Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA

TENTANG

SUNTIKAN / INJEKSI

Disusun oleh :

1. Puji Nor fatimah


2. Ida Nilatul Mina
3. Fira Maharani
4. Hawa Nurjanatun Naim

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat,
taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan makalah ini. Adapun makalah ini membahas
tentang “Suntikan / Injeksi” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Seperti halnya kata pepatah, “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Meskipun
dalam penulisan makalah ini penulis telah mengoptimalkan kemampuan yang
penulis miliki, tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan didalamnya.
Untuk itu penulis mohon maaf.
Akhir kata, semoga penyusunan dan penulisan makalah ini memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalammualaikum Wr.Wb

Semarang,Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 6
A. Combined Injectable Contraceptives (CIC)................................... 6
B. Injectable and Cancer..................................................................... 15
C. Injectable and HIV.......................................................................... 19

BAB III PENUTUP......................................................................................... 30


A. Kesimpulan .................................................................................... 30
B. Saran .............................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasanutama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana, selain darimembebaskan wanita
dari rasa khawatir terhadap terjadinyakehamilan yang tidak diinginkan,
terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak
aman serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status
perempuan dimasyarakat.
Banyak perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan
jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnyametode yang tersedia,
yaitu metode kontrasepsi sederhana danmodern, tetapi juga oleh ketidaktahuan
mereka tentang persyaratandan keamanan metode kontrasepsi tersebut.
Banyak sekali yangharus dipertimbangkan untuk dapat memilih alat
kontrasepsi yangaman dan efektif, seperti, status kesehatan, efek samping,
konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, dll. Oleh karena
itu diperlukan konseling mengenai pelayanan keluarga berencana dengan
menggunakan metodekontrasepsi. (Abdul, 2005)
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia
adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan
berbagai macam masalah lain. Untuk itu, pemerintah mencanangkan program
KeluargaBerencana (KB) yaitu program pembatasan jumlah anak yakni dua
untuk setiap keluarga. Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang
cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat Internasional. Hal ini
terlihat dari angka kesertaan ber-KB meningkat dari 26% pada tahun 1980,
menjadi 50% pada tahun 1991, dan terakhir menjadi 57% pada tahun 1997.
Program KB nasional telah berjalan selama kurun waktu 4 pelita
dengan hasil yang cukup menggembirahan, baik secara normatif maupun
demografis. Berdasarkan hasil – hasil Survey Prevalensi Indonesia (SPI) tahun
1987 ternyata tingkat kelahiran kasar telah menurun menjadi sekitar 28 –29 /

3
1000 dan TFR menjadi sekitar 3,4 –3,6. Meskipun begitu, jika dipandang dari
segi islam KB itu hukumnya haram.
Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga
kali lipatnya. Sedangkan 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali
lipat dari 40,2 juta orang menjadi 205,8 juta orang. Selama rentang 1900-
2000, progran Keluarga Berencana (KB) berhasil mencegah kelahiran 80 juta
orang. "Tanpa program KB jumlah penduduk hingga tahun 2000 diprediksi
285 juta orang, " ungkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Dr. Sugiri Syarief, MPA dalam acara Studium Generale
‘Kependudukan dan Program Keluarga Berencana: Peluang dan Tantangan',
Jum'at (19/6) di Auditorium Thoyib Hadiwijaya Institut Pertanian Bogor
(IPB). Acara ini digelar Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB bekerjasama
dengan BKKBN.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu
diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana
merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya
karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan
nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Kepadatan penduduk yang terjadi tentu saja menjadi suatu masalah
bagi negara Indonesia yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sehingga
banyak upaya yang dipilih atau diprogramkan oleh pemerintah Indonesia
untuk mengurangi kepadatan penduduk tersebut dengan cara melakukan
program Keluarga Berencana atau dikenal dengan singkatan KB. Oleh karena
itu, penulis ingin mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan program
keluarga berencana.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah tentang Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan kontrasepsi suntik kombinasi bagaimana
cara kerja dan efektifitasnya, apa saja jenisnya, efek samping, dan siapa
saja yang dapat dan tidak dapat menggunakan kontrasepsi tersebut serta
bagaimana cara mendapatkannya?
2. Bagaimanakah hubungan antara suntikan dan penyakit kanker?
3. Bagaimanakah hubungan antara suntikan dan HIV?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Dapat mengetahui apa itu kontrasepsi sunti kombinasi.
2. Dapat mengetahui tentang apa itu kontrasepsi suntik kombinasi bagaimana
cara kerja dan efektifitasnya, apa saja jenisnya, efek samping, dan siapa
saja yang dapat dan tidak dapat menggunakan kontrasepsi tersebut serta
bagaimana cara mendapatkannya.
3. Dapat mengetahui tentang hubungan antara suntikan dan penyakit kanker.
4. Dapat mengetahui tentang hubungan antara suntikan dan HIV.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Combined Injectable Contraceptives (CIC)


1. Pengertian Combined Injectable Contraceptives (CIC)
Kontrasepsi berasal dari dua kata, yaitu kontra dan konsepsi yang
disatukan menjadi kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen (Suryani, 2011).
Kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan
melalui suntikan dan merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode
yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat
kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif
lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana
(Suparyanto, 2010).
Abdul Bari S. (2006) dalam BPK menyatakan, yang dimaksud
dengan Combined Injectable Contraceptives (CIC) atau suntik kombinasi
adalah 25mg depomedroksiprogesteron asetat dan5mg estradiol sipionat
yang diberiakn injeksi I.M. sebulan sekali(cyclofem), dan 50mg
noretindron enentat dan 5mg estradiol Valerat yangdiberiakn injeksi I.M.
Kemudian secara rinci, beliau mengemukakan mengenai cara
kerja,efektivitas, keuntungan kontrasepsi dan nonkontrasepsi, kerugian,
yang boloh dan tidak boleh melakukan suntik kombinasi, waktu dan
caramemulai penggunaan suntik kombinasi.

