BERENCANA
“JENIS-JENIS KONTRASEPSI DAN METODENYA”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5:
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MEDAN PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PRODI PEMANTANG SIANTAR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas limpahan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana dengan judul “Jenis-jenis Kontrasepsi dan Metodenya”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang
diampu oleh Zuraidah Sembiring S, SiT. M.Kes pada program studi kebidanan prodi
Pemantang Siantar
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................2
C. Manfaat Makalah.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Definisi Kontrasepsi................................................................................................3
1. Metode Sederhana 4
2. Metode Modern 8
3. Metode Operasi 18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai cara untuk menjarangkan
kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring dengan perkembangan, masalah
kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian dari masalah kesehatan reproduksi . Teknologi
kontrasepsi berkembang sangat pesat dalam waktu tiga dasawarsa terakhir ini. Standarisasi
pelayanan kontrasepsi secara nasional dan oleh Badan Internasional (misal: WHO) telah
diterbitkan secara berkala. Sayangnya,perkembangan tersebut tidak selalu diikuti dengan
cermat oleh para petugas kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia.
Berbagai kontroversi timbul dalam perkembangan teknologi kontrasepsi selama ini,
khususnya mengenai dampak negatif penggunaan kontrasepsi bagi wanita dalam jangka
panjang. Banyak berbagai pertanyaan yang diajukan tentang berbagai risiko negatif
penggunaan kontrasepsi, tetapi sangat sedikit penyampaian informasi tentang dampak
positif kontrasepsi kepada kesehatan reproduksi wanita. Padahal, kontrasepsi tidak hanya
memiliki dampak negatif, tetapi memiliki dampak positif seperti mencagah jenis kanker
tertentu dan anemia yang seringkali dijumpai pada wanita di Indonesia.
Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB tentunya memerlukan penyegaran
pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi kontrasepsi
maupun perkembangan ilmu terbaru untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB
bagi masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar pemberi pelayanan KB
adalah para bidan. Program KB di Indonesia tidak akan berhasil tanpa hadirnya bidan.
Bidan merupakan ujung tombak penyedia layanan KB. Hal senada tercantum dalam
Kepmenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 yang menyatakan bahwa bidan dalam
menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan. Para anggota IBI diharapkan dapat meningkatkan dan
mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi terstandar. Standarisasi
pelayanan KB telah ada dalam kebijakan Depkes RI yang meliputi keahlian, kompetensi,
peralatan, sarana, prasarana, dan manajemen klinik. Oleh karenanya, melalui pelatihan ini
diharapkan kualitas pelayanan KB akan semakin meningkat sesuai dengan standar
sehingga dapat memuaskan klien/akseptor KB, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
jumlah akseptor KB.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih jelas jenis-jenis kontrasepsi
2. Untuk mengetahui metode-metode pada kontrasepsi
C. Manfaat Makalah
1. Sebagai bahan pembantu materi yang akan dipelajari pada mata kuliah
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
2. Sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dalam memahami jenis-jenis alat
kontrasepsi dan metodenya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/ menghalangi dan
‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi
kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai
macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi.
Menurut Kamus BKKBN (2011) Kontrasepsi adalah Obat atau alat untuk mencegah
terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam, yaitu kontrasepsi yang
mengandung hormonal (pil, suntik dan implant) dan kontrasepsi non-hormonal (IUD,
Kondom).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Dapat dipercaya; 2. Tidak menimbulkan efek
yang mengganggu kesehatan; 3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan; 4. Tidak
menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus; 5. Tidak memerlukan motivasi terus-
menerus; 6. Mudah pelaksanaanya; 7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat; 8. Dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang
bersangkutan.
2) Jenis
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36mg Levonogestrel
dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon dan Jadena
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Indolant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel
dengan lama kerjanya
3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja implant :
a) Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi
spermatozoa
c) Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi
spermatozoa
4) Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi adalah daya guna tinggi, perlindungan jangka
panjang sampai 5 tahun, pengembalian kesuburan yang cepat pasca
pencabutan, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu senggama,
tidak mengganggu ASI
5) Kerugian
Menurut Hartanto, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant
adalah:
a) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
b) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan
pengangkatan implant.
c) Biaya Lebih mahal.
d) Sering timbul perubahan pola haid.
e) Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya
sendiri.
f) Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena
kurang mengenalnya.
g) Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain.
Macam Implant
1) Non Biodegradable Implan
a) Norplant (6 kapsul), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 5 tahun.
b) Norplant-2 (2 batang), berisi hormon levonorgestrel, daya kerja 3
tahun.
c) Norplant 1 batang, berisi hormon ST – 1435, daya kerja 2 tahun.
d) Norplant 1 batang,1 batang berisi hormon 3 keto desogestrel, daya kerja
2,5 – 4 tahun.
Saat ini di Indonesia sedang di uji coba IMPLANON, implant 1 batang
dengan panjang 4 cm, diamater luar 2 mm, terdiri dari suatu EVA (Ethylene
Vinyl Acetate) berisi 60 mg 3 ketodesogestrel yang dikelilingi suatu membran
EVA, berdaya kerja 2 – 3 tahun.
2) Biodegradable
Yang sedang diuji coba saat ini :
a) Copronor PP
Suatu kapsul polymer berisi hormon levronorgastel dengan daya kerja
18 bulan.
b) Pellets
Berisi norethindrone dan sejumlah kecil kolesterol,daya kerja 1 tahun
c. AKDR
Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (Cu T 380 A sampai 10
tahun), haid menjadi lebih lama dan banyak, pemasangan dan pencabutan
memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi, tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar IMS.
Sebagian besar AKDR dilengkapi dengan tali (ekor) agar mudah
mendeteksi. Bahan dasarnya plastik, Jenisnya banyak yaitu AKDR polos
(inert IUD), AKDR yang mengandung tembaga (copper bearing IUD),
AKDR yang mengandung obat (medicated IUD).
1) Jenis AKDR yang sering digunakan adalah Cu T 380 A
a) Mekanisme kerja AKDR Menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi
sebelum ovum mencapai kavum uteri, AKDR bekerja
terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus
2) Efek Samping
a) Spotting
b) Perubahan siklus menstruasi.
c) Amenore
d) Dismenore
e) Menorrhagea
f) Fluor albus
g) Pendarahan Post seksual.
3) Keuntungan
a) Kontrasepsi ini sangat efektif mencegah kehamilan jangaka
penjang yang ampuh, paling tidak 10 tahun.
b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi
lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
d) Metode jangka panjang.
e) Tidak adanya efek samping hormonal
f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu
menyusui tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
4) Kerugian
Setelah pemasangan, biasanya ibu akan merasakan nyeri dibagian perut
dan mengalami pendarahan sedikit. Ini biasanya berjalan selama 3 bulan
setelah pemasangan dilakukan. Tetapi jika sudah lewat 3 bulan pendarahan
masih terjadi harus segera dilakukan pemeriksaan
5) AKDR Update
Jenis AKDR terbaru yaitu skyla, memiliki ukuran yang lebih kecil dari
AKDR mirena. Mengandung levonorgestrel. Jenis Skyla ini dapat
digunakan dalam jangka waktu 3 tahun, sedangkan Mirena dapat digunakan
dalam jangka waktu 5 tahun. Skyla dapat digunakan oleh wanita yang
belum memiliki anak dan mirena digunakan pada wanita yg sudah memiliki
anak.
Jenis AKDR yang lain adalah AKDR progestin dengan dua jenis yaitu
prigestase yang mengandung progesterone dan mirena yang mengandung
levonorgestrel. Cara kerjanya menutup jalan pertemuan sperma dan sel
telur, mengurangi jumlah sperma yang bisa masuk tuba falopi (tempat sel
telur), menjadikan selaput lendir rahim tipis dan tidak siap ditempati sel
telur, serta meng-inaktifkan sperma.
Kontrasepsi ini sangat efektif dan bisa dipasang selama satu tahun.
Keuntungan lainnya adalah tidak berpengaruh terhadap ASI, kesuburan
cepat kembali, dapat digunakan bersama dengan obat tuberculosis, epilepsi,
dan hormon estrogen untuk wanita perimenopause. Keterbatasannya perlu
dilakukan pemeriksaan dalam, harga dan pemasangan relatif mahal,
memerlukan tenaga kesehatan khusus, menyebabkan amenore pada
penggunaan jangka panjang, menurunkan kadar HDL kolesterol, memicu
pertumbuhan mioma dan kanker payudara, serta meningkatkan resiko
rangang panggul. Kontraindikasi pengguna AKDR progestin adalah hamil
(bisa menyebabkan keguguran), perdarahan per vagina yang belum jelas
penyebabnya, keputihan, menderita salah satu penyakit reproduksi, dan
menderita kanker.
AKDR progestin bisa dipasang selama siklus haid, 48 jam setelah
melahirkan, enam bulan pertama untuk ibu yang menyusui secara eksklusif,
serta pasca keguguran jika tidak mengalami infeksi. Kerugian Progestin
adalah versi sintetis dari progesteron, yaitu hormon seks wanita, yang
memainkan peran penting dalam kehamilan. Progestin adalah salah satu
hormon yang digunakan dalam terapi penggantian hormon yang banyak
digunakan untuk mengobati gejala-gejala menopause. Akan tetapi, suntikan
progestin juga telah dikaitkan dengan kegagalan perawatan kesuburan.
Peneliti menemukan risiko baru dalam penelitian terhadap ketiga kelompok
wanita tersebut. Semua alat kontrol kelahiran yang digunakan dalam
penelitian ini terbukti efektif dan tidak satupun dari peserta mengalami
perubahan berat badan dan peningkatan kadar kolesterol atau tekanan darah.
6) IUD pascaplasenta
Segera pemasangan AKDR (dalam 10 menit dari plasenta lahir) adalah
aman bila dibandingkan dengan periode waktu postpartum kemudian dan
selang pemasanagan. Segera setelah postpartum pemasangan AKDR
menunjukkan tingkat pengeluaran lebih rendah bila dibandingkan dengan
tertunda pemasanagan selama postpartum dengan tingkat lebih tinggi dari
jarak pemasanagn. Pemasanagan Segera setelah kelahiran sesar
menunjukkan tingkat pelepasa yang rendah daripada langsung pemasangan
setelah kelahiran normal. Dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada
peningkatan risiko komplikasi antara wanita yang memiliki IUD
dimasukkan selama periode postpartum, namun beberapa kenaikan tarif
pengusiran terjadi dengan pemasangan tertunda postpartum bila
dibandingkan pemasanagan segera dan dengan pemasanagan langsung bila
dibandingkan dengan pemasanagan dengan jarak. Penempatan
Postplacental selama persalinan sesar berkaitan dengan tingkat pengusiran
rendah daripada postplacental setelah kelahiran pervagina, tanpa
peningkatan angka komplikasi pasca operasi.
3. Metode Operasi
a. MOW (Metode Operasi Wanita)
Sterilisasi adalah salah satu metode dan dan alat kontrasepsi bagi wanita
untuk mencegah kehamilan atau memutus kehamilan. Karena alasan tertentu
misalnya adanya penyakit bisa saja seorang wanita harus menggunakan alat
kontrasepsi berupa sterilisasi.
Metode sterilisasi ini untuk sebagian wanita merupakan suatu hal yang
meresahkan, karena metode ini dalam pelaksanaannya menggunakan sayatan,
sehingga banyak wanita yang tidak menginginkannya bahkan cenderung
menimbulkan ketakutan.
1) Macam-Macam Teknik dan Metode Sterilisasi antara lain :
a) Minilaparotomi
Teknik atau metode minilaparotomi ini dalam pelaksanaannya
harus dilakukan sayatan selebar kurang lebih 10 cm di bagian
perut.
b) Laparoskopi
Teknik atau metode laparoskopi ini dalam pelaksanaannya harus
dilakukan sayatan selebar kurang lebih 1,5 sampai 2 cm di bagian
perut.
Namun operasi bedah meskipun tidak menimbulkan rasa sakit tetap saja
banyak yang tidak menyukainya dan takut jika harus
menjalaninya. Perkembangan teknik dan metode sterilisasi ini terus berkembang
dari waktu ke waktu, sehingga kini telah hadir Metode dan Teknik Sterilisasi
Wanita Tanpa Sayatan yaitu Histeroskopi (Hysteroscopy). Dalam pelaksanaan
sterilisasi histeroskopi ini sama sekali tidak dilakukan sayatan sama sekali pada
perut, pasien juga dapat memilih tanpa pembiusan maupun dengan pembiusan
lokal. Tidak seperti teknik lain, setelah pasien menjalani operasi sterilisasi
histeroskopi ini pasien sudah bisa pulang dan juga beraktivitas seperti semula
tanpa melaui perawatan inap.
Dengan metode dan teknik sterilisasi histeroskopi ini diharapkan pasien
yang menjalaninya dapat merasa lebih nyaman, karena peralatan-peralatan yang
digunakannya menggunakan peralatan terbaru dengan bentuk yang sangat kecil.
Cara kerja alat ini sangat simpel, jika dilakukan oleh dokter yang ahli maka akan
cepat selesai. Proses sterilisasi histeroskopi adalah dengan memasukkan alat
sebesar 0,3 cm yang dilengkapi kamera mikro kedalam rahim melalui organ
vital wanita, dengan bantuan kamera inilah maka dengan tepat dokter dapat
menentukan saluran telur.
1) MOW tanpa sayatan
Teknik terbaru sterilisasi wanita, yakni operasi tanpa sayatan pada perut
mulai dikembangkan. Teknik tersebut menggunakan pendekatan
histereskopi streilisasi wanita. Sebelumnya, ada dua teknik operasi
sterilisasi wanita pada umumnya, yaitu melalui sayatan ± 10 cm pada perut
(minilaparatomi) atau menggunakan teknik minim sayatan ± 1,5 – 2 cm
pada perut (laparoskopi).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan
salah satu variebel yang mempengaruhi fertilisasi. (Prawirohardjo, 2006). Kontrasepsi
menurut Mochtar, 2004 adalah cara mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan
alat atau obat-obatan. Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Sedangkan
kontrasepsi menurut BKKBN, 2012 adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.
Adanya teknologi kontrasepsi terkini akan terus mengantisipasi beberapa hambatan
dalam penggunaan alat kontrasepsi, sehingga dapat mengurangi efek samping, menambah
kenyamanan dalam menggunakan kontrasepsi. Untuk itu setiap tenaga kesehatan harus
mengetahui teknologi-teknologi kontrasepsi terkini, dan dalam hal ini Pemerintah telah
mengadakan pelatihan-pelatihan CTU di daerah-daerah agar pelatihan ini berdistribusi
merata disegala daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Anawalt BD, Herbst BD, Herbst KL et al. Desogestrel plus testosterona effectively
suppresses spermatogenesis but also causes modest weight gain and high density
lipo protein suppression. Fertility and Sterility 2000;14:704-714.
Rizal, Syaiful. 2013. Sonicated Sperm : Could Ultrasound Be The Next Male
Contraceptive. Diperoleh tanggal 19 September 2013 melalui