Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cakupan K4 adalah pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4
kali, yaitu minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua
dan 2 kali pada triwulan ketiga. Hal itu merupakan upaya yang dilakukan
Pemerintah untuk mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi adalah
melalui peningkatan pengetahuan dan perubahan prilaku ibu dan keluarga.
Dalam peningkatan pengetahuan dan prilaku ini diharapkan dapat meningkat
pula kesadaran terhadap pentingnya kesehatan selama masa kehamilan
(Depkes RI, 2010 dalam Prasetyo, 2014).
Pada masa kehamilan dapat dilakukan Antenatal Care (ANC) yang
merupakan salah satu faktor penunjang untuk menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). ANC yang baik dan sedini
mungkin akan mencegah kematian ibu dan bayi serta dapat meningkatkan
kualitas ibu hamil. Angka kematian dan komplikasi dalam kehamilan dapat
dikurangi dengan ANC secara teratur yang bermanfaat untuk memonitor
kesehatan ibu hamil dan bayinya (Manuaba, 2001 dalam Adri, 2008).
Pelayanan ANC terintegrasi dengan Program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA). Salah satu indikator yang paling penting untuk menilai keberhasilan
pelayanan ANC dan Program KIA adalah cakupan Kunjungan K4. Kunjungan
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan
(Saifuddin, 2002).
Kebanyakan perempuan hamil (72%) di Indonesia melakukan
kunjungan pertama, tetapi putus sebelum empat kunjungan yang
direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan. Kurang lebih 16%
perempuan (25% dari perdesaan dan 8% perempuan perkotaan) tidak pernah

1
2

mendapatkan pelayanan antenatal selama kehamilan terakhir mereka (Unicef,


2012).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 830 perempuan
meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran.
Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Rasio
kematian maternal di negara-negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239
per 100.000 kelahiran hidup berbanding 12 per 100.000 kelahiran hidup di
Negara maju. Pada akhir tahun 2015, kira-kira 303.000 wanita meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sementara itu, 2,7 juta bayi
meninggal selama 28 hari pertama kehidupan dan 2,6 juta bayi yang lahir
mati. Hampir semua kematian tersebut terjadi karena hal yang dapat dicegah
(WHO, 2016).
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) pada
Profil kesehatan Indonesia tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 100.000
kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya berakhir dengan kematian sang
ibu. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut – 305/100.000 kelahiran
hidup – mendorong pemerintah untuk melakukan intervensi struktural; salah
satunya adalah dengan mencantumkan target penurunan AKI ke dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019.
Dalam RPJMN 2014-2019, pemerintah menargetkan penurunan AKI dari
205/100.000 kelahiran menjadi 276/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2016).
Program pembangunan kesehatan di Indonesia sekarang ini masih di
prioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, terutama
pada kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin serta
bayi pada masa perinatal. Hal tersebut di tandai dengan tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Kemenkes RI, 2015).
Pada tahun 2014 tercatat cakupan K1 di Indonesia adalah 94,99%,
sedangkan untuk cakupan K4 adalah 86,70%. Untuk cakupan K4, terlihat
masih belum mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan untuk cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 yaitu 95% dan
3

hanya ada dua provinsi yang mencapai target yaitu Sulawesi Utara dan DKI
Jakarta (Kemenkes RI, 2015). Pada tahun 2015, cakupan pelayanan kesehatan
ibu hamil K1 yaitu 95,75% dan cakupan K4 yaitu 87,48%. Angka tersebut
telah memenuhi target Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan
tahun 2015 untuk cakupan K4 sebesar 72%. Namun, target ini lebih rendah
dari target Renstra di tahun 2014 yakni 95%. Akan tetapi, meskipun target
Renstra diturunkan masih terdapat lima provinsi yang belum mencapai target
tersebut yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan
Sulawesi Tengah (Kemenkes RI, 2016).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan
kunjungan pemeriksaan K4 ibu hamil di fasilitas pelayanan kesehatan seperti
usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, dukungan keluarga dan
jangkauan ke tempat pelayanan kesehatan (Rohan, 2013).
Berdasarkan hasil dari penelitian Nita (2017) tentang faktor-faktor yang
berhubungan kunjungan antenatal care (ANC) di Puskesmas Mergangsan
Yogyakarta bahwa variable pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, paritas,
pekerjaan, pendapatan, sumber informasi, dukungan petugas kesehatan,
dukungan keluarga, dan dukungan tokoh masyarakat memiliki hubungan
dengan frekuensi kunjungan antenatal care (ANC) di Puskesmas Mergansan.
Berbeda dengan penelitian Diah Nur Awaliyah (2018) menunjukan
bahwa 61,1% responden melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan
lengkap, 74,1% responden memiliki usia tidak berisiko, 46,3% responden
yang memiliki pendidikan rendah, 83,3% responden tidak bekerja, 66,7%
responden tidak memiliki kepercayaan tentang kehamilan. Hasil yang
menunjukan bahwa adanya hubungan dengan cakupan kunjungan pemeriksaan
kehamilan adalah tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga Sedangkan
pendidikan, kepercayaan, keterjangkauan fasilitas kesehatan, dan dukungan
petugas kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan cakupan
kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan, diperoleh data kunjungan ibu
hamil di Puskesmas Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2018 yang tertinggi
4

kunjungan pemeriksaan kehamilannya yaitu 96,1% pada K1 dan 103% pada


K4 ditempati oleh Puskesmas Lubuk Kandis Kec. Batang Cinaku. Sedangkan
pemeriksaan kehamilan terendah yaitu di Puskesmas Sencano Jaya dengan
persentasi kunjungan K1 44,5% dan kunjungan K4 47,3%.