2. Jenis Combined Injectable Contraceptives (CIC)


Suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan
(cyclofem), jenisnya 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg
estradiol cypionat, dan 50 mg Noretindron Enantat (Net-En) dan 5 mg
Estradiol Sipionat (Sari Yohana, 2011).

6
3. Cara Kerja Combined Injectable Contraceptives (CIC)
a. Mengusahakan agar tidak terjadi konsepsi dengan cara menghambat
terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui
penekanan hormon LH dan FSH.
Pencegahan ovulasi disebabkan karena gangguan pada sekresi
hormon LH oleh kelenjar hypofisis, sehingga tidak terjadi dipuncak
mid-siklus (pada kedaan normal terjadi puncak sekresi LH pada
pertengahan siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari
folikelnya)
b. Melumpuhkan sperma dengan mempertebal/mengentalkan lendir
mukosa servikal (leher rahim)
Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan
siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak
memungkinkan penetrasi spermatozoa. Atau bila terjadi penetrasi
spermatozoa, pergerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau
tidak ada spermatozoa yang mancapai cavum uteri.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma dengan membuat
dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan,
mengganggu pergerakan silia saluran tuba.
Progestin mengganggu berkembangnya siklus endometrium,
sehingga endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukan
sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat
menerima ovum yang sudah dibuahi.
Kontrasepsi Suntik Kombinasi mengandung estrogen dan
progestogen. Setiap suntikan efektif selama 1 bulan. Efek samping
ringan termasuk (namun tidak terbatas pada:) ketidakteraturan
menstruasi, mual, muntah, sakit kepala, pusing, nyeri payudara, retensi
air dan perubahan suasana hati. Efek samping jangka panjang mirip
dengan pil kontrasepsi oral kombinasi.

7
4. Keuntungan Combined Injectable Contraceptives (CIC)
a. Tidak mengganggu proses sanggama
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. Suntikan Kb tidak perlu
diberikan setiap hari atau ketika akan bersenggama.
b. Tidak perlu periksa dalam
Diberikan melalui suntikan IM di bokong, sehingga tidak perlu
dilakukan periksa dalam. Kecuali pada pemasangan AKDR.
c. Efek samping minimal
Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan siklus haid
(aminorhea, spotting, perdarahan) dan mual.
d. Klien tidak perlu menyimpan obat
Para wanita yang menghadapi permasalahan dengan pemakaian cara-
cara sederhana atau pelupa dalam minum pil setiap hari dapat
dianjurkan untuk memakai kontrasepsi suntik. Setelah mendapatkan
suntikan, maka yang dibutuhkan peserta suntik adalah mengingat
waktu suntik.
e. Tidak tergantung kebiasaan lupa minum obat
Diberikan melalui suntikan tiap bulan. Sehingga tidak perlu meminum
obat tiap hari.
f. Mengurangi jumlah perdarahan
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
endometrium terus terbentuk. Ketika terjadi proses peluruhan,
prdarahan menjadi semakin banyak. Progestin dapat mencegah
pembentukan endometrium sehingga perdarahan berkurang.
g. Mencegah anemia
Salah satu efek kontrasepsi adalah aminorhea, sehingga tidak ada
darah yang keluar. Dengan demikian, kecil kemungkinan terjadi
anemia.
h. Mencegah kanker ovarium dan endometrium

8
Pada wanita karsinoma endometrium sering dihubungkan dengan
hiperplasia yang disebabkan oleh estrogen. DMPA dan progestin
menekan pertumbuhan endometrium dan mencegah hiperplasia pada
wanita.
i. Mencegah kehamilan ektopik
Salah satu cara kerja kontrasepsi ini adalah mengentalkan lendir
sehingga dapat melumpuhkan sperma, dengan demikian akan semakin
sulit untuk terjadi konsepsi diluar rahim.
j. Dapat melindungi kemungkinan penyakit radang panggul dan kanker
indung telur karena progestin menyebabkan mukus serviks menebal,
sehingga mempersulit penularan infeksi dari liang senggama atau
serviks untuk mencapai saluran telur (penekanan ovulasi akan
menyebabkan berkurangnya stimulasi dari sel epitel ovarium).

5. Kerugian Combined Injectable Contraceptives (CIC)


a. Penyuntikan lebih sering dan biaya keseluruhan lebih tinggi
Klien harus datang tiap bulan untuk mendapat suntikan, sehingga harus
mengeluarkan biaya tiap bulannya.
b. Lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga terjadi perubahan
pola haid, seperti tidak teratur, spotting
c. Pada awal penggunaan sering timbul mual, pusing, tegang dan nyeri
payudara dan akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
Hal ini merupakan hal yang fisiologis dan dapat hilang dengan
sendirinya.
d. Efektivitas berkurang bila berinteraksi dengan anti konvulsif (fenitoin,
barbiturat) dan tuberkulostatik (rifampisin)
Obat-obat ini memicu pembentukan enzim-enzim dihati, dimana enzim
ini dapat mengganggu metabolisme fungsi hati dan mempengaruhi
efektivitas obat.

9
e. Kadang-kadang timbul komplikasi serius (stroke, serangan jantung,
thrombosis paru)
Perubahan dalam metabolisme lemak (terutama penurunan HDL-
kolesterol), dapat merusak endotel pembuluh darah sehingga dapat
menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler.
f. Kesuburan tak segera pulih walaupun penggunaannya telah dihentikan.
Lama masa tidak subur tergantung pada kecepatan metabolisme.
Biasanya kesuburan akan segera pulih dalam waktu 2-3 minggu.
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular
seksual atau infeksi HIV.
Kontrasepsi suntik tidak memiliki perlindungan ganda seperti kondom,
diafragma dan spermisida sehingga tidak melindungi diri dari
PMS/AIDS.
h. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
Progesteron juga merangsang pusat pengendali napsu makan di
hipotalamus, menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari
biasanya.

6. Efek Samping yang Sering Terjadi


a. Peningkatan berat badan 3 kilogram selama tahun pertama dan
bertambah secara progesif selama tahun kedua.
Progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi
lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah. Progesteron juga
merangsang pusat pengendali napsu makan di hipotalamus,
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.
b. Gangguan siklus haid
Penyebab gangguan siklus haid karena adanya ketidakseimbangan
hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histologi.
- Aminorhea

10
Biasanya tidak haid 1 tahun pertama, jika pemakaian suntikan KB
dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi
dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Disebabkan karena estrogen
menekansekresi gonadotropin sehingga menyebabkan proklaktinoma
di hipofisis. Kadar prolaktin yang tinggi ini dapat menyebabkan
aminorhea.
- Perdarahan/spotting
Perdarahan setelah penyuntikan pertama dapat terjadi kira-kira
selama 30 hari. Lebih dari 60% wanita mendapatkan kembali siklus
yang normal setelah 1 tahun. Sejumlah wanita yang menggunakan
cyclofem mengalami perdarahan lebih awal atau lebih lambat dari
biasanya, dan sejumlah wanita yang lain mengalami amenorrhoe,
spoting atau masa perdarahan yang lebih lama dan lebih berat.
Umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian.
c. Mual/pusing/muntah.
Reaksi tubuh terhadap hormon estrogen yang mempengaruhi produksi
asam lambung. Peningkatan estrogen ini dapat merangsang timbulnya
mual.

7. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi


a. Usia reproduktif yang memiliki anak ataupun belum
Aman digunakan karena masa kesuburan akan segera pulih kembali
setelah kontrasepsi ini dihentikan.
b. Menyusukan ASI lebih dari 6 bulan
Estrogen menekan produksi prolaktin yang sangat berguna untuk
merangsang produksi ASI. Dengan demikian kadar prolaktin menjadi
rendah dan menyebabkan produksi ASI berkurang. Sehingga tidak
dianjurkan pada ibu yang sedang menyusui ASI ekslusif.
c. Pascapersalinan dan tidak menyusui

11
Progesteron menekan LH dan FSH sehingga jumlah darah yang keluar
berkurang, sehingga sangat baik digunakan pada ibu setelah
melahirkan. Estrogen dapat menyebabkan produksi ASI berkurang,
tapi aman digunakan pada ibu yang tidak menyusui.
d. Yang mengalami dismenore/nyeri haid hebat
Kontraksi yang berlebihan dapat menyebabkan aminorhea.
Progesteron dapat mengurangi kontraksi.

8. Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi


a. Hamil atau diduga hamil
Penggunaan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Bila sudah hamil,
tidak perlu diberi.
b. Perdarahan per vaginam yang belum jelas asalnya/penyebabnya. Bila
terjadi perdarahan harus dicari tahu dahulu penyebab perdarahannya.
c. Perokok dengan usia > 35 th
Nikotin dalam rokok menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
sehingga oksigen ke jantung berkurang. Hal ini dapat memperberat
kerja jantung karena kebutuhan oksigen semakin bertambah. Pembuluh
darah di endometrium pun mengalami atropi, sehingga peluruhan
endometrium semakin bertambah banyak.
d. Riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (>180/110)
Perubahan dalam metabolisme lemak (terutama penurunan HDL-
kolesterol), dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit
kardiovaskuler.
e. Riwayat thromboemboli atau Diabetes Melitus lebih dari 20 th
Ketidak seimbangan hormon estrogen progesteron, sehingga terjadi
peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan, juga dapat
mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan retensi insulin sehingga
memperburuk toleransi glukosa.
f. Penyakit hati akut

12
Progesteron menyebabkan aliran empedu menjadi lambat, dan bila
berlangsung lama saluran empedu tersumbat sehingga cairan empedu
dalam darah meningkat. Hal ini yang menyebabkan warna kuning.
Estrogen mudah diserap hati. Estrogen dapat mengganggu eksresi
bilirubin sehingga memperberat fungsi hati.
g. Keganasan payudara
Gangguan keseimbangan hormon estrogen progesteron mempengaruhi
kelenjar payudara. Dan apabila sudah ada tanda infeksi payudara,
maka akan memperburuk keadaan.

9. Waktu mulai penggunaan


a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.
Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
c. Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal
saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan
metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari
d. Bila klien pascapersalinan kurang dari 6 bulan, menyusui, serta belum
haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja tidak hamil
e. Bila pascapersalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, serta telah
mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari
1 dan 7
f. Bila pascapersalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui, jangan
diberikan suntikan kombinasi
g. Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberi

13
h. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau
dalam waktu 7 hari
i. Ibu yang sedang menggunakan kontrasepsi hormonal yang lain dan
ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama
ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar,
suntikan kombinasi dapat diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila
ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu
j. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu
tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi
sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain
k. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu itu tidak hamil, dan
pemberiannya tanpa pelu menunggu datangnya haid. Bila diberikan
pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi yang lain tidak
diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
diberikan pada hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR.

