Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERSIAPAN PASIEN UNTUK CT-SCAN, MS, MRI,


ANGIOGRAPHY CEREBRAL, LUMBAL PUNGTIE

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 5

1. RAUZAH (2007401010)
2. NURUL ATHIRAH (2007401021)
3. SUMARMIDA (2007401015)
4. ISMATUL HUSNA (2007401005)
5. ROSMA MAYSARAH SINAGA (2007401027)

Dosen Pembimbing : Ns. Sri Andala, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kita selalu diberikan nikmat termasuk nikmat
bekerja, berdoa dan serta berkarya. Atas rahmat-Nya juga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Dalam membuat laporan ini penulis mendapatkan dukungan saran, dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada semuanya yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa banyak kekuangan. Oleh


karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dan
menjadi proses pembelajaran yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan semoga tuhan selalu
melipahkan rahmat dan karunia Nya selalu kepada kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN MATERI................................................................................2
2.1 CT Scan.....................................................................................................2
2.1.1 Pengertian.........................................................................................2
2.1.2 Tujuan...............................................................................................2
2.1.3 Persiapan Pasien...............................................................................3
2.1.4 Prosedur............................................................................................5
2.2 MSCT........................................................................................................5
2.2.1 Pengertian MSCT...................................................................................5
2.2.2 Kegunaan MSCT (Multislice Computed Tomography)....................6
2.2.3 Prosedur MSCT (Multislice Computed Tomography)......................7
2.3 MRI...........................................................................................................8
2.3.1 Pengertian...............................................................................................8
2.3.2 Tujuan......................................................................................................9
2.3.3 Persiapan Pasien.....................................................................................9
2.4 Angiography Cerebral...............................................................................9
2.4.1 Pengertian...............................................................................................9
2.4.2 Tujuan....................................................................................................10
2.4.3 Persiapan Pasien...................................................................................11
2.5 Lumbal Pungtie.......................................................................................11
2.5.1 Pengertian.............................................................................................11
2.5.2 Tujuan....................................................................................................12
2.5.3 Persiapan Pasien...................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
3.1. Kesimpulan..............................................................................................14
3.2. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan penunjang seperti CT Scan, MRI, Lumbal Punctie, dan
Angiography Cerebral merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat berguna
dalam menentukan jenis penyakit maupun mengontrol perkembangan proses
penyembuhan. Dalam pemeriksaan penunjang ini membutuhkan persiapan pasien
untuk mempermudah dalam mendiagnostic penyakit yang lebih akurat. Dalam
persiapan pasien ini yang melakukan adalah perawat, maka dari itu perawat harus
lebih memperhatikan persiapan pasien sebelum dilakukannya pemeriksaan untuk
mendapatkan hasil keakuratan dalam mendiagnostic penyakit pasien. Sehingga,
sangat penting bagi perawat untuk mempelajari bagaimana cara mempersiapkan
pasien sebelum dilakukannya berbagai pemeriksaan penunjang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemeriksaan ct scan?
2. Bagaimana pemeriksaan MRI?
3. Bagaimana pemeriksaan Anggiografi Cerebal?
4. Bagaimana pemeriksaan Lumbal Puntie?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui persiapan pasien pada pemeriksaan penunjang CT-
Scan, MRI, Angiografi Cerebral, Lumbal puntie.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persiapan pasien sebelum melakukan pemeriksaan
CT-Scan
2. Untuk mengetahui persiapan pasien sebelum melakukan pemeriksaan
MRI
3. Untuk mengetahui persiapan pasien sebelum melakukan pemeriksaan
Agiografi Cerebral
4. Untuk mengetahui persiapan pasen sebelum melakukan pemeriksaan
Lumbal Puntie

1
BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1 CT Scan
2.1.1 Pengertian
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. Berat badan
klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang
dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah
145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum
dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien
mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25
menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan
dilakukan pemeriksaan CT Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based
kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam
pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus
distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24
jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.

2.1.2 Tujuan
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian CT scan hampir
dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri

2
sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan
ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan
melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak
saat proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk:
1. Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner,
emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai
kelainan pembuluh darah lainnya.
2. Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak
kanker, dan jenis kanker.
3. Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan
trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul
penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf
lainnya.
4. Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
5. Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan
yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter
untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
6. Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi
lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda
melakukan pemeriksaan selain CT scan.

2.1.3 Persiapan Pasien


Sebelum dilakukannya pemeriksaan penunjang CT Scan, ada berbagai
persiapan pasien meliputi:
1. CT Scan pada otak
a. Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Inform concent
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko
yang timbul akibat pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian
bahan kontras.

3
d. Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6-8 jam
sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat
pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara
intra vena.
e. injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui
kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram,
2001 )
 Jenis media kontras : omnipaque, visipaque
 Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
 Injeksi rate: 1-3 mm/sec
2. CT Scan pada thorax
a. Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Inform concent
c. Jelaskan tujuan tindakan kepada klien dan keluarga
d. Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6-8 jam
sebelum pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat
pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara
intra vena.
e. Injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui
kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena (Seeram,
2001).
3. CT Scan pada abdomen
a. Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Inform consent
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien
d. Pasien meminum kontras :
 Pasien minum kontras 300 cc 2 jam sebelum pemeriksaan.
 Satu jam sebelum pemeriksaan pasien minum 200 cc yang kedua.

4
 Ketika akan dilakukan pemeriksaan pasien minum bahan kontras ke
tiga sebanyak 200 cc, dimasukkan bahan kontras per anal sebanyak
500 cc.

2.1.4 Prosedur
Prosedur yang dilakukan terhadap pasien sebelum dilakukannya
pemeriksaan CT Scan adalah
1. Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
2. Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
3. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari
beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
4. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
5. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan
komputer.
6. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar
dengan memakai protektif lead approan.
7. Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.

Hal yang perlu diperhatikan


1. Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi
alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
2. Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur
berlangsung.
3. Ukur ntake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian
zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala
gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat
dan dokter.

2.2 MSCT
2.2.1 Pengertian MSCT

5
MSCT (Multislice Computed Tomography) hampir sama dengan CT Scan
yang berguna untuk mengetahui informasi kesehatan pasien. Metode pemeriksaan
ini memiliki informasi dengan tingkat akurasi sangat tinggi, terlebih pada organ
tubuh manusia yang bergerak, seperti jantung.
Pemeriksaan menggunakan metode ini dapat dijalankan dengan sangat cepat
dan menyediakan gambaran diagnosis yang lebih baik. Hasil dari pemeriksaan ini
berupa gambar dengan resolusi sangat tinggi sehingga terlihat jelas dan akurat.
Banyak kelainan ataupun gangguan pada organ tubuh yang dapat dideteksi dengan
menggunakan alat ini.
Tindakan pemeriksaan menggunakan alat ini terhitung sangat canggih.
Tingkat sensitivitas alat sangat tinggi terhadap organ tubuh, seperti jantung, paru-
paru, ginjal, otak, telinga, tulang, dan lain sebagainya. Dengan begitu, segala
penyakit pada organ tersebut dapat dengan mudah diketahui.

2.2.2 Kegunaan MSCT (Multislice Computed Tomography)


Pemeriksaan dengan metode ini memiliki kegunaan untuk pemeriksaan
organ penting pada tubuh manusia. Organ-organ tersebut adalah:
 Perut dan Panggul
Tim medis dengan mudah mengetahui kelainan ataupun penyakit yang
berada di perut dan panggul, termasuk terjadinya infeksi ataupun mengetahui
penyebab rasa sakit yang diamali oleh pasien.
 Kepala
Bagian kepala manusia dapat diperiksa dengan menggunakan alat ini.
Dengan begitu, diagnosis berupa kelainan akibat cedera ataupun indikasi
tumor dan kanker dapat ditampilkan dengan jelas. Selain itu, alat ini mampu
mendeteksi stroke yang menyerang pasien.
 Bagian Usus
Banyak sekali jenis-jenis penyakit yang berada di usus, seperti polip
usus, infeksi usus, dan kanker usus. MSCT (Multislice Computed
Tomography) dapat dengan mudah mengetahui penyakit tersebut.
 Organ Paru-Paru

6
Penyakit paru-paru berupa kelainan pada organ pernafasan, kanker, dan
nodul pada paru-paru merupakan penyakit yang berbahaya. Untuk
mengetahui penyebab penyakit tersebut, tim medis bisa melakukan
pemeriksaan dengan alat ini.
 Jantung
Jika terserang penyakit jantung, kesehatan seseorang akan menurun
sangat drastis. Untuk mengetahui plak pada pembuluh darah tidak cukup
dengan cek darah saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan menggunakan
MRCT.

 Arteri coroner
MSCT (Multislice Computed Tomography) dapat mendeteksi kelainan
pada arteri coroner, seperti mendiagnosis penumpukan kalsium atau plak. Jika
sudah terdeteksi dengan jelas, tim medis dapat melakukan tindakan paling
tepat.

2.2.3 Prosedur MSCT (Multislice Computed Tomography)


Untuk melakukan pemeriksaan menggunakan alat ini maka pasien harus
melakukan beberapa persiapan. Tim medis akan mengarahkan dan mendampingi
pasien selama pemeriksaan sehingga memudahkan pemindaian penyakit dengan
menggunakan alat ini. Misalnya ingin melakukan pemeriksaan jantung maka
tubuh anda harus dalam kondisi sehat.
Hal terpenting sebelum pemeriksaan menggunakan alat ini ialah
memastikan bahwa denyut jantung kurang dari tujuh puluh kali per menit. Jadi,
pemeriksaan dan juga pembacaan hasil pemeriksaan bisa dilakukan dengan
semaksimal mungkin. Ada beberapa kondisi tertentu ketika pasien perlu diberikan
beta-blocker sebelum melakukan pemeriksaan.
Prosedur pemeriksaan menggunakan alat ini terbilang singkat. Area
pemindahan juga sangat luas sehingga dapat mengumpulkan informasi kesehatan
jantung hanya dalam hitungan detik saja. Akan tetapi, pemeriksaan menggunakan
MSCT (Multislice Computed Tomography) juga memiliki efek sampi, yaitu
berkaitan dengan radiasi yang perlu ditinjau kembali.

7
Untuk itu, sebelum memutuskan untuk melakukan pemeriksaan, Anda perlu
berkonsultasi dengan dokter mengenai kondisi medis dan juga riwayat kesehatan
anda. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalkan dampak yang diakibatkan
ataupun komplikasi yang mungkin muncul akibat pemeriksaan menggunakan alat
ini.
Pasien akan diminta oleh dokter untuk berpuasa sebelum dilakukan
pemeriksaan serta berganti pakaian dengan baju khusus yang diberikan oleh
petugas. Untuk menjalankan prosedur ini anda diwajibkan untuk melepas seluruh
benda yang menempel pada tubuh anda terutama benda-benda logam.
Anda juga perlu memberitahukan kepada dokter jika sedang hamil ataupun
memiliki alergi. Alat tersebut merupakan alat canggih sehingga tidak setiap rumah
sakit menyediakannya. Alat ini hanya dimiliki oleh beberapa rumah sakit besar
saja. Untuk melakukan pemeriksaan dengan alat ini, anda bisa membuat janji
dengan dokter spesialis dan mengonsultasikannya.
Pemeriksaan menggunakan prosedur ini memang dirasa lebih baik
dibanding dengan CT Scan. Akan tetapi, perlu dilakukan tinjauan lebih dalam
agar dapat meminimalkan dampak negatif menggunakan alat MSCT (Multislice
Computed Tomography).

2.3 MRI
2.3.1 Pengertian
MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah teknik diagnostik yang
menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan
gambar rinci jaringan lunak tubuh dan tulang. MRI membuat pencitraan tulang
dengan menggunakan magnet yang terbentuk disekitar tubuh untuk
merangsang atom hidrogen. Setelah atom kembali ke tingkat rangsang normal,
mereka memancarkan energi yang terdeteksi pada scanner. MRI scan umumnya
dianggap sebagai studi pencitraan yang terbaik.
Alat tersebut memiliki kemampuan membuat gambaran potongan coronal,
sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien Bila pemilihan
parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh manusia akan tampak jelas ,
sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti. Untuk

8
itu perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan prosedur tehnik MRI dan
tindakan penyelamatan bila terjadi keadaan darurat.

2.3.2 Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan penunjang MRI adalah:
1. MRI dapat mengidentifikasikan zat kimia yang terdapat pada area yang
membedakan tumor otak dan abses otak
2. Perfusi MRI dapat di gunakan untuk mengestiminasi aliran darah
3. Difusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi cariran
(edema) secara tiba-tiba.

2.3.3 Persiapan Pasien


Sebelum dilakukannya pemeriksaan penunjang MRI, perawat sudah harus
mempersiapkan pasien untuk:
1. Pasien diharap tidak mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan
logam secara berlebih. Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip
magnetisasi.
2. Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat sampai proses magnetisasi
selesai.
3. Memberikan kesempatan pada pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat
sebelum prosedur untuk menghindari ketakutan terhadap ruang sempit
(klustrofobia)
4. Memberikan inform cocent
5. Berikan medikasi sebelum tes
6. Kaji kemungkinan reaksi iodin

9
2.4 Angiography Cerebral
2.4.1 Pengertian
Cerebra agiography merupakan suatu tindakan yang ditujukan untuk
memberikan gambaran tentang kondisi pembuluh darah serta aliran darah di
daerah cerebral dengan memanfaatkan x-ray. Tindakan angiography ini
dilaksanakan dengan memasukan kateter kedalam pembuluh darah besar
(biasanya melalui arteri femoralis) dan memasukan zat kontras setelah kateter
mencapai arteri karotis.
Cerebral agiography digunakan oleh dokter untuk mendeteksi adanya
abnormalitas pembuluh darah otak dan digunakan pada saat prosedur diagnostic
lain tidak mampu melihat adanya abnormalitas pada pembuluh darah. Meskipun
angiography cerebral dapat digunakan untuk mengetahui berbagai macam
abnormalitas pada pembuluh darah cerebral, pada kesempatan ini penulis hanya
akan membahas tentang penggunaan angiography cerebral pada penderita stroke.
Cerebral angiography berguna untuk mendeteksi adanya stroke akut. Tindakan ini
berguna untuk mendeteksi adanya penyempitan ataupun sumbatan pada pembuluh
darah pada daerah cerebral.

2.4.2 Tujuan
Ada berbagai macam tujuan dari pemeriksaan penunjang Angiography
cerebral yaitu:

10
1. Untuk mendeteksi problem pada pembuluh darah yang ada di dalam atau
yang menuju otak (contohnya, aneurysma, malformasi pembuluh datah,
trombosis, penyempitan atau penyumbatan)
2. Untuk mempelajari pembuluh darah otak yang letaknya tidak normal (karena
tumor, gumpalan darah, pembengkakan, spasme, tekanan otak meningkat,
atau hydrocephalus)
3. Untuk menentukan pemasangan penjepit pembuluh darah pada saat
pembedahan dan untuk mencek kondisi pembuluh tersebut.

2.4.3 Persiapan Pasien


Persiapan pasien pada pemeriksaan penunjang angiography cerebral yaitu
meliputi:
1. Dapatkan inform consent setelah mendapatkan penjelasa (bahaya tindakan
dan radiasi)
2. Puasa 8-12 jam sebelum pemeriksaan (4-6 jam).
3. Bebaskan area penusukan (Cukur rambut, cuci dengan desinfeksi/ sabun).
4. Pemeriksaan darah dan diagnostik lain.
5. Cek sirkulasi (test Allent, CRT)
6. Tanda- tanda vital sesaat sebelum masuk ruang diagnostik.
7. Obat disesuaikan dengan instruksi dokter (IV LINE wajib)
8. Mental.

2.5 Lumbal Pungtie


2.5.1 Pengertian
Lumbar puncture adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan
memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk
pemeriksaan cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan
serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk
mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic
intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus infeksi. (Brunner and
Suddarth’s, 1999)

11
Lumbar puncture dilakukan oleh dokter menggunkan jarum dengan teknik
aseptic. Jarum punksi lumbal dimasukan diantara vertebra lumbal ke-3 dan ke-4
atau ke-4 dan ke-5 hingga mencapai ruang subarachnoid dibawah medulla
spoinalis di bagian causa equine. Manometer dipasang diujung jarum via dua jalan
dan cairan serebrospinal memungkinkan mengalir ke manometer untuk
mengetahui tekanan intraspinal.

2.5.2 Tujuan
Aadapun tujuan dari pemeriksaan penunjang dari lumbal punctie yaitu:
1. Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan
pemeriksaan pasien yang dicurigasi mengalami meningitis,
encepahilitis atau tumor malignan.
2. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau
dicurigai adanya perdarahan subarachnoid.
3. Untuk memasukan cairan opaq ke dalam ruang subarakhnoid.
4. Untuk mengidentifikasi adanya tekanan intrakarnial/ intraspinal, untuk
memasukan obat intratekal seperti terapi antibiotic atau obat sitotoksik.

2.5.3 Persiapan Pasien

12
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik
ke abdomen.
Catatan: Bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi,
dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
Perawatan
1. Pasien berbaring datar dengan hanya hanya 1 bantal untuk mengurangi post-
dural puncture headache.
2. Anjurkan pasien tidur datar selama 6-12 jam setelah dilakukan prosedur.
3. Observasi tempat penusukan apakah ada kebocoran.
4. Observasi pasien mengenai orientasi, gelisah, perasaan mengantuk, mual,
irritabilitas serebral (fitting, twitching, spasticity atau kelemahan tungkai) dan
melaporkannya kepada dokter.
5. Anjurkan pasien melaporkan adanya nyeri kepala dan memberikan analgerik
sesuai program.
6. Melaporkan ke dokter bila ada hal yang tidak bisa diatasi.Kaitan

Lumbal Puncture Dengan Intervensi Keperawatan


Tanggung jawab perawat adalah membantu pasien mempertahankan posisi lateral
rekumben dengan lutut fleksi. Menjamin prinsip/ teknik aseptik secara ketat.
Memberi label specimen CSF. Menjaga posisi pasien dengan posisi flat beberapa
jam tergantung pada permintaan dokter. Memonitor status cairan, neurologis dan
tanda-tanda vital. Memberikan obat analgetik sesuai kebutuhan.
(Lewis,Heitkemper and Dirksen, 2000).
Prosedur (dilakukan oleh perawat):
1. Menentukan apakah pasien benar-benar telah direncanakan.
2. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan menggambarkan sensasi selama
prosedur berlangsung (misalnya sensasi dingin pada area yang dibersihkan
dengan larutan, saat jarum disuntikan yang berisi anestesi lokal)
3. Menentukan apakah pasien memiliki pertanyaan atau merasa belum jelas
tentang prosedur, kaji ulang pasien bahwa jarum tidak masuk medulla spinalis
atau menyebabkaparalysis.

13
4. Mengajukran paisen untuk mengosongkan kandung kemihnya sebelum
dilakukan prosedur.

14
BAB III
PENUTUP

1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari
tindakan   untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim,
perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu
pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.

3.2. Saran
Dalam mempelajari makalah ini para pembaca dapat memahami prosedur
dalam persiapan pasien pada pemeriksaan penunjang CT-scan, MRI, angiografi
cerebral, lumbal pungtie.
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Mardjono, Mahar. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

16

Anda mungkin juga menyukai