Anda di halaman 1dari 95

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SEBELUM DAN

SESUDAH BEKAM DI KLINIK PONDOK SEHAT AL-


WAHIDA BANJARMASIN

Skripsi

OLEH

MUHAMMAD SHADIQ AULIA RAHMAN


15142013106

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
PERBEDAAN GULA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH
BEKAM DI KLINIK PONDOK SEHAT AL WAHIDA
BANJARMASIN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi S.1 Keperawatan

OLEH

MUHAMMAD SHADIQ AULIA RAHMAN


15142013106

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017

1
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul Perbedaan Gula Darah Sebelum dan Sesudah Bekam di
Klinik Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin oleh Muhammad Shadiq Aulia
Rahman, NPM 15142013106 telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing, dan
akan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Seminar Skripsi Program Studi
S.1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin

Banjarmasin, Januari 2017

Pembimbing 1

Nurhikmah, SST.,MPH
NIK.013.006.097
Pembimbing 2

Sukarlan, S.KM.,M.Kes
NIP.196404271988031013

Mengetahui
Kaprodi S.1 Keperawatan

Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep


NIK.033.002.002
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini oleh:


Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman
NPM : 15142013106
Judul Skripsi : Perbedaan Kadar Gula darah Sebelum dan Sesudah Bekam Di
Klinik Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.
Telah melaksanakan ujian skripsi pada tanggal 17 Januari 2017, dan dinyatakan
berhasil mempertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
persyaratan untuk mendapatkan gelas sarjana keperawatan pada Program Studi
S.1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
DEWAN PENGUJI:

3
PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman
NPM : 15142013106
Prodi : S.1 Keperawatan
Judul skripsi : Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Bekam Di
Klinik Pondok Sehat Al-Wahida Banjarmasin

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil karya cipta
saya sendiri dan bukan flagiat, begitu pula hal yang terkait di dalamnya baik
mengenai isinya, sumber yang dikutip/dirujuk, maupun teknik dalam pembuatan
dan penyusunan skripsi ini.

Pernyataan ini akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya, apabila di kemudian


hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya cipta saya atau flagiat atau
jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut berdasarkan
UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 25 (2) dan Pasal
70.
Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : September 2016

Saya yang menyatakan,

Muhammad Shadiq Aulia Rahman

Kutipan UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:


Pasal 25 (2) : Lulusan Perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti
merupakan jiblakan akan dicabut gelarnya

Pasal 70 : Lulusan Perguruan Tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk


mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiblakan
dipidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidanan denda
paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)

4
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tanfan di bawah ini:

Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman


NPM : 15142013106
Prodi : S.1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Sebagai civitas akademika Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, yang turut serta mendukung pengembangan
ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Hak
Bebas Royalti atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH


BEKAM DI KLINIK PONDOK SEHAT AL-WAHIDA BANJARMASIN

Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini maka, Universitas Muhammadiyah


Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan mempunyai kebebasan
secara penuh untuk menyimpan, melakukan editing, mengalihkan ke
format/media yang berbeda, melakukan kelolaan berupa database, serta
melakukan publikasi tugas akhir saya ini dengan pertimbangan tetap
mencantumkan nama penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta dengan segala
perangkat yang ada (bila diperlukan).
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : September 2016

Saya yang menyatakan,

Muhammad Shadiq Aulia Rahman

5
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

Skripsi, Januari 2017

Muhammad Shadiq Aulia Rahman


15142013106

Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Bekam di Klinik


Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin

Abstrak
Cupping (bekam) merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan
dalam perawatan dan pengobatan berbagai masalah kesehatan diantaranya:
Penyakit darah seperti hemofili dan hipertensi, Penyakit reumatik mulai dari
artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung, migren, gelisah/anxietas dan
masalah fisik umum maupun mental. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbedaan gula darah sebelum dan sesudah terapi bekam pada laki-laki usia
dewasa di klinik Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.
penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan desain penelitian pre
and post test without control pada 50 responden yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi yang diperoleh secara accidental sampling. Variabel penelitian ini
adalah kadar gula darah, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan gluco
dr auto dan lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan paired
T-test dengan tingkat dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hasil penelitian
didapatkan sig. Paired sampel test = 0,002 dimana rata-rata tekanan darah pada
saat sebelum bekam adalah 115,40 mg/dl dan sesudah bekam 133,54 mg/dl,
ketidak berhasilan bekam juga banyak di pengaruhi proses dalam tubuh seperti
stress, ketakutan dan lain-lain. Diharapkan bagi masyarakat dan dunia medis dapat
menggunakan terapi beam sebagai salahsatu terapi komplementer dalam
menurunkan dan meningkatkan kadar gula dara
Kata kunci: kadar gula darah, dan terapi bekam
Daftar Rujukan: 26 (2008-2015)
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala


petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, banyak
kelemahan dan kekurangan sehubungan dengan keterbatasan dan kemampuan
penulis, namun berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan perhatian dari berbagai
pihak, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Untuk itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan


rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak, Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag sebagai rektor Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Bapak, M. Syafwani, S.Kp., M.Kep.Sp.Jiwa, sebagai dekan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
3. Ibu, Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep, sebagai kaprodi S.1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
4. Ibu, Nurhikmah, SST.,MPH, sebagai pembimbing 1.
5. Bapak, Sukarlan, S.KM.,M.Kes, sebagai pembimbing 2.
6. Bapak Yustan Azidin, Ns., M.Kep sebagai penguji 3

7. Kepada seluruh dosen dan civitas akademika Universitas Muhammadiyah


Banjarmasin.
8. Bapak, Muhammad Hidayatullah selaku Manajer Klinik Pondok Sehat Al
Wahida Banjarmasin dan juga kepada semua karyawan Klinik Pondok
Sehat Al Wahida Banjarmasin.

7
9. Orang tua saya yang tersayang dan adik-adik saya yang tercinta yang
selalu mencurahkan doa, memberikan semangat dan kasih sayangnya
dengan tulus ikhlas untuk keberhasilan penulis.
10. Kepada responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
11. Teman-teman mahasiswa/i Program Studi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin yang selalu memberikan semangat.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah memberi
bantuan dan kemudahan bagi penulis.

Untuk itu semua, penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT agar
senantiasa memberikan limpahan rahmat-Nya kepada mereka yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, nasihat, kemudahan, dan doa kepada penulis
dengan tulus.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun yang
diharapkan akan menyempurnakan skripsi penelitian ini. Namun demikian,
penulis berharap agar skripsi penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi
pembaca dan menambah khasanah ilmu keperawatan.

Banjarmasin, 20 Agustus 2016


Penulis

Muhammad Shadiq Aulia Rahman

8
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ......................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8
2.1. Teori Gula Darah ........................................................................ 8
2.1.1. Pengertian gula darah ..................................................... 8
2.1.2. Pemeriksaan gula darah .................................................. 9
2.2. Teori Bekam ............................................................................... 11
2.2.1. Pengertian bekam ............................................................ 11
2.2.2. Jenis bekam ..................................................................... 13
2.2.3. Manfaat bekam ............................................................... 13
2.2.4. Alat-alat untuk bekam ..................................................... 14
2.2.5. Hal-hal yang diperhatikan dalam bekam ........................ 15
2.2.6. Waktu yang dianjurkan untuk bekam ............................. 16
2.2.7. Titik-titik bekam ............................................................. 16
2.2.8. Pengaruh bekam terhadap penurunan gula darah ........... 18
2.2.9. Kerangka konsep penelitian ............................................ 20
2.2.10. Hipotesis ......................................................................... 20

9
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 21
3.1. Rancangan penelitian .................................................................. 21
3.2. Definisi operassional .................................................................. 22
3.3. Populasi, sampel, dan sampling .................................................. 24
3.3.1. Populasi ........................................................................... 24
3.3.2. Sampel ............................................................................ 25
3.3.3. Teknik sampling .............................................................. 25
3.4. Tempat dan waktu penelitian ...................................................... 26
3.4.1. Tempat ............................................................................ 26
3.4.2. Waktu .............................................................................. 26
3.5. Teknik dan instrumen pengumpulan data ................................... 27
3.5.1. Teknik pengumpulan data ............................................... 27
3.5.2. Instrumen penelitian ....................................................... 30
3.6. Teknik pengolahan data dan analisa data ................................... 30
3.6.1. Pengolahan data .............................................................. 30
3.7. Analisa data ................................................................................ 31
3.7.1. Analisa univariat ............................................................. 31
3.7.2. Analisa bivariat ............................................................... 31
3.8. Etika penelitian ........................................................................... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 34


4.1. Analisa Univariat ........................................................................ 34
4.1.1. Deskripsi Data ................................................................ 34
4.1.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian ............................. 34
4.1.1.2. Visi Dan Misi Pondok Sehat Al Wahida
Banjarmasin
..................................................................
34
4.1.1.3. Karakteristik Responden
..................................................................
35
4.1.1.4. Karakteristik responden menurut pekerjaan
......................................................................
36
4.1.1.5. Karakteristik responden menurut jenis
kelamin
.........................................................................
36
4.1.1.6. Kadar Gula Darah Sebelum Pemberian
Tindakan Terapi Bekam
.........................................................................
37
4.1.1.7. Kadar Gula Darah Sesudah Pemberian
Tindakan Terapi Bekam
.........................................................................
38

10
4.2. Analisa Bivariat .......................................................................... 38
4.3. Pembahasan ................................................................................ 39
4.3.1. Identifikasi kadar gula darah sebelum bekam ................ 39
4.3.2. Identifikasi kadar gula darah sesudah bekam ................. 40
4.3.3. Analisis perbedaan gula darah sebelum dan sesudah
terapi bekam
.....................................................................................
42
4.4. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 44
4.5. Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan ......................... 44

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


...................................................................................................................
46
5.1. Kesimpulan
................................................................................................
46
5.2. Saran
................................................................................................
46
5.2.1. Bagi klinik bekam
.....................................................................................
46
5.2.2. Bagi pasien
.....................................................................................
47
5.2.3. Bagi peneliti lain
.....................................................................................
47
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

11
12
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan


Penyaring dan Diagnosis (mg/dl)
.......................................................................................................
11
Tabel 2. Kerangka Konsep Penelitian Perbedaan Terapi Bekam Terhadap
Kadar Gula Darah pada Responden Laki-Laki Usia Dewasa di
Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin
.......................................................................................................
20
Tabel 3. Skema Desain Pre dan Post Test Without Control ........................... 22
Tabel 4. Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 23
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 26
Tabel 6 Standar Operasional Prosedur Bekam basah .................................... 28
Tabel 7. Tabel Observasi Pengukuran Kadar Gula Darah ............................. 30
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Usia di Klinik Pondok Sehat Al-
Wahida banjarmasin tahun 2016
.......................................................................................................
35
Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Di Klinik
Pondok Sehat Al-Wahida Banjarmasin tahun 2016
.......................................................................................................
36
Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Klinik Pondok
Sehat Al-Wahida banjarmasin tahun 2016
.......................................................................................................
37
Tabel 11. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar gula darah
sebelum tindakan terapi bekam di Pondok Sehat Al Wahida
Banjarmasin Tahun 2016
.......................................................................................................
37
Tabel 12. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar gula darah
sesudah tindakan terapi bekam di Pondok Sehat Al Wahida
Banjarmasin Tahun 2016
.......................................................................................................
38
Tabel 13. Hasil uji Paired T-test
.......................................................................................................
38

13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Titik-titik Bekam ......................................................................... 18

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar Operasional Prosedur Terapi Bekam Basah


Lampiran 2. Alat-alat Yang Digunakan Dalam Terapi Bekam
Lampiran 3. Lembar Observasi Pengukuran Gula Darah
Lampiran 4. Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Gula Darah
Lampiran 5. Permohonan Untuk Menjadi Responden
Lampiran 6. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7. Pengambilan Data Sebagai Studi Pendahuluan
Lampiran 8. Lembar Konsultasi

13
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya zaman dan modernisasi yang terus terjadi
menyebabkan perubahan pola dan gaya hidup masyarakat terutama di
daerah perkotaan. Perubahan pola dan gaya hidup ini salah satunya ialah
dengan banyak restoran makanan cepat saji yang menjual makanan
mengandung kadar gula darah tinggi.

Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa
di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada
batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini
meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada
pagi hari, sebelum orang makan (Henrikson et all., 2009).

Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara


normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170
mg/dl. Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa
darah yang adekuat baik dalam keadaan normal maupun sebagai respon
terhadap stres. Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk
memantau keberhasilan mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang
berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah,
menandakan terjadinya gangguan homeostatis dan sudah semestinya
mendorong tenaga analis kesehatan melakukan pemeriksaan untuk
mencari etiologinya. ( Ronald et all, 2004 )

Kedia (2011) Akibat kelebihan insulin relative ataupun absolute dan juga
gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita

1
2

diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme


yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan
sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah.

WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di


Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030, sedangkan Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada
tahun 2009 memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus
dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030 (Persi, 2011).
Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang
diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyandang diabetes pada
tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan
penduduk diperkirakan pada 2030 ada 20,1 juta penderita diabetes dengan
tingkat prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di
daerah rural (Persi, 2011).

Kemenkes RI (2010) Penyakit tidak menular (PTM) seperti


kardiovaskular, stroke, kanker, diabetes mellitus, dan penyakit kronik
obstruktif mengalami peningkatan jumlah kasus yang berdampak pada
peningkatan angka kematian dan kecacatan pada penderitanya. Hasil dari
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa telah
terjadi pergeseran penyebab kematian dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular. Berdasarkan riset tersebut, penyakit tidak menular menjadi
penyebab kematian terbesar dengan 59,5% kematian dan penyakit
menular hanya 28,1% kematian.

Apriyanti (2012) mengemukakan bahwa mengendalikan kadar gula yang


tinggi merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menghindari
komplikasi diabetes mellitus. Ada berbagai macam cara untuk
mengendalikan kadar gula dalam darah, diantaranya dengan terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi memiliki
efek yang merugikan seperti kerusakan ginjal dan hati apabila digunakan
3

dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan terapi non farmakologi dinilai
memiliki efek samping yang lebih sedikit dan lebih ekonomis
(Kamaluddin, 2010).

Sharaf (2012) Tanaman tradisional, akupunktur, akupressur, bekam, pijat


refleksi, dan hipnoterapi merupakan terapi non farmakologi yang ada di
Indonesia. Terapi non farmakologi yang sering digunakan oleh penderita
diabetes mellitus dan telah terbukti dapat menurunkan kadar gula darah
adalah terapi bekam basah dan pijat refleksi. Keefektifan terapi bekam
basah dan pijat refleksi dalam menurunkan kadar gula darah telah
dibuktikan melalui berbagai penelitian. Bekam berperan dalam
menstimulasi sirkulasi darah dan menyuplai nutrisi ke sel-sel beta di
pankreas sehingga dapat mengendali-kan produksi insulin.

Diriwayatkan dalam beberapa hadits shahih bahwa Nabi Muhammad


SAW berbekam ketika sakit. Beliau pernah berbekam pada beberapa
bagian ditubuhnya. Beliau pernah berbekam di tengkuk dan dibagian lain,
sesuai dengan kondisi. Beberapa bagian tubuh yang pernah dibekam
adalah pertengahan kepala, tengkuk (kahil), dua otot disamping leher
(akhdaain), kedua pinggul (warikain), punggung telapak kaki, dan
beberapa bagian lainnya. Nabi Muhammad SAW kekasih Allah SWT
ketika mengalami sakit, Allah membimbing beliau untuk menjalani
pengobatan paling baik dan paling ideal. Rasulullah bersabda : sebaik-
baiknya pengobatan yang kalian gunakan adalah bekam (Musnad Imam
Ahmad, disahihkan oleh Albani dalam Ash-Shahihah (1053).
Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah
dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam sudah dikenal sejak
ribuan tahun sebelum Masehi. Nama lain bekam adalah hijamah, canduk,
canthuk, kop, mambakan, cupping Therapeutik Method, Pa Hou Kuan
(Sutomo, 2007). Bekam sudah dikenal sejak zaman kerajaan Sumeria,
kemudian terus berkembang sampai Babilonia, Mesir, Saba, dan Persia.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, beliau mengunakan kaca berupa
cawan. Pada zaman China kuno mereka menyebut bekam sebagai
4

perawatan tanduk karena tanduk mengantikan kaca. Pada abad ke-18


orang-orang di Eropa mengunakan lintah sebagai alat untuk bekam
(Umur, 2008).

Cupping (bekam) merupakan metode pengobatan klasik yang telah


digunakan dalam perawatan dan pengobatan berbagai masalah kesehatan
diantaranya: Penyakit darah seperti hemofili dan hipertensi, Penyakit
reumatik mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung,
migren, gelisah/anxietas dan masalah fisik umum maupun mental
(http://arbiant.blogspot.co.id/2010/11/jurnal-ilmiah-bekam-penelitian-
pengaruh.html diakses tanggal 28 Mei 2016).

Bekam, atau dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah hijamah, berarti
membuang darah. Tapi dilihat dari praktiknya, bekam merupakan metode
pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh
melalui permukaan kulit. Yang dimaksud dengan darah kotor adalah darah
yang mengandung racun atau darah statis yang menyumbat peredaran
darah, mengakibatkan sistem peredaran darah dalam tubuh tidak berjalan
sebagaimana adanya, sehingga menyebabkan terganggunya kesehatan
seseorang, baik secara fisik maupun mental (Kasmui, 2007)

Beberpa penelitian sebelumnya, menurut dr. Erna Mirani (2007)


mengatakan bahwa bekam sangat bermanfaat sekali untuk membuang
toksin atau racun yang ada dibawah kulit, terapi ini dapat mebantu
mempercepat penyembuhan segala macam penyakit (Mirani 2007:22). Dr.
Wadda, Amani Umar, 2006 mengatakan pada saat dilakukan bekam,
tubuh akan mengeluarkan zat-zat seperti serotonin, prostaglandin,
bradikinin, histamine dan zat lainnya. Keluarnya zat tersebut
menyebabkan dilatasi pembuluh darah arteriol, sehingga memperlancar
sirkulasi darah, menurunkan tekanan darah dan juga meningkatkan daya
tahan tubuh (Sitomo, 2006:17). Dalam buku bekam, sunah nabi dan
mukjizat medis diungkapkan suatu perbandingan, jika mengunakan terapi
medis murni, penyembuhan memakan waktu 4-6 bulan, maka dengan
5

kombinasi bekam penyakit bisa disembuhkan dalam waktu 2-4 bulan atau
bahkan lebih cepat dan logis, biaya lebih murah dengan pengobatan
medis, efek samping minimalis dibanding dengan pengobatan medis,
praktis dan efektif (Yasin., 2007:18)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada hari Senin, 25 Juli


2016 dan pada hari Jumat, 29 Juli 2016 terhadap 5 orang responden yang
melakukan terapi bekam, setelah dilakukan wawancara, observasi dan
tindakan terhadap pasien tersebut banyak mengalami perubahan-
perubahan. Seperti gula darahnya menurun setelah dilakukan bekam, dan
juga pasien merasa lebih ringan badannya dalam beraktivitas.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk


membandingkan antara perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah
terapi bekam. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah terapi bekam.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah apakah ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah
dilakukan terapi bekam di klinik Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.

1.3. Tujuan Penelitiaan


1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar gula
darah sebelum dan sesudah terapi bekam pada laki-laki dan
perempuan usia 18-40 tahun di klinik Pondok Sehat Al Wahida
Banjarmasin.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Analisa gula darah sebelum terapi bekam di klinik Pondok
Sehat Al Wahida Banjarmasin.
2. Analisa gula darah setelah terapi bekam di klinik Pondok Sehat
Al Wahida Banjarmasin.
3. Menganalisis perbedaan gula darah sebelum dan sesudah terapi
bekam di klinik Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.
6

1.4. Manfaat penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan dan memberikan informasi
tentang perbedaan pemberian terapi bekam terhadap proses
penyembuhan, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam
pengembangan asuhan keperawatan.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah keterampilan dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan dengan metode alternative khususnya terapi
bekam, dan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan ilmu
keperawatan.
2. Bagi Institusi
Memberikan masukan bagi pengembangan institusi dan
mahasiswa keperawatan tentang manfaat terapi bekam dan
merupakan stimulus untuk lebih giat dalam mengembangkan
ilmu keperawatan melalui penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Gula Darah


2.1.1. Pengertian Gula Darah
Menurut Dorland (2010) Kadar gula darah adalah jumlah
kandungan glukosa dalam plasma darah. Sherwood (2011)
Glukosa darah puasa merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi diabetes melitus pada seseorang. Pada penyakit
ini, gula tidak siap untuk ditransfer ke dalam sel, sehingga terjadi
hiperglikemia sebagai hasil bahwa glukosa tetap berada di dalam
pembuluh darah.

Dorland (2010) Kadar gula darah adalah jumlah kandungan


glukosa dalam plasma darah. PERKENI (2011) Kadar gula darah
digunakan untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk penentuan
diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan
untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat menggunakan
pemeriksaan gula darah kapiler dengan glukometer.

Menurut Henrikson et all., (2009) Kadar glukosa darah adalah


istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah.
Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada
batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat
ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level
terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.

2.1.2. Pemeriksaan Gula Darah


Mengidentifikasi diabetes mellitus pada seseorang adalah dengan
pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan
hanya atas dasar adanya glukosuria saja (Soegondo, 2011).

8
9

Pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah


plasma vena, seyogyanya dilaku kan di laboratorium klinik
terpercaya. Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat
dapat juga dipakai bahan darah utuh, vena, ataupun kapiler
dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang
berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah puasa,
kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa oral
(TTGO) standar (Soegondo, 2011)
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan
konsentrasi gula dalam darah:
1. Uji Gula Darah Puasa (FBS/ fasting blood sugar)
Glukosa adalah monosakarida utama dalam darah.
Pengukuran sangatlah penting untuk diagnosis diabetes
mellitus. Pasien akan diharuskan berpuasa selama 8-12 jam
sebelum pengujian dilakukan. Puasa sangat penting untuk
mendapatkan hasil pengujian yang baik dan konsekuen.
2. Glucose Urine Test (GUT)
Dengan cara ini akan diukur jumlah gula atau glukosa dalam
sampel urin. Orang yang sehat dan normal tidak akan ada
kandungan gula dalam urinnya, karena kandungan glukosa
dalam urin berarti adanya metabolisme tubuh yang tidak benar
sehingga glukosa tidak dapat lagi disimpan dalam tubuh
melainkan keluar melewati cairan tubuh. Apabila dalam urin
ditemukan konsentrasi gula maka disebut glycosuria atau
glucosuria.

3. Two Hour Postprandial Blood Sugar Test (PPBS2-h)


Test ini menggunakan parameter yang paling sensitif dalam
mendiagnosa Diabetes Mellitus. Kadar gula akan dicek 2 jam
setelah makan. Dilakukan demikian karena pada orang
normal, gula darah setelah 2 jam mengkonsumsi makanan
akan kembali normal. Namun tidak demikian dengan orang
yang mengidap Diabetes Melitus.
10

Kadar glukosa normal pada orang dewasa:


a. Orthotulidine metode = 60-110 mg/dl
b. Nelson- Somogyi metode = 80-120 mg/dl
4. Oral Glucose Tolerant Test (OGTT)
Pada OGTT pasien akan diberikan sejumlah glukosa yang
sudah ditentukan sesuai dengan berat tubuh pasien (pada
umumnya orang dewasa akan diminumkan 75 gram glukosa
dalam bentuk cairan). Selama 30 menit sampai 1 jam, yakni
saat glukosa yang dikonsumsi sebelumnya telah diserap oleh
tubuh, pengukuran mulai dilakukan.

Pengukuran menggunakan teknik sampel darah yang nantinya


akan dicek di laboratorium. Pengambilan darah dilakukan
dalam interval tertentu, dari 5-15 menit dan pengambilan
sampel akan terus dilakukan sampai 3 jam setelah konsumsi
glukosa cair.
5. Intravenous Glucose Tolerant Test (IVGTT)
Cara kerja IVGTT sangat mirip dengan OGTT. Yang
membedakan di sini adalah dimana glukosa tidak dikonsumsi
secara oral atau melalui mulut namun langsung disuntikkan
kedalam pembuluh darah.
6. Glikosilasi Hemoglobin (HbA1C)
Didalam aliran darah terdapat sel-sel darah merah yang
terbuat dari molekul, antara lain Hemoglobin. Glukosa
menempel pada hemoglobin glikosilasi yang umum juga
disebut hemoglobin A1C atau HbA1C. Semakin banyak atau
tinggi kadar glukosa dalam darah maka HbA1C pun akan
semakin tinggi konsentrasinya.
7. Self Monitoring Blood Glucose (SMBG)
Cara ini paling mudah untuk dijalankan pasien diabetes. Yakni
dengan membeli alat Glukometer kemudian setiap saat baik
dirumah maupun diluar rumah, dapat memonitor kadar
gulanya.

Tabel 1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai


patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
11

Bukan Belum DM
karakteristik
DM pasti DM
Kadar Plasma
< 100 100-199 200
glukosa vena
darah
Darah
< 90 90-199 200
sewaktu
kapiler
(mg/dl)
Kadar Plasma
< 100 100-125 126
glukosa vena
darah
Darah
< 90 90-199 100
puasa
kapiler
(mg/dl)
Metode enzimetik (perkeni, 2006)

2.2. Teori Bekam


2.2.1. Pengertian Bekam
Menurut Kasmui (2010) Bekam adalah suatu pengobatan yang di
syariatkan Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Sebagai umatnya
maka wajib mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan
metode pengobatan bekam. Bekam (Al-Hijamah) merupakan
metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari
dalam tubuh melalui permukaan kulit. Hijamah adalah pengobatan
yang sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Nama
lainnya adalah bekam, canduk, canthuk, kop, mambakan, di eropa
dikenal dengan istilah Cuping Theraupeutic Method. Santoso
(2012) Terapi bekam merupakan suatu metode pembersihan darah
dan angina, dengan mengeluarkan sisa toksik dalam tubuh melalui
permukaan kulit dengan cara menyedot. Beberapa hadist
mengemukakan tentang keutamaan dan manfaat berbekam:
jika dalam sebagian obat kalian terdapat kebaikan maka itu
terdapat dalam sayatan alat bekam, minum madu atau sundutan
besi panas yang sesuai dengan penyakit. Tetapi aku tidak suka
12

berobat dengan sundutan besi panas. (H.R. Bukhari, Muslim, dan


Ahmad)

beliau berbekam ketika sedang ihram di kepalanya karena


migraine. (H.R. Bukhari)
jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu
terdapat kebaikan, maka hal itu adalah bekam. (H.R. Shahih)

Hadist diatas telah menunjukkan bahwa pengobatan terapi bekam


telah nyata dan di contohkan serta diperintahkan oleh Rasulullah
SAW. Bekam sebagai sebuah tindakan minor dan mengeluarkan
darah, tentunya harus dilandasi dengan diagnosa yang tepat dalam
tindakan bekam dan alangkah baiknya dilakukan oleh seorang yang
mengerti ilmu pengobatan.

2.2.2. Jenis Bekam


Kasmui (2010) pengobatan alternatif bekam memiliki beberapa
jenis cara melakukan tindakan bekamnya. Ada beberapa jenis
bekam:
1) Bekam kering atau bekam angin (Hijamah jaafah)
yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya
tanpa mengeluarkan darah kotor.
2) Bekam luncur
Bekam dengan mengkop bagian tubuh tertentu dan meluncurkan
kearah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasanya untuk
pemanasan pasien, fungsinya melancarkan perdaran darah,
pelemasan otot dan menyehatkan kulit
3) Bekam tarik
Melakukan bekam ini dengan cara ditarik-tarik. Dibekam hanya
beberapa detik kemudian ditarik dan ditempelkan lagi hingga
kulit yang dibekam menjadi merah.
4) Bekam basah (Hijamah Rhotbah)
Yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita
melukai permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu
13

disekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump


untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya
melakukan hisapan maksimal 9 menit. Jarak waktu pengulangan
bekam ini 4 minggu. Bekam basah berkhasiat untuk berbagai
penyakit, terutama penyakit-penyakit yang lebih berat, seperti
darah tinggi, asam urat, dan kolesterol.

2.2.3. Manfaat Bekam


Salamah (2009) pengobatan dengan cara bekam memberi banyak
manfaat kebaikan kepada manusia yang melakukannya diantaranya
adalah menjaga kesehatan tubuh, menghilangkan letih, lesu, lelah,
meningkatkan daya tahan tubuh, sakit bahu, alergi, perut kembung,
mati rasa, asam urat, dan kolesterol, jantung, migrain, hipertensi,
stroke, dan 72 macam penyakit lainnya. Fatahillah (2006) ada juga
beberapa manfaat yang diperoleh, diantaranya:
1. Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat
meningkatkan aktivitas saraf tulang belakang.
2. Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan
pengapuran pada pembuluh darah.
3. Menghilangkan rasa pusing, kejang-kejang dan keram yang
terjadi pada otot.
4. Sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina
pectoris.
5. Menghilangkan sakit bahu, dada, dan punggung.
6. Dapat menyembuhkan penyakit encok dan reumatik.
7. Dapat mengatasi gangguan kulit, radang selaput jantung, dan
radang ginjal.
8. Mengatasi keracunan dan luka bermasalah serta bisul.
9. Meringankan rasa sakit dan masalah masuk angin.

2.2.4. Alat-Alat untuk Bekam


Ridho (2012) berbagai macam alat-alat yang diperlukan untuk
melakukan pengobatan terapi bekam. Alat-alat yang digunakan
yaitu:
1. Cupping set
2. Lancing device (untuk memasang jarum)
3. Lancet atau jarum steril
14

4. Sarung tangan dan masker


5. Tensi meter dan stetoskop
6. Kassan steril dan kapas
7. Baskom
8. Alkohol
9. Bak sampah medis
Cara sterilisasi alat-alat bekam:
1) Kop yang habis dipakai dan terkena darah, bersihkan dengan
menyemprotkan alkohol 70% ke dalam gelas kop dan alat
semprot.
2) Setelah bersih rendamlah pada baskom yang sudah berisi air
yang dicampuri dengan cairan clorin. Perbandingan air dan
klorin adalah 9:1.
3) Rendam selama 10 menit.
4) Angkat dan bersihkan dengan sabun atau pembersih yang lain.
5) Cuci dibawah air mengalir.
6) Keringkan dalam rak yang telah disediakan.
7) Masukkan kedalam sterilisator ozon.
8) Bisa juga menggunakan desinfektan tingkat tinggi.

2.2.5. Hal-Hal yang diperhatikan dalam Bekam


Ridho (2012) banyak hal-hal yang harus diperhatikan ketika ingin
dilakukan pengobatan bekam. Berikut ini adalah hal-hal tersebut:
1. Daerah anggota tubuh yang dilarang untuk dibekam:
a. Lubang alamiah (mata, telinga, hidung, mulut, puting susu,
alat kelamin, dan dubur).
b. Area tubuh yang banyak simpul lima (kelenjar limfe).
c. Area tubuh yang dekat dengan pembuluh besar.
d. Bagian tubuh yang varises, tumor, retak tulang, jaringan luka.

2. Kondisi pasien yang tidak boleh bekam:


a. Terkena infeksi terbuka dan cacar air.
b. Penderita diabetes mellitus.
c. Penderita kelainan darah (hemophilia).
d. Penderita penyakit anemia dan penderita hipotensi.
e. Penderita kanker darah.
f. Anak-anak penderita dehidrasi.
g. Pada wanita hamil dan sering keguguran.

2.2.6. Waktu yang dianjurkan untuk bekam:


Salamah (2009) Ibnu sina di dalam kitabnya Al-Qanun fii Thiib
membahas mengenai waktu yang paling baik untuk bekam yaitu
15

pada waktu tengah hari (jam 2-3 sore) karena pada saat itu saluran
darah sedang mengembang dan darah-darah mengandung toxin
sangat sesuai untuk dikeluarkan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah,
Nabi SAW bersabda: Barangsiapa berbekam pada tanggal tujuh
belas, sembilan belas, dan dua puluh satu, maka ia akan
menyembuhkan semua penyakit.
Dari Anas bin Malik, dia bercerita :Rasulullah SAW biasa
berbekam dibagian urat meriih dan punggung. Beliau biasa
berbekam pada hari ketujuh belas, kesembilan belas dan kedua
puluh satu. (HR. Tarmidzi)

2.2.7. Titik-Titik Bekam


Menurut Santoso (2012) di bawah ini adalah gambaran titik-titik
bekam berdasarkan jenis penyakitnya:
1. Puncak kepala (Ummu Mughits)
Titik tersebut berada diatas ubun-ubun dan bermanfaat untuk
mengatasi penyakit vertigo, migrain, sakit kepala menahun.
Dari Ibnu Umar, bercerita bahwa:
Nabi Muhammad SAW pernah berbekam dikepalanya dan
menyebutnya dengan Ummu Mughits.
2. Dua urat leher (Al-Akhdaain)
Titik ini adalah urat disamping kiri dan kanan leher. Posisinya:
dibawah garis batas rambut kepala belakang, sejajar tulang
cervical 3-7. Manfaatnya untuk mengatasi hipertensi, stroke
sakit bagian kepala dan wajah.

3. Punduk (Al-Khaalil)
Titik ini berada diujung atas tulang belakang, bermanfaat untuk
masalah penyakit sekitar kepala dan saraf serta 72 penyakit.
4. Bahu Kiri dan Kanan (Al-Khatifain)
Titik ini berada dipundak atau bahu kiri dan kanan, bermanfaat
untuk penyakit hipertensi, nyeri bahu, stroke, sakit leher.
5. Dua Jari dibawah Pundak
Bermanfaat untuk penyakit bronkitis, batuk, sesak napas, asi
kurang, asma, stroke.
6. Belikat kiri dan kanan
16

Bermanfaat untuk gangguan paru-paru, gangguan jantung,


saluran pernapasan, stroke, masuk angin.
7. Pinggang (Ala-Warik)
Posisinya: pertemuan otot gluteus maximus dengan glueteus
medius bawah, kiri dan kanan. Titik ini bermanfaat untuk
masalah gangguan ginjal , sakit pinggang, haid tidak lancar,
susah buang air besar.
8. Betis (Ala Dzohril Qadami)
Titik ini berada dibetis kiri dan kanan. Mengatasi gangguan
asam urat, kesemutan, pegal-pegal, stroke.

Gambar 1 Titik-titik Bekam


(http://www.kaskus.co.id/thread/0000000000000000155794
33/berbagi-informasi-tentang-bekam)

2.2.8. Pengaruh bekam terhadap penurunan gula darah


1. Resistensi insulin (gangguan kerja insulin)
Maksudnya, meskipun insulin terdapat dalam darah dalam
jumlah yang cukup, akan tetapi tidak mampu mendorong
glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam sel-sel tubuh.
Akibatnya, kadar glukosa dalam darah tetap tinggi. Sebaliknya,
apabila suatu sel sangat berespon tarhadap adanya insulin,
maka kondisi ini disebut dengan sensitif terhadap insulin
(insulin sensitivity).
17

2. Disfungsi (kerusakan) hati (hepar)


Overload besi dan munculnya radikal bebas akan menyebabkan
kerusakan sel pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon
insulin. Akibatnya, terjadi penurunan produksi insulin. Karena
produksinya berkurang, maka otomatis sekresi (pengeluaran) ke
dalam darah juga berkurang.

Adapun mekanisme terjadinya resistensi insulin, diduga terjadi


secara langsung atau melalui rusaknya fungsi hepar (hati).
Selain itu, adanya pengendapan besi dalam otot akan
menurunkan penyerapan glukosa karena terjadi kerusakan pada
otot tersebut. Sebaliknya, insulin justru meningkatkan
penyerapan besi, sehingga terjadilah lingkaran yang
menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Selain bertanggung
jawab pada terjadinya penyakit diabetes, besi juga bertanggung
jawab pada timbulnya berbagai komplikasi penyakit diabetes,
diantaranya penyakit ginjal dan penyakit kardiovaskuler.

Keberadaan penyakit diabetes tidak lepas dari peran zat besi


(Fe) dalam darah. Sifat molekul besi yang tidak stabil
berpotensi menghasilkan berbagai bentuk radikal bebas yang
membahayakan atau merusak sel-sel tubuh.
(https://thibbalummah.wordpress.com/2012/12/18/hasil-
penelitian-medis-khasiat-bekam-bagi-penderita-diabetes-
tulisan-seorang-dokter/ diakses pada tanggal 2 Agustus 2016).

Sedangkan menurut Sharaf (2012) Penurunan kadar gula darah


setelah dilakukan terapi bekam ini terjadi karena pada saat
dilakukan sayatan dalam proses bekam akan menstimulasi zat
nitrit oksida (NO) yang berperan untuk meningkatkan sirkulasi
darah di pankreas dan berpengaruh mengendalikan kadar insulin.
Kuatnya isapan dalam proses pembekaman berperan mengeluarkan
zat-zat sisa metabolisme usus dari sirkulasi portal di hati sehingga
18

akan meningkatkan proses metabolisme di hati dan mengurangi


kadar gula darah. Kekuatan isapan dalam proses pembekaman
mengeluarkan berbagai macam zat asam (heksosamin) dari otot dan
jaringan lemak di bawah kulit sehingga membuka jalan bagi insulin
untuk melekat pada reseptor-reseptornya serta meningkatkan
kepekaan reseptor insulin sehingga dapat mengurangi kadar gula
dalam darah.

2.2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Meningkatkan kadar gula


darah

Bekam

Menurunkan kadar gula darah

Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian Perbedaan Terapi Bekam


Terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada
Responden laki-laki dan perempuan usia 18-40 tahun di
Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.

2.2.10. Hipotesis Penelitian


Menurut Notoadmodjo (2010) hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara penelitian, patokan duga atau sementara, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut, hipotesis
dalam penelitian ini yaitu:
19

Ha: Ada Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Terapi
Bekam Di Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu
penelitian bisa diterapkan. Rancangan sangat erat dengan kerangka
konsep penelitian sebagai petunjuk perencanaan pelaksanaan suatu
penelitian. Sebagai blueprint rancangan adalah suatu pola atau
petunjuk secara umum yang bisa diaplikasikan pada beberapa
penelitian. Dengan adanya permasalahan penelitian yang jelas,
kerangka konsep, definisi variabel yang jelas, suatu rancangan dapat
digunakan sebagai gambaran tentang perencanaan penelitian secara
rinci dalam hal pengumpulan data dan analisa data. (Nursalam,
2008:77).

Berdasarkan tujuan penelitian, rancangan penelitian yang digunakan


adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain penelitian
pre and post test without control yaitu peneliti hanya melakukan
intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas perlakuan
dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test
(Kelana, 2011:94). Penelitian quasi eksperimen adalah penelitian yang
menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau
tanpa kelompok pembanding namun tidak dilakukan randominasi untuk
memasukan subjek kedalam kelompok perlakuan atau control (Kelana,
2011 : 93).

Berikut adalah skema desain pre and post test without control :

21
22

R O1 X1 O2
Keterangan :
R : Responden penelitian semua mendapat perlakuan/intervensi
O1 : Pre test pada kelompok perlakuan
O2 : Post test setelah perlakuan
X1 : Uji coba / intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol
Tabel 3 Skema desain pre and post test without control

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada pasien yang


datang untuk terapi bekam di Rumah Sehat Al Wahida Banjarmasin dan
memenuhi kriteria inklusi. Dilakukan observasi gula darah sebelum
dilakukan terapi bekam dan hasilnya dicatat, kemudian dilakukan terapi
bekam sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) terapi. Setelah
selesai terapi dan istirahat 15 menit, pasien dilakukan observasi kembali
pada gula darahnya dan hasilnya dicatat.

3.2. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional.
(Nursalam, 2008:101).

Definisi operasional adalah mendifinisikan variabel secara operasional


berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena. (Alimul, 2014:35).

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tenatng suatu
konsep penelitian tertentu (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian ini
terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel dependen adalah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dan variabel dependen
akan diamati dan diukur untuk diketahui hubungannya dengan variabel
dependen. Pada penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah
23

tindakan terapi bekam, sedangkan variabel terikat adalah kadar gula


darah. Kedua variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :

Tabel 4 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Operasional
Variabel Mengisap dan Standar SOP
independe mengeluarka operasional terlampir
n (x) n darah dari prosedur
Terapi permukaan (SOP),
Bekam kulit, antara lain :
kemudian 1.Persiapan
ditampung peralatan
didalam gelas bekam
bekam yang 2.Persiapan
menyebabkan pasien
pemusatan 3.Langkah
dan penarikan kerja
darah lalu 4.Evaluasi
dilakukan
penusukan
dengan jarum
steril untuk
mengeluarka
n darah
Variabel Kadar gula Nilai kadar Gluco Dr. Rasio Gula
dependen darah adalah gula darah Auto darah
(y) kadar jumlah dalam
gula kandungan satuan
darah glukosa numerik
dalam (mg/dl)
plasma
24

darah.
Dorland
(2010)

3.3. Populasi, Sampel, dan Sampling


3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas atas karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya (Aziz, 2014 : 60)

Populasi dalam objek penelitian ini adalah sebanyak 95


responden yang melakukan terapi bekam di Pondok Sehat Al
Wahida Banjarmasin.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz,
2104 : 60).
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 50
responden laki-laki dan perempuan usia 18-40 tahun yang
berbekam di Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.

3.3.3. Teknik Sampling


Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga
jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada
(Aziz, 2104 : 72).

Menurut Notoadmodjo (2010) Teknik sampling adalah proses


yang dilakukan dalam menyeleksi populasi dan menemukan
jumlah sampel yang akan dijadikan sampel dalam penelitian.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
dengan cara mengambil kasus atau responden yang kebetulan
25

ada atau tersedia di suatu tempat sesuai konteks penelitian. Jadi,


jumlah sampel yang didapat selama 1 Bulan penelitian akan
dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Agar karakteristik
sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum
dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria
pengambilan sampel yaitu laki-laki dan perempuan usia 18-40
tahun yang berbekam di Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.

3.4. Tempat dan waktu penelitian


3.4.1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Sehat Al Wahida
Banjarmasin Jl. Manggis No 02 RT 20 Samping Gang
Sawo/Belakang Poltabes.

3.4.2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-
Desember 2016 di Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin.

Tabel 5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Bulan dan tahun


.
1. Bimbingan proposal (P1 dan P2) Periode semester genap 21
Januari 2017
2. Seminar proposal 19 September 22 Oktober
2016
3. Revisi proposal 1 Oktober 05 November
2016
4. Prosedur komite etik, penelitian 8 Oktober 2016 07 Januari
dan bimbingan hasil penelitian 2017
(P1 dan P2)
5 Ujian skripsi 24 Oktober 2016 21
Januari 2017
6. Revisi skripsi dan pengumpulan 23 28 Januari 2017
skripsi
7. Yudisium 2 Februari 2017
26

3.5. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data


3.5.1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada
subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang
diperlukan dalam suatu penelitian. (Nursalam, 2008:111).

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu mengunakan


metode observasi. Pengumpulan dan pengambilan data
dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan
kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar Gula Darah
pada responden dengan posisi duduk menggunakan alat Gluco
Dr-Auto Digital, hasil pengukuran tersebut merupakan data awal
sampel sebelum dilakukan intervensi (pre test), dari hasil
pemeriksaan pada responden laki-laki dan perempuan usia 18-40
tahun yang berbekam maka diambil sebagai sampel dengan
ketentuan memenuhi kriteria inklusi. Jika responden setuju
untuk berpartisipasi menjadi sampel penelitian ini, selanjutnya
peneliti memastikan legalitas persetujuan responden dengan
meminta responden menandatangani surat persetujuan
(informed consent) kemudian dilakukan terapi bekam oleh
terapis bekam sesuai Standar Operasional Prosedur terapi (SOP
terlampir), setelah diberikan terapi bekam pasien disuruh pasien
disuruh untuk istirahat selama 10-20 menit kemudian responden
diperiksa lagi gula darahnya (post test) dengan menggunakan
alat dan posisi yang sama dengan pengukuran kadar Gula darah
sebelumnya (menggunakan Gluco Dr-Auto Digital dengan
posisi duduk).

Hasil pengukuran kadar Gula darah tersebut dicatat pada lembar


observasi kemudian dianalisis. Pengumpulan data untuk
pemeriksaan kadar Gula darah pre dan post dilakukan pada jari
27

tangan masing-masing responden penelitian dengan cara


memberitahu responden mengenai tindakan yang akan
dilakukan. Pasang strip pada ujung alat, bersihkan ujung jari
dengan menggunakan alcohol swab pada bagian yang akan
diambil darahnya, kemudian tusukkan jarum lancet pada ujung
jari yang telah dibersihkan, setelah darah keluar pada ujung jari
suduh cukup, dekatkan sampel darah pada ujung jari tersebut ke
satu mulut strip supaya diserap langsung oleh ujung mulut strip,
tunggu hasilnya dan baca kadar Gula darah.

Tabel 6 Standar Operasional Prosedur Terapi Bekam Basah


Prosedur
A. Pra Terapi Bekam
Tanyakan apakah ada riwayat penyakit diabetes mellitus dan gagal ginjal
atau tidak.
Tanyakan apakah pasien ada keluhan tambahan atau tidak.
B. Persiapan Peralatan Bekam
Cupping set (gelas vakum) dan pompa tangan
Lanching device dan lanchet / jarum kecil strel
Sarung tangan (rubber gloves)
Masker
Gunting dan pisau cukur
Tissue atau kapas
Kassa steril
Cairan antiseptik
Baskom dan mangkok stainless
Bak sampah
C. Persiapan Untuk Pasien
Pasien dalam keadaan rileks, nyaman dan jangan terlalu tegang atau takut
Pasien dalam keadaan tidak terlalu kenyang
Pastikan bahwa pasien tidak sedang mengkonsumsi obat pengencer darah
D. Persiapan Terapis
Terapis dalam keadaan sehat dan suci, sebaiknya dalam keadaan
berwudhu.
Awali terapi bekam dengan doa kesembuhan yang di syariatkan.
Jelaskan kepada pasien segala sesuatu tentang bekam dan pastikan pasien
sudah mengisi lembar persetujuan tindakan.
28

Lakukan wawancara mengenai riwayat kesehatan pasien.


E. Langkah Kerja
Lakukan pemeriksaan tanda vital dan fisik pasien dan catat dalam lembar
pemeriksaan.
Siapkan peralatan bekam, isi lanching device dengan lancet dan yakinkan
dalam kondisi steril.
Pasien dalam kondisi berbaring, tengkurap atau duduk.
Tentukan titik-titik hijamah, desinfeksi titik bekam.
Pasang alat bekam atau gelas vakum pada titik tersebut.
Setelah 3-5 menit gelas vakum dibuka, kemudian disuntik dengan
lanching device antara 7-10 tusukan.
Pasang kembali gelas vakum pada titik tersebut.
Setelah 3-5 menit gelas dibuka dan darahnya dibersihkan dengan tissue
atau kapas steril
Perhatikan kondisi pasien, apakah bekam dapat dilanjutkan.
Tusukan kembali jarum steril antara 7-11 tusukan pada titik yang telah
ditentukan
Buka kembali darah bekam, jika ada darah bersihkan dengan tissue atau
kapas steril yang telah diberi cairan antiseptic
Setelah bekam selesai berikan pijatan ringan disekitar titik bekam
Bersihkan dan strilkan peralatan bekam.
F. Paska Terapi Bekam
Berikan pijatan ringan disekitar titik bekam
Bersihkan atau strilkan peralatan bekam dan rapikan
Menganjurkan pasien untuk merubah pola makan dan kebiasaan buruk
dan menganjurkan untuk berolahraga secara teratur
Mewajibkan pasien meningkatkan keyakinan kepada Allah SWT Yang
Maha Penyembuh dan mampu menyembuhkan siapapun yang
diinginkannya, sehingga mendorong untuk meningkatkan ibadah agar
Allah SWT berkenan menjadikannya sebagai salah satu hamba yang
layak untuk disembuhkan
Sumber: Asosiasi Terapis Thibunnabawi Indonesia (ATIIN)

3.5.2. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah suatu cara bagaimana data diperoleh
dengan alat ukur yang harus diperhatikan penelitian adalah
validitas dan reabilitas. (Nursalam, 2008:103).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tindakan
terapi bekam sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk
variabel independen dan variabel dependen dengan mengukur
gula darah dengan menggunakan alat Gluco Dr-auto digital,
29

kemudian observasi dan evaluasi hasil dari gula darah dalam


dokumentasi.
Tabel 7 tabel observasi pengukuran kadar gula darah

Kadar gula darah


No Kode pasien Sebelum terapi Sesudah terapi
bekam bekam

3.6. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


3.6.1. Pengolahan Data
Pengolahan data Menurut Notoatmodjo (2010), langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam pengolahan data ada 5 yaitu :
a. Editing
Editing adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara
memeriksa kelengkapan, kesalahan, pengisian dan
konsistensi dari setiap pengisian pada lembar observasi.

b. Data entri (processing)


Data entri adalah kegiatan memasukkan data ke dalam
program atau software komputer.
c. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan ini dilakukan dengan cara
menghitung data dari hasil observasi yang sudah diberi kode,
kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
d. Cleaning (pembersihan data)
Cleaning (pembersihan data) adalah kegiatan pengecekan
kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan dan sebagainya kemudian kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.7. Analisa Data


30

3.7.1. Analisa Univariat


Bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik
setiap variabel peneitian (Notoatmojo, 2010). Peneliti
menganalisis data untuk mendapatkan data variabel independen
(pemberian terapi bekam) dan variabel dependen (glukosa
darah). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dalam
bentuk narasi, persentase dan tabel distribusi frekuensi variabel-
variabel penelitian.
3.7.2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang di
duga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmojo, 2010).
Menganalisa data untuk melihat pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen, untuk mencari perubahan
nilai gula darah sebelum dan sesudah bekam. Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji statistik paired
t-test digunakan untuk menguji beda mean dari 2 hasil
pengukuran pada kelompok yang sama (beda mean pre test dan
post test) dengan bantuan perangkat lunak computer untuk
mengetahui pengaruh antara variabel independen dan dependen
dengan tingkat kemaknaan < 0,05. Bila hasil perhitungan <
0,05 berarti hipotesis diterima, yaitu terapi bekam memiliki
efektifitas terhadap penurunan gula darah.

3.8. Etika Penelitian


Menurut Darma (2012) Responden yang memenuhi syarat akan
dilindungi hak-haknya untuk menjamin kerahasiaannya. Sebelum
proses penelitian dilakukan responden terlebih dahulu diberikan
penjelasan mengenai manfaat dan tujuan, apabila responden setuju
maka dipersilahkan menandatangani surat persetujuan untuk menjadi
responden. Masalah etika yang harus dijadikan perhatian seperti, subjek
yang memenuhi kriteria diberikan lembar observasi penelitian disertai
identitas penelitian, judul penelitian, dan manfaat penelitian.
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
31

Lembar persetujuan diberikan pada subjek yang akan diteliti. Peneliti


menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dilakukan. Jika subjek
bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika
subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan identitas, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subjek pada lembar yang diisi oleh subjek.
Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Yaitu dengan menjelaskan masalah-masalah responden yang
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya informasi
tertentu yang berkaitan dengan penelitian yang dilaporkan pada hasil
riset.
4. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan demi tercapainya kesamaan derajat dan
keadilan terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moraal, legal
dan kemanusiaan. Peneliti tidak membeda-bedakan responden satu
dengan yang lain.
5. Non-maleficience (tidak merugikan)
Prinsip tidak merugikan ini mengandung arti tidak menimbulkan
bahaya/cidera fisik dan psikologis pada klien, peneliti menjelaskan
bahwa bekas luka bekam akan sembuh dalam 2-3 hari pasca terapi
dilakukan.
6. Telah dinyatakan lulus oleh komite etik penelitian dengan nomor
sertifikat: 256/UMB/KE/X/2016.
BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Analisa Univariat


4.1.1. Deskripsi Data
4.1.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian yang berjudul Perbedaan Gula Darah Sebelum
dan Sesudah Bekam Di Klinik Pondok Sehat Al-Wahida
Banjarmasin yang beralamat di Jl. Manggis No 02 RT 20
Samping Gang Sawo/Belakang Poltabes. Klinik tersebut
milik perseorangan (swasta). Terdapat 15 ruangan di
dalam klinik yang terdiri dari: 1. Ruang manajemen, 2.
Ruang tunggu, 3. Wc, 4. Ruang ruqyah, 5. Kasir, 6.
Costumer service, 7. Ruang konsultasi, 8. Ruang bekam
laki-laki, 9. Ruang bekam perempuan, 10. Ruang bekam
api, 11. Ruang alat terapi, 12. Mushola, 13. Ruang
ruqyah, 14. Tempat cuci alat, 15. Tempat istirahat
karyawan. Klinik tersebut mempunyai 30 karyawan yang
diantaranya adalah 16 orang laki-laki dan 14 orang
perempuan, dengan tingkat pendidikan yaitu: SLTP
sebanyak 1 orang, SLTA sebanyak 14 orang, D3
sebanyak 1 orang, S1 sebanyak 13 orang, dan S2
sebanyak 1 orang.

4.1.1.2. Visi Dan Misi Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin


a. Visi
Memberikan pelayanan kesehatan bersifat holistic
dengan konsep ilahiyah, alamiah, dan ilmiah menuju
Natural Islamic Center Hospital.

33
34

b. Misi
1. Menanamkan nilai ruhiyah kepada pasien.
2. Melaksanakan prinsip medis pada aspek
kebersihan dalam tindakan terapi.
3. Menyediakan obat herbal yang halal, thoyyib, dan
berkualitas.
4. Meningkatkan kompetensi terapis.
5. Melakukan edukasi kepada masyarakat terkait
kesehatan islami dan alami.

4.1.1.3. Karakteristik Responden


Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari karakteristik
responden menurut jenis kelamin, pekerjaan, dan kadar
gula darah dapat dilihat dari gambaran distribusi yang
disajikan dalam tabel berikut ini:
a. Karakteristik responden menurut usia
Hasil analisa deskriptif dari karakteristik responden
menurut usia dapat dilihat dari gambaran distribusi
yang disajikan dalam tabel 8 berikut ini:
Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Usia di Klinik
Pondok Sehat Al-Wahida banjarmasin tahun 2016
Usia Frequency Persentase (%)
18-25 5 10
26-33 10 20
34-40 35 70
Total 50 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa


sebagian besar dari 50 orang responden di Klinik
Pondok Sehat Al-Wahida Banjarmasin berusia 34-40
tahun sebanyak 70% (35 orang).
35

4.1.1.4. Karakteristik responden menurut pekerjaan


Hasil analisa deskriptif dari karakteristik responden
menurut pekerjaan dapat dilihat dari gambaran distribusi
yang disajikan dalam tabel 9 berikut ini:
Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan
Di Klinik Pondok Sehat Al-Wahida Banjarmasin
tahun 2016
Pekerjaan Frequency Persentase (%)
IRT 6 12
PNS 9 18
Wiraswasta 9 18
Swasta 22 44
Sales 1 2
Buruh 1 2
Dosen 1 2
Mahasiswa 1 2
Total 50 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa


sebagian besar dari 50 orang responden di Klinik Pondok
Sehat Al-Wahida Banjarmasin pekerjaannya adalah
Swasta sebanyak 44% (22 orang)

4.1.1.5. Karakteristik responden menurut jenis kelamin


Hasil analisa deskriptif dari karakteristik responden
menurut umur dapat dilihat dari gambaran distribusi
yang disajikan dalam tabel 10 berikut ini:
Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di
Klinik Pondok Sehat Al-Wahida banjarmasin tahun
2016
36

Jenis kelamin Frequency Persentase (%)


laki-laki 40 80
Perempuan 10 20
Total 50 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa


sebagian besar dari 50 orang responden di Klinik Pondok
Sehat Al-Wahida Banjarmasin berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 80% (40 orang).

4.1.1.6. Kadar Gula Darah Sebelum Pemberian Tindakan Terapi


Bekam.
Hasil data pengukuran kadar gula darah responden
(dalam mg/dl) sebelum dilakukan pemberian tindakan
terapi bekam untuk kadar gula darah dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 11 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kadar gula darah sesudah tindakan terapi bekam di
Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin Tahun 2016
Kadar gula darah Frekuensi Persentase (%)
sebelum
Normal 45 90
Tidak normal 5 10
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian


besar kadar gula darah responden sebelum berbekam
dengan nilai kadar gula darah normal yaitu sebanyak 45
responden (90%).
37

4.1.1.7. Kadar Gula Darah Sesudah Pemberian Tindakan Terapi


Bekam.
Hasil data pengukuran kadar gula darah responden
(dalam mg/dl) sesudah dilakukan pemberian tindakan
terapi bekam untuk kadar gula darah dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 12 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kadar gula darah sesudah tindakan terapi bekam di
Pondok Sehat Al Wahida Banjarmasin Tahun 2016

Kadar gula darah Frekuensi Persentase (%)


sesudah
Normal 46 92
Tidak normal 4 8
Jumlah 50 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian
besar kadar gula darah responden sesudah berbekam
dengan nilai kadar gula darah normal yaitu sebanyak 46
responden (92%).

4.2. Analisa Bivariat


Setelah data diperoleh dan di masukan ke program computer, maka data
dapat diuji dan dianalisis. Sebelumnya data yang diperoleh diuji
mengunakan metode uji p normali untuk mengetahui distribusinya
normal atau tidak, dengan hasil 0,200 yang lebih besar dari taraf
signifikan p > 0,05 dan data dinyatakan berdistribusi normal. Oleh karena
itu uji Pairet t-test dapat digunakan untuk mengetahui apakah perubahan
kadar gula darah pada pengukuran pertama dan pengukuran kedua
signifikan atau tidak.

Uji t-Pairet digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-


rata dua sampel bebas. Dua sampel yang dimaksud adalah sampel yang
sama namun mempunyai dua data (Sujarweni, 2014)
38

Tabel 13 Hasil uji Paired T-test


Kadar Standar Sig.2-
Mean Maximu Minimu
gula deviasi t df tailed)
Rank m m
darah
Sebelum 115,40 296 45
40,003 -3,207 49 0,002
Sesudah 133,54 314 81
= 0,05

Berdasarkan hasil uji pairet t-test di dapatkan nilai = 0,002 ( < ) yang
artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada Perbedaan
Kadar Gula Darah Sebelum dan sesudah terapi bekam di Pondok Sehat
Al Wahida Banjarmasin Tahun 2016

4.3. Pembahasan
4.3.1. Identifikasi kadar gula darah sebelum bekam.
Dari hasil pengukuran yang diambil dari pre-test didapatkan kadar
gula darah sebelum yaitu pada rentang antara 45-296 mg/dl,
rentang tersebut termasuk pada kategori normal, dan tidak
normal. Kadar gula darah normal sebanyak 45 responden (90%),
kadar gula darah tidak normal sebanyak 5 responden (10%).

Ada banyak hal yang mungkin dapat menjadi penyebab terjadinya


peningkatan kadar gula darah, misalnya faktor genetik dan faktor
perilaku. Yang terdiri atas: usia (Sunjaya, 2009), jenis kelamin
(Irawan 2010), obesitas (Teixeria-Lemos dkk,2011), riwayat
keturunan (Septian, 2010), dan aktivitas fisik (Ahmad, 2010).

Berdasarkan karakteristik responden yang mengalami


peningkatan kadar gula darah didapatkan sebanyak 3 responden
(6%) yang berusia 34-40 tahun yang mengalami peningkatan
kadar gula darah hal ini disebabkan karena bertambahnya usia
Peningkatan risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada
39

usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut


mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses
penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel pancreas
dalam memproduksi insulin (Sunjaya, 2009).

Beban pekerjaan juga berpengaruh terhadap peningkatan kadar


gula darah seseorang, pada penelitian ini didapatkan ada 22
responden (44%) yang bekerja sebagai pekerja swasta, hal ini
disebabkan Aktivitas fisik merupakan gerakan fisik yang
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya, dalam
penyakit DM aktivitas fisik menjadi bagian penentu indeks
glukosa karena didalam seseorang melakukan aktivitas fisik akan
membutuhkan kalori atau energi. Energi atau kalori didalam
tubuh manusia merupakan proses dari metabolisme sel, sumber
energi yang utama didalam tubuh manusia antara lain glukosa,
glikogen dan trigleserida (Ahmad Eko, 2010).

4.3.2. Identifikasi kadar gula darah sesudah bekam.


Dari hasil pengukuran yang diambil dari post-test didapatkan
kadar gula sesudah yaitu pada rentang antara 81-314 mg/dl,
rentang tersebut termasuk pada kategori normal, dan tidak
normal. Kadar gula darah normal sebanyak 46 responden (92%),
dan kadar gula darah tidak normal sebanyak 4 responden (8%).

Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat bahwa terjadi penurunan


nilai minimum dan nilai maksimum kadar gula darah sebelum dan
sesudah bekam dengan rata-rata penurunan sebelum 130,29 mg/dl
dan rata-rata sesudah bekam 135,80 mg/dl. Dari hasil penelitian
ini juga didapatkan bahwa nilai kadar gula darah normal sebanyak
46 responden (92%), dan kadar gula darah tinggi sebanyak 4
responden (8%) setelah dilakukan pemberian terapi bekam. Hal
40

ini bisa disebabkan karena berbagai faktor antara lain: usia


(Sunjaya, 2009), jenis kelamin (Irawan 2010), obesitas (Teixeria-
Lemos dkk,2011), riwayat keturunan (Septian, 2010), dan
aktivitas fisik (Ahmad, 2010).

Beberapa penelitian sebelumnya, menurut dr. Erna Mirani (2007)


mengatakan bahwa bekam sangat bermanfaat sekali untuk
membuang toksin atau racun yang ada dibawah kulit, terapi ini
dapat mebantu mempercepat penyembuhan segala macam
penyakit (Mirani 2007:22). Dr. Wadda, Amani Umar, 2006
mengatakan pada saat dilakukan bekam, tubuh akan
mengeluarkan zat-zat seperti serotonin, prostaglandin, bradikinin,
histamine dan zat lainnya. Keluarnya zat tersebut menyebabkan
dilatasi pembuluh darah arteriol, sehingga memperlancar sirkulasi
darah, menurunkan tekanan darah dan juga meningkatkan daya
tahan tubuh (Sitomo, 2006:17).

Berdasarkan karakteristik responden yang mengalami


peningkatan kadar gula darah didapatkan sebanyak 4 responden
(8%) yang berusia 34-40 tahun yang mengalami peningkatan
kadar gula darah hal ini disebabkan karena bertambahnya usia
Peningkatan risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada
usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut
mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses
penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel pancreas
dalam memproduksi insulin (Sunjaya, 2009). Hal ini bisa
disebabkan karena berbagai fakto antara lain: usia (Sunjaya,
2009), jenis kelamin (Irawan 2010), obesitas (Teixeria-Lemos
dkk,2011), riwayat keturunan (Septian, 2010), dan aktivitas fisik
(Ahmad, 2010).
41

4.3.3. Analisis perbedaan gula darah sebelum dan sesudah terapi bekam.
Berdasarkan hasil uji Paired T-test membandingkan kadar gula
darah sebelum (pre-test) dengan kadar gula darah sesudah (post-
test) menghasilkan angka signifikan sebesar 0,002 yang lebih
kecil dari angka = 0,05. hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara kadar gula darah yang bermakna (signifikan)
antara sebelum dan sesudah intervensi bekam berupa peningkatan
kadar gula darah di karenakan Kekuatan isapan dalam proses
pembekaman mengeluarkan berbagai macam zat asam
(heksosamin) dari otot dan jaringan lemak di bawah kulit
sehingga membuka jalan bagi insulin untuk melekat pada
reseptor-reseptornya serta meningkatkan kepekaan reseptor
insulin.

Hasil diatas menunjukkan adanya perbedaan kadar gula darah


sebelum dilakukan terapi bekam dan kadar gula darah setelah
dilakukan terapi bekam di Klinik Pondok Sehat Al-Wahida
Banjarmasin, dan untuk kadar gula darah sesudah dilakukan
terapi bekam menunjukkan penurunan yang signifikan.

Menurut Sharaf (2012) Pada sebagian responden yang mengalami


penurunan kadar gula darah setelah dilakukan terapi bekam, hal
ini disebabkan pada saat pemberian terapi bekam ini dilakukan
sayatan dalam proses bekam akan menstimulasi zat nitrit oksida
(NO) yang berperan untuk meningkatkan sirkulasi darah di
pankreas dan berpengaruh mengendalikan kadar insulin. Kuatnya
isapan dalam proses pembekaman berperan mengeluarkan zat-zat
sisa metabolisme usus dari sirkulasi portal di hati sehingga akan
meningkatkan proses metabolisme di hati dan mengurangi kadar
gula darah. Kekuatan isapan dalam proses pembekaman
mengeluarkan berbagai macam zat asam (heksosamin) dari otot
42

dan jaringan lemak di bawah kulit sehingga membuka jalan bagi


insulin untuk melekat pada reseptor-reseptornya serta
meningkatkan kepekaan reseptor insulin sehingga dapat
mengurangi kadar gula dalam darah.

Terapi bekam basah lebih efektif dalam menurunkan kadar gula


darah karena selain me-rangsang titik-titik saraf yang ada di
tubuh, terapi bekam basah juga menyebabkan pergerakan aliran
darah. Selain itu terapi bekam juga diindikasikan untuk
penanganan gangguan darah, nyeri, inflamasi, dan relaksasi fisik
maupun mental. Prinsip-prinsip terapi bekam hampir sama
dengan akupuntur, pijat refleksi, dan akupressur, namun pada
terapi bekam terdapat penghisapan darah. Penghisapan dan
pengeluaran darah dari dalam tubuh mampu me-rangsang
terlepasnya zat seperti morfin (endorphin), serotonin dan kortisol
yang pada akhirnya dapat melebarkan pembuluh darah dan
memperbaiki status fisiologis tubuh (Sharaf, 2012)

Berdasarkan hasil penelitian dari Rizki andari (2013) dengan


menggunakan uji Paired Sampel T-test sehingga ada perbedaan
pada kadar gula darah sewaktu sebelum dan setelah dilakukan
terapi bekam terhadap 35 responden berusia 46-75 tahun,
didapatkan rerata kadar gula darah sebelum diterapi bekam basah
adalah 183,74 mg/dl47,83SB sedangkan rerata setelah dibekam
176,54 mg/dl39,37SB, sehingga diperoleh penurunan kadar
gula darah puasa sebesar 3,91% dengan perbedaan yang
bermakna yakni sebesar 0,04 (p<0,05) pada penderita diabetes
melitus pengguna terapi bekam basah. Hasil ini juga sesuai
dengan penelitian Misbahul Subhi pada tahun 2009 lalu.
Penelitian yang dilakukan di klinik Basthotan Holistic Center
Masjid Agung Jawa Tengah yang menggunakan bentuk design
43

one grup pre test dan post test dengan pendekatan cross sectional
ini mendapatkan hasil p<0,05 (skor rata-rata 243 mg/dl) terlihat
lebih rendah daripada kadar gula darah sewaktu sebelum
dilakukan bekam (skor rata-rata 345 mg/dl). Hal ini menunjukkan
bahwa bekam berpengaruh positif terhadap kadar gula darah pada
pasien diabetes melitus (Andari, 2013)

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka peneliti menyimpulkan


bahwa bekam dapat menurunkan kadar gula darah, karena bekam
merangsang titik-titik syaraf yang ada di tubuh, terapi bekam ini
juga menyebabkan pergerakan aliran darah. Kekuatan isapan
dalam proses pembekaman mengeluarkan berbagai macam zat
asam dari otot dan jaringan lemak dibawah kulit sehingga terbuka
jalan bagi insulin untuk melekat kepada reseptornya juga
meningkatkan kepekaan insulin sehingga dapat mengurangi kadar
gula dalam darah.

4.4. Keterbatasan Penelitian


4.4.1. Pengukuran kadar gula darah setelah terapi bekam hanya diambil
1 kali yaitu pada 10-15 menit setelah bekam mungkin seharusnya
di ambil 2 jam setelah di lakukan terapi bekam.
4.4.2. Tidak melihat faktor pembeda penyakit dan sudah berapi kali
menjalani terapi bekam.

4.5. Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan sebagai acuan bahwa penurunan
kadar gula darah tidak hanya lewat terapi medis saja, akan tetapi dapat
dikombinasikan dengan pengobatan alternatif lain salah satunya terapi
bekam, tetapi juga harus diperhatikan pengaruh terapi bekam terhadap
44

penderita kadar gula darah tinggi, karena setiap individu memiliki respon
yang berbeda yang bisa mempengaruhi keberhasilan terapi bekam untuk
menurunkan kadar gula darah. Terapi bekam dapat dijadikan terapi
komplementer sebagai upaya penurunan kadar gula darah, diharapkan
dari penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan dalam
pengembangan penelitian tentang keefektifan bekam dalam mengatasi
berbagai penyakit lainnya dan dapat dijadikan salah satu literatur dalam
pengembangan riset dan penelitian kesehatan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 22
November 20 Desember 2016 Di Klinik Pondok Sehat Al-Wahida
Banjarmasin dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kadar gula darah responden sebelum dilakukan pemberian terapi
bekam dengan nilai kadar kadar gula darah normal sebanyak 45
responden (90%), dan tidak normal sebanyak 5 responden (10%).
2. Kadar gula darah responden sebelum dilakukan pemberian terapi
bekam dengan nilai kadar kadar gula darah normal sebanyak 46
responden (92%), dan tidak normal sebanyak 4 responden (8%).
3. Terdapat perbedaan kadar gula darah secara signifikan antara sebelum
dan sesudah dilakukan pemberian tindakan terapi bekam di Pondok
Sehat Al-Wahida Banjarmasin.

5.2. Saran
5.2.1. Bagi Klinik Bekam
1. Diharapkan tehnik bekam terutama bekam basah yang
diberikan harus tetap memperhatikan kondisi psikologis pasien
sebelum, selama dan setelah terapi bekam.
2. Tetap memperhatikan teknik septik dan antiseptik untuk
mencegah terjadinya infeksi pada luka bekam basah.
3. Mempekerjakan terapi-terapis bekam yang mempunyai dasar
pendidikan kesehatan, sehingga apabila diperlukan bisa
menangani keadaan-keadaan darurat yang bisa saja terjadi
akibat terapi bekam seperti syok, hipotensi, perdarahan dan
keadaan darurat lainnya.

5.2.2. Bagi pasien


Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan kadar gula
darah secara signifikan antara sebelum dan sesudah tindakan terapi
bekam. Dengan adanya hasil tersebut responden dapat melakukan

46
47

terapi bekam secara teratur dan rutin, yang diharapkan dengan


perilaku terapi bekam secara teratur dapat segera mendapatkan
kesembuhan dari penyakitnya atau dapat menjaga kesehatannya.

5.2.3. Bagi peneliti lain


Untuk peneliti-peneliti lebih lanjut diharapkan bisa menggunakan
sampel lebih banyak, melakukan pengecekan kadar gula darah
setelah terapi bekam seharusnya dilakukan pengecekan setelah 2
jam PP.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, M. (2012). Meracik sendiri obat & menu sehat bagi penderita diabetes
mellitus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Damayanti, S. 2015. Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan: Nuha
Medika: Yogyakarta.
Darma, K.K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Dharma, K.K. 2011. Metodelogi penelitian Keperawatan (Pedoman
melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. CV. Trans Info Media.
Jakarta Timur.
Dorland, W. A. N. 2010. Dorlands Illustrated Medical Dictionary (29th ed.).
Hartanto, H. et al. (ahli bahasa), Jakarta: EGC
Fatahillah, A. Keampuhan Bekam, Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit
Warisan Rasulullah. Qultum Media: Jakarta, 2006.
Hartono, A. 2013. Buku Saku Harrison Endokrinologi dan Metabolisme: Karisma
Publishing Group: Tangerang Selatan.
Hidayat. A A, 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Salemba Medika; Jakarta
Kasmui. Bekam Pengobatan Menurut Sunah Nabi. ISYFI: Semarang. 2006.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2010). Rencana
Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Kesehatan Dasar. Rineka Cipta: Jakarta
Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen penelitian
Keperawatan : Edisi Kedua. Selemba Medika;Jakarta
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah: Nuha Medika:
Yogyakarta.
Ridho, A, A. Bekam Sinergi: Rahasia Sinergi Pengobatan Nabi, Medis Modern,
dan Traditional Chinese Medicine. Aqwamedika: Solo, 2012.
Rizki Andari .2013. Pengaruh Bekam Basah Terhadap Kadar Gula Darah Puasa
Pada Pasien Diabetes Melitus Di Semarang, Jurnal Media Medika Muda.

Salamah, U. Imunisasi Dampak, Konspirasi dan Solusi Sehat Ala Rasulullah


SAW. Nabawiyah Press: Tangerang. 2009.
Santoso, O. Pelatihan Bekam atau Hijamah. Yayasan Amal Media Suara Islam:
Jakarta, 2012.
Sharaf, A. R. (2012). Penyakit dan terapi bekamnya : dasar-dasar ilmiah terapi
bekam. Surakarta: Thibia.
Sherwood, L. 2011. Organ Endokrin Perifer dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. Jakarta: EGC.
Soegondo, S. 2011. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini dalam
buku Penatalaksanaan Diabetes Terpadu sebagai Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus bagi dokter maupun educator
diabetes. Jakarta: FKUI.
Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern: C.V Andi Offset:
Yogyakarta.
Tandra, H. 2015. Diabetes Bisa Sembuh: Petunjuk Praktis Mengalahkan dan
Menyembuhakan Diabetes: PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Https://thibbalummah.wordpress.com/2012/12/18/hasil-penelitian-medis-khasiat-
bekam-bagi-penderita-diabetes-tulisan-seorang-dokter/ diakses pada
tanggal 2 Agustus 2016

PERKENI, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia. www.perkeni.org, 18 April 2016.

Persi. 2011. RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia.


www.pdpersi.co.id, 15 Juni 2016

Subhi M. Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus pada


Pengobatan Bekam (Studi kasus di Klinik Basthotan Holistic Center
Masjid Agung Jawa Tengah). Semarang: Universitas Diponegoro; 2009
[cited 2016 Dec 27]. Available from: eprints.undip.ac.id/37883/1/3730.pdf
Sujaya (2009). Pola Konsumsi Makanan Traditional Bali Sebagai Faktor Risiko
Diabetes Melitus Tipe 2 di Tahanan. Bali. Juraal Skala Husada Vol. 6 No.l
hal:75-81
(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/view/717). Diakses
tanggal 25 Desember 2016)

Teixeria-Lemos, Dorland, W. A. N, Sherwood, L (2011), Regular physical


exercise training assists in preventing type 2 diabetes development: focus
on its antioxidant and anti-inflammantory properties Biomed Central
Cardiovascular Diabetology. Jakarta. Diakses tanggal 20 Desember 2016.

Trisnawati dan Soedijono (2012), Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
11 Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Diakses tanggal 25 Desember 2016.
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman

NPM : 15142013106

Tema : Terapi Bekam

Pembimbing 1 : Nurhikmah, SST.,MPH

No Hari/Tgl Materi Keterangan/Saran Paraf


Pembimbing
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman

NPM : 15142013106

Tema : Terapi Bekam

Pembimbing 1 : Nurhikmah, SST.,MPH

No Hari/Tgl Materi Keterangan/Saran Paraf


Pembimbing
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman

NPM : 15142013106

Tema : Terapi Bekam

Pembimbing 2 : Sukarlan, S.KM.,M.Kes

No Hari/Tgl Materi Keterangan/Saran Paraf


Pembimbing
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman

NPM : 15142013106

Tema : Terapi Bekam

Pembimbing 2 : Sukarlan, S.KM.,M.Kes

No Hari/Tgl Materi Keterangan/Saran Paraf


Pembimbing
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman

NPM : 15142013106

Tema : Terapi Bekam

Pembimbing 2 : Sukarlan, S.KM.,M.Kes

No Hari/Tgl Materi Keterangan/Saran Paraf


Pembimbing
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman

NPM : 15142013106

Tema : Terapi Bekam

Pembimbing 2 : Sukarlan, S.KM.,M.Kes

No Hari/Tgl Materi Keterangan/Saran Paraf


Pembimbing
Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TERAPI BEKAM BASAH

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Diagnosa :
Alamat :
Prosedur Dilakukan Tidak dilakukan
G. Pra Terapi Bekam
Tanyakan apakah ada riwayat
penyakit diabetes mellitus dan gagal
ginjal atau tidak.
Tanyakan apakah pasien ada keluhan
tambahan atau tidak.
Tanyakan apa yang menjadi keluhan
utamanya.
Tanyakan sejak kapan perjalanan
penyakit mulai diderita.
H. Persiapan Peralatan Bekam
Cupping set (gelas vakum) dan
pompa tangan
Lanching device dan lanchet / jarum
kecil strel
Sarung tangan (rubber gloves)
Masker
Gunting dan pisau cukur
Tissue atau kapas
Kassa steril
Cairan antiseptik
Baskom dan mangkok stainless
Bak sampah
I. Persiapan Untuk Pasien
Pasien dalam keadaan rileks, nyaman
dan jangan terlalu tegang atau takut
Pasien dalam keadaan tidak terlalu
kenyang
Pastikan bahwa pasien tidak sedang
mengkonsumsi obat pengencer darah
J. Persiapan Terapis
Terapis dalam keadaan sehat dan suci,
sebaiknya dalam keadaan berwudhu.
Awali terapi bekam dengan doa
kesembuhan yang di syariatkan.
Jelaskan kepada pasien segala sesuatu
tentang bekam dan pastikan pasien
sudah mengisi lembar persetujuan
tindakan.
Lakukan wawancara mengenai
riwayat kesehatan pasien.
K. Langkah Kerja
Lakukan pemeriksaan tanda vital dan
fisik pasien dan catat dalam lembar
pemeriksaan.
Siapkan peralatan bekam, isi lanching
device dengan lancet dan yakinkan
dalam kondisi steril.
Pasien dalam kondisi berbaring,
tengkurap atau duduk.
Tentukan titik-titik hijamah,
desinfeksi titik bekam.
Pasang alat bekam atau gelas vakum
pada titik tersebut.
Setelah 3-5 menit gelas vakum
dibuka, kemudian disuntik dengan
lanching device antara 7-10 tusukan.
Pasang kembali gelas vakum pada
titik tersebut.
Setelah 3-5 menit gelas dibuka dan
darahnya dibersihkan dengan tissue
atau kapas steril
Perhatikan kondisi pasien, apakah
bekam dapat dilanjutkan.
Tusukan kembali jarum steril antara
7-11 tusukan pada titik yang telah
ditentukan
Buka kembali darah bekam, jika ada
darah bersihkan dengan tissue atau
kapas steril yang telah diberi cairan
antiseptic
Setelah bekam selesai berikan pijatan
ringan disekitar titik bekam
Bersihkan dan strilkan peralatan
bekam.
L. Paska Terapi Bekam
Berikan pijatan ringan disekitar titik
bekam
Bersihkan atau strilkan peralatan
bekam dan rapikan
Menganjurkan pasien untuk merubah
pola makan dan kebiasaan buruk dan
menganjurkan untuk berolahraga
secara teratur
Mewajibkan pasien meningkatkan
keyakinan kepada Allah SWT Yang
Maha Penyembuh dan mampu
menyembuhkan siapapun yang
diinginkannya, sehingga mendorong
untuk meningkatkan ibadah agar
Allah SWT berkenan menjadikannya
sebagai salah satu hamba yang layak
untuk disembuhkan
Nilai

Keterangan:
Dilakukan =1
Tidak dilakukan =0
Lampiran 2

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM TERAPI BEKAM

No Nama Alat Fungsi Cara Keterangan


1. Cupping set Untuk menarik Sedot 2-3 kali Tentukan ukuran
(gelas bekam) kulit dan darah atau disesuikan gelas vakum
dan pompa dari tubuh dengan daya sesuai dengan
penyedot paein tubuh pasien lokasi
pembekaman
2. Lanching Untuk tusukan Tekan pemantik Setiap pasien
device dan pada pen lancet agar harus
jarum steril permukaan terjadi luka kecil menggunakan
kulit pasien pada kulut jarum yang baru
yang telah
ditentukan
setting ukuran
kedalaman
pada lanching
device/ pen
lancet
3. Sarung tangan Menghindari Masukkan kedua Ganti sarung
karet (gloves) kontak tangan dalam tangan dengan
langsung sarung tangan yang baru setiap
antara terapis sebelum terapi pasien
dan pasien dari melakukan kontak berikutnya
cairan tubuh langsung dengan
pasien tubuh pasien dan
gunakan sesuai
dengan ukuran
tangan
4. Stetoskop dan Untuk Balut kain yang
tensimeter mendengar berisi karet udara
bunyi dan pada lengan
mengukur pasien , letakkan
tekanan darah bandul penyadap
dibawah lipatan
kain, lalu pompa
samba, melihat
skala naiknya air
raksa. Sistolik :
tekanan darah atas
yang detak
jantung pertama
kali terdengar.
Diastolik :
tekanan darah
bawah yang
terakhir terdengar
5. Kapas stril Membersihkan Berikan cairan Gunakan kaps
lokasi antiseptik pada haus/khusus, buat
pembekaman kapas yang bulat-bulat lalu
kulit pasien, digunakan, masukan kedalam
baik sebelum kemudian toples
atau sesudah usapkan dengan
pembekaman lembut pada
tubuh pasien
6. Kasa stril Agar luka Buat kotak Digunakan ketika
terbuka tidak segiempat sesuai terjadi abses pada
infeksi dan dengan lokasi kulit (melepuh)
mengotori pembekaman, dan keluarnya
tubuh pasien kemudian cairan yang
tempelkan pada dirasakan perih
seluruh bagian oleh pasien
yang luka
7. Cairan Membersihkan Semprotkan/basu Gunakan
antiseptik peralatan h antiseptik secukupnya
bekam dan kepermukaan
lokasi kulit kulit atau alat
yang akan yang akan dan
dibekam untuk telah digunakan
menghindari untuk membekam
adanya
kuman/bakteri
yang
berbahaya
8. Tissue Untuk Letakkan tissue Gunakan
membantu pada sisi bawah secukupnya
agar tidak gelas bekam, tarik
terjadi penutup gelas
penumpahan bekam, lalu
darah pada miringkan
saat pelepasan gelasnya , hingga
alat vakum darah masuk
yang telah kedalam gelas
terkumpul kemudian angkat
darahnya dan bersamaan dengan
membersihkan tissue tersebut
sisa darah
yang
menempel
pada alat
vakum
9. Baskom dan Baskom untuk Gelas bekam yang Gunakan
mangkok menampung telah dipakai secukupnya
stainless gelas bekam diletakkan pada
yang telah baskom kemudian
dipakai, cuci, darah yang
mangkok ada pada gelas
untuk bekam ditampung
menampung pada mangkok,
gelas kemudian darah
sementara tersebut
dimasukan pada
bak sampah medis
10. Masker Sebagai Sangkutkan atau Gunakan
penutup ikat karet yang secukupnya
hidung dan berada dikedua
mulut terapis sisi masker pada
kedua telinga
11. Gunting dan Mengunting Gunting rambut Pada bulu halus
pisau cukur rambut atau yang panjang cukup
bulu pada setelah pendek mengunakan pisau
permukaan baru dikerok cukur
kulit yang dengan pisau
dapat cukur
menganggu
proses
pembekaman
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN GULA DARAH

Kadar gula darah


No Hari/tgl Kode pasien Sebelum terapi Sesudah terapi
bekam bekam
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.
16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.
34.

35.

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.
Lampiran 4

STANDART OPERATING PROSEDUR (SOP)


PEMERIKSAAN GULA DARAH

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Diagnosa :
Alamat :

Prosedur Dilakukan Tidak dilakukan


Persiapan Alat:
1. Glukometer
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA
5. Lancet
6. Bengkok
7. Sketsel
Persiapan Lingkungan:
Menjaga privace klien.
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien.
2. Mencuci tangan.
3. Pasang sketsel.
4. Memakai handscone.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
6. Dekatkan alat di samping pasien.
7. Pastikan alat bisa digunakan.
8. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
9. Menusukkan lanset di jari tangan
pasien.
10. Menghidupkan alat glukometer yang
sudah terpasang stik GDA.
11. Meletakkan stik GDA dijari tangan
pasien.
12. Menutup bekas tusukkan lanset
menggunakan kapas alkohol.
13. Alat glukometer akan berbunyi dan
hasil sudah bisa dibaca.
14. Membereskan dan mencici alat.
15. Mencuci tangan.
Evaluasi Sikap:
1. Sabar
2. Teliti
3. Sopan-santun.
Nilai

Keterangan:
Dilakukan =1
Tidak dilakukan =0
Lampiran 5

PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Kepada : Yang terhormat saudara /(i) responden

Dengan hormat saya yang bertanda dibawah ini

Nama : Muhammad Shadiq Aulia Rahman

NPM : 15142013106

Alamat : Desa. Suryatama RT.05/RW.01 Kec. Halong Kab. Balangan

Telp : 081351506601

Status : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Ners B Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin

Bermaksud melaksanakan penelitian persyaratan tugas akhir mengenai Pebedaan


Gula Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam Di Pondok Sehat Al Wahida
Banjarmasin

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka kami mohon kepada saudara/ (i)
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Adapun hal-hal yang perlu diketahui adalah :

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Perbedaan Gula


Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam
Manfaat penelitian ini berguna bagi teoritis, peneliti, akademis, dan tempat
penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi pada responden dengan
posisi duduk atau senyaman mungkin mengunakan alat Gluco-Dr Auto,
hasil pengukuran tersebut merupakan data awal sampel sebelum dilakukan
intervensi (pre test), kemudian dilakukan bekam oleh terapis bekam sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP) terapi, setelah diberikan terapi bekam
responden disuruh untuk istirahat selama 10-15 menit kemudian responden
dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri lagi (post test) dengan mengunakan
alat dan posisi yang sama dengan sebelumnya.
Identitas saudara/ (i) akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti, dan
hanya data yang saudara/ (i) isikan yang akan digunakan demi kepentingan
penelitian.
Penelitian ini mempunyai resiko minimal, responden mungkin merasa
sakit pada saat penusukan jari responden saat dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah.
Saudara/ (i) boleh mengundurkan diri sebagai responden apabila selama
penelitian ada hal-hal yang kurang berkenan.
Penelitian ini tidak memunggut biaya sedikitpun kepada saudara /(i)

Saya mohon kesediaan saudara/ (i) untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Apabila responden menyetujui permohonan ini dipersilahkan untuk
menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden (Terlampir).

Hormat saya

Muhammad Shadiq Aulia Rahman


Lampiran 6

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (inisial) :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan


penelitian dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui
tujuan dan manfaat penelitian, maka dengan ini saya secara suka rela bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan penuh


kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun.

Banjarmasin, 2016

Yang menyatakan,

()
Lampiran 7

Master Tabel Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Bekam

kadar gula kadar gula pekerjaa jenis


No usia
darah sebelum darah sesudah n kelamin

1. 94 87 3 1 2

2. 112 128 3 2 2

3. 109 123 2 3 1

4. 121 114 3 3 1

5. 45 102 3 4 1

6. 89 124 3 1 2

7. 98 101 3 2 2

8. 84 107 2 2 2

9. 96 115 3 1 2

10 98 104
. 3 2 2

11. 132 179 3 5 1

12 101 127
. 2 4 1

13 103 95
. 3 2 1

14 97 84
. 3 6 1

15 125 178
. 3 2 1

16 65 110
. 2 1 2

17 142 178
. 3 4 1

18 137 95 3 1 2
.

19 100 175
. 2 1 2

20 142 179
. 2 2 1

21 98 99
. 2 7 1

22 87 126
. 3 4 1

23 215 166
. 3 4 1

24 115 96
. 3 3 1

25 120 104
. 3 3 1

26 89 99
. 1 4 1

27 115 125
. 3 4 1

28 119 139
. 3 4 1

29 104 97
. 3 4 1

30 105 119
. 2 2 1

31 121 119
. 3 3 1

32 134 179
. 3 4 1

33 82 92
. 2 3 1

34 83 106 1 4 1
.

35 83 92
. 1 8 1

36 142 172
. 3 1 2

37 113 101
. 2 3 1

38 78 121
. 3 4 1

39 80 214
. 1 4 1

40 121 119
. 3 4 1

41 101 81
. 1 4 1

42 100 107
. 3 3 1

43 130 132
. 3 4 1

44 213 245
. 3 4 1

45 114 314
. 3 2 1

46 133 129
. 3 4 1

47 147 137
. 2 4 1

48 110 104
. 3 4 1

49 132 126
. 3 4 1

50 296 312 3 4 1
.

ket:
No Usia
1. 18-25 tahun
2. 26-33 tahun
3. 34-40 tahun
No Pekerjaan
1. IRT
2. PNS
3. Wiraswasta
4. Swasta
5. Sales
6. Buruh
7. Dosen
8. Mahasiswa
No Jenis Kelamin
1. laki-laki
2. Perempuan
Lampiran 8

Frequencies

Statistics
GDsebelum GDsesudah usia pekerjaan gender
N Valid 50 50 50 50 50
Missing 0 0 0 0 0
Mean 115,40 133,54 2,60 3,30 1,20
Median 109,50 119,00 3,00 4,00 1,00
Std. Deviation 39,716 50,939 ,670 1,460 ,404
Minimum 45 81 1 1 1
Maximum 296 314 3 8 2

GDsebelum
Frequency Percent
Valid 45 1 2,0
65 1 2,0
78 1 2,0
80 1 2,0
82 1 2,0
83 2 4,0
84 1 2,0
87 1 2,0
89 2 4,0
94 1 2,0
96 1 2,0
97 1 2,0
98 3 6,0
100 2 4,0
101 2 4,0
103 1 2,0
104 1 2,0
105 1 2,0
109 1 2,0
110 1 2,0
112 1 2,0
113 1 2,0
114 1 2,0
115 2 4,0
119 1 2,0
120 1 2,0
121 3 6,0
125 1 2,0
130 1 2,0
132 2 4,0
133 1 2,0
134 1 2,0
137 1 2,0
142 3 6,0
147 1 2,0
213 1 2,0
215 1 2,0
296 1 2,0
Total 50 100,0

GDsesudah
Frequency Percent
Valid 81 1 2,0
84 1 2,0
87 1 2,0
92 2 4,0
95 2 4,0
96 1 2,0
97 1 2,0
99 2 4,0
101 2 4,0
102 1 2,0
104 3 6,0
106 1 2,0
107 2 4,0
110 1 2,0
114 1 2,0
115 1 2,0
119 3 6,0
121 1 2,0
123 1 2,0
124 1 2,0
125 1 2,0
126 2 4,0
127 1 2,0
128 1 2,0
129 1 2,0
132 1 2,0
137 1 2,0
139 1 2,0
166 1 2,0
172 1 2,0
175 1 2,0
178 2 4,0
179 3 6,0
214 1 2,0
245 1 2,0
312 1 2,0
314 1 2,0
Total 50 100,0

usia
Frequency Percent
Valid 18-25 5 10,0
26-33 10 20,0
34-40 35 70,0
Total 50 100,0
pekerjaan
Frequency Percent
Valid IRT 6 12,0
PNS 9 18,0
Wiraswasta 9 18,0
Swasta 22 44,0
sales 1 2,0
buruh 1 2,0
dosen 1 2,0
mahasiswa 1 2,0
Total 50 100,0

gender
Frequency Percent
Valid laki-laki 40 80,0
perempuan 10 20,0
Total 50 100,0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kdr_GDsebelum 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
kdr_GDsesudah 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Standardized
Residual
N 50
Normal Parametersa,b Mean 13,680
Std. Deviation 2,3312
Most Extreme Absolute ,102
Differences Positive ,102
Negative -,087
Test Statistic ,102
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Kolmogorov-Smirnov Sig. ,639e
Sig. (2-tailed) 99% Confidence Lower
,626
Interval Bound
Upper
,651
Bound
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

T-Test
Paired Samples Statistics
Std. Error
Mean Maximum Minimum N Std. Deviation Mean
Pair 1 GDsebelum 115,40 295 45 50 39,716 5,617
GDsesudah 133,54 314 81 50 50,939 7,204

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 GDsebelum & GDsesudah 50 ,636 ,000

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval
Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 GDsebelum - -
-18,140 40,003 5,657 -29,509 -6,771 49 ,002
GDsesudah 3,207

Anda mungkin juga menyukai