10. Cara Penggunaan


a. Berikan secara intra muskuler, setelah penggunaan awal, perlu diulangi
setiap 4 minggu
b. Dianjurkan untuk 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi
perubahan pola haid atau timbul gangguan berupa perdarahan
c. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang ditentukan, asal
saja diyakini ibu itu tidak hamil

11. Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus

14
a. Penderita hipertensi < 180/110 masih dapat diberikan tetapi perlu
pengawasan
b. Diabetes melitus dapat diberikan, jika terkontrol dan berlangsung < 20
th
c. Migren boleh diberikan, jika tidak ditemukan kelainan neurologik
d. Pengguna rifampisin/obat epilepsi, pilih kontrasepsi kombinasi dengan
etinil estradiol 50 mg atau cari metode kontrasepsi lain
e. Penderita anemia bulan sabit (sickle cell), sebaiknya jangan
menggunakan kombinasi.

12. Hal yang Harus Diingat klien


a. Harus kembali untuk suntik ulang setiap 4 minggu
b. Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, harus pastikan bahwa klien tidak
hamil
c. Harus memberitahukan pada petugas bila menggunakan obat-obatan
lain bersamaan
d. Ada efek samping berupa mual, sefalgia, tegang dan nyeri payudara,
dan spotting pada 2-3 kali suntikan pertama dan akan hilang pada
suntikan berikutnya.
13. Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai pada Penggunaan Suntik
Kombinasi
a. Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan
darah diparu atau serangan jantung
b. Sakit kepala hebat dan gangguan pengelihatan. Kemungkinan terjadi
strok, hipertensi dan migran
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh
darah pada tungkai
d. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.

15
B. Injectable and Cancer
1. Hasil Penelitian
Sebuah studi baru-baru ini mengaitkan penggunaan Depo-Provera
untuk pengendalian kelahiran dengan kanker payudara – dan itu bukan
studi pertama yang melakukannya.
Depo-Provera adalah kontrasepsi injeksi untuk wanita yang berisi
hormon progestin. Di antara efek sampingnya, menurut FDA, adalah
hilangnya kepadatan mineral tulang – dan perempuan diberi peringatan
untuk tidak menggunakan Depo-Provera sebagai metode kontrasepsi
jangka panjang. Namun, FDA tidak menyebut peningkatan risiko kanker
di antara penggunanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher Li dan timnya di Fred
Hutchinson Cancer Research Center dan diterbitkan dalam Cancer
Research Journal edisi 15 April itu menunjukkan sebaliknya. Perempuan
yang menggunakan Depo-Provera selama 12 bulan atau lebih
melipatgandakan risiko terkena kanker payudara. Untungnya, risiko
kanker payudara pengguna turun ke tingkat yang sama dengan non-
pengguna dalam beberapa bulan setelah penghentian suntikan Depo-
Provera.
Li mengatakan bahwa studi mereka adalah studi skala besar
pertama di AS yang dirancang untuk mengevaluasi hubungan itu. Hasil
dari studi serupa yang dilakukan di negara lain menghasilkan kesimpulan
beragam.
Tim Li merekrut 1.028 wanita yang sudah terdiagnosis menderita
kanker payudara dan 919 wanita yang tidak. Semua perempuan berusia 20
sampai 44 tahun dan tinggal di daerah Seattle. Sekitar 3 persen telah
menggunakan Depo-Provera dalam lima tahun terakhir. Dibandingkan
dengan wanita yang tidak pernah menggunakan Depo-Provera, mereka
yang telah menerima suntikan dalam lima tahun sebelumnya adalah 2,2
kali lebih mungkin terdiagnosis kanker payudara, para ilmuwan

16
menemukan. Riwayat keluarga, obesitas, usia dan kehamilan sejarah
tampaknya tidak membuat perbedaan.
Usia merupakan faktor risiko utama untuk kanker payudara, jadi
meskipun risiko dua kali lipat mungkin terdengar mengkhawatirkan, Li
menekankan bahwa jumlah sebenarnya dari kasus kanker payudara pada
wanita berusia 20-an dan 30-an sangat rendah.
“Kanker payudara di kalangan wanita muda masih merupakan
penyakit langka,” katanya. Menurut National Cancer Institute, wanita
berusia 30-an memiliki peluang 1 dalam 233 terdiagnosis penyakit itu.
Sebagai perbandingan, kemungkinan terdiagnosis kanker payudara bagi
perempuan berusia 60-an adalah 1 dalam 29.
“Namun,” Li dkk menulis, “ada banyak pilihan kontrasepsi, dan
penting untuk menjelaskan manfaat dan risiko yang terkait dengan setiap
opsi agar wanita dapat mempertimbangkan pilihan yang terbaik untuk
mereka.”
Joan Campion, juru bicara dari Pfizer, produsen Depo-Provera,
mengatakan, “Pada label Depo-Provera terdapat bagian yang menyebutkan
manfaat dan risiko Depo-Provera, termasuk risiko kanker payudara. Pfizer
saat ini percaya bahwa perubahan pada manfaat dan profil risiko tidak
dijamin sebagai hasil dari studi observasional.”
Depo-Provera disuntikkan setiap tiga bulan dan telah disetujui
sebagai kontrasepsi di Amerika Serikat sejak 20 tahun lalu. Karena
nyaman, sangat efektif dan relatif murah, Depo-Provera digunakan oleh
sekitar 1,2 juta wanita atau 3,2 persen dari akseptor kontrasepsi di AS.

2. Hubungan Antara KB Suntik dan Kanker


Anggapan bahwa depo provera dapat menimbulkan kanker pada
leher rahim atau payudara pada wanita yang mempergunakannya, belum
didapat bukti-bukti yang cukup tegas, bahkan sebaliknya.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik,
dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996).

17
Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali
Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia
(kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk
pengobatan kanker bagian dalam rahim.
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra
indikasi pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan
KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver),
kelainan jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan darah
tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi, atau menderita kencing
manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang dalam
persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, sakit
kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi
pantangan penggunaan KB suntik ini.
Mengalami kanker payudara merupakan salah satu kecemasan bagi
para wanita yang sejalan dengan naiknya usia. Namun bukan berarti
kanker payudara tidak bisa menyerang pada usia muda. Beberapa studi
telah membuktikan ada 77% masalah kanker payudara timbul pada usia di
atas 50 tahun.
Kanker payudara sangat erat kaitannya dengan hormon estrogen
wanita. Ada sebagian informasi telah mengatakan bahwa pemakaian
kontrasepsi khususnya kontrasepsi oral bisa menghambat kondisi kanker
payudara. Kanker bisa saja berubah menjadi ganas.
Dengan melakukan suntikan KB akan mengandung hormon
progesteron dan estradiol. KB tersebut dipakai hanya sebulan sekali. Ada
KB suntik yg digunakan 3 bulan sekali yang hanya mengandung hormon
progestin atau progesteron. Anda akan disarankan untuk memakai KB
suntik yang 3 bulan jika Anda masih dalam proses menyusui.

3. Kontrasepsi Hormonal
Alat kontrasepsi yang sifatnya hormonal, baik kombinasi maupun
progesteron saja tidak disarankan bagi penderita kanker payudara.

18
Kontrasepsi hormonal yang dipakai dalam jangka panjang (di atas 5 tahun)
bisa merangsang kembali terjadinya pertumbuhan sel-sel tumor dan kanker
payudara. Untuk wanita yang sudah melakukan operasi pengangkat tumor
dan kanker payudara.
Walaupun demikian, ada studi yang menyatakan bahwa
kontrasepsi hormonal saat ini sudah tidak lagi mengandung hormon dalam
kadar yang tinggi, sehingga dampak terjadinya kanker payudara juga
berkurang dari masa dahulu di mana alat kontrasepsi hormonal
mengandung hormon yang lebih tinggi. Kontrasepsi hormonal yang
dimaksud adalah yang berupa pil, suntik ataupun susuk atau implan.
Jika ada riwayat kanker payudara ataupun tumor payudara maka
Anda bisa menggunakan alternatif kontrasepsi yang tidak mengandung
hormonal seperti kondom dan IUD spiral. Apapun jenis kontrasepsi baik
hormonal maupun bebas hormonal, pastikan Anda harus konsultasi dan
bertanya terlebih dahulu dengan dokter ahli dalam mengurangi resiko
tumor dan kanker payudara.

C. Injectable and HIV


1. Informasi Dasar HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit AIDS yang termasuk kelompok retrovirus.
Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup.
Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik (tanpa
tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu lama. Meski
demikian, sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome. “Acquired” artinya tidak diturunkan, tetapi didapat; “Immune”
adalah sistem daya tangkal atau kekebalan tubuh terhadap penyakit;

19
“Deficiency” artinya tidak cukup atau kurang; dan “Syndrome” adalah
kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut dari
infeksi HIV, yang merupakan kumpulan gejala menurunnya sistem
kekebalan tubuh. Infeksi HIV berjalan sangat progresif merusak sistem
kekebalan tubuh, sehingga penderita tidak dapat menahan serangan infeksi
jamur, bakteri atau virus. Kebanyakan orang dengan HIV akan meninggal
dalam beberapa tahun setelah tanda pertama AIDS muncul bila tidak ada
pelayanan dan terapi yang diberikan.

2. Perjalanan Infeksi HIV


Sesudah HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan
terinfeksi dan virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut
(terutama sel limfosit T CD4 dan makrofag). Virus HIV akan
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibodi
untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi yang
dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah selama 2-12
minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama masa jendela,
pasien sangat infeksius, mudah menularkan kepada orang lain, meski hasil
pemeriksaan laboratoriumnya masih negatif. Hampir 30-50% orang
mengalami masa infeksi akut pada masa infeksius ini, di mana gejala dan
tanda yang biasanya timbul adalah: demam, pembesaran kelenjar getah
bening, keringat malam, ruam kulit, sakit kepala dan batuk.
Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa gejala dan tanda
(asimtomatik) untuk jangka waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun
atau lebih. Namun orang tersebut dapat  menularkan infeksinya kepada
orang lain. Kita hanya dapat mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi
HIV dari pemeriksaan laboratorium antibodi HIV serum. Sesudah jangka
waktu tertentu, yang bervariasi dari orang ke orang, virus memperbanyak
diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel limfosit T CD4 dan sel
kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala berkurangnya daya tahan
tubuh yang progresif. Progresivitas tergantung pada beberapa faktor

20
seperti: usia kurang dari 5 tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan
faktor genetik.
Infeksi, penyakit, dan keganasan dapat terjadi pada individu yang
terinfeksi HIV. Penyakit yang berkaitan dengan menurunnya daya tahan
tubuh pada orang yang terinfeksi HIV, misalnya  infeksi tuberkulosis
(TB), herpes zoster (HSV), oral hairy cell leukoplakia(OHL), oral
candidiasis (OC), papular pruritic eruption (PPE), Pneumocystis carinii
pneumonia (PCP), cryptococcal meningitis (CM), retinitis
Cytomegalovirus (CMV), danMycobacterium avium (MAC).

3. Cara Penularan HIV


Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh
melalui tiga cara, yaitu melalui (1) hubungan seksual, (2) penggunaan
jarum yang tidak steril atau terkontaminasi HIV, dan (3) penularan HIV
dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya, yang dikenal
sebagai Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).
a. Hubungan seksual
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan
dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat
terjadi selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki
dengan laki-laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi
vaginal, anal, atau oral antara dua individu. Risiko tertinggi adalah
penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang
terinfeksi HIV. Kontak seksual oral langsung (mulut ke penis atau
mulut ke vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV.
Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan masuk
ke dalam tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores dalam mulut,
perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital.
b. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang
terinfeksi Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak
ditapis (uji saring) untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum

21
dan semprit suntikan, atau penggunaan alat medik lainnya yang dapat
menembus kulit. Kejadian di atas dapat terjadi pada semua pelayanan
kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional
melalui alat penusuk/jarum, juga pada pengguna napza suntik
(penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga terjadi pada proses
transplantasi jaringan/organ di fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Penularan dari ibu-ke-anak
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus
dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama
hamil, saat persalinan dan menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan
dini, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal
sebelum ulang tahun kedua.

4. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan


dengan HIV
Perempuan dengan HIV berpotensi menularkan virus kepada bayi
yang dikandungnya jika hamil. Karena itu, ODHA perempuan disarankan
untuk mendapatkan akses layanan yang menyediakan informasi dan sarana
kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan. Konseling yang berkualitas, penggunaan alat kontrasepsi
yang aman dan efektif serta penggunaan kondom secara konsisten akan
membantu perempuan dengan HIV agar melakukan hubungan seksual
yang aman, serta menghindari terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan. Perlu diingat bahwa infeksi HIV bukan merupakan indikasi
aborsi.
 Perempuan dengan HIV yang tidak ingin hamil dapat menggunakan
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya dan disertai penggunaan
kondom untuk mencegah penularan HIV dan IMS.
 Perempuan dengan HIV yang memutuskan untuk tidak mempunyai
anak lagi disarankan untuk menggunakan kontrasepsi mantap dan tetap
menggunakan kondom.

22
Sejalan dengan kemajuan pengobatan HIV dan intervensi PPIA,
ibu dengan HIV dapat merencanakan kehamilannya dan diupayakan agar
bayinya tidak terinfeksi HIV. Petugas kesehatan harus memberikan
informasi yang lengkap tentang berbagai kemungkinan yang dapat terjadi,
terkait kemungkinan terjadinya penularan, peluang anak untuk tidak
terinfeksi HIV. Dalam konseling perlu juga disampaikan bahwa
perempuan dengan HIV yang belum terindikasi untuk terapi ARV bila
memutuskan untuk hamil akan menerima ARV seumur hidupnya. Jika ibu
sudah mendapatkan terapi ARV, jumlah virus HIV di tubuhnya
menjadi sangat rendah (tidak terdeteksi), sehingga risiko penularan
HIV dari ibu ke anak menjadi kecil, Artinya, ia mempunyai peluang
besar untuk memiliki anak HIV negatif. Ibu dengan HIV berhak
menentukan keputusannya sendiri atau setelah berdiskusi dengan
pasangan, suami atau keluarganya. Perlu selalu diingatkan walau
ibu/pasangannya sudah mendapatkan ARV demikian penggunaan kondom
harus tetap dilakukan setiap hubungan seksual untuk pencegahan
penularan HIV pada pasangannya.
Beberapa kegiatan untuk mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada ibu dengan HIV antara lain:
 Mengadakan KIE tentang HIV-AIDS dan perilaku seks aman;
 Menjalankan konseling dan tes HIV untuk pasangan;
 Melakukan upaya pencegahan dan pengobatan IMS;
 Melakukan promosi penggunaan kondom;
 Memberikan konseling pada perempuan dengan HIV untuk ikut KB
dengan menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat;
 Memberikan konseling dan memfasilitasi perempuan dengan HIV
yang ingin merencanakan kehamilan.

5. Kontrasepsi bagi Penderita HIV/ AIDS


WHO telah mengumumkan pada bulan Februari 2012 mengenai
rekomendasi tidak ada  pembatasan pada penggunaan kontrasepsi

23
hormonal untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan bagi
perempuan yang berisiko tinggi, atau hidup dengan HIV. Di samping itu,
juga merekomendasikan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi
suntik progestogen juga menggunakan kondom atau langkah-langkah lain
untuk mencegah infeksi HIV. Informasi ini harus dikomunikasikan kepada
perempuan yang aktif secara seksual dan anak perempuan oleh petugas
kesehatan.
Sebuah penelitian yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) di Jenewa telah mengkaji semua yang berhubungan dengan
penularan HIV dan akuisisi oleh wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal. Sementara hanya kontrasepsi kondom, pria dan wanita, yang
memberikan perlindungan ganda dengan menghentikan transmisi HIV dan
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Tingkat kebutuhan keluarga
berencana yang belum terpenuhi antara 1,18 miliar wanita berusia 15-49
tahun di seluruh dunia diperkirakan 11%.
Program Bersama PBB untuk HIV / AIDS (UNAIDS) dan WHO
merekomendasikan bahwa orang yang aktif secara seksual-terutama
perempuan dan gadis-memiliki akses penuh terhadap informasi dan
konseling  tentang kebutuhan seksual dan kesehatan reproduksi mereka.
Perempuan dan anak perempuan juga harus memiliki akses pilihan
kontrasepsi terhadap pencegahan dan HIV. Layanan tersebut harus
disediakan secara terpadu oleh petugas kesehatan.
Kurangnya metode pencegahan HIV dan rendahnya tingkat
penggunaan kondom menempatkan perempuan dan anak perempuan pada
tingkat kerentanan terhadap infeksi HIV. Wanita membutuhkan pilihan
kontrasepsi pencegahan HIV.
a. Jenis Metode Kontrasepsi yang disarankan
1) Kondom
 Sangat efektif bila digunakan dengan benar
 Dapat digunakan SETIAP WAKTU

24
 Melindungi Anda dan pasangan Anda dari kehamilan dan
IMS, termasuk HIV
 Dapat digunakan sendiri atau dengan metode KB lain
 Mudah untuk mendapatkannya, mudah digunakan
 Gunakan selama SEMUA kontak antara penis dan vagina /
anus / mulut.
 Juga digunakan sebagai cadangan metode keluarga berencana
lain (Misalnya, jika klien kehilangan pil atau terlambat untuk
injeksi).
 Dijual di banyak toko-toko dan tersedia gratis di banyak klinik
kesehatan.
 Khusus untuk kondom wanita, mungkin relatif mahal dan sulit
untuk ditemukan serta membutuhkan kerjasama dengan
pasangan dalam memasangnya.
 Dapat digunakan sebagai perlindungan ganda. Perlindungan
ganda berarti mengambil langkah untuk melindungi terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi menular seksual
(IMS), termasuk infeksi HIV. Hal ini dapat dicapai baik
dengan menggunakan kondom (pria dan wanita), atau dengan
kombinasi metode kondom ditambah metode kontrasepsi lain,
seperti alat kontrasepsi (IUD), implan, pil atau injeksi.
Kondom adalah satu-satunya metode kontrasepsi yang terbukti
juga melindungi terhadap IMS transmisi termasuk HIV.
Namun, kondom pria dan wanita hanya melindungi jika
mereka digunakan secara konsisten dan benar.
2) Pil
 Kebanyakan wanita, termasuk wanita dengan HIV atau ARV
(kecuali untuk ARV dengan ritonavir), dapat digunakan
dengan aman danefektif

25
 Tidak melindungi terhadap IMS atau penularan HIV. Gunakan
kondom untuk mencegah IMS / HIV
 perdarahan sedikit dan kram
 Beberapa wanita memiliki efek samping pada awalnya-tidak
berbahaya
3) KB Suntik
 Aman digunakan pada perempuan dengan HIV atau ARV
(kecuali untuk ARV dengan ritonavir)
 Tidak melindungi terhadapIMS atau transmisi HI
 Efek samping yang paling umum: perubahan menstruasi, tidak
ada pendarahan bulanan, kenaikan berat badan
4) Metode Alamiah
 Untuk menghindari kehamilan, IMS / HIV, gunakan kondom
 efektif bila digunakan dengan benar
 aman digunakan oleh wanita, termasuk perempuan dengan
HIV atau ARV
 Tidak ada efek samping
 Butuh kerjasama
5) Vasektomi dan tubektomi
 prosedur bedah sederhana
 pria atau pasangan Sangat efektif dan permanen untuk yang
tidak lagi menginginkan anak.
 Pria/ wanita dengan HIV dan sedang penggunaan ARV, dapat
menggunakan metode vasektomi.
 Tidak dianjurkan untuk pria dengan gejala AIDS.
 Tidak mempengaruhi ereksi atau ejakulasi
6) IUD
 perangkat yang fleksibel Kecil yang sesuai di dalam rahim.
 Perempuan dengan HIV dapat dengan aman menggunakan IUD
jika resiko IMS rendah.

26
 Wanita dengan AIDS dapat menggunakan IUD jika secara
klinis baik pada ARV, atau penggunaan sebelumnya, dan jika
risiko IMS rendah.
 Sangat efektif untuk setidaknya 12 tahun.
 Dapat dilepaska setiap kali pengguna ingin, dan dia bisa lagi
hamil.
 Dapat meningkatkan perdarahan menstruasi dan kram.
7) Implan
 tabung plastik kecil yang ditempatkan di bawah kulit lengan
atas.
 Perempuan, termasuk perempuan dengan HIV atau ARV,
dapat menggunakan aman dan efektif. Tidak meningkatkan
risiko akuisisi HIV, transmisi, dan perkembangan penyakit.
 perempuan HIV-negatif yang berisiko HIV dapat dengan aman
menggunakan implan. Juga selalu menggunakan kondom
untuk menghindari IMS / HIV.
 Sangat efektif selama 4 sampai 7 tahun, tergantung pada
wanita berat badan dan jenis implan.
 Dapat dihapus setiap kali pengguna ingin, dan dia bisa lagi
hamil.
 Biasanya perubahan pendarahan bulanan

27
b. Jenis metode kontrasepsi yang tidak disarankan bagi penderita HIV/
AIDS
 Spermisida : tidak diindikasikan untuk perempuan HIV-positif,
maupun untuk perempuan HIV-negatif yang berisiko tinggi HIV,
karena dapat meningkatkan risiko penularan HIV.
 Pil, cincin, suntik kombinasi, atau mini-pil, JIKA pada ARV yang
mengandung ritonavir. Perempuan mengambil ARV lain (NRTI *,
NNRTI *) BISA menggunakan metode ini, jika perempuan memakai
ARV tidak mengandung ritonavir memilih pil, mereka harus
mengambil sediaan yang mengandung minimal 30 mikrogram
etinilestradiol.
 IUD, jika wanita mungkin memiliki cervicitis purulen, gonore atau
klamidia, atau pengobatan kanker serviks, atau sedang sakit dengan
penyakit terkait AIDS. Seorang wanita dengan AIDS tidak harus
menggunakan IUD kecuali dalam penggunaan ARV yang baik. Jika
IUD dimasukkan sebelumnya, maka dapat terus digunakan.
 Semua metode lain dapat digunakan. Umumnya, ARV, antimikroba
dan kontrasepsi dapat dilakukan dan tidak bertentangan.
 Beberapa obat antiretroviral (PI dan NNRTI) dapat menurunkan
efektivitas metode hormonal.
c. Strategi Mencegah kehamilan pada HIV
1) Kondom saja
 cara ini untuk membantu mencegah penularan HIV dan IMS lain
selama hubungan vagina atau dubur.
 Efektif untuk mencegah kehamilan bila digunakansecara konsisten
dan benar.
2) Kondom dan metode KB lain
 perlindungan lebih efektif daripada kondom saja
 seks Non-penetratif bukan hubungan seksual. Ada seks (penundaan
debut seksual atau berpantang)

28
 Jika kedua pasangan tahu bahwa mereka memiliki HIV, dan saling
setia, pasangan ini dapat menggunakan Metode selain kondom

d. Perbandingan efektivitas metode


Untuk beberapa metode, efektivitas tergantung pada pengguna.
a) Bantuan Mitra
 kondom laki-laki dan vasektomi yang digunakan oleh laki-laki.
 parter sex harus bekerja sama untuk kondom wanita.
 Apakah pasangan menyetujui, membantu, atau bertanggung
jawab?
b) Metode kb Permanen, jangka panjang, atau jangka pendek
 Sterilisasi dan vasektomi bersifat permanen.
 IUD dan implan bisa tinggal di tempat selama bertahun-tahun jika
diinginkan.
c) Perlindungan dari IMS, termasuk HIV
 Hanya kondom pria dan wanita yang membantu melindungi
terhadap kehamilan dan IMS / HIV-jika digunakan secara
konsisten dan benar.
 Spermisida atau diafragma dengan spermisida: Sebaiknya tidak
digunakan oleh perempuan dengan HIV atau yang berisiko tinggi
HIV.
 IUD tidak dapat digunakan jika seorang wanita memiliki HIV,
kecuali kondisi klinis ARVnya baik, tidak memiliki servisitis
purulen, gonorrhea atau klamidia, dan tidak berisiko tinggi
terhadap infeksi ini. Jika IUD disisipkan sebelumnya, ia bisa terus
digunakan.
 MAL : ASI dapat menularkan HIV kepada bayi, namun risiko ini
sangat rendah jika Ibu HIV-positif menggunakanl ARV. ASI
eksklusif juga mengurangi risiko penularan HIV dan
meningkatkan kelangsungan hidup bayi.

29
e. Perkembangan Penelitian
Studi baru dan uji coba pencegahan HIV akan didorong untuk
mengumpulkan data yang lebih baik pada paparan kontrasepsi pada setiap
studi dan mengembangkan cara-cara inovatif untuk ukuran yang lebih
baik. Hal ini diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara berbagai
metode kontrasepsi hormonal dan akuisisi, transmisi dan perkembangan
penyakit HIV, terutama untuk metode implan, IUD, suntik dan
MOW/MOP.
Penelitian juga harus mencari cara untuk memperluas jangkauan
metodologi penelitian untuk pengumpulan data yang lebih baik pada
kemungkinan penerimaan tes HIV, keselamatan, dan kepatuhan, serta
perilaku (exposure) data, dalam rangka meningkatkan kualitas informasi
bagi pengambilan keputusan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan pada interaksi antara kontrasepsi
hormonal dan obat-obatan antiretroviral, serta pekerjaan lebih lanjut pada
semua bentuk alat kontrasepsi dalam rahim.

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan
melalui suntikan dan merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang
dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan
pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (Suparyanto, 2010).
Abdul Bari S. (2006) dalam BPK menyatakan, yang dimaksud dengan
Combined Injectable Contraceptives (CIC) atau suntik kombinasi adalah
25mg depomedroksiprogesteron asetat dan5mg estradiol sipionat yang
diberiakn injeksi I.M. sebulan sekali(cyclofem), dan 50mg noretindron enentat
dan 5mg estradiol Valerat yangdiberiakn injeksi I.M. Kemudian secara rinci,
beliau mengemukakan mengenai cara kerja,efektivitas, keuntungan
kontrasepsi dan nonkontrasepsi, kerugian, yang boloh dan tidak boleh
melakukan suntik kombinasi, waktu dan caramemulai penggunaan suntik
kombinasi.
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi
pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik
jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan
jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker
payudara atau organ reproduksi, atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu
yang merupakan perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran
darah yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan
kelainan-kelainan yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.
Kanker payudara sangat erat kaitannya dengan hormon estrogen
wanita. Ada sebagian informasi telah mengatakan bahwa pemakaian
kontrasepsi khususnya kontrasepsi oral bisa menghambat kondisi kanker
payudara. Kanker bisa saja berubah menjadi ganas.

31
Studi baru dan uji coba pencegahan HIV akan didorong untuk
mengumpulkan data yang lebih baik pada paparan kontrasepsi pada setiap
studi dan mengembangkan cara-cara inovatif untuk ukuran yang lebih baik.
Hal ini diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara berbagai metode
kontrasepsi hormonal dan akuisisi, transmisi dan perkembangan penyakit
HIV, terutama untuk metode implan, IUD, suntik dan MOW/MOP.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas adapun saran yang dapat menulis
sampaikan dalam makalah ini adalah penelitian lebih lanjut diperlukan pada
interaksi antara kontrasepsi hormonal dan obat-obatan antiretroviral, serta
pekerjaan lebih lanjut pada semua bentuk alat kontrasepsi dalam rahim.
Penelitian juga harus mencari cara untuk memperluas jangkauan
metodologi penelitian untuk pengumpulan data yang lebih baik pada
kemungkinan penerimaan tes HIV, keselamatan, dan kepatuhan, serta perilaku
(exposure) data, dalam rangka meningkatkan kualitas informasi bagi
pengambilan keputusan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo. 2008. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : YBS-SP

Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1. Jakarta : EGC

Saifuddin, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


YBS-SP

William, dkk. 2006. Obstetri Willian volume 2. Jakarta : EGC

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBS-SP

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC

33

Anda mungkin juga menyukai