Anda di halaman 1dari 209

SKRIPSI

PENERAPAN PRECEPTORSHIP DAN DAMPAKNYA TERHADAP

KINERJA KLINIK MAHASISWA PROFESI NERS PROGRAM

REGULER UNIVERSITAS HASANUDDIN DI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS HASANUDDIN DAN RSUP DR WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

NAMA : HALIMAH

NIM : C12114023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Halimah

Nomor Mahasiswa : C121 14 023

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian

atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi yang seberat-

beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut. Demikian, pernyataan ini saya buat

dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan sama sekali.

Makassar, Februari 2018

Yang membuat pernyataan,

(Halimah)

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu

Wata’alah, karena berkah dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “Penerapan Preceptorship dan Dampaknya Terhadap Kinerja

Klinik Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler Universitas Hasanuddin di

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Makassar”, yang merupakan persyaratan akademis guna memperoleh gelar

sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar. Salam dan shalawat senantiasa

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam kepada

keluarga Beliau, sahabat, sahabiyah, Tabi’in, Tabi’u Tabi’in, dan orang-orang

yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi penelitian ini tentunya menuai banyak hambatan dan

kesulitan sejak awal hingga akhir penyusunan. Namun berkat bimbingan, bantuan,

dan kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi

peneliti dapat diatasi. Melalui kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima

kasih dan apresiasi setinggi-tingginya terutama kepada ibunda tercinta Bollo dan

ayahanda tersayang Ruddin yang senantiasa memberikan nasehat dan doanya

bagi peneliti, serta dengan penuh kesabaran, keikhlasan, kasih sayang dan kerja

keras telah mendidik dan membesarkan peneliti sehingga dapat bersekolah dan

melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi meskipun semuanya tak dapat

tergantikan dengan apapun. Semoga Allah senantiasa menjaga dan mencintai

beliau. Ucapan terima kasih pula peneliti sampaikan kepada:

v
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, yang senantiasa membangun serta memberikan fasilitas

terbaik di ”Kampus Merah” ini sehingga mahasiswa merasa nyaman

menimba ilmu dan betul-betul menjadi orang yang berguna

2. Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Si selaku dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Hasanuddin (Unhas).

3. Rini Rachmawaty, S.Kep., Ns., MN., Ph.D selaku wakil dekan bidang

akademik dan kemahasiswaan Fakultas Keperawatan Unhas.

4. Rini Rachmawaty, S.Kep., Ns., MN., Ph.D dan Nurfadilah S.Kep., Ns.,

MN. sebagai pembimbing pertama dan pembimbing kedua penulis yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

nasehat, arahan, dan petunjuk dalam penyusanan skripsi ini hingga selesai.

5. Kusrini Kadar, S.Kep., Ns., MN., Ph.D dan Ilkafah, S.Kep., Ns., M.Kep.

selaku penguji yang memberikan banyak masukan dan arahan demi

penyempurnaan skripsi ini.

6. Dosen-dosen dan staf di Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas atas

bimbingan dan bantuannya selama berkuliah.

7. Staf perpustakaan PSIK FKep Unhas, Andi Nur Awang, S.Hum. yang

telah membantu menyediakan literatur-literatur yang membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

8. Direktur Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar beserta seluruh

staf, para kepala ruangan dan perawat yang telah membantu memfasilitasi

peneliti untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Universitas

Hasanuddin Makassar.

vi
9. Direktur RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar beserta seluruh staf,

para kepala ruangan dan perawat yang telah membantu memfasilitasi

peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

10. Seluruh keluarga tercinta, kakak saya Aminah dan Usman dan keluarga

besar saya yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil untuk

kesuksesanku.

11. Rekan-rekan kakanda mahasiswa “HIPOGLOSUS”, “FI13RINOGEN”

atas dukungan, kerja sama dan partisipasinya sebagai responden dalam

penelitian ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2014 CRANIAL” atas segala canda,

kebersamaan, persaudaraan dan kenangan yang tak terlupakan selama

perkuliahan.

13. Sahabat sesama bimbingan saya Kak Marianti Ola, Andi Rizani Catur

Wulandari, Indah Gita Cahyani, Swastika Fadia Amalina, Tajriah

Arfadillah, dan Kasma Yuliani yang telah memberikan semangat luar

biasa dan bantuan yang banyak demi terselesaikannya skripsi ini.

14. Sahabat tercinta saya Elniwari Syam dan Sulaeha yang telah memberikan

semangat luar biasa dan bantuan yang banyak demi terselesaikannya

skripsi ini.

15. Teman-teman Beastudi Etos Makassar, 1SB4R yang telah memberikan

dukungan, doa, persaudaraan, dan kenangan yang tak terlupakan.

vii
16. Teman-teman KKN Tematik Desa Sehat Gowa Desa Pa’nakkukang

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa terima kasih pengalaman berharga

selama lebih satu bulan tinggal di rumah sekretaris Desa Pa’nakkukang.

Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis

tentunya tidak dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa

semoga Allah subhana wa ta’ala senantiasa melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada Hamba-Nya yang senantiasa membantu sesamanya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa

peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf

dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, karena sesungguhnya

kebenaran sempurna hanya milik Allah subhana wa ta’ala semata. Oleh

karena itu, peneliti senantiasa mengharapkan masukan yang konstruktif

sehingga peneliti dapat berkarya lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Akhir kata mohon maaf atas segala salah dan khilaf.

Makassar, Februari 2018

(Halimah)

viii
Abstrak

Halimah C12114023. PENERAPAN PRECEPTORSHIP DAN DAMPAKNYA TERHADAP


KINERJA KLINIK MAHASISWA PROFESI NERS PROGRAM REGULER
UNIVERSITAS HASANUDDIN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN DAN
RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO dibimbing oleh Rini Rachmawaty dan Nurfadilah (xv
+ 106 halaman + 5 tabel + 2 gambar + 7 lampiran).

Latar belakang: Model preceptorship telah menjadi standar akreditasi tahap profesi ners. Model
preceptorship telah diakui sebagai strategi untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa
keperawatan. Untuk mengetahui kinerja klinik mahasiswa yang sedang menjalani model
bimbingan preceptorship dibutuhkan evaluasi penerapan preceptorship, metode pembelajaran dan
kinerja klinik mahasiswa.

Tujuan: Mengetahui penerapan preceptorship dan dampaknya terhadap kinerja klinik mahasiswa
profesi ners program reguler Universitas Hasanuddin di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dan
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.

Metode: Penelitian kuantitatif melalui pendekatan deskripif survei dengan jumlah responden 57
mahasiswa profesi ners Universitas Hasanuddin.

Hasil: Penerapan preceptorship oleh preceptor di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin hampir
keseluruhan terlaksana dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo secara keseluruhan terlaksana. Rata-
rata kinerja klinik mahasiswa telah mendekati skor maksimum yaitu 105,7 di Rumah Sakit
Universitas Hasanuddin dan 107,2 di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo dari skor maksimum yang
diharapkan 120. Berdasarkan persepsi mahasiswa metode pembelajaran klinik yang dapat
digunakan untuk mencapai kinerja klinik adalah role modelling, diskusi kasus, demonstrasi, dan
bedside teaching.

Kesimpulan & saran: Penerapan preceptorship di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dan
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo sebagian besar telah terlaksana dengan kinerja klinik mahasiswa
telah mendekati skor maksimum. Peneliti menyarankan kepada preceptor menggunakan metode
pembelajaran role modelling, diskusi kasus, demonstrasi, dan bedside teaching untuk mencapai
kinerja klinik mahasiswa.

Kata kunci : Preceptorship, kinerja klinik mahasiswa, metode pembelajaran klinik.


Kepustakaan : 43 kepustakaan (2002–2017)

ix
Abstract

Halimah C12114023. THE APPLICATION OF PRECEPTORSHIP AND ITS IMPACT ON


THE CLINICAL PERFORMANCE NURSING STUDENTS OF REGULER PROGRAM
HASANUDDIN UNIVERSITY AT HASANUDDIN UNIVERSITY HOSPITAL AND
WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL MAKASSAR , guided by Rini Rachmawaty and
Nurfadilah (xv + 106 pages + 5 tables + 2 pictures + 7 attachments).

Background: The preceptorship model has become the standard accreditation in nursing clinic.
The preceptorship model has also been recognized as a strategy to develop the competence of
nursing students. To know the clinical performance of students who are undergoing a model of
preceptorship guidance required evaluation of the application of preceptorship, learning methods
and student clinical performance.

Objective: To know the application of preceptorship and its impact on clinical performance of
nursing students at Hasanuddin University Hospital dan Wahidin Sudirohusodo Hospital
Makassar

Method: Quantitative research through descriptive survey approach with 57 nursing students of
Hasanuddin University

Results: The application of preceptorship by preceptors at Hasanuddin University Hospital was


almost entirely carried out, at Wahidin Sudirohusodo hospital generaly was implemented. The
average student clinical performance has approached the maximum score of 105.7 at Hasanuddin
University Hospital and 107.2 at Wahidin Sudirohusodo hospital from the expected maximum
score of 120. Based on student perceptions clinical learning methods that can be used to achieve
clinical performance are role modeling, case discussion, demonstration, and bedside teaching.

Conclusions & suggestions: The application of preceptorship at Hasanuddin University Hospital


and Wahidin Sudirohusodo Hospital has mostly been carried out with the student clinical
performance approaching the maximum score. The researcher suggested to the preceptors using
the method are role modeling, case discussion, demonstration, and bedside teaching to achieve
student clinical performance.

Keywords: Preceptorship, student clinic performance, clinical learning methods.

Literature: 43 literature (2002-2017)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ............................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................................. iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................... v
ABSTRAK............................................................................................................ ix
ABSTRACT.......................................................................................................... x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Tinjauan Umum Tentang Model Bimbingan Klinik .................................... 8
B. Tinjauan Umum Tentang Model Preceptorship ........................................ 10
C. Tinjauan Umum Tentang Metode pembelajaran klinik...............................17
D. Tinjauan Umum Tentang Evaluasi Kinerja Klinik......................................24
E. Dampak Preceptorship Terhadap Kompetensi
ppppPreceptee....................................................................................................43
BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 47
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 48
A. Rancangan Penelitian ................................................................................. 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 48
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 49
D. Alur Penelitian ........................................................................................... 51
E. Variabel Penelitian dan Definisi Opersaional ............................................ 52
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 58
xi
H. Analisa Data ............................................................................................... 61
I. Etik Penelitian ........................................................................................... .64
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 66
A. Hasil ........................................................................................................... 66
B. Pembahasan ................................................................................................ 79
C. Keterbatasan Penelitian............................................................................. 101
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 102
A. Kesimpulan ................................................................................................ 102
B. Saran .......................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 106
LAMPIRAN - LAMPIRAN ............................................................................. 111

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, stase

praktek, semester di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo................................................................................. 67

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Uji Beda Penerapan Preceptorship oleh

Preceptor di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo..... 69

Tabel 5.3 Mean dan Uji Beda Kinerja Klinik Secara Umum dan Empat

Aspek Kinerja Klinik Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler

Unhas di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo ......... 72

Tabel 5.4 Mean dan Uji Beda Metode Pembelajaran Klinik yang digunakan

untuk Mencapai Kinerja Klinik Mahasiswa Profesi Ners Program

Reguler Unhas di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo................................................................................. 73

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penerapan Preceptorship oleh Preceptor

Berdasarkan Stase Praktik Mahasiswa Profesi Ners Program

Reguler Unhas di di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo................................................................................. 76

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penerapan Preceptorship dan Dampaknya

Terhadap Kinerja Klinik Mahasiswa…......……......……............ 47

Gambar 4.1 Alur Penelitian…...…………………………………………....... 51

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Naskah Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian………..... 111

Lampiran 2 Formulir Persetujuan Responden…………………………….... 113

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian……………………………………........... 114

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kinerja Klinik............. 124

Lembaran 5 Master tabel......................................................………….......… 126

Lampiran 6 Hasil Analisa Data (Output SPSS).............................................. 152

Lampiran 7 Surat-surat……………........…………………………………... 183

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tinggi yang bermutu dapat menghasilkan lulusan yang

mampu secara aktif mengembangkan potensinya dan menghasilkan ilmu

pengetahuan dan/atau teknologi yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan

negara (Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, 2016). Untuk mencapai

pendidikan tinggi kesehatan yang bermutu, institusi harus mendapatkan

pengakuan sebagai program studi yang telah memenuhi standar yang

ditetapkan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan

(LAM-PTKes) (LAM-PTKes, 2014). Standar penilaian sistem pembelajaran

pada tahap profesi ners yang ditetapkan oleh LAM-PTKes adalah

menggunakan model pembimbingan klinik preceptorship dan tujuh atau lebih

metode pembelajaran klinik yaitu pre dan post conference, demonstrasi,

diskusi kasus, bedside teaching, ronde keperawatan, role modelling, dan

seminar (LAM-PTKes, 2013).

Model pembimbingan klinik yang digunakan harus memfasilitasi

lingkungan klinik yang kondusif sehingga mahasiswa mampu mencapai

kompetensi keperawatan yang diharapkan (Kaphagawani & Useh, 2013).

Model preceptorship adalah salah satu model pembimbingan klinik yang

dapat memfasilitasi perawat baru dan mahasiswa keperawatan untuk

mencapai kompetensi yang diharapkan. Penelitian yang dilakukan oleh Ke,

Kuo & Hung (2017) di Taiwan pada kelompok intervensi yang menggunakan
1
model preceptorship selama 1-3 bulan menunjukkan bahwa model

preceptorship dapat meningkatkan kompetensi perawat baru. Perawat baru

atau mahasiswa keperawatan seringkali kesulitan dalam proses beradaptasi

dengan lingkungan klinis rumah sakit sehingga menyebabkan pelayanan

kesehatan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Windyastuti (2016)

menunjukkan bahwa pelatihan preceptorship efektif dalam meningkatkan

kemampuan adaptasi perawat baru.

Model preceptorship dapat pula meningkatkan percaya diri serta

kompetensi mahasiswa keperawatan (Phuma-Ngaiyaye, Bvumbwe &

Chipeta, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Tursina, Safari & Mujidin

(2016) menunjukkan bahwa bimbingan preceptorship model kognitif sosial

dapat meningkatkan kompetensi klinik pada mahasiswa program studi D-III

Keperawatan yang praktik di RSJ Grhasia Yogyakarta. Pencapaian

kompetensi keperawatan sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran

klinik. Penelitian yang dilakukan oleh Nielsen et al. (2017) menyatakan

bahwa terdapat tiga komponen utama yang dapat menciptakan hasil belajar

yang baik pada perawat baru atau preceptee melalui model preceptorship

yaitu being together dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi,

doing together dengan menggunakan metode pembelajaran bedside teaching,

dan getting along together dengan menggunakan metode pembelajaran

diskusi kasus.

Model preceptorship adalah sebuah model bimbingan klinis

keperawatan yang telah diakui sebagai suatu strategi untuk mengembangkan

2
kompetensi perawat dan mahasiswa keperawatan (Nielsen et al., 2017).

Untuk menilai kompetensi mahasiswa keperawatan di tatanan klinik,

diperlukan evaluasi pembelajaran klinik. Evaluasi pembelajaran klinik

merupakan proses mendapatkan informasi untuk membuat penilaian terhadap

kinerja peserta didik dan menganalisis informasi tentang efektifitas dan

dampak dari suatu program. Kinerja klinik yang baik menjadi tolak ukur

keberhasilan pelayanan kesehatan yang menunjukkan akuntabilitas lembaga

pelayanan dalam suatu tatanan organisasi (Nursalam & Efendi, 2012).

Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) telah melakukan

pelatihan preceptorship kepada institusi pendidikan ners dan rumah sakit

tekait (AIPNI, 2012). Penerapan model preceptorship dan metode

pembelajaran klinik bahkan telah menjadi standar penilaian LAM-PTKes

namun, saat ini masih sedikit penelitian mengenai evaluasi penerapan

preceptorship dan tujuh metode pembelajaran klinik serta dampaknya

terhadap kinerja klinik mahasiswa.

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RS Unhas) dan RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo telah menerapkan model bimbingan preceptorship

pada mahasiswa profesi ners. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti melalui wawancara dengan empat preceptor di ruang perawatan,

Intensive Care Unit (ICU), Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Unhas

didapatkan informasi bahwa rumah sakit telah menyediakan pembimbing

klinik bersertifikat yang kompeten sesuai dengan bidangnya. Sertifikat yang

dimiliki merupakan sertifikat pelatihan preceptorship. Wawancara kepada

3
preceptor menyatakan bahwa kurangnya tenaga keperawatan yang memenuhi

kriteria peserta pelatihan preceptorship dan adanya perbedaan jadwal dinas

preceptor dengan mahasiswa yang sedang profesi menyebabkan penerapan

preceptorship tidak maksimal. Selama penerapan model preceptorship di RS

Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo belum ada evaluasi secara

spesifik pada kinerja klinik mahasiswa.

B. Perumusan Masalah

Pendidikan tinggi yang bermutu merupakan pendidikan tinggi yang

menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif mengembangkan potensinya

dan menghasilkan ilmu pengetahuan. Berdasarkan naskah akademik LAM-

PTKes (2013) kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik merupakan

acuan keunggulan mutu sistem pembelajaran tahap profesi yaitu

menggunakan model bimbingan preceptorship dan tujuh metode

pembelajaran klinik atau lebih. Model preceptorship telah diakui sebagai

model yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar yang baik pada

mahasiswa.

Untuk menilai hasil belajar mahasiswa profesi, diperlukan adanya

evaluasi spesifik terhadap kinerja klinik mahasiswa. Evaluasi kinerja klinik

dapat memberikan informasi mengenai efektifitas dan dampak dari suatu

program namun, saat ini belum ada penelitian mengenai kinerja klinik

mahasiswa profesi ners selama penerapan preceptorship di RS Unhas dan

RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. Oleh karena itu, peneliti merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana penerapan preceptorship

4
dan dampaknya terhadap kinerja klinik mahasiswa profesi ners

program reguler Unhas di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui penerapan preceptorship dan dampaknya terhadap

kinerja klinik mahasiswa profesi ners Unhas di RS Unhas dan RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penerapan preceptorship oleh preceptor di RS Unhas dan

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

b. Mengetahui perbedaan penerapan preceptorship oleh preceptor klinik

di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

c. Mengetahui kinerja klinik secara umum dan aspek kinerja klinik:

kemampuan sosial, keterampilan berkomunikasi, keterampilan

praktik, dan kemampuan mengambil keputusan pada mahasiswa

profesi ners Unhas di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

selama penerapan preceptorship.

d. Mengetahui perbedaan kinerja klinik secara umum dan aspek kinerja

klinik: kemampuan sosial, keterampilan berkomunikasi, keterampilan

praktik, dan kemampuan mengambil keputusan pada mahasiswa

profesi ners Unhas di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

selama penerapan preceptorship.

5
e. Mengetahui metode pembelajaran klinik yang dapat digunakan untuk

mencapai kinerja klinik: kemampuan sosial, keterampilan

berkomunikasi, keterampilan praktik, dan kemampuan mengambil

keputusan berdasarkan persepsi mahasiswa profesi ners program

reguler Unhas di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

f. Mengetahui perbedaan metode pembelajaran klinik yang dapat

digunakan untuk mencapai kinerja klinik: kemampuan sosial,

keterampilan berkomunikasi, keterampilan praktik, dan kemampuan

mengambil keputusan mahasiswa profesi ners program reguler Unhas

di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

g. Mengetahui penerapan preceptorship oleh preceptor berdasarkan stase

praktek mahasiswa profesi ners program reguler Unhas di RS Unhas

dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

untuk pengembangan pendidikan klinik dalam keperawatan dan

memberikan informasi baru kepada preceptor tentang penerapan

preceptorship dan dampaknya terhadap kinerja klinik mahasiswa profesi

ners sehingga dapat menjadi bahan evaluasi dalam proses pembelajaran

klinis di rumah sakit.

6
2. Aplikatif

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam

pembuatan modul pendidikan profesi ners di rumah sakit yang berfokus

pada peningkatan kinerja klinik mahasiswa profesi ners.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Model Bimbingan Klinik

1. Definisi Model Bimbingan Klinik

Model bimbingan klinik adalah suatu upaya untuk menumbuhkan

kemampuan profesional (intelektual, teknikal, dan interpersonal) peserta

didik melalui upaya integrasi berbagai konsep, teori, dan prinsip

keperawatan dalam rangka memenuhi keutuhan dasar klien secara

komprehensif (Nursalam & Efendi, 2012).

2. Tujuan Model Bimbingan Klinik

Tujuan model bimbingan klinik adalah membantu peserta didik

mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pemelajaran klinik melalui proses

peningkatan kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang

dilandasi etika keperawatan (Nursalam & Efendi, 2012).

Kemampuan intelektual yang harus dicapai pada model ini menurut

Nursalam & Efendi (2012) adalah

a. Menganalisis data subjektif dan data objektif

b. Menetapkan diagnosa keperawatan

c. Menetapkan rencana intervensi keperawatan

d. Mengevaluasi asuhan keperawatan

e. Memodifikasi rencana keperawatan

8
Kemampuan teknik yang harus dicapai pada model ini adalah

mampu melakukan berbagai keterampilan dan kemampuan interpersonal

(melakukan wawancara dan komunikasi terapeutik).

3. Jenis Model Bimbingan Klinik

a. Model Mentorship

Model Mentorships atau mentoring adalah pasangan intens dari

orang yang lebih terampil atau berpengalaman dengan orang

keterampilan atau pengalaman sedikit, dengan tujuan yang disepakati

oleh orang yang mempunyai pengalaman yang lebih sedikit untuk

menambah dan mengembangkan kompetensi yang spesifik (M Murray

& M Owen, 1991 dalam Dermawan, 2012). Mentoring merupakan

hubungan pembelajaran dan konseling antara orang yang

berpengalaman yang membagi keahlian profesional dengan orang

yang lebih sedikit berpengalaman untuk mengembangkan

keterampilan dan kemampuan dari bagian yang kurang berpengalaman

(Treasury Board of Canada, 1993 dalam Dermawan, 2012).

b. Model Supervisi

Model supervisi melibatkan fasilitator pembelajaran yang

merupakan staf dari universitas kemudian langsung bertanggungjawab

dan memberikan bimbingan pada proses pendidikan klinis (McKenna,

2004 dalam Hardisman, 2009). Dalam model ini fasilitator

bertanggungjawab terhadap semua proses pembelajaran mahasiswa,

termasuk persiapan dan pengarahan sebelum praktek klinis, penilaian

9
kebutuhan pembelajaran, manajemen proses pembelajaran, supervisi

dalam praktek klinis, dan melakukan evaluasi proses pembelajaran

(Hardisman, 2009).

c. Model Preceptorship

Model Preceptorship adalah tanggung jawab bersama antara

institusi pendidikan dan rumah sakit untuk membantu

menghubungkan antara teori dan praktik. Model ini dimaksudkan

untuk memfasilitasi masa transisi mahasiswa dalam meningkatkan

kompetensi dan kepercayaan diri. Peran preceptor adalah sebagai role

model merupakan salah satu strategi pembelajaran paling efektif yang

digunakan dalam program preceptorship (International Confederation

of Midwives, 2010).

B. Tinjauan Umum tentang Model Preceptorship

1. Definisi Preceptorship

Pembelajaran klinik merupakan fokus pembelajaran dan pengajaran

yang melibatkan klien secara langsung dan menjadi “jantung” dari

pendidikan keperawatan. Pada program pendidikan ners, peserta didik

dimungkinkan untuk memperoleh kesempatan praktik klinik sebanyak

mungkin dan mengenal area klinik di awal pembelajaran. Model

bimbingan klinis berkontribusi terhadap proses pembelajaran. Pemilihan

model bimbingan yang tepat dapat menumbuhkan minat peserta didik

untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar dan dapat menghantarkan

bahan pelajaran agar sampai kepada peserta didik untuk mencapai

10
kompetensi yang diharapkan. Kompetensi tersebut dapat dicapai dengan

menggunakan model bimbingan yang efektif (Nursalam & Efendy, 2012).

Model preceptorship adalah suatu model pembelajaran di lahan

praktik/klinik yang memasangkan peserta didik atau perawat baru dengan

praktisi yang berpengalaman. Pembimbing klinik atau Preceptor sebagai

role modelling membantu mahasiswa perawat atau preceptee untuk

menyesuaikan diri dengan peran barunya (Canadian Nurses Association

(CNA), 2016). Mahen & Clark (1996), dalam Nursalam & Efendi (2012)

preceptor adalah seorang perawat yang mengajar, memberikan

bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (role

model), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu

(trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus

mensosialisasikan trainee pada peran barunya.

Sistem preceptorship adalah menggunakan pendekatan bimbingan

belajar yang dilakukan selama masa induksi dan orientasi staf baru,

menggunakan landasan teori pendidikan dewasa, sistem yang

memungkinkan staf baru belajar untuk bekerja melalui model peran orang

lain (preceptor) melalui proses pembimbingan terstruktur. Seorang

perawat senior membimbing satu peserta didik dan menganggap peserta

didik sebagai tanggung jawabnya secara keseluruhan. Proses

pembelajaran mengacu pada tujuan preceptorship secara bertahap mulai

dari prosedural (keterampilan), afektif & kognitif, sampai kepada asuhan

keperawatan lanjut (Nursalam & Efendi, 2012).

11
2. Tujuan Preceptorship

Tujuan dari model preceptorship dapat dibagi menjadi dua bagian

besar, yaitu makro (skala luas) dan mikro (skala individu). Secara makro

bertujuan untuk melibatkan pengembangan perawat di dalam organisasi.

Shamian & Inhaber (1985), dalam Nursalam & Efendi (2012)

menyatakan bahwa model preceptorship digunakan sebagai alat

sosialisasi dan orientasi. Hill & Lowenstein (1992), dalam Nursalam &

Efendi (2012) memandang model preceptorship sebagai salah satu

metode rekruitmen staf. Akses ke pengetahuan organisasi dan praktik

klinik tidak dapat diprediksi oleh perawat baru, sehingga diskusi antara

preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan praktik terkini

dalam lingkungan klinik dengan harapan preceptee akan memiliki

kemampuan yang sama dengan preceptornya.

Tujuan utama preceptorship secara mikro adalah untuk membantu

proses transisi dari pembelajar ke praktisioner (Mahen & Clark, 1996

dalam Nursalam & Efendi, 2012); mengurangi dampak sebagai “syok

realita” (Kramer, 1974 dalam Nursalam & Efendi, 2012); dan

memfasilitasi perawat untuk berkembang dari apa yang dihadapi dalam

lingkungan barunya (Bain, 1996 dalam Nursalam & Efendi, 2012). Fokus

pada efisiensi dan efektivitas layanan keperawatan yang berkembang

cepat seringkali menimbulkan culture shock tersendiri khususnya perawat

baru. Tujuan preceptorship adalah menyiapkan para praktisi untuk

menjadi lebih profesional dalam praktik profesional, melindungi

12
masyarakat dari pelayanan para praktisi pemula yang tidak

berpengalaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, preceptor harus

memiliki kompetensi sebagai pembimbing klinis (Nursalam & Efendi,

2012).

3. Kriteria-kriteria Preceptorship

Kriteria preceptor tidak semua dimiliki oleh perawat. UKC (1993),

dalam Nursalam & Efendi (2012) menganjurkan bahwa preceptor adalah

perawat yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun di bidang yang

sama atau bidang yang masih berhubungan. Keterampilan komunikasi dan

kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan

mendukung perkembangan profesional merupakan hal terpenting

(Shamian & Inhaber, 1985 dalam Nursalam & Efendi, 2012).

Secara garis besar dapat disimpulkan kriteria seorang preceptor

yang berkualitas adalah berpengalaman dan ahli di lingkungan klinik,

berjiwa kepemimpinan, keterampilan komunikasi yang baik, kemampuan

membuat keputusan, mendukung perkembangan profesional, memiliki

kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam penerapan

model preceptorship, tidak memiliki sikap yang menilai terlalu awal pada

rekan kerja asertif, fleksibilitas untuk berubah, mampu beradaptasi

dengan kebutuhan pembelajaran individu (Nursalam & Efendi, 2012).

