Anda di halaman 1dari 20

RUMAH ADAT SUKU TORAJA

Sulawesi Selatan
Anggota
Indah Suryani (1410015111054)
Sintia Putri Islami (1410015111082)

Mata Kuliah
Konstruksi dan Material Lokal
Rumah adat Toraja (Tongkonan)
bentuknya menyerupai perahu Kerajaan
Cina jaman dahulu. Konon kata
Tongkonan berasal dari istilah “tongkon”
yang berarti duduk, dahulu rumah ini
merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan
adat dan perkembangan kehidupan sosial
budaya masyarakat Tana Toraja. Rumah ini
tidak dimiliki oleh perseorangan,
melainkan dimiliki secara turun-temurun
oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.
Bagian atap terbuat dari bambu sedangkan
bagian tiang-tiang penyangga di ambil dari
kayu Pohon banga. Bagian Tiang depan
dimaksudkan sebagai tolak sombah.
Perkembangan Rumah Adat Toraja
1. Lantang Tulumio
yaitu berupa atap yang disangga dengan
2 tiang + 1 dinding tebing

2. Pandoka Dena / Pondok Pipit


karena letaknya yang berada diatas
pohon. prinsipnya rumah ini dibuat atas 4
pohon yang berdekatan dan berfungsi
sebagai tiang.

3. Re’neba Longtongapa
ditandai dengan mulai memakai tiang
buatan. Bentuk ini memakai 2 tiang yang
berupa pohon hidup dan 1 tiang buatan.
Hal ini disebabkan sukarnya mencari 4
buah pohon yang berdekatan.
4. Rumah Panggung
seluruhnya mempergunakan tiang buatan.
Dibawahnya sering digunakan untuk
menyimpan padi (paliku), ini bentuk pertama
terjadinya lumbung.

5. Perkembangan ke- 5
Berupa rumah pangqung sederhana tetapi
dengan tiang yang lain. Untuk keamanan
hewan yang dikandangkan dikolong rumah
itu. Tiang-tiang dibuat sedemikian rupa,
sehingga cukup aman. Biasanya tiang itu
tidak dipasang dalam posisi vertikal tetapi
merupakan susunan batang yang disusun
secara horisontal .

6. Banua Mellao Langi


Tiang-tiang kembali dipasang vertikal tetapi
dengan jumlah yang tertentu. Atap mulai
memakai bambu dan bentuknya mulai
berexpansi ke depan (menjorok). Tetapi garis
teratas dari atap masih datar. Dinding yang
dibuat dari papan mulai diukir begitu juga
tiang penyangga
7. Banua Bilolong Tedon
perkembangannya terdapat
pada perubahan lantai sesuai
fungsinya.

8. Perkembangan ke 8
Pada periode ini hanya terjadi
perkembangan pada lantai dan
tangga yang berada di bagian
depan.

9. Banua Diposi
letak tangga pindah ke bawah
serta perubahan permainan
lantai.Perubahan ini lebih untuk
menyempurnakan fungsi lantai
(ruang).
Material
Atap : Dari bambu
yang dilampisi oleh Tangga : kayu uru
ijuk

Dinding :
Jendela :
papan,ornamen
kayu uru
hanya, terletak
pada bagian luar

Pintu : kayu uru ,


ada terdapat ukiran
motif Pa’ Tedong.

Lantai : papan Balok :


kayu uru dan kayu uru
untuk alangnya :
kayu banga Kolom : Kayu uru, Pondasi: Batu
kayu nimbung gunung
Orientasi Rumah Adat Toraja

prinsip dasar Arsitektur Tradisional


Toraja adalah simetris,
keterikatan dan berorientasi.

Hubungan Fungsi Ruang


1. Tangga
1 3 4 6 2. Ruang tamu
3. Dapur
4. Wc
5. Ruang mayat
2 5 7 6. Ruang
penyimpanan
7. kamar
DENAH RUMAH ADAT TORAJA

1. Tangdo: Terletak di sebelah Utara berfungsi sebagai ruang tidur nenek, kakek, dan
anak laki-laki.ruang tamu
2. Sali: terletak di tengah bangunan yang berfungsi sebagai , dapur, wc, tempat/ruang
persemayaman jenazah, dan ruang keluarga.yang diperbolehkan masuk hanya kerabat
dekat dari keluarga dan tetua-tetua adat.
3. Sumbung: fungsinya sebagai ruang tidur orang tua dan anak-anak yang masih
menyusui serta anak-anak gadis, dan tempat menyimpan alat-alat serta harta pusaka.
Peil lantai ditinggikan, yang menandakan bahwa penghuni Tongkonan mempunyai
kekuasaan dan derajat yang tinggi pada wilayah tersebut.Sumbung berada di Selatan
karena perlu pengawasan yang ketat.
s
Pembagian Struktur Pada Pumah Adat
Toraja
Bagian Kepala/Rattiang Banua

1. Atap
Atapnya melengkung
menyerupai perahu
(merupakan pengaruh budaya
Cina) terdiri atas susunan
bambu (saat ini sebagian
tongkonan menggunakan atap
seng) dan diatasnya dilapisi
ijuk hitam. Terbuat dari bambu
pilihan yang disusun tumpang
tindih dengan dikait oleh
beberapa reng bambu dan
diikat oleh rotan/tali bambu.
Untuk mencapai bentuknya yang
menjulang ialah dengan
menyambung nok ( kandang
pemiring) dengan pangoton dan
paramak. Sambungan ini
menggunakan sistim ikat (berfungsi
batang tarik) dimana ikatan itu
memakai rotan. Sambungan nok
menusuk balok vertikal
( katorok yang ditahan balok
horisontal ( lemba-lemba)).
lemba lemba ini menahan gerakan
vertikal dengan berpegang kepada
sepasang tengkek longa yang
berposisi miring vertikal. Dan
akhirnya noknya ( kadang
pemiring) yang menahan semua
beban didukung oleh kolom besar (
tulak somba)
Bagian Badan /Kale Banua
1. Dinding
Dinding disusun satu sama lain dengan
sambungan pada sisi-sisi papan dengan pengikat
utama yang dinamakan Sambo Rinding.
Fungsinya sebagai rangka dinding yang memikul
beban. Pada dinding dalam , tidak terdapat
ornamen-ornamen, hanya dibuat pada bagian
luar bangunan.

2. Lantai
Terbuat dari bahan papan kayu uru yang
disusun di atas pembalokan lantai. Disusun
pada arah memanjang sejajar balok utama.
Sedangkan untuk alang terbuat dari kayu banga.

3. Tangga
Tangga Rumah Tongkonan terletak dibagian
samping rumah, menuju pada pintu masuk atau
terletak di bagian tengah rumah menuju
langsung ruang tengah atau Sali. Tangga
menggunakan kayu uru, yaitu sejenis kayu lokal
yang berasal dari Sulawesi.
Bagian Kolong/Sallu Banua
1. Pondasi
digunakan adalah dari batuan gunung, diletakkan
bebas di bawah Tongkonan tanpa pengikat antara
tanah, kolom dan pondasi itu sendiri.

2. Balok
seperti sloof, yang dapat mencegah terjadinya
pergeseran tiang dengan pondasi. Hubungan balok
dengan kolom digunakan sambungan pasak, disini
tidak dipergunakan sambungan paku/baut. Bahan yang
digunakan adalah kayu uru. Jumlah baloknya ada 3
buah, sedangkan pada alang hanya 1 buah, yaitu
sebagai pengikat pada bagian bawah.

3. Kolom
Terbuat dari kayu uru,bentuk kolom persegi empat.
Selain itu, digunakan juga kayu nibung agar tikus tidak
dapat naik ke atas, karena serat dari kayu ini sangat
keras dan sapat sehingga terlihat licin. Kolom disisi
barat dan timur jaraknya rapat dan berjumlah banyak,.
Ketinggian banggunan

Ruangan
Ruang
Tangdo lebih
sumbung lebih
rendah dari
tinggi dari ruang
ruang sali’ ,
yang lainnya
dan ruang
karena
sumbung
mencerminkan
pangkat dan
kewibawaan diri

Ruang Sali’ terletak lebih tinggi dari


ruang tangdodan lebih rendah dari
ruang sumbung
PROSES PENGERJAAN
1. ”Tahap Mangraruk”, yaitu sebagai pekerjaan permulaan untuk
mengumpulkan seluruh bahan bahan bangunan yang diperlukan .
2. ”Tahap Ma’ Tamben” atau ”Ma’ Pabendan”, yaitu membangun suatu
tempat untuk menyimpan bahan bangunan yang dinamakan “Barung”
atau ”Loko Pa’ Tambenan”, dimana semua bahan bangunan diolah diukur
untuk persiapan pendirian bangunan tersebut.
3. ”Tahap Ma’ Pabendan”. yaitu pekerjaan permulaan dari pembangunan
karena semua bahan bangunan sudah disiapkan, melalui tahap-tahap
sebagai berikut  :

 ”Tahap Pabenden Leke’”,  ”Tahap Ma’ Rampani”


 ”Tahap No’ton Parandangan  ”Tahap Ma’ Palaka Indo’ Para”
 ”Tahap Ma’ Pabendan’”  ”Tahap Ma’ Paringgi”
 ”Tahap Ma’ A’riri Posi’”  ”Tahap Ma’ Pabendan Tulak
 ”Tahap Ma’ Sangkinan Somba”
Rindingan  ”Tahap Ma’ Benglo Longa”
 ”Tahap Ma’ Kamun Rinding”  ”Tahap Ma’ Papa”
 ”Tahap Ma’ Petuo”
 ”Tahap Ma’ Kayu Beke’i”
 ”Tahap Ma’ Paleke’ Indo
Tekeran”,
Proses Perakitan Rumah Adat Toraja pada
Tiap Bagiannya
Dokumentasi Rumah Adat Suku Toraja
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai