuk mendapatkan acuan

penelitian dalam menyusun usulan penelitian dan konsultasi

dengan pembimbing untuk mendapatkan masukan-masukan

dalam penyusunan usulan penelitian sehingga dapat di

seminarkan dan dilakukan perbaikan sesuai saran.

e. Menyusun proposal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan
43

a. Setelah dinyatakan lulus ujian proposal kemuadian mengurus

surat izin penelitian dan kelayakan etik.

b. Setelah surat kelayakan etik keluar, kemuadia mulai mengurus

surat pemberitahuan penelitian kepada kepala Puskesmas

Depok III. Surat penelitian dan kelayakan etik di antar ke Dinas

Kesehatan Kabupaten Sleman untuk diambil surat pengantar

untuk di antar ke Puskemas Depok III.

c. Setelah surat izin penelitian dari Kepala Puskesmas Depok III

keluar, kemudian mulai melakukan pengambilan data.

d. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dan di bantu oleh

asisten yaitu ketua kader posyandu yang sudah diajarkan

tentang cara pengisian kuisioner dan sudah mampu serta

mengerti tentang cara pengisian kuiosioner serta tahap sebelum

pelaksanaan pengisian kuisioner oleh responden. Tugas dari

asisten yaitu membantu peneliti untuk memberikan kuisioner

kepada responden.

e. Tanggal 14 Desember 2020 peneliti mendatangi posyandu Janti

Timur, peneliti menunggu responden di posyandu. Responden

yang sesuai dengan kriteria penelitian diberikan kuisioner,

sebelum mengisi kuisioner peneliti mengenalkan diri dan

menjelaskan maksud dan tujuan. Setelah itu peneliti meminta

persetujuan kepada responden dengan menandatangi format

informed concent, kemudian peneliti menjelaskan tentang cara

pengisian kuisioner. Setelah kuesioner diisi peneliti meminta

kembali kuesioner.
44

f. Tanggal 16 Desember 2020 dan 19 Desember 2020,

pengambilan dilakukan di Padukuhan Nologaten dan

Ambarukmo. Pengambilan data dan pembagian kuisioner

dilakukan oleh ketua kader Posyandu Nologaten. Pelaksaan

dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan posyandu

Nologaten yang dilakukan secara door to door.

g. Tanggal 23 Desember 2020 pengambilan data dilakukan di

Posyandu Janti Barat. Pengambilan data dilakukan secara door

to door bersama kader di Posyandu.

h. Tanggal 27 Desember 2020 peneliti mengambil kuisioner di

kader posyandu Nologaten dan posyandu Ambarukmo.

i. Setelah kuisioner selesai diisi, kuisioner dikumpulkan untuk

dilakukan pengecekan kembali, setelah dicek kembali kuisioner

terisi secara lengkap.

3. Tahap Penyelesaian

Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data

dengan langkah-langkah, yaitu: editing (memeriksa kembali

kuesioner yang telah diisi), coding ( memberikan kode pada

jawaban kuesioner yang telah diisi), skoring (memberikan skor

pada tiap item pertanyaan) dan tabulasi (melakukan

pengelompokan atau penyusunan data dalam tabel) dan diolah

menggunakan computer. Melakukan analisa univariat dan bivariat.


45

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa

rekomendasi dari institusinya untuk pihak lain dengan cara

mengajukan permohonan izin penelitian kepada institusi/lembaga

tempat penelitian. Nomor EC : 266/KEPK/STIKES-WHY/XI/2020.

Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya peneliti dapat

melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang

meliputi :

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti. Responden harus memenuhi kriteria inklusi. Lembar

informed concent harus dilengkapi dengan judul penelitian dan

manfaat penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh

memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
46

K. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Terlampir.

Anda mungkin juga menyukai