April 2020
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BLOK TUMBUH KEMBANG & GERIATRI
LAPORAN PBL
MALNUTRISI ENERGI PROTEIN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 14
TUTOR : dr. Rachmat Faisal Syamsu, M.Kes
Farhah Ayunizar Ramadani
(11020170047)
Fitrah Putra Irwan (11020170050)
Muh. Rifky Mappalawa
(11020170054)
Nurafni (11020170065)
Andi Muhammad Nasywan Akbar Amin
(11020170106)
Vania Almira (11020170121)
Muhammad Arief Wahyu Adama
(11020170126)
Nurul Fatimah (11020160132)
Nur Saskiah (11020170140)
Nurul Azizah An’naajiyyah
(11020170148)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
Modul 2
Skenario 1
Seorang bayi perempuan, umur 7 bulan dibawa ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan berak encer dengan frekuensi > 3 kali sehari sejak 1 bulan
yang lalu. Riwayat pemberian makan: ASI diberikan sampai usia 3 bulan
selanjutnya diberi susu kental manis sampai sekarang. Riwayat kelahiran:
BBL 2800 g, PBL 46 cm, LK 33cm. Pemeriksaan fisik didapatkan BB 4200 g,
PB 52 cm, LK 39 cm. Anak tampak pucat, Tampak adanya wasting dengan
baggy pants. Daerah sekitar anus tampak kemerahan. Skor dehidrasi 14 dan
Hb 7 g/dl. Status imunisasi HepB0 dan Polio1.
KATA SULIT :
KALIMAT KUNCI :
• Perempuan umur 7 bulan
• keluhan berak encer dengan frekuensi > 3 kali sehari sejak 1 bulan
yang lalu
PERTANYAAN :
1. Jelaskan defenisi dari malnutrisi energi protein!
2. Jelaskan etiologi dari berak encer!
3. Bagaimana perbedaan pemberian ASI dan susu kental manis pada
bayi serta hubungan pemberian ASI hanya 3 bulan dengan kondisi
pasien!
4. Bagaimana status gizi bayi sekarang berdasarkan skenario?
5. Bagaimana klasifikasi derajat dehidrasi dan kadar Hb dari skenario?
6. Bagaimana hubungan gejala bayi tampak pucat, terdapat wasting dan
baggy pants serta kemerahan pada sekitar anus?
7. Bagaimana hubungan status imunasi dengan skenario?
8. Bagaimana diagnosis dan tatalaksana sesuai skenario?
9. Bagaimana komplikasi dan pencegahan yang bisa dilakukan sesuai
skenario?
10. Bagaimana perspektif Islam sesuai skenario?
Jawaban Pertanyaan:
1. Jelaskan defenisi dari malnutrisi energi protein!
Jawab: Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami
gangguan terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi
untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.Malnutrisi
merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolute
untuk periode tertentu.
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi
yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan
kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi
karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan
yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga
berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik
WHO dalam Medscape (2014) mendefinisikan malnutrisi sebagai
ketidakseimbangan seluler antara suplai nutrisi dan energi dan
kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan, dan fungsi-fungsi
spesifik lainnya. Malnutrisi merupakan faktor resiko yang paling utama
untuk penyakit dan kematian pada anak, dengan menyebabkan lebih
dari setengah kematian anak di dunia. Jenis yang paling banyak
menyebabkan penyakit, khususnya di negara berkembang, adalah
malnutrisi protein-energi (PEM).
KLASIFIKASI
Kurang Energi Protein (KEP)
Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi
primer dan malnutrisi sekunder.KEP primer disebabkan oleh asupan
protein dan / atau kalori yang tidak adekuat atau ketika protein yang
dicerna memiliki kualitas yang buruk sehingga 1 atau lebih asam
amino esensial menjadi faktor pembatas dalam pemeliharaan
metabolisme normal KEP sekunder disebabkan oleh penyakit atau
cedera. Penyakit akut dan cedera meningkatkan kebutuhan tubuh
untuk substrat protein dan energi dan merusak pencernaan,
penyerapan, dan penyerapan nutrisi ini dengan berbagai cara.
Akibatnya, KEP sekunder biasanya muncul dari berbagai faktor.
Penyakit dan cedera juga umumnya menginduksi anoreksia, sehingga
faktor primer dan sekunder sering bertindak bersama untuk
menciptakan KEP dalam pengaturan penyakit.
Penyebab paling umum dari KEP sekunder adalah peningkatan hebat
dalam katabolisme protein dan pengeluaran energi yang terjadi
sebagai akibat dari respon inflamasi sistemik. Kekurangan gizi protein
sekunder yang terjadi dalam konteks penyakit yang mendasari sering
hasil dari trias asupan energi menurun, malabsorpsi, dan stresor
katabolik. Hampir semua penyakit kronis dan / atau kritis dapat
mencetuskan malnutrisi energi protein, tetapi di antara yang paling
umum adalah kanker, HIV / AIDS, tuberkulosis, penyakit radang usus,
penyakit ginjal kronis, penyakit hati kronis, dan penyakit rematik.
Pasien dengan malnutrisi energi protein dimanifestasikan dengan
penurunan berat badan dan peningkatan metabolisme, disertai dengan
berbagai derajat pengecilan otot, penipisan simpanan lemak,
berkurangnya kapasitas kardiorespirasi, penipisan kulit, hipotermia,
imunodefisiensi, dan apati. Tanda-tanda yang paling jelas dari KEP
sekunder meliputi: (1) menipisnya jaringan lemak subkutan di lengan,
dinding dada, bahu, atau daerah metacarpal; (2) terbuang otot paha
depan dan deltoideus; dan (3) edema pergelangan kaki atau sakral.
Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu,
kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-kwashiorkor. Marasmus terjadi
karena pengambilan energi yang tidak cukup sementara kwashiorkor
terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup.
Sementara tipe marasmik kwashiorkor yaitu gabungan diantara gejala
marasmus dan kwashiorkor
Klasifikasi
Malnutrisi Sedang Malnutrisi Berat
Edema Tanpa edema Dengan edema
BB/TB -3SD s/d -2 SD < -3 SD
TB/U -3SD s/d -2 SD < -3 SD
Penyabab langsung:
a. Kurangnya Asupan Makanan: kurangnya asupan makanan
sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang
diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikandan cara
pemberian makanan yang salah.
b. Adanya Penyakit: terutama penyakit infeksi, mempengaruhi
jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrient oleh tubuh. Infeksi
apapun dapat memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun masih
ringan mempunyai pengaruh negatifpada daya tahan tubuh terhadap
infeksi.
Penyebab tidak langsung:
a. Kurangnya Ketahanan Pangan Keluarga: keterbatasan keluarga
untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan. Penyakit
kemiskinan malnutrisi merupakan problem bagi golongan bawah
masyarakat tersebut.
b. Kualitas Perawatan Ibu Dan Anak.
c. Buruknya Pelayanan Kesehatan.
d. Sanitasi Lingkungan Yang Kurang.
e. Faktor Keadaan Penduduk.
a. Marasmus
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1. Pemasukan kalori yang tidak cukup. Marasmus terjadi akibat
masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan akibat dari ketidak tahuan orang tua si anak.
2. Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang
mempunyai hubungan orang tua-anak terganggu.
3. Kelainan metabolik. Misalnya: renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia,galactosemia, lactose intolerance.
4. Malformasi kongenital. Misalnya: penyakit jantung bawaan,
penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia,
stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas.
b. Kwashiorkor
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein
yang berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan
kwashiorkor antara lain :
1. Pola makan Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat
dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake
makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan
ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-
sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan.
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa
peralihan ASI kemakanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial. Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil ataupun adanya
pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah
berlangsung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi. Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan
nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat
mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain. Telah lama diketahui bahwa
adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya
MEP,walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh
terhadap infeksi.
c. Marasmic – Kwashiorkor
Penyebab marasmic – kwashiorkor dapat dibagi menjadi dua
penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi
primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh asupan
protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah
malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat,
menurunnya absorbsi dan/atau peningkatankehilangan protein
maupun energi dari tubuh.
REF
1. Kementerian Kesehatan RI. Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak.Jakarta: Direktorat Bina Gizi; 2011.
2. Nelson, WE.2007. Malnutrition.In Nelson WE.(ed) Mitchel
Nelson Text Book of Pediactrics 5thed. WB Saunders Co. Philadelphia
& London.
3. Mason, J. B. (2015). Nutritional principles and assessment of
the gastroenterology patient. Sleisenger and Fordtran’s gastrointestinal
and liver disease (Tenth Edition). Elsevier Inc.
4. Manary, M. J., & Trehan, I. (2016). Chapter 215: Protein-Energy
Malnutrition. Goldman-Cecil Medicine, 2-Volume Set (Twenty Fifth
Edition). Elsevier Inc.
Diare adalah Berak encer atau suatu kondisi dimana seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Selama masa ASI ekslusif ibu ke anak, hal tersebut merupakan pula
pemenuhan bioavailabilitas zat besi yang sangat baik dalam ASI.
Banyak literatur telah menunjukkan bahwa konsumsi susu sapi secara
konsisten hadir sebagai faktor risiko anemia pada bayi. Para peneliti
melaporkan bahwa peningkatan asupan susu sapi, yang kandungan
besinya kurang dan memiliki bioavailabilitas yang rendah, dapat
mengurangi jumlah total zat besi yang terkandung dalam asupannya.
Untuk setiap bulan menyusui dengan susu sapi, ada penurunan 2 g / l
pada kadar hemoglobin anak-anak berusia 12 bulan. Zat besi dan
penyimpanan zat besi yang ada saat lahir adalah sumber zat besi
paling penting selama beberapa bulan pertama kehidupan untuk bayi
cukup bulan, terutama bayi yang diberi ASI. ASI, yang mengandung
jumlah rendah (rata-rata zat besi). konten = 0,35 mg / L) dengan
bioavaibilitas 45% -100%. Ferro sulfat adalah bentuk zat besi yang
tersedia dalam susu formula bayi. Meskipun ferro sulfat merupakan
bentuk besi yang dapat diserap dengan baik, protein susu sapi
(protein whey) yang tersedia dalam formula memiliki efek
penghambatan pada penyerapan zat besi.
SKO
N YANG DINILAI
R
O
1 2 3
1 Keadaan umum Baik Lesu, haus Gelisah,
.
lemas,
mengantuk,
shock
2 Mata Biasa Cekung Sangat cekung
.
3 Mulut Biasa Kering Sangat kering
.
4 Pernafasan 30 x/m 30-40 x/mnt 40 x/mnt
.
5 Turgor baik Kurang jelek
.
6 Nadi 120 120- 140 x/menit
. x/menit 140x/mnt
Tabel 2. Skor Dehidrasi
Keterangan :
Pada skenario, skor bayi saat ini 14, yang berarti menderita dehidrasi berat.
Tabel 3. Interpretasi Kasar Hb berdasarkan umur
Pada skenario skor bayi saat ini 7 g/dl, yang berarti tidak sesuai kadar
normal-nya.
Tabel 4. Jadwal Imunisasi Anak Sesuai IDAI 2017
Pada skenario bayi berumur 7 bulan tersebut baru mendapatkan Hep B0 dan
Polio 1 yang berarti masih banyak vaksin yang belum diberikan ke bayi
tersebut.
Ref: Arief Ridwan et.all. Ilmu Kesehatan Anak. 1997. Edisi 2 Hal. 53
Penilaian Dehidrasi
Dehidrasi ringan
Dehidrasi ringan terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik,
mata terlihat normal, rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit
kembali cepat.
Dehidrasi sedang
Dehidrasi berat.
Pada Skenario hasil pemeriksaan kadar Hb anak adalah 7gr/dl artinya anak
mengalami anemia sedang.
Referensi :
Pemeriksaan fisis
• Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada
kedua punggung
• kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB
• Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk
(hati-hati menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).
• Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang
lambat, nadi
• lemah dan cepat), kesadaran menurun.
• Demam (suhu aksilar ≥ 37.5° C) atau hipotermi (suhu aksilar
< 35.5° C).
• Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal
jantung
• Sangat pucat
• Pembesaran hati dan ikterus
• Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi,
tanda asites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air
(abdominal splash
• Tanda defisiensi vitamin A pada mata:
— Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak Bitot
— Ulkus kornea
— Keratomalasia
• Ulkus pada mulut
• Fokus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit
• Lesi kulit pada kwashiorkor:
— hipo- atau hiper-pigmentasi
— deskuamasi
— ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha, belakang telinga)
— lesi eksudatif (menyerupai luka bakar), seringkali dengan infeksi
sekunder (termasuk jamur).
• Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir).
• Tanda dan gejala infeksi HIV (lihat bab 8).
Referensi:
Departemen Kesehatan Ri, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat, Direktorat Bina Gizi. 2011. Bagan Tata Laksana Anak
Gizi Buruk Buku I. Jakarta:Departemen Kesehatan
World Health Organization.2009.Pelayaan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama
di Kabupaten/Kota.Jakarta:WHO
2) Bagaimana interpretasi status gizi pada anak dan kadar Hb?
Serta bagaimana pembagian skor dehidrasi?
• Status gizi anak
Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB); sedangkan anak
umur ≥ 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis “Tampak sangat
kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh
tubuh” dan atau jika BB/PB atau BB/TB < - 3 SD atau 70% median.
Sedangkan anak didiagnosis gizi kurang jika “BB/PB atau BB/TB < -
2 SD atau 80% median”
Berdasarkan skenario anak berumur 1 th 2 bulan dengan berat
badan adalah 5600gr . Menurut z-score berat badan anak berada
pada <-3 SD artinya anak mengalami gizi buruk. Karena seharusnya
berat badan anak adalah :
• Penilaian Dehidrasi
Referensi :
Tim Adaptasi Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. Jilid 1. Jakarta : Depkes RI. 2010. Hal 377
Kemenkes RI. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta : Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
2011. Hal 1,23.
Irawan, H. Pendekatan Diagnosis Anemia pada Anak. Jurnal
Kalbemed vol 40 no. 6. Jakarta : FK Katolik Atma Jaya.2013
WHO. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and
assessment of severity
Penatalaksanaan
Referensi : Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. 2011. Kementerian
Kesehatan Republik Kesehatan Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak.
9. Bagaimana komplikasi dan pencegahan yang bisa dilakukan sesuai
skenario?
Jawab:
Komplikasi Dan Penyakit Penyerta Pada Malnutrisi Energi Protein
1. Dehidrasi
Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi
ringan terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata
terlihat normal, rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit
kembali cepat. Dehidrasi sedang keadaan umumnya terlihat gelisah
dan rewel, mata terlihat cekung, haus dan merasa ingin minum banyak
dan turgor kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat
keadaan umumnya terlihat lesu, lunglai atau tidak sadar, mata terlihat
cekung, dan turgor kulitnya kembali sangat lambat > 2 detik. Pada
diare, pengeluaran cairan melebihi pemasukannya sehingga akan
terjadi defisit cairan tubuh yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Berdasarkan derajat dehidrasi maka diare dapat dibagi menjadi diare
tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan sedang dan diare dehidrasi
berat. Secara umum dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang
meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin
gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik.
2. Hiponatremia
Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau
hanya mengandung sedikit garam, ini sering terjadi pada anak yang
mengalami infeksi shigella dan malnutrisi berat dengan edema.
3. Hipokalemia
Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi
yang menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan
otot, peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia.
4. Gangguan elektrolit
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat sehingga
mengalami gangguan elektrolit yang sering berupa hipokalemia,
hiponatremia.
5. Gangguan keseimbangan asam basa
Pada saat diare, sejumlah besar bikarbonat yang hilang melalui tinja
bisa menyebabkan asidosis metabolik. Hal ini dapat terjadi dengan
cepat pada keadaan hipovolemi, ginjal gagal melakukan kompensasi
kehilangan basa akibat aliran darah ke ginjal berkurang serta produksi
asam laktat yang berlebihan ketika penderita jatuh pada keadaan syok
hipovolemik. Gambaran utama asidosis metabolik meliputi konsentrasi
bikarbonat serum berkurang (<10 mmol/l), pH arteri menurun (<7,10),
nafas cepat dan dalam, adanya muntah.
6. Syok hipovolemik
Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang
sehingga dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak
antara lain syok hipovolemik. Syok hipovolemik ditandai dengan
adanya denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, tidak kuat
angkat, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran menurun,
dan diuresis berkurang.
7. Gagal ginjal akut
Fungsi ginjal menurun karena terjadi hipoperfusi ginjal yang
disebabkan oleh hipovolemia atau menurunnya volume sirkulasi atau
aliran darah ke ginjal.
8. Malnutrisi
Infeksi yang berkepanjangan, terutama pada diare persisten, dapat
menyebabkan penurunan asupan nutrisi, penurunan fungsi absorpsi
usus, dan peningkatan katabolisme sehingga menyebabkan proses
tumbuh kembang anak terhambat yang pada akhirnya dapat
menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.
9. Kematian
Tidak sedikit penyakit diare pada anak dapat berujung pada kematian.
Hal ini disebabkan karena keterlambatan dalam penanganan karena
sebagian besar kasus yang dibawa ke pelayanan kesehatan sudah
jatuh pada keadaan syok hipovolemi akibat dehidrasi berat.
2. Pencegahan Yang Sesuai Dengan Skenario
Malnutrisi kalori protein dapat dicegah dengan menyelesaikan
beberapa masalah sosial ekonomi seperti pengentasan kemiskinan,
meningkatkan daya beli penduduk dan menyediakan pendidikan gizi.
Ini adalah konsekuensi dari tidak hanya asupan makanan yang tidak
memadai tetapi juga kondisi kehidupan yang buruk, lingkungan yang
tidak higienis dan kurangnya perawatan kesehatan. Pencegahan
malnutrisi pada balita juga harus dimulai sejak janin masih berada
dalam kandungan karena pertumbuhan dan perkembangan pada
masa bayi dan balita tidak bisa terlepas dari pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Pencegahan dapat dimulai dengan
menjaga asupan ibu hamil selalu tercukupi sejak awal kehamilan.
1. Pemberian ASI Eksklusif
Setelah janin dilahirkan, pencegahan malnutrisi dilakukan dengan
memberikan ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja selama 6 bulan
berturut-turut. Apabila pemberian ASI eksklusif tidak memungkinkan
karena berbagai alasan, maka bisa diganti atau ditambah dengan susu
formula. Namun sebaiknya diusahakan tetap memberikan ASI
eksklusif. Setelah usia bayi mencapai 6 bulan, selain ASI bayi harus
segera diberikan makanan pendamping ASI secara bertahap,
disesuaikan dengan umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkan
sampai usia dua tahun.
2. Imunisasi
Harus diberikan secara rutin sejak usia 0 bulan. Imunisasi yang rutin
dan lengkap akan mencegah bayi terserang penyakit infeksi. Imunisasi
dasar lengkap adalah imunisasi yang sesuai dengan program
pemerintah. Imunisasi juga harus diulang supaya status kekebalan
bayi tetap optimal. Selain imunisasi, bayi juga harus mendapatkan
suplementasi vitamin A karena kadar vitamin A dalam ASI tidak tinggi,
tidak bisa mencukupi kebutuhan. Pemerintah sudah membuat program
suplementasi vitamin A yang diberikan setiap bulan Februari dan
Agustus.
3. Pemberian Makanan Tambahan
Di masyarakat pedesaan, terutama anak-anak diberi makan oleh ibu
dalam waktu lama dan makanan tambahan yang penting untuk
mencegah PCM tidak diberikan pada usia yang tepat. Kadang-kadang
bahkan ketika makanan tambahan diberikan kepada bayi; mereka
tidak memadai dan mungkin tidak mengandung cukup protein dan
kalori. Di India, pemberian makanan tambahan yang diprogram telah
beroperasi selama beberapa tahun terakhir. Anak-anak prasekolah
diberikan suplemen makanan setiap hari yang berkontribusi signifikan
terhadap asupan protein dan energi. Saat ini, upaya sedang dilakukan
untuk meningkatkan kepadatan kalori dari makanan tambahan
sehingga dapat memberikan energi yang cukup selain protein. Institut
Gizi Nasional, Hyderabad, dan banyak Sekolah Tinggi Ilmu
Pengetahuan Rumah di India telah mengembangkan beberapa resep
nutrisi yang didasarkan pada makanan yang tersedia secara lokal
seperti sereal dan kacang-kacangan. Untuk menambah kalori dalam
resep tambahan ini, sedikit lemak juga dibutuhkan. Malting biji-bijian
dan persiapan makanan kaya amilase dari gandum atau jagung
sangat membantu dalam mengurangi sebagian besar campuran
sereal. Persiapan menyapih makanan seperti itu di tingkat rumah
menggunakan sumber daya yang tersedia secara lokal tentu akan
membantu dalam mencegah PCM sampai batas tertentu.
4. Pendidikan Gizi
Pendidikan gizi adalah salah satu langkah paling penting untuk
mencegah malnutrisi energi protein. Pemberian susu botol umumnya
dilakukan di banyak komunitas. Namun, banyak ibu yang tidak
memiliki pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang harus
diambil dengan menggunakan metode menyusui bayi ini. Botol dan
puting susu tidak dicuci dengan benar setelah setiap kali pemberian
dan terkadang susu tetap berada dalam botol untuk waktu yang lama
memungkinkan pertumbuhan organisme patogen. Kondisi tidak
higienis ini menyebabkan diare dan gangguan lainnya. Faktor utama
yang menyebabkan malnutrisi adalah suplementasi yang tertunda dan
makanan penyapihan yang tidak memadai. Ibu harus disarankan untuk
memberikan suplemen berdasarkan sereal, kacang-kacangan dan
minyak. Selain itu, sayuran dan buah tumbuk juga harus dimasukkan
dalam makanan anak-anak. Petugas kesehatan harus memberi
nasihat tentang kualitas dan kuantitas makanan yang dibutuhkan oleh
anak dan harus memeriksa grafik pertumbuhan anak untuk menilai
kecukupan gizi.
Referensi:
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral
Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak. 2011. Bagian Anak
Tatalaksana Gizi Buruk. Buku I dan II
2. Maredante, Karen,J.Nellson. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Ed
ke-6. Saunder
10. Bagaimana perspektif Islam sesuai skenario?
Jawab: