Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

TENTANG STRUKTUR DAN BUDAYA RUMAH ADAT LAMIN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya dan Konstruksi tahun 2019/2020

DI SUSUN OLEH :

051001900007 – AKBAR TRIANDHIKA B

051001900008 – ALDO HUMAM

051001900040 - INDRIANA RACHMAWATI

051001900031 – FADEL NAUFAL HIDAYAT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL 2019/2020

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
untuk mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Konstruksi.

kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 30 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ………………………………………………………………………4

Rumusan Masalah ……………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

Deskripsi Rumah Lamin Dayak …………………………………………………… 5

Struktur Kontruksi Rumah Lamin ………………………………………………… 8

Sketsa Konstruksi Rumah Lamin ………………………………………………….. 9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………………………………… 11

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………… 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli
pedalamannya. Suku Dayak merupakan sebuah suku di Indonesia yang mendiami
wilayah pedalaman Kalimantan. Jika kita mendengar Kalimantan Timur, pastilah
teringat dengan suku Dayak dan rumah panjangnya yang disebut Lamin. Tetapi sebutan
mereka untuk rumah panjang mereka tidak hanya Lamin. Suku Dayak Kenyah
menyebut rumah ini dengan Uma Dadoq, suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq
dengan sebutan Luu’ sedang Dayak Ngaju dengan sebutan Betang.
Suku Dayak hidup di desa-desa, di pinggir hulu-hulu sungai di pedalaman
Kalimantan. Rumah Panjang kebanyakan berdiri di sisi sungai. Panjangnya berkisar
antara 60 hingga 150 meter dengan sisi beranda menghadap sungai. Persediaan
makanan dan gudang peralatan disimpan di lumbung padi yang ditempatkan terpisah di
belakang atau di samping bangunan, sehingga dapat terhindar jika terjadi kebakaran,
yang merupakan musuh utama rumah panjang. Dapur juga ditempatkan di belakang
dan terpisah dari bangunan induk. Karena letaknya di sisi sungai, tidak ada kamar
mandi di rumah panjang. Untuk keperluan tersebut, mereka cukup melakukannya di
sungai terdekat.
Perlu diketahui suku Dayak bukan hanya satu jenis suku Dayak saja, suku ini
terdiri dari berbagai etnis dengan sistem sosial bahkan bahasa yang berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH
Apakah peran, fungsi, dan makna bentukan arsitektur rumah lamin Dayak, dan struktur
konstruksi rumah lamin Dayak ?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui peran fungsi, dan makna Arsitektur rumah lamin adat dalam
kehidupan sosial budaya suku Dayak di Kalimantan Timur serta struktur konstruksi
rumah lamin Dayak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI RUMAH LAMIN

Rumah Lamin adalah rumah adat dari Kalimantan Timur. Rumah Lamin adalah
identitas masyarakat Dayak di Kalimantan Timur. Rumah Lamin mempunyai panjang
sekitar 300 meter, lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter. Rumah Lamin juga
dikenal sebagai rumah panggung yang panjang dari sambung menyambung. Rumah ini
dapat ditinggal oleh beberapa keluarga karena ukuran rumah yang cukup besar. Salah
satu rumah Lamin yang berada di Kalimantan Timur bahkan dihuni oleh 12 sampai 30
keluarga. Rumah Lamin dapat menampung kurang lebih 100 orang.

Rumah Lamin memiliki


beberapa ciri khas yang
umumnya dapat langsung
dikenali. Pada badan rumah
Lamin, banyak ditemukan
ukiran-ukiran atau gambar yang
mempunyai makna bagi
masyarakat Dayak di Kalimantan
Timur. Salah satu fungsi dari
ukiran-ukiran atau gambar pada
tubuh rumah Lamin adalah untuk
menjaga keluarga yang hidup dalam rumah dari bahaya. Bahaya disini adalah ilmu-
ilmu hitam yang umumnya ada di masyarakat Dayak yang digunakan untuk mencelakai
seseorang.
Rumah Lamin mempunyai warna khas yang dipakai untuk menghias badan
rumah. Warna khas itu adalah warna kuning dan hitam. Namun, tidak hanya dua warna
itu yang digunakan untuk menghias rumah Lamin. Setiap warna yang dipakai untuk
menghias rumah Lamin mempunyai makna. Warna kuning melambangkan
kewibawaan, warna merah melambangkan keberanian, warna biru melambangkan
kesetiaan, dan warna putih melambangkan kebersihan jiwa.
Rumah Lamin dibuat dari kayu. Kayu yang digunakan untuk membuat rumah
Lamin adalah kayu Ulin. Kayu ini dikenal oleh masyarakat Dayak dengan nama kayu
besi. Konon, apabila kayu ulin terkena air maka kayu ini akan semakin keras. Hal ini
terbukti dari lamanya usia rumah Lamin yang dibuat dengan menggunakan kayu
ulin. Hanya saja, ada berbagai kesulitan untuk menemukan kayu ini di hutan.

Halaman rumah Lamin


biasanya dipenuhi dengan patung-
patung atau totem. Patung-patung
atau totem ini merupakan dewa-
dewa yang dipercaya oleh
masyarakat Dayak sebagai penjaga
rumah dari bahaya.
Rumah Lamin terbagi
atas tiga ruangan yaitu
ruangan dapur, ruangan tidur,
dan ruang tamu. Ruang tidur
terletak berderet dan
umumnya dimiliki oleh
masing-masing keluarga yang
tinggal di dalam rumah
tersebut. Ruang tidur juga
dibedakan antara ruang tidur
lelaki dan ruang tidur
perempuan kecuali jika sang
lelaki dan perempuan sudah menikah. Ruang tamu umumnya digunakan untuk
menerima tamu dan juga untuk pertemuan adat. Ruang tamu adalah ruangan kosong
yang panjang.

Di sisi luar rumah Lamin, ada


sebuah tangga yang digunakan untuk
masuk ke dalam. Tangga ini
mempunyai bentuk dan model yang
sama baik pada rumah Lamin yang
dihuni masyarakat Dayak kelas
menengah ke atas maupun masyarakat
Dayak kelas menengah ke bawah.
B. STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH LAMIN
Rumah Lamin berbentuk persegi panjang dan memiliki atap yang berbentuk
seperti pelana. Rumah ini mempunyai tinggi kurang lebih 3 meter dari tanah. Rumah
Lamin memiliki lebar kurang lebih 15-25 meter dan panjang 200-300 meter.

Rumah Lamin dibangun dengan beberapa tiang penyangga untuk menopang


rumah. Tiang-tiang penyangga rumah Lamin dibagi atas dua bagian. Tiang penyangga
inti adalah tiang yang menyangga atap rumah Lamin. Tiang penyangga lainnya adalah
tiang yang menopang lantai-lantai rumah lamin. Tiang-tiang ini berbentuk
seperti tabung. Pintu masuk rumah Lamin dihubungkan dengan beberapa tangga
sebagai jalan masuk ke dalam rumah.

Pada halaman depan rumah Lamin terdapat


patung-patung atau totem yang dibuat
dari kayu. Pada bagian tengah rumah ada sebuah
tiang besar yang dibuat dari kayu yang berfungsi
untuk mengikat ternak atau hewan
peliharaan. Bagian ujung atap rumah Lamin dihiasi
dengan kepala Naga yang terbuat dari kayu.
C. SKETSA KONSTRUKSI RUMAH LAMIN

a. Tiang bawah
Sukaq adalah tiang bawah
(tiang utama) yang berfungsi sebagai
pondasi bangunan lamin. Sukaq
dibuat dari kayu ulin (kayu besi)
berdiameter ½ – 1 m dan panjang 6 m,
dipancang ditanah dengan kedalaman
2 m dan berjarak 4 m antar tiang satu
dengan tiang yang lain.

Kayu ulin di pilih sebagai bahan utama dalam struktur bangunan lamin dikarenakan konon,
apabila kayu ulin terkena air maka kayu ini akan semakin keras. Hal ini terbukti dari lamanya
usia rumah Lamin yang dibuat dengan menggunakan kayu ulin. Hanya saja, ada berbagai
kesulitan untuk menemukan kayu ini di hutan.

b. Tangga

Lamin mempunyai
beberapa buah can (tangga)
yang dibuat dari batang
pohon berdiameter 30 – 40
cm. Tangga ini bisa dibalik
atau kalau perlu dinaikkan
dan diturunkan.

c. Lantai

Asoq (lantai lamin) terdiri dari tiga bagian,


yaitu usoq (serambi), bilik (kamar tidur)
dan jayung (dapur). Asoq tersusun atas 4 lapisan,
yaitu merurat (gelagar pertama), matuukng (gelagar
kedua), lala (lantai bagian bawah) dan
diatas lala dipasang lantai yang sebenarnya. Asoq
terbuat dari jejeran kayu meranti yang di buat papan
dengan ukuran 1×10 m.
d. Atap

Kepang (Atap), terbuat dari jejeran kepingan kayu


keras berukuran 70 x 40 cm. Setiap lembaran kayu
tersebut diberi lubang sebagai tempat pengikat,
kemudian disusun dengan teratur, sehingga bagian
tepi lembar yang satu menutupi tepi lembar yang
lainnya. Bagian puncak atap ditutup dengan kulit
kayu keras yang diikat sedemikian rupa sehingga
cukup kuat untuk menahan terpaan angin. Pada
bagian ujung-ujung atap dipasang hiasan berupa
kayu les yang sudah diukir dan mencuat hingga 2
m. Ukiran tersebut bermotif kepala naga sebagai
simbol keagungan, budi luhur, dan kepahlawanan.

e. Dinding dan Tiang Atas

Dinding lamin terbuat dari jejeran papan


berbahan kayu meranti. Dinding inilah yang akan
membentuk peruntukan ruang pada lamin.
Dinding bagian luar dilapisi dengan ornamen-
ornamen ukiran khas suku Dayak. Sedangkan
tiang atas dibuat dari batang pohon belengkanai
berdiameter 0,5 m. Fungsi utama tiang-tiang atas
adalah untuk menyangga atap pada
bagian usoq (serambi) karena tidak berdinding.
Tiang-tiang atas juga berfungsi sebagai hiasan
karena dipahat menjadi patung-patung dengan
berbagai bentuk, pada umumnya berbentuk wajah
manusia dan binatang.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
1. Rumah lamin banyak memuat tatanan dan ajaran yang baik bagi kehidupan Bersama,
hal ini dapat diadopsi dan dikembangkan dalam kehidupan modern, berbangsa dan
bernegara.
2. Rumah lamin sebagai rumah adat suku Dayak merupakan bentukan arsitektur yang
sangat baik dalam mengantisipasi kondisi iklim dan lingkungan dan penggunaan bahan-
bahan bangunan yang ramah lingkungan karena berasal dari hasil hutan.

Anda mungkin juga menyukai