OLEH
ANDREAS MUKIN
APRIANI D. KUDJI
JULITA S. LAPENANGGA
LEOPOLD G. SERAN
HENDRIKUS SILLAN
RICHARD DOLPALY
WILFRIDUS KOSAT
YUSTINUS WAGORAGA
OCTOVIANUS SANTI
HENRIQUE M. DASILVA
CHRISTOFORUS DEWELI
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Di era modern sekarang ini, manusia terus berusaha mengikuti perkembangan
zaman dalam berbagai aspek kehidupan.Tanpa disadari, perkembangan zaman ini
membuat kebudayaan manusia dari berbagai pelosok dunia terutama kebuayaan timur
mulai berubah. Mereka mulai meninggalkan kebudayaan lama yang penuh dengan
nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kebudayaan lama mulai hilang dan diganti dengan
kebudayaan baru. Beberapa faktor, baik faktor eksternal dan faktor internal seperti;
perkembangan ipteks, perubahan waktu, program pembangunan, pola pikir manusia
yang
masuknya gagasan-gagasan baru yang berasal dari kelompok lain, dan lain-lain. Halhal diatas merupakan faktor-faktor penyebab terjadi perubahan kebudayaan manusia.
Perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
masyarakat
dari anatomi tubuh, hingga bentuk gagasan dan pikiran yang menjadi hasil dari sebuah
perubahan anatomi tubuh. Dari homo Pitecantropus Erectus hingga homo sapiens
manusia menjadi makhluk hidup yang begitu mandiri, memiliki sebuah kehendak
bebas. Manusia tidaklah menjadi hewan purbakala tetapi menjadi sebuah manusia
modern yang tau akan segala sesuatu, dan menguasai segala sesuatu. Disinilah sebuah
faktor yang yang perlu dikaji. Ketika manusia menjadi sebuah pribadi yang modern
sedangkan sebuah produk kebudayaan seperti rumah adat yang merupakan warisan
turun-temurun diperhadapkan satu sama lain, apa yang mesti dilakukan.
Suatu fenomena aktual yang ditemui dijaman ini adalah sikap apatis dari manusia
modern terhadap kebudayaan lokal yang boleh dikatakan produk kebudayaan jaman
dulu (kuno). Inilah sebuah kenyataan, yang juga sebuah pola pikir yang berkembang.
Produk kebudayaan seperti rumah adat diwariskan secara turun temurun, namun
dengan adanya pola pikir yang berkembang sekarang ini, pewarisan produk-produk
kebudayaan menjadi sebuah hambatan. Pengetahuan akan prinsip perencangan,
struktur, yang menjadi ciri khas setiap rumah adat, yang menjadi pembeda rumah adat
yang satu dengan yang lainnya perlahan-lahan mulai luntur. Pewarisan menjadi
terhambat ketika setiap individu memiliki pola pikir yang menghambat. Dan jika terus
dipelihara, maka perlahan-lahan semua tinggal kenangan. Kebudayaan lokal akan
menjadi sejarah. Dan yang tinggal hanyalah bangunan pencakar langit yang menjadi
tren, hanyalah sebuah bangunan minimalis yang merupakan produk kebudayaan
negeri lain yang diwariskan. Bangunan-bangunan arsitektural datang dari negara lain,
dan membahana di negeri ini. Dengan kata lain, penghargaan terhadap produk
kebudayaan lokal juga mulai hilang dari detik ke detik. Penghargaan hanya sekedar
mengakui keberadaannya tanpa mencoba untuk mewariskan kembali apa yang telah
didapat.
Sedangkan dilihat dari kacamata jaman sekarang, pola pikir yang ortodox
pola pikir yang menganut status quo perlu dipertanyakan kembali. Apakah masih
relevan bangunan lokal jaman dulu hidup dan bisa beradaptasi dengan bangunan
jaman sekarang. Banyak sekali pertentangan yang terdapat dalam kaitannya dengan
produk kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Apakah wajah alami dari
bangunan arsitektur jaman dahulu perlu dipelihara kealamiannya atau perlu dirubah
mengikuti perkembangan jaman.
Disinilah makalah ini hadir untuk menjawab apa yang telah dibahas diawal tadi.
Makalah ini mencoba untuk mempelajari lebih dalam sebuah bangunan arsitektur
yang juga merupakan warisan atau produk masa lampau yakni PERKEMBANGAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan seluruh pembahasan diatas maka dapatlah
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat disimpulkan rumusan
masalahnya, yakni:
1. Bagaimana konsep ruang, pola tapak, dan struktur dari rumah adat suku Rote?
2. Apa saja perubahan yang terdapat pada rumah tinggal suku Rote di pemukiman
Nunbaun Delha jika dibandingkan dengan rumah adat asli suku Rote?
3. Bagaimana sistem pewarisan akan pengetahuan mengenai rumah adat suku Rote?
Dan bagaimana solusi yang efektif agar pewarisan akan pengetahuan mengenai
Rumah Adat Suku Rote tidak terhambat?
4. Bagaimana cara melestarikan kebudayaan lokal di zaman modern agar dapat
bertahan khususnya dalam dunia arsitektur?
1.4
TUJUAN & SASARAN
1.4.1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tata ruang, pola tapak, dan struktur dari rumah adat Rote dan
perbandingannya dengan pemukiman orang rote di Nunbaun Delha.
2. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadipada rumah adat Rote bertolak dari
warisan sejak dulu kala.
3. Untuk mengetahui sistem pewarisan kebudayaan di objek studi yakni Pemukiman
Orang Rote di Nunbaun Delha.
4. Untuk mengetahui cara-cara pelestarian kebudayaan lokal sehingga mampu
bersaing dengan kebudayaan modern.
1.4.2. Sasaran
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Terwujudnya masyarakat lebih menghargai dan memahami serta berusaha
melestarikan kebudayaan lokal yang ada.
2. Terwujudnya pemahaman yang baik dan benar mengenai pola tapak, konsep
ruang, serta struktur dari rumah adat suku rote, sehingga pewarisan kebudayaan
terus berjalan dari waktu kewaktu.
3. Terwujudnya pemahaman dikalangan kaum awam dan kaum intelektual secara
khusus yang berkecimpung di dunia teknik arsitektur mengenai pengaplikasian
pengetahuan arsitektur vernakular sehingga dapat diterapkan dalam dunia
arsitektur masa kini.
1.5
RUANG LINGKUP
1.5.1. Lingkup Substansial
1.5.2. Lingkup Spasial
1.6
METODOLOGI
1.5.1 Data primer :
- Studi pustaka
BAB II
HUBUNGAN ANTROPOLOGI,KEBUDAYAAN DAN ARSITEKTUR
2.1. ANTROPOLOGI
Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan
manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora.
Antropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang berarti "manusia"
atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar/berakal") atau
secara etimologis antropologi berarti ilmu yang memelajari manusia.Antropologi bertujuan
untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan
makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu,
antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah
dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya.
Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggriscross-cultural) dalam
menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam
perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup.Dengan
orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling
berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik.
Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi manusia
melalui bukti fosil-fosil.
Somatologi adalah ilmu yang memelajari keberagaman ras manusia dengan
mengamati ciri-ciri fisik.
Bioarkeologi adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan melalui
analisis sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam situs-situs arkeologi.
Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada lingkungannya
(mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeni) dengan perspektif ekologis dan
evolusi. Studi ekologi manusia juga disebut dengan studi adaptasi manusia, atau studi
tentang respon adaptif manusia (perkembangan fisik, fisiologi, dan genetik) pada
tekanan lingkungan dan variasinya.
Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak hanya
berfokus pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa jaringan
(misalnya pada mumi), tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi tulang, atau
juga bukti-bukti stres pada fisik.
Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia.
Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi
sisa-sisa fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam rangka memahami variasi
fisik manusia. Pada saat ini, antropometri berperan penting dalam desain industri,
desain pakaian, desain industrial ergonomis, dan arsitektur di mana data statistik
tentang distribusi dimensi tubuh dalam populasi digunakan untuk mengoptimalkan
produk yang akan digunakan konsumen.
Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal (hukum),
biasanya menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia, paleopatologi, dan
osteologi dalam kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI, CIA, dan militer) untuk
menganalisis kondisi korban yang sudah tidak utuh (terbakar, rusak, terpotongterpotong karena mutilasi, atau sudah tidak dikenali lagi) atau dalam tahap
dekomposisi lanjut (sudah menjadi kerangka tulang).
Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi, dan
persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan
perbandingan sekuens DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein dalam
melihat variasi populasi dan hubungan antar atau inter-populasi dalam menentukan
suatu populasi masuk ke dalam haplogrup tertentu atau berasal dari wilayah mana
(geographical origin).
Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan
masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
juga mengalami
tahapan-tahapan dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai
suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka
kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik,
kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi
tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi
tentang bangsa-bangsa.Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan
etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul
usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan
berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap
bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap
Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya.Pada fase ini, Antopologi bertujuan
akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain
seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni
tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakanpemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai
mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari
kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa
asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa
Eropa.Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar
negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan,
kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.Namun pada saat itu juga, muncul
semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu
penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah
mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses
perubahan
tersebut
menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di
luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa
Soami, Flam dan Lapp.
ISTILAH ISTILAH DALAM ARSITEKTUR
2.2. KEBUDAYAAN
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya sebagai
makhluk sosial, digunakan untuk memahami dan menafsirkan lingkungan yang dihadapinya
(lingkungan alam dan lingkungan sosial). Kebudayaan berfungsi sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan karena kebudayaan mendasari dan mendorong terwujudnya suatu
kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan yang timbul. Kebutuhan tersebut di antaranya
kebutuhan jasmani, rohani, sosial. Kebudayaan berwujud sebagai kompleks ide, gagasan,
nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak, terletak di dalam alam pikiran
manusia. Kebudayaan dapat dibedakan menurut tahapan alam pikiran yang mendasarinya:
mitis, ontologis, fungsional.
Arsitektur (dari bahasa Yunani) = arche dan tektoon.
Arche berarti: yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon menunjuk sesuatu yang
berdiri kokoh, tidak roboh, stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya sudut
pandangan teknis statika bangunan belaka. Architectoon artinya pembangunan utama atau
sebenarnya: tukang ahli bangunan yang utama.
Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut: magister operis (guru atau ahli karya)
atau magister lapidum (guru atau ahli batu). Di jaman kerajaan para Firaun Mesir, kaisarkaisar Roma, dan dalam hampir semua sistem kemaharajaan, arsitek menduduki profesi
politik tinggi, sebab gengsi dan kebesaran maharaja selalu diukur dari bangunan-bangunan
istana dan gedung-gedung negara.
Di India arsitek disebut Sthapati (chief architect, ahli bangunan, pemimpin bangunan,
penasehat bangunan) atau Achariya, yakni direktur umum, atau Sutradhara (arsitek, seniman,
pemahat). Namun yang penuh hikmah adalah pengertian dan istilah Vasthu. Dalam bahasa
Jawa Kuno,Vasthuvidya atau Wastuwidya berarti: ilmu bangunan (widya = ilmu
kebijaksanaan; wastu =bangunan).
Hubungannya kebudayaan dengan arsitektur, Konteks kebudayaan dalam bentuknya
yang akan tercermin dalam karya arsitektur meliputi:agama, sosial, politik, ilmu pengetahuan
dan teknologi, ekonomi, estetika. Nilai sebagai salah satu perwujudan kebudayaan akan
mencakup hal yang berkenaan dengan kebenaran (logika), kebaikan (etika), keindahan
(estetika). Faktor fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur ditentukan oleh kebutuhan,
teknologi,asosiasi,
estetika,telesik(kesejamanan).
jadi, pembahasan saat ini adalah apakah kita melihat budaya melayu dalam setiap bangunan
yang ada di riau? dari sudut pandang mana kita melihatnya, apakah seni bangunan riau hanya
berupa selembayung di atap, bagaimana filosofi susunan ruangan menurut budaya melayu
lalu bagaimana reaktualisasi rancang bangun melayu? . itulah Antropologi arsitektur.
PEMAHAMAN TENTANG KEBUDAYAAN
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (bahasa latin untuk
manusia), sebuah spesies primate dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Secara kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ke
tuhanan atau makhluk hidup dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras
lain. Sedangkan dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan
bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya,
dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.
2.
DEFINISI BUDAYA
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyaraka dan kebudayaan juga dapat di artikan sebagai
manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap kelompok orang-orang berlainan
dengan hewan-hewan, maka manusia tidak hidup begut saja ditengan alam, melainkan
mengubah alam.
3. DEFINISI ARSITEKTUR
ArsitektuR adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota perancangan perkotaan arsitektur lansekap, hingga ke
level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga
merujuk kepada hasil hasil proses perancangan tersebut.
Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah
berdiri sendiri. selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek dan hasilnya
adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan
sebuah disiplin ilmu.
ungula.
5. Kenilaian kebudayaan
Masyarakat super kultur
Relativitas kebudayaan
KEBUDAYAAN TIMUR DAN BARAT
KEBUDAYAAN BARAT
KEBUDAYAAN TIMUR
Dimulai dari pandangan dasar mengenai hubungan alam dengan manusia.
Sehingga kebudayaan barat menghasilkan masyarakat yang demokratais,juga
dalam teknologi guna memenuhi hasrat individu individunya serta banyak merubah
alam/menaklukan alam,sedangkan kebudayaan timur,menghasilkan masyarakat yang
komunal,tidak mengembangkan usaha usaha untuk memenuhi hasrat individu,tetapi
KEBUDAYAAN
Pemahaman tentang arsitektur vernacular
Arsitektur vernacular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur
rakyat yang lahir dari masyarakat etnik tertebut, istilah arsitektur vernacular juga dikaitkan
dengan arsitektur primitif dengan menunjukan perbedaan kedunya dengan variabel variabel
pembeda, seperti bentuk hunian, pemanfaatan ruang, ornamentasi, konstruksi, pengaruh alam
dan perilaku manusia.
Arsitektur vernacular berasal dari kata vernaculus (Latin ) yang berarti asli (Native),
bahasa daerah/setempat,logat asli, dan bahasa rakyat.Maka arsitektur cernaklar dapat di
artikan sebagai arsitektur asli yang di bangun oleh masyarakat setempat. Elemen setempat
tersebut bisa saja pada keseluruhan bentknya atau hanya melekat pada detail ornament.
ARSITEKTUR VERNAKULAR DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT NTT
Klompok masyarakat etnik/suku suku yang bertempat di propinsi NTT:
Orang Manggarai
Orang Ngado
Orang Nagekeo
Orang Lio
Orang Sikka
Orang Lamaholot(Flores timur,Solor,Waiwerang/Adonara,Lembata)
Orang Pantar
Orang Alor
Orang Tetun
Orang Atoni (Helong,Kupang,TTS,TTU)
Orang Rote
Orang Sabu
Orang Sumba
Orang bajo
RAGAM ARSITEKTUR VERNAKULAR YANG TERDAPAT DI PROPINSI
NTT:
Arsitektur Manggarai
Arsitektur Ngado
Arsitektur Nagekeo
Arsitektur Lio
Arsitektur Sikka
Arsitektur Lamaholot
Arsitektur Pantar
Arsitektur Alor
Arsitektur Belu Utara
Arsitektur Belu Selatan
Arsitektur Rote
Arsitektur sabu
Arsitektur Sumba
Arsitektur Bajo
NORMA,GAGASAN DAN BENTUK
Norma adalah aturan aturan,baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang
berlaku di suatu lingkungan tertentu.
Norma merupakan alat pengontrol atau pengendali dan sekaligus sebagai pengikat agar
bentuk yang merupakan gagasan tadi dapat bertahan sebagai ekspresi dari masyarakat
pemiliknya.Dengan demikian perubahan pada norma akan berdampak pada perubahan bentuk
arsitektur dari suatu kelompok suku (Etnik)yang bersangkutan.
BAB III
TINJAUAN OBJEK STUDI
3.1 KONDISI IKLIM DAN CUACA.
Letak Kel.Nunbaun Delha yang berada di Kec.Alak, Kota Kupang, membuatnya
memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Memiliki kondisi tanah yang kering dan sedikit berbatu dengan banyak vegetasi
yang tumbuhan di wilayah ini, yang digolongkan menjadi dua (2) bagian, yaitu:
a. Vegetasi produktif, terdiri dari :pohon kelapa, pohon kapuk, pohon pisang,
b. Vegetasi non produktif, terdiri dari:
3.2 LETAK OBJEK STUDI
Objek studi terdiri dari tiga (3) rumah warga yang terletak di RT 06/RW 02,
Kel.Nunbaun Delha, Kec. Alak, Kota Kupang.
3.3 KONDISI SOSIAL BUDAYA
Kondisi sosial-budaya masyarakat setempat dapat digambarkan dengan masih
diterapkannya adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada sebuah
pernikahan (belis), pemakaman , serta pembuatan rumah tinggal.
Pada acara pernikahan, masyrakat masih menganut sistem belis dimana untuk
menikah secara adat, calon mempelai pria harus menyediakan segala permintaan
yang sudah di tentukan oleh keluarga calon mempelai wanita , namun semua
permintaan tersebut dibicarakan terlebih dahulu agar mencapai kesepakatan
antara keluarga kedua calon mempelai. Maksud dari adanya belis ini, antara lain:
1. Sebagai tanda terima kasih kepada keluarga wanita karena telah menerima
lamaran dari pihak pria dan juga sebagai rasa terimakasih kepada pihak wanita
karena telah merelakan anaknya untuk pindah mengikuti pria.
2. Pengganti wanita karena sudah tidak lagi ada dalam suku keluarganya.
3. Sebagai pembuka hubungan keluarga baru untuk seterusnya dan untuk
memberi nilai pada seorang wanita.
beberapa
ritual adat
yang
dipercaya
akan mendatangkan
keberuntungan bagi sang pemilik rumah jika dilakukan dengan adat istiadat
yang ada. Sedangkan pada rumah orang Rote yang dibangun di Nunbaun Delha
masyakrat tidak lagi mempercayai dan menggunakan tata cara tersebut.
Hal lain ditandai dengan tidak lagi dilakukan berbagai jenis uparaca adat seperti
ritual tolak bala, ritual syukuran hasil panen maupun beberapa ritual lainya yang
biasa dilakukan guna menghormati sang pencipta dalam aliran kepercayaan
lokal.
BAB IV
ANALISIS OBJEK STUDI
Sejak dulu suku Rote mendirikan rumah-rumah mereka di dataran-dataran rendah yang
subur dan selalu dekat dengan sumber mata air. Pola perkampungannya memanjang dan
susunan rumah-rumahnya membentuk seperti NGGOLAK atau mengikuti jalur sungai.
Rumah dari kepala marga atau MANE LEO selalu berada paling depan. Kandang-kandang
terletak di belakang rumah penduduk. Sistem penyebarannya atau pemencarannya kelompokkelompok rumah ini ada hubungannya dengan sistem mata pencaharian yakni berladang dan
menyadap lontar. Jalan yang menghubungkan kampung A dengan kampung lainnya melalui
jalan setapak. Bentuk rumah asli suku Rote tidak bulat, tetapi mirip trapesium dengan
atapnya sampai menyentuh tanah. Pintu rumahnya hanya sebuah dan harus selalu menghadap
kesebelah selatan atau utara. Hal itu sangat era sekali dengan sistem kepercayaan suku Rote ,
tentang asal-usul kedatangan para leluhurnya, serta ada pula kepercayaan mereka yang tidak
boleh menentang matahari si Penguasa dari Timur.
Rumah adat suku Rote biasanya disebut dengan uma Nitu. Halamann rumahnya
dipagari dengan batu-batu karang yang disusun satu batu di atas yang lain setinggi satu
setengah per dua meter atau memakai pelepah lontar yang mengelilingi rumahnya. Pada
umumnya seluruh bahan bangunan rumah adat tersebut terdiri dari bahan pohon lontar dan
kayu.
Rumah orang Rote terdiri dari dua tingkat. Tingkat pertama, dipergunakan sebagai
tempat tinggal yang disebut UMA LAI dan tingkat kedua ialah loteng UMA HUNUK LAIN.
Panggung pertama di huni oleh manusia dan tempat untuk penyimpanan makanan. Panggung
kedua (loteng) dipakai sebagai tempat menyimpan makanan (lumbung), seperti jagung, padi,
sorgum, dan kacang-kacang.
Tingkat pertama
Luas pbanguan pada gambar dibawah ini kurang lebih kali luas bangunan (menurut
lebar bangunan). Bangunan ( gambar) yang tertera berikut ini adalah panggung
pertama dari rumah adat rote. Keterangan untuk panggung pertama :
a)
Uma langgak (bagian timur) sebagai tempat untuk tidu, upacar-upacara adat
juga untuk menyimpan makan. Uma langgak terdiri dari bagian-bagian:
IV. buu konak (IV) sudutkanan
V. Buu kik (V) sudut kiri
IV dan V tempat untuk lambang-lambang upacara
b)
Uma deak (bagian tengah) terdiri atas:
I sosoik dulu ( tangga sebelah timur) sebagai tempat tidur
Sedangkan pada rumah tinggal masyarakat Suku Rote pada masa kini sudah memiliki
banyak perubahan baik perubahan pola tapak, konsep ruang maupun konstruksi bangunan
yang digunakan. Hal ini dapat dilihat dari pola tapak yang terbentuk sekarang ini. Dimana
pola tapak yang terbentuk linier menghadap ke jalan. Permukiman warga tidak lagi
memperhatikan arah matahari terbit dan terbenam seperti konsep tapak pada jaman dahulu
karena pada jaman dahulu, rumah masyarakat Suku Rote menghadap ke arah utara-selatan
karena jika menghadap ke arah timur-barat dianggap menentang sang pemberi hidup. Dalam
kepercayaan masyarakat Suku Rote, arah timur atau arah terbitnya matahari melambangkan
sang pencipta atau sang pemberi hidup. Sedangkan arah barat atau arah matahari tenggelam
melambangkan kematian. Sehingga sangat tidak baik jika masyarakat Suku Rote jika
membangun rumah yang menghadap ke arah barat atau arah timur.
Perubahan lain yang terjadi dapat terlihat dari konsep ruang yang terdapat pada rumah
masyarakat Suku Rote saat ini. Pembagian ruang tidak lagi mengikuti pembagian ruang yang
terdapat pada rumah adat Suku Rote. Pembagian ruang dibuat berdasarkan keinginan pemilik
rumah serta mengikuti perkembangan jaman. Perubahan penataan ruang di dalam rumah
sekarang ini dapat dilihat dari pembagian zona ruangan seperti zona privat, zona semi publik
atau semi privat, zona privat dan zona servis. Pada rumah adat Suku Rote, tempat
penyimpanan hasil panen yang termasuk pada zona servis berada pada bagian lantai paling
atas, sedangkan bagian untuk tempat tidur atau tempat peristirahatan berada pada lantai
bawah dari bagian penyimpanan hasil panen. Namun, pada penataan ruang dalam rumah
masyarakat Suku Rote saat ini tempat untuk menyimpan bahan makanan termasuk pada area
servis atau zona servis dimana orang-orang beranggapan bahwa area servis merupakan
secondary place sementara area publik, area semi publik dan area privat merupakan primary
place.
