Dosen Pembimbing :
Pauline Kusmaryati, SST, M.BMd
Oleh :
BRILYANITA HENDRIE
PO71242220143
Mengesahkan,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF NIFAS DAN MENYUSUI PADA NY.G P2A0H2 DENGAN
PERAWATAN LUKA PERINEUM POST EPISIOTOMI DI BPM RIKA KOTA
SUNGAI PENUH TAHUN 2022” Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat
diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan sejumlah pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Pauline Kusmaryati, SST, M.BMd selaku preseptor akademik
4. Rika Okta Dafrianti, Amd.Keb selaku preseptor lahan
5. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangunakan sangat kami harapkan. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ...........................................................................................................
B. SARAN .......................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 melaporkan Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun
2010 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut data Depkes RI (2008),
secara nasional penyebab langsung kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar
adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, dan
partus
macet 5 % (Depkes RI, 2008).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama
6 minggu (Wulandari dan Handayani, 2011). Episiotomi merupakan istilah untuk suatu
insisi di perineum, tidak semua ibu memerlukan episiotomi untuk kelahiran namun
pengalaman yang matang diperlukan untuk menentukan kapan episiotomi tidak
diperlukan (Liu, 2007).
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi merupakan daerah yang
tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pada masa nifas, seorang ibu akan
rentan terhadap infeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah
infeksi (Bahiyatun, 2009). Setelah buang air besar atau buang air kecil perineum
dibersihkan secara rutin. Caranya yaitu dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan
kassa steril (Uliyah, 2008). Sebelum dan sesudah membersihkan genetalia, ibu harus
mencuci tangan sampai bersih. Pada waktu mencuci luka (episiotomi), ibu harus
mencucinya dari arah depan ke belakang dan mencuci daerah anusnya yang terakhir
(Bahiyatun, 2009). Jika dilakukan perawatan pada luka perineum post episiotomi maka
akan mempercepat penyembuhan, sedangkan jika tidak dilakukan perawatan maka akan
menyebabkan terjadinya infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membahas kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas pada Ny.G P2A0H2 Dengan Perawatan
Luka Perineum Post Episiotomi di BPM Rika Tahun 2022”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu : “Bagaimana
memberikan asuhan kebidanan ibu nifas yang dilakukan pada Ny. G dengan perawatan
luka perineum post episiotomi di BPM Rika?
TINJAUAN PUSTAKA
2. Episiotomi
a. Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah insisi yang dibuat melalui perineum yang dilakukan sebelum
melahirkan yang bertujuan untuk memperluas jalan keluar bayi hingga dapat
mempermudah dalam melahirkan (Sujiyatini dkk, 2011).
b. Tujuan Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), tujuan episiotomi adalah :
1) Membuat luka yang lurus sehingga mudah di jahit dan penyembuhannya lebih baik.
2) Mengurangi tekanan pada kepala anak.
3) Mempersingkat kala II.
4) Mengurangi kemungkinan ruptur perineum totalis pada episiotomi mediolateral
dan median.
c. Indikasi Episiotomi
Indikasi episiotomi adalah :
1) Gawat janin.
2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu, ekstraksi
forcep, ekstraksi vacum.
3) Jaringan parut atau bekas pada perineum ataupun pada vagina.
4) Perineum kaku dan pendek.
5) Adanya ruptur pada perineum. (Widiastuti dkk, 2008)
6) Kepala janin besar dan janin besar.
7) Pada primigravida (para).
8) Pimpinan persalinan yang salah. (Mochtar, 2011)
d. Cara Melakukan Tindakan Episiotomi
Menurut Sujiyatini dkk (2011), cara melakukan tindakan episiotomi adalah :
1) Pegang gunting dengan satu tangan.
2) Letakkan jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah
dengan rencana sayatan.
3) Tunggu fase puncak his, kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka
diantara jari telunjuk dan tengah.
