Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK NIFAS DAN


MENYUSUI PADA IBU NIFAS 6 JAM POST PARTUM DI
PMB KETUT SUSINI, SST.KEB TANGGAL 12 NOVEMBER 2022

OLEH
KADEK YULI ASTINI
NIM P07124322045
KELAS B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PROFESI BIDAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR
PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK NIFAS DAN
MENYUSUI PADA IBU NIFAS 6 JAM POST PARTUM DI
PMB KETUT SUSINI, SST.KEB TANGGAL 12 NOVEMBER 2022

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN

  Pembimbing Institusi                                       Pembimbing Lapangan

 Gusti Ayu Marhaeni, SKM., M.Biomed Ni Komang Sri Ulandari,A.Md.Keb


       NIP. 196512311986032008                                 

MENGETAHUI
 KETUA PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ni Wayan Armini, SST., M. Keb


NIP. 198101302002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tentang “Asuhan
Kebidanan Fisiologis Holistik Nifas Dan Menyusui pada Ibu Nifas 6 Jam Post
Partum di PMB Ketut Susini, SST.Keb Tanggal 12 November 2022”. Laporan
kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
penugasan individu dalam Praktik Holistik Fisiologis Nifas dan Menyusui Prodi
Profesi Bidan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
Penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak yang berhubungan dengan penyusunan laporan kasus dan kegiatan
yang dilaksanakan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada, Yang Terhormat:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar
2. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
3. Gusti Ayu Marhaeni, SKM.,M.Biomed selaku pembimbing Institusi dalam
PK Fisiologis Holistik Nifas dan Menyusui ini.
4. Ni Komang Sri Ulandari, A.Md.Keb sebagai pembimbing lapangan dalam
penyusunan laporan akhir PK Fisiologis Holistik Nifas dan Menyusui ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan akhir ini.
Penulis mengetahui banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus
ini. Oleh karena itu, Penulis berharap adanya masukan dan saran dari semua pihak
demi lebih baiknya laporan kasus ini.

Singaraja, November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
C. Manfaat Penulisan..................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................................4
A. Konsep Dasar Masa Nifas dan Menyusui...............................................................4
B. Kunjungan Nifas (KF)............................................................................................5
C. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Masa Nifas dan Menyusui...............................6
D. Adaptasi Psikologi Masa Nifas...............................................................................8
E. Manajemen Laktasi................................................................................................9
F. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas dan Menyusui........................................15
BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................................25
A. Data Subjektif.......................................................................................................25
B. Data Objektif........................................................................................................28
C. Analisa.................................................................................................................29
D. Penatalaksanaan...................................................................................................29
BAB IV PEMBAHASAN KASUS..................................................................................31
A. Subjektif...............................................................................................................31
B. Objektif................................................................................................................32
BAB V PENUTUP...........................................................................................................35
A. Simpulan..............................................................................................................35
B. Saran....................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil. Nifas (puerperium)
berasal dari bahasa latin yang mempunyai 2 suku kata yakni puer dan parous. Peur
berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa peur
perium merupakan masa setelah melahirkan (Asih, 2016).
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari. Masa nifas adalah akhir dari periode intrapartum
yang ditandai dengan lahirnya selaput dan plasenta yang berlangsung sekitar 6
minggu (Mansyur dan Kasrinda, 2014).
Menurut Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017, Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, persentase wanita yang memperoleh
perawatan masa nifas dalam kurun waktu 2 hari pertama setelah persalinan
meningkat dari 80% pada SDKI 2012 menjadi 87% pada SDKI 2017. Untuk dapat
menurunkan angka kematian ibu, pemerintah membuat program dan kebijakan
teknis yang lebih baru mengenai jadwal Kunjungan masa nifas World Health
Organization (WHO) menganjurkan agar pelayanan kesehatan masa nifas
(postnatal care) bagi ibu mulai diberikan dalam kurun waktu 24 jam setelah
melahirkan oleh tenaga kesehatan yang kompeten, misalnya dokter, bidan atau
perawat (World Health Organization, 2014).
Menurut Kemenkes R.I (2020), pelayanan nifas yang dapat diberikan pada
masa nifas atau Kunjungan Nifas yang kemudian disebut dengan KF terdiri dari
KF 1 diberikan pada enam jam sampai dua hari setelah persalinan, KF 2 diberikan
pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah persalinan, KF 3 pelayanan yang
dilakukan hari ke-8 sampai ke-28 setelah persalinan, dan KF 4 pelayanan yang
dilakukan ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan.
Oleh karena pentingnya mahasiswa bidan dalam melakukan praktik langsung
pada pasien nyata di lahan praktik, maka dilaksanakan Praktik Kebidanan
Fisiologis Holistik Nifas dan Menyusui di PMB Ni Komang Ayu Yuliari, SST

1
dan Laporan Akhir Praktik ini disusun sebagai akhir pelaksanaan Praktik
Kebidanan Fisiologis Holistik Nifas dan Menyusui. Melalui praktik ini mahasiswa
diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh saat proses belajar
mengajar di wahana praktik, memperoleh pengalaman dan meningkatkan
kompetensinya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny “S”
umur 21 tahun P1001 pspt.B 6 jam post partum di PMB Ni Komang Ayu
Yuliari, SST dengan pendokumentasian menggunakan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif asuhan kebidanan pada ibu
nifas Ny “S” umur 21 tahun P1001 pspt.B 6 jam post partum di PMB Ni
Komang Ayu Yuliari, SST.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif asuhan kebidanan pada ibu
nifas Ny “S” umur 21 tahun P1001 pspt.B 6 jam post partum di PMB Ni
Komang Ayu Yuliari, SST.
c. Mampu melakukan analisis data asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny “S”
P1001 pspt.B 6 jam post partum di PMB Ni Komang Ayu Yuliari, SST.
d. Mampu melakukan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny “S”
P1001 pspt.B 6 jam post partum di PMB Ni Komang Ayu Yuliari, SST.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti bagaimana penatalaksanaan pada ibu nifas
dan mengerti tindakan yang harus dilakukan.
2. Bagi Lahan Praktik
Dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktik dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu nifas fisiologis.

2
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan dan pengajaran terutama
yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Masa Nifas dan Menyusui


Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil. Nifas (puerperium)
berasal dari bahasa latin yang mempunyai 2 suku kata yakni puer dan parous. Peur
berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa peur
perium merupakan masa setelah melahirkan (Asih, 2016).
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari. Masa nifas adalah akhir dari periode intrapartum
yang ditandai dengan lahirnya selaput dan plasenta yang berlangsung sekitar 6
minggu (Mansyur dan Kasrinda, 2014).
Adapun tahapan masa nifas menurut Mansyur dan Kasrinda (2014) yaitu :
1. Puerperium dini (immediate post partum periode)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang dalam hal ini
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Masa ini sering terdapat
banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia uteri oleh karena itu
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokhia, tekanan darah dan suhu.
2. Puerperium intermedial (Early post partum periode)
Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu). Periode ini
bidan memastikan bahwa involusio uterus berjalan normal, tidak ada
perdarahan abnormal dan lokhia tidak terlalu busuk, ibu tidak demam, ibu
mendapat cukup makanan dan cairan, menyusui dengan baik, melakukan
perawatan ibu dan bayinya sehari-hari.
3. Remote Puerperium (Late post partum periode)
Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Periode ini bidan tetap
melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari serta memberikan
konseling KB.

4
B. Kunjungan Nifas (KF)
Menurut Kemenkes R.I (2020), pelayanan nifas yang dapat diberikan pada
masa nifas yaitu:
1. Kunjungan nifas pertama (KF 1) diberikan pada enam jam sampai dua hari
setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar
dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan,
pemberian kapsul Vitamin A, minum tablet tambah darah setiap hari,
pelayanan KB pasca persalinan.
2. Kunjungan nifas kedua (KF 2) diberikan pada hari ke-3 sampai hari ke-7
setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar
dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan,
minum tablet tambah darah setiap hari, dari pelayanan KB pasca persalinan.
3. Kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan hari ke-8 sampai
ke-28 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan
asuhan pada KF 2.
4. Kunjungan nifas keempat (KF 4), pelayanan yang dilakukan ke-29 sampai
hari ke-42 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan
asuhan pada KF 3 yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah
darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah
seriap hari, dan KB pasca persalinan.

Asuhan yang diberikan pada masa nifas menurut (Kemenkes R.I, 2013),
yaitu:
1. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.
2. Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.
3. Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
4. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.
5. Pemeriksaan kontraksi rahim, tinggi fundus uteri, dan kandung kemih.
6. Pemeriksaan payudara anjuran pemberian ASI Ekslusif.
7. Pemberian kapsul Vitamin A.

5
8. Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan dan Konseling

C. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Masa Nifas dan Menyusui


1. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses involusi,
disamping itu juga terjadi perubahan-perubahan penting lain yaitu terjadinya
hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Uterus Adalah organ yang banyak
mengalami perubahan besar karena telah mengalami perubahan besar selama
masa kehamilan dan persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara terus
menerus, sehingga adanya janin dalam uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya
janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya, maka akan terjadi kerusakan
serabut otot jika tidak dikehendaki. Proses katabolisme akan bermanfaat untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut (Asih Yusari, Risneni, 2016).
2. Perubahan involusi uterus
Fundus uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin. Penyusutan antara
1-1,5 cm atau sekitar 1 jari perhari. Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di
abdomen karena sudah masuk di bawah simfisis. Pada buku keperawatan
maternitas pada hari ke-9 uterus sudah tidak teraba. Involusi ligament uterus
berangsurangsur, pada awalnya cenderung miring ke belakang. Kembali normal
antefleksi dan posisi anteverted pada akhir minggu keenam (Asih Yusari, Risneni,
2016).
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum dapat dilihat
di bawah ini:
Involusi Tinggi Fundus Berat Fundus
Bayi lahir Sepusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
7 hari ( 1 mgg ) Pertengahan pusat – symphisis 500 gr
14 hari ( 2 mgg ) Tak teraba diatas symphibis 350 gr
42 hari ( 6 mgg ) Bertambah kecil 50 gr
56 hari ( 8 mgg ) Normal 30 gr

6
3. Lochea
Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan
sisa dari tempat implantasi plasenta disebut lokia. Pengeluaran lokia dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya seperti berikut :
a. Lochea rubra (cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum, warnanya merah
mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan
chorion.
b. Lochea sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska persalinan.
c. Lochea serosa
Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak
serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta.
d. Lochea alba
Sejak 2-6 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan
mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati
(Asih Yusari, Risneni, 2016).

4. Perubahan pada vagina dan perineum


Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas
berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali
ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul
kembali sebagai kepingan-kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami
sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule mirtiformis. Estrogen pascapartum
yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae
(Asih Yusari, Risneni, 2016).
5. Tempat tertanamnya plasenta
Saat plasenta keluar normalnya uterus berkontraksi dan relaksasi/retraksi
sehingga volume/ruang tempat plasenta berkurang atau berubah cepat dan 1 hari
setelah persalinan berkerut sampai diameter 7,5 cm. (Asih Yusari, Risneni,
2016:69)

7
6. Perubahan sistem muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang
dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6
sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. Striae pada abdomen tidak dapat
menghilang sempurna tapi berubah menjadi halus/samar, garis putih keperakan.
Dinding abdomen menjadi lembek setelah persalinan karena teregang selama
kehamilan. Semua ibu puerperium mempunyai tingkatan diastasis yang mana
terjadi pemisahan muskulus rektus abdominus (Asih Yusari, Risneni, 2016).

D. Adaptasi Psikologi Masa Nifas


Adaptasi psikologis masa nifas merupakan proses adaptasi dari seorang ibu
nifas, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitif dalam segala hal, tertama yang
berkaitan dengan dirinya serta bayinya. Perubahan psikologis mempunyai peranan
yang sangat penting. Pada masa ini, ibu cenderung pasif dan tergantung. Ibu
hanya menuruti nasehat, ragu-ragu dan membuat keputusan, masih berfokus unutk
memenuhi kebutuhan sendiri, menggebu membicarakan pengalaman persalinan
(Astuty, 2019).
Dalam menjalani adaptasi masa nifas, sebagian ibu dapat mengalami fase-
fase sebagai berikut :
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu baru umumnya pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Pengalaman selama
proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening
skills) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak
ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.
Petugas kesehatan dapat menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk

8
memberikan dukungan moril dan menyediakan waktu untuk mendengarkan semua
yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan baik.

2. Fase taking hold


Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita
perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu. Pada fase ini ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima
berbagai masukan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul rasa percaya
diri.
3. Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah
meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan
sangat berguna bagi ibu agar lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan
bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak terlalu lelah dan terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang
cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat
bayinya (Azizah dan Rosyidah, 2019).

E. Manajemen Laktasi
1. Produksi Air susu ibu
Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat
ekstraksi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan
molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan
acini dan mendorongnya menuju ke tubuli lactifer.
Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan
demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan

9
air susu 2 sampai 3 kali tiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.
2. Pengeluaran Air Susu
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam grandula pituitaria
posterior. Akibat langsung reflek ini adalah dikeluarkanya oksitosin dari
pituitaria posterior: hal ini akan menyebabkan sel-sel mioepitel (sel keranjang
atau sel laba-laba) disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu
masuk ke dalam pembuluh lactifer, dan dengan demikian lebih banyak air
susu yang mengalir ke dalam ampullae. Reflek ini dapat dihambat oleh
adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum.
3. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk
memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
a. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang cukup dari payudara
ibunya.
b. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya
sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa
jam pertama.
b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
d. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
f. Memberikan kolustrum dan ASI saja.
g. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
1. Manfaat Pemberian ASI
a. Manfaat ASI Bagi Bayi
1) ASI sebagai Nutrisi.

10
2) Makanan terlengkap untuk bayi terdiri dari proporsi yang seimbangdan
cukup mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama
3) Mengandung antibody (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap
penyakit terutama diare dan gangguan pernapasan.
4) Menunjang perkembangan motorik sehinggga bayi yang diberikan ASI
Ekslusif akan lebih cepat bisa berjalan.
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang
6) Selalu siap sedia dan dalam suhu yang sesuai
7) Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap
8) Melindungi terhadap alergi
b. Bagi Ibu
1) Mengurangi pendarahan setelah melahirkan
2) Menjarangkan kehamilan
3) Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran
plasenta karena hisapan bayi merangsang kontraksi rahim dan
menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan
4) Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu
meningkatkan produksi ASI dan proses Laktasi.
5) Hisapan putting yang segera dan sering membantu mencegah payudara
membengkak
6) Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI
tersedia kapan dan dimana saja ASI selalu bersih, sehat, dan dalam suhu
yang sesuai
7) Pemberian ASI ekonomis atau murah
8) Menurunkan risiko kanker payudara
2. Upaya Memperbanyak ASI
Berikut ini adalah cara memperbanyak ASI yang dapat dilakukan ibu
untuk menunjang tumbuh kembang anak anda :
a. Berikan ASI sesering mungkin, meskipun ASI tidak begitu banyak akan
tetapi dengan cara merangsang produksi ASI maka akan meningkat.
b. Memberikan kesempatan bayi untuk mengkonsumsi ASI dalam waktu
lama. Tujuan dari cara ini adalah untuk mengosongkan ASI yang telah

11
diproduksi sehingga merespon produksi ASI selanjutnya.
c. Berikan ASI bergantian sehingga bayi tidak bosan dengan bagian kiri atau
kanan saja. Bayi akan menyesuaikan dengan cara menghisap.
d. Pijatan yang benar dan tepat akan membantu dalam memperbanyak ASI.
e. Memompa ASI setelah selesai menyusui untuk menstimulasi produksi
ASI.
f. Buat suasana yang tenang dan relaks sehingga membuat bayi lebih lama
menyusui.
g. Mengkonsumsi air putih.
h. Hindari merokok karena akan menghambat ASI dan memberikan
pengaruh negatif dari bahan kimia yang berbahaya pada bayi.
i. Rileks saat menyusui merupakan salah satu cara untuk memperbanyak
ASI.
3. Tanda Bayi Cukup ASI
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai
kuning muda.
b. Bayi buang air besar 1-2 kali dalam sehari dan berwarna kekuningan
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup.
Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam
d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi menyusu
f. Bayi bertambah berat badan
4. ASI Ekslusif
ASI esklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai
sekitar usia 4-6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, ait teh, madu, air putih.
Pada pemberian ASI esklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan
seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan sebagainya. ASI
esklusif diharapkan dapat diberikan sekurang-kurangnya selama empat bulan
dan kalau memungkinkan sampai enam bulan. Pemberian ASI secara benar
akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan tanpa
makanan pendamping. Di atas usia enam bulan bayi memerlukan makanan

12
tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua
tahun.
5. Cara Merawat Payudara
Bagi ibu yang menyusui bayinya perawatan putting susu merupakan
suatu hal yang sangat penting. Payudara harus dibersihkan denga teliti setiap
hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan
mengangkat kolostrum yang kering atau sisa  susu untuk mencegah
akumulasi dan masuknya bakteri baik ke putting maupun ke mulut bayi.
Salep atau krim khusus dapat digunakan untuk mencegah pecah-pecah pada
putting.
6. Cara Menyusui yang Benar
Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (Depkes RI, 2005) :
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai
b. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
c. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara
d. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
e. Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan
leher dan lengan bayi
f. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu.
Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (Depkes RI, 2005) :
a. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah
(bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari
tengah (bentuk gunting), di belakang areola (kalang payudara)
b. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
c. Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah
ke bawah.
d. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu
belakang bayi bukan bagian belakang kepala
e. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan
dengan hidung bayi

13
f. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi
g. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada di antara pertemuan langit- langit yang keras
(palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle)
h. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak di
bawah kalang payudara
i. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara
tidak perlu dipegang atau disangga lagi
j. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi
dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu
karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu
k. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi
l. Cara Menyendawakan Bayi
1) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan
diusap punggung belakang sampai bersendawa
2) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara
akan keluar dengan sendirinya.
7. Masalah dalam Pemberian ASI
a. Puting susu nyeri atau lecet
Penyebabnya adalah kesalahan dalam teknik menyusui.
Penatalaksaannya :
1) Bayi disusukan terlebih dahulu pada putting yang tidak lecet atau yang
lecet lebih sedikit
2) Setelah menyusui, bekas ASI pada putting tidak perlu dibersihkan,
diangin-anginkan saja agar kering dengan sendirinya karena bekas ASI
berfungsi sebagai pelembut putting dan sekaligus anti infeksi
b. Payudara Bengkak
Penyebabnya adalah sisa ASI yang terkumpul banyak pada saluran ASI.
Penatalaksanaannya :
1) Massase payudara

14
2) ASI diperas sebelum menyusui
3) Kompres dengan air hangat
4) Menyusui lebih sering dan lebih lama
c. Mastitis
Penyebabnya adalah :
1) Sisa ASI yang menyumbat saluran ASI
2) Putting lecet sehingga mudah masuk kuman
3) BH yang terlalu ketat
4) Kurang gizi dan istirahat, anemia
Penatalaksanaan :
1) Tetap menyusui
2) Kompres dengan air hangat pada payudara
3) Pakailah baju dan BH yang longgar
4) Istirahat cukup dan makan bergizi
d. Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenakan
meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah sehingga perlu
insisi untuk mengeluarkannya.
e. Kelainan anatokis pada puting susu (putting tenggelam/datar)
Pada putting susu yang mengalami kelainan dapat diatasi dengan
perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika hanya salah
satu putting yang tenggelam maka masih dapat menyusui di putting yang
lainnya. Jika putting masih tidak bisa diatasi maka untuk mengeluarkan
ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan
dengan sendok atau pipet.

F. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas dan Menyusui


1. Nutrisi dan Cairan Pada Seorang Ibu Menyusui
Dahulu biasa untuk membatasi diet wanita masa nifas yang melahirkan
pervaginam, tetapi sekarang diet umum yang menarik dianjurkan. Kalau pada
akhir 2 jam setelah melahirkan setelah melahirkan per vaginam tidak ada
kemungkinan komplikasi yang memerlukan anestesi, pasien hendaknya

15
diberikan minum dan makan jika ia lapar dan haus.Sebaiknya selama
menyusui ibu tidak melakukan diet untuk menghilangkan kelebihan berat
badan. Konsumsi makanan dengan menu seimbang,bergizi dan mengandung
cukup kalori berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan tenaga
setelah persalinan. Jika ibu menyusui bayi,sebaiknya tidak mengkonsumsi
makanan yang  mengandung alkohol. Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang
dianjurkan dan tidak berlebihan. Sebaiknya penggunaan obat tradisional dan
obat-obatan selain vitamin dikonsultasikan dengan dokter/bidan. Sebaiknya
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari. Jumlah kalori yang
dikonsumsi pada ibu menyusui mempengaruhi kuantitas dari ASI
yang diproduksi.Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu,ibu memerlukan
asupan kalori 85 kalori.Pada saat minggu pertama dari 6 bulan
menyusui(ASI ekslusif)jumlah susu yang harus dihasilkan oleh ibu
sebanyak 750 ml setiap harinya.Dan mulai minggu kedua susu yang harus
dihasilkan adalah sejumlah 600 ml,jadi tambahan jumlah kalori yang harus
dikonsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral,dan
vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 1-1,5 liter air setiap hari(anjurkan
ibu untuk minum setelah setiap kali selesai menyusui. Makanan yang
dikonsumsi haruslah makanan yang sehat,makanan yang sehat adalah
makanan dengan menu seimbang  yaitu yang mengandung unsur-
unsur,seperti sumber tenaga,pengatur dan pelindung.
1) Sumber tenaga(energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh, pembentukan
jaringan baru serta penghematan protein (jika sumber tenaga kurang
proteindigunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi).
Zat gizi yang termasuk sumber tenaga adalah, yaitu beras, sagu, jagung
dan tepung terigu, havermount dan ubi.
2) Sumber pembangun
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel sel yang
rusakdan mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino

16
sebelum diserap dalam darah. Pencernaannya dibantu oleh enzim dalam
lambung dan pankreas sebelumdiserap oleh sel mukosa usus dan dibawa
ke hati (hepar) melalui pembuluh darah  (vena porta). Sumber protein
dapat diperoleh dari protein nabati dan hewani. Protein nabati anatara
lain ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan
keju. Protein nabati banyak terkandung dalam kacang-kacangan, seperti
kacang tanah, kacang merah,  kacang hijau, kacang kedelai, tahu dan
tempe. Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju.
Ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan
vitamin B.
3) Sumber pengatur dan pelindung
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi kelancaran
metabolismedidalam tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber buah pengatur dan
pelindung bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.
Berikut ini beberapa mineral penting :
a) Zat kapur: Zat kapur dibutuhkan untuk pembentukan tulang.
Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan, dan syuran
berdaun hijau.
b) Fosfor: Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi
anak. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan dan
sayuran berdaun hijau.
c) Zat Besi: Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui
karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel darah
merah sehingga daya angkut oksigen sehingga mencukupi
kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging,
kerang, ikan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran bewarna hijau.
d) Yodium: Yodium sangat untuk mencegah timbulnya kelemahan
mental (terbelakang) dan kekerdilan fisik yang serius. Sumber
yodium adalah minyak ikan, ikan laut dan garam beryodium.
e) Kalsium: Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertmbuhan
gigi dan anak sebagai sumbernya yaitu susu dan keju.

17
f) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan.
g) Minum kapsul vitamin A, agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI

2. Ambulasi
Perubahan penting mulai terjadi dalam penatalaksanaan
masa nifas.Ibu nifas dianjurkan untuk turun dari tempat tidur dalam 24 jam
pertama setelah kelahiran pervaginam. Mobilisasi/ambulasi sangat
bervariasi,sangat tergantung pada komplikasi persalinan,nifas,atau
sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi
sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal.
Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12
jam post partum,sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea ambulasi
dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post partumsetelah ibu sebelumnya
beristirahat (tidur).
Ambulasi dilakukan oleh ibu dengan tahapan:miring kiri atau kanan
terlebih dahulu,kemudian duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri
maka ibu dianjurkan untuk berjalan ( mungkin ke toilet untuk berkemih).
Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dibuktikan oleh sejumlah
penelitian. Para wanita menyatakan bahwa mereka lebih baik dan lebih kuat
setelah ambulasi awal. Dengan ambulasi dini:
a. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
b. Yang paling penting ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi
trombosis dan emboli paru pada masa nifas.
c. Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai
sekitar hari ke-5 setelah melahirkan.Ini terjadi karena volume darah ekstra
yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi
setelah persalinan.Oleh karena itu,ibu belajar berkemih secara spontan

18
setelah melahirkan.Sebaiknya,ibu tidak menahan buang air kecil ketika ada
rasa sakit pada jahitan.Menahan buang air akan menyebabkan terjadinya
bendungan air seni.Keadaan ini dapat menghambat uterus berkontraksi
dengan baik sehingga menimbulkan perdarahan yang berlebihan.Dengan
mengosongkan kandung kemih secara adekuat,tonus kandung kemih
biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari post partum.
b. Buang Air Besar (BAB)
Sulit buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan
rasa sakit,takut jahitan terbuka,atau karena haemorrhoid.Kesulitan ini
dapat dibantu dengan mobilisasi dini,mengkonsumsi makanan tinggi serat
dan cukup minum sehingga bisa buang air besar dengan lancar.Sebaiknya
pada hari kedua ibu sudah bisa buang air besar.Jika sudah pada hari ketiga
ibu masih belum bisa buang air besar,ibu bisa menggunakan pencahar
berbentuk supositoria .Ini penting untuk menghindarkan  gangguan pada
kontraksi  uterus yang dapat menghambat pengeluaran cairan vagina.
4. Kebersihan Diri
Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun
kulit ,maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara keseluruhan. Anjurkan
kebersihan seluruh tubuh
a. Perawatan Perineum
1) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar kan vulva terlebih dahulu,dari depan ke belakang ,baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya
b. Pakaian

19
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi
keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume  saat
hamil.Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara
tidak tertekan dan kering. Demikian  juga dengan pakaian dalam,agar 
tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.
c. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi
lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan
berbeda-beda antara Satu wanita dengan wanita lain. Meskipun
demikian,kebanyakan akan  pulih kembali setelah beberapa bulan.
Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu sisir menggunakan sisir
yang lembut.Hindari penggunaan pengering rambut.
d. Kebersihan kulit
Setelah persalinan,ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah,kaki,betis dan tangan ibu.Oleh karena
itu,dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan,ibu akan merasakan
jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.Usahakan mandi lebih
sering dan jaga agar kulit tetap kering.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi
juga dilakukan setelah melahirkan.Perawatan yang dilakukan terhadap
payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran susu. Agar
tujuan perawatan ini dapat tercapai,perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Lakukan perawatan payudara secara teratur.
2) Pelihara kebersihan sehari-hari
3) Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi
produksi ASI

20
4) Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi
5) Ibu harus merasa nyaman dan santai
6) Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat refleks oksitosin.
Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungki,yaitu 1-2 hari
setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
5. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan  rumah tangga secara
perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1) Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya dan
dirinya sendiri.
6. Seksual
Pada banyak pasangan,perubahan karena kehamilan dapat mengganggu
keseimbangan dalam hubungan mereka,terutama terutama dalam hubungan
seksual.Begitu juga setelah persalinan.Pada masa ini,ibu menghadapi peran
baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya
sebagai pasangan. Namun segera setelah ibu merasa percaya diri dengan
peran barunya,ia akan menemukan waktu dan melihat sekeliling serta
menyadari bahwa ia sudah kehilangan aspek lain dalam kehidupannya yang
juga penting. Oleh karena itu,suami perlu memahami perubahan dalam diri
istri sehingga tidak merasa diabaikan.Kerjasama dengan pasangan dalam
merawat dan memberikan kasih sayang pada bayinya sangat
dianjurkan.Hubungan seksual dapat dilanjutkan setiap saat ibu merasa
nyaman untuk memulai,dan aktivitas itu dapat dinikmati.
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu  darah merah berhenti dan ibu tidak merasa

21
nyeri,aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap.
Banyak budaya,yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan.Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas
kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan
kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode
amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamanya kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini yaitu 2% kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi. Sebelum
menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan terlebih
dahulu kepada ibu: bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektivitasnya, kekurangannya, efek samping, bagaimana menggunakan
metode itu, kapan metode itu dapat digunakan untuk wanita pascasalin yang
menyusui.
Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui
apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk melihat
apakah metode itu sudah bekerja dengan baik.
8. Latihan/senam nifas
Latihan pasca persalinan dikenal sebagai senam nifas sesungguhnya lebih
sekedar mengencangkan kembali otot-otot yang kendur dan membuang lemak
tubuh yang tidak perlu, banyak lagi manfaat yang didapat dari senam ini
sehingga bidan perlu memberikan penjelasan dan petunjuk senam nifas
kepada ibu pasca persalinan dan keluarganya. Kondisi yang kendor setelah

22
melahirkan harus segera dipulihkan, karena selain bayi yang dilahirkan
membutuhkan kasih sayang dari seorang ibunya, juga suami. Untuk itulah
pemulihan kondisi harus dilakukan seawal mungkin sesuai kondisi.
Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi ibu
masih berada di klinik atau Rumah Sakit, supaya involusi berjalan dengan
baik dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas dan fungsinya kembali.
Latihan/ senam nifas penting untuk mengembalikan otot-otot perut dan
panggul agar kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit
pada punggung, jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sampai membantu.
Beberapa latihan yang dapat ibu lakukan dengan mudah antara lain: tidur
terlentang dengan lengan kesamping, menarik otot perut selagi menarik nafas,
tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada tahan satu hitungan sampai 5.
Rileks dan ulangi sebanyak 5 kali.
Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel) : berdiri dengan
tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan panggul dan sampai 5
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sampai 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. Pada masa
nifas ibu sangat membutuhkan asuhan sama seperti pada saat kehamilan
bahkan mungkin lebih.
9. Pengurangan Ketidaknyamanan Ibu
a. Terapi Massage
Effleurage adalah bentuk masasse dengan menggunakan telapak tangan
yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah
sirkular secara berulang (Reeder, 2011). Teknik ini bertujuan untuk
meningkatkan sirkulasi darah, memberi tekanan, dan menghangatkan otot
abdomen serta meningkatkan relaksasi fisik dan mental. Langkah-langkah
melakukan teknik ini adalah kedua telapak tangan melakukan usapan
ringan, tegas dan konstan dengan pola gerakan melingkari abdomen,

23
dimulai dari abdomen bagian bawah di atas simphisis oubis, arahkan ke
samping perut, terus ke fundus uteri kemudian turun ke umbilikus dan
kembali ke perut bagian bawah di atas simphisis pubis, bentuk pola
gerakan seperti kupu-kupu. Ulangi gerakan di atas selama 3-5 menit dan
berikan lotion atau minyak/baby oil tambahan jika dibutuhkan.
b. Aromatherapy
Aromatherapy dibuat dengan menggunakan minyak esensial yang
terbuat dari tanaman. Minyak esensial merupakan bahan penting dari
aromaterapi yang diolah menggunakan penyulingan air atau uap.
Pemakaian aromaterapi bisa digunakan untuk pijat, digunakan sebagai
kompres, diletakkan di kamar mandi, digunakan sebagi lotion dan inhalasi
(dihirup). Aromaterapi sangat berguna dalam penanganan intensitas stress.
c. Terapi Musik
Salah satu upaya penanganan nyeri dengan non farmakologi adalah
dengan teknik distraksi. Teknik distrasi antara lain dengan memberikan
terapi musik. Teknik distraksi sangat efektif digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri, hal ini disebabkan karena distraksi merupakan
suatu metode dalam upaya menurunkan nyeri. Musik mampu meringankan
penderitaan dari rasa sakit karena saraf untuk mendengarkan musik sama
dengan saraf perasa, sehingga pada saat ibu mengalami rasa sakitnya bisa
dialihkan dengan cara mendengarkan musik dan meringankan rasa sakit.

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

NY SA UMUR 29 TAHUN P2002 PSPTB 6 JAM POSTPARTUM


DI PMB KETUT SUSINI, SST.KEB

Tanggal pengkajian : Sabtu, 12 November 2022 pukul 11.00 WITA


Tempat : PMB Ketut Susini, SST.Keb

A. Data Subjektif
Tanggal 12 November 2022 pukul 11.00 Wita

1. Identitas
Ibu Suami

Nama Ibu : Ny “SA” Nama Suami : Tn “SK”


Umur : 29 tahun Umur : 33 tahun
Suku/Bangsa : Bali Suku/Bangsa : Bali
Agama : Hindu Agama : Hindu
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Samratulangi, No 5. Penarukan,
No Hp : 085935254xxx
Jaminan : BPJS
Kesehatan

2. Keluhan Saat Ini


Ibu mengeluh merasa sedikit nyeri pada luka jahitan perineum

3. Riwayat Pernikahan
Ini merupakan pernikahan pertama ibu dengan status sah, lama menikah 5 tahun.

25
4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sebelumnya

Keha Tanggal Keadaan Bayi


Jenis Komplikas
milan Lahir/Umur UK Penolong Laktasi Ket
Persalinan i
ke anak BB JK

16 Juni 3100
1 Aterm Spontan Bidan P Tidak ada 24 bulan Sehat
2018/4 thn gram
2 12 Aterm Spontan Bidan P Tidak ada Rencana Sehat
3300
November dilakuka
gram
2022/0 hari n

5. Riwayat Persalinan Ini


a. Tanggal/waktu persalinan : 12 November 2022 pukul 05.05 WITA
b. Tempat/penolong persalinan : PMB Ni Ketut Susini, SST.Keb
c. Komplikasi Kala I : tidak ada
d. Komplikasi Kala II : tidak ada
e. Komplikasi Kala III : tidak ada
f. Komplikasi Kala IV : tidak ada

6. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi


Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan sebelum kehamilan ini
dan mengeluh tidak menstruasi selama pemakaian. Ibu berencana akan menggunakan
alat kontrasepsi IUD.

7. Riwayat Penyakit Ibu dan Riwayat Penyakit Keluarga


a. Ibu mengatakan ibu dan keluarga tidak pernah mengalami gejala atau sedang
menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis B, dan HIV/HAIDS.
b. Ibu mengatakan ibu dan keluarga tidak pernah mengalami gejala atau sedang
menderita penyakit menurun seperti diabetes, hipertensi dan kanker.
c. Ibu mengatakan ibu dan keluarga tidak pernah mengalami gejala atau sedang
menderita penyakit menahun seperti jantung, paru-paru, asma, dan hipertensi

26
8. Kebutuhan Biologis
a. Bernapas : Ibu tidak ada keluhan saat menarik dan menghembuskan napas
b. Pola Makan : Ibu sudah makan 2 jam setelah persalinan, porsi sedang,
komposisi nasi, lauk, dan sayur.
c. Pola Minum : Ibu minum terakhir pukul 10.45 WITA, jenis air mineral
d. Pola Eliminasi : Ibu sudah BAK terakhir pukul 10.20 WITA dan belum BAB
e. Mobilisasi : Ibu sudah bisa miring kiri/kanan, duduk, berjalan pelan-pelan
f. Istirahat : Ibu mengatakan sempat tidur selama ±20 menit saat 3 jam
setelah persalinan
d. Aktivitas saat ini : Ibu melakukan aktivitas ringan yaitu menyusui bayi
e. Kebersihan diri : Ibu mengatakan sudah mengganti pembalut dan mengelap
badan dengan air bersih
f. Kondisi Psikologis : Ibu mengatakan sangat senang atas kelahiran bayinya, suami
dan keluarga mendukung dan membantu ibu dalam merawat bayi. Fase adaptasi ibu
yaitu taking hold.
g. Kebutuhan Sosial : Ibu mengatakan hubungan dengan suami dan keluarga harmonis,
keluarga selalu mendukung ibu.
h. Rencana Ibu :
- Ibu berencana akan memberikan ASI eksklusif
- Ibu berencana memberikan ASI secara on demand
- Ibu berencana menggunakan kontrasepsi IUD
i. Pengetahuan Ibu
- Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas, cara memeriksa kontraksi
dan masase fundus, cara merawat luka jahitan perineum, cara menyusui yang
benar, cara perawatan bayi baru lahir, dan ASI eksklusif
- Ibu belum mengetahui tentang senam kegel
9. Rasa Nyeri
Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka jahitan perineum dengan skala
nyeri 1.

27
10. Riwayat Vaksinasi COVID-19
Ibu mengatakan tidak pernah terkonfirmasi COVID-19. Status vaksinasi COVID-
19 ibu lengkap, dosis 1 pada tanggal 18 September 2021 dengan jenis vaksin coronavac
dan dosis 2 pada tanggal 16 Oktober 2021dosis 3 pada tanggal 17 Agustus 2022

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik Kesadaran : Composmentis GCS: 15 E:4 V:5 M :6
Postur tubuh : Normal
Antropometri :
BB: 65 Kg
TB : 155 cm
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg Respirasi : 20 x/menit
Suhu aksila: 36,60 C Nadi : 82x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala ibu simetris, rambut ibu bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe dan kutu.
b. Wajah ibu normal, tidak ada oedem dan tidak pucat
c. Mata ibu normal, konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Bibir ibu tidak pucat, mukosa mulut lembab
e. Telinga ibu bersih, tidak ada gangguan pendengaran
f. Leher ibu normal, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan vena
jugularis
g. Dada ibu simetris, tidak ada retraksi dada
h. Payudara ibu normal, bentuk payudara simetris, puting susu menonjol, ada
hiperpigmentasi aerola mamae, terdapat pengeluaran kolostrum.
i. Perut
Inpeksi : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada kelainan
Palpasi: TFU: 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak ada nyeri tekan
j. Ekstremitas bawah
Tungkai : Simetris

28
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Kulit : Normal
3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi Genetalia
Kebersihan : Baik
Pengeluaran Lokhea : Rubra
Jahitan Perineum : Ada, masih utuh, dan tidak ada tanda infeksi.
b. Inspeksi Anus
Tidak ada kelainan
Data Bayi
Jenis kelamin : perempuan Suhu : 36,6oC
BB : 3300 gram HR : 140x/menit
PB : 50 cm RR : 40x/menit
LK/LD : 33/32 Warna kulit : kemerahan

C. Analisa
Diagnosa : P2002 P Spt B 6 jam post partum + vigorous baby dalam masa adaptasi
Masalah : ibu belum mengetahui tentang senam kegel

D. Penatalaksanaan
(Tanggal 12 November 2022 Pukul 11.30 Wita)

1. Menginformasikan mengenai hasil pemeriksasaan kepada ibu bahwa hasil


pemeriksaan dalam batas normal, ibu paham
2. Memberikan KIE kepada ibu tentang teknik senam kegel, ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
3. Memberikan KIE kepada ibu mengenai cara memperbanyak produksi ASI yaitu
dengan mengajarkan ibu dan suami tentang cara pijat oksitosin dan menjelaskan
manfaat lain pijat oksitosin, ibu dan suami mengerti dan bersedia melakukannya
4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap menjaga kehangatan bayi dan memberikan
ASI secara on demand, ibu kooperatif

29
5. Mengingatkan ibu untuk mengikuti protokol kesehatan dengan tetap menggunakan
masker, ibu bersedia memakai masker
6. Melakukan pendokumentasian dan observasi lanjut trias nifas

30
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui fisiologis Ny SA umur 29


tahun P2002 P Spt B 6 jam post partum + vigorous baby dalam masa adaptasi di
PMB Ketut Susini, SST, Keb pada tanggal 12 November 2022 sesuai dengan
pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dan menyusui fisiologis.
Pengkajian data berisi tentang data subjektif, objektif, analisa dan
penatalaksanaan.

A. Subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa, Ny SA mengeluh merasa sedikit nyeri pada luka
jahitan perineum. Pada riwayat persalinan saat ini serta riwayat persalinan dan
nifas yang lalu tidak ditemukan adanya komplikasi sehingga pada masa nifas saat
ini Ny SA tidak mengalami masalah yang serius.
Dari segi nutrisi, Ny SA sudah makan 2 jam setelah persalinan dengan 1
piring porsi sedang, komposisi nasi, lauk, dan sayur. Waktu minum terakhir Ny
SA yaitu pukul 10.45 WITA, jenis air mineral. Dari pola eliminasi, Ny SA
mengatakan terakhir BAK pukul 10.20 WITA dan belum BAB setelah
melahirkan.
Ny SA saat ini sudah mampu miring kiri/kanan, duduk, dan berjalan pelan-
pelan. Hal ini menunjukkan bahwa Ny SA sudah melakukan mobilisasi dini yang
mana mobilisasi dini sangat penting dilakukan pada masa post partum terutama
pada pasca heacting. Mobilisasi dini pada masa post partum, merupakan aktifitas
yang dilakukan pada ibu beberapa jam setelah persalinan. Mobilisasi dini pada
post partum memiliki manfaat yang cukup banyak seperti mencegah infeksi
puerperium, melancarkan pengeluaran lochea, mempercepat involusi alat
kandungan, melancarkan fungsi gastrointestinal, melancarkan funsi perkemihan,
meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat pengeluaran asi
dan memperlancar pengeluaran sisa metabolisme tubuh.
Menurut hasil penelitian Dewi (2012) yang dilakukan di Puskesmas Singosari
Malang, sebanyak 37,5% ibu post partum mengalami penyembuhan luka
perineum pasca heacting yang lambat disebabkan tidak melakukan mobilisasi dini

31
sedangkan ibu yang melakukan mobilisasi dini mengalami penyembuhan luka
lebih cepat yaitu sebanyak 57,3%. Dari pola istirahat, Ny SA mengatakan sempat
tidur selama kurang lebih 20 menit saat 3 jam setelah persalinan dan saat ini ibu
melakukan aktivitas ringan yaitu menyusui bayi.
Faktor psikososial sangat berpengaruh pada kondisi ibu. Berdasarkan hasil
pengkajian Ny SA mengatakan bahwa ia sangat senang dengan kelahiran bayinya,
begitu pula dengan suami dan keluarga yang selalu memberikan dukungan selama
masa kehamilan, persalinan, dan nifas saat ini. Fase adaptasi Ny SA saat ini
adalah taking hold. Hal ini berbeda dengan teori yang telah dipaparkan dimana
seharusnya pada hari pertama post partum ibu nifas mengalami fase adaptasi
taking in.
Namun sesuai dengan teori oleh Astuty (2019) yang melakukan penelitian
tentang perbedaan fase adaptasi psikologi ibu nifas primipara dengan multipara.
Dikatakan bahwa primipara mungkin memerlukan dukungan yang lebih besar
karena bagi para ibu primipara menjadi seorang ibu merupakan peran baru dan
sulit. Sedangkan multipara akan lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan
fisiknya dan dapat lebih mudah beradaptasi terhadap peran dan interaksi sosialnya
yang didapat dari pengalaman persalinan sebelumnya. Persalinan ini merupakan
persalinan ke 2 Ny SA sehingga perubahan psikologis Ny SA lebih cepat
beradaptasi.
Pengkajian pengetahuan perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu. Berdasarkan hasil anamnesa, ibu mengaku tidak mengetahui
cara melakukan senam kegel. Pemulihan organ reproduksi menjadi salah satu
fokus utama pada masa nifas, untuk membantu pemulihan tersebut sangat penting
bagi ibu untuk melakukan senam kegel. Oleh karena itu bidan wajib untuk
membimbing ibu melakukan senam tersebut dan pada saat akan dibimbing Ny SA
berkenan untuk melakukan senam kegel.

B. Objektif
Pada pemeriksaan fisik normalnya keadaan umum baik dan kesadaran
Compos Mentis. Tanda-tanda vital, normalnya : tekanan darah : 120/80 mmHg,
denyut Nadi : 80-88 x/m, Pernafasan : 12-20 x/m, Suhu :36,5-37,5 ºC , bila lebih

32
dari normal ini akan menjadi tanda adanya infeksi. Berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan pada Ny. SA diperoleh hasil keadaan umum baik, kesadaran ibu
Compos Mentis serta vital sign ibu dalam batas normal yaitu tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 82x/m, respirasi 20x/m, dan suhu 36,6ºC. Hasil pemeriksaan
ini menunjukan tidak ada kesenjangan pada teori dan kasus yang diperoleh.
Pada pemeriksaan inspeksi normalnya akan diperoleh hasil wajah yang
simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, dan bibir lembab. Berdasarkan
hasil pemeriksaan pada Ny SA diperoleh hasil wajah ibu simetris, konjungtiva
merah muda, sklera putih, dan bibir lembab. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan
tidak ada kesenjangan pada teori dan kasus yang diperoleh.
Pada pemeriksaan payudara normalnya akan diperoleh hasil payudara yang
bersih, simetris, puting menonjol, tidak ada kemerahan, tidak bengkak, terdapat
pengeluaran berupa kolostrum dan tidak ada kelainan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan pada Ny SA diperoleh hasil payudara ibu bersih dan simetris, puting
susu ibu menonjol, tidak ada kemerahan dan pembengkakan, kolostrum sudah
keluar, serta tidak ditemukan adanya kelainan. Hasil pemeriksaan ini
menunjukkan tidak ada kesenjangan pada teori dan kasus yang diperoleh.
Pada pemeriksaan abdomen normalnya akan diperoleh hasil tidak ada distensi
abdomen, TFU sesuai dengan involusi uterus, kontraksi yang baik, dan tidak ada
nyeri tekan. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny SA diperoleh hasil tidak ada
distensi abdomen, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik dan tidak ada
nyeri tekan. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan tidak ada kesenjangan pada teori
dan kasus yang diperoleh.
Pada pemeriksaan genetalia dan anus, normalnya akan diperoleh hasil lochea
berupa lochea Rubra yang berwarna kemerahan dan berbau amis, apabila ada
luka, harus dijahit dengan utuh, tidak terjadi oedema, dan tidak ada tanda infeksi
dan kelainan serta tidak ada hemoroid. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny
SA diperoleh hasil berupa pengeluaran lochea Rubra yang berwarna kemerahan
dan berbau amis, jahitan perineum utuh, tidak terjadi oedema, tidak ada infeksi
dan kelainan, serta tidak ditemukan hemoroid pada anus. Hasil pemeriksaan
genetalia dan anus menunjukkan tidak ada kesenjangan pada teori dan kasus yang
diperoleh.

33
Pada pemeriksaan ekstremitas bawah, normalnya akan diperoleh hasil tidak
ada oedema, karena bila ditemukan maka kemungkinan ada gangguan sirkulasi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny SA diperoleh hasil bahwa tidak terdapat
oedema pada kaki ibu. Hasil pemeriksaan tanda homan menunjukkan tidak ada
kesenjangan pada teori dan kasus yang diperoleh.
Bayi Ny SA lahir pada tanggal 12 November 2022 pukul 05.05 WITA. Pada
pemeriksaan umum, didapatkan keadaan umum bayi Ny SA baik. Kesadaran
compos mentis, bayi bernafas spontan dan tangisan kuat, warna kulit kemerahan,
tonus otot gerak aktif dan simetris. Suhu bayi Ny SA 36,60C, HR 140kali/menit
dan Respirasi 40 kali/menit. Hasil pemeriksaan bayi Ny SA masih dalam batas
normal. Bayi Ny SA menyusu kurang lebih 2 kali dalam 2 jam dengan durasi 15
menit, dan bayi tidak kesulitan dalam menyusu serta Ny SA memberikan ASI
secara on demand.

34
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Pada tanggal 12 November 2022 pukul 11.00 WITA di PMB Ni Ketut Susini,
SST. Keb dilakukan asuhan kebidanan nifas dan menyusui fisiologis pada Ny SA
umur 29 tahun P2002 6 jam post partum + Vigorous Baby dalam masa adaptasi
dengan melakukan pengkajian data subjektif dan objektif dari hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik, dan hasilnya dalam batas normal.
Perencanaan asuhan pada Ny SA telah dilakukan, hasilnya meliputi
memberikan KIE tentang teknik senam kegel, memberikan KIE mengenai cara
memperbanyak produksi ASI, mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan
bayi dan memberikan ASI secara on demand, serta mengingatkan ibu untuk
mengikuti protokol kesehatan.
Penatalaksanaan pada Ny SA telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
dan hasilnya kondisi Ny SA dalam batas normal, Ny SA mengerti dan paham
mengenai penjelasan bidan, serta bersedia melaksanakan anjuran-anjuran bidan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti bagaimana penatalaksanaan pada
pelayanan KB, mengerti tindakan yang harus dilakukan dan dapat
mengembangkan pengetahuan tentang manfaat KB di masyarakat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan Institusi Pendidikan memberikan sumber referensi yang
bermutu dan berkualitas terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada
pelayanan KB.
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuhan
kebidanan KB pada Ibu sehingga meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
kepada Ibu sesuai standar pelayanan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yusari, Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:
CV. Trans Info Media.

Astuty, Remi. 2019. SKRIPSI Perbedaan Adaptasi Psikologis Ibu Nifas


Primipara dan Multipara Pada Fase Taking In di Rumah Sakit Dewi
Sartika Kota Kendari. Politeknik Kesehatan Kendari.

Azizah, Nurul dan Rafhani Rosyidah. 2019. Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui. Sidoarjo : UMSIDA PRESS.

Dewi, D. 2012. Hubungan mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka


perineum pada ibu post partum. http//e
Journal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/articel/viewfile/1050/1133-
ummscientific-journal.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020.

Mansyur, Nurliana dan Kasrinda Dahlan. 2014. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Malang: Selaksa Kelompok Penerbit Intrans

Reeder, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanta, Bayi Dan


Keluarga. Edisi 8. Jakarta: EGC.

World Health Organization. 2014


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai