Anda di halaman 1dari 19

Arsitektur Aceh

Suku Aceh, Gayo & Alas


S e j a r a h P e r k e m b a n g a n

A r s i t e k t u r I I
Andryan Christandy (D1031221004)
Edmie Lodovica Putri (D1031221015)
Arsitektur Suku Aceh
Arsitektur Rumoh Aceh
Rumoh Aceh merupakan rumah adat dari
suku Aceh. Rumah ini bertipe rumah
panggung dengan 3 bagan utama dan 1 bagian
tambahan. Tiga bagian utama dari rumah
Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan),
seuramoë teungoh (serambi tengah) dan
seuramoë likôt (serambi belakang).
Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu
rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah
berfungsi sebagai tempat penyimpanan
pusaka keluarga.
Arsitektur Rumoh Aceh
Bagian-bagian Rumoh Aceh

A) Bagian Bawah
Bagian bawah rumah aceh disebut yup moh. Yup moh merupakan
bagian kosong diantara lantai rumah dengan permukaan tanah.
Ruang kosong ini dimanfaatkan berbagai keperluan, seperti arena
bermain anak, tempat kadang hewan peliharaan, tempat membuat
kain songket khas Aceh dan tempat berjualan. Selain itu ruang
kosong ini bisa dijadikan tempat penyimpanan penumbuk padi
dam krongs(tempat menyimpan padi berbentuk bulat dengan
tinggi dan diameter mencapai 2 meter).

B) Bagian Tengah
Bagian tengah rumah aceh merupakan tempat utama penghuni, di mana didalamnya tempat dilakukan segala aktivitas.
Bagian ini terbagi menjadi tiga, yakni seuramoe reungeun(serambi depan), sueramoe teungoh(serambi tengah) dan
seuramoe likot(serambi belakang)

- Serambi depan
Serambi depan, ruangan ini tidak bersekat dan pintunya berada di ujung lantai sebelah kanan. Ruangan ini berfungsi untuk
menerima tamu, tempat tidur anak laki-laki dan tempat mengaji. Sesekali ruangan ini difungsikan untuk menjamu tamu
penting seperti makan bersama dan acara keduri.
Arsitektur Rumoh Aceh
- Serambi Belakang
- Serambi Tengah Serambi belakang. Serambi ini tingginya
Serambi tengah, ruangan ini merupakan bagian inti dari sama dengan serambi depan. Ruangnnya
rumah biasa disebut juga sebagai rumoh inong(rumah tidak bersekat dan tidak ada kamar.
induk). Ruangan ini terletak lebih tinggi karena dianggap Ruangan ini difungsikan sebagai ruang
suci dan bersifat pribadi. Di dalam ruangan ini terdapat dua keluarga, tempat makan bersama keluarga
kamar yang menghadap utara atau selatan dengan pintu atau bahkan dapur maupun tempat
menghadap ke belakang. Kamar untuk kepala keluarga menenun-menyulam.
disebut rumoh inong, sedangkan untuk anak perempuan
disebut rumoh anjung. Ketika anak perempuan menikah C) BagianAtas
maka pengantin akan menempati rumoh inong sedangkan Bagian atas rumah berbentuk loteng
kepala keluarga di rumah anjong. Jika anak perempuan segitiga yang mengerucut kebagian atas
kedua menikah, rumoh inong difungsikan untuk pengantin sehingga tampak lancip. Bagian atas ini
dan kepala keluarga pindah ke rumoh likot sampai sang disebut bubong. Bubong yang menyatukan
anak memiliki rumah sendiri. Selain itu rumoh inong bubong bagian kiri dengan bagian kanan
difungsikan juga sebagai tempat memandikan mayat ketika disebut perabung. Letak bagian atas terletak
ada peristiwa kematian keluarga. tepat di atas serambi tengah. Fungsinya
sebagai tempat penyimpanan barang-
barang berharga keluarga.
Arsitektur Rumoh Aceh
- Konstruksi
rumoh aceh ini ditopang oleh konstruksi tiang-tiang penyangga. Ukuran tiap
tiangnya berkisar 20–35 cm, di mana disetiap ujung bawah tiang dilengkapi batu
landasan yang berguna mengantisipasi kayu masuk ke tanah ketika
banjir/tanahnya lembab. Di bagian lantai terdapat balok penyangga. Balok-balok
tersebut disusun rapat-rapat, sehingga kemungkinan roboh menjadi kecil.

Bangunan Rumah Aceh untuk memperkuat tidak menggunakan paku, tetapi


menggunakan bahan pengikat dari tali ijok, rotan (awe) untuk pengikat atap
yang pada umumnya dari dari rumbia dan ada juga yang menggunakan daun
kelapa dan bila didalam rumah idak pernah terasa panas sauna didalam rumah
selalu dingin dan bila hujan deraspun tidak pernah kedengaran bising
- Keunikan
Keunikan rumah Aceh terletap pada atapnya, untuk pengikat tali hitam atau tali ijuk mempunyai yang untuk penahan atap yang
diikat tidak bersambung mempunyai kegunaan yang sangat berati, misalnya saat terjadi musibah kebakaran pada bagian atap maka
pemilik rumah hanya memotong satu tali saja sehingga seluruh atap rumah yang terhubung atau terpusat pada tali ijok langsung
jatuh atau roboh jadi terhindar dari kebakaran kayu dan dapat meminimalisir dampk dari musibah yang terjadi.

Tambahan :
Pembangunan rumah Aceh harus menghadap utara dan selatan ini dimaksudkan agar sinar cahaya nmatahari mudah masuk
kekamar baik yang berada disisi timur ataupun sisi barat, jika ada rumah Aceh yang menghadap kearah barat atau timur maka akan
mudah roboh karena menentang arah angin.
Material
Dalam membangun Rumoh Aceh ini diperlukan jenis kayu
tertentu yang ditemukan di dalam hutan belantara. Kayu-
kayu tertentu ini harus yang umur kayunya diperkirakan
telah cukup tua, lurus serta dapat berdiri dengan tegak.
Dinding rumah bermaterial papan keras yang dilengkapi
ukiran khas Aceh. Begitu juga dengan alas rumah yang
terbuat dari papan, papan-papan tersebut hanya disematkan
begitu saja tanpa dipaku sehingga mudah dilepas dan
memudahkan ketika pemandian jenazah karena air tumpah
langsung ke tanah. Adapun atap bermaterial daun rumbia.
Daun rumbia bersifat ringan dan memberikan efek sejuk
kepada rumah, selain itu struktur anyaman yang ditali dapat
dipotong dengan mudah jika sewaktu-waktu terjadi
kebakaran. Dalam memperkuat bangunan rumah aceh tidak
menggunakan paku, melainkan memakai pasak atau
pengikat dari tali rotan.
Filosofi
Rumoh Aceh tidak sembarang dalam menggunakan warna,
dalam setiap warnanya terdapat filosofi tersendiri, yaitu:

• Warna kuning : Warna kuning digunakan di sisi segitiga


perabung. Bagi adat aceh kuning bermakna kuat, hangat
sekaligus memberikan kesan cerah. Selain itu, warna kuning
tidak memantulkan sinar matahari.
• Merah : Warna merah dipilih untuk melengkapi garis ukiran
rumoh aceh. Warna merah bermaknakan emosi yang
berubah-ubah dan naik turun. Sifat tersebut mencerminkan
gairah, senang dan semangat. Hal tersebut menunjukan emosi
orang Aceh naik turun sekaligus dipenuhi gairah dan
semangat mengerjakan sesuatu.
• Putih : Warna putih yang digunakan adalah putih netral yang
bermaknakan suci dan bersih.
•Jingga : Penggunaan orangnye dimaksudkan memberi makna
kehangatan, kesehatan pikiran dan kegembiraan.
• Hijau : Penggunakan warna hijau bermaknakan kesejukan,
kesuburan dan kehangatan. Hal tersebut berkaitan dengan
hijau itu tumbuhan dan warna padi sebelum matang.
Arsitektur Suku Gayo
Sejarah, Sebaran suku, Wilayah dan
Kondisi Geografis
Gayo adalah salah satu suku bangsa yang mendiami dataran
tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian tengah. Wilayah
tradisional suku Gayo meliputi Kabupaten Aceh Tengah,
Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Gayo Lues, dan
beberapa sebarannya di Kabupaten Aceh Tenggara.
Makna, filosofi, nilai, adat & tradisi
budaya pada rumah tradisional

Masyarakat Gayo hidup dalam komuniti kecil yang


disebut kampong. Setiap kampong dikepalai oleh seorang
gecik. Kumpulan beberapa kampung disebut kemukiman,
yang dipimpin oleh mukim. Sistem pemerintahan
tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut
sarak opat, terdiri dari reje (raja), petue (petua), imem
(imam), dan rayat (rakyat)
Makna, filosofi, nilai, adat & tradisi
budaya pada rumah tradisional
Kitab adat Meukuta Alam menjadi pedoman bagi masyarakat dalam melakukan
sesuatu, termasuk ketika mempersiapkan pembangunan rumah. Dalam proses
pembangunan, harus menggunakan kain berwarna merah dan putih sedikit. Kain
tersebut nantinya akan diikatkan di tiang utama bangunan. Kedua kain tersebut
menjadi lambang atau biasa disebut tameh radja dan tameh putroe.

Pekarangan dan bagian Rumoh Aceh menjadi milik anak perempuan dan ibunya.
Jadi, rumah tersebut akan menjadi milik anak perempuan tatkala sang kepala
keluarga sudah meninggal.

Namun jika tidak memiliki anak perempuan, rumah akan menjadi milik istri.
Menurut adat Aceh, kepemilikan rumah dan juga pekarangan tidak boleh digantikan.
Arsitektur Rumah Tradisional

Rumah adat Gayo biasa disebut


dengan umah pitu ruang yang
berarti rumah dengan tujuh ruang.
Umah pitu ruang ini merupakan
rumah panggung yang berkolong
sekitar 2 meter sampai 2,5 meter
di atas tanah. Rumah tersebut
memiliki luas sekitar 10,4 meter x
25,5 meter. Jarak antara tiang ke
tiang adalah 3 meter.
Arsitektur Rumah Tradisional

Dindingnya cukup rapat dan tidak ada karawang yang


menghiasi. Terdapat pintu utama yang berjumlah dua
dan menghadap ke arah depan. Jendela terdapat pada
dinding samping rumah berjajar setiap satu ruang
kamar. Terdapat hiasan pada gevel yang menjorok ke
depan sebagai hiasan bangunan. Lisplanknya juga diberi
ornamen dengan cara dilubangi kecil dan sederhana.
Balok-balok lantai panggung juga dihiasi ornamen,
terbuat dari papan yang diukir dan dicat. Bagian bawah
tiang yang langsung berbatasan dengan pondasi
berbentuk segi empat juga diberi ornamen.
Arsitektur Rumah Tradisional

Bahan untuk membuat rumah adat


Gayo pada zaman dahulu menggunakan
kayu berkualitas baik. Kayu yang biasa
digunakan adalah sejenis kayu hutan
yang disebut oleh masyarakat Gayo
sebagai kayu Medang Jempa, Cempa,
Kuli, Medang, dan lain-lain. Warna
dasar dari rumah adat Gayo adalah
warna kuning keemasan yang
dihasilkan dari warna alami dari kayu
Medang Jempa.
Arsitektur Suku Alas
Sejarah, Sebaran suku, Wilayah dan
Kondisi Geografis

Mayoritas penduduk Aceh adalah suku Alas.


Masyarakat Alas telah bermukim di Lembah
Alas, jauh sebelum Pemerintah Kolonial
Belanda masuk ke Indonesia. Nama Alas
diperuntukan bagi seorang atau kelompok etnis,
sedangkan daerah Alas disebut dengan kata
Tanoh Alas. Suku ini mendiami wilayah
tenggara provinsi Aceh, tepatnya berada
dikabupaten Aceh Tenggara
Makna, filosofi, nilai, adat & tradisi
budaya pada rumah tradisional

Filosofi yang terdapat pada rumah adat Alas ada empat macam.
Bermasyarakat, toleransi, sosial, dan agamais. Orang yang tinggal di
rumah adat Alas ini juga harus memiliki kriteria. Jenis rumah adat
ini ada tiga macam. Rumah yang memiliki 3 ruangann
diperuntukkan untuk masyarakat biasa, 5 ruangan untuk orang
cerdik atau tokoh masyarakat, dan 7 ruangan diperuntukkan bagi
pemimpin atau raja
Arsitektur Rumah Tradisional

Rumah adat Alas merupakan rumah tinggal


yang dibangun menggunakan bahan kayu
Damar Laut (Simantuk) dan Semaram (kayu
hutan yang tergolong keras). Rumah adat ini
juga dihiasi dengan ornamen ornamen yang
dinamakan dengan mesikhat. Ornamen ini
merupakan simbol yang mengandung makna
untuk dijadikan cerminan hidup

Anda mungkin juga menyukai