Anda di halaman 1dari 18

Konstruks dan material lokal

Ir. Nasril S.,MT.,IAI


Rumah tradisional adat aceh
(rumoh aceh)
Latar belakang

Aceh, merupakan salah satu provinsi yang terletak di Sabang Negara Indonesia
yang sangat kental unsur budayanya dan itu terlihat jelas pada rancangan rumah adat
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Rumah adat Nangro Aceh Darussalam atau
disebut juga Rumoh Aceh merupakan rumah panggung yang memiliki tinggi
beragam sesuai dengan arsitektur si pembuatnya. Namun pada kebiasaannya
memiliki ketinggian sekitar 2,5-3 meter dari atas tanah. Untuk memasukinya harus
menaiki beberapa anak tangga. Terdiri dari tiga atau lima ruangan di dalamnya,
untuk ruang utama sering disebut dengan rambat.
Setiap rancangan yang terdapat pada bangunan rumah Adat Nanggroe Aceh
Darussalam yang sering disebut dengan sebutan Rumoh Aceh ini, memiliki filosofi
tertentu di setiap desainnya, mulai dari rancangan pondasi hingga atap semua tidak
lepas dari unsur syara’, kebudayaan dan keseimbangan alam yang di percayaai
masyarakat sekitar semenjak zaman nenek moyangnya. Bukan hanya desain nya
yang berkaitan dengan kebudayaan dan keseimbangan alam, material yang
digunakan pun juga berasal dari alam hal ini di lakukan agar bangunan Rumoh Adat
Aceh tidak merusak ekosistem alam dan dapat menyatu dengan unsur keseimbanga
alam.
Bagian rumah aceh
 Rumoh Aceh yang bertipe tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan
untuk tipe lima ruang memiliki24 tiang. Ukuran tiang-tiang yang
menjadi penyangga utama rumoh Aceh sendiri berukuran 20 - 35 cm.
 Biasanya tinggi pintu sekitar 120 - 150 cm dan membuat siapa pun
yang masuk harus sedikit merunduk. Makna dari merunduk ini
menurut orang-orang tua adalah sebuah penghormatan kepada tuan
rumah saat memasuki rumahnya.
 Pada bagian bawah rumah atau disebut dengan yup moh bisa
digunakan untuk menyimpan berbagai benda, seperti penumbuk padi
dan tempat menyimpan padi, tempat bermain anak – anak, serta
tempat ini digunakan untuk membuat songket aceh, yang di lakoni
oleh perempuan
 Ruangan depan atau disebut dengan seuramoe reungeun merupakan
ruangan yang tidak berbilik (berkamar-kamar).
 Ruangan tengah yang disebut dengan seuramoe teungoh merupakan
bagian inti dari rumoh Aceh, maka dari itu banyak pula disebut sebagai
rumoh inong (rumah induk).
 Ruangan belakang disebut seuramoe likot yang memiliki tinggi lantai
yang sama dengan seuramoe reungeun, serta tidak mempunyai bilik atau
sekat-sekat kamar.
Filosofi rumah aceh
Makna dan filosofi yang terdapat pada rumah Krong
Bade ini merupakan sebuah identitas dari
masyarakat Aceh. Penggunaan bahan material
bangunan yang diambil dari alam mempunyai
makna bahwa masyarakat Aceh mempunyai
kehidupan yang dekat dengan alam. Masyarakat
Aceh bahkan tidak menggunakan paku dalam
membuat rumah Krong Bade. Mereka
menggunakan tali untuk mengikat satu bahan
bangunan dengan bahan bangunan yang lain.
Ukiran-ukiran pada rumah Krong Bade pun
mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat
Aceh. Hal ini berhubungan dengan status sosial
seseorang dalam masyarakat Aceh. Banyaknya
ukiran pada rumah Krong Bade yang dimiliki
seseorang menentukan kemampuan ekonomi dari
orang tersebut.
Program ruang & besaran
ruang

Lantai 1 Serambi depan (15x3 = 45)

Serambi tengah (3x3 = 9)

Serambi belakang (15x3 = 45)

Kamar tidur (6x3 = 12)


Lantai 2 Kamar tidur (3x3 = 9)

Serambi depan (9x3 = 27)

Serambi tengah (3x3 = 9)

Serambi belakang (9x3 = 27)


Ornamen khas rumah aceh

Ornamen yang digunakan pada rumah Krong Bade biasanya


berasal dari motif-motif alam dan lingkungan sekitar, seperti
motif keagamaan yang merupakan ukiran-ukiran yang
diambil dari ayat-ayat al-Quran, motif flora yang digunakan
adalah stelirisasi tumbuh-tumbuhan baik berbentuk daun,
akar, batang, ataupun bunga-bungaan. Ukiran berbentuk
stilirisasi tumbuh-tumbuhan ini tidak diberi warna, jikapun
ada, warna yang digunakan adalah merah dan hitam. Ragam
hias ini biasanya terdapat pada rinyeuen atau tangga dinding,
tulak angen, kindang, balok pada bagian kap, dan jendela
rumah, selanjutnya ada motif fauna yang biasanya digunakan
adalah binatang-binatang yang sering dilihat dan disukai,
motif alam digunakan oleh masyarakat Aceh di antaranya
adalah langit dan awannya, langit dan bulan, dan bintang dan
laut serta motif lainnya, seperti rantee, lidah, dan lain
sebagainya.
Bentuk & analisa struktur
 Struktur yang digunakan pada
rumah Krong Bade ialah
struktur rumah panggung dan
pada umumnya, tinggi rumah
Krong Bade dari tanah adalah
2,5 meter – 3 meter. Selain itu,
struktur rumah tradisi yang
berbentuk panggung
memberikan kenyamanan
tersendiri kepada penghuninya
dan memberikan nilai positif
terhadap sistem kawalan sosial
untuk menjamin keamanan,
ketertiban, dan keselamatan
warga gampong (kampung).
Penutup atap Rumoh Aceh menggunakan daun rumbia
Struktur atap yang diikat dan disusun dari pojok kiri bawah sampai ke
pojok kanan atas dengan jarak antara tulang daun
berikatannya rata-rata 1,5 – 2 cm sehingga terlihat
sangat tebal. Hal ini bertujuan apabila terjadi kebakaran
maka cukup hanya dengan menurunkan ikatan di atas
secara keseluruhan dan atap akan terseret jatuh ke
bawah. Atap pada rumah tradisional Aceh berbentuk
atap pelana yang hanya menggunakan satu bubungan
dan menggunakan bahan penutup berbahan rumbia yang
memiliki andil besar dalam memperingan beban
bangunan sehingga saat gempa tidak mudah roboh.
Fungsi yang lain pun rumbia juga menambah kesejukan
ruangan. Keburukan sifat rumbiah yang mudah terbakar
pun juga sudah ada solusinya dalam rumah tradisional
Aceh. Ketika rumbiah terbakar, pemotongan tali ijuk di
dekat balok memanjang pada bagian atas dinding
mempercepat runtuhnya seluruh kap rumbiah ke
samping bawah sehingga tidak merembet ke elemen
bangunan lainnya (Hadjad dkk, 1984).
Struktur jendela

Struktur pintu
Struktur dinding

Dinding Rumoh Aceh berbahan dasar kayu enau. Hanya berfungsi


sebagai pembatas ruang luar dengan ruang dalam. Dinding rumah
tradisional Aceh terbuat dari papan kayu atau bilah bambu,
penggunaan material tersebut mempengaruhi penghawan udara yang
sangat baik karena udara dapat pengalir melalui selah selah antara
atap dan dinding. Pada bagian dinding rumah tradisional Aceh
terdapat tempelan tempelan ornamen yang mempengaruhi unsur
tradisional Aceh (Hadjad dkk,1984).
Struktur kolom Struktur lantai

Banyak tiang Rumoh Aceh rata-rata bcrjumlah Lantai Rumoh Aceh terbuat dari
16. 20. 24 dan ada yang sampai 28 buah tiang papan. Jarak celah antara papan sekitar
dan lebih. tergantung pada besar dan kecilnya 1 cm. Hal ini berfungsi untuk
rumah itu dibuat. Di antara sekian banyak mempermudah pembuangan kotoran
jurnlah tiang itu, terdapat 20 buah tiang utama dari dalam rumah saat sedang
yang dinamakan “Tiang Raja” atau “Tameh menyapu.
Raja’ dan “Tiang Putri” atau “Tameh Putroe”.

Struktur pondasi

Dilihat dari sistim penyaluran beban


menggunakan titik-titik yang disalurkan
melalui batang kayu utuh bulat dengan
ditancapkan ke tanah, seperti sistim tiang
pancang. Pada masa kini pondasi menggunakan
kayu bulat yang di cor semen pada bagian yang
berhubungan ke tanah sehingga lebih awet dan
kokoh.
Warna rumah tradisinal aceh

Warna pada rumah


tradisional Aceh umumnya
memakai warna kuning,
krem dan merah, orange,
hitam yang kadang kadang
di kombinasikan dengan
warna putih. Jika terdapat
warna warna lain itu
merupakan akibat pengaruh
masa kini ( Hadjad dkk,
1984).
BAHAN DALAM MEMBANGUN RUMAH ACEH
TERIMA KASIIHH

Anda mungkin juga menyukai