Tabel 1
Angka Kunjungan Ibu Hamil di 20 Puskesmas Kabupaten Indragiri Hulu
Tahun 2018
Ibu Hamil
No Puskesmas K1 K4
Jumlah
Jumlah % Jumlah %
1 Kuala Cenaku 334 317 94,9 303 90,7
2 Sipayung 602 523 86,9 512 85,0
3 Kambesko 666 493 74,0 436 65,5
4 Pekan Heran 1134 858 75,7 728 64,2
Pangkalan Kasai 1465 1218 83,1 1136 77,5
5 Seberida 826 711 86,1 665 80,5
6 Kilan 470 413 87,9 387 82,3
7 Lubuk Kandis 355 341 96,1 356 100,3
8 Lirik 666 555 83,3 566 85,0
9 Air Molek 893 640 71,7 555 62,2
10 Sei Lala 236 225 95,5 229 97,0
11 Sei Parit 126 104 81,3 113 88,3
12 Kulim Jaya 539 408 75,7 328 60,9
13 Polak Pisang 616 393 63,8 387 62,8
14 Rakit Kulim 601 318 52,9 272 45,3
15 Peranap 799 697 87,2 680 85,1
16 Batang Peranap 115 84 73,0 91 79,1
17 Sencano Jaya 146 65 44,5 69 47,3
KAB. INHU 10.591 8.364 79,0 7.813 73,8
5

Setelah dilakukan wawancara singkat terhadap 10 orang ibu hamil di


Puskesmas Sencano Jaya pada 8 November 2019, diketahui bahwa hanya 2
orang diantaranya yang rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga
kesehatan, 3 orang mengaku hanya memeriksakan kehamilan di trimester awal
saja, dan 5 orang lainnya hanya di trimester kedua saja dan mereka
mengatakan akan datang kembali jika ada keluhan yang serius saja karena
beranggapan bahwa keluhan pada saat hamil itu adalah wajar dan akan
sembuh dengan sendirinya. Diketahui pula hanya 4 orang diantara 10 ibu
tersebut yang mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara
rutin di pelayanan kesahatan agar dapat mendeteksi secara dini gejala bahaya
apa saja yang dapat dialami selama masa kehamilan. Ibu juga mengatakan
bahwa keluarga yang juga tidak mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan secara rutin itu membuat ibu kurang termotivasi untuk
memeriksaan kehamilannya. Dan hal lain yang membuat ibu enggan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin yaitu karena 7 diantara 10
orang ibu tersebut memiliki pekerjaan sehingga ibu tidak memiliki banyak
waktu luang dan memeriksaan kehamilan secara rutin dianggap menyita waktu
bekerja mereka.
Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan K4 Ibu Hamil
Di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap Kabupaten Indragiri
Hulu tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah
Rendahnya cakupan kunjungan K4 pada ibu hamil merupakan
permasalahan yang sangat penting bagi suatu negara dikarenakan akan
sulitnya terdeteksi penyulit selama masa kehamilan dan yang akan
mempengaruhi angka kematian ibu dan bayi di negara tersebut. Kunjungan K4
adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan yaitu
minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali
6

pada triwulan ketiga. Hal itu merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah
untuk memperepat penurunan kematian ibu dan bayi adalah melalui
peningkatan pengetahuan dan perubahan prilaku ibu dan keluarga.
Rendahnya cakupan kunjungan K4 biasanya dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu serta
ada atau tidaknya dukungan dari keluarga terhadap ibu dalam memeriksakan
kehamilannya kepada tenaga kesehatan. berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesmas di Kabupaten Indragiri Hulu, diketahui bahwa kunjungan
pemeriskaan K4 di Puskesmas Sencano Jaya adalah yang terendah
persantasenya yaitu hanya 47,3%. Oleh karena itu dapat dirumuskan
permasalahan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kunjungan K4 Ibu Hamil Di Puskesmas Sencano Jaya
Kecamatan Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.”

C. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah ada hubungan faktor pendidikan ibu terhadap kunjungan
pemeriksaan kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
2. Apakah ada hubungan faktor pekerjaan ibu terhadap kunjungan
pemeriksaan kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
3. Apakah ada hubungan faktor pengetahuan ibu terhadap kunjungan
pemeriksaan kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
4. Apakah ada hubungan faktor sikap ibu terhadap kunjungan pemeriksaan
kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
5. Apakah ada hubungan faktor dukungan keluarga terhadap kunjungan
pemeriksaan kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
7

6. Apakah ada hubungan faktor paritas terhadap kunjungan pemeriksaan


kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
cakupan K4 pada ibu hamil di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kunjungan
pemeriksaan kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
b. Diketahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan kunjungan
pemeriksaan kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
c. Diketahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan
pemeriksaan kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
d. Diketahui hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
e. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan
pemeriksaan kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
f. Diketahui hubungan antara paritas terhadap kunjungan pemeriksaan
kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
8

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Sebagai tambahan informasi bagi puskesmas mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi cakupan K4 pada ibu hamil di Puskesmas Sencano
Jaya Kecamatan Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
2. Bagi STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Sebagai khasanah penelitian dan menambah refrensi bagi peneliti
selanjutnya yang akan meneliti tentang cakupan kunjungan K4.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan merupakan pengalaman yang sangat
berharga dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat serta mendapatkan
wawasan dalam melakukan penelitian dibidang kesehatan.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi cakupan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang
Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019. Sasaran pada penelitian ini
adalah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan yang terdata di
Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap Kabupaten Indragiri
Hulu tahun 2019. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah analitik kuantitatif dengan desain cross
sectional, menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Penelitian
akan dilakukan pada Desember 2019.
9

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Antenatal Care
1. Pengertian Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan pada ibu hamil yang
dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat agar ibu dan janin sehat secara
optimal sejak kehamilan sampai pada masa nifas (Manuaba, 2008 ).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai
risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). (Kemenkes RI, 2010 dalam
Mulyanto, 2015).
Menurut Farrer (2001) pemeriksaan antenatal meliputi pengawasan
yang dilakukan selama kehamilan untuk mengetahui apakah
kehamilannya berjalan normal, deteksi dini penanganan setiap komplikasi
yang timbul dan juga sebagai usaha untuk mengantisipasi masalah yang
timbul selama kehamilan, persalinan dan periode masa nifas, serta
penyuluhan mengenai kehamilan, perawatan bayi dan dukungan terhadap
masalah sosial dan psikologis.

2. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan Antenatal


Masa antenatal mencakup waktu kehamilan mulai hari pertama haid
yang terakhir (HPHT) atau Last Menstruation Period (LMS) sampai
permulaan dari persalinan yang sebenarnya, yaitu 280 hari, 40 Minggu, 9
bulan 7 hari. Untuk menerima manfaat pelayanan antenatal wanita hamil
10

dapat memanfaatkan kunjungan kehamilan/ antenatal care (Umi, 2010


dalam Mulyanto 2015).
Standar pelayanan kebidanan dalam penerapannya terdiri dari 10 ”T”
yaitu 1) timbang berat badan (BB) dan ukur tinggi badan (TB). 2)
mengukur tekanan darah dilakukan setiap kali ibu hamil melakukan
pemeriksaan antenatal., 3) nilai status gizi, 4) ukur tinggi fundus uteri, 5)
tentukan letak janin dan menghitung denyut jantung janin (DJJ), 6)
tentukan status imunisasi tetanus, 7) beri tablet tambah darah (tablet besi),
8) pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus), 9)
tatalaksana/penanganan kasus, apabila ditemukan adanya kelainan maka
harus mendapatkan penatalaksanaan sesuai dengan standar, 10) temu
wicara atau konseling dilakukan pada ibu hamil setiap melakukan
pemeriksaan kehamilan (Kemenkes RI, 2015).
Ibu hamil paling sedikitnya melakukan kunjungan kehamilan
sebanyak empat kali kunjungan selama periode antenatal yaitu : satu kali
kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 Minggu), satu kali
kunjungan selama trimester kedua (antara Minggu 14-28 Minggu), dua
kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan sesudah Minggu
ke 36). Selain itu jika ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya, atau
jika merasa khawatir sewaktu-waktu maka dapat melakukan kunjungan
diluar jadwal yang ada (Satrianegara, 2009 dalam Mulyanto, 2015).
Pemeriksaan kehamilan akan lebih baik dilakukan sedini mungkin
atau segera setelah ada tanda-tanda kehamilan. Berdasarkan peraturan
menteri kesehatan tahun 2014 menetapkan kunjungan kehamilan
dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yang dilakukan minimal 1
kali pada trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu), 1 kali
pada trimester ke 2 (usia kehamilan antara 14 sampai 28 minggu) dan 2
kali pada trimester 3 (usia kehamilan 28 sampai 40 minggu). Pemeriksaan
kehamilan dapat dilakukan diluar standar yang telah ditentukan bila
ditemukan kelainan/penyulit atau komplikasi pada masa kehamilan
(Kemenkes, 2015).
11

3. Tujuan Pemeriksaan Antenatal


Pelayanan antenatal atau pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk
memenuhi setiap hak ibu hamil agar mendapatkan pelayanan pemeriksaan
kehamilan yang sesuai standar dan berkualitas, sehingga kehamilan ibu
berjalan sehat, melahirkan dengan aman dan selamat serta melahirkan
bayi dengan aman, sehat dan berkualitas (Kemenkes, 2015).
Tujuan dari pemeriksaan antenatal adalah :
a. Memonitor perkembangan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
di dalam rahim
b. Meningkatkan kondisi ibu secara fisik dan psikososial untuk
kesehatan janin yang optimal
c. Deteksi dini adanya penyulit atau komplikasi yang terjadi dimasa
kehamilan
d. Mempersiapkan ibu hamil agar kehamilannya cukup bulan atau aterm
serta persalinan yang aman
e. Mempersiapkan ibu agar kondisi fisik dan psikologisnya berjalan
normal serta merencanakan ASI eksklusif pada masa nifas
f. Menyiapkan tumbuh kembang yang optimal untuk janin dengan
membantu ibu dan keluarga agar mempersiakan persalinan yang aman
dan sehat
g. Mengurangi bayi lahir kurang bulan, kematian janin dalam rahim dan
kematian bayi usia 0-28 hari
h. Menyiapkan keadaan kesehatan bayi yang optimal (Kemenkes, 2007).

4. Upaya Peningkatan Cakupan K4


Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan K4 adalah
meningkatkan pelayanan ANC terpadu kepada wilayah provinsi dengan
kematian ibu yang masih tinggi, melakukan evaluasi pelayanan PMTCT
pada daerah dengan kasus HIV yang tinggi, meningkatkan dan
mengembangkan program kelas ibu hamil pada daerah yang memiliki
12

cakupan K4 yang masih di bawah standar, meningkatkan pelayanan ANC


terpadu dan kelas ibu hamil melalui peningkatan koordinasi dan
kerjasama baik dengan lintas sektoral dan lintas program, meningkatkan
kerjasama dengan organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat
untuk penyediaan fasilitas, advokasi, supervisi dan bimbingan teknis ke
daerah tentang peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan antenatal
(Kemenkes RI, 2013).
Berbagai upaya yang telah dilaksanakan kementerian kesehatan
untuk meningkatkan cakupan K4 melalui pelaksanaan program dan
kegiatan guna meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil yang berkualitas dilakukan hingga kepada masyarakat di pelosok
desa, termasuk didalamnya adalah meningkatkan cakupan kunjungan ibu
hamil agar sesuai dengan standar waktu kunjungan yang telah ditetapkan
(Kemenkes RI, 2013).
Pengembangan kelas ibu hamil merupakan salah satu upaya
meningkatkan cakupan K4. Kelas ibu hamil juga dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga karena dengan kelas ibu
hamil maka akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan keluarga
tentang kesehatan ibu hamil yang dapat berdampak kepada sikap dan
perilaku ibu hamil untuk memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan
khususnya dalam memeriksakan kehamilan. Pemanfaatan bantuan
oprasional kesehatan (BOK) di luar gedung seperti pendataan, pelayanan
di posyandu, sweeping kasus DO dan menjalin kemitraan dengan dukun.
Faktor pendukung keberhasilan K4 adalah adanya pengenalan ANC
terpadu kepada petugas kesehatan di puskesmas, peningkatan sarana dan
prasana pelayanan ANC terpadu, surveilans melalui pemantauan wilayah
setempat (Kemenkes RI, 2013).
13

5. Indikator Akses Pemeriksaan Antenatal


a. Kunjungan Trimester 1
Kunjungan pertama merupakan kunjungan ibu hamil pertama kali
dengan usia kehamilan 1-12 minggu ke tenaga kesehatan untuk
melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
dengan kunjungan minimal satu kali pada trimester satu (Kemenkes
RI, 2015).
Kunjungan Trimester 1 pada kehamilan dilakukan sebelum
Minggu ke 14. Kegiatan yang akan dilakukan (Satrianegara, 2009
dalam Mulyanto, 2015) :
1) Membina hubungan agar dapat saling percaya antara bidan dan
ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah yang dapat terjadi dan cara mengatasinya.
3) Memberitahu hasil pemeriksaan dan usia kehamilan.
4) Mengajarkan ibu cara mengatasi ketidaknyamanan.
5) Mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat (cara hidup
sehat bagi wanita hamil, nutrisi dan mengantisipasi tanda-tanda
bahaya kehamilan).
6) Menimbang BB, mengukur TB, serta memberi imunisasi Tetanus
Toksoid dan tablet besi.
7) Mulai menrencanakan tentang persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi kegawat daruratan.
8) Menjadwalkan untuk kunjungan pemeriksaan berikutnya.
9) Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan.
b. Kunjungan Trimester 2
Kunjungan Trimester 2 pada kehamilan dilakukan sebelum
Minggu ke-28. Kegiatan yang dapat dilakukan sama seperti kunjungan
trimester 1, ditambah menentukan tinggi fundus, kewaspadaan khusus
mengenai pre-eklamsi (tanya ibu tentang gejala-gejala pre-eklamsi,
pantau tekanan darah, evaluasi edema dan periksa urine untuk
mengetahui proteinuria) (Satrianegara, 2009 dalam Mulyanto, 2015).
14

c. Kunjungan Trimester 3
Kunjungan Trimester 3 pada kehamilan dilakukan 2 kali yaitu
antara Minggu 28-36. Kegiatan yang dapat dilakukan sama seperti
pada hamil Minggu 14-28, ditambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Setelah 36 Minggu,
kegiatan yang dapat dilakukan sama seperti setelah 36 Minggu,
ditambah deteksi letak janin dan kondisi lain serta kontraindikasi
untuk bersalin diluar RS (Satrianegara, 2009 dalam Mulyanto, 2015).

6. Pemantauan Cakupan Kunjungan K4


Kunjungan K4 adalah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan
pemeriksaan kehamilan dari tenaga kesehatan sesuai standar pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil dan distribusi waktu yang telah ditentukan yaitu
1 kali pada terimester satu, 1 kali pada trimester 2, dan 2 kali pada
trimester 3. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan
dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini
termasuk dalam K4 (Kemenkes RI, 2010 dalam Mulyanto, 2015).
Pentingnya kunjungan K4 adalah deteksi dini risiko tinggi pada masa
kehamilan terutama trimester ketiga, penentuan letak janin di dalam
rahim, ibu hamil dapat melakukan perencanaan kehamilan dan
persalinannya dengan baik serta memantapkan keputusan ibu hamil dan
keluarganya untuk melahirkan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan. Selain menjadi indikator kinerja kegiatan (IKK) direktorat bina
kesehatan ibu, indikator cakupan K4 juga merupakan suatu program
dalam upaya menurunkan angka kematian ibu sebagaimana yang
tercantum dalam MDGs. Beberapa penyebab belum tercapainya K4 yaitu
masih ada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pertama kali tidak
pada trimester pertama, sehingga syarat frekuensi minimal untuk
mencapai kunjungan antenatal lengkap sesuai standar tidak tercapai,
belum optimalnya pendataan ibu hamil dan penentuan sasaran ibu hamil
yang digunakan, sistem pencatatan dan pelaporan yang belum optimal
15

sehingga masih ada pelayanan kesehatan swasta yang dilakukan belum


terlapor (kemungkinan data under reported) (Kemenkes RI, 2013).

7. Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Antenatal


Kunjungan antenatal pada ibu hamil dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor seperti :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek dan penginderaan
terjadi melalui indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan
raba. Pengetahuan/kognisi merupakan domain yang sangat penting
untuk terbetuknya tindakan seseorang. Pada umumnya seseorang
memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber baik atas inisiatif
sendiri maupun orang lain (Notoatmodjo, 2005 dalam Prasetyo 2014).
Ibu yang memiliki mengetahui bahwa salah satu manfaat dari
pemeriksaan kehamilan adalah dapat mendeteksi tanda-tanda bahaya
selama kehamilan, akan berpengaruh terhadap pemeriksaan
kehamilannya secara lengkap (K4) (Febriana, 2011 dalam Restiyani,
2012).
Berdasarkan hasil penelitian dari Restiyani (2012) yang berjudul
“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan
Kehamilan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis II Bantul,
Yogyakarta”, diperoleh nilai p value sebesar 0,003 dengan nilai PR =
2,556 (95% CI = 1,342-4,865) yang artinya ibu yang memiliki
pengetahuan kurang ada kemungkinan tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan K4 sebanyak 2,6 kali dibandingkan dengan ibu yang
memiliki pengetahuan baik.
b. Dukungan keluarga
Motivasi keluarga merupakan suatu dukungan psikososial yang
mampu memberikan kekuatan emosional kepada ibu. Kasih sayang
keluarga dan keinginan ingin mendapatkan keturunan akan sangat
16

membantu dalam upaya antenatal care, sampai terjadi persalinan yang


diakhiri dengan kebahagiaan keluarga. Kehamilan yang tidak
dikehendaki dapat menimbulkan hal-hal berikut; keluhan hamil yang
berlebihan, ketidakseimbangan jiwa menghadapi kehamilan dan
persalinan, upaya mengakhiri kehamilan dengan menggugurkan
kandungan, berpisah setelah persalinan karena perkawinan yang
dipaksakan. Itulah sebabnya motivasi keluarga sangat penting agar ibu
tidak merasa takut menghadapi kehamilan dan persalinan (Manuaba,
2006 dalam Prasetyo, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian dari Restiyani (2012) yang berjudul
“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan
Kehamilan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis II Bantul,
Yogyakarta”, diketahui bahwa nilai p value yang diperoleh yaitu 0,001
dan nilai PR = 2,426 (CI = 1,456-4,044), yang artinya ibu yang tidak
memperoleh dukungan dari keluarga berkemungkinan tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan K4 sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan ibu
yang diberikan dukungan oleh keluarga.
c. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
sosial, sikap mengandung unsur menerima, merespons, menghargai,
dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2005 dalam Mulyanto, 2015).
Hal ini diperkuat oleh teori dari Budiarto (2001) dalam Mulyanto
(2015) yang menjelaskan bahwa sikap dapat dibedakan dari
karakteristiknya, seperti sikap lebih baik adalah sikap yang
menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, menyetujui,
menghargai, serta berniat melaksanakan norma-norma yang berlaku di
mana individu itu berada. Sedangkan sikap kurang baik adalah sikap
yang menunjukkan penolakan terhadap suatu normal yang berlaku di
mana individu itu berada.
17

Berdasarkan hasil penelitian dari Restiyani (2012) yang berjudul


“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pemeriksaan
Kehamilan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis II Bantul,
Yogyakarta”, diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara sikap
ibu terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan K4 berdasarkan hasil
analisi yang didapat p value 0,005 dengan nilai PR = 2,455 (95% CI
=1,290-4,671) yang artinya ibu yang sikapnya negatif berkemungkinan
tidak melakukan pemeriksaan K4 2,5 kali dibandingkan dengan ibu
yang memiliki sikap positif.
d. Jangkauan pelayanan kesehatan
Jarak dan geografis tempat tinggal dengan tempat pelayanan
ANC. Lokasi pelayanan yang tidak strategis akan menyebabkan ibu
hamil kurang memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan meskipun
pelayanan kesehatan tersebut memadai, selain itu informasi menjadi
salah satu aksesibilitas masyarakat untuk menggunakan pelayanan
kesehatan (Erlina, 2013 dalam Cholifah, 2015).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003)
dalam Prasetyo (2014), hubungan antara lokasi pemeriksaan dengan
tempat tinggal ibu hamil dapat diukur dengan satuan jarak, waktu
tempuh, ataupun biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dan
jenis sumber daya yang ada. Kondisi geografis secara umum penduduk
pedesaan jauh dari puskesmas dan maupun rumah sakit sebagai tempat
pemeriksaan kehamilan sering kali menyebabkan ibu hamil sulit untuk
melakukan pemeriksaan kehamilannya.
Berdasarkan hasil penelitian Arif Dwi Mulyanto (2015) yang
berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Hamil
Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja
Puskesmas Bawen”, terdapat hubungan antara faktor jarak tempat
pelayanan kesehatan dengan perilaku ibu hamil dalam melakukan
kunjungan antenatal care. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji Fisher
dimana nilai p value sebesar 0,492 lebih besar dari 0,05 (0,492<0,05)
18

yang artinya tidak ada hubungan antara terdapat hubungan antara


faktor jarak tempat pelayanan kesehatan dengan perilaku ibu hamil
dalam melakukan kunjungan antenatal care.
e. Pelayanan Petugas Kesehatan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:
anamnesa, pemeriksaan, penanganan tindak lanjut, pencatatan hasil
pemeriksaan antenatal terpadu dan Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) yang efektif (Depkes RI, 2010 dalam Prasetyo, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Aditya Bayu Prasetyo (2014) dengan
judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cakupan K4 Bidan
Desa di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Rembang Tahun 2013”
diperoleh bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi cakupan K4
adalah faktor kualitas pelayanan antenatal bidan (p. value = 0,033 <
0,05).
f. Paritas
Menurut Siswosudarmo (2008) dalam Mulyanto (2015) jumlah
paritas merupakan salah satu faktor risiko pada kehamilan. Paritas
adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan
500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati. Bila berat
badan tak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 Minggu.
Menurut Saifuddin AB. (2002) dalam Mulyanto (2015) paritas 2 –
3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas ≤ 1 (belum pernah melahirkan / baru melahirkan
pertama kali) dan paritas > 4 memiliki angka kematian maternal lebih
tinggi. Paritas ≤ 1 dan usia muda berisiko karena ibu belum siap secara
medis maupun secara mental, sedangkan paritas di atas 4 dan usia tua,
secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan.
Responden dengan tingkat paritas dalam kategori kehamilan berisiko
akan lebih memperhatikan kondisi kehamilannya dengan
19

memeriksakan kehamilan pada pelayanan kesehatan dikarenakan


kekhawatiran akan terjadi penyulit.
Berdasarkan hasil penelitian Menik Sri Daryanti (2019) yang
berjudul “Paritas Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care
Pada Ibu Hamil di PMB Sleman Yogyakarta” diperoleh hasil analisis
data menggunakan Chi Square dengan nilai signifikansi 0,023 <0,05,
maka ada hubungan antara paritas dengan pemeriksaan Antenatal Care
pada ibu hamil di PMB Yogyakarta.

B. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi :

 Umur
 Pendidikan
 Pengetahuan
 Pekerjaan
 Paritas
 Sikap
 Nilai dan
Budaya

Faktor pendorong
 Ketersediaan sarana
 Sumber dana Kunjungan ANC
(Pendapatan)
 Keterjangkauan
Fasilitas Kesehatan

Faktor penguat
 Dukungan Keluarga
 Dukungan Teman
 Dukungan Petugas
Kesehatan
20

Gambar 1
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2011)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

 Pendidikan
 Pekerjaan
 Pengetahuan Kunjungan Pemeriksaan
Kehamilan K4
 Sikap
 Dukungan
Keluarga
 Paritas

Gambar 2
Kerangka Konsep

D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
2. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
3. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
21

4. Ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan


K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap Kabupaten
Indragiri Hulu tahun 2019.
5. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap
Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.
6. Ada hubungan antara paritas dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan
K4 di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang Peranap Kabupaten
Indragiri Hulu tahun 2019.

E. Penelitian Sejenis
Tabel 2
Penelitian Sejenis
Penelitian Arif Dwi Aditya Bayu
Keterangan Restiyani
Sekarang Mulyanto Prasetyo
(2012)
(2019) (2015) (2013)
Judul Faktor-faktor Faktor-faktor Analisa Faktor-faktor
Penelitian yang yang Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Berhubungan yang Berhubungan
Kunjungan K4 Dengan Ibu Mempengaruhi dengan
Ibu Hamil Di Hamil dalam Cakupan K4 Kunjungan
Puskesmas Melakukan Bidan Desa di Pemeriksaan
Sencano Jaya Kunjungan Wilayah Kerja Kehamilan K4
Kecamatan Antenatal Dinas di Wilayah
Batang Care Kesehatan Kerja
Peranap Kabupaten Puskesmas
Kabupaten Rembang Jetis II Bantul,
Indragiri Hulu Yogyakarta
tahun 2019
Metode Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif
22

Variabel Pendidikan, Pengetahuan, Pengetahuan, Umur,


Pekerjaan, Sikap, pelatihan, pengetahuan,
Pengetahuan, Persepsi, kualitas sikap,
Sikap, Ketersediaan pelayanan dukungan
Dukungan Transportasi, antenatal, keluarga.
Keluarga, Kepuasan, keterjangkauan
Paritas paritas, umur, pelayanan
dukungan bidan.
suami.
Subjek Ibu Hamil Ibu Hamil Bidan desa Ibu nifas
dengan bayi 0-
6 bulan
Tempat Wilayah Kerja Wilayah Wilayah Kerja Wilayah Kerja
Puskesmas Kerja Dinas Puskesmas
Sencano Jaya Puskesmas Kesehatan Jetis II Bantul,
Bawen Kabupaten Yogyakarta
Rembang
23

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan studi korelasi yaitu
merupakan penelitian atau penelahan hubungan antara dua variabel pada
situasi atau kelompok subjek (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini
menggunakan desain studi cross sectional yaitu suatu penelitian yang
dilakukan untuk mempelajari dinamika korelasi faktor-faktor dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach) (Setiadi, 2013).
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
kunjungan k4 ibu hamil di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang
Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan
Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2019.

2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama bulan Desember 2019.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan yang terdata di Puskesmas Sencano Jaya
Kecamatan Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu pada November –
Desember tahun 2019 yang berjumlah 292 orang.
24

2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan yang terdata di Puskesmas Sencano Jaya Kecamatan Batang
Peranap Kabupaten Indragiri Hulu pada bulan Desember 2019.
Pengambilan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus
Slovin, sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :
N
n=
1+ N ( d ) 2
292
n=
1+292 ( 0,05 ) 2
292
n=
1+292 ( 0,0025 )
292
n=
1+7,3
292
n=
8,3
n=35,18
n=35
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 35 orang.

Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat Kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan.

D. Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Sampel pada penelitian ini di ambil dengan teknin
convenience sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan
kebetulan dan dianggap sesuai dengan kriteria yang diinginkan peneliti.
Seseorang dijadikan sampel karena kebetulan berada di tempat tersebut atau
kebetulan kenal dengan orang itu (Noor, 2011).
25

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya di Puskesmas Sencano Jaya pada bulan Desember 2019 yang
bersedia dijadikan responden penelitian.

E. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional


Tabel 3
Defenisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Ukur
26
Kunjungan Ibu hamil yang telah Kuesioner Ordinal 0 = Tidak
Pemeriksaan mendapatkan (Jika ibu tidak
Kehamilan pelayanan melakukan
K4 pemeriksaan pemeriksaan
kehamilan dari tenaga kehamilan K4)
kesehatan sesuai 1 = Ya (Jika
standar pelayanan ibu melakukan
kesehatan bagi ibu pemeriksaan
hamil dan distribusi kehamilan K4)
waktu yang telah
ditentukan yaitu 1 kali
pada terimester satu, 1
kali pada trimester 2,
dan 2 kali pada
trimester 3.
Pendidikan Tingkatan akhir Kuesioner Ordinal 0=
pendidikan yang Pendidikan
dimiliki ibu Rendah (Jika
tamatan SD,
SMP)
1=
Pendidikan
Tinggi (Jika
tamatan SMA,
PT)
Pekerjaan Pekerjaan yang Kuesioner Ordinal 0 = Tidak
dimiliki ibu saat ini Bekerja
1 = Bekerja
Pengetahuan Pemahaman yang Kuesioner Ordinal 0=
dimiliki ibu tentang Pengetahuan
kehamilan termasuk Rendah (Jika
pentingnya nilai  mean)
pemeriksaan 1=
kehamilan Pengetahuan
Tinggi (Jika
nilai ≥ mean )
Sikap Kebiasaan yang Kuesioner Ordinal 0 = Sikap
dilakukan ibu terkait Negatif (Jika,
27

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data primer dan data
sekunder. Dalam penelitian ini yang merupakan data primer yaitu hasil
jawaban dari kuesioner yang diiisi oleh responden yakni ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Sencano Jaya bulan
Desember tahun 2019.
Sedangkan yang merupakan data sekunder yaitu data cakupan K4 di
Puskesmas Sencano Jaya pada bulan Desember tahun 2019.

2. Cara Pengumpulan Data


Menurut Noor (2011) Di buku metodologi penelitian (punya esda),
hal. 138 metode pengumpulan data merupakan cara penelitian untuk
mengumpulkan data dalam penelitian guna menjawab rumusan masalah
penelitian.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan dalam
mengumpulkan data adalah lembar kuesioner yang merupakan kuesioner
hasil adop dari penelitian terdahulu yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah
Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012” yang
diteliti oleh Nuraijah Siregar sehingga tidak perlu dilakukan uji reliabilitas
dan uji validitas terhadap kuesioner tersebut.

Tabel 4
Sebaran Kuesioner per Variabel
Bentuk Jumlah
Variabel Nomor Item Total
Pertanyaan Item
Kunjungan
Pemeriksaan Favorable 1,2 2
2
Kehamilan Unfavorable - 0
K4
28

Favorable 1 1
Pendidikan 1
Unfavorable - 0
Favorable 1 1
Pekerjaan 1
Unfavorable - 0
Favorable 1-10 10
Pengetahuan 10
Unfavorable - 0
Favorable 1,2,3,4,8,9,10,12 8
Sikap 12
Unfavorable 5,6,7,11 2
Dukungan Favorable 1,2,3,4 4
7
Keluarga Unfavorable 5,6,7 3
Favorable 1,2,3,4,5,6,7 7
Paritas 7
Unfavorable - 0

G. Pengolahan Data
Data yang telah diambil dan dikumpulkan kemudian diolah melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Berfungsi untuk memeriksa kembali isian lembar kuesioner yang
dikumpulkan oleh responden dengan cara memeriksa kelengkapan,
kesalahan pengisian, dan konsistensi dari setiap jawaban sehingga apabila
ada kekurangan atau bias segera dilengkapi.
2. Coding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang sudah diedit menurut
macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai masing-masing
jawaban berupa angka kemudian dimasukkan ke dalam lembaran tabel
kerja guna mempermudah pembacaannya.
3. Tabulating
Memasukkan data – data hasil penelitian kedalam tabel-tabel sesuai
dengan kriteria.
4. Entry Data
Proses pemasukan data kedalam komputer melalui program
29

komputerisasi. Sebelum dilakukan analisis dengan komputer dilakuakn


pengecekan ulang terhadap data.
5. Cleaning
Koreksi data bila ditemukan penomoran yang salah atau huruf-huruf
yang kurang jelas.

H. Analisis Data
Data yang sudah diolah kemudian dilakukan analisis secara bertahap
sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan alat komputer.
1. Analisis Univariat
Digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel penelitian berdasarkan tabel distribusi frekuensi
(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini masing-masing variabel
penelitian meliputi variabel bebas yaitu untuk mengetahui gambaran
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan dukungan keluarga secara
deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dari masing-masing
variabel.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua
variabel, baik berupa komperatif, asosiatif maupun korelatif. Terdapat uji
parametrik dan nonparametik pada analisa bivariat (Hidayat, 2008).
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan, dengan tujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara
variabel independent dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan
derajat kepercayaan 95% (p= 0,05). Analisis disimpulkan dengan cara
apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara
variabel independent dengan variabel dependen, namun apabila p value >
0,05 maka Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungna yang bermakna
antara variabel independent dengan variabel dependen.

I. Jadwal Penelitian
30

Tabel 3
Jadwal Penelitian

No Kegiatan Nov Des Jan Feb


1 Pembuatan proposal
2 Seminar proposal
3 Perbaikan proposal
4 Pengumpulan data
5 Pengolahan dan
analisis data
6 Penulisan skripsi
7 Ujian skripsi

Anda mungkin juga menyukai