MASYARAKAT
M. RAFLI ISNANAULI
Email: rafliisnanauli321@gmail.com
LATAR BELAKANG
Pada tahun 2020 kita semua dikejutkan oleh adanya wabah penyakit yang dinamakan
Covid-19 (Corona Virus Disease) yang terjadi pada akhir tahun 2019. Kasus ini awalnya terjadi
di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Virus Covid-19 ini merupakan penyakit yang menular dan
bisa menyebar melalui kontak langsung dan droplet dari pasien yang positif terkena Covid-19.
Untuk saat ini, kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia sudah jauh membaik dibandingkan pada
tahun 2020, dimana saat itu banyak masyarakat yang lalai dan kurang menjaga protokol
kesehatan yang ketat. Sedangkan saat ini, sudah semakin banyak masyarakat yang patuh akan
protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
menyebut penanganan pandemi Covid-19 menunjukkan perbaikan. Hal tersebut disampaikan
Budi mengacu pada 6 indikator penanganan Covid-19 berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO). Penambahan kasus konfirmasi di Indonesia disampaikan Budi telah masuk level 1.
"Kasus konfirmasi sudah masuk ke level 1, jadi level yang paling baik, di bawah 20 kasus
konfirmasi per 100.000 penduduk per minggu," menurut pak Budi saat rapat dengan Komisi IX
DPR RI pada Selasa, 14 September 2021.
Selain memberikan dampak fisik, Covid-19 juga dapat memiliki efek serius pada
kesehatan mental seseorang. Berbagai gangguan psikologis telah dilaporkan dan dipublikasi
selama wabah Covid-19 di Cina, baik pada tingkat individu, komunitas, nasional, dan
internasional. Pada tingkat individu, orang lebih cenderung mengalami takut tertular dan
mengalami gejala berat atau sekarat, merasa tidak berdaya, dan menjadi stereotip terhadap orang
lain. andemi Covid-19 menyebabkan perubahan psikologis seperti ketakutan, kecemasan, stres,
depresi, atau ketidakamanan. Gangguan ini tidak hanya dirasakan oleh tenaga kesehatan atau
semua orang yang bekerja di bidang medis, tetapi juga seluruh warga negara.
Tingkat stres yang dirasakan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh pola pikir nya
dalam menghadapi sesuatu. Masyarakat yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan dalam dirinya akan memiliki tingkat stres yang rendah, sedangkan masyarakat yang
tidak bisa menyesuaikan dirinya terhadap perubahan lingkungan nya dan berpikir tidak mampu
untuk menjalaninya akan memiliki tingkat stres yang berat.
Ketika Covid-19 mulai ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO, semua masyarakat
merasa panik. Terlebih semua media dan pemberitaan yang secara serentak dipenuhi oleh berita-
berita mengerikan tentang virus covid-19 ini. Pemicu rasa cemas pelajar dalam pembelajaran
daring adalah kesulitan memahami materi, kesulitan mengerjakan tugas-tugas, ketersediaan dan
kondisi jaringan internet, kendala teknis, dan kekhawatiran akan tugas selanjutnya. Jika siswa
tidak mampu mengendalikan faktor pemicu cemas yang dirasakannya saat melakukan
pembelajaran daring dan merasa tertekan, maka siswa tersebut dapat mengalami stres. Tingkat
stres semakin tinggi pada masyarakat, terlebih ketika para perusahaan dan pabrik tutup schingga
harus mem-PHK banyak pegawainya. Hingga rasa bosan yang memicu stres karena masyarakat
merasa dikekang dan tidak bisa mengekspresikan diri seperti biasanya. Kekhawatiran dan
kecemasan masyarakat sangat tersirat dengan jelas. Terlebih ketika awal-awal kedatangan virus
Covid-19 ke Indonesia yang menjadikan berbagai kegiatan lumpuh sementara.
METODE
Penelitian ini dianalisis menggunakan metode survey eksplanatif. Dalam kasus ini
peneliti ingin mengetahui bagaimana tingkat stres pada masyarakat pada masa pandemi Covid-
19. Data yang digunakan adalah asli dan tidak melebih-lebihkan maupun mengurangi. Penelitian
ini dilakukan melalui internet dan berlangsung selama 2 hari, dimulai pada tanggal 26 Oktober
sampai 27 Oktober 2021. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat dengan usia di
atas 17 tahun.
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melakukan survey dengan cara menyebar kuesioner
sebagai instrumen penelitian. Didapat bahwa tingkat stres pada masa pandemi covid-19 memang
tidak dapat dihindari, akan tetapi dapat diminimalisir dengan bertindak positif. Stres merupakan
kondisi psikis yang tertekan pada individu dalam mencapai suatu kesempatan. Stres adalah
respon organisme untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan
tersebut dapat berupa hal-hal yang faktual terjadi, atau hal-hal baru yang mungkin akan terjadi,
tetapi dipersepsi secara aktual. Apabila kondisi tersebut tidak teratasi dengan baik maka
terjadilah gangguan pada satu atau lebih organ tubuh yang mengakibatkan yang bersangkutan
tidak dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik. Kondisi stres seseorang tidaklah sama
karena masing-masig orang mempunyai tingkat masalah yang berbeda-beda. Melalui penelitian
ini terdapat 60 responden, didapatkan 47 masyarakat merasakan stres atau depresi dampak
adanya pandemi covid-19 (82,5%), 13 masyarakat tidak merasakan stres atau depresi dampak
adanya pandemi covid-19 (17,5%).
Melalui penelitian ini, didapatkan bahwa masyarakat merasakan stres atau depresi akibat adanya
pandemi Covid-19 (67%) dan masyarakat tidak merasakan stres atau depresi akibat adanya
pandemi Covid (33%).
Iya
67%
Grafik 1. Hasil penelitian apakah dengan adanya pandemi Covid-19 membuat stres atau depresi
Hasil penelitian selanjutnya yaitu didapatkan hasil bahwa masyarakat merasakan nafsu makan
yang berkurang atau berlebih akibat adanya pandemi Covid-19 (63%), sedangkan masyarakat
tidak merasakan nafsu makan berkurang atau berlebih (37%).
Tidak
37%
Iya
63%
Pada penelitian selanjutnya yaitu didapatkan hasil masyarakat mudah tersinggung diakhir-akhir
ini akibat pandemi Covid-19 (48%) dan masyarakat tidak merasakan mudah tersinggung diakhir-
akhir ini akibat adanya pandemi Covid-19 (52%).
Iya
Tidak 48%
52%
Tidak
33%
Iya
67%
Grafik 4. Hasil penelitian tingkat percaya responden terhadap Covid-19 merupakan penyakit yang
berbahaya
Hasil penelitian selanjutnya yaitu (65%) masyarakat merasakan kesulitan konsentrasi akihat adanya
pandemi Covid-19 dan (35%) masyarakat tidak merasakan kesulitan konsetrasi akibat adanya pandemi
Covid -19.
Iya
65%
Tidak
42%
Iya
58%
Grafik 6. Hasil penelitian dampak pandemi Covid-19 terhadap perasaan tidak nyaman
Hasil penelitian terakhir yaitu dampak selama pandemi Covid-19 menyebabkan keluhan keluhan seperti,
sakit kepala, sakit perut, sakit maag, dan keringat dingin. (63%) masyarakat menjawab merasakan
adanya keluhan-keluhan, sedangkan (37%) tidak merasakan adanya keluhan-keluhan akibat adanya
pandemi Covid-19 ini.
Tidak
37%
Iya
63%