BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Aceh atau lazimnya disebut Rumoh Aceh merupakan rumah adat Aceh yang berada di
Provinsi Aceh atau yang dahulu disebut Nanggroe Aceh Darussalam. Ibukotanya berada di Banda
Aceh. Provinsi ini merupakan salah satu daerah istimewa karena diberlakukannya syariat islam
dalam keseharian masyarakatnya. Letaknya di ujung paling barat di pulau Sumatera dan Negara
Indonesia. Provinsi ini hanya berbatasan dengan satu daratan yaitu dengan Provinsi Sumatera
Utara di sebelah selatan, sedangkan sisanya berbatasan dengan laut yaitu Selat Malaka di sebelah
utara dan timur dan Samudra Hindia di sebelah barat.
Denah Rumoh Aceh biasa menghadap ke Timur dan ke Barat, sehingga letak nya persis membujur
dari Timur ke Barat. Hal ini disebabkan oleh faktor geografis dimana angin di daerah Aceh.
Biasanya bertiup dari Timur ke Barat atau sebaliknya. Bahkan angin yang paling kencang di daerah
Aceh disebut angen barat ( angin barat ). Jadi penempatan posisi rumah yang demikian. Sangat
mendukung bagi keamanan rumah dari hempasan angin kencang ( angin barat ). Selain itu,
penempatan rumah yang demikian sangat membantu untuk menentukan arah akibat shalat yang
tepat dalam rumah.
Rumoh Aceh biasanya didirikan diatas tiang-tiang setinggi 2 sampai dengan 2,5 meter dari atas
tanah. Hal ini juga merupakan tidak terlepas dari faktor geografis yangs angat berhubungan dengan
keamanan, diman sebahagian besar daerah Aceh terletak di bagian pesisir ujung sebelah Timur
pulau Sumatra yang merupakan wilayah yang sangat rawan banjir, kecuali di daerah Aceh Tengah
dan Tenggara. Di samping itu, dulunya daerah Aceh merupakan daerah hutan yang banyak dihuni
oleh binatang buas. Jadi Konstruksi bangunan yang demikian sangat membantu untuk menjaga
keselamatan penghuninya dari banjir dan binatang buas.
Disamping itu, ada hal yang ganjil dalam arsitektur Rumoh Aceh dimana rumahnya besar, tetapi
pintu dan jendelanya kecil-kecil. Hal ini banyak dipengaruhi oleh etika (akhlak) pergaulan yang
telah mengakar dalam masyarakat Aceh. Sifat orang Aceh dari luar ;kelihatannya sangat tertutup
sehingga banyak anggapan yang menyatakan orang aceh sangat kejam. Bahkan sifat tertutupnya
itu, rakyat Aceh sangat ditakuti oleh Belanda pada masa penjajahan, padahal sebenarnya rakyat
Aceh sangat terbuka dan peramah.
Untuk mendirikan Rumoh Aceh tidaklah semudah mendirikan bangunan-bangunan lainnya, sebab
dalam pendirian Rumoh Aceh terdapat ketentuan-ketentuan khususnya yang harus dilaksanakan
sesuai menurut adat dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat setempat yang dinamakan
dengan “Upacara Adat”. Upacara Adat dalam mendirikan Rumoh Aceh ada tiga tahap, pertama
upacara Adat yang dilaksanakan pada saat pengambilan bahan dari hutan, kedua upacara Adat
ketika hendak mendirikan rumah, dan yang ketiga upacara setelah bangunan selesai atau saat
hendak menempati rumah baru. Masing-masing dari ketiga upacara adat tersebut memiliki makna
dan tujuan tersendiri.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Rumah Adat
Khususnya Rumah Adat Aceh.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bahagian Bawah
Bahagian ini berbentuk kolong yang berada di bawah Iantai. Pada kolong didapati beberapa
deretan tiang-tiang rumah yang sejajar dan timur ke barat, yang terdini dan empat buab deretan,
yaitu deretan depan (banja keu), deretan tengah depan (banja teungoh likoet) dan deretan belakang
(banjo likoel). Di a9tara deretan tengah depan dan deretan tengah belakang terdapat tiang raja dan
tiang putri. Jarak antara satu tiang dengan tiang yang lain selalu sama yaitu sekitar 2,5 meter.
Rurnoh Ace/i merupakan komponen-komponen penting dan unsur fisik yang mencerminkan
kesatuan sakral dan kesatuan sosiaL mi berarti menunjukkan bahwa bidang arsitektur telah lama
berkembang di Aceh.
Rumoh Aceh dibangun di atas sejumlah tiang-tiang lurus yang membujur dan arab timur ke barat,
yang terdini dan tiga, lima, tujuh, sembilan ruangan. Adapun rumah yang didinikan itu selalu ganjil
tidak ada rumah yang ruangannya genap, tapi rumah yang dibuat Iebih banyak tiga dan lima
ruangan, letak yang membujur dan timur ke barat dimaksudkant untuk memudahkan mengenal
kiblat waktu shalat, dan menghindani terpaan angin dan samping yang dapat merusak atap rumah.
(Husein., 1970: 47).
2. Bahagian Atas
Bahagian ini merupakan ruangan yang keseluruhannya terbentuk bujur sangkar, yaitu terbagi atas
tiga ruangan antara lain:
1. Ruangan depan atau serambi muka (seuramoe keu) atau (seuramoe reunyeun)
Ruangan ini berbentuk polos, artinya pada ruangan ini tidak dibuat lagi dinding penyekat atau
pemisah menjadi bilik-bilik yang lebih kecil. Pintu juga dibangun pada Bahagian mi yang ukuran
luasnya sekitar 0,8 meter dan tingginya 1.8 meter. Pada sisi dinding depan sebelah kir dan kanan
pintu dibuat jendela (tingkap). Biasanya hanya rumah yang berdinding papan yang mempunyai
jendela. Dengan demikan berarti serambi depan bersifat terbuka sampai pula dengan fungsinya
yang antara lain tempat menerima tamu laki-laki, tempat mengaji dan belajar anak laki-laki, yang
sekaligus menjadi tempat tidur mereka dan kepentingan yang umum. (Samingoen, 1984: 35).
2. Ruangan tengah (tungai)
Ruangan ini terletak antara serambi depan dan serambi belakang. Ruangan ini (jure) terletak antara
serambi muka dan serambi belakang, yang tingginya 0,5 meter dan serambi depan dan serambi
belakang. Di ruangan ini pula dibangun dua buah bilik sebagai tempat tidur. Kedua kamar ini
masing-masing terletak di sebelah kanan atau kiri (timur atau barat) ruangan tengah (jute) antar
bilik kamar ini dipisahkan oleh gang (rambat) yang berfungsi sebagai jalan antara serambi depan
dan serambi belakang. Kamar sebelah barat (rumoeh inoeng) ditempati oleh kepala keluarga, dan
di sebelah timur (rumoeh anjoeng) ditempati oleh anak perempuan, jika anak perempuan lebih satu
orang, maka kepala keluarga terpaksa pindah ke belakang bahagian barat, bila tidak mampu
membuat rumah yang terpisah. Lantai kamar terbuat dari bambu atau papan dan mudah untuk di
buka bila sewaktu-waktu dipergunakan untuk memandikan anggota keluarga yang meninggal.
Dengan demikian ruangan ini bersifat tertutup sesuai dengan fungsinya yaitu untuk tempat tidur
(Sulaiman. 1998: 205).
3. Ruangan belakang (seramoe likoet)
Sebagaimana halnya dengan ruangan depan maka ruangan belakang ini tidak dibagi lagi menjadi
ruangan yang lebih kecil. Ada juga yang membangun ruangan ini sedikit Lebih besar dan pada
scrambi depan dengan cara mcnambahkan dua buah yang pada bahagian timurnya. Ruang
tamhahan ini sering disebut anjoeng atau ulee keude yang sekaligus berfungsi sebagai dapur. yang
terletak di scbelah Timur dariseramoe likoet. Di atas dinding dcpan di bawah bara bahagian luar
biasanya atau perkakas dapur. yang disebut sanding (sandcng). Terkadang masih ada penambahan
terhadap ruang belakang ini yaitu dengan cara memasang balok toi yang ujung bahagian
bclakangnya lebih panjang 1.5 cm dan pada ukuran hiasa. balok ini mcnghubungkan tiang deretan
tcngah bclakang dengan tiang deretan belakang, bahagian yang ditambah ini disebut tiphik.
kcgunaannya scbagai tempat menyimpan kayu api. guci tempat air.
3. Bahagian Atap/Kap
Kebanyakan atap rumah adalah atap yang berabung (du/tampong) satu. terletak dibagian atas
ruangan lengah yang memanjang dan samping kiri ke kanan, sedangkan cucuran atasnya bcrada
diBahagian depan dan bclakang rumah. Berabung rumah atau tampong berada dibahagian atas
serambi tengah, terdapat juga para (loteng) yang bcrfungsi sebagai tempat untuk menyimpan
barang-barang yang diperlukan. Atap Rumoh Aceh biasanya dibuat dan daun rumbia (oen meuria)
yang disemat dengan rotan yang telah dibelah kecil-kecil. Tulang atap terbuat dari batang pinang
atau bambu yang dibelah, kemudian daun rumbia tadi dijahitkan pada belah bamboo atau pinang.
Tapi ada juga digunakan ijok atau ijuk yang dipintal atap tersebut tersusun rapat sehingga
susunannya menjadi sangat tebal dan rapi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Rumoh Aceh (rumah tempat tinggal orang Aceh) kelihatan sangat sederhana. Karena terbuat dari
bahan-bahan yang juga tergolong sederhana. Bahan-bahan Rumoh Aceh terdiri dari kayu, pohon
kelapa, bambu dan atapnya terbuat dari daun rumbia (on meuria)atau daun kelapa yang biasa diikat
dengan rotan. Meskipun rumoh aceh kelihatan sederhana, namun semua satuan-satuan yang
terdapat didalamnya mempunyai arti khusus bagi Adat dan Kebudayaan Aceh.
Adat dan Kebudayaan suatu masyarakat sangat di pengaruhi olehkondisi geografis di mana
masyarakat itu berada. Bahkan juga di pengaruhi oleh sistem kepercayaan yang di anutnya. Begitu
jg halnya tentang Rumoh Aceh banyak di pengaruhi oleh faktor geografis.