Selain perubaan-perubahan diatas, salah satu hal yang membedakan antara rumah adat
Suku Rote dan rumah tinggal masyarakat Suku Rote di Kelurahan Nunbaun Delha adalah
konstruksi yang digunakan. Pada rumah adat Suku Rote, konstruksi yang digunakan adalah
konstruksi ikat dan pen. Sedangkan pada bagian tiang-tiang utama rumah langsung ditanam
ke dalam tanah.
Jika dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada saat ini, sudah banyak perubahan
yang terjadi. Rumah-rumah saat ini sudah banyak yang menggunakan konstruksi beton. Pada
bagian pondasi rumah sekarang ini, digunakan batuan-batuan untuk pengecoran pondasi.
Pada bagian dinding bangunan digunakan batu bata atau batako, bahkan yang lebih modern
lagi, dengan berkembangnya teknologi, dinding bangunan dapat diproduksi dipabrik. Selain
pada konstruksi atap, alat-alat sambung yang digunakan sudah berubah. Jika pada jaman
dahulu menggunakan konstruksi ikat, pada jaman sekarang lebih mengunakan sistem
konstruksi modern.
1. Pengilhaman dari kepercayaan atau keyakinan kuno yang identik dengan kata tabu
sehingga informasi-informasinya dianggap keramat untuk disebar luaskan sebagai
suatu pengetahuan
2. Keterbatasan teknologi (dalam hal ini teknologi tulis).
3. Kecenderungan untuk mengubur budaya mereka sebagai suatu yang hanya dapat
diketahui oleh manusia dalam lingkup mereka saja,dalam artian tidak adanya proses
dinamis yang selektif dari bentuk-bentuk vitalitas dalam budaya mereka
Dalam pemahaman mereka mungkin pewarisan secara tutur adalah metode yang terbaik
karena sistem pewarisan tutur memiliki unsur ekspresi seni dalam penyampaiannya namun
dalam sudut pandang keilmuan kelemahan dari sistem pewarisan secara tutur memiliki
kelemahan yang lebih besar dibanding dengan sistem pewarisan secara tertulis, keunggulan
dari cara pewarisan tertulis adalah kejelasan informasi yang dapat diperoleh dan pertanggung
jawaban dari kebenaran informasi itu jelas, dan juga informasinya tidak mudah hilang dan
terputus pada suatu generasi karena pewarisan secara tertulis dapat diperbanyak dan
dikembangkan.Sedangkan pada pewarisan tutur kejelasan informasinya dapat pula diragukan
karena pemahaman setiap orang yang dibahasakan berbeda satu sama lain.
Dalam pewarisan budaya tentu bersamaan dengan pewarisan produk-produk budaya
yang merupakan inti dari produk budaya yang menjadi fokus pembahasan adalah arsitektur
tradisional dan vernakularnya dalam segala peralihanya dan adaptasinya diarsitektur global
arsitektur vernaular.
Arsitektur vernakular yang adalah produk kebudaayaan masyarakat Rote menjadi ciri
khas masyarakat Rote yang menjelaskan saratnya makna-makna yang tersirat dibalik bentuk
dan tata ruangnya serta unsur-unsur lain yang merupakan bagian dari keseluruhan rumah adat
itu
Pada perkembangannnya dari masa ke masa tentu mengalami perubahan baik
penambahan atau pengurangan unsur-unsur aslinya sebagai bentuk dari adaptasi terhadap
akulturasi, inkulturasi, maupun hegemoni yang terjadi pada budaya asli masyarakat rote yang
berimbas pada produk-produk kebudayaannya termasuk arsitekturnya. Perubahan perubahan
ini dapat ditafsirkan dari pola pewarisan secara tutur yang dilakukan turun temurun oleh
masyarakat Rote baik yang sudah berada di NUNBAUN DELHA
Karena kelemahan dari sistem pewarisan secara tutur yang cukup besar pengaruhnya bagi
kesinambungan pengetahuan khususnya akan arsitektur vernakular dan perkembangannya
dari waktu ke waktu maka berbagai solusi perlu di terapkan untuk dapat meminimalisir atau
mugkin mengentas kemungkinan terputusnya pengetahuan akannya.
Solusi-solusi ini dapat dipaparkan menurut sudut pandang ilmu arsitektur itu
sendiri,secara teoritis arsitektur tradisional adalah arsitektur yang sudah menjadi paten dan
tidak dapat dirubah tampilan maupun makna-makna simbolis yang terkandung
dalamnya,namun jika berbicara tentang arsitekrtur vernakulr maka arsitektur itu adalah
arsitektur yang dapat dimodifikasi baik itu lewat penambahan atau pegurangan serta
pengabungan yang menuju pada suatu bentuk baru dari hasil proses modifikasi itu.
Pada modifikasinya pewarisan yang dapat secara efektif adalah dengan secara perdata
merangkum dalam rangka merampungkan rekam jejak dari informasi-informasi penting
karena itu secara ringkas kami rangkum beberapa solusi dalam mensiasati kemungkinan
terputusnya mata rantai informasi tentang kekayaan arsitektur vernakular dan peralihannya
khususnya dari ROTE ke NUNBAUN DHELA.
1. Pembukuan
Dimasa lalu teknologi sederhana yanng digunakan untuk menyimpan seperti batu
tulis, papirus dan lain sebagainya namun seiring perkembangan tenologi keterbatasan
teknologi-teknologi itu yaitu dalam hal sifat portable (praktis untuk dibawa
kemana-mana) maka terobosan salah satu sarana yang paling sederhana dan efektif
untuk menyimpan sebuah informasi adalah buku, maka pembukuan akan informasiinformasi tentang arsitektur Rote dan sampai keberadaannya di NUNBAUN DELHA
adalah salah satu alternatif solusi yang dapat ditempuh
2. Film dokumenter
Dengan semakin mutakhirnya teknologi tidak menutup kemungkinan penerapan film
dokumenter dapat dipakai sesuai dengan pengalaman-penglaman pengabadian sejarah
yang telah dipakai negara-negara maju yakni dengan difilmkan
3. Promosi
Promosi disini dalam artian dengan minimnya perhatian pemerintah terhadap aset-aset
masa lalu yang harus dilesterikan dan mungkin dikawinkan dengan berbagai
modifikasi untuk pengawetan segala bentuk aset-aset itu mungkin dapat diadakan
pendekatan-pendekatan untuk bagaiman cara-cara mengekspose aset-aset itu seperti
mengadakan pameran,dan mungkin pemkaian prodak-prodak yang membawa nama
aset-aset itu.
Sedangkan cara melestarikan kebudayan lokal seperti yang dimaksud adalah Rumah
adat Suku Rote adalah sebagai berikut, Cara melestarikan budaya lokal di jaman modern agar
dapat bertahan kususnya dalam dunia arsitektur. Tentu tak dapat kita pungkiri bahwa di jaman
modern ini telah terjadi perubahan kebudayaan akibat pengaruh globalisasi, baik itu bersifat
akulturasi, inkulturasi maupun Hegemoni. Namun sayangnya lebih sering budaya lokal
tertindas oleh kebudayaan luar ( Hegemoni ). Hal ini tentu bukan merupakan sebuah hal yang
baik bagi kebudayaan lokal. Karna, lama kelamaan budaya lokal akan tergerus bahkan akan
menghilang.
Untuk itu kita harus mencari solusi guna mengatasi permasalahan tersebut seperti
dapat memadukan atau mengabungkan budaya lokal dengan budaya luar, hal ini mungkin
merupakan solusi terbaik yang dapat dilakukan agar budaya lokal dapat bertahan era modern
sekarang ini khususnya dalam dunia arstitektur, seperti gaya arsitektur minimalis, hal ini
dapat membuktikan bahwa dengan memadukan dua kebudayaan akan menghasilkan
kebudayaan baru yang lebih baik, karna seperti yang kita ketahui gaya minimalis merupakan
konsep dasar dari rumah tradisional Jepang dimana penggunaan prabot, ukuran dan bentuk
ruang yang dibuat sederhana dengan sedikit ornamen dengan lebih mengutamakan fungsi.
Konsep dasar rumah tradisional Jepang ini yang dipadukan dengan masuknya budaya dan
teknologi barat menghasilkan sebuah gaya arsitektur baru yg dikenal dengan gaya arsitektur
Minimalis yg sekarang menjadi tren dan menjadi favorit dalam dunia Arsitektur masa kini,
hal ini tentu menjadi sebuah pembuktian nyata bahwa sebuah kebudayaan dalam hal ini
kebudayaan lokal apabila dipadukan dengan budaya asing seperti budaya barat akan
menghasilkan sebuah produk kebudayaan yang baik.
Dalam dunia arsitektur perpaduan antara budaya lokal dan budaya luar telah diterapkan
kedalam berbagai perancangan masa kini, misalnya Kantor DPRD NTT yang mengunakan
atap sumba dalam perancangannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari awal, hingga permaasalahan yang diambil, maka dapat
disimpulkan bahwa, kebudayaan lokal merupakan sebuah jati diri suatu daerah. Kebudayaan
lokal menggambarkan kembali apa yang terkandung dalam sebuah daerah. Hal ini nampak
dalam bentuknorma, gagasan dan bentuk, dan secara khusus lagi dalam sebuah produk lokal
yaitu Rumah adat Suku rote.
Berdasarkan semua pembahasan, pewarisan kebudayaan dianggap penting, dan
dianggap sebagai hal vital, agar terpeliharanya sebuah tradisi, sebuah kekayaan budaya. Dan
pewarisan sendiri tidak terlepas dari perkembangan jaman. Pewarisan kebudayaan berusaha
untuk menghidupkan kembali apa yang telah diwariskan sehingga semuanya tidak habis
termakan jaman.
Perkembangan jaman bukanlah halangan, ataupun hambatan. Perkembangan jaman
haruslah dilihat secara positif sebagai media yang baik untuk mendukung pewarisan tersebut.
Dan perkembangan IPTEKS bisa menjadi sebuah sarana inovasi untuk
mengembangkan kebudayaan lokal sehingga tidak saja hidup, namun mampu beradaptasi
dengan kebudayaan asing. Mampu menjadi tren disetiap jaman, sehingga akhirnya mampu
menjadi sebuah kebanggaan suatu daerah dan terlebih lagi sebuah negara yang memilikinya.
Dunia arsitektur dalam kaitannya dengan pembahasan ini, haruslah membuka diri
terhadap kebudayaan lokal sehingga mampu menjadikan kebudayaan lokal menjadi
kebanggan disetiap pelosok negeri ini.
Demikianlah simpulan yang dapat diambil. Penghargaan, rasa cinta terhadap
kebudayaan lokal dianggap penting guna menunjang pembangunan di seluruh pelosok
negeri.. Segala sesuatu yang dipaparkan dalam makalah ini memiliki sebuah harapan agar
terciptanya suatu pemahaman baru yang mendasar tentang arsitektur vernakular yang ada di
Pulau Rote.
Akhirnya segala kekurangan dalam makalah ini hendaknya bukanlah menjadi bahan
cemoohan melainkan batu loncatan guna menggali lebih dalam apa saja yang berkaitan
dengan kebudayaan Lokal dalam hal ini Rumah Adat Suku Rote, dan juga segala kekurangan
dalam makalah ini kiranya dapat dimaklumi. Dan dari hati yang paling dalam, jika ada halhal yang kurang berkenan dalam penulisan ini, kiranya dimaafkan dan bisa menjadi pelajaran
buat semua saja yang membacanya.
5.2. Saran
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR VERNAKULAR ROTE DI NUNBAUN DELHA sebagai pokok bahasan,
penulis mencoba memaparkan latar belakang dan pokok permasalahan yang dialami oleh
seluruh masyrakat di berbagai pelosok dunia secara khusus di Indonesia.
Maksud ditulisnya karangan ilmiah ini di samping untuk memenuhi tugas Antropologi
Arsitektur Vernakular juga untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang
menulis makalah serta menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai suatu
permasalahan yang kompleks.
Penulis menyadari bahwa telah banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak untuk menyelesaikan karangan ilmiah ini, secara khusus kepada setiap narasumber
yang telah menyediakan waktu dan tempat sehingg penulis bisa memperoleh informasi sesuai
dengan yang dibutuhkan, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat dari penyusunan
makalah ini. Karena itu penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karangan tulis ini. Oleh
karena itu, penulis berharap agar pembaca dapat memaklumi kesalahan penulis baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi penulis.
DAFTAR HADIR
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
NAMA MAHASISWA
ANDREAS MUKIN
APRIANI D. KUDJI
JULITHA LAPENANGGA
OCTAVIANUS SANTI
LEOPOLD GARRY SERAN
RICHARD DOLPALY
KROSTOFORUS DEWELI
PETRUS CH. AMALO
FREDERICO COLO TOLAN
YUSTINUS W, WAGORAGA
HENDRIQUE DA SILVA
SEBASTIANUS LEGA LAOT
WILFRIDUS KOSAT
HENDRIKUS SILLAN
YOHANES OLA MADO
MARIANO MAKU SOARES
AGUSTINUS OKTOVIANUS
KEHADIRAN
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
70 %
70%
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com/indonesia
www.yudhim.blogger.com
www.kompasiana.com
www.wapedia.com