Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN

PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA PASIEN KHUSUS PERAWAT

Dosen Pengampu : Benny H.I., Situmorang, S.H, M.H

Disusun Oleh :
Nama : Shellylivia Cleverines Simuru
NIM : WN10123224

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya yang telah melimpahkan berkahnya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dalam dunia perawatan kesehatan, pemeriksaan penunjang memainkan peran penting
dalam menentukan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat. Bagi perawat,
pemahaman tentang persiapan pemeriksaan penunjang pada pasien menjadi kunci untuk
memberikan perawatan yang berkualitas. Makalah ini akan membahas secara mendalam
mengenai persiapan pemeriksaan penunjang pada pasien, dengan fokus pada peran perawat.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Pemeriksaan Penunjang............................................................................................................5
A. Pengertian Pemeriksaan Penunjang......................................................................................5
B. Alat-Alat yang digunakan untuk Pemeriksaan Penunjang.................................................5
2.2 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................................................7
A. Pengertian Pemeriksaan Laboratorium................................................................................7
B. Tujuan Pemeriksaan Laboratorium......................................................................................8
C. Faktor-Faktor Utama Dalam Pemeriksaan Laboratorium.................................................8
D. Jenis-Jenis Pemeriksaan Laboratorium................................................................................9
2.3 Pengumpulan Spesimen..........................................................................................................10
A. Pengertian Spesimen.............................................................................................................10
B. Dasar Pengumpulan Spesimen.............................................................................................10
C. Penyepakan Dan Metode......................................................................................................10
D. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengambilan Spesimen.........................................11
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting bagi para tenaga kesehatan, karena
ada beberapa pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat dalam
pemeriksaan penunjang. Perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan perlu
mempertimbangkan hasil analisis pemeriksaan penunjang atau prosedur diagnostik. Ada dua
kompetensi perawat dalam hal pemeriksaan diagnostik ini yaitu bertanggung jawab dalam
pengelolaan persiapan pasien sampai pasca pemeriksaan dan mempertimbangkan hasil
pemeriksaan dalam menyusun diagnosis keperawatan serta merencanakan intervensi
keperawatan.
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari
tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim , perawat
melakukan fungsi kolaboratif dalm memberikan Tindakan. Hasil suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa , memantau perjalanan penyakit serta
menentukan prognosa . Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan penunjang?
2. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan laboratorium?
3. Apa yang dimaksud dengan pengumpulan spesimen?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari pemeriksaan penunjang.
2. Menjelaskan pengertian dari pemeriksaan laboratorium.
3. Menjelaskan pengertian dari pengumpulan spesimen
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Penunjang

A. Pengertian Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang merujuk kepada serangkaian prosedur diagnostik atau
evaluatif yang dilakukan untuk mendukung atau memperkuat diagnosis, pemantauan, atau
penilaian suatu kondisi medis atau penyakit. Pemeriksaan penunjang ini biasanya dilakukan
setelah pemeriksaan fisik dan riwayat medis seorang pasien dilakukan oleh dokter atau tenaga
medis yang merawat.

B. Alat-Alat yang digunakan untuk Pemeriksaan Penunjang


1. EMG (Elektro Myo Grafi)
Pemeriksaan EMG biasanya dilakukan untuk menentukan potensi elektrik otot, EMG
membantu untuk mendiagnosa adanya kerusakan neuromuskuler, LMN (Lowe
Motorik Neuron) dan syaraf-syaraf tepi. Klien perlu diberikan informasi bahwa
pemeriksaan ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman karena jarum elektroda yang
masuk ke otot. Setelah pemeriksaan perawat membantu mengatasi rasa tidak nyaman
dan mengobservasi apakah terdapat hematom pada bekas tusukan jarum, untuk itu
dapat diberikan kompres dingin.
2. EKG (Elektro Kardio Grafi)
EKG adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau mendeteksi kondisi
jantung dengan cara memantau irama dan frekuensi detak jantung. Untuk mengukur
detak jantung, elektrode - elektrode dari elektrokardiograf ditempatkan ke dada
pasien. Elektrode mendeteksi turun-naiknya arus listrik jantung dan mengirimnya ke
elektrokardiograf, yang merekam perubahannya sebagai bentuk gelombang pada
gulungan kertas yang bergerak, rekaman hasil pengukuran ini disebut
elektrokardiogram.
3. EEG (Elektro Encephalo Grafi)
Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari
rekaman aktivitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya.
Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang- gelombang listrik dengan
voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk
diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk
dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang delta, alpha, beta, theta,
gamma dsb. Tujuan pemeriksaan EEG untuk mendiagnosa penyakit yang
berhubungan dengan kelainan otak dan kejiwaan. Indikasi dan Kegunaan EEG yaitu
pada pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami kejang,
mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit, sistemik (misalnya keadaan
ensefalopati metabolik karena diabetes, gagal ginjal), melakukan studi untuk
mengetahui gangguan tidur ( sleep disorder ) atau narkolepsi, membantu menegakkan
diagnosa koma, melokalisir perubahan potensial listrik otak yang disebabkan trauma,
tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan penyakit degenerative, membantu
mencari berbagai gangguan serebral yang dapat menyebabkan nyeri kepala, gangguan
perilaku dan kemunduran intelektual.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Digunakan untuk mendiagnosa bagian struktur tubuh manusia dengan gelombang
electromagnetic, yang tidak memberi efek radiasi seperti sinar X. Alat ini sangat
berguna untuk pemeriksaan saraf, jaringan otot, jantung dan pembuluh darah dan
tumor. Semakin besar teslanya atau kekuatan magnetiknya semakin baik kualitas
gambarnya. MRI dapat dilakukan pemeriksaan pada otak dan saraf tulang belakang,
ligament sobek, tumor.
5. Audiometri
Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran
sesseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka
derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan
bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengaran atau seseorang yang
akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.
6. USG (Ultrasonografi)
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan sebutan USG adalah suatu pemeriksaan
non-invasif yang memanfaatkan gelombang suara yang disalurkan melalui alat-alat ke
dalam tubuh kemudian dipantulkan dan hasilnya dapat dilihat melalui layar monitor
(Baradero, Dayrit and Siswandi, 2005). USG (ultrasonografi) sangat populer
digunakan untuk memantau kondisi janin, perkembangan kehamilan, persiapan
persalinan, dan masalah-masalah lain. Teknik ini juga digunakan untuk menentukan
lokasi tumor, gangguan kardiovaskular, dan defek mata.
7. Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai organ
diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan
rangka.
8. Mammografi
Mammografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian mammae (payudara)
dengan menggunakan sinar-x untuk menciptakan gambarnya yang dapat membedakan
sel sehat dan sel ganas.dan bantuan media kontras positif atau tidak untuk
menegakkan diagnosis. Indikasi: Screening Test, Karsinoma (Ca), Fibroma, Benjolan
pada payudara, Sumbatan.
9. Angioraph
Angioraph adalah alat yang menggunakan sinar X untuk melihat bagian dalam
pembuluh darah yang tersumbat dan dengan bantuan alat lainnya untuk tindakan
balonisasi atau pemasangan penyangga pembuluh darah/stent. Alat Angiografi
digunakan sebagai alat diagnosa dan pengobatan, seperti mendeteksi aterosklerosis,
penyumbatan, atau kelainan bentuk pada pembuluh darah arteri, baik itu di otak, paru-
paru, tangan atau kaki, perut, ataupun rongga panggul. Mengevaluasi aliran darah
pada arteri koroner jantung, terutama pada kondisi serangan jantung, nyeri dada yang
tidak spesifik, atau angina pektoris.
10. CT scan
Computerized tomography scan atau CT scan yang lebih sering disebut adalah teknik
xray khusus yang menghasilkan gambar dari organ-organ dalam yang lebih rinci
daripada dengan konvensional x-ray. Konvensional x-ray menghasilkan gambar dua
dimensi dari bagian tubuh. CT scan di sisi lain menggunakan perangkat yang berputar
di sekitar tubuh menyebarkan sinar-x dan tabung x-ray berputar. Gambar-gambar ini
kemudian diproses oleh komputer, sehingga menghasilkan gambar crossectional
bagian dalam tubuh. Contoh: organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen.
11. Endoskopi
Endoskopi adalah sebuah cara pemeriksaan bagian dalam tubuh menggunakan alat
bernama endoskop yang dimasukkan ke dalam tubuh. Endoskop adalah alat berbentuk
tabung panjang, tipis, dan lentur yang dipasangkan senter dan kamera di ujungnya.
Keadaan bagian dalam tubuh akan diperlihatkan di layar televisi. Alat endoskop dapat
dimasukkan ke bagian lubang pada tubuh, seperti mulut atau anus. Alat endoskop juga
dapat dimasukkan melalui sayatan kecil yang dibuat di kulit, misalnya di lutut atau
perut. Setelah pemeriksaan endoskopi, pasien biasanya dianjurkan untuk beristirahat
setidaknya 1 jam sampai efek samping dari obat bius menghilang.
12. Bronkoskopi
Bronkoskopi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengecek bagian dalam
paru-paru dan saluran napas. Prosedur ini melibatkan alat bronkoskop, yakni tabung
tipis dengan kamera dan lampu di ujungnya. Pemeriksaan Bronkoskopi ini
dimasukkan melalui hidung atau mulut ke dalam tenggorokan hingga mencapai paru-
paru pasien. Bronkoskopi biasanya menggunakan bronkoskop yang lentur. Namun
bronkoskop yang lebih kaku juga dibutuhkan pada kondisi tertentu. Misalnya,
perdarahan dalam paru-paru atau adanya benda asing di dalam saluran pernapasan.
Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mendiagnosis adanya infeksi, tumor, atau
penyakit pada paru-paru. Selain itu, bronkoskopi dapat pula bertujuan mengambil
sampel lendir atau jaringan dalam paru-paru (biopsi), mengambil benda asing atau
sumbatan lain dalam saluran napas, dan sebagai pengobatan untuk penyakit paru-paru.

2.2 Pemeriksaan Laboratorium


A. Pengertian Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita dapat berupa urine
(air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy. Prosedur pemeriksaan
laboratorium dapat bervariasi tergantung pada jenis tes yang dilakukan dan sampel biologis
yang diambil.

B. Tujuan Pemeriksaan Laboratorium


1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan resiko
3. Skrining atau uji saring adanya penyakit sub klinis
4. Konfirmasi pasti diagnosis
5. Menemukan kemungkinan diagnostic yang dapat menyamarkan gejala klinik.
6. Membantu pemantauan pengobatan.
7. Menyediakan informasi prognostic atau perjalanan penyakit.
8. Memantau perkembangan penyakit
9. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan.
10. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak di dapati penyakit.

C. Faktor-Faktor Utama Dalam Pemeriksaan Laboratorium


1. Faktor Pra-Instrumentasi:
 Persiapan Pasien: Termasuk instruksi yang diberikan kepada pasien sebelum
pengambilan sampel, seperti instruksi diet khusus atau persyaratan khusus lainnya
seperti puasa sebelum tes darah tertentu.
 Pengumpulan Informasi Medis: Memastikan informasi medis pasien yang relevan,
termasuk riwayat penyakit, riwayat obat-obatan, atau kondisi kesehatan tertentu
yang dapat memengaruhi hasil tes.
 Penetapan Jadwal: Penentuan waktu yang tepat untuk pengambilan sampel,
terutama jika ada faktor-faktor tertentu seperti fluktuasi harian dalam parameter
tertentu.
2. Faktor Instrumentasi:
 Teknik Pengambilan Sampel: Memastikan pengambilan sampel dilakukan dengan
benar dan steril, untuk menghindari kontaminasi dan memastikan integritas
sampel.
 Kondisi Alat: Memastikan alat dan peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan
laboratorium berfungsi dengan baik dan kalibrasi yang tepat.
 Kualifikasi Personel: Memastikan bahwa personel yang melakukan pemeriksaan
memiliki kualifikasi yang sesuai dan dapat melakukan prosedur secara akurat.
3. Faktor Pasca-Instrumentasi:
 Pengolahan Sampel: Proses pengolahan sampel yang tepat setelah pengambilan,
termasuk penyimpanan, pengangkutan, atau pengolahan awal.
 Analisis Laboratorium: Pelaksanaan prosedur analisis dengan hati-hati sesuai
dengan protokol yang ditetapkan, termasuk penggunaan kontrol kualitas untuk
memastikan akurasi hasil.
 Interpretasi Hasil: Evaluasi hasil tes dan interpretasinya dengan cermat oleh
personel laboratorium yang terlatih.
 Pelaporan Hasil: Pelaporan hasil tes kepada dokter atau tenaga kesehatan yang
merawat pasien dengan jelas dan tepat waktu.

D. Jenis-Jenis Pemeriksaan Laboratorium


1. Pemeriksaan Darah:
 Tes Darah Lengkap (Complete Blood Count/CBC): Mengukur jumlah sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit dalam darah serta parameter lain seperti
kadar hemoglobin dan hematokrit.
 Tes Kimia Darah: Mengukur konsentrasi berbagai zat kimia dalam darah seperti
glukosa, kolesterol, enzim hati, dan elektrolit.
 Tes Koagulasi: Menilai kemampuan pembekuan darah dengan mengukur waktu
pembekuan dan faktor-faktor pembekuan.
2. Pemeriksaan Urine:
 Analisis Urine Rutin: Memeriksa komponen urine seperti protein, glukosa, darah,
dan leukosit.
 Kultur Urine: Mengidentifikasi bakteri atau jamur dalam urine untuk mendeteksi
infeksi saluran kemih.
 Tes Kadar Zat: Mengukur konsentrasi zat tertentu dalam urine seperti kreatinin
untuk menilai fungsi ginjal.
3. Pemeriksaan Feces:
 Tes Okultisme: Mencari adanya darah yang tidak terlihat dalam tinja yang dapat
menunjukkan masalah pencernaan seperti kanker usus.
 Tes Kultur: Untuk mengidentifikasi bakteri atau parasit tertentu yang mungkin
menjadi penyebab infeksi usus.
4. Pengambilan Sputum:
 Pemeriksaan Mikroskopis: Mengidentifikasi bakteri, jamur, atau sel-sel abnormal
dalam sputum yang dapat menunjukkan infeksi atau penyakit pernapasan lainnya.
 Kultur: Untuk menumbuhkan dan mengidentifikasi organisme penyebab infeksi
seperti bakteri atau jamur.
5. CT Scan (Computed Tomography): Teknik pencitraan menggunakan sinar-X yang
canggih untuk membuat gambar potongan tubuh dalam detail tinggi. Digunakan untuk
mendiagnosis kondisi seperti cedera trauma, tumor, atau penyakit pada organ-organ
internal.
6. Ultrasonografi: Penggunaan gelombang suara tinggi untuk menciptakan gambaran
organ-organ internal seperti hati, ginjal, atau janin dalam rahim. Digunakan untuk
mendeteksi perubahan struktural atau patologi.
7. Pemeriksaan Rontgen: Pencitraan menggunakan sinar-X untuk menghasilkan
gambaran struktur internal tubuh seperti tulang atau organ-organ dada. Dapat
digunakan untuk mendiagnosis patah tulang, pneumonia, atau penyakit paru-
obstruktif kronis (PPOK).
8. Pemeriksaan Pap Smear: Pengambilan sampel sel-sel dari leher rahim untuk menilai
adanya perubahan prakanker atau kanker serviks.
9. Pemeriksaan Mammografi: Pencitraan sinar-X khusus yang digunakan untuk
mendeteksi dini kanker payudara pada wanita dengan menghasilkan gambaran
jaringan payudara.

2.3 Pengumpulan Spesimen

A. Pengertian Spesimen
Spesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap tercemar oleh
suatu penyakit hewan atau jasad renik penyebab penyakit hewan termasuk bagian-bagian
tubuh hewan atau berupa hewannya sendiri yang mati, sakit atau tersangka sakit perlu dikirim
secara cepat dengan memperhatikan ketentuan yang diperlukan.

B. Dasar Pengumpulan Spesimen


1. Jenis spesimen yang dikirim tergantung pada jenis penyakit sehingga organ yang
dikirim juga spesifik khususnya organ atau jaringan yang secara klinis mengalami
perubahan.
2. Spesimen dikirim dalam keadaan aseptik menggunakan bahan yang ditetapkan sesuai
prosedur atau peralatan yang telah dicuci, dikeringkan dan disterilisasi.
3. Botol diberi diberi identitas yang jelas dan teknis pemeriksaan apa yang diinginkan.
4. Botol spesimen disimpan dalam termos es selama proses pengambilan spesimen
lakukan secara hati-hati khususnya terhadap pencemaran

C. Penyepakan Dan Metode


1. Pengepakan: Pengepakan adalah proses pengumpulan dan pengemasan spesimen
biologis sebelum dikirim ke laboratorium untuk analisis lebih lanjut. Langkah-
langkah ini mencakup pengambilan spesimen dengan teknik yang benar, pengemasan
dalam wadah yang sesuai, dan pemberian label yang jelas dengan informasi
identifikasi pasien. Pengepakan yang tepat penting untuk memastikan integritas
spesimen dan hasil yang akurat.
2. Metode Bakteriologik: Metode bakteriologik digunakan untuk mendeteksi,
mengidentifikasi, dan mengkarakterisasi bakteri dalam spesimen biologis. Ini
melibatkan serangkaian prosedur termasuk kultur bakteri di media pertumbuhan,
pengamatan morfologi dan karakteristik bakteri di bawah mikroskop, serta pengujian
sensitivitas antibiotik.
3. Metode Virologik: Metode virologik digunakan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi virus dalam spesimen biologis. Ini meliputi teknik kultur virus
dalam sel inang, identifikasi virus menggunakan mikroskopi elektron atau metode
biokimia, serta penggunaan tes serologis untuk mendeteksi antibodi terhadap virus.
4. Metode Mikologik: Metode mikologik digunakan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi jamur dan ragi dalam spesimen biologis. Ini melibatkan kultur jamur
dalam media khusus, identifikasi spesies jamur berdasarkan morfologi dan
karakteristik pertumbuhan, serta pengujian sensitivitas terhadap antijamur.
5. Metode Parasitologik: Metode parasitologik digunakan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi parasit dalam spesimen biologis seperti tinja atau darah. Ini
melibatkan pemeriksaan mikroskopis spesimen untuk menemukan telur, kista, atau
bentuk lain dari parasit, serta penggunaan teknik kultur untuk pertumbuhan dan
identifikasi parasit tertentu.
6. Metode Toksikologik: Metode toksikologik digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur kadar zat beracun atau obat dalam spesimen biologis seperti darah atau
urin. Ini melibatkan penggunaan teknik kromatografi atau spektrometri massa untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif zat tertentu.
7. Metode Serologik: Metode serologik digunakan untuk mendeteksi antibodi atau
antigen dalam spesimen biologis sebagai respons terhadap infeksi atau imunisasi. Ini
melibatkan penggunaan tes immunologi seperti ELISA atau tes aglutinasi untuk
mendeteksi dan mengukur tingkat antibodi atau antigen tertentu.
8. Metode Histopatologik: Metode histopatologik digunakan untuk mendiagnosis
penyakit berdasarkan pemeriksaan jaringan atau sel di bawah mikroskop. Ini
melibatkan pengambilan spesimen jaringan melalui biopsi atau bedah, pemrosesan
jaringan tersebut menjadi potongan tipis, pewarnaan dengan pewarna khusus, dan
pengamatan mikroskopis untuk mengidentifikasi perubahan patologis.

D. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengambilan Spesimen


1. Persiapan Pasien:
 Edukasi Pasien: Berikan informasi yang jelas kepada pasien tentang jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan, tujuan pemeriksaan, dan prosedur yang akan
dilakukan.
 Instruksi Pra-Pemeriksaan: Berikan instruksi khusus kepada pasien, seperti apakah
perlu puasa sebelum pengambilan spesimen tertentu, penghentian penggunaan
obat-obatan tertentu, atau pembatasan aktivitas tertentu sebelum pemeriksaan.
 Kenyamanan Pasien: Pastikan pasien merasa nyaman dan tenang selama proses
pengambilan spesimen dengan memberikan dukungan emosional dan kenyamanan
fisik.
 Konsentraasi: Dapatkan persetujuan atau konsent dari pasien sebelum melakukan
pengambilan spesimen, terutama jika melibatkan prosedur yang invasif atau tidak
nyaman.
2. Persiapan Pengumpulan Spesimen:

 Sterilitas: Pastikan pengambilan spesimen dilakukan dengan teknik yang steril


untuk mencegah kontaminasi dan mempertahankan integritas spesimen.
 Peralatan yang Sesuai: Gunakan peralatan dan wadah yang sesuai untuk
pengumpulan spesimen, seperti jarum suntik, tabung pengumpul darah, atau
wadah steril untuk urine atau tinja.
 Labeling yang Tepat: Beri label pada wadah spesimen dengan informasi yang
lengkap dan akurat, termasuk identitas pasien, tanggal dan waktu pengambilan
spesimen, serta jenis spesimen yang diambil.
 Kuantitas yang Cukup: Pastikan jumlah spesimen yang diambil cukup untuk
analisis yang diperlukan, mengingat beberapa tes mungkin memerlukan volume
spesimen tertentu.
 Pengolahan Awal: Jika diperlukan, lakukan pengolahan awal spesimen seperti
pendinginan, pengenceran, atau pengawetan untuk mempertahankan integritas
spesimen sebelum pengiriman ke laboratorium.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu prosedur khusus yang dilakukan untuk
mengambil sampel dari pasien, seperti urine, darah, sputum, atau hasil biopsi, dengan tujuan
untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko kesehatan, melakukan skrining penyakit, dan
memantau perjalanan penyakit. Faktor-faktor utama dalam pemeriksaan laboratorium
mencakup faktor pra-instrumentasi, instrumentasi, dan pasca-instrumentasi.
Faktor pra-instrumentasi melibatkan persiapan pasien, pengumpulan informasi medis,
dan penentuan jadwal yang tepat untuk pengambilan sampel. Faktor instrumentasi termasuk
teknik pengambilan sampel yang steril, kondisi alat yang baik, dan kualifikasi personel yang
sesuai. Sedangkan faktor pasca-instrumentasi mencakup pengolahan sampel yang tepat,
analisis laboratorium yang hati-hati, interpretasi hasil yang akurat, dan pelaporan hasil yang
jelas.
Beberapa jenis pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, urine, tinja,
sputum, serta penggunaan teknologi pencitraan seperti CT scan, ultrasonografi, dan
pemeriksaan radiologi lainnya. Pengumpulan spesimen membutuhkan persiapan yang teliti,
termasuk persiapan pasien dan pengumpulan spesimen itu sendiri dengan memperhatikan
sterilisasi, labeling yang tepat, kuantitas yang cukup, dan pengolahan awal yang sesuai jika
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/presentation/438193686/4-PERSIAPAN-PEMERIKSAAN-PENUNJANG-pptx

https://id.scribd.com/document/533267041/MAKALAH-PEMERIKSAAN-PENUNJANG

https://bahan-ajar.esaunggul.ac.id/nsa208/wp-content/uploads/sites/1277/2019/12/PPT-UEU-
Keperawatan-Dasar-II-5.ppt

Anda mungkin juga menyukai