Anda di halaman 1dari 24

ARSITEKTUR ACEH 2

IR.ZURAIHAN, S.T.,M.T.
• Rumah adat Aceh yang sering disebut dengan Rumoh Aceh, merupakan salah satu budaya
kebanggaan masyarakat Aceh. Rumah ini menggunakan model rumah panggung yang
terbuat dari papan kayu sebagai bahan utama.
• Rumah adat Aceh biasanya mempunyai lebar cukup luas dan memanjang. Bukan hanya itu,
rumah adat Aceh juha memiliki ukiran yang khas dan perpaduan warna gelap dan terang
yang cantik. Baik karakter ornamen maupun pilihan warna yang digunakan dalam rumah
adat Aceh ini pun mempunyai makna filosofis yang menarik
CIRI-CIRI RUMAH ADAT ACEH

1. Berbentuk rumah panggung


Rumah adat Aceh memiliki bentuk panggung dengan atap tinggi. Sejarahnya adalah, agar penghuni
rumah terhindar dari serangan binatang buas. Tinggi tiang rumah yang bisa mencapai 3 meter, supaya air
tidak masuk ke dalam rumah jika sedang terjadi banjir.
2. Dibangun menggunakan bahan-bahan dari alam
Rumah adat Aceh dibangun berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat terdahulu. Menurut
para leluhur, rumah bukan hanya sekadar tempat tinggal tetapi juga ekspresi keyakinan akan
penciptanya. Sehingga, dalam bahan pembuatannya rumah adat Aceh memang selalu menggunakan
bahan-bahan dari alam.
Masyarakat Aceh tidak pernah menggunakan paku untuk menyambung tiang yang satu dengan tiang
lainnya. Mereka mengikat kuat dengan rotan atau pasak. Meskipun begitu, rumah adat Aceh digadang-
gadang dapat kokoh hingga 200 tahun
CIRI-CIRI RUMAH ADAT ACEH

3. Bagian depan rumah menghadap ke barat


Masyarakat Aceh tidak pernah melupakan unsur agama dalam pembangunan rumah. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa
hal, seperti bagian depan rumah adat Aceh yang dibangun menghadap ke arah kiblat. Menandakan bahwa masyarakat Aceh tidak
pernah lupa akan Tuhan sebagai Maha Pencipta

4. Guci air di depan rumah


Rumah adat Aceh juga memiliki keunikan lain yaitu selalu mempunyai gentong air di depan rumah. Gentong tersebut diletakkan
oleh penghuni rumah agar tamu-tamu yang datang dapat mencuci kaki mereka terlebih dahulu. Sehingga kaki para tamu sudah
bersih ketika memasuki rumah. Artinya, tamu-tamu yang datang mempunyai niat yang baik terhadap tuan rumah.
5. Memiliki jumlah anak tangga ganjil
Aceh memang dikenal sebagai salah satu provinsi yang memiliki nilai religius yang tinggi. Selain letak rumah yang menghadap ke
barat, jumlah anak tangga juga menjadi hal yang harus diperhatikan dalam membangun rumah adat ini. Setiap rumah adat Aceh
memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Hal ini mengikuti kepercayaan umat Islam, bahwa Allah menyukai hal-hal yang berjumlah
ganjil.
KOMPONEN UTAMA DARI RUMAH ADAT ACEH

1. Seuramoe-ukeu (Serambi Depan)


Seuramoe ini adalah ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu laki-laki.
Letaknya tepat di bagian depan rumah. Ruangan ini juga berfungsi sekaligus untuk
menjadi tempat tidur serta tempat makan tamu laki-laki.
2. Seuramoe-likoot (Serambi Belakang)
Fungsi utama dari ruangan ini adalah tempat untuk menerima tamu perempuan.
Letaknya ada di bagian belakang rumah. Sama seperti serambi depan tadi, serambi
ini dapat sekaligus menjadi tempat tidur serta ruang makan tamu perempuan.
KOMPONEN UTAMA DARI RUMAH ADAT ACEH

3. Rumoh-Inong (Rumah Induk)


Letak dari ruang ini diantara serambi depan dan serambi belakang. Posisinya pun dibuat lebih tinggi
dan terbagi jadi dua kamar. Keduanya dipisahkan oleh gang yang menghubungkan serambi depan
dan serambi belakang.
4. Rumoh-dapu (Dapur)
Letak dari dapur ini dekat atau tersambung dengan serambi belakang. Lantai dapur posisinya
sedikit lebih rendah dibanding lantai serambi belakang.
5. Seulasa (Teras)
Seulasa atau teras rumah ini terletak di bagian paling depan rumah. letaknya pun menempel
dengan serambi depan. Letak dari teras ini memang sudah ditentukan sejak jaman dulu dan tidak
berubah sampai sekarang.
KOMPONEN UTAMA DARI RUMAH ADAT ACEH

6. Kroong-padee (Lumbung Padi)


Masyarakat Aceh mayoritasnya bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, Masyarakat Aceh menyediakan lumbung padi yang berada
terpisah dari bangunan utama. Meskipun terpisah, lumbung padi ini letaknya masih berada di pekarangan rumah. Letaknya pun
variatif, bisa di belakang, di samping, atau bahkan di depan rumah.
7. Keupaleh (Gerbang)
Biasanya gerbang ini tidak terlalu umum dijumpai di rumah adat Aceh. Gerbang biasanya dimiliki oleh kalangan orang berada atau
tokoh masyarakat. Inilah salah satu ciri-ciri dari rumah milik tokoh masyarakat tersebut. Gerbang biasanya terbuat dari kayu dan
dipayungi bilik di atasnya.
8. Tamee (Tiang)
Tiang adalah komponen paling utama yang wajib dimiliki oleh rumah adat Aceh. Kekuatan dari tiang inilah yang menjadi tumpuan
utama rumah adat ini. Tiang ini berbentuk bulat dengan diameter 20-35 cm dan setinggi 150-170 cm.
Jumlahnya dapat berupa 16, 20, 24, atau 28 batang. Keberadaan tiang-tiang ini juga fungsinya memudahkan proses pemindahan
rumah tanpa harus susah payah membongkarnya.
RUMAH KRONG BADE
Sejarah telah mencatat bahwa Aceh merupakan pintu masuk bagi penyebaran Islam di Indonesia
pada masa silam. Hal inilah yang menyebabkan budaya Aceh tak bisa dilepaskan dari campur
baur antara budaya Melayu sebagai budaya penduduk aslinya, dan budaya Islam. Salah satu yang
bukti yang bisa kita lihat dari adanya akulturasi kedua budaya tersebut misalnya adalah rumah
adat Aceh yang bernama Rumah Krong Bade.
Rumah krong bade adalah rumah adat yang terletak di Nanggroe Aceh Darussalam.
Rumah ini juga sering disebut sebagai rumoh Aceh.

• Berbentuk persegi panjang dan memanjang dari timur ke barat. Rumah ini memiliki tangga di
depan rumah yang berfungsi untuk masuk kedalam rumah. Tinggi tangga tersebut sekitar 2,5
- 3 m dari permukaan tanah. Pada umumnya, anak tangga rumah krong Bade berjumlah ganjil
sekitar 7-9 anak tangga.
STRUKTUR RUMOH KRUENG BADE
• Rumah adat Krong Bade –atau juga biasa disebut Rumoh Aceh, adalah sebuah rumah dengan struktur
panggung dengan tinggi tiang 2,5 - 3 meter dari permukaan tanah. Keseluruhan rumah ini dibuat dari
bahan kayu, kecuali atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau daun enau yang dianyam, serta
lantainya yang dibuat dari bambu.
• Karena memiliki struktur panggung, pada rumah adat Aceh ini kita dapat menemukan ruang bawah. Ruang
ini biasanya digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan bahan pangan, serta sebagai tempat para
wanita untuk melakukan aktivitas, misalnya aktivitas menenun kain khas Aceh.
• Untuk memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di bagian depan rumah. Tangga tersebut biasanya
memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Adapun setelah naik ke bagian atas, kita akan menemukan banyak
sekali lukisan yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah lukisan pada dinding luar
rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi pemiliknya.
PONDASI

• Dilihat dari sistim penyaluran beban menggunakan titik-titik


yang disalurkan melalui batang kayu utuh bulat dengan
ditancapkan ke tanah, seperti sistim tiang pancang. Pada masa
kini pondasi menggunakan kayu bulat yang di cor semen
pada bagian yang berhubungan ke tanah sehingga lebih awet
dan kokoh.
KOLOM (TAMEE)

Banyak tiang Rumoh Aceh rata-rata bcrjumlah 16. 20. 24 dan


ada yang sampai 28 buah tiang dan lebih. tergantung pada besar
dan kecilnya rumah itu dibuat. Di antara sekian banyak jurnlah
tiang itu, terdapat 20 buah tiang utama yang dinamakan “Tiang
Raja” atau “Tameh Raja’ dan “Tiang Putri” atau “Tameh Putroe”.
TANGGA
Untuk memasuki Rumoh Aceh, pertama-
tama harus melewati “reunyun” (tangga).
Tangga yang terdapat pada setiap Rumoh Aceh
memiliki jumlah anak tangga ganjil yaitu antara
7 sampai 9 buah anak tangga. Makna dari
jumlah anak tangga tersebut berdasarkan
kepercayaan orang Aceh bahwa setiap jumlah
hitungan selalu ada hubungan dan
pengaruhnya dengan ketentuan langkah, rezeki,
pertemuan dan maut.
PINTU

Tinggi pintu masuk Rumoh Aceh sekitar 120-150 cm.


Dengan ketinggian yang tidak melebihi dahi manusia
ini membuat siapapun yang hendak masuk ke dalam
Rumoh harus merunduk. Hal ini merupakan aturan
turun menurun yang berarti sebuah penghormatan
kepada tuan rumah saat memasuki rumahnya
JENDELA

Jendela Rumoh Aceh umumnya dibuat pada dinding


sebelah Barat dan Timur. Jendela ini merupakan jendela
utama yang menyambut udara bersih dan sinar
mataharai pagi ke dalam rumah. Sedangkan jendela
yang dibuat pada dinding bagian Utara dan Selatan
hanya berfungsi untuk menerangi bagian dalam rumah
DINDING

Dinding Rumoh Aceh berbahan dasar kayu enau.


Hanya berfungsi sebagai pembatas ruang luar
dengan ruang dalam.
LANTAI

Lantai Rumoh Aceh terbuat dari papan. Jarak celah


antara papan sekitar 1 cm. Hal ini berfungsi untuk
mempermudah pembuangan kotoran dari dalam
rumah saat sedang menyapu.
DENAH
Rumoh Aceh melintang dari Timur ke Barat atau sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh faktor geografis dimana angin di daerah Aceh biasanya
bertiup dari Timur ke Barat atau sebaliknya. Adapun hal lain yaitu untuk
mempermudah menentukan arah kiblat.
Rumoh Aceh terdiri dari 3 bagian utama yaitu,:
-Seuramoe Keue (Serambi Depan)
-Seuramoe Teungoh (Serambi Tengah)
-Seuramoe Likot (Serambi Belakang)
Sedangkan bagian tambahan lain yaitu
-Seulasa (Teras) terletak di bagian depan rumah
-Rumoh Dapu (Dapur) letaknya berdekatan atau tersambung dengan
serambi belakang dengan lantai yang lebih rendah dari serambi belakang.
-Kroong Pade (Lumbung Padi) bangunannya terpisah dari rumah.
Letaknya bisa di depan, samping atau belakang rumah.
ATAP

Penutup atap Rumoh Aceh menggunakan daun rumbia yang diikat dan
disusun dari pojok kiri bawah sampai ke pojok kanan atas dengan jarak
antara tulang daun berikatannya rata-rata 1,5 – 2 cm sehingga terlihat
sangat tebal. Hal ini bertujuan apabila terjadi kebakaran maka cukup hanya
dengan menurunkan ikatan di atas secara keseluruhan dan atap akan
terseret jatuh ke bawah.
FUNGSI RUMAH ADAT

Selain memiliki fungsi sebagai identitas budaya, rumah Krong Bade juga
memiliki fungsi praktis yaitu sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh. Bagian-
bagian Rumoh Aceh Pada bagian bawah rumah atau disebut dengan Yup
Moh bisa digunakan untuk menyimpan berbagai benda, seperti penumbuk
padi dan tempat menyimpan padi. Tidak hanya itu, bagian yup moh juga
sering difungsikan sebagai tempat bermain anak-anak, membuat kain
songket Aceh yang dilakoni oleh kaum perempuan, bahkan bisa dijadikan
sebagai kandang untuk peliharaan seperti ayam, itik, dan kambing.
FILOSOFI WARNA

Berikutnya hal yang menarik untuk disimak dari rumah adat Aceh adalah filosofi warna. Tidak jauh berbeda dengan rumah adat
lainnya, Rumoh Aceh biasanya juga dicat dengan pilihan warna yang khas. Setiap warna yang dipakai mempunyai makna tersendiri
bagi masyarakat Aceh. Berikut beberapa pilihan warna rumah adat Aceh dan makna filosofinya yang perlu diketahui :
Kuning : digunakan pada bagian sisi segitiga perabung. Warna kuning bagi masyarakat Aceh dikenal dengan sifat yang kuat, hangat,
dan dapat memberikan nuansa cerah.
Merah : digunakan untuk melengkapi garis ukiran rumah. Merah dipahami sebagai karakter emosi yang berubah-ubah dan naik
turun. Merah juga melambangkan gairah, senang, dan semangat. Artinya, emosi orang Aceh yang mudah naik turun juga sekaligus
menunjukkan semangat dan gairah dalam mengerjakan sesuatu.
Putih : digunakan untuk melengkapi ukiran rumah dengan nuansa yang lebih netral. Warna putih melambangkan suci dan bersih.
Pada bagian ukiran juga diselingi dengan warna oranye yang melambangkan kehangatan, kesehatan, dan kegembiraan.
Hijau : digunakan pada motif ukiran Rumoh Aceh. Warna hijau menandakan karakter kesejukan dan kehangatan. Hijau juga
merupakan warna daun yang menyiratkan kesuburan.
ELEMEN RUMOH ACEH

Berikut beberapa elemen rumah adat Aceh dan makna filosofisnya yang perlu diketahui :

• Tameh: tiang yang digunakan sebagai penyangga badan rumah. Elemen ini dilatarbelakangi oleh peribahasa khas Aceh,
“Kreuh beu beutoi kreuh, beulagee kreuh kayee jeut keu tamèh rumoh; Leumoh beu beutoi leumoh, beulagee taloe
seunikat bubông rumoh” (Jika keras, haruslah sekeras kayu tiang penyangga rumah; jika lentur, mesti selentur tali
pengikat atap rumah). Filosofi hidup orang Aceh tentang hal ini adalah teguh pendirian, tetapi tetap berhati lembut.

• Tameh raja: tiang raja, yakni tiang utama sisi kanan pintu masuk. Disebut tiang raja karena ukurannya yang lebhi besar
dari beberapa tiang penyusun biasa yang digunakan.

• Tameh putroe: tiang putri, yakni tiang utama sisi kiri pintu masuk. Tiang putri merupakan pasangan tiang raja. Disebut
tiang putri karena posisinya berdampingan dengan tiang raja

• Gaki tameh: kaki tiang, yaitu alas tiang, biasanya dari batu sungai. Alas tiang ini berfungsi menyangga tiang kayu agar tidak
masuk ke dalam tanah.
ELEMAN RUMOH ACEH

• Rok: balok pengunci biasa. Sifatnya untuk menguatkan hubungan antar-ujung setiap balok.

• Thoi: balok pengunci yang arahnya tegak lurus dengan rok.


• Peulangan: tempat bertumpu dinding dalam (interior).

• Kindang: tempat bertumpu dinding luar (eksterior).


• Aleue: lantai, dibuat dari papan berbilah kecil.
• Rante aleue: pengikat lantai yang biasanya terbuat dari rotan atau tali.
• Lhue: balok rangka untuk penyangga lantai.
• Neudhuek lhue: tempat bertumpu lhue.
ELEMEN RUMOH ACEH
• Binteh: dinding.
• Binteh cato: dinding catur, salah satu bentuk jalinan dinding.
• Boh pisang: papan kecil di atas kindang.
• Tingkap: jendela. Jendela rumah Aceh dibuat ukuran kecil. Jendela utama ada pada sisi rumah.
• Pinto: pintu.
• Rungka: rangka atap.
• Tuleueng rhueng: balok wuwung, tempat bersandar kaso pada ujung atas. Balok ini terbuat dari kayu ringan
agar tidak memberatkan beban atap. Gaseue gantong: kaki kuda-kuda.
• Puteng tameh: bagian ujung tiang yang dipahat, sebagai penyambung balok.
• Taloe pawai: tali pengikat atap yang diikatkan pada ujung bui teungeut.
• Bui teungeut: potongan kayu sebagai penahan neudhuek gaseue.
• Tulak angen: tulak angin, rongga tempat berlalu angin pada dinding sisi rumah yang berbentuk segi tiga
`
RUMAH TAHAN GEMPA
Dari berbagai elemen penyusun rumah adat Aceh, tidak heran jika rumah panggung khas Aceh ini disebut
sebagai rumah yang tahan gempa. Dalam hal ini, rumah adat Aceh menggunakan berbagai bahan alam
untuk yang ringan namun tetap kuat. Salah satunya seperti daun rumbia yang digunakan sebagai atap,
semakin terkena sinar matahari semakin kering dan ringan.
Rumah adat Aceh pun tidak menggunakan paku besi atau bahan apapun yang dapat membuat rumah
menjadi berat. Ujung setiap balok disatukan dengan pasak kemudian diperkuat satu sama lain dengan diberi
pahatan dan lubang. Selain itu, jumlah tiang penyangga Rumoh aceh juga banyak. Sehingga komponen ini
dapat membuat rumah semakin kuat. Bahkan untuk menahan gempa, tiang-tiang yang digunakan dipilih dari
bahan kayu yang padat.
Bukan hanya itu, posisi tiang juga disusun tidak terlalu rapat. Hal ini sangat berguna untuk memberikan
ruang bagi arus air untuk melewati bawah rumah dengan lebih leluasa. Sehingga rumah adat Aceh ini sangat
aman dan terencana untuk mengantisipasi banjir.

Anda mungkin juga menyukai