Anda di halaman 1dari 15

KEARIFAN LOKAL BUDAYA PALEMBANG

• Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang


adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang
memiliki luas wilayah 358,55 km² yang dihuni 1,8 juta orang dengan
kepadatan penduduk 4.800 per km².
• Palembang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia
Tenggara pada zaman dahulu. Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi
Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini
dikenal dengan julukan “Bumi Sriwijaya”. Berdasarkan prasasti Kedukan
Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, Kota
Palembang dibentuk pada tanggal 16 Juni 688 Masehi yang menjadikan Kota
Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kota Palembang
juga dijuluki Venice of the East (“Venesia dari Timur”).
Kehidupan Penduduk Kota Palembang

• Penduduk Palembang merupakan etnis Melayu dan menggunakan Bahasa Melayu yang telah
disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai Bahasa Palembang. Namun para
pendatang seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti
bahasa Komering, Rawas, Musi, Pasemah, dan Semendo. Pendatang dari luar Sumatera
Selatan kadang-kadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam
keluarga atau komunitas kedaerahan. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang
lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-
hari. Selain penduduk asli, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan,
seperti dari Jawa, Minangkabau, Madura, Bugis dan Banjar. Warga keturunan yang banyak
tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa
wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang
merupakan wilayah Komunitas Tionghoa serta Kampung Al Munawwar, Kampung Assegaf,
Kampung Al Habsyi, Kuto Batu, 19 Ilir Kampung Jamalullail dan Kampung Alawiyyin Sungai
Bayas 10 Ilir yang merupakan wilayah Komunitas Arab.
Stratifikasi Sosial di Palembang

• Di Palembang, Sumatera Selatan terdapat pemukiman masyarakat yang masih memiliki garis keturunan bangsawan, kesultanan
Palembang. Cikal bakal mereka diduga dari bangsawan-bangsawan kerajaan Majapahit sehingga jumlah kata dalam bahasa
komunikasi memiliki kesamaan.
• Elite tradisional yang masih terdapat di Palembang membentuk masyarakat dengan stratifikasi sosial yang didasarkan atas
tingkat kebangsawannya, seperti Raden, Mas Agus, Ki Agus, dan Kemas untuk bangsawan laki-laki. Sedangkan untuk gelar
kebangsawanan wanita yaitu, Raden Ayu, Mas Ayu, Nyi Ayu, dan Nyi Mas. Disamping itu terdapat kelas rakyat jelata yang
sering memakai sebutan Si.
• Dalam stratifikasi sosial, Raden sebagai bangsawan tertinggi dan sekaligus kelas penguasa dalam menjalankan tugas sehari-hari
dibantu oleh Mas Agus dan Mas Ayu. Sedangkan Ki Agus sebagai penasehat kelas penguasa atau Rade dan Kemas sebagai
tentara atau bodyguard dengan persenjataan keris, pedang dan tobak. Untuk kelompok rakyat jelata sebagai pekerja, pembantu,
petani dan pedagang.
• Pusat pemukiman mereka terdapat di 19 ilir, 28 ilir yang sering di sebut Depaten Lama atau Sakanak. Sedangkan pemukiman
lain di daerah 24 ilir yang sering di sebut daerah Kebon Duku.
• Kehidupan mereka memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan masyarakat yang hidup di Palembang. Misal dalam bahasa, bahasa
Palembang memiliki 2 tingkatan, antara lain bebaso yaitu bahasa yang tercampur dengan bahasa Jawa dan baso yaitu bahasa
sehari-hari yang berasal dari bahasa Melayu. Bebaso hanya dipergunakan oleh golongan atas, yaitu para bangsawan atau orang-
orang tua dan orang-orang yang dihormati. Sedangkan baso dapat digunakan oleh semua golongan.
Kesenian Kota Palembang

Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang) tarian Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai
penyambutan kepada tamu-tamu dan tari Tanggai yang
diperagakan dalam resepsi pernikahan

•Syarofal Anam adalah kesenian Islami yang dibawa oleh para saudagar Arab dulu, dan menjadi terkenal di
Palembang oleh KH. M Akib, Ki Kemas H. Umar dan S. Abdullah bin Alwi Jamalullail.
•Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang Kemambang.
Kesenian Kota Palembang

Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit

Kain songket, kain yang dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun
tradisional. Sejak dahulu, kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan.
Makanan Khas Palembang

Palembang memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan
yang terbuat dari ikan mengesankan “Chinese taste” yang kental pada masyarakat Palembang.
Makanan khas daerah Palembang antara lain :
• Pempek, makanan khas Palembang dengan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, pempek
memiliki beragam jenis varian antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek
keriting, pempek adaan, pempek kulit, dll. Pempek biasa disantap dengan saus cuka (cuko)
• Tekwan, makanan yang mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk
kecil – kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta
soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.
• Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek
tahu yang dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai
pelengkap.
• Mie Celor, makanan khas Palembang yang berbahan dasar mie kuning dengan ukuran agak
besar mirip mie soba dari Jepang, disiram dengan kuah kental kaldu udang dan daging udang.
• Pindang Patin, salah satu makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging ikan patin
yang direbus dengan bumbu pedas.
Objek Wisata Kota Palembang

Sungai Musi

Sungai Musi adalah sungai terpanjang di Pulau Sumatera, sekitar 750 km yang membelah Kota Palembang menjadi
dua bagian yaitu Seberang Ulu dan seberang Ilir Sejak dahulu Sungai Musi telah menjadi urat nadi perekonomian di
Kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan.
Jembatan Ampera

Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan megah sepanjang 1.177 meter yang melintas di atas Sungai
Musi yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir ini merupakan ikon Kota
Palembang. Jembatan ini dibangun pada tahun 1962 dan dibangun dengan menggunakan harta
rampasan Jepang serta tenaga ahli dari Jepang.
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Palembang

Masjid ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Selatan dengan kapasitas 15.000 jemaah
yang terletak di pusat Kota Palembang.
Benteng Kulo Besak

Benteng ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang terletak di tepian
Sungai Musi. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng di Indonesia yang berdinding batu dan memenuhi syarat
perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh
bangsa Eropa dan tidak diberi nama pahlawan Eropa.
Kambang Iwak Family Park

Kambang Iwak Family Park adalah sebuah danau wisata yang terletak di tengah kota, dekat dengan
tempat tinggal wali kota Palembang. Di tepian danau ini terdapat banyak arena rekreasi keluarga dan
ramai dikunjungi pada hari libur.

Museum Tekstil

Museum ini terletak di Jalan Merdeka. Museum ini menyimpan benda-benda tekstil dari seluruh
kawasan di Provinsi Sumatera Selatan.

Anda mungkin juga menyukai