Berdasarkan matriks penilaian instrumen akreditasi LAM-PTKes

(2013) bahwa model pembimbingan klinik yang digunakan pada tahap

13
profesi adalah model preceptorship yang memiliki kriteria penilaian

sebagai berikut:

a. Kualifikasi akademik tenaga preceptor minimal ners.

b. Persentase preceptor dengan pengalaman praktik yang memadai:

jumlah preceptor ners spesialis yang memiliki pengalaman praktik

≥ 2 tahun ditambahkan dengan jumlah preceptor ners yang

memiliki pengalaman praktik ≥ 5 tahun dan dibagi dengan jumlah

seluruh preceptor dikali 100%. Hasilnya sangat baik jika ≥ 80%.

c. Persentase preceptor yang memiliki sertifikat dikategorikan sangat

baik jika ≥ 90%.

d. Rata-rata mahasiswa per preceptor dikategorikan sangat baik jika

preceptor membimbing 1-4 mahasiswa.

e. Ketersediaan panduan praktik, sosialisasi dan penggunaannya.

f. Menggunakan tujuh metode pembelajaran klinik mahasiswa atau

lebih

g. Menggunakan empat atau lebih metode evaluasi praktik yaitu

logbook, portofolio, SOCA (Student Oral Case Analysis), diskusi

refleksi kasus, dan laporan kejadian luar biasa.

Faktor kunci dalam pengembangan dan implementasi model

preceptorship adalah keterlibatan staf yang berpengalaman di semua

tingkatan, ketersediaan literatur untuk mendapatkan pemahaman praktik

terbaik, dan penggunaan pengetahuan yang diperoleh untuk dijadikan

panduan dalam praktik. Penggunaan kombinasi dari strategi perubahan

14
dan program pendidikan staf dapat diimplementasikan untuk

meningkatkan model preceptorship (Nursalam & Efendi, 2012).

Komitmen dan dukungan dari bidang keperawatan merupakan

faktor penting untuk mencapai hasil belajar yang baik. Mahasiswa

keperawatan mampu mencapai kompetensi apabila didukung oleh

preceptor yang membimbing selama proses pembelajaran. Peran

preceptor sangat menentukan hasil belajar mahasiswa (Phuma-Ngaiyaye,

Bvumbwe & Chipeta, 2017). Peran preceptor menurut CNA (2016)

adalah sebagai berikut:

a. Preceptor bertindak sebagai pembimbing klinis, panutan (role

modelling) yang profesional, dan sebagai teman sejawat.

a. Memperkenalkan preceptee di lingkungan klinik.

b. Bersama preceptee menilai kebutuhan belajar dan menetapkan

tujuan pembelajaran.

c. Bersama preceptee menentukan tanggung jawab perawatan klien

sesuai dengan kemampuan preceptee.

d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada preceptee.

e. Mengevaluasi hasil pembelajaran yang spesifik dan semua program

preceptorship.

15
Secara umum tanggung jawab seorang preceptor menurut

Nursalam & Efendi (2012) dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai

berikut:

a. Tanggung jawab dasar

1) Komitmen dalam peran sebagai preceptor.

2) Memiliki keinginan untuk mengajar/membimbing dan berbagai

keahlian dengan mitra.

b. Tanggung jawab prosedural

1) Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee pada

masing-masing unit.

2) Menilai perkembangan dari tujuan yang akan dicapai preceptee.

3) Merencanakan kolaborasi dan implementasi program

pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan preceptee.

4) Melakukan tindakan sebagai role model.

5) Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan preseptee.

6) Memfasilitasi pengembangan dari apa yang harus dikuasai

preceptee melalui model preceptorship.

Dalam program preceptorship, peran sebagai preceptee

menurut CNA (2016) adalah sebagai berikut:

a. Berpartisipasi dalam program preceptorship sebagai pelajar dan

teman sejawat.

b. Aktif berkonsultasi dengan preceptee untuk menilai kebutuhan

belajar dan menetapkan tujuan pembelajaran.

16
c. Mengevaluasi hasil pembelajaran yang spesifik dan semua

program preceptorship.

d. Menyatakan ketika tanggung jawab yang diberikan oleh

preceptor tidak sesuai dengan kemampuannya.

Metode pembelajaran mempunyai kontribusi yang cukup besar

dalam proses pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat

dapat menumbuhkan minat peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar-

mengajar. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk

menghantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada peserta didik untuk

mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi tersebut dapat dicapai

dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif (Nursalam &

Efendi, 2016).

C. Tinjauan Umum tentang Metode Pembelajaran klinik

1. Definisi Metode Pembelajaran klinik

Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik

peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan

menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik

individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran

(Nursalam & Efendi, 2012). Sedangkan menurut Swheer (1996), dalam

Nursalam & Efendi (2012) metode pembelajaran klinik adalah suatu

sarana yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menerapkan pengetahuan teori ke dalam pembelajaran dengan

menerapkan beberapa keterampilan intelektual dan psikomotor yang


17
diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas

pada pasien.

Tujuan dari pembelajaran klinik menurut Nursalam & Efendi (2012)

antara lain:

a. Meningkatkan pemahaman peserta didik tentang ilmu pengetahuan

dan masalah keperawatan.

b. Menumbuhkan dan membina sikap serta ketrampilan professional

sebagai perawat.

c. Mengadakan adaptasi atau penyesuaian profesional di lingkungan

di mana mereka kelak akan bekerja.

2. Jenis Metode pembelajaran klinik

Pelaksanaan metode pembelajaran klinik dianggap baik jika

pendidikan tinggi menerapkan tujuh atau lebih metode pembelajaran

klinik profesi ners yang telah ditetapkan LAM-PTKes adalah pre dan

post conference, demonstrasi, diskusi kasus, bedside teaching, ronde

keperawatan, role modelling, dan seminar (LAM-PTKes, 2013).

a. Konferensi

Konferensi adalah salah satu metode pembelajaran dalam

bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek praktik klinik.

Konferensi dapat meningkatkan pembelajaran penyelesaian

masalah dalam kelompok melalui analisis kritikal, pemilihan

alternatif pemecahan masalah, dan pendekatan kreatif, dan

memberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam

18
menyelesaikan masalah, serta melatih kepemimpinan. Konferensi

bertujuan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam

mengevaluasi perkembangan klien, menilai kemampuan peserta

didik dalam menyiapkan praktik pada hari tersebut, menilai

perkembangan kemampuan menulis diagnosis keperawatan

(Nursalam & Efendi 2012).

b. Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan

cara memperagakan suatu prosedur dengan menggunakan alat dan

disertai penjelasan, merode ini sering digunakan pada pendidikan

keperawatan dalam materi prosedur keperawatan. Metode ini

dilaksanakan di rumah sakit ataupun di laboratorium keperawatan.

Dalam prakteknya metode demonstrasi dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara tidak langsung

dilakukan oleh tenaga perawat yang disaksikan oleh peserta didik

dalam tugas sehari-hari. Secara langsung adalah apa yang

dipersipkan secara teliti dan disajikan oleh peserta dengan

keahliannya dibantu pembimbing tentang bagaimana melakukan

suatu prosedur keperawatan (Simamora, 2009).

c. Bedside teaching

Bedside teaching adalah metode mengajar peserta didik yang

dilakukan di samping tempat tidur klien, meliputi kegiatan

memperlajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang

19
dibutuhkan oleh klien. Pembimbing klinik dapat mengajarkan dan

mendidik peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural,

menumbuhkan sikap profesional, mempelajari perkembangan

biologis/fisik, dan melakukan komunikasi melalui pengamatan

langsung (Nursalam & Efendi 2012).

Prinsip Pelaksanaan Bedside teaching adalah sebagai berikut:

1) Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik,

peserta didik, dan klien.

2) Jumlah peserta didik dibatasi, yaitu sekitar lima orang.

3) Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan klien

dilakukan seminimal mungkin.

4) Lanjutkan dengan demonstrasi ulang.

5) Evaluasi pemahaman peserta didik segera mungkin terhadap

apa yang didapatnya saat itu.

6) Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum

pernah diperoleh peserta didik sebelumnya atau kesulitan

yang dihadapi peserta

d. Ronde Keperawatan

Ronde Keperawatan (nursing rounds) adalah suatu metode

pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer

dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam praktik

keperawatan secara langsung. Ronde keperawatan bertujuan untuk

mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh

20
perawat di samping melibatkan klien untuk membahas dan

melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus

dilakukan oleh perawat primer (PP) dan/atau perawat konselor,

kepala ruangan, perawat associate (PA) yang perlu juga melibatkan

seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam & Efendy, 2012).

Manfaat ronde keperawatan menurut Nursalam & Efendy

(2012) adalah sebagai berikut:

1. Masalah klien dapat teratasi

2. Kebutuhan klien dapat terpenuhi

3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional

4. Terjalinnya kerjasama antartim kesehatan

5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan

dengan tepat dan benar

Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah

klien yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi

meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.

2. Klien dengan kasus baru atau langka.

e. Diskusi Kasus

Diskusi kasus atau Problem Based Learning (PBL) adalah

salah satu metode dalam proses pembelajaran yang menggunakan

masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru. Seperti halnya CL

21
(Collaborative Learning), metode ini juga berfokus pada keaktifan

mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Mahasiswa tidak lagi

diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode

pembelajaran konvensional. Dengan meode ini, diharapkan

mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara

mandiri. Dalam metode PBL, mahasiswa diberikan suatu

permasalahan. Selanjutnya secara berkelompok mencari solusi atas

permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi mereka

diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari

berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari bahan bacaan,

narasumber, dan sebagainya (Nursalam & Efendy, 2012).

Manfaat metode pembelajaran PBL menurut Nursalam &

Efendy (2012) adalah sebagai berikut:

1. PBL berpusat pada mahasiswa: memotivasi pembelajaran

aktif meningkatkan pemahaman dan menstimulus seseorang

untuk terus belajar selama hidupnya.

2. Kompetensi umum: PBL memfasilitasi mahasiswa untuk

mengembangkan sikap dan keterampilan umum yang

dikehendaki di masa mendatang.

3. Integrasi: PBL memfasilitasi integrasi kurikulum ini.

4. Motivasi: PBL menyenangkan bagi tutor dan mahasiswa serta

prosesnya melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

22
5. Pembelajaran mendalam: PBL meningkatkan pemahaman

mendalam (mahasiswa berinteraksi dengan bahan-bahan

pembelajaran, menghubungkan konsep dengan aktivitas

sehari-hari, dan meningkatkan pemahaman mahasiswa).

6. Pendekatan konstruktif: mahasiswa aktif berdasarkan

pengetahuan dan membangun kerangka konseptual dari

pengetahuan tersebut.

f. Role Modeling

Preceptorship adalah model pembelajaran dan pengajaran

yang menggunakan perawat sebagai model peran (role model)

(CNA, 2016). Role Model menjadi penting dalam proses

pembelajaran perilaku karena mahasiswa belajar dari yang diamati

dalam proses pembelajaran sehari-hari. Informasi yang diamati dari

model (preceptor) selanjutnya akan diretensi oleh mahasiswa,

diproses dalam memori, dan selanjutnya akan timbul motivasi

untuk melakukan perilaku sesuai model yang diamati (Gredler,

2009 dalam Kusumawati, Aminah & Tinartayu, 2014).

Seorang perawat pembimbing klinik harus bekerja sesuai

dengan standar profesional sebagai agen sosial dan sebagai anggota

profesi yang memiliki pengetahuan, kompetensi, dan profesional.

Pembimbing klinik yang dapat berperan sebagai role model yang

baik adalah mempunyai clinical competence, teaching skills, serta

23
personal quality yang baik (Passi et al., 2010 dalam Kusumawati,

Aminah & Tinartayu, 2014).

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari role model

adalah mahasiswa dapat melihat dan menganalisis nilai-nilai

perilaku yang ditampilkan oleh preceptor yaitu keterampilan

berpikir kritis dan perilaku profesional dalam berinteraksi dengan

klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Keterampilan

berpikir kritis dalam menangani masalah klien akan menjadi

contoh bagi mahasiswa. Mahasiswa akan menilai dan melihat

konsekuensi tindakan yang baik dan menjadikan hal tersebut

sebagai motivasi dalam belajar (Carpenter et al., 2015).

Metode pembelajaran klinik ini sangat mempengaruhi hasil

pencapaian belajar mahasiswa selama menjalani proses pembelajaran di

tatanan klinik (Simamora, 2009). Untuk menilai hasil pencapaian belajar

mahasiswa harus dilakukan melalui audit yang sudah distandarisasi.

Komponen utama dalam menilai hasil pencapaian belajar mahasiswa atau

kinerja klinik mahasiswa adalah melalui evaluasi klinik (Nursalam &

Efendi, 2012).

D. Tinjauan Umum tentang Evaluasi Kinerja Klinik

1. Definisi Evaluasi Kinerja Klinik

Evaluasi klinis merupakan proses mendapatkan informasi untuk

membuat penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam lingkungan

klinis (Simamora, 2009). Evaluasi kinerja klinik pada dasarnya adalah


24
kegiatan evaluasi hasil pendidikan yang dilaksanakan di klinik atau di

tempat pengalaman belajar klinik mahasiswa. Evaluasi adalah proses

stimulasi untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi hasil pendidikan

adalah proses sistemis untuk mencapai tingkat pencapain tujuan

pendidikan yang terdiri atas kegiatan mengukur dan menilai. Tujuan

evaluasi kinerja klinik mahasiswa adalah untuk menentukan kompetensi

klinik mahasiswa sehingga dapat mengevaluasi proses pembelajaran di

lingkungan klinis (Nursalam & Efendi, 2012).

Mengukur adalah kegiatan mengamati penampilan peserta didik

berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dan menggunakan alat dan

metode pengukuran tertentu. Menilai adalah membandingkan hasil

pengukuran penampilan peserta didik dengan kriteria keberhasilan yang

ditetapkan. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif merupakan suatu evaluasi yang dilakukan untuk

mengetahui kekurangan peserta didik sebagai bahan dan dasar

pemberian bimbingan (Nursalam & Efendi, 2012).

Evaluasi sumatif merupakan suatu evaluasi yang digunakan untuk

menentukan derajat keberhasilan (nilai) peserta didik yang dilakukan

pada akhir proses pembelajaran. Evaluasi klinik didasarkan pada

objektif yang dibentuk untuk praktek klinik. Objektif tersebut

merupakan objektif mata ajar dan perilaku yang pencapaiannya

memerlukan praktik klinik. Objektif yang perlu dievaluasi tersebut

25
mencakup domain kognitif, domain psikomotorik, dan domain afektif.

Domain (Nursalam & Efendi, 2012).

2. Aspek-aspek yang dinilai

Evaluasi hasil pendidikan harus dapat mengukur secara jelas hasil

belajar yang harus dicapai mahasiswa. Setiap jenis dan tingkat hasil

belajar akan diukur menggunakan metode evaluasi yang sesuai metode

tes tertulis dan lisan digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif,

tes penampilan atau metode observasi digunakan untuk kemampuan

psikomotor dan sikap/perilaku kemampuan yang harus dicapai pada

pengalaman belajar klinik cukup kompleks, meliputi kemampuan

kognitif tingkat tinggi (problem solving) maupun kemampuan

psikomotor serta sikap dengan demikian metode evaluasi yang

digunakan untuk mengukur kemampuan klinik terdiri dari berbagai

metode, termasuk penugasan tertulis, kemampuan klinik terdiri dari

berbagai metode, termasuk penugasan tertulis, lisan (diskusi) dan

observasi (Nursalam & Efendi, 2012).

Menurut Bradshaw (1989), dalam Nursalam & Efendi (2012),

aspek yang perlu dievaluasi pada kinerja klinik meliputi 4 keterampilan:

a. Kemampuan Sosial

1) Bekerja dengan sejawat

2) Kesadaran diri

b. Keteramplan Berkomunikasi:

1) Berbicara dan mendengar

26
2) Membaca dan menulis

c. Keteramplan Praktik

1) Penggunaan alat

2) Teknik aseptik

3) Pemberian obat

d. Kemampuan Mengambil Keputusan

1) Asuhan Keperawatan

2) Manajemen

3) Pendidikan kesehatan

3. Keterampilan Kinerja Klinik

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam satu organisasi sesuai wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika.

Kinerja klinis mengandung komponen kompetensi profesional dan

produktifitas dalam pelayanan keperawatan yang didasarkan pada standar

mutu pelayanan keperawatan. Tanggung jawab dan akuntabilitas akan

menentukan keterampilan kinerja klinis tiap perawat (Nursalam, 2016).

a. Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial berhubungan dengan kemampuan

seseorang dalam berinterkasi dengan orang lain. Menurut King,

dalam Nursalam (2016) interaksi sebagai suatu proses dari persepsi

dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan

27
kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan

sebagai perilaku verbal dan nonverbal dalam mencapai tujuan.

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu

atau individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi

sehingga terjadi hubungan timbal balik dan pada akhirnya

membentuk struktur social (Potter & Perry, 2009).

1) Bekerja dengan Sejawat

Perawat menjalankan peran yang membutuhkan

interaksi dengan berbagai anggota tim pelayanan kesehatan.

Unsur yang membentuk hubungan perawat-klien juga dapat

diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada

pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai

tujuan tatanan klinis (Triola, 2006 dalam Potter & Perry,

2009). Komunikasi di sini berfokus pada pembentukan tim,

fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi,

supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.

Di dalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan

membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk

membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan. Semua

orang memiliki kebutuhan interpribadi akan penerimaan,

keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan, dan kontrol, serta

perhatian (Stewart & Logan, 2005 dalam Potter & Perry,

2009). Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan,

28
bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi

tekanan akibat stres pekerjaan dan harus dapat menerapkan

komunikasi yang baik dengan klien, sejawat, dan rekan kerja.

2) Kesadaran Diri

Pikiran seseorang sangat mempengaruhi persepsi,

perasaan, perilaku, dan konsep diri, sehingga seseorang dapat

menyadari sifat dan kandungan pemikiran dirinya. Hal ini

temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,

kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan,

nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek,

tujuan serta keinginannya. Perawat dan klien menggunakan

komunikasi intrapersonal yang profesional untuk membangun

kesadaran diri dan konsep diri. Sebagai contoh, seseorang

dapat meningkatkan status kesehatan dan kepercayaan diri

melalui self-talk positif dengan mengganti pikiran negatif

(Potter & Perry, 2009).

Penampilan dan perilaku profesional sangat penting

dalam membangun kepercayaan klien dan kompetensi

perawat. Penampilan tersebut menyampaikan pesan bahwa

perawat telah mengambil peran sebagai penolong yang

profesional, memiliki keterampilan klinis, dan berfokus pada

klien. Kebiasaan tepat waktu, terorganisasi, dan mampu

bertanggung jawab atas peran keperawatan yang mencirikan

29
profesionalisme. Menurut Potter & Perry (2009) unsur dalam

komunikasi profesional adalah sebagai berikut:

a) Keramahan

b) Penggunaan Nama

c) Dapat Dipercaya

d) Otonomi dan Tanggung Jawab

e) Asertif

b. Keterampilan Berkomunikasi

Komunikasi merupakan alat untuk mencapai hubungan

bantuan-pemulihan (helping-healing relationship). Keterampilan

komunikasi digunakan dalam mengumpulkan, menganalisis, dan

menyampaikan informasi serta menyelesaikan tugas pada tiap

langkah proses keperawatan yang bergantung pada komunikasi

efektif antara perawat, klien, keluarga, dan pihak lain dalam tim

kesehatan (Potter & Perry, 2010).

1) Berbicara dan Mendengar

Berbicara dan mendengar merupakan proses dalam

komunikasi verbal. Dalam komunikasi verbal, kata-kata

adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan

ide atau perasaan, menumbuhkan respon emosional,

menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Saat memilih

kata-kata untuk disampaikan atau ditulis, perawat perlu

mempertimbangkan kecepatan dan intonasi, kesederhanaan,

30
kejelasan dan keringkasan, waktu dan relevansi, adaptabilitas,

kredibilitas, dan humor. Hal tersebut, harus dimiliki oleh

perawat saat berkomunikasi dengan klien dan petugas

kesehatan lainnya (Kozier et al, 2010).

Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab

moral seorang perawat serta salah satu upaya yang dilakukan

oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang

diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik dengan klien

harus melewati empat tahap meliputi fase pra-interaksi,

orientasi atau perkenalan, fase kerja, dan fase terminasi.

Keterampilan berkomunikasi juga sangat penting dalam

berinteraksi dengan petugas kesehatan lainnya. Hubungan

yang berhasil dengan rekan kerja bergantung pada

keterampilan komunikasi yang baik. Rasa hormat, perlakuan

adil bagi orang lain, kompromi yang menjaga integritas,

kolaborasi, dan mendengar aktif merupakan komponen utama

dalam hubungan profesional (Nurhasanah, 2010).

Walaupun kolaborasi merupakan bagian penting dari

semua pekerjaan asuhan keperawatan, perawat memiliki

beberapa peran khusus saat berkomunikasi atas nama pasien

yaitu: (1) advokasi klien, perawat bekerja atas nama minat

klien dan mempertahankan hak-hak klien,

mengkomunikasikan kebutuhan dan masalah klien, (2)

31
koordinasi asuhan, selama penilaian klien, perawat dapat

mengidentifikasi kebutuhan asuhan kesehatan yang meluas di

luar lingkup asuhannya, (3) delegasi dan supervisi, perawat

profesional mendelegasikan aktivitas tertentu kepada asisten

perawat, tetapi ia harus mengetahui kemampuan personal lain

sebelum mendelegasikan suatu aktivitas, (4) konsultasi,

mengoptimalkan intervensi dan hasil akhir klien dan

berkonsultasi kepada petugas kesehatan lainnya terkait

kondisi diri klien, (5) kolaborasi dengan rekan, bekerja sama

dengan petugas kesehatan lainnya dalam menyelesaikan

masalah klien (Sheldon, 2010).

2) Membaca dan Menulis

Menulis dan membaca dapat juga dianggap sebagai salah

satu cara untuk berkomunikasi. Menulis merupakan salah

satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam

pendokumentasian keperawatan yang dilakukan oleh perawat

(Simamora, 2009). Komunikasi yang efektif di antara

anggota tim pelayanan kesehatan dibutuhkan dalam

pelayanan klien. Komunikasi yang efektif terjadi dalam dua

pendekatan yaitu rekaman dan laporan.

Rekaman adalah alat bagi anggota tim kesehatan untuk

mengomunikasikan kebutuhan dan kemajuan klien, terapi

individual, hasil konferensi, edukasi klien, dan rencana

32
pemulangan yang bersifat rahasia dan relevan terhadap

pelayanan kesehatan klien. Laporan adalah pertukaran

informasi secara lisan, tertulis, atau rekaman yang terjadi

antara pemberi pelayanan. Laporan yang biasa diberikan oleh

perawat adalah laporan pergantian giliran jaga, laporan

telepon, laporan transfer, dan laporan insiden (Kozier et al.,

2010).

c. Keterampilan Praktik

1) Penggunaan Alat

Salah satu kriteria dalam keterampilan klinik adalah

bekerja secara profesional, menjalankan prosedur berdasarkan

Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan benar sehingga

mampu mencegah terjadinya kesalahan dalam praktik.

Penggunaan alat-alat medis kerap kali tidak sesuai dengan

prosedur, dan hal seperti ini akan mengakibatkan terjadinya

kerusakan alat dan menyebabkan meningkatnya biaya

operasional. Untuk menghindari hal itu terjadi diperlukan

adanya upaya pengendalian biaya (Reilly & Obermann, 2002

dalam Kozier, et al., 2010).

Pengendalian biaya (cost-containment) adalah cara atau

upaya mengendalikan pembiayaan atau penekanan biaya

sampai ke titik cost effectiveness, artinya berapa besaran biaya

yang secara rasional dibutuhkan untuk pelayanan tertentu dan

33
berapa besar pembiayaan untuk perawatan atau pemeliharaan

peralatan secara rasional (Nursalam, 2016).

2) Teknik Aseptik

Teknik aseptik adalah praktik/prosedur yang membantu

mengurangi risiko terkena infeksi. Asepsis adalah hilangnya

mikroorganisme patogen (penyebab penyakit). Komponen

utama perlindungan klien dan pekerja adalah higiene tangan.

Higiene tangan, menggunakan sarung tangan bersih untuk

mencegah kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh

klien, dan membersihkan lingkungan secara rutin.

Membersihkan, desinfeksi, dan strerilisasi objek yang

terkontaminasi dengan benar dapat mengurangi dan sering

menghilangkan mikroorganisme secara signifikan (Potter &

Perry, 2010).

Ketika membersihkan perlatan yang tercemar oleh materi

organik seperti darah, feses, mukus, atau pus, gunakan

kacamata pelindung dan sarung tangan sekali pakai.

Penghalang itu memberikan perlindungan dari organisme

infeksius yang potensial (Potter & Perry, 2010).

3) Pemberian Obat

Pemberian obat pada klien memerlukan pengetahuan

dan keterampilan khusus dari perawat. Standar profesional,

seperti American Nurses Association’s Nursing: Scope and

34
Standards of Nursing Practice (2004), dalam Potter & Perry

(2010), dapat diterapkan pada aktivitas pemberian obat. Untuk

mencegah kesalahan obat, ikuti “enam benar” pada pemberian

obat secara konsisten setiap kali memberikan obat. Banyak

kesalahan obat disebabkan inkonsistensi dalam menjalankan

“enam benar” pada pemberian obat. “Enam benar” menurut

Potter & Perry (2010) pada pemberian obat meliputi:

a) Benar Obat

Setelah menerima resep obat, bandingkan instruksi

tulisan tangan dengan daftar obat yang tercantum dalam

laporan pemberian obat (MAR) saat obat pertama kali

diresepkan. Periksa kembali informasi obat jika MAR

yang baru ditulis atau didistribusikan atau jika klien

dipindahkan ke unit lain atau ke rumah sakit lain. Jika

sudah yakin dengan informasi yang terdapat dalam MAR

sudah akurat, gunakan MAR untuk menyiapkan dan

memberikan obat.

b) Benar Dosis

Saat melakukan perhitungan atau konversi obat,

mintalah perawat lain untuk memeriksa ulang

perhitungan atau konversi obat, mintalah perawat lain

untuk memeriksa ulang perhitungan obat tersebut.

Setelah menghitung dosis, siapkan obat dengan alat ukur

35
yang standar. Gunakan cangkir ukur, spoit, dan pipet

ukur untuk mengukur obat secara akurat.

c) Benar Klien

Sebelum memberikan obat pada klien, gunakan

setidaknya dua identitas (TJC, 2008 dalam Potter &

Perry, 2010). Identitas klien yang dapat diterima

termasuk nama, nomor identitas klien yang diberikan

oleh rumah sakit, atau nomor telepon. Untuk mengenali

klien secara tepat di unit gawat darurat, bandingkanlah

identitas klien pada MAR dengan gelang tanda pengenal

di samping tempat tidur klien.

d) Benar Jalur

Saat memberikan obat, sikap hati-hati diperlukan

untuk memastikan perawat memberikan obat dengan

jalur yang tepat. Menyiapkan obat suntik hanya dari

sediaan yang dirancang untuk pemberian parenteral

merupakan hal yang penting. Penyuntikan cairan dari

sediaan oral akan menyebabkan komplikasi lokal seperti

abses steril atau efek sistemik yang fatal.

e) Benar Waktu

Beberapa obat memerlukan pengkajian klinis dari

perawat dalam hal menentukan waktu pemberian obat

yang tepat. Berikan prioritas pada obat yang bereaksi

36
pada waktu tertentu. Sebelum klien dipulangkan dari

rumah sakit, evaluasi kebutuhan klien untuk perawatan

rumah, terutama jika klien dirawat di rumah sakit karena

memiliki masalah dalam penggunaan obat sendiri.

f) Benar Dokumentasi

Perawat dan tenaga kesehatan lainnya menggunakan

laporan yang akurat untuk berkomunikasi dengan yang

lain. Sebelum memberikan obat, pastikan laporan pada

MAR telah mencantumkan nama lengkap klien, nama

obat yang diresepkan secara lengkap (tanpa singkatan),

waktu pemberian obat, dosis obat, jalur pemberian, dan

frekuensinya. Masalah umum pada pemberian obat

mencakup informasi yang tidak lengkap, dosis yang

tidak akurat, resep yang tidak layak atau tidak

ditandatangani, kesalahan menempatkan desimal yang

menyebabkan salah dosis, dan terminologi yang tidak

standar (Hughes & Ortiz, 2005 dalam Potter & Perry

2010).

d. Kemampuan Mengambil Keputusan

Pengambilan keputusan adalah proses berpikir kritis untuk

memilih tindakan terbaik guna mencapai tujuan yang diharapkan

(Kozier et al., 2010).

37
1) Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode perencanaan dan

pemberian asuhan keperawatan yang rasional dan

sistematis. Tujuannya adalah mengidentifikasi status

perawatan kesehatan klien dan masalah kesehatan yang

aktual atau potensial, membuat rencana untuk memenuhi

kebutuhan yang diidentifikasi dan memberikan intervensi

keperawatan yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Proses keperawatan menurut Kozier et al. (2010)

adalah sebagai berikut:

a) Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan,

validasi, dan dokumentasi data (informasi) yang

sistemis dan bersinambungan. Proses pengkajian

mencakup empat aktivitas yang berhubungan erat: (1)

Pengumpulan data melalui pengkajian secara holistik

melalui wawancara, pemeriksaan fisik, catatan medis,

dan catatan keperawatan pada lahan praktek, (2)

Pengaturan data, perawat menggunakan format

tertulis untuk mengatur data pengkajian secara

sistematis. Format ini dirujuk sebagai riwayat

kesehatan keperawatan, pengkajian keperawatan atau

formulir data dasar keperawatan, (3) Validasi data

38
adalah tindakan “periksa-ulang” atau memeriksa data

untuk menegaskan bahwa data akurat dan faktual

melalui asumsi tentang perilaku fisik atau emosional

klien. Validasi dilakukan ketika ada ketidaksesuaian

antara data objektif dan data subjektif, (4)

Pendokumentasi data untuk melengkapi fase

pengkajian, perawat mencatat data klien.

Dokumentasi yang akurat dilakukan dan mencakup

semua data yang dikumpulkan tentang status

kesehatan klien.

b) Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis

tentang respon klien terhadap masalah kesehatan

aktual dan potensial. Diagnosis keperawatan menjadi

dasar pemilihan intervensi keperawatan mandiri untuk

mencapai hasil yang dapat dipertanggung-gugatkan

oleh perawat. Diagnosa keperawatan memiliki tiga

komponen yang memiliki tujuan spesifik: (1) masalah

dan definisinya, (2) etiologi, dan (3) batasan

karakteristik

c) Perencanaan

Perencanaan adalah proses merancang tindakan

keperawatan yang diperlukan untuk mencegah,

39
mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan

klien. Proses perencanaan mencakup menetapkan

prioritas diagnosis, menetapkan tujuan klien/hasil

yang diharapkan, memilih intervensi keperawatan,

menulis program keperawatan, dan menyusun rencana

asuhan keperawatan.

d) Implementasi dan Evaluasi

Implementasi adalah melaksanakan tindakan

yang ada di rencana intervensi keperawatan.

Keterampilan kognitif, interpersonal, dan teknis

digunakan untuk mengimplementasikan strategi

keperawatan. Fase implementasi berakhir dengan

dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien.

Setelah rencana asuhan diimplementasikan, perawat

mengevaluasi status kesehatan klien dan keefektifan

rencana asuhan dalam mencapai tujuan klien. Analisis

ulang rencana asuhan klien adalah proses membuat

keputusan tentang status masalah dan meninjau setiap

fase proses keperawatan.

e) Dokumentasi

Perawat bertugas menjaga kerahasiaan catatan

klien, hal ini mencakup tindakan khusus untuk

melindungi informasi klienyang disimpan dalam

40
komputer. Catatan klien disimpan untuk sejumlah

tujuan, yang mencakup komunikasi, perencanan

perawatan klien, audit institusi layanan kesehatan,

penelitian, penyuluhan, penggantian pembayaran,

dokumentasi legal, dan analisis layanan kesehatan

2) Manajemen

Manajemen adalah kegiatan pengelolaan dan

pengambilan keputusan. Manajemen keperawatan

merupakan suatu bentuk kordinasi dan integrasi sumber-

sumber keperawatan dengan menerapkan proses

manajemen untuk mencapai tujuan objektifitas asuhan

keperawatan dan pelayanan keperawatan. Untuk

menciptakan manajemen yang efektif, diperlukan sikap

berpikir kritis yang meliputi penyelesaian masalah dan

pengambilan keputusan, mengatasi konflik, dan mampu

mengelola waktu dengan baik. Terdapat empat fungsi

manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, koordinasi (Kozier et al., 2010).

3) Pendidikan Kesehatan

Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus

menerus untuk mewujudkan pertumbuhan dan

perkembangan staf dalam pelayanan kesehatan melalui

pendidikan formal dan informal. Upaya pendidikan

41
kesehatan klien merupakan aspek utama praktik

keperawatan. Pendidikan klien meliputi banyak aspek,

yakni upaya promosi, perlindungan, dan pemeliharaan

kesehatan. Pendidikan (Kozier et al., 2010).

Edukasi klien adalah standar praktik keperawatan

profesional. Standar ini mewajibkan perawat dan tim

kesehatan untuk menilai kebutuhan pembelajaran klien dan

menyediakan edukasi tentang berbagai topik sepeti

pengobatan, nutrisi, penggunaan alat medis, nyeri dan

rencana perawatan klien. Tujuan edukasi kesehatan adalah

membantu individu, keluarga, atau komunitas untuk

mencapai tingkat kesehatan optimal (Edelman dan Mandle,

1999 dalam Potter & Perry, 2009).

Perawat memiliki tanggung jawab etik untuk

mengajar klien. Tanggung jawab perawat adalah

mengajarkan informasi yang dibutuhkan klien dan

keluarganya. Perawat merupakan sumber informasi yang

tampak dan kompeten bagi klien yang ingin meningkatkan

kondisi fisik dan psikologinya. Perawat memberikan

informasi dan keterampilan yang dapat mengubah perilaku

klien menjadi lebih sehat. Hal ini dapat dilakukan di

sekolah, rumah, klinik atau tempat kerja (Potter & Perry,

2009).

42
E. Dampak Preceptorship Terhadap Kompetensi Preceptee

Model preceptorship adalah sebuah model bimbingan klinis

keperawatan yang telah diakui sebagai suatu strategi untuk mengembangkan

kompetensi perawat. Penelitian yang dilakukan oleh Ke, Kuo & Hung (2017)

di Taiwan pada kelompok intervensi yang menggunakan model preceptorship

selama 1-3 bulan menunjukkan bahwa model preceptorship dapat

meningkatan kompetensi perawat baru. Selain itu, penerapan model

preceptorship di lingkungan klinis juga dapat meningkatkan hasil belajar

klinis pada mahasiswa keperawatan. Penelitian yang dilakukan oleh Phuma-

Ngaiyaye, Bvumbwe & Chipeta (2017) tentang pengaruh pembimbingan

klinik atau preceptor terhadap peningkatan hasil belajar klinis mahasiswa

keperawatan: persepsi 48 mahasiswa dari delapan rumah sakit di Malawi,

Cina menunjukkan bahwa mahasiswa dapat lebih percaya diri dan memiliki

kompetensi yang lebih baik dalam praktek klinis bila didukung oleh

preceptor.

Peran preceptor sangat menetukan minat belajar mahasiswa. Penelitian

yang dilakukan Omer, et al (2013) di Arab Saudi kepada 110 mahasiswa

tentang persepsi mahasiswa keperawatan terhadap dua model pendekatan

preceptorship, yaitu model A dimana pembimbing klinik memberikan

bimbingan intensif dan model B dimana pembimbing klinik mengandalkan

kemandirian mahasiswa. Model A merupakan program bimbingan

preceptorship yang menekankan pada kekuatan hubungan antara pembimbing

klinik dan mahasiswa, sedangkan model B sama dengan model bimbingan

43
konvensional. Dari tiga domain yang diteliti yaitu kepuasan mahasiswa,

dukungan program, dan kinerja preceptor (fasilitator, panutan, penyedia

umpan balik, kompeten, advokat dan sosializer) secara signifikan mendukung

model A.

Penelitian tersebut juga didukung oleh McSharry & Lathlean (2017)

yang meneliti tentang keefektifan model preceptorship pada mahasiswa

profesi keperawatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketersediaan waktu

yang baik dalam bimbingan preceptor kepada mahasiswa adalah dasar

pembelajaran dan pengajaran yang efektif. Diskusi selama bimbingan praktik

dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa, namun

keterbatasan waktu untuk mengajar dan kepercayaan yang berlebihan pada

kemampuan mahasiswa dalam berpartisipasi pada praktek klinik akan

memberikan dampak negatif pada hasil belajar mahasiswa.

Telah banyak penelitian tentang pengaruh model preceptorship

terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa keperawatan dan perawat baru

di dunia internasional, namun masih menjadi kesenjangan bagaimana

preceptorship dapat meningkatkan kompetensi pada perawat baru atau

preceptee. Fenomena tersebut, telah dijawab oleh Nielsen et al. (2017) dalam

penelitiannya tentang bagaimana model preceptorship dapat mencapai

kompetensi hasil belajar yang baik pada preceptee. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat tiga komponen utama yang dapat menciptakan

hasil belajar yang baik pada preceptee melalui model preceptorship yaitu

being together, doing together, and getting along together.

44
Being together dapat mengembangkan kompetensi preceptee. Preceptor

menilai level kompetensi preceptee seperti ilmu pengetahuan dan praktik

klinik melalui diskusi. Hal ini menjadi bahan untuk memenuhi kebutuhan

belajar preceptee. Setelah itu preceptor melakukan demonstrasi tentang

praktik klinik berdasarkan kebutuhan preceptee. Doing together melatih

preceptee dari observer menjadi perawat mandiri. Preceptor memberikan

pengajaran praktik klinik, teknik komunikasi, dan diskusi kepada preceptee di

samping tempat tidur pasien atau menggunakan metode bedside teaching.

Getting along together dapat mendukung proses pembelajaran preceptee.

Terjalin hubungan profesional antara preceptor dan preceptee melalui diskusi

kasus dan preceptor memberikan apresiasi kepada kemampuan preceptee

yang dianggap benar sehingga dapat menimbulkan lingkungan motivasi yang

baik.

Di Indonesia, model preceptorship telah digunakan di lahan praktik

mahasiswa profesi ners dan menjadi acuan keunggulan mutu program studi

ners. Model preceptorship dapat meningkatkan kompetensi keperawatan pada

perawat baru dan mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani profesi

ners. Penelitian yang dilakukan oleh Tursina, Safari & Mujidin (2016)

tentang pengaruh bimbingan perseptorship model kognitif sosial terhadap

peningkatan kompetensi klinik pada mahasiswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bimbingan preceptorship model kognitif sosial dapat

meningkatkan kompetensi klinik pada mahasiswa program studi D-III

Keperawatan yang praktik di RSJ Grhasia Yogyakarta.

45
Model preceptorship tidak hanya dapat meningkatkan kompetensi

preceptee namun dapat juga berperan sebagai alat sosialisasi. Kesulitan dalam

proses beradaptasi dengan lingkungan klinis rumah sakit menyebabkan

pelayanan kesehatan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Windyastuti

(2016) tentang pelatihan preceptorship untuk meningkatkan adaptasi perawat

baru di rumah sakit menunjukkan kemampuan preceptorship kelompok

intervensi meningkat bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa pelatihan preceptorship efektif dalam

meningkatkan kemampuan adaptasi perawat baru.

46
BAB III

KERANGKA KONSEP

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka

serta masalah penelitian maka dapat disusun kerangka konseptual penelitian

dalam skema sebagai berikut:

Model Bimbingan Klinik Kinerja Klinik Mahasiswa


1. Kemampuan Sosial
Model Mentorship
2. Keterampilan
Berkomunikasi
Model Supervisi
3. Keterampilan Praktik
Model Preceptorship
4. Kemampuan
Mengambil Keputusan

Metode Pembelajaran Klinik

Keterangan:

: Tidak Diteliti

: Diteliti

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penerapan Preceptorship dan


Dampaknya Terhadap Kinerja Klinik Mahasiswa

Diagram 3.1. menjelaskan bahwa model preceptorship dan metode

pembelajaran klinik dapat meningkatkan kinerja klinik mahasiswa yang meliputi

empat aspek kinerja klinik menurut Bradshaw (1989), dalam Nursalam & Efendi

(2012) yaitu kemampuan sosial, keterampilan berkomunikasi, keterampilan

praktik, dan kemampuan mengambil keputusan.

47
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif desain

survey deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan

(memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi masa kini,

sedangkan survei adalah suatu rancangan yang digunakan untuk

menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi,

dan hubungan antarvariabel dalam suatu populasi. Pada rancangan

penelitian deskriptif survei tidak ada intervensi, tetapi mengumpulkan

informasi dan tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat,

perilaku, dan nilai (Nursalam, 2016). Diharapkan dengan menggunakan

metode ini, peneliti dapat mendeskripsikan penerapan preceptorship oleh

preceptor berdasarkan persepsi mahasiswa, kinerja klinik mahasiswa, dan

metode pembelajaran yang digunakan untuk mencapai kinerja klinik

berdasarkan persepsi mahasiswa profesi ners program reguler Unhas di RS

Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan menggunakan metode

pengumpulan data survei penyebaran kuesioner.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Unhas dan RSUP Dr.Wahidin

Sudirohusodo

48
2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari

2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi ini adalah subjek misalnya manusia yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2016). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa profesi ners program

reguler Unhas yang menjalani praktik klinik menggunakan model

bimbingan preceptorship di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo sebanyak 61 orang.

2. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam pengumpulan data

kuantitatif adalah Nonprobability Sampling dengan menggunakan

teknik total sampling. Total sampling adalah suatu teknik

penetapan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah

populasi. Total sampling digunakan karena jumlah populasi yang

kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai

sampel (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua mahasiswa profesi ners program reguler Unhas di RS Unhas

dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sebanyak 61 orang sehingga

total sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 orang. Akan tetapi,

hanya 57 orang yang memenuhi kriteria inklusi.

49
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Mahasiswa profesi ners program regular Unhas di RS Unhas

dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

2) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden penelitian dan

menandatangani lembar persetujuan/ informed consent

b. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Mahasiswa profesi ners program kerjasama Unhas di RS Unhas

dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

2) Mahasiswa profesi ners program reguler Unhas yang cuti atau

berhenti menjalani praktik klinik selama penelitian berlangsung

di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

50
D. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan kerangka konsep penelitian sehingga

dapat memperjelas langkah-langkah dalam melakukan penelitian.

Penyusunan dan penyajian proposal

Izin etik penelitian dari komisi etik fakultas kedokteran yang


ditujukan ke lokasi penelitian

Penetapan sampel menggunakan teknik total sampling

Memberikan inform consent kepada responden dan melakukan


pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner

Melakukan pengolahan data kuantitatif

Melakukan analisa data kuantitatif

Penyajian hasil dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 4.1. Alur Penelitian

51
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2013).

a. Variabel independen atau variabel bebas

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah penerapan preceptorship dan metode

pembelajaran klinik.

b. Variabel dependen atau variabel terikat

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kinerja klinik mahasiswa.

2. Definisi Operasional

a. Penerapan Preceptorship oleh Preceptor

Penerapan preceptorship oleh preceptor adalah penerapan

model bimbingan preceptorship oleh preceptor institusi dan

preceptor klinik pada mahasiswa yang praktek di RS Unhas dan

RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo yang dinilai berdasarkan persepsi

mahasiswa. Variabel ini terdiri dari lima subvariabel peran dan

tanggung jawab preceptor. Setiap subvariabel terdiri dari satu

pertanyaan dan menggunakan skala guttman yaitu jawaban “ya”

52
diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi nilai 0. Adapun lima

subvariabel peran dan tanggung jawab preceptor yaitu sebagai

berikut:

1) Memberikan Orientasi

Memberikan Orientasi adalah preceptor memberikan

pengenalan tentang rutinitas unit tempat praktik mahasiswa

dan memperkenalkan anggota tim unit.

2) Mengkaji Kebutuhan Belajar

Mengkaji kebutuhan belajar adalah preceptor menilai

kebutuhan belajar mahasiswa dan membantu mahasiswa dalam

menyelesaikan target pembelajaran selama menjalani stase

praktek.

3) Memberikan Bimbingan dan Dukungan

Memberikan bimbingan dan dukungan adalah preceptor

memberikan bimbingan belajar dan dukungan kepada

mahasiswa selama menjalani stase praktek di rumah sakit

dengan menggunakan metode pembelajaran klinik.

4) Berperan sebagai Role Model

Berperan sebagai role model adalah preceptor

menunjukkan perilaku dan penampilan profesional dalam

melaksanakan tanggung jawab sebagai preceptor dan

mahasiswa akan menjadikannya sebagai role model/panutan

dalam praktek klinis.

53
5) Mengobservasi dan Mengevaluasi Perkembangan Mahasiswa

Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan

mahasiswa adalah preceptor mengobservasi kerja mahasiswa

di rumah sakit dan mengevaluasi penugasan dan capaian

belajar mahasiswa.

b. Kinerja Klinik Mahasiswa

Kinerja klinik mahasiswa adalah hasil belajar klinik

mahasiswa profesi ners selama penerapan preceptorship di rumah

sakit. Variabel ini diukur menggunakan kuesioner kinerja klinik

mahasiswa terdiri dari 30 pertanyaan yang mengandung empat

aspek kinerja klinik dan menggunakan skala likert yaitu 1: tidak

pernah, 2: jarang, 3: sering, 4: selalu, sehingga memiliki skor

minimum 30 dan skor maksimum 120. Empat aspek kinerja klinik

mahasiswa yang termasuk subvariabel adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial adalah kemampuan mahasiswa

dalam berinteraksi dan bekerja sama dengan klien/keluarga

dan teman sejawat/tenaga profesi lainnya dan memiliki

sikap profesional seperti bertanggung jawab, mandiri,

akuntabilitas dalam bekerja, dan mempertahankan

penampilan professional. Subvariabel ini terdiri dari

delapan pertanyaan dan memiliki skor minimum 8 dan skor

maksimum 32.

54
2) Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan

mahasiswa dalam berkomunikasi secara verbal dan

nonverbal kepada klien/keluarga (komunikasi terapeutik)

dan preceptor terkait kondisi dan informasi pasien.

Subvariabel ini terdiri dari empat pertanyaan dan memiliki

skor minimum 4 dan skor maksimum 16.

3) Keterampilan Praktik

Keterampilan praktik adalah mahasiswa dapat

memberikan tindakan pemberian obat yang benar,

menggunakan teknik aseptik dalam perawatan klien, dan

melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan SOP

rumah sakit serta menggunakan tindakan pengendalian

biaya yang tepat (tidak boros dalam menggunakan alat).

Subvariabel ini terdiri dari lima pertanyaan dan memiliki

skor minimum 5 dan skor maksimum 20.

4) Kemampuan Mengambil Keputusan

Kemampuan mengambil keputusan adalah mahasiswa

mampu mengambil keputusan dalam mengkaji,

mendiagnosa, merencanakan, mengimplementasikan,

mengevaluasi, dan mendokumentasikan perawatan klien,

dan mampu manajemen waktu dalam melaksanakan

tanggung jawab sebagai mahasiswa profesi ners.

55
Subvariabel ini terdiri dari 13 pertanyaan dan memiliki skor

minimum 13 dan skor maksimum 52.

c. Metode Pembelajaran Klinik

Metode pembelajaran klinik adalah metode belajar yang

digunakan untuk mencapai kinerja klinik mahasiswa berdasarkan

persepsi mahasiswa. Setiap pertanyaan dalam kuesioner kinerja

klinik yang terdri dari empat aspek kinerja klinik dipasangkan

dengan sembilan subvariabel metode pembelajaran klinik.

Subvariabel ini menggunakan skala guttman yaitu jawaban “ya”

diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi nilai 0. Skor minimim dan

maksimum aspek kinerja klinik: kemampuan sosial adalah 0 dan 8.

Skor minimim dan maksimum aspek kinerja klinik: keterampilan

berkomunikasi adalah 0 dan 4. Skor minimim dan maksimum

aspek kinerja klinik: keterampilan praktik adalah 0 dan 5. Skor

minimim dan maksimum aspek kinerja klinik: kemampuan

mengambil keputusan adalah 0 dan 13.

Adapun subvariabel dalam metode pembelajaran klinik

menurut LAM-PTKes yaitu sebagai berikut:

1) Pre-Post Conference

Pre-post conference adalah mahasiswa melaksanakan

diskusi mengenai kasus dan kegiatan yang akan dilakukan,

mengecek kesiapan mahasiswa, dan mengevaluasi kegiatan

mahasiswa dan kelompok.

56
2) Demonstrasi

Demonstrasi adalah preceptor memperagakan suatu

prosedur yang menggunakan alat dan disertai dengan

penjelasan kepada mahasiswa ataupun sebaliknya.

3) Diskusi kasus

Diskusi kasus adalah mahasiswa secara berkelompok

melakukan analisa masalah dan mencari solusi kasus

kelolaannya.

4) Bedside teaching

Bedside teaching adalah mahasiswa mempelajari

keadaan pasien dan rencana asuhan keperawatan yang

dibutuhkan di samping tempat tidur pasien bersama dengan

preceptor.

5) Ronde keperawatan

Ronde keperawatan adalah mahasiswa

mempresentasikan kasus kelolaannya dihadapan teman satu

kelompok dan preceptor diikuti dengan wawancara pada

pasien kelolaanya.

6) Role modelling

Role Modelling adalah mahasiswa menilai

tindakan/perilaku profesional preceptor dan menjadikannya

sebagai role model/panutan.

57
7) Seminar

Seminar adalah mahasiswa mempresentasikan hasil

analisa kasus yang telah didiskusikan oleh kelompok

mahasiswa dihadapan preceptor.

8) Metode lain

Metode lain adalah mahasiswa dapat menuliskan

metode pembelajaran klinik (kecuali tujuh metode

pembelajaran menurut LAM-PTKes) yang dapat digunakan

untuk mencapai kinerja klinik mahasiswa.

9) Tidak menggunakan metode

Tidak menggunakan metode adalah mahasiswa

mempersepsikan bahwa tidak ada metode pembelajaran

klinik yang dapat digunakan untuk mencapai kinerja klinik

mahasiswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data yang mengukur fenomena alam ataupun sosial yang

diamati (Sugiyono, 2013). Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yaitu

daftar pertanyaan yang dibuat untuk memperoleh data dalam penelitian ini.

Kuesioner penelitian kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan

penerapan preceptorship oleh preceptor berdasarkan persepsi mahasiswa,

kinerja klinik mahasiswa, dan metode pembelajaran yang digunakan untuk

mencapai kinerja klinik berdasarkan persepsi mahasiswa. Kuesioner

58
penerapan preceptorship oleh preceptor dibuat oleh peneliti berdasarkan

tinjauan pustaka. Kuesioner ini menggunakan pertanyaan terbuka dengan

skala guttman dengan jawaban “Ya” dan “Tidak” yang disertai penjelasan

oleh responden dan dijawab dengan memberikan tanda check list (√) pada

setiap kolom yang dipilih oleh responden. Kuesioner kinerja klinik yang

digunakan adalah kuesioner modifikasi preceptor evaluation of student

yang dibuat oleh St. Jhon Fisher College Wegmans School of Nursing dan

berdasarkan tinjauan pustaka serta panduan profesi ners Unhas 2017.

Kuesioner ini terdiri dari 30 pertanyaan yang meliputi empat aspek kinerja

klinik yaitu kemampuan sosial, keterampilan berkomunikasi, keterampilan

praktik, dan kemampuan mengambil keputusan.

Aspek kemampuan sosial terdiri dari delapan (8) pertanyaan, aspek

keterampilan berkomunikasi terdiri dari empat (4) pertanyaan, aspek

keterampilan praktik terdiri dari lima (5) pertanyaan, dan aspek

kemampuan mengambil keputusan teridiri dari 13 pertanyaan. Kuesioner

tentang kinerja klinik menggunakan skala likert dan dijawab dengan

memberikan tanda check list (√) pada setiap kolom yang dipilih oleh

responden. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial

(Sugiyono, 2013). Untuk pernyataan “tidak pernah (TP)” diberi nilai 1,

pernyataan “jarang (JR)” diberi nilai 2, pernyataan”sering (SR)” diberi

nilai 3, dan pernyataan “selalu (SL)” diberi nilai 4.

59
Kuesioner kinerja klinik dipasangkan dengan kuesioner metode

pembelajaran klinik yang digunakan untuk mencapai kinerja klinik

mahasiswa. Setiap pertanyaan aspek kinerja klinik dipasangkan dengan

sembilan subvariabel metode pembelajaran klinik yaitu tujuh metode

pembelajaran klinik menurut LAM-PTKes: pre dan post conference,

demonstrasi, diskusi kasus, bedside teaching, ronde keperawatan, role

modelling, seminar dan dua subvariabel tambahan yaitu metode lain yang

digunakan dan tidak ada metode pembelajaran yang dapat digunakan.

Kuesioner ini menggunakan skala guttman dengan jawaban “Ya” dan

“Tidak” dan dijawab dengan memberikan tanda check list (√) pada setiap

kolom yang dipilih oleh responden. Subvariabel yang kedepalan “metode

lain yang digunakan”, responden dapat menuliskan metode pembelajaran

lain yang dapat digunakan untuk mencapai kinerja klinik mahasiswa,

dalam kursioner ini responden dapat memilih lebih dari satu metode

pembelajaran.

Peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner kinerja

klinik untuk menilai keakuratan alat ukur dalam hal mengukur variabel

yang akan diteliti. Ciri-ciri responden yang akan diajukan harus memiliki

ciri yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil uji coba ini

digunakan untuk mengetahui sejauh mana kuesioner sebagai alat ukur

memiliki validitas dan reabilitas (Notoatmodjo, 2009), dalam penelitian ini

dilakukan pengujian validitas dan reabilitas kuesioner kepada 20

responden uji coba dengan karakteristik yang sama dengan sampel

60
penelitian yaitu mahasiswa profesi ners Unhas yang telah selesai praktik di

RS Unhas dan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.

Dikatakan bahwa suatu pertanyaan valid jika nilai r hitung lebih

besar dari r tabel, dimana r tabel dengan jumlah responden 18 (df = 20 – 2

= 18) pada tingkat kemaknaan 5% didapat angka r tabel = 0,444. Adapun

hasil pengujian validitas terhadap 30 pertanyaan, semuanya dinyatakan

valid karena r hitung > r tabel.

Pada uji reliabilitas memiliki nilai koefisien cronbach alpha untuk

aspek kemampuan sosial sebesar 0,899, aspek keterampilan berkomunikasi

sebesar 0,817, aspek keterampilan praktik sebesar 0,903, dan aspek

kemampuan mengambil keputusan sebesar 0,933. Hal ini menunjukkan

bahwa semua pertanyaan dalam kuisioner memenuhi syarat nilai

reliabilitas.

G. Analisa Data

Analisa data pada penelitian menggunakan analisis univariat

(analisis deskriprif) dan analisis bivariat. Analisis univariat bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Data-data yang disajikan dalam analisis deskriptif adalah

frekuensi, proporsi dan rasio, mean, median (Nursalam, 2016).

Bentuk analisis univariat tergantung jenis datanya, data kategorik

dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, stase praktik, rumah sakit,

semester, dan penerapan preceptorship oleh preceptor. Data kategorik

tersebut dideskripsikan dalam jumlah (n) dan persentase (%) (Dahlan,


61
2016). Sedangkan data numerik pada penelitian ini adalah usia, kinerja

klinik mahasiswa, dan metode pembelajaran. Variabel numerik tersebut

dideskripsikan berupa mean dan standar deviasi (Dahlan, 2016).

Analisis bivariat digunakan untuk melihat perbedaan penerapan

preceptorship oleh preceptor klinik, kinerja klinik mahasiswa, dan metode

pembelajaran klinik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.

Pengukuran perbedaan penerapan preceptorship oleh preceptor klinik dan

metode pembelajaran klinik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo menggunakan uji analisis chi-square dan fisher’s exact test

menggunakan SPSS. Preceptor institusi di RS Unhas dan RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo adalah sama sehingga uji beda hanya dilakukan

pada preceptor klinik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.

Uji chi-square digunakan apabila tidak ada sel yang mempunyai nilai

expected kurang dari lima. Fisher’s exact test digunakan apabila minimal

ada satu sel yang mempunyai nilai expected kurang dari lima (Dahlan,

2016).

Penilaian ada tidaknya perbedaan berdasarkan nilai p nya. Jika

didapatkan nilai p < 0,05 maka dinyatakan ada perbedaan (Ha diterima dan

Ho ditolak). Jika nilai p > 0,05 maka dinyatakan tidak ada perbedaan (Ha

ditolak dan Ho diterima). Variabel memberikan orientasi, mengkaji

kebutuhan belajar dan membantu mahasiswa menyelesaikan target

pembelajaran, memberikan bimbingan dan dukungan, serta mengobservasi

dan mengevaluasi perkembangan mahasiswa menggunakan uji chi-square

62
karena tidak ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari lima,

sedangkan variabel berperan sebagai role modelling menggunakan fisher’s

exact test karena lebih dari 20% sel mempunyai nilai expected yang

kurang dari lima.

Pengukuran perbedaan kinerja klinik mahasiswa dan metode

pembelajaran klinik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

menggunakan uji analisis independent t test dan uji mann-whitney

menggunakan SPSS. Independent t test digunakan apabila sebaran data

normal, uji mann-whitney digunakan apabila sebaran data tidak normal.

Untuk mengetahui sebaran data normal dan tidak normal, peneliti

menggunakan metode deskriptif (hitung) yaitu koefisien varian dengan

menggunakan rumus: standar deviasi/mean×100% (normal jika <30%),

rasio skewness dengan menggunakan rumus: skewness/standar error of

skewness (normal jika -2 s.d 2), rasio kurtosis dengan menggunakan rumus

kurtosis/standar error of kurtosis (normal jika -2 s.d 2) (Dahlan, 2016).

Penilaian ada tidaknya perbedaan berdasarkan nilai p nya. Jika didapatkan

nilai p < 0,05 maka dinyatakan ada perbedaan (Ha diterima dan Ho

ditolak). Jika nilai p > 0,05 maka dinyatakan tidak ada perbedaan (Ha

ditolak dan Ho diterima).

63
H. Etik Penelitian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian

menurut Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan (2011) antara lain:

1. Respect for persons (Menghormati harkat dan martabat manusia)

Peneliti harus mampu mempertimbangkan hak-hak subjek

penelitian dalam memperoleh suatu informasi berdasarkan tujuan

peneliti. Peneliti juga harus memberikan kebebasan kepada subjek

penelitian untuk memberikan informasi atau tidak. Peneliti dalam

menghormati harkat dan martabat subjek penelitian harus

mempersiapkan informed concent atau formulir persetujuan subjek.

Respect for persons digunakan untuk menghormati hak otonomi

responden demi menjaga privasi yang dimiliki. Hal pertama yang

dilakukan adalah peneliti memberikan informed concent.

2. Justice (Prinsip etik keadilan)

Prinsip keadilan memberikan jaminan kepada responden bahwa

semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang

sama tanpa membedakan agama, suku, gender, dan lain-lain. Peneliti

wajib memperlakukan responden secara adil dan terbuka, mempunyai

hak yang sama, dan menjaga kerahasiaan data atau informasi responden

yang disampaikan.

3. Beneficence dan non maleficence (Prinsip etik berbuat baik)

Bentuk beneficence dan non maleficence dalam penelitian ini

adalah peneliti memperhatikan hak dan kebebasan responden seperti hak

64
kebebasan dari bahaya (free from harm), eksploitasi (free from

exploitation), dan ketidaknyamanan (free from discomfort). Untuk itu

peneliti memberikan penjelasan secara lengkap tentang tujuan dan

manfaat yang diperoleh, serta hal-hal yang berbahaya yang mugkin dapat

dialami responden.

Peneliti juga memberikan informasi bahwa apabila terdapat

ketidaknyamanan dalam kegiatan penelitian ini, maka responden

memiliki hak untuk tidak melanjutkan partisipasinya dalam kegiatan

penelitian yang dilakukan. Peneliti harus menjelaskan tentang

kekurangan dan manfaat kepada setiap responden yang menjadi subjek

penelitian. Sebelum penelitian dimulai, peneliti harus mendapatkan

persetujuan etik dari komisi etik (Rachmawaty, 2017). Dalam penelitian

ini, persetujuan etik dilakukan sebelum melakukan penelitian.

65
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan tanggal 29 Januari sampai tanggal 28 Februari

2018 bertempat di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin yang terdiri dari dua

unit yaitu ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan ruang Intersive Care Unit

(ICU) dan RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar yang terdiri dari lima

unit yaitu ruang perawatan lontara I, lontara II, lontara III, lontara IV, dan

IGD.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif desain deskriptif survei

dengan populasi seluruh mahasiswa profesi ners program reguler Unhas di

RS Unhas sebanyak 16 responden dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusoso

sebanyak 41 responden, sampel diambil menggunakan teknik total sampling

dengan total populasi sebanyak 61 orang. Terdapat 4 responden dari total

populasi yang harus dieksklusikan karena berhenti menjalani praktek profesi

ners dan tidak bersedia menjadi responden pada saat penelitian berlangsung.

Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 57

responden yang memenuhi kriteria inklusi.

Kuesioner diberikan untuk mengetahui penerapan preceptorship oleh

preceptor institusi dan preceptor klinik, kinerja klinik mahasiswa profesi ners

program reguler Unhas, dan mengetahui metode pembelajaran klinik yang

digunakan untuk mencapai kinerja klinik berdasarkan persepsi mahasiswa di

66
RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian

kepada calon responden kemudian memberikan lembar informed consent dan

kuesioner, apabila calon responden bersedia menjadi subjek penelitian. Data

yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS. Hasil penelitian

disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang didasarkan pada analisis

univariat dan bivariat.

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Stase Praktik, dan Semester di
RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (n = 57)
Rumah Sakit RSUP Dr Wahidin
Universitas Hasanuddin Sudirohusodo
Variabel (n=16) (n=41)
M (SD) Min- M (SD) Min-
Max Max
Usia 22,1 (0,7) 21-24 22,5 (1,1) 21-27
Variabel n (%) n (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 2 (12,5) 3 (7,3)
Perempuan 14 (87,5) 38 (92,7)
Stase Praktik
Anak 0 (0,0) 11 (26,8)
GADAR 0 (0,0) 7 (17,1)
GADAR(ICU) 6 (37,5) 0 (0,0)
GADAR(IGD) 10 (62,5) 0 (0,0)
KD 0 (0,0) 9 (22,0)
KMB I 0 (0,0) 7 (17,1)
KMB II 0 (0,0) 7 (17,1)
Semester
1 0 (0,0) 9 (22,0)
2 16 (100) 32 (78,0)
Ket: M=Mean, SD=Standar Deviasi, n=Frekuensi, %=Persentase

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata usia responden di RS Unhas

adalah 22,1 tahun dengan rentang usia 21 tahun sampai 24 tahun, sedangkan

rata-rata usia responden di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo adalah 22,5

tahun dengan rentang usia 21 tahun sampai 27 tahun. Sebagian besar


67
responden kedua rumah sakit berjenis kelamin perempuan yaitu 14 orang

(87,5%) di RS Unhas dan 38 orang (92,7%) di RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo.

Stase praktek yang dijalani responden di RS Unhas adalah stase

keperawatan kritis dan Gawat Darurat (GADAR) dengan responden

terbanyak pada stase praktek GADAR di ruang IGD sebanyak 10 orang

(62,5%), sedangkan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo responden menjalani

stase praktek anak, GADAR, Keperawatan Dasar (KD), Keperawatan

Medikal Bedah (KMB I), Keperawatan Medikal Bedah (KMB II) dengan

responden terbanyak pada stase praktek anak sebanyak 11 orang (26,8%).

Semua responden di RS Unhas menjalani semester 2 profesi sebanyak 16

orang (100%) sedangkan responden di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

sebagian besar menjalani semester 2 profesi sebanyak 32 orang (78,0%).

68
2. Penerapan Preceptorship oleh Preceptor dan Perbedaan Penerapan

Preceptorship oleh Preceptor klinik di RS Unhas dan RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi dan Uji Beda Penerapan Preceptorship oleh Preceptor di RS Unhas
dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (n = 57)
RS Universitas RSUP Dr Wahidin
Hasanuddin Sudirohusodo
P
(n=16) (n=41)
Variabel (Preceptor
Preceptor Preceptor Preceptor Preceptor klinik)
institusi klinik institusi klinik
n (%) n (%) n (%) n (%)
Memberikan Orientasi
Ya 8 (50,0) 10 (62,5) 25 (61,0) 27 (65,9)
1,000†
Tidak 8 (50,0) 6 (37,5) 16 (39,0) 14 (34,1)
Mengkaji Kebutuhan
Belajar & Membantu
Menyelesaikan Target
Pembelajaran
Mahasiswa
Ya 13 (81,3) 8 (50,0) 28 (68,3) 30 (73,2)
0,175†
Tidak 3 (18,8) 8 (50,0) 13 (31,7) 11 (26,8)
Memberikan
Bimbingan &
Dukungan
Ya 13 (81,3) 8 (50,0) 27 (65,9) 27 (65,9)
0,423†
Tidak 3 (18,8) 8 (50,0) 14 (34,1) 14 (34,1)
Berperan Sebagai Role
Model
Ya 16 (100,0) 12 (75,0) 35 (85,4) 30 (73,2)
Tidak 0 (0,0) 4 (25,0) 6 (14,6) 11 (26,8) 1,000††

Mengobservasi &
Mengevaluasi
Perkembangan
Mahasiswa
Ya 16 (100,0) 7 (43,8) 35 (85,4) 28 (68,3)
0,159†
Tidak 0 (0,0) 9 (56,3) 6 (14,6) 13 (31,7)
Ket: n=Frekuensi, %=Persentase, †=Uji Chi-Square, ††= Fisher’s Exact Test

Tabel 5.2 menunjukkan sebagian hingga sebagian besar responden di

RS Unhas menyatakan bahwa penerapan preceptorship oleh preceptor yang

ditinjau berdasarkan lima peran dan tanggung jawab preceptor yaitu

memberikan orientasi, mengkaji kebutuhan belajar dan membantu

69
mahasiswa dalam menyelesaikan target pembelajaran, memberikan

bimbingan dan dukungan, berperan sebagai role modelling, dan

mengobservasi serta mengevaluasi perkembangan mahasiswa, hampir

keseluruhan terlaksana. Hanya terdapat satu peran dan tanggung jawab

preceptor yang sebagian besar reponden menyatakan bahwa preceptor

klinik tidak mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan mahasiswa

sebanyak 9 orang (56,3%).

Sebagian besar responden di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

menyatakan bahwa penerapan preceptorship oleh preceptor yang ditinjau

berdasarkan lima peran dan tanggung jawab preceptor, secara keseluruhan

terlaksana. Hasil uji beda penerapan preceptorship oleh preceptor klinik

kedua rumah sakit menunjukkan nilai p>0,05 sehingga secara statistik tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan preceptorship oleh

preceptor klinik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.

Namun jika dibandingkan distribusi frekuensi penerapan

preceptorship oleh preceptor institusi dan preceptor klinik di RS Unhas,

terdapat perbedaan. Terdapat empat peran dan tanggung jawab preceptor

yang lebih banyak responden menyatakan preceptor institusi yang

melaksanakan peran dan tanggung jawab tersebut yaitu mengkaji kebutuhan

belajar & membantu mahasiswa dalam menyelesaikan target pembelajaran

sebanyak 13 orang (81,3%), memberikan bimbingan dan dukungan

sebanyak 13 orang (81,3%), berperan sebagai role model sebanyak 16 orang

(100%), dan mengobservasi serta mengevaluasi perkembangan mahasiswa

70
sebanyak 16 orang (100%). Hanya terdapat satu peran dan tanggung jawab

preceptor yang lebih banyak responden menyatakan preceptor klinik yang

melaksanakan peran dan tanggung jawab tersebut yaitu memberikan

orientasi tentang rutinitas unit dan memperkenalkan mahasiswa kepada

anggota tim unit sebanyak 10 orang (62,5%).

Perbandingan distribusi frekuensi penerapan preceptorship oleh

preceptor institusi dan preceptor klinik di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo,

tidak terdapat perbedaan yang berarti. Preceptor institusi dan preceptor

klinik melaksanakan peranan yang seimbang dalam penerapan

preceptorship. Terdapat dua peran dan tanggung jawab preceptor yang lebih

banyak responden menyatakan preceptor klinik yang melaksanakan peran

dan tanggung jawab tersebut yaitu memberikan orientasi tentang rutinitas

unit dan memperkenalkan mahasiswa kepada anggota tim unit sebanyak 27

orang (65,9%) dan mengkaji kebutuhan belajar serta membantu mahasiswa

dalam menyelesaikan target pembelajaran sebanyak 30 orang (73,2%).

Terdapat satu peran dan tanggung jawab preceptor dengan jumlah

responden yang menyatakan preceptor intitusi dan preceptor klinik

memberikan bimbingan dan dukungan adalah sama sebanyak 27 orang

(65,9%). Terdapat dua peran dan tanggung jawab preceptor yang lebih

banyak responden menyatakan preceptor institusi yang melaksanakan peran

dan tanggung jawab tersebut yaitu berperan sebagai role modelling

sebanyak 35 orang (85,4%) dan mengobservasi serta mengevaluasi

perkembangan mahasiswa sebanyak 35 orang (85,4%).

71
3. Kinerja Klinik Secara Umum dan Empat Aspek Kinerja Klinik pada

Mahasiswa Profesi Ners Unhas di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Selama Penerapan Preceptorship

Tabel 5.3
Mean dan Uji Beda Kinerja Klinik Secara Umum dan Empat Aspek Kinerja Klinik
Mahasiswa di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (n = 57)
RS Universitas RSUP Dr Wahidin
Hasanuddin Sudirohusodo P
Variabel (n=16) (n=41) value
M (SD) Min-Max M (SD) Min-Max
Kinerja Klinik 105,7
91-118 107,2 (9,8) 82-120 0,394†
(8,2)
Kemampuan 29,5
24-32 29,4 (2,2) 24-32 0,943†
Sosial (2,2)
Keterampilan 13,8
11-16 14,1 (1,7) 10-16 0,529††
Berkomunikasi (1,4)
Keterampilan 17,9
15-20 18,3 (1,7) 14-20 0,643†
Praktik (2,0)
Kemampuan
44,5
Mengambil 36-52 45,4 (5,6) 31-52 0,439†
(5,0)
Keputusan
Ket: M=Mean, SD=Standar Deviasi, †=Uji Mann-Whitney, ††= Independent T Test

Tabel 5.3 menunjukkan rata-rata (mean) kinerja klinik mahasiswa pada

kedua rumah sakit telah mendekati skor maksimum. Hasil uji beda kinerja

klinik dan empat aspek kinerja klinik kedua rumah sakit menunjukkan nilai

p>0,05 sehingga secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara kinerja klinik dan empat aspek kinerja klinik di RS Unhas dan RSUP

Dr Wahidin Sudirohusodo.

Rata-rata kinerja klinik secara umum tertinggi pada mahasiswa yang

praktik di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo yaitu 107,2 dari skor maksimum

yang diharapkan 120. Terdapat tiga aspek kinerja klinik yang memiliki mean

tertinggi pada mahasiswa yang praktik di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

yaitu aspek kinerja klinik: keterampilan berkomunikasi dengan mean 14,1

72
dari skor maksimum yang diharapkan 16, aspek kinerja klinik: keterampilan

praktik dengan mean 18,3 dari skor maksimum yang diharapkan 20, dan

aspek kinerja klinik: kemampuan mengambil keputusan dengan mean 45,4

dari skor maksimum yang diharapkan 52. Hanya terdapat satu aspek kinerja

klinik mahasiswa yang memiliki mean tertinggi pada mahasiswa yang praktik

di RS Unhas yaitu aspek kinerja klinik: kemampuan sosial dengan mean 29,5

dari skor maksimum yang diharapkan 32.

4. Metode Pembelajaran Klinik dan Perbedaan Metode Pembelajaran


Klinik yang digunakan untuk Mencapai Aspek Kinerja Klinik
lMahasiswa di RSlUnhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
Tabel 5.4
Mean dan Uji Beda Metode Pembelajaran Klinik yang digunakan untuk Mencapai Aspek
Kinerja Klinik Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler Unhas di RS Unhas dan RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo (n = 57)
RS Universitas RSUP DR Wahidin
Variabel Hasanuddin Sudirohusodo
(n=16) (n=41) Nilai p
Min- Min-
M (SD) M (SD)
Max Max
Kemampuan Sosial
Pre dan Post Conference 0,50 (1,32) 0-5 1,05 (1,64) 0-5 0,20
Demonstrasi 0,31 (1,01) 0-4 0,39 (1,07) 0-5 0,68
Diskusi Kasus 1,31 (2,09) 0-5 1,29 (1,75) 0-5 0,77
Bedside teaching 0,94 (2,02) 0-5 1,59 (2,03) 0-6 0,11
Ronde Keperawatan 0,75 (1,69) 0-5 0,95 (1,72) 0-6 0,63
Role Modelling 1,44 (3,10) 0-8 0,88 (2,24) 0-8 0,90
Seminar 0,75 (1,65) 0-5 0,73 (1,45) 0-5 0,78
Metode Lain 0,25 (1,00) 0-4 0,00 (0,00) 0-0 1,00
Tida Ada 4,69 (3,24) 0-8 4,44 (2,67) 0-8 0,77
Keterampilan
Berkomunikasi
Pre dan Post Conference 0,56 (1,15) 0-4 0,95 (1,24) 0-4 0,18
Demonstrasi 0,25 (0,58) 0-2 0,54 (1,03) 0-4 0,38
Diskusi Kasus 2,00 (1,21) 0-4 1,95 (1,40) 0-4 0,77
Bedside teaching 1,00 (1,16) 0-4 1,76 (1,59) 0-4 0,13
Ronde Keperawatan 0,19 (0,54) 0-2 1,15 (1,48) 0-4 0,65
Role Modelling 0,44 (1,03) 0-4 0,10 (0,37) 0-2 0,07
Seminar 1,06 (1,34) 0-4 0,83 (1,30) 0-4 0,50
Metode Lain 0,13 (0,50) 0-2 0,02 (0,16) 0-1 0,75
Tida Ada 0,63 (0,96) 0-3 0,41 (0,92) 0-3 0,23

73
RS Universitas
RSUP Dr Wahidin
Hasanuddin
Sudirohusodo (n=41) Nilai
Variabel (n=16)
p
Min- Min-
M (SD) M (SD)
Max Max
Keterampilan
Praktik
Pre dan Post 0,94 (1,73) 0-5 0,78 (1,54) 0-5 0,82
Conference
Demonstrasi 2,56 (2,03) 0-5 2,27 (2,10) 0-5 0,70
Diskusi Kasus 0,75 (1,70) 0-5 0,88 (1,65) 0-5 0,66
Bedside teaching 1,06 (1,57) 0-5 1,24 (1,89) 0-5 0,88
Ronde Keperawatan 0,75 (1,57) 0-5 0,49 (1,34) 0-5 0,49
Role Modelling 0,56 (1,41) 0-5 0,76 (1,36) 0-5 0,22
Seminar 0,31 (1,25) 0-5 0,49 (1,27) 0-5 0,26
Metode Lain 0,00 (0,00) 0-0 0,00 (0,00) 0-0 0,58
Tida Ada 0,38 (0,50) 0-1 0,61 (1,53) 0-5 0,21
Kemampuan
Mengambil
Keputusan
Pre dan Post 4,19 (4,79) 0-13 4,95 (4,74) 0-13 0,40
Conference
Demonstrasi 0,31 (0,60) 0-2 1,88 (2,79) 0-10 0,05
Diskusi Kasus 8,81 (4,00) 0-13 8,63 (4,05) 0-13 0,99
Bedside teaching 7,06 (5,05) 0-13 5,46 (4,83) 0-13 0,47
Ronde Keperawatan 3,44 (5,05) 0-13 3,66 (3,96) 0-13 0,58
Role Modelling 1,44 (2,94) 0-12 0,56 (1,05) 0-5 0,14
Seminar 5,75 (5,27) 0-13 4,46 (4,78) 0-13 0,47
Metode Lain 0,69 (2,75) 0-11 0,07 (0,26) 0-1 0,66
Tida Ada 0,94 (1,48) 0-6 1,07 (1,89) 0-8 0,78
Ket: M=Mean, SD= Standar Deviasi, Uji Mann-Whitney

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada kinerja klinik: kemampuan sosial,

kedua rumah sakit memiliki mean tertinggi pada variabel tidak memerlukan

metode pembelajaran yaitu 4,69 di RS Unhas dan 4,44 di RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo. Artinya, sebagian besar responden kedua rumah sakit

menyatakan untuk mencapai kinerja klinik: kemampuan sosial tidak

menggunakan metode pembelajaran klinik namun jika ditinjau kembali tabel di

atas, diantara tujuh metode pembelajaran klinik tersebut, role modelling juga

memiliki mean tertinggi kedua yaitu 1,44 di RS Unhas dan bedside teaching

yang memiliki mean tertinggi kedua di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo yaitu

74
1,59. Artinya untuk mencapai kinerja klinik: kemampuan sosial dapat pula

menggunakan metode role modelling dan bedside teaching.

Pada kinerja klinik: keterampilan berkomunikasi, kedua rumah sakit

memiliki mean tertinggi pada metode pembelajaran diskusi kasus yaitu 2,00 di

RS Unhas dan 1,95 di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. Artinya, sebagian

besar responden kedua rumah sakit menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja

klinik: keterampilan berkomunikasi dapat menggunakan metode pembelajaran

diskusi kasus. Pada kinerja klinik: keterampilan praktik, kedua rumah sakit

memiliki mean tertinggi pada metode pembelajaran demonstrasi yaitu 2,56 di

RS Unhas dan 2,27 di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. Artinya, sebagian

besar responden kedua rumah sakit menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja

klinik: keterampilan praktik dapat menggunakan metode pembelajaran

demonstrasi.

Pada kinerja klinik: kemampuan mengambil keputusan, kedua rumah

sakit memiliki mean tertinggi pada metode pembelajaran diskusi kasus yaitu

8,81 di RS Unhas dan 8,63 di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. Artinya,

sebagian besar responden kedua rumah sakit menyatakan bahwa untuk

mencapai kinerja klinik: kemampuan mengambil keputusan dapat

menggunakan metode pembelajaran klinik diskusi kasus. Hasil uji beda kedua

rumah sakit menunjukkan nilai p>0,05 sehingga secara statistik tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara metode pembelajaan klinik yang digunakan

untuk mencapai kinerja klinik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo.

75
5. Penerapan Preceptorship oleh Preceptor Berdasarkan Stase Praktek Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler Unhas di RS Unhas dan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Penerapan Preceptorship oleh Preceptor Berdasarkan Stase Praktek Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler Unhas
di RS Unhas dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (n = 57)
RS Universitas Hasanuddin n=16 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo n=41
Preceptor Institusi Preceptor klinik Preceptor Institusi Preceptor klinik
Gadar Gadar KMB KMB KMB KMB
Variabel (IGD) (ICU) Gadar Gadar Anak Gadar KD I II Total
Anak Gadar KD I II
Total (IGD) (ICU) Total Total Total
n n n n n n n n n n n n n
n (%)
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Memberikan
Orientasi
Ya 3 5 8 5 5 10 6 4 5 4 6 25 6 3 8 6 4 27
(30,0) (83,3) (50,0) (50,0) (83,3) (62,5) (54,5) (57,1) (55,6) (57,1) (85,7) (61,0) (54,5) (42,9) (88,9) (85,7) (57,1) (65,9)
Tidak 7 1 8 5 1 6 5 3 4 3 1 16 5 4 1 1 3 14
(70,0) (16,7) (50,0) (50,0) (16,7) (37,5) (45,5) (42,9) (44,4) (42,9) (14,3) (39,0) (45,5) (57,1) (11,1) (14,3) (42,9) (34,1)
10 6 16 10 6 16 11 7 9 7 7 41 11 7 9 7 7 41
Total
(100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100)
Mengkaji
Kebutuhan
Belajar &
Membantu
Menyelesaikan
Target
Pembelajaran
Mahasiswa
Ya 8 5 13 4 4 8 7 4 8 5 4 28 6 6 8 5 5 30
(80,0) (83,3) (81,3) (40,0) (66,7) (50,0) (63,6) (57,1) (88,9) (71,4) (57,1) (68,3) (54,5) (85,7) (88,9) (71,4) (71,4) (73,2)
Tidak 2 1 3 6 2 8 4 3 1 2 3 13 5 1 1 2 2 11
(20,0) (16,7) (18,8) (60,0) (33,3) (50,0) (36,4) (42,9) (11,1) (28,6) (42,9) (31,7) (45,5) (14,3) (11,1) (28,6) (28,6) (26,8)
10 6 16 10 6 16 11 7 9 7 7 41 11 7 9 7 7 41
Total
(100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100)

76
RS Universitas Hasanuddin n=16 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo n=41
Preceptor Institusi Preceptor klinik Preceptor Institusi Preceptor klinik
Variabel Gadar Gadar Gadar Gadar Anak Gadar KD KMB KMB Anak Gadar KD KMB KMB
(IGD) (ICU) (IGD) (ICU) I II Total

I II
Total Total Total Total
n n n n n n n n n n n n n n (%)
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Memberikan
Bimbingan &
Dukungan
Ya 7 6 13 4 4 8 6 4 7 5 5 27 6 5 7 3 6 27
(70,0) (100) (81,3 (40,0) (66,7) (50,0) (54,5) (57,1) (77,8) (71,4) (71,4) (65,9) (54,5) (71,4) (77,8) (42,9) (85,7) (65,9)
Tidak 3 0 3 6 2 8 5 3 2 2 2 14 5 2 2 4 1 14
(30,0) (0,0) (18,8) (60,0) (33,3) (50,0) (45,5) (42,9) (22,2) (28,6) (28,6) (34,1) (45,5) (28,6) (22,2) (57,1) (14,3) (34,1)
10 6 16 10 6 16 11 7 9 7 7 41 11 7 9 7 7 41
Total
(100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100)
Berperan
Sebagai Role
Model
Ya 10 6 16 7 5 12 10 5 7 6 7 35 6 5 8 5 6 30
(100) (100) (100) (70,0) (83,3) (75,0) (90,9) (71,4) (77,8) (85,7) (100) (85,4) (54,5) (71,4) (88,9) (71,4) (85,7) (73,2)
Tidak 0 0 0 3 1 4 1 2 2 1 0 6 5 2 1 2 1 11
(0,0) (0,0) (0,0) (30,0) (16,7) (25,0) (9,1) (28,6) (22,2) (14,3) (0,0) (14,6) (45,5) (28,6) (11,1) (28,6) (14,3) (26,8)
10 6 16 10 6 16 11 7 9 7 7 41 11 7 9 7 7 41
Total
(100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100)
Mengobservasi
,Mengevaluasi
Perkembangan
Mahasiswa 10 6 16 2 5 7 9 6 8 6 6 35 4 7 8 3 6 28
Ya (100) (100) (100) (20,0) (83,3) (43,8) (81,8) (85,7) (88,9) (85,7) (85,7) (85,4) (36,4) (100) (88,9) (42,9) (85,7) (68,3)

0 0 0 8 1 9 2 1 1 1 1 6 7 0 1 4 1 13
Tidak (0,0) (0,0) (0,0) (80,0) (16,7) (56,3) (18,2) (14,3) (11,1) (14,3) (14,3) (14,6) (63,6) (0,0) (11,1) (57,1) (14,3) (31,7)
10 6 16 10 6 16 11 7 9 7 7 41 11 7 9 7 7 41
Total
(100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100) (100)

77
Tabel 5.5 menunjukkan sebagian hingga sebagian besar responden

pada kedua rumah sakit menyatakan bahwa penerapan preceptorship oleh

preceptor institusi dan preceptor klinik secara umum telah dilaksanakan di

setiap stase praktek namun, terdapat beberapa stase praktek yang belum

melaksanakan keseluruhan lima peran dan tanggung jawab preceptor yaitu

stase GADAR di ruang IGD RS Unhas dari dua stase praktek yang diteliti

dan stase anak, GADAR, dan KMB I di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

dari lima stase praktek yang diteliti.

Pada stase praktek GADAR di ruang IGD RS Unhas, sebagian besar

responden menyatakan preceptor institusi tidak memberikan orientasi

tentang rutinitas unit dan memperkenalkan mahasiswa kepada anggota tim

unit sebanyak 7 orang (70%) karena memang peran tersebut merupakan

peran daripada preceptor klinik. Terdapat tiga peran dan tanggung jawab

preceptor yang sebagian besar responden menyatakan preceptor klinik tidak

mengkaji kebutuhan belajar dan membantu mahasiswa dalam

menyelesaikan target pembelajaran sebanyak 6 orang (60%), preceptor

klinik tidak memberikan bimbingan dan dukungan sebanyak 6 orang (60%),

dan preceptor klinik tidak mengobservasi serta mengevaluasi pembelajaran

mahasiswa sebanyak 8 orang (80%).

Pada stase praktek anak di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, terdapat

satu peran dan tanggung jawab preceptor yang sebagian besar responden

menyatakan preceptor klinik tidak mengobservasi dan mengevaluasi

perkembangan mahasiswa sebanyak 7 orang (63,6%). Pada stase praktek

78
GADAR, terdapat satu peran dan tanggung jawab preceptor yang sebagian

besar responden menyatakan preceptor klinik tidak memberikan orientasi

tentang rutinitas unit dan memperkenalkan mahasiswa kepada anggota tim

unit sebanyak 4 orang (57,1%). Pada stase praktek KMB 1, terdapat dua

peran dan tanggung jawab preceptor yang sebagian besar responden

menyatakan preceptor klinik tidak memberikan bimbingan dan dukungan

kepada mahasiswa sebanyak 4 orang (57,1%) dan preceptor klinik tidak

mengobservasi dan mengevaluasi pembelajaran mahasiswa sebanyak 4

orang (57,1%).

B. Pembahasan

1. Penerapan Preceptorship oleh Preceptor di RS Unhas dan RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo

Model preceptorship adalah sebuah model bimbingan klinis

keperawatan yang telah diakui sebagai suatu strategi untuk

mengembangkan kompetensi perawat dan mahasiswa keperawatan

(Nielsen et al., 2017). Sebagian hingga sebagian besar responden di RS

Unhas menyatakan penerapan preceptorship oleh prceptor institusi dan

preceptor klinik yang ditinjau berdasarkan lima peran dan tanggung jawab

preceptor yaitu memberikan orientasi tentang rutinitas unit dan

memperkenalkan mahasiswa kepada anggota tim unit, mengkaji kebutuhan

belajar dan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan target

pembelajaran, memberikan bimbingan dan dukungan, berperan sebagai

role modelling, dan mengobservasi serta mengevaluasi perkembangan


79
mahasiswa, hampir keseluruhan terlaksana. Hanya terdapat satu peran dan

tanggung jawab preceptor yang lebih banyak responden menyatakan

preceptor klinik tidak mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan

mahasiswa.

Berdasarkan penjelasan responden dalam kuesioner penerapan

preceptorship dengan pertanyaan terbuka menyatakan preceptor klinik

tidak mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan mahasiswa karena

adanya perbedaan jadwal dinas preceptor dengan mahasiswa sehingga

frekuensi pertemuan berkurang. Selain itu, kesibukan preceptor dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien juga menjadi salah satu

penyebab tidak dilaksanakannya observasi dan evaluasi perkembangan

mahasiswa.

Sebagian besar responden di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

menyatakan bahwa penerapan preceptorship oleh preceptor institusi dan

preceptor klinik yang ditinjau berdasarkan lima peran dan tanggung jawab

preceptor, secara keseluruhan terlaksana.

Penerapan preceptorship yang ditinjau berdasarkan lima peran dan

tanggung jawab preceptor yaitu sebagai berikut:

a. Memberikan Orientasi

Model preceptorship bertujuan untuk mensosialisasikan dan

mengorientasikan mahasiswa dengan peran barunya di lingkungan

klinik. Menurut Shamian & Inhaber (1985), dalam Nursalam &

Efendi (2012) bahwa preceptorship digunakan sebagai alat

80
sosialisasi dan orientasi. Menurut Mahen & Clark (1996), dalam

Nursalam & Efendi (2012) preceptor adalah seorang perawat yang

mengajar dan memberikan bimbingan untuk jangka waktu tertentu

dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainee pada peran barunya.

Sebagian hingga sebagian besar responden di RS Unhas dan

RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo menyatakan preceptor

memberikan orientasi tentang rutinitas unit dan memperkenalkan

mahasiswa kepada anggota tim unit. Responden menjelaskan dalam

kuesioner (pertanyaan terbuka) bahwa sebelum memasuki stase

praktik, preceptor institusi memberikan orientasi program,

pengenalan materi, dan gambaran lahan praktik serta

memperkenalkan tim preceptor klinik di lahan tersebut, sementara

preceptor klinik memberikan orientasi ruangan dengan

mensosialisasikan mahasiswa terhadap tempat peralatan yang

digunakan untuk melakukan tindakan keperawatan,

mensosialisasikan ruang-ruang perawatan pasien dan fasilitasnya

serta memperkenalkan anggota tim unit.

Hal ini sesuai dengan peran preceptor menurut Canadian

Nurses Association (CNA) (2016) yaitu preceptor berperan dalam

mensosialisasikan dan mengorientasikan mahasiswa di lingkungan

klinik. Hal ini bertujuan untuk membantu proses transisi mahasiswa

dari pembelajar ke praktisioner (Mahen & Clark, 1996 dalam

Nursalam & Efendi, 2012); mengurangi dampak sebagai “syok

81
realita” dalam lingkungan barunya (Kramer, 1974 dalam Nursalam

& Efendi, 2012).

b. Mengkaji Kebutuhan Belajar Mahasiswa

Sebagian hingga sebagian besar responden kedua rumah sakit

menyatakan bahwa preceptor menilai kebutuhan belajar mahasiswa

melalui diskusi terbuka baik secara langsung maupun tidak langsung

atau melalui media sosial, dalam proses diskusi terjadi hubungan

timbal balik preceptor dan mahasiswa. Preceptor akan menilai

tingkat pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa

dalam menyelesaikan masalah keperawatan pasien, selanjutnya

preceptor memberikan umpan balik berupa saran dan kritik sesuai

dengan kebutuhan belajar mahasiswa. Responden menjelaskan

dalam kuesioner (pertanyaan terbuka) preceptor institusi melakukan

kunjungan di lahan praktek untuk menilai perkembangan mahasiswa

dan memberikan respon penugasan serta melakukan diskusi terbuka

mengenai kegiatan yang dilakukan selama praktik, hambatan yang

dialami, dan mengevalusi target pembelajaran mahasiswa. Beberapa

responden menyatakan bahwa jika preceptor institusi tidak

melakukan kunjungan di lahan praktik karena kesibukan, precepter

institusi akan memantau perkembangan mahasiswa melalui media

sosial.

Responden juga menjelaskan bahwa preceptor klinik mengkaji

kebutuhan belajar mahasiswa melalui diskusi terbuka dan

82
mengevaluasi target pembelajaran serta mengajarkan tindakan

keperawatan yang dibutuhkan dengan melakukan bedside teaching

bersama mahasiswa kepada pasien. Hal ini sesuai dengan peran

preceptor menurut CNA (2016) yaitu preceptor menilai kebutuhan

belajar dan menetapkan pembelajaran mahasiswa. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Nielsen et al. (2017) bahwa

melakukan pengkajian terhadap kebutuhan belajar mahasiswa

keperawatan sebagai preceptee akan menciptakan hasil belajar yang

baik, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa preceptor menilai

level kompetensi preceptee seperti tingkat ilmu pengetahuan dan

keterampilan praktek klinik melalui diskusi. Hal ini menjadi bahan

untuk memenuhi kebutuhan belajar preceptee. Selanjutnya,

preceptor melakukan demonstrasi tentang praktik klinik berdasarkan

kebutuhan preceptee.

c. Memberikan Bimbingan dan Dukungan

Mahasiswa mampu mencapai kompetensi apabila didukung

oleh preceptor yang membimbing selama proses pembelajaran

(Phuma-Ngaiyaye, Bvumbwe & Chipeta, 2017). Sebagian hingga

sebagian besar responden kedua rumah sakit menyatakan bahwa

preceptor institusi dan preceptor klinik memberikan bimbingan dan

dukungan kepada mahasiswa. Responden menjelaskan dalam

kuesioner (pertanyaan terbuka) bahwa frekuensi bimbingan dengan

preceptor institusi sebanyak satu kali dalam sepekan dengan

83
menggunakan metode pembelajaran klinik diskusi kasus, bedside

teaching, metode ceramah, demonstrasi, dan ronde keperawatan.

Beberapa responden menjelaskan frekuensi bimbingan dengan

preceptor klinik yaitu setiap dinas di rumah sakit dan beberapa juga

menyatakan sebanyak satu sampai tiga kali dalam sepekan dengan

menggunakan metode pembelajaran klinik diskusi kasus, bedside

teaching, metode ceramah, dan demonstrasi. Perbedaan frekuensi

pertemuan bimbingan bergantung pada kesibukan preceptor klinik

dalam memberikan pelayanan di rumah sakit. Hal-hal yang diajarkan

adalah tindakan keperawatan pada stase praktek yang dijalani. Hal

ini sesuai dengan peran preceptor menurut CNA (2016) yaitu

preceptor bertindak sebagai pembimbing klinis dan memberikan

bimbingan dan dukungan kepada mahasiswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh McSharry & Lathlean

(2017) menunjukan bahwa ketersediaan waktu yang baik dalam

bimbingan preceptor kepada mahasiswa adalah dasar pembelajaran

dan pengajaran yang efektif, diskusi selama bimbingan praktik dapat

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa. Nursalam

& Efendi (2012) juga mengemukakan bahwa diskusi antara

preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan praktik

terkini dalam lingkungan klinik dengan harapan preceptee akan

memiliki kemampuan yang sama dengan preceptornya.

84
d. Berperan sebagai Role Modelling

Peran seorang preceptor selain memberikan bimbingan juga

memiliki peran sebagai tokoh panutan (role model) yang dapat

menginspirasi mahasiswa, serta mendukung pertumbuhan dan

perkembangan mahasiswa (Nursalam & Efendi, 2012). Sebagian

besar responden kedua rumah sakit menyatakan preceptor institusi

dan preceptor klinik berperan sebagai role model. Responden

menjelaskan dalam kuesioner (pertanyaan terbuka) bahwa preceptor

institusi memiliki kualifikasi akademik minimal magister dan doktor

di keahlian masing-masing. Preceptor klinik memiliki kualifikasi

akademik minimal ners dengan pengalaman praktik yang memadai.

Kriteria tersebut sesuai dengan kriteria preceptor menurut LAM-

PTKes (2013) yaitu preceptor memiliki kualifikasi akademik tenaga

preceptor minimal ners dengan pengalaman praktik yang memadai.

Responden menjelaskan preceptor institusi dan preceptor

klinik menunjukkan perilaku yang profesional, mengajarkan

mahasiswa cara berinteraksi dengan klien dan keluarga, preceptor

juga memiliki keterampilan praktik yang baik, dan selalu menuntut

mahasiswa berpikir kritis dalam menangani masalah klien. Hal

tersebut akan membuat mahasiswa termotivasi untuk mengikuti

tindakannya. Gredler (2009), dalam Kusumawati, Aminah &

Tinartayu (2014) mengemukakan bahwa role model menjadi penting

dalam proses pembelajaran perilaku karena mahasiswa belajar dari

85
yang diamati dalam proses pembelajaran sehari-hari. Informasi yang

diamati dari model (preceptor) selanjutnya akan diretensi oleh

mahasiswa, diproses dalam memori, dan selanjutnya akan timbul

motivasi untuk melakukan perilaku sesuai model yang diamati.

e. Mengobservasi dan Mengevaluasi Perkembangan Mahasiswa

Responden menjelaskan bahwa preceptor institusi

mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan mahasiswa dengan

melakukan kunjungan atau observasi setiap pekan ke lahan praktik.

Observasi dilakukan untuk menilai perkembangan mahasiswa dan

mengevaluasi penugasan yang diberikan menggunakan metode

diskusi kasus, respon, dan mengevaluasi penugasan seperti logbook

dan target pencapaian mahasiswa. Observasi perkembangan juga

dilakukan melalui media sosial jika preceptor berhalangan hadir di

rumah sakit.

Hal demikian juga dilakukan oleh preceptor klinik, preceptor

klinik mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan mahasiswa

melalui diskusi terbuka mengenai kendala yang dihadapi selama

praktik dan mengajarkan tindakan keperawatan yang belum

diketahui serta evaluasi penugasan menggunakan metode diskusi

kasus. Nursalam & Efendi (2012) mengemukakan metode yang

digunakan untuk evaluasi kemampuan klinik mahasiswa adalah

penugasan tertulis, lisan (diskusi), dan observasi. Evaluasi

pembelajaran klinik tersebut sangat dibutuhkan untuk menilai hasil

86
pencapaian belajar mahasiswa. Preceptor mengevaluasi

perkembangan mahasiswa baik secara formatif maupun secara

sumatif. Evaluasi tersebut merupakan hal penting untuk mengetahui

kekurangan peserta didik sebagai bahan dan dasar pemberian

bimbingan serta untuk menentukan derajat keberhasilan peserta

didik ( Nursalam & Efendi, 2012).

2. Perbedaan Penerapan Preceptoship oleh Preceptor Klinik di RS Unhas

dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Hasil uji beda penerapan preceptorship oleh preceptor klinik kedua

rumah sakit menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan namun, jika

dibandingkan distribusi frekuensi penerapan preceptorship oleh preceptor

institusi dan preceptor klinik di setiap rumah sakit, tidak terdapat pula

perbedaan yang berarti di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo akan tetapi,

terdapat perbedaan penerapan preceptorship oleh preceptor di RS Unhas.

Lebih banyak responden menyatakan preceptor institusi yang

melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai preceptor. Responden

menjelaskan dalam kuesioner (pertanyaan terbuka) bahwa hal ini

disebabkan adanya perbedaan jadwal dinas mahasiswa dengan preceptor

klinik dan kesibukan preceptor klinik dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara

kepada preceptor di RS Unhas menyatakan bahwa di rumah sakit telah

menyediakan pembimbing klinik bersertifikat yang kompeten sesuai

87
dengan bidangnya. Sertifikat yang dimiliki oleh pembimbing klinik

merupakan sertifikat pelatihan preceptorship. kurangnya tenaga

keperawatan yang memenuhi kriteria peserta pelatihan preceptorship

menyebabkan tenaga preceptor masih kurang sehingga berdampak kepada

jadwal dinas preceptor klinik, perbedaan jadwal dinas preceptor klinik

dengan mahasiswa yang sedang profesi menyebabkan tidak terlaksananya

bimbingan. Meskipun mahasiswa memiliki jadwal dinas yang sama

dengan preceptor namun frekuensi pertemuan berkurang bahkan beberapa

responden menjelaskan dalam kuesioner bahwa mereka bertemu dengan

preceptor pada akhir stase saja ketika ingin melakukan respon penugasan.

Hal ini disebabkan oleh kesibukan preceptor klinik dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien sehingga dalam kondisi tersebut,

sebagian mahasiswa menyatakan aktif berdiskusi dengan perawat lain.

Kurangnya frekuensi pertemuan bimbingan antara preceptor dan

mahasiswa akan memberikan dampak negatif pada hasil belajar

mahasiswa. Sebagaimana dalam studi literatur yang dilakukan oleh

Omansky (2010), dalam Fikri (2013) seorang staff perawat di ruang NICU

rumah sakit Newton-Wesley Amerika Serikat menyebutkan salah satu hal

yang mempengaruhi peran seorang preceptor adalah pertentangan peran

antara menjadi seorang perawat dan sebagai preceptor. Pertentangan peran

(role conflict) saat preceptor harus melakukan peran utamanya sebagai

perawat, namun di sisi lain mereka juga harus bertindak sebagai seorang

preceptor. Tuntutan pemberian asuhan keperawatan yang holistik kepada

88
pasien membuat preceptor lebih mendahulukan peran utamanya sebagai

perawat daripada perannya sebagai seorang preceptor.

3. Penerapan Preceptoship oleh Preceptor Berdasarkan Stase Praktik di RS

Unhas dan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Hasil penelitian menunjukkan sebagian hingga sebagian besar

responden pada kedua rumah sakit menyatakan bahwa penerapan

preceptorship oleh preceptor institusi dan preceptor klinik secara umum

telah dilaksanakan di setiap stase praktek namun, terdapat beberapa stase

praktek yang belum melaksanakan keseluruhan lima peran dan tanggung

jawab preceptor klinik yaitu stase praktek GADAR ruang IGD RS Unhas

dari dua stase praktek yang diteliti dan stase praktek anak, GADAR, dan

KMB I di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo dari lima stase praktik yang

diteliti.

Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan jadwal dinas preceptor

dan mahasiswa serta kesibukan preceptor dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Omansky

(2010), dalam Fikri (2013) menyimpulkan ada tiga hal besar yang sangat

mempengaruhi peran seorang preceptor yaitu ketidak jelasan akan peran

sebagai seorang preceptor, pertentangan peran antara menjadi seorang

perawat dan sebagai preceptor, dan beban kerja yang berlebih.

Salah satu unit kerja pada rumah sakit yang sangat penting adalah

Unit Gawat Darurat (UGD). UGD merupakan tempat pertama yang dituju

oleh pasien yang berada dalam keadaan gawat darurat. Beban kerja
89
perawat UGD tergolong berat karena umumnya pasien yang dilarikan ke

UGD adalah pasien darurat yang membutuhkan pelayanan kesehatan

secepat dan setepat mungkin. Beban kerja yang dihadapi perawat UGD

fluktuatif tergantung dari jumlah dan tingkat keparahan pasien (Mandasari,

et al, 2015). Menurut Gaudine (2000) dalam Kurniadi (2013) beban kerja

adalah jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung atau tidak

langsung dalam memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan dan

jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan tersebut.

Beban kerja merupakan kondisi kerja dan uraian tugasnya yang dalam

waktu tertentu harus terselesaikan (Munandar, 2005 dalam Hidayat, 2017).

Responden menjelaskan dalam kuesioner pertanyaan terbuka bahwa

sebagian besar preceptor klinik pada dua rumah sakit adalah kepala

ruangan dan ketua tim yang memiliki kesibukan cukup tinggi dalam

mengelola kegiatan pelayanan perawatan dan tugas tambahan sebagai

preceptor yang mana dalam satu waktu tanggung jawab tersebut harus

diselesaikan, sehingga preceptor lebih mengutamakan tugasnya sebagai

perawat dan mempercayakan kepada mahasiswa untuk lebih aktif belajar

bersama perawat yang lain. Namun, kepercayaan yang berlebihan kepada

mahasiswa akan berdampak kepada hasil belajar mahasiswa. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh McSharry & Lathlean (2017) yang meneliti

tentang keefektifan model preceptorship pada mahasiswa profesi

keperawatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterbatasan waktu

untuk mengajar dan kepercayaan yang berlebihan pada kemampuan

90
mahasiswa dalam berpartisipasi pada praktek klinik akan memberikan

dampak negatif pada hasil belajar mahasiswa.

4. Kinerja Klinik Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler Unhas Selama

Penerapan Preceptorship di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo

Model preceptorship merupakan model bimbingan klinis

keperawatan yang telah diakui sebagai suatu strategi untuk

mengembangkan kompetensi preceptee. Komponen utama dalam menilai

hasil pencapaian belajar mahasiswa atau kinerja klinik mahasiswa adalah

melalui evaluasi klinik (Nursalam & Efendi, 2012). Rata-rata kinerja

klinik mahasiswa yang praktik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo yang menerapkan model bimbingan klinik preceptorship

telah mendekati skor maksimum. Artinya kinerja klinik mahasiswa yang

ditinjau berdasarkan empat aspek kinerja klinik selama praktek di rumah

sakit yang menggunakan model bimbingan klinik preceptorship cukup

baik. Penelitian yang dilakukan oleh Nielsen et al., (2017) bahwa model

preceptorship adalah sebuah model bimbingan klinis yang telah diakui

sebagai strategi untuk mengembangkan kompetensi preceptee. Adapun

empat aspek kinerja klinik mahasiswa yaitu sebagai berikut:

a. Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial berhubungan dengan kemampuan

seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Rata-rata aspek

kinerja klinik: kemampuan sosial mahasiswa di RS Unhas dan


91
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo telah mendekati skor maksimum.

Artinya sebagian besar mahasiswa yang praktik pada kedua rumah

sakit yang menerapkan model bimbingan preceptorship memiliki

perilaku yang baik dan sopan santun dalam berinteraksi dengan

teman sejawat/tenaga kesehatan lainnya, memiliki rasa tanggung

jawab atas tindakan yang diberikan, menyelesaikan penugasan

yang diberikan dengan tepat waktu, dan menghargai klien dan

keluarga tanpa membedakan suku, agama, ras, dan status ekonomi.

Pencapaian tersebut akan menjadi bekal mahasiswa untuk

memasuki dunia profesi karena perawat dan tim kesehatan

membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun

kepercayaan dan memperkuat hubungan agar dapat mengatasi

masalah klien (Stewart & Logan, 2005 dalam Potter & Perry,

2009). Selain itu, penampilan dan perilaku profesional juga sangat

penting dalam membangun kepercayaan klien akan kompetensi

perawat. Kebiasaan tepat waktu, terorganisasi, dan mampu

bertanggung jawab atas peran keperawatan telah mencirikan

profesionalisme (Potter & Perry, 2009).

b. Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan berkomunikasi digunakan dalam menganalisis,

dan menyampaikan informasi serta menyelesaikan tugas pada tiap

langkah proses keperawatan dan bergantung pada komunikasi

efektif antarperawat, klien, keluarga, dan pihak lain dalam tim

92
kesehatan (Potter & Perry, 2010). Rata-rata aspek kinerja klinik:

keterampilan berkomunkasi pada dua rumah sakit telah mendekati

skor maksimum. Artinya sebagian besar mahasiswa pada dua

rumah sakit yang menerapkan model bimbingan preceptorship

memiliki keterampilan berkomunikasi yang cukup baik.

Keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan mahasiswa

dalam berkomunikasi secara verbal dan nonverbal kepada

klien/keluarga menggunakan komunikasi terapeutik dan kepada

preceptor terkait kondisi dan informasi pasien. Informasi pasien

yang diberikan melalui metode tertulis dan lisan dengan jelas,

lengkap, akurat, dan ringkas. Ketika mahasiswa menyampaikan

informasi pasien kepada preceptor maka mereka akan belajar cara

bekerja sama dan berkolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya.

Rasa hormat, perlakuan adil bagi orang lain, kompromi yang

menjaga integritas, kolaborasi, dan mendengar aktif merupakan

komponen utama dalam hubungan profesional (Nurhasanah, 2010).

c. Keterampilan Praktik

Keterampilan praktik adalah keterampilan mahasiswa dalam

memberikan tindakan pemberian obat yang benar, menggunakan

teknik aseptik dalam perawatan klien, dan melaksanakan tindakan

keperawatan berdasarkan SOP rumah sakit. Rata-rata aspek kinerja

klinik: keterampilan berkomunikasi mahasiswa pada dua rumah

sakit yang menerapkan model preceptorship telah mendekati skor

93
maksimum. Artinya sebagian besar mahasiswa pada dua rumah

sakit memiliki keterampilan praktik yang cukup baik.

Keterampilan praktik sangat penting untuk dimiliki setiap

mahasiswa karena penggunaan alat, teknik aseptik, dan pemberian

obat adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh

perawat. Salah satu kriteria dalam keterampilan klinik adalah

bekerja secara profesional, menjalankan prosedur berdasarkan SOP

dengan benar sehingga mampu mencegah terjadinya kesalahan

dalam praktik (Kozier, et al., 2010), komponen utama perlindungan

klien dan pekerja adalah higiene tangan. Higiene tangan

menggunakan sarung tangan bersih untuk mencegah kontak

langsung dengan darah atau cairan tubuh klien. Pemberian obat

pada klien memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus dari

perawat (Potter & Perry, 2010).

d. Kemampuan Mengambil Keputusan

Pengambilan keputusan adalah proses berpikir kritis untuk

memilih tindakan terbaik guna mencapai tujuan yang diharapkan

(Kozier et al., 2010). Kemampuan mengambil keputusan adalah

mahasiswa mampu mengambil keputusan dalam mengkaji,

mendiagnosa, merencanakan, mengimplementasikan,

mengevaluasi, dan mendokumentasikan perawatan klien, dan

mampu manajemen waktu dalam melaksanakan tanggung jawab

sebagai mahasiswa profesi ners. Rata-rata aspek kinerja klinik:

94
kemampuan mengambil keputusan mahasiswa pada dua rumah

sakit telah mendekati skor maksimum. Artinya sebagian besar

mahasiswa pada dua rumah sakit yang menerapkan model

preceptorship memiliki kemampuan mengambil keputusan yang

cukup baik dalam melaksanakan proses keperawatan.

Proses keperawatan adalah metode perencanaan dan

pemberian asuhan keperawatan yang rasional dan sistematis.

Tujuannya adalah mengidentifikasi status perawatan kesehatan

klien dan masalah kesehatan yang aktual atau potensial, membuat

rencana untuk memenuhi kebutuhan yang diidentifikasi dan

memberikan intervensi keperawatan yang spesifik untuk memenuhi

kebutuhan tersebut (Kozier et al., 2010).

5. Perbedaan Kinerja Klinik Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler Unhas

di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Hasil uji beda kinerja klinik dan empat aspek kinerja klinik kedua

rumah sakit menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan namun,

rata-rata kinerja klinik secara umum tertinggi pada mahasiswa yang

praktik di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. Hasil penelitian ini

menunjukkan penerapan preceptorship oleh preceptor di RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo secara keseluruhan terlaksana dengan rata-rata

kinerja klinik mahasiswa telah mendekati skor maksimum.

Ketika preceptor menjalankan perannya secara maksimal maka hal

itu akan berdampak terhadap hasil belajar mahasiswa. Penelitian yang


95
dilakukan oleh Phuma-Ngaiyaye, Bvumbwe & Chipeta (2017) tentang

pengaruh pembimbingan klinik atau preceptor terhadap peningkatan hasil

belajar klinis mahasiswa keperawatan menunjukkan bahwa mahasiswa

dapat lebih percaya diri dan memiliki kompetensi yang lebih baik dalam

praktek klinis bila didukung oleh preceptor.

6. Metode Pembelajaran Klinik yang digunakan untuk Mencapai Kinerja

Klinik Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler Unhas di RS Unhas dan

RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Metode pembelajaran mempunyai kontribusi yang cukup besar

dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara

untuk menghantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada peserta didik

sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi tersebut

dapat dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif

(Nursalam, 2016). Kinerja klinik mahasiswa menurut Nursalam (2012)

terdiri dari empat aspek yaitu kemampuan sosial, keterampilan

berkomunikasi, keterampilan praktik, dan kemampuan mengambil

keputusan.

a. Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial berhubungan dengan kemampuan seseorang

dalam berinterkasi dengan orang lain. Hal ini temasuk persepsi

individu akan sifat dan kemampuannya, kemampuan serta nilai-nilai

dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan (Potter & Perry,

2009). Berdasarkan persepsi mahasiswa pada kedua rumah sakit

96
menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja klinik: kemampuan sosial

tidak memerlukan metode pembelajaran klinik. Artinya untuk

mencapai kinerja klinik: kemampuan sosial seperti berperilaku dan

berpenampilan profesional tidak memerlukan metode pembelajaran

klinik namun, terdapat pula persepsi lain mahasiswa bahwa untuk

mencapai kinerja klinik mahasiswa: kemampuan sosial dapat pula

menggunakan metode pembelajaran role modeling dan bedside

teaching.

Terdapat metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mencapai kemampuan sosial seseorang yaitu role model. Sebagaimana

dalam modul pembelajaran online tentang preceptor oleh Carpenter et

al. (2015) bahwa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari role

model adalah mahasiswa dapat melihat dan menganalisis nilai-nilai

perilaku yang ditampilkan oleh preceptor yaitu keterampilan berpikir

kritis dan perilaku profesional dalam berinteraksi dengan klien,

keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Mahasiswa akan menilai dan

melihat konsekuensi tindakan yang baik dan menjadikan hal tersebut

sebagai motivasi dalam belajar.

Nielsen et al. (2017) mengemukakan bahwa terdapat metode

yang dapat menciptakan hasil belajar yang baik pada preceptee yaitu

doing together: melatih preceptee dari observer menjadi perawat

mandiri. Preceptor memberikan pengajaran praktek klinik, teknik

97
komunikasi, dan diskusi pada preceptee di samping tempat tidur

pasien atau menggunakan metode bedside teaching.

b. Keterampilan Berkomunikasi

Kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain

dibutuhkan keterampilan berkomunikasi dengan baik. Keterampilan

berkomunikasi digunakan dalam mengumpulkan, menganalisis, dan

menyampaikan informasi serta menyelesaikan masalah klien melalui

kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya baik secara lisan maupun

tertulis (Potter & Perry, 2010). Berdasarkan persepsi mahasiswa pada

kedua rumah sakit menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja klinik:

keterampilan berkomunikasi dapat menggunakan metode

pembelajaran klinik diskusi kasus.

Diskusi kasus adalah salah satu metode dalam proses

pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal

dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.

Metode ini juga berfokus pada keaktifan mahasiswa dalam kegiatan

pembelajaran (Nursalam & Efendy, 2012). Penelitian yang dilakukan

oleh McSharry & Lathlean (2017) meneliti tentang keefektifan model

preceptorship pada mahasiswa profesi keperawatan. Hasil penelitian

menunjukan bahwa ketersediaan waktu yang baik dalam bimbingan

preceptor kepada mahasiswa adalah dasar pembelajaran dan

pengajaran yang efektif, diskusi selama bimbingan praktik dapat

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa.

98
c. Keterampilan Praktik

Salah satu kriteria dalam keterampilan klinik adalah bekerja

secara profesional, menjalankan prosedur berdasarkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) dengan benar sehingga dapat

memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan mampu mencegah

terjadinya kesalahan dalam praktik. Kurangnya kompetensi dalam

keterampilan pada lulusan baru menyebabkan hal ini menjadi subjek

pendidikan yang banyak dikritik (Reilly & Obermann, 2002 dalam

Kozier, et al., 2010).

Berdasarkan persepsi mahasiswa pada kedua rumah sakit

menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja klinik: keterampilan

praktik dapat menggunakan metode pembelajaran klinik demonstrasi.

Reilly & Dorothy (2002) mengemukakan bahwa metodologi untuk

pengajaran keterampilan psikomotorik dari perspektif kinerja meliputi

peragaan atau demonstrasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Cristina (2010) dalam studi literatur menunjukkan

bahwa metode demonstrasi efektif dalam meningkatkan keterampilan

psikomotorik di lingkungan klinis.

d. Kemampuan Mengambil Keputusan

Berdasarkan persepsi mahasiswa pada kedua rumah sakit

menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja klinik: kemampuan

mengambil keputusan dalam proses keperawatan dapat menggunakan

metode pembelajaran klinik diskusi kasus dan bedside teaching.

99
Menggunakan metode pembelajaran diskusi kasus dalam proses

pembimbingan preceptorship akan menciptakan hasil belajar yang

baik. Penelitian yang dilakukan oleh Nielsen et al. (2017)

mengemukakan bahwa salah satu hal yang dapat menciptakan hasil

belajar yang baik yaitu getting along together dapat mendukung

proses pembelajaran preceptee. Terjalin hubungan profesional antara

preceptor dan preceptee melalui diskusi kasus dan preceptor

memberikan apresiasi kepada kemampuan preceptee yang dianggap

benar sehingga menimbulkan lingkungan motivasi yang baik.

Selain itu, metode pembelajaran klinik bedside teaching efektif

dalam meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotorik mahasiswa

profesi ners Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Desvitasari

(2016) mengemukakan bahwa melalui bedside teaching mahasiswa

dapat berpartisipasi aktif serta lebih termotivasi untuk melatih critical

thingking atau analisis pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman dalam menganalisis kasus klien.

Keaktifan dan minat mahasiswa tercermin dalam kegiatan

pembelajaran bedside teaching. Adanya kegiatan menggali brain

storming mahasiswa pada tahap preparation sebelum kegiatan

pembelajaran menjadi modal dasar dalam proses persiapan knowledge

mahasiswa kemudian dilanjutkan dengan proses diskusi dan tanya

jawab. Hal ini yang menjadi dorongan dominan dalam peningkatan

kognitif mahasiswa.

100
C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan. Beberapa

keterbatasan yang ada misalnya dari segi responden di RS Unhas yang sedikit

dikarenakan responden yang menjalani stase praktik di RS Unhas pada saat

penelitian berlangsung hanya pada stase GADAR. Selain itu, terdapat

beberapa mahasiswa profesi ners program reguler Unhas yang tidak

memenuhi kriteria inklusi sehingga tidak dapat menjadi respoden. Kuesioner

tentang kinerja klinik bersifat subjektif sehingga kebenaran data sangat

tergantung pada kejujuran responden pada saat menjawab. Namun demikian

peneliti telah berupaya menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini

agar responden mengisi jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya.

101
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan preceptorship dan

dampaknya terhadap kinerja klinik mahasiswa profesi ners program reguler

Unhas di RS Unhas dan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan preceptorship oleh preceptor di RS Unhas hampir keseluruhan

terlaksana dan penerapan preceptorship oleh preceptor di RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo secara keseluruhan terlaksana.

2. Secara statistik tidak ada perbedaan penerapan preceptorship oleh

preceptor klinik di RS Unhas dan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.

3. Rata-rata kinerja klinik secara umum dan empat aspek kinerja klinik:

kemampuan sosial, keterampilan berkomunikasi, keterampilan praktik,

dan kemampuan mengambil keputusan mahasiswa profesi ners di RS

Unhas dan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo telah mendekati skor

maksimum yang diharapkan.

4. Secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata kinerja klinik mahasiswa

profesi ners di RS Unhas dan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, namun

rata-rata kinerja klinik secara umum tertinggi pada mahasiswa yang

praktik di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.

5. Berdasarkan persepsi mahasiswa, untuk mencapai kinerja klinik

mahasiswa: kemampuan sosial tidak memerlukan metode pembelajaran,

102
namun dapat pula menggunakan metode pembelajaran role modelling

dan bedside teaching, sedangkan metode pembelajaran yang digunakan

untuk mencapai kinerja klinik: keterampilan berkomunikasi dapat

menggunakan metode pembelajaran diskusi kasus, metode pembelajaran

yang digunakan untuk mencapai kinerja klinik: keterampilan praktik

dapat menggunakan metode pembelajaran demonstrasi, metode

pembelajaran yang digunakan untuk mencapai kinerja klinik:

kemampuan mengambil keputusan dapat menggunakan metode

pembelajaran diskusi kasus dan bedside teaching.

6. Secara statistik tidak ada perbedaan metode pembelajaran yang

digunakan untuk mencapai kinerja klinik mahasiswa profesi ners di RS

Unhas dan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

7. Penerapan preceptorship oleh preceptor di RS Unhas dan RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo telah dilaksanakan di setiap stase praktek, hanya

terdapat beberapa stase praktek yang belum melaksanakan keseluruhan

lima peran dan tanggung jawab preceptor yaitu pada stase GADAR

(IGD) di RS Unhas dari dua stase praktek yang diteliti, dan stase anak,

GADAR, dan KMB I di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo dari lima stase

praktek yang diteliti.

103
B. Saran

Dari hasil analisis dan kesimpulan, maka hal-hal yang dapat disarankan

oleh penulis antara lain:

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Institusi pelayanan kesehatan khususnya RS Unhas dan RSUP

Dr Wahidin Sudirohusodo diharapkan untuk melakukan audit evaluasi

penerapan preceptorship dan kinerja klinik mahasiswa profesi secara

rutin demi perbaikan pelaksanaan pembelajan klinik kedepannya.

Selain itu, preceptor klinik diharapkan juga untuk mengevaluasi

metode pembelajaran klinik yang digunakan karena metode

pembelajaran turut berkontribusi dalam meningkatkan kinerja klinik

mahasiswa. Peneliti merekomendasikan metode pembelajaran klinik

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja klinik mahasiswa

yaitu role modelling, diskusi kasus, demonstrasi, dan bedside

teaching.

2. Bagi institusi pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat juga melakukan audit

penerapan preceptorship oleh preceptor dan kinerja klinik mahasiswa

agar dapat menjadi bahan evaluasi kedepannya. Selain itu, preceptor

institusi diharapkan juga untuk mengevaluasi metode pembelajaran

klinik yang digunakan karena metode pembelajaran turut

berkontribusi dalam meningkatkan kinerja klinik mahasiswa. Peneliti

merekomendasikan metode pembelajaran klinik yang dapat digunakan

104
untuk meningkatkan kinerja klinik mahasiswa yaitu role modelling,

diskusi kasus, demonstrasi, dan bedside teaching

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut tentang penerapan preceptorship menggunakan

analisis kualitatif agar semua informasi mengenai program

preceptorship bisa tereksplor dengan baik.

105
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, T., (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Komunikasi


dalam Keperawatan. Retrieved from http://bppsdmk.kemkes.go.id/
pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Komunikasi-dalam-Keperawatan-
Komprehensif.pdf&ved=2ahUKEwilwMz8veHcAhUKfn0KHWpnAPwQFj
AAegQIARAB&usg=AOvVaw1CQAGugWdl7CqcAHVpPZkV.

Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia. (2012). Booklet Pelatihan


Pembinaan Anggota Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia 2012.
Retrieved from http://aipniainec.com/id/article_view/201505010080/
uploaded aded/BOOKLET PELATIHAN DAN PEMBINAAN ANGGOTA
AIPNI.pdf.

Canadian Nurses Association. (2016). Renewal by continuous learning:


Preceptorship. Retrieved from https://www.cna-aiic.ca/certification/renewi-
lng-your-certification/renewal-by-continuous-learning.

Carpenter, L., Kincaid, K., Vandermeulen, E., Penticuff, J., Lockhart, L., Walter,
N., Acuña, G., Rowan, T. (2015). Precepting Nursing Students: The
Essential Elements. Retrieved from
https://nursing.utexas.edu/docs/faculty/preceptorsTraining.pdf.

Cristina, I. (2010). Demonstration and Nursing Clinical Teaching –Systematic


Literature Review. Online Brazilian Journal of Nursing, vol.9, no.1,
http://dx.doi.org/10.5935/1676-4285.20102837.

Dahlan, M.S, (2016). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. (Ed. 6). Jakarta:
Salemba Empat.

Dermawan, D., (2012). Mentorship dan Preceptorship dalam Keperawatan.


Profesi: Media Publikasi Penelitian. Retrieved from
ejournal.stikespku.ac.id

Desvitasari, H. (2016). Efektivitas Pembelajaran Klinik Model Bedside Teaching


Terhadap Peningkatan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik pada Mahasiswa
Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis.
Yogyakarta: Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah.

106
Fikri, N. A. (2013). Studi Deskriptif Peran Preceptor dalam Pelaksanaan
Program Preceptorship di Rumah Sakit Roemani Semarang. Skripsi.
Semarang: Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Hardisman. (2009). Model-model Bimbingan pada Pendidikan Klinik dan


Relevansinya pada Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan di Indonesia.
Majalah Kedokteran Andalas, 33(2).
http://doi.org/10.22338/mka.v33.i2.p%25p.2009.

Hidayat, I., (2017). Hubungan Motivasi dan Beban Kerja Perawat Pelaksanaan
dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pelamonia
Makassar. Skripsi. Makassar: Departemen Administrasi Kebijakan
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

International Confederation of Midwives. (2010). Global Standards for


Midwifery Education. Netherland: Companion Guidelines ICM.

Kaphagawani NC, Useh U. (2013). Analysis of nursing students learning


experiences in clinical practice: literature review. Studies on Ethno-Medic,
7(3):181-185. https://www.researchgate.net/publication/2 8 6 1 2 4 3 4 _
Analysis_of_Nursing_Students_Learning_Experiences_in_Clinical_Practice
_Literaturl_Review.

Ke, Y.T., Kuo, C.C., & Hung, C.H. (2017). The effects of nursing preceptorship
on new nurses’ competence, professional socialization, job satisfaction, and
retention: A systematic review. Journal of Advanced Nursing, 73(10), 2296-
2305. http://dx.doi.org/10.1111/jan.13317.

Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan. (2011). Komisi Nasional Etik


Penelitian. Retrieved from http://www.knepk.litbang.depkes.go.id/knepk/.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, SJ. (2010). Fundamental
Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik (Ed. 7). Jakarta: EGC.

Kurniadi, A., (2013). Manajemen keperawatan dan Prospektifnya (Ed.1). Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kusumawati, W., Aminah, S., & Tinartayu, S., (2014). Role Model di Rumah
Sakit Pendidikan. Artikel Penelitian Mutiara Medika, vol. 14, no. 1:63-74.

107
Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia. (2014).
Buku I Naskah Akademik. Retrieved from http://lamptkes.org/.

Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia. (2013).


Buku VI Matriks Penilaian Instrumen Akreditasi. Retrieved from
http://lamptkes.org/.

Mandasari, T., Choiri, M., Sari, R.A., (2014). Analisa Beban Kerja Perawat UGD
Menggunakan Maslach Burnout Inventory dan Modifikasi Heart (Studi
Kasus: RSU.X). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri 2(5).
Retrieved from http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.Php/jrmsi/article
/view/149&ved=2ahUKEwjHxqyDxuHcAhUDXn0KHRRVDJwQfjAAegQ
lBh AB &usg=AOvVaw0sxxiHdX_lpfflybe6Qqm_.

McSharry, E., Lathlean, J. (2017). Clinical teaching and learning within a


preceptorship model in an acute care hospital in Ireland: A qualitative study.
Nurse Education Today 51: 73-80. http://dx.doi:10.1016/j.nedt.2017.01.007.

Nielsen, K., Finderup J., Brahe, L., Elgaard, R., Elsborg, A.M., Engell-Soerensen,
V., Holm, L., Juul, H., & Sommer, I., (2017). The art of preceptorship. A
qualitative study. Nurse Education in Practice Today 26, 39-45.
http://dx.doi.org/10.1016/j.nepr.2017.06.009.

Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurhasanah, N. (2010). Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan: Untuk


Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Nursalam & Efendi, F. (2012). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional (Eds. 5). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


(Eds. 4). Jakarta: Salemba Medika.

Omer, T.Y., Suliman, W.A., Thomas, L. & Joseph, J. (2013). Perception nursing
student to two model of preceptorship in clinical training, Nurse Education
in Practice, 13, 155-160. http://dx.doi.org/10.1016/j.nepr.2013.02.003.

108
Phuma-Ngaiyaye, E., Bvumbwe, T., & Chipeta, M.C. (2017). Using preceptors to
improve nursing students’ clinical learning outcomes: A Malawian
students’perspective. International Journal of Nursing Sciences, xxx, 1-5.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnss.2017.03.001.

Potter, PA., & Perry, AG. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 (Eds. 7).
Jakarta: Salemba Medika.

Potter, PA., & Perry, AG (2010). Fundamental Keperawatan Buku 2 (Eds. 7).
Jakarta: Salemba Medika.

Rachmawaty, R. (2017). Ethical issues in action-oriented research in Indonesia.


Nursing Ethics, 24(6), 686-693. http://dx.doi.org/10.1177/0969733016646156

Reilly, D.E & Obermann, MH. (2002). Pengajaran Klinis dalam Pendidikan
Keperawatan (Eds. 2). Jakarta: EGC.

Sheldon, L.K. (2010). Komunikasi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Simamora, R.H. (2009). Buku Ajar Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta:


EGC.

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. (2016). Pedoman Sistem


Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Retrieved from
http://spmi.ristekdikti.go.id/.

St. Jhon Fisher College Wegmans School of Nursing. (2017). Preceptor


Evaluation of Student. Retrieved from
http://cardinal.sjfc.edu/dotAsset/85807.pdf.

Sugiyono. (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Susanti, A.I., Wirakusumah, F.F., & Garna, H. (2016). Metode Pembelajaran


Preceptorship dibandingkan dengan Konvensional Terhadap Keterampilan
Pemeriksaan Kehamilan Mahasiswa Kebidanan. JSK, vol. 2, no. 1.

109
Tursina, A., Safari, T., & Mujidin. (2016). Pengaruh bimbingan preceptorship
model kognitif sosial terhadap peningkatan kompetensi klinik pada
mahasiswa. Psikopedagogia, vol. 5, no. 1.

Windyastuti. (2016). Pelatihan Preceptorship untuk Meningkatkan Adaptasi


Perawat Baru di Rumah Sakit. Tesis. Semarang: Program Studi
Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

110
Lampiran 1

NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN


DARI SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum wr.wb

Saya Halimah, NIM: C12114023 Mahasiswa Program Studi Sarjana


Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin, bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan preceptorship dan dampaknya
terhadap kinerja klinik mahasiswa profesi ners program reguler Universitas
Hasanuddin di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo”.

Melalui penelitian ini saya akan mengevaluasi penerapan model


preceptorship dan dampaknya terhadap kinerja klinik mahasiswa serta metode
pembelajaran praktik yang digunakan untuk mencapai kinerja klinik tersebut
dengan membagikan kuesioner kepada saudara (i) dengan estimasi waktu
pengisian kuesioner selama 20 menit. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, bagian
pertama adalah pertanyaan terbuka tentang demografi responden, bagian kedua
adalah kuesioner tentang penerapan preceptorship dan bagian ketiga adalah
kinerja klinik mahasiswa profesi serta metode pembelajaran praktik yang
digunakan untuk mencapai kinerja klinik berdasarkan pengalaman mahasiswa.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dalam proses bimbingan klinis
preceptorship dan memberikan informasi baru kepada preceptor untuk
mengevaluasi bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa sehingga dapat
membantu mahasiswa dalam mencapai kinerja klinik yang diharapkan.

Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban saudara (i) jika
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Saya sebagai peneliti sangat
berharap saudara (i) dapat mengikuti penelitian ini tanpa paksaan apapun dan
memberikan jawaban dengan sejujur-jujurnya dan apabila ada hal-hal yang ingin

111
ditanyakan, saya bersedia memberikan penjelasan kepada saudara (i). Dalam
penelitian ini tidak ada kompensasi yang diberikan kepada saudara (i).

Apabila saudara (i) ingin mengundurkan diri selama proses penelitian ini
berlangsung jika ada hal-hal yang kurang berkenan, saudara (i) dapat
mengungkapkan langsung atau menghubungi saya. Penolakan sebagai responden
tidak mengurangi pelayanan di rumah sakit. Jika saudara (i) bersedia mengikuti
penelitian ini, silakan menandatangani lembar persetujuan responden. Apabila
terdapat hal-hal yang kurang jelas, dapat menghubungi saya melalui nomor ini
(082349454610). Demikian penyampaian dari saya, atas segala perhatian dan
kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Makassar, 2018

(Halimah)

Penanggung Jawab : Peneliti


Nama : Halimah
Alamat : Jalan Damai Lorong 1 Pondok Al Khaer Unhas
No. Telepon : 082349454610

112
Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama inisial :
Tempat dan tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
No.hp/tlp :
Benar telah menerima dan mengerti penjelasan peneliti tentang “Penerapan
preceptorship dan dampaknya terhadap kinerja klinik mahasiswa profesi
ners program reguler Universitas Hasanuddin di Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo” termasuk tujuan dan
manfaat penelitian. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian tersebut. Dengan pernyataan ini, saya
bersedia mengikuti penelitian dan memberikan jawaban sejujur-jujurnya tanpa
paksaan pihak manapun.

Makassar, 2018

Yang memberi pernyataan,

(…..........................................)

Saksi 1 :
Saksi 2 :
Penanggung Jawab : Peneliti
Nama : Halimah
Alamat : Jalan Damai Lorong 1 Pondok Al Khaer Unhas
No. Telepon : 082349454610

113
Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Penerapan Preceptorship dan Dampaknya Terhadap Kinerja Klinik

Mahasiswa Profesi Ners Program Reguler Unhas di RS Unhas

dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

A. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian: Isilah data di bawah ini dengan tepat dan benar.

1. Nama Mahasiswa :

2. NIM Mahasiswa :

3. Jenis Kelamin :

4. Usia :

5. Stase Praktik yang dijalani :

6. Rumah Sakit :

7. Semester profesi :

114
B. Kuesioner Penerapan Preceptorship oleh Preceptor
Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah dengan teliti sebelum mengisi jawaban pertanyaan di bawah ini!


2. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan yang Anda rasakan

No. Pertanyaan Preceptor Institusi Preceptor Klinik

Jawab: Jawab:

Apakah preceptor (Ya, bagaimana pendapat (Ya, bagaimana pendapat


memberikan orientasi Anda?) Anda?)
tentang rutinitas unit
tempat praktek Anda dan

1 memperkenalkan Anda
kepada anggota tim unit?
(Tidak, jelaskan!) (Tidak, jelaskan!)

Jawab: Jawab:

Apakah preceptor (Ya, jelaskan!) (Ya, jelaskan!)


mengkaji kebutuhan
belajar Anda dan

2 membantu Anda dalam


menyelesaikan target ]

(Tidak, jelaskan!)
pembelajaran ? (Tidak, jelaskan!)

115
Jawab: Jawab:

Apakah (Ya, berapa kali & menggunakan (Ya, berapa kali dan menggunakan
preceptor metode pembelajaran apa?) metode pembelajaran apa?)
memberikan
3 bimbingan dan
dukungan? (Tidak, jelaskan! dan apa yang (Tidak, jelaskan! dan apa yang
Anda lakukan?) Anda lakukan?)

Jawab: Jawab:

Apakah (Ya, jelaskan!) (Ya, jelaskan!)


preceptor
bertindak sebagai
4 role model
(panutan)?
(Tidak, jelaskan!) (Tidak, jelaskan!)

Jawab: Jawab:

Apakah (Ya, dengan cara apa?) (Ya, dengan cara apa?)


preceptor
5. mengobservasi
dan mengevaluasi (Tidak, jelaskan!) (Tidak, jelaskan!)
perkembangan
mahasiswa?

116
Keterangan:
TP: Tidak Pernah 1: Pre dan post conference 5: Ronde Keperawatan 9: Tidak ada
JR: Jarang 2: Demonstrasi 6: Role Modelling
SR: Sering 3: Diskusi Kasus 7: Seminar
SL: Selalu 4: Bedside Teaching 8: Metode lain yang digunakan (tuliskan)
C. Kuesioner Kinerja Klinik Mahasiswa
Petunjuk pengisian: Berilah tanda ceklist (√) pada item jawaban yang Anda pilih berdasarkan apa yang Anda rasakan!
Untuk pilihan 123..., (Anda boleh memilih lebih dari 1).
1. Kuesioner Kinerja Klinik: Kemampuan Mengambil Keputusan
Metode pembelajaran klinik yang digunakan
No. Pernyataan TP JR SR SL untuk mencapai kinerja klinik (disamping)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Saya mengumpulkan data subjekif dan
1 data objekif melalui wawancara,
pemeriksaan fisik, dan data penunjang

Saya mengumpulkan data pengkajian


secara komprehensif baik data fisik
2
maupun psikososial pada laporan
mahasiswa

Saya merumuskan diagnosis


keperawatan berdasarkan analisa data
3
pengkajian dan disusun berdasarkan
tingkat prioritas pada laporan mahasiswa

Saya menetapkan tujuan dan kriteria


4
evaluasi asuhan keperawatan

117
Keterangan:
TP: Tidak Pernah 1: Pre dan post conference 5: Ronde Keperawatan 9: Tidak ada
JR: Jarang 2: Demonstrasi 6: Role Modelling
SR: Sering 3: Diskusi Kasus 7: Seminar
SL: Selalu 4: Bedside Teaching 8: Metode lain yang digunakan (tuliskan)

Metode pembelajaran klinik yang digunakan


Pernyataan untuk mencapai kinerja klinik (disamping)
TP JR SR SL
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Saya menyusun rencana keperawatan


meliputi: tindakan monitoring, tindakan
5 mandiri keperawatan, pendidikan
kesehatan, dan tindakan kolaborasi pada
laporan mahasiswa

Saya melakukan monitoring terhadap


6
kondisi klien secara mandiri

Saya memberikan pendidikan kesehatan


7 sesuai kebutuhan klien yang melibatkan
klien/keluarga

Saya melakukan praktek keperawatan


8
yang aman dan nyaman bagi klien

Saya melakukan evaluasi dan merevisi


9 asuhan keperawatan klien pada laporan
mahasiswa

118
Keterangan:
TP: Tidak Pernah 1: Pre dan post conference 5: Ronde Keperawatan 9: Tidak ada
JR: Jarang 2: Demonstrasi 6: Role Modelling
SR: Sering 3: Diskusi Kasus 7: Seminar
SL: Selalu 4: Bedside Teaching 8: Metode lain yang digunakan (tuliskan)

TP JR SR SL Metode pembelajaran klinik yang digunakan untuk


No. Pernyataan mencapai kinerja klinik (disamping)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Saya melakukan pendokumentasian
10 catatan klien pada setiap tahap proses
keperawatan pada laporan mahasiswa

Saya aktif belajar dan berdiskusi dengan


11 preceptor saat pembelajaran formal dan
informal

Saya menyelesaikan target pencapaian


12
yang telah ditetapkan

Saya meminta bantuan, dukungan dan


pengawasan secara tepat kepada
13
preceptor selama saya dinas di rumah
sakit

119
Keterangan:
TP: Tidak Pernah 1: Pre dan post conference 5: Ronde Keperawatan 9: Tidak ada
JR: Jarang 2: Demonstrasi 6: Role Modelling
SR: Sering 3: Diskusi Kasus 7: Seminar
SL: Selalu 4: Bedside Teaching 8: Metode lain yang digunakan (tuliskan)

2. Kuesioner Kinerja Klinik: Keterampilan Berkomunikasi


Metode pembelajaran klinik yang digunakan
No. Pernyataan TP JR SR SL untuk mencapai kinerja klinik (disamping)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Saya menyampaikan informasi klien
(melalui metode tertulis dan lisan)
kepada preceptor klinik dengan jelas,
lengkap, akurat, dan ringkas

2 Saya menuliskan pengkajian dan


intervensi pada laporan mahasiswa
secara jelas, lengkap, dan tepat

3 Saya menggunakan komunikasi


terapeutik kepada klien dan keluarga

4 Saya menanggapi dengan tepat


permintaan dan pertanyaan
klien/keluarga

120
Keterangan:
TP: Tidak Pernah 1: Pre dan post conference 5: Ronde Keperawatan 9: Tidak ada
JR: Jarang 2: Demonstrasi 6: Role Modelling
SR: Sering 3: Diskusi Kasus 7: Seminar
SL: Selalu 4: Bedside Teaching 8: Metode lain yang digunakan (tuliskan)

3. Kuesioner Kinerja Klinik: Keterampilan Praktik


Metode pembelajaran klinik yang digunakan
No. Pernyataan TP JR SR SL untuk mencapai kinerja klinik (disamping)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Saya melakukan praktik keperawatan
berdasarkan Standar Operasional
1
Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh
rumah sakit

Saya memberikan obat kepada klien


2
secara aman dan tepat

Saya mencuci tangan sebelum dan


3 sesudah melakukan tindakan
keperawatan

Saya memakai sarung tangan dalam


4 melakukan tindakan pemasangan infus
intravena

Saya menggunakan alat secara efektif


5
dan tidak boros

121
Keterangan:
TP: Tidak Pernah 1: Pre dan post conference 5: Ronde Keperawatan 9: Tidak ada
JR: Jarang 2: Demonstrasi 6: Role Modelling
SR: Sering 3: Diskusi Kasus 7: Seminar
SL: Selalu 4: Bedside Teaching 8: Metode lain yang digunakan (tuliskan)

4. Kuesioner Kinerja Klinik: Kemampuan Sosial


Metode pembelajaran klinik yang digunakan untuk
No. Pernyataan TP JR SR SL mencapai kinerja klinik (disamping))
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Saya berperilaku baik dan sopan santun
1 dalam berinteraksi dengan teman
sejawat/tenaga kesehatan lainnya

Saya menyelesaikan penugasan yang


2 diberikan sebelum masuk dinas di
rumah sakit

Saya bertanggung jawab atas setiap


3
tindakan yang dilakukan

Saya menjaga kerahasiaan


4
data/informasi klien

122
Keterangan:
TP: Tidak Pernah 1: Pre dan post conference 5: Ronde Keperawatan 9: Tidak ada
JR: Jarang 2: Demonstrasi 6: Role Modelling
SR: Sering 3: Diskusi Kasus 7: Seminar
SL: Selalu 4: Bedside Teaching 8: Metode lain yang digunakan (tuliskan)

Metode pembelajaran klinik yang digunakan


No. Pernyataan TP JR SR SL untuk mencapai kinerja klinik (disamping)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Saya menghargai klien dan keluarga
5 tanpa membedakan suku, agama, ras,
dan status ekonomi

Saya membawa nursing kit, memakai


6 seragam profesi ners Unhas, dan ID
card setiap kali dinas di rumah sakit

7 Saya tiba tepat waktu di rumah sakit

Saya memberitahukan bagian profesi,


koordinator preceptor, dan preceptor
8
klinik terlebih dahulu ketika tidak
masuk dinas di rumah sakit

123
Lampiran 4

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuesioner Kinerja Klinik

1. Kemampuan Sosial

a. Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,899 8

b. Uji Validitas (r tabel= 0,444)

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Kemampuan sosial 1 25,40 10,147 ,595 ,896
Kemampuan sosial 2 25,80 8,800 ,698 ,885
Kemampuan sosial 3 25,50 9,421 ,577 ,896
Kemampuan sosial 4 25,55 9,208 ,786 ,879
Kemampuan sosial 5 25,55 9,208 ,786 ,879
Kemampuan sosial 6 25,75 7,987 ,825 ,872
Kemampuan sosial 7 25,70 7,800 ,777 ,880
Kemampuan sosial 8 25,50 9,947 ,545 ,898

2. Keterampilan Berkomunikasi
a. Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,817 4

b. Uji Validitas (r tabel= 0,444)

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Keterampilan
berkomunikasi 1 10,05 2,366 ,761 ,714
Keterampilan
berkomunikasi 2 10,00 2,737 ,532 ,816
Keterampilan
berkomunikasi 3 10,45 2,050 ,723 ,732
Keterampilan
berkomunikasi 4 10,30 2,747 ,567 ,802

124
3. Keterampilan Praktik
a. Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,903 5

b. Uji Validitas (r tabel= 0,444)


Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Keterampilan praktik 1 14,65 3,397 ,696 ,894
Keterampilan praktik 2 14,60 2,989 ,775 ,880
Keterampilan praktik 3 14,55 2,892 ,848 ,861
Keterampilan praktik 4 14,40 3,411 ,834 ,870
Keterampilan praktik 5 14,40 3,621 ,685 ,897

4. Kemampuan Mengambil Keputusan


a. Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,933 13

b. Uji Validitas (r tabel= 0,444)


Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
kemampuan mengambil
keputusan 1 44,25 27,250 ,542 ,932
kemampuan mengambil
keputusan 2 44,10 25,147 ,887 ,921
kemampuan mengambil
keputusan 3 44,15 25,292 ,823 ,923
kemampuan mengambil
keputusan 4 44,35 25,082 ,695 ,928
kemampuan mengambil
keputusan 5 44,15 27,292 ,576 ,931
kemampuan mengambil
keputusan 6 44,20 27,116 ,587 ,931
kemampuan mengambil
keputusan 7 44,50 25,421 ,581 ,934
kemampuan mengambil
keputusan 8 44,15 27,397 ,554 ,932
kemampuan mengambil
keputusan 9 44,05 25,734 ,817 ,924
kemampuan mengambil
keputusan 10 44,00 25,158 ,704 ,928
kemampuan mengambil
keputusan 11 44,15 24,661 ,805 ,923
kemampuan mengambil
keputusan 12 44,05 27,103 ,719 ,928
kemampuan mengambil
keputusan 13 44,10 25,358 ,845 ,922

125
Lampiran 5
Master Tabel
5.1 Karakteristik responden
No. Nama Jenis Stase
Usia Semester Rumah Sakit
Responden (Inisial) Kelamin Praktik
1 MI 23 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
2 Sy 23 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
3 NHM 23 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
4 AR 24 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
5 Dr 22 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
6 LNI 22 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
7 Rm 22 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
8 Pt 21 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
9 NYD 22 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
10 Hs 22 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
11 Ss 27 Perempuan Anak 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
12 NA 23 Perempuan KMB I 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
13 Ct 22 Perempuan KMB I 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
14 DA 22 Perempuan KMB I 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
15 Zf 23 Perempuan KMB I 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
16 TAA 22 Perempuan KMB I 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
17 NS 22 Perempuan KMB I 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
18 MAI 22 Laki-laki KMB I 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
19 DT 22 Perempuan KMB 2 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
20 II 21 Perempuan KMB 2 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
21 Naa 23 Perempuan KMB 2 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
22 Fh 22 Perempuan KMB 2 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
23 IN 22 Perempuan KMB 2 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
24 Wr 22 Perempuan KMB 2 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
25 Hss 22 Perempuan KMB 2 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
26 GMS 23 Laki-laki KD 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
126
27 DAB 22 Perempuan KD 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
28 Jc 22 Perempuan KD 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
29 RA 23 Perempuan KD 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
30 Ag 23 Perempuan KD 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
31 Sf 26 Perempuan KD 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
32 SA 24 Perempuan KD 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
33 EPS 22 Perempuan KD 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
34 AH 22 Perempuan KD 1 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
35 MR 22 Perempuan GADAR 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
36 TWT 21 Perempuan GADAR 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
37 AM 22 Perempuan GADAR 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
38 NAR 22 Perempuan GADAR 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
39 FH 23 Perempuan GADAR 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
40 DAH 22 Perempuan GADAR 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
41 RH 22 Laki-laki GADAR 2 RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
42 Kr 21 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
43 AW 22 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
44 Cr 22 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
45 ORH 22 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
46 MJ 22 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
47 IY 22 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
48 MK 22 Laki-laki GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
49 Mn 22 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
50 ASA 21 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
51 NAA 22 Perempuan GADAR (IGD) 2 RS Universitas Hasanuddin
52 LM 23 Perempuan GADAR (ICU) 2 RS Universitas Hasanuddin
53 RYS 22 Perempuan GADAR (ICU) 2 RS Universitas Hasanuddin
54 DS 22 Perempuan GADAR (ICU) 2 RS Universitas Hasanuddin
55 Naa 22 Perempuan GADAR (ICU) 2 RS Universitas Hasanuddin
56 Wd 22 Perempuan GADAR (ICU) 2 RS Universitas Hasanuddin
57 MNAJ 24 Laki-laki GADAR (ICU) 2 RS Universitas Hasanuddin

127
5.2 Penerapan Preceptorship oleh Preceptor

Kode Preceptor Institusi Preceptor Klinik


Responden P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
7 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
8 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
14 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
15 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0
16 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
21 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
24 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

128
26 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
27 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1
35 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
37 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1
38 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
42 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
43 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0
44 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0
45 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
46 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
47 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
48 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0
49 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
50 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
51 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0
52 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
53 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
129
55 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ket.:

P : Pertanyaan

P1 : Apakah preceptor memberikan orientasi tentang rutinitas unit dan memperkenalkan mahasiswa kepada anggota tim unit?

P2 : Apakah preceptor mengkaji kebutuhan belajar mahasiswa dan membantu mahasiswa dalam menyelesaikan target
ooooooopembelajaran?

P3 : Apakah preceptor memberikan bimbingan dan dukungan kepada mahasiswa?

P4 : Apakah preceptor berperan sebagai role model?

P5 : Apakah preceptor mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan mahasiswa?

1 : Ya

0 : Tidak

130
5.3 Kinerja Klinik Mahasiswa

Keterampilan
Kode Kemampuan Mengambil Keptusan Keterampilan Praktik
Total Berkomunikasi Total Total
Responden
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4 P5
1 4 3 4 4 4 4 3 4 30 3 3 4 4 14 4 4 3 3 3 17
2 3 3 4 4 4 4 3 4 29 3 3 4 3 13 3 4 3 4 3 17
3 3 3 4 4 3 4 3 4 28 3 3 3 3 12 3 4 3 4 3 17
4 4 3 4 4 4 3 4 2 28 3 3 4 4 14 4 4 4 4 4 20
5 4 2 4 4 4 3 3 3 27 3 4 4 3 14 3 4 4 4 4 19
6 4 1 4 4 4 4 4 4 29 4 4 4 4 16 3 4 4 4 4 19
7 4 3 3 4 4 2 3 3 26 4 4 4 2 14 3 4 4 2 3 16
8 3 3 3 4 4 4 4 4 29 3 3 3 2 11 4 4 4 4 4 20
9 4 2 3 4 4 3 3 3 26 3 3 3 3 12 2 3 4 4 3 16
10 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 4 4 4 15 4 4 4 4 4 20
11 3 2 3 3 4 4 2 3 24 2 2 3 3 10 2 4 4 4 2 16
12 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 20
13 4 3 4 4 4 4 4 4 31 3 4 4 4 15 3 4 3 4 2 16
14 4 3 4 4 4 4 3 4 30 3 4 4 3 14 3 4 4 4 3 18
15 4 3 4 4 4 4 3 4 30 2 3 4 3 12 3 4 4 4 3 18
16 3 3 3 3 3 4 4 4 27 4 3 4 4 15 3 3 4 4 3 17
17 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 16 3 4 4 4 4 19
18 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 20
19 4 4 4 4 4 4 3 4 31 3 3 3 3 12 3 3 4 4 4 18
20 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 20
21 4 3 4 4 4 4 3 4 30 4 4 4 4 16 3 4 4 4 4 19
22 4 3 3 4 4 3 4 4 29 4 3 4 3 14 3 3 4 4 3 17
23 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 15
24 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 3 3 12 4 4 4 4 4 20
25 3 3 3 4 4 3 4 4 28 3 4 3 3 13 3 4 4 4 4 19
26 4 3 4 4 4 4 4 4 31 3 3 4 4 14 3 4 4 4 4 19
27 4 3 4 4 4 4 3 4 30 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 20
131
28 3 3 3 3 3 3 3 4 25 3 3 2 3 11 2 3 3 3 3 14
29 4 3 4 4 4 3 4 4 30 4 4 4 3 15 2 4 4 4 4 18
30 3 3 3 3 4 4 4 4 28 4 3 4 3 14 3 3 3 3 3 15
31 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 20
32 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 16 3 4 4 4 4 19
33 4 3 4 4 4 4 3 4 30 3 3 4 3 13 3 4 4 4 3 18
34 4 3 4 4 4 4 3 3 29 3 4 4 4 15 3 4 3 4 3 17
35 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 20
36 4 3 4 4 4 4 4 4 31 4 4 4 4 16 4 4 4 3 4 19
37 3 2 3 4 4 4 4 4 28 3 4 4 4 15 4 4 4 4 3 19
38 4 3 4 4 4 3 4 4 30 4 4 3 3 14 3 4 4 4 4 19
39 4 2 4 4 4 4 4 4 30 3 3 4 4 14 4 4 4 4 4 20
40 4 3 4 4 4 4 4 4 31 3 3 4 4 14 4 4 4 4 4 20
41 4 3 4 4 4 4 3 4 30 3 3 4 3 13 3 4 4 4 4 19
42 4 3 3 4 4 4 3 4 29 3 3 4 4 14 4 4 4 4 4 20
43 3 3 3 3 3 3 3 3 24 4 3 4 3 14 3 4 3 4 2 16
44 4 3 4 4 4 4 4 3 30 3 3 4 3 13 3 4 3 4 3 17
45 4 4 4 4 4 4 3 4 31 2 4 4 3 13 4 4 4 4 4 20
46 4 2 4 4 4 4 3 4 29 4 4 4 3 15 4 4 3 4 4 19
47 4 4 4 4 4 4 4 4 32 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 15
48 4 2 4 4 4 4 3 4 29 2 2 4 3 11 3 3 4 3 3 16
49 4 4 4 4 4 3 4 4 31 4 4 4 3 15 2 3 3 4 3 15
50 4 4 4 4 4 4 3 1 28 4 4 4 4 16 3 4 4 4 4 19
51 3 4 4 4 4 3 4 4 30 3 3 4 3 13 3 4 3 4 4 18
52 4 3 4 4 4 4 4 4 31 4 4 3 4 15 4 4 4 4 4 20
53 4 4 4 4 4 4 3 4 31 3 3 4 3 13 4 4 4 4 4 20
54 4 3 4 4 4 4 4 4 31 3 4 4 3 14 4 4 4 4 3 19
55 3 2 3 4 4 4 4 4 28 3 4 4 4 15 3 4 4 4 3 18
56 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 4 4 3 15 4 4 4 4 4 20
57 3 3 3 3 4 4 4 2 26 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 15

132
5.3. Kinerja Klinik Mahasiswa (Lanjutan)
Kemampuan Mengambil Keptusan
Kode
Total Kinerja Klinik
Responden
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 Total
1 3 2 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 4 41 102
2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 2 43 102
3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 41 98
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 47 109
5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 2 4 45 105
6 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 47 111
7 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 3 3 2 43 99
8 2 2 4 4 3 4 3 4 3 2 1 3 2 37 97
9 3 2 4 4 3 2 2 3 3 4 2 3 2 37 91
10 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 46 113
11 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 32 82
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 120
13 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 49 111
14 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 48 110
15 4 2 4 4 3 4 3 4 3 2 2 2 3 40 100
16 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 3 46 105
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 50 117
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 120
19 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 31 92
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 51 119
21 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 49 114
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 2 47 107
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 90
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 116
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 112
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 48 112
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 51 117
133
28 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 34 84
29 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 49 112
30 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 43 100
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 50 118
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 119
33 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 44 105
34 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 49 110
35 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 50 118
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 51 117
37 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 2 3 2 42 104
38 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 3 2 43 106
39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 50 114
40 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3 2 44 109
41 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 3 3 3 45 107
42 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 46 109
43 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 47 101
44 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 3 4 44 104
45 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 2 45 109
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 48 111
47 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 36 95
48 4 2 4 4 4 3 2 4 2 4 2 2 1 38 94
49 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 44 105
50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 115
51 2 4 4 3 3 2 4 3 2 3 3 3 2 38 99
52 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 50 116
53 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 46 110
54 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 48 112
55 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2 4 2 41 102
56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 51 118
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 38 91
Ket.:
P : Pertanyaan 3 : Sering
1 : Tidak Pernah 4 : Selalu 134
2 : Jarang
5. 4. Metode Pembelajaran Klinik

Kemampuan Sosial
K P1 P2 P3 P4 P5 P6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2
0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
4
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
5
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6
0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
7
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
8
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
9
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10
1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
11
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12
1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0

135
14
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
15
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
18
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
19
1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22
0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
23
0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
25
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26
1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
28
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30

136
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
31
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
32
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
33
1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0
34
0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
35
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
36
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
37
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
38
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
41
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
42
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
43
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
44
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
45
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
46
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

137
47
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
48
0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
49
0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
50
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
51
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
52
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
53
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
54
1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
55
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
56
0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
57
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

138
Kemampuan Sosial Keterampilan Berkomunikasi
K P7 P8 P1 P2 P3 P4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
1
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1
2
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0
3
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
0
4
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0
5
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
6
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
0
7
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
8
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0
9
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
10
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
11
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
12
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
13
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
0
14
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

139
0
15
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
16
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
17
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0
18
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
0
19
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
0
20
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0
0
21
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0
22
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
0
23
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0
0
24
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
0
25
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
0
26
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
0
27
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0
28
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
0
29
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
30
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
31 0

140
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
32
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
0
33
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
0
34
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
0
35
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0
36
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0
37
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
38
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0
39
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
40
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
41
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
0
42
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0
43
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
44
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
45
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
46
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0
47
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

141
1
48
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
49
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
0
50
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0
51
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0
52
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
53
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
54
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0
55
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0
56
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0
57
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

142
Keterampilan Praktik KMK
K P1 P2 P3 P4 P5 P1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0
6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
9 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
10 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
12 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
13 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
15 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0
16 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
17 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
18 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0
19 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
20 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0
21 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
22 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
24 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0
25 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
26 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
28 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
143
29 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
30 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
31 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0
32 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
33 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
34 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
35 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
36 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
37 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
38 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
39 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0
40 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
41 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
42 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
43 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
44 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
45 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
46 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
47 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
48 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0
49 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
50 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
51 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
52 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
53 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
54 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0
55 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0
56 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0
57 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0

144
Kemampuan Mengambil Keputusan (KMK)
K P2 P3 P4 P5 P6 P7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
3 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
4 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
5 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
8 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
9 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0
10 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
11 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
12 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
13 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
14 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
15 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
16 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
17 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
18 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
19 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0
21 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
22 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
23 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
24 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
25 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
26 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
28 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
29 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
30 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
145
31 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
32 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0
33 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0
34 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
35 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
36 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
37 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
38 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
39 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
40 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
41 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
42 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
43 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0
44 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
45 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
46 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
47 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
48 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0
49 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
50 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
51 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
52 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
53 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
54 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0
55 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
56 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
57 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0

146
Kemampuan Mengambil Keputusan (KMK)
K P8 P9 P10 P11 P12 P13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0
2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
4 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
8 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
9 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
10 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
11 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
12 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
13 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
15 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
17 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0
18 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0
21 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
22 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
23 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
24 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
25 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
26 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
27 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
28 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
30 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
147
31 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
32 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
33 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
34 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
36 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
37 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
38 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
39 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
40 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0
41 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
42 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
43 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
44 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
45 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
46 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
47 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
48 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
49 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
50 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
51 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
52 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0
53 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0
54 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
55 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
56 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
57 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

148
149
150
Keterangan:
K : Kode responden
P : Pertanyaan
1 : Pre dan post conference
2 : Demonstrasi
3 : Diskusi Kasus
4 : Bedside Teaching
5 : Ronde Keperawatan
6 : Role Modelling
7 : Seminar
8 : Metode lain yang digunakan
9 : Tidak memerlukan metode pembelajran
Jawaban Responden
1 : Ya
0 : Tidak

151
Lampiran 6
Hasil Analisa Data (Hasil Output SPSS)

6.1. Karakteristik Responden di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Usia Responden RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Usia Responden RS Unhas


N Valid 41
N Valid 16
Missing 0
Missing 0
Mean 22,49
Mean 22,06
Median 22,00
Median 22,00
Std. Deviation 1,143 Std. Deviation ,680
Skewness 2,303 Skewness 1,380
Std. Error of Skewness ,369 Std. Error of Skewness ,564
Kurtosis 6,874 Kurtosis 4,402
Std. Error of Kurtosis ,724 Std. Error of Kurtosis 1,091
Minimum 21 Minimum 21
Maximum 27 Maximum 24

152
Jenis Kelamin * Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RS RSUP Dr.
Universitas Wahidin
Hasanuddin Sudirohusodo Total
Jenis Kelamin Laki-laki Count 2 3 5
% within Rumah Sakit 12,5% 7,3% 8,8%
Perempuan Count 14 38 52
% within Rumah Sakit 87,5% 92,7% 91,2%
Total Count 16 41 57
% within Rumah Sakit 100,0% 100,0% 100,0%

Semester * Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Universitas Wahidin
Hasanuddin Sudirohusodo Total
Semester 1 Count 0 9 9
% within Rumah Sakit ,0% 22,0% 15,8%
2 Count 16 32 48
% within Rumah Sakit 100,0% 78,0% 84,2%
Total Count 16 41 57
% within Rumah Sakit 100,0% 100,0% 100,0%

Stase Praktik * Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Universitas Wahidin
Hasanuddin Sudirohusodo Total
Stase Anak Count 0 11 11
Praktik % within Rumah Sakit ,0% 26,8% 19,3%
GADAR Count 0 7 7
% within Rumah Sakit ,0% 17,1% 12,3%
GADAR (ICU) Count 6 0 6
% within Rumah Sakit 37,5% ,0% 10,5%
GADAR (IGD) Count 10 0 10
% within Rumah Sakit 62,5% ,0% 17,5%
KD Count 0 9 9
% within Rumah Sakit ,0% 22,0% 15,8%
KMB 1 Count 0 7 7
% within Rumah Sakit ,0% 17,1% 12,3%
KMB 2 Count 0 7 7
% within Rumah Sakit ,0% 17,1% 12,3%
Total Count 16 41 57
% within Rumah Sakit 100,0% 100,0% 100,0%

153
6.2. Penerapan Preceptorship oleh Preceptor di RS Unhas dan RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo

Penerapan Preceptorship (Orientasi): Preceptor Institusi 1 * Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tida Count 8 16 24
Preceptorship k % within Rumah
50,0% 39,0% 42,1%
(Orientasi): Preceptor Sakit
Institusi 1 Ya Count 8 25 33
% within Rumah
50,0% 61,0% 57,9%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

Penerapan Preceptorship (Mengkaji Kebutuhan Belajar Mahasiswa): Preceptor Institusi 2 *


Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RS RSUP Dr.
Universitas Wahidin
Hasanuddi Sudirohuso
n do Total
Penerapan Tida Count 3 13 16
Preceptorship k % within Rumah
18,8% 31,7% 28,1%
(Mengkaji Kebutuhan Sakit
Belajar Mahasiswa): Ya Count 13 28 41
Preceptor Institusi 2 % within Rumah
81,3% 68,3% 71,9%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

Penerapan Preceptorship (Memberikan Bimbingan dan Dukungan): Preceptor Institusi 3 *


Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tida Count 3 14 17
Preceptorship k % within Rumah
18,8% 34,1% 29,8%
(Memberikan Sakit
Bimbingan dan Ya Count 13 27 40
Dukungan): Preceptor % within Rumah
Institusi 3 81,3% 65,9% 70,2%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

154
Penerapan Preceptorship (Berperan Sebagai Role Model): Preceptor Institusi 4 * Rumah
Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tidak Count 0 6 6
Preceptorship % within Rumah
,0% 14,6% 10,5%
(Berperan Sebagai Sakit
Role Model): Preceptor Ya Count 16 35 51
Institusi 4 % within Rumah
100,0% 85,4% 89,5%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

Penerapan Preceptorship (Mengevaluasi Perkembangan Mahasiswa): Preceptor Institusi 5 *


Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tida Count 0 6 6
Preceptorship k % within Rumah
(Mengevaluasi ,0% 14,6% 10,5%
Sakit
Perkembangan Ya Count 16 35 51
Mahasiswa): Preceptor
Institusi 5 % within Rumah
100,0% 85,4% 89,5%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

Penerapan Preceptorship (Orientasi): Preceptor Klinik 1 * Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tidak Count 6 14 20
Preceptorship % within Rumah
(Orientasi): Preceptor 37,5% 34,1% 35,1%
Sakit
Klinik 1 Ya Count 10 27 37
% within Rumah
62,5% 65,9% 64,9%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

155
Penerapan Preceptorship (Mengkaji Kebutuhan Belajar Mahasiswa): Preceptor Klinik 2 *
Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tidak Count 8 11 19
Preceptorship % within Rumah
(Mengkaji Kebutuhan 50,0% 26,8% 33,3%
Sakit
Belajar Mahasiswa): Ya Count 8 30 38
Preceptor Klinik 2
% within Rumah
50,0% 73,2% 66,7%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

Penerapan Preceptorship (Memberikan Bimbingan dan Dukungan): Preceptor Klinik 3 *


Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tidak Count 8 14 22
Preceptorship % within Rumah
(Memberikan 50,0% 34,1% 38,6%
Sakit
Bimbingan dan Ya Count 8 27 35
Dukungan): Preceptor
% within Rumah
Klinik 3 50,0% 65,9% 61,4%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

Penerapan Preceptorship (Berperan Sebagai Role Model): Preceptor Klinik 4 * Rumah Sakit
Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tidak Count 4 11 15
Preceptorship % within Rumah
(Berperan Sebagai 25,0% 26,8% 26,3%
Sakit
Role Model): Preceptor Ya Count 12 30 42
Klinik 4
% within Rumah
75,0% 73,2% 73,7%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

156
Penerapan Preceptorship (Mengevaluasi Perkembangan Mahasiswa): Preceptor Klinik 5 *
Rumah Sakit Crosstabulation

Rumah Sakit
RSUP Dr.
RS Wahidin
Universitas Sudirohusod
Hasanuddin o Total
Penerapan Tidak Count 9 13 22
Preceptorship
% within Rumah
(Mengevaluasi 56,3% 31,7% 38,6%
Sakit
Perkembangan
Ya Count 7 28 35
Mahasiswa): Preceptor
Klinik 5 % within Rumah
43,8% 68,3% 61,4%
Sakit
Total Count 16 41 57
% within Rumah
100,0% 100,0% 100,0%
Sakit

6.3. Uji Beda Penerapan Preceptorship oleh Preceptor Klinik di RS Unhas dan

lllRSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Chi-Square Tests Preceptor Klinik memberikan orientasi

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,057(b) 1 ,812
Continuity
,000 1 1,000
Correction(a)
Likelihood Ratio ,056 1 ,812
Fisher's Exact Test 1,000 ,522
Linear-by-Linear
Association ,056 1 ,813
N of Valid Cases 57
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,61.

Chi-Square Tests Preceptor Klinik mengkaji kebutuhan belajar

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,780(b) 1 ,095
Continuity
1,836 1 ,175
Correction(a)
Likelihood Ratio 2,695 1 ,101
Fisher's Exact Test ,123 ,089
Linear-by-Linear
Association 2,732 1 ,098
N of Valid Cases 57
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,33.
157
Chi-Square Tests Preceptor Klinik memberikan bimbingan dan dukungan
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,221(b) 1 ,269
Continuity
,643 1 ,423
Correction(a)
Likelihood Ratio 1,203 1 ,273
Fisher's Exact Test ,366 ,210
Linear-by-Linear
Association 1,199 1 ,273
N of Valid Cases 57
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,18.

Fisher's Exact Test Preceptor Klinik berperan sebagai role model

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,020(b) 1 ,888
Continuity
,000 1 1,000
Correction(a)
Likelihood Ratio ,020 1 ,888
Fisher's Exact Test 1,000 ,586
Linear-by-Linear
Association ,020 1 ,889
N of Valid Cases 57
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,21.

Chi-Square Tests Preceptor Klinik mengevaluasi pembelajaran mahasiswa

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2,925(b) 1 ,087
Continuity
1,981 1 ,159
Correction(a)
Likelihood Ratio 2,877 1 ,090
Fisher's Exact Test ,130 ,080
Linear-by-Linear
Association 2,874 1 ,090
N of Valid Cases 57
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,18.

158
6.4 Mean Kinerja Klinik Mahasiswa

Descriptive Statistics RS Unhas

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Total Score Kemampuan
Sosial 16 24 32 29,50 2,191 -1,217 ,564 1,390 1,091
Total Score Keterampilan
Berkomunikasi 16 11 16 13,75 1,390 -,340 ,564 -,642 1,091
Total Score Keterampilan
Praktik 16 15 20 17,94 1,982 -,430 ,564 -1,472 1,091
Total Score Kemampuan
Mengambil Keputusan 16 36 52 44,50 5,007 -,310 ,564 -1,023 1,091
Total Score Kinerja
Klinik:Kemampuan sosial,
keterampilan
berkomunikasi,
16 91 118 105,69 8,179 -,295 ,564 -,910 1,091
keterampilan praktik,
kemampuan mengambil
keputusan

Valid N (listwise) 16

159
Descriptive Statistics (mean) RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Total Score Kemampuan
Sosial 41 24 32 29,44 2,237 -,853 ,369 ,161 ,724
Total Score Keterampilan
Berkomunikasi 41 10 16 14,05 1,673 -,519 ,369 -,580 ,724
Total Score Keterampilan
Praktik 41 14 20 18,27 1,674 -,785 ,369 -,305 ,724
Total Score Kemampuan
Mengambil Keputusan 41 31 52 45,41 5,648 -,907 ,369 ,216 ,724
Total Score Kinerja
Klinik:Kemampuan sosial,
keterampilan
berkomunikasi,
41 82 120 107,17 9,816 -,824 ,369 ,171 ,724
keterampilan praktik,
kemampuan mengambil
keputusan

Valid N (listwise) 41

160
6.5 Uji Beda Kinerja Klinik Mahasiswa Profesi Ners di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
of the Difference
Mean Std. Error
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Total Score Keterampilan Equal variances
Berkomunikasi assumed ,381 ,539 -,633 55 ,529 -,299 ,472 -1,244 ,647
Equal variances
not assumed -,687 32,801 ,497 -,299 ,435 -1,184 ,586

Test Statistics(a)
Total Score
Kinerja
Klinik:Kemamp
uan sosial,
keterampilan
berkomunikasi,
keterampilan
praktik, Total Score
kemampuan Kemampuan Total Score Total Score
mengambil Mengambil Keterampilan Kemampuan
keputusan Keputusan Praktik Sosial
Mann-Whitney U 280,000 284,500 302,500 324,000
Wilcoxon W 416,000 420,500 438,500 1185,000
Z -,853 -,774 -,464 -,072
Asymp. Sig. (2-tailed) ,394 ,439 ,643 ,943
a. grouping variabel: rumah sakit

161
6.7 Mean Metode Pembelajaran Klinik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Statistics Metode Pembelajaran Klinik Untuk Mencapai Keterampilan Praktik di RS Unhas


Total Score
Tidak
Total Total_Scor Menggunak
Total Score Bed Total_Scor Total Total e_Metode an Metode
Total Score Total Score Score Side e_Ronde Score Score Lain yang Pembelajar
Conference Demonstra Diskusi Teaching Keperawat Role SEMINAR Digunakan an Klinik
KP si KP Kasus KP KP an KP Model KP KP KP KP
N Valid 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean ,94 2,56 ,75 1,06 ,75 ,56 ,31 ,75 ,38
Median ,00 4,00 ,00 ,50 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
Std. Deviation 1,731 2,032 1,693 1,569 1,571 1,413 1,250 1,183 ,500
Skewness 1,872 -,348 2,331 1,658 2,124 2,692 4,000 1,656 ,571
Std. Error of
,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564
Skewness
Kurtosis 2,461 -1,826 4,248 1,863 3,563 6,906 16,000 2,496 -1,934
Std. Error of Kurtosis 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 5 5 5 5 5 5 5 4 1

162
Statistics Metode Pembelajaran Klinik Untuk Mencapai Keterampilan Berkomunikasi di RS Unhas

Total Score
Tidak
Total_Score_ Total_Score_ Menggunakan
Total Score Total Score Total Score Total Score Ronde Total Score Metode Lain Metode
Conference Demonstrasi Diskusi Bed Side Keperawatan Role Model Total Score yang Pembelajaran
KB KB Kasus KB Teaching KB KB KB seminar KB Digunakan KB Klinik KB
N Valid 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0 0
g
Mean ,56 ,25 2,00 1,00 ,19 ,44 1,06 ,25 ,63
Median ,00 ,00 2,00 1,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
Std. Deviation 1,153 ,577 1,211 1,155 ,544 1,031 1,340 ,447 ,957
Skewness 2,213 2,375 -,257 1,188 3,030 3,113 ,821 1,278 1,416
Std. Error of Skewness ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564
Kurtosis 4,717 5,314 ,089 1,447 9,093 10,572 -,499 -,440 1,099
Std. Error of Kurtosis 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 4 2 4 4 2 4 4 1 3

163
Statistics Metode Pembelajaran Klinik Untuk Mencapai Kemampuan Sosial di RS Unhas

Total_Score Total_Score Total Score


Total Score Total Score Total Score Total Score Ronde Total Score Metode Lain Tidak
conference demonstrasi diskusi kasus Bed Side Keperawatan Role Model Total Score yang Menggunakan
KS KS KS Teaching KS KS KS SEMINAR KS Digunakan KS Metode KS
N Valid 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Missing
0 0 0 0 0 0 0 0
0
Mean ,50 ,31 1,31 ,94 ,75 1,44 ,75 ,00 4,69
Median ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 3,50
Std. Deviation 1,317 1,014 2,089 2,016 1,693 3,098 1,653 ,000 3,240
Skewness 3,105 3,652 1,231 1,772 2,331 1,791 1,973 -,177
Std. Error of
,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564
Skewness
Kurtosis 10,087 13,717 -,376 1,285 4,248 1,401 2,527 -1,600
Std. Error of Kurtosis 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 5 4 5 5 5 8 5 0 8

164
Statistics Metode Pembelajaran Klinik Untuk Mencapai Kemampuan Mengambil Keputusan di RS Unhas

Total Score Total Score


Total Score Total Score Total Metode lain Tidak
Total Score Total Score Total Score bedside ronde Score role yang menggunak
conference demonstrasi diskusi teaching keperawatan modelling Total Score digunakan an metode
KMK KMK kasus KMK KMK KMK KMK seminar KMK KMK KMK
N Valid 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 4,19 ,31 8,81 7,06 3,44 1,44 5,75 ,88 ,94
Median 1,50 ,00 9,50 9,50 1,00 1,00 8,00 ,00 1,00
Std. Deviation 4,792 ,602 4,004 5,053 5,046 2,943 5,273 1,258 1,482
Skewness ,553 1,890 -1,353 -,563 1,240 3,470 -,086 1,413 2,931
Std. Error of Skewness ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564 ,564
Kurtosis -1,465 3,035 1,366 -1,471 -,324 12,866 -1,971 1,229 10,002
Std. Error of Kurtosis 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091 1,091
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 13 2 13 13 13 12 13 4 6

165
Statistics Metode Pembelajaran Klinik Untuk Mencapai Kemampuan Sosial di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Total_Score Total Score


Total Total Score Total_Score Total _Metode Tidak
Total Score Total Score Score Bed Side _Ronde Score Total Score Lain yang Menggunak
conference demonstrasi diskusi Teaching Keperawata Role SEMINAR Digunakan an Metode
KS KS kasus KS KS n KS Model KS KS KS KS
N Valid 41 41 41 41 41 41 41 41 41
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,05 ,39 1,29 1,59 ,95 ,88 ,73 ,00 4,44
Median ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 3,00
Std. Deviation 1,642 1,070 1,750 2,025 1,717 2,238 1,450 ,000 2,665
Skewness 1,306 3,265 1,086 ,905 1,731 2,565 1,894 ,159
Std. Error of Skewness ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369
Kurtosis ,224 10,880 -,242 -,675 1,741 5,272 2,511 -1,131
Std. Error of Kurtosis ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 5 5 5 6 6 8 5 0 8

166
Statistics Metode Pembelajaran Klinik Untuk Mencapai Keterampilan Berkomunikasi di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Total Score
Total_Score_ Tidak
Total_Score_ Metode Lain Menggunakan
Total Score Total Score Total Score Total Score Ronde Total Score yang Metode
Conference Demonstrasi Diskusi Bed Side Keperawatan Role Model Total Score Digunakan Pembelajaran
KB KB Kasus KB Teaching KB KB KB seminar KB KB Klinik KB
N Valid 41 41 41 41 41 41 41 41 41
Miss
0 0 0 0 0 0 0 0 0
ing
Mean ,95 ,54 1,95 1,76 1,15 ,10 ,83 ,29 ,41
Median ,00 ,00 2,00 2,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
Std. Deviation 1,244 1,027 1,396 1,593 1,476 ,374 1,302 ,461 ,921
Skewness 1,079 2,225 ,149 ,266 1,011 4,164 1,333 ,946 2,079
Std. Error of Skewness ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369
Kurtosis ,018 4,822 -1,065 -1,457 -,420 18,072 ,537 -1,164 2,978
Std. Error of Kurtosis ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 4 4 4 4 4 2 4 1 3

167
Statistics Metode Pembelajaran Klinik Untuk Mencapai Keterampilan Praktik di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Total Score
Total_Score Tidak
Total Score Total_Score _Metode Menggunak
Total Score Total Score Total Score Bed Side _Ronde Total Total Score Lain yang an Metode
Conference Demonstrasi Diskusi Teaching Keperawata Score Role SEMINAR Digunakan Pembelajara
KP KP Kasus KP KP n KP Model KP KP KP n Klinik KP
N Valid 41 41 41 41 41 41 41 41 41
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0 0
g
Mean ,78 2,27 ,88 1,24 ,49 ,76 ,49 ,46 ,61
Median ,00 2,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
Std. Deviation 1,541 2,098 1,646 1,894 1,344 1,356 1,267 ,711 1,531
Skewness 2,110 ,036 1,831 1,300 2,983 2,239 2,934 1,234 2,374
Std. Error of Skewness ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369
Kurtosis 3,389 -1,845 1,931 ,077 7,901 4,327 7,894 ,165 4,076
Std. Error of Kurtosis ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 5 5 5 5 5 5 5 2 5

168
Statistics Metode Pembelajaran Klinik Untuk Mencapai Kemampuan Mengambil Keputusan di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
Total
Score
Total Score Tidak
Total Score Total Score Total Metode lain mengguna
Total Score Total Score Total Score bedside ronde Score role yang kan
conference demonstrasi diskusi teaching keperawaan modelling Total Score digunakan metode
KMK KMK kasus KMK KMK KMK KMK seminar KMK KMK KMK
N Valid 41 41 41 41 41 41 41 41 41
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0 0
g
Mean 4,95 1,88 8,63 5,46 3,66 ,56 4,46 ,68 1,07
Median 4,00 ,00 10,00 5,00 2,00 ,00 4,00 ,00 ,00
Std. Deviation 4,738 2,786 4,048 4,833 3,960 1,050 4,781 1,059 1,889
Skewness ,487 1,482 -,904 ,376 ,828 2,896 ,614 2,012 2,649
Std. Error of Skewness ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369 ,369
Kurtosis -1,299 1,185 -,320 -1,437 -,480 9,559 -1,107 5,459 7,566
Std. Error of Kurtosis ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724 ,724
Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 13 10 13 13 13 5 13 5 8

169
6. 8. Uji Normalitas Metode Pembelajaran Klinis

Tests of Normality(b,c) kemampuan sosial

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Rumah Sakit Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Score conference KS rs unhas ,460 16 ,000 ,455 16 ,000
rsup Dr wahidin ,373 41 ,000 ,676 41 ,000
Total Score demonstrasi rs unhas ,496 16 ,000 ,358 16 ,000
KS rsup Dr wahidin
,472 41 ,000 ,427 41 ,000

Total Score diskusi kasus rs unhas ,360 16 ,000 ,636 16 ,000


KS rsup Dr wahidin ,307 41 ,000 ,740 41 ,000
Total Score Bed Side rs unhas ,492 16 ,000 ,484 16 ,000
Teaching KS rsup Dr wahidin ,295 41 ,000 ,767 41 ,000
Total_Score_Ronde rs unhas ,421 16 ,000 ,496 16 ,000
Keperawatan KS rsup Dr wahidin ,393 41 ,000 ,619 41 ,000
Total Score Role Model KS rs unhas ,491 16 ,000 ,495 16 ,000
rsup Dr wahidin ,457 41 ,000 ,444 41 ,000
Total Score SEMINAR KS rs unhas ,487 16 ,000 ,516 16 ,000
rsup Dr wahidin ,449 41 ,000 ,571 41 ,000
Total Score Tidak rs unhas ,284 16 ,001 ,798 16 ,003
Menggunakan Metode KS
rsup Dr wahidin ,218 41 ,000 ,858 41 ,000

a Lilliefors Significance Correction


b Total_Score_Metode Lain yang Digunakan KS is constant when Rumah Sakit = rs unhas. It has been omitted.
c Total_Score_Metode Lain yang Digunakan KS is constant when Rumah Sakit = rsup Dr wahidin. It has been omitted.

170
Tests of Normality keterampilan berkomunikasi

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Rumah Sakit Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Score Conference rs unhas ,437 16 ,000 ,572 16 ,000
KB rsup Dr wahidin ,314 41 ,000 ,763 41 ,000
Total Score Demonstrasi rs unhas ,480 16 ,000 ,507 16 ,000
KB rsup Dr wahidin
,407 41 ,000 ,589 41 ,000
Total Score Diskusi rs unhas ,313 16 ,000 ,836 16 ,009
Kasus KB rsup Dr wahidin ,193 41 ,001 ,879 41 ,000
Total Score Bed Side rs unhas ,244 16 ,012 ,809 16 ,004
Teaching KB rsup Dr wahidin ,206 41 ,000 ,831 41 ,000
Total_Score_Ronde rs unhas ,510 16 ,000 ,405 16 ,000
Keperawatan KB rsup Dr wahidin ,294 41 ,000 ,749 41 ,000
Total Score Role Model rs unhas ,414 16 ,000 ,491 16 ,000
KB rsup Dr wahidin ,530 41 ,000 ,288 41 ,000
Total Score seminar KB rs unhas ,349 16 ,000 ,755 16 ,001
rsup Dr wahidin ,396 41 ,000 ,671 41 ,000
Total_Score_Metode rs unhas ,462 16 ,000 ,546 16 ,000
Lain yang Digunakan KB rsup Dr wahidin ,445 41 ,000 ,572 41 ,000
Total Score Tidak rs unhas ,368 16 ,000 ,707 16 ,000
Menggunakan Metode rsup Dr wahidin
Pembelajaran Klinik KB ,479 41 ,000 ,503 41 ,000
a Lilliefors Significance Correction

171
Tests of Normality keterampilan praktik

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Rumah Sakit Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Score Conference rs unhas ,393 16 ,000 ,604 16 ,000
KP rsup Dr wahidin ,401 41 ,000 ,560 41 ,000
Total Score Demonstrasi rs unhas ,323 16 ,000 ,781 16 ,002
KP rsup Dr wahidin
,259 41 ,000 ,781 41 ,000

Total Score Diskusi Kasus rs unhas ,421 16 ,000 ,496 16 ,000


KP rsup Dr wahidin ,386 41 ,000 ,582 41 ,000
Total Score Bed Side rs unhas ,328 16 ,000 ,709 16 ,000
Teaching KP rsup Dr wahidin ,330 41 ,000 ,663 41 ,000
Total_Score_Ronde rs unhas ,434 16 ,000 ,558 16 ,000
Keperawatan KP rsup Dr wahidin ,471 41 ,000 ,407 41 ,000
Total Score Role Model rs unhas ,467 16 ,000 ,474 16 ,000
KP rsup Dr wahidin ,321 41 ,000 ,597 41 ,000
Total Score SEMINAR KP rs unhas ,536 16 ,000 ,273 16 ,000
rsup Dr wahidin ,455 41 ,000 ,441 41 ,000
Total_Score_Metode Lain rs unhas ,362 16 ,000 ,694 16 ,000
yang Digunakan KP rsup Dr wahidin ,401 41 ,000 ,660 41 ,000
Total Score Tidak rs unhas ,398 16 ,000 ,621 16 ,000
Menggunakan Metode rsup Dr wahidin
Pembelajaran Klinik KP ,484 41 ,000 ,439 41 ,000
a Lilliefors Significance Correction

172
Tests of Normality kemampuan mengambil keputusan

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Rumah Sakit Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Score conference rs unhas ,247 16 ,010 ,795 16 ,002
KMK rsup Dr wahidin ,197 41 ,000 ,859 41 ,000
Total Score demonstrasi rs unhas ,448 16 ,000 ,587 16 ,000
KMK rsup Dr wahidin
,307 41 ,000 ,719 41 ,000

Total Score diskusi kasus rs unhas ,206 16 ,068 ,838 16 ,009


KMK rsup Dr wahidin ,195 41 ,000 ,870 41 ,000
Total Score bedside rs unhas ,220 16 ,038 ,816 16 ,004
teaching KMK rsup Dr wahidin ,178 41 ,002 ,866 41 ,000
Total Score ronde rs unhas ,362 16 ,000 ,678 16 ,000
keperawaan KMK rsup Dr wahidin ,199 41 ,000 ,849 41 ,000
Total Score role modelling rs unhas ,372 16 ,000 ,500 16 ,000
KMK rsup Dr wahidin ,338 41 ,000 ,565 41 ,000
Total Score seminar KMK rs unhas ,254 16 ,007 ,799 16 ,003
rsup Dr wahidin ,215 41 ,000 ,828 41 ,000
Total Score Metode lain rs unhas ,319 16 ,000 ,745 16 ,001
yang digunakan KMK rsup Dr wahidin ,350 41 ,000 ,669 41 ,000
Total Score Tidak rs unhas ,358 16 ,000 ,599 16 ,000
menggunakan metode rsup Dr wahidin
KMK ,285 41 ,000 ,612 41 ,000
a Lilliefors Significance Correction

173
6.9. Uji Beda Metode Pembelajaran Klinik di RS Unhas dan RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Mann-Whitney Test Statistics(a) kemampuan sosial

Total_Score_R Total_Score_M Total Score


Total Score Total Score Total Score Total Score onde Total Score etode Lain Tidak
conference demonstrasi diskusi kasus Bed Side Keperawatan Role Model Total Score yang Menggunakan
KS KS KS Teaching KS KS KS SEMINAR KS Digunakan KS Metode KS
Mann-Whitney U 268,000 313,000 313,000 249,000 306,000 323,000 316,500 328,000 312,000
Wilcoxon W 404,000 449,000 449,000 385,000 442,000 1184,000 452,500 1189,000 1173,000
Z -1,294 -,420 -,295 -1,583 -,484 -,129 -,278 ,000 -,296
Asymp. Sig. (2-tailed) ,196 ,675 ,768 ,113 ,629 ,897 ,781 1,000 ,767
a Grouping Variable: Rumah Sakit

Mann-Whitney Test Statistics(a) keterampilan berkomunikasi

Total Score
Tidak
Total_Score_R Total_Score_M Menggunakan
Total Score Total Score Total Score Total Score onde Total Score etode Lain Metode
Conference Demonstrasi Diskusi Bed Side Keperawatan Role Model Total Score yang Pembelajaran
KB KB Kasus KB Teaching KB KB KB seminar KB Digunakan KB Klinik KB
Mann-Whitney U 261,500 289,500 312,000 245,000 202,000 270,000 295,500 314,000 276,500
Wilcoxon W 397,500 425,500 1173,000 381,000 338,000 1131,000 1156,500 450,000 1137,500
Z -1,336 -,885 -,297 -1,531 -2,561 -1,808 -,672 -,319 -1,212
Asymp. Sig. (2-tailed) ,182 ,376 ,767 ,126 ,650 ,071 ,502 ,749 ,225
a Grouping Variable: Rumah Sakit

174
Mann-Whitney Test Statistics(a) keterampilan praktik

Total Score
Tidak
Total_Score_R Total_Score_M Menggunakan
Total Score Total Score Total Score Total Score onde Total Score etode Lain Metode
Conference Demonstrasi Diskusi Bed Side Keperawatan Role Model Total Score yang Pembelajaran
KP KP Kasus KP Teaching KP KP KP SEMINAR KP Digunakan KP Klinik KP
Mann-Whitney U 317,500 307,500 308,000 320,500 301,500 270,000 287,500 301,500 276,000
Wilcoxon W 1178,500 1168,500 444,000 1181,500 1162,500 406,000 423,500 1162,500 1137,000
Z -,231 -,382 -,440 -,148 -,684 -1,236 -1,134 -,556 -1,260
Asymp. Sig. (2-tailed) ,817 ,703 ,660 ,883 ,494 ,216 ,257 ,578 ,208

a Grouping Variable: Rumah Sakit

Mann-Whitney Test Statistics(a) kemampuan mengambil keptuusan

Total Score Total Score


Total Score Total Score Metode lain Tidak
Total Score Total Score Total Score Total Score ronde role yang menggunaka
conference demonstrasi diskusi kasus bedside keperawaan modelling Total Score digunakan n metode
KMK KMK KMK teaching KMK KMK KMK seminar KMK KMK KMK
Mann-Whitney U 281,500 228,500 327,500 287,500 297,500 254,500 288,500 306,000 314,000
Wilcoxon W 417,500 364,500 1188,500 1148,500 433,500 1115,500 1149,500 1167,000 1175,000
Z -,841 -1,975 -,009 -,724 -,557 -1,483 -,723 -,443 -,272
Asymp. Sig. (2-tailed) ,401 ,048 ,993 ,469 ,578 ,138 ,469 ,658 ,786
a Grouping Variable: Rumah Sakit

175
6.10. Penerapan preceptorship berdasarkan stase praktek di RS Unhas
1. Penerapan Preceptorship (Orientasi): Preceptor Institusi 1 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Tidak Count 1 7 8
Preceptorship
% within Stase
(Orientasi): Preceptor 16,7% 70,0% 50,0%
Praktik
Institusi 1
Ya Count 5 3 8
% within Stase
83,3% 30,0% 50,0%
Praktik
Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

2. Penerapan Preceptorship (Mengkaji Kebutuhan Belajar Mahasiswa): Preceptor Institusi 2 *


Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Tidak Count 1 2 3
Preceptorship % within Stase
(Mengkaji Kebutuhan 16,7% 20,0% 18,8%
Praktik
Belajar Mahasiswa): Ya Count
Preceptor Institusi 2 5 8 13
% within Stase
83,3% 80,0% 81,3%
Praktik
Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

3. Penerapan Preceptorship (Memberikan Bimbingan dan Dukungan): Preceptor Institusi 3 *


Stase Praktik Crosstabulation

Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Tidak Count 0 3 3
Preceptorship
(Memberikan % within Stase
,0% 30,0% 18,8%
Bimbingan dan Praktik
Dukungan): Preceptor Ya Count 6 7 13
Institusi 3 % within Stase
100,0% 70,0% 81,3%
Praktik
Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

176
4.Penerapan Preceptorship (Berperan Sebagai Role Model): Preceptor Institusi 4 * Stase
Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Ya Count
Preceptorship 6 10 16
(Berperan Sebagai
Role Model): Preceptor % within Stase
Institusi 4 Praktik 100,0% 100,0% 100,0%

Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

5. Penerapan Preceptorship (Mengevaluasi Perkembangan Mahasiswa): Preceptor Institusi 5


* Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik Total
GADAR GADAR
(ICU) (IGD)
Penerapan Ya Count
Preceptorship
(Mengevaluasi
6 10 16
Perkembangan
Mahasiswa): Preceptor
Institusi 5
% within Stase
Praktik 100,0% 100,0% 100,0%

Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

6. Penerapan Preceptorship (Orientasi): Preceptor Klinik 1 * Stase Praktik Crosstabulation

Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Tidak Count 1 5 6
Preceptorship
(Orientasi): Preceptor % within Stase
16,7% 50,0% 37,5%
Klinik 1 Praktik
Ya Count 5 5 10
% within Stase
83,3% 50,0% 62,5%
Praktik
Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

177
7. Penerapan Preceptorship (Mengkaji Kebutuhan Belajar Mahasiswa): Preceptor Klinik 2 *
Stase Praktik Crosstabulation

Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Tidak Count 2 6 8
Preceptorship
(Mengkaji Kebutuhan % within Stase
33,3% 60,0% 50,0%
Belajar Mahasiswa): Praktik
Preceptor Klinik 2 Ya Count 4 4 8
% within Stase
66,7% 40,0% 50,0%
Praktik
Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

8. Penerapan Preceptorship (Memberikan Bimbingan dan Dukungan): Preceptor Klinik 3 *


Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Tidak Count 2 6 8
Preceptorship
% within Stase
(Memberikan 33,3% 60,0% 50,0%
Praktik
Bimbingan dan
Ya Count 4 4 8
Dukungan): Preceptor
Klinik 3 % within Stase
66,7% 40,0% 50,0%
Praktik
Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

9. Penerapan Preceptorship (Berperan Sebagai Role Model): Preceptor Klinik 4 * Stase


Praktik Crosstabulation

Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Tidak Count 1 3 4
Preceptorship
(Berperan Sebagai Role % within Stase
16,7% 30,0% 25,0%
Model): Preceptor Klinik Praktik
4 Ya Count 5 7 12
% within Stase
83,3% 70,0% 75,0%
Praktik
Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

178
10.Penerapan Preceptorship (Mengevaluasi Perkembangan Mahasiswa): Preceptor Klinik 5 *
Stase Praktik Crosstabulation

Stase Praktik
GADAR GADAR
(ICU) (IGD) Total
Penerapan Tida Count 1 8 9
Preceptorship k
(Mengevaluasi % within Stase
16,7% 80,0% 56,3%
Perkembangan Praktik
Mahasiswa): Preceptor Ya Count 5 2 7
Klinik 5
% within Stase
83,3% 20,0% 43,8%
Praktik
Total Count 6 10 16
% within Stase
100,0% 100,0% 100,0%
Praktik

6.11. Penerapan preceptorship berdasarkan stase praktik di RS Dr Wahidin


Sudirohusodo
1. Penerapan Preceptorship (Orientasi): Preceptor Institusi 1 * Stase Praktik
Crosstabulation
Stase Praktik
GADA
Anak R KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Tid Count 5 3 5 3 1 17
Preceptorship ak % within Stase
(Orientasi): 45,5% 42,9% 55,6% 42,9% 14,3% 41,5%
Praktik
Preceptor Institusi Ya Count 6 4 4 4 6 24
1
% within Stase
54,5% 57,1% 44,4% 57,1% 85,7% 58,5%
Praktik
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Praktik % % % % % %

179
3.Penerapan Preceptorship (Memberikan Bimbingan dan Dukungan): Preceptor Institusi 3 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
Anak GADAR KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Preceptorship Tidak Count 5 3 2 2 2 14
(Memberikan Bimbingan % within Stase Praktik 45,5% 42,9% 22,2% 28,6% 28,6% 34,1%
dan Dukungan): Preceptor
Institusi 3 Ya Count 6 4 7 5 5 27
% within Stase Praktik 54,5% 57,1% 77,8% 71,4% 71,4% 65,9%
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase Praktik 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

4. Penerapan Preceptorship (Berperan Sebagai Role Model): Preceptor Institusi 4 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
Anak GADAR KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Preceptorship Tidak Count 1 2 2 1 0 6
(Berperan Sebagai Role % within Stase Praktik 9,1% 28,6% 22,2% 14,3% ,0% 14,6%
Model): Preceptor Institusi
4 Ya Count 10 5 7 6 7 35
% within Stase Praktik 90,9% 71,4% 77,8% 85,7% 100,0% 85,4%
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase Praktik 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

5.Penerapan Preceptorship (Mengevaluasi Perkembangan Mahasiswa): Preceptor Institusi 5 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
Anak GADAR KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Preceptorship Tidak Count 2 1 1 1 1 6
(Mengevaluasi
% within Stase Praktik 18,2% 14,3% 11,1% 14,3% 14,3% 14,6%
Perkembangan
Mahasiswa): Preceptor Ya Count 9 6 8 6 6 35
Institusi 5 % within Stase Praktik 81,8% 85,7% 88,9% 85,7% 85,7% 85,4%
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase Praktik 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

180
6. Penerapan Preceptorship (Orientasi): Preceptor Klinik 1 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
Anak GADAR KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Preceptorship Tidak Count 5 4 1 1 3 14
(Orientasi): Preceptor Klinik % within Stase Praktik 45,5% 57,1% 11,1% 14,3% 42,9% 34,1%
1
Ya Count 6 3 8 6 4 27
% within Stase Praktik 54,5% 42,9% 88,9% 85,7% 57,1% 65,9%
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase Praktik 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

7. Penerapan Preceptorship (Mengkaji Kebutuhan Belajar Mahasiswa): Preceptor Klinik 2 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
Anak GADAR KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Preceptorship Tidak Count 5 1 1 2 2 11
(Mengkaji Kebutuhan % within Stase Praktik 45,5% 14,3% 11,1% 28,6% 28,6% 26,8%
Belajar Mahasiswa):
Preceptor Klinik 2 Ya Count 6 6 8 5 5 30
% within Stase Praktik 54,5% 85,7% 88,9% 71,4% 71,4% 73,2%
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase Praktik 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

8.Penerapan Preceptorship (Memberikan Bimbingan dan Dukungan): Preceptor Klinik 3 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
Anak GADAR KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Preceptorship Tidak Count 5 2 2 4 1 14
(Memberikan Bimbingan % within Stase Praktik 45,5% 28,6% 22,2% 57,1% 14,3% 34,1%
dan Dukungan): Preceptor
Klinik 3 Ya Count 6 5 7 3 6 27
% within Stase Praktik 54,5% 71,4% 77,8% 42,9% 85,7% 65,9%
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase Praktik 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

181
9. Penerapan Preceptorship (Berperan Sebagai Role Model): Preceptor Klinik 4 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
Anak GADAR KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Preceptorship Tidak Count 5 2 1 2 1 11
(Berperan Sebagai Role % within Stase Praktik 45,5% 28,6% 11,1% 28,6% 14,3% 26,8%
Model): Preceptor Klinik 4
Ya Count 6 5 8 5 6 30
% within Stase Praktik 54,5% 71,4% 88,9% 71,4% 85,7% 73,2%
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase Praktik 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

10.Penerapan Preceptorship (Mengevaluasi Perkembangan Mahasiswa): Preceptor Klinik 5 * Stase Praktik Crosstabulation
Stase Praktik
Anak GADAR KD KMB 1 KMB 2 Total
Penerapan Preceptorship Tidak Count 7 0 1 4 1 13
(Mengevaluasi
% within Stase Praktik 63,6% ,0% 11,1% 57,1% 14,3% 31,7%
Perkembangan
Mahasiswa): Preceptor Ya Count 4 7 8 3 6 28
Klinik 5 % within Stase Praktik 36,4% 100,0% 88,9% 42,9% 85,7% 68,3%
Total Count 11 7 9 7 7 41
% within Stase Praktik 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

182
LAMPIRAN 7
SURAT-SURAT

183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194

Anda mungkin juga menyukai