SIFILIS SEKUNDER
Oleh:
Pembimbing:
Arie Hidayati
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, serta kepada
sahabat dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Arie Hidayati, M. Ked
(DV), Sp.DV, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis dalam penyusunan laporan kasus yang berjudul “Sifilis Sekunder serta
para dokter di bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah
memberikan arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
LAPORAN KASUS........................................................................................3
Identitas Pasien............................................................................................3
Anamnesis………........................................................................................3
Pemeriksaan Fisik........................................................................................4
Diagnosis Banding.......................................................................................6
Pemeriksaan Penunjang...............................................................................6
Resume……………….................................................................................6
Diagnosis Klinis ..........................................................................................6
Tatalaksana...................................................................................................6
Prognosis......................................................................................................7
ANALISA KASUS..........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
RESUME JURNAL........................................................................................15
TELAAH JURNAL........................................................................................24
DAFTAR TABEL
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MU
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Sp. Mesra
Tanggal Pemeriksaan : 14 Juli 2019
Jaminan : JKA
Nomor CM : 1-14-66-28
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Bercak kemerahan pada lengan tangan kanan
Keluhan Tambahan
Rasa gatal
2
(HIV) sejak bulan Juli 2018 dan pasien juga di diagnosa TB kelenjar pada
pertengahan bulan Febuari 2019,
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign
Kes : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
HR : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,80C
Status Dermatologis:
Deskripsi Lesi: Tampak lesi makula eritematosa berbatas tegas, ireguler, gutata-
numular, multipel, diskret, regional.
3
Gambar 1. Lesi pada regio ekstremitas superior dextra
DIAGNOSIS BANDING
1. Erupsi obat alergik
2. Pitiriasis rosea
3. Psoriasis
4. Kondiloma akuminatum
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan serologi yang
bertujuan untuk mendeteksi seluruh stadium dari sifilis, pada pasien ini telah di
lakukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu pemeriksaan titer serologi
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) atau Rapid Plasma Reagin (RPR)
1:256 dan Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) 1:5120.
RESUME
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki-laki usia 23 tahun dengan
keluhan muncul bercak kemerahan pada kulit lengan tangan kanan yang terasa
gatal. Keluhan sudah dialami pasien sejak 4 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan
status dermatologis didapatkan lesi makula eritematosa berbatas tegas pada
ekstremitas superior dextra dengan tepi yang ireguler. Lesi berukuran gutata
hingga numular, berjumlah multipel, dengan susunan diskret dan distribusi lesi
regional.
DIAGNOSIS KLINIS
Sifilis Sekunder
TATALAKSANA
Farmakoterapi.
5
PROGNOSIS
6
ANALISA KASUS
7
tergantung pada manifestasi klinis dan usia pasien. Untuk pasien yang alergi
dengan penisilin, yang tidak sedang mengandung dan tidak memiliki gejala
neurosifilis, dapat diberikan dosisiklin 100 mg dengan pemberian oral 2 kali
sehari atau dapat diberikan tertrasiklin 500 mg pemberian oral 4 kali sehari selama
14 hari. Pasien juga diberikan antihistamin sistemik berupa cetirizine, cetirizine
adalah antihistamin generasi kedua dan bersifat non sedatif yang berperan untuk
mengurangi gejala pruritus. Cetirizine diberikan sebagai terapi simtomatik atas
keluhan gatal-gatal pada pasien. Antihistamin sistemik bekerja sebagai anatgonis
mediator proinflamasi untuk memblokir reseptor H1 yang terletak pada dermis.
Selain itu pasien juga diberikan asam salisilat 3% dan desoksimetason 0,25%
yang merupakan bahan aktif yang memiliki sifat mempertinggi absorbasi perkutan
zat-zat aktif, dalam hal ini adalah kortikosteroid topical berupa desoksimetason
0,25%. Desoksimetason merupakan kortikosteroid yang berfungsi sebagai anti
inflamasi, anti alergi, anti pluritus potensi tinggi.
Terapi non farmakologis berupa edukasi pada pasien mengenai
pengobatan, penularan, dan resiko komplikasi yang mungkin akan terjadi dan juga
menjelaskan kepada pasien agar menjalani terapi pengobatan secara disiplin untuk
memperoleh terapi yang adekuat.
8
Tabel 1. Diagnosa banding
9
No Diagnosis Definisi Deskripsi lesi Gambar
11
RESUME JURNAL
Pola Bakteri dan Sensitivitas Antibiotik pada Anak-Anak dan
Remaja dengan Dermatitis Atopik
C T Samosir, R H Ruslie, dan R E Rusli
Abstrak
1. Introduksi
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit peradangan pada kulit yang
bersifat kronis dan ditandai dengan gejala klinis berupa pruritus, DA terjadi
sekitar 20% pada anak-anak dan 3% pada orang dewasa, tetapi prevalensinya
bervariasi di seluruh dunia. Menurut Kelompok Studi Dermatologi Anak
Indonesia dilakukan penelitian di lima kota besar Indonesia, DA merupakan
penyakit kulit yang paling sering terjadi pada anak-anak (23,67%).
Salah satu komorbiditas utama pada DA adalah infeksi kulit. Infeksi
bakteri sering ditemukan pada pasien DA. Staphylococcus aureus adalah bakteri
utama yang sering ditemukan pada penderita DA. Kepadatan bakteri yang terdapat
pada kulit berhubungan dengan tingkat keparahan DA.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai prevalensi infeksi bakteri pada
kulit anak-anak dan remaja penderita DA dan hubungannya dengan tingkat
keparahan DA. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan pola bakteri dan
sensitivitas antibiotiknya.
2. Metode
Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada 86 pasien DA, berusia di
bawah 18 tahun yang telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia. Jumlah
sampel dihitung menggunakan rumus one sample proportion, dengan tingkat
kesalahan yang dapat diterima 10% (d = 10%). Semua anak dengan DA yang
datang ke Pusat Kesehatan Masyarakat Helvetia, Medan, Indonesia dari Maret
2016 hingga Februari 2017 masuk ke dalam kriteria inklusi. Orang tua dari
masing-masing anak yang dijadikan sampel dalam penelitian menandatangani
persetujuan tertulis setelah diberi informasi tentang penelitian ini. Diagnosis DA
ditegakkan oleh dua dokter anak jika memenuhi setidaknya tiga kriteria mayor
dan tiga kriteria minor Hanifin Rajka. Penderita dengan gizi buruk, penyakit
kronis, atau yang sedang minum antibiotik selama 14 hari terakhir masuk ke
dalam kriteria eksklusi.
Tingkat keparahan DA dinilai menggunakan Scoring Dermatitis Atopik
(SCORAD), dimana kategori ringan (<15), sedang (15-50), dan parah (> 50).
Kultur kulit dilakukan untuk menilai adanya infeksi bakteri pada penderita DA
menggunakan swab transport steril (Oxoid) dengan cara menggulirkan lidi dua
kali di dua area (kulit yang terdapat lesi dan kulit yang tidak terdapat lesi). Setelah
dilakukan swab pada kulit, lidi steril tersebut segera dibawa ke Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
untuk ditumbuhkan pada media Blood agar dan McConkey agar. Sampel
diinkubasi secara aerobik pada suhu 37 oC. Setelah 2x24 jam, koloni bakteri
dilakukan pengujian untuk pewarnaan gram dan diidentifikasi menggunakan
mesin Vitek. Semua isolat bakteri diuji sensitivitas antibiotiknya menggunakan
sembilan antibiotik yaitu ampisilin 10 μg, amoksisilin 25 μg, amoksisilin-
klavulanat 30 μg, kloramfenikol 30 μg, klindamisin 10 μg, kotrimoksazol 25 ug,
eritromisin 5 ug, gentamisin 10 ug, dan tetrasiklin 30 ug.
Data yang telah diperoleh dilakukan analisis univariat dan bivariat
menggunakan perangkat lunak statistik SPSS versi 22. Data kategorikal disajikan
dalam bentuk angka dan persentase. Data numerik (umur) yang disajikan dalam
bentuk median (minimum-maksimum) karena data tidak terdistribusi normal.
Bakteri yang diisolasi dari apusan kulit kemudian dihitung untuk menentukan
etiologinya pada pasien DA. Uji Sensitivitas Antibiotika dilakukan pada setiap
bakteri yang didapat. Uji Chi-Square dilakukan untuk menilai hubungan antara
keparahan DA dan adanya infeksi bakteri. Nilai p <0,05 ditetapkan signifikan
secara statistik dengan tingkat kepercayaan 95%.
3. Hasil
Terdapat 90 pasien DA selama periode penelitian ini namun dua pasien
dikeluarkan karena mengonsumsi antibiotik, satu pasien karena terinfeksi HIV,
dan satu pasien menolak untuk bergabung dengan penelitian ini (Gambar 1).
Dari 86 pasien DA, kami menemukan lebih banyak wanita dengan rasio wanita:
pria 1,46: 1. Usia pasien mulai dari 1 bulan hingga 14 tahun (Tabel 1).
Data jenis kelamin dan usia tidak berbeda secara signifikan pada kelompok DA
yang terinfeksi dan tidak terinfeksi, menunjukkan bahwa populasinya homogen.
Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan DA dan infeksi
bakteri (p = 0,006), di mana DA sedang dan berat memiliki risiko 1,62 kali lebih
tinggi terinfeksi bakteri dibandingkan DA ringan (Tabel 2).
4. Diskusi
Infeksi bakteri adalah salah satu faktor yang memperburuk lesi kulit pada
DA, hal ini sebanding dengan adanya hubungan signifikan antara tingkat
keparahan DA dan infeksi bakteri pada penelitian ini. Hasil yang sama pada
penelitian lain dilaporkan adanya hubungan antara tingginya densitas bakteri
dengan nilai SCORAD yang tinggi.
5. Kesimpulan
Infeksi bakteri pada kulit umum terjadi pada anak-anak dan remaja dengan
DA, dengan Staphylococcus aureus sebagai isolat yang paling umum. Ini
berhubungan dengan tingkat keparahan DA, DA berat memiliki risiko 1,62 kali
lebih tinggi untuk terinfeksi bakteri dibandingkan DA ringan. Isolat
Staphylococcus aures sensitif terhadap amoksisilin-klauvanat, klindamisin,
eritromisin, dan gentamicin, dan cenderung efektif sebagai pengobatan DA yang
terinfeksi.
TELAAH KRITIS TERAPETIK