Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH KAFEIN TERHADAP KELELAHAN OTOT

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjaana Kedokteran pada
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Oleh :
MULIA RAMADHAN
NIM : 15171010

Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh
Aceh Besar
2018
HALAMAN ORISINALITAS

PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI


SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal berjudul Pengaruh Kafein Terhadap
Kelelahan Otot adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar Pustaka dibagian akhir proposal
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Universitas
Abulyatama Aceh

Lampoh Keude, Juli 2018

Mulia Ramadhan 15171010

i
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :

PENGARUH KAFEIN TERHADAP KELELAHAN OTOT


OLEH :

MULIA RAMADHAN
NIM : 15171010

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan dewan sidang Skripsi
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama

Aceh Besar, 5 Juli 2018


Disetujui Oleh dewan sidang skripsi

Pembimbing I Pembimbing II
A/n

(Dr. H. Aditya Chandra M. Biomed AIFO-K) (Yudha Bintoro M.Sc)

Menyetujui Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Dekan Fakultas Kedokteran

dr. Syarifah Nora Andrianty, Mpd, Ked dr. Feriyani , Sp. M

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

PENGARUH KAFEIN TERHADAP KELELAHAN OTOT

OLEH :
MULIA RAMADHAN
NIM : 15171010

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan dewan sidang skripsi
Program Studi Pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Aceh Besar, Juli 2018


Disetujui oleh dewan sidang Proposal Skripsi

Pembimbing I: dr. H . Aditya Chandra M .Biomed AIFO-K ...............................................

Pembimbing II : Yudha Bintoro M. Sc a/n ..........................................................................

Penguji I:dr. Suriatul Laila , M.Kes ......................................................................................

Penguji II : dr. Fuadi M.K. ....................................................................................................

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

dr. Syarifah Nora Andrianty, M.Pd, Ked.

iii
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“PENGARUH KAFEIN TERHADAP KELELAHAN OTOT’’. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita Nabi Muammad SAW, keluarga
dan sahabatnya.
Dalam penulisan proposal ini penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak, atas semua jasa yang diberikan kepada penulis, penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc, Ph.D selaku rektor Universitas Abulyatama Aceh Besar
2. dr. Feriyani, Sp.M selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh
Besar
3. dr. Yuni Rahmayanti, M. Biomed selaku wakil dekan I Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama Aceh Besar
4. dr. Fitria Widya Ghani, MKM selaku wakil dekan II Fakultas Kedokteran Universitas
Abulyatama Aceh Besar
5. dr. H. Aditya Chandra M. Biomed AIFO-K selaku pembimbing I dan wakil dekan III
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh Besar
6. Yudha Bintoro, M.Sc selaku Pembimbing II
7. dr. Suriatul Laila, M. Kes dan dr. Fuadi M.KM sebagai pembimbing I dan II.
8. Keluarga yang telah banyak memberikan do’a dan nasehat serta semangat yang luar
biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman sejawat terbaik seangkatan 2015 yang selama ini ikut berperan dalam
memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna , oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saranserta
kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan kedepan.

Lampoh Keude, Juli 2018

Penulis

v
ABSTRAK
Kopi adalah minuman dari seduhan bubuk kopi yang berasal dari biji tanaman
kopi yang sudah disangrai dan setelah itu digiling menjadi bubuk. Kopi mengandung
senyawa alkaloid xantina yang memiliki efek sebagai obat perangsang psikoaktif.
Belakangan ini efek psikoaktif dari kafein sering digunakan di dunia atletik sebagai
minuman penambah energy dan caffeine juga terdapat di beberapa merek minuman
berenergi dalam kemasan. Bukan tanpa alasan, tapi efek dari alkaloid xantina pada Kafein
bermanfaat pada Otot yang berkontraksi pada waktu yang lama akan menurunkan
penyebaran sinyal syaraf neuromuscular .
Ini berarti terdapat penurunan kemampuan otot berkontraksi. Kafein yang
dikonsumsi berefek pada reseptor antagonis adenosine yang meningkatkan pelepasan
neurotransmitter dopaminergic. Kafein juga mempengaruhi antara. Otak dan persimpangan
neuromuscular, serta pada system muskuluskeletal sehingga dapat memfasilitasi
rangsangan dan kontraksi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari
efek ergogenic kafein dalam menghambat kelelahan otot. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen dengan menggunakan Control Group Post test only design dengan
pengujian menggunakan uji regresi linier dan mengambil kesimpulan hasil dengan cara
menilai batas 0,05.dimana setiap subjek hanya diberikan Kadar bubuk. Kopi yang
disesuaikan dengan berat badan para responden 3 x kg/bb diseduh didalam 240 ml air
dengan suhu ruang. Para responden diminta untuk mengkonsumsi air putih 10 menit
sebelum uji pertama menggunakan treadmill lalu baru mengkonsumsi kopi pada uji kedua.
Responden diminta untuk berlari selama 10 menit setelah mengkonsumsi air putih dan
didapatkan hasil kadar asam laktatnya adalah 1.5 - 1.7 mmol/L.
Tetapi pada 1 sampel dari 10 orang sample ditemukan adanya peningkatan asam lakat
dengan kadar 2.5 mmol]L Lalu pada percobaan kedua responden diminta untuk
mengkonsumsi kopi dan lari menggunakan treadmiil didapatkan hasil 2.1- 3.0 mmo/L.
Pada hasil dengan uji regresi linier didapatkan hasil signifikansinya adalah .167b annova
dan pada tabel korelasi
.631/0,05 108 sebelum minum kopi dan.940 setelah minum kopi.

Kata kunci : Kafein, otot, kelelahan

vi
ABSTRACT
Coffee is a drink that made from steeping of coffee powder that come from coffee sced that
has been roasted and grinded. Coffee alkaloid xantine that used as psieoaetisc stimulate.
Eventually psicoactivc effect from caffeine always used in athletic as a energy drinking to
increased energy and caffeine can be find in some energy drink.Reason to use caffeine is
because effect from alkaloid xantine is very usefull to muscle that contracting in the long
duration would decrease the expans of neuromuscular nerv signal It means there a
decreased of muscle ability to contracted. Caffeine that consumed has effected to antagonis
adenocine receptor that increase releasing dopaminergic neurotransmitter. Caffeine to has
influencing between brain and neuromuscular intersection, and to musculoskeletal system
until could be facilitating stimulation and contractiomThis research is purpose to knowing
is there a influence of caffeine ergogenic effect to inhibiting muscle fatigue. This is an
experimental research that use control group post 'test only design. Degree of coffee
powders are appropriated with the weight of respondences 3 x kg/bb seed with 240 ml
waters in room tenw-aturev The respondences asked for consume plate water 10 minutes
before first test use treadmill in JO minutes after consume plate water and then all
respondences taked the blood to check with accutrend and got the result of lactic acid was
1.5 -1.7 mmol/L to 8 samples and there were 2 samples that got increased of lactic acid
results was 3.7 and 4.1 mmol/L after run for 10 minutes on treadmill. The result with
regression linier doubled get correlation sig (.167 b ) in annova and (.940) in coeeficients.
Two last result is bigger than value ((0,05).

Keywords : caffeine, muscle, fatigue

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kontraksi Otot Yang kuat dan lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai
kelelalahan otot Penyelidikan pada atlit bahwa kelelahan otot meningkat hampir
berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen Otot.1 Oleh karena itu,
sebagian besar kelelahan mungkin disebabkan ketidakmampuan proses kontraksi dan
metabolic serat-serat otot untuk terus memberi hasil kerja yang sama.2
Tapi, percobaan – percobaan juga telah menunjukan bahwa penyebaran sinyal saraf
melalui hubungan neuromuscular, akan men setelah aktivitas otot yang lama2, jadi
mengurangi kontraksi otot lebih lanjut.2 Hambatan aliran darah yang menuju ke otot yang
sedang berkontraksi mengakibatkan kelelahan otot hampir sempurna selama satu menit
atau lebih karena kehilangan suplai makanan terutama kehilangan oksigen2. Belakangan
ini kopi sering dikonsumsi sebelum latlhan. Hal ini dikarenakan komponen utamanya yang
berupa kafein.3
Kafein berperan sebagai transport ion Ca2+ pada kontraksi otot dan juga menyediakan
asam lemak bebas untuk dioksidasi menjadi energy dan juga bisa menghambat oksidasi
karbohidrat yang nantinya berakibat pada penundaan deplesi glikogen sehingga
menyebabkan kelemahan Otot. Kelelahan Otot terjadi karena akumulasi asam laktat
sehingga menyebabkan kontraksi otot menurun.3 Kafein yang dikonsumsi berefek pada
reseptor antagonis adenosine yang meningkatkan pelepasan neurotransmitter
dopaminergic. Kafein juga mempengaruhi antara Otak dan persimpangan neuromuscular,
serta pada system muskuluskeletal sehingga dapat memfasilitasi rangsangan dan kontraksi.4
Kafein banyak dikonsumsi secara umum di dunia dan biasanya dimanfaatkan untuk
sifat ergogeniknya karena memiliki efek dalam meningkatan kinerja Yang ditunjukkan
pada aktivitas ketahanan, dan kekuatan. Meskipun sudah banyak bukti Yang
menyimpulkan manfaat kinerja yang diinduksi kafein, efek langsung kafein Pada proses
fisiologis perifer belum sepenuhnya diperiksa.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah yang menjadi
perhatian Oleh peneliti dalam penelitian ini adalah "Bagaimana pengaruh Kafein terhadap
kelelahan pada otot. Dan bagaimana cara kerja kafein pada otot"?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui efek kafein pada kelelahan otot pada responden penelitian.
2. Mencari tahu apakah kafein dapat mengurangi kelelahan otot setelah oto berkontraksi
dalam waktu yang lama.
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Mengetahui terjadinya kelelahan otot pada kelompok yang diberikan kafein.
2. Mengetahui perbedaan terjadinya kelelahan otot pada kelompok yang diberikan
perlakuan setelah mengkonsumsi kafein dan sebelum mengkonsumsi kafein.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah
1.4.1 Manfaat Praktis
Dengan mengetahui pengaruh kerja Kafein pada kelelahan otot maka diharapkan untuk
kedepanya mampu mengikis pemikiran atau stigma negatif terhadap pada masyarakat
awam dengan ditemukanya pengaruh kafein terhadap kafein terhadap kelelahan otot
apabila dikonsumsi tidak melebihi batas.
1.4.2 Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan penelitian lanjutan dalam penelitian tentang pengaruh kafein terhadap
kelelahan otot.
1.4.3 Bagi Penelliti
Menambah ilmu dan wawasan serta mampu menggali secara lebih dalam mengenai
manfaat kafein terhadap kelelahan otot dan manfaat positif kafein.

2
BAB II

TINJAUAN PUSAKA
2.1 Kafein
Kafein merupakan bahan makanan alami yang bias didapatkan dari tumbuhan. 5 Kafein adalah suatu
zat xantin alami.6 Kafein adalah suatu perangsang susunan saraf pusat yang paling kuat sehingga
orang yang mendapat asupan kafein tidak begitu merasakan kantuk. 7
Tidak merasa lelah, dan juga dapat membuat orang yang mengkonsumsi berpikir lebih cepat. 8 Efek
ini dapat terjadi jika mengkonsumsi kafein 82-250 mg atau sebanyak 1-3 cangkir kopi. 8
2.1.1 Efek Kafein
Kafein dapat menambah aliran darah karena kafein memiliki efek fisiologis terhadap susunan saraf
pusat dan kardiovaskuler.49 Kafein akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer yang
diikuti dengan peningkatan curah jantung sehingga aliran darah bertambah.
Jika kadar kafein dalam plasma menjadi rendah akan menyebabkan penurunan denyut jantung. 11
Jika kadarnya tinggi akan menyebabkan takikardi bahkan dapat menyebabkan aritmia misalnya
kontraksi ventrikel yang premature pada individu yang sensitif.9 Efek sekresi pada lambung oleh
kafein tergantung pada spesies dan dosisnya. Kafein juga dapat menyebabkan insomnia.9
Mekanusme Kerja Kafein
Kafein yang memblokir reseptor adenosine merupakan mekanisme utama yang mempengaruhi
tubuh, sehingga menyebabkan sekresi katekolamin.10 Adrenalin, dopamine, dan serotonin
mengalami peningkatan.8 ini memberikan efek pada system saraf pusat 13, percepatan aliran darah
karena vasodilatasi pembuluh darah14, serta percepatan denyut jantung.
Mengkonsumsi kafein dalam jumlah 100-300 mg perhari memberikan efek yang menguntungkan
terutama pada ketahanan mental dan fisik.14 berfikir, konsentrasi, dan juga mengurangi kelelahan
dan kantuk. Sekresi asam lambung yang dirangsang oleh kafein dapat bertindak diuretic dan
mempengaruhi proses metabolism dalam tubuh,

3
mempengaruhi proses metabolisme, lipolysis lemak yang lebih intensif dan thermogenensis tubuh.12
Efek negative kafein
Masalah dapat terjadi pada konsumsi kafein yang berlebihan misalnya seperti bau mulut, serangan
jantung, gangguan pencernaan, kecanduan. Pada wanita yang minum 2 cangkir kopi atau lebih
perhari akan meningkatkan resiko pengeroposan tulang.
Penderita diabetes, maag, penyakit jantung dan hipertensi harus mengkonsumsi kafein dengan hati-
hati. Kafein juga dapat menyebabkan insomnia12, mudah gugup, sakit kepala, dan cepat marah.12
Kafein juga dapat memicu serangan jantung dan stroke dengan cara mengeraskan pembuluh darah.
Jika dikonsumsi lebih dari 600mg sehari.
Manfaat Kafein
Kafein dapat membuat tubuh jadi lebih segar, menghambat rasa kantuk, hal ini karena kafein dapat
menyeimbangkan adenosine dalam berikatan dengan reseptornya serta kafein tidak memperlambat
gerak sel tubuh.15 dan sel tubuh lambat laun akan tahan terhadap banyaknya kafein yang terserap
masuk.
2.1.5 Kelelahan dan kontraksi otot
Tersedianya energy dari system energy membuat otot bias berkontraksi. Kontraksi otot dapat
membuat tubuh manusia melakukan berbagai macam pekerjaan. Ini menunjukan otot merupakan
pengubah energy menkanik yang dapat terwujud dalam aktivitas fisik. Otot rangka terdiri atas
sekumpulan serabut fiber bergaris yang bentuk intinya terletak di tepi16 sarkolema yang memiliki
kemampuan untuk menghantarkan impuls ke semua arah termasuk juga melanjutkan penghantaran
ke sepanjang dinding transverse tubule.
Serabut otot memiliki sitoplasma atau sarkoplasma yang mengandung struktur kontraktil atau
cytoskeleton yang memiliki fungsi utama terhadap kontraksi otot rangka. Kinerja otot dapat
dibatasi oleh kelelahan otot yang bersifat local atau menyeluruh. Otot rangka biasanya disebut otot
lurik, adalah organ bergaris yang fungsinya dipengaruhi oleh kemauan.
Karena otot skelet intervensinya dipengaruhi oleh saraf somatic tipe Aα otot rangka memiliki
fungsi utama untuk berkontraksi sehingga anggota tubuh bias bergerak. Menghasilkan panas adalah
salah satu fungsi lain otot rangka.16

4
Selain itu otot rangka juga berfungsi dalam memberi bentuk tubuh serta melindungi organ dalam.
Ketersediaan energy membuat otot dapat berkontraksi.
Mekanisme kontraksi otot rangka
Myofibril adalah struktur kontraktil didalam serabut otot rangka. 17 Myofibril terdiri dari 2 filamen
yaitu aktin yang tipis myosin yang lebih tebal. Ini dapat terlihat pada gambaran mikroskopis
dimana terdapat garis garis gelap dan terang yang disebut I band, A band, H zone, dan Z line.
Sarcomere adalah bagian diantara 2 Z lines.
Filament tebal18 dan tipis yang gelap dimana filament actin membentuk pilihan helix ganda, helix
atau pilihan ganda juga dari molekul tropomyosin dan molekul troponin.
Myosin tipe II atau myosin filament merupakan dobel trimer yang membentuk helix yang terdiri
dari rod/batang, hinge/leher, serta kepala/head dimana bagian head terdapat 2 sisi yang
mengandung myosin ATP-pase disebut regulatory light chain,16sedangkan bagian untuk mengatur
posisi head terhadap rod/hinge disebut dengan alkali light chain. Head myosin tidak terikat pada
saat relaksasi, tapi saat berkontraksi head myosin terikat pada bagian aktif dari filament actin
(binding site of actin). Keadaan kontraksi adalah keadaan dimana menempelnya head myosin pada
actin atau sliding antara actin dan myosin.
Hal ini (kontraksi)terjadi karena filamin actin dan myosin membentuk sebuah interaksi. Dalam
tahap ini ion Ca2+ diperlukan agar terjadi kontraksi 19, untuk mengatasi rendahnya kadar ion Ca2+
didalam sitosol maka diperlukan juga ion Ca2+ dari sarcoplasmic reticulum Cisternae SR yang
merupakan depo Ca2+ dalam proses kontraksi, ini karena kadar di dalam cisternae lebih tinggi
daripada didalam sarcoplasmic reticulum reticulum jauh lebih tinggi daripada di dalam sitosol.
Myofibril dapat berkontraksi apabila mendapatkan ion Ca2+ paling sedikit 10-6 M. untuk
mengeluarkan ion Ca2+ dari Cysterna sangat dibutuhkan potensial aksi yang mencapai triad.
Disepanjang sarkolema dan membrane T tub terjadi hantaran potensial aksi/impuls yang akan
membuka DHP(dihydropyridine) yang merupakan reseptor membrane T tub.

5
Saat DHP terbuka maka ini juga akan merangsang RyR ( Ryanodine reseptor) di membrane
cysterna SR. ion Ca2+ yang masuk kedalam sitosol dalam jumlah banyak ini akan merangsang
terjadinya kontraksi antara actin dan myosin. 16
Kelelahan otot
Suatu keadaan dimana kinerja otot menjadi terbatas. 17 Terdapat kelelahan otot jenis local dan
menyeluruh. Keadaan ini dapat menyertai olahraga endurance maupun olahraga yang memiliki
intensitas tinggi yang berlangsung singkat.3 Kelelahan otot skeletal adalah penurunan kekuatan otot
setelah berkontraksi dalam durasi yang lama, ini berkaitan dengan terjadinya penurunan efisiensi
kontraksi dalam durasi yang lama ini berkaitan dengan terjadinya penurunan efisiensi kontraksi
(rasio output energy mekanik ke input energy metabolic).
Selama melakukan latihan fisik, kelelahan dan penurunan efisiensi kontraksi otot merupakan yang
menjadi penyebab utama intoleransi latihan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan otot
berkontraksi untuk menghasilkan energy yang cukup untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau,
dengan kata lain, kegagalan berkontraksi.
Selama melakukan latihan fisik, kelelahan dan penurunan efisiensi kontraksi otot merupakan yang
menjadi penyebab utama intoleransi dalam latihan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan otot
menyelesaikan suatu pekerjaan atau, dengan kata lain, kegagalan berkontraksi. 19
Mekanisme kelelahan otot
Ketidakmampuan otot untuk mempertahankan kekuatan yang diberikan atau diharapkan individu
yang melakukan aktivitas baik pada olahraga atau aktivitas fisik lainnya disebut dengan kelelahan
otot. Hal ini terjadi apabila otot yang beraktivitas20 tidak lagi merespon dengan tingkat aktivitas
kontraktil yang seimbang.
Habisnya cadangan energy seperti keratin fosfat dan glikogen diperkirakan menjadi factor yang
berperan dalam penumpukan metabolik21 (H+, Pi, dan asam laktat), peningkatan suhu tubuh,
dehidrasi, dan berkurangnya aliran darah ke otot. 19
ATP merupakan sumber energy yang secara langsung digunakan untuk kontraksi otot dan keratin
fosfat dugunakan untuk resintesa ATP.19 Kelelahan otot terjadi ketika simpanan keratin fosfat sudah
habis. Ini akan menyebabkan suplai energy untuk kontraksi

