Anda di halaman 1dari 39

ARSITEKTUR MANGGARAI TENGAH

(WAE REBO)

Letak : di desa Satar Lenda , Kecamatan Satar mese Barat, Barat Daya kota Ruteng,
ibu kota Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
A. Latar Belakang

Desa Wae Rebo terletak diatas lembah dan di kelilingi pegunungan


dengan hutan yang sangat lebat dan cukup sangat terpencil jauh dari
desa-desa lainnya. terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan
air laut. Rumah adat Mbaru Niang ini merupakan bangunan terdiri dari
5 lantai dengan bentuk mengerucut keatas. Rumah panggung Mbaru
Niang tidak hanya sekedar rumah sebagai tempat berlindung, Rumah
mbaru niang memiliki filofi yang mencerminkan sifat dan kebijaksanaan
suku manggarai dalam memperlakukan alam sekitarnya. ditempat ini
pula terjadi proses alamiah dari kelahiran dan praktik kegiatan
religius dari suku manggarai.Keunikan dari rumah mbaru -niang suku
manggarai adalah rumah ini tidak dipengaruhi oleh kebudayaan lain
yang pernah datang ke Indonesia.
B. Konsep Tata Tapak
Tapak terdiri dari 7 gugus rumah
beserta altar (compang) sebagai
mezbah persembahan dalam
upacara tertentu. Mezbah ini diyakini
juga sebagai representasi kehadiran
pelindung masyarakat yang dapat
dimediasi oleh seorang tua adat
(Tu’a Golo).
Hubungan antara tapak dengan
rumah Niang terlihat sangat jelas
digambarkan dengan pola lingkaran
sebagai makna kasatuan dan
keutuhan.
Compang secara simbolis berperan
sebagai penjaga keutuhan kampung dan
menjadi tempat melakukan
persembahkan kepada Tuhan dan
leluhur, sedangkan hiri bongkok
merupakan kolom pusat yang menjaga
(sumber : The Manggaraians,1999)
kestabilan dan keutuhan rumah Niang.
C. Konsep Tata Ruang Dalam
Mbaru niang dapat dikategorikan sebagai hunian komunal yang mencapai luas
bangunan 285 m2.ruang dalam bangunan terbagi atas beberapa fungsi,yaitu:
 Lutur lole,merupakan ruang
publik yang menjadi tempat
menerima tamu dan beristirahat
laki-laki yang tinggal dalam Mbaru
niang.
Lutur bongkok,merupakan semi
publik sebagai tempat duduk
penghuni/ketua adat saat ritual
dala Mbaru niang.
 Motang,merupakan ruang semi
publik yang digunakan sebagai
tempat aktivitas penghuni niang.
 Loang,merupakan ruang
privat,sebagai tempat beristirahat
bagi kepala keluarga mbaru niang.
Gambar 2.Denah Rumah Niang di Wae Rebo, Kabupaten Manggarai.
Lantai 1

Lantai pertama (lantai dasar)


disebut lutur yang dipakai sebagai
tempat tinggal dan berkumpul dengan
keluarga. Tingkat lutur dibagi tiga,
bagian depan ruangan untuk
bersama, seperti ruang keluarga. Di
bagian dalam adalah kamar-kamar
yang dipisahkan dengan papan,
sementara dapur ada di bagian
tengah rumah.`
Lantai 2
Tingkat kedua berupa loteng
atau disebut lobo berfungsi
menyimpan makanan dan segala
macam barang kebutuhan sehari-
hari penduduk Wae rebo.

Gambar 3.Denah Rumah Niang di Wae


Rebo, Kabupaten Manggarai.

Lantai 3
Tingkat ketiga disebut lentar
difungsikan untuk menyimpan
benih-benih tanaman pangan,
seperti benih jagung, padi, dan
kacang-kacangan.

Gambar 4.Denah Rumah Niang di Wae


Rebo, Kabupaten Manggarai.
Lantai 4
Tingkat keempat disebut
lemparai digunakan sebagai
tempat penyimpanan persediaan
pangan apabila terjadi
kekeringan.

Gambar 5.Denah Rumah Niang di Wae Rebo,


Kabupaten Manggarai.

Lantai 5
Tingkat kelima disebut hekang
kode merupakan tempat sesajian
persembahan kepada leluhur.

Gambar 6.Denah Rumah Niang di Wae Rebo,


Kabupaten Manggarai.
Konsep struktur dan kontruksi
Konstruksi rumah Niang terbangun menggunakan konstruksi ikat pada bangunan
setinggi 5 lantai dengan struktur sendi yang merupakan ciri bangunan Nusantara.
Elemen struktur penopang pada rumah Niang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tiang utama (hiri mehe) Rumah
Niang tersusun oleh sistem rangka
yang disokong oleh 9 hiri mehe (tiang
utama). Tiang-tiang tersebut ditata
dalam 3 deret dengan jarak yang
sama (simetris), dan masing-masing
deretnya terdiri dari 3 tiang
(Jeraman, 2000). Secara struktural
rumah Niang tersusun antara lain :
Salah satu tiang yang merupakan
poros bangunan atau tiang tengah
adalah hiri bongkok. Tiang ini disebut
tiang suci karena fungsinya sebagai
poros dari bangunan ini. hiri bongkok
dipilih dari kayu jenis tertentu dengan
ketinggian ± 4.00 m – 4.50 m. Gambar 7. Hiri bongkok sebagai kolom utama
- Hiri leles merupakan tiang
penunjang yang secara
khusus memikul tepi atap
bagian bawah yang
mengelilingi bangunan.

Gambar 8.Hiri leles sebagai tiang penopang wahe leles

- Hiri ngaung merupakan


kolong atau ruang bagian
bawah bangunan. Disitu
terdapat tiang pemikul
beban lantai bangunan
pada bagian wase leles
(rangka 21 pembentuk
lingkar luar lantai pertama)
sedangkan hiri mehe
Gambar 9. Hiri ngaung sebagai tiang penopang. berfungsi memikul beban
lantai.
b. Tiang dan Balok

Leba merupakan pengaku


antara hiri mehe dengan hiri
mehe lainnya, dan bertumpu
diatas hiri mehe lainnya. Cara
bertumpunya ada 2, antara lain
;

- Sistem tumpang Ujung hiri mese menjadi


tumpuan leba yang diberi coakan (ukuran
lebar dan tinggi disesuaikan dengan tinggi
balok (penampang balok berkisar antara
20/25 cm – 25/30 cm) sehingga
memungkinkan leba terjepit dan jadi lebih
kaku sekalipun tidak menggunakan pasak.
- Sistem hubungan elemen struktur
menggunakan konstruksi ikat dengan pen
dan lubang sebagai sistem sambungan.
Kontruksi
Dalam pembangunan rumah Niang, terdapat tahapan-tahapan pembangunan
sebagai proses yang telah diwariskan dari generasi ke generasi (Antar, 2010).
Adapun tahapan-tahapan tersebut, antara lain :

1. Menggali tanah 3. Meletakan tanggang untuk tenda

2. Meletakan Hiri ngaung 4. Meletakan elar untuk tenda


5. Peletakan hiri mehe 7. Meletakan dorot.

6. Meletakan leba 8. Memasang woo


9. Memasang rede 11. Mendirikan ngando

10. Meletakan wahe leles untuk tenda 12. Memasang pengga ngando
13. Memasang tanggang 15. Memasang hiri leles
dan elar untuk lentar

14. Memasang hiri lentar 16. Memasang tanggang


dan elar untuk lemparae
17. Memasang tanggang dan 19. Memasang wahe lentar, wahe
elar untuk hengkang kode. lemparae,

wahe hekang kode, dan wahe kili kiang.


Untuk membentuk rangka luar, wahe
ditiap lantai dipasang sesuai dengan
diameter lantai. Semakin ke lantai atas
semakin kecil. Bahan yang digunakan
adalah kayu kenti, kecuali untuk wahe
kili kiang yang memakai rotan.

18. Memasang tanggang 20. Memasang hapo


dan elar untuk kili kiang
21. Memasang pengga lantai
23. Memasang
hangkong dan para

22. Memasang buku 24. Memasang Sengge


25. Memasang 27. Memasang papan lantai
rangkung untuk tenda dan lobo

26. Memasang 28. Membuat loang


kongkong dan tetep
29. Memasang wolet ngando

30. Memasang tangga dan 31. Memasang wehang


dinding depan
Konsep Bentuk dan Tampilan
Bentuk dasar rumah Niang tersusun dari bentuk kerucut dengan
penampang berupa lingkaran. Semakin keatas, penampang
berupa lantai semakin mengecil mengikuti bentuk kerucut
tersebut. Bentuk dasar rumah Niang dapat dipahami sebagai
satu kesatuan antara bentuk atap/badan Niang dengan bentuk
penampang lantai yang berbentuk lingkaran dan bertingkat.
Bentuk kerucut tersebut dikonfigurasi dengan kakikaki niang
yang berbentuk balok vertikal lurus dan menyiku.

Sumber : http://rumah adat di Indonesia.blogspot.com/2014


D. Dinamika Arsitektur hingga masa kini
Kampung Adat Suku Dani Papua

Letak : Lembah Baliem, pegunungan Jayawijaya,


Desa Wosilimo, 27 km dari Wamena, Papua
Asal – Usul
 Ada beberapa versi mitologi mengenai asal-usul suku dani
antara lain :
› Mitos bahwa orang pertama atau manuia pertama suku
dani bernama Pumpa (pria) dan nali-nali (wanita) dari
arah Timur.
› Berasal dari keturunan sepasang suami- istri yang
menghuni suatu danau disekitar kampung Maima.
› Bahwa nenek moyang suku dani keluar dari suatu
tempat yaitu mata air seinma di sebelah selatan kota
Wamema dan sebelah utara Kurima.
› Bahwa manusia yang hadir didunia tinggal di gua
Huinmo (Maima) lembah Pugima.
Konsep Arsitektur dan
Lingkungannya
1. Konsep Tata Tapak
Silimo secara sederhana dapat diartikan sebagai kampung atau
permukiman yang didalamnya terdiri dari beberapa rumah atau
bangunan sebagai fasilitas penunjang. Silimo dibagi menjadi 3
daerah utama, yaitu :
• Daerah pimpinan, yaitu hunian bagi petinggi atau kepala suku
kampung.
• Daerah antara, yaitu kawasan yang memisahkan antara daerah
hunian untuk wanita( ebeai) dan dua buah honai laki-laki
sebagai prajurit.
• Daerah terlindung yaitu kawasan yang sangat pribadi ( suci atau
sakral) yang fungsinya untuk melakukan aktivitas-aktivitas
khusus (ritual). Daerah ini sangat terlarang bagi siapapun tanpa
ijin dari kepala suku.
Penataan massa di dalam satu silimo

Keterangan:
1.Pintu masuk
(musoholak)
2.Dapur
bersama(hunila)
3.Honai
perempuan(ebeai)
4.Lubang bakar
5.Honai laki-laki
6.Rumah adat
(Pilamo)
7.Kandang
babi(wamdabu)
Sumber :
https://www.slideshare.net/anhyrutoers/ars
itektur-tradisional-papua-honai
Sumber : https://www.slideshare.net/anhyrutoers/arsitektur-tradisional-
papua-honai
Penataan silimo dengan beberapa
ebeai
Keterangan:
1.Dapur bersama
(hunila)
2.Honai perempuan
(ebeai)
3.Honai laki-laki
4.Rumah adat
(Pilamo)
5.Kandang babi
(wamdabu)
Sumber :
https://www.slideshare.net/a
nhyrutoers/arsitektur-
tradisional-papua-honai
2. Konsep Tata Ruang
Rumah untuk kaum
laki-laki disebut honai atau
pilamo. Sedangkan rumah
untuk kaum perempuan
disebut eabeai atau kumi
inai. Bentuk dasar denah
rumah Honai adalah bulat
atau melingkar.
Ukuran diameter 4-6 m
Ketinggian ± 3-7 m (2
lantai) Sumber:
https://kayanblog.wordpress.com/2015/
Tidak terdapat jendela 05/05/rumah-tradisional-papua-honai/
Sumber: https://nareckhpindesnet.blogspot.com/2019/04/honai-home-
rumah-adat-papua-daerah.html
Konsep Struktur dan Konstruksi

 struktur bawah
terdiri atas pondasi, susunan tiang,
sistem ikatan
 Struktur tengah

konstruksi lantai terdiri dari 2 lantai,


lantai 1 untuk tempat santai dan
perapian, lantai 2 untuk menyimpan
barang berharga dan area istirahat.
 Struktur atas
terdiri dari rangka atap terbust dari
susunan lingkaran-lingkaran besar
yang terbuat dari kayu buah sedang yang
dibakar di tanah dan diikat menjadi satu
di atas sehingga membentuk dome.
Konsep bentuk dan tampilan

 Bentuk dasar denah rumah Honai adalah


bulat atau melingkar. Hal ini didasarkan
pada kepercayaan bahwa alam semesta
yang diciptakan oleh para dewa ini adalah
bulat atau melingkar.

 Honai memiliki bentuk atap bulat (dome)


dan kerucut (cone). Bentuk atap ini
berfungsi melindungi seluruh permukaan
dinding agar tidak mengenai dinding ketika hujan turun, menghindari cuaca dingin
maupun tiupan angin yang kencang.
Presentasi kelompok 1b
Kampung adat atoni (kaenbaun)

Latar belakang
Kampung kaenbaun
Desa : kaenbaun
Kecamatan : Miomaffo timur
Kabupaten : TTU
Letak desa tradisional ini cukup dekat dengan ibukota Kecamatan, yakni kota Kefa
menanu. Lingkungan fisik desa Kaenbaun berbukit-bukit, permukiman warga (kuan)
terletak relatif di tengah tanah-adat yang luasnya 1.000 ha.
Desa kaenbaun adalah desa multi- suku yang ditinggali 4 suku besar ( disebut suku
laki- laki atau lian mone), yakni suku basan, timo, taus, dan foni. Dan 4 suku kecil
(disebut suku perempuan atau lian feto) yakni Sait, Kaba, dan Nell yang hidup
bersama didalamnya.
2. KONSEP TATA RUANG DAN KOMPONEN TAPAK

Ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun terdiri dari empat jenis yaitu ume kbubu dapur keluarga, ume kbubu anak laki-
laki pertama, ume kbubu orang tua dan ume kbubu induk suku. Ume kbubu-ume kbubu ini merupakan rumah yang
berbentuk bulat dengan atap berbentuk kerucut. Seluruh material ume kbubu menggunakan material alami yang
didapat dari lingkungan sekitar Desa Kaenbaun.

a. Ume kbubu dapur keluarga


Berdasarkan fungsinya, ume kbubu ini digunakan sebagai dapur keluarga dan juga sebagai tempat tidur keluarga. Ume
kbubu ini digunakan juga sebagai tempat untuk mengawetkan jagung. Ume kbubu ini tidak memiliki orientasi khusus
dan kebanyakan berorientasi kearah rumah modern agar mempermudah akses ketika melakukan aktifitas. Ruang yang
terdapat di dalam ume kbubu ini hanya berjumlah satu buah ruang tanpa sekat, tanpa jendela dan hanya memiliki satu
buah pintu.
b. Ume kbubu anak laki-laki pertama
Ume kbubu ini biasanya digunakan sebagai dapur keluarga dan tempat tidur.Selain kedua fungsi tersebut, ume kbubu
ini juga merupakan tempat melakukan upacara adat karena anak laki-laki dianggap sebagai penghubung dengan para
leluhuR. Ume kbubu ini memiliki arah orientasi kearah sumber mata air suci yang terlihat pada ume kbubu Suku Taus
sedangkan pada ume kbubu suku yang lainada yang berorientasi kearah gunung dan juga jalan desa. Ume kbubu anak
laki-laki pertama hanya memiliki satu buah ruang di dalam ume kbubu dengan ukuran diameter ruangan 5-6 meter.
Ruang dalam ini tidak memiliki sekat namun dari aktifitas yang ada dalam ume kbubu, terbentuk teritori ruang yang
dapat dirasakan. Teritori ruang yangterbentuk adalah dapur sebagai tempat memasak yang berada dibagian belakang
ruangan yang terdapat batu tungku untuk memasak, sebelah kiri dan kanan sebagai tempat beristirahat yang terdapat
hala, dan bagian tengah sebagai area sakral tempat berdoa dan berkomunikasi dengan para leluhur yang terdapat batu
suci dibawah tiang induk yang disebut ni enaf (tiang perempuan). Selain ruang dalam, terdapat juga ruang luar yang
terbentuk karena adanya hau monef dibagian depan ume kbubu. Hau monef ini merupakan altar bagi para leluhur
yang meninggal secara tidak wajar atau meninggal di luar rumah. Pada saat upacara adat, anggota keluarga duduk
melingkari hau monef dan melakukan ritual adat.
c. Ume kbubu orang tua merupakan ume kbubu yang dibuat untuk menghormati dan mengenang orang tua.
Ume kbubu ini digunakan oleh satu rumpun keluarga suatu suku untuk berkumpul dan melakukan upacara adat.
Ume kbubu orang tua memiliki orientasiyang berbeda-beda sesuai dengan sukunya misalkan Suku Taus yang
berorientasi kearah sumber mata air suci dan Suku Timo yang beorientasi ke arah daerah asal mereka di daerah
Biboki (salah satu kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara). Ruang pada ume kbubu hanya berjumlah satu
ruang dengan ukuran diameter sepanjang 5-6 meterdan tanpa sekat.
d. Ume kbubu induk sukuUme kbubu ini merupakan ume kbubu tempat berkumpul semua anggota setiapsuku untuk
melakukan upacara adat. Ume kbubu ini memiliki tiga jenis ruang pada umekbubu suku yaitu ruang dalam, ruang luar
dan ruang transisi. Ume kbubu induk sukumemiliki orientasi sesuai dengan sukunya masing-masing. Suku Basan
berorientasi kearah gunung batu sebagai tempat awal mula berdirinya Desa Kaenbaun, Suku Timoberorientasi ke arah
daerah Biboki yang merupakan daerah asal mereka, Suku Fonimengarah ke darah oekusi (bagian negara Timor Leste)
yang merupakan asal mereka,dan Suku Taus mengarah ke neten (puncak gunung) yang terdapat mata air suci.
4. DINAMIKA ARSITEKTUR HINGGA KINI

Dinamika atau perubahan yang terjadi pada arsitektur kaenbaun tidak banyak terjadi dikarenakan masyarakat masih
memegang teguh kepercayaan atau tetap mempertahankan struktur, dan adapun yang masih mempertahankan
material yang dipakai dari sejak dulu kala, seperti:
Keserupaan ketiga arsitektur
 Bentuk denah lingkaran atau oval
 Bentuk atap
 Material penutup atap

Perbedaan

Anda mungkin juga menyukai