4) Gunting perineum, dimulai dari komissura posterior 45 derajat ke lateral (kiri atau
kanan).
5) Lanjutkan pimpinan persalinan.
e. Perawatan Luka Perineum (Luka post episiotomi)
Perawatan luka perineum (Luka post episiotomi) adalah sebagai berikut:
1) Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
2) Menghindari penggunaan obat-obat trandisional pada perineumnya.
3) Merawat luka perineum dengan teknik septik aseptik yaitu dengan cara
dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril
4) Melakukan mobilisasi dini setelah 8 jam/ lebih post partum dengan cara miring ke
kanan atau ke kiri
5) Memberikan Memberikan obat Ampisilin 2 gr diminum 4 x per hari selama 5 hari
6) Melakukan kunjungan ulang dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan
lukanya (Wiknjosastro, 2008).
b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
B. Interpretasi Data
1. Diagnosa Kebidanan
Ny. P2A0H2 umur 28 tahun, 2 jam post partum dengan luka jahitan perineum derajat
II post episiotomi
Data Dasar :
Data Subyektif :
a. Ibu mengatakan berumur 28 tahun
b. Ibu mengatakan melahirkan anak pertama pada tanggal 10 maret 2016, anak kedua
pada tanggal 14 Desember 2022 dan belum pernah keguguran.
c. Ibu mengatakan perutnya mules.
d. Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan.
Data Obyektif :
C. Diagnosa Potensial
Terjadi infeksi pada luka bekas jahitan.
D. Tindakan Segera
1. Pemberian terapi yaitu :
Amoxillin 500 mg 3 x 1/
tablet
Asam mefenamat 500 mg 3 x 1/ tablet
Vitamin A 200.000 unit 1 x 1 (tablet)
Tablet Fe 40 tablet 1 x 1
E. Perencanaan
1. Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada perut.
3. Anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
4. Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada perineumnya.
5. Ajarkan ibu tentang teknik relaksasi
6. Lakukan perawatan luka perineum
7. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene.
8. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
9. Beri ibu terapi obat dan anjurkan untuk meminumnya.
F. Pelaksanaan
1. Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaannya.
2. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mules dan nyeri pada luka perineum bekas jahitan
yang dialaminya adalah keadaan yang normal pada ibu nifas. Rasa mules diakibatkan
karena kontraksi uterus yang memproses uterus menjadi normal atau kembali ke semula
seperti sebelumhamil dan nyeri jahitan normal karena jaringan - jaringan yang telah
robek akan membentuk jaringan kembali.
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
4. Menganjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada
perineumnya.
5. Mengajarkan ibu tentang teknik relaksasi pada saat mules yaitu :
a. Ibu menarik nafas panjang.
b. Perlahan – lahan dihembuskan.
c. Ibu bernafas seprti biasa.
d. Apabila ibu merasa nyeri, anjurkan untuk bernafas secara dangkal dan cepat.
6. Melakukan perawatan luka perineum post episiotomi dengan teknik aseptik pada daerah
genetalia dan sekitarnya dengan cara membersihkan terlebih dahulu daerah luka
kemudian menggunkan air hangat atau air bersih dan kassa steril lalu di beri betadine dan
kassa steril yang diberi salep gentamisin 0,1 mg yang dioleskan pada daerah luka jahitan.
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu dengan cara sebelum dan
sesudah memegang luka cuci tangan dengan sabun, cebok yang benar dari arah depan
dan belakang.
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
9. Memberi ibu terapi obat dan menganjurkan ibu untuk
meminumnya. Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet
Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
Vit A 200.000 unit 1 x 1 tablet
Tablet Fe 40 tablet 1 x 1
G. Evaluasi
1. Ibu sudah mengerti dengan hasil pemeriksaannya.
2. Ibu mengerti tentang rasa mules yang dialaminya adalah keadaan normal.
3. Ibu sudah menjaga perineumnya tetap bersih dan kering.
4. Ibu bersedia untuk tidak menggunakan obat – obatan tradisional pada perineumnya.
5. Ibu dapat melakukan relaksasi.
6. Perawatan luka perineum sudah dilakukan.
7. Ibu sudah melakukan personal hygiene.
8. Ibu sudah beristirahat selama 25 menit.
9. Ibu bersedia untuk meminum obat.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas Ny. G dengan
perawatan luka perineum post episiotomi dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan varney yang terdiri dari 7 langkah, yaitu :
A. Pengkajian
Data Subyektif adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadan pasien dan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Wulandari dan Handayani, 2011).
keluhan utama adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan masa
nifas, keluhan pada ibu nifas dengan luka perineum post episiotomi yaitu nyeri pada
jalan lahir karena adanya jahitan (Alimul, 2006). Data Obyektif adalah data yang diambil
dari pemeriksaan fisik pada pasien (Alimul, 2006).
Berdasarkan pada kasus Ny.G P2A0H2 umur 28 tahun, 2 jam post partum dengan
perawatan luka perineum post episiotomi data subyektif adalah ibu mengatakan merasa
nyeri pada luka jahitan pada perineum post episiotomi dan perut terasa mules setelah
melahirkan, sedangkan data obyektif didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu perineum
heating jelujur derajat II post episiotomi mediolateralis. Pada kasus ini maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
B. Interpretasi Data
Masalah yang sering muncul dalam kasus ini adalah ibu merasa nyeri pada luka
jahitan di perineum karena post episiotomi (Suherni, 2008). Kebutuhan yang diperlukan
pada ibu nifas dengan luka post episiotomi adalah penjelasan tentang rasa nyeri pada
perineum karena luka perineum post episiotomi (Suherni, 2008). Pada kasus Ny.G
P2A0H2 umur 28 tahun nyeri pada luka jahitannya, ditemukan masalah Nyeri pada luka
jahitan perineum post episiotomi dan Mules – mules pada perut, sehingga kebutuhan
yang diberikan adalah Penjelasan tentang nyeri perineum dan cara perawatannya,
Penjelasan tentang after pains dan ajarkan teknik relaksasi. Pada kasus ini dapat
disimpulkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
C. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post
episiotomi yang mungkin terjadi adalah terjadinya infeksi pada luka jahitan perineum
(Uliyah, 2006). Pada kasus Ny. G P2A0H2 umur 28 tahun tidak ditemukan adanya tanda
- tanda infeksi karena luka perineum post episiotomi dilakukan dengan teknik
aseptik, Pada kasus ini dapat disimpulkan antara teori dan kasus ada perbedaan.
D. Tindakan segera
Antisipasi untuk pada kasus perawatan luka perineum post episiotomi dengan
melakukan perawatan luka perineum post episiotomi yaitu jahitan dirawat dengan cara
dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008). Serta
memberikan obat Amoxillin 500 mg 3 x 1/ tablet, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1/ tablet,
Vitamin A 200.000 unit 1 x 1 (tablet), Tablet Fe 40 tablet 1 x 1 (Thompson, 2008).
Tindakan segera pada kasus Ny. G P2A0 umur 28 tahun yaitu pemberian obat Amoxillin
500 mg 3 x 1/ tablet, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1/ tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x
1 (tablet), Tablet Fe 40 tablet 1 x 1. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan dapat di
simpulkan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
E. Perencanaan
langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau antispasi pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney, 2004). Rencana
asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan perawatan luka post episiotomi adalah :
1. Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. KIE tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada perut.
3. Anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
4. Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat-obat trandisional pada
perineumnya. (Wiknjosastro, 2008)
5. Lakukan perawatan luka perineum dengan teknik aseptik dengan cara menggunakan
air hangat atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008).
6. Ajarkan ibu tentang teknik relaksasi (Saleha, 2009).
7. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene (Suherni, 2008).
8. Berikan terapi obat Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Asam mefenamat, 500 mg 3 x 1
tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1, Tablet Fe 40 tablet 1 x 1 (Thompson, 2008).
9. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang dalam seminggu untuk memeriksa
penyembuhan lukanya (Wiknjosastro, 2008).
Perencanaan pada kasus ibu nifas Ny. G P2A0H2 umur 28 tahun dengan
perawatan luka perineum post episiotomi adalah beri tahu ibu tentang hasil
pemeriksaan, Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules
pada perut, anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering,
anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada
perineumnya, ajarkan ibu tentang teknik relaksasi, lakukan perawatan luka perineum
dengan cara teknik aseptik yaitu pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara
membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan air hangat atau air
bersih dan kassa steril lalu di beri betadine dan kassa steril yang diberi salep
gentamisin 0,1 mg yang dioleskan pada daerah luka jahitan, anjurkan ibu untuk
menjaga personal hygiene, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, beri ibu terapi
obat dan anjurkan untuk meminumnya. Dalam langkah perencanaan dapat
disimpulkan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
F. Pelaksanaan
Pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan. Pada langkah pelaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu nifas Ny.G P2A0H2 umur 28 tahun dengan perawatan luka perineum
post episiotomi yaitu Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan, Jelaskan pada ibu tentang
rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada perut, anjurkan ibu untuk menjaga agar
perineum selalu bersih dan kering, anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat –
obat tradisional pada perineumnya, ajarkan ibu tentang teknik relaksasi, lakukan
perawatan luka perineum dengan cara teknik aseptik yaitu pada daerah genetalia dan
sekitarnya dengan cara membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian
menggunkan air hangat atau air bersih dan kassa steril, anjurkan ibu untuk menjaga
personal hygiene, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, beri ibu terapi obat dan
anjurkan untuk meminumnya.
Pada kasus Ny. G P2A0H2 umur 28 tahun, pada teori perawatan luka perineum tidak
menggunakan betadine dan salep gentamisin 0,1 mg sedangkan pada praktik perawatan
luka perineum menggunakan betadine dan salep gentamisin 0,1 mg. Dalam langkah
perencanaan dapat disimpulkan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
G. Evaluasi
Menurut Ladewiq (2006) dan ambarwati dan wulandari (2010) setelah dilakukan
observasi keadaan umum ibu baik, tidak terjadi perdarahan, kontraksi keras, luka
perineum post episiotomi kering, sembuh dan tidak nyeri, tidak terjadi infeksi dan ibu
bisa melewati masa nifas dengan baik.
Pada kasus ibu nifas Ny. G P2A0H2, umur 28 tahun , setelah dilakukan perawatan
luka perineum post episiotomi selama 6 hari hasilnya adalah luka episiotomi kering,
sembuh, tidak nyeri dan tidak terjadi infeksi. Dengan demikian dilihat dari teori dan pada
lahan dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.G P2A0H2 dengan perawatan luka
perineum post episiotomi di BPM Rika mulai dari pengkajian dan sampai evaluasi
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut varney, maka
penulis menyimpulkan bahwa :
1. Pada pengkajian pada Ny. G P2A0H2 umur 28 tahun dengan perawatan luka
perineum post episiotomi dilaksanakan dengan mengumpulkan data subyektif yang
diperoleh dari hasil wawancara dimana ibu mengatakan merasakan nyeri pada luka
jahitan pada perineum post episiotomi dan perut terasa mules setelah melahirkan.
data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik seperti perineum heating jelujur
derajat II post episiotomi mediolateralis.
2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny.G P2A0H2 umur 28 tahun
dengan perawatan luka perineum derajat II post episiotomi. Masalah yang muncul
yaitu Nyeri pada luka jahitan perineum post episiotomi dan Mules – mules pada
perut, sehingga kebutuhan yang diberikan adalah Penjelasan tentang nyeri perineum
dan cara perawatannya, Penjelasan tentang after pains dan ajarkan teknik relaksasi.
3. Diagnosa potensial pada Ny. G P2A0H2 umur 28 tahun dengan perawatan luka
perineum post episiotomi tidak ditemukan tanda – tanda infeksi karena luka
perineum post episiotomi dilakukan dengan teknik aseptik.
4. Tindakan segera pada Ny. G P2A0H2 umur 28 tahun yaitu pemberian obat Amoxillin
500 mg 3 x 1/ tablet, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1/ tablet, Vitamin A 200.000 unit
1 x 1 (tablet), Tablet Fe 40 tablet 1 x 1.
5. Pada rencana asuhan kebidanan yang akan dilakukan pada ibu nifas Ny.G P2A0H2
umur 24 tahun dengan perawatan luka perineum post episiotomi yaitu beri tahu ibu
tentang hasil pemeriksaan, Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan
rasa mules pada perut, anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan
kering, anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada
perineumnya, ajarkan ibu tentang teknik relaksasi, lakukan perawatan luka perineum
dengan cara teknik aseptik yaitu pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara
membersihkan terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan air hangat atau air
bersih dan kassa steril lalu di beri betadine dan kassa steril yang diberi salep
gentamisin 0,1 mg yang dioleskan pada daerah luka jahitan, anjurkan ibu untuk
menjaga personal hygiene, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, beri ibu terapi
obat dan anjurkan untuk meminumnya.
6. Pelaksanaan pada kasus ibu nifas Ny. G P2A0H2 umur 28 tahun dengan perawatan
luka perineum post episiotomi adalah beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaan,
Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada perut,
anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering, anjurkan ibu
untuk menghindari penggunaan obat – obat tradisional pada perineumnya, ajarkan
ibu tentang teknik relaksasi, lakukan perawatan luka perineum dengan cara teknik
aseptik yaitu pada daerah genetalia dan sekitarnya dengan cara membersihkan
terlebih dahulu daerah luka kemudian menggunkan air hangat atau air bersih dan
kassa steril lalu di beri betadine dan kassa steril yang diberi salep gentamisin 0,1 mg
yang dioleskan pada daerah luka jahitan, anjurkan ibu untuk menjaga personal
hygiene, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, beri ibu terapi obat dan anjurkan
untuk meminumnya.
7. Evaluasinya adalah Ny.G P2A0H2 umur 28 tahun, setelah dilakukan perawatan luka
perineum post episiotomi, luka perineum post episiotomi tidak muncul tanda – tanda
infeksi dan masa nifas dapat berjalan dengan normal tanpa adanya komplikasi.
8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. G dengan menerapkan 7 langkah
Varney, ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek
9. Alternatifnya adalah hasil pemeriksaan, KIE tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan
rasa mules pada perut, menjaga perineum selalu bersih dan kering, menghindari
penggunaan obat-obat trandisional pada perineumnya, teknik relaksasi, menjaga
personal hygiene, pemberian terapi obat, kunjungan ulang.
B. SARAN
1. Bagi profesi
Diharapkan dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan pengembangan asuhan
kebidanan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan atau melaksanakan
asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi dalam memberikan pelayanan pada ibu
nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal
Mulyo Mojosongo Surakarta.
3. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi
Diharapkan untuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan informasi
mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post
episiotomi.
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Dahlan, dkk, 2021. Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri Luka Perineum Pada
Ibu Post Partum. Jurnal ilmu keperawatan dan kebidanan nasional 2021;3 (2)
Lukman, dkk, 2020. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Nyeri Luka
Episiotomi Di RS Muhammadiyah Palembang. Jurnal keperawatan sriwijaya, volume 7
Nomor 2, juli 2020, p-ISSN 2684-87
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogjakarta: Andi.
Mulati, Triwik Sri, 2017. Nyeri perineum berdasarkan karakteristik pada ibu post partum.
Jurnal involusi kebidanan, Vol. 7, No. 13, Januari 2017
Wulandari, S.R, Handayani, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogjakarta:
Gosyen Publishing.