Anda di halaman 1dari 33

Water Borne Diseases

Dr. dr. Rika Bur. SpPD-KPTI


Water Borne
Diseases
 Merupakan penyakit yang menular melalui konsumsi air
yang tercemar
 Penyakit utama: diare, demam typoid, leptospirosis,hepatitis
A ,
Giardia, Botulism dll
 Utama dan tersering: diare, demam typoid, leptospirosis
 Diare merupakan manifestasi tersering
 4.1% kontribusi total kejadian penyakit, dengan 1.8 juta
kematian pertahun di dunia
 Angka kejadian diare di Indonesia 6.8% (Riskesdas 2020) 2
Diar
e
Definisi dan
Klasifikasi
Buang air besar dengan konsistensi yang lembek/cair
dan disertai dengan peningkatan frekuensi (>3 perhari).

 Akut : <14 hari


 Persisten : 14-28 hari
 Kronis : >4 minggu

4
Patofisiolog
iKetidakseimbangan faktor agen dan pejamu
 Agen: organisme penyebab dengan potensi menyebabkan
diare misalnya daya lekat, penetrasi, kemampuan produksi
toksin, kemampuan merusak mukosa

 Pejamu: Faktor protektif, misalnya motilitas usus, asam


lambung, flora normal, integritas mukosa, sekresi mukosa,
enzim pencernaan

5
Patofisiolog
i Diare Invasif: (inflammatory)
  Non invasif: disebabkan
 Disebabkan mikroorganisme enterotoksin (non
invasif inflammatory)
 Merusak mukosa  Menginduksi peningkatan
secara langsung cAMP, meningkatkan
menyebabkan ulserasi pelepasan Cl-, 
dan nekrosis menurunkan penyerapan Na
 Bersifat eksudatif dan Air  diare sekretorik
dengan 6

lendir dan darah


Diagnosi
sAnamnesi Pemeriksaan
s
• Karakteristik diare fisis
• Hemodinamik dan tanda
• Kemungkinan dehidrasi
etiologi • Nyeri tekan abdomen + /-
• Riwayat kontak
• Riwayat perjalanan • Identifikasi komorbid
• Riwayat pengobatan
Pemeriksaan
Laboratorium
• DPL,Ur/Cr
• Kultur
• Analisa tinja
• AGD 8
Tata Laksana:
Simptomatis
Absorbent
Probiotik
Antimotilitas
Antimikroba sesuai
indikasi
Rehidrasi cairan
9
Epidemiolog
i
 Lebih 500.000 kasus pertahun, 10 kasus per
100.000 penduduk
 Banyak ditemui di daerah curah hujan tinggi
 Sering muncul pada situasi banjir dan bencana alam lain

1
1
Pendahulua
n
• Leptospirosis : penyakit zoonosis  mikroorganisme leptospira.
• Penyakit infeksi ini tersebar luas secara geografis oleh karena banyaknya
mamalia yang berperan sebagai pembawa mikroorganisme penyebabnya.
• Secara global : di dunia mencapai 1 juta kasus dengan angka kematian
mencapai 58.900 kematian per tahunnya.1
• Wilayah tropis dan agrikultural seperti kawasan (Asia Tenggara ),
leptospirosis
merupakan suatu penyakit endemis, termasuk indonesia.
Pe n d a h u l
P A T O F S
I
u an
O
I langsung
• Penularan dari hewan bisa LOGI atau melalui air dan
tanah
yg tercemar urin dan feses hewan.
• Sering terjadi saat banjir,membersihkan selokan, sungai,
kebun dll
• Kuman masuk melalui kulit yang tidak intak atau selaput
lendir mata, mulut & hidung, masuk dalam darah 
proliferasi dan menyebar ke organ2 & jaringan tubuh.
FASE-FASE GEJALA
LEPTOSPIRA
• Stadium pertama (fase leptospiremia) :
• demam menggigil
• sakit kepala
• malaise
• muntah
• gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari
Gejala yang khas:
• konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous / porulen
(kemerahan
pada mata)
• rasa nyeri pada otot-betis
• Kasus suspect : demam akut ≥38,50C dan/atau nyeri kepala hebat
dengan myalgia, dan/atau conjunctival suffusion ,serta riwayat
terpapar lingkungan terinfeksi leptospira.
• Kasus probable yaitu kasus suspect disertai dengan dua gejala
diantaranya yaitu : nyeri tekan gastrocnemius, batuk dengan atau
tanpa hemoptisis, jaundice, manifestasi perdarahan, iritasi
meningeal, anuria/oliguria , sesak nafas, aritmia, ruam kulit.
Dan/atau tiga dari penemuan berikut: hasil urinalisis (proteinuria,
pyuria, hematuria), neutrofilia relatif (>80%) dengan
limfopenia, trombosit<100.000/ul, peningkatan kadar enzim
hati.Dan peningkatan ureum,kreatinin, amilase dan lipase
• Kasus confirmed adalah kasus suspect atau probable dengan
1
penemuan dibawah ini:
- Isolasi leptospira dari specimen, hasil positif PCR (jarang)

- Serokonversi dari negatif menjadi positif atau

peningkatan kadar 4x lipat dari titer microscopic


agglutinin test /MAT, atau kadar titer MAT ≥400 pada
pemeriksaan tunggal.
- Rapid tes igm serologi leptospira
PENYAKIT WEIL (WEIL’S
DISEASES)
• Satu jenis leptospirosis dengan tampilan klinis berat (10% kasus).
• Penyebab Leptospira interrogans serovar icterohaemorrhagia.
• Gejala pada fase ini seperti leptospirosis biasa, muncul pada
hari ke-3 sampai hari ke-6, penurunan demam, bertahan sampai
beberapa minggu.
• Manifestasi perdarahan seperti epistaksis, hemoptisis, hematemesis-
melena, perdarahan adrenal dan pneumonitis hemoragik. Bila
terjadi perdarahan otak dapat menyebabkan kematian.
Penatalaksanaa
n
 Leptospirosis ringan:  Leptospirosis sedang-berat:
 PenisilinG intravena 1,5
 Doksisiklin oral 2 x 100 mg selama 7
juta unit/6
hari
jam selama 7 hari
 Amoksisilin oral 4 x 500 mg selama 7  Seftriakson intravena 1 gram/24
hari jam
selama 7 hari
 Ampisilin oral 4 x 500-750 mg selama 7
 Amoksisilin
Doksisiklin intravena 1 gram/6
intravena 100 jam
 Azitromisin oral 1 x 1 gram pada hari
hari selama
mg /12 jam7 hari
pertama, selanjutnya 1x 500 mgpada hari  Ampisilin intravena 1 gram/6 jam
selama 7 hari
selama 7 hari
kedua dan ketiga
 Sefotaksim intravena gram/6 jam
1
selama 7
hari
2
0
Demam
Tifoid
Epidemiolog
i Kasus tinggi (>100 /100.000)
 Asia Tengah
 Asia Tenggara
 Asia Selatan
 Afrika Selatan
 Kasus sedang (1-100/100.000)
 Afrika
 Amerika Latin
 Sebagian besar Oseania
 3 dari 10 penyakit terbanyak yang menyebabkan perawatan rumah
sakit 2
2
Etiolog
i
• Salmonella enterica serovar typhi (S.Typhi). Kuman
ini ditransmisikan secara fekal-oral.
• S. Typhi merupakan bakteri gram negatif,
bersifat motil, aerobik, berbentuk batang, tidak
menghasilkan spora, dan termasuk famili
enterobacteriaceae.
• Mempunyai flagel dan kapsul, yang nanti
akan membentuk komponen antigen
yaitu, antigen h (flagela), antigen o (dinding
sel), antigen vi (kapsul).
Patogenesis dan
Patofisiologi
• Bakteri S. Typhi: melalui • Kemudian, kuman akan dibawa ke
makanan plak peyeri (ileum terminal ) dan
atau air yang terkontaminasi dibawa ke peredaran limfe (duktus
 Sebagian besar kuman torasikus)  S.Typhi akan masuk ke
akan dalam peredaran darah (bakteremia
mati oleh karena asam pertama ) yang bersifat asimptomatik.
lambung
• Kuman tersebut akan tinggal
Sebagian kuman yang terutama pada organ : hati, limpa,
masih hidup akan menempel sumsum tulang, kantung empedu,
pada mukosa usus halus plak peyeri di ileum termina
(Fimbrae ) (berkembang biak)  pembuluh darah
( fase bakteremia kedua ), yang
menunjukkan gejala sistemik.
• Kantung empedu menjadi
salah satu tempat reservoir
dari S.Typhi  infeksi kronik
dan invasi ulang pada
dinding usus
• S.Typhi :
• Membentuk biofilm untuk
meningkatkan kemampuan
adaptasi dengan
lingkungan
GejalaDKilaini
 Gejala konstitusional:
 Demam (38,8 –
gs no
 Malaise
40,5 C)
 Diaforesis
 Sakit kepala
 Atralgia
 Myalgia

 Gejala
gastrointestinal:
 Anoreksia  Diare
 Nyeri abdomen  Konstipa
 Mual. Muntah si

2
6
Penegakan
 Pemeriksaan fisik
Diagnosis
 Demam  pola stepladder 
meningkat
sore hingga malam
 Bradikardia relatif
 Coated tongue
 Hepatomegali
 Splenomegali
 Meteorismus
 Ensefalopati
Penegakan
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
 Darah perifer lengkap
 leukopenia, leukosit normal.
Leukositosis
 Anemia
 Trombositopenia

 Tes fungsi hati


 Peningkatan SGOT/SGPT 2
8
Penegakan
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
 Uji Widal
 Tes Widal merupakan suatu uji untuk mendeteksi adanya antibodi (agglutinin) di
dalam
tubuh terhadap antigen kuman S.typhi.
 Positif jika terjadi kenaikan minimal 4 kali titer antibodi H dan
antibodi O jarak 2 minggu
 Reaksi agglutinasi yang dideteksi adalah agglutinin O (tubuh kuman), agglutinin H
(flagella kuman), dan agglutinin Vi (simpai kuman).
 Menunjukkan bahwa sensitifitas, spesifitas, dan nilai prediktif positif uji widal
tergolong
 Memiliki nilai prediktif negatif yang baik yaitu mencapai 98,9%, hal ini
rendah yaitu 71,4%, 68,44%, dan 5,7%. 2
menunjukkan 9

bahwa apabila uji widal negatif, maka menunjukkan tidak ada demam tifoid.
Penegakan
Diagnosis
 Pemeriksaan penunjang
 Tubex test (sensitivitas hampir 100%, spesivisitas 90%)
 Deteksi anti O9 pada serum
 Terdeteksi hari 4-9 sejak infeksi primer, 2-3 hari sejak infeksi
sekunder
 Typhidot
 Deteksi antibody IgM dan IgG pada membrane S. typhi
 Positif dalam 2-3 hari sejak infeksi
3
0
Penegakan
Diagnosis
 Pemeriksaan
penunjang
 ELISA
 Sampel: serum
dan urin
 Teknik invasif,
sulit mengelola
sample 
jarang
digunakan
 Kultur (gold 3
1

standar)
Penatalaksanaa
n
 Antibioti  Supportif
k
 Kloramfenikol 4x500mg 7 hari  Pertahankan keseimbangan
 Tiamfenikol 4x500 mg 7 hari cairan
 Anti piretik, antiemetik
 Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 2 minggu,
 Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgbb selama 2
minggu,
 Sefalosporin generasi 111(seftriakson 3-4 gram
dalam dekstrosa 100 cc selama ½-1 jam per-infus
sekali sehari, selama 5-7 hari,
 sefotaksim 2-3 x 1 gram,
 sefoperazon 2 x 1 gram
 golongan fluorokuinolon 3
2
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai