Di Susun Oleh :
1. Vicky Adrian (A1C116048)
2. Mellycha Liani P (A1C116064)
3. Desi Ratna Sari (A1C116068)
Dosen Pengampu :
Drs. Haryanto, M.Kes
Minarni, S.Pd., M.Si
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, serta tak
lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang dan
penuh dengan rahmat ini. Sehingga atas izin Allah kami dapat menyelesaikan makalah tugas
kelompok mata kuliah BIOKIMIA II yang berjudul “Peran dan Manfaat Rekombinan DNA
dalam Bidang Peternakan & Industri”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas BIOKIMIA II dan sebagai asahan pengetahuan/panutan mahasiswa sebagai
calon pengajar dan pendidik. Makalah ini disusun dari berbagai referensi yang terkait dengan
BIOKIMIA seperti situs internet dan buku.
Ucapan terima kasih kepada dosen pengampu dan juga kepada teman-teman yang
terkait dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi isi ataupun struktur penyusunan makalahnya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembuatan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Adapunproses-prosesdasardalamcloningDNA meliputi:
1. Pemotongan DNA (DNA organisme yang diteliti dan DNA vektor)
2. Penyambungan potongan-potongan (fragmen) DNA organisme dengan DNA vektor
menggunakan enzim ligase
3. Transformasi rekombinan DNA (vektor + DNA sisipan) ke dalam sel bakteri Eschericia
coli.
4. Seleksi (screening) untuk mendapatkan klon DNA yang diinginkan.
A. Peran dan manfaat teknologi rekombinan di bidang peternakan:
1) Sapi Perah Hasil Teknologi Rekombinan DNA
Kerbau adalah hewan pekerja yang tangguh, dan sampai sekarang masih dipakai sebagai
hewan penarik pedati maupun bajak di beberapa tempat di Asia. Kerbau
menghasilkan susu dan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Di Minangkabau, Sumatera
Barat, susu kerbau juga diolah menjadi dadiah (sejenis yoghurt). Masyarakat
kota Kudus diJawa Tengah memiliki larangan adat untuk mengonsumsi sapi dan
menggantikannya dengan kerbau. Tanduk kerbau digunakan sebagai hiasan rumah di
beberapa suku bangsa Nusantara. Selain itu, tanduk kerbau dapat menjadi bahan baku
kerajinan, seperti pipa rokok (congklang), penggaruk, penjepit wayang kulit, serta hulu keris.
Kotoran kerbau dapat digunakan sebagai pupuk serta bahan bakar jika dikeringkan.
Kerbau pertama yang dikloning lahir pada 6 Februari namun mati sepekan kemudian.
Menurut Srivastava, India merupakan tempat dengan populasi kerbau terbesar di dunia. Akan
tetapi, jenis kerbau unggul di India sangat minim sehingga untuk meningkatkan populasi
kerbau tersebut diperlukan kloning.
Ada 2 tipe kerbau yaitu kerbau sungai (river buffalo) dengan 50 pasang kromosom dan
tipe rawa/lumpur (swamp buffalo) dengan 48 pasang kromosom. Persilangan dengan
mengawinkan antara kerbau sungai dengan kerbau lumpur menghasilkan anak F1 dengan
kromosom 2n = 49. Kebanyakan kerbau di Indonesia adalah tipe kerbau rawa/lumpur
(Bubalus bubalis), hanya beberapa ratus ekor kerbau tipe sungai yang terdapat di Sumatera
Utara. Kerbau memiliki efisiensi reproduksi yang rendah disebabkan karena pubertas
terlambat, umur calving pertama tinggi, priode pos partum anestrus panjang, periode inter-
calving panjang, tanda-tanda berahi kurang jelas dan angka kebuntingan rendah. Juga, kerbau
mempunyai sedikit primordial follicles dan tingginya angka follicular atresia. Karakteristik
volume semen kerbau rata-rata 1,8 ± 1,0 ml tergantung dari umur. Konsentrasi semen 800-
1,000x106 sperm/ml. Kerbau rawa umumnya pubertas lebih lambat dibanding dengan sapi.
Rata-rata pubertas kerbau betina 3 - 4 tahun, siklus estrus 22 - 24 hari dengan lama estrus 41
jam dan waktu ovulasi 6 - 21 jam setelah akhir estrus.
Bioteknologi reproduksi adalah penerapan konsep-konsep teoritis ilmu reproduksi
dengan memakai teknik-teknik tertentu untuk meningkatkan efisiensi proses reproduksi
(ternak) dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia seharihari (daging, susu, dan
sebagainya). Bioteknologi memberikan suatu peluang untuk memperbaiki efisiensi
reproduksi pada kerbau dan dengan memasukkan materi genetik dapat mempercepat
produktivitas kerbau. Aplikasi bioteknologi yang paling penting pada kerbau adalah
menghasilkan pejantan unggul.
Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari,
diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk lebih awal,
di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan dengan yang diinkubasi di
dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan ke dalam uterus betina penerima
(surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi
hingga ianya siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat yang persis
sama dari donor akan lahir.
Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama dengan
domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang merugikan, seperti
resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan
bertahap kepada DNA, dikemudian hari juga terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang
dikloning dengan metode ini.
4) Lembu Transgenik- Penghasil Protein Susu
Rekombinan Teknologi transgenik ini telah sukses dilakukan untuk kepentingan di
bidang agrikultur dalam meningkatkan mutu kualitas pangan.Pada hewan uji yang berupa
lembu jarang sekali dilakukan percobaan transgenik hal ini dikarenakan banyak kendala
seperti masa regenerasinya butuh waktu sekitar 2 tahun. Namun para peneliti akhirnya bisa
menyisipi gen penghasil α-lactalbumin yang berasal dari manusia. Dari hasil uji produksi
susu sebesar 91 ml, ditemukan sekresi α–lactalbumin dengan konsentrasi 2,4 mg ml-1.
Metode yang digunakan adalah melakukan fertilisasi secara in vitro yang selanjutnya akan
dihasilkan zigot. Tahap berikutnya zigot akan diinjeksi dengan DNA yang mengandung gen
α–lactalbumin. Proses injeksi dengan menggunkan teknik microinjection (Gambar 2).
Selanjutnya zigot dikultur selama 6 atau 7 hari dengan menggunakan media sintetik yang
menyerupai cairan oviduk. Setelah itu akan tumbuh menjadi embrio dan ditransfer ke rahim
lembu untuk proses kehamilan.
5) Kelinci - Penghasil Bispesifik T-Cell Antibody
Salah satu penyakit pada manusia yang mematikan adalah kanker.Penyakit ini dapat
diatasi dengan meningkatkan antibodi sel T. Sekarang dengan menggunakan rekayasa
genetika, kelinci dapat dipakai sebagai hewan uji untuk menghasilkan dua macam antibodi
spesifik, yakni molekul CD28 dan r28M yang mampu menginduksi TCR/CD3 yang mampu
membunuh sel kanker.Dengan ditemukannya antibodi bispesifik ini dapat diharapkan untuk
mendapatkan cukup banyak pengetahuan tentang antibodi bispesifik bagi aplikasi medis.
6) Ayam - Penghasil Tetrasiklin
Penemuan ini merupakan terobosan baru dalam mengembangkan bioreaktor yang
mampu menghasilkan biofarmasi dalam jumlah kuantitas yang besar.Tetrasiklin merupakan
antibiotik yang diperlukan dalam dunia medis untuk men-treatment pasien.Selama ini
tetrasiklin dihasilkan dari mikroorganisme. Dengan terobosan baru ini, diharapkan ayam
transgenik mampu menghasilkan tetrasiklin dalam jumlah yang lebih banyak serta lebih
hemat dalam proses pembutannya. Dalam penelitian ini digunakan retrovirus sebagai
vektornya.Dimana retrovirus didesain untuk membawa materi genetik berupa GFP (Green
Flourescent Protein) dan rtTA (reverse tetracycline-controlled transactivator) dibawah
pengontrolan tetracycline-inducible promoter dan PGK (Phosphoglycerate Kinase)
promoter.Setelah itu, ayam transgenik dihasilkan yang mana pada bagian telur ditemukan
doxycycline yang merupakan derivat dari tetrasiklin serta tidak ditemukan adanya disfungsi
fisiologis secara signifikan dari telur tersebut.
7) Tikus Transgenik - Resisten Terhadap Infeksi Bakteri
Resistensi suatu bakteri terhadap jenis antibiotik merupakan salah satu masalah yang
serius bagi dunia medis dan farmasi.Oleh karena itu diperlukan suatu hewan ternak yang
mampu menghasilkan protein antibiotik.Namun, dalam hal ini tikus digunakan sebagai uji
coba terlebih dahulu.Salah satu protein penghasil antimikroba adalah Protegrin-1 (PG-1)
yang meru-pakan derivat dari neutrofil.
8) GlowFish – Ikan Bercahaya
GlowFish merupakan salah satu contoh hewan transgenik yang direkayasa secara
genetiknya. Ikan ini dikembagkan dari Amerika Serikat yang merekayasa DNA dari ikan
zebra (Danio rerio) dengan gen pengkode protein flourens warna hijau dari gfp (green
flourescent protein). Namun secara fenotip, warna yang dihasilkan bukan hanya warna hijau
saja melainkan warna kuning hingga merah
10) Zebra
Sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam rahim kuda yang merupakan
spesies lain sebagai surrogate mother (ibu/induk titipan).
Teknik pelestarian dengan rekayasa genetik ini sangat bermanfaat, dengan alasan:
1. Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.
2. Telur hewan langka yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-
tahun meskipun induknya sudah mati. Telur yang sudah disimpan beku ini kemudian
dapat ditransplantasi.
B. Kerugian DNA rekombinasi dengan cara kloning yaitu:
Dapat merugikan peternak sapi konvensional karena mutu air susu perah hasil DNA
rekombinan lebih unggul di bandingkan air susu sapi perah biasa.
Menyisipkan gen makhluk hidup ke makhlik hidup lainnya di anggap sebagai
pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit di terima oleh masyarakat.
Reproductive cloning tidak efisien dan memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Dari
sekian banyak sel yang dipersiapkan di laboratorium sebelum implantasi ke rahim,
hanya beberapa saja yang normal. Kemudian dari beberapa yang diimplantasi, hanya
beberapa saja yang sukses. Dan dari beberapa yang lahir, banyak yang mati ketika
masih bayi ataupun jika bertahan jarang yang mencapai usia dewasa. Hal ini
dikarenakan sel yang digunakan untuk kloning tidak benar-benar mengalami
pemrograman ulang secara sempurna, tetapi masih menyisakan corak gen/dna atau
struktur kromosom sel asalnya yang mempengaruhi peran gen dalam memproduksi
protein-protein yang dibutuhkan.
Umur sapi kloning pun tak bisa lama karena bagian ujung kromosom yang disebut
telomere, dimana terkait dengan umur/usia suatu individu, adalah persis sebagaimana
telomere sel asal. Dengan kata lainsapi hasil kloning itu sebenarnya secara genetik
sudah agak berumur sebagaimana sel asalnya.
Reproductive cloning juga memerlukan banyak resources yang terbuang karena
mengharuskan tersedia sel telur dalam jumlah banyak dan juga sapi-sapi yang akan
dijadikan rahimnya sebagai tumpangan.
2.2. Peran dan Manfaat Teknologi Rekombinan di Bidang Industri
2.2.1. Pembuatan Beras Insulin Melalui Rekayasa Genetika Sebagai Alternatif
Pencegahan Penyakit Diabetes Militus
Gen yang diinginkan dimasukkan kedalam sel tanaman dengan cara menitipkannya
pada T-DNA atau menyisipkan. Agrobacterium yang digunakan untuk menginfeksi sel
tanaman adalah Agrobacterium yang sudah tidak patogen
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh organ pankreas yang dilepaskan ke
dalam aliran darah oleh beta sel yang ditermukan di daerah pulau Langerhans. Insulin
dibentuk dari proinsulin yang bila kemudian distimulasi, terutama oleh penlngkatan kadar
glukosa darah akan terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide penghubung (C-
peptide) yang masuk dalam aliran darah dalam jumlah ekuimolar. Sejumlah proinsulin
juga akan masuk kedalam aliran darah. Kadar C-peptide dapat digunakan untuk
memantau insulin produksi insulin endogen dan dapat digunakan untuk
menyingkirkan penggunaan insulin secara faktisia sebagai penyebab hipoglikemia yang
tidak dapat dijeJaskan. Karena insulin dan C-peptide mempunyai jangka waktu yang
berbeda, maka kadar C-peptide tidak seluruhnya mencerminkan secara akurat kadar insulin
endogen.
Insulin mempunyai beberapa pengaruh dalam jaringan tubuh. Insulin menstimulasi
pemasukan asam amino kedalam sel kemudian meningkatkan sintesa protein. lnsulin
meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi.
Insulin menstimulasi pemasukan glukosa kedalam sel untuk digunakan sebagai sumber
energy dan membantu penyimpanan glikogen didalam sel otot dan hati. Insulin adalah
hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karbohtdrat sebagai
glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas
melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan
sebagai bahan bakar dalam proses metabolisme atau disimpan sebagai lernak apabila
kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak
berolahraga seringkali menderita resistensi insulin.
Insulin menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan
pengambilan glukosa oleh sel badan. Kegagalan badan untuk menghasilkan insulin, atau
jumlah insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel untuk proses metabolisme. Sehingga glukosa di dalam darah meningkat dan
menyebabkan diabetes melitus.
Plasmid adalah molekul DNA berantai rangkap dan berbentuk cincin. Plasmid
diternukan didalam sel bakteri dan dapat berbiak secara bebas, lepas dari kromosom induk.
Dalam rekayasa genetika, plasmid berperan sebagai vector yang digunakan untuk
mentransfer dan memperbanyak gen asing. Keuntungan penggunaan plasmid adalah dapat
di pindahkan dari satu sel ke sel yang lain, misalnya melalui cara transformasi. Ketika
satu gen "aslng" (biasanya diekstrak dari satu kromosom sel eukariotik) telah disisipkan ke
dalam satu plasmid, ia akan bertindak seperti kendaraaan yang mengangkut gen ke dalam
sel bakteri. Plasmid yang membawa gen tersebut siap di absorpsi dan di replikasikan oleh
bakteri sehingga setiap anakan sel yang dihasilkan akan mewarisi gen-gen baru.
Selanjutnya, setiap bakteri didalam kultur gen-gen akan menginstruksi, misalnya
"hasilkan hormon insulin manusia".
Dalam pembentukan beras insulin membutuhkan suatu proses yang sangat panjang
dan sambung menyambung dalam menyisipkan gen insulin ke bakteri yang digunakan
sebagai vector yaitu Agrobacterium tumejaciens. Dalam pembentukan ini menggunakan
bakteri E. Coli sebagai penghasil gen insulin sehingga tidak perlu berkali-kali mengambil
gen insulin ke pankreas. Jadi peran E. Coli yaitu sebagai subplayer gen insulin yang ada di
dalam pankreas manusia. Bakteri Agrobacterium tumefaciens kurang aktif dalam
menghasilkan insulin sehingga E. Coli sangat berperan penting dalam menghasilkan
insulin ini, sehingga bakteri Agrobacterium tumefaciens hanya sebagai vektor untuk
menyisipkan gen insulin ke dalam tubuh. Yang memungkinkan Agrobacterium tumefaaens
bisa bekerja dengan baik untuk menghasilkan produk yaitu dengan beras insulin. Ada 3
proses yang perlu dilakukan dalam memproduksi beras insulin yaitu:
a. Proses pembuatan insulin pada E. Coli dengan menggunakan teknologi DNA
Rekombinan sebagai suplayer insulin dari bakteri E. Coli
Langkah pertama adalah dengan mengisolasi plasmid E.Coli. Plasmid adalah salah
satu bahan genetik bakteri yang berupa untaian DNA berbentuk lingkaran keciI. Selain
plasmid bakteri juga memiliki kromosom. Langkah kedua, plasmid yang telah diisolir
dipotong pada segmen tertentu menggunakan enzim restriksi endonuklease. Sementara itu
DNA yang di isolasi dari_sel pankreas dipotong pada suatu segmen untuk mengambil
segmen pengkode insulin. Pemotongan dilakukan dengan enzim yang sama yaitu enzim
restriksi. Langkah ketiga, DNA kode insulin dari pankreas tersebut disambungkan pada
plasmid menggunakan bantuan enzim DNA ligase. Hasilnya adalah kombinasi DNA kode
insulin dengan plasmid bakteri yang disebut DNA rekombinan. Langkah keempat, plasmid
yang sudah mengandung DNA insulin disisipkan kembali ke sel bakteri. Bakteri E. Coli
mengandung insulin dari teknik plasmid yang menggunakan teknologi DNA
rekombinan.
b. Proses penyisipan gen bakteri E. Coli (pembawa gen insulin) ke bakteri
Agrobacterium tumefaciens (sebagai vektor)
Pada proses penyisipan gen DNA berinsulin pada bakteri E. Coli ke bakteri
Agrobacterium tumefaciens harus memperhatikan ukuran dari jenis bakteri. Pada bakteri E.
Coli memiliki bentuk badan dan plasmid yang hampir sama dengan Agrobacterium
tumefaciens, serta memiliki bentuk tubuh yang berbentuk batang. Dari ukuran mereka
yang hampir sama tersebut maka gen pembawa insulin dari E.coli dapat disisipkan kedalam
plasmid bakteri Agrobocterium tumefaciens. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
Pertama, mengeluarkan plasmid bakteri Agrobacterium tumefaciens. Kedua, mengisolasi
gen DNA insulin yang ada pada bakteri E. Coli. Ketiga/ memotong plasmid pada segmen
tertentu menggunakan enzim restriksi endonuklease. Keempat, gen DNA dari bakteri E. coli
tersebut disambungkan pada plasmid TI pada bakteri Agrobacterium tumefaciens
menggunakan enzim DNA ligase. Hasilnya adalah kombinasi DNA insulin dengan plasmid
bakteri yang disebut DNA rekombinan. Kelima, DNA Rekombinan terbentuk disisipkan
kembali ke sel bakteri Agrobacterium tumefaciens. Keenam, bakteri Agrobacterium
tumefaciens mengandung insulin dari teknik plasmid yang menggunakan teknologi DNA
rekombinan.
c. Penyisipan Gen Agrobacterium tumefaciens Berinsulin ke dalam Gen Padi (Oriza
sativa)
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam tahapan ini antara lain
sebagai berikut. Pertama, melakukan sekuensing pada DNA tanaman untuk gen yang akan
diubah diidentifikasinya dan diperoleh dari organisme donor/bakteri Agrobacterium
tumefaciens. Sekuensing ini dapat dilakukan dengan mengacu pada informasi yang diketahui
berkaitan dengan urutan dari gen yang akan dlpilih, selanjutnya diikuti dengan pemindahan
gen bakteri Agrobacterium tumefaciens. Kedua, gen yang diinginkan dikeluarkan dari
bakteri. Agrobacterium tumefaciens melalui penggunaan enzim spesifik yang dikenal dengan
enzim restriksi. Langkah ketiga, gen yang diinginkan kemudian di polimer melalui
polymerase (hain rea tion, yaitu metode untuk memperkuat DNA dan menghasilkan
sejumlah gen yang bisa diterapkan ke tanaman. Langkah Keempat, melakukan metode
elektroporasi yaitu dikejutkan dengan listrik tegangan tinggi melalui larutan yang
mengandung protoplas. Kejutan llstrik ini menyebabkan sel membran plasma
(semipermiabel) untuk sementara tidak stabil dengan membentuk pori-pori kecil, melalui
pori-pori ini, DNA bakteri Agrobacterium tumefaciens yang mengandung insulin dapat
masuk melalui proses difusi.
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut. DNA yang masuk
ke nukleus akan diinjeksikan dalam bentuk transfer plasmid Ti yang dipindah ke kromosom
dan menjadi satu dalam DNA tanaman padi. Selanjutnya pemberian kejutan listrik dan
injeksi, sel membrane plasma terbentuk kembali. Dinding sel juga terbentuk kembali melalui
proses pembalikan. Kemudian sel-sel yang baru saja diubah tersebut kemudian menghasilkan
jenis sel yang unik yang membentuk padi dengan terdapat gen insulin didalamnya. Sel baru
yang menjadi tanaman padi berinsulin, dapat terbentuk ketika sel tanaman padi sudah
terinfeksi oleh bakteri yang telah membawa DNA rekombinan baru yang mengandung gen
insulin, sehingga DNA yang mengandung gen insulin, berintroduksi ke sel tumbuhan
dengan membawa gen baru pada kromosom tumbuhan, kemudian akan terjadi proses
regenerasi tanaman dengan sifat baru.
Tahapan selanjutnya akan menghasilkan beras yang mengandung insulin
Untuk dapat menghasilkan padi insulin yang unggul yaitu perlu adanya proses
seleksi klon, Proses seleksi klon ini menggunakan proses sekuensing DNA. Proses
sekuensing DNA atau pengurutan DNA adalah proses atau teknik penentuan urutan basa
nukleotida pada suatu molekul DNA. Urutan tersebut dikenal sebagai sekuens DNA, yang
merupakan informasi paling mendasar suatu gen atau genom karena mengandung instruksi
yang dibutuhkan untuk pembentukan tubuh makhluk hidup. Sekuensing DNA dapat
dimanfaatkan untuk menentukan identitas maupun fungsi gen atau fragmen DNA lainnya
dengan cara membandingkan sekuensnya dengan sekuens DNA lain yang sudah diketahui.
Teknik sekuensing ini dapat membandingkan DNA yang unggul pada bakteri Agrobacterium
tumefaciens. Dengan menggunakan proses inilah maka hasil bakteri yang membawa gen
DNA insulin yang unggul dapat dipakai sehingga menghasilkan produk padi insulin yang
unggul antinya. Produk hasil bioteknologi berupa beras yang mengandung insulin, dapat
dimanfaatkan bagi konsumen untuk dapat memakan dari beras berinsulin. Penderita diabetes
mellitus dapat mengkonsumsi beras yang telah mengandung insulin tersebut sehingga aman
bagi penderita untuk mengonsumsinya dalam jumlah yang ditentukan. Insulin dalam beras
ini menyebabkan sebagian besar glukosa diabsorbsi langsung dan disimpan didalam hati
kedalam bentuk glikogen. Ketika konsentrasi glukosa darah menurun maka sekresi insulin
menurun, glikogen dalam hati dipecah menjadi glukosa dan dilepas kembali kedalam darah
untuk menjaga kembali agar konsentrasi glukosa tidak terlalu rendah. Akan tetapi
mengetahui kadar atau porsi pengonsumsiannya serta harus mengetahui tingkat dari
penyakit diabetesnya sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
a. Dibidang peternakan, ada beberapa peran dan manfaat yang berasal dari teknologi
rekombinan DNA, diantaranya: Hormon bST (bovine somatotrophine hormone),
Kambing Dolly, Sapi - Penghasil Omega 3, Lembu Transgenik - Penghasil Protein
Susu, Kelinci - Penghasil Bispesifik T-Cell Antibody, Ayam - Penghasil Tetrasiklin,
Tikus Transgenik - Resisten Terhadap Infeksi Bakteri, GlowFish – Ikan Bercahaya,
Domba Transgenik, dan Zebra
b. Di bidang industri, salah satu peran dan manfaat yang berasal dari teknologi
rekombinan DNA adalah Pembuatan Beras Insulin Melalui Rekayasa Genetika
Sebagai Alternatif Pencegahan Penyakit Diabetes Militus
3.2.Saran
Teknologi rekombinan sangat bermanfaat di dalam dunia ternak dan industri untuk
mendapatkan produk yang banyak dan berkulaitas sesuai dengan yang dibutuhkan, untuk itu
kami menyarankan dalam dunia peternakan dan perindustrian untuk memanfaatkan teknologi
rekombinan ini untuk meningkatkan hasil ternak.
DAFTAR PUSTAKA
2. Jelaskan manfaat dan dampak negative akibat adanya cloning pada hewan?
Jawaban : Kloning memberi banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan. Berikut
ini beberapa manfaat kloning, diantaranya:
1. Ilmu Pengetahuan
Kloning terutama dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi.
2. Mengembangkan dan Memperbanyak Bibit Unggul
Kloning dalam upaya mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
tidak dianjurkan dilakukan pada manusia. Tujuan kloning ini sering kita lihat
pada hewan ternak dan juga upaya menghasilkan susu yang mengandung
nutrisi ekstra. Contoh hewan ternak yang dilakukan kloning ialah sapi.
Dimana diambil nuklues sel sapi bibit unggul kemudian disuntikkan ke
dalam nukleus zigot sapi yang dikehendaki. Akhirnya didapatkan klon
dengan gen tambahan yang lebih unggul seperti yang diharapkan.
3. Tujuan Diagnostik dan Terapi
Kloning dapat berkontribusi untuk pengobatan suatu penyakit. Contohnya,
pasangan suami istri yang diduga thalasemia mayor tidak dianjurkan punya
anak karena ditakutkan gen tersebut akan diwariskan pada keturunannya.
Sehingga, dengan adanya kloning pasangan dianjurkan melakukan terapi gen
dengan dibuatkan klon pada tingkat blastomer. Apabila salah satu blastomer
tersebut mengandung gen thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk terapi
gen tingkat blastomer selalu dikembangkan menjadi blastosit. Begitu
seterusnya, sehingga dapat dihasilkan gen yang bebas dari thalasemia.
4. Mengatasi Infertilitas
Kloning yang dilakukan pada manusia dapat menolong pasangan infertil.
Namun, pasangan infertil yang dimaksud bukanlah pasangan yang tidak
dapat memproduksi sel telur ataupun menghasilkan sperma. Melainkan, salah
satu pasangan harus ada yang mampu menghasilkan sel reproduksi. Sehingga
proses kloning ini dapat dilakukan dengan sejumlah sel somatik dari
manapun diambil, yang akhirnya dapat menghasilkan keturunan yang
mengandung gen dari suami atau istri pasangan bersangkutan.
5. Bidang Ekonomi
Keberhasilan suatu kloning yang dilakukan, akan menyumbangkan devisa
dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Negara-negara yang gagal
dalam penelitian klonning akan menderita kerugian secara ekonomi yang
bahkan dapat menyebabkan negara tersebut jatuh miskin.
Selain memiliki dampak positif seperti yang telah disebutkan di atas, teknik kloning
juga memiliki kerugian. Berikut ini dampak negatif dari teknik kloning.
Pada bayi dan anak-anak balita, telomernya masih sangat panjang, sehingga masih
dapat menggantikan sel-sel yang rusak. Pada orang lanjut usia, telomernya sudah
pendek dan hampir habis. Sehingga sel sel kulit yang rusak tidak dapat segera
digantikan dengan yang baru, sehingga sempat kelihatan keriput. Pada usia yang lebih
muda, sel kulit yang rusak segera digantikan dengan yang baru karena enzim
telomerase masih banyak tersedia.
Bila suatu sel tidak memiliki enzim telomerase, yang disebabkan usia tua
ataupun proses penuaan dini, sel tersebut tidak mampu menggandakan bagian paling
akhir dari untai DNA-nya, walaupun tetap dapat membelah diri. Hal tersebut
menyebabkan untai DNA pada sel anakan menjadi lebih pendek dari sel awal. Bila
keadaan ini berlanjut terus-menerus seiring dengan pembelahan sel, untai DNA
menjadi terlalu pendek dan kestabilan genom terganggu. Keadaan ini mengancam
kelanjutan hidup sel, dan dapat mengaktifkan program bunuh diri sel (apoptosis), atau
sel berhenti membelah dan memasuki tahap "jompo" (senescence). Pemendekan
telomer seiring dengan pembelahan sel telah berhasil dihubungkan secara ilmiah
dengan penuaan (senescense).
Tanpa adanya aktivitas telomerase, sel akan mengalami pemendekan setiap
membelah diri, sehingga organ dan jaringan yang sering membelah (misalnya kulit,
jaringan pencernaan) akan mengalami pemendekan telomer yang jauh lebih cepat
daripada sel-sel yang jarang membelah diri (misalnya sel otak). Berdasarkan
penelitian laboratorium, sel dengan telomer yang terlalu pendek akan berhenti
membelah diri, kemudian memasuki tahap "jompo" (senesence) atau mengalami
kematian apoptosis. Diperkirakan hal semacam ini juga terjadi pada tubuh manusia, di
mana sel-sel yang sudah terlalu pendek telomernya berhenti memperbarui diri,
sehingga manusia mengalami penuaan. Penuaan pada manusia salah satunya
disebabkan oleh memendeknya telomer, namun hal ini bukan merupakan sebab satu-
satunya pada mekanisme penuaan.
Tidak adanya aktivitas telomerase pada kebanyakan sel-sel manusia
diperkirakan merupakan suatu mekanisme alami pertahanan terhadap ancaman tumor.
Karena telomerase menjaga kelestarian telomer yang berhubungan dengan
kemampuan membelah diri yang tak terbatas, kehadiran telomerase pada jenis sel dan
saat yang tidak tepat justru dapat menimbulkan tumor.
Para ilmuwan telah menemukan metode memperpanjang telomer, yang
memungkinkan sel untuk membelah lebih kali sebelum mati
Pada telomer terdapat 8.000 hingga 10.000 nukleotida pada orang muda, tapi ini
menurun seiring dengan bertambahnya usia (nukleotida adalah sebuah molekul
organik yang merupakan subunit asam nukleat DNA dan RNA). Para peneliti telah
menemukan cara untuk memperpanjang telomer sebanyak 1.000 nukleotida, yaitu Dr.
Helen Brau, profesor mikrobiologi dan immunologi di Stanford University,
mengatakan penambahan 1000 nukleotida adalah setara dengan "bertahun-tahun
kehidupan manusia." Oleh karena itu domba dolly yang merupakan domba hasil
rekayasa genetika tidak dapat bertahan hidup seperti kambing biasanya.
5. Perangkat apa sajakah yang digunakan dalam teknologi DNA rekombinan?
Jawaban :
Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan
diantaranya enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk menyambung
DNA dan vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen di dalam sel hidup,
transposon sebagai alat untuk melakukan mutagenesis dan untuk menyisipkan
penanda, pustaka genom untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah
diklonkan, enzim transkripsi balik untuk membuat DNA berdasarkan RNA, pelacak
DNA atau RNA untuk mendeteksi gen atau fragmen DNA yang diinginkan atau untuk
mendeteksi klon yang benar. Vektor yang sering digunakan diantarnya plasmid,
kosmid dan bakteriofag. Enzim restriksi, digunakan untuk memotong DNA. Enzim
restriksi mengenal dan memotong DNA pada sekuens spesifik yang panjangnya
empat sampai enam pasang basa. Enzim tersebut dikenal dengan nama enzim
endonuklease restriksi.
Ada beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa genetika.
Enzim yang dipakai dalam memanipulasi DNA diantaranya adalah :