Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN STAGE KOLABORASI PADA KASUS


PATOLOGI DAN KOMPLIKASI
DI PUSKEMAS PUDAK PAYUNG KOTA SEMARANG

Tugas ini diampu oleh Sri Rahayu, S.Kp.Ns, S.Tr.Keb, M.Kes

yang disusun oleh :

Oleh :
Yuke astari
P1337424820002

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan pendahuluan Asuhan Kebidanan Kolaborasi ini disusun oleh :


Nama : Yuke Astari
NIM : P1337424820002
Disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Semarang, Mei 2021


Pembimbing Lahan Praktikan

Heny Pujiastuti,Amd.Keb Yuke Astari


NIP.196707241988032007 NIM. P1337424820002

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Sri Rahayu,S.Kp,Ns, S.Tr.Keb,M.Kes


NIP. 197408181998032001

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah keadaan tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan
tubuh (Proverawati, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 anemia
dalam kehamilan dalah kondisi Ibu dengan kadar haemoglobin <11 gr%
pada trimester I dan III,sedangkan pada trimester II kadar haemoglobin ibu
hamil <10,5 gr%. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel
darah merah atau penurunan konsentrasi Hb di dalam sirkulasi darah.
Anemia adalah kadar turunnya haemoglobin kurang dari 12 gr/dl untuk
wanita tidak hamil dan kurang dari 10gr/dl untuk wanita hamil (Varney,
2010). Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi
besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi.
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di
negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-
rata kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan
sebesar 72,6%. Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil merupakan
masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013).
Anemia terjadi karena kadar hemoglobin dalam sel darah merah
kurang. Normalnya, kadar hemoglobin dalam darah sekitar 12g/100 ml.
Kadar hemoglobin antara 9-11g/100ml (anemia ringan), kadar hemoglobin
6-8g/100ml (anemia sedang), dan kadar hemoglobin kurang dari 6
(anemia berat). Jumlah kadar hemoglobin dalam setiap sel darah merah
akan menentukan kemampuan darah mengangkut oksigen dari paru – paru
ke seluruh tubuh termasuk ke pembuluh darah yang memberi asupan
makanan dan oksigen pada janin. Oksigen diperlukan demi kelancaran
seluruh fungsi organ tubuh ibu dan proses tumbuh kembang janin
(Muliarini,2010). Faktor-faktor penyebab utama anemia adalah gizi dan
infeksi. Faktor gizi yang berkontribusi terhadap anemia adalah kekurangan
zat besi. Hal ini karena konsumsi makanan yang monoton, dan kaya akan
zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga zat besi tidak
dapat dimanfaatkan oleh tubuh dengan baik (Kementerian Kesehatan RI,
2016). Faktor yang mengakibatkan semakin meningkatnya angka anemia
pada ibu hamil antara lain yaitu umur ibu hamil, paritas, tingkat
pendidikan (Dafroyati, 2012). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia kehamilan diantaranya gravida, umur, paritas, tingkat
pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe ( Yanti,
dkk, 2015).
Keadaan anemia akan menyebabkan ibu mengalami banyak
gangguan seperti mudah pusing, pingsan, mudah keguguran atau
mengalami proses melahirkan yang berlangsung lama akibat kontraksi
yang tidak maksimal serta perdarahan setelah persalinan. Kondisi anemia
pada ibu hamil akan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, lahir
prematur dan lahir dengan cacat bawaan. Untuk mencegah anemia
dianjurkan memperbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung
zat besi, asam folat, juga vitamin B seperti hati, daging, kuning telur, ikan
teri, susu. Kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah, edamame,
sayuran berwarna hijau seperti bayam serta katuk. Selain itu baik
mengkonsumsi makanan yang memudahkan penyerapan zat besi, misalnya
vitamin C dalam bahan alami. Menghindari makanan/minuman yang
menghambat penyerapan zat besi seperti kopi serta teh (Muliarini, 2010).
Berdasarkan data WHO 2011 angka kejadian anemia tertinggi ibu hamil
secara global sebanyak 28-36 juta orang, sedangkan jumlah anemia
tertinggi di Asia yaitu sebanyak 12-22 juta orang, dan terendah di Oceania
atau kawasan di Samudera Pasifik sekitar 100-200 orang (Ayu, 2017)
WHO menyebutkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil secara global
mencapai 41,8 % atau sekitar 56 juta ibu hamil (Rukiyah, dkk, 2010). Data
World Bank 2005 dalam Febriana (2012) menyatakan bahwa 63% ibu
hamil di Indonesia mengalami anemia. Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 anemia pada ibu hamil meningkat, yaitu
dari tahun 2013 sebanyak 37,1% dan pada tahun 2018 menjadi 48,9%. Ibu
hamil yang anemia didominasi pada rentang umur 15-24 tahun
(Kementerian Kesehatan RI, 2017). Menurut profil kesehatan DIY tahun
2018 Anemia pada dua trimester pertama akan meningkatkan risiko
persalinan prematur atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Selain itu,
anemia akan meningkatkan risiko pendarahan selama persalinan dan
membuat ibu lebih sulit melawan infeksi. Hasil penelitian Fakultas
Kedokteran di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi anemia
ibu hamil di Indonesia adalah 50-63%. Sementara itu, penelitian
Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama
menyebutkan 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan
kematian hingga 300 jiwa perhari (Dinkes DIY, 2018)
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengambil judul
laporan “Asuhan Kebidanan Kolaborasi Ibu Hamil Patologis Pada Ny.Y
31 Tahun G2P1A0 Dengan Anemia Ringan Di Puskesmas Pudakpayung
Kota Semarang”

B. Rumusan masalah

Bagaimana aplikasi Asuhan Kebidanan Kolaborasi Ibu Hamil Patologis di


Puskesmas Pudakpayung Kota Semarang?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen yang tepat pada Ibu Hamil Patologis
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi masalah dan melakukan analisa dari data
yang terkumpul dari Asuhan Kebidanan Kolaborasi Ibu Hamil
Patologis
b. Mampu menginterpretasikan data yang terkumpul baik dalam
bentuk diagnosa serta masalah dan kebutuhan pada Ibu hamil
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa serta masalah potensial terhadap
ibu hamil
d. Mampu membuat rencana manajemen terhadap ibu hamil
e. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat untuk
ibu hamil
f. Mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan rencana
manajemen yang telah dicapai terhadap ibu hamil
g. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan
SOAP.
D. Ruang Lingkup

Dalam membuat laporan ini penulis hanya membahas tentang Asuhan


Kebidanan Kolaborasi Ibu Hamil Patologis di Puskesmas Pudakpayung
Kota Semarang.
E. Manfaat

1. Klien mendapatkan asuhan kebidanan Kolaborasi pada Ibu Hamil


Patologis secara holistik
2. Bidan dan mahasiswa kebidanan mampu menerapkan asuhan
berdasarkan teori dan evidence based.
3. Institusi dapat menjadikan laporan ini sebagai bahan referensi
F. Metode Penulisan

Laporan praktek Asuhan Kebidanan ini disusun dengan menggunakan


metode deskriptif dalam studi kasus yaitu menggambarkan secara nyata
tentang kondisi saat ini dengan perbandingannya antara teori dan kasus.
Adapun teknik dalam metode penelitian untuk pengumpulan data diantaranya
:

1. Anamnesa
Dengan tanya jawab langsung antara tenaga kesehatan dengan ibu
untuk mendapatkan data subyektif.
2. Observasi TTV dan Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan langsung dengan pasien meliputi inspeksi,
palpasi, auskultasi untuk mendapatkan data obyektif.
3. Sumber Data
a. Sumber Data Primer : dari data tanya jawab dengan ibu
b. Sumber Data Sekunder : diperoleh dari status pasien
4. Tinjauan Pustaka
Mencari informasi melalui teks book, e-book dan beberapa situs internet
yang dapat dijadikan landasan teori dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi
ketika ibu memilikikadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada
trimester I dan III, ataukadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester II (Pratami, 2014). Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil
sulit dipastikan karena ketigaparameter laboratorium tersebut
bervariasi selama periode kehamilan.Umumnya ibu hamil dianggap
anemia jika kadar hemoglobinnyadibawah 11 g/dl atau hematokrit
kurang dari 33%. Konsentrasi Hbkurang dari 11 g/dl pada akhir
trimester pertama dan <10 g/dl padatrimester kedua dan ketiga
menjadi batas bawah untuk menjadipenyebab anemia dalam
kehamilan. Nilai–nilai ini kurang lebih samanilai Hb terendah pada
ibu - ibu hamil yang mendapat suplementasibesi, yaitu 11,0 g/dl pada
trimester pertama dan 10,5 g/dl pada trimesterkedua dan ketiga
(Prawirohardjo, 2010).
2. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil
Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali
menyebabkankomplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta
fisiologis dalamtubuh ibu. Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi
adalahperubahan hemodinamika, contohnya pada proses hemodilusi
pada proses ini volume darah akan meningkat secara progresifmulai
minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya padaminggu ke
32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut.
Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 – 45%. Hal ini
dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang
dinisiasi oleh jalur renin - angiotensin dan aldosteron. Penambahan
volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit
(Prawirohardjo, 2010). Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah
sel darah merah sebanyak 20 - 30%, tetapi tidak sebanding dengan
peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusi
dan penurunan konsentrasi hemoglobindari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl,
dan pada 6% perempuan bisa mencapai dibawah 11 g/dl itu
merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan
dengan defesiensi zat besi yang diabsorbsi dari makanan dan
cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu
selama kehamilan sehingga penambahan asupan zat besi dan asam
folat dapat membantu mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan
zat besi selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 – 7
mg/hari. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada 2-6
minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).
Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan meningkat yakni
berkisar antara 5.000 – 12.000 /ul dan mencapai puncakn ya pada saat
persalinan dan masa nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebab
peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama juga diketahui
terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat
(Prawirohardjo, 2010).
3. Penyebab
Penyebab anemia dalam kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak
sebanding dengan peningkatan volume plasma
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb),
dimana zat besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi: tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi
danketidaktahuan tentang pola makan yang benar
d. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
e. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
f. Hamil saat masih remaja
(Proverawati and Asfuah, 2009; Prawirohardjo, 2010; Pratami, 2014)
Huliana (2008) menyatakan bahwa penyebab anemia umumnya
adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam makanan yang
konsumsi, penyerapan yang kurang baik (malabsorpsi), kehilangan
darah yang banyak, persalinan yang lalu, haid dan lain-lain, penyakit-
penyakit kronis : TBC, Paru, Cacing usus, malaria, dan lain-
lain(Huliana, 2008). Wibisono,dkk menyatakan bahwa penyebab
anemia pada ibu hamil adalah kurang zat besi, kurang konsumsi
makanan, yang mengandung zat besi, dan adanya gangguan
penyerapan zat besi dalam tubuh(Wibisono, 2009).
Di Indonesia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi,
sehingga biasa disebut anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi adalah
salah satu keadaan yang menyebabkan ketidaknyamanan selama
kehamilan (Waryana, 2010).
4. Klasifikasi
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena
kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya dengan cara
pemberian tablet Fe atau tablet besi sesuai kebutuhan zat besi pada
ibu hamil, tidak hamil, dan dalam laktasi yang dianjurkan.
Penyebab anemia defisiensi besi ini disebabkan karena perdarahan,
kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi, dan
gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh. Anemia defisiensi
dalam kehamilan dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah
(BBLR) dan resiko persalinan premature serta hemoglobin dalam
tubuh yang membawa oksigen keseluruh jaringan berkurang yang
akan menyebabkan ibu hamil lebih mudah merasa cepat lelah dan
kurang energi (Proverawati, 2011).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia ini terjadi karena kekurangan asam folat
(pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin)
dalam tubuh. Kejadian anemia megaloblastik ini jarang terjadi
dimasyarakat (Proverawati and Asfuah, 2009). Pengobatannya
adalah sebagai berikut:
1) Asam folat 15-30 mg per hari
2) Vitamin B12 3x1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberi transfusi darah.
c. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel
darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan
anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka
anemianya biasanya menjadi lebih berat. Gejala utamanya adalah
anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada
organ-organ vital.
d. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini disebabkan karena sumsum tulang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum
diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis),
keracunan, dan radiasi.
5. Diagnosa
Diagnosa pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa.
Pada anamnesa, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah yang lebih hebat
dari kehamilan muda. Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin (Hb)
dapat dilakukan dengan alat sahli atau digital. Kondisi Hb dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% : tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : anemia ringan
c. Hb 7-8 gr% : anemia sedang
d. Hb <7 gr% : anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III (Proverawati and
Asfuah, 2009).
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anemia dalam kehamilan menurut Handayani
Wiwik dan Haribowo (2008) gejala klinis anemia dibagi menjadi 3
golongan besar yaitu :
a. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia disebut sebagai sindrom anemia atau
anemic syndrome.Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul
pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah
menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul
karena anoxia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan hemoglobin. Gejala tersebut bila
diklasifikasikan menurut organ yang terkena.
1) Sistem kardiovaskuler lesu, cepat lelah, palpitasi takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
2) Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta
perasaan dingin pada ekstremitas.
3) Sistem urogenital gangguan haid dan libido menurun .
4) Epitel: warna p;ucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun serta rambut tipis dan halus.
b. Gejala khas masing masing Anemia
1) Anemia defisiensi besi : disfagia atrofi papil lidah, stomatitis
angularis.
2) Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue).
3) Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali.
4) Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi.
c. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari
anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan
oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala sepeti
pembesaran parotis dean telapak tangan berwarna kuning seperti
jerami.
7. Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain; kurang zat besi, kehilangan darah yang berlebihan, proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya, peningkatan
kebutuhan zat besi (Pratami, 2014). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropenin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat.
Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih
besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010). Sedangkan volume
plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi
hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi.
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus
meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma
sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada
minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke
16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo, 2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml.
Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah
eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada akhirnya,
volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia kehamilan cukup
bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum. Persentase peningkatan
volume plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain plasma darah
30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan, volume
plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju
peningkatan melambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester
II dan memuncak pada trimester III (Pratami, 2014).

8. Pathways
9. Komplikasi
a. Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil
Menurut Pratami kondisi anemia sanggat menggangukesehatan
ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas.Anemia yang
terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkanabortus,
persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janindalam rahim,
peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancamandekompensasi jantung
jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa,hiperemis gravidarum,
perdarahan antepartum, atau ketuban pecahdini. Anemia juga dapat
menyebabkan gangguan selama persalinanseperti gangguan his,
gangguan kekuatan mengejan, kala I lama, kala kedua yang lama
hingga dapatmelelahkan ibu dan sering kali mengakibatkan tindakan
operasi, retensio plasenta, serta perdarahan post partum primer
maupun sekunder akibat atoniauterus (Pratami, 2016).
b. Komplikasi Anemia pada Janin
Anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan janin
yang dikandungnya. Karena asupan nutrisi berkurang, serta suplai
oksigen dalam plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga
menimbulkan beberapa resiko pada janin seperti kematian intra-uteri,
berat badan lahir rendah (BBLR), resiko terjadinya cacat bawaan,
peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau
tingkat inteligensi bayi rendah (Pratami, 2016).
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Secara Medis
Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemberian zat besi oral
dapat mengatasi kejadian anemia pada kehamilan karena
defesiensizat besi, pemberian zat besi oral dimulai trimester II
kehamilan dampaknya dapat meningkatkan kadar Hb dan firitin
serum dibandingkan dengan pemberian plasebo. Penelitian lain juga
membuktikan pemberian zat besi oral harian selama empat minggu
memiliki hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kadar Hb rata-
rata 19,5 g/dl (Pratami, 2016) tetapi pemberian suplemen zat besi
oral sering kali menimbulkan efek samping mual dan sembelit.
Sekitar 10-20% ibu yang mengkonsumsi zat besi oral pada dosis
pengobatan mengalami efek saamping seperti mual, muntah,
konstipasi atau diare(Pratami, 2016).
Terapi oral merupakan pemberian preparat besi : fero sulfat,
fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg per
hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) sebanyak 1 gr/dl
per bulan. Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 µg asam folat untuk profilaksis anemia. Pemberian
preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus dapat
meningkatkan hemoglobin (Hb) lebih cepat yaitu 2 gr%. Pemberian
parenteral ini mempunyai indikasi intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek
samping utama yaitu reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat
diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tidak ada reaksi dapat diberikan
seluruh dosis (Prawirohardjo, 2009).
Transfusi darah juga digunakan dalam menangani anemia
berat padaibu hamil, namun penanganan ini juga menimbulkan
resiko seperti infeksi, penularan virus atau bakteri yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Pratami, 2016).Dalam menangani
anemia, tenaga kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai
dengan kondisi yang dialami oleh ibu hamil tersebut.
b. Penatalaksanaan Dirumah
Selain pemberian zat besi dan asam folat, upaya yang perlu
dilakukan tenaga kesehatan terhadap ibu hamil yang mengalami
anemia dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai
pentingnya zat besi, asam folat, serta kebutuhan nutrisi selama
kehamilan. Dengan diberikan pendidikan kesehatan diharapkan ibu
hamil dapat mengetahui kondisi apa saja yang dapat terjadi selama
kehamilanya sehingga lebih memperhatikan kesehatan dirinya dan
janin yang dikandungnya (Proverawati, 2011).
11. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan secara bertahap sebagai
berikut
a. Test penyaring : test ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap
kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya
anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini
meliputi pengkajian pada komponen komponen berikut ini ;
1) Kadar hemoglobin
2) Indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC)
3) Apusan darah tepi
b. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan
pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan
meliputi laju endap darah (LED) , hitung diferensial, dan hitung
retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada
sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis definitif
meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikerjakan jika
telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah
untuk mengkonfirmasi dugaan diagnosis tersebut. Pemeriksaan tersebut
meliputi komponen berikut ini :
1) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan
feritin serum.
2) Anemia megaloblastik : asam folat darah atau eritrosit, vitamin B12.
3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, test coombs, dan elektroforesis
Hb.
4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sito
kimia.
e. Pemeriksaan laboratorium non hematologis meliputi :
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faal hati
5) Biakan kuman
f. Pemeriksaan penunjang lain
1) Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi.
2) Radiologi : toraks, bone survay, USG, atau limfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerasechain reaction,
FISH = Fluorescence in situ hybrydization )
g. Penatalaksanaan Terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip sebagai berikut :
1) Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan
2) Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah :
 Terapi gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah
jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan
transfusi darah merahyang dimampatkan (PRC) untuk mencegah
perburukan payah jantung tersebut.
 Terapi khas untuk masing-masing anemia
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai,
misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi.
 Terapi kausal
Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar
yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia defisiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacaing tambang harus diberikan
obat anti cacing tambang.
 Terapi ex-juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat
dipastikan, jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat
dikuatkan. Terapi ini hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas
diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini
penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respon yang
baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respon maka
harus dilakukan evaluasi kembali.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


1. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Antenatal care (ANC) adalah pengawasan selama masa
kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan
secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara
dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan yang
terjadi (Manuaba, IBC, 2008; h. 25).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Evayanti, Y (2014)
dalam Jurnal Ilmiah Kebidanan Program Studi Kebidanan Universitas
Malahayati B. Lampung (Vol. 1 No.2; 2015) dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami Pada Ibu Hamil
Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di
Puskesmas Wates Lampung Tengah Tahun 2014 “. Keteraturan
kunjungan antenatal care selama kehamilan dipengaruhi yang
pertama kurangnya pengetahuan ibu tentang kunjungan antenatal,
kedua ada kaitannya dengan lebih banyak ibu yang kurang mendapat
dukungan dari suami sehingga ibu tidak mendapatkan dorongan dari
luar untuk memotivasi ibu agar melakukan kunjungan Antenatal Care
secara teratur, ketiga disebabkan karena rendahnya pendidikan
responden, hasil wawancara bebas sebagian besar ibu memiliki latar
belakang pendidikan SMP, keempat disebabkan kerena ibu lebih
banyak bekerja diluar rumah, dan kelima disebabkan karena ada
kaitan ibu sulit mengatur waktu karena habis untuk memberi perhatian
dan mengurus anak-anaknya dirumah.
Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care (ANC), menurut
Kemenkes RI (2012; h. 08-12) asuhan standar minimal “10 T” yang
meliputi :
a. Timbang berat badan dan Tinggi badan
Penambahan berat badan normal pada ibu hamil adalah 11,5-16 kg
dan apabila kurang dari 9 kilogram selama kehamilan menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin.
b. Periksa Tekanan darah
c. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LILA dilakukan pada saat kunjungan ANC pertama
dengan standar minimal ukuran LILA bagi wanita dewasa yaitu
minimal 23,5 cm.
d. Pengukuran Tinggi fundus uteri
Pengukuran TFU pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin.Jika TFU tidak sesuai dengan
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan
janin.
e. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Dalam menentukan presentasi janin dilakukan dengan caraLeopold
yang terdiri dari 4 leopold. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir
trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.DJJ
lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari
160x/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f. Skrining imunisasi tetanus dan beri imunisasi Tetanus Toxoid
g. Beri Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
h. Temu wicara
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal meliputi
kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami dalam
kehamilan, tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, asupan
gizi seimbang, penyakit menular dan tidak menular, inisiasi
menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif, KB paska persalinan,
imunisasi.
i. Pelayanan tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pertama adalah pemeriksaan golongan
darah. Pemeriksaan laboratorium rutin yaitu pemeriksaan
kadarhemoglobin darah (Hb). Pemeriksaan laboratorium khusus
dilakukan bila ibu hamil memiliki indikasi tanda bahaya
kehamilan. Pemeriksaan laboratorium khusus meliputi: golongan
darah, protein urin, kadar gula darah, darah malaria, tes sifilis, HIV
(Human Immuno Deficiency Virus), Bakteri Tahan Asam (BTA).
j. Tatalaksana kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus
yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
2. Manajemen Kebidanan
Kebidanan adalah bagian ilmu kedokteran yang khusus
mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi.
Dengan demikian yang dimaksud objek ilmu ini adalah kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, S, 2010).
Asuhan kebidanan adalah pelaksanaan fungsi bidan dalam
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau
masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, persalinan, bayi baru
lahir, nifas serta keluarga berencana (Estiwidanti, D, 2008; h.12).
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir
bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani
kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Estiwidani, D, 2008; h. 124).
Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari beberapa
langkah yaitu :
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar), pada langkah pertama
dilakukan pengkajian melalui pengumpulan semua data dasar yaitu
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, peninjauan
catatan terbaru atau catatan sebelumnya dan data laboratorium.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar), pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang
telah dikumpulkan.
c. Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial), pada
langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi.
d. Langkah IV (Identifikasi Perlunya Penanganan Segera), bidan atau
dokter mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan konsultasi atau
penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
e. Langkah V (Perencanaan Asuhan Menyeluruh), pada langkah ini,
direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Rencana), perencanaan ini dapat
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan,
dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut.
g. Langkah VII (Evaluasi), dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana dapat dianggap
efektif jika pelaksanaannya efektif (Saminem, 2008;h.15-20).
Menurut Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007
pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia. Pencatatan tersebut ditulis dalam catatan
perkembangan SOAP dan partograf. Menurut Muslihatun WN,
Mufdlilah, Setyawati N (2010;h.123) pendokumentasian atau catatan
manajemen kebidanan diterapkan dengan metode SOAP.
S (Subjektif) : mancatat hasil anamnesa yang dilakukan
O (Objektif) : mencatat hasil pemeriksaan
A (Assessment) :kesimpulan dari data-data subjektif/objektif dan
mencatat diagnosa
P (Plan) :apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil
pengevaluasian.
Pendokumentasian SOAP ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi
ditulis sebagai berikut :
SOAP Hamil
1) Subjektif
Menurut Saifuddin AB (2011;h.279) data sujektif yang
dikumpulkan yaitu biodata ibu dan suami, keluhan utama yang
dirasakan ibu, riwayat haid, riwayat kehamilan sekarang, riwayat
kehamilan lalu, riwayat KB, pola pemenuhan kebutuhan sehari-
hari, kebiasaan yang merugikan kesehatan, riwayat psikososial
2) Objektif
Menurut Saifuddin AB (2011;h.280) data objektif yang
dikumpulkan yaitu pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan
abdomen, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG.
3) Analisa
Diagnosa wanita hamil normal meliputi nama, umur, gestasi
(G) paritas (P) abortus (A), umur kehamilan, tunggal, hidup, intra-
uteri, letak kepala, keadaan umum baik. Masalah, berhubungan
dengan diagnosis.Kebutuhan pasien, ditentukan berdasarkan
keadaan dan masalahnya (Saminem, 2008; h.27).
4) Penatalaksanaan
Menurut Sulistyawati, A (2009; h.147), pelaksanaan asuhan
pada kunjungan ulang disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan kehamilan, misalnya: menjelaskan pada klien
mengenai ketidaknyamanan normal yang dialami; mengajarkan ibu
tentang materi pendidikan kesehatan pada ibu hamil sesuai dengan
usia kehamilan; mendiskusikan mengenai rencana persiapan
kelahiran dan jika terjadi kegawatdaruratan; mengajari ibu
mengenal tanda-tanda bahaya dan memastikan ibu untuk
memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda bahaya;
membuat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya.

Landasan Hukum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2017 yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Menteri
Kesehatan sebelumnya tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan,
yaitu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017) :
a. Pasal 18
Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu
2) Pelayanan Kesehatan Anak
3) Pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
b. Pasal 19
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan:
a) konseling pada masa sebelum hamil;
b) antenatal pada kehamilan normal;
c) persalinan normal;
d) ibu nifas normal;
e) ibu menyusui; dan
f) konseling pada masa antara dua kehamilan.
(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a) episiotomi;
b) pertolongan persalinan normal;
c) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan;
e) pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air
susu ibu eksklusif;
h) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum;
i) penyuluhan dan konseling;
j) bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
g) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
C. Teori Sistem Rujukan
1. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang
diberikan oleh bidan sesuai kewenangannya dengan maksud
meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mewujudkan kesehatan
keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan
masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan. Layanan kebidanan dapat dibedakan
menjadi :
a. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab bidan.
b. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan
atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan
kesehatan.
c. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima
rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang
dilakukan oleh bidan ke tempat / fasilitas pelayanan kesehatan lain
secara horizontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan
dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Asuhan kebidanan meliputi meliputi asuhan pra konsepsi,
antenatal, intranatal, neonatus, nifas, keluarga berencana, ginekologi,
premenopause dan asuhan primer. Dalam pelaksanaannya bidan bekerja
dalam sistem pelayanan yang memberi konsultasi, manajemen
kolaborasi, dan rujukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan
klien. Pelayanan kebidanan merupakan perpaduan antara kiat dan ilmu.
Bidan membutuhkan kemampuan untuk memahami kebutuhan wanita
dan mendorong semangatnya untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya
menghadapi kehamilan, persalinan maupun perannya sebagai ibu.
Dalam tugasnya, bidan membutuhkan ilmu dan kemampuan untuk
mengambil keputusan (Patimah, Astuti and Tajmuati, 2016).

2. Peran Bidan Sebagai Pelaksana


Peran bidan sebagai pelaksana memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas rujukan (Patimah, Astuti and Tajmuati,
2016).
a. Tugas Mandiri Bidan, yaitu :
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan.
2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan
melibatkan mereka sebagai klien.
3) Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan bersama klien.
4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan
normal.
5) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien / keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
7) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien / keluarga.
8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana.
9) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta
menopause.
10) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan keluarga dan pelaporan asuhan.
b. Tugas Kolaborasi (Tugas - Tugas Kerjasama ) Bidan, yaitu:
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
3) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama
klien dan keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan
keluarga.
7) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
c. Tugas Rujukan (Tugas-Tugas Ketergantungan) Bidan, yaitu :
1) Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada
masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien
dan keluarga.
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan
kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta
rujukan dengan melibatkan keluarga.
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta
rujukan dengan melibatkan klien / keluarga.
3. Pelayanan Kolaborasi Dalam Praktik Kebidanan
Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab
(kerjasama) dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam
memberi asuhan pada pasien. Dalam praktiknya, kolaborasi dilakukan
dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama dalam
penatalaksanaan dan pemberian asuhan. Masing-masing tenaga kesehatan
dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat
komunikasi lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan dilakukan. Petugas
kesehatan yang ditugaskan menangani pasien bertanggung jawab terhadap
keseluruhan penatalaksanaan asuhan (Bidan Dan Dosen Kebidanan
Indonesia, 2018).
Pelayanan kebidanan kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya di lakukan secara
bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan. Tujuan pelayanan ini adalah berbagi otoritas dalam
pemberian pelayanan berkualitas sesuai ruang lingkup masing-masing.
Elemen kolaborasi mencakup:
a) Harus melibatkan tenaga ahli dengan keahlian yang berbeda, yang dapat
bekerjasama secara timbal balik dengan baik.
b) Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama.
c) Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari
kombinasi pandangan dan keahlian yang di berikan oleh setiap anggota
tim tersebut.
Dalam praktik pelayanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah asuhan
kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama
dari semua pemberi pelayanan yang terlibat, misalnya: bidan, dokter, dan
atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Dalam hal ini bidan merupakan
anggota tim.
Bidan meyakini bahwa dalam memberi asuhan harus tetap menjaga,
mendukung, dan menghargai proses fisiologis manusia. Intervensi dan
penggunaan teknologi dalam asuhan hanya atas indikasi. Rujukan yang
efektif dilakukan untuk menjamin kesejahteraan ibu dan bayinya. Bidan
adalah praktisi yang mandiri. Bidan bekerja sama mengembangkan
kemitraan dengan anggota tim dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam
melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi, dan
perujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan, dan kemampuannya
(Asrinah, 2013).
4. Sistem Rujukan
a. Pengertian Sistem Rujukan
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal (Permenkes RI Nomor 001 Tahun 2012) .
Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis,
proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan
komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan
bayi baru lahir, dimanapun mereka bearada dan berasal dari golongan
ekonomi manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan
neonatal di wilayah mereka berada (Depkes RI, 2006).
Sistem rujukan merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang
sangat penting apalagi sejak BPJS berlaku sebagai penjamin
pembiayaan kesehatan. Sistem rujukan diatur oleh pemerintah dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Dalam
Permenkes RI No 001 Tahun 2012 menyebutkan :
1) Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.
2) Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di sarana
pelayanan kesehatan.
Pada pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan
yaitu: a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama; b. Pelayanan kesehatan
tingkat kedua; dan c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas
perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum di
balai/lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama. Dalam
keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan
kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter
gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan
kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau
dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik (Permenkes RI Nomor 001 Tahun 2012).
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan
oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan
yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya
penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang
timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional
dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
b. Tujuan Sistem Rujukan
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu (Kebidanan
Komunitas). Tujuan umum rujukan untuk memberikan petunjuk kepada
petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis dalam rangka
menurunkan IMR dan AMR.
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
1) Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam
rangka menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat
yang terkait dengan kematian ibu maternal dan bayi.
2) Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah
kerja puskesmas.
c. Jenis Rujukan
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari :
1) Rujukan Internal
Yaitu rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
2) Rujukan Eksternal
Yaitu rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari:
1) Rujukan Medik
Yaitu rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya,
merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner,
hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis
rujukan medik:
a) Transfer of patient.
b) Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
c) Transfer of specimen.
d) Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
e) Transfer of knowledge/personel.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman
tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan
dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi
kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge).
Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah
sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga
dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang
diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan
(transfer of personel).
2) Rujukan Kesehatan
Yaitu hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif)
dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan
masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau
pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(Pos Unit Kesehatan Kerja).

d. Alur Sistem Rujukan


Gambar 2.1 Alur Sistem Rujukan

(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2019)


Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan
medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan
kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat
pertama. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Ketentuan tersebut dikecualikan pada keadaan gawat darurat, bencana,
kekhususan permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan geografis
(Permenkes RI Nomor 001 Tahun 2012).
Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta
jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan
kesehatan. Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang
berlaku sesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap
mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang. Setiap orang yang bukan
peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dapat mengikuti
sistem rujukan. Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan
peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan, rujukan dilakukan ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki kemampuan pelayanan sesuai
kebutuhan pasien.
Gambar 2.1 Alur Rujukan Peserta BPJS

(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2019)


e. Tata Cara Rujukan (Permenkes No 001 Tahun 2012)
1) Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal.
Rujukan vertikal merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan. Rujukan horizontal merupakan rujukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan vertikal dapat
dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
2) Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap.
3) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a) pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub
spesialistik;
b) perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan.
4) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila:
a) permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.
b) kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua
lebih baik dalam menangani pasien tersebut.
c) pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang, dan/atau
d) perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan.
5) Setiap pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban merujuk pasien bila
keadaan penyakit atau permasalahan kesehatan memerlukannya, kecuali
dengan alasan yang sah dan mendapat persetujuan pasien atau
keluarganya. Alasan yang sah tersebut adalah pasien tidak dapat
ditransportasikan atas alasan medis, sumber daya, atau geografis.
6) Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau
keluarganya. Persetujuan tersebut diberikan setelah pasien dan/atau
keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan yang
berwenang. Penjelasan yang diberikan petugas sebelum melakukan
rujukan sekurang-kurangnya meliputi:
a) diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan.
b) alasan dan tujuan dilakukan rujukan.
c) risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan.
d) transportasi rujukan.
e) risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.
Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh
penerima rujukan. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk
melakukan pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan.
Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk
mengenai perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan
pelayanan.
f. Hal – Hal Yang Harus Dilakukan Perujuk (Bidan ) Sebelum
Melakukan Rujukan(Permenkes RI Nomor 001 Tahun 2012)
Perujuk sebelum melakukan rujukan harus :
1) melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan stabilisasi kondisi
pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk
tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan.
2) melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan
bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan
pasien gawat darurat. Dalam komunikasi sebelum melakukan rujukan,
penerima rujukan berkewajiban: menginformasikan mengenai
ketersediaan sarana dan prasarana serta kompetensi dan ketersediaan
tenaga kesehatan; dan memberikan pertimbangan medis atas kondisi
pasien.
3) membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima
rujukan.
Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat:
a) identitas pasien
b) hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang) yang telah dilakukan
c) diagnosis kerja
d) terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan.
e) tujuan rujukan
f) nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan.
g. Transportasi Untuk Rujukan
1) Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan
ketersediaan sarana transportasi.
2) Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk
dengan ambulans dan didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas pelayanan kesehatan
perujuk, rujukan dapat dilakukan dengan menggunakan alat transportasi lain
yang layak. (misalnya kendaraan pribadi) (Permenkes RI Nomor 001 Tahun
2012).
h. Pembiayaan Rujukan
Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku pada
asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan. Pembiayaan rujukan bagi pasien
yang bukan peserta asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan menjadi
tanggung jawab pasien dan/atau keluarganya. Pada saat pasien adalah
peserta BPJS, untuk pembiayaan rujukan petugas membantu menyiapkan
dan memastikan keluarga sudah membawa persyaratan BPJS nya yaitu
KTP, Kartu BPJS dan KK (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,
2019)&(Wulandari, Susanti and Mandiri, 2015).
i. Mekanisme Rujukan
Mekanisme rujukan menurut Depkes RI (2010) diawali dengan
menentukan tingkat kegawatdaruratan pasien :
1) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih
Ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga
atau kader/ dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat
menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana
yang harus dirujuk.
3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Sebaiknya pasien yang akan dirujuk harus sepengetahuan keluarga.
Pada pasien bayi, harus sepengetahuan ibu atau keluarga bayi yang
bersangkutan dengan cara petugas kesehatan menjelaskan kondisi atau
masalah bayi yang akan dirujuk dengan cara yang baik sehingga
keluarga dengan cepat dapat mengambil keputusan yang tepat
(Wulandari, Susanti and Mandiri, 2015).
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju :
a) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c) Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita
bila penderita tidak mungkin dikirim.
5) Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan
disingkat “BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut
(Ambarwati, Pangesti and Dewi, 2018) :
B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga
kesehatan yangkompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan
A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan
seperti spuit, infus set, sungkup, tensimeter dan stetoskop
K (Keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu
(klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga
yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (Surat) : Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identitas lengkap
ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat-
obat yang telah diterima ibu.
O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk
K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang aman dan nyaman
dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempar rujukan. Dalam hal pasien peserta BPJS
pastikan keluarga pasien membawa persyaratan lengkap yang
berlaku.
DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan
transfusi darah apabila terjadi perdarahan, dalam hal kasus
perdarahan, sebaiknya membawa anggota keluarga yang mempunyai
hubungan darah dengan pasien yang dalam kondisi sehat sebagai
calon donor darah hidup.
6) Pengiriman Penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/
sarana transportasi yang memadai untuk mengangkut penderita.
Karena waktu merupakan hal penting dalam melakukan rujukan
(Tirtaningrum, Sriatmi and Suryoputro, 2018).
7) Tindak lanjut penderita
a) Untuk penderita yang telah dikembalikan sesuai umpan balik
rujukan dari RS tempat rujukan
b) Harus dilakukan kunjungan rumah bila pasien yang memerlukan
tindak lanjut tapi tidak melapor atau datang ke puskesmas.
ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI
PADA IBU HAMIL PATOLOGIS TRIMESTER II
NY.Y USIA 31 TAHUN G2P1A0 USIA HAMIL 20 MINGGU
DI PUSKESMAS PUDAKPAYUNG

PENGKAJIAN :
Tanggal : 13 Mei 2021
Jam : 10.00 WIB

IDENTITASPASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. Y 1. Nama : Tn. A
2. Umur : 31 tahun 2. Umur : 39 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : S1 4. Pendidikan : S1
5. Pekerjaan : Guru 5. Pekerjaan : Karyawan swasta
6. Suku bangsa : Jawa/ Indonesia 6. Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
7. Alamat : Pudak Payung RT 7. Alamat : Pudak Payung RT 01
01 RW 08 RW 08
I. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
KELUHAN UTAMA
Ibu mengeluh pusing
URAIAN KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan sejak kemarin sore merasakan pusing, terkadang seperti
gelap dan berkunang-kunang saat langsung berdiri dari duduk.
RIWAYAT KESEHATAN
a. Penyakit/kondisi yang pernah diderita atau sedang diderita :
Ibu mengatakan saat ini tidak pernah/sedang menderita tanda dan gejala
penyakit seperti :
Jantung:Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak mengalami nyeri dan
berdebar-debar saat melakukan aktivitas ringan seperti nonton tv,
berjalan santai, dan beristirahat. Tidak pernah mengalami sesak
napas/terengah-engah saat melakukan aktifitas fisik ringan seperti
berjalan kaki beberapa meter saja.
Asma:Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas setelah makan
sesuatu misalnya atau setelah terpapar debu.
TBC: Ibu mengatakan tidak pernah batuk dalam waktu lama lebih dari 3
bulan.
Hepatitis B: Ibu mengatakan bagian mata, kulit dan kuku tidak berwana
kekuningan.
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami BAK dengan warna kuning
kecokelatan dan BAB pucat.
DM:Ibu mengatakan tidak pernah mengalami mudah haus, mudah lapar,
dan sering BAK di malam hari; penurunan berat badan yang drastis; dan
luka yang sulit kering.
Hipertensi: Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keluhan misalnya
pusing yang tidak hilang saat dibawa istirahat, dan tengkuk terasa kaku
serta tegang.
HIV/AIDS: Ibu mengatkan tidak pernah mengalami penyakit sperti
sariawan yang tidak kunjung sembuh, diare lebih dari 1 bulan, dan berat
badan yang menurun drastis.
b. Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit jantung,
paru-paru, DM, Hipertensi, Asma, dan TBC, PMS, Hepatitis B. Tidak
ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga.
RIWAYAT OBSTETRI
1) Riwayat haid
Menarche : Usia 12 tahun
Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : 28 hari
Lama : 5-7 hari
Warna darah : Merah
Leukhorea : tidak ada
Banyaknya : 3-4 kali sehari ganti pembalut
c. Riwayat kehamilan sekarang
1) Hamil ke 2 usia 20 mg
2) HPHT : 13-01-2020
3) HPL : 20-10-2021
4) Gerak janin :
a) Pertama kali : ibu mengatakan belum merasakan gerak janin
b) Frekuensi dalam 12 jam : -
5) Tanda bahaya : tidak ada
6) Kekhawatiran khusus : tidak ada.
7) Imunisasi TT :T3
8) ANC : 1x
Suplement
ANC Tindakan/
Tanggal Tempat dan Fe (Jenis Masalah
ke Pendkes
dan Jumlah)
Asam folat, Fe Telat Konseling gizi
1 16 Feb 2021 Bidan
10 tab mens ibu hamil

Kehamilan Persalinan Nifas


Kead.
Th Frek Keluhan/ Peno JK/ Penyu Penyu Asi Anak
UK Jenis IMD
ANC Penyulit long BB lit lit Eksklusif skrg

Tidak Spontan Pr/ Tidak Tida


2014 9x 39 Bidan Ya Ya Sehat
ada Pervaginam 2900gr ada k ada

d. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu:

b. Riwayat KB : Tidak Pernah


a. Jika pernah :
Jenis Lama Alasan
Keluhan
Kontrasepsi Pemakaian Dilepas
Program
3 Tahun Tidak ada
Implant Hamil

b. Rencana Setelah Melahirkan : belum tahu


c. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
Sebelum hamil :
a. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makanpokok : 2xperhari
b) Komposisi:
 Nasi : 2-3x @ 1 piring sedang
 Lauk : 2-3x @ 1 potong sedang
Jenisnya tahu,tempe, telur, ayam, ikan
 Sayuran : 2-3x @ ½ mangkok sayur
Jenis sayuran: kangkung, kacang, bayam, sayuran hijau
 Buah : 2-3 kali seminggu
Jenis pisang, pepaya
 Camilan : 1-2 kali sehari
Jenis biscuit, keripik, roti, somay, batagor, cilok, goreng-
gorengan
 Pantangan :tidak ada
Alasan :-
2) Minum
a) Jumlah total 10 gelas perhari;jenis air putih
b) Susu : tidak
3) Perubahan selama hamil ini :
Tidak ada perubahan pola makan dan minum pada hamil ini.

b. Eliminasi
1) Sebelum hamil :
a) Buang Air Kecil:
 Frekuensiperhari : 4-5x, warna kuning jernih
 Keluhan/masalah: tidak ada
b) Buang Air Besar:
 Frekuensi perhari : 1x; warna kuning kecoklatan
 Keluhan/masalah: tidak ada
2) Perubahan selama hamil ini :
 BAK menjadi lebih sering dan tidak ada keluhan.
 BAB tidak ada perubahan
c. Personalhygiene
1) Sebelum hamil :
 Mandi 2xsehari
 Keramas 3x seminggu
 Gosok gigi 2xsehari
 Ganti pakaian 2x sehari;celanadalam 2x sehari
 Kebiasaan memakai alas kaki : ya
2) Perubahan selama hamil ini: tidak ada perubahan
d. Hubungan seksual
1) Sebelum hamil:
 Frekuensi: 2x seminggu
 Contact bleeding: tidak ada
 Keluhan lain: tidak ada
2) Perubahan selama hamil ini: Frekuensi berhubungan seksual selama
hamil 2 minggu sekali.
e. Istirahat/tidur
1) Sebelum hamil:
 Tidur malam 8 jam
 Tidur siang 0 jam
 Keluhan/masalah: tidak ada
2) Perubahan selama hamil ini: tidak ada perubahan
f. Aktivitas fisik dan olahraga
1) Sebelum hamil: pekerjaan rumah
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) melakukan pekerjaan rumah
tangga sehari – hari.
 Olah raga : jarang
2) Perubahan selama hamil ini : tidak ada perubahan
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan:
1) Merokok : tidak pernah
2) Minumanberalkohol : tidak pernah
3) Obat-obatan : tidak pernah
4) Jamu : tidak pernah
d. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah/tidak menikah
Umur waktu menikah :23 tahun
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah/tidak
Lamanya 8tahun
3) Hubungan dengan suami : baik/ada masalah
a. Kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan suami:
Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : bahagia
b. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah):
ibu mengkomunikasikan semua permasalah dengan suami
c. Ibu tinggal serumah dengan :suami
d. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat/tidak mengambil keputusan
sendiri.
e. Orang terdekat ibu :suami
Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC: suami
f. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan:
tidak ada
g. Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan: di
Puskesmas Bendan
h. Penghasilan perbulan : cukup/tidak cukup
i. Praktik agama yang berhubungan dengan kehamilan: tidak ada
praktik agama khusus, ibu beribadah seperti biasa
1) Kebiasaan puasa/apakah ibu berpuasa selama hamil ini?
Tidak ada
2) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan:
 Ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
 Boleh menerima tranfusi darah
 Boleh diperiksa genetalia

j. Tingkat Pengetahuan ibu:


 Hal-hal yang sudah diketahui ibu: ibu sudah mengetahui
tentang pemeriksaan kehamilan.
 Hal-hal yang ingin diketahuiibu:pemenuhan nutrisi selama
hamil.

II. DATAOBYEKTIF
1. PemeriksaanFisik:
a. PemeriksaanUmum:
1) Keadaanumum :Baik
2) Kesadaran :Composmentis
3) Tensi :110/70 mmHg
4) Nadi :78x/menit
5) Suhu : 36,5°C
6) RR :20 kali per menit
7) BB sebelum/sekarang : 44kg/ 45kg
8) TB : 153 cm
9) LILA : 23 cm
10) IMTsebelum/sekarang : 18,8 kg/m2 /19,2 kg/m2(IMT normal)
b. Status Present
Kepala : mesochepal, bersih, tidak ada luka
Muka : simetris, tidak pucat, tidak oedema
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera putih
Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : tidak kering, tidak ada stomatitis
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada benjolan
Perut : ada striae gravidarum, tidak ada linea nigra,tidak
ada bekas luka operasi
Lipatan paha : normal dan tidak ada benjolan
Vulva : tidak ada varises
Ekstremitas : simetris, tidak odema, tidak ada varises
Punggung : tidak ada kelainan bentuk
Reflek Patela : +/+
Anus : tidak ada hemoroid

c. Status Obstetrik
1) Inspeksi
Muka : tidak oedema, tidak ada chloasma gravidarum
Mamae :putting menonjol
Abdomen :terdapat striae gravidarum, tidak ada bekas luka
operasi
Vulva : tidak ada varises
2) Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari di bawah pusat.
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
3) TFU : 16 cm
4) TBJ : 775 gram (Johnson-Toshack)
5) Auskultasi : DJJ : 146 x/menit
d. Pemeriksaan Penunjang:
-
III. ANALISIS
Diagnosa Kebidanan : Ny. Y, G1P0A0 usia 31 tahun hamil 20 minggu
janin tunggal, hidup intrauterine dengan anemia ringan
Masalah :
- KEK
Kebutuhan :
- ANC Terpadu
- Kolaborasi cek laboratorium
- Pendidikan kesehatan tentang anemia

IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal: 13 Mei 2020 Jam : 10.20 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa secara umumkeadaan ibu hamil sehat,
tanda-tanda vital dalam batas normal, namun hasil pemeriksaan fisikpada
konjungtiva ibu agak pucat yang kemungkinan ibu mengalami anemia.
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Menjelaskan kondisi anemia pada ibu hamil dapat terjadi karena
kekurangan beberapa zat gizi tertentu seperti zat besi, asam folat, atau

vitamin B12.Pada beberapa kasus anemia ditemukan beberapa gejala


seperti mudah lelah, pusing, detak jantung cepat atau tidak teratur,
konjungtiva pucat, kulit, bibir dan kuku pucat. Anemia yang terjadi selama
masa kehamilan dapat menyebabkan keguguran, persalinan prematur,
hambatan tumbuh kembang janindalam rahim, peningkatan resiko
terjadinya infeksi, ancamandekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0
g/dl, mola hidatidosa,hiperemis gravidarum, perdarahan, berat badan lahir
rendah (BBLR), resiko terjadinya cacat bawaan.
Hasil : Ibu mengerti atas penjelas bidan
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas Pudak Payung
Hasil : Ibu bersedia periksa laboratorium dan sudah mengetahui hasil
pemriksaan laboratorium
Pemerikasaan penunjang (13 Mei 2021) :
Hb : 10,5 gr/dl
Golda :O
Urine reduksi : Negatif
Protein urine : Negatif
HbsAg : Non Reaktif
HIV : Non Reaktif
Syfilis : Non Reaktif
4. Memberikan KIE mengenai pemenuhan nutrisi dalam kehamilan. Diet
dalam kehamilan Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mudah
dicerna dan makan makanan yang bergizi. Pasien dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi (150 mg besi sulfat,
300 mg besi glukonat) yang dapat diperoleh dari multivitamin dan
makanan yang mengandung zat besi seperti daging ayam, telur, tahu,
tempe, sayur mayur dan buah buahan, makanan mengandung asam folat
(0,4 - 0,8 mg/hari) yang dapat diperoleh dari multivitamin dan makanan
diantaranya polong-polongan dan sayuran hijau, kalori ibu hamil umur 23-
50 tahun perlu kalori sekitar 23000 kkal) yang didapat dari makanan
seperti kentang, jagung, beras dan roti, makanan mengandung protein (74
gr/hari) yang dapat diperoleh dari makanan seperti ayam, ikan, daging
sapi, tahu dan tempe, makanan mengandung vitamin dan garam mineral
(kalsium, fosfor, magnesium, seng, yodium). Makan dengan porsi sedikit
namun sering dengan frekuensi sedang. Ibu hamil juga harus cukup
minum 6-8 gelas sehari.
Hasil : Pasien mengerti dan akan melakukan anjuran bidan
5. Memberitahu pasien tentang tanda-tanda bahaya kehamilan pada trimester
dua seperti sakit kepala yang hebat dan menetap, penglihatan kabur,
kelopak mata pucat (anemia), demam tinggi, nyeri perut dan perdarahan.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan.
6. Memberikan terapi Fe dan kalsium dengan dosis 1x perhari (30 tablet)
serta menganjurkan ibu untuk mengonsumsinya secara rutin setiap hari.
Memberitahu ibu untuk menghindari konsumsi Fe dengan menggunakan
susu atau air teh karena akan menghambat penyerapan zat besinya, tetapi
gunakan air putih atau sebaiknya dengan air jeruk agar penyerapannya
lebih maksimal dan tidak bersamaan dengan minum kalsium.
Hasil : ibu akan melakukan anjuran yang diberikan dan mengonsumsi fe
dengan air putih atau air jeruk
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi pada
tanggal 13 Juni 2021 atau bila ada keluhan dipersilakan untuk
memeriksakan kehamilannya
Hasil : ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi
8. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kehamilan yang telah
dilakukan.
Hasil : semua tindakan yang dilakukan telah didokumentasikan.

Semarang, Mei 2021


Pembimbing Lahan Praktikan

Heny Pujiastuti,Amd.Keb Yuke Astari


NIP.196707241988032007 NIM. P1337424820002

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Sri Rahayu,S.Kp,Ns, S.Tr.Keb,M.Kes


NIP. 197408181998032001

Nama Pasien:
No RM :
Ny. Y
Umur: Tanggal: 20 Mei 2021
31 tahun
Tanggal/ Catatan Perkembangan Nama
Jam: SOAP dan Paraf
20 Mei S:
2021 Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
08.00
Ibu mengatakan pusingnya sudah berkurang
Ibu mengatakan tadi pagi sudah mengkonsumsi tablet
Fe yang diberikan sesuai anjuran

O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.30 C
Pernapasan : 20x/menit

Pemerikasaan penunjang (13 Mei 2021) :


Hb : 10,5 gr/dl
Golda :O
Urine Reduksi : Negatif
Protein Urine : Negatif
Hbsag : Non Reaktif
HIV : Non Reaktif
Syfilis : Non Reaktif

A:
Ny.Y, 31 tahun G2P1A0 hamil 21 minggu janin
tunggal, hidup intrauterine dengan anemia ringan
P:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi
ibu dalam keadaan baik.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Menjelaskan kembali pada ibu untuk menjaga
kebersihan atau personal hygiene, rajin mencuci
tangan dengan langkah yang benas dengan sabun
dan air mengalir,menjaga kebersihan seperti mandi
2x sehari, menjelaskan cara cebok yang benar yaitu
dari depan ke belakang (dari lubang kencing ke arah
anus).
Hasil : Pasien mengerti dan dapat melakukan cuci
tangan dengan langkah yang benar
3. Mengingatkan ibu untuk makan minum dengan gizi
seimbang, memperbanyak asupan protein dan
sumber zat besi baik hewani maupun nabati. Sumber
hewani antara lain hati ayam, sapi, telur ayam, telur
bebek, daging ayam, daging sapi, daging kambing
dan berbagai macam ikan. Sedangkan sumber nabati
seperti tempe, tahu, kacang kedelai, bayam,
kangkung, dan sayur-sayuran hijau lainnya.
Menghindari makan bersamaan penghambat zat besi
seperti susu atau produk olahan susu lainnya,
mengatur pemberian jarak / waktu minum susu dan
kalsium dengan makan/ minum vit Fe kurang lebih 2
jam. Menghindari konsumsi penghambat zat besi
lainnya seperti teh atau kopi.
Hasil: ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
bidan
4. Menganjurkan ibu untuk Kunjungan ulang 1 bulan
lagi atau bila ada keluhan
Hasil: Ibu bersedia dikunjungi 1 bulan lagi atau ada
keluhan
13 Juni S:
2021 Ibu mengatakan ingin periksa kehamilan
09.00
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan enjoy dengan
kehamilannya
Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan sesuai
anjuran bidan

O:
Keadaan Umum: Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 120/70
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36.50 C
Pernapasan : 20x/menit
Palpasi : TFU 2 jari atas pusat
DJJ : 148x/ menit

A:
Ny.Y, 31 tahun G2P1A0 hamil 25 janin tunggal hidup
intrauterine

P:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi
ibu dalam keadaan baik. Denyut jantung janin sudah
terdengar dan dalam batas normal
Hasil : ibu mengerti dan senang denyut jantung janin
sudah terdengar
2. Melakukan evaluasi pola makan, dan apakah vitamin
dikonsumsi oleh ibu
Hasil : Ibu mengatakan sudah makan teratur dan
bergizi seimbang sesuai anjuran bidan,vitamin dan
susu sudah dikonsumsi ibu
3. Menjelaskan pada ibu mengenai USG, kapan dan
dimana saja dapat dilakukan. USG atau
ultrasonografi pada kehamilan merupakan alat yang
digunakan untuk melihat gambaran janin dalam
kandungan pada layar monitor, selama hamil
setidaknya 4 kali selama kehamilan. Yaitu satu kali
saat trimester pertama, satu kali saat trimester kedua,
dan dua kali saat trimester ketiga. Namun, jumlah ini
bisa berubah, tergantung dengan kondisi kehamilan
dan indikasi tertentu. USG pada kehamilan TM 1-2
awal, dapat untuk mengidentifikasi adanya kelainan
pada janin, mengidentifikasi adanya kelainan genetik
pada janin, seperti sindrom down.Memeriksa
kelainan kongenital atau risiko cacat lahir dan
masalah pada rahim (seperti tumor pada masa
kehamilan)
Hasil: ibu mengerti dan berencana melakukan USG
dalam waktu dekat ini.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan cek
laboratorium hb ulang 1 bulan lagi untuk memantau
apakah kadar hb ibu
Hasil : Ibu bersedia datang untuk cek laboratorium
hb ulang
PEMBAHASAN

Penulis telah melakukan Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Ny. Y umur


31 tahunG2P1A0 dengan anemia ringan yang dimulai dari langkah pertama
pengkajian data sampai penatalaksanaan segera untuk menangani
kegawatdaruratan yang ada tanggal 13 Mei 2021 di Puskesmas Pudak payung,
pengkajian dan penatalaksanaan pada kasus ini didukung dengan evidence based
dalam kebidanan.
A. Pengkajian
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama
alloanamnesa dimana menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait,
sedangkan auto anamnesa, yaitu anamnesa yang dilakukan langsung pada
pasien yang bersangkutan (Saifuddin, 2010). Anamesa pada kasus Ny Y umur
31 tahun dengan anemia ringan dilakukan dengan auto anamesa, data didapat
dari anamesa langsung pada pasien.
Saat melakukan asuhan kegawatandaruratan pada Ny Y dicantumkan
tanggal, jam dan tempat sebagai bukti atau consent bahwa penulis sudah
melakukan asuhan pada tanggal, jam dan tempat seperti yang dituliskan
dalam lembar tinjauan kasus.
1. Data Subyektif
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 22 Februari 2021 jam
18.00 WIB di Puskesmas Pudak Payung , didapatkan Ny. Y dengan
keluhan pusing.
Anemia adalah suatu kondisi ketika ibu memilikikadar hemoglobin
kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, ataukadar hemoglobin
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II (Pratami, 2014). Nilai normal yang
akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketigaparameter
laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan.Umumnya ibu
hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobinnyadibawah 11 g/dl atau
hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hbkurang dari 11 g/dl pada akhir
trimester pertama dan <10 g/dl padatrimester kedua dan ketiga menjadi
batas bawah untuk menjadipenyebab anemia dalam kehamilan. Nilai–nilai
ini kurang lebih samanilai Hb terendah pada ibu - ibu hamil yang
mendapat suplementasibesi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester pertama dan
10,5 g/dl pada trimesterkedua dan ketiga (Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan pada kasus Ny”Y” setelah dilakukan pengumpulan data
dan pemeriksaan didapatkan keluhan berupa ibu mengeluh pusing dan
pemeriksaan fisik pada konjungtiva ibu ditemukan agak pucat.
Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan
gejala yang timbul pada kasus anemia pada masa kehamilan, sehingga
saya tidak ada hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data -
data baik klien maupun keluarga dalam hal ini ibu selalu terbuka untuk
memberikan informasi sesuai dengan data yang diperlukan yang
berhubungan dengan keadaan ibu sehingga mempermudah dalam
mengumpulkan data. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus
2. Data Obyektif
Berdasarkan teori Sigmund Freund tingkatan kesadaran terbagi
menjadi composmentis, apatis, somnolen, sopor, soporo coma, coma,
delirium. Dari pemeriksaan umum didapatkan kesadaran umum baik,
kesadaran composmentis, dengan TD 110/70 mmhg, N : 78x/menit, RR :
20x/menit, S: 36,50C TB 153 cm, LILA 23,5 cm, BB 45 kg. Dari
pemeriksaan inspeksi status present yang telah diinspeksi dalam batas
normal.
3. Analisa
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif
dan anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis
aktual, diagnosis masalah potensial serta seperlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah (Varney, 2008)
Dari data subyektif dan data obyektif yang telah dikaji maka dapat di
diagnosa Ny. Y umur 31 tahunG2P1A0 dengan suspect anemia. Masalah
yang muncul adalah ibu mengeluh pusing dan konjungtiva ibu pucat.
Diagnosa potensial apabila tidak segera ditangani adalah anemia.
Kebutuhan : rujuk untuk pemeriksaan laboratorium.
4. Penatalaksanaan
Dari hasil pemeriksaan dan penilaian didapatkan ibu mengeluh
pusing dan pada pemeriksaan fisik konjungtiva ibu pucat, tanda tanda itu
menunjukkan ibu mengalami gejala anemia. Tindakan segera berupa
kolaborasi dengan laboratorium guna pemeriksaan Hb untuk mencegah
terjadinya anemia. Dari analisa diatas tenaga kesehatan memberikan
intervensi segera yaitu sebagai berikut :
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa secara umumkeadaan ibu hamil sehat,
tanda-tanda vital dalam batas normal, namun hasil pemeriksaan
fisikpada konjungtiva ibu agak pucat yang kemungkinan ibu
mengalami anemia.
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Menjelaskan kondisi anemia pada ibu hamil dapat terjadi karena
kekurangan beberapa zat gizi tertentu seperti zat besi, asam folat, atau

vitamin B12.Pada beberapa kasus anemia ditemukan beberapa gejala


seperti mudah lelah, pusing, detak jantung cepat atau tidak teratur,
konjungtiva pucat, kulit, bibir dan kuku pucat. Anemia yang terjadi
selama masa kehamilan dapat menyebabkan keguguran, persalinan
prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, peningkatan
resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb
kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum,
perdarahan, berat badan lahir rendah (BBLR), resiko terjadinya cacat
bawaan.
Hasil : Ibu mengerti atas penjelas bidan
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ke
Puskesmas Pudak Payung
Hasil : ibu bersedia untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
4. Memberikan KIE mengenai pemenuhan nutrisi dalam kehamilan. Diet
dalam kehamilan Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mudah
dicerna dan makan makanan yang bergizi. Pasien dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi (150 mg besi
sulfat, 300 mg besi glukonat) yang dapat diperoleh dari multivitamin
dan makanan yang mengandung zat besi seperti daging ayam, telur,
tahu, tempe, sayur mayur dan buah buahan, makanan mengandung
asam folat (0,4 - 0,8 mg/hari) yang dapat diperoleh dari multivitamin
dan makanan diantaranya polong-polongan dan sayuran hijau, kalori
ibu hamil umur 23-50 tahun perlu kalori sekitar 23000 kkal) yang
didapat dari makanan seperti kentang, jagung, beras dan roti, makanan
mengandung protein (74 gr/hari) yang dapat diperoleh dari makanan
seperti ayam, ikan, daging sapi, tahu dan tempe, makanan
mengandung vitamin dan garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium,
seng, yodium). Makan dengan porsi sedikit namun sering dengan
frekuensi sedang. Ibu hamil juga harus cukup minum 6-8 gelas sehari.
Hasil : Pasien mengerti dan akan melakukan anjuran bidan
5. Memberitahu pasien tentang tanda-tanda bahaya kehamilan pada
trimester satu seperti mual muntah berlebihan hingga tidak bisa
makan, sakit kepala yang hebat dan menetap, penglihatan kabur,
kelopak mata pucat (anemia), demam tinggi, nyeri perut dan
perdarahan.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan.
6. Memberikan terapi Fe dan kalsium dengan dosis 1x perhari (30 tablet)
serta menganjurkan ibu untuk mengonsumsinya secara rutin setiap
hari. Memberitahu ibu untuk menghindari konsumsi Fe dengan
menggunakan susu atau air teh karena akan menghambat penyerapan
zat besinya, tetapi gunakan air putih atau sebaiknya dengan air jeruk
agar penyerapannya lebih maksimal dan tidak bersamaan dengan
minum kalsium.
Hasil : ibu akan melakukan anjuran yang diberikan dan mengonsumsi
fe dengan air putih atau air jeruk
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi bila
ada keluhan dipersilakan untuk memeriksakan kehamilannya
Hasil : ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi
8. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kehamilan yang telah
dilakukan.
Hasil : semua tindakan yang dilakukan telah didokumentasikan.

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa


melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman
pada klien. Implementasi dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan
ataupun sebagian dilaksanakan pasien serta kerjasama dengan tim
kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan
(Mangkuji dkk, 2013).
Menurut Pratami kondisi anemia sanggat menggangukesehatan ibu
hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas.Anemia yang terjadi selama
masa kehamilan dapat menyebabkanabortus, persalinan prematur,
hambatan tumbuh kembang janindalam rahim, peningkatan resiko
terjadinya infeksi, ancamandekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0
g/dl, mola hidatidosa,hiperemis gravidarum, perdarahan antepartum, atau
ketuban pecahdini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama
persalinanseperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala I lama,
kala kedua yang lama hingga dapatmelelahkan ibu dan sering kali
mengakibatkan tindakan operasi, retensio plasenta, serta perdarahan post
partum primer maupun sekunder akibat atoniauterus (Pratami, 2016).
Anemia yang terjadi pada ibu hamil juga membahayakan janin yang
dikandungnya. Karena asupan nutrisi berkurang, serta suplai oksigen
dalam plasenta menurun ke dalam tubuh janin sehingga menimbulkan
beberapa resiko pada janin seperti kematian intra-uteri, berat badan lahir
rendah (BBLR), resiko terjadinya cacat bawaan, peningkatan resiko
infeksi pada bayi hingga kematian perinatal, atau tingkat inteligensi bayi
rendah (Pratami, 2016).
Pemeriksaan laboratorium hematologis dilakukan Test penyaring. Test
ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen
komponen seperti Kadar hemoglobin guna memastikan kadar
hb(Prawiroharjo, 2016).
Terapi oral merupakan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg per hari dapat
meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) sebanyak 1 gr/dl per bulan. Kini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 µg asam
folat untuk profilaksis anemia. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada
gluteus dapat meningkatkan hemoglobin (Hb) lebih cepat yaitu 2 gr%.
Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek
samping utama yaitu reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan
dosis 0,5 cc/im dan bila tidak ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis
(Prawirohardjo, 2016).
Pada cara konsumsi tablet tambah darah tidak boleh bersamaan dengan
mengkonsumsi susu, teh ataupun kopi dan dianjurkan minum tablet
tambah darah menggunakan air jeruk atau air putih. Hal tersebut karena air
jeruk dan air putih dapat membantu penyerapan zat besi pada tablet
tambah darah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sabrina Dwi
Prihartini (2016), menyatakan bahwa ada pengaruh konsumsi tablet zat
besi dengan perasan jeruk manis terhadap peningkatan kadar Hb ibu
hamil. Hal itu disebabkan karena vitamin C dapat mereduksi ion feri
menjadi ion fero. Sehingga zat besi yang terkandung di dalam tubuh dapat
diserap secara maksimal oleh tubuh yang menyebabkan kebutuhan zat besi
pada kehamilan dapat terpenuhi (Prihartini, 2016).
Salah satu upaya untuk memperbaiki ataupun mencegah anemia adalah
mengkonsumsi sayuran hijau seperti bayam, kangkung dan yang lainnya
karena mengandung banyak zat besi untuk membentuk sel darah merah
pada darah. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
Rahayu & Suryani (2018), menyatakan bahwa sayuran hijau mengandung
banyak vitamin, termasuk sumber Fe yang sangat dibutuhkan oleh ibu
hamil. Konsumsi sayuran hijau oleh ibu hamil yang masih kurang perlu
diperhatikan, karena dapat menyebabkan ibu hamil mengalami anemia
yang dapat berdampak buruk bagi ibu dan janin yang dikandungnya. Pada
hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran hijau pada ibu
hamil paling banyak pada kategori cukup baik (46,0%). Ibu hamil paling
banyak tidak mengalami anemia yaitu 34 orang (68,0%). Ada hubungan
konsumsi sayuran hijau dengan kejadian anemia pada ibu hamil (p =
0,004). Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ada hubungan antara
konsumsi sayuran hijau dengan kejadian anemia pada ibu hamil (Rahayu
& Suryani, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chintia Wulandari (2019) ,
menyatakan bahwa Makanan yang mengadung zat besi terdapat pada
makanan seperti daging, kuning telur, kacang-kacangan, dan sayuran
hijau, salah satunya sayuran hijau yang mengandung Fe yaitu sayuran
bayam. Bayam hijau merupakan salah satu sumber makanan yang
mengantung senyawa yang diperlukan dalam sintesis hemoglobin seperti
zat besi dan vitamin A, B dan C selain itu bayam juga mengandung
kalsium, fosfor. Pada kesimpulan penelitian ini terdapat peningkatan kadar
hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia dengan mengonsumsi sayuran
bayam sebayak 200 gram/ hari, sehingga terapi konsumsi sayuran bayam
dapat dijadikan upaya peningkatan alternatif non-farmakologi untuk
penderita anemia (Chintia, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, L. D. P., & Suryani, E. S. (2018). Hubungan Konsumsi Sayuran Hijau


Dengan Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga. Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan AkbidYLPP
Purwokerto, 9(1).
Wulandari, Chintia (2019) Pengaruh Konsumsi Daun Bayam Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Ibu Hamil Dengan
Anemia. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.
Prihartini, S. D. (2014). Pengaruh Konsumsi Tablet Zat Besi Dengan Perasan
Jeruk Manis Terhadap Peningkatan Kadar Hb Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Bidan Umi Salamah, Sst Di Desa Peterongan Kecamatan Peterongan Kabupaten
Jombang.

Anda mungkin juga menyukai