6
otot tidak maksimal sehingga terjadi kelelahan otot.21 Penyebab lainnya adalah penurunan ph
intraseluler.
Asam laktat, yang merupakan hasil dari glikolisis anaerob menyebabkan ph intraseluler menurun
sebesar 0,5 yang nantinya akan mengarah kepada asidosis. Asam laktat yang menyebabkan asidosis
akan diikuti dengan peningkatan ion H+ sehingga menyebabkan kelelahan otot.
Selama respirasi aerobic PDC yang merupakan kompleks 3-protein bertanggung jawab atas
serangkaian reaksi yang mengubah piruvat yang sudah dibentuk dari glikolisis dan akan
terakumulasi dalam sel dan dimetabolisme secara anaerobic menjadi asam laktat.
Akumulasi ini menyebabkan penurunan PH dan secara bersamaan dengan penurunan kontraksi
otot. Selanjutnya, meningkatnya ketergantungan pada produksi energy melalui jalur anaerobic akan
menghasilkan keletihan otot yang terkait dengan PDC. Fungsi PDC menyebabkan overutilisasi
dehydrogenase sesuai dengan penelitian lainnya. Misalnya, Murrogh dkk Melaporkan secara
signifikan tingkat laktat yang lebih tinggi pada cairan cerebrospinal ventrikel pada pasien CFS/ME
bila dibandingkan dengan yang sehat.20
Kelelahan otot local
Akumulasi produk asam laktat didalam otot dan darah saat mengikuti latihan fisik berintensitas
tinggi dan berlangsung singkat. Mekanisme resintesa energy berpengaruh (ATP) banyak pada
terjadinya kelelahan otot lokal.21 Fast twitch lebih banyak berperan selama kontraksi pada aktivitas
fisik atau atau olahraga berintensitas tinggi.
Serabut otot FT (fast twitch) lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan19 serabut otot
ST (slow twitch) hal ini disebabkan kemampuan system anaerobic pada FT mempunyai
kemampuan yang lebih tinggi dengan system aerobic yang rendah, ini membuat produksi asam
laktat jadi berlimpah karena cepatnya pembentukan asam laktat. Sehingga kelelahan otot lebih
cepat terjadi.
Hipotesis
Peneliti berpendapat bahwa penggunaan kafein dapat menambah durasi kontraksi otot dan
menghambat terjadinya kelelahan otot.

7
Gambar 2.3 Kerangka Teori

peningkatan
kafein
Efek langsung keasam
ketersediaan
berperan dalam
dalamlemak
bagianbebas
dalam transport ion
meningkatkan
system saraf pusat (termasuk transport
oksidasi
yang lemak dalam
mempengaruhi ion Ca2+ ) dan efek
otot dan
aktivasi menurunkan
neural langsung terhadap
oksidasi karbohidrat
kontraksi otot , termasuk enzim-
(fase aerob) enzim yang
mengatur
sehingga pelepasan glikogen

meningkatkan
performa latihan dan
mengurangi kelelahan
otot yang akan dialami
setelah kadar timbunan
karbohidrat
Sumber : Medical Journal Of Lampung University(glikogen)
( Saragih, 2016 )
yang merupakan
Gambar 2.4 Kerangka Konsep substrat pembentukan
Kerangka konsep merupakan suatu landasan berpikir yang menggambarkan variable variable yang
energi mencapai kadar
akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang telah dibuat. Kerangka dalam penelitian ini adalah
suatu penyederhanaan dari kerangka teori yang
yang akan disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu
rendah
adakah pengaruh kafein terhadap kelelahan otot.

Dependen Independen

Kafein Kelelahan Otot

8
BAB III

METODE PENELITIAN
Jenis dan rancangan penelitiaan
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental yang menggunakan metode
post test only controlled grup design atau post test atau post test kelompok control untuk mengukur
variabel dependen (kelelahan otot) yang didasari oleh perlakuan terhadap subjek penelitian.
Serta nanti akan dicari apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kedua variabel independen
( kafein ) dan variabel dependen ( kelelahan otot ). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan secara cross sectional karena pada penelitian ini variabel independen dan
dampaknya ( variabel dependen ) akan diobservasi pada saat yang sama sehingga subyek
penelitian, faktor resiko dan dampaknya nanti akan diukur berdasarkan keadaan dan status para
subjek penelitian yang telah mendapatkan perlakuan pada saat observasi.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Fisiologi milik Fakultas Kedokteran Abulyatama
desa Lampoh Keudee Kabupaten Aceh besar dan direncanakan penelitian ini akan dilakukan
selama 6 bulan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah mahasiswa FK Abulyatama yang bersedia dan juga memenuhi kriteria
eksklusi dan inklusi yang sudah ditentukan oleh peneliti.
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mashasiswa FK Abulyatama yang berjumlah 10 orang
mahasiswa dari angkatan 2015.
Sampel Peneliitian
Dalam penelitian kali ini menggunakan total sampling dimana dalam populasi yang kurang
jumlahnya dari 100 orang semua populasi dapat diambil menjadi sampel. Jumlah populasi dari
mahasiswa FK Abulyatama dari angkatan 2015 sendiri berjumlah 73 orang dan yang akan dijadikan
sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 orang laki laki sebagai sampel penelitian.

9
Analisis Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini peneliti mengambil responden sebanyak 10 mahasiswa Fakultas Kedokteran
Abulyatama dari angkatan 2015 berjenis kelamin laki – laki. Serta responden yang dipilih juga
harus bebas dari gangguan kardiovaskuler, respirasi, muskuluskeletal dan juga berusia 21 – 22
tahun.
Alasan peneliti memilih laki laki dan bukannya perempuan adalah karena kopi rata – rata
dikonsumsi oleh laki – laki sehingga akan lebih mudah untuk menemukan responden.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi dan Eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap masing-masing
anggota populasi yang akan dijadikan sampel.
Kriteria Inklusi :
Mahasiswa FK Abulyatama dari angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki laki dengan jumlah 10
orang Mahasiswa Abulyatama yang bersedia menjadi responden Kriteria Eksklusi :
Mahasiswa dengan gangguan pada system kardiovaskuler Mahasiswa dengan gangguan pada
system respirasi Mahasiswa dengan gangguan pada system muskuluskeletal Mahasiwa berjenis
kelamin perempuan
Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang bisa berbentuk apa saja, yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 variabel yaitu kelelahan otot sebagai variabel dependen
( terikat) dan kafein sebagai variabel tidak terikat (independen).
Variabel dependen ( terikat )
Variabel dependen adalah kelelahan otot. Kelelahan otot adalah berkurangnya kemampuan proses
kontraksi dan metabolik serat-serat otot untuk terus memberi hasil kerja dalam waktu yang lama.
Kelelahan otot dan penurunan efisiensi kontraksi otot merupakan yang menjadi penyebab utama
intoleransi latihan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan otot berkontraksi untuk
menghasilkan energy yang cukup. Atau dalam kata lain, kegagalan berkontraksi.

Variabel bebas ( independen )


Variabel independen dalam penelitian ini adalah kafein. Kafein merupakan sejenis senyawa kimia
jenis alkaloid yang secara alami terkandung pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama the (1-
4,8%), kopi (1-1,5%), dsn biji kola ( 2,7-36%). Kafein biasanya diproduksi secara komersial
melalui ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi
kafein bertujuan untuk memenuhi bumbu pada berbagai industri makanan. Kafein ditemukan oleh
seorang kimiawan jerman, Friedrich Ferdinand Runge, pada tahun 1820. Dia menciptakan istilah
“kaffein” sebagai suatu senyawa kimia dalam kopi, yang dalam bahasa inggris diserap menjadi
“kafein”.
Instrumen dan alur penelitian.
Alat yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian kali ini adalah accutrand untuk mengukur kadar
asam laktat responden penelitian serta laboratorium fisiologi sebagai tempat dilakukannya
penelitian. Bahan yang dibutuhkan oleh peneliti adalah kopi, air.
Alur penelitian kali ini, sebelum melakukan penelitian peneliti akan membuat surat ijin penelitian.
Kemudian akan dilakukan pengambilan sampel dengan jumlah yang sesai. Peneliti juga akan
melakukan wawancara dengan calon responden untuk memastikan ketersediaan responden untuk
ikut serta dalam penelitian.

10
Gambar 3.7 Bagan alur penelitian

Menentukan Populasi Penelitian


Mengukur Hasil
Pengamatan

Wawancara

Pengambilan Sampel Sesuai Kriteria Penelitian Inklusi

Melakukan Penelitian

11
3.8 Definisi Operasional

Variabel Definisi Skala


No Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Dependen Operasional Ukur

Kopi diukur
Kafein memblokir
dengan
reseptor adenosin Hasil ukur
timbangan lalu
1. sehingga kopi
dimasukan
menyebabkan Timbangan didapatkan
Kafein kedalam Nominal
sekresi elektrik dengan
gelas 240ml
katekolamin yang rumus
untuk kemudian
berefek pada 3xkg/bb
diminum oleh
ketahanan otot
para responden

No Variabel Definisi Skala


Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Independen Operasional Ukur

Kondisi dimana
ketidakmampuan Hasil
Kadar asam
proses konsentrasi
laktat setiap
kontraksi dan asam
Kelelahan responden
2. metabolic pada Accutrand Nominal laktat akan
otot diukur
serat- serat otot terlihat
dengan
untuk memberi pada
accutrand
hasil kerja yang accutrand
sama

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu apakah efek ergogenic kafein yang terkandung di
dalam kopi dapat memperlama durasi kontraksi otot setelah melakukan aktivitas fisik. Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 orang responden yang dipilih oleh peneliti menggunakan
metode total sampling kemudian setiap sampel akan diuji kelelahan ototnya dalam keadaan
sebelum mengkonsumsi kafein dan juga sesudah mengkonsumsi kafein.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kopi sebagai bahan penelitian. Secara teori sifat
ergogenic akan mencegah kelelahan otot pada otot yang terjadi karena peningkatan konsentrasi
asam laktat yang terjadi setelah penggunaan otot atau kontraksi terus menerus dengan intensitas
yang tinggi dan kafein berefek pada peningkatan pelepasan neurotransmitter dopaminergic karena
berefek pada reseptor adenosine.
Untuk kadar kafein yang diberikan kepada responden, peneliti menyesuaikan kadarnya dengan
berat badan para responden penelitian. Peneliti menggunakan perhitungan 3 x kg/bb untuk
mendapatkan takaran kopi yang sesuai lalu kopi dicampur dengan 240ml air. Sedangkan kadar
asam laktatnya diukur menggunakan accutrand.
Durasi yang diberikan oleh peniliti kepada para responden untuk berlalri di atas treadmill adalah
selama 10 menit. Sebelum minum kopi dan sesudah minum kopi. Pada percobaan petama para
responden berlari di atas treadmill tanpa mengkonsumsi kopi dengan durasi setiap responden
selama 10 menit lalu kadar asam laktat diukur menggunakan alat accutrand setelah itu pada
percobaan kedua para responden diminta untuk meminum kopi yang sudah dicampur dengan air
dan para responden kembali berlari di treadmill dengan durasi 10 menit dan kembali di ukur kadar
asam laktatnya.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan hasil yang berpengaruh terhadap adakah pengaruh kafein
terhadap kelelahan otot. Berbeda dari penelitian – penelitian sebelumnya.

13
Tabel 4.1 Pengaruh kafein terhadap kelelahan otot
Kadar asam laktat pada keadaan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan

Kadar Kadar
asam asam
Kadar Kopi laktat Durasi laktat Durasi
( mg ) sebelum ( menit ) setelah ( Menit )
konsumsi konsumsi
kopi kopi
( mmo/L ) ( mmol/L )
195 1,9 3,1
240 2,4 3,8
165 1,7 3,0
165 2,1 3,6
180 1,7 10 2,5 10
195 1,6 2,8
201 1,6 3,5
174 1,8 2,5
234 2,0 2,7
183 1,9 3,0
Kadar kopi yang diberikan sesuaikan dengan berat badan para responden lalu bubuk kopi
dicampurkan dengan air 240ml. contoh pada sampel pertama didapatkan 195mg yang merupakan
takaran kopi yang aman dikonsumsi.
Takaran ini didapatkan dari perhitungan 3 x 65kg/bb dimana berat badan responden adalah 65kg.
Pada tabel di atas didapatkan hasil sebelum tes menggunakan kafein hanya ada 3 responden yang
meningkat kadar asam laktatnya melebihi 1mmol/L. dimana dalam satuan ukur m mol/L batas nilai
asam laktat normal adalah 2,0 mmol/L.

14
Tabel 4.1.1 Besarnya Pengaruh kafein terhadap kelelahan otot

R korelasi R square Adjusted R square Std. Error of the Estimate

Pada penelitian ini kafein pada responden sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Peneliti berpendapat ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian ini. Kemungkinan adalah tes fisik yang ringan bagi para responden.
Ini dapat dilihat dari nilai Adjusted R dimana apabila nilai ini semakin mendekati 0 maka pengaruh
akan semakin besar.
Tabel 4.1.2 Pengaruh kafein terhadap kelelahan otot menggunakan anova

Model Sum Of df Mean F Sig


Square Square
Regression 3672.370 2 1836.185 2.332 .167b
Residual 5551.230 7 787.319

Total 9183.600 9
Annova adalah metode pada eksperimen dimana dilakukan pada penelitian yang berbeda kelompok
dengan 1 variasi atau variasi yang homogen. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Annova
karena menguji kopi yang diminum berbeda takarannya. Pada penelitian ini semua responden
minum kopi, serta mendapatkan perllakuan yang sama hanya takaran kopinya saja yang berbeda.

15
Tabel 4.1.3 Pengaruh Kafein terhadap kelelahan otot menggunakan coefficients Variable Asam
Laktat Constant t Sig Sebelum
minum kopi 82,76 .501
38,236
Sesudah
Tabel 4.2 Karakter RespondenPengaruh
kafein terhadap kelelahan otot

Responden Usia Berat Badan


A 21 65
B 21 80
C 21 55
D 21 55
E 21 60
F 21 65
G 21 67
H 21 58
I 21 78
J 21 61
minum kopi -1,916 1.842 .940 1.842 .940
Nilai konstanta negatif (-1,916 ) pada uji spss menunjukan pengaruh negative
variabel independen ( kafein ).

16
Uji Statistik
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji regresi linier berganda untuk menguji pengaruh
antara variabel satu dengan variabel yang lain. Disini peneliti menggunakan uji regresi linier
berganda.
Peneliti melakukan pengujian menggunakan uji regresi linier berganda untuk melihat pengaruh
secara simultan maka pengambilan keputusan menggunakan nilai Sig. apabola Sig > 0,05 maka Ho
adalah diterima. Apabila Sig adalah < 0,05 maka Ho adalah ditolak.
Pembahasan
Penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang diketahui efek ergogenic untuk
mempertahankan kemapuan aerobic. Dalam mekanismenya efek kafein mampu menghemat
penggunaan glikogen otot dan glikogen hati pada tahap awal saat olahraga baru berlangsung.
Penghematan glikogen otot dan hati yang digunakan dapat terjadi karena penggunaan asam lemak.
Ini menyebabkan peningkatan cadangan energi dan efeknya membuat aktivitas otot mampu
bertahan lebih lama.
Kadar kafein baru bias mencapai puncak didalam tubuh setelah 60 – 90 menit.Namun pada
penelitian ini peneliti memberikan kafein 10 menit sebelum uji kekuatan fisik sehingga efek kafein
belum terjadi karena kafein belum dicerna sepenuhnya didalam tubuh. Hal ini membuat efek
ergogenic kafein tidak terjadi.

17
Hambatan dalam penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa hambatan kecil seperti dalam pencarian responden. Karena
pengujian ini melibatkan aktivitas otot selama 2 kali yaitu sebelum konsumsi dan sesudah
konsumsi kafein sebelumnya ada banyak calon responden yang menolak. Dan juga karena
penggunaan kopi sebgai zat yang digunakan dalam menguji efek ergogenic kafein banyak juga
calon responden yang sebelumnya dari kalangan mahasiswi menolak menjadi responden karena
rasa kopi yang pahit.
Serta ada juga yang menolak menjadi responden dikarenakan pengambilan darah. Accutrand yang
merupakan alat uji kadar asam laktat memerlukan media darah untuk di uji sama seperti pengujian
kadar guka darah. Beberapa mahasiswa baik laki laki maupun perempuan menolak menjadi
responden dikarenakan takut dengan jarum.
Tabel 4.5 Alat dan bahan

Alat Jumlah Bahan jumlah


Accutrand 1
Accucheck strip 22
Treadmill 2 Kopi Bubuk 380 gr
Alcowol swap 24
Lancet 20 Air mineral 4,5 L
Lancing device 1
Gelas 240 ml 10

18
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian kali ini peneliti hanya menggunakan menggunakan jeda waktu 10
menit untuk setiap sampel. Sehingga hasil yang maksimal belum dapat dicapai. Sedangkan kafein
butuh waktu minimal 60 menit untuk dicerna dalam tubuh.
Sedangkan tes kemampuan fisik untuk memaksimalkan produksi asam laktat dalam tubuh belum
bias tercapai dengan sempurna dikarenakan waktu yang peneliti berikan begitu singkat yaitu hanya
10 menit untuk melakukan lari menggunakan treadmill. Pada percobaan pertama dan kedua para
responden mengaku belum mencapai batas maksimalnya untuk berlari di atas treadmill.
Sehingga tidak didapatkan hasil yang mendukung hipotesa peneliti pada penelitian kali ini.
Didalam uji regresi linier berganda didapatkan nilai signifikasi > 0,05 yang merupakan batas cut off
dalam uji tersebut.
Saran
Bagi peneliti
Dalam penelitian eksperimental ini sangast penting untuk memanfaatkan waktu semaksimal
mungkin. Terutama dalam pemberian perlakuan terhadap responden.
Bagi masyarakat umum
Walaupun penelitian kali ini tidak didapatkan hasil yang mendukung hipotesa dan berbeda dari
pnelitian sebelumnya namun pada penelitian yang lain didapatkan bukti yang mendukung bahwa
kafein dapat menghambat kelelahan otot pada atlet. Serta menurut komite olimpiade internasional
batas minimal kafein di urin tidak boleh melebihi 12 mikrogram. Kafein juga menyebabkan
gangguan tidur, tremor, dan memiliki efek negative pada sistem pencernaan. Baiknya kafein
dikonsumsi dengan bijak.

19
DAFTAR PUSTAKA
l . Kumairoh S, Terhadap Kelelahan Otot Anaerob. 2014:1—25.

Hall J. FISIOLOGI GUYTON. Edisi 9. (Kusumah, Widjadjah, M, Tanzil A, ed.). Jakarta:


EGC; 2002.

Massa I, Dan T. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro Tahun


2011. 2012:1—18.

Ruiz R, Ramos SDP, Pinge Moraes SF De, Polito M. Kafein and physical training: effects
on cardiac morphology and cardiovascular response. Rev Assoc Med Bras.
doi•.10.1155/2010/834060.

Yonata A, Gratia D, Saragih P, et al. Pengaruh Konsumsi Kafein pada Sistem


Kardiovaskular. 2016;5(September):43—49.

Nandatama SR, 11mu F, Dan K, Semarang UM. http://lib.unimus.ac.id. 2016.

Tallis J. Effects of physiological kafein concentration on isolated skeletal


muscleforcepowerandfatigueresistance.2013.https://curve.coventry.ac.uk/open/file/4 56841
df81684338987761b3ec64de52/1/Ta11is2013.pdf.

Kedokteran F, Andalas U. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. doi:


10.1086/513446.1ijima.

Ruzaidi RA. Efek Kafein Terhadap Kejadian Tremor Tangan pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan Tahun 2010. 2014.
http://repository.usu.ac.id/hand1e/123456789/40525.

Cordingley DM, Bell GJ. Kafein Alters Blood Potassium and Catecholamine
Concentrations but not the Perception of Pain and Fatigue with a 1 km Cycling Sprint. Int J
Kinesiol Sport Sci. 2016;4(3).doi: 10.7575/aiac. ijkss.v.4n.3p.1.

11 Snel J, Lorist MM. Effects ofkafein on sleep and cognition. Vol 190. 1 ed.SevierB.v,;2011. doi:
10.1016/13978-0-444-53817-8.00006-2,12 Liveina, Attini. Pola konsumsi dan efek samping
minuman mengandung kafein pada mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. 2014;3(4):1—12.

Goldstein ER, Ziegenfuss T, Kalman D, et al. International society of sports nutrition


position stand: Kafein and performance. J Int Soc Sports Nutr. doi: 10.1186/1550-2783-7-
5.14. Kalmar JM, Cafarelli E. Effects of kafein on neuromuscular function. J Appt Physiol
doi:10.1016/j.jns.2015.02.031.

Wang CS, Chui TH. Kafein and a selective adenosine A2A receptorantagonist induce
sensistization and cross-sensitization behavior associated with increased

20
striatal dopamine in mice. J Biomed Sci. 2010; 17:1—29. doi:10.1186/1423-0127- 17-4.

Wangko S. JARINGAN OTOT RANGKA Sistem membran dan struktur halus unit
kontraktil. J Biomedik. 2014;6(11):S27-32.

Tong J. Physiological Studies of Muscle Fatigue. 2016;(Eeres).

Clarke B. Normal bone anatomy and physiology. Clin J Am Soc Nephrol. suppl 3:131-139.
doi: 102215/CJN.04151206.

Grassi B, Rossiter HB, Zoladz J a. Skeletal Muscle Fatigue and Decreased


Efficiency.ExercSportSciRev.2015;42(2):7583.doi:10.1249/JES.000000000000004 3,

Rutherford G, Manning P, Newton JL. Understanding Muscle Dysfuction in Chronic


Fatigue Syndrome. 2016;2016

Ishii H, Nishida Y. Effect of Lactate Accumulation during Excersice-induced Muscle


Fatigue on the Sensorimotor Cortex. J Phys Ther Sci. 2013;25(12):1637- 1642.
Doi:10.1589/jpts.25.1637.

Saragih, A. Y. (2016). pengaruh konsumsi kafein pada sistem kardiovaskular.


pengaruh konsumsi kafein pada sistem kardiovaskular, 47.

21
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Pengolahan data dengan uji Regressi Linier Berganda Regression
Notes
Output Created 27-JUN 2018 20:00:31

Comments Active Dataset Dataset1

Input Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File User-defined missing values

Missing Value Definition of Missing Treated as missing.

Handling Statisics are based on cases with

Cases Used no missing values for any

variable used

Syntax REGRESSION

/DESCRIPTIVE MEAN STDDEV CORR SIG N


/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R

ANNOVA ZPP

24
/CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT Berat

/METHOD=ENTER
KEKUATAN1 KEKUATAN2.

00:00:00.06
Resources Processor Time Elapsed
Time Memory Required 00:00:00.23
Additional Memory
Required for Residual 2896 bytes
Plots

0 bytes

25
Lampiran 2 : Hasil Pengolahan data dengan uji Regressi Lnier Berganda [DataSet1]
Descriptive Statistics

Std.

Mean Deviation N

Berat Badan 187.2000 31.94370 10


Kekuatan Sebelum 1.8700 .2496 10

Kekuatan Sesudah 3.0500 .45522 10

Correlations

Kekuatan Kekuatan
sebelum
Berat Badan Sesudah

Parson Correlation Berat Badan 1.000 -632 .330


Kekuatan Seblum .632 1.000 .552

Kekuatan Sesudah .330 .552 1.000

Sig.(1-tailed) Kelelahan Otot . .025 .176


Kekuatan Sebelum .025 . .049

Kekuatan Sesudah .176 .049 .

N Berat Badan 10 10 10
Kekuatan Sebelum 10 10 10

Kekuatan Sesudah 10 10 10

26
Lampiran 3 : Hasil Pengolahan data dengan uji Regressi Linier Berganda
Variables Entered/Removed

Variables Variables

Model Entered Removed Method

1 Kekuatan
Sesudah, Variable yang Enter

Kekuatan dipindahkan

Sebelumb

Dependent Vriable : Kelelahan Otot


All requested variables entered.
Informasi tentang Variabel apa saja yang harus dimasukkan.

Model Summary

Adjusted
Square Lebih
Model R Korelasi R Square Std. Error of the
tepat
Alternatif Estimate

(63,2%).63 (40%).40 Makin dekat 0


1 2a 0 (22,8%).228 Makin akurat
28.05920

27
Lampiran 4 : Hasil Pengolahan data dengan uji Regressi Linier Berganda
ANOVA

Sum of Mean Square


Squares
Model df F Sig.

1 Regression 3672.370 2 1836.185 2.332


Residual
.167b
5511.230 7 787.319 Dibawah 0,05
berpengaruh
Total
9183.600 9

28
Lampiran 5 : Hasil Pengolahan data dengan uji Regressi Linier Berganda
Coefficientsa

Unstandardized Standardiz Correlations


Coefficients ed
Coefficien
Model ts t Sig.

Std. Error Zero-


B Beta Partial Part
order

(Constant) 38.236 76.245 .501 .631

Kekuatan 82.786 44.940 .647 1.842 0,05/ .632 .571 .539


sebelum .108

Kekuatan - 1.916
Sesudah
24.648 -027 -078 .940 .330 -029 -023

Lampiran 6 : Daftar Istilah

29
A band : Filamen tebal pada otot yang tampak lebih gelap pada ukuran mikroskopis
Accutrand : Perangkat kesehatan yang digunakan untuk mendeteksi faktor resiko utama
penyakit kardiovaskular (CVD), LDL, HDL, trigliserida, dan asam laktat.
Adrenalin :   Hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak
tubuh..
aktin : Filamen tebal pada otot yang tampak lebih terang pada ukuran mikroskopis.
alkaloid xantina : Alkaloid yang biasa digunakan untuk efeknya sebagai stimulan r
ingan  dan meningkatkan kewaspadaan sisstem saraf pusat.
Annova : Anova adalah sebuah analisis statistik yang menguji perbedaan rerata antar grup.
Grup disini bisa berarti kelompok atau jenis perlakuan.
aritmia : Gangguan pada irama jantung.
asam laktat : Sisa metabolisme tubuh yang dihasilkan pada sel otot dan sel darah merah.
asidosis : Kondisi yang terjadi Ketika kadar asam di tubuh sangat tinggi.
cerebrospinal ventrikel : Ruangan ( rongga) pada otak yang berisi cairan.
CFS/ME : Sindrom kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome/CFS) adalah kondisi
medis kompleks yang ditandai dengan kelelahan atau capek yang ekstrem dan tak kunjung hilang,
biarpun pasien telah banyak tidur.
Cytoskeleton :   Jaring berkas-berkas protein yang terdapat di dalam sitosol dan mengelilingi inti
sel (nukleus) yang menyusun sitoplasma eukariota. Sitoskeleton memiliki peranan penting dalam
pengorganisasian struktur dan aktivitas sel.
DHP : Dihidropiridin yaitu reseptor yang berperan pada proses kontraksi otot.
diabetes : Penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar gula
(glukosa) darah.
dopamine : Dopamin adalah zat kimia di dalam otak yang bisa meningkat kadarnya saat
seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan.
Eksklusi : Kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak bisa dijadikan sebagai sampel
penelitian.
ergogenic : Zat yang dapat meningkatkan produksi energi.
Fast twitch : Tipe otot yang memiliki serat otot yang berkonteraksi relatif cepat dan
menghasilkan energi secara anaeribic atau tanpa menggunakan oksigen.
glikogen : Bentuk cadangan glukosa yang akan digunakan tubuh sebagai energi.
hipertensi : Kondisi kronis di mana tekanan darah meningkat.
H zone : Bagian dari Sarcomere.
I band : Filamen tipis yang terlihat lebih terang pada otot dalam ukuran
mikroskopis.
Kriteria Inklusi : Kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
insomnia : Suatu keadaan dimana penderitanya mengalami kesulitan untuk tidur.
karbohidrat :   Zat gizi yang berfungsi sebagai sumber energi untuk tubuh.
kardiovaskuler. : Jantung dan sistem peredaran darah, hubungan antara keduanya dan
gangguan antara keduanya.
Katekolamin : Katekolamin adalah kelompok hormon yang berperan dalam respons stres
dan mekanismr fight or flight. Katekolamin juga berperan sebagai neurotransmitter, yakni senyawa
kimia yang berperan dalam penyampaian sinyal di otak.
keratin fosfat : Keratin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal

30
aktivitas kontraktil.
maag : Rasa nyeri pada lambung yang diakibatkan oleh peningkatan kadar asam lambung.
0 mmol/L : Mmol merupakan satuan nilai mol yang diperoleh dari hasil perhitungan Molaritas
Larutan dikalikan Volume larutan dimana satuan volume yang digunakan dalam satuan mililiter
(mL).
molekul tropomyosin : Tropomiosin merupakan protein fibrosa yang terdiri atas dua buah rantai,
alfa dan beta tropomiosin, yang melekat pada F-aktin dalam alur antar filamen.

molekul troponin : Troponin , atau kompleks troponin , adalah kompleks dari


tiga protein pengatur troponin C , troponin I , dan troponin T ) yang merupakan bagian integral
dari kontraksi otot.
Myofibril : Unit penting pada otot rangka sebab mengandung protein kontraktil yang
memungkinkan otot berkontraksi .
myosin : Miosin adalah bagian dari protein motor berbasis ATP yang antara lain
berperan dalam kontraksi otot serta beragamproses motilitas berbasis aktin 
myosin ATP-pase : Enzim dengan nama sistematis ATP fosfohidrolase (translokasi
aktin).
Myosin tipe II : Myosin yang bertanggung jawab untuk menghasilkan pontraksi di sel-sel
otot.
muskuluskeletal : Sistem tulang dan otot, hubungan antara keduanya dan gangguan antara
keduanya
neurotransmitter dopaminergic : Senyawa kimia yang berperan sebagai penghantar stimulus (pesan
berupa rangsangan) ke sel saraf, baik di otak maupun di otot.
oksidasi : Senyawa kimia yang berperan sebagai penghantar stimulus (pesan berupa
rangsangan) ke sel saraf, baik di otak maupun di otot.
ph intraseluler : Ukuran keasaman atau kebasaan cairan intraseluler.
psikoaktif : Segala bentuk zat kimia yang memiliki efek spesifik terhadap susunan
syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
reseptor : Molekul protein yang menerima sinyal kimia dari luar sel.
reseptor antagonis adenosine : Penghambat adenosin.
Respirasi aerobic : Reaksi katabolisme yang memerlukan suasana aerobic dengan proses
keberadaan oksigen (O2) sangat dibutuhkan yang menghasilkan energi
dengan jumlah yang besar.
resintesa ATP : Penyediaan kembali energi dalam bentuk Atp sebagai pengganti Atp yang telah
berkurang.
Ryanodine reseptor : Saluran kalsium intraseluler  yang dapat dirangsang seperti otot dan
neuron.
Sarcomere : Unit fungsional terkecil dari jaringan otot lurik..

saraf somatic : Berperan membawa informasi motorik maupun sensorik ke dan dari saraf
pusat.
sarkoplasma :   Sitoplasma pada otot yang terdiri dari  dan terpendam dalam serat otot.
sarcoplasmic reticulum Cisternae SR :  Membran struktur -bound ditemukan dalam sel-sel
otot yang mirip dengan reticulum endoplasma halus di sel lain. 
sekresi :   Proses untuk membuat dan melepaskan substansi kimiawi yang dilakukan

31
oleh sel tubuh dan sel. 
serotonin : Suatu neurotransmitter monoamino yang disintesiskan pada neuronneuron
serotonergis dalam sisten saraf pusat dan sel -sel enterokromafin dalam saluran
pencernaan. Hormon ini dipercaya sebagai pemberi rasa nyaman dan senang.
sitoplasma : Sitoplasma adalah bagian sel yang terbungkus membran sel pada
sitoplasma terdapat sitoskeleton, berbagai organel dan vesikuli, serta sitosol yang berupa cairan
tempat organel melayang-layang di dalamnya.
stroke : Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik).
slow twitch : Otot yang berkontraksi kurang cepat dan melepas energi secara bertahap.
Takikardi : Takikardia adalah keadaan di mana detak jantung melebihi 100 kali per
menit.
thermogenensis : Thermogenesis adalah produksi panas yang terjadi setelah makan, yang
berperan dalam meningkatkan laju metabolik tubuh, yang akan meningkatkan pengeluaran energi.

transverse tubule : Invaginasi dari membran eksternal sel otot rangka dan jantung, yang kaya
akan saluran ion yang penting untuk perpasangan eksitasi-kontraksi.
vasodilatasi : Vasodilatasi adalah pelebaran pembuluh darah akibat rendahnya oksigen atau
peningkatan suhu tubuh.
Z line : Struktur miofilamen berupa garis padat yang menonjol.

32

Anda mungkin juga menyukai