4
Patofisiolog
iKetidakseimbangan faktor agen dan pejamu
Agen: organisme penyebab dengan potensi menyebabkan
diare misalnya daya lekat, penetrasi, kemampuan produksi
toksin, kemampuan merusak mukosa
5
Patofisiolog
i Diare Invasif: (inflammatory)
Non invasif: disebabkan
Disebabkan mikroorganisme enterotoksin (non
invasif inflammatory)
Merusak mukosa Menginduksi peningkatan
secara langsung cAMP, meningkatkan
menyebabkan ulserasi pelepasan Cl-,
dan nekrosis menurunkan penyerapan Na
Bersifat eksudatif dan Air diare sekretorik
dengan 6
1
1
Pendahulua
n
• Leptospirosis : penyakit zoonosis mikroorganisme leptospira.
• Penyakit infeksi ini tersebar luas secara geografis oleh karena banyaknya
mamalia yang berperan sebagai pembawa mikroorganisme penyebabnya.
• Secara global : di dunia mencapai 1 juta kasus dengan angka kematian
mencapai 58.900 kematian per tahunnya.1
• Wilayah tropis dan agrikultural seperti kawasan (Asia Tenggara ),
leptospirosis
merupakan suatu penyakit endemis, termasuk indonesia.
Pe n d a h u l
P A T O F S
I
u an
O
I langsung
• Penularan dari hewan bisa LOGI atau melalui air dan
tanah
yg tercemar urin dan feses hewan.
• Sering terjadi saat banjir,membersihkan selokan, sungai,
kebun dll
• Kuman masuk melalui kulit yang tidak intak atau selaput
lendir mata, mulut & hidung, masuk dalam darah
proliferasi dan menyebar ke organ2 & jaringan tubuh.
FASE-FASE GEJALA
LEPTOSPIRA
• Stadium pertama (fase leptospiremia) :
• demam menggigil
• sakit kepala
• malaise
• muntah
• gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari
Gejala yang khas:
• konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous / porulen
(kemerahan
pada mata)
• rasa nyeri pada otot-betis
• Kasus suspect : demam akut ≥38,50C dan/atau nyeri kepala hebat
dengan myalgia, dan/atau conjunctival suffusion ,serta riwayat
terpapar lingkungan terinfeksi leptospira.
• Kasus probable yaitu kasus suspect disertai dengan dua gejala
diantaranya yaitu : nyeri tekan gastrocnemius, batuk dengan atau
tanpa hemoptisis, jaundice, manifestasi perdarahan, iritasi
meningeal, anuria/oliguria , sesak nafas, aritmia, ruam kulit.
Dan/atau tiga dari penemuan berikut: hasil urinalisis (proteinuria,
pyuria, hematuria), neutrofilia relatif (>80%) dengan
limfopenia, trombosit<100.000/ul, peningkatan kadar enzim
hati.Dan peningkatan ureum,kreatinin, amilase dan lipase
• Kasus confirmed adalah kasus suspect atau probable dengan
1
penemuan dibawah ini:
- Isolasi leptospira dari specimen, hasil positif PCR (jarang)
Gejala
gastrointestinal:
Anoreksia Diare
Nyeri abdomen Konstipa
Mual. Muntah si
2
6
Penegakan
Pemeriksaan fisik
Diagnosis
Demam pola stepladder
meningkat
sore hingga malam
Bradikardia relatif
Coated tongue
Hepatomegali
Splenomegali
Meteorismus
Ensefalopati
Penegakan
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap
leukopenia, leukosit normal.
Leukositosis
Anemia
Trombositopenia
bahwa apabila uji widal negatif, maka menunjukkan tidak ada demam tifoid.
Penegakan
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Tubex test (sensitivitas hampir 100%, spesivisitas 90%)
Deteksi anti O9 pada serum
Terdeteksi hari 4-9 sejak infeksi primer, 2-3 hari sejak infeksi
sekunder
Typhidot
Deteksi antibody IgM dan IgG pada membrane S. typhi
Positif dalam 2-3 hari sejak infeksi
3
0
Penegakan
Diagnosis
Pemeriksaan
penunjang
ELISA
Sampel: serum
dan urin
Teknik invasif,
sulit mengelola
sample
jarang
digunakan
Kultur (gold 3
1
standar)
Penatalaksanaa
n
Antibioti Supportif
k
Kloramfenikol 4x500mg 7 hari Pertahankan keseimbangan
Tiamfenikol 4x500 mg 7 hari cairan
Anti piretik, antiemetik
Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 2 minggu,
Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgbb selama 2
minggu,
Sefalosporin generasi 111(seftriakson 3-4 gram
dalam dekstrosa 100 cc selama ½-1 jam per-infus
sekali sehari, selama 5-7 hari,
sefotaksim 2-3 x 1 gram,
sefoperazon 2 x 1 gram
golongan fluorokuinolon 3
2
TERIMA
KASIH