Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teoritis Kasus

1. Pengertian

Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang

dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap

demikian pada selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam

presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap

dan setelah persalinan ibu maupun bayi berda dalam kondisi sehat.11

Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi

uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi dilataso progresif dari serviks

, kelahiran bayi dan kelahiran plasenta ,dan proses tersebut merupakan

proses alamiah.11

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar.Persalinan normal atau

persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan belakang kepala tanpa

melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan

bayi dan biasanya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.8

2. Prevalensi Persalinan

Presentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes), hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2018, di indonesia dalam 10

tahun terakhir persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan indonesia

cenderung meningkat (93.1%), angka ini sudah mencapai target

(90%).3Meskipun cakupan peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan


yang cukup tinggi, namun belum tentu semua persalinan tersebut diberikan

asuhan yang sesuai dengan standar dapat mewujudkan persalinan yang

aman dengan menerapkan standar APN.

Presentase persalinan ditolong tenaga kesehatan di provinsi Sumatera

Barat pada tahun 2018 ( 84,3%). Angka pencapaian ini sudah menulis

target renstra tahun 2017 (79%).

Hasil pengumpulan data / indikator kenerja spm bidang kesehatan 23

puskesmas Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2014 sebanyak 84,2%,

sedangkan di tahun 2015 sebanyak 72,4%, ditahun 2016 sendiri ditemukan

sebanyak 71,8% dan tahun 2017 didapatkan 71,75% dengan persalinan

yang di tolong oleh tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan ini menurun

disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap

pentingya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan

standar kesehatan.4

3. Fisiologi Persalinan

a. Penyebab Mulainya Persalinan

Beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his.

Hormone-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu :

1) Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensivitas otot rahim dan memudahkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti : rangsangan oksitosin,

rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.6

2) Progesteron
Berfungsi menurunan sensivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan

rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin,

rangsangan mekanisme , dan menyebabkan otot rahim dan otot polos

relaksasi.6

Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan

terjadinya proses persalinan:

a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut

terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang

terus membesar dan menjadi tegang .

b) Teori penurunan progesterone

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,dimana

terjadi penimbunan jaringan ikat , pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu. Villi coriales mengalami perubahan-perubahan

dan produksi progesterone mengalami penurunan , sehingga otot rahim

lebih sensitive terhadap oksitosin.akibatnya otot rahim mulai berkontraksi

setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.

c) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kalenjer hipofise posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot

rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton hicks.

Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka

oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,sehingga persalinan dimulai.

d) Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu.

Yang di keluarkan oleh desidua.pemberian prosatgalandin pada saat hamil

dapat menimbulkan kontraksi otor rahim sehingga terjadi

persalinan.prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi proses Persalinan

1) Faktor Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi

diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan

sempurna dan tenaga mengejan.1,8

2) Faktor Passanger, yaitu bentuk, besarnya dan posisinya harus normal

sehingga mampu beradaptasi dengan baik terhadap jalan lahir dan

kekuatan pendorong sehingga proses persalinan dapat berjalan normal dan

lancar.1,8

3) Faktor Passage (jalan lahir), jalan lahir tulang harus memenuhi syarat,

bentuk ukuran luas bagian dalamnya dalam batas normal sehingga proses

adaptasi dengan kepala baik, yangmemberi kemungkinan persalinan

berjalan normal. Jalan lahir lunak terdiri dari otot dasar panggul, elastis,

mampu terbuka dengan baik sehingga proses persalinan berjalan normal

dan lancar.1,8

4) Faktor psikologi ibu, keadaan psikologi ibu memengaruhi proses

persalinan. Dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu,

yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.


5) Faktor penolong, harus mempunyai kemampuan dan pengetahuan serta

alat untuk dapat memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan

aman.1,8

c. Perubahan fisiologis pada masa persalinan

1) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi ( sistol rata-rata

naik )10-20 mmHg , diastol naik 5-10 mmHg.

2) Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara ber

angsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot rangka.

3) Suhu tubuh

Karena adanya peningkatan metabolisme,jaga agar peningkatan suhu tidak

lebih dari 0,5-1 0c.

4) Detak jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolism.

5) Pernapasan

Oleh karena terjadinya peningkatan metabolism.

6) Ginjal

Poliuri sering terjadi Selama proses persalnan ,mungkin dikarenakan

adanya peningkatan cardiac output.

7) Gastrointestinal

Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara subtansi berkurang

sangat banyak selama proses kehamilan.

8) Hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 gr/100 mL selama persalinan.

Perubahan fisiologi pada kala II

d. Kebutuhan dasar ibu bersalin

1)Asuhan tubuh dan fisik

a) Menjaga kebersihan diriberendam

Menganjurkan ibu membasu h disekitar kemaluannya setelah BAK / BAB

dan menjaganya agar tetap bersih dan kering.Hal ini dapat menimbulkan

kenyamnana dan relaksasi serta menurunkan resiko infeksi.7

b) Berendam

Beberapa wanita memilij untuk menggunakan kolam hanya untuk

berendam pada kala 1 dan beberapa wanita memilih melahirkan di dalam

air . berendam dapat menjadi tindakan pendukung dan kenyamanan paling

menenagkan

c) Perawatan mulut

Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya nafanya barbau,

bibir kering dan pecah-pecah, tenggorokan kering terutama dalam proses

persalinan selama beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa perwatan

mulut . hal ini menyebabkan rasa tidak nyaman bagi orang disekitarnya.

2)Nutrisi

Selama persalinan , ibu memerlukan minum dan sangat di anjurkan

minum-minuman yang manis dan berenergi seperti jus. Sebagian ibu

masih berkeinginan untuk makan selama fase laten persalinan,tetapi

memasuki fase aktif hanya minum saja. Pemberian makan dan minum

selama persalinan merupakan hal yang tepat .karena memberikan lebih


banyak energi dan mencegah dehidrasi.makana yang dianjurkan seperti :

roti,buah segar, dan air putih

3)Personal hygine

Ibu sangat di anjurkan untuk menjaga kebersihan diri menjelang

persalinan, manfaatnya antara lain:

a) Dengan mandi dan membersihkan badan ,ibu akan mengurangi

kemungkinan kuman yang masuk selama persalinan. Hal ini mengurangi

terjadinya infeksi sesudah melahirkan.

b) Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan.Saat ini ibu

yang akan melahirkan ,tidak di huknah untuk mengeluarkan tinja.

c) Bulu kemlauan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat anus

yang akan di bersihkan. Karena hal tersebut mempermudah penjahitan

jika ibu di episiotomi.

4)Eliminasi

Selama persalinan terjadi penekanan pada pleksus sacrum oleh bagian

terendah sacrum. Sehingga meyebabkan retensi urine . retensi urin terjadi

apabila:

a) Tekanan pada pleksus sacrum yang menyebabkan terjadinya inhibisi

implus sehingga vesica uretra menjadi penuh tetapi tidak timbul rasa

berkemih

b) Distensi yang menghambat saraf reseptor pada dinding vesica uretra

c) Tekanan oleh bagian terendah pada vesika uretra

d) Kurangnya kesadaran untuk berkemih

5)Pendamping
Pendamping persalinan dilakukan oleh suami,anggota keluarga atau

seseorang pilihan ibu yang sudah berpengalaman dalam proses persalinan.

Adapun dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping yaitu: mengusap

keringat,menemanin ibu jalan-jalan, memberikan minum, mengubah

posisi, memeijat punggung,kaki atau kepala,menciptakan suasana nyaman

dan kekeluargaan.

4. Gejala Klinis

a. Tanda-Tanda Persalinan

1) Kontraksi uterus

a) Kontraksi uterus terjadi diluar kehendak tetapi spesifik dalam

melaksanakan fungsinya untuk menimbulkan effacement dan dilatasi

serviks.

b) Pada akhirnya kontraksi uterus bertanggung jawab untuk mendorong

janin agar bergersk turun disepanjang jalan lahir.

c) Pada awalnya kontraksi tersebut terjadi secara tidak teratur tetapi

kemudian menjadi teratur dengan pola yang dapat ddiramalkanketika

persalinan terus berlanjut. Kontraksi awal terjadi pada setiap bagian

uterus dengan selisih waktu 5 hingga 30 menit dan lamanya

kontraksi 30 hingga 45 detik.8

d) Interval antar kontraksi tersebut memberikan kesempatan pengaliran

kembali darah guna memasok oksigen kepada janin .peningkatan

frekuensi , durasi dan intensitas kontraksi . selama fase transisi pada

kala pertama persalinan ketika kontaksi memcapai frekuensi ,durasi

dan intensitas yang makasimal , maka setiap kontraksi akan


berlangsung selama 60 hingga 90 detik dan kemudian akan muncul

kembali setiap 2 hingga 3 menit sekali.

e) kontraksi terasa nyeri dan bergelombang dengan sifat kontraksi yang

timbul dan hilang.Kontraksi dimulai pada punggung bagian bawah

dan kemudian bergerak di sekitar abdomen dan mungkin pula sampai

tungkai.Terasa lebih kuat pada uterus bagian atas ( untuk mendorong

janin bergerak ke bagian bawah ) dibandingkan pada uterus bagian

bawah (untuk menipiskan dinding serviks dan memungkinkan dilatasi

serviks).8

f) Uterus akan menjadi keras ketika di palpasi, penekanan uterus dengan

jari tangan tidak dapat menimbulkan lekukan.kontraksi uterus pada

persalinan tidak dipengaruhi oleh aktivitas makan ,minum dan bergani

posisi.Menyebabkan effacement dan dilatasi serviks yang

progresifKetika persalinan berlandapat terlihat penonjolan ketuban

(selaput amniom) yang masih utuh.12

2) Bloody show

Tanda ini terjadi ketika serviks menipis dan mulai terbuka(dilatasi)

a) Sumbat mucus yang menyumbat kanalis servikalis selama kehamilan

akan di ekspulasikan keluar.

b) Mucus dari sumbat tersebut bercampur dengan darah dari kapiler

serviks karena tekanan janin pada kanalis serviks dan perubahan

lainnya yang terjadi dalam servikas

c) Sebagai akibatnya akan terlihat cairan yang berwarna kemerahan

karena mengandung noda darah atau berwarna kecoklatan.Pada


sebagian primipara dapat terjadi pelepasan sumbat mucus dalam 2

minggu sebelum persalinan dimulai.10

b. Tahapan persalinan

1) Kala I atau Kala Pembukaan

Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix

menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi

menjadi:

a) Fase latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3

cm yang membutuhkan waktu 8 jam.

b) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi

menjadi:

(1) Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang

dicapai dalam 2 jam.

(2) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai

dalam 2 jam.

(3) FaseDecelerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10

cm selama 2 jam.

Pembukaan seviks berbeda antara pri dan multigravida . pada primigravida

ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan

mendatar dan menipis , baru kemudian ostium uteri eksternum membuka.

Pada primigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium

uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks

terjadi pada saat yang sama. Kala 1 selesai apabila pembukaan serviks
telah lengkap. Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-kira 12 jam ,

sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.1,8

2) Kala II atau Kala Pengeluaran

Gejala utama dari kala II adalah :

a) His semakin kuat , dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50

sampai 100 detik

b) Ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan yang secara

mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan

mengejan,karena tertekannya fleksus frankerhauser

d) Kekuatan his,dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga

terjadi : kepala membuka pintu , subocciput bertindak sebagai

hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar,dahi,hidung dan muka

serta kepala seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar ,yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

f) Setelah putaran paksi luar berlangsung ,maka persalinan bayi ditolong

dengan jalan :

(1) kepala di pegang pada osocciput dan dibawah dagu,ditarik cunam

kebawah untuh melahirkan bahu belakang

(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan

bayi

(3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban.1.11

g) Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan


h) pada multipara rata-rata 0,5 jam.1,8

1) Kala III atau Kala Uri

Dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya placenta.

Setelah kala II , kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit .

dengan lahirnya bayi , sudah mulai pelepasan placentanya pada lapisan

Nitabusch , karena sifat retraksi otot rahim . lepasnya placenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda :

a) uterus menjadi globular

b) uterus terdorong keatas karena placenta dilepas ke segmen bawah rahim

c) tali pusat bertambah panjang

d) terjadi perdarahan

e) melahirkan placenta dilakukan dengan dorongan ringan secara erede

pada fundus uteri.biasanya placenta lepas dalam 6 sampai 15 menit

setelah bayi lahir.1,8

2) Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena pendarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan

adalah : pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan Lembar

belakang partograf digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses

persalinan dan kelahiran,serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala 1

sampai kala IV (termasuk bayi baru lahir).itulah bagian ini disebut sebagai catatan

persalinan.nilai dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas

terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan


mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik,terutama

pemantauan kala IV.8,11

c. Mekanisme Persalinan

adalah putaran dan penyesuaian yang terjadi pada proses pelahiran

manusia
1)
Enggagement PAP pada kehamilan 36 minggu dan pada multipara pada

kehamilan 38 atau saat persalinan.Terjadi karena tekanan uterus ke bawah

kepala masuk dengan posisi sutura sagitalis melintang atau oblig.Dengan

kepala fleksi ringan diantara subobccipito frontalis (11 cm).1,11

2) Penurunan

Penurunan berhubungan dengan kemajuan bagian persentase pada

panggul.terjadi karena tekanan cairan amnion,tekanan langsung kontraksi

fundus pada janin,Kontraksi diafragma dan otot otot abdomen pada tahap

persalinan.Kepala semakin turun sehingga os parietal depan sama tinggi

dengan os parietal belakang dengn sutura sagitalis berada di tengan jalan

lahir yang di sebut synclitismus.Kemudian kepala semakin turun sehingga

sutura sagitalis mendekati promontorium ,Os parietal depan lebih rendah

dari pada os,parietal belakang,asynclitismus anterior.1

3) Flexsi

Kepala mengadakan flexsi karena danya tahanan dasar panggul terhadap

penurunan kepala sehingga diameter berubah dari suboccipito frontalis (

11) menjadi suboccipito bregmatika (9,5 cm).1

4) Putaran Paksi Dalam


Putaran paksi dalam terjadi setelah spina isciadika dimana ukuran terbesar

adalah diameter anterior superior (12,75) seehingga kepala menyesuaikan

diri dengan uuk berputar ke arah bawah simpisis sebesar 45.Tetapi bahu

tetap pada diameter oblig sehingga tersadi torsi pada leher. Putaran ini

belum selesai pada dasar panggul.1

5) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,terjadi

berturut – turut uub, hidung, dagu melalui perenium.1

6) Putaran Paksi Luar

Setelah kepala lahir,maka kepala mengadakan resusitasi kembali 45 untuk

menghilangkan torsi pada leher bayi ,sehingga hubungan kepala dengan

bahu menjadi normal kembali,Putaran ini terjadi saat bahu engage dengan

gerakan yang mirip dengan gerakan kepala.1,11

7) Ekspulsi

Setelah bahu lahir,Kepala dan bahu diangkat ke atas tulang dan bayi di

keluarkan dengan gerakan.1,17

d. Asuhan Persalinan Normal

Asuhan Persalinan Normal 58 langkah yaitu:

(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II

(2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 IU dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set

(3) Mengenakan celemek plastik yang bersih


(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih

(5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam

(6) Mengisap oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan DTT) dan meletakkan kembali da atas partus set.

(7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah

dibasahi air DTT, dengan gerakan vulva ke perineum

(8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

(10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi terakhir untuk memastikan bahwa DJJ

dalam batas normal. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan

dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran,

melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin


sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan.

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan

ia merasa nyaman)

(13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada

dorongan kuat untuk meneran:

(14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum ada dorongan meneran dalam 60 menit

(15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

(16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

(17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan

(18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

(19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva

maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain

bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu

untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.

(20) Dengan lembut menyeka mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa

bersih kemudian periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat

(21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan
(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal,

anjurkan ibu meneran saat ada kontraksi, dengan lembut gerakkan

kepala kea rah bawah dan distal sehingga bahu depan lahir, kemudian

gerakkan ke arah distal dan atas untuk melahirkan bahu belakang

(23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu

untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah

atas.

(24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan

telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu

jari dan jari-jari lainnya).

(25) Melakukan penilaian selintas :

(a) Apakah bayi menangis kuat atau menangis tanpa kesulitan

(b) Apakah bayi bergerak aktif

(26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk

basah dengan handuk kering. Membiarkan bayi diatas perut ibu.

(27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus

(28) Memberitahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM

di 1/3 paha atas bagian lateral


(30) Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3

cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama

(31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit, dan lakukan

pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

(32) Mengikat tali pusat dengan benang steri; pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul

kunci pada sisi lainnya.

(33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi pada

kepala bayi.

(34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

(35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi

atas simfisis untuk mendeteksi, dan tangan lain menegangkan tali pusat

(36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan

kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kea rah

dorsokranial. Jika plasenta belum lahir hingga 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya

dan ulangi prosedur.

(37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong meenarik tali pusat sejajar

ke arah atas mengikuti sumbu jalan lahir

(38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati.
(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar yang lembut sehingga uterus berkontraksi

(fundus menjadi keras)

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban

lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau

tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

masase selama 15 detik, ambil tindakan yang sesuai

(41) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera jahit

laserasi yang mengalami perdarahan aktif

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina

(43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam

(44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotic profilaksis dan vitamin K 1 mg intramuskuler di paha

kiri anterolateral

(45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral

(46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam

(47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase dan menilai

kontraksi
(48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

(49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

(50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik.

(51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi. Cuci dan bilas peralatan setalah di dekontaminasi

(52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

(53) Membersihkan ibu dengan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering

(54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu ibu apabila ibu ingin minum.

(55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

(56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,melepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5%

(57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

(58) Melengkapi partograf.11

e. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selam persalinan .

Tujuan utama pengguanaan partograf adalah adalah untuk :

3) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

4) Mendeteksi apakah hasil proses persalinan berjalan secara normal.1


Dengan demikian juga dapat dilakukan deteksi secra ini , setiap

kemungkinanya terjadi partus lama . jika digunakan secra konsisten ,

partograf akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan

persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang diberikan selama proses

persalinan dan kelahiran, serta menggunakan informasi yang tercatat .

Penggunaan partograf.1

WHO telah memodifikasi partograf agar lebih sederhada dan lebih mudah

digunakan. Fase laten telah dihilangkan , dan pencatatan pada partograf

dimulai dari fase aktif ketika pembukaan serviks 4 cm.1

Partograf harus digunakan untuk :

1. Selama ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sampai dengan kelahiran

bayi, sebagai elemen penting asuhan persalinan.

2. Semua tempat pelayanan persalinan (rumah,puskesmas,klinik bidan

swasta,rumah sakit ,dll.)

3. Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama

persalinan dan kelahiran.1

Halaman depan partograf

Mencamtumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama

fase aktif persalinan, termasuk1:

1. Informasi tentang ibu:

Nama,umur

Gravida ,para, abortus

Nomor catatan medik/ puskesmas


Tanggal dan waktu mulai dirawat

2. Waktu pecahnya selaput ketuban

3. Kondisi janin

DJJ

Warna dan adanya ketuban

Penyusupan (molase) kepala janin

4. Kemajuan persalinan

Pembukaan serviks

Penurunan bagian terbawah janian atau presentasi janin

Garis waspada dan garis bertindak

5. Jam dan waktu

Waktu mulainya fase aktif persalinan

Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

6. Kontraksi uterus

Frekuensi dan lamanya

7. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Oksitosin

Obat-obat lainnya dan cairan I.V . yang diberikan

8. Kondisi ibu

Nadi,tekanan darah,dan temperatur tubuh

Urin(volume,aseton,atau protein)

9. Asuhan ,pengamatan,dan keputusan klinik lainnya

Halaman depan partograf


Mencamtumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif

persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan

Lembar belakang partograf

Lembar belakang partograf digunakan untuk mencatat hal-hal yang

terjadi selama proses persalinan dan kelahiran,serta tindakan-tindakan

yang dilakukan sejak kala 1 sampai kala IV (termasuk bayi baru

lahir).itulah bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.nilai dan catat

asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama

persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah

terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik,terutama pemantauan

kala IV (memcegah terjadinya pendarahan.1

5. Komplikasi Persalinan

Komplikasi persalinan terdiri dari persalinan macet, ruptur uteri,

perdarahan, ketuban pecah dini (KPD), malpresentasi dan malposisi.1,6

a. Persalinan Macet

Pada sebagian besar penyebab kasus persalinan macet adalah karena

tulang panggul ibu sempit atau gangguan penyakit sehingga tidak mudah

dilintasi kepala bayi pada waktu bersalin. Bebrapa faktor yang

mempengaruhi kontraksi uterus sehingga berpengaruh terhadap lamanya

persalinan kala I adalah : umur, paritas, kosistensi seviks uteri, berat badan

janin, faktor psikis, gizi dan anemia.1


b. Ruptur Uteri

Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan peristiwa yang snagat

berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan, kadang kadang terjadi

pada kehamilan, terutama kehamilan trimester 2 dan 3. Ruptur uteru bisa

disebabkan oleh anomali atu kerusakan yang telah ada sebelumnya, karena

trauma, atau sebagai komplikasi persalinan pada rahim yang masih utuh.

Paling sering terjadi pada rahim yang telah di seksio sesarea pada

persalinan sebelumnya. Lebih lagi jika pada uterus yang demikian

dilakukan partus percobaan atau persalinan diransang dengan oksitosin

atau sejenis.1

c. Perdarahan

Perdarahan pasca persalinan (PPP) adalah perdarahan yang masif yang

masih berasal dari tempat implementasi plasenta, robekan jalan lahir dan

jaringan sekitarnya merupakan salah satu penyebab kematian ibu.1

d. Ketuban Pecah dini (KPD)

Komplikasi yang disebabkan akibat ktuban pecah dini bergantung

kepada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,

persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,

meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.1

e. Mallposisi / Mallpresentasi

Apa bila janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi, maka

dapat terjadi persalinan yang lama bahkan macet, yang akan menyebabkan

komplikasi kepada ibu.1


6. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Bersalin normal

a. Kala I

Ibu sedah memasuki persalinan kala i jika pembukaan serviks kurang

dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2x10 menit dengan durasi

40 detik . Bidan harus mengobservasi secara teratur baik pada fase laten

maupun fase aktif.1,11

b. Kala II

Persalinan kala II ditegakkan dengan pemeriksaan dalam untuk

memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di

vulva dengan diameter 5-6 cm . Selama kala II harus terus dipantau

kontraksi uterus, Keadaan ibu setiap 30 menit, keadaan janin setiap 15

menit.

Pertolongan kelahiran bayi :

1). Mengatur posisi ibu saat melahirkan

Posisi duduk atau setengah duduk, keuntungan dari posisi ini adalah

berhubungan dengan gaya grafitasi untuk membantu proses persalinan

.Posisi jongkok dan berdiri dapat membantu mempercepat kala II dan

mengurangi rasa nyeri .posisi merangkak membantu mengurangi nyeri

punggung saat persalinan.

2). Kelahiran bayi

Dengan cara membimbing ibu meneran yang benar saat kontraksi.

a. Melahirkan Kepala

Melindungi perineum dengan satu tangan dan satu tangan

lagi menahan kepala bayi agar tetap fleksi saat keluar secara
bertahap melewati introitus vagina .Kemudian mengusap muka

,hidung dan mulut bayi untuk membantu jalan nafas.

b. Periksa tali pusat

Periksa apakah ada lilitan tali pusat pada leher. Jika ada

lilitan tali pusat pada leher bayi cukup longgar ,maka lepaskan

lilitan tersebut kepala bayi, jika lilitan tali pusat sangat erat,

jepit tali pusat dengan klem yang berjarak 3 cm kemudian

potong tali pusat di antara dua klem tersebut.

c. Melahirkan bahu dan anggota tubuh lain

Tangan biparietal, minta ibu meneran sambil menekan

kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi sehingga bahu

depan melewati simpisis. Setelah bahu depa lahir, pimpin bayi

ke atas untuk melahirkan bahu belakang .Saat batu telah lahir,

lakukan sanggah susur untuk melahirkan tubuh bayi

seluruhnya.

d. Memotong tali pusat

Menggunakan klem DTT lakukan penjepitan tali pusat

dengan klem 3 cm dari dinding perut bayi, dari titik jepitan

,tekan tali pusat dengan 2 jari dorong tali pusat ke arah ibu

lakukan jepitan kedua dengan jarak 2 cm dari klem

pertama.Pegang tali pusat diantara dua klem dan potong tali

pusat diantara dua klem.

c. Kala III

Plasenta dilahirkan melalui manajemen aktif kala III meliputi :


1). Memeriksa adanya janin kedua

2). Memberikan oksitosin 10 IU / IM ,untuk merangsang

uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan

plasenta.

3). Melakukan penegangan tali pusat terkendali

Satu tangan diletakkan di atas simpisis pubis selama

kontraksi tangan berada di posisi dorsokranial, tangan yang

lain menegangkan tali pusat dengan klem 5-10 cm di depan

vulva.

4). Lahirkan plasenta dengan gerakan memutar searah

jarum jam

5). Masase fundus

Setelah plasenta lahir lengap, lakukan massase fundus.

a. Kala IV

1) Lakukan massase fundus

2) Evaluasi tinggi fundus uteri

3) Periksa kemungkinan perdarahan dan robekan perineum

4) Lakukan pemantauan terhadap ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama

dan setiap 30 menit pada jam ke 2.1,11

7. Upaya Pencegahan

a. Pemberian Informasi

Setiap pengobatan atau intervensi yang akan dilakukan harus dijelaskan

terlebih dahulu agar ibu dan suaminya ikut terlibat dalam pengambilan

keputusan.
b. Lingkungan

Memberikan suasana bernuansa rumah yang rileks sangat membantu

wanita dan pasangan atau keluarga merasa nyamna. Sikap bidan terhadap

klien sangat pentin,g, bidan harus memastikan orang yang masuk ke ruang

bersalin tidak terlalu banyak dan dapt menjaga kenyamanan disuasana ruang

bersalin.

c. Pendamping Persalinan

Asuhan kebidanan dukungan persalinan kala I dapat diberikan dengan

cara menghadirkan orang yang dianggap pentingoleh ibu seperti suami,

keluarga dan teman dekat. Pendamping ibu dianjurkan untuk berperan aktif

dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang membuat ibu nyaman.

d. Mobilisasi

Memberikan ibu pilihan posisi persalinan agar ibu merasa nyaman dan

memungkinkan persalinan berjalan lancar.

e. Dorongan Semangat

Seorang bidan harus memberikan dorongan samangat kepada ibu selama

proses persalinannya.

2.2 Konsep Dasar Asuhan kebidanan

A. Pengertian Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan

adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam

memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien

maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebgai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan


tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan temuan, keterampilan, dalam rangkaian

tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus

terhadap klien.

Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan

oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997,

menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh

langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.

Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan

oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah

metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan

menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses

manajemen kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap

langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data

dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut membentuk suau

kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi

setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan

ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien (Saminem, 2010).

Langkah Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

Langkah I ( Pengumpulan Data ).9

1) Askeb Kala I

a) Pengkajian

(1) Data subjektif

(a) Biodata
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien

secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan suami.

a. Nama ibu dan suami

Untuk dapat mengenal dan memanggil nama ibu dan untuk mencegah

kekeliruan bila ada nam yang sama.

b. Umur

Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa untuk usia aman

kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

c. Agama

Dalam hal ini berhubungan dengan perwaatan penderitaan yang berkaitan

dengan ketaatan agama. Diantara lai dalam keadaan yang gawat ketika

memberikan pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa

harus berhubungan, mialnya agama islam memanggi; ustada dan

sebagainya.

d. Pendidikan

Untuk mengetahui tingkay intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi

sikap perilaku kesehatan seseorang.

e. Pekerjaan

Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat kita

sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada

pengaruh pada kehamilan.

f. Suku atau bangsa

Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi perilaku

kesehatan.
g.Nomor handpone

Ditanyakan bila ada, untuk memudahkan komunikasi.

b) Alasan kunjunagan

Apakah alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau hanya untuk

memeriksa kehamilannya.

c) Keluhan utama

Keluhan ujtama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke

fasilitas kesehatan.

d) Riwayat kehamilan sekarang

Dikaji untuk menanyakan usia kehamilan sekarang dan anak yang ke

berapa.

e) Riwayat kehamilan terdahulu

Dikaji karena dari data itu akan mendapatkan gambaran mengenai riwayat

persalianan ibu yang lalu untuk mendeteksi secra dini jika ada komplikasi

yang akan terjadi.

f) Riwayat kontraksi

Menanyakan mengenai kontraksi, kapan mulai terasa, kekuatanyya,

interval, durasi dan frekuensi.

g) Pengeluaran pervaginam

Menanyakan kepada ibu adanya pengeluaran cairan vagina seperti lendir

bercampur darah, air ketuban.

h) Riwayat istirahat

Menanyakan kepada ibu berapa jam tidur siang, dan berapa jam tidur

malam dan selama istirahat apakah ada keluhan yang dirasakan.


i) Riwayat eliminasi

Menanyakan kapan buang air terakhir kali dan kapan buang air kecil

terakhir kali

(2) Data objektif

a) Keadaan umum : baik

b) Tingkat kesadaran : composmentis

c) Tanda vital :

a. Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila

tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih atau

distolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut pre-eklamsi

atau eklamsi kalau tidak ditangani denagan cepat.

b. Nadi

Normalnya denyut nadi adalah 60-80 x/i

c. Suhu

Normalnya suhu tubuh adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari 37,5oC

perlu diwaspadai adanya infeksi.

d. Pernafasan

Untuk menetahui sistem pernafasan. Normal sistem pernafasan 19-20

x/ menit.

d) Wajah

Tanpak cloasma gravidarum sebagai akibat deposit pigmen yang

berlebihan, tidak odema. Untuk simetris, bila tidak menunjukan

adanya kelumpuhan.
e) Mulut

Adakah sariawan, bagaimana kebersihannya.

f) Mata

Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat

menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis.

g) Payudara

Normal bentuk simetris, hiperpigmentasi areola, putting susu bersih

dan menonjol dan kolostrum ada.

h) Abdomen

Bentuk, bekas luka operasi, teradapt line nigra, stielifida dan terdapat

pembesaran abdomen, melakukan pemeriksaan leopold,

mendengarkan DJJ dan mengukur TFU, ,menentukan bagian terbawah

janin dan penurunan kepala janin,menetukan posisi tangan

(convergent,divergent,sejajar), memeriksa his/kontraksi frekuensi,

durasi, intensitas.

i) Genetalia

Melakukan pemeriksaan dalam yaitu untuk menegakkan diagnosa dan

masalah kebidanan yang tepat.

Langkah II ( Interpretasi Data)

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa

dan masalah kebidanan yang tepat.9

Langkah III ( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)


Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

masalah atau diagnosayang sudah diidentifikasi. Langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, smabil mengamati

klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah benar-

benar terjadi.9

Langkah IV ( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / atau

dikonsultasikan atau ditanganibersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat ini mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan

hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan perenatal saja, tetapi

juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misallnya pada

waktu wanita tersebut dalam persalinan.9

Langkah V (Perencanaan)

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan. Rencana tindakan disususn berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

Langkah VI ( Pelaksanaan Asuhan)

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/paseien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujuakan. Setiap tindakan asuhan harus


mendapatkan perseyujuan dari klien dan ibu keluarga(inform

consent).Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.9

Langkah VII (Evaluasi )

Bidan melakukan evaluasi secara sisitematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai

dengan perubahan perkembangan kondidi klien. Peneliana dilakukan

segera setelah selesai melaksanankan suhan sesuia kondiei klien. Hasil

evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan

hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dnegan kondidi klien/ pasien.9

2) Askeb Kala II

Langkah I ( Pengkajian Data)

(1). Data subjektif

Melihat adanya tanda-tanda persalinan kala II : dorongan kuat dan

meneran, tekanan pada rectum dan anus, perineum tampak menonjol,

vulva dan spiner ani membuka.

(2). Data objektif

(a) Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila

tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih atau

distolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut pre-eklamsi

atau eklamsi kalau tidak ditangani denagan cepat.

b. Nadi

Normalnya denyut nadi adalah 60-80 x/i.


c. Suhu

Normalnya suhu tubuh adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari

37,5oC perlu diwaspadai adanya infeksi.

d. Pernafasan

Untuk menetahui sistem pernafasan. Normal sistem pernafasan 19-20

x/ menit.

(b) Abdomen

Memeriksa His/kontraksi frekuensi, durasi, intensitas dan

interval.Pemeriksan DJJ frekuensi,durasi, intensitas dan interval.

(c) Genitalia

Inspeksi pada genetalia jika pembukaan sudah lengkap maka vulva akan

membuka, perineum menonjol, terdapat tekanan pada rectum dan anus.

Melakukan pemeriksaan dalan yaitu untuk menegtahui penipisan serviks,

pembukaan 10cm, ketuban(+/-), presentasi (kepala/bokong), posisi, bagian

menumbung/terkemuka, dan penurunan kepala janin.

Langkah II ( Interpretasi Data)

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa

dan masalah kebidanan yang tepat.

Langkah III ( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

masalah atau diagnosayang sudah diidentifikasi. Langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, smabil mengamati


klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah benar-

benar terjadi.

Langkah IV ( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / atau

dikonsultasikan atau ditanganibersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat ini mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan

hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan perenatal saja, tetapi

juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misallnya pada

waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Langkah V (Perencanaan)

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan. Rencana tindakan disususn berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

Langkah VI ( Pelaksanaan Asuhan)

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/paseien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujuakan. Setiap tindakan asuhan harus

mendapatkan perseyujuan dari klien dan ibu keluarga(inform

consent).Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.

Langkah VII (Evaluasi )


Bidan melakukan evaluasi secara sisitematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai

dengan perubahan perkembangan kondidi klien. Peneliana dilakukan

segera setelah selesai melaksanankan suhan sesuia kondiei klien. Hasil

evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan

hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dnegan kondidi klien/ pasien.

3) Askeb Kala III (masuk Catatan Perkembangan)

Langkah I ( Pengkajian Data)

(1). Data subjektif

Mengkaji keadaan umum ibu, keadaan emisional ibu, reaksi ibu terhadap

penerimaan bayi.

(2). Data objektif

(a). Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila

tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih atau

distolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut pre-eklamsi

atau eklamsi kalau tidak ditangani denagan cepat.

b. Nadi

Normalnya denyut nadi adalah 60-80 x/i

c. Suhu

Normalnya suhu tubuh adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari 37,5oC

perlu diwaspadai adanya infeksi.


d. Pernafasan

Untuk menetahui sistem pernafasan. Normal sistem pernafasan 19-20

x/ menit.

(b). Abdomen

Pemantauan kontraksi (kuat,sedang, lemah atau tidak ada.) pada kala III

dilakukan manajeman aktif kala III dan memeriksa tinggi fundus uteri.

Normalnya tinggi fundus uteri setelah plasenta keluar ialah setinggi pusat.

(c). Genetalia

Melakukan pengkajian pada robekan perineum, pengkajian dilakukan pada

seawal mungkin sehingga bisa untuk menentukan derajat robekan.

Memastikan jumlah perdarahan yang keluar, normal nya darah yang keluar

± 100-350 cc.

Langkah II ( Interpretasi Data)

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa

dan masalah kebidanan yang tepat.

Langkah III ( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

masalah atau diagnosayang sudah diidentifikasi. Langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, smabil mengamati

klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah benar-

benar terjadi.

Langkah IV ( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / atau

dikonsultasikan atau ditanganibersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat ini mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan

hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan perenatal saja, tetapi

juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misallnya pada

waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Langkah V (Perencanaan)

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan. Rencana tindakan disususn berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

Langkah VI ( Pelaksanaan Asuhan)

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/paseien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujuakan. Setiap tindakan asuhan harus

mendapatkan perseyujuan dari klien dan ibu keluarga(inform

consent).Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.

Langkah VII (Evaluasi )

Bidan melakukan evaluasi secara sisitematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai

dengan perubahan perkembangan kondidi klien. Peneliana dilakukan

segera setelah selesai melaksanankan suhan sesuia kondiei klien. Hasil


evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan

hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dnegan kondidi klien/ pasien.

4) Askeb kala IV(masuk Catatan Perkembangan)

Langkah I ( Pengkajian)

(1). Data subjektif

Mengkaji keadaan ibu saat ini apakah ibu merasa pusing dan apakah ibu

menerima kelahiran bayi ini.

(2). Data objektif

a) Keadaan umum : baik

b) Tanda-tanda vital

Selama kala IV dilakukan pemantauan tekanan darah, nadi ,

pernafasan, suhu setiap 15 menit pertama setealah plsenta lahir dan 30

menit kedua setelah persalinan. Normalnya tekanan darah meningkat,

yaitusistolic 30 mmHg atau lebih, stsu distolic 15 mmHg atau kebih,

kelaianan ini dapat berlanjut menjadi pre-eklamsi atau eklamsi kalau

tidak ditangani dengan tepat. Normalnya denytut nadiu adalah 60-80

x/i. Normal suhu tubuh adalah 36-37,5oC, suhu tubuh lebih dari

37,5oC perlu diwaspai adanya infeksi. Untuk mengetahu sistem

pernafasan, normalnya 19-20x/menit.

c) Abdomen

Pantau kontraksi uterus, ukuran uterus mengecil kembali setealah 2

hari psca persalianan setinggi sekitar umbilicus. Normalnya terus

setelah bayi dilahirkan ialah setinggi pusat. Satu minggu pertengahan

pusat-simfisi, dua minggu tidak teraba diatas simfisi, enam minggu


bertambah kecil dengan berat 50gr dan akan berangsur menjadi

normal kembali. Periksa kandung kemih ibu apakah minimal atau

tidak.

d) Genetalia

Pantau perdarahan setiap 15 menit pertama setelah plasenta lahir. Lihat

apakah ada robekan perineum.

Langkah II ( Interpretasi Data)

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa

dan masalah kebidanan yang tepat.

Langkah III ( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

masalah atau diagnosayang sudah diidentifikasi. Langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, smabil mengamati

klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah benar-

benar terjadi.

Langkah IV ( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan / atau

dikonsultasikan atau ditanganibersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat ini mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan

hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan perenatal saja, tetapi

juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misallnya pada

waktu wanita tersebut dalam persalinan.


Langkah V (Perencanaan)

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan. Rencana tindakan disususn berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

Langkah VI ( Pelaksanaan Asuhan)

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/paseien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujuakan. Setiap tindakan asuhan harus

mendapatkan perseyujuan dari klien dan ibu keluarga(inform

consent).Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.

Langkah VII (Evaluasi )

Bidan melakukan evaluasi secara sisitematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai

dengan perubahan perkembangan kondidi klien. Peneliana dilakukan

segera setelah selesai melaksanankan suhan sesuia kondiei klien. Hasil

evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan

hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dnegan kondidi klien/ pasien.

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Pengertian dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga

kesehatan, pasien keluarga pasien, dan tim kesehatan yang mencatat tentang
hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien dan pendidikan kepada

pasien, serta respons pasien terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan.10

Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat menghadapi klien meliputi

7 langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan

melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu

a. S (subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesis pada langkah I Varney.

b. O (objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

umum, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan laboratorium yang

dirumuskan dalam data fokus yang diperoleh dari langkah I Varney.

c. A (assasment), menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh

dari langkah I, II, III, dan IV.

d. P (planning), menggambarkan pendokumentasian dan tindakan

sesuai kebutuhan, ini merupakan langkah V pada manajemen

Varney.

e. Catatan pelaksanaan atau catatan perkembangan, mencakup waktu

pelaksanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sebagai manajemen

varney langkah VI dan VII.12

Beberapa Alasan Penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :

1) Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan informasi

yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan konklusi

menjadi suatu rencana asuhan.


2) Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan

untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.

3) SOAP merupakan urutan yang dapat membantu bidan dalam

mengorganisasi pikiran dan memberi asuhan menyeluruh.

Tujuan catatan SOAP untuk pendokumentasian adalah :

a. Merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang

mengorganisasikan temuan dan kesimpulan suatu rencana asuhan.

b. Merupakan penyaringan intisari dari proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.

Merupakan urutan yang dapat membantu mengorganisasi pikiran dan

memberi asuhan yang menyeluruh.1

Anda mungkin